Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada tahun 2004, melalui Konvensi Nasional Akuntan Indonesia telah diputuskan
bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya (full
adoption) International Auditing and Assurance Standards (ISA) yang dikeluarkan
oleh International Auditng Practices Committee (IAPC) dari International Federation of
Accountants (IFAC). Dengan dilakukannya adopsi ISA, maka ISA akan menggantikan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekarang berlaku yang sebagian besar
isinya diadopsi dari AICPA Professional Standards tahun 1998. Langkah full
adoption tersebut ditempuh untuk memenuhi tuntutan pesatnya perkembangan dunia
usaha dan bisnis yang berimbas pada bidang akuntansi dan auditing. Selain itu, IAI yang
telah menjadi full members dari International Federation of Accountant (IFAC),
mempunyai kewajiban untuk mematuhi dan memenuhi butir-butir Statement of
Membership Obligation (SMO) yang salah satu diantaranya adalah bahwa semua anggota
IFAC diwajibkan untuk tunduk kepada semua standar dan pernyataan lain yang
dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB).
Adopsi ISA dilakukan dengan melakukan revisi terhadap Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang selama ini digunakan acuan Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya. Harapan penerapan ISA ini melalui profesi Akuntan Publik di
Indonesia pada saat memberikan jasa asurans maupun non asurans akan meningkatkan
kepercayaan investor global terhadap kualitas informasi keuangan di Indonesia. Adopsi
ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonomian, termasuk globalisasi pasar uang
dan pasar modal. Banyak item dalam ISA itu sendiri yang sudah direvisi untuk
penyempurnaan dalam proses audit dan dalam kesempatan ini penulis akan mengkaji
lebih jauh mengenai Standar Perikatan Asurans 3000, 3400, 3402 dan 3420.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ingin dikemukakan dalam
makalah ini adalah :
1. Bagaimana standar perikatan asurans selain audit atau reviu atas informasi keuangan
historis (“SPA”) 3000
2. Bagaimana standar perikatan asurans atas informasi keuangan prospektif ("SPA") 3400
3. Bagaimana standar perikatan asurans atas pengendalian pada organisasi jasa (“SPA”)
3402
4. Bagaimana standar perikatan asurans untuk pelaporan atas kompilasi informasi
keuangan performa yang tercantum dalam prospektus (“SPA” 3420)
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui standar perikatan asurans selain audit atau reviu atas
informasi keuangan historis (“SPA”) 3000
2. Untuk mengetahui standar perikatan asurans atas informasi keuangan prospektif ("SPA")
3400
3. Untuk memahami standar perikatan asurans atas pengendalian pada organisasi jasa
(“SPA”) 3402
4. Untuk memahami standar perikatan asurans untuk pelaporan atas kompilasi informasi
keuangan performa yang tercantum dalam prospektus (“SPA” 3420)
BAB II
PEMBAHASAN
Pendahuluan
Tujuan Standar Perikatan Asurans (“SPA”) ini adalah untuk menetapkan prinsip dasar dan
prosedur esensial bagi, dan menyediakan panduan kepada, setiap individu profesional yang
berada di Kantor Akuntan Publik (untuk tujuan SPA ini disebut sebagai “praktisi”) dalam
pelaksanaan perikatan asurans selain audit atau reviu atas informasi keuangan historis yang
dicakup oleh Standar Audit (“SA”) atau Standar Perikatan Reviu (“SPR”).
SPA ini menggunakan istilah “perikatan keyakinan memadai” dan “perikatan
keyakinan terbatas” untuk membedakan dua jenis perikatan asurans yang diperkenankan
untuk dilakukan oleh seorang praktisi. Tujuan perikatan keyakinan memadai
adalah penurunan risiko perikatan asurans ke tingkat rendah yang dapat diterima
sesuai dengan kondisi perikatan sebagai basis untuk suatu bentuk pernyataan positif dari
kesimpulan praktisi. Tujuan perikatan keyakinan terbatas adalah penurunan risiko perikatan
asurans ke tingkat yang dapat diterima sesuai dengan kondisi perikatan, tetapi risiko tersebut
lebih besar daripada risiko dalam suatu perikatan keyakinan memadai, sebagai basis untuk
suatu bentuk pernyataan negatif dari kesimpulan praktisi.
Ketentuan Etika
Praktisi harus mematuhi ketentuan dalam Bagian A dan Bagian B Kode Etik Profesi
Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (“Kode Etik”). Kode
Etik menyediakan suatu kerangka prinsip yang digunakan oleh anggota tim asurans, KAP,
dan KAP jejaring untuk mengidentifikasi ancaman terhadap independensi, mengevaluasi
signifikansi ancaman, dan jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain dari ancaman
yang secara jelas tidak signifikan, mengidentifikasi dan menerapkan pencegahan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima,
sehingga independensi 1 dalam pemikiran dan independensi dalam penampilan tidak
terganggu.
Pengendalian Mutu
Praktisi harus mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu yang berlaku untuk
perikatan secara individual. Berdasarkan Standar Pengendalian Mutu (“SPM”),
“Pengendalian Mutu bagi Kantor Akuntan Publik yang Melaksanakan Perikatan asurans
(Audit, Reviu, dan Perikatan Asurans Lainnya) dan Perikatan selain Asurans,”3 KAP
berkewajiban untuk menetapkan suatu sistem pengendalian mutu yang dirancang untuk
menyediakan suatu keyakinan memadai bahwa KAP tersebut dan personelnya mematuhi
standar profesi dan peraturan perundang-undangan, dan bahwa laporan asurans yang
diterbitkan adalah tepat sesuai dengan kondisinya. Selain itu, unsur pengendalian mutu yang
relevan dengan perikatan secara individual mencakup tanggung jawab kepemimpinan,
ketentuan etika, penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta perikatan
spesifik, penugasan tim perikatan, pelaksanaan perikatan, dan pemantauan.
Pemerolehan Bukti
Praktisi harus memperoleh bukti yang cukup dan tepat sebagai basis untuk menyatakan
kesimpulan. Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti. Ketepatan adalah ukuran kualitas
bukti; yaitu, relevansi dan keandalan bukti tersebut. Praktisi mempertimbangkan hubungan
antara biaya untuk memperoleh bukti dengan manfaat informasi yang diperoleh. Namun, hal
tentang kesulitan atau biaya yang terlibat bukan dengan sendirinya merupakan suatu basis
yang valid untuk mengabaikan suatu prosedur pengumpulan bukti ketika tidak terdapat
alternatif yang tersedia. Praktisi mengggunakan pertimbangan profesional dan skeptisisme
profesional dalam mengevaluasi kuantitas dan kualitas bukti, yaitu kecukupan dan ketepatan
bukti tersebut, untuk mendukung laporan asurans.
Dokumentasi
Praktisi harus mendokumentasikan hal-hal yang signifikan dalam menyediakan bukti yang
mendukung laporan asurans dan bahwa perikatan dilaksanakan berdasarkan SPA.
Dokumentasi mencakup suatu catatan tentang dasar praktisi atas seluruh hal signifikan yang
membutuhkan penggunaan pertimbangan, dan kesimpulan terkait.
Berlaku efektif untuk laporan asurans bertanggal 1 Juli 2017 atau setelahnya.
STANDAR PERIKATAN ASURANS ("SPA") 3400
PEMERIKSAAN ATAS INFORMASI KEUANGAN PROSPEKTIF
Pendahuluan
Tujuan Standar Perikatan Asurans (SPA) ini adalah untuk menetapkan standar dan menyediakan
panduan bagi perikatan untuk memeriksa dan melaporkan informasi keuangan prospektif,
termasuk prosedur pemeriksaan untuk estimasi terbaik dan asumsi hipotesis. SPA ini tidak
berlaku bagi pemeriksaan adas informasi keuangan prospektif yang dinyatakan dalam bentuk
umum atau naratif, seperti yang ditemukan dalam pembahasan dan analisis oleh manajemen
dalam laporan keuangan tahunan entitas, meskipun banyak prosedur yang diuraikan dalam SPA
ini mungkin cocok untuk pemeriksaan tersebut.
Dalam suatu perikatan untuk memeriksa informasi keuangan prospektif, auditor harus
memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang apakah:
a) Asumsi terbaik manajemen yang mendasari informasi keuangan prospektif adalah wajar
dan dalam hal asumsi hipotesis asumsi tersebut konsisten dengan tujuan informasi
b) Informasi keuangan prospektif disusun dengan tepat berdasarkan asumsi-asumsi
c) Informasi keuangan prospektif disajikan dengan tepat dan seluruh asumsi material
diungkapkan secara memadai, termasuk suatu infikasi yang jelas apakah asumsi tersebut
merupakan asumsi estimasi terbaik atau asumsi hipotesis
d) Informasi keuangan prospektif disusun dengan menggunakan suatu basis yang konsisten
dengan basis yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan historis dengan
menggunakan prinsip akuntansi yang tepat
Auditor tidak boleh menerima, atau harus menarik diri dari suatu perikatan, ketika asumsi secara
jelas tidak realistis atau ketika auditor meyakini bahwa informasi keuangan prospektif akan
menjadi tidak tepat untuk tujuan yang dimaksud.
Auditor dan klien harus menyepakati ketentuan perikatan. Hal ini merupakan kepentingan entitas
dan auditor bahwa auditor mengirimkan surat perikatan untuk membantu dalam menghindari
kesalahpahaman tentang perikatan. Suatu surat perikatan akan memasukkan hal-hal dalam
paragraf 10 dan menetapkan tanggung jawab manajemen atas asumsi dan untuk menyediakan
bagi auditor semua informasi relevan dan data sumber yang digunakan dalam mengembangkan
asumsi.
Pengetahuan tentang Bisnis
Auditior harus memperoleh suati tingkay pengetahuan yang memadai tentang bisnis agar mampu
mengevaluasi kecakupan dan kelengkapan asumsi signifikan yang dibutuhkan untuk menyusun
informasi keuangan prospektif. Auditor juga perlu memahami proses penyusunan informasi
keuangan prospektif entitas, sebagai contoh dengan mempertimbangan hal-hal sebagai berikut:
Pengendalian internal terhadap sistem yang digunakan untuk menyusun informasi
keuangan prospektif serta keahlian dan pengalaman personel yang menyusun informasi
keuangan prospektif tersebut
Sifat dokumentasi yang disusun oleh entitas yang mendukung asumsi manajemen
Luas penggunaan teknik statistik, matematis dan berbantuan komputer yang digunakan
Metode yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan asumsi
Akurasi informasi keuangan prospektif yang disusun pada periode lalu beserta alasan
terjadinya penyimpangan signifikan
Prosedur Pemeriksaan
Pada saat menentukan sifat, saat dan luas prosedur pemeriksaan, pertimbangan auditor harus
mencakup:
a) Kemungkinan kesalahan penyajian
b) Pengetahuan yang diperoleh selama perikatan sebelumnya
c) Kompetensi manajemen dalam penyusunan informasi keuangan prospektif
d) Luas dampak pertimbangan manajemen terhadap informasi keuangan prospektif, dan
e) Kecakupan dan keandalan data yang mendasarinya
Auditor akan menilai sumber dan keandalan bukti yang mendukung asumsi estimasi terbaik
manajemen. Bukti yang cukup dan tepat yang mendukung asumsi tersebut akan diperoleh dari
sumber internal dan sketernal, termasuk pertimbangan tentang asumsi dalam hubungannya
dengan informasi historis dan suatu evaluasi tentang apakah asumsi tersebut didasarkan pada
rencana yang berada dalam kapasitas entitas.
Auditor akan mempertimbangkan apakah pada waktu asumsi hipotesis digunakan semua,
implikasi signifikan dari asumsi tersebut telah diperhitungkan dalam pertimbangan. Sebagai
contoh, jika perusahaan diasumsikan tumbuh melebihi kapasitas pabrik entitas kini, informasi
keuangan prospektif akan perlu memasukan investasi yang dibutuhkan atas tambahan kapasitas
pabrik atau biaya untuk cara-cara alternatif dalam memenuhi penjualan yang diantisipasi, seperti
melakukan subkontrak produksi.
Meskipun bukti yang mendukung asumsi hipotesis tidak perlu diperoleh, auditor tetap perlu
meyakinkan dirinya bahwa asumsi tersebut konsisten dengan tujuan informasi keuangan
prospektif dan bahwa tidak terdapat alasan untuk meyakini bahwa asumsi tersebut secara jenis
tidak realistis.
Auditor perlu memperoleh keyakinan bahwa informasi keuangan prospektif disusun dengan tepat
berdasarkan asumsi manajemen melalui, sebagai contoh membuat pengecekan klerikal seperti
perhitungan ulang dan penelaahan konsistensi internal, yaitu, tindakan yang akan dilakukan
manajemen sesuai satu sama lainnya dan tidak terdapat ketidakkonsistensian dalam penentuan
angka-angka yang didasari olrh variabel yang sama seperti tingkat bunga.
Auditor akan menemuka perhatiannya pada beberapa luasnya area yang secara khusus sensitif
terhadap variasi yang akan memiliki dampak material terhadap hasil yang disajikan dalam
informasi keuangan prospektif. Hal ini akan mempengaruhi luas bukti yang harus diperoleh
auditor. Hal ini juga akan mempengaruhi pengevaluasian auditor atas ketetapan dan kecakupan
pengungkapan.
Auditor akan memusatkan perhatiannya pada seberapa luasnya area yang secara khusus sensitif
terhadap variasi yang akan memiliki dampak material terhadap hasil yang disajikan dalam
informasi keuangan prospektif. Hal ini akan mempengaruhi luas bukti yang harus diperoleh
auditor. Hal ini jug akan mempengaruhi pengevaluasian auditor atas ketepatan dan kecukupan
pengungkapan.
Ketika ditugasi untuk memeriksa suatu atau lebih unsur informasi keuangan prospektif, seperti
laporan keuangan individual, merupakan hal penting bahwa auditor mempertimbangkan
hubungan timbal balik dengan komponen lain dalam laporan keuangan.
Ketika terdapat bagian yang sudah terlampaui dari periode kini disajikan dalam informasi
keuangan prospektif, auditor perlu mempertimbangkan luas prosedur yang diterapkan terhadap
informasi keuangan historis. Prosedur tersebut bervariasi tergantung pada kondisinya, sebagai
contoh, seberapa lama periode prospektif telah terlampaui.
Auditor harus memperolrh representasi tertulis dari manajemen tentang tujuan penggunaan
informasi keuangan prospektif, kelengkapan asumsi signifikan manajemen dan pengakuan
manajemen tentang tanggung jawabnya informasi keuangan prospektif.
Penyajian dan Pengungkapan
Ketika menlai penyajian dan pengungkapan informasi keuangan prospektif, selain ketentuan
spesifik dari status, regulasi atau standar profesi yang relvan, auditor perlu mempertimbangkan
apakah:
a) Penyajian informasi keuangan prospektif telah informatif dan tidak menyesatkan.
b) Kebijakan akuntansi diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas informasi keuangan
prospektif.
c) Asumsi diungkapkan secara memadai dalam informasi keuangan prospektif.
Pengungkapan asumsi tersebut harus jelas, yaitu apakah asumsi tersebut adalah asumsi
terbaik manajemen atau asumsi hipotesis, dan bila asumsi dibuat dalam area yang
material dan dipengaruhi oleh tingkat ketidakkepastian tersebut dan hasil sensitivitas
yang ditimbulkan perlu diungkapkan secara memadai.
d) Tanggal informasi keuangan prospektif diungkapkan. Manajemen perlu menyatakan
bahwa asumsi yang digunakan tepat pasa tanggal tersebut, meskipun informasi yang
mendasarinya mungkin telah dikumpulkan selama suatu jangka waktu tertentu.
e) Bila hasil yang disajikan informasi keuangan prospektif dinyatakan dalam suatu rentang,
basis penetapan angka-angka dalm rentang tersebut dinyatakan secara jelas dan rentang
tersebut tidak dipilih dengan cara yang bias atau menyestkan, dan
f) Perubahan dalam kebijakan akuntansi sejak laporan keuangn historis terkini
diungkapkan, disertai dengan alasan perubahan tersebut dan dampaknya terhadap
informasi keuangan prospektif.
Ketika auditor meyakini bahwa penyajian dan pengungkapan informasi keuangan prospektif
tidak memadai, auditor harus menyatakansuatu opini dengan pengecualianatau opini tisak sesuai
atas informasi keuangan prospektif atau menarik diri dari perikatan, jika tepat. Contoh yang
relevan adalah ketika informasi keuangan gagal untuk mengungkapkan secara memadai
konsekuensi dari setiap asumsi yang sangat sensitif.
Ketika auditor meyakini bahwa satu atau lebih asumsi signifikan tidak menyediakan suatu suatu
basis wajar untuk informasi keuangan prospektif yang disusun berdasarkan asumsi estimasi
terbaik atau bahwa satu atau lebih asumsi signifikan tidak menyediakan suatu basis wajar untuk
informasi keuangan prospektif dengan mempertimbangkan asumsi hipotesis tersebut, auditor
harus menyatakan suatu opini tidak sesuai dalam laporan atas informasi keuangan prospektif,
atau menarik diri dari perikatan.
Ketika pemeriksaan dipengaruhi oleh kondisi yang menghalangi penerapan satu atau lebih
prosedur yang dipandang perlu dalam kondisi tersebut, auditor harus menarik diri dari perikatan
atau menyatakan opini tidak menyatakan pendapat dan menjelaskan pembatasan ruang lingkup
pemeriksaan dalam laporannya atas informasi keuangan prospektif.
SPA 3402 LAPORAN ASURANS ATAS PENGENDALIAN PADA ORGANISASI JASA
RUANG LINGKUP
Standar Perikatan Asurans (SPA) ini mengatur perikatan asurans yang dilakukan oleh praktisi untuk
memberikan laporan yang akan digunakan oleh entitas pengguna dan auditornya atas pengendalian
apada organisasi jasa yang memberikan jasa kepada entitas pengguna yang relevan dengan
pengendalian internal pengguna adalam kaitanya dengan pelaporan keuangan. SPA ini melengkapi
SA 402. Laporan yang disusun sesuai dengan SPA ini dapat memberikan bukti yang tepat sesuai SA
402.
Kerangka untuk Perikatan Asurans menyatakan bahwa sebuah perikatan asurans dapat berupa
perikatan yang memberikan keyakinan memadai atau perikatan yang memberikan keyakinan
terbatas. Sebuah perikatan asurans dapat berupa perikatan berbasis asersi atau perikatan pelaporan
langsung. Kesimpulan asurans untuk perikatan berbasis asersi dapat ditulis dalam bentuk asersi
pihak yang bertanggung jawab atau alnsgung dalam bentuk hal pokok dan kriteria.
SPA ini berlaku hanya ketika organisasi jasa bertanggung jawab atas, atau dapat membuat asersi,
rancangan pengendalian yang sesuai. SPA ini tidak berhubungan dengan perikatan asurans yang:
a. Melaporkan hanya mengenai pengendalian pada operasi organisasi jasa sebagaimana
dijelaskan
b. Melaporkan pengendalian pada organisasi jasa selain yang berhubungan dengan jasa yang
relevan dengan pengendalian internal entitas pengguna dalam kaitannya dengan pelaporan
keuangan (sebagai contoh, pengendalian yang memengaruhi produksi atau pengendalian
mutu entitas pengguna)
Namun SPA ini memberikan beberapa panduan untuk perikatan-perikatan yang dilakukan sesuai
SPA 3000.
Selain menerbitkan laporan asurans atas pengendalian, auditor jasa juga dapat ditugasi melakukan
perikatan untuk memberikan laporan yang tidak berhubungan dengan SPA ini, sebagai contoh:
a. Laporan atas transaksi atau saldo-saldo dari entitas pengguna yang dikelola oleh organisasi
jasa
b. Laporan prosedur yang disepakati atas pengendalian pada organisasi jasa
SPA 3000 berisi ketentuan yang terkait dengan beberapa topik seperti penerimaan perikatan,
perencanaan, bukti, dan dokumentasi yang berlaku pada semua perikatan asurans, tarmasuk
perikatan yang sesuai dengan SPA ini. SPA ini menjelaskan lebih jauh penerapan SPA 3000 dalam
perikatan yang memberikan keyakinan memadai atas laporan pengendalian organisasi jasa.
Kerangka Asurans, yang mendefinisikan dan menjelaskan elemen-elemen dan tujuan-tujuan
perikatan asurans, memberikan konteks pemahaman atas SPA ini dan SPA 3000.
Kepatuhan pada SPA 3000 mengharuskan, antara lain, auditor jasa patuh pada Kode Etik, dan
mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu yang berlaku pada perikatan individu.
TANGGAL EFEKTIF
SPA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan asurans auditor jasa untuk periode yang berakhir
bertanggal 1 Juli 2017 atau setelahnya. Penerapan dini diperkenankan.
TUJUAN
Untuk tujuan dari SPA ini, istilah-istilah berikut memiliki arti seperti di bawah ini:
a. Metode Carve-Out: metode yang berhubungan dengan jasa yang diberikan oleh organisasi
sub-jasa, dalam hal deskripsi sistem organisasi jasa mencakup sifat dari jasa-jasa yang
diberikan oleh organisasi sub-jasa, namun tujuan pengendalian yang relevan dari
organisasi sub-jasa tersebut dan pengendalian terkait dikeluarkan dari deskripsi sistem
organisasi jasa dan ruang lingkup perikatan auditor jasa. Deskripsi sistem organisasi jasa
dan ruang lingkup perikatan auditor jasa mencakup pengendalian pada organisasi jasa
untuk memantau efektivitas pengendalian organisasi sub-jasa, yang dapat mencakup reviu
oleh organisasi jasa atas laporan asurans pengendalian organisasi sub-jasa
b. Pengendalian pelengkap entitas pengguna: pengendalian yang dianggap oleh organisasi
jasa, dalam merancang jasanya, akan diimplementasikan oleh entitas pengguna, dan
diidentifikasi dalam penjelasan sistemnya jika diperlukan untuk mencakup tujuan
pengendalian
c. Tujuan pengendalian: tujuan atau maksud dari aspek tertentu atas pengendalian. Tujuan
pengendalian terkiat dengan pengendalian untuk memitigasi risiko
d. Pengendalian organisasi jasa: pengendalian atas pencapaian tujuan pengendalian yang
tercakup dalam laporan asurans auditor jasa
e. Pengendalian organisasi sub-jasa: pengendalian organisasi sub-jasa untuk memberikan
keyakinan yang memadai atas pencapaian tujuan pengendalian
f. Kriteria; tolak ukur yang digunakan untuk mengevaluasi atau mengukur hal pokok
termasuk, jika relevan, tolak ukur dalam penyajian dan pengungkapan
g. Metode inklusif: metode yang berhubungan dengan jasa yang diberikan oleh organisasi
sub-jasa, dalam hal deskripsi sistem organisasi jasa mencakup sifat dari jasa yang
diberikan oleh organisasi sub-jasa, dan tujuan pengendalian yang relevan serta
pengendalian terkait organisasi sub-jasa tersebut tercakup dalam deskripsi sistem
organisasi jasa dan lingkup perikatan auditor jasa
h. Fungsi audit internal: kegiatan penilaian yang diadakan atau diberikan sebagai jasa kepada
organisasi jasa. Fungsinya termasuk, antara lain, memeriksa, mengevaluasi dan memantau
kecukupan dan efektivitas dari pengendalian internal
i. Auditor Internal: individu yang melaksanakan kegiatan fungsi audit internal. Audit internal
dapat menjadi bagian dari departemen audit internal atau g=fungsi yang setara
j. Laporan atas deskripsi dan rancangan pengendalian organisasi jasa(dalam SPA ini disebut
sebagai laporan tipe 1). Sebuah laporan yang terdiri atas:
i. Deskripsi sistem organisasi jasa
ii. Asersi tertulis oleh organisasi jasa bahwa dalam semua hal material, dan yang
didasarkan pada kriteria yang sesuai:
Deskripsi menyajikan secara wajar sistem organisasi jasa dirancang dan
diimplementasikan dapa tanggal tertentu
Pengendalian yang berhubungan dengan tujuan pengendalian yang dinyatakan dalam
deskripsi sistem organisasi jasa telah dirancang dengan tepat pada tanggal tertentu
iii. Laporan asurans auditor jasa yang menyatakan keyakinan yang memadai mengenai
hal-hal dalam butir ii diatas
k. Laporan atas deskripsi, rancangan, dan efektivitas operasi dari pengendalian organisasi jasa
(dalam SPA ini disebut sebagai laporan tipe 2). Laporan yang meliputi:
i. Deskripsi sistem organisasi jasa
ii. Asersi tertulis dari organisasi jasa, dalam semua hal yang material, dan yang
didasarkan pada kriteria yang sesuai:
Deskripsi yang menyajikan secara wajar sistem organisasi jasa dirancang dan
diimplementasikan sepanjang periode tertentu
Pengendalian yang berhubungan dengan tujuan pengendalian yang dinyatakan dalam
deskripsi sistem organisasi jasa telah dirancang dengan tepat sepanjang periode
tertentu
Pengendalian terkait dengan tujuan pengendalian yang dinyatakan dalam deskripsi
sistem organisasi beroperasi secara efektif sepanjang periode tertentu
iii. Laporan asurans auditor jasa yang:
Menyatakan keyakinan memadai mengenai hal-hal dalam butir ii diatas
Berisi deskripsi pengujian pengendalian dan hasil pengujiannya
l. Auditor jasa: Praktisi, yang atas permintaan organisasi jasa, memberikan laporan asurans
atas pengendalian dari organisasi jasa tersebut
m. Organisasi jasa: Organisasi pihak ketiga (atau bagian dari organisasi pihak ketiga) yang
menyediakan jasa kepada entitas pengguna yang relevan dengan pengendalian internal
entitas pengguna yang terkait dengan pelaporan keuangan
n. Sistem organisasi jasa (atau “sistem"): Kebijakan dan prosedur yang dirancang dan
diimplementasikan oleh organisasi jasa untuk menyediakan jasa kepada entitas pengguna,
yang dicakup dalam laporan asurans auditor jasa. Deskripsi sistem organisasi jasa berisi
identifikasi atas: jasa yang disediakan: periode, atau dalam hal laporan tipe 1, tanggal, yang
berhubungan dengan deskripsi: tujuan pengendalian: dan pengendalian yang terkait
o. Asersi organisasi jasa: Asersi tertulis tentang hal-hal yang dimaksud dalam laporan tipe 1
p. Organisasi subjasa: Organisasi jasa yang digunakan oleh organisasi jasa lainnya untuk
melakukan beberapa jasa yang diberikan kepada entitas pengguna yang releyan dengan
pengendalian internal entitas karena kaitannya dengan pelaporan keuangan
q. Pengujian pengendalian: Prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi efektivitas operasi
pengendalian dalam mencapai tujuan pengendalian yang dinyatakan dalam deskripsi
sistem organisasi jasa
r. Auditor pengguna: auditor yang mengaudit dan melaporkan laporan keuangan entitas
pengguna
s. Entitas pengguna: entitas yang menggunakan organisasi jasa
KETENTUAN
SPA 3000
Auditor jasa tidak diperkenankan menyatakan kepatuhan terhadap SPA ini kecuali auditor jasa telah
mematuhi seluruh ketentuan SPA ini dan SPA 3000.
KETENTUAN ETIKA
Auditor jasa harus mematuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk hal-hal yang berkenaan
dengan independensi, terkait dengan perikatan asurans.
MANAJEMEN DAN PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS TATA KELOLA
Jika SPA ini mengharuskan auditor jasa untuk menanyakan kepada, meminta representasi dari,
mengkomunikasikan dengan, atau dalam keadaan lain berinteraksi dengan organisasi jasa, auditor
jasa harus menentukan personel yang tepat di dalam manaejemen organisasi jasa atau struktur tata
kelola untuk berinteraksi. Hal ini harus mencakup pertimbangan mengenai personel yang memiliki
tanggung jawab dan pengentahuan yang tepat atas hal-hal yang menjadi perhatian.
PENERIMAAN DAN KEBERLANJUTAN
Sebelum setuju untuk menerima, atau melanjutkan sebuah perikatan, auditor jasa harus:
a. Menentukan apakah:
i. Auditor jasa memiliki kemampuan dan kompetensi untuk melaksanakan perikatan
ii. Kriteria yang diterapkan oleh organisasi jasa dalam menyusun deskripsi sistemnya
sesuai dan tersedia untuk entitas pengguna dan auditor mereka
iii. Ruang lingkup perikatan dan deskripsi sistem organisasi jasa sangat dibatasi sehingga
mungkin tidak bermanfaat bagi entitas pengguna dan auditor mereka
b. Memeroleh persetujuan dari organisasi jasa bahwa organisasi jasa mengakui dan
memahami tanggung jawabnya:
i. Untuk menyusun deskripsi sistem dan asersi jasa yang menyertainya, termasuk
kelengkapan, ketepatan metode penyajian deskripsi dan sersi tersebut
ii. Untuk memiliki basis yang memadai untuk asersi organisasi jasa beserta deskripsi
sistemnya
iii. Untuk menyatakan, dalam asersi organisasi jasa, kriteria yang digunakan untuk
menyusun deskrips sistemnya
iv. Untuk menyatakan di dalam deskripsi sistemnya:
Tujuan pengendalian
Pihak yang menetapkannya jika ditentukan dalam peraturan perundang-undangan,
atau pihak lain (sebagai contoh, sekelompok pengguna atau sebuah badan
profesional)
v. Untuk mengidentifikasi risiko yang mengancam pencapaian tujuan pengendalian yang
dinyatakan dalam deskripsi sistemnya, merancang dan melaksanakan pengendalian
untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa risiko tersebut tidak akan
menghalangi pencapaian tujuan pengendalian yang dinyatakan dalam deskrispi
sistemnya, dan oleh karena itu tujuan pengendalian tersebut dapat tercapai
vi. Untuk meberikan auditor jasa:
Akses ke semua informasi, seperti catatan, dokumentasi dan hal lain, termasuk
service level aggrements, yang dipandang oleh organisasi jasa relevan dengan
deskripsi sistem organisasi jasa dan asersi organisasi jasa yang menyertainya
Informasi tambahan yang memungkinkan diminta oleh auditor jasa dari organisasi
jasa untuk tujuan perikatan asurans
Akses tidak terbatas kepada para personel dalam organisasi jasa yang dipandang
perlu untuk memperoleh bukti
Dalam menilai ketepatan kriteria untuk mengevaluasi rancangan pengendalian, auditor jasa harus
menentukan kriteria yang mencakup, sekurang-kurangnya, apakah:
a. Organisasi jasa telah mengidentifikasikan risiko-risiko yang mengancam pencapaian tujuan
pengendalian yang dinyatakan dalam deskripsi sistemnya
b. Pengendalian yang diidentifikasi dalam deskipsi akan, jika dioperasikan, memberikan
keyakinan memadai bahwa risiko-risiko tersebut tidak menghalangi pencapaian tujuan
pengendalian yang dinyatakan
Dalam menilai ketepatan kriteria untuk mengevaluasi efektivitas operasi pengendalian untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian yang dinyatakan dalam deskripsi akan
tercapai, auditor jasa harus menentukan kriteria yang mencakup, sekurang-kurangnya, konsistensi
pengendalian yang diterapkan dengan rancangannya sepanjang periode tertentu. Hal ini mencakup
penerapan pengendalian manual oleh personel yang memiliki kompetensi dan kewenangan yang
tepat.
MATERIALITAS
Ketika merencanakan dan melaksanakan perikatan, auditor jasa harus mempertinbangkan
materialitas sehubungan dengan penyajian wajar deskripsi, ketepatan rancangan pengendalian dan,
dalam hal laporan tipe 2, efektivitas operasi pengendalian.
PEMEROLEHAN PEMAHAMAN SISTEM ORGANISASI JASA
Auditor jasa harus memperoleh pemahaman sistem organisasi jasa, termasuk pengendalian yang
terdapat dalam raung lingkup perikatan.
PEMEROLEHAN BUKTI MENGENAI DESKRIPSI
Auditor jasa harus memperoleh dan membaca deskripsi sistem organisasi jasa, serta mengevaluasi
kewajaran penyajian aspek-aspek deskripsi yang termasuk dalam ruang lingkup perikatan, termasuk
apakah:
a. Tujuan pengendalian yang tercantum dalam deskripsi sistem organisasi jasa adalah wajar
sesuai dengan kondisinya
b. Pengendalian diidentifikasi dalam deskripsi tersebut telah diimplementasikan
c. Pengendalian pelengkap entitas pengguna, jika ada, telah dideskripsikan dengan memadai
d. Jasa yang dilakukan oleh organisasi sub-jasa, jika ada telah dideskripsikan dengam
memadai, termasuk penggunaan metode inklusif atau metode curve-out terkait jasa
tersebut
Auditor jasa harus menentukan, melalui prosedur lain yang dikombinasikan dengan permintaan
keterangan, apakah sistem organisasi jasa telah diimplementasikan. Prosedur lainnya harus
mencakup observasi, dan inspeksi atas catatan serta dokumentasi lain, untuk memahami bagaimana
sistem organisasi jasa beroperasi dan pengendalian diterapkan.
c. Menentukan cara yang efektif untuk memilih unsur-unsur yang diuji dalam mencapai
tujuan prosedur
Ketika menentukan luas pengujian pengendalian, auditor jasa harus mempertinbangkan hal-hal
termasuk karakteristik populasi yang akan diuji, yang mencakup sifat pengendalia, frekuensi
penerapannya (sebagai contoh, bulanan, harian, berapa kali per hari) dan tingkat penyimpangan
yang diharapkan
HASIL PEKERJAAN FUNGSI AUDIT INTERNAL
Pemerolehan Suatu Pemahaman atas Fungsi Audit Internal
Jika organisasi jasa memiliki fungsi audit internal, auditor jasa harus memperoleh suatu pemahaman
tentang sifat tanggung jawab fungsi audit internal dan aktivitas yang dilkukan untuk menentukan
kemungkinan relevansi fungsi audit internal dengan perikatan.
Penentuan Perlu Tidaknya Hasil Pekerjaan Auditor Internal Digunakan dan Luas Penggunaannya
Auditor jasa harus menentukan:
a. Kemungkinan kecukupan hasil pekerjaan auditor internal untuk tujuan perikatan
b. Jika demikian, dampat hasil pekerjaan auditor internal yang direncanakan terhadap sifat,
saat atau luas dari prosedur auditor jasa
Dalam menentukan kemungkinan kecukupan hasil pekerjaan auditor internal untuk tujuan
perikatan, auditor harus mengevaluasi:
a. Objektivitas fungsi audit internal
b. Kompetensi teknis auditor internal
c. Kemungkinan pekerjaan auditor internal dilakukan dengan kesermatan dan kehati-hatian
profesional
d. Kemungkinan keefektivitasan komunikasi antara auditor internal dengan auditor jasa
Dalam menentukan dampak hasil pekerjaan auditor internal yang direncanakan terhadap sifat, saat
atau luas prosedur auditor jasa, auditor jasa harus mempertimbangkan:
a. Sifat dan ruang lingkup pekerjaan spesifik yang telah dilakukan, atau akan dilakukan oleh
auditor internal
b. Signifikansi hasil pekerjaan tersebut terhadap kesimpulan auditor jasa
c. Tingkat subjektifitas dalam pengevaluasian bukti yang dikumpulkan untuk mendukung
kesimpulan tersebut
PENDAHULUAN
Standar Perikatan Asurans (SP) ini berkaitan dengan perikatan yang memberikan
keyakinan memadai yang dilaksanakan oleh praktisi untuk melaporkan kompilasi atas informasi
keuangan proforma milik pihak yang bertanggung jawab yang tecantum dalam prosepktus.
Namun, SPA ini juga dapat diterapkan untuk perikatan yang memberikan keyakinan memadai
yang dilaksanakan oleh praktisi untuk melaporkan kompilasi atas informasi keuangan proforma
milik pihak yang bertanggung jawab yang tidak tercantum dalam prosepktus selama seluruh
prinsip dari panduan yang diberikan dalam SPA ini dipenuhi. Dalam konteks prospectus SPA ini
berlaku ketika :
Pelaporan tersebut dipersyaratkan oleh Undang-Undang Pasar Modal atau peraturan
bursa efek (secara kolektif disebut sebagai “peraturan perundang-undangan yang
relevan”) pada yuridiksi tempat prospectus akan diterbitkan; atau
Pelaporan tersebut merupakan praktik yang berlaku umum di yurisdiksi tersebut.
Sifat tanggung jawab praktisi
Dalam perikatan yang dilaksanakan berdasarkan SPA ini, praktisi tidak memiliki
tanggungjawab untuk mengompilasi informasi keuangan proforma untuk entitas, tanggung jawab
tersebut berada pada pihak yang bertanggung jawab. Tanggung jawab ungal praktisi adalah
melaporkan apakah informasi keuangan proforma telah disusun, dalam semua hal yang material
oleh pihak yang bertanggung jawab berdasarkan kriteria yang berlaku
SPA ini tidak mengatur perikatan non asurans yang praktisi ditugaskan oleh entitas untuk
mengompilasi laporan keuangan historisnya.
Tujuan informasi keuangan proforma dalam prospectus
Tujuan informasi keuangan proforma dalam prospectus adalah untuk mengilustrasikan dampak
peristiwa atau transaksi signifikan terhadap informasi keuangan milik entitas yang belum
diseduaikan, seolah-olah peristiwa telah terjadi atau transaksi telah dilakukan pada tanggal yang
telah ditentulan kebih awal untuk tujuan ilustrasi. Hal ini dicapai dengan menerapkan
penyesuaian proforma pada informasi keuangan yang belum disesuaikan. Informasi keuangan
proforma tidak menggambarkan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas actual entitas.
Kompilasi informasi keuangan proforma
Kompilasi informasi keuangan proforma melibatkan pihak yang bertanggung jawab
untuk mengumpulkan mengelompokan merangkum, dan menyajikan informasi keuangan yang
mengilustrasikan dampak dan peristiwa atau transaksi signifikan atas informasi keuangan entitas
yang belum disesuaikan pada tanggal yang telah dipilih, seolah-olah peristiwa telah terjadi atau
transaksi telah dilakukan pada tanggal yang dipilih telah dipilih. Langkah dalam proses ini
termasuk.
Mengidentidikasi sumber dari informasi keuangan yang belum disesuaikan untuk
digunakan dalam mengompilasi informasi keuangan proforma, dan mengambil informasi
keuangan yang belum disesuaikan dari sumber tersebut.
Membuat penyesuaian proforma pada informasi keuangan yang belum disesuaikan untuk
tujuan penyajian informasi keuangan yang belum disesuaikan untuk tujuan penyajian
informasi keuangan proforma; dan
Menyajikan hasil informasi keuangan proforma disertai dengan pengungkapannya.
Sifat Perikatan yang Membrikan Keyakinan Memadai
Perikatan yang memberikan keyakinan memadai untuk melaporakan kompilasi informasi
keuangan proforma melibatkan pelaksaaan prosedur yang diatur dalam SPA ini untuk menilai
apakah kriteria yang berlaku yang digunakan oleh pihak yang bertanggung jawab dalam
kompilasi informasi keuangan proforma memberika dasar yang memadai untuk mneyajikan
dampak signifikan yang secara langsung disebabkan oleh peristiwa atau transaksi, dan untuk
memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang apakah :
Penyesuaian profroma yang terkait memberikan dampak yang tepat bagi kriteria tersebut;
dan
Kolom hasil proforma mencerminkan penerpan yang tepat atas penyesuaian terhadap
informasi keuangan yang belum disesuaikan
Prosedur juga melibatkan evaluasi penyajian informasi keuangan proforma secara
keseluruhan. Namun, perikatan tidak melibatkan praktisi memutakhirkan atau menerbitkan
kembali laporan atau opini apapun atas informasi keuangan historis yang digunakan dalam
mengompilasi informasi keuangan proforma, atau melaksanakan audit atau reviu atas informasi
keuangan yang digunakan untuk mengompilasi informasi keuangan proforma.
A. KESIMPULAN
1. SPAP yang sudah berbasis ISA adalah acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu
yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik dalam pemberian jasanya. Standar Perikatan
Assurance Lain (SPA) yang telah diadopsi adalah SPA 3000 (Perikatan Asurans
Selain Audit atau Reviu atas Informasi Keuangan Historis), SPA 3400 (Pemeriksaan
atas Informasi Keuangan Prospektus), SPA 3402 (Laporan Asuransatas pengendalian
pada organisasi jasa), SPA 3420 (Perikatan Asurans untuk pelaporan atas Kompilasi
Informasi Keuangan Proforma yang tercantum dalam prospektus)
2. SPA 3000 merupakan prinsip dasar dan prosedur esensial bagi, dan menyediakan
panduan kepada, setiap individu profesional yang berada di Kantor Akuntan Publik
(untuk tujuan SPA ini disebut sebagai “praktisi”) dalam pelaksanaan perikatan
asurans selain audit atau reviu atas informasi keuangan historis yang dicakup oleh
Standar Audit (“SA”) atau Standar Perikatan Reviu (“SPR”), SPA 3400 berisi
panduan bagi perikatan untuk memeriksa dan melaporkan informasi keuangan
prospektif, termasuk prosedur pemeriksaan untuk estimasi terbaik dan asumsi
hipotetis.
3. SPA 3402 mengatur perikatan asurans yang dilakukan oleh praktisi untuk
memberikan laporan yang akan digunakan oleh entitas pengguna dan auditornya atas
pengendalian pada organisasi jasa yang memberikan jasa kepada entitas pengguna
yang relevan dengan pengendalian internal pengguna dalam kaitannya dengan
pelaporan keuangan.
4. SPA 3420 mengatur perikatan yang memberikan keyakinan memadai yang
dilaksanakan oleh praktisi untuk melaporkan kompilasi atas informasi keuangan
performa milik pihak yang bertanggungjawab yang tercantum dalam prospektus.
B. SARAN
1. Praktisi praktisi akuntansi terutama auditor diharapkan dapat lebih mengimplementasikan
Standar Perikatan Assurance Lain (SPA) ini khususnya yang belum secara penuh
menerapkannya sehingga kualitas dari jasa yang diberikan kepada publik semakin
meningkat.
2. Bahasa dalam pembahasan SPA ini terbilang sulit untuk ditelaah sehingga perlu
dilakukan pembedahan SPA ini secara mendalam untuk proses penyempurnaan standar
tersebut
DAFTAR PUSTAKA