Anda di halaman 1dari 26

2.5.

Konsep Pengurangan Resiko Bencana (PRB)


2.5.1. Kajian Resiko Bencana
Kajian risiko bencana menjadi landasan untuk memilih strategi yang
dinilai mampu mengurangi risiko bencana. Kajian risiko bencana ini harus
mampu menjadi dasar yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan
penanggulangan bencana. Di tingkat masyarakat hasil pengkajian ini diharapkan
dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko
bencana. Untuk mendapatkan nilai risiko bencana tergantung dari besarnya
ancaman dan kerentanan yang berinteraksi. Interaksi ancaman, kerentanan dan
faktor - faktor luar menjadi dasar untuk melakukan pengkajian risiko bencana
terhadap suatu daerah.
Komponen pengkajian risiko bencana terdiri dari ancaman, kerugian, dan
kapasitas. Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko bencana
suatu kawasan dengan menghitung potensi penduduk terpapar, kerugian harta
benda, dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian diharapkan mampu
menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada pada suatu kawasan.
Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar yang memadai
bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Di tingkat
masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam
perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
Berdasarkan gambar 3, kajian risiko bencana untuk menghasilkan
kebijakan penanggulangan bencana yang disusun berdasarkan komponen
ancaman, kerugian, dan kapasitas. Komponen Ancaman disusun berdasarkan
parameter intensitas dan probabilitas kejadian. Komponen Kerugian disusun
berdasarkan parameter ekonomi, fisik, dan lingkungan. Komponen Kapasitas
disusun berdasarkan parameter kapasitas regulasi, kelembagaan, sistem
peringatan, pendidikan pelatihan keterampilan, mitigasi dan sistem kesiapsiagaan.
2.5.2. Ancaman Yang Terjadi
Dijelaskan penentuan indeks ancaman bencana dapat disusun berdasarkan
data dan catatan sejarah kebencanaan yang pernah terjadi di Kabupaten Malang.
Indeks ancaman bencana tersebut disusun berdasarkan komponen kemungkinan
terjadinya suatu ancaman dan komponen besarnya dampak yang pernah tercatat
untuk bencana yang terjadi tersebut. Indeks ancaman dapat disesuaikan dengan
standar parameter yang telah ditentukan oleh BNPB dengan merujuk kepada peta
bahaya setiap bencana. Penentuan indeks ancaman dan indeks penduduk terpapar
untuk setiap jenis bencana di Kabupaten Malang dapat diketahui sebagai berikut:
1. Banjir
Banjir adalah bencana alam yang terjadi secara alami maupun oleh ulah manusia.
Banjir sering terjadi disebabkan oleh ulah manusia yang mulai tidak
menghiraukan keseimbangan alam. Banjir merupakan peristiwa tergenang dan
terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir juga dapat terjadi
karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat curah hujan yang
tinggi, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai, sedangkan
penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut:
a. Curah hujan dalam jangka waktu panjang.
b. Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
c. Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air
tersumbat.
d. Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi
jalan/tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.

Dapat diketahui bahwa total wilayah terancam bencana banjir di


Kabupaten Malang adalah seluas 56,72 % dengan total indeks Penduduk
Terpapar sebanyak 1.975.232 Jiwa yang meliputi wilayah Kecamatan
Ampelgading, Bantur, Bululawang, Dampit, Dau, Donomulyo, Gedangan,
Gondanglegi, Jabung, Kalipare, Karangploso, Kasembon, Kepanjen,
Kromengan, Lawang, Ngajum, Ngantang, Pagak, Pagelaran, Pakis, Pakisaji,
Poncokusumo, Pujon, Singosari, Sumber Pucung, Sumbermanjing, Tajinan,
Tirta Yudo, Tumpang, Turen, Wagir, Wajak, dan Wonosari.
2. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Gelombang ekstrim adalah naiknya air laut yang disertai dengan ombak
yang besar akibat adanya tarikan gravitasi bulan. Bila gelombang pasang
disertai dengan angin kencang, maka gelombang laut pasang akan
menghantam pantai dan benda-benda lainnya yang ada di tepi pantai yang
dapat menimbulkan abrasi.Sedangkan Abrasi adalah terkikisnya tanah atau
pantai atau endapan bukit pasir oleh gerakan gelombang, air pasang, arus
ombak, atau pengaliran air. Ombak, yang ditimbulkan oleh badai, angin
atau mesinmotor yang bergerak cepat, menyebabkan erosi pantai, yang
bisa dalambentuk hilangnya endapan dan bebatuan dalam kurun waktu
yang lama,atau redistribusi endapan pantai yang hanya sementara; erosi di
satu lokasi bisa mengakibatkan penimbunan didekatnya.

Berdasarkan peta gelombang ekstrim dan abrasi tersebut diketahui


bahwa total wilayah terancam bencana gelombang ekstrim dan abrasi di
Kabupaten Malang adalah seluas 1,62% dengan total indeks Penduduk
Terpapar sebanyak 11.031 Jiwa yang meliputi wilayah Kecamatan
Ampelgading, Bantur, Donomulyo, Gedangan, Sumbermanjing, dan Tirto
Yudo.
3. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan
dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Gempa
bumi dapat terjadi karena proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng
bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi, atau pergerakan geomorfologi
secara lokal. Skala yang digunakan untuk menentukan besarnya gempa
bumi biasanya dengan skala richter (SR). Intensitas atau getarannya diukur
dengan skala MMI (Modified Mercalli Intensity).

4. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dan lahan merupakan kebakaran permukaan dimana api
membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan (misalnya: serasah,
pepohonan, semak, dan lain-lain), Api kemudian menyebar tidak menentu
secara perlahan di bawah permukaan (ground fire), membakar bahan
organik melalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar/pohon
yang bagian atasnya terbakar.

5. Kekeringan
Kekeringan merupakan suatu kondisi dalam kurun waktu yang
panjang, bulan atau tahun, dimana suatu daerah mengalami kekurangan
air. Pada umumnya, hal ini terjadi ketika daerah tersebut secara terus-
menerus mengalami hujan di bawah rata-rata. Hal ini bisa mengakibatkan
dampak substansial terhadap ekosistem dan pertanian dari daerah yang
terkena bencana kekeringan. Kekeringan bisa berlangsung selama
beberapa tahun, atau walaupun pendek, bencana kekeringan yang hebat
bisa menyebabkan kerusakan yang signifikan dan merugikan ekonomi
lokal.

6. Tanah Longsor
Tanah Longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, material campuran tersebut bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam
tanah yang dapat menambah bobot tanah, jika air tersebut menembus sampai
tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin
dan pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti kemiringan lereng dan keluar
lereng. Dengan demikian, faktor utama penyebab terjadinya tanah longsor adalah
jenis tanah pada lapisan atas permukaan (top soil), vegetasi penutup, kemiringan
lereng, dan tinggi rendahnya curah hujan.

3. Kerugian
Indeks Kerugian diperoleh dari komponen ekonomi, fisik dan lingkungan.
Komponen-komponen ini dihitung berdasarkan indikator-indikator berbeda
tergantung pada jenis ancaman bencana. Sama halnya dengan indeks penduduk
terpapar, indeks kerugian baru dapat diperoleh setelah Peta Bahaya untuk setiap
bencana telah selesai disusun. Penjabaran setiap komponen indeks kerugian
dijelaskan sebagai berikut :
1) Komponen Ekonomi
Komponen ekonomi berisikan indikator luas lahan produktif (terutama
lahan pertanian) dan kontribusi PDRB per sektor yang dihitung dalam satu
satuan rupiah. Komponen ini ditunjang dengan indeks kerugian. Indeks
Kerugian baru dapat diperoleh setelah Peta Bahaya untuk setiap bencana
telah selesai disusun.
2) Komponen Fisik
Komponen fisik berisikan indikator rumah, fasilitas umum dan fasilitas
kritis. Indikator-indikator tersebut dirincikan sebagai berikut:
a. Rumah, dikelompokkan menjadi 3 yaitu rumah permanen, semi
permanen dan tidak permanen yang dihitung dalam satu satuan
rupiah.
b. Fasilitas umum, misalnya fasilitas kesehatan, pendidikan, fasilitas
ibadah dan fasilitas kantor yang dihitung dengan standar harga di
kabupaten bersangkutan dalam satu satuan rupiah.
c. Fasilitas kritis, meliputi : pelabuhan, bandara, jaringan listrik dan
PLN, jaringan air bersih (PAM) dan jaringan telekomunikasi yang
dihitung dengan standar harga di kabupaten bersangkutan dalam
satu satuan rupiah.
d. Komponen Lingkungan
Komponen lingkungan tersusun dari indikator-indikator penutupan
lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove, semak
belukar, dan rawa). Untuk indeks kerugian lingkungan setiap jenis
ancaman itu berbeda-beda. Indeks kerugian lingkungan ini didapat
dari rata-rata bobot jenis tutupan lahan. Parameter konversi indeks
kerugian lingkungan digabung melalui faktor-faktor pembobotan
yang ditunjukkan pada persamaan untuk masing-masing jenis
ancaman di bawah ini.

2.5.3. Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar


a) Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan dari kebijakan-
kebijakan dan rencana-rencana yang berhubungan dengan lingkungan
hidup, termasuk untuk pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan
adaptasi terhadap perubahan iklim.
b) Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pembangunan sosial
dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk yang paling berisiko
terkena dampak bencana.
c) Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang ekonomi dan
produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan kegiatan-
kegiatan ekonomi.
d) Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke dalam proses-
proses rehabilitasi dan pemulihan pascabencan.
e) Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampak-dampak risiko
bencana atau proyek-proyek pembangunan besar, terutama infrastruktur.
2.5.4. Kapasitas
a) Komponen Ketahanan Daerah Berdasarkan Kajian HFA

Disimpulkan bahwa komitmen pemerintah dan beberapa komunitas terkait


pengurangan risiko bencana di daerah telah tercapai dan didukung dengan
kebijakan sistematis, namun capaian yang diperoleh dengan komitmen dan
kebijakan tersebut dinilai belum menyeluruh hingga masih belum cukup berarti
untuk mengurangi dampak negatif dari bencana.
2.6. Peta Resiko Bencana Komunitas
Kajian risiko bencana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dalam undang-undang tersebut, risiko
bencana didefinisikan sebagai potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Proses penyusunan peta risiko bencana seperti terlihat pada Gambar 9
dibuat untuk setiap jenis ancaman bencana yang ada pada suatu kawasan. Metode
perhitungan dan data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai indeks akan
berbeda untuk setiap jenis bahaya. Kebutuhan data dan metode perhitungan
indeks-indeks tersebut dijelaskan lebih detail pada bab sebelumnya yang
menghasilkan peta risiko bencana Kabupaten Malang.
2.6.1 Peta Multi Resiko Bencana

2.6.2 Kajian Resiko Kabupaten Malang


Dalam Pengkajian Risiko adalah suatu metodologi untuk menentukan sifat
dan besarnya risiko dengan menganalisa bahaya potensial dan mengevaluasi
kondisi kerentanan yang ada dan dapat menyebabkan ancaman atau
membahayakan orang, harta benda, mata pencarian, dan lingkungan tempat
mereka bergantung. Hal ini penting dilakukan dalam rangka penyusunan rencana
Pengurangan Resiko Bencana (PRB), serta untuk mengetahui
kerusakan/kebutuhan bila terjadi bencana dalam rangka penyusunan rencana
tindak tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Kajian risiko bencana
dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya dan kerentanan dari suatu daerah yang
kemudian menganalisa dan mengestimasi kemungkinan timbulnya potensi
ancaman bencana. Selain itu juga untuk mempelajari kelemahan dan celah dalam
mekanisme perlindungan dan strategi adaptasi yang ada terhadap bencana, serta
untuk memformulasikan rekomendasi realistis langkah-langkah mengatasi
kelemahan dan mengurangi resiko bencana yang telah diidentifikasi.
1. Tingkat Ancaman

Dari gambar di atas dapat jelaskan bahwa tingkat ancaman setiap bencana
yang berpotensi di Kabupaten Malang adalah:
a. Tingkat ancaman bencana letusan gunung api adalah RENDAH. Hal
ini disebabkan karena indeks ancamannya adalah sedang dan indeks
penduduk terpaparnya rendah.
b. Tingkat ancaman bencana gelombang ekstrim dan abrasi dan tsunami
adalah SEDANG. hal ini disebabkan karena indeks ancamannya
sedang dan indeks penduduk terpaparnya juga sedang.
c. Tingkat ancaman bencana banjir, epidemi dan wabah penyakit, dan
tanah longsor adalah SEDANG. Hal ini disebabkan karena indeks
ancamannya adalah rendah dan indeks penduduk terpaparnya tinggi.
d. Tingkat ancaman bencana cuaca ekstrim, gempa bumi, dan kekeringan
adalah TINGGI. Hal ini disebabkan karena indeks ancaman adalah
sedang dan indeks penduduk terpaparnya tinggi
e. Tingkat ancaman bencana kebakaran hutan dan lahan adalah TINGGI.
Hal ini disebabkan karena indeks ancamannya adalah tinggi dan indeks
penduduk terpaparnya tinggi.
2. Tingkat Kerugian

dapat dijelaskan bahwa tingkat kerugian setiap bencana yang berpotensi di


Kabupaten Malang adalah:
a. Tingkat Kerugian bencana epidemi dan wabah penyakit adalah
RENDAH. Tingkat Kerugian ini dikategorikan rendah karena tingkat
ancamannya adalah sedang dan indeks kerugiannya adalah rendah.
b. Tingkat Kerugian bencana letusan gunung api adalah SEDANG. Tingkat
Kerugian ini dikategorikan sedang karena tingkat ancamannya adalah
rendah dan indeks kerugiannya adalah tinggi. Tingkat Kerugian bencana
gelombang ekstrim dan abrasi adalah SEDANG. Tingkat Kerugian ini
dikategorikan sedang karena tingkat ancamannya adalah sedang dan
indeks kerugiannya adalah sedang.
c. Tingkat Kerugian bencana banjir, tanah longsor, dan tsunami adalah
TINGGI. Tingkat Kerugian ini dikategorikan tinggi karena tingkat
ancamannya adalah sedang dan indeks kerugiannya adalah tinggi.
d. Tingkat Kerugian bencana cuaca ekstrim dan gempa bumi adalah
TINGGI. Tingkat Kerugian ini dikategorikan tinggi karena tingkat
ancamannya adalah tinggi dan indeks kerugiannya adalah sedang.
e. Tingkat Kerugian bencana kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan
adalah TINGGI. Tingkat Kerugian ini dikategorikan tinggi karena tingkat
ancamannya adalah tinggi dan indeks kerugiannya adalah tinggi.
3. Tingkat Kapasitas

Berdasarkan matrik penentuan tingkat kapasitas Kabupaten Malang dapat


dijelaskan bahwa tingkat kapasitas daerah untuk tisp jenis bencana adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat Kapasitas RENDAH terdapat pada jenis bencana letusan gunung
api dimana tingkat ancaman rendah dan indeks kapasitas rendah.
b. Tingkat Kapasitas SEDANG terdapat pada jenis bencana gelombang
ekstrim dan abrasi, banjir, epidemi dan wabah penyakit, tanah longsor, dan
tsunami dengan tingkat ancaman sedang dan indeks kapasitas rendah.
c. Tingkat Kapasitas TINGGI terdapat pada jenis bencana cuaca ekstrim,
gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan, dan kekeringan dengan tingkat
ancaman tinggi dan indeks kapasitas rendah.
4. Tingkat Resiko

Berdasarkan matriks penentuan tingkat risiko Kabupaten Malang di atas dapat


dijelaskna bahwa:
a. Bencana yang memiliki tingkat risiko SEDANG adalah bencana epidemi
dan wabah penyakit dengan tingkat kerugian rendah dan tingkat kapasitas
rendah. Dan bencana letusan gunung api memiliki tingkat kerugian sedang
dan tingkat kapasitas sedang.
b. Bencana yang memiliki tingkat risiko TINGGI adalah gelombang ekstrim
dan abrasi dengan tingkat kerugian sedang dan tingkat kapasitas rendah.
Dan bencana cuaca ekstrim, banjir, gempa bumi, kebakaran hutan dan
lahan, kekeringan, tanah longsor memiliki tingkat kerugian tinggi dan
tingkat kapasitas rendah.
2.6.3 Peta Resiko Bencana

Anda mungkin juga menyukai