Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

STRATEGI PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) DALAM


PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH MENGGUNAKAN
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
The Strategies for Fraud Prevention on Government Financial Management
with Analytical Hierarchy Process

Novia Tri Kurniasari1, Anna Fariyanti2, Nirwan Ristiyanto3

1Staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Email: noviakurniasari87@yahoo.co.id


2StaffPengajar Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. E-mail:
a_fariyanti@yahoo.com
3Staff Pengajar Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas), Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) RI. Email: nirwanristiyanto@yahoo.com

ABSTRACT
Fraud phenomenon involves many actors from the government sector. Fraudulent practices in government has a
negative impact on the economic and social sectors. Therefore, need for prevention effort to avoid state’s
material and non material losses. The objectives of this study were to formulate fraud prevention strategies by
using Analytical Hierarchy Process. Sources of data used in this study were questionnaires and interviews to 5
expert respondent. Strategies for fraud prevention on government financial management: (1) improving the
supervision and control system, (2) improving the organizational culture, (3) formulating anti fraud value in the
organization, (4) implementing reward system and punisment firmly, (5) anti fraud socialization for employees,
and (6) forming agent of change.

Key words: fraud prevention, internal control system, organizational culture, anti fraud value, Analytical
Hierarchy Process

ABSTRAK
Fenomena Kecurangan Banyak Melibatkan Pelaku Dari Sektor Pemerintahan. Praktik Kecurangan Di
Pemerintahan Berdampak Negatif Di Sektor Ekonomi Dan Sosial. Oleh Karena Itu, Perlu Upaya Pencegahan
Untuk Menghindari Kerugian Negara Material Maupun Non Material. Tujuan Penelitian Ini Adalah
Merumuskan Strategi Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan Menggunakan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Sumber Data Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Kuesioner Dan Wawancara Kepada
5 Responden Yang Dianggap Ahli. Strategi Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan Pemerintah
Adalah: (1) Perbaikan Sistem Pengawasan Dan Pengendalian, (2) Meningkatkan Kultur Organisasi, (3)
Merumuskan Nilai Anti Fraud, (4) Menerapkan Sistem Reward Dan Punishment Yang Tegas, (5) Sosialisasi
Anti Fraud Bagi Pegawai, Dan (6) Membentuk Agen Perubahan.

Kata Kunci: Pencegahan Fraud, Sistem Pengendalian Intern, Budaya Organisasi, Nilai Anti Fraud, Proses
Hirarki Analisis

2015). Salah satu jenis fraud yang paling


PENDAHULUAN sering terjadi di sektor pemerintahan yaitu
berkaitan dengan praktik korupsi. Korupsi
Fraud masih menjadi isu fenomenal
berasal dari bahasa latin, Corruptio-
dan menarik untuk dibahas dengan kasus-
Corrumpere yang artinya busuk, rusak,
kasus yang kini tengah berkembang dalam
menggoyahkan, memutarbalik atau
masyarakat. Association Of Certified
menyogok (Permana et al. 2017).
Fraud Examiners menggolongkan fraud
24 Indonesia merupakan salah satu
dalam tiga jenis, yaitu kecurangan dalam
negara dengan tingkat korupsi yang tinggi.
laporan keuangan, penyalahgunaan aset
Data yang dihimpun oleh Indonesian
dan korupsi (Surjandari dan Martaningtyas
Corruption Watch menunjukkan bahwa

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

selama tahun 2016, terdapat 482 kasus sektor ekonomi maupun sosial (Lediastuti
korupsi dengan total kerugian negara dan Subandijo 2014). Salah satu indikator
sebesar Rp 1,47 Triliun (Indonesian terjadinya permasalahan dalam
Corruption Watch 2017). Transparansi pengelolaan keuangan instansi pemerintah
Internasional dalam surveynya tahun 2016 juga dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
juga menunjukkan bahwa Indonesia Badan Pemeriksa Keuangan terhadap
menempati peringkat 90 dari 176 negara laporan keuangan.
yang diukur tingkat korupsinya dengan Kecurangan dapat terjadi di instansi
skor 37 (Transparency International pemerintah manapun termasuk Badan X1.
2016). Pemeriksaan BPK atas laporan keuangan
Reformasi dibidang keuangan negara Badan X1 dari tahun 2013-2015
telah dilaksanakan melalui paket Undang- menemukan adanya kelemahan dalam
Undang yang terdiri dari Undang-Undang sistem pengendalian intern. Temuan
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan tersebut merupakan indikasi bahwa dalam
Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun pengelolaan keuangan Badan X1 belum
2004 tentang Perbendaharaan Negara dan menyajikan informasi keuangan yang
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 handal dan masih rawan terhadap
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan kecurangan, sehingga diperlukan upaya
Tanggungjawab Keuangan Negara. pencegahan. Upaya pencegahan fraud
Ketiganya merupakan landasan dan lebih efektif untuk dilakukan dibandingkan
pedoman agar keuangan negara dapat dengan upaya represif, antara lain
dikelola secara tertib, ekonomis, efisien, menghindari kerugian negara yang lebih
efektif, transparan dan bertanggung jawab besar, serta rusaknya nama baik institusi
dengan memperhatikan rasa keadilan dan dan individu. Selain itu, melakukan
kepatutan. Sejalan dengan tujuan tersebut, pencegahan dari awal akan lebih murah
Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 dan lebih efektif daripada mendeteksi
mengamanatkan untuk mewujudkan setelah terjadinya fraud (Abdullahi 2015).
penyelenggaraan negara yang bebas dan Analytical Hierarcy Process (AHP)
bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme. merupakan alat analisis yang digunakan
Banyaknya aturan tersebut untuk membantu para pembuat keputusan
diterbitkan sebagai upaya untuk menekan untuk mengidentifikasikan dan sekaligus
tingginya kasus kecurangan di Indonesia, membuat prioritas berdasarkan tujuan yang
namun ternyata belum bisa mengurangi ingin dicapai, pengetahuan yang dimiliki,
jumlah kasus yang terjadi. Bahkan dan pengalaman yang mereka miliki untuk
kecurangan yang melibatkan aparat masing-masing masalah yang dihadapi
pemerintah cenderung mengalami (Saaty 1993). Model AHP menggunakan
peningkatan. Data Komisi Pemberantasan persepsi seseorang yang ahli (expert)
Korupsi menunjukkan dari tahun 2004 sebagai input utamanya, sehingga
sampai 2016, sebanyak 382 dari 616 diharapkan strategi yang dirumuskan dapat
pelaku tindak korupsi berdasarkan benar-benar sesuai dengan yang
jabatan/profesi merupakan aparat dibutuhkan oleh instansi pemerintah.
pemerintah (Komisi Pemberantasan Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian
Korupsi 2017). ini adalah merumuskan strategi untuk
Pemerintah sebagai pengemban mencegah terjadinya kecurangan (fraud)
amanat dari rakyat mempunyai kewajiban dalam pengelolaan keuangan pemerintah
untuk melaksanakan tugasnya secara menggunakan metode Analytical
efektif dan efisien, salah satunya adalah Hierarchy Process.
mengelola keuangan negara dengan baik
dan accountable. Namun, pada 25
pelaksanaannya banyak praktik
kecurangan yang berdampak negatif pada

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

METODE PENELITIAN 2. Menetapkan Prioritas


Langkah pertama yang dilakukan
Penelitian ini menggunakan data dalam menetapkan prioritas elemen
primer melalui wawancara terstruktur dan pengambilan keputusan adalah dengan
pengisian kuesioner AHP kepada 5 membuat perbandingan berpasangan
responden yang dianggap ahli (expert) dan (pairwise comparisons). Elemen-elemen
berkompeten dalam pengelolaan keuangan. tersebut dibandingkan berpasangan
Responden berasal dari Sekretariat Badan terhadap kriteria yang telah ditentukan.
X1, Inspektorat Jenderal Kementerian X, Untuk perbandingan berpasangan ini
Badan Pemeriksa Keuangan dan digunakan bentuk matriks. Dalam memulai
Pembangunan (BPKP) dan Badan perbandingan berpasangan ini, dimulai
Pemeriksa Keuangan (BPK) serta pada puncak hirarki untuk memilih kriteria
akademisi. Pengumpulan data dilakukan atau sifat yang akan digunakan untuk
pada bulan Mei 2017. melakukan perbandingan yang pertama
Penelitian ini dalam (focus). Langkah berikutnya untuk mengisi
memformulasikan strategi menggunakan matriks perbandingan berpasangan tersebut
Analytical Hierarcy Process (AHP) adalah mengisi berdasarkan skala nilai
dengan bantuan aplikasi Expert Choice 11 dengan angka antara 1 sampai 9.
dalam mengolah data. Metode AHP dipilih
untuk memformulasikan strategi 3. Konsistensi Logis
pencegahan fraud dalam pengelolaan Langkah terakhir yang dilakukan
keuangan pemerintah karena metode AHP dalam proses hirarki analitik adalah
mudah dalam menjelaskan proses dengan memperhitungkan konsistensi
pengambilan keputusan serta dapat logis, yaitu semua elemen dikelompokkan
digambarkan secara grafis. Selain itu, secara logis dan diperingatkan secara
kelebihan model AHP dibandingkan model konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.
pengambilan keputusan lainnya terletak Proses hirarki analitik mengukur
pada kemampuan AHP untuk memecahkan konsistensi menyeluruh dari berbagai
masalah yang multiobjectives dan pertimbangan melalui suatu rasio
multicriterias (Saaty 1993). konsistensi. Nilai konsistensi yang dapat
Menurut Saaty (1993) prinsip dasar diterima adalah ≤ 0,1 karena jika nilai
AHP ada tiga, yaitu: konsistensi lebih dari 10% artinya
1. Menyusun Hirarki pertimbangan mungkin agak acak dan
perlu diperbaiki (Saaty 1993).
Penyusunan hirarki dilakukan
dengan cara mengidentifikasi pengetahuan HASIL DAN PEMBAHASAN
atau informasi yang sedang diamati.
Penyusunan tersebut dimulai dari Hasil Analisis dengan Analytical
permasalahan yang kompleks dan Hierarchy Process
diuraikan menjadi elemen pokoknya. Perumusan strategi pencegahan fraud
Elemen pokok ini diuraikan lagi ke dalam dalam pengelolaan keuangan Badan X1
bagian-bagian yang lebih detail dan menggunakan metode analitycal hierarchy
seterusnya. Hirarki prioritas strategi dalam process (AHP) sehingga prioritas yang
penelitian ini disusun berdasarkan studi dihasilkan akan bersifat konsisten dengan
literatur dan wawancara dengan pejabat teori, logis dan transparan. Struktur AHP
terkait. Struktur hirarki terdiri atas lima yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
level, yaitu level 1 fokus, level 2 faktor, dari 5 (lima) level, yaitu fokus, faktor,
level 3 aktor, level 4 kendala dan level 5 aktor, kendala dan strategi. Faktor-faktor
26 strategi. Tujuan akhir dari perumusan yang digunakan dalam penyusunan hirarki
strategi menggunakan analisis AHP adalah adalah faktor yang berpengaruh terhadap
memilih prioritas strategi yang paling baik. fraud dalam pengelolaan keuangan, yaitu

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

efektivitas sistem pengendalian intern, upaya mencegah terjadinya fraud.


budaya etis organisasi dan moralitas Kendala-kendala tersebut adalah aspek
individu. individu, aspek organisasi, dan aspek
Aktor-aktor yang digunakan dalam peraturan
penyusunan hirarki adalah aktor yang Level terakhir dalam penyusunan
memiliki kewenangan untuk strategi adalah alternatif-alternatif strategi
mengendalikan faktor pendorong yang dipilih untuk mencegah terjadinya
terjadinya fraud yaitu eselon II, auditor fraud dalam pengelolaan keuangan di
internal dan auditor eksternal. Kendala- Badan X1. Hasil perumusan strategi
kendala yang menjadi skala prioritas dalam dengan AHP sesuai dengan hirarki dan
penyusunan hirarki adalah kendala yang urutan prioritas masing-masing level
dianggap dapat mempengaruhi aktor dalam disajikan pada Gambar 1.

Fokus Strategi Pencegahan Fraud dalam Pengelolaan Keuangan Badan X1

Efektivitas SPI Budaya Etis Organisasi Moralitas Individu


Faktor (0,503) (0,313) (0,184)

Eselon II Auditor internal Auditor eksternal


Aktor (0,583) (0,307) (0,110)

Aspek Individu Aspek Organisasi Aspek Peraturan


Kendala (0,467) (0,235) (0,298)

Perbaikan Perumusan
sistem Peningkatan Sistem Sosialisasi
value/ Membentuk
Strategi pengawasan kultur nilai anti
reward dan anti fraud
agen
dan organisasi punishment bagi
fraud di perubahan
pengendalian (0,171) yang tegas pegawai
organisasi (0,142)
(0,200) (0,166) (0,155)
(0,166)

Sumber : Saaty 1993


Gambar 1 Struktur dan Nilai Bobot Hirarki AHP

Tingkat peranan antar unsur pada adanya peluang bagi pegawai untuk
setiap level dengan level di atasnya adalah melakukan fraud. Rae dan Subramaniam
sebagai berikut: (2008) menemukan bahwa kualitas
pengendalian internal dapat menekan
1. Tingkat Peranan Faktor dalam
terjadinya fraud karyawan. Jika kualitas
Pencegahan Fraud dalam
sistem pengendalian intern buruk, maka
Pengelolaan Keuangan Badan X1
bisa menjadi kesempatan bagi karyawan
Dari hasil pengolahan dengan untuk melakukan kecurangan. Semakin
metode AHP, perbandingan antar unsur efektif pengendalian internal di instansi
“Faktor” Strategi Pencegahan Fraud dalam pemerintah, semakin rendah tingkat
Pengelolaan Keuangan Badan X1, yaitu kecurangan (Permana et al. 2017).
prioritas pertama sistem pengendalian Prioritas selanjutnya adalah budaya
intern dengan nilai 0,503. Sistem etis organisasi dengan nilai 0,313. Budaya 27
pengendalian intern dinilai sebagai organisasi merupakan nilai-nilai yang
prioritas pertama karena dengan adanya dikembangkan dalam organisasi sebagai
sistem yang efektif akan menghilangkan pedoman dalam berperilaku. Budaya
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

organisasi dapat mencegah perilaku tidak etis, fraud, dan penyimpangan atas
kecurangan di organisasi (Wicaksono dan kebijakan etis atau aturan perilaku dalam
Urumsyah 2016). Budaya organisasi organisasi.
memiliki peran yang sangat penting Aktor auditor internal diprioritaskan
didalam terbentuknya karakter anggota pada urutan kedua dengan nilai 0,307.
organisasi tersebut. Suatu organisasi yang Kegiatan pengawasan internal pada Badan
memiliki budaya etis tinggi akan menekan X1 dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
anggotanya untuk tidak melakukan Kementerian X. Peraturan Menteri
perbuatan yang menyimpang. Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Prioritas terakhir adalah moralitas Reformasi Birokrasi Nomor 19 tahun 2009
individu dengan nilai 0,184. Salah satu tentang Pedoman Kendali Mutu aparat
penyebab kecurangan adalah kepribadian pengawas intern pemerintah,
yang menggerogoti integritas seseorang. mendefinisikan Pengawasan intern sebagai
Subagio (2016) menyatakan bahwa akar seluruh proses kegiatan audit, reviu,
masalah terjadinya kecurangan adalah evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
kurangnya integritas aparatur negara, pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
dimana dalam integritas terkandung tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
kualitas moral dan sikap yang jujur, bijak, memberikan keyakinan yang memadai
adil untuk melakukan hal yang benar bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dalam segala situasi. Semakin tinggi level dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
moral individu, semakin ia berusaha untuk secara efektif dan efisien untuk
menghindarkan diri dari kecenderungan kepentingan pimpinan dalam mewujudkan
melakukan kecurangan yang dapat tata kelola/kepemerintahan yang baik.
merugikan banyak pihak (Puspasari dan Peran tersebut, diperkuat lagi dengan
Suwardi 2012). Oleh sebab itu untuk Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
mencegah fraud dalam suatu organisasi 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal
perlu mendorong penguatan moral Instansi Pemerintah (SPIP) pasal 48 yang
individu. menyatakan bahwa Aparat pengawasan
intern pemerintah melakukan pengawasan
2. Tingkat Peranan Aktor dalam
intern melalui: audit, reviu, evaluasi,
Pencegahan Fraud dalam
pemantauan, dan kegiatan pengawasan
Pengelolaan Keuangan Badan X1
lainnya. Dimana fungsi pengawasan yang
Dari hasil pengolahan dengan dilakukan APIP sampai dengan saat ini
metode AHP, perbandingan antar unsur dilaksanakan melalui peran pemeriksaan
“Aktor” Strategi Pencegahan Fraud dalam (watchdog), peran konsultan (consultant)
Pengelolaan Keuangan Badan X1, yaitu dan peran katalisator dan pendampingan
prioritas pertama Eselon II dengan nilai manajemen (catalyst) .
0,583. Eselon II dinilai memiliki peluang Prioritas terakhir adalah auditor
dan prioritas yang paling besar karena eksternal dengan nilai 0,110. Badan
secara langsung setiap kegiatan dalam Pemeriksa Keuangan (BPK) berperan
lingkup Badan X1 merupakan hasil dari dalam kegiatan pengawasan eksternal pada
kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah. Berdasarkan Pasal 6 UU No.
para Eselon II. Selain itu pihak manajemen 15 Tahun 2006, BPK memiliki tugas
dalam hal ini Eselon II juga mempunyai memeriksa pengelolaan dan tanggung
peran penting dalam menentukan jawab keuangan negara yang dilakukan
lingkungan etis organisasi dengan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
menunjukkan teladan yang layak sehingga Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
bisa menjadi panutan bagi pegawai di Badan Usaha Milik Negara, Badan
28 bawahnya. Manajemen juga harus Layanan Umum, Badan Usaha Milik
menyediakan mekanisme bagi pegawai Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
untuk melaporkan jika terjadi perilaku mengelola keuangan negara.

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

3. Tingkat Peranan Kendala dalam Responden menilai bahwa strategi


Pencegahan Fraud dalam yang perlu dijadikan prioritas utama adalah
Pengelolaan Keuangan Badan X1 perbaikan sistem pengawasan dan
pengendalian. Dengan adanya sistem yang
Perbandingan antar elemen
baik yang diterapkan di lingkup Badan X1
“Kendala” yang menempati urutan pertama
akan mampu meminimalkan dan
yaitu aspek individu dengan nilai 0,467.
mengeliminasi motivasi pegawai dan
Kendala aspek individu yaitu kendala yang
kesempatan untuk melakukan fraud.
berasal dari dalam diri atau di bawah
kendali individu tersebut, misalnya IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
keterbatasan sumber daya manusia (kurang
kompeten dan tidak memahami peraturan), 1. Perbaikan Sistem Pengawasan dan
sikap tidak peduli, menganggap tindakan Pengendalian
curang yang dilakukan adalah hal yang
Konsep untuk meningkatkan
lumrah, atau tidak berani melaporkan
pengendalian organisasi menurut The
perilaku dan kejadian kecurangan yang
Institute of Internal Auditor (2013)
terjadi di lingkungan kerjanya.
berkaitan dengan pembagian peran dan
Prioritas kedua menurut responden
tanggung jawab penerapan manajemen
adalah aspek peraturan dengan nilai 0,298.
risiko dan pengendalian internal menjadi 3
Kendala peraturan yaitu kualitas peraturan
(tiga) lini dalam organisasi. Manajemen
yang kurang memadai, penjatuhan sanksi
operasional menjadi lini pertahanan
yang terlalu ringan, penerapan sanksi tidak
pertama yang bertanggung jawab penuh
konsisten dan pandang bulu, serta
untuk menjalankan seluruh kebijakan
lemahnya bidang evaluasi dan revisi
organisasi dengan menjalankan
peraturan. Prioritas terakhir menurut
pengendalian intern secara terus menerus
responden adalah aspek organisasi dengan
dalam seluruh tahapan kegiatan. Lini
nilai 0,235. Kendala aspek organisasi yaitu
pertahanan kedua bertugas untuk
tidak adanya teladan dan komitmen dari
memantau dan menjaga kepatuhan
pimpinan sehingga pimpinan belum
pelaksanaan pengendalian intern serta
menjadi role model yang baik bagi
memberi masukan pada lini pertama. Lini
pegawai dibawahnya dalam upaya
pertahanan ketiga adalah aparat pengawas
pencegahan fraud.
intern pemerintah (APIP) atau auditor
4. Tingkat Peranan Strategi dalam internal yang bertugas untuk memberikan
Pencegahan Fraud dalam penilaian dan melakukan pemantauan
Pengelolaan Keuangan Badan X1 pengendalian intern secara obyektif.
Perbandingan antar elemen Pertama, kegiatan pengendalian
“Strategi” yang menempati prioritas intern yang dilakukan oleh pihak
pertama untuk mencegah terjadinya fraud manajemen operasional melalui
dalam pengelolaan keuangan yaitu pengawasan melekat, yaitu pemantauan
melakukan perbaikan sistem pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
dan pengendalian (0,200), prioritas kedua atasan terhadap staf di lingkungan unit
adalah peningkatan kultur organisasi kerjanya. Pengawasan melekat yang
(0,171), prioritas ketiga adalah perumusan dilakukan antara lain adanya pelaksanaan
value/nilai anti fraud di organisasi (0,166) manajemen risiko, penggunaan sistem
dan penerapan sistem reward dan informasi manajemen untuk seluruh
punisment yang tegas (0,166), prioritas kegiatan, uji petik pembelian barang/jasa
selanjutnya adalah sosialisasi anti fraud dan rekonsiliasi antara verifikator
bagi pegawai (0.155) dan terakhir keuangan dan pelaksana kegiatan.
pembentukan agent of change/agen Kedua, membentuk unit 29
perubahan (0.142). pengendalian internal untuk membantu
manajemen operasional sebagai unit

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

terdekat guna melakukan pemantauan yang realistis, pembagian wewenang dan


pelaksanaan pengendalian intern. tanggung jawab yang jelas, komunikasi
Pemantauan oleh unit pengendalian yang baik antar pegawai dan atasan, dan
internal akan mendorong penyelesaian perilaku sederhana dan bersahaja.
masalah secara lebih cepat dan terbuka. 3. Perumusan Value/Nilai Anti Fraud
Unit pengendalian internal juga berperan dalam Organisasi
sebagai petugas etika untuk membantu
pegawai menyelesaikan dilema etis yang Sistem nilai ini diwujudkan dalam
dihadapi dan untuk melaporkan dugaan suatu aturan perilaku (code of conduct)
fraud yang melibatkan manajemen. yang merefleksikan nilai utama dari
Terakhir, optimalisasi auditor organisasi. Aturan perilaku memberi
internal dapat dilakukan dengan pedoman pada pegawai dalam bekerja
mengoptimalkan perannya terkait dengan terkait peran dan tanggungjawabnya dan
kegiatan pembinaan SPIP bersama dengan mengambil keputusan yang benar terkait
BPKP. Selain itu auditor internal juga dengan dilema etis yang dialami dalam
melaksanakan peran pembinaannya dengan pekerjaannya. Salah satu nilai yang dapat
dilibatkan dalam kegiatan pembinaan digunakan sebagai pedoman untuk
terhadap pegawai terkait kesadaran mencegah terjadinya fraud adalah nilai
terhadap fraud melalui sosialisasi, maupun integritas. Menurut Subagio (2016),
pendidikan dan pelatihan. integritas memainkan peran penting dalam
mencegah terjadinya kecurangan dalam
2. Peningkatan Kultur Organisasi
birokrasi di Indonesia. Dalam integritas
Peningkatan kultur organisasi yang terkandung kualitas moral dan sikap yang
selaras dengan program anti fraud yang baik agar seseorang dapat melakukan hal
dapat dilakukan di lingkup Badan X1 yang benar di segala situasi. Oleh karena
yaitu: itu penguatan integritas perlu terus
a. Menunjukkan teladan pimpinan didorong dalam lingkup Badan X1, antara
Perilaku bawahan merupakan lain melalui penandatangan pakta integritas
refleksi dari perilaku pemimpinnya. Jika bagi seluruh pegawai setiap tahun yang
pemimpin mempromosikan perilaku yang berisi indikator nilai integritas.
baik maka bawahan akan meniru, begitu 4. Menerapkan Sistem Reward dan
juga sebaliknya (Wicaksono dan Urumsah
Punishment yang Tegas
2016). Komitmen pimpinan diperlukan
sebagai upaya dalam mencegah fraud. Sistem pengenaan reward maupun
Komitmen dapat diekspresikan dalam punishment sama-sama dibutuhkan untuk
bentuk keteladanan yang di dukung dengan merangsang karyawan agar meningkatkan
penyediaan sumber daya yang memadai kualitas kerjanya. Reward diterapkan
baik SDM, dana, maupun sarana dan untuk memotivasi karyawan akan lebih
prasarana (Wiranta 2015). bekerja maksimal dalam menjalankan
b. Menciptakan lingkungan kerja yang tanggung jawab. Sedangkan punishment
positif dikenakan terhadap karyawan yang
Seseorang akan cenderung melakukan kesalahan dan pelanggaran agar
menyesuaikan diri dengan apa yang telah termotivasi untuk menghentikan perilaku
menjadi kebiasaan dalam lingkungan menyimpang dan mengarahkan pada
kerjanya. Lingkungan kerja yang baik akan perilaku positif (Suherman 2017).
meningkatkan kreativitas, perilaku etis dan Selain reward berupa tunjangan
kinerja yang akan menjadi penghalang kinerja, reward yang dapat diberikan
terjadinya fraud (Wicaksono dan kepada pegawai yaitu memberikan
30 Urumsyah 2016). Upaya untuk kesempatan untuk meningkatkan
menciptakan lingkungan kerja yang positif kemampuan sesuai bidang keahlian
antara lain target penyerapan anggaran melalui diklat, promosi, dan melanjutkan

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

pendidikan. Pemberian sanksi yang tegas Upaya untuk melakukan pencegahan


juga harus dilakukan atas pelanggaran fraud selain unsur keteladanan yang nyata
pegawai berdasar Peraturan Pemerintah dari pimpinan juga membutuhkan
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 perubahan diri individu anggota organisasi.
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Untuk mempercepat perubahan kepada
pemotongan tunjangan kinerja berdasarkan seluruh pegawai, sangat diperlukan
Peraturan Tentang Tata Cara Pemberian beberapa individu yang bisa menjadi
Tunjangan Kinerja bagi Pegawai di penggerak utama dalam perubahan
Lingkungan Kementerian X. sekaligus menjadi bisa menjadi role model
bagi pegawai lain dalam berperilaku sesuai
5. Sosialisasi/Pendidikan Anti Fraud
dengan nilai-nilai yang dianut oleh
bagi Pegawai
organisasi. Dengan dibentuknya agen
Sosialisasi dan pendidikan anti fraud perubahan diharapkan terjadi peningkatan
bertujuan untuk memperkuat setiap integritas seluruh individu anggota
individu dalam mengambil keputusan yang organisasi, sehingga dapat mendorong
etis dan berintegritas, serta menciptakan terwujudnya penyelenggaraan pemerintah
budaya zero tolerance terhadap fraud. yang bebas fraud.
Sosialisasi anti fraud bagi pegawai tidak
hanya dilakukan dalam bentuk pendidikan SIMPULAN
dan pelatihan, namun juga melalui
keteladanan dari pimpinan (Wiranta 2015). Berdasarkan hasil analisis yang
Pendidikan dan pelatihan terkait fraud dilakukan pada penelitian ini dapat
dapat dilakukan pada saat penerimaan disimpulkan bahwa: Faktor yang menjadi
pegawai baru (induction training) dan prioritas pertama adalah sistem
harus terus dilakukan secara berkala pengendalian intern dengan nilai 0,503.
setelah menjadi pegawai. Aktor yang menjadi prioritas pertama
Seminar dan pelatihan etis digunakan adalah Eselon II dengan nilai 0,583.
untuk memperkuat nilai, tuntunan Kendala yang menjadi prioritas pertama
organisasi, menjelaskan praktik yang adalah aspek individu dengan nilai 0,467.
diperbolehkan dan yang tidak, serta Strategi yang menjadi prioritas pertama
menangani dilema etika yang mungkin dalam upaya pencegahan fraud dalam
muncul. Pelatihan etis merupakan alat pengelolaan keuangan Badan X1 yaitu
untuk memahami dan mendalami arti etos, melakukan perbaikan sistem pengawasan
nilai-nilai, norma, etika, intergritas, dan dan pengendalian (0,200), prioritas kedua
standar perilaku yang ditetapkan dalam adalah peningkatan kultur organisasi
aturan perilaku dalam organisasi (codes of (0,171), prioritas ketiga adalah perumusan
conduct). value/nilai anti fraud di organisasi (0,166)
Pendidikan anti fraud melalui dan penerapan sistem reward dan
promosi anti fraud dapat terus menerus punisment yang tegas (0,166), prioritas
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran selanjutnya adalah sosialisasi anti fraud
akan risiko fraud. Pendidikan anti fraud bagi pegawai (0,155) dan terakhir
dapat melalui media cetak maupun pembentukan agent of change/agen
elektronik di lingkungan kantor. Selain perubahan (0,142).
komunikasi tidak langsung, pendidikan
anti fraud juga dapat dilakukan melalui DAFTAR PUSTAKA
seruan anti fraud dalam setiap kesempatan
Abdullahi R., N. Mansor., dan MS. Nuhu.
kepada seluruh pegawai, misalnya dalam
2015. Fraud Triangle Theory and
rapat dan upacara.
Fraud Diamond Theory.
Understanding the Convergent and 31
6. Membentuk Agen Perubahan (Agent Divergent For Future Research.
of Change) International Journal of Academic

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

Research in Accounting, Finance and Antecedents and Moderating Effect on


Management Sciences Vol 5 (4): 30-37 Organisational Justice and Employee
[BPK] Badan Pemeriksa Keuangan. 2016. Fraud. Managerial Auditing Journal
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Volume 23 No.2: 104-124. doi:
Atas Laporan Keuangan Pemerintah 10.1108/ 02686900810839820
Pusat Tahun 2015. Jakarta (ID): BPK Saaty, TL. 1993. Pengambilan Keputusan
RI Bagi Para Pemimpin. Seri Manajemen
[IIA] The Institute of Internal Auditor. No. 134. Alih Bahasa Liana Setiono.
2013. IIA Position Paper: The Three Penerbit PT Pustaka Binaman
Lines of Defense in Effective Risk Pressindo, Jakarta. (ID)
Management and Control. Diakses 24 Subagio. 2016. Identify Main Factors That
Juni 2017, dari http://global.theiia.org Influence Corruption And Suggest
Indonesian Corruption Watch. 2017. How To Eradicate The Corruption
Laporan Tahunan ICW 2016. Diakses Problem In Indonesia. Asia Pasific
1 Agustus 2017, dari Fraud Journal Volume 1 No.1: 37-48.
http://www.antikorupsi.org/ doi: 10.21532/apfj.001.16.01.01.03
Lediastuti, D., dan U. Subandijo. 2014. Suherman. 2017. Pola Mutasi, Reward &
Audit Forensik Terhadap Pengelolaan Punishment vs Fraud. Artikel DJKN.
dan Pertanggungjawaban Keuangan Diakses 15 Juli 2017, dari
Negara (Studi Kasus pada Badan https://www.djkn.kemenkeu.go.id/arti
Pemeriksa Keuangan RI). e-Journal kel/baca/12542/Pola-Mutasi-Reward-
Magister Akuntasi Trisakti Volume 1 Punishment-vs-Fraud.html
No.1: 89-108 Surjandari, DA., dan I. Martaningtyas. 2015.
[Pemerintah RI] Pemerintah Republik An Empirical Study: The Effect of
Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Performance Incentives, Internal
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun Control System, Organizational
2008 tentang Sistem Pengendalian Culture, on Fraud of Indonesia
Intern Pemerintah. Sekretariat Negara, Government Officer. Mediterranian
Jakarta. (ID) Journal of Social Sciences Volume 6
[Pemerintah RI] Pemerintah Republik No.5: 71-76.doi:
Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah 10.5901/mjss.2015.v6n5s5p71
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun Transparancy International. Corruption
2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Perception Index 2016. Diakses 7
Sipil. Sekretariat Negara, Jakarta. (ID) Juli 2017. Tersedia pada
Permana, BA., HD. Perdana., dan L. www.transparency.org
Kurniasih. 2017. Determinant of Fraud Wicaksono, AP., dan D. Urumsah. 2016.
in Government Agency: Empirical Factors Influencing Employees To
Study At The Finance And Commit Fraud In Workplace
Development Supervisory Agency Empirical Study In Indonesian
(BPKP) Of Jakarta Representative Hospitals. Asia Pasific Fraud Journal
Office. Asia Pasific Fraud Journal Volume 1 No.1: 1-18.doi:
Volume 2 No.1: 93-108. 10.21532/apfj.001.16.01.01.01
doi:10.21532/apfj.001.17.02.01.08 Wiranta, DNS. 2015. Transformasi
Puspasari, N, dan E. Suwardi. 2012. Birokrasi: Cara untuk Penguatan Etika
Pengaruh Moralitas Individu dan dan Integritas dalam Pencegahan
Pengendalian Internal Terhadap Korupsi. Jurnal Lingkar Widyaiswara
Kecenderungan Kecurangan Volume 2 No. 4: 44-71
Akuntansi: Studi Eksperimen pada
Konteks Pemerintahan Daerah.
Simposium Nasional Akuntansi 15
32 Banjarmasin, Indonesia.
Rae, K., dan N. Subramaniam. 2008. Quality
of Internal Control Procedures:

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process

Anda mungkin juga menyukai