Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada dasarnya, perbaikan tanah mempunyai tujuan secara umum, yaitu meningkatkan daya
dukung dan kuat geser tanah, meningkatkan modulus tanah, mengurangi kompresibilitas tanah,
mengontrol stabilitas volume (shrinkage danswelling) tanah, mengurangi kerentanan
terhadap liquefaction, memperbaiki kualitas material untuk bahan konstruksi, dan memperkecil
pengaruh untuk daerah sekitarnya.

Metode Perbaikan Tanah


Untuk memperbaiki kondisi tanah belakangan ini, semakin banyak tawaran metode yang dapat
dipilih. Menurut Mitchell (1981), perbaikan tanah meliputi :
1. Pemadatan tanah, terutama untuk pemadatan tanah dalam (deep compaction)
dengan menggunakan penumbuk berat dan ledakan (blasting).
2. Pemadatan tanah (soil compression), terutama yang menyangkut pemampatan awal
(precompression) dengan pembebanan awal (preloading) dan penggunaan drain vertikal
(vertical drain), serta pemampatan tanah secara electro osmosis.
3. Injeksi dengan grouting ke dalam tanah untuk memperkuat tanah dasar dan
menstabilkan struktur tanahnya.
4. Stabilisasi tanah dengan bantuan bahan luar (tambahan) atau dengan bantuan
bahan-bahan kimia yang dicampur tanah asli.
5. Stabilisasi cara termal.
6. Pemberian perkuatan dalam tanah (reinforcement), baik reinforcement tarik
maupun tekan.
Untuk pemilihan metode, tidak dapat asal pilih, tetapi harus sesuai dengan kondisi
lapangan dan kriteria yang ditentukan dalam dokumen pelelangan proyek. Kriteria tersebut antara
lain jenis dan tingkat perbaikan yang diinginkan, jenis dan struktur tanah serta kondisi aliran tanah,
biaya proyek, ketersediaan peralatan dan material, waktu penyelesaian proyek, kemungkinan
kerusakan struktur bangunan disekitarnya, dan ketahanan material yang digunakan.
Sifat–Sifat Tanah Lempung
Sifat yang khas dari tanah lempung adalah dalam keadaan kering dia akan bersifat keras,
dan jika basah akan bersifat lunak plastis, dan kohesif, mengembang dan menyusut dengan
cepat, sehingga mempunyai perubahan volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh
air. Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung (clay) adalah sebagai berikut (Hardiyatmo,
1992) :
a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
b. Permeabilitas rendah
c. Kenaikan air kapiler tinggi
d. Bersifat sangat kohesif
e. Kadar kembang susut yang tinggi
f. Proses konsolidasi lambat
Jenis Mineral Lempung
a. Kaolinite Kaolinite merupakan anggota kelompok kaolinite serpentin, yaitu hidrus
alumino silikat dengan rumus kimia Al2 Si2O5(OH)4. Kekokohan sifat struktur dari
partikel kaolinite menyebabkan sifat- sifat plastisitas dan daya pengembangan atau
menyusut kaolinite menjadi rendah.
b. Illite Illite adalah mineral bermika yang sering dikenal sebagai mika tanha dan
merupakan mika yang berukuran lempung. Istilah illite dipakai untuk tanah berbutir halus,
sedangkan tanah berbutir kasar disebut mika hidrus. 12
c. Montmorillonite Mineral ini memiliki potensi plastisitas dan mengembang atau
menyusut yang tinggi sehingga bersifat plastis pada keadaan basah dan keras pada keadaan
kering.

Karakteristik Mineral Tanah Lempung


Menurut Bowles (1989), mineral-mineral pada tanah lempung umumnya memiliki sifat-
sifat sebagai berikut :
1. Hidrasi Partikel-partikel lempung dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul air
yangdisebut sebagai air terabsorbsi. Lapisan ini umumnya mempunyai tebal dua molekul
karena itu disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.
2. Aktifitas Tepi-tepi mineral lempung mempunyai muatan negatif netto. Ini
mengakibatkan terjadinya usaha untuk menyeimbangkan muatan ini dengan tarikan kation.
Tarikan ini akan sebanding dengan kekurangan muatan netto dan dapat juga dihubungkan
dengan aktifitas lempung tersebut. Aktifitas inididefinisikan sebagai : Aktifitas = Indeks
Plastisitas Persentasi Lempung Dimana persentase lempung diambil dari fraksi tanah yang
< 2 µm. Aktivitas juga berhubungan dengan kadar air potensial relatif. Nilai- nilai khas
dari aktifitas dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

3. Flokulasi dan dispersi Flokulasi adalah peristiwa penggumpalan mineral lempung


didalam larutan air akibat mineral lempung umumnya mempunyai pH > 7 dan bersifat
alkali tertarik oleh ion-ion H+dari air, gaya Van der Waal. Untuk menghindari flokulasi
larutan air dapat ditambahkan zat asam.
4. Pengaruh Air Air pada mineral-mineral lempung mempengaruhi flokulasi dan disperse
yang terjadi pada partikel lempung. Untuk meninjau karakteristik tanah lempung maka
perlu diketahui sifat fisik atau Index Properties dari tanah lempung tersebut,

Berat Jenis (Gs) Nilai Specific Gravity yang didasarkan pada tiap-tiap mineral pada tanah
lempung lunak dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini

Komposisi Tanah Angka pori, kadar air, dan berat volum kering pada beberapa tipe tanah
lempung dapat dilihat pada tabel berikut :

Kesimpulannya adalah tanah kohesif seperti lempung memiliki perbedaan yang cukup
mencolok terhadap tanah non kohesif seperti pasir. Perbedaan tersebut adalah :
1. Tahanan friksi tanah kohesif < tanah non kohesif
2. Kohesi lempung > tanah granular
3. Permeabilitas lempung < tanah berpasir
4. Pengaliran air pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah berpasir.
5. Perubahan volume pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah granular.
TEORI PENURUNAN
Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan akibat beban di atasnya, maka tanah di dibawah
beban yang bekerja tersebut akan mengalami kenaikan tegangan, ekses dari kenaikan tegangan ini
adalah terjadinya penurunan elevasi tanah dasar (settlement). Pembebanan ini mengakibatkan
adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel tanah, dan keluarnya air pori dari tanah yang
disertai berkurangnya volume tanah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan tanah.
Pada umumnya tanah, dalam bidang geoteknik, dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tanah berbutir dan
tanah kohesif. Pada tanah berbutir (pasir/sand), air pori dapat mengalir keluar struktur tanah
dengan mudah, karena tanah berbutir memiliki permeabilitas yang tinggi. Sedangkan pada tanah
kohesif (clay), air pori memerlukan waktu yang lama untuk mengalir keluar seluruhnya. Hal ini
disebabkan karena tanah kohesif memiliki permeabilitas yang rendah.
Secara umum, penurunan dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahap, yaitu :
Immediate Settlement (penurunan seketika), diakibatkan dari deformasi elastis tanah kering,
basah, dan jenuh air, tanpa adanya perubahan kadar air. Umumnya, penurunan ini diturunkan dari
teori elastisitas. Immediate settlement ini biasanya terjadi selama proses konstruksi berlangsung.
Parameter tanah yang dibutuhkan untuk perhitungan adalah undrained modulus dengan uji coba
tanah yang diperlukan seperti SPT, Sondir (dutch cone penetration test), dan Pressuremeter test.
Primary Consolidation Settlement (penurunan konsolidasi primer), yaitu penurunan yang
disebabkan perubahan volume tanah selama periode keluarnya air pori dari tanah. Pada penurunan
ini, tegangan air pori secara kontinyu berpindah ke dalam tegangan efektif sebagai akibat dari
keluarnya air pori. Penurunan konsolidasi ini umumnya terjadi pada lapisan tanah kohesif (clay /
lempung)
Secondary Consolidation Settlement (penurunan konsolidasi sekunder), adalah penurunan
setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh proses pemampatan akibat
penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.
Immediate Settlement – Penurunan Seketika
Penurunan seketika / penurunan elastic terjadi dalam kondisi undrained (tidak ada perubahan
volume). Penurunan ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat saat dibebani secara cepat.
Besarnya penurunan elastic ini tergantung dari besarnya modulus elastisitas kekakuan tanah dan
beban timbunan diatas tanah.

Dimana :
Sc = Immediate settlement
Δσ = Beban timbunan (kN/m2)
Es = Modulus elastisitas tanah
μs = Poisson’s Ratio
B = Lebar / diameter timbunan (m)
Ip = non-dimensional influence factor
Schleicher (1926) mendefinisikan factor Ip ini sebagai :
Dimana m1 = L/B (panjang/lebar beban yang bekerja)

Primary Consolidation – Konsolidasi Primer


Pada tanah lempung jenuh air, penambahan total tegangan akan diteruskan ke air pori dan butiran
tanah. Hal ini berarti penambahan tegangan total (Δσ) akan terbagi ke tegangan efektif dan
tegangan air pori. Dari prinsip tegangan efektif, dapat diambil korelasi :
Δσ = Δσ’ + Δu
Dimana :
Δσ’ = penambahan tegangan efektif
Δu = penambahan tegangan air pori
Karena lempung mempunyai daya rembes yang sangat rendah dan air adalah tidak termampatkan
(incompressible) dibandingkan butiran tanah, maka pada saat t = 0, seluruh penambahan tegangan,
Δσ, akan dipikul oleh air (Δu = Δσ) pada seluruh kedalaman lapisan tanah.
Penambahan tegangan tersebut tidak dipikul oleh butiran tanah (Δσ’ = 0).Sesaat setelah pemberian
penambahan tegangan, Δσ, pada lapisan lempung, air dalam pori mulai tertekan dan akan mengalir
keluar. Dengan proses ini, tekanan air pori pada tiap-tiap kedalaman pada lapisan lempung akan
berkurang secara perlahan-lahan, dan tegangan yang dipikul oleh butiran tanah keseluruhan
(tegangan efektif / Δσ’) akan bertambah. Jadi pada saat 0 < t < ∞
Δσ = Δσ’+ Δu (Δσ’ > 0 dan Δu < Δσ)
Tetapi, besarnya Δσ’ dan Δu pada setiap kedalaman tidak sama, tergantung pada jarak minimum
yang harus ditempuh air pori untuk mengalir keluar lapisan pasir yang berada di bawah atau di
atas lapisan lempung.
Pada saat t = ∞, seluruh kelebihan air pori sudah hilang dari lapisan lempung, jadi Δu = 0. Pada
saar ini tegangan total, Δσ, akan dipikul seluruhnya oleh butiran tanah seluruhnya (tegangan
efektif, Δσ’). Jadi Δσ = Δσ’.
Berikut adalah variasi tegangan total, tegangan air pori, dan tegangan efektif pada suatu lapisan
lempung dimana air dapat mengalir keluar struktur tanah akibat penambahan tegangan, Δσ, yang
ditunjukan gambar dibawah.
Proses terdisipasinya air pori secara perlahan, sebagai akibat pembebanan yang disertai dengan
pemindahan kelebihan tegangan air pori ke tegangan efektif, akan menyebabkan terjadinya
penurunan yang merupakan fungsi dari waktu (time-dependent settlement) pada lapisan lempung.
Suatu tanah di lapangan pada kedalaman tertentu telah mengalami tegangan efektif maksimum
akibat beban tanah diatasnya (maximum effective overburden pressure) dalam sejarah
geologisnya. Tegangan ini mungkin sama, atau lebih kecil dari tegangan overburden pada saat
pengambilan sample.
Berkurangnya tegangan di lapangan tersebut bisa diakibatkan oleh beban hidup. Pada saat diambil,
contoh tanah tersebut terlepas dari tegangan overburden yang telah membebani selama ini. Sebagai
akibatnya, tanah tersebut akang mengalami pengembangan. Pada saat dilakukan uji konsolidasi
pada tanah tersebut, suatu pemampatan yang kecil (perubahan angka pori yang kecil) akan terjadi
bila beban total yang diberikan pada saat percobaan adalah lebih kecil dari tegangan
efektif overburden maksimum (maximum effective overburden pressure) yang pernah dialami
sebelumnya.
Apabila beban total yang dialami pada saar percobaan lebih besar dari maximum effective
overburden pressure, maka perubahan angka pori yang terjadi akan lebih besar. Ada 3 definisi
dasar yang didasarkan pada riwayat geologis dan sejarah tegangan pada tanah, yaitu :
Normally consolidated (Terkonsolidasi secara normal), dimana tegangan efektif overburden saat
ini merupakan tegangan maksimum yang pernah dialami oleh tanah selama dia ada.
Overconsolidated, dimana tegangan efektif overburden saat ini lebih kecil daripada tegangan yang
pernah dialami oleh tanag tersebut. Tegangan efektif overburden maksimum yang pernah dialami
sebelumnya dinamakan tegangan prakonsolidasi. (preconsolidation pressure / PC).
Underconsolidated, dimana tegangan efektif overburden saat ini belum mencapai maksimum,
sehingga peristiwa konsolidasi masih berlangsung pada saat sample tanah diambil.
Ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan dalam penurunan konsolidasi ini, yaitu :
Besarnya penurunan yang terjadi.
Kecepatan penurunan terjadi.

Secondary Consolidation – Konsolidasi Sekunder


Pada akhir konsolidasi primer (setelah tegangan air pori U = 0), penurunan pada tanah masih tetap
terjadi sebagai akibat dari penyesuaian plastis butiran tanah. Tahapan konsolidasi ini dinamakan
konsolidasi sekunder. Variasi angka pori dan waktu untuk penambahan beban akan sama seperti
yang ditunjukkan pada gambar berikut.
besarnya konsolidasi sekunder dapat dihitung dengan rumus :

dimana :

Ca = Indeks pemampatan sekunder


Δe = Perubahan angka pori
t = Waktu

ep = angka pori pada akhir konsolidasi primer


H = tebal lapisan lempung, m
Penurunan yang diakibatkan konsolidasi sekunder sangat penting untuk semua jenis tanag organic
dan tanah anorganik yang sangat mampu mampat (compressible). Untuk lempung anorganik yang
terlalu terkonsolidasi, indeks pemampatan sekunder sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

Anda mungkin juga menyukai