MAKALAH
Disusun sebagai tugas Mata Ajar
Keperawatan Anak Lanjut Dalam Konteks Keluarga
Dosen Pengampu: Ns. Fajar Tri Waluyanti, M Kep., Sp. Kep. An., IBCLC
Penyusun:
Kelompok IX
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak Lanjut Dalam Konteks
Keluarga (IKDKK) ini dengan judul “Bermain Terapeutik”.
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan mata kuliah IKDKK pada Program Pasca Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini kelompok
mengucapkan terima kasih, kepada yang terhormat:
1. Koordinator mata kuliah IKDKK
2. Dosen pembimbing dan pengajar materi Trend Issue Dalam Keperawatan
Anak : Bermain Terapeutik.
Kelompok telah berusaha dalam penyusunan dan pembahasan tugas ini.
Kelompok sadar masih banyak kekurangan dan keterbatasannya. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati kritik dan saran, usulan dan pendapat yang bersifat
membangun sangat kami harapkan guna melengkapi kekurangan dan kelemahan
dalam tugas IKDKK ini.
Kelompok IX
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 2
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Trend Issue Bermain Terapeutik ........................................................... 11
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 26
4.2 Saran ...................................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dunia anak adalah dunia bermain. Pada saat bermain anak belajar banyak
hal. Otak dan emosional terlatih. Ketika anak merasakan ketidaknyamanan,
seperti : anak sedang marah, benci, kesal, takut, dan cemas, bermain adalah
solusi untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan tersebut. Pada saat anak
sedang sakit dan dirawat, bermain dapat menghilangkan rasa
ketidaknyamanan akibat hospitalisasi. Hospitalisasi adalah suatu proses
yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pulang kembali ke rumah (Supartini, 2004).
1
2
2.1. Definisi
2.1.1. Bermain Terapeutik
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain anak akan berkata-kata, menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yg dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta
suara. Bermain Terapeutik adalah modalitas yang sangat efektif untuk
membantu anak menghadapi kekhawatiran dan ketakutan dan pada saat
bersamaan membantu perawat mendapatkan pemahaman tentang
kebutuhan dan perasaan anak (Wong, 2002). Bermain Terapeutik adalah
bermain yang menghadirkan kesempatan untuk menghadapi rasa takut dan
kekhawatiran akan pengalaman pengalaman yang berhubungan dengan
kesehatan. (Ball 2003).
3
4
Perawat saat tahap pengkajian meminta anak untuk bercerita tentang suatu
gambar. Perawat menganalisis konten emosi pada saat anak bercerita. Anak
bercerita tentang pengalaman penting pada anak lain pada satu kelompok.
Pada tahap intervensi perawat melakukan tindakan membaca dan membuat
satu cerita yang menjelaskan penyakit, hospitalisasi atau aspek lain dalam
pelayanan kesehatan termasuk rasa takut
2.3.2. Drawings
Teknik ini berguna untuk mengevaluasi level kognitif. Pada tahap
pengkajian perawat meminta anak untuk menggambar subjek yang
menggambarkan keadaan emosionalnya dengan menggunakan warna.
Perawat belajar tentang pengetahuan anak sebelum merencanakan
intervensi. Pada tahap intervensi gunakan gambar anak untuk menceritakan
tentang perawatan, prosedur dan kondisi. Perawat memberi kesempatan
anak untuk menggambarkan gambarnya atau pilihannya atau mengarahkan
pada topik seperti gambar keluarga dan pelayanan kesehatan.Perawat
meminta pada anak untuk menceritakan tentang gambar.Perawat
memperhatikan keadaaan emosi anak, anak biasanya takut dengan mesin x-
ray yang besar.
2.3.3. Music
Perawat pada tahap pengkajian melakukan observasi tipe musik yang dipilih
dan efek dari musik tersebut. Pada tahap intervensi perawat menganjurkan
orang tua dan anak untuk membawa tape favorit untuk menurunkan tingkat
stress. Ketika musik diputar lakukan tes dan prosedur. Orang tua bisa
merekam suaranya untuk bermain dengan infant dan anaknya yang
terpisah.Anak dengan hospitalisasi lebih lama bisa merekam pesan untuk
saudara atau teman sekolahnya. Perawat menganjurkan anak untuk memutar
kembali musik untuk mengetahui respon. Pada saat bermain, perawat dapat
menggunakan kesempatan untuk alat permainan dan bernyanyi.
2.3.4. Puppets
Perawat pada tahap pengkajian meminta anak untuk menjawab pertanyaan
dengan media boneka yang dianggap sebagai manusia. Pada tahap
6
g. Posisikan tempat tidur agar anak turun ketika ia ingin melihat televisi
atau membuka pintu.
h. Menyusuri lantai dengan menggunakan tangan seperti laba-laba.
2.5.4. Berendam (Mandi)
a. Bermain dengan bonek akecil di air
b. Mandikan boneka atau mainan
c. Buat gelembung di bak mandi jika memungkinkan
d. Mengambil kelereng dari dasar bak mandi anak
e. Membuat desain dengan koin di dasar bak mandi anak
f. Teknik distraksi dengan bercerita atau bernyayi.
g. Membuat gelembung atau melihat gelembung.
h. Mendengarkan musik.
i. Permainan menggenggam.
2.5.5. Injeksi
a. Biarkan anak memegang syringe tanpa jarum vial dan alkohol swab,
dan berikan injeksi pada boneka.
b. Biarkan anak mempunyai koleksi syringe tanpa jarum, buatlah objek
yang kreatif dengan menggunakan syringe.
c. Jika anak menerima banyak jenis injeksi, buat poster perkembangan
anak.
d. Berikan reward untuk yang diberikan injeksi sesuai dengan terapinya.
2.5.6. Ambulasi
a. Berikan anak sesuatu untuk ditekan untuk toddler tekan boneka, anak
usia sekolah minta anak untuk mendorong kereta mainan atau kursi dan
anak usia remaja minta anak untuk mendorong tiang infus.
b. Buat barisan atau memainkan drum dan lain-lain.
c. Bermain dengan menggunakan kaki.
2.5.7. Imobilisasi dan isolasi
a. Pindahkan anak dengan sering seperti ditempatkan ditempat bermain
atau di ruangan terbuka.
b. Mainkan permainan memancing dengan magnet.
c. Mainkan basket, voli atau softball.
BAB 3
PEMBAHASAN
Perawat perlu mengetahui batasan area yang merupakan kewenangan perawat atau
profesi lain dalam melakukan implementasi bermain terapeutik. Saat ini perawat
lebih banyak menggunakan istilah terapi bermain dalam melakukan intervensi
keperawatan di rumah sakit dan dalam penelitian keperawatan. Kelompok akan
menganalisis trend issue dalam bermain terapeutik.
10
11
dapat dilakukan adalah “art Cart”, “Door Sign”, “Privacy Signs”, dan
“What Do You Like to Do?”. Melalui aktivitas ini diharapkan anak diakui
sebagai pribadi yang unik dengan suka dan tidak suka, sehingga perawat
dapat menyesuiakan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
3.1.3. Menggunakan Keluarga dan Sistem Pendukung yang Lainnya
Melibatkan keluarga dalam proses perawatan dapat membantu dalam
mengurangi ketidaknyamanna anak terhadap orang baru yang belum
dikenalnya. Aktivitas yang dilakukan adalah mendiskusikan setiap
tindakan yang akan dilakukan kepada anak, baik untuk meminta izin atau
pemilihan alternatif tindakan kepada anak.
3.1.4. Mengidentifikasi Teknik Koping
Hospitalisasi merupakan pengalmaan yang tidak menyenangkan dan
menyakitkan bagi anak, sehingga perlu dilakukan pengenal an terhadap
strategi koping dan pemahaman anak terhadap tindakan yang akan
dilakukan, seperti “Imaginary Vacation”. Kata kunci yang ingin dicapai
adalah menjadikan kondisi yang baik ditengah situasi buruk yang dialami
anak. Selain itu juga mempercepat pemulihan bagi anak agar anak dapat
segera pulih dan pulang kembali ke rumah
anak sudah familiar dengan peralatan medis yang akan digunakan untuk
mengobati dirinya sehingga dapat menurunkan tingkat stress nya.
Penelitian yang dilakukan oleh Zahr (1998), dilakukan pada 100 orang anak
usia prasekolah yang akan dilakukan pembedahan (apendiktomi,
tonsilektomi, kateter jantung, perbaikan strabismus, hipospadia, hernia dan
fraktur). Jenis permainan yang dilakukan adalah pertunjukan boneka puppet.
Permainan ini menampilkan permainan peran anak, orang tua, dokter dan
perawat pada saat di ruang operasi. Pertunjukan puppet menggunakan
bahasa yang sederhana yang menenangkan anak dan menjelaskan tentang
apa yang akan dirasakan pada anak. Anak diijinkan untuk bermain peran
dengan boneka, memegang peralatan medis dan bertanya. Selanjutnya
dilihat reaksi anak saat bermain. Didapatkan hasil bahwa anak lebih tenang
dan kooperatif, tekanan darah dan denyut jantung anak lebih rendah
daripada pada anak kelompok kontrol, anak yang mengikuti bermain
terapeutik menunjukkan stres fisiologis lebih kecil dalam merespon
tindakan injeksi dan pembedahan.
Stresor utama pada infant adalah perpisahan dari orang tuanya. Bayi
membutuhkan keseimbangan stimulasi, sensori motor dan istirahat. Usia
Toddler berusaha mandiri untuk makan, tidur, mandi, toilet dan bermain.
Bila rutinitas terganggu, maka akan muncul negativisme dan regresi. Anak
usia sekolah dan remaja akan belajar tentang kemandirian, penonjolan diri
dan penerimaan teman sebaya. Mereka akan bereaksi dengan cara frustasi
dan marah terhadap bedrest, penggunaan pispot, tidak dapat memilih
makanan favorit, bantuan untuk mandi, serta mobilitas yang dibatasi.
Nutrisi yang baik dan hydrasi yang adekuat memiliki efek positif bagi
kemampuan anak untuk belajar. Perkembangan penyakit berhubungan
dengan gizi dan kebiasaan diet. Penyesuaian atau pembatasan asupan
makanan dapat terjadi untuk penanganan beberapa situasi klinis yang
berbeda :
3.8.1. Persiapan untuk tes diagnostic
Pembatasan makanan diperlukan untuk mencegah perubahan hasil test.
Sebagai contoh adalah pemeriksaan sistem gastrointestinal memerlukan
pengosongan saluran pencernaan.
3.8.2. Persiapan operasi atau anestesi
Makanan dan cairan dibatasi untuk mencegah mual, muntah, dan risiko
aspirasi.
3.8.3. Terapi diet (kombinasi dengan pengobatan)
Untuk mengendalikan penyakit
3.8.4. Pembatasan cairan
Dalam beberapa kasus penyakit anak membutuhkan pembatasan pada
jumlah asupan cairan, misalnya Anak dengan penyakit ginjal atau jantung.
3.8.5. Suplement Diet
Status gizi terganggu pada anak memerlukan tambahan makanan atau
suplemen gizi dengan cairan infus, misalnya pada anak yang mengalami
kesulitan menelan atau menyerap nutrisi.
Kegiatan bermain terapeutik yang dapat dilakukans alah satunya adalah
melibatkan anak untuk belajar tentang menyiapkan makanan yang
menyenangkan bagi anak. Melalui kegiatan tersebut anak dapat memiliki
kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang aspek gizi penyakitnya.
Kegiatan yang mendorong nafsu makan anak adalah "Scratch and Sniffs”,
"Aroma Jars", “Aggression Cookies” dan “Pudding Painting”.
20
3.9.2. Jangan menggunakan boneka mainan atau hewan peliharaan yang memiliki
rambut dan serat halus sehingga dapat menghambat trakea.
3.9.3. Awasi anak selama bermain di air.
3.9.4. Jangan gunakan kegiatan yang menggunakan bubuk atau aerosol.
Kegiatan meniup balon berulang membutuhkan napas dalam-dalam dan
penggunaan otot-otot pernapasan, sehingga tidak dianjurkan pada anak usia
3 tahun ke bawah. Pastikan untuk menggunakan balon yang lentur.
Kegiatan dikelompokkan sesuai dengan tujuan utama penyembuhan, yaitu :
3.9.1. Meningkatkan Batuk
Batuk dapat didorong dengan menghembuskan napas berturut-turut dengan
meningkatkan kecepatan dan kekuatan. Kegiatan yang dapat dilakukan
adalah “Balloon Rockets", “Cotton Ball Hockey" dan "Sailboat Blowing".
3.9.2. Meningkatkan nafas dalam
Penggunaan spirometer untuk napas dalam dan menekankan pada fase
pernafasan. Aktifitas yang dilakukan adalah “Aroma Jars” dan “Kazoos”.
Yakinkan bahwa anak tidak memiiki alergi yang terkait dengan disfungsi
pernafasan.
3.9.3. Meningkatkan bernapsa melalui bibir/mulut
Anak penderita asma diajarkan untuk menggunakan teknik pernafasan
dengan mengerutkan bibir dan mempertahankan jalan napas. Pada saat anak
mengerutkan bibir, anak mengambil nafas lambat dan dalam. Hal ini
meningkatkan hambatan udara selama fase pernafasan. Permainan meniup
potongan kertas dengan sedotan sepanjang jalur meja balap adalah kegiatan
yang dapat mendorong anak untuk menggunakan mengerutkan teknik
pernapasan bibir.
Penelitian yang dilakukan Chen (2014), dilakukan pada 95 anak dengan cara
pemberian aerosol dengan bantuan bermain terapeutik, yaitu DVD
demonstrasi terapi aerosol dan permainan-permainan yang melatih
pernafasan (contoh meniup gelembung) serta mengeluarkan dahak. Selain
itu juga diberikan berupa buku gambar untuk mewarnai, buku cerita,
konstruksi mobil-mobilan dan bangunan. Hasil penelitian adalah terapi
aerosol dengan modifikasi bermain terapeutik dapat mengefektifkan
22
Kesulitan dalam manajemen nyeri pada anak berakibat pada strategi yang
digunakan dalam mengurangi nyeri yang dirasakan anak ketika anak mulai
merasa cemas dan ketakutan. Bermain terapeutik dapat membantu anak
dalam mengenali nyeri yang dirasakan sesuai dengan tingkat usia, jenis
kelamin, pengalaman nyeri masa lalu, dan kehadiran orang tua untuk
mendampingi anak. Hasil dari bermain dapat membuat anak dapat
mengontrol nyeri yang dirasakannya. Nyeri dan kecemasan dapat
menurunkan kontrol anak terhadap nyeri yang dirasakan. Strategi yang
dapat digunakan untuk membantu anak menghadapi pengalaman nyeri
adalah :
3.11.1. Biofeedback
Biofeedback diakui efektif dalam melakukan managemen nyeri anak,
tetapi memiliki keterbatasan yaitu memerlukan peralatan elektronik yang
sensitif dan sangat terampil, teknisi yang terlatih untuk mengajarkan teknik
relaksasi otot tertentu pada anak.
3.11.2. Latihan relaksasi
Latihan relaksasi berkebalikan dengan biofeedback karena dapat dilakukan
dengan mudah dan biaya yang murah. Latihan dapat dilakukan dengan
melalui pengalaman dalam manajemen nyeri. Salah satu cara yang dapat
diajarkan adalah nafas dalam dan meditasi.
3.11.3. “Film Modeling”
Anak-anak dapat diputarkan film yang menggambarkan cara mengatasi
nyeri dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. Film juga dapat
24
diputarkan saat anak tidak berada di rumah sakit, misalnya di kelas untuk
meningkatkan pengetahuan anak tentang kesehatan dan perilaku.
3.11.4. Distraksi
Distraksi dilakukan untuk mengalihkan perhatian anak selama proses
pengobatan dilakukan. Teknik distraksi yang dinilai efektif dalam
mengurasi kecemasan anak saat dilakukan tindakan adalah mendengarkan
musik, bercerita pengalaman yang menyenangkan, mendiskusikan tempat
favorit, dan menonton video atau televisi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bermain teraputik dan terapi bermain adalah dua hal yang berbeda. Bermain
teraputik adalah bermain yang menghadirkan kesempatan untuk menghadapi
25
4.2 Saran
Tenaga kesehatan, khususnya perawat diharapkan mampu memahami dan
mengaplikasikan bermain terapeutik di rumah sakit sebagai salah satu
alternatif terapi untuk mengurangi stress hospitalisasi yang dirasakan oleh
anak. Selain itu, dukungan dari rumah sakit terhadap pelaksanaan terapeutik
juga sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Ball, Bindler dan Cowen. (2010). Child Health Nursing: Partnering With
Children and Families. Second Edition. Pearson: London.
Chen, H.J., Hsu, Y.C., Hu, Y.F., & Chung, Y.Y. (2014). Therapeutic play
Promoting Children Health Management Preschool Children Aerosol Therapy
Completion Rates. International Journal of Research in Management
&Business Studies 1 (1), 88-92. Retrieved from http://ijrmbs.com/
Hart, Robyn,. Mather, P. L., Slack, J.F., & Powell, M. A. (1992). Therapeutic play
activities for hospitalized children. St. Louis : Mosby, Inc.
James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W. (2011). Nursing care of children :
Principles & practice (4th ed.). St. Louis : Saunders.
Kiche, M T., & Almeida, Fabiane D. A. (2009). Therapeutic toy : strategy for pain
management and tension relief during dressing change in children. Acta Paul
Enferm; 22(2)125-30.
The Association for play therapy. (2001). Play therapy makes a difference. Article.
Retrieved from http://www.a4pt.org/?page=WhyPlayTherapy
Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2002).
Buku ajar keperawatan pediatrik (edisi 5). Jakarta : EGC.
26