Anda di halaman 1dari 5

Medica Hospitalia Med Hosp 2013; vol 1 (3) : 196-200

Original Article

Tindakan Keperawatan yang Diterima Pasien Preoperatif


di Bangsal Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang
Nanang Qosim

Instalasi Rawat Inap A RSUP Dr. Kariadi Semarang

Abstrak The Nursing Procedure of Preoperative


in Surgery Ward of Dr. Kariadi Hospital
Latar belakang : Persiapan preoperasi sangat diperlukan karena
kesuksesan suatu tindakan pembedahan berawal dari kesuksesan
persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang
dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya Abstract
dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya.
Metode : Desain yang digunakan diskriptif dengan pendekatan
Background : The preoperative preparation is a critical procedure
survey, besar sampel 60 orang. Penelitian dilakukan bulan
as it contributes to the successful operation. The mistakes of the
Maret–April 2011. Kriteria inklusi adalah responden kondisi sadar
preoperative procedure may influence the outcome of the next
dan sehat jiwa. Alat yang digunakan berupa kuesioner (angket)
procedure.
yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas. Hasil baik apabila
Methods : This was a survey research involved 60 patients who
kuantitas 76% atau >25% tindakan keperawatan/4 aspek. Hasil
were alert and mentally health as subjects. The observation was
cukup apabila kuantitas 60–75% atau 20–25% tindakan
conducted during March April 2011. The qualified standardized
keperawatan/3–4 aspek. Hasil kurang apabila kuantitas <60% atau
questionnaire was used. The good result was obtained at point
<20% tindakan keperawatan/<3 aspek. Analisis data secara
76% or >25% of the nursing procedure was conducted at 4
univariat
aspects. The moderate results when it was obtained at point
Hasil : Aspek informed consent, persiapan penunjang, persiapan
60%–75% or 20%–25% of the nursing procedure at 3–4 aspects.
anestesi, dan premedikasi dilakukan dengan baik dengan
Meanwhile the poor result when it less than 60% point of nursing
prosentase lebih dari 76%. Aspek psikis dan aspek fisik khususnya
procedure or <20% or less than 3 aspects of nursing procedure was
pada sub aspek latihan praoperasi yang diterima responden
obtained.
adalah kurang <60 %. Sub aspek personal hygiene tindakan yang
Results : The informed consent, equipment preparation,
diterima responden adalah cukup (71%).
anesthesia preparation and premedication had a good result
Simpulan : Tindakan keperawatan pada aspek informed consent,
(>76% points). Psychological aspects and physiological aspects
persiapan penunjang, persiapan anestesi dan premedikasi adalah
especially preoperative simulation were less than 60%, meanwhile
baik. Tindakan keperawatan pada sub aspek personal hygiene
the personal hygiene procedure had moderate results (71%).
adalah cukup. Pada sub aspek latihan praoperasi dan persiapan
Conclusion : The nursing procedure of informed consent aspects,
psikis adalah kurang.
equipment preparation, anesthesia and premedication
preparation had good results, meanwhile the preoperative
Kata kunci : Tindakan keperawatan, preoperatif
simulation and psychological aspects had poor results.

Keywords : Nursing procedure, preoperative preparation, surgery


ward.

PENDAHULUAN Masing-masing fase dimulai pada waktu tertentu dan


berakhir pada waktu tertentu dengan urutan peristiwa
Keperawatan perioperatif menggambarkan keragaman yang membentuk pengalaman bedah dan masing-
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pembedahan masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas
pasien. Perioperatif adalah fase pembedahan yang terdiri keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat
dari fase preoperatif, intra operative dan post operatif. dengan menggunakan proses keperawatan dan standar

196
Medica Hospitalia | Vol. 1, No. 3, Mei 2013

praktik keperawatan. Kegiatan perioperatif memerlukan


TABEL 1
dukungan tim kesehatan lain yang berkompeten dalam
perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat
Distribusi frekuensi jawaban responden
tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima.1
Aspek Prosentase Hasil
Tindakan keperawatan preoperatif merupakan
pelaksanaan
tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka
mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan Informed consent 87 % Baik
pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
Psikis/Mental 56,7 % Kurang
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik
maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental Fisik
sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan Latihan praoperasi 36,7 % Kurang
pembedahan berawal dari kesuksesan persiapan yang Status kesehatan 92,2 % Baik
dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang
Status nutrisi dan cairan 95 % Baik
dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun
bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap Kebersihan lambung dan colon 100 % Baik
selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik Personal hygine 71 % Cukup
antara masing-masing komponen yang berkompeten
untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu Penunjang 91,7 % Baik
kesembuhan pasien secara paripurna.2 Anestesi 91,7 % Baik
Kegiatan keperawatan perioperatif antara lain Premedikasi 88,3 % Baik
identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
pelaksanaan operasi, mengkaji kebutuhan fisik,
psikologis dan memfasilitasi persiapan fisik dan responden dan 30 butir pernyataan tentang tindakan
psikologis selama masa pra pembedahan.3 Data tindakan keperawatan preoperatif yang mencakup 6 aspek.
operasi yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi khususnya Pengumpulan data dilakukan satu jam sebelum
di ruang bedah rata-rata per hari adalah 5–8 pasien dilakukan operasi dan validasi dilakukan 24 jam setelah
(13,3%) dari 60 pasien yang dirawat. Tindakan operasi operasi. Hasil baik apabila kuantitas 76% atau >25%
dalam satu bulan rata-rata kurang lebih 152 pasien. tindakan keperawatan/4 aspek. Hasil cukup apabila
Kejadian tunda operasi 5%–7%. Penyebab tunda operasi kuantitas 60% –75% atau 20% –25% tindakan
bermacam-macam, sebagian besar karena keadaan keperawatan/3–4 aspek. Hasil kurang apabila kuantitas
umum pasien kurang baik. Kegagalan operasi <60% atau <20% tindakan keperawatan/<3 aspek.
kemungkinan terkait dengan persiapan preoperatif yang Analisis data secara univariat.
kurang baik. Untuk itu persiapan preoperatif yang baik
akan menentukan keberhasilan tindakan operasi. HASIL
Di Indonesia hampir setiap rumah sakit
mempunyai prosedur tentang tindakan preoperatif. Di Tindakan keperawatan pada aspek informed consent,
RSUP Dr. Kariadi juga telah dibuat check list tindakan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan anestesi dan
preoperatif yang harus dilaksanakan, namun penelitian premedikasi hampir semua responden menjawab
terkait tindakan keperawatan yang diterima pasien dilakukan perawat sebelum dioperasi. Aspek
preoperatif belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian psikis/mental dan aspek fisik pada sub aspek latihan
ini adalah untuk mengetahui gambaran tindakan praoperasi menunjukkan tindakan keperawatan yang
keperawatan preoperasi yang diterima pasien preoperasi dilakukan perawat kurang. Tindakan keperawatan yang
di ruang bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang. diterima pasien pada sub aspek personal hygiene tergolong
cukup.
METODE
PEMBAHASAN
Penelitian diskriptif belah lintang dengan pendekatan
survey pada pasien bangsal bedah umur 17–50 tahun Tindakan keperawatan preoperasi dimaksudkan untuk
yang akan dilakukan tindakan bedah elektif dengan kebaikan pasien dan keluarganya yang
general anestesi. Sampel yang ditentukan sejumlah meliputi; 1) menunjukkan rasa takut dan cemasnya
60 responden. Pengambilan sampel dengan metode hilang atau berkurang (baik ungkapan secara verbal
konsekutif sampling. Penelitian dilakukan bulan Maret maupun ekspresi muka), 2) dapat menjelaskan dan
sampai dengan April 2011. Kriteria inklusi adalah mendemonstrasikan mobilisasi yang dilakukan setelah
responden kondisi sadar dan sehat jiwa. Alat yang tindakan operasi, 3) terpelihara keseimbangan cairan,
digunakan berupa kuesioner yang sebelumnya telah elektrolit dan nutrisi, 4) tidak terjadi vomitus karena
dilakukan uji validitas. Kuisioner berisi karakteristik aspirasi selama pasien dalam pengaruh anestesi, 5) tidak

197
Tindakan Keperawatan yang Diterima Pasien Preoperatif di Bangsal Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang

ada atau berkurangnya kemungkinan terjadi infeksi sebesar 56,7%. Hal ini menunjukkan perawat kurang
setelah tindakan operasi, 6) mendapatkan istirahat yang memperhatikan aspek psikologis pasien preoperasi.
cukup, 7) menjelaskan tentang prosedur operasi , jadwal Pasien preoperasi mengalami kecemasan karena
operasi serta menanda tangani inform consent, 8) kondisi mereka sering berfikir tentang takut nyeri setelah
fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung.4 pembedahan, takut keganasan, takut menghadapi
Hasil penelitian didapatkan 4 aspek tindakan ruangan operasi, takut operasi gagal.7 Smeltzer and Bare
keperawatan yang diterima pasien preoperasi antara lain menuliskan bahwa kecemasan pada pasien preoperatif
aspek informed consent, persiapan penunjang, persiapan karena takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang
anestesi, dan premedikasi semuanya telah dilakukan ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau
perawat dengan baik (> 76%). Peneliti berasumsi bahwa ancaman lain terhadap citra tubuh.6 Pasien juga sering
perawat telah melaksanakan tanggung jawabnya, mengalami kecemasan lain seperti masalah finansial,
memperhatikan aspek legal pembedahan serta tanggung jawab terhadap keluarga dan kewajiban
mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan pekerjaan atau ketakutan akan prognosa yang buruk dan
untuk pembedahan. Sehingga kesalahan yang terjadi probabilitas kecacatan di masa datang. Kecemasan pada
pada tahap pembedahan bisa diminimalisir. Hasil pasien preoperasi harus diatasi karena dapat
tersebut juga menunjukkan perawat telah membantu menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang
menurunkan kecemasan preoperasi. Penelitian Rahayu akan menghambat dilakukannya tindakan operasi.2,6
2002 di RSUD Dr. Sutomo Surabaya tentang pengaruh Tindakan keperawatan pada aspek psikis
informed consent terhadap tingkat penurunan kecemasan menunjukkan perawat kurang memperhatikan aspek
pada pasien preoperasi, didapatkan hasil yang psikologis pasien preoperasi. Peneliti berasumsi perawat
menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan kurang memberikan informasi, kurang memberikan
yang signifikan setelah diberikan informed consent.5 dukungan serta kesempatan kepada pasien untuk
Informed consent sangat penting terkait dengan mengeksplorasi perasaanya terkait operasi yang akan
aspek hukum, tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal dilakukan. Kekurangan pada aspek ini kemungkinan
ini sesuai dengan konsep teori yang disampaikan terkait dengan kurangnya informasi maupun
Smeltzer and Bare 2002, bahwa setiap tindakan yang pengetahuan perawat tentang aspek-aspek yang harus
dilakukan oleh tenaga medis maupun tenaga dilakukan perawat terhadap pasien preoperasi
keperawatan harus sebelumnya diinformasikan kepada dikarenakan perawat jarang atau bahkan tidak pernah
pasien karena pasien mempunyai hak untuk menolak terpapar tentang aspek-aspek tindakan preoperasi.
atau menerima tindakan yang akan dilakukan terhadap Kemungkinan dapat juga karena beban kerja perawat
dirinya. Baik pasien maupun keluarga harus menyadari yang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat rasio antara
bahwa tindakan medis, operasi yang dilakukan sekecil jumlah perawat dengan pasien yang tidak proporsional.
apapun mempunyai resiko. Pasien dan keluarga sebelum Namun demikian hal ini tetap tidak dapat dibenarkan
menanda tangani persetujuan tindakan operasi perlu karena pasien preoperasi tentu akan menghadapi
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan jenis kecemasan. Hasil penelitian Siti Sulastri 2005 di RSUD
operasi yang dilakukan, tujuan operasi yang dilakukan, Cilacap, dari 30 responden yang akan menjalani operasi
segala prosedur pemeriksaan, pembedahan serta 16 (53,3%) responden mengalami kecemasan berat
pembiusan yang akan dijalani.6 sedangkan 14 (46,7%) responden mengalami kecemasan
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tingkat sedang. Perawat seharusnya memberikan
tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. informasi dan memberikan kesempatan pasien untuk
Pemeriksaaan status anestesi dan premedikasi untuk menanyakan hal-hal terkait pembedahan, sehingga
dilakukan pembiusan ditujukan untuk keselamatan pasien tidak mengalami kecemasan yang akan
selama pembedahan. Pasien akan mengalami menggangu pelaksanaan operasi. Terdapat hubungan
pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai yang kuat antara pemberian informasi dengan
sejauh mana risiko pembiusan terhadap diri pasien. penurunan tingkat kecemasan pasien preoperasi yaitu
Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan nilai korelasi Kendalls tau = 0,663 dengan tingkat
dengan menggunakan metode ASA (American Society of signifikansi <0,05 (0,000). Hal ini berarti antara
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat pemberian informasi dengan penurunan tingkat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu kecemasan berbanding lurus yaitu semakin baik
fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. /lengkap pemberian informasi maka semakin tinggi
Dua aspek dari serangkaian tindakan tingkat penurunan kecemasannya.8
keperawatan preoperasi yang tidak diterima semua Asp e k f i si k dari 5 sub aspek y a n g di t el i t i
pasien preoperasi yaitu pada aspek psikis dan aspek fisik 3 diantaranya sudah dilakukan oleh perawat terhadap
khususnya pada sub aspek latihan praoperasi. Pada pasien preoperasi yaitu sub aspek pemeriksaan status
aspek persiapan psikis/mental, yang menunjukkan kesehatan, persiapan status nutrisi dan cairan serta
<60% tindakan yang dilaksanakan oleh perawat yaitu kebersihan lambung dan colon dengan nilai prosentase

198
Medica Hospitalia | Vol. 1, No. 3, Mei 2013

lebih dari 76% dilakukan, sedangkan 2 sisanya belum kurang memperhatikan kebersihan diri pasien
sepenuhnya dilakukan yaitu pada sub aspek latihan preoperasi. Kebersihan diri pasien dan area operasi
praoperasi dan personal hygiene dengan nilai prosentase sangat penting untuk mencegah kontaminasi area
36,7% pada sub aspek latihan praoperasi dan 71% pada operasi, menyebabkan terjadinya infeksi dan dapat
sub aspek personal hygiene. Dua tindakan keperawatan menghambat proses penyembuhan luka.
tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh perawat.
Latihan-latihan sangat diperlukan sebelum Keterbatasan penelitian
operasi sangat penting sebagai persiapan pasien dalam Penelitian ini menggunakan desain deskripstif dengan
menghadapi kondisi pasca operasi. Latihan nafas dalam pendekatan survei, sehingga hasil yang disampaikan
sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri hanya bersifat gambaran semata, peneliti tidak dapat
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi menyampaikan faktor faktor yang mempengaruhi tidak
sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dilaksanakannya semua aspek tindakan keperawatan
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Tehnik latihan kepada pasien preoperasi. Peneliti juga tidak dapat
nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi paru dan melakukan klarifikasi baik kepada perawat maupun
oksigenasi darah setelah anestesi umum. Latihan tarik kepada pasien secara mendetail, sehingga hasil
nafas dalam secara efektif dan benar dapat segera penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk
dilakukan segera setelah operasi sesuai dengan kondisi mendapatkan problem solving kenapa tindakan
dan kebutuhan pasien.9 keperawatan ini masih ada yang belum dilaksanakan.
Latihan batuk efektif sangat diperlukan bagi
pasien yang menjalani operasi dengan anestesi general. SIMPULAN
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu
nafas selama dalam kondisi teranestesi. Pasien setelah Tindakan keperawatan pada aspek informed consent,
sadar akan mengalami rasa tidak nyaman pada persiapan penunjang, persiapan anestesi dan
tenggorokan, karena banyak lendir kental di premedikasi adalah baik. Tindakan keperawatan pada
tenggorokan, sehingga latihan batuk efektif akan sangat sub aspek personal hygiene adalah cukup. Pada sub aspek
bermanfaat bagi pasien untuk mengeluarkan lendir atau latihan praoperasi dan persiapan psikis adalah kurang.
sekret tersebut setelah pembedahan.9 Disarankan perawat memperhatikan aspek
Latihan gerak sendi merupakan hal yang penting psikologis pasien yang akan menjalani pembedahan,
bagi pasien. Pasien pada umumnya tidak berani dengan memberikan informasi yang detail terkait
menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek pembedahan, memberikan dukungan emosional serta
atau takut luka operasinya lama sembuh. Latihan gerak memberikan kesempatan yang luas kepada pasien untuk
sendi dapat menghindarkan penumpukan lendir pada mengeksplorasi perasaannya terkait pembedahan yang
saluran pernafasan terhindar dari kontraktur sendi dan akan dilakukan Diharapkan perawat memberikan
terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah latihan praoperasi sebelum pasien menjalani
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan pembedahan. Dilakukan evaluasi terhadap tindakan
menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi yang keperawatan sehingga mutu pelayanan perioperatif
dapat dilakukan dapat berupa melakukan perubahan sesuai dengan yang diharapkan. Pembuatan dan
posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM).9 penyempurnaan SOP tindakan keperawatan persiapan
Hasil penelitian didapatkan kurang dari 60% preoperasi sangat diperlukan.
pasien yang diberikan latihan praoperasi. Hal ini
menunjukkan bahwa perawat tidak memperhatikan DAFTAR PUSTAKA
akan manfaat pelatihan ini bagi pasien pasca operasi,
1. Brunner & Suddarth. Buku ajar keperawatan medikal bedah .
kemungkinan terkait dengan beban pekerjaan perawat
Suzanne C. smeltzer eds. Alih Bahasa Monika Ester. EGC.
yang sangat tinggi, dimana jumlah pasien yang dirawat Jakarta . 2002.
di kelas III tidak sebanding dengan jumlah perawat yang 2. Rothrock, JC. Perencanaan asuhan keperawatan perioperatif.
dinas, sehingga hal-hal seperti ini kurang diperhatikan. EGC. Jakarta .1999
Namun demikian hal ini tidak dibenarkan, perawat 3. Lillis, C. Taylor, carol. Fundamental of nursing, The arts and
harus mengatur waktu yang se-efektif mungkin, agar science of nursing care. edisi ke 3, JB.Lippincott. Philadelphia
1997.
latihan praoperasi ini tetap dapat diberikan meskipun di 4. Lukman, Soerensens. Medical surgical nursing: a
sela-sela waktu yang relatif singkat. Penelitian I Putu di Phychopyisiologic approach. 4th.ed. Philadelphia . 2003.
RSUP Sanglah Denpasar mendapatkan perbedaan yang 5. Rahayu. Skripsi Pengaruh Informed Consent Terhadap
bermakna terhadap percepatan mobilisasi pada pasien Tingkat Penurunan Kecemasan Pada Pasien Preoperasi di
yang diberikan latihan relaksasi nafas.10 RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Surabya. 2002.
6. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G. Bare. Buku ajar keperawatan
Sub aspek personal hygiene, anjuran membersihkan
medikal bedah. Brunner Suddarth, eds. Vol. 1. EGC. Jakarta.
diri sebelum dilakukan tindakan bedah didapatkan 71%. 2001.
Hasil tersebut menggambarkan masih ada perawat yang

199
Tindakan Keperawatan yang Diterima Pasien Preoperatif di Bangsal Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang

7. Long, B.C. Perawatan medikal bedah. Yayasan Ikatan Alumni 9. I Putu. Skripsi Pengaruh Latihan Relaksasi Nafas Terhadap
Pendidikan Keperawatan. Bandung. 1996. Percepatan Mobilisasi Pada Pasien Post Operasi di RSUP
8. Sulastri S. Skripsi hubungan antara pemberian informasi oleh Sanglah Denpasar. Bali. 2005.
petugas kesehatan dengan penurunan tingkat kecemasan 10. Effendy C, Sri Oktri, Hastuti. Kiat sukses menghadapi operasi.
terhadap tindakan pembedahan di RSUD Cilacap. UNDIP Sahabat Setia, Yogyakarta. 2005.
Semarang. 2005.

200

Anda mungkin juga menyukai