Anda di halaman 1dari 41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kompetensi Profesionalisme Guru

Kompetensi merupakan kemampuan dan berwenangan guru dalam

melaksanakan profesi keguruannya. Kata “profesional” berasal dari kata sifat

yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang

mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan

kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya

dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan

pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh

pekerjaan lain (Uzer Usman, 1995: 14).

Dengan bertitik tolok pada pengertian ini, maka pengertian guru

profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus

dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya

sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan

terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya bidangnya, (Uzer

Usman, 1995: 15). Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya

memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai landasan-

landasan kependidikan.

11
a. Persyaratan Profesi

Menurut Moh. Ali (Uzer Usman, 1995: 15), mengingat tugas dan

tanggung jawab guru, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus

antara lain dikemukakan sebagai berikut

1) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.


2) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan
teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
3) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai
dengan bidang profesinya.
4) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika
kehidupan.

Uzer Usman (1995: 15) berpendapat bahwa persyaratan yang harus

dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi

antara lain:

1) Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas


dan fungsinya
2) Memiliki klien/ objek layanan yang tetap
3) Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di
masyarakat

b. Jenis-Jenis Kompetensi

Uzer Usman (1995: 16) mengungkapkan ada beberapa jenis

kompetensi yang dimiliki oleh seseorang guru diantaranya sebagai berikut.

1) Kompetensi Pribadi
a) Mengembangkan kepribadian
b) Berinteraksi dan komunikasi
c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
d) Melaksanakan administrasi sekolah
e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran

2) Kompetensi profesional
a) Menguasai landasan Pancasila
b) Menguasai bahan pengajaran
c) Menyusun program pengajaran

12
d) Melaksanakan program pengajaran
e) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan

1. Karakteristik Kompetensi Guru

Menurut Oemar Hamalik (2002: 38), jabatan guru adalah suatu

jabatan profesi. Guru dalam tulisan ini adalah guru yang melakukan

fungsinya sekolah. Dalam pengertian tersebut, telah terkandung suatu

konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan

tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar

guru melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Tanpa mengabaikan

kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang

disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap

institusi sekolah sebagai indikator, maka guru dinilai kompeten secara

profesional, apabila:

a. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-

baiknya

b. Guru tersebut mampu melaksanakan peran-perannya secara berhasil

c. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

(tujuan intruksional) sekolah

d. Guru tersebut mampu melaksanakan perannya dalam proses mengajar

dan belajar dalam kelas

Karakteristik itu akan kita tinjau dari berbagai segi tanggung jawab

guru, fungsi, dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan peranan

guru dalam proses belajar mengajar.

13
a. Tanggung jawab dan kompetensi guru

Oemar Hamalik (2002: 39) manusia dapat disebut sebagai

manusia yang bertanggung jawab apabila dia mampu membuat pilihan

dan membuat keputusan atas dasar nilai-nilai dan norma-norma

tertentu, baik yang bersumber dari dalam dirinya maupun yang

bersumber dari lingkungan sosialnya. Dengan kata lain manusia

bertanggung jawab apabila dia mampu bertindak atas dasar keputusan

moral atau moral dicision.

Oemar Hamalik (2002: 39) setiap guru profesional harus

memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam

bidang pendidikan, tetapi di pihak laindia juga mengemban sejumlah

tanggung jawab mawariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada

generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui

proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Dalam

konteks ini pendidikan berfungsi mencipta, memodifikasi, dan

menkrontuksi nilai-nilai.

Guru akan mapu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia

memiliki kompetensi yang diperlukan untuk itu setiap tanggung jawab

memerlukan sejumlah kompetensi. Setiap kompetensi dapat dijabarkan

menjadi sejumlah kompetensi yang lebih kecil dan lebih khusus.

b. Tanggung jawab moral

Oemar Hamalik (2002: 39) mengungkapkan bahwa setiap guru

profesional berkewajiban menghayati dan mengamalkan Pancasila dan

14
bertanggung jawab mewariskan moral Pancasila itu serta nilai-nilai

Undang-Undang Dasar 1945 kepada generasi muda. Tanggung jawab

ini merupakan tanggung jawab moral bagi setiap guru di Indonesia.

Dalam hubungan ini, setiap guru harus memiliki kompetensi dalam

bentuk kemampuan menghayati dan mengamalkan Pancasila.

Kemampuan menghayati berarti kemampuan menerima,

mengingat, memahami, dan meresapkan ke dalam pribadinya sehingga

moral Pancasila mendasari semua aspek kepribadiannya. Dengan

demikian, moral Pancasila bukan saja sekedar menjadi pengetahuan,

pemahaman, dan kesadarannya, akan tetapi menjadi sikap dan nilai

serta menjadi keterampilan psikomotorisnya.

c. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah

Oemar Hamalik (2002: 41) berpendapat bahwa guru

bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam

arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa.

Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan

pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi,

watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar, serta

menilai kemajuan belajar para siswa.

Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung

jawab ini, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang

relevan dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Dia harus

menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model

15
satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu

mengajar dikelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu

memberikan nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-

teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan

melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar, dan sebagainya.

d. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan

Menurut Oemar Hamalik (2002: 41), guru profesional tidak

dapat melepaskan dirinya dari bidang kemasyarakatan. Di situ pihak

guru adalah warga masyarakatnya dan di lain pihak guru bertanggung

jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut

bertanggung jawab memajukan kesatuan dan persatuan bangsa,

menyukseskan pembangunan nasional, serta menyukseskan

pembangunan daerah khususnya yang dimulai daerah di mana dia

tinggal.

Untuk melaksanakan tanggung jawab turut serta memajukan

persatuan dan kesatuan bangsa, guru harus mengusai atau memahami

semua halyang bertalian dengan kehidupan nasional misalnya tentang

suku bangsa, adat istiadat, kebiasaan, norma-norma, kebutuhan, kondisi

lingkungan, dan sebagainya. Selanjutnya, dia harus mampu bagaimana

cara menghargai suku bangsa lainnya, menghargai agam yang dianut

oleh orang lain, menghargai sifat dan kebiasaan dari suku lain, dan

sebaginya. Pengetahuan dan sikap itu hendaknya dicontohkan kepada

16
anakl didik dalam pergaulannya sehari-hari dalam proses pendidikan di

sekolah.

e. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan

Oemar Hamalik (2002: 42) menjelaskan bahwa guru selaku

ilmuwan bertanggung jawab turut memajukan ilmu, terutama ilmu yang

menjadi spesialisnya. Tanggung jawab in dilaksanakan dalam bentuk

mengadakan penilitian dan pengembangan.

Untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam bidang

penelitian, guru harus memiliki kompetensi tentang cara mengadakan

penelitian, seperti cara membuat disain penelitian, cara merumuskan

masalah, cara menentukan alat pengumpul data dengan teknik statistik

yang sesuai, selanjutnya dia mapu menyusun laporan hasil penilitian

agar dapat disebarluaskan.

2. Kompetensi Guru

Dewasa ini perhatian bertambah besar sehubungan dengan

kemajuan pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik

dalam mutu maupun jumlahnya, secara gamblang dapat kita lihat, bahwa

program pendidikan guru mendapat prioritas pertama dalam program

pembangunan pendidikan di negara kita. Ada beberapa kompetensi

penting yang dimiliki oleh guru diantaranya sebagai berikut.

a. Pentingnya Kompetensi Guru

Oemar Hamalik (2002: 34-35) berpendapat bahwa masalah

kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi

17
yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apa pun.

Kompetensi-kompetensi lainnya adalah kompetensi kepribadian dan

kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi

tersebut dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara

praktis sesungguhnya ketiga jenis kompetensi tersebut tidak mungkin

dapat dipisah-pisahkan. Diantara ketiga jenis kompetensi itu saling

menjalin secara terpadu dalam diri guru. Guru yang terampil mengajar

tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan

social adjusment dalam masyarakat. Ketiga kompetensi tersebut

terpadu dalam karakteristik tingkah laku guru.

Dalam tulisan ini hanya akan disoroti salah satu jenis

kompetensi saja, yakni kompetensi profesional, dan sama sekali tidak

bermaksud untuk mengesampingkan pentingnya kedua kompetensi

lainnya. Tulisan ini bermaksud mengungkapkan dan menonjolkan satu

jenis kompetensi saja secara khusus, dan berusaha meninjaunya lebih

dalam secara komprehensif.

b. Kompetensi Guru sebagai Alat Seleksi Penerimaan Guru

Menurut Oemar Hamalik (2002: 34) perlu ditentukan secara

secara umum jenis kompetensi apakah yang perlu dipenuhi sebagai

syarat agar seseorang dapat diterima sebagai guru. Dengan adanya

syarat sebagai penerimaan calon guru, maka akan terdapat pedoman

bagi para administrator dalam memilih mana guru yang diperlukan

untuk satu sekolah.

18
Asumsi yang mendasari kriteria ini adalah bahwa setiap calon

guru yang memenuhi srayat tersebut, diharapkan atau diperkirakn

bahwa guru tersebut akan berhasil mengemban tugasnya selaku

pengajar di sekolah. Dengan demikian, pemilihan guru tidak didasarkan

atas suka atau tidak suka, atau karena alasan yang bersifat subjektif,

melainkan atas dasar yang objektif, yang berlaku secara umum untuk

semua calon guru.

c. Kompetensi Guru Penting dalam Rangka Pembinaan Guru

Menurut Oemar Hamalik (2002: 35), para guru yang telah

memiliki kompetensi penuh sudah tentu perlu dibina terus agar

kompetensinya tetap mantap. Kalau terjadi perkembangan baru yang

memberikan tututn baru terhadap sekolah, maka sebelumnya sudah

dapat direncanakan jenis kompetensi apa yang kelak akan diberikan

agar guru tersebut memiliki kompetensi yag serasi.

Bagi guru yang ternyata sejak semula memiliki kompetensi di

bawah standar, administrator menyusun perencanaan yang relevan agar

guru tersebut memiliki kompetensi yang lainnya, misalnya rencana

penataran.

d. Kompetensi Guru Penting dalam Rangka Penyusuran Kurikulum

Oemar Hamalik (2002: 36) menjaskan bahwa secara lebih

spesifik, apakah suatu LPTK berhasil mendidik para calon guru akan

ditentukan oleh berbagai komponen dalam institusi tersebut. Salah

satunya komponen kurikulum.

19
Kurikulum pendidikan guru harus disusun atas dasar kompetensi

yang diperlukan oleh setiap guru. Tujuan, program pendidikan, sistem

penyampaian, evaluasi, dan sebagainya hendaknya direncanakan

sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara

umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.

e. Kompetensi Guru Penting dalam Hubungan dengan Kegiatan dan Hasil

Belajar siswa

Menurut Oemar Hamalik (2002: 36), proses belajar dan hasil

belajar para siswa bukan saja ditemukan oleh sekolah, pola, struktur,

dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh

kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang

kompeten akan lebih menciptakan lingkungan belajar yang efektif,

menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga

belajar para siswa berada pada tingkat optimal.

Berdasarkan pertimbangan dan analisis di atas, dapat diperoleh

gambaran secara fundamental tentang pentingnya kompetensi guru.

Dengan demikian, terdapat cukup alasan mengenai pentingnya

kompetensi profesional guru.

f. Kriteria Profesional

Hasil lokakarya pembinaan Kurikulum Pendidikan Guru UPI

Bandung (Oemar Hamalik, 2002: 37-38) menjelaskan bahwa guru

adalah jabatan profesianal yang memerlukan berbagai keahlian khusus.

20
Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional,

sebagai berikut.

1) Fisik
a) Sehat jasmani dan rohani
b) Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan
ejekan/ cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.
2) Mental/ kepribadian
a) Berkipribadian/ berjiwa Pancasila
b) Mampu menghayati GBHN
c) Mencintai bangsa dan sesama manusia dan kasih sayang
kepada anak didik
d) Berbudi pekerti yang luhur
e) Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan
yang ada secara maksimal
f) Mampu menuburkan sikap demokrasi dan penuh
tenggang rasa
g) Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab
yang besar akan tugasnya
h) Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi
i) Bersifat terbuka, peka, dan inovatif
j) Menunjukan rasa cinta kepada profesinya
k) Ketaatannya akan disiplin
l) Memiliki sense of humor
3) Keilmiahan/ pengetahuan
a) Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan
pribadi
b) Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu
menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik
c) Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu
pengetahuan yang akan diajarkan
d) Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-
bidang yang lain
e) Senang membaca buku-buku ilmiah
f) Mampu memecahkan persoalan secara sistematis,
terutama yang berhubungan dengan bidang studi
g) Memahami prisip-prisip kegiatan belajr mengajar
4) Keterampilan
a) Mampu berperan sebagai organisator proses belajar
mengajar
b) Mampu menyususn bahan pelajaran atas dasar
pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional,
behavior, dan teknologi
c) Mampu menyusun garis besar program pengajaran
(GBPP)

21
d) Mampu memecahkan dan melaksanankan tekknik-teknik
mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan
e) Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi
pendidikan
f) Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan
pendidikan luar sekolah

Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat

guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang

sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana

dan sistematis melalui berbagai program yang kembangkan oleh

LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru.

3. Profesionalisme Guru

a. Pengertian Profesionalisme Guru

Adapun mengenai kata Profesional Uzer Usman (2011: 14-15)

memberikan suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat

profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja

harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.

Kata prifesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti

pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang

mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya.

Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan

yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan

untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena

tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolok pada

pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan

22
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru

dengan kemampuan yang maksimal.

b. Perlunya Guru Profesional

Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing,

pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang

menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam kelas.

Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana

kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima

oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan

dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari

hal itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional

sangat diperlukan.

Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yang

profesional, penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu

lembaga pendidikan diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas

pendidikan yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Dengan perbaikan kualitas pendidikan dan peningkatan prestasi belajar,

maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan terwujud dengan

baik. Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain untuk

mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga

diharapkan mampu memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga

mampu menghasilkan siswa yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu,

perlu dipersiapkan sedini mungkin melalui lembaga atau sistem

23
pendidikan guru yang memang juga bersifat profesional dan memeliki

kualitas pendidikan dan cara pandang yang maju.

c. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas

mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan

menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang

guru yang profesional. Karena seorang guru yang profesional tentunya

harus memiliki kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh

E. Mulyasa (2011: 75) menjelaskan bahwa kompetensi yang harus

dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:

1) Kompetensi Pedagogik.

E. Mulyasa (2011: 75) mengungkapkan dalam Standar

Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Lebih lanjut, dalam RPP tentang guru (E. Mulyasa, 2011: 75)

mengungkapkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan

kemampuan guru dalam pengelola pembelajaran peserta didik yang

sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut.

a) Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan


b) Pemahaman terhadap peserta didik

24
c) Pengembangan terhadap kurikulum/ silabus
d) Perencanaan pembelajaran
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g) Evaluasi Hasil Belajar (EHB)
h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya

2) Kompetensi Kepribadian

E. Mulyasa (2011: 117) menjelaskan kompetensi kepribadian

dalam Standar Nasional Pendidikan, yang tercantum dalam Pasal 28

ayat (3) butir b, dikemukakan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan

berakhlak mulia.

Menurut Abdul Hadis dan Nurhayati (2010: 27-28)

menjabarkan kompetensi profesional menjadi subkompetensi dan

pengalaman belajar yang berdasarkan LPTKI (Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan Indonesia) di Unesa Surabaya tahun 2006

sebagai berikut.

a) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,


dewasa, arif dan berwibawa:
(1)Berlatih membiasakan diri untuk menerima dan
memberi kritik dan saran
(2)Berlatih membiasakan diri untuk menaati peraturan
(3)Berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan
bertindak secara konsisten
(4)Berlatih mengendalikan diri dan berlatih membiasakan
diri untuk menempatkan persoalan secara profesional
(5)Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara
mandiri dan bertanggung jawab
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia
dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat:
(1)Berlatih membiasakan diri berperilaku yang
mencerminkan keimanan dan ketakwaan
(2)Berlatih membiasakan diri berperilaku santun

25
(3)Berlatih membiasakan diri berperilaku yang dapat
diteladani oleh peserta didik dan masyarakat
c) Mengevaluasi kinerja sendiri:
(1)Berlatih dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
sendiri
(2)Berlatih mengevaluasi kinerja sendiri
(3)Berlatih menerima kritikan dan saran dari peserta didik
d) Mengembangkan diri secara berkelanjutan:
(1)Berlatih memanfaatkan berbagai sumber belajar belajar
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kepribadian
(2)Mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang
pengembangan profesi
(3)Berlatih mengembangkan dan menyelenggarakan
kegiatan yang menunjang profesi guru

Oleh sebab itu, guru adalah panutan bagi peserta didik dan

menjadi sosok seorang guru haruslah memiliki kekuatan kepribadian

yang positif yang dapat dijadikan sumber inspirasi bagi peserta

didik. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam

sistem pendidikan yang diinginkan yaitu guru harus “ing ngarsa sung

tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuru handayani” yang artinya

bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan yang baik,

membangkitkan motivasi belajar sisiwa serta mendorong/

memberikan dukunagan dari belakang.

3) Kompetensi Profesioanal.

E. Mulyasa (2011: 135) menjelaskan kompetensi profesional

dalam Standar Nasional Pendidikan, yang tercantum dalam Pasal 28

ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi

profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta

26
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar

Nasional Pendidikan.

Secara umum, ruang lingkup kompetensi profesional guru

menurut E. Mulyasa (2011: 135) adalah:

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan


baik filosofi, psikolgis, sosiologis, dan sebagainya;
b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik
c) Mampu menangani dan mengembangkan bidnag studi
yang menjadi tanggungjawabnya
d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran
yang bervariasi
e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai
alat, media dan sumber belajar yang relevan
f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan
program pembelajaran
g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta
didik
h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Sedangkan secara khusus, kompetensi profesionalisme guru

dapat dijabarkan oleh E. Mulyasa (2011: 136) sebagai berikut:

a) Memahami Standar Nasional Pendidikan


b) Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
c) Menguasai materi standar
d) Mengelola program pembelajaran
e) Mengelola kelas
f) Menggunakan media dan sumber pembelajaran
g) Menguasai landasan-landasan kependidikan
h) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta
didik
i) Memahami dan menyelenggarakan administrasi
sekolah
j) Memahami penelitian dalam pembelajaran
k) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam
pembelajaran
l) Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan
m) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran
individual.

27
Kompetensi profesionalisme guru berhubungan dengan

kompetensi yang menuntut guru untuk ahli di bidang pendidikan

sebagai suatu pondasi yang dalam melaksanakan profesinya

sebagai seorang guru profesional. Karena dalam menjalankan

profesi keguruan, terdapat kemampuan dasar dalam penegetahuan

tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang

dibinanya, sikap ang tepat tentang lingkungan belajar mengajar dan

mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

4) Kompetensi Sosial.

E. Mulyasa (2011: 173) menjelaskan tentang kompetensi

sosian dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat

(3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi

sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar.

Menurut Abdul Hadis dan Nurhayati (2010: 27-28) yang

berdasarkan hasil rapat Asosiasi LPTKI (Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan Indonesia) di Unesa Surabaya Tahun 2006,

menjelaskan kompetensi sosial dapat dijabarkan menjadi sub

kompetensi dan pengalaman belajar sebagai berikut:

a) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta


didik, orangtua peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan dan masyarakat.

28
(1) Mengkaji hakikat dan prinsip-prinsip komunikasi
yang efektif dan empatik.
(2) Berlatih berkomunikasi secara efektif dan empatik.
(3) Berlatih mengevaluasi komunikasi yang efektif dan
empatik.
b) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di
sekolah dan masyarakat:
(1) Berlatih merancang berbagai program untuk
pengembangan pendidikan di lingkungan sekolah dan
lingkungan sekitar.
(2) Berlatih berperan serta dalam penyelenggaraan
berbagai program di sekolah dan di lingkungannya.
c) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di
tingkat lokal, regional, nasional, dan global:
(1) Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis masalah-
masalah pendidikan pada tataran lokal, regional,
nasional, dan global.
(2) Berlatih mengembangkan alternatif pemecahan
masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal,
regional, nasional, dan global.
(3) Berlatih merancang program pendidikan pada tataran
lokal, regional, dan nasional
d) Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi (ICT)
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri:
(1) Mengkaji berbagai perangkat ICT.
(2) Berlatih mengoperasikan berbagai peralatan ICT
untuk berkomunikasi.
(3) Berlatih memanfaatkan ICT untuk berkomunikasi dan
mengembangkan kemampuan profesional.

Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk

menyesuaikan diri kepada tuntunan kerja di lingkungan sekitar

pada saat menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Dalam

menjalani perannya tersebut guru, sebisa mungkin harus dapat

menjadi sosok pencetus dan pelopor pembangunan di lingkungan

sekitar terutama yang berkaitan erat dengan pendidikan. Melalui

interaksinya yang baik dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga pendidik dan wali peserta didik tentunya akan sangat

29
mendukung proses pendidikan sehingga mencapai tujuan

pendidikan yang lebih baik.

Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas mengenai

aspek-aspek kompetensi guru profesional, untuk memudahkan penulis

dalam melakukan penelitian, maka indikator yang akan diteliti dalam

skripsi ini akan merujuk kepada pendapat Nana Sudjana (1998: 19-20)

mengungkapkan bahwa untuk keperluan analisis tugas guru sebagai

pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak

hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar

dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yakni:

a) Merencanakan program belajar mengajar

Sebelum membuat perencanaan belajar mengajar, guru

terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan

tersebut, dan menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang

terdapat dalam perencanaan belajar mengajar. Kemampuan

merencanakan program belajar mengajar merupakan muara dari

segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang

mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran. Makna atau

arti dari perencanaan/ program belajar mengajar tidak lain adalah

suatu proyeksi/ perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus

dilakukan siswa selama pengajaran itu berlangsung.

Dalam kegiatan tersebut secara terinci harus jelas ke mana

siswa akan dibawa (tujuan), apa yang harus siswa pelajari (isi bahan

30
pelajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode dan

teknik) dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah

mencapainya (penilaian).

b) Menguasai bahan pelajaran

Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai bahan

integral dari proses belajar mengajar, jangan dianggap pelengkap

bagi profesi guru. Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak

harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Penguasaan bahan

pelajaran ternyata memberikan pengaruh terhadap hasil belajar

siswa.

Nana Sudjana (1998: 20) mengutip pendapat yang

dikemukakan oleh Hilda Taba yang menyatakan bahwa keefektifan

pengajaran dipengaruhi oleh (a) karakteristik guru dan siswa, (b)

bahan pelajaran, dan (c) aspek lain yang berkenaan dengan sistuasi

pelajaran. Jadi terdapat hubungan yang positif antara penguasaan

bahan pelajaran oleh guru dengan hasil belajar yang dicapai oleh

siswa. Artinya, makin tinggi penguasaan bahan pelajaran oleh guru

makain tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa.

c) Melaksanakan dan memimpin/ mengelola proses belajar mengajar

Melaksanakan atau mengelola program belajar mengajar

merupakan tahap pelaksanaan program yang telah dibuat. Dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar kemampuan yang dituntut

adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan

31
kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun

dalam perencanaan.

Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian

yang tepat, apakah kegiatan mengajar dihentikan, ataukah diubah

metodenya, apakah mengulang kembali pelajaran yang lalu,

manakala para siswa belum dapat mencapai tujuan pengajaran. Pada

tahap ini di samping pengetahuan teori tentang belajar mengajar,

tentang pelajar, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik

mengajar. Misalnya prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu

pengajaran, penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai

hasil belajar siswa, keterampilan memilih dan menggunakan strategi

atau pendekatan mengajar.

d) Menilai kemajuan proses belajar mengajar

Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang

kemajuan yang dicapai para siswa, baik secara iluminatif-obsrvatif

maupun secara struktural-objektif. Penilaian secara iluminatif-

observatif dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang

perubahan dan kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian

secara strukturalobjektif berhubungan dengan pemberian skor, angka

atau nilai yang biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar

siswa.

32
4. Tugas dan Peran Guru

Perkembangan pandangan tentang belajar mengajar banyak

mengalami peubahan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan-perubahan dalam

bidang pendidikan. Semua ini menimbulkan tantangan bagi guru untuk

senantiasa meningkatkan tugas, peranan, dan kompetensinya. Guru dalam

proses belajar mengajar memiliki multiperan yang semuanya diuraikan

berikut ini.

a) Tugas Guru

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas

maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kelompokkan

terhadap tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas

kemanusiaan, dan tugas dalam kemasyarakatan.

Uzer Usman (1995: 6) mengemukakan bahwa Guru merupakan

profesi/ jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus

sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang

orang di luar bidang pendidikan walaupun kenyataannya masih

dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini

paling mudah terkena pencemaran. Tugas guru sebagai profesi meliputi

mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih

berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

33
Uzer Usman (1995: 7) menjelaskan tugas guru dalam bidang

kemanusiaan di sekolah:

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat


menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus bisa menarik
simpati sehinga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun
yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya
dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak
menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan menanamkan
benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan
enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak akan
diserap sehingga setiap lapisan masyarakat (homo-ludens, homopuber,
dan homosapiens) dapat mengerti bila menghadapi guru.

Masyarakat menempatkan guru pada tempatnya yang lebih

terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan

masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa

guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan

manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.

Uzer Usman (1995: 7) berpendapat bahwa guru tidak hanya

berperan sebagai pengajaran di dalam kelas saja. Lebih dari itu, guru

juga mempunyai peranan dalam masyarakat karena guru merupakan

motor penggerak kehidupan bangsa.

Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan


guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih
peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang
tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan
bangsa sejak dulu, terlebih-;ebih pada era kontemporer ini.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa sangatlah penting, apalagi bagi
suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi
keterlangsungan kehidupan bangsa di tengah-tengah lintasan
perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala
perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa
kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik
untuk dapat mengadaptasikan diri.

34
Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin

terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang

sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret diri para guru

masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding

lurus dengan citra para guru ditengah-tengah masyarakat. Sejak dulu,

dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru menjadi anutan

masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di rungan-

rungan kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat linkungannya

dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi

masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukkan guru pada tempat

yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi

suri teladan, di tengah-tengah membangun, dan di belakang memberi

dorongan dan motivasi. Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun

karsa, tut wuri handayani.

b) Peran Guru

Peran guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya berhenti sebagai

pemegang tonggak peradaban saja, melainkan juga sebagai rahim

peradaban bagi kemajuan zaman. Karena dialah sosok yang berperan

aktif dalam pentransferan ilmu dan pengetahuan bagi anak didiknya

untuk dijadikan bekal yang sangat vital bagi dirinya kelak. Bahkan yang

lebih penting disamping itu mereka mampu mengembangkan dan

memberdayakan manusia, untuk dicetak menjadi seorang yang

35
berkarakter dan bermental baja, agar mereka tidak minder dalam

meghadapi masalah dan dapat bersikap layaknya seorang kesatria.

Maka bagaimanapun juga peran seorang guru tidak dapat

diremehkan di dalam bidang apapun, baik yang bersifat pendidikan

maupun yang lainnya. Tetapi untuk mencari dan menjadi guru yang

seperti itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, melainkan

membutuhkan etos dan spirit perjuangan yang luar biasa. Dari sini

dapat kita tarik kesimpulan bahwa seorang guru yang benar-benar patut

dijadikan tauladan adalah mereka yang terfokus pada anak didiknya,

demi tercapainya pencerahan. Karena bagaimanapun juga anak didik

adalah cikal bakal maju mundurnya sebuah bangsa. Kemana bangsa ini

akan diarahkan itu tergantung pada mereka.

1) Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas perkembangan

baru terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi

kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena

proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar

ditentukan oleh peranaan dan kompetensi guru.

Uzer Usman (1995: 9) menjelaskan bahwa peranan dan

kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar meliputi banyak hal,

antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing,

pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor,

motivator, dan konselor.

36
Di bawah ini meupakan 4 peranan dominan yang dimiliki

oleh guru seperti yang dijabarkan oleh Uzer Usman (1995: 9-12):

(a) Guru Sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau

pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau

materi pelajaran yang akan diajarkannya secara senantiasa

mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya

dalam ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat

menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia

sendiri adalah pelajar Uzer Usman (1995: 9). Ini berarti bahwa

guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan

memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai

bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan

demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang

diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar apa yang

disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.

(b) Guru Sebagai Pengelola Kelas

Guru juga berperan sebagai pengelola kelas (learning

manager) Uzer Usman (1995: 10). Guru hendaknya mampu

mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan

aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

Lingkunagn ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan

37
belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Lingkunagan

yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa

untuk bealajra, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam

mencapai tujuan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam

kelas bergantung dari banyak faktor, antara lain ialah guru,

hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi

umum dan suasana di dalam kelas.

Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan

menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan

belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan

tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa

dalam menggunakan alat-alat belajar, menyiapkan kondisi-

kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta

membantu siswa memperoleh hasil yang diharapkan.

(c) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pendidikan karena media pendidkan merupakan alat komunikasi

untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar Uzer

Usman (1995: 11). Dengan demikian media pendidikan

merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat

melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya

proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

38
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu

mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat

menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik

yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat

kabar.

(d) Guru Sebagai Evaluator

Proses belajar-mengajar guru hendaknya menjadi

seorang evaluator yang baik Uzer Usman (1995: 11). Kegiatan

ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah

dirumuskan itu tercapai apa belum, dan apakah materi yang

diajarkan sudah cukup tepat. Semua pernyataan tersebut akan

dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan

pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta

ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari

penilaian di antaranya adalah untuk mengetahui kedudukan

siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru

dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk

kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang atau cukup baik di

kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.

2) Peran Guru dalam Pengadministrasian

39
Uzer Usman (1995: 12) mengemukakan bahwa dalam

hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru

dapat berperan sebagai

a) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-


kegiatan pendidikan.
b) Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung
jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi
muda yang berupa pengetahuan.
c) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu
disiplin.
d) Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda
terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin
mereka dalam mempersiapakan diri untuk anggota
masyarakat yang dewasa.

3) Peran Guru secara Pribadi

Uzer Usman (1995: 13) menjelaskan bahwa dilihat dari segi

dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai

a) Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk


kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas
yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
b) Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus
menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap
saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan.
c) Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah
dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas
sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang
tua bagi siswa-siswanya.
d) Pencari teladan, yaitu senantiasa mencarikan teladan yang
baik untuk siswa bukan untuk seluruh masyarakat. Guru
menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.

4) Peran Guru secara Psikologis

Uzer Usman (1995: 13) mengemukakan bahwa peran guru

secara psikologis, guru dipandang sebagai:

40
a) Ahli psikologis pendidikan, yaitu petugas psikologi dalm
pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar
prinsip-prinsip psikologi.
b) Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human
relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan
antarmanusia untuk tujuan tertentu.
c) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang
bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental
khususnya kesehatan mental siswa.

B. Uji Kompetensi Guru

Menurut E. Mulyasa (2011: 187-188), mengingatkan kualitas guru,

perlu dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi guru sejalan

dengan kebijakan otonomi daerah, beberapa daerah telah melakukan uji

kompetensi guru, mereka melakukannya terutama untuk mengetahui

kemampuan guru di daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta

untuk mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Uji kompetensi

guru, baik secara teoritis maupun praktis memiliki manfaat yang sangat

penting, terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui

peningkatan kualitas guru.

1. Alat untuk Mengembangkan Standar Kemampuan Profesional Guru

E. Mulyasa (2011: 188) menjelaskan bahwa uji kompetensi guru

dapat dapat digunakan untuk mengembangkan standar kemampuan

profesional guru. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-

rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan dan siapa yang perlu

mendapat pembinaan secara kontinu, serta siapa yang telah mencapai

standar kemampuan minimal.

41
2. Alat Seleksi Penerimaan Guru

Pada saat ini telah banyak calon guru lulusan dari lembaga

pendidikan, baik negeri maupun swasta yang mengantri menunggu

pengangkatan. Banyaknya calon guru untuk memilih guru sesuai dengan

kebutuhan. Untuk kepentinagan tersebut, perlu ditetapkan kriteria secara

umum kompetensi-kompetensi dasar yang dipenuhi sebagai syarat menjadi

guru. Melalui uji kompetensi diharapkan dapat terjaring guru-guru yang

kompeten, kreatif, profesional dan menyenangkan, sehingga mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya.

Menurut E. Mulyasa (2011: 188), dengan uji kompetensi yang

digunakan sebagai alat seleksi, penerimaan guru baru dapat dilakukan

secara profesional, tidak didasarkan suka dan tidak suka, atau alasan

subjektif lain, yang bermuara pada korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),

tetapi berdasarkan standar kompetensi yang objektif, dan berlaku secara

umum untuk semua calon guru.

Uji kompetensi ini digunakan secara profesional dalam penerimaan

guru baru, maka akan membantu peningkatan kualitas pendidikan, karena

akan terjaring guru-guru yang kompeten dan siap melaksanakan tugasnya

secara kreatif, profesional dan menyenangkan

3. Untuk Pengelompokan Guru

E. Mulyasa (2011: 189) berpendapat bahwa berdasarkan uji

kompetensi, guru-guru dapat dikelompokkan berdasarkan hasilnya,

misalnya kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok kurang. Untuk

42
kelompok kurang merupakan kelompok yang harus mendapatkan

perhatian dan pembinaan agar dapat meningkatkan kompetensinya.

4. Sebagai Bahan Acuan dalam Mengembangkan Kurikulum

Keberhasilan pendidikan tercermin dalam kualitas pembelajaran,

dan keterlibatkan peserta didik dalam pembelajaran E. Mulyasa (2011:

189). Hal ini harus dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan untuk

mempersiapkan calon guru atau calon tenaga kependidikan (LKTK),

karena keberhasilan tersebut terletak pada berbagai komponen dalam

proses pendidikan di lembaga pendidikan.

Secara khusus keberhasilan lembaga pendidikan dalam

mempersiapkan calon guru ditentukan oleh berbagai komponen dalam

lembaga tersebut, antara lain kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum

lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru harus dikembangkan

berdasarkan kompetensi guru.

5. Alat Pembinaan Guru

Menurut E. Mulyasa (2011: 190), untuk memperoleh guru yang

kreatif, profesional, dan menyenangkan dalam menjalankan tugas dan

fungsinya, perlu ditetapkan jenis kompetensi yang perlu dipenuhi sebagai

syarat agar seseorang dapat diterima sebagai guru. Dengan adanya syarat

yang menjadi kriteria calon guru, maka akan terdapat pedoman bagi para

administrator dalam memilih, menyeleksi dan menempatkan guru sesuai

dengan karaktiristik dan kondisi, serta jenjang sekolah.

43
Asumsi yang mendasari kriteria ini adalah bahwa setiap calon guru

yang memenuhi syarat diharapkan berhasil dalam mengemban tugas dan

fungsinya, dan mampu meningkatkan kualitas pembelajaranya. Dengan

demikian, pemilihan atau seleksi guru tidak dilakukan berdasarkan suka

atau tidak suka, atau alasan yang bersifat subjektif, melainkan dilakukan

secara objektif dan berlaku secara umum untuk semua calon guru.

6. Mendorong kegiatan dan hasil belajar

Menurut E. Mulyasa (2011: 190), Kegiatan pembelajaran dan hasil

belajar peserta didik saja ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum,

sarana dan prasarana pembelajaran, tetapi sebagi besar ditentukan oleh

guru. Oleh karena itu, uji kompetensi akan mendorong terciptanya

kegiatan dan hasil belajar yang optimal, karena guru yang teruji

kompetensinya akan senantiasa menyesuaikan kompetensinya dengan

perkembangan kebutuhan dan pembelajaran.

Guru yang teruji kompetensinya akan lebih mampu menciptakan

suasana yang kondusif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga

mampu mengembangkan potensi seluruh peserta didiknya secara optimal.

Dengan demikian, uji kompetesi guuru merupakan sesuatu yang penting

dilakukan untuk setiap guru dan calon guru. Hal ini penting, terutama

untuk mempersiapkan guru kreatif, profesional, dan menyenangkan.

C. Sertifikat Pendidik

Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan

dengan sertifikat pendidik. Lebih lanjut Undang‐Undang Nomor 14 Tahun

44
2005 tentang Guru, mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang

memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan

profesi. Diharapkan agar guru sebagai tenaga profesional dapat berfungsi

untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan

berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dengan

terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada

meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

Untuk mewujudkan fungsi, peran dan kedudukan tersebut, guru perlu

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik, sebab,

guru yang profesional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang

bermutu dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, cerdas dan

kompetitif, yaitu manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak yang mulia, sehat fisik dan rohani,

memiliki pengetahuan yang luas, cakap, kritis dan bertanggung jawab.

Guru yang bersertifikat pendidik bukan sekedar meningkat

kesejahteraannya, tetapi sejalan dengan itu pelaksanaan tugas, dan fungsi

pokok sebagai tenaga pendidik dan kependidikan harus meningkat pula,

terutama dalam mendidik, membimbimbing, dan membelajarkan peserta

didik dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pendidikan juga semakin

meningkat.

45
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan

sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki

kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan tertentu, setelah lulus

uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata

lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk

mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan

pemberian sertifikat pendidik.

Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional (Sertifikat Guru dalam Jabatan Buku 4 Petunjuk Teknis

Sertifikasi untuk Guru 2009: 1-2) sertifikasi guru adalah proses pemberian

sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi

guru bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas

dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, meningkatkan

proses dan hasil pembelajaran, meningkatkan kesehteraan guru, dan

meningkatkan martabat guru. Sertifikasi guru diikuti dengan peningkatan

kesejahteraan guru. Bentuk peningkatan kesejahteraan tersebut berupa

pemberian tunjangn profesi bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik dan

memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tunjangan

tersebut berlaku, bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun

bagi guru yang berstatus bukan pegawai negeri sipil (swasta). Guu sebagai

peserta sertifikasi perlu memahami dan melaksanakan ketentuan, mulai dari

pemberkasan, penyusunan portofolio/ dokumen, hingga tindak lanjutnya.

46
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang

Guru Pasal 65 huruf b dan Permendiknas Nomor 10 Thaun 2009 tentang

sertifikasi Guru dalam Jabatan, sertifikasi guru dalam jabatan untuk

memperoleh sertifikat pendidik dilaksanakan melalui pola uji kompetensi

dalam penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung.

Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

Nasional (Sertifikat Guru dalam Jabatan Buku 4 Petunjuk Teknis Sertifikasi

untuk Guru 2009: 5) menjelaskan penilaian portofolio dilakukan melalui

penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru.

Komponen penilaian portofolio mencakup:

1. Kualifikasi akademik
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Pengalaman mengajar
4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
5. Penilaian dari atasan dan pengawas
6. Prestasi akademik
7. Karya pengembangan profesi
8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
9. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
10. Penghargaan yang relevan dengan bidang kependidikan

Menurut Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional (Sertifikat Guru dalam Jabatan Buku 4 Petunjuk Teknis

Sertifikasi untuk Guru 2009: 8) menjelaskan pemberian sertifikat pendidik

secara langsung mencangkup beberapa hal, antara lain.

1. Guru yang berkualifikasi akademik S-2/ S-3 dan sekurang-


kurangnya golongan IV/b atau guru yang memiliki golongan
serendah-rendahnya IV/c mengumpulkan dokumen.
2. Dokumen yang telah disusun kemudian diserahkan kepada dinas
pendidikan kabupaten/ kota atau dinas pendidikan provinsi untuk
diteruskan ke LPTK penyelenggara sertifikasi guru sesuai wilayah
rayon dengan surat pengantar resmi.

47
3. LPTK penyelenggara sertifikat guru melakukan verifikasi
dokumen. Verifikasi dokumen dilakukan oleh 2 (dua) asesor yang
lerevan dan memiliki Nomor Induk Asesor (NIA) dengan mengacu
pada rubrik verivikasi dokumen.
4. Apabila dokumen yang dikumpulkan oleh peserta dinyatakan
memenuhi pesyaratan, maka kepada peserta diberikan sertifikat
pendidik. Sebaliknya dokumen yang dikumpulkan yang tidak
memenuhi persyaratan, maka peserta dikembalikan ke dinas
pendidikan di wilayahnya (kabupaten/ kota/ provinsi) dan diberi
kesempatan untuk mengikut sertifikasi guru melalui uji kompetensi
dalam betuk penilaian portofolio.

Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 61 (E. Mulyasa,

2011: 39) menyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan sertifikat

kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah

seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium. Namun, sertifikat

kompetensi diperoleh dari penyelengaraan pendidikan dan lembaga pelatihan

setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan

yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik

untuk tenaga kependidikan maupun tenaga non kependidikan yang ingin

memasuki profesi guru.

Pada hakikatnya, sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru

yang baik dan profesional, memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi

dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai

kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.

D. Kerangka Berpikir

Penguasaan guru terhadap empat kompetensi yaitu kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

48
profesional merupakan hal yang mutlak bagi guru sebagai langkah untuk

mewujudkan profesionalisme pekerjaannya. Dalam hal ini, guru tidak

berjalan sendiri-sendiri tetapi harus ada campur tangan pemerintah, dan salah

satu upaya pemerintah adalah dengan menyelenggarakan sertifikasi guru

dalam jabatan yang diatur dalam Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007

tentang Setifikasi bagi Guru dalam Jabatan, yang diperkuat dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru.

Guru profesional adalah guru yang memenuhi prasyarat dan ketentuan

undang-undang yang berlaku tentang guru. Dalam hal ini haru memiliki

empat kompetensi dasar, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional, dalam

kesemuanya itu harus tampak dalam menjalankan tugas dan fungsinya di

sekolah. Guru yang bersertifikat pendidik bukan sekedar meningkat

kesejahteraannya, tetapi sejalan dengan itu pelaksanaan tugas, dan fungsi

pokok sebagai tenaga pendidik dan kependidikan harus meningkat pula,

terutama dalam mendidik, membimbing, dan membelajarkan peserta didik

dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pendidikan juga semakin

meningkat.

Aspek perencanaan pembelajaran juga harus dilaksanakan guru sebaik

mungkin, sehingga perangkat pembelajaran dapat disusun dan bahkan

dikembangkan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang digunakan. Pada aspek

pelaksanaan pembelajaran, guru harus mampu mempergunakan strategi

pembelajaran yang tepat, menggunakan metode dan teknik pembelajaran

49
yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang diajarkan kepada

peserta didik. Sedangkan pada aspek evaluasi pembelajaran, guru senantiasa

menyusun alat evaluasi baik tes normatif maupun tes sumatif, sehingga

keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat diukur melalui

hasil belajar yang diperoleh siswa.

Penilaian kompetensi bagi guru-guru yang telah memperoleh sertifikat

pendidik sangat penting untuk dilakukan mengingat tujuan pelaksnaan

sertifikasi guru bukan sekedar meningkatnya kesejahteraan guru tetapi lebih

kepada upaya pembinaan, pemberdayaan dan pengembangan sumber daya

manusia guru yang profesional. Penilaian kompetensi juga dimaksudkan

untuk mengukur sejauh mana pemahaman guru dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya, serta penguasaan terhadap prosedur dan teknis

pelaksanaan pembelajaran dan aspek-aspek yang terkait di dalamnya. Dan,

jika terdapat hal-hal yang dirasakan perlu diperbaiki, maka dapat

direncanakan program pelatihan pengembangan sumber daya manusia guru

itu sendiri.

Secara sederhana, untuk mewujudkan guru yang memiliki kompetensi

yang baik dan memiliki profesionalisme khususnya lingkup SD Negeri se

Gugus III, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, dapat digambarkan

pada skema kerangka berpikir berikut.

E. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini, yaitu: Ada perbedaan antara kompetensi

50
pedagogik guru bersertifikat pendidik dengan kompetensi pedagogik guru

belum bersertifikat pendidik di SD Negeri se Gugus III, Kecamatan Rawalo,

Kabupaten Banyumas.

51

Anda mungkin juga menyukai