ABSTRACT
Fraud phenomenon involves many actors from the government sector. Fraudulent practices in government has a
negative impact on the economic and social sectors. Therefore, need for prevention effort to avoid state’s
material and non material losses. The objectives of this study were to formulate fraud prevention strategies by
using Analytical Hierarchy Process. Sources of data used in this study were questionnaires and interviews to 5
expert respondent. Strategies for fraud prevention on government financial management: (1) improving the
supervision and control system, (2) improving the organizational culture, (3) formulating anti fraud value in the
organization, (4) implementing reward system and punisment firmly, (5) anti fraud socialization for employees,
and (6) forming agent of change.
Key words: fraud prevention, internal control system, organizational culture, anti fraud value, Analytical
Hierarchy Process
ABSTRAK
Fenomena Kecurangan Banyak Melibatkan Pelaku Dari Sektor Pemerintahan. Praktik Kecurangan Di
Pemerintahan Berdampak Negatif Di Sektor Ekonomi Dan Sosial. Oleh Karena Itu, Perlu Upaya Pencegahan
Untuk Menghindari Kerugian Negara Material Maupun Non Material. Tujuan Penelitian Ini Adalah
Merumuskan Strategi Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan Menggunakan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Sumber Data Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Kuesioner Dan Wawancara Kepada
5 Responden Yang Dianggap Ahli. Strategi Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan Pemerintah
Adalah: (1) Perbaikan Sistem Pengawasan Dan Pengendalian, (2) Meningkatkan Kultur Organisasi, (3)
Merumuskan Nilai Anti Fraud, (4) Menerapkan Sistem Reward Dan Punishment Yang Tegas, (5) Sosialisasi
Anti Fraud Bagi Pegawai, Dan (6) Membentuk Agen Perubahan.
Kata Kunci: Pencegahan Fraud, Sistem Pengendalian Intern, Budaya Organisasi, Nilai Anti Fraud, Proses
Hirarki Analisis
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018
selama tahun 2016, terdapat 482 kasus sektor ekonomi maupun sosial (Lediastuti
korupsi dengan total kerugian negara dan Subandijo 2014). Salah satu indikator
sebesar Rp 1,47 Triliun (Indonesian terjadinya permasalahan dalam
Corruption Watch 2017). Transparansi pengelolaan keuangan instansi pemerintah
Internasional dalam surveynya tahun 2016 juga dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
juga menunjukkan bahwa Indonesia Badan Pemeriksa Keuangan terhadap
menempati peringkat 90 dari 176 negara laporan keuangan.
yang diukur tingkat korupsinya dengan Kecurangan dapat terjadi di instansi
skor 37 (Transparency International pemerintah manapun termasuk Badan X1.
2016). Pemeriksaan BPK atas laporan keuangan
Reformasi dibidang keuangan negara Badan X1 dari tahun 2013-2015
telah dilaksanakan melalui paket Undang- menemukan adanya kelemahan dalam
Undang yang terdiri dari Undang-Undang sistem pengendalian intern. Temuan
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan tersebut merupakan indikasi bahwa dalam
Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun pengelolaan keuangan Badan X1 belum
2004 tentang Perbendaharaan Negara dan menyajikan informasi keuangan yang
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 handal dan masih rawan terhadap
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan kecurangan, sehingga diperlukan upaya
Tanggungjawab Keuangan Negara. pencegahan. Upaya pencegahan fraud
Ketiganya merupakan landasan dan lebih efektif untuk dilakukan dibandingkan
pedoman agar keuangan negara dapat dengan upaya represif, antara lain
dikelola secara tertib, ekonomis, efisien, menghindari kerugian negara yang lebih
efektif, transparan dan bertanggung jawab besar, serta rusaknya nama baik institusi
dengan memperhatikan rasa keadilan dan dan individu. Selain itu, melakukan
kepatutan. Sejalan dengan tujuan tersebut, pencegahan dari awal akan lebih murah
Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 dan lebih efektif daripada mendeteksi
mengamanatkan untuk mewujudkan setelah terjadinya fraud (Abdullahi 2015).
penyelenggaraan negara yang bebas dan Analytical Hierarcy Process (AHP)
bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme. merupakan alat analisis yang digunakan
Banyaknya aturan tersebut untuk membantu para pembuat keputusan
diterbitkan sebagai upaya untuk menekan untuk mengidentifikasikan dan sekaligus
tingginya kasus kecurangan di Indonesia, membuat prioritas berdasarkan tujuan yang
namun ternyata belum bisa mengurangi ingin dicapai, pengetahuan yang dimiliki,
jumlah kasus yang terjadi. Bahkan dan pengalaman yang mereka miliki untuk
kecurangan yang melibatkan aparat masing-masing masalah yang dihadapi
pemerintah cenderung mengalami (Saaty 1993). Model AHP menggunakan
peningkatan. Data Komisi Pemberantasan persepsi seseorang yang ahli (expert)
Korupsi menunjukkan dari tahun 2004 sebagai input utamanya, sehingga
sampai 2016, sebanyak 382 dari 616 diharapkan strategi yang dirumuskan dapat
pelaku tindak korupsi berdasarkan benar-benar sesuai dengan yang
jabatan/profesi merupakan aparat dibutuhkan oleh instansi pemerintah.
pemerintah (Komisi Pemberantasan Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian
Korupsi 2017). ini adalah merumuskan strategi untuk
Pemerintah sebagai pengemban mencegah terjadinya kecurangan (fraud)
amanat dari rakyat mempunyai kewajiban dalam pengelolaan keuangan pemerintah
untuk melaksanakan tugasnya secara menggunakan metode Analytical
efektif dan efisien, salah satunya adalah Hierarchy Process.
mengelola keuangan negara dengan baik
dan accountable. Namun, pada 25
pelaksanaannya banyak praktik
kecurangan yang berdampak negatif pada
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018
Perbaikan Perumusan
sistem Peningkatan Sistem Sosialisasi
value/ Membentuk
Strategi pengawasan kultur nilai anti
reward dan anti fraud
agen
dan organisasi punishment bagi
fraud di perubahan
pengendalian (0,171) yang tegas pegawai
organisasi (0,142)
(0,200) (0,166) (0,155)
(0,166)
Tingkat peranan antar unsur pada adanya peluang bagi pegawai untuk
setiap level dengan level di atasnya adalah melakukan fraud. Rae dan Subramaniam
sebagai berikut: (2008) menemukan bahwa kualitas
pengendalian internal dapat menekan
1. Tingkat Peranan Faktor dalam
terjadinya fraud karyawan. Jika kualitas
Pencegahan Fraud dalam
sistem pengendalian intern buruk, maka
Pengelolaan Keuangan Badan X1
bisa menjadi kesempatan bagi karyawan
Dari hasil pengolahan dengan untuk melakukan kecurangan. Semakin
metode AHP, perbandingan antar unsur efektif pengendalian internal di instansi
“Faktor” Strategi Pencegahan Fraud dalam pemerintah, semakin rendah tingkat
Pengelolaan Keuangan Badan X1, yaitu kecurangan (Permana et al. 2017).
prioritas pertama sistem pengendalian Prioritas selanjutnya adalah budaya
intern dengan nilai 0,503. Sistem etis organisasi dengan nilai 0,313. Budaya 27
pengendalian intern dinilai sebagai organisasi merupakan nilai-nilai yang
prioritas pertama karena dengan adanya dikembangkan dalam organisasi sebagai
sistem yang efektif akan menghilangkan pedoman dalam berperilaku. Budaya
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018
organisasi dapat mencegah perilaku tidak etis, fraud, dan penyimpangan atas
kecurangan di organisasi (Wicaksono dan kebijakan etis atau aturan perilaku dalam
Urumsyah 2016). Budaya organisasi organisasi.
memiliki peran yang sangat penting Aktor auditor internal diprioritaskan
didalam terbentuknya karakter anggota pada urutan kedua dengan nilai 0,307.
organisasi tersebut. Suatu organisasi yang Kegiatan pengawasan internal pada Badan
memiliki budaya etis tinggi akan menekan X1 dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
anggotanya untuk tidak melakukan Kementerian X. Peraturan Menteri
perbuatan yang menyimpang. Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Prioritas terakhir adalah moralitas Reformasi Birokrasi Nomor 19 tahun 2009
individu dengan nilai 0,184. Salah satu tentang Pedoman Kendali Mutu aparat
penyebab kecurangan adalah kepribadian pengawas intern pemerintah,
yang menggerogoti integritas seseorang. mendefinisikan Pengawasan intern sebagai
Subagio (2016) menyatakan bahwa akar seluruh proses kegiatan audit, reviu,
masalah terjadinya kecurangan adalah evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
kurangnya integritas aparatur negara, pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
dimana dalam integritas terkandung tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
kualitas moral dan sikap yang jujur, bijak, memberikan keyakinan yang memadai
adil untuk melakukan hal yang benar bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dalam segala situasi. Semakin tinggi level dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
moral individu, semakin ia berusaha untuk secara efektif dan efisien untuk
menghindarkan diri dari kecenderungan kepentingan pimpinan dalam mewujudkan
melakukan kecurangan yang dapat tata kelola/kepemerintahan yang baik.
merugikan banyak pihak (Puspasari dan Peran tersebut, diperkuat lagi dengan
Suwardi 2012). Oleh sebab itu untuk Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
mencegah fraud dalam suatu organisasi 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal
perlu mendorong penguatan moral Instansi Pemerintah (SPIP) pasal 48 yang
individu. menyatakan bahwa Aparat pengawasan
intern pemerintah melakukan pengawasan
2. Tingkat Peranan Aktor dalam
intern melalui: audit, reviu, evaluasi,
Pencegahan Fraud dalam
pemantauan, dan kegiatan pengawasan
Pengelolaan Keuangan Badan X1
lainnya. Dimana fungsi pengawasan yang
Dari hasil pengolahan dengan dilakukan APIP sampai dengan saat ini
metode AHP, perbandingan antar unsur dilaksanakan melalui peran pemeriksaan
“Aktor” Strategi Pencegahan Fraud dalam (watchdog), peran konsultan (consultant)
Pengelolaan Keuangan Badan X1, yaitu dan peran katalisator dan pendampingan
prioritas pertama Eselon II dengan nilai manajemen (catalyst) .
0,583. Eselon II dinilai memiliki peluang Prioritas terakhir adalah auditor
dan prioritas yang paling besar karena eksternal dengan nilai 0,110. Badan
secara langsung setiap kegiatan dalam Pemeriksa Keuangan (BPK) berperan
lingkup Badan X1 merupakan hasil dari dalam kegiatan pengawasan eksternal pada
kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah. Berdasarkan Pasal 6 UU No.
para Eselon II. Selain itu pihak manajemen 15 Tahun 2006, BPK memiliki tugas
dalam hal ini Eselon II juga mempunyai memeriksa pengelolaan dan tanggung
peran penting dalam menentukan jawab keuangan negara yang dilakukan
lingkungan etis organisasi dengan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
menunjukkan teladan yang layak sehingga Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
bisa menjadi panutan bagi pegawai di Badan Usaha Milik Negara, Badan
28 bawahnya. Manajemen juga harus Layanan Umum, Badan Usaha Milik
menyediakan mekanisme bagi pegawai Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
untuk melaporkan jika terjadi perilaku mengelola keuangan negara.
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan
dan Nirwan Ristiyanto Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy Process