Anda di halaman 1dari 64

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.1.1 Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan

4000 gram (Rochmah, 2012:1). Beberapa pengertian lain tentang bayi baru

lahir (Wahyuni, 2011:1) :

a. Bayi baru lahir adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan usia

empat minggu

b. Neonatal Dini adalah BBL sampai dengan usia 1 minggu

c. Neonatal lanjut adalah BBL dari usia 8-28 hari.

Adapun ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah berat badan 2500-4000

gram, panjang badan lahir 48-52 cm, lingkar dada 32-34 cm, lingkar kepala

33-35 cm, frekuensi jantung ±180 denyut/menit, kemudian menurun sampai

120-140 denyut/menit, pernapasan pada beberapa menit pertama cepat, kira-

kira 80 kali/menit, kemudian menurun menjadi 40-60 kali/menit, kulit

kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan

diliputi verniks kaseosa, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala

biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genetalia: labia

mayora sudah menutupi labia minora (pada anak perempuan), testis sudah

turun (pada anak laki-laki), reflek hisap dan menelan sudah terbentuk

dengan baik, reflek moro sudah baik, jika terkejut bayi akan memperlihatkan

5
6

gerakan tangan seperti memeluk, eliminasi baik, urine dan mekonium akan

keluar dalam 24 jam pertama. Mekonium berwarna hitam kehijauan dan

lengket (Sondakh, 2013).

2.1.2 Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya asuhan pada bayi antara lain

(Abdul Bari Saifudin, 2002:136) :

a. Stabilisasi temperatur tubuh bayi (menjaga agar bayi tetap hangat)

b. Memulai pemberian ASI (menyusui) sedini mungkin untuk mencegah

terjadinya perdarahan pada ibu dan memberikan kekebalan pada bayi.

c. Gangguan pernafasan (penatalaksanaan sedini mungkin)

d. Memantau terjadinya infeksi pada bayi terutama pada tali pusat bayi.

2.1.3 Fisiologis Bayi Baru Lahir

Menurut Fraser (2009:690), transisi dari kehidupan di dalam

kandungan ke kehidupan di luar kandungan merupakan perubahan drastis,

dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi,

guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Bayi harus melakukan

penyesuaian mayor pada sistem pernapasan, sirkulasi, dan pengaturan suhu

tubuh. Adaptasi awal ini sangat penting bagi kesejahteraan bayi

selanjutnya.

a. Sistem Pernapasan

Frekuensi napas bayi yang normal adalah 40-60 kali/menit yang

cenderung dangkal menggunakan pernapasan diafragma dan abdomen. Dua


7

faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi adalah sebagai

berikut :

1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak

2) Tekanan pada rongga dada yang tejadi karena kompresi paru-paru

selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru

secara mekanis

Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan

cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru untuk pertama

kali. Produksi surfaktan mulai meningkat dimulai dari usia kehamilan 20

minggu sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan.

Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan

membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir

pernapasan. Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan

pertukaran udara. Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan

mengalami vasokonstriksi sehingga tidak ada pembuluh darah yang terbuka

untuk menerima oksigen sehingga terjadi penurunan oksigenasi jaringan.

Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam

alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong terjadinya

peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru serta

merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Rohani,

2011: 246-247).
8

b. Sistem Kardiovaskular

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna

mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik

guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua perubahan besar

diantaranya :

1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta sebagai

akibat meningkatnya tekanan oksigen pada alveolus.

Dengan pelepasan plasenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus

melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak

mengandung oksigen menuju paru untuk di reoksigenasi (Fraser, 2009:

691). Hal ini dipengaruhi saat pemotongan tali pusat yang mengakibatkan

aliran darah pada atrium kanan menurun sehingga tekanan pada atrium

kanan juga menurun sehingga darah dengan kandungan oksigen sedikit

bergerak mengalir menuju paru-paru. Darah yang berisi oksigen yang

kembali ke jantung dari paru-paru meningkatkan tekanan pada atrium

kanan dan penurunan pada atrium kiri sehingga foramen ovale secara

fugsional akan menutup (Rohani, 2011: 248). Frekuensi denyut jantung

bayi rata-rata 140 kali per menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara

120-160 kali/menit. Frekuensi jantung saat bayi tidur berbeda dari frekuensi

saat bayi bangun. Saat tidur, frekuensi jantung bayi menurun dengan nilai
9

paling rendah 100 kali/menit dan dapat mencapai 180 kali/ menit saat

menangis (Ladewig, 2006).

c. Sistem Termoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka sehingga

akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.

Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi

tersebut kemudian menyesuaikan lingkungan luar rahim yang lebih dingin

yang menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit sehingga

mendinginkan darah bayi.

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme

menggigil adalah usaha utama bayi untuk mendapatkan kembali panas

tubuhnya yang merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat di

seluruh tubuh bayi. Timbunan lemak coklat ini mampu meningkatkan

panas tubuh bayi sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat ini seorang

bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan

mengubah lemak menjadi panas.

Ketika seorang bayi mengalami stress akibat udara dingin, konsumsi

oksigen akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan vasokontriksi

pulmoner sehingga ambilan oksigen dan kadar oksigen di jaringan

menurun. Glikolisis anaerobik meningkat mengakibatkan asidosis

metabolik (Rohani, 2011). Suhu inti normal bayi sekitar 36°C-37°C.

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme (Rohani,

2011) :
10

1) Konveksi

Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar

yang lebih dingin.

2) Konduksi

Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan

permukaan yg dingin.

3) Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang

mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh

bayi.

4) Evaporasi

Kehilangan panas yang terjadi ketika menguapnya cairan ketuban pada

permukaan tubuh karena tidak segera dikeringkan.

d. Sistem Gastrointestinal

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna

makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung sendiri sangat

terbatas, (15-30 ml) untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas

lambung ini akan meningkat secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya

bayi baru lahir. Waktu pengosongan lambung normalnya 2-3 jam. Terkait

dengan ukuran tubuhnya, usus bayi panjang yang berisi banyak kelenjar

sekresi dan terdiri dari permukaan absorbs yang luas. Enzim telah ada

meskipun terjadi defisiensi amilase dan lipase yang menurunkan

kemampuan bayi mencerna karbohidrat dan lemak. Mekonium yang telah


11

ada di usus besar sejak usia 16 minggu kehamilan, dikeluarkan dalam

waktu 24 jam pertama dan dikeluarkan seluruhnya dalam waktu 48-72 jam.

Feses pertama ini bewarna hijau kehitaman, lengket serta mengandung

empedu, asam lemak, lendir dan sel epitel.

Sejak hari ke 3 hingga hari ke 5 kelahiran, feses mengalami tahap

transisi dan bewarna kuning kecoklatan. Setelah bayi diberi makan, feses

bewarna kuning. ASI mengakibatkan karakterisitik feses lunak, kuning

terang atau keemasan, dan tidak mengiritasi kulit bayi, sedangkan pada

pemberian susu formula feses lebih berbentuk tetapi tetap lunak, bewarna

kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta cenderung mengiritasi kulit

bayi.

Tingginya kadar pemecahan sel darah merah (umur sel darah merah 40-

90 hari) menyebabkan ikterus sementara yang muncul pada hari ke-3

sampai ke-5. Sel darah merah yang mengalami penghancuran ini

menghasilkan bilirubin indirek. Pada bayi baru lahir, hati masih belum

sempurna dalam pengubahan bilirubin indirek menjadi direk, sehingga

masih terdapat bilirubin direk yang kembali terserap oleh usus dan masuk

kembali kedalam hati. Penyimpanan glikogen lebih cepat berkurang

sehingga dibutuhkan pemberian makanan dini guna mempertahankan kadar

glukosa darah tetap normal (2,6-4,4 mmol/L) (Fraser, 2009).

e. Sistem Imun

Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga menyebabkan

neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Terdapat imunoglobin


12

utama, IgG, IgA, IgM dan hanya IgG yang cukup kecil menembus sawar

plasenta. Pada saat lahir IgG bayi sama atau sedikit lebih tinggi dari ibu, ini

memberikan kekebalan pasif selama 3 bulan. IgA melindungi terhadap

infeksi saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan mata. ASI dan

terutama kolostrum memberikan kekebalan pasif pada bayi dalam bentuk

Lactobacillus bifidus, lactoferin, lisozim, dan sekresi IgA (Fraser, 2009).

f. Sistem Ginjal

Beban kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan cairan

meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar ureum yang

masih rendah.

Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama. Berkemih

6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang

cukup. Intake cairan sangat mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada

sistem ginjal, hal ini dapat dimulai dengan pemberian ASI sesering

mungkin (Rohani, 2011: 250).

g. Sistem Reproduksi

Pada anak laki-laki, testis turun ke skrotum dan pada anak perempuan

labia mayora menutupi labia minora. Spermatogenesis pada anak laki-laki

tidak turun hingga usia pubertas, tetapi anak perempuan mempunyai ovum

pada indung telurnya. Pada kedua jenis kelamin, hilangnya estrogen

maternal menyebabkan pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi air

susu pada hari ke-4 atau ke-5 (Fraser, 2009).


13

h. Sistem Otot dan Rangka

Otot sudah dalam keadaan sempurna pada saat lahir, tetapi tumbuh

melalui proses hipertrofi. Tulang panjang belum mengalami osifikasi secara

sempurna untuk memfasilitasi pertumbuhan epifisis. Tulang kepala juga

belum mengalami osifikasi. Ini penting untuk pertumbuhan otak dan

memfasilitasi molase selama persalinan yang hilang beberapa hari setelah

persalinan. Ubun-ubun belakang menutup pada minggu ke 6 sampai ke 8.

Ubun-ubun besar menutup pada usia 18 bulan (Fraser, 2009).

i. Sistem Neurologis

Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf belum matang

secara anatomi dan fisiologi. Adanya beberapa reflek yang terdapat pada

bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem saraf dan

muskuloskeletal (Sondakh, 2013).

Tabel. 2.1 Refleks pada bayi baru lahir


Refleks Respons normal Respons abnormal
Rooting dan Bayi menoleh ke arah Respons yang lemah atau
menghisap benda yang menyentuh tidak ada terjadi pada
pipi. Dapat dinilai prematuritas, penurunan
dengan mengusap pipi atau cidera neurologis,
bayi dengan lembut, atau depresi sistem saraf
bayi akan menolehkan pusat (SSP)
kepalanya kearah jari
kira dan membuka
mulutnya (rooting).
Sedangkan refleks
menghisap dimulai
dengan memberi
tekanan pada mulut
bayi di langit bagian
dalam gusi atas yang
akan menimbulkan
isapan yang kuat dan
cepat. Refleks ini juga
14

dapat diliat pada waktu


bayi menyusui.

Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk, atau


berkoordinasi dengan regurgitasi cairan dapat
menghisap bila cairan terjadi, kemungkinan
ditaruh dibelakang lidah berhubungan dengan
sianosis sekunder karena
prematuritas, deficit
neurologis
Ekstrusi Bayi menjulurkan lidah Ekstrusi lidah secara
keluar bila ujung lidah kontinu atau menjulurkan
disentuh dengan jari lidah yang berulang-
atau puting ulang terjadi pada
kelainan SSP dan kejang
Moro Ekstensi simetris Respons asimetris terlihat
bilateral dan abduksi pada cedera saraf perifer
seluruh ekstremitas, (pleksus brakialis) atau
dengan ibu jari dan jari fraktur klavikula atau
telunjuk membentuk fraktur tulang panjang
huruf “c”, diikuti lengan atau kaki
dengan adduksi
ekstremitas dan kembali
ke fleksi relaks jika
posisi bayi berubah tiba-
tiba atau jika bayi
diletakkan telentang
pada permukaan yang
datar
Melangkah Bayi akan melangkah Respons asimetris terlihat
dengan satu kaki dan pada cedera saraf SSP
kemudian kaki lainnya atau perifer atau fraktur
dengan gerakan berjalan tulang panjang kaki
bila satu kaki disentuh
pada permukaan rata
Merangkak Bayi akan berusaha Respons asimetris terlihat
untuk merangkak pada cedera saraf SSP
kedepan dengan kedua dan gangguan neurologis
tangan dan kaki bila
diletakkan telungkup
pada permukaan datar
Tonik leher atau Ekstremitas pada satu Respons presisten setelah
fencing sisi dimana saat kepala bulan keempat dapat
ditolehkan akan menandakan cedera
ekstensi, dan neurologis. Respons
ekstremitas yang menetap tampak pada
15

berlawanan akan fleksi cedera SSP dan gangguan


bila kepala bayi neurologis
ditolehkan ke satu sisi
selagi beristirahat
Terkejut Bayi melakukan Tidak adanya respons
abduksi dan fleksi dapat menandakan defisit
seluruh ekstremitas dan neurologis atau cedera.
dapat mulai menangis Tidak adanya respons
bila mendapat gerakan secara lengkap dan
mendadak atau suara konsisten terhadap bunyi
keras keras dapat menandakan
ketulian. Respons dapat
menjadi tidak ada atau
berkurang selama tidur
malam
Glabellar “blink” Bayi akan berkedip bila Terus berkedip dan gagal
dilakukan 4 atau 5 ketuk untuk berkedip
pertama pada batang menandakan
hidung saat mata kemungkinan gangguan
terbuka neurologis
Palmar grap Jari bayi akan melekuk Respon ini berkurang
di sekeliling benda dan pada prematuritas.
menggenggamnya Asimetris terjadi pada
seketika bila jari kerusakan saraf perifer
diletakkan ditangan bayi (pleksus brakialis) atau
fraktur humerus
Tanda babinsky Jari-jari kaki bayi akan Tidak ada respon yang
hiperekstensi dan terjadi pada defisit SSP
terpisah seperti kipas
dari dorsofleksi ibu jari
kaki bila satu sisi kaki
digosok dari tumit
keatas melintasi
bantalan kaki
Sumber : Jenny Sondakh, 2013.

j. Karakteristik Perilaku

Bayi baru lahir yang sehat harus mampu menjalani fungsi biologis dan

fungsi perilaku supaya dapat bertumbuh dengan normal.

Bayi baru lahir yang normal berbeda satu sama lain dalam hal aktivitas,

pola makan, pola tidur, dan kemampuan berespon sejak mereka dilahirkan.
16

Skala Perilaku Neonatus dari Brazelton digunakan untuk menilai

karakteristik bayi, yakni sebagian tergantung pada keadaan tidur-terjaga

bayi tersebut.

Karakteristik perilaku, misalnya karakter fisik berubah selama periode

transisi. Periode ini terdiri dari fase tidak stabil yang dilalui bayi dalam 6-8

jam pertama.

Bayi baru lahir berada dalam keadaan waspada-tenang selama periode

pertama reaktivitas. Mata terbuka dan awas. Bayi baru lahir dapat

memfokuskan perhatian pada wajah orang tua dan menyimak suara

terutama suara ibu. Fase ini berlangsung sekitar 15 menit dan kemudian

diikuti fase kesadaran aktif. Selama periode awas yang aktif ini, bayi baru

lahir sering melakukan gerakan mendadak aktif dan dapat menangis. Bayi

memiliki reflek menghisap kuat sehingga ini adalah waktu yang baik untuk

memulai pemberian ASI.

Periode reaktivitas pertama ini memfasilitasi ikatan. Kontak mata

dengan mata dapat dilakukan dengan menunda pemberian obat mata

sehingga bayi dapat berinteraksi dengan orang tua.

Setelah 30 menit pertama, bayi akan mengantuk dan tertidur. Periode tidak

aktif ini bisa berlangsung dua sampai empat jam. Pada usia 0-3 bulan, bayi

akan tidur 16-20 jam sehari. Ia hanya terbangun di saat lapar atau jika ada

rangsangan tertentu, seperti buang air kecil, buang air besar atau suara yang

keras. Tangisan bayi mulai berkurang setelah bayi berusia 2-3 bulan.

Setelah usia 3 bulan, bayi mulai mengenal konsep siang dan malam
17

sehingga tidur malamnya mulai memanjang atau hanya terbangun di saat ia

ingin menyusu.

1) Menjelaskan kepada orang tua bahwa pola tidur seperti itu adalah hal

yang normal

2) Berikan suasana yang tenang dan kurangi gangguan atau rangsangan

3) Meletakkan bayi berbaring miring untuk tidur atau tidurkan kembali

tanpa bantal

4) Jaga agar bayi tidak berguling atau jatuh ke lantai, hindarkan dari

jangkauan anak lain atau binatang peliharaan.

2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

2.2.1 Konsep Asuhan Pada Neonatus

Melihat perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir maka perlunya

perawatan kepada bayi baru lahir. Tujuan utama penanganan bayi segera

sesudah lahir adalah :

a. Membersihkan jalan napas

b. Memotong dan merawat tali pusat

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

d. Identifikasi

e. Pencegahan infeksi

Adapun penatalaksanaan yang diberikan kepada neonatus adalah sebagai

berikut:
18

1) Pembersihan Jalan Napas

Bayi akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak

langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas

dengan cara sebagai berikut.

(a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat

(b)Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher

bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk.

(c) Bersihkan hidung, rongga mulut dengan jari tangan yang

dibungkus kasa steril

(d)Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit

bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini

biasanya bayi akan segera menangis. Alat penghisap lendir mulut

(DeLee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen

dengan selangnya harus siap di tempat.

2) Memotong dan Merawat tali pusat

Tali pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama

beberapa menit pertama setelah kelahiran. Pemisahan bayi dari plasenta

dilakukan dengan cara menjepit tali pusat diantara dua klem, dengan

jarak sekitar 3 cm dari umbilikus. Hal yang telah disepakati adalah

bahwa bayi aterm dapat diletakkan di atas perut ibu, tetapi tidak terlalu

tinggi, dan bayi prematur dapat diletakkan setinggi plasenta. Hal ini

disebabkan jika bayi prematur diangkat melebihi plasenta, darah akan


19

mengalir dari bayi ke plasenta yang dapat menyebabkan anemia (Fraser,

2009).

Cara merawat tali pusat :

(a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat

(b)Pertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara

dan tutupi dengan kain bersih secara longgar, jangan

mengoleskan cairan dan bahan apapun.

(c) Lipatlah popok dibawah sisi tali pusat

(d)Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan sabun dan

air bersih dan keringkan betul

(e) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat : kemerahan pada kulit

sekitar tali pusat, tampak nanah dan berbau

3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Mekanisme pengaturan temperatur bayi belum berfungsi sempurna.

Oleh karena itu, jika tidak dilkukan pencegahan kehilangan panas maka

bayi akan mengalami hipotermia. Hipotermia dapat terjadi pada bayi

yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan

diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang hangat (JNPK-KR,

2007). Berikut adalah cara untuk mencegah kehilangan panas bayi :

(a) Memastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara

kulit bayi dengan kulit ibu


20

(b)Mengganti handuk/ kain yang basah dan membungkus bayi

tersebut denga selimut, serta memastikan bahwa kepala bayi telah

terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh

(c) Merawat bayi di ruangan hangat (tidak kurang dari 25 derajat

celcius) dan bebas dari aliran angin

(d)Tidak meletakkan bayi langsung di permukaan yg dingin. Berikan

alas tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut

hangat sebelum bayi diletakkan

(e) Mengganti popok setiap kali basah

(f) Tidak memandikan bayi kurang dari 6 jam setelah kelahiran

4) Pengkajian kondisi bayi

Segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses perawatan

dengan mengeringkan kulit, yang dapat membantu meminimalkan

kehilangan panas. Bayi harus dilakukan pengkajian dan penilaian

kondisi umum pada menit pertama dan ke-5 dengan menggunakan nilai

APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita

asfiksia atau tidak. Kepanjangan nilai APGAR adalah A (Appearance), P

(Pulse), G (Grimace), A (Active), R (Respiration).


21

Tabel. 2.2 Sistem Penilaian Apgar


Nilai

Tanda 0 1 2

Frekuensi Tidak ada <100 >100


jantung
Usaha napas Tidak ada Lambat-tidak Menangis
teratur dengan baik

Tonus otot Fleksi Beberapa fleksi Gerakan


ekstremitas aktif

Reflek Tidak ada Menyeringai Menangis


kuat

Warna Biru pucat Tubuh merah Merah muda


muda, ekstremitas
biru
Sumber : Hellen Varney, 2007.

Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (skor

APGAR 7-10), asfiksia sedang-ringan (skore APGAR 4-6), atau bayi

menderita asfiksia berat (skore APGAR 0-3). Bila nilai APGAR dalam 2

menit tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi.

5) Pemberian ASI

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara

eksklusif. Prinsip umum dalam meyusui secara dini yaitu :

a) Bayi harus segera disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama

dalam 1 jam pertama) dan dilanjutkan selama 6 bulan pertama

kehidupan

b) Kolostrum harus diberikan tidak boleh dibuang


22

c) Bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Hal ini

berarti tidak boleh memberikan makanan apapun pada bayi selain

ASI selama masa tersebut

d) Bayi harus disusui kapan saja ia mau (on demand), siang atau

malam yang akan merangsang payudara memproduksi ASI secara

adekuat

Langkah Inisiasi Menyusu Dini yakni:

a) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera

setelah lahir selama paling sedikit satu jam

b) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan

inisiasi menyusui dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk

menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan

c) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada

bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan. Prosedur

tersebut seperti menimbang, pemberian antibiotik salep mata,

vitamin K, dan lain-lain.

Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini bagi bayi yakni:

a) Memastikan kontak kulit dengan ibu sehingga suhu bayi tetap

dalam keadaan normal

b) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat

kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

c) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah

imunisasi pertama bagi bayi.


23

d) Meningkatkan kecerdasan.

e) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan, dan

napas.

f) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.

g) Mencegah kehilangan panas.

Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan puting

susu cukup kuat maka akan dihasilkan secara bertahap menghasilkan

10-100 cc. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi.

Pedoman pemberian ASI antara lain (Rukiyah, 2012) :

Menyusui setelah lahir, jangan berikan makanan atau minuman lain

selain ASI (ASI Eksklusif selama 6 bulan), berikan ASI sesuai

dorongan alamiah (kapanpun dan dimanapun) selama bayi

menginginkannya, selama 2 minggu pertama bayi hendaknya

dibangunkan untuk makan paling tidak setiap 4 jam, dan hindari

penggunaan botol dan empeng untuk menghindari bayi dari bingung

puting.

Tanda posisi bayi menyusui dengan baik yaitu dagu menyentuh

payudara, mulut bayi terbuka lebar, hidung mendekat atau kadang

menyentuh payudara, mulut mencangkup sebagian besar areola, bibir

bawah melengkung ke bawah, bayi menghisap kuat namun perlahan

dan kadang berhenti sesaat


24

Tanda Bayi Cukup ASI :

Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila

mencapai keadaan sebagai berikut :

(1) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal

mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama

(2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna

menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir

(3) Bayi akan Buang Air Kecil (BAK) paling tidak 6-8x sehari

(4) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI

(5) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis

(6) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal

(7) Pertumbuhan Berat Badan (BB) dan Panjang Badan (PB) bayi

sesuai dengan grafik pertumbuhan

(8) Perkembangan motorik baik

(9) Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu lapar akan bangun dan tidur

dengan cukup

(10) Bayi menyusu dengan kuat, kemudian mengantuk dan tertidur

pulas

Mengatasi Masalah Pemberian ASI Pada Bayi

ASI merupakan makanan utama bayi yang harus dipenuhi,

namun kadang status gizi bayi kurang dikarenakan adanya gangguan

pemenuhan nutrisi (ASI) pada bayi, dibawah ini adalah cara

mengatasi masalah pemberian ASI pada bayi, yaitu sebagai berikut:


25

Tabel 2.3 Cara Mengatasi Masalah Pemberian ASI pada Bayi


Masalah Pemecahan

Bayi banyak 1.Jelaskan bahwa hal ini tidak selalu terkait dengan
menangis atau gangguan pemberian ASI
rewel 2.Periksa popok bayi, mungkin basah
3.Gendong bayi, mungkin perlu perhatian
4.Susui bayi, beberapa bayi membutuhkan lebih banyak
minum daripada bayi lain
Bayi tidak 1.Merupakan proses alamiah, karena bayi muda perlu
tidur sepanjang menyusui lebih sering
malam 2.Tidurkan bayi disamping ibu dan lebih sering disusui
di malam hari
3.Jangan berikan makanan lain
Bayi menolak 1. Mungkin bayi bingung puting, karena sudah diberi
untuk menyusu susu botol
2. Tetap berikan hanya ASI
3. Berikan perhatian dan kasih sayang
4. Pastikan bayi menyusu sampai air susu habis
Bayi bingung 1. Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula
puting tanpa indikasi medis yang tepat
2. Ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang benar
3. Secara bertahap tawarkan selalu payudara setiap kali
bayi menunjukkan keinginan untuk minum
4. ASI tetap dapat diperah dan diberikan kepada bayi
dengan cangkir atau sendok, sampai bayi dapat
kembali menyusu. Bila ada indikasi medis dapat
diberikan susu formula. Jangan menggunakan botol,
dot dan kempeng
Bayi prematur 1. Berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu
dan bayi kecil menyusuinya pendek-pendek. BBLR setidaknya
(BBLR) minum setiap 2 jam
2. Jika belum bisa menyusu, ASI dikeluarkan dengan
tangan atau pompa. Berikan ASI dengan sendok atau
cangkir
3. Untuk merangsang menghisap, sentuh langit langit
bayi dengan jari ibu yang bersih
Bayi kuning 1. Mulai menyusui segera setelah lahir
(ikterus) 2. Susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi. ASI
membantu bayi mengatasi kuning lebih cepat
Bayi sakit Terus di susui. Lihat tatalaksana dalam algoritma, jika
perlu dirujuk

Bayi sumbing 1. Posisi bayi duduk


2. Puting dan aerola dipegang selagi menyusui, hal ini
26

sangat membantu bayi mendapatkan ASI cukup


3. Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah
pada bibir bayi
4. Jika sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI
dikeluarkan dengan cara manual ataupun pompa,
kemudian diberikan dengan sendok atau pipet atau
botol dengan dot panjang sehingga ASI dapat masuk
dengan sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar
menghisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan
irama pernafasannya
Bayi Kembar 1. Posisi yang mudah adalah posisi dibawah lengan
(under arm)
2. Paling baik kedua bayi disusui secara bersamaan
3. Susui lebih sering selama waktu yang diinginkan
masing masing bayi, umumnya > 20 menit
Bayi banyak Jika bayi selalu mengantuk dan tetap tertidur meskipun
tidur saat menyusu terakhirnya telah lewat dari 3 jam yang
lalu, ibu dapat mencoba menyusuinya dengan cara :
1. Letakkan bayi didada ibu sesering mungkin sehingga
dapat melihat tanda-tanda bayi mulai terjaga dan
dapat segera menawarinya untuk menyusu
2. Redupkan cahaya dalam ruangan agar bayi mau
membuka matanya
3. Bangunkan bayi dengan cara : berbicara dengan bayi,
membuka selimut atau pakaian bayi, mengusap-usap
wajah dan tubuh bayi, memandikan bayi
4. Rangsang refleks rooting bayi dengan menyentuhkan
puting ibu ke pipinya
5. Teteskan ASI perah ke mulut bayi
6. Setiap kali gerakan memerah ASI dari mulut bayi
berkurang, gerakkan payudara ke arah langit langit
mulut bayi
Sumber : Kemenkes RI,2012.

Mengatasi Masalah Pemberian ASI Pada Ibu

Banyak ibu yang tidak mau menyusui bayinya dengan berbagai

alasan. Namun alasan tersebut dapat dipecahkan dengan berbagai cara.

Berikut ini adalah cara mengatasi masalah pemberian ASI pada ibu,

antara lain :
27

Tabel 2.4 Cara Mengatasi Masalah Pemberian ASI pada Ibu


Masalah Pemecahan

Ibu khawatir 1. Katakan kepada ibu bahwa semakin sering menyusu,


bahwa ASI- semakin banyak air susu yang diproduksi.
nya tidak 2. Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2
cukup untuk jam tanpa menyusui. Biarkan bayi menyusu sampai
bayi (Sindrom payudara terasa kosong. Berikan ASI pada kedua
ASI kurang) payudara
3. Hindari pemberian makanan atau minuman selain
ASI
Ibu 1. Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI.
mengatakan Pada 3 hari pertama pasca persalinan, hormon
bahwa air kehamilan masih tinggi sehingga aliran ASI masih
susunya tidak sedikit. Namun kebutuhan bayi pada 3 hari pertama
keluar memang hanya berkisar 2-20 mL tiap kali menyusu
2. Susui sesuai keinginan bayi dan lebih sering
3.Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusui
Ibu 1. Ibu dapat terus memberikan ASI pada keadaan luka
mengatakan tidak begitu sakit
puting susunya 2. Perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi puting susu
terasa sakit dengan ASI. Mulai menyusui dari puting yang paling
(puting susu tidak lecet
lecet) 3. Puting susu dapat diistirahatkan sementara waktu,
kurang lebih 1x24 jam jika puting lecet sangat berat.
Selama puting diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan, tidak dianjurkan dengan
alat pompa karena nyeri
4. Berikan paracetamol 1 tablet tiap 4-6 jam untuk
menghilangkan nyeri. Gunakan BH yang menyokong
payudara
5. Jika ada luka atau bercak putih pada puting susu,
segera hubungi bidan
Ibu memiliki 1. Tidak perlu memperbaiki kondisi puting sebelum
puting datar persalinan
atau tenggelam 2. Ajari posisi dan cara perlekatan yang benar
3. Ibu dan bayi perlu sesering mungkin melakukan
kontak kulit untuk memberi kesempatan pada bayi
menemukan sendiri posisi cara yang paling nyaman
baginya untuk menyusu
4. Bila bayi belum dapat melekat dengan baik pada
minggu minggu pertama, ibu dapat memerah ASI dan
memberinya dengan gelas
5. Bisa juga menggunakan spuit 10-30 ml yang dipotong
ujungnya sehingga pendorong spuit bisa dimasukkan
28

dari ujung tersebut. Ujung sisi yang tidak dipotong


dapat dilekatkan ke aerola ibu dan pendorong spuit
ditarik untuk merangsang penonjolan puting sebelum
menyusui
6. Seiring dengan pertumbuhan bayi, mulut bayi
menjadi lebih besar dan ketrampilannya untuk
menyusuipun meningkat
7. Hindari penggunaan botol susu dan dot/ empeng
karena hanya akan menghalangi bayi untuk mampu
menyusu
Ibu mengeluh 1.Usahakan menyusui sampai payudara kosong
payudaranya 2.Kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit.
terlalu penuh Urut payudara dari arah pangkal menuju puting
dan terasa sakit 3.Bantu ibu untuk memerah ASI sebelum menyusui
(payudara kembali
bengkak) 4.Susui bayi sesegera mungkin (setiap 2-3 jam) setelah
payudara ibu terasa lebih lembut. Apabila bayi tidak
dapat menyusu, keluarkan ASI dan minumkan
kepada bayi. Kompres payudara dengan kain dingin
setelah menyusui, kemudian keringkan payudara
5.Jika masih sakit, perlu dicek apakah terjadi mastitis
Mastitis dan 1.Beri antibiotika
abses payudara 2.Beri obat penghilang rasa nyeri
3.Kompres hangat
4. Tetap berikan ASI dengan posisi yang benar sehingga
bayi dapat menghisap dengan baik
5. Jika telah terjadi abses, sebaiknya payudara yang
sakit tidak disusukan, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan dengan diperah untuk membantu proses
penyumbatan dan menjaga produksi ASI
Ibu sakit dan 1.Ibu yang menderita batuk pilek demam, diare atau
tidak mau penyakit ringan lainnya dapat tetap menyusui
menyusui bayinya. ASI saat ibu sakit ringan tidak berbahaya,
bayinya justru memberi kekebalan pada bayi terhadap
penyakit yang sedang diderita ibu
2.Tidurkan bayi disamping ibu dan motivasi ibu untuk
tetap menyusui bayinya
3.Jelaskan ibu dapat minum obat yang aman untuk ibu
menyusui. Susui bayi sebelum minum obat
4.Ibu jangan minum obat tanpa sepengatuhan
dokter/bidan, karena mungkin dapat membahayakan
bayi
Ibu bekerja 1.Susui bayi pagi hari sebelum ibu berangkat kerja,
segera setelah pulang kerumah dan lebih sering pada
malam hari
2.Jika ada tempat penitipan bayi ditempat kerja, susui
29

bayi sesuai jadwal, jika tidak ada perah ASI ditempat


kerja
3.ASI perah disimpan untuk dibawa pulang, atau
dikirim kerumah
4.Pastikan pengasuh memberi ASI perah dengan
cangkir atau sendok
Ibu pasca 1.Tumbuhkan rasa percaya diri ibu. Bedah sesar tidak
bedah sesar mempengaruhi produksi ASI. Ibu tetap dapat
menyusui segera setelah lahir, tetap dapat menyusui
eksklusif hingga usia 6 bulan dan terus menyusui
hingga usia 2 tahun atau lebih
2. Komunikasikan pada ibu dan keluarga bahwa IMD
pada bayi lahir dari bedah sesar umumnya memiliki
waktu sedikit lama
3. Posisi menyusui perlu disesuaikan dengan posisi yang
paling nyaman bagi ibu terkait dengan nyeri pada luka
operasi. Posisi menyusui sambil tidur miring dapat
dilakukan dengan posisi dada bayi berhadapan dengan
dada ibu. Setelah 24 jam umumnya ibu boleh
bergerak lebih leluasa, termasuk duduk, sehingga ibu
dapat menyusui sambil duduk
4. Rasa sakit yang berlebih setelah operasi dapat
mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk menyusui,
ingatkan ibu untuk mengkonsumsi obat sesuai anjuran
dokter, termasuk obat anti nyeri
Sumber : Kemenkes RI,2012.

6) Pencegahan infeksi mata

Untuk menghindari infeksi dan kebutaan akibat infeksi gonokokus,

Crede, 1884, memperkenalkan pemberian larutan 1% nitras agenthi

terhadap mata kanan kiri segera setelah persalinan. Ternyata kebutaan

bayi dapat diturunkan.

Untuk profilaksis akibat gonokokus dan infeksi lainnya, dapat

diberikan pengobatan (Manuaba, 2007) :

a) Erithrosin salep 0.5%

b) Tetrasiklin salep 1%
30

Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam

kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Upaya profilaksis

infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah

kelahiran. (JNPK-KR, 2008).

7) Pemberian vitamin K1

Pemberian vitamin K 1 mg IM sebaiknya pada setiap bayi yang

baru lahir oleh karena sebagian besar bayi kekurangan vitamin K.

fungsi vitamin K berkaitan dengan gangguan pembekuan darah

sehingga bayi tidak akan mengalami perdarahan. Vitamin K bekerja

pada faktor pembekuan darah II, VII, IX, dan X.

Perdarahan bayi baru lahir dapat terjadi dari gastrointestinal, kulit

akibat suntikan, atau dari umbilikusnya. Oleh karena itu perhatikan

kemungkinan terjadi perdarahan dari tempat tersebut setiap saat

khususnya pada 24 jam pertama (Manuaba, 2007).

8) Pemberian imunisasi bayi baru lahir

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis

B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi

hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1,

pada saat bayi berumur 2 jam. (JNPK-KR, 2008).

Bahaya infeksi hepatitis adalah dapat terjadi dua bentuk yang serius

dan diantaranya (Manuaba, 2007):

(a) Terjadi serosis hepatitis pada umur relatif muda


31

(b) Hepatoma sebagai bentuk karsinoma hepatis pada usia relatif

muda

9) Masalah yang Sering Dijumpai Pada Neonatus

a) Bayi rewel

Bayi rewel atau menangis tidak selalu karena lapar, rewel bisa

disebabkan mengompol, kepanasan/kedinginan, terlalu lelah atau

ingin tidur, ingin ditimang, atau mendengar suara ibunya, merasa

sendiri, atau memang ada yang tidak nyaman/nyeri pada tubuhnya.

Cari penyebab bayi rewel, berikan dukungan dan rasa percaya diri

pada ibu:

(1) Lakukan evaluasi kondisi bayi berdasarkan MTBM.

Yakinkan bayi tidak menderita suatu penyakit

(2) Letakkan bayi didada ibu, lakukan kontak kulit dengan

kulit sesering dan selama mungkin

(3) Mandikan bayi dan bermain bersamanya

(4) Pijat bayi

(5) Dengarkan musik bersama atau menyanyikan lagu untuk

buah hati

b) Bayi Kolik

Bayi kolik ditandai dengan tangisan bayi begitu keras tanpa

sebab yang jelas dan amat sulit ditenangkan disertai gerakan bayi

menekukkan kakinya ke arah perut atau berusaha menggerakkan/

mengangkat punggungnya. Kolik kerap dikaitkan dengan masalah


32

pada saluran cerna bayi, alergi makanan atau masalah psikologi

bayi dan keluarga. Pertumbuhan bayi kolik umumnya normal.

Mengatasi kolik antara lain :

(1) Lakukan evaluasi kesehatan bayi secara umum, riwayat

kehamilan dan persalinan, saat dan lama bayi menangis,

pola buang air besar dan feses bayi, penilaian menyusui,

pola makan ibu, riwayat alergi pada keluarga serta

bagaimana reaksi orang tua pada tangisan bayi.

(2) Dukung dan tumbuhkan rasa percaya diri ayah dan ibu.

Kepanikan orang tua hanya akan membuat bayi lebih sulit

untuk tenang

(3) Ayah dan ibu dapat membantu membuat bayi nyaman yaitu

dengan menggendong bayi dengan cara dada bayi

ditempelkan di dada orang tua, didudukkan di pangkuan

atau di tengkurapkan di atas lengan, tanggap dan cepat

merespon kondisi bayi, menyusui sesuai petunjuk alami dari

bayi dan tetap tenang

(4) Meminta bantuan dari anggota keluarga lain untuk

membantu mengurus bayi dapat dilakukan agar ayah dan

ibu juga punya waktu untuk istirahat

(5) Bila ada masalah alergi makanan, tentu pencetus alergi

harus dihindari
33

(6) Bila ada masalah pada saluran cerna bayi (gumoh berlebih

atau diare), maka masalah tersebut harus diatasi sesuai

dengan pedoman

c) Gumoh

Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12

bulan. Gumoh bukan muntah. Gumoh yaitu keluarnya sebagian isi

lambung tanpa didahului rasa mual dan tanpa peningkatan tekanan

dalam perut bayi. Isi lambung mengalir keluar begitu saja. Bayi

kurang bulan umumnya lebih sering mengalami gumoh dibanding

bayi cukup bulan. Gumoh terjadi karena :

(1) Lambung bayi masih berada dalam posisi tegak mendatar,

belum cukup tegak seperti posisi lambung pada anak yang

lebih besar atau orang dewasa

(2) Sebagian lambung bayi masih berada pada rongga dada

(3) Besar lambung yang relatif kecil

(4) Fungsi penutupan mulut lambung dan esofagus (saluran

nafas atas) belum sempurna

Ukuran, letak, posisi, dan fungsi lambung akan membaik

seiring dengan bertambahnya usia sehingga gumoh pun akan

berkurang dan menghilang. Secara umum gumoh mulai berkurang

sekitar usia 6 bulan, namun gumoh perlu di evaluasi lebih lanjut

dan dirujuk jika :

(a) Bayi mengalami kolik yang tidak teratasi


34

(b) Bayi tidak mau atau sulit menetek namun penyebabnya

tidak jelas

(c) Berat badan bayi tidak meningkat sesuai kurva

pertumbuhannya

(d) Terdapat batuk lama yang tidak jelas penyebabnya

(e) Terdapat darah dalam cairan gumoh yang keluar

Cara mengatasi gumoh :

(1) Menyusui hanya pada satu payudara. Payudara yang lain

hanya digunakan untuk menyusui pada kesempatan

berikutnya, kecuali jika bayi masih menunjukkan

keinginannya untuk menyusu lagi

(2) Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam

posisi berdiri menghadap ke dada ibu dan diberi tepukan

ringan pada punggung bayi selama beberapa saat. Proses

penyedawaan kadang diikuti dengan bunyi khas yang

timbul akibat gerakan peristaltik esofagus, tetapi hal ini

tidak harus terjadi.

(3) Setelah selasai menyusu, bayi diletakkan atau digendong

dengan posisi kepala lebih tinggi dari kaki sekitar 30o-45o

(4) Tidak mengayun/menggoyang/memijat bayi atau

melakukan senam bayi sesaat setelah bayi menyusu


35

d) Hidung tersumbat

Hidung tersumbat adalah keluhan yang umum dijumpai sehari-hari

pada usia 0-3 bulan. Bayi mutlak bernafas melalui hidung, sehingga

sedikit saja ada sumbatan dihidungnya yang masih kecil itu, maka

gejala hidung tersumbat akan segera terdengar. Hidung tersebut dapat

disebabkan oleh pilek yang sebagian besar disebabkan oleh virus atau

peradangan ringan akibat polusi udara (asap rokok, asap dalam rumah

tangga).

Mengatasi hidung tersumbat :

(1)Lakukan evaluasi dan klasifikasi berdasarkan MTBM

(2)Tidak perlu antibiotik dan tidak ada terapi khusus yang

diperlukan

(3)Satu atau dua tetes ASI atau air garam steril pada tiap lubang

hidung dapat membantu mengurangi dan mengencerkan lendir

hidung yang tersumbat

(4)Hal lain tentang hidung tersumbat pada bayi adalah terkadang

kita tidak mendapatkan pilek pada bayi, namun ketika menyusu

terdengar suara seperti hidung tersumbat. Kondisi ini tidak

membutuhkan pertolongan khusus. Seiring dengan usia hidung

dan saluran nafasnya akan membesar dan dapat mengimbangi

jumlah cairan yang secara normal dihasilkan saluran nafas

sehingga keluhan hidung tersebut akan menghilang


36

e) Cradle Cap (Kerak topi)

Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat

juga terjadi pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi tampak

dilapisi oleh lapisan kerak yang cukup tebal dan berminyak. kadang

kerak dapat juga dijumpai pada bagian kulit lain seperti wajah, telinga,

leher, dan ketiak. Umumnya tidak gatal dan bayi tidak merasa

terganggu. Kulit ini penyebabnya pada sebagian besar kasus tidak

diketahui dan akan menghilang dengan sendirinya. Penggunaan

shampo secara rutin dapat mengurangi lapisan kerak yang terbentuk

dan mempercepat proses penyembuhan. Bila kerak cukup tebal dapat

digunakan shampo yang mengandung bahan anti-ketombe. Bila kerak

tidak membaik setelah 2 minggu atau kerak disertai dengan gatal atau

nyeri atau meluas bayi perlu dirujuk.

f) Mongolian Spot (Bercak kebiruan)

Pada bayi Asia bercak kebiruan tampak pada daerah bokong,

punggung bagian bawah dan pundak. Bercak ini akan menghilang

(berubah menjadi seperti warna kulit lainnya) seiring dengan

bertambahnya usia.

g) Milia

Tampak seperti jerawat kecil-kecil warna putih pada dahi, hidung

dan pipi bayi baru lahir. Milia disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar

sebasea (minyak) pada kulit. Tidak perlu pengobatan khusus, akan


37

menghilang dengan sendirinya. Basuh wajah dengan air bersih dan

sabun bayi serta hindari penggunaan krim, ataupun lotion.

h) Miliaria

Pada masyarakat kita miliaria lebih dikenal dengan istilah biang

keringat akibat tersumbatnya kelenjar keringat. Membuat bayi

nyaman, memakai pakaian tipis dan ringan, segera mengganti bila

basah umumnya cukup untuk menghilangkan miliaria, karena pada

dasarnya miliaria memang bersifat sementara (Kemenkes, 2012:73-

77).

i) Perdarahan Subkonjungtiva

Adalah perdarahan yang tampak pada bagian putih dari mata atau

sklera. Perdarahan ini sering terjadi pada bayi yang lahir dengan wajah

atau dahi menghadap jalan lahir, perdarahan ini hilang spontan dalam

1-2 minggu

10) Tanda Bahaya Pada Neonatus

Orang tua harus mengetahui tanda bahaya pada neonatus

sehingga jika bayi memiliki salah satu tanda bahaya tersebut, orang

tua dapat segera mendatangi pelayanan kesehatan sehingga bayi atau

neonatus dapat segera dilakukan tindakan yang tepat dan cepat.

Adapun tanda bahaya pada neonatus adalah sebagai berikut (Ladewig,

2006 dan Varney, 2007):

a) Pernafasan sulit atau lebih dari 60x permenit


38

b) Kehilangan cairan dalam bentuk diare (sedikit feses yang

dikelingi genangan air pada popok)

c) Suhu bayi > 38,3 0C atau <36,40C

d) Setiap perubahan warna termasuk pucat dan sianosis

e) Peningkatan Jaundice (warna kekuningan) pada kulit

f) Kulit bayi kering (terutama dalam 24 jam pertama), biru, pucat,

atau memar

g) Menolak untuk minum ASI selama 2x berurutan

h) Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk

berlebihan

i) Distensi abdomen, menangis saat mencoba mengeluarkan feses,

ada atau tidak ada feses

j) Popok tidak basah selama 18-24 jam, atau kurang dari 6 popok

yang basah perhari, setelah bayi berusia 4 hari

k) Rabas atau perdarahan dari tali pusat, sirkumsisi, atau segala

area pembukaan (kecuali mukus vagina atau pseudomenstruasi)

l) Bayi yang tidak dapat tenang atau terus menangis dengan suara

tinggi

m) Letargi, kesulitan untuk membangunkan bayi

n) Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan

pus

o) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak

kuning, coklat
39

p) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan

q) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam. Tinja

lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah

r) Menggigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,

menangis terus menerus.

11) Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatal dilakukan untuk memantau kesehatan bayi

sehingga bila terjadi masalah dapat segera diidentifikasi, seperti bayi

mengalami kesulitan untuk menyusui, kemampuan menghisap lemah,

bayi tampak lunglai, warna kulit kebiruan, tidak BAB dalam 48 jam,

ikterus yang timbul pada hari pertama, kemudian tali pusat merah atau

bengkak/ keluar cairan dari tali pusat, bayi demam lebih 37,5°C

sehingga keadaan ini harus segera dilakukan rujukan.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui bila terdapat

kelainan pada bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan.

Jadwal kunjungan Neonatus (Kemenkes, 2012) :

(a) Usia 6-48 jam (KN-1)

(b) Usia 3-7 hari (KN-2)

(c) Usia 8-28 hari (KN-3)

Keadaan yang harus diawasi dan perawatan yang dilakukan selama

masa neonatal :
40

(1) Keadaan umum, bayi yang sehat tampak kemerah-merahan, aktif,

tonus otot baik, menangis keras, minum baik, suhu tubuh 36°C-

37°C.

(2) Berat badan, dalam tiga hari pertama berat badan akan turun oleh

karena bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium, sedang

cairan yang masuk belum cukup. Pada hari keempat berat badan

akan naik lagi.

(3) Tinja yang berbentuk mekonium bewarna hijau tua yang telah

berada pada saluran pencernaan sejak janin berumur 16 minggu,

akan mulai keluar dalam waktu 24 jam, pengeluaran mekonium

akan berlangsung sampai hari ke 2-3. Pada hari ke 4 sampai hari

ke 5 warna tinja menjadi coklat kehijau-hijauan. Selanjutnya

warna tinja akan tergantung jenis susu yang diminumnya.

Defekasi mungkin 3 sampai 8 kali sehari.

(4) Kulit, perlu diteliti apakah kulit tidak menjadi pucat, kuning, biru

atau timbul perdarahan di kulit seperti purpura, petekia, ekimosis,

hematom, infeksi pada kulit, edema dan lain-lain. Selain itu, perlu

di pastikan bahwa kulit dalam keadaan bersih dan kering terutama

di lipatan-lipatan (paha, leher, belakang telinga, ketiak). Bagian

tersebut harus bersih dari verniks kaseosa, karena verniks kaseosa

bisa menjadi media yang paling baik untuk kuman stafilokokus.

(5) Tali pusat, pada umumnya tali pusat akan lepas pada waktu bayi

berumur 6-7 hari. Bila tali pusat belum lepas, harus dipastikan
41

bahwa tali pusat selalu dalam keadaan bersih dan kering.

Pemakaian gurita tidak dianjurkan karena bayi bernapas secara

abdominal. Bila tali pusat basah, berbau dan menunjukan tanda-

tanda radang harus waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini

harus segera di obati untuk menghindari infeksi yang lebih berat

seperti sepsis dan meningitis.

2.2.2 Konsep MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang

terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada

kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan

merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/ cara

penatalaksanaan balita sakit. Dalam perkembangannya MTBS juga

mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) umur kurang dari 2

bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 bulan tidak termasuk

pada Bayi Muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun.

Bayi Muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius

bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi.

Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu

terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut merupakan

karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan pada saat membuat

klasifikasi penyakit. Pada bayi yang lebih tua pola penyakitnya sudah

merupakan campuran dengan pola penyakit pada anak.Sebagian besar ibu

mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa Bayi Muda ke fasilitas


42

kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut program Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA) memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir

melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan. Melalui kegiatan ini bayi

baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi dini. Jika ditemukan

masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu untuk

melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda di rumah, bila perlu merujuk bayi

segera. Proses penanganan Bayi Muda tidak jauh berbeda dengan

menangani balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.

a. Pelaksanaan MTBM pada bayi kurang 2 bulan

Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan

urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya :

1) Penilaian dan klasifikasi

2) Tindakan dan Pengobatan

3) Konseling bagi ibu

4) Pelayanan Tindak lanjut

Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatatan” untuk Bayi

Muda dan untuk kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir

pencatatan ini mempunyai cara pengisian yang sama.

a) Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan

pemeriksaan fisik

b) Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau

masalah serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori

untuk menentukan tindakan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit


43

c) Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi

pengobatan difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.

d) Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya,

mendengar jawaban ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu

memecahkan masalah dan mengecek pemahaman

e) Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan

pada saat anak datang untuk kunjungan ulang

Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut :

(1)Periksa Bayi Muda untuk kemungkinan Penyakit Sangat Berat atau

Infeksi Bakteri, selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda

dan gejalanya yang ditemukan

(2)Menanyakan pada ibu apakah bayinya Diare, jika diare periksa tanda

dan gejalanya yang terkait. Klasifikasikan Bayi Muda untuk

Dehidrasi nya dan klasifikasikan juga untuk diare persisten dan

kemungkinan disentri

(3)Periksa semua Bayi Muda untuk Ikterus dan klasifikasikan

berdasarkan gejala yang ada

(4)Periksa bayi untuk kemungkinan Berat Badan Rendah dan atau

Masalah Pemberian ASI, selanjutnya klasifikasikan Bayi Muda

berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan

(5)Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di Imunisasi.

Tentukan status imunisasi Bayi Muda

(6)Menanyakan status pemberian Vit K1


44

(7)Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti Kelainan Konginetal,

Trauma Lahir, Perdarahan Tali Pusat dan sebagainya.

(8)Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan

kesehatan bayinya.

Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan

pemeriksaan secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian

ASI karena akan memperlambat rujukan

b. Penilaian dan Klasifikasi Bayi Muda Umur Kurang dari 2 Bulan

1) Kemungkinan Infeksi Sangat Berat atau Infeksi Bakteri

Infeksi pada Bayi Muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal.

Infeksi sistemik gejalanya tidak terlalu khas, umumnya

menggambarkan gangguan fungsi organ seperti : gangguan kesadaran

sampai kejang, gangguan napas, bayi malas minum, tidak bisa minum

atau muntah, diare, demam atau hipotermi. Pada infeksi lokal biasanya

bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah. Infeksi lokal

yang sering terjadi pada Bayi Muda adalah infeksi pada tali pusat,

kulit, mata dan telinga.

Memeriksa gejala kejang dapat dilakukan dengan cara (tanya, lihat,

raba)

(a) Kejang

Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan

merupakan kegawat daruratan. Kejang pada Bayi Muda umur ≤ 2

hari berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir, dan kelainan


45

bawaan dan jika lebih dari 2 hari dikaitkan dengan tetanus

neonatorium.

(1) Tanya : adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan

bahasa atau istilah lokal yang mudah dimengerti ibu

(2) Lihat : apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran

menurun? Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang

konstan, tremor disertai kesadran menurun menunjukkan

kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan melihat

respon bayi pada saat baju bayi dibuka akan terbangun.

(3) Lihat : apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat

berupa gerakan berulang pada mulut, gerakan bola mata cepat,

gerakan tangan dan kaki berulang pada satu sisi.

(4) Lihat : apakah mulut bayi mencucu?

(5) Lihat dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau

tanpa rangsangan. Mulut mencucu seperti mulut ikan

merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus neonatorum

(6) Dengar : apakah bayi menangis melengking tiba-tiba?

Biasanya menunjukkan ada proses tekanan intra kranial atau

kerusakan susunan saraf pusat lainnya

(b) Bayi tidak bisa minum dan memuntahkannya

Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika

bayi terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap dan

menelan.
46

Bayi mempunyai tanda memuntahkan semua jika bayi sama

sekali tidak dapat menelan apapun.

(c) Gangguan Napas

Pola napas Bayi Muda tidak teratur (normal 30-59 kali/menit) jika

<30 kali/menit atau ≥ 60 kali/menit menunjukkan ada gangguan

napas, biasanya disertai dengan tanda atau gejala bayi

biru(sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat (dalam

sangat kuat mudah terlihat dan menetap), pernapasan cuping

hidung serta terdengar suara merintih (napas pendek menandakan

kesulitan bernapas)

(d)Hipotermia

Suhu normal 36,5 -37,5 C jika suhu < 35,5C disebut hipotermi

berat yang mengidentikasikan infeksi berat sehingga harus segera

dirujuk, suhu 35,5-36,0 C disebut hipotermi sedang dan suhu ≥

37,5 disebut demam.

Mengukur suhu menggunakan termometer pada aksiler selama 5

menit tidak dianjurkan secara rektal karena dapat mengakibatkan

perlukaan rektal.

(e) Infeksi Bakteri Lokal

Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit,

mata dan pusar. Pada kulit apakah ada tanda gejala bercak merah,

benjolan berisi nanah dikulit. Pada mata terlihat bernanah, berat

ringannya dilihat dari produksi nanah dan mata bengkak. Pusar


47

kemerahan atau bernanah (kemerahan meluas ke kulit daerah perut

berbau , bernanah) berarti bayi mengalami infeksi berat.

Tabel 2.5 Cara Mengklarifikasi Penyakit Sangat Berat atau Infeksi


Bakteri
Tanda atau Gejala Klasifikasi

a. Tidak mau minum atau


memuntahkan semua ATAU
b. Riwayat kejang ATAU
c. Bergerak hanya jika PENYAKIT SANGAT
distimulasi ATAU BERAT ATAU INFEKSI
d. Napas cepat ATAU BAKTERI BERAT
e. Napas lambat ATAU
f. Tarikan dinding dada ke
dalam yang kuat ATAU
g. Merintih ATAU
h. Demam (≥ 37,5C) ATAU
i. Hipotermi ( <35,5C) ATAU
j. Nanah yang banyak di mata
ATAU
Pusar kemerahan meluas
sampai dinding perut
a. Pustul kulit ATAU INFEKSI BAKTERI LOKAL
b. Mata bernanah ATAU
c. Pusat kemerahan atau
bernanah
a. Tidak terdapat salah satu MUNGKIN BUKAN
tanda diatas INFEKSI
Sumber : DepKes RI,2009.

2) Menilai Diare

Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang tidak

seperti biasanya dan frekuensi beraknya lebih sering dibandingkan

biasanya. Biasanya bayi dehidrasi rewel dan gelisah dan jika berlanjut

bayi menjadi letargis atau tidak sadar, karena bayi kehilangan cairan

matanya menjadi cekung dan jika dicubit kulit akan kembali dengan

lambat atau sangat lambat. Cubit kulit perut dengan menggunakan ibu
48

jari dan telunjuk lihat apakah kulit itu kembali lagi dengan sangat

lambat (lebih dari 2 detik), lambat atau segera.

Tabel 2.6 Klasifikasi Diare


Tanda dan Gejala Klasifikasi

Terdapat 2 atau lebih tanda DIARE DEHIDRASI BERAT


berikut :
a. Letargis atau tidak sadar
b. Mata Cekung
c. Cubitan kulit perut
kembalinya sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda DIARE DEHIDRASI
berikut : RINGAN /SEDANG
a. Gelisah atau rewel
b. Mata Cekung
c. Cubitan kulit perut kembali
lambat
Tidak cukup tanda dehidrasi DIARE TANPA DEHIDRASI
berat atau ringan/sedang
Sumber : DepKes RI,2009.

3) Ikterus

Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi

kekuningan sebagian besar(80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil

pemecahan sel darah merah) sebagian lagi karena ketidak cocokan

gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan

oleh pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan pengeluaran.

Ikterus dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin

mengakibatkan gangguan saraf pusat).

Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul, kapan menghilang

dan bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan

menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan tindakan khusus hanya

pemberian ASI. Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan


49

infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada empedu. Lihat tinja

pucat seperti dempul menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin

pada sistem empedu.

Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER

(a) Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher

(b)Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke

atas)

(c) Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau

siku

(d)Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki

(e) Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

Tabel 2.7 Klasifikasi Ikterus


Tanda dan Gejala Klasifikasi

a. Timbul kuning pada hari


pertama (< 24 jam) ATAU IKTERUS BERAT
b. Kuning ditemukan pada umur
lebih dari 14 hari ATAU
c. Kuning sampai telapak tangan
/telapak kaki ATAU
d. Tinja berwarna pucat
a. Timbul kuning pada umur ≥ IKTERUS
24 jam sampai ≤ 14 hari dan
tidak sampai telapak
tangan/kaki
a. Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS
Sumber : DepKes RI,2009.

4) Kemungkinan Berat Badan Rendah dana atau Masalah Pemberian ASI


Pemberian ASI merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan pada bayi 6 bulan pertama kehidupannya, jika ada


50

masalah pemberian ASI maka bayi dapat kekurangan gizi dan mudah

terkena penyakit.

Tanyakan: apakah IMD dilakukan, apakah ada kesulitan menyusui,

apakah bayi diberi ASI dan berapa kali dalam 24 jam, apakah bayi

diberi selain ASI.

Lihat: apakah ada bercak putih dimulut, adakah celah bibir /dilangit

langit

Timbang dan menentukan BB menurut umur dipakai standar WHO

2005 yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Bayi muda dengan

berat badan rendah yang memiliki BB menurut umur < -3 SD

(dibawah garis merah), antara -2 SD dan -3 SD (BB pada pita kuning),

>-2 SD (tidak ada masalah BB rendah)

Penilaian Cara pemberian ASI (jika ada kesulitan pemberian ASI/

diberi ASI kurang dari 8 jam dalam 24 jam, diberi selain ASI, BB

rendah menurut umur)

(a) Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir jika tidak sarankan

ibu untuk menyusui, jika iya menunggu bayi mau menyusu lagi, amati

pemberian ASI.

(b) Lihat bayi menyusu dengan baik (posisi bayi benar, melekat

dengan baik, mengisap dengan efektif.


51

Tabel 2.7 Klasifikasi Berat Badan Rendah dana tau


Masalah Pemberian ASI
Tanda dan Gejala Klasifikasi

a. Ada kesulitan pemberian


ASI
b. Berat badan menurut umur BERAT BADAN RENDAH
rendah MENURUT UMUR DAN
c. ASI kurang dari 8 kali MASALAH PEMBERIAN
perhari ASI
d. Mendapat
makanan/minuman lain
selain ASI
e. Posisi bayi salah
f. Tidak melekat dengan baik
g. Tidak mengisap dengan
efektif
h. Terdapat luka bercak putih
i. Terdapat celah bibir /langit-
langit
Tidak terdapat tanda/gejala BERAT BADAN TINDAK
diatas RENDAH MENURUT
UMUR DAN TIDAK ADA
MASALAH PEMBERIAN
S ASI
u
m
ber : DepKes RI,2009.

5) Memeriksa Status atau Penyuntikan Vitamin K1

Sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna maka

semua bayi yang berisiko untuk mengalami perdarahan (HDN=

haemorrhagic Disease of the Newborn). Perdarahn bisa ringan atau

berat berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun

perdarahan intrakranial dan untuk mencegah diatas maka semua bayi

diberikan suntikan vit K1 setelah proses IMD dan sebelum pemberian

imunisasi Hb 0.
52

6) Memeriksa Status Imunisasi

Penularan Hepatitis pada bayi dapat terjadi secara vertikal (ibu ke bayi

pada saat persalinan) dan horizontal (penularan orang lain). Dan untuk

mencegah terjadi infeksi vertikal bayi harus diimunisasi Hb sedini

mungkin.

Imunisasi Hb 0 diberikan (0-7 hari) di paha kanan selain itu bayi juga

harus mendapatkan imunisasi BCG di lengan kiri dan polio diberikan

2 tetes oral yang dijadwalnya disesuaikan dengan tempat lahir

7) Memeriksa Masalah atau Keluhan Lain

(a) Memeriksa kelainan bawaan/kongenital

Adalah kelainan pada bayi baru lahir bukan akibat trauma lahir

dan untuk mengenali jenis kelainan lakukan pemeriksaan fisik

(anensefalus, hidrosefalus, meningomielokel dll)

(b) Memeriksa kemungkinan Trauma lahir

Merupakan perlukaan pada bayi baru lahir yang terjadi pada

proses persalinan (kaput suksedanium, sefal hematom dll)

(c) Memeriksa Perdarahan Tali pusat

Perdarahan terjadi karena ikatan tali pusat longgar setelah

beberapa hari dan bila tidak ditangani dapat syok

c. Penilaian dan Pengobatan

Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan

segera ke fasilitas pelayanan yang lebih baik dan sebelum merujuk


53

lakukan pengobatan pra rujukan dan minta Informed Consent.

Klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.

1) Pra Rujukan

Klasifikasi berat (warna merah) memerlukan rujukan segera, tetap

lakukan pemeriksaan dan lakukan penanganan segera sehingga

rujukan tidak terlambat

(a) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat

(b) Ikterus berat

(c) Diare dehidrasi berat

(1) Kejang

- Bebaskan jalan nafas dan memberi oksigen

- Menangani kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1

fenobarbital 30 mg = 0,6 ml IM, pilihan 2 diazepam 0.25

ml dengan berat <2500 gr dan 0,5 ml dengan berat ≥

2500 gr per rektal)

- Jangan memberi minum pada saat kejang akan terjadi

aspirasi

- Menghangatkan tubuh bayi (metode kangguru selama

perjalanan ke tempat rujukan

- Jika curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam

bukan Fenobarbital

- Beri dosis pertama antibiotika PP


54

(2) Gangguan Nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi

bakteri berat

- Posisikan kepala bayi setengah mengadah jika perlu bahu

diganjal dengan gulungan kain

- Bersihkan jalan nafas dan beri oksigen 2 l per menit

- Jika apnea lakukan resusitasi

(3) Hipotermi

- Menghangatkan tubuh bayi

- Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi

masih bisa menyusu dan beri ASI perah atau air gula

menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat

menyebabkan kerusakan otak

- Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama

perjalanan rujukan

- Rujuk segerta

(4) Ikterus

- Cegah turunnya gula darah

- Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat

- Rujuk segera

(5) Gangguan saluran cerna

- Jangan berikan makanan /minuman apapun peroral

- Cegah turunnya gula darah dengan infus

- Jaga kehangatan bayi


55

- Rujuk segerta

(6) Diare

- Rehidrasi (RL atau NaCl 100 ml/kg BB

30 ml/kg BB selama 1 jam

70 ml/ kg BB selama 5 jam

Jika memungkinkan beri oralit 5 ml/kg BB/jam

- Rehidrasi melalui pipa nasogastrik 20 ml/kg BB/jam

selama 6 jam (120 ml/kg BB)

- Sesudah 6 jam periksa kembali derajat dehidrasi

(7) Berat tubuh rendah dan atau gangguan pemberian ASI

- Cegah penurunan gula darah dengan pemberian infus

- Jaga kehangatan bayi

- Rujuk segera

2) Tidak Memerlukan Rujukan

Klasifikasi yang berwarna kuning dan hijau, diantaranya :

Infeksi bakteri lokal, Mungkin bukan infeksi, Diare dehidrasi

ringan/sedang, diare tanpa dehidrasi, ikterus, berat badan rendah

menurut umur dan atau masalah pemberian ASI, Berat badan

tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI

Dibawah ini beberapa tindakan /pengobatan pada Bayi Muda

yang tidak memerlukan rujukan :

(a) Menghangatkan tubuh bayi segera

(b) Mencegah gula darah tidak turun


56

(c) Memberi antibiotik per oral yang sesuai

(d) Mengobati infeksi bakteri lokal

(e) Melakukan rehidrasi oral baik diklinik maupun dirumah

(f) Mengobati luka atau bercak putih di mulut

(g) Melakukan asuhan dasar Bayi Muda (mencegah infeksi,

menjaga bayi tetap hangat, memberi ASI sesering mungkin,

imunisasi

d. Konseling Bagi Ibu

Konseling diberikan pada Bayi Muda dengan klasifikasi kuning dan

hijau

1) Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah (macam obat,

dosis, cara pemberian )

2) Mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal (tetes mata

/salep tetraciklin/kloramfenikol, mengeringkan telinga dengan

bahan penyerap, luka dimulut dengan gentian violet)

3) Mengajari pemberian oralit

4) Menasehati ibu tentang pemberian ASI : pemberian ASI eksklusif,

cara meningkatkan produksi ASI, posisi yang benar saat meneteki,

cara menyimpan ASI

5) Mengajari ibu cara merawat tali pusat dan menjelaskan jadwal

pemberian imunisasi

6) Menasehati ibu kapan harus segera membawa bayi ke petugas

kesehatan dan kapan kunjungan ulang


57

7) Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya

e. Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak Lanjut

Pada kunjungan ulang petugas dapat menilai apakah anak membaik

setelah diberi obat atau tindakan lainnya. Apabila anak mempunyai

masalah lain gunakan penilaian awal lengkap pada kunjungan awal.

Kunjungan ulang

1) Dua hari

(a) Infeksi bakteri lokal

(b) Gangguan pemberian ASI

(c) Luka atau bercak putih di mulut

(d) Hipotermi sedang

(e) Diare dengan dehidrasi ringan /sedang

(f) Ikterus fisiologik jika tetap kuning

2) 14 hari

(a) Berat Badan Rendah menurut umur

2.2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada

bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah

kelahiran (Muslihatun, 2013)


58

I. PENGKAJIAN DATA

a) Data Subjektif

(1) Biodata (Sondakh, 2013)

Nama bayi : Untuk menghindari kekeliruan

Tanggal lahir : Untuk mengetahui usia neonatus

Jenis kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin bayi

Alamat : Untuk memudahkan kunjungan rumah

Nama ibu : Untuk memudahkan memanggil dan menghindari


kekeliruan

Umur : Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko


tinggi/tidak

Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi

Pendidikan : Untuk memudahkan pemberian KIE

Agama : Untuk mengetahui keyakinan yang dianut

Alamat : Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah

Nama suami : Untuk menghindari kekeliruan

Umur : Untuk mengetahui umur suami

Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi

Pendidikan : Untuk memudahkan pemberian KIE

Alamat : Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah

(2) Riwayat Prenatal dan Natal

Riwayat Prenatal :

Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL adalah

kehamilan yang tidak disertai komplikasi seperti diabetes mellitus


59

(DM), hepatitis, jantung, hipertensi, TBC, frekuensi ANC, dimana

keluhan selama hamil, HPHT dan kebiasaan ibu selama hamil. Selain

itu dikaji adakah riwayat perdarahan, preeklampsia, infeksi,

poli/oligohidarmnion (Muslihatun, 2013: 181).

Keterangan : faktor medis dan perinatal bisa mempengaruhi

neonatus antara lain penyakit jantung mengakibatkan retardasi

pertumbuhan intrauterus (IUGR) dan berat badan lahir rendah

(BBLR) karena disebabkan penurunan kapasitas pembawa oksigen

berpengaruh langsung pada sirkulasi dan pertukaran gas

uteroplasenta.

Diabetes Mellitus dapat mengakibatkan makrosomia berat badan

lahir 4000 gram atau lebih, kematian neonatus karena

hipoglikemia, hidramnion.

Hipertensi dalam kehamilan dapat mengakibatkan pertumbuhan

janin terhambat didalam rahim, kematian janin didalam rahim,

solusio plasenta dan kelahiran prematur.

Riwayat perdarahan karena plasenta previa salah satu komplikasi

dari fetal adalah prematuritas yang diakibatkan karena asfiksia

intrauterin.

Pertumbuhan terganggu pada saat kehamilan mengakibatkan bayi

dengan berat badan lahir rendah.

Efek yang terjadi akibat diabetes gestasional antara lain

makrosomia, hipoglikemia karena hiperinsulinnemia dan cadangan


60

glikogen yang kurang, hambatan pertumbuhan janin (Fadlun,

2012).

Efek yang terjadi akibat poli/oligohidramnion dapat mengakibatkan

janin prematuritas, kongenital anomali, komplikasi karena

kesalahan letak (letak lintang, sungsang, tali pusat menumbung),

eritroblatosis

Riwayat eklampsia dapat mengakibatkan bayi mengalami asfiksia

(Prawirohardjo, 2010: N-30).

Riwayat Natal :

Berapa usia kehamilan, tanggal dan waktu persalinan, jenis

persalinan, lama kala I, kala II, BB bayi, PB bayi, denyut nadi,

respirasi, suhu, bagaimana warna ketuban, ditolong oleh siapa,

adakah komplikasi persalinan.

(3) Kebutuhan Dasar

(a) Pola nutrisi : apakah bayi langsung mendapat ASI setelah

lahir, bagaimana pengeluaran ASI, apakah

bayi menyusu dengan lancar.

(b) Pola Eliminasi : bayi BAB dan BAK dalam waktu 24 jam

pertama setelah lahir, konsistensi tinja agak

lembek, bewarna hitam kehijauan dan warna

urin normal bewarna kuning.

(c) Pola istirahat : pola tidur normal bayi baru lahir adalah 16-

20 jam/hari.
61

(d) Pola aktivitas : pada bayi seperti menangis, BAK, BAB,

serta memutar kepala untuk mencari puting

susu.

b) Data Obyektif

Pemeriksaan Fisik Umum (Sondakh, 2013)

Warna : bewarna merah muda tanpa sianosis

Pernapasan : Normal (40-60 kali/menit)

Denyut Jantung : Normal (100-160 kali/ menit)

Suhu : Normal (36,5°C – 37,5°C)

Berat Badan : Normal (2500-4000 gram)

Panjang Badan : Normal (48-52 cm)

Lingkar Kepala : Normal (33-35 cm)

Lingkar Lengan : Normal (10-11 cm)

Pemeriksaan Fisik Head to Toe

(1) Kepala : Bentuk dan kesimetrisan, Proporsi terhadap tubuh dan

wajah, Fontanel anterior ( UUB) menutup pada usia 18 bulan, dan

fontanel posterior (UUK) dapat menutup pada umur 6-8 bulan.

Fontanel harus datar: penonjolan mengindikasikan peningkatan

tekanan intrakranial dan depresi mengindikasikan dehidrasi,

Terdapat molase (tumpang tindih tulang oksipital dan tulang

frontal oleh tulang parietal),

Terdapat sefalhematoma. Didapat selama persalinan dan pelahiran,

perdarahan subperiosteum, perdarahan subperioteum ini terbatas


62

pada satu tulang, biasanya tulang parietal, dan tidak menindih

sutura. Sefalhematoma ini berlangsung sekitar 8 minggu,

Kaput suksedaneum adalah pembengkakan kulit kepala, yang

terlihat melalui serviks. Memar dapat terlihat. Kaput dapat

menindih garis sutura (Sinclair,2009)

(2) Wajah : bentuk dan ekspresi, adakah tanda tanda paralis.

(3) Mata : sklera pada kondisi normal berwarna putih jernih, tetapi

bisa bewarna kuning disertai ikterik, hemoragik akibat trauma

lahir, perdarahan subkonjungtiva yang akan menghilang dalam

waktu 6 minggu. Reaksi pupil terjadi setelah usia 2-3 minggu

(Sinclair, 2009)

(4) Telinga : kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata, bagian atas

lengkung pina harus setinggi kantus mata, telinga letak rendah

mengindikasikan kelainan konginetal (Muslihatun, 2103)

(5) Hidung : Dikaji untuk melihat bentuk, kesimetrisan dan

kepatenan. Umumnya bayi bernafas dengan hidung, jika satu

lubang hidung tersumbat, sumbatan di lubang hidung lainnya

menyebabkan sianosis disertai kegagalan bernapas. Lubang hidung

harus bersih dan tanpa mucus (Ladewig, 2006)

(6) Mulut : adakah palatoskisis, trush, sianosis. Inspeksi mulut bagian

dalam dan palpasi palatum atas. Palatum atas utuh dan tidak ada

bagian yang terbelah.


63

(7) Dada : pada inspeksi, dada harus berbentuk simetris, mamae

berbentuk datar atau melebar sedikti karena efek estrogen ibu.

Adakah retraksi otot-otot interkosta dan sternum (Muslihatun,

2013)

(8) Abdomen : abdomen datar, teraba lemas (tanpa distensi), dan

bunyi usus halus dapat didengar disetiap kuadran. Tali pusat

sebaiknya didapati dalam keadaan kering dan tidak ada gejala

infeksi (Ladewig, 2006)

(9) Genital : pada bayi perempuan labia mayora menutupi labia

minora, Rabas yang mengandung darah dari vagina disebabkan

oleh estrogen ibu, sedangkan pada bayi laki laki, testis sudah turun

pada skrotum.

(10) Punggung : punggung normalnya halus, tidak ada tumpukan

rambut, tidak ada spina bifida dan mielomeningokel.

(11) Ekstremitas : kesimetrisan dan pergerakan. Tangan dan tungkai

sama panjang dan bergerak serentak. Periksa adanya polidaktili

dan sindaktili (jari dempet).

(12) Anus : tidak terdapat atresia ani.

(13) Eliminasi : Bayi Baru Lahir normal biasanya kencing 6-8 kali/

hari dan BAK sedikitnya 1 kali/ hari dalam 24 jam setelah

kelahiran.

(14) Refleks : Moro : +/-; Rooting : +/-; Swalowing: +/-; Graphs: +/-;

Babinski: +/-; Glabellar: +/-;


64

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

Diagnosis : bayi, umur ... hari dengan keadaan normal

Data subjektif : bayi lahir tanggal… jam… dengan normal

Data objektif :

Pernapasan : Normal (40-60 kali/menit)

Denyut Jantung : Normal (100-160 kali/ menit)

Suhu : Normal (36,5°C – 37,5°C)

Berat Badan : Normal (2500-4000 gram)

Panjang Badan : Normal (48-52 cm)

Lingkar Kepala : Normal (33-35 cm)

Lingkar Lengan : Normal (10-11 cm)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin

akan terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah

diidentifikasi (Muslihatun, 2013). Contoh :

a) Hipotermi

b) Infeksi

c) Ikterus

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan/ atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi bayi. Contoh :
65

bayi tidak segera menangis/ bernapas spontan dalam waktu 30 detik,

segera lakukan resusitasi. (Muslihatun, 2013).

V. INTERVENSI

Diagnosis : bayi, umur ... hari dengan keadaan normal

Tujuan : menjaga agar bayi tetap dalam keadaan normal dan tidak

terjadi komplikasi

Kriteria hasil : a. Bayi dalam keadaan sehat

b. TTV dalam batas normal

c. Pernapasan : Normal (40-60 kali/menit)

d. Denyut Jantung : Normal (100-160 kali/

menit)

e. Suhu : Normal (36,5°C – 37,5°C)

f. Berat badan bayi mengalami kenaikan

mengikuti kurva hijau dalam buku KMS

g. Tidak ditemukan tanda-tanda bahaya pada bayi

h. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran

yang diberikan

Intervensi : (Sondakh, 2013) dan (Muslihatun, 2013)

1) Lakukan informed consent

R/ informed consent merupakan langkah awal untuk melakukan

tindakan lebih lanjut

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

R/ cuci tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi silang


66

3) Beri identitas bayi

R/ identitas merupakan cara yang tepat untuk menghindari kekeliruan

4) Bungkus bayi dengan kain kering yang lembut

R/ membungkus bayi merupakan cara mencegah hipotermi

5) Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa

R/ tali pusat yang terbungkus merupakan cara mencegah infeksi

6) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan cara kontak kulit bayi

dengan kulit ibu.

R/ optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi, merangsang produksi

oksitosin dan prolaktin ibu.

7) Pastikan bayi sudah diberi salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada

kedua mata

R/ untuk pencegahan infeksi mata. Upaya profilaksis infeksi mata tidak

efektif jika dibeikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.

8) Pastikan bayi sudah diberi suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di

paha kiri anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini

R/ Mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian BBL.

9) Pastikan bayi sudah diberi imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular,

di paha kanan anterolateral, diberikan 1 -2 jam setelah pemberian

vitamin K1.

R/ Mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur

penularan ibu – bayi.


67

10) Ukur suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan respirasi

R/ deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi

11) Anjurkan ibu untuk mengganti popok bayi setelah BAK/BAB

R/ segera mengganti popok setiap basah merupakan salah satu cara

untuk menghindari bayi dari kehilangan panas

12) Anjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif

R/ ASI adalah makanan terbaik bayi untuk tumbuh kembang dan

pertahanan tubuh/kebutuhan nutrisi 60 cc/kg/hari

13) Anjurkan ibu cara menyusui yang benar maka bayi akan merasa

nyaman dan tidak tersedak

R/ dengan posisi menyusui yang benar maka bayi akan merasa nyaman

dan tidak tersedak

14) Mengajarkan pada ibu tentang perawatan tali pusat saat di rumah

R/ mencegah terjadinya infeksi tali pusat

15) Mengawasi tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan memberi informasi

ibu sehubungan dengan tanda bahaya bayi baru lahir untuk segera

membawa bayi ke fasilitas kesehatan

R/ mendeteksi secara dini kelainan yang terjadi, dapat meningkatkan

kewaspadaan bagi ibu dan keluarga selama perawatan bayi mereka,

sehingga jika terjadi suatu hal apapun yang tidak diingkan dapat

bergerak cepat untuk memperoleh pertolongan.


68

VI. IMPLEMENTASI

Merupakan aplikasi atau tindakan asuhan kepada klien dan

keluarga yang telah direncanakan pada intervensi secara efisien dan

aman. (Hani, 2011)

VII. EVALUASI

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,

mengulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap

aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif

(Muslihatun, 2013)

Anda mungkin juga menyukai