Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu rangka mewaspadi penyebaran masuknya vector penular penyakit melalui
pelabuhan, maka dilakukan upaya pemyehatan lingkungan pelabuhan yang sesuai dengan
International Health Regulation (IHR) tahun 2018 yang memberikan perhatian khusus
kepada Public Health Emergency International Concern (PHEIC). Hal ini diberlakukan
di wilayah pelabuhan. Bandara dan lintas batas darat Negara pintu masuk dan keluarnya
penyakit untuk cegah tangkal masuk nya penyakit.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 356/MENKES/Per/IV/2008 ,
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Merupakan unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
Kementrian Kesehatan yang berwenang mecegah dan mengendalikan vector penular
penyakit yang masuk dan keluar pelabuhan. Upaya yang dilakukan berupa pemutusan
mata rantai penularan penyakit secara professional menurut standar dan persyaratan yang
telah di tetapkan. Begitupun dengan KKP kelas II panjang yang bertugas melaksanakan
pencegahan penyakit pontesial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan,
pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan
OMKABA, serta pengamanan terharap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,
bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas darat Negara di titik-titik yang termasuk ruang lingkup kerja KKP
Kelas II Panjang.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum : Mengetahui tentang organisasi, tugas dan fungsi terkait kesehatan di
KKP Kelas II Panjang dalam upaya cegah tangkal penyakit dari dan dalam negri
b. Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui definisi KKP
 Untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi KKP
 Untuk mengetahui tata cara pemeriksaan kesehatan kapal
 Untuk mengetahui tata cara karantina kapal oleh tim KKP
1.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa, sebagai sumber informasi mengenai kegiatan KKP dalam rangka
cegal tangkal penyakit.
b. Bagi KKP Kelas II Panjang, sebagai evaluasi untuk menyempurnakan kegiatan KKP
di masa yang akan datang.
c. Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi mengenai peranan KKP.
d. Bagi instatnsi Pendidikan Kesehatan, sebagai evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan
komunitas di masa depan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi KKP


Berdasarkan Kepmenkes RI nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit
pelaksanaan teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pemberantas
Penyakit.
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi KKP
KKP memiliki 6 Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), yaitu :
1. Pelaksanaan kekarantina
2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
3. Pelaksanaan pengendalian resiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas
negara
4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit pntensial wabah, penyakit baru dan
penyakit yang muncul kembali
5. Pelaksanaan dan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan kimia.
6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai penyakit
yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional
7. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesiapsiagaan dan penaggulangan
kejadian luar biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra
termasuk penyelenggaraan kesehatan haji
8. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas Negara.
9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan
alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi persyaratan
dokumen kesehatan OMKABA impor.
10. Pelaksanaan penga1asan alat angkut dan muatannya
11. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan
lintas batas Negara
12. Pelaksanaan jejaring infomasi dan teknologi bidang kesehatan bandara, pelabuhan
dan lintas batas Negara
13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara, pelabuhan dan
lintas batas Negara
14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan surveilans
epidemiologi
15. Pelaksanaan pelatihan tehnis dibidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas batas
darat Negara
16. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP

2.3 Tata Cara Pemeriksaan Kesehatan Kapal

Berdasarkan KMK nomor 425/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan


Karantina Kesehatan di KKP yang bertujuan untuk membuat terlaksananya kegiatan
kekarantinaan kesehatan di pelabuhan, penyelenggaraan identifikasi faktor risiko
menyangkut alat angkut dan muatannya, crew, serta lingkungan pelabuhan dan bandara. Maka
manusia, barang, kontainer, dan alat angkut adalah sasaran identifikasi faktor risiko dengan
perhatian kepada:

1. Alat Angkut
a. Pelabuhan tempat kapal singgah terakhir kali sebelum sekarang
b. Asal asli kapal

2. Penumpang, meliputi awak dan orang yang diantar :


a. Penumpang yang sakit
b. Penumpang yang menderita penyakit menular
c. Jenis penyakit menular yang menyerang
d. Daerah asal penumpang

3. Barang :
a. Bahan Berbahaya
b. Bahan makanan dan atau minuman busuk
c. Binatang dan atau tumbuhan

4. Lingkungan :
a. Vektor suatu penyakit
b. Pencemaran udara, air, dan tanah sekitar wilayah kerja
c. Higienitas dan sanitasi makanan dan minuman

Tahap tidak lanjut dilakukan pada keadaan sebagai berikut :


1. Bila dalam pemeriksaan kapal dan pemeriksaan perorangan tidak ditemukan
hal$hal yang membahayakan atau dapat menularkan penyakit karantina, kepada
kapal tersebut diberikan izin bebas karantina (free pratique) oleh petugas KKP dan
selanjutnya kapal dapat berlabuh
2. Bila dalam pemeriksaan kapal dan pemeriksaan perorangan
ditemukanhal$hal yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit karantina,
petugas KKP melakukan tindakan kesehatan untuk penyehatan kapal dan sesudah itu
kepada kapal diberikan izin bebas karantina ( free pratique ) oleh petugas KKP dan
selanjutnya kapal dapat berlabuh
3. Untuk kapal yang datang dari pelabuhan luar negeri tersangka/terjangkit
penyakit karantina, kepada kapal tersebut dilakukan pemeriksaan kesehatan kapal dan
bila perlu dilakukan tindakan kesehatan untuk penyehatan kapal. Setelah pemeriksaan
selesai, kepada kapal tersebut diberikan izin bebas karantina ( free pratique ) oleh
petugas KKP dan selanjutnya kapal dapat berlabuh
4. Untuk kapal yang telah diberikan radio pratique setelah kapal sandar, petugas KKP
dengan memba1a surat tugas mendatangi nahkoda kapaluntuk konfirmasi pemberian
radio pratique dan :
a. Memeriksa kesehatan kapal bila perlu
b. Menyerahkan rekam (copy of ) free pratique
5. Pelanggaran nyata terhadap pratique dikenai sanksi hukum berdasar UU
melalui PPNS (Penyidik PNS)

Berkaitan dengan organisasi bagi Tim Karantina Kesehatan di KKP adalahsebagai berikut :
\

Bagan Struktur Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang


Kepala

R. Marjunet, SKM, M.Kes

Kasubag, Tata Usaha

H. Asrul Hudaira, S.Pd,


MKM.

Kasie. Pengendalian Plh. Kasie. Kasie. Upaya


Karantina dan Pengendalian Kesehatan dan
Surveilans Resiko Lintas Wilayah
Epidemiologi Lingkungan
Dr. Johansyah
H. Hazairin, SKM Bambang S

KELOMPOK WILAYAH KERJA


JABATAN
FUNGSIONAL 1. Bandara Radin
Inten II Branti
1. Dokter 2. Pelabuhan Laut
INSTALASI 2. Perawat Bakauheni
3. Analis Lab 3. Pelabuhan Laut
Instalansi
Laboratorium Klinis 4. Epidemiologi Teluk Semangka
dan lingkungan 5. Entomolog 4. Pelabuhan Laut
6. Sanitarian Rawa Jitu
7. Bendahara
8. Analis
kepegawaian
9. BMN (Barang
Milik Negara)
10. Penata Laporan
Keuangan
11. Perencana
12. Adminitrasi
Umum
13. Arsiparis
2.4 Tata Kerja 14. Agendaris

Berdasarkan Permenkes No. 356/Menkes/Per/IV/2008 Bab VI Tentang Tata Kerja:


1. Pasal 38
Dalam melaksanakan tugas Kepala KKP, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub
bagian dan Kepala Seksi wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan masing-masing maupun dengan instansi lain di
luar KKP sesuai dengan tugas masing-masing.
2. Pasaal 39
Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan KKP wajin mengawasi bawahan
masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang
diperlukan dengan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pasal 40
Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan KKP bertanggung jawab memimpin
dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta
petunjuk pelaksanaan tugas bawahan.
4. Pasal 41
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan
bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan
berkala tepat pada waktunya.
5. Pasal 42
Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan suatu organisasi dari bawahan wajib
dianalisis dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan evaluasi, laporan, serta
penyiapan bahan kebijakan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada
bawahan.
6. Pasal 43
Para kepala bagian, kepala bidang, kepala subbagian, kepala seksi, kepala urusan dan
para petugas wajib menyampaikan laporan berkala kepada atasan masing-masing
7. Pasal 44
Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan
disampaikan kepada satuan organisasi lainyang secara fungsional mempunyai
hubungan kerja
8. Pasal 45
Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh kepala
satuan organisasi di bawahnya dan di dalam rangka pemberian bimbingan kepada
bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.
2.5 Tata Cara Karantina Kapal

Berdasarkan UU nomor 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut pasal 29, karantina kapal
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Tindakan karantina mencakup pemeriksaan kesehatan dan segala usaha
penyehatan terhadap kapal, bagasi, muatan barang, muatan hewan dan muatan
tanaman.
2. Tindakan penyehatan terhadap bagasi dan muatan barang dilakukan, bila
hama penyakit karantina dan barang-barang tersebut akan diturunkan dipelabuhan
3. Terhadap hewan, diturunkan atau tidak, atau d ipindahkan ke kapal
laindilakukan usaha-usaha penyehatan, kalau dokter pelabuhan menganggap perlu
4. Pelaksanaan tindakan penyehatan harus dilakukan secepat mungkin dengan
sedapat-dapatnya tidak menyebabkan kerusakan pada alat pengangkutan dan muatan.
5. Surat pos, buku-buku dan barang-barang cetakan lainnya
dibebaskan dari segala usaha penyehatan dimaksudkan pada poin 1 dan 2,
terkecuali paket yang dicurigakan

Berdasarkan UU nomor 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut pasal 20 sampai 28, tata cara
karantina kapal adalah sebagai berikut :
1. Tata cara pada kedatangan kapal
a. Tiap kapal yang datang dari luar negeri berada dalam karantina
b. Tiap kapal yang datang dari suatu pelabuhan dan daerah wilayah Indonesia yang
ditetapkan terjangkit suatu penyakit karantina berada dalam karantina
c. Tiap kapal yang mengambil penumpang atau muatan dari kapal yang
disebut dalam poin a dan b berada dalam karantin
d. Kapal yang disebut pada poin a, b, dan 2 dinyatakan bebas dari
karantina bila telah mendapat surat izin karantinae
e. Nakhoda kapal yang dalam karantina dilarang menurunkan atau
menaikkan orang barang, tanaman dan hewan, sebelum memperoleh surat izin
karantina
f. Nakhoda kapal menyampaikan permohonan untuk memperoleh suatu izin
atau memberitahukan suatu keadaan di kapal dengan memakai isyarat sebagai
berikut:
 Siang hari
Bendera Q : Kapal saya sehat / saya minta izin karantina
B e n d e r a Q d i a t a s p a n j i p e n g g a n t i k e s a t u : Kapal saya
tersangka.
B e n d e r a Q d i a t a s b e n d e r a L : Kapal saya terjangkit
 Malam hari :
Lampu merah diatas lampu putih dengan jarak maksimum 1,80 meter :
saya belum mendapat i9in karantina
g. Izin lepas karantina diberikan oleh dokter pelabuhan setelah dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan dan terdapat bahwa kapal itu sehat atau kalau segala
tindakan yang dianggap perlu oleh dokter pelabuhan telah selesai dilakukanh
h. Jika kepada suatu kapal tidak dapat diberikan izin lepas karantina,
tetapi dokter pelabuhan berpendapat bahwa bahaya kemasukan serangga suatu
penyakit karantina tidak seberapa membahayakan, maka dokter pelabuhan dapat
memberikan izin terbatas karantina kepada kapal yang bersangkutan untuk jangka
waktu yang tertentu
i. J i k a d a l a m w a k t u b e r l a k u n ya i z i n l e p a s d a n a t a u i z i n l e p a s
t e r b a t a s karantina timbul suatu kematian atau penyakit karena suatu penyakit
karantina, izin yang dimaksud pada poin g dan h tidak berlaku lagi6 Dalam hal itu
kapal menuju ke suatu pelabuhan karantina untuk mendapat tindakan-tindakan
karantina yang diperlukan
j. Untuk kapal yang datang dari luar negeri dan akan singgah di suatu pelabuhan
bukan pelabuhan karantina dan untuk kapal yang mempunyai pelayaran tertentu
antar luar negeri dan pelabuhan-pelabuhan Indonesia bukan pelabuhan karantina
oleh Menteri Kesehatan dapat diberikan surat i9in sementara karantina tanpa
dibebaskan dari tindakan karantinak
k. Surat izin yang dimaksudkan pada poin j dapat diberikan atas
permintaan perusahaan pelayaran kapal tersebut yang bertempat kedudukan di
Indonesia atau mempunyai hubungan lalu lintas pelayaran tetap dengan tempat-
tempat tertentul
l. K e p a d a k a p a l ya n g t i d a k m a u t u n d u k p a d a p e r a t u r a n k a r a n t i n a
tidak diberikan “izin karantina”, kepadanya diperintahkan supaya berangkat lagi
atas tanggungan sendiri dan tidak diizinkan memasuki pelabuhan lain di
Indonesia.
m. Kapal tersebut pada poin l diizinkan mengambil bahan bakar, air dan
bahan makanan di ba1ah penga1asan dokter pelabuhanan
n. Kapal yang tersebut pada poin l yang terjangkit demam kuning
terhadapnya dilakukan tindakan karantina
o. Pemeriksaan kesehatan atas suatu kapal oleh dokter pelabuhan dilakukan
secepat mungkin kecuali kalau keadaan cuaca tidak mengizinkan
p. Urutan pemeriksaan yang dimaksudkan pada poin o ditetapkan dokter pelabuhan
q. Nakhoda kapal menyampaikan segala keterangan kepada dokter
pelabuhan dan memberi segala bantuan yang diminta oleh penjabat tersebut. Jika
di kapal bekerja seorang dokter kapal, maka dokter tersebut ikut serta melakukan
pemeriksaan kesehatan yang dimaksudkan pada poin o
r. Keterangan mengenai keadaan kesehatan kapal diberikan oleh nahkoda (dan jika
ada dokter kapal, juga oleh dokter tersebut) atau dokter kapal di ba1ah sumpah
kepada dokter pelabuhan
s. Pada waktu kapal tiba di pelabuhan orang yang terjangkit dapat
diturunkan dari kapal dan diasingkan, jika diminta oleh nakhoda, hal ini adalah
suatu keharusan
t. Dokter pelabuhan dapat melakukan pengalasan karantina terhadap seorang
tersangka
u. Pengawasan karantina ini tidak boleh diganti dengan isolasi, kecuali bila
dokter pelabuhan berpendapat, bahwa kemungkinan penularan oleh si tersangka
besar sekali
v. Terhadap kapal angkatan bersenjata pemeriksaan kesehatan dapat
diganti dengan keterangan-keterangan tertulis atas pertanyaan- pertanyaan yang
diajukan oleh dokter pelabuhan, keterangan-keterangan tertulis itu dibuat oleh
komandan kapal tersebut
w. Jika keterangan-keterangan yang dimaksudkan pada poin v berdasarkan
pendapat/pertimbangan dokter pelabuhan tidak mencukupi, maka dilakukan
pemeriksaan kesehatan
x. Pada waktu tiba dipelabuhan nakhoda kapal menyediakan
Dokumen-dokumen sebagai berikut :
 Keterangan kesehatan maritim
 Keterangan hapus-tikus, atau bebas hapus-tikus yang berlaku
 Sertifikat - sertifikat vaksinasi
 Buku kesehatan sekedar mengenai kapal-kapal yang dimaksud dalam pasal
19 UU nomor 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut
y. Dokter pelabuhan dapat memeriksa daftar penumpang, acak kapal dan
muatan

2. Tata cara pemberangkatan kapal


a. Dokter pelabuhan mengambil tindakan untuk :
 Mencegah pemberangkatan orang yang terjangkit atau tersangka berpenyakit
karantina
 Mencegah dimasukkannya barang- barang, tanamanan atau hewan, dan lain-
lain benda yang dapat diduga akan menyebarkan infeksi penyakit karantina di
dalam kapal yang akan berangkat
b. Untuk mempercepat pemberangkatan kapal, maka pemeriksaan kesehatan
terhadap penumpang dilakukan pada waktu yang sama dengan pemeriksaan –
Jawatan Bea dan Cukai dan lain-lain jawatan
c. Seorang dalam perjalanan antar negara yang pada waktu tiba
dipelabuhan berada dalam pengawasan karantina diperkenankan untuk
meneruskan perjalanannya
d. Nakhoda kapal menyiapkan pada waktunya segala dokumen kesehatan
yang dimaksud pada pasal 16, 17 dan 19 UU nomor 1 tahun 1962 tentang
Karantina Laut
e. Dokter pelabuhan memeriksa segala dokumen kesehatan dan mencegah
pemberangkatan sesuatu kapal yang tidak mempunya dokumen yang dimaksud
pada pasal 17 UU nomor 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut yang berlaku
f. Jika diminta, diberikan surat keterangan perihal tindakan -tindakan yang
dilakukan terhadap kapal serta alasannya dan cara melakukannya tanpa
pembayaran keterangan dapat juga diberikan mengenai penumpang dan muatan

2.6 Tugas-Tugas Kantor Kesehatan Pelabuhan

Sesuai dengan Permenkes No. 2348/Menkes/Per/IV/2011 tentang Perubahan atas


Permenkes No. 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan, tugas dari masing-masing seksi dan subbagian tata usaha di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang, dapat Diuraikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan pasal 25 Permenkes No 356/Menkes/Per/IV/2008, Subbagian Tata
Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi dan penyusunan program,
pengolahan informasi, evaluasi, laporan, urusan tata usaha, keuangan,
penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian, serta perlengkapan dan rumah tangga
b. Berdasarkan pasl 26 Permenkes No 356/Menkes/Per/IV/2008, Seksi pengendalian
Karantina dan Surveilans Epidemiologi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan dan koordinasi
pelasanaan kekarantinaan, surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit potensial
wabah serta penyakit baru dan penyakit yang mucul kembali, pengawasan alat
angkut dan muatan, lalu lintas OMKABA, Jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta
pengembangan teknologi, pendidikan, dan pelatihan teknis bidang kekarantinaan dan
surveilns epidemiologi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat
Negara

2.7 Vaksin Meningitis

Berdasarkan Nota Diplomatik dari Kedutaan besar Kerajaan Saudi Arabia di Jakarta
dengan Surat Dirjen Protokol dan Konsubr No. 5881PWIIO6161 tanggal 7 Juni 2006
yang antara lain rnemuat tentang persyaratan pemberian Aaksinasi Meningitis (ACYW
135 ) sebagai prasyarat mendapatkan visa haji dan umroh perlu dilengkapi dengan bukti
vaksinasi yaitu International Certificate of Vaccination (IVC). Selama ini belum ada
peraturan kebijakan yang mengatur pelaksanaan vaksinasi Meningitis rneningokokus bagi
jemaah ibadah umroh, karena itu dipanbang perlu untuk menetapkan suatu prosedur tetap
tentang pelaksanaan vaksinasi Meningitis menlngokokus dan penerbitan ICV bagi
jernaah ibadah umroh
1. Landasan Hukum
c. Undang Undang No 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan lbadah Haji
d. Undang Undang No 4 tahun 1984 tentang 8abah Penyakit Menular
e. Undang Undang No 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut
f. Undang Undang No 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara
g. Peraturan Pemerintah No 13 tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak

Anda mungkin juga menyukai