yang ditunjukkan baik secara verbal, fisik, ataupun keduanya kepada suatu objek,
orang atau diri sendiri yang mengarah pada potensial untuk destruktif atau secara
aktif menyebabkan kesakitan, bahaya dan penderitaan (Wahyuningsih, Keliat, &
Hastono, 2011).
1. Faktor internal seperti frustasi, gangguan pengamatan dan tanggapan dari dalam
diri sendiri, gangguan berfikir dan intelegensi serta gangguan
perasaan/emosional.
2. Faktor eksternal seperti factor keluarga, factor sekolah dan factor lingkungan
(Kartono, 2011)
Perilaku kekerasan yang dialami oleh Tn. S pada usia 8 tahun dimungkinkan
menjadi factor pemicu terjadinya perilaku kekerasan yang di alami Tn. S. Menurut
hasil penelitian Dewi (2016) hukuman fisik yang diterapkan oleh orang tua dan guru
pada anak usia sekolah memungkinkan menjadi pemicu kekerasan fisik yang
dilakukan anak pada kelompok teman sebayanya. Pola pengasuhan otoriter juga
memiliki komunikasi verbal yang buruk antara anak dan orang tua, sehingga
seringkali anak tidak dapat menyampaikan keinginannya secara langsung pada orang
tua.
Dewi, Afri Kristiana. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah Di Dusun Kwarasan Gamping
Yogyakarta.
Wahyuningsih, D., Keliat, B. A., & Hastono, S. P. (2011). Penurunan perilaku kekerasan
pada klien skizofrenia dengan Assertiveness Training (AT). Jurnal
Keperawatan Indonesia, 14(1), 51–56. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id
Setiawan, Heri., Keliat, Budi Anna & Wardani, Ice Yulia. (2015). Tanda Gejala
Dan Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan Dengan Terapi
Musik Dan Ratinal Emotive Cognitif Behaviour Therapy. Jurnal
Ners. Volume 10 Nomor 2 Halaman 233-241.