Anda di halaman 1dari 8

1. Promosi Kesehatan diselenggarakan dalam rangka desentralisasi ke arah otonomi daerah


bidang Kesehatan  Indonesia sehat
Disebutkan dalam UU No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah.
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada
pemerintah daerah otonom dalam kerangka NKRI. Dengan adanya desentralisasi
diharapkan adanya peningkatan derajad kesehatan masyarakat optimal berupa keadaan
sehat dan produktif. Sehingga untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2015 menurut UU
No.36 tahun 1999 tentang Kesehatan diharapkan lebih mudah mencapai visi tersebut.
2. Promosi Kesehatan tidak berdiri sendiri  terpadu dengan program kesehatan sejak dari
garis depan, kabupaten/kota, provinsi hingga nasional  Tecermin dalam koordinasi
penyusunan anggaran
Dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan Pemerintah daerah mengajukan
Rencana Tindakan, Strategi Pelaksanaan beserta Rancangan Anggaran kepada
Pemerintah Pusat yang selanjutnya dana tersebut digunakan untuk merealisasikan
program yang telah tersusun dalam bidang kesehatan terutama upaya pengikatan
kesehatan dengan promosi kesehatan.
3. Promosi Kesehatan harus berlandaskan paradigma sehat
Paradigma Sehat merupakan cara pandang atau pola pikir atau model pembangunan
yang bersifat holistik. Melihat masalah kesehatan yang bersifat lintas sektor dalam
penyelesaian masalah tidak hanya berfokus pada penyembuhan atau pemulihan kesehatan
tetapi diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
4. Promosi Kesehatan harus didukung oleh kebijakan dan perundang-undangan,
keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, JPKM, subsidi, dll
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Promosi Kesehatan di Puskesmas
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 4 tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
c. Kepmenkes No.128/MENKES/SK/II/2004 menyatakan bahwa Puskesmas adalah
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Sebagai UPT dari dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional dinas kesehatan
kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan adalah
penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia, untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu (1) upaya kesehatan wajib dan (2) upaya
kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global, serta mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas. Upaya kesehatan wajib
tersebut adalah: (1) Promosi Kesehatan, (2) Kesehatan Lingkungan, (3) Kesehatan
Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, (4) Perbaikan Gizi Masyarakat, (5)
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan (6) Pengobatan. Upaya
kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas.
5. Strategi dasar: Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan, yang harus
mengandung kemitraan
Kemitraan merupakan upaya yang melibatkan berbagai sektor dalam mencapai
tujuan bersama dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan kemitraan tersebut
digunakan strategi dasar Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan.
6. Dinas kesehatan kabupaten/kota: koordinasi, tingkatkan dan bina pemberdayaan
masyarakat oleh puskesmas, rumah sakit, sarana kesehatan lain; bina suasana dan
advokasi tingkat kabupaten/kota
Program kegiatan yang dilaksanakan pemerintah kabupaten/kota berdasarkan
program yang dirancang pemerintah provinsi.
7. Dinas kesehatan provinsi: koordinasi, kembangkan dan fasilitas promosi kesehatan
kab/kota; memperkuat pemberdayaan masyarakat oleh kabupaten/Kota; bina suasana dan
advokasi tingkat provinsi.
Pemerintah membuat program kegiatan sesuai masalah kesehatan yang ada di dinas
kesehatan provinsi.
8. Pusat promosi kesehatan: kembangkan kebijakan nasional, pedoman dan Standar;
fasilitasi dan koordinasi promosi kesehatan daerah; bina Suasana dan advokasi tingkat
nasional
Promosi kesehatan di daerah dikembangkan dari kebijakan nasional dan pedoman
standar promosi kesehatan yang didukung adanya fasilitas dan koordinasi promosi
kesehatan dari pemerintah pusat dan daerah dengan adanya bina suasana dan advokasi.
Kebijakan yang mengatur tentang promosi kesehatan adalah Permenkes dan
Kepmenkes.
9. Kemitraan adalah dalam rangka Good Governance
Dalam melaksanaan program promosi kesehatan diperlukan kerjasama lintas
sektoral baik dari pemerintah, swasta, masyarakat dan LSM.
10. Promosi Kesehatan harus berdasar fakta  pendayagunaan data dalam Perencanaan dan
desain
Pada pelaksanaan promosi kesehatan yang lebih mengetahui tentang kebutuhan
kesehatan di berbagai tatanan layanan kesehatan adalah pemerintah daerah sehingga
diperlukan langkah otonomi / desentralisasi terkait pelaksanaan promosi kesehatan.
11. Profil promosi kesehatan  sarana penyedia data dan benchmarking
Untuk melaksanakan promosi kesehatan perawat bekerjasama dengan lintas sektor
antara lain Puskesmas, dinas kesehatan sehingga promosi kesehatan yang dilakukan
sesuai dengan masalah kesehatan yang muncul atau sesuai sasaran.
12. Peningkatan kemampuan promosi kesehatan dilakukan secara bertahap
Upaya promosi kesehatan yang dilakukan juga mengupayakan pemberdayaan
masayarakat setempat. Namun, upaya perberdayaan ini harus melalui tahapan yang
harus dilalui, dimulai dari upaya mengenalkan apa yang jadi masalah terkait kesehatan,
menumbuhkan keinginan masyarakat untuk mau mengikuti promosi kesehatan dan pada
akhirnya masayarakat dapat melaksanakan upaya promosi kesehatan secara mandiri
untuk kesehatan.
13. Peningkatan Promosi Kesehatan: kembangkan sumber daya dan infrastruktur (utamanya
SDM)  tenaga ujung tombak harus Ditingkatkan jumlah dan mutunya
Dalam meningkatkan pengembangan promosi kesehatan di bidang keperawatan
dibutuhkan sumber daya manusia yang seimbang antara kualitas dan kuantitas sehingga
diharapkan institusi pendidikan dalam mencetak generasi perawat yang berdaya saing
dan penyusunan jenjang karir jelas yang memicu perawat untuk meningkatkan kualitas
pribadi.
14. Pengembangan Sumber Daya Manusia promosi kesehatan  profesionalisme dan
kesejahteraan
Dalam mengembangkan promosi kesehatan dibutuhkan sumber daya manusia
(perawat) yang berkompeten dalam bidang promosi kesehatan, untuk itu dilakukan
pendidikan dan pelatihan. Melalui pendidikan dan pelatihan akan didapat perawat yang
mempunyai kompetensi dan profesionalisme yang tinggi. Kompetensi dan
profesionalisme yang perawat miliki akan menujang jenjang karir yang jelas, pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan perawat yang bersangkutan.
15. Pengorganisasian Promosi Kesehatan harus memadai
Kegiatan promosi kesehatan perlu dikelola dengan baik oleh penyedia layanan
promosi kesehatan. Dalam pengelolaannya diperlukan kerjasama atau kemitraan dari
berbagai lintas sektoral.
 Strategi Dasar Promosi Kesehatan
Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO (1984) dalam Maulana (2009), yakni
advokasi, dukungan social, dan pemberdayaan. Sedangkan pada Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan adalah
1) Pemberdayaan, 2) Bina Suasana, 3) Advokasi, serta dijiwai semangat, 4) Kemitraan.
Berdasarkan strategi dasar di atas maka strategi promosi kesehatan Puskesmas juga dapat
mengacu strategi dasar tersebut dan dapat dikembangkan sesuai sasaran, kondisi Puskesmas,
dan tujuan dari promosi tersebut.
 Advokasi (Advocacy)
Upaya pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan supaya dapat
memberikan dukungan, kemudahan dan semabcamnya dalam upaya pembangunan
kesehatan.
 Dukungan sosial (Social Support) / Bina Suasana
Upaya membuat suasana yang kondusif atau menunjang pembangunan kesehatan
sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
 Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)
Upaya memandirikan individu, kelompok, dan masyarakat agar berkembang
kesadaran, kemauan dan kemampuan di bidang kesehatan atau agar secara proaktif,
masyarakat mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat.
 Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi prinsip – prinsip kemitraan harus
ditegakkan. Ada tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan dipraktikkan
yakni :
1. Kesetaraan.
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang bersifat hierarki (atas
– bawah) yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.
2. Keterbukaan.
Dalam setiap langkah menjalin kerja sama, diperlukan adanya kejujuran dari
masing – masing pihak.
3. Saling Menguntungkan
Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan disemua pihak
(win – win solution). Demikian juga dalam hubungan antara Puskesmas dengan pihak
donator.
 Promosi Kesehatan di Laboratorium Kesehatan
Dilaboratorium, selain dapat di jumpai pasien (orang sakit), juga klien (orang sehat), dan para
pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah pentingnya melakukan
pemeriksaan laboratorium, yaitu :
1. Bagi Pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter.
2. Bagi klien atau mereka yang sehat lainnya adalah untuk memantau kondisi kesehatan, agar
dapat diupayakan untuk tetap sehat.
Pada umumnya pasien, klien, atau pengantarnya tidak tinggal terlalu lama di laboratorium.
Oleh karena itu, di kawasan ini sebaiknya dilakukan promosi kesehatan dengan media swalayan
(self service) seperti poster –poster yang ditempel di dinding atau penyediaan leaflet yang dapat
diambil gratis.

 Potensi Promosi Kesehatan di Laboratorium Kesehatan


Sebagian laboratorium sekarang ini selain menyediakan jasa pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat, juga menyediakan jasa pelayanan kesehatan terhadap perusahaan, instansi atau
institusi. Hal ini membuat jangkauan kerja laboratorium itu sendiri lebih luas. Luasnya jaringan
ini merupakan potensi bagi promosi kesehatan untuk membuat suatu program upaya perubahan
atau perbaikan perilaku lebih banyak sasarannya.

 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan di Laboratorium Klinik


Secara prinsipil, sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat. Masyarakat dapat dilihat
dalam konteks komunitas, keluarga maupun individu. Sasaran promosi kesehatan juga dapat
dikelompokkan menurut ruang lingkupnya, yakni tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan
tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum, dan institusi pelayanan kesehatan.

Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh labortorium klinik dimana ruang lingkup kerjanya
yang luas, maka saya mengambil ruang lingkup tatanan tempat kerja dan tatanan rumah tangga.
Hal ini disadari bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu aset yang berharga bagi
perusahaan. Jenis pekerjaan dan lingkungan kerja yang beragam, bahaya kimia, fisika ataupun
biologis yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan kerja
pekerja yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produktifitas pekerja di tempat kerjanya itu
sendiri. Maka diperlukan strategi promosi kesehatan melalui laboratorium klinik yang telah
mengadakan kerjasama terhadap institusi tersebut selain melalui layanan pemeriksaan kesehatan
kerja yang berprinsip pada Occupational Health. Dan untuk ruang lingkup rumah tangga, karena
sumber daya manusia yang bekerja itu sendiri juga mempunyai sebuah keluarga yang juga secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi SDM itu sendiri jika terjadi masalah
kesehatan.

Program-Program:

1. Medical check up pra-karyawan dan karyawan

Masalah kesehatan kerja tak hanya bisa diselesaikan melalui medical check up yang
bertujuan sebagai deteksi dini gangguan kesehatan, tapi juga perlu upaya pencegahan,
pengobatan dan rehabilitasi, termasuk program return to work.

2. Premarital check up

Premarital check up adalah pemeriksaan kesehatan kepada pasangan yang


akan menikah. Jadi sebelum menikah, pasangan tersebut diharapkan melakukan
medical check up setidaknya 6 bulan sebelum melangsungkan pernikahan. Hal ini
dikarenakan supaya jika terjadi masalah kesehatan terhadap salah satu atau kedua
pasangan, masih ada waktu cukup untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami
pasien tersebut. Program ini perlu disosialisasikan karena banyaknya masyarakat
yang masih belum menyadari betapa pentingnya premarital check up ini. Program ini
bisa mencegah terjadinya bayi lahir cacat akibat masalah-masalah kesehatan yang
dialami orang tua saat mengandung. Selain itu masih banyak keuntungan lainnya
seperti mendeteksi gangguan reproduksi sejak dini seperti gonorhoe, kanker serviks,
serta diketahuinya penyakit-penyakit genetic yang berpotensi bahaya bagi janin
seperti thalasemia, hemophilia dan sebagainya.

Sasaran : manusia terdidik seperti mahasiswa yg pokok usia –usia


matang atau bisa juga karyawan - karyawan baru yg belum berkeluarga. Dengan
diadakannya acara seminar kampus atau seminar umum.

Anda mungkin juga menyukai