73 275 2 PB PDF
73 275 2 PB PDF
Original Article
196
Medica Hospitalia | Vol. 1, No. 3, Mei 2013
197
Tindakan Keperawatan yang Diterima Pasien Preoperatif di Bangsal Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang
ada atau berkurangnya kemungkinan terjadi infeksi sebesar 56,7%. Hal ini menunjukkan perawat kurang
setelah tindakan operasi, 6) mendapatkan istirahat yang memperhatikan aspek psikologis pasien preoperasi.
cukup, 7) menjelaskan tentang prosedur operasi , jadwal Pasien preoperasi mengalami kecemasan karena
operasi serta menanda tangani inform consent, 8) kondisi mereka sering berfikir tentang takut nyeri setelah
fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung.4 pembedahan, takut keganasan, takut menghadapi
Hasil penelitian didapatkan 4 aspek tindakan ruangan operasi, takut operasi gagal.7 Smeltzer and Bare
keperawatan yang diterima pasien preoperasi antara lain menuliskan bahwa kecemasan pada pasien preoperatif
aspek informed consent, persiapan penunjang, persiapan karena takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang
anestesi, dan premedikasi semuanya telah dilakukan ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau
perawat dengan baik (> 76%). Peneliti berasumsi bahwa ancaman lain terhadap citra tubuh.6 Pasien juga sering
perawat telah melaksanakan tanggung jawabnya, mengalami kecemasan lain seperti masalah finansial,
memperhatikan aspek legal pembedahan serta tanggung jawab terhadap keluarga dan kewajiban
mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan pekerjaan atau ketakutan akan prognosa yang buruk dan
untuk pembedahan. Sehingga kesalahan yang terjadi probabilitas kecacatan di masa datang. Kecemasan pada
pada tahap pembedahan bisa diminimalisir. Hasil pasien preoperasi harus diatasi karena dapat
tersebut juga menunjukkan perawat telah membantu menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang
menurunkan kecemasan preoperasi. Penelitian Rahayu akan menghambat dilakukannya tindakan operasi.2,6
2002 di RSUD Dr. Sutomo Surabaya tentang pengaruh Tindakan keperawatan pada aspek psikis
informed consent terhadap tingkat penurunan kecemasan menunjukkan perawat kurang memperhatikan aspek
pada pasien preoperasi, didapatkan hasil yang psikologis pasien preoperasi. Peneliti berasumsi perawat
menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan kurang memberikan informasi, kurang memberikan
yang signifikan setelah diberikan informed consent.5 dukungan serta kesempatan kepada pasien untuk
Informed consent sangat penting terkait dengan mengeksplorasi perasaanya terkait operasi yang akan
aspek hukum, tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal dilakukan. Kekurangan pada aspek ini kemungkinan
ini sesuai dengan konsep teori yang disampaikan terkait dengan kurangnya informasi maupun
Smeltzer and Bare 2002, bahwa setiap tindakan yang pengetahuan perawat tentang aspek-aspek yang harus
dilakukan oleh tenaga medis maupun tenaga dilakukan perawat terhadap pasien preoperasi
keperawatan harus sebelumnya diinformasikan kepada dikarenakan perawat jarang atau bahkan tidak pernah
pasien karena pasien mempunyai hak untuk menolak terpapar tentang aspek-aspek tindakan preoperasi.
atau menerima tindakan yang akan dilakukan terhadap Kemungkinan dapat juga karena beban kerja perawat
dirinya. Baik pasien maupun keluarga harus menyadari yang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat rasio antara
bahwa tindakan medis, operasi yang dilakukan sekecil jumlah perawat dengan pasien yang tidak proporsional.
apapun mempunyai resiko. Pasien dan keluarga sebelum Namun demikian hal ini tetap tidak dapat dibenarkan
menanda tangani persetujuan tindakan operasi perlu karena pasien preoperasi tentu akan menghadapi
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan jenis kecemasan. Hasil penelitian Siti Sulastri 2005 di RSUD
operasi yang dilakukan, tujuan operasi yang dilakukan, Cilacap, dari 30 responden yang akan menjalani operasi
segala prosedur pemeriksaan, pembedahan serta 16 (53,3%) responden mengalami kecemasan berat
pembiusan yang akan dijalani.6 sedangkan 14 (46,7%) responden mengalami kecemasan
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tingkat sedang. Perawat seharusnya memberikan
tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. informasi dan memberikan kesempatan pasien untuk
Pemeriksaaan status anestesi dan premedikasi untuk menanyakan hal-hal terkait pembedahan, sehingga
dilakukan pembiusan ditujukan untuk keselamatan pasien tidak mengalami kecemasan yang akan
selama pembedahan. Pasien akan mengalami menggangu pelaksanaan operasi. Terdapat hubungan
pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai yang kuat antara pemberian informasi dengan
sejauh mana risiko pembiusan terhadap diri pasien. penurunan tingkat kecemasan pasien preoperasi yaitu
Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan nilai korelasi Kendalls tau = 0,663 dengan tingkat
dengan menggunakan metode ASA (American Society of signifikansi <0,05 (0,000). Hal ini berarti antara
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat pemberian informasi dengan penurunan tingkat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu kecemasan berbanding lurus yaitu semakin baik
fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. /lengkap pemberian informasi maka semakin tinggi
Dua aspek dari serangkaian tindakan tingkat penurunan kecemasannya.8
keperawatan preoperasi yang tidak diterima semua Asp e k f i si k dari 5 sub aspek y a n g di t el i t i
pasien preoperasi yaitu pada aspek psikis dan aspek fisik 3 diantaranya sudah dilakukan oleh perawat terhadap
khususnya pada sub aspek latihan praoperasi. Pada pasien preoperasi yaitu sub aspek pemeriksaan status
aspek persiapan psikis/mental, yang menunjukkan kesehatan, persiapan status nutrisi dan cairan serta
<60% tindakan yang dilaksanakan oleh perawat yaitu kebersihan lambung dan colon dengan nilai prosentase
198
Medica Hospitalia | Vol. 1, No. 3, Mei 2013
lebih dari 76% dilakukan, sedangkan 2 sisanya belum kurang memperhatikan kebersihan diri pasien
sepenuhnya dilakukan yaitu pada sub aspek latihan preoperasi. Kebersihan diri pasien dan area operasi
praoperasi dan personal hygiene dengan nilai prosentase sangat penting untuk mencegah kontaminasi area
36,7% pada sub aspek latihan praoperasi dan 71% pada operasi, menyebabkan terjadinya infeksi dan dapat
sub aspek personal hygiene. Dua tindakan keperawatan menghambat proses penyembuhan luka.
tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh perawat.
Latihan-latihan sangat diperlukan sebelum Keterbatasan penelitian
operasi sangat penting sebagai persiapan pasien dalam Penelitian ini menggunakan desain deskripstif dengan
menghadapi kondisi pasca operasi. Latihan nafas dalam pendekatan survei, sehingga hasil yang disampaikan
sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri hanya bersifat gambaran semata, peneliti tidak dapat
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi menyampaikan faktor faktor yang mempengaruhi tidak
sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dilaksanakannya semua aspek tindakan keperawatan
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Tehnik latihan kepada pasien preoperasi. Peneliti juga tidak dapat
nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi paru dan melakukan klarifikasi baik kepada perawat maupun
oksigenasi darah setelah anestesi umum. Latihan tarik kepada pasien secara mendetail, sehingga hasil
nafas dalam secara efektif dan benar dapat segera penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk
dilakukan segera setelah operasi sesuai dengan kondisi mendapatkan problem solving kenapa tindakan
dan kebutuhan pasien.9 keperawatan ini masih ada yang belum dilaksanakan.
Latihan batuk efektif sangat diperlukan bagi
pasien yang menjalani operasi dengan anestesi general. SIMPULAN
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu
nafas selama dalam kondisi teranestesi. Pasien setelah Tindakan keperawatan pada aspek informed consent,
sadar akan mengalami rasa tidak nyaman pada persiapan penunjang, persiapan anestesi dan
tenggorokan, karena banyak lendir kental di premedikasi adalah baik. Tindakan keperawatan pada
tenggorokan, sehingga latihan batuk efektif akan sangat sub aspek personal hygiene adalah cukup. Pada sub aspek
bermanfaat bagi pasien untuk mengeluarkan lendir atau latihan praoperasi dan persiapan psikis adalah kurang.
sekret tersebut setelah pembedahan.9 Disarankan perawat memperhatikan aspek
Latihan gerak sendi merupakan hal yang penting psikologis pasien yang akan menjalani pembedahan,
bagi pasien. Pasien pada umumnya tidak berani dengan memberikan informasi yang detail terkait
menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek pembedahan, memberikan dukungan emosional serta
atau takut luka operasinya lama sembuh. Latihan gerak memberikan kesempatan yang luas kepada pasien untuk
sendi dapat menghindarkan penumpukan lendir pada mengeksplorasi perasaannya terkait pembedahan yang
saluran pernafasan terhindar dari kontraktur sendi dan akan dilakukan Diharapkan perawat memberikan
terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah latihan praoperasi sebelum pasien menjalani
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan pembedahan. Dilakukan evaluasi terhadap tindakan
menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi yang keperawatan sehingga mutu pelayanan perioperatif
dapat dilakukan dapat berupa melakukan perubahan sesuai dengan yang diharapkan. Pembuatan dan
posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM).9 penyempurnaan SOP tindakan keperawatan persiapan
Hasil penelitian didapatkan kurang dari 60% preoperasi sangat diperlukan.
pasien yang diberikan latihan praoperasi. Hal ini
menunjukkan bahwa perawat tidak memperhatikan DAFTAR PUSTAKA
akan manfaat pelatihan ini bagi pasien pasca operasi,
1. Brunner & Suddarth. Buku ajar keperawatan medikal bedah .
kemungkinan terkait dengan beban pekerjaan perawat
Suzanne C. smeltzer eds. Alih Bahasa Monika Ester. EGC.
yang sangat tinggi, dimana jumlah pasien yang dirawat Jakarta . 2002.
di kelas III tidak sebanding dengan jumlah perawat yang 2. Rothrock, JC. Perencanaan asuhan keperawatan perioperatif.
dinas, sehingga hal-hal seperti ini kurang diperhatikan. EGC. Jakarta .1999
Namun demikian hal ini tidak dibenarkan, perawat 3. Lillis, C. Taylor, carol. Fundamental of nursing, The arts and
harus mengatur waktu yang se-efektif mungkin, agar science of nursing care. edisi ke 3, JB.Lippincott. Philadelphia
1997.
latihan praoperasi ini tetap dapat diberikan meskipun di 4. Lukman, Soerensens. Medical surgical nursing: a
sela-sela waktu yang relatif singkat. Penelitian I Putu di Phychopyisiologic approach. 4th.ed. Philadelphia . 2003.
RSUP Sanglah Denpasar mendapatkan perbedaan yang 5. Rahayu. Skripsi Pengaruh Informed Consent Terhadap
bermakna terhadap percepatan mobilisasi pada pasien Tingkat Penurunan Kecemasan Pada Pasien Preoperasi di
yang diberikan latihan relaksasi nafas.10 RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Surabya. 2002.
6. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G. Bare. Buku ajar keperawatan
Sub aspek personal hygiene, anjuran membersihkan
medikal bedah. Brunner Suddarth, eds. Vol. 1. EGC. Jakarta.
diri sebelum dilakukan tindakan bedah didapatkan 71%. 2001.
Hasil tersebut menggambarkan masih ada perawat yang
199
Tindakan Keperawatan yang Diterima Pasien Preoperatif di Bangsal Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang
7. Long, B.C. Perawatan medikal bedah. Yayasan Ikatan Alumni 9. I Putu. Skripsi Pengaruh Latihan Relaksasi Nafas Terhadap
Pendidikan Keperawatan. Bandung. 1996. Percepatan Mobilisasi Pada Pasien Post Operasi di RSUP
8. Sulastri S. Skripsi hubungan antara pemberian informasi oleh Sanglah Denpasar. Bali. 2005.
petugas kesehatan dengan penurunan tingkat kecemasan 10. Effendy C, Sri Oktri, Hastuti. Kiat sukses menghadapi operasi.
terhadap tindakan pembedahan di RSUD Cilacap. UNDIP Sahabat Setia, Yogyakarta. 2005.
Semarang. 2005.
200