Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PPERKULIAHAN

1. Program Studi : D III Kebidanan


2. Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
3. Kode Mata Kuliah : BD. 302
4. Penempatan : Semester III
5. Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
6. Pertemuan Ke : II
7. Alokasi Waktu : 4 x 50 menit
8. Pengajar : Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini, M.Keb.
9. Kompetensi dasar
Mahasiswa mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
10. Indikator Pencapaian
Mahasiswa mampu mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
11. Metode pembelajaran : mini lecture, discuss learning, small disccuss group
12. Evaluasi : Lisan
13. Sumber :
1. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003 Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
2. Kusnwanti I. Dan Melina F., 2013. Askeb II Persalinan. Pustaka Belajar: Yogyakarta
3. Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
4. Depkes, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
5. Depkes, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI, Jakarta
6. Ilmu Kandungan dan Kebidanan, Sarwono Prawiroharjo, 2008
7. Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
8. Saefudin Abdul Bari, 2003, Buku Acuan Nasional, Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo : Jakarta
9. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers,
Sudbury: England
10. 10. Wiknjosastro, 2006, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo :
Jakarta
Tahap – Kegiatan Pembelajaran Media dan Alokasi
Tahap Alat Waktu
Kegiatan Pembelajara
n
Pendahuluan 1. Membuka pembelajaran : 1. Alat : 10 menit
a. Mengucapkan salam kepada mahasiswa a. Laptop
sesuai dengan waktu (selamat pagi, siang). b. LCD
b. Melakukan absensi dengan melihat daftar c. Spidol
hadir yang sudah ditandatangani d. Penghapus
c. Mengecek kesiapan mahasiswa dalam e. Whait board
mengikuti perkuliahan
2. Menyampaikan kegiatan pembelajaran:
Kontrak waktu pembelajaran bahwa 2. Media :
perkuliahan akan berlangsung selama 3x50 a. Power point
b. Layar
menit

3. Apersepsi
a. Menyampaikan bahwa materi kuliah yang
akan dibahas hari ini konsep dasar asuhan
persalinan
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
meliputi :
1) Mahasiswa mampu memahami faktor-
faktor yang mempengaruhi persalinan
Penyajian 1. Dosen membahi kelas menjadi 5 kelompok 1. Alat : 175
dimana masing2 membahas keseluruhan a. Laptop menit
materi terkait konsep dasar asuhan b. LCD
persalinan yaitu: c. Spidol
- Power d. Penghapus
- Passage e. Whait bord
- Passanger
- Psikologi
- Penolong 2. Media :
2. Memberikan waktu 100 menit untuk a. Power point
mencari materi dan berdiskusi terkait materi b. Layar
yang diberikan, pengajar, mengawasi c. Hand out
jalannya diskusi pada kelompok kecil dan
membimbing jika ada yang bertanya
3. Masing-masing perwakilan kelompok
mengambil undian untuk menjelaskan sub
materi yang akan di presentasikan.
4. Setiap kelompok menjelaskan materi yang
mereka peroleh yang selanjutnya
ditanyakan, disanggah, dan dilengkapi oleh
kelompok yang lainnya.
5. Pengajar melakukan klarifikasi jika terdapat
kesalahan dari presentasi setiap kelompok
dan mencoba menyimpulkan setiap sub
materi yang dibahas
Penutup 1. Meminta mahasiswa untuk merangkum 1. Metode 15 menit
materi secara keseluruhan dan dosen a. Ceramah
menyempurnakan kesimpulan mahasiswa. b. Tanya
2. Menyampaikan pujian kepada mahasiswa jawab
bahwa telah mengikuti pelajaran dengan
antusias dan menyarankan mereka untuk
terus menggali pengetahuan baru dengan 2. Alat :
membaca sumber terbaru. a. Laptop
3. Memberikan sedikit evaluasi dengan b. LCD
memberikan pertanyaan lisan terkait materi c. Pointer
yang dibahas
4. Menanyakan bagaimana proses belajar
3. Media :
mengajar yang disampaikan oleh dosen.
a. Power point
5. Menyampaikan materi yang akan
b. Layar
disampaikan pada pertemuan mendatang.
c. Hand out
6. Mengucapkan salam dan terima kasih serta
mohon maaf apabila ada kata-kata yang
tidak berkenan
Mangupura, September 2014
Dosen pengajar

Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini, M.Keb.


HANDOUT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir


Bobot : 5 SKS (Teori: 3; Praktik Lab:2)
Penempatan : Semester III
SUB Topik : a. Power
b. Passage
c. Pessanger
d. Psikologi
e. Penolong
Dosen : Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini, M.Keb.
Waktu : 4 x 50 menit

A. KOMPETENSI DASAR
- Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh passage terhadap persalinan
- Mahasiswa mampu memaparkan pengaruh power terhadap persalinan
- Merinci pengaruh passenger terhadap persalinan
- Mahasiswa mampu memaparkan pengaruh psikologi terhadap persalinan
- Mahasiswa mampu memaparkan pengaruh penolong terhadap persalinan

B. REFERENSI
1. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 2003 Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
2. Kusnwanti I. Dan Melina F., 2013. Askeb II Persalinan. Pustaka Belajar: Yogyakarta
3. Depkes, RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
4. Depkes, 2002, Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
5. Depkes, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI, Jakarta
6. Ilmu Kandungan dan Kebidanan, Sarwono Prawiroharjo, 2008
7. Prawirohardjo Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
8. Saefudin Abdul Bari, 2003, Buku Acuan Nasional, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo :
Jakarta
9. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury:
England
10. 10. Wiknjosastro, 2006, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta
C. PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian perubahan
yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini di
definisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau keduanya, akibat
kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung
sampai 60 detik.
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan
campur tangan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan
saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar
kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”
Seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan
sehingga diharapkan dalam membarikan asuhan kebidanan pada proses persalinan dapat
memperhatikan faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu dalam Hand Out ini akan dibahas
topik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage,
passanger, psykologis, penolong.

D. URAIAN MATERI
Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah power, passage, pasaanger, psikologi dan
penolong. Pada materi ini akan dibahas satu-persatu :
A. PASSAGE
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:
a. Bagian keras :Tulang-tulang panggul (Rangka panggul).
b. Bagian lunak : Otot-otot, jaringan-jaring an dan ligament-ligamen.

1. Rangka Panggul / Ukuran Panggul

1.1. Tulang panggul


a. 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium, os ischium dan os pubis.
b. 1 tulang kelangkang (os sacrum).
c. 1 tulang tungging (os cocygis).

1.2 Bidang Panggul


Adapun 3 bagian bidang panggul yang berkaitan dengan persalinan :
a. Pintu Atas Panggul (PAP)
Berbatasan dengan :
 Promontorium
 2 sayap os sakrum
 Linea terminalis kiri dan kanan
 Penggir atas simpisis pubis
b. Pintu Tengah Panggul (PTP)
Berbatasan denagn :
 2 – 3 cm os sakrum
 Spina ischiadika kiri dan kanan
 Tepi bawah simpisis pubis
c. Pintu Bawah Panggul (PBP)
Berbatasan dengan 2 segitiga :
Segitiga pertama :
 Tepi bawah simpisis pubis
 Tuberosis ischiadikum kiri dan kanan
Segitiga kedua :
 Ujung os koksigis (os cocygis)
 Tuberosis ischiadikum kiri dan kanan

1.3 Sumbu Panggul


Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul
yang melengkung ke depan (sumbu Carus)
Bidang-bidang :
1. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium
2. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
3. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis

1.4 Ukuran-ukuran panggul


1. Alat pengukur ukuran panggul :
- pita meter
- jangka panggul : Martin, Oseander, Collin dan Baudeloque
- pelvimetri klinis dengan periksa dalam
- pelvimetri rontenologis dibuat oleh ahli radiology dan hasilnya diinterpretasikan oleh ahli
kebidanan
2. Ukuran-ukuran panggul luar
DS : Distansia Spinarum, yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior superior (24-26 cm)
DC : Distansia Cristarum, yaitu jarak antara kedua crista iliaka kanan dan kiri (28-30 cm)
CE : Conjugata Eksterna (Boudeloque) 18-20 cm.
CD : Conjugata Diagonalis, dengan periksa dalam 12,5 cm)
DT : Distansia Tuberum, dengan menggunakan jangka Oseander (10,5 cm).
3. Ukuran-ukuran panggul dalam
a. Pintu atas panggul : Merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, line
inominata dan pinggir atas simfisis pubis.
• Conjugata Vera : panjang jarak dr pinggir atas simpisis ke promontorum 11 cm (12,5-
1,5cm)
• Conjugata diagonalis: jarak dari bag bawah simpisis sampai ke promontorium
(12,5cm)
• Conjugata Transversa: jarak jauh garis melintang pd PAP (12-13 cm)
• Conjugata oblique: 13 cm
b. Pintu tengah panggul
- Bidang terluas : pertengahan simpisis, pertengahan Acetabulum dan pertemuan ruas
sakral II dan III. Ukurannya antero posterior 12,75, ukuran melintang 12,5 cm
- Bidang sempit : setinggi pinggir bawah symphysis kedua spina ischiadica dan
memotong sakrum 1-2 cm diatas ujung sacrum.
- Ukuran anter posterior 11,5 cm dan melintang 10 cm. Diameter sagitalis antara sacrum
ke pertengahan antara sina isciadika 5 cm
c. Pintu bawah panggul
Terdiri dari 2 segitiga dasar yang sama. Ialah garis yang menghubungkan kedua tuber
ischiadicum keri dan kanan. Puncak dari segitiga yang belakang adalah ujung os casrum,
sisinya ligamentum sakro tuberosum kiri kanan.
Segitiga depan dibatasi oleh arkus pubis.
- dari inggir bawah symphysis ke ujung sacrum (Ukuran antero-posterior 11,5cm)
- antara tuber isciadika kiri dan kanan sebelah dalam (Ukuran melintang 10,5 cm)
- ukuran Sagitalis posterior dari ujung sakrum ke pertengahan ukuran melintang (7,5 cm)
- Arcus pubis membentuk sudut 90 derajat lebih
4. Inklinasi pelvis (miring panggul) :
Sudut antara PAP dengan bidang sejajar tanah pd wanita yg berdiri 55 derajat

5. Jenis panggul (menurut Caldwell & Moloy, 1933). Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk PAP,
ada 4 bentuk dasar panggul:

a. Ginekoid : paling ideal, bulat 45%


b. Android : panggul pria, segitiga 15%
c. Antropoid : agak lonjong seperti telur 35%
d. Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang 5%
Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi dari keempat
bentuk klasik tersebut, misalnya:
- Jenis gineko-android
- Jenis gineko-antropoid
- Dan kombinasi-kombinasi lainnya (ada 14 jenis)

2. Jalan Lahir Lunak / Otot – Otot Dasar Panggul

Disamping uterus, dan vagina, otot-otot, jaringan ikat, dan ligamen-ligamen berfungsi
menyokong alat-alat orogenetalis perlu diketahui karena semuanya mempengaruhi jalan lahir,
dan lahirnya kepala atau bokong pada partus.
Otot-otot yang menahan dasar panggul dibagian luar adalah muskulus ssfingter ani
eksternus, muskulus bulboukavernosus yang melingkari vagina, dam muskulus perinei
transfersus superfisialis.
Dibagian tengah ditemukan otot-otot melingkari uretra (M. Sfingter uretrae), otot-otot
yang melingkari vagina bagian tengah dan anus, antara lain muskulus iliokoksigeus,
muskulus iskoksigeus, muskulus perinei transversus profunda dan M. Koksigeus. Lebih
kedalam lagi ditemukan otot-otot dalam yang paling kuat disebut diagfragma pelvis, terutama
muskulus levator ani yang berfungsi menahan dasar panggul. Ia menutupi hampir seluruh
bagian belakang pintu bawah panggul. Letak M. Levator ini adalah sedemikian rupa, shg
bagian depan muskulus berbentuk segitiga disebut trigonum urogenetalis (hiatus genetalis).
Didalam trigonum ini berada uretra, vagina dan rektum.
Didalam diagfragma pelvis berjalan nervus pudendus yang masuk rongga panggul
melalui kanalis alcock, terletak antara spina ischiadika dan tuber ischii. Pada persalinan
sering dilakukan pudendus block anaesthesia, sehingga rasa sakit dapat dihilangkan pada
ekstrasi cunam, ekstrasi vakum, penjahitan ruptura perinei da sebagainya.
Arteri dan vena yang berjalan dalam rongga panggul adalah cabang bawah dari arteria
dan vena uterina serta cabang-cabang arteria dan vena hemorroidalis superior.
B. POWER
Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar
dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari
ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.

1. HIS (kontraksi uterus)


HIS ialah kontraksi otot – otot rahim pada persalinan. His yang sempurna bila terdapat :
- Kontraksi yang simetris
- Kontraksi yang paling kuat atau adanya dominasi difundus uteri, ddan
- Sesudah itu terjaddi relaksasi
Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut di mana tuba masuk ke
dalam dinding uterus yang disebut sebagai pace maker tempat gelombang his berasal.
Gelombang bergerak ke dalam dan kebwah dengan kecepatan 2 cm tiap detik sampai ke
seluruh uterus.
His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak
kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah setiap His, otot – otot korpus
uteri menjadi lebih pendek dari pada sebbelumnya yang disebut sebagai retraksi. Oleh
karea servik kurang mengandung otot, servik tertarik dan terbuka ( penipiisan dan
pembukaan ), lebih – lebih jika ada tekanan oleh bagian janin yang keras, umpanya
kepala.
Aktivitas miometrium dimulai saat kehamilan. Pada seluruh trimester kehamilan
dapat dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitude 5 mmHg yang tidak teratur. His
sesudah kehamilan 30 minggu aktivitas uterus lebih meningkat lagi sampai persalinan
mulai. Jika persalinan mulai, yakni pada permulaan kala 1, frekuensi dan amplitude his
meningkat.
Amplitudo uterus meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir kala 1 dan frekuensi
his menjadi 2 sampai 4 kontraksi tiap 10 menit. Juga durasi his meningkat dari hanya 20
detik pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada akhir kala 1 atau pada permulaan
kalla 2. His yang sempurna dan efektif bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi,
sehingga gelombang kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai
amplitude 40 – 60 mmHg yang berdurasi 60 – 90 detik dengan jangka waktu antara
kontraksi 2 – 4 menit, dan pada relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg. Jika
frekuensi dan amplitudo his lebih tinggi, maka dapat mengurangi pertukaran O2.
Terjadilah Hipoksia janin dan gawat janin yang secara klinik dapat ditentukan dengan
antara lain menghitung DJJ ataupun dengan pemeriksaan kardiotografi.
His menyebabkan penipisan dan pembukaan selain tekanan air ketuban pada
permulaan kala 1 dan selanjutnya oleh kepala jann yang makin masuk ke rongga panggul
dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks hingga pembukaan
menjadi lengkap. ( ILMU KEBIDANAN SARWONO PRAWIHARDJO HAL 288 – 290
EDISI KE-4 )
Pada bulan terkhir dari kehamilan sebelum persalinan dimulai,sudah ada kontraksi
rahim yang his pendahuluan atau his palsu,yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari pada kontraksi dari Brakxton Hicks.
a. His Pendahuluan
His pendahuluan ini tidak teratur dan menyebabkan nyeri diperut bagian bawah dan
lipat paha tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang keperut keperut bagian
bawah seperti his persalianan.
His pendahuluan tiadak bertambah kuat dengan majunya waktu bertentangan his
persalianan yang makin lama makin kuat.yang paling penting ialah bahwa his
pendahuluan tidak mempunyau pengaruh pada servik.

b. His Persalinan
Walaupun his itu suatu kontraksi dari oto –otot rahim yang fisiologis akan tetapi
bertentangan dengan kontraksi fisoiologia lainya,bersifat nyeri.
Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot –otot waktu kontraksi,tekanan
pada ganglia dalam servix dan segmen bawah rahim oleh serabut-serabut otot yang
berkontraksi,rengangan dan tarikan pada peritonium waktu kontaraksi.
Perasaan nyeri tergantung pada ambang neyeri dari penderita yang ditentukan oleh
keadaan jiwanya.kontraksi kemauaan ,walaupun begitu dapat dipengaruhi dari luar
misalnya ransangan oleh jari-jari tangan dapat menimbulkan kontaksi.
Seperti kontraksi jantung pada his juga ada “ pacemakers “ yang memulai kontraksi
dan mengontrol frekwensinya.
Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah ;
 Lamanyan kontaksi : kontraksi yang berlansung 45 detik sampai 75 detik
 Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan antaruterin sampai 35 mm
hg.kekuatan kontaraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat
menekan dinding rahim kedalam.
 Interval antara dua kontaraksi :
Pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit,pada kala pengeluran
sekali dalam 2 menit.

Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :


 His pembukaan ialah :
His yang menimbulkan pembukaan dari servik
 His pengeluaran ialah :
His yang mendorong anak keluar,his pengeluaran biasanya disertai dengan keinginan
mengejan.
 His pelepasan uri yang melepaskan usri,
( OBSTERI FISIOLOGI EDISI -1983,HAL 224-226 )
Tiap his dimulai sebagai gelombang
Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sidut dimana tuba masuk kedalan
dinding uterus. Ditempat tersebut ada suatu pace maker dari mana gelombag his
berasal,gelombang bergerak kedalam dan kebawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik
mengikut sertakan seluruh uterus,his yang paling sempurna mempunyai kejang otot
paling tinggi difundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal,dan puncak kontaraksi
terjadi silmultan diseluruh bagian uterus.sesudah tiap his,otot-otot korpus uteri menjadi
lebih pendek dari pada sebelumnya dalam bahasa obstetri disebut otot-otot uterus
mengadakan retraksi oleh karena servik kurang mengandung otot-otot maka servik
tertarik dan dibuka,lebih-lebig jika ada tekanan oleh bagian besar yang keras,umpamanya
kepala yang meransang pleksus saraf setempat .ibu merasakan his kadang-kadamg
mengangu hal ini disebabkan oleh refleks yang mengeluarkan oksitosin.(YAYASAN
BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO JAKARTA,2007 ).

Sifat his yang normal adalah sebagai berikut :


 Kontraksi otot rahim dimulai dari salah satu tanduk jalan rahim atau cornu
 Fundal dominan,yaitu kekutan yang paling tinggi fundus uteri
 Kekutannya seperti gerakan gerakan memeras isi rahim
 Otot rahim yang berkontarksi tidak kembali panjang semula,sehingga terjadi retraksi
dan pembentukan segmen bawah rahim.
 Pada setiap his terjadi perubahan pada serviks yaitu menipis dan membuka.
Hal-hal yang harus diobservasi pada his persalinan sebagai berikut :
 Frekwensi adalah jjumlah his dalam waktu terteentu ,biasanya per 10 menit
 Amplitudo atau intensitas adalah kekutan his diukur dalam mm hg,dalam pratiknya
kekutan his hanya dapat diraba secara palpasi.kekutan kontarksi menimbulkan naiknya
tekanan intrauteri sampai 35 mm hg.
 Aktivvitas his adalah hasil hasil perkalian dengan amplitudo,diukur dengan unit
montevidio.contoh : frekwensi suatu his 3,terjadi per 10 menit,dan amplitudo 50 mm
hg,maka aktivitas rahim = 3x50=150 unit montevideo.
 Durasi his adalah lamanya seetiap his berlansung diukur dengan detik.misalnya :
selama 40 detik
 Datangnya his terjadi serinng,teratur,atau tidak
 Interval antara 2 kontarksi adalah massa relaksasi pada permulaan persalinan timbul
sekali dalam 10 menit,pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
(ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA PERSALINAN/ROHANI,RENI
SASWITA,DAN MARISAH-JAKARTA : SALEMBA MEDIKA,2011.HL 16-18)

Perubahan-perubahan akibat his:


- Pada uterus dan serviks : Uterus teraba keras / padat karena kontraksi.
Serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul his maka terjadi
pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.
- Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula kenaikan
nadi dan tekanan darah.
- Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero – plasenter kurang sehingga timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena adanya
iskemia fisiologis. Kalau betul-betul terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada
kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 160
permenit dan tidak teratur.

2. Tenaga mengejan
a. Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak
keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.
b. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat
lagi.
c. Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu
menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya
kebawah.
d. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling
efektif sewaktu ada his.
e. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh
otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps
f. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.

C. PASSANGER
1. Janin
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar
kepala janin dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala janin banyak mengalami cidera
pada saat persalinan sehingga dapat membahayakan kehidupan janin. Pada persalinan, karena
tulang-tulang masih dibatasi fontanela dan sutura yang belum keras, maka pinggir tulang dapt
menyisip antara tulang satu dengan yang lain (molase), sehingga kepala janin bertambah
kecil. biasanya jika kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian lain janin akan dengan
mudah menyusul.
a. Kepala janin dan ukurannya
Ukuran dan sifat kepala janin relatif kaku sehingga sangan memengaruhi proses
persalinan. Tengkorak janin berdiri atas 2 tulang parietal, 2 tulang temporalis, 1 tulang frontal
dan 1 bidang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa.
Saat persalinan dan setelah selaput ketuban pecah, fontanel dan sutura dipalpasi untuk
menentukan presentasi, posisi dan sikap janin. Sutura dan fontanel menjadi tengkorak bersifat
fleksibel, sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap otak bayi. Kemampuan tulang untuk
saling menggeser memungkinkan kepala beradaptasi derhadap berbagai diameter panggul
ibu.
Tulang Tengkorak ( Cranium )
a) Bagian muka dan tulang-tulang dasar tengkorak
b) Bagian tengkorak :
 Os Frontalis
 Os Parientalis
 Os Temporalis
 Os Occipitalis
c) Sutura

 Sutura Frontalis
 Sutura Sagitalis
 Sutura Koronaria
 Sutura Lamboidea
d) Ubun-ubun ( Fontanel )
 Fontanel mayor/bregma (ubun-ubun besar)
 Fontanel minor (ubun-ubun kecil)
2) Ukuran-ukuran kepala

 Diameter Occipito frontalis  12 cm


 Diameter Mento Occipitalis  13,5 cm
 Diameter Sub Occipito Bregmatika  9,5 cm
 Diameter Biparietalis  9,25 cm
 Diameter Ditemporalis  8 cm
3) Ukuran badan yang lain
 Jarak : 12 cm.
 Lingkaran : 34 cm.
b) Bokong
 Lebar bokong :  12 cm.
 Lingkar bokong :  27 cm.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi
sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, dan posisi janin.
1. Sikap (Habitus) :
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap
tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung,
dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
2. Letak (Situs):
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya Letak Lintang
dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin
sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.
3. Presentasi:
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang
dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala,
presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain.
a. Bagian terbawah janin:
Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.
b. Posisi janin
Untuk indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri,
depan atau belakang terhadap sumbu ibu (materal – pelvis). Misalnya pada letak belakang
kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.
2. Placenta.
Placenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang atau
pasenger yang menyertai janin namun placenta jarang menghambat pada persalinan normal.
Placenta normal beratnya kira-kira 500gr atau seperenam dari berat badan janin, diameternya
rata-rata 15-20 cm dengan tebal 2,5 cm.
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan berdiameter 15 sampai 20 cm
dan tebal lebih kurang 2,5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan
plasenta biasanya ditengah : keadaan ini di sebut insersio sentralis. Bila hubungan ini agak ke
pinggir disebut insersio lateralis dan apabila di pinggir plasenta disebut insersio marginalis.
Kadang-kadang tali pusat berada di luar plasenta dan hubungan dengan plasenta melalui
selaput janin, jika demikian disebut insersio velamentosa,umumnya plasenta terbentuk
lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh
kavum uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion tertakan kea rah korion,
namun amnion hanya menempel saja, tidak sampai melekat pada korion.
Letak plasenta umumnya didepan atau di belakang dinding uterus,agak ke atas kea rah
fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,
sehingga lebih banyak tempat unutk berimplantasi. Bila diteliti benar, maka plasenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi koriales yang berasal dari
korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada diruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di
desidua basalis. Pada systole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air
mancur kedalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-
kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan
dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desisua.
Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar
(sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat
pula suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller
di atas. Ruang ini disebut sinus marginalis.
Darah ibu yang mengalir diseluruh plasenta diperkirakan menaik dari 300ml tiap
menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.
Seluruh ruang interviller tanpa villi koriales mempunyai volume lebih kurang 150-250 ml.
permukaan semua villi koriales diperkirakan seluas lebih kurang 11 m2 . dengan demikian,
pertukaran zat-zat makanan terjamin benar.
Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung.
Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari villi tidak berubah, akan tetapi dari lapisan
sitotrofoblas sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel
;stroma jonjot-jonjot menjadi lebih padat, mengadung fagosit-fagosit, dan pembuluh-
pembuluh darahnya menjadi lebih besar dan lebih mendekati lapisan trofoblas. Pada
kehamilan 36 minggu sebagian besar sel-sel sitotrofoblas tak ada lagi, akan tetapi antara
sirkulasi pembuluh-pembuluh darah dan jonjot-jonjot dan pembentukan fibrin di permukaan
beberapa jonjot. Kedua hal trakjir ini mengakibatkan pertukaran zat-zat makanan, zat asam,
dan sebagainya antara ibu dan janin mulai terganggu.
Deposit fibrin ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan, sedangkan banyaknya juga
berbeda-beda. Jika banyak, maka deposit ini dapat menutup villi dan villi itu kehilangan
hubungan dengan darah ibu, lalu bergenerasi. Dengan demikian, timbullah infark. Disamping
itu, spiral arteries yang member darah ke ruang interviller dapat mengadakan spasme oleh
salah satu sebab, sehingga dapat mengalir perlahan-lahan, sehingga timbul pembekuan
setempat.
Dapat dimengerti bahwa villi disekitar tempat tersebut dapat mengalami proses
degenerasi dengan deposit fibrin dan klasifikasi. Timbul pulalah disini apa yang dinamakan
infark. Peredaran darah antara uterus dan plasenta dewasa ini dapat diukur secara dopper
ultrasound hingga dapat diperkirakan kemungkinan adanya kelainan pada janin dengan
mengukur flow velocity wafeforms (FVM) bentuk kecepatan gelombang sirkulasi darah.

Fungsi plasenta
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini
dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu kejanin,
dan pembuangan CO2serta sampah metabolism janin keperedaran darah ibu.
Dapat dikemukakan bahwa fungsi plasenta adalah :
- Sebagai alat yang member makanan pada janin (nutritif)
- Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolism (ekskresi)
- Sebagai alat yang member zat asam dan mengeluarkan CO2 (respirasi)
- Sebagai alat yang membentuk hormone
- Sebagai alat menyalurkanberbagai antibody ke janin
- Dan mungkin hal-hal yang belum diketahui.
Perlu dikemukakan bahwa plasenta dapat pula dilewati kuman-kuman dan obat-obat
tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu kejanin dan sebaliknya harus melewati
lapisan trofoblas plasenta. Cepatnya penyaluran zat-zat tersebut tergantung pada
konsentrasinya di kedua belah lapisan trofoblas, tebalnya lapisan trofoblas, besarnya
permukaan yang memisahkan dan jenis zat.
Difusi air melalui lapisan trofoblas sama dengan difusi lewat membrane sel di seluruh
tubuh. Halogen seperti bromide, fluorid, iodide, tidak seberapa cepat melintasi lapisan
trofoblas seperti gram kalsium. Dari alkali adalah natrium dan kalium yang mudah dan cepat
disalurkan. Lebih tua kehamilan dan lebih tipis lapisan trofoblas, lebih mudah natrium
melintasi lapisan trofoblas. Zat amino, urea, asam urat juga sebagai gas disalurkan dengan
cara di fusi dari yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi rendah. Jadi, jika di janin
terdapat urea dan asam urat yang berlebih, maka kelebihan itu dapat dengan mudah
disalurkan pada ibunya. Sebaliknya dapat terjaidi pula, zat-zat lain dalam konsentrasi yang
jauh lebih tinggi dalam plasma ibu disalurkan secara aktif dengan system enzim yang
kompleks. Sebagian besar zat-zat tersebut dipecah dahulu kedalam pecahan yang lebih
sedehana didalam peredaran ibu dan baru setelah di sinsitium dikembalikan kedalamkan
kedalam bentuk aslinya. Misalnya protein dipecah kedalam asam amino, lipid kedalam asetat,
hidrat arang kedalam glukosa, glikogen atau fruktosa, dan pecahan-pecahan sederhana ini
disalurkan secara aktif ke sinsitium, tempat mana zat-zat yang yang lebih kompleks dibentuk
kembali sebelum dimasukkan kedalam system kapiler janin di dalam jonjot. Hanya beberapa
protein disalurkan utuh ; akan tetapi penyalurannya amat lamban dan diperkirakan secara
pinositosis, umpannya imunoglobin G dan albumin. Terdapat pula mineral yang dikaitkan
pada system enzim yang mempunyai berat jenis atom rendah lebih mudah disalurkan dari
pada yang mempunyai berat jenis atom tinggi.
Vitamin-vitamin pun disederhanakan dan dikembalikan kedalam bentuk asalnya di
dalam trofoblas. Dalam hal ini vitamin yang larut dalam minyak lebih lamban melintasi
trofoblas dari pada vitamin yang dapat larut dalam air. Penyaluran dan pembentukan kembali
terjadi amat cepat dan diperkirakan dapat terjadi dalam 30 sampai 60 menit.
Obat pun disalurkan melintasi plasenta seperti bahan makanan. Kecepatan penyaluran
ini tergangtung dari mudah atau tidaknya obat tersebut disalurkan dan juga dari tebalnya
trofoblas. Seperti talah dikemukakan di depan, makin tua kehamlian makintipislah
trofoblasnya; jadi lebih cepatlah obat dapat melintasi plasenta.
Janin sendiri hanya mempunyai kemampuan terbatas untuk membentuk antibody.
Untung molekul antibody tertentu dari ibu dapat masuk ke janin, sehingga dapat melindungi
janin secara pasif. Umpamanya, jika ibu dapat vaksinasi cacar( variola), difteria,
poliomyelitis, atau jika ibu waktu hamil menderita sakit campak , dapat suntikan tetanus
toksoid dan sebagainya. Kekebalan yang diperoleh janin ini dapat berlangsung terus hingga
empat bulan setelah dilahirkan.
Plasenta adalah suatu barier (penghalang) terdapat bakteri dan virus, akan tetapi tidak
efektif dan dewasa ini diragukan sekali. Obat-obatan diberikan pada pada ibunya dalam
waktu singkat dapat ditemukan pada janinnya. Bakteri-bakteri dan virus-virus tertentu yang
beredar dalam darah ibu, dapat melewati plasenta dan menyebabkan kelainan pada janin.
Yang terkenal dalah pada penyakit rubella. Bila infeksi terjadi pada trimester pertama (12
minggu pertama kehamilan) maka ibu yang bersangkutan akan melahirkan bayi bercacat 15-
50%. Dalam hal ini terdapat perubahan-perubahan beraneka ragam pada plasenta, tetapi yang
pada umumnya berdasar pada tromboflebitis interviller dan radang periviller.
Plasenta adalah tempat pembuatan hormone-hormon, khususnya korionik
gonadotropin, korionik somato-mammotropin (placental lactogen), estrogen dan
progesterone. Korionik tirotropin dan relaksin pun dapat diisolasi dari jaringan plasenta.
Kemungkinan bahwa masih ada hormone-hormon lain dalam rangka fungsi plasenta,
khususnya dalam fundsi hormonal dalam kehamilan, masih harus diselidiki lebih halus.
Korionik gonadotropin adalah suatu gliko protein dengan kemampuan unutk
berkhasiat luteinizing, ineterstitial sell stimulating,dan luteotropic. Hormone tersebut
ditemukan di dalam darah dan air kencing wanita hamil. Di dalam plasenta hormone tersebut
ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi. Bukti bahwa hormone itu dibuat di plasenta adalah
karena jaringan plasenta yang biakkan ternyata menghasilkan hormone tersebut. Hormone
yang khas unutk kehamilan ini dibentuk oleh trofoblas, dengan lebih tuanya kehamilan,
trofoblas membentuk lebih banyak jonjot; dalam hubungan ini produksi dan ekskresi hCG
meningkat pula. Ini mencapai puncaknyaa pada kehamilan 60 hari untuk kemudian menurun
kembali, sesuai dengan adanya korion leave dan terbentuknya plasenta yang tetap, sehingga
kadar hCG didalam serum pun kurang lebih menetap. Satu minggu postpartum hCG tidak
ditemukan lagi di dalam serum dan air kencing.
Fungsi hCG adalah mempertahankan corpus luteum yang membuat esterogen dan pro
turun.geteron sampai saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan dapat membuat sendiri cukup
esterogen dan progesterone. Pada waktu itu kadar hCG juga turun.
Korionik somato mammotropin adalah hormone protein yang merangsang
pertumbuhan, mempunyai efek lactogenic dan luteo tropic. Perubahan dalam metabolism
hidrat arang dan lemak dalam suatu kehamilan kiranya disebabkan oleh hormone ini.
Korionik tirotropin juga dapat ditemukan dalam jaringan plasenta. Akan tetapi, fungsinya
dalam kehamilan belum dapat dipastikan.
Esterogen dalam bentuk estradiol, estron, dan estriol ditemukan dalam konsentrasi
lebih tinggi di vena uterine dari pada di ateria uterine yang berarti bahwa esterogen dibuat di
plasenta. Dalam mikrosoma-mikrosoma plasenta ada enzim-enzim yang membebaskan
dehidroepiandrosteron sulfat yang dibuat oleh darah, dan mengbah menjadi Andros tenedion.
Dan ini seyelah siap dengan proses aromatisasi oleh enzim-enzim dijadikan estro.
Demikian pula dibentuk tetoteron yang dengan aromatisasi dijadikan estrdiol. Segi-segi
produksi estrogen oleh plasenta ini penting diketahui bila dikaitkan dengan adanya jain
dengan glandula suprarenalisnya. Bila janin tidak ada seperti pada mola hidatidosa seperti
janin mati, janin tanpa glandula suprarenalis pada anensefalus, atau bila ada kerusakan pada
enzim-enzim di plasenta, maka produksi estrogen pada plasenta dan pengeluaran esterogen
melalui air kencing akan lebih rendah. Karena estriol dalam air kencing merupakan estrogen
yang terpenting dalam kehamilan, dan janin besar peranannya dalam pembentukannya, maka
kadar estriol dalam air kencing dapat digunakan untuk menilai keadaan janin.
Progesterone ditemukan dalam darah yang keluar dari plasenta dalam konsentrasi
yang lebih tinggi daripada di dalam darah yang masuk ke dalam plasenta. Ini berarti bahwa
progeteron dibentuk di plasenta. Berlainan dengan produksi esterogen, kematian janin atau
adanya anen sefalus tidak mempengaruhi kadar progesterone. Enzim-enzim di plasenta
membentuk progesterone dari kolesterol di dalam darah melalui pregnenolon.
Dari apa yang telah ditemukan, steroid yang dibentuk oleh plasenta adalah esterogen
dan progesterone saja.Pengaruh esterogen penting dan beraneka ragam. Pada tingkat sel
pengaruhnya adalah terhadap system enzim meningkatkan RNA, dan dalam sintesis protein.
Pula, dengan mengadakan perubahan dalam polimerisasi asam muko polisakaride, ia dapat
meningkatkan sifat higroskopik serta mengurangi adesi serabut-serabut kolagen dalam
jaringan ikat. Hal ini dapat ditemukan dengan nyata pada serviks yang membesar dan lunak
pada kehamilan. Esterogen juga mendukung pertumbuhan otot-otot uterus melalui system
enzim dan peningkatan sirkulasi darah di uterus. Pada mamae pengaruuhnya terhadap
pertumbuhan duktus-duktus, pula putting susu membesar dan lebih mobil. Retensi air dalam
kehamilan adalah pula pengaruh esterogen.
Progesterone yang pada permulaan kehamilan dibuat oleh korpus luteum setelah
plasenta terbentuk, sinsitium dari trofoblaslah yang membuatnya. Pregnandiol adalah hasil
metabolism progesterone yang terjadi terutama di hepar dan kemudian 6-27% dikeluarkan
melalui air kencing. Progesterone dalam kehamilan menenangkan otot-otot polos, terutama
dari uterus, juga dari ureter, lambung dan usus. Selanjutnya progesterone bersama estrogen
menumbuhkan tubulus-tubulus serta alveolus-alveolus pada mamma.
Penyaluran obat-obatan melalui plasenta dari ibu ke janin penting sekali diketahui
karena beberapa obat dapat menimbulkan kelainan bawaan pada janin bila diberikan dalam
triwulan pertama, atau menimbulkan perubahan pada metabolism ibu atau perubahan
patologik pada janin, bila diberikan pada tiap masa kehamilan. Maka dari itu harus hati-hati
dalam pemberian obat.
Sebagian besar obat-obatan diberikan kepada wanita hamil tidak memberikan khasiat
buruk akan tetapi, memang ada obat yang benar-benar harus diperhatikan, umpamanya
fokomelia akibat pemberian sedativum thalidomide dalam triwulan pertama, struma pada
janin oleh karena pemberian jodium atau propiltiourasil, dan juga kelainan bawaan yang berat
oleh karena pemberian obat antagonis asam folik. Perlu sekali pemakaianrutama pada masa
tumbuhnya dan saat pemberian obat kepada seorang wanita hamil atau yang disangka hamil
dipikirkan sebaik-baiknya untuk menghindarkan hal-hal tersebut diatas. Sebaiknya, bila tidak
perlu benar, janganlah memberikan obat terutama pada masa tumbuhnya mudigah dan
organogenesis sampai kehamilan 12 minggu. Seharusnya tiap obat yang dipasarkan melalui
suatu percobaan dahulu. Sebagian besar obat yang dipakai di klinik dapat melintasi plasenta.
Tetrasiklin untuk mengobati infeksi pada wanita hamil mengakibatkan gigi bayi yang sedang
tumbuh berwarna lain (kuning), di samping mempengaruhi pula tumbuhnya tulang-tulang
yang panjang. Streptomosin dapat pula bekerja toksik terhadap janin dan menimbulkan tuli.
Sulfonamide dapat mengubah metabolism bilirubin sehingga kemungkinan
timbulnya kernicterus lebih besar. Telah banyak diketahui tentang akibat terhadap janin pada
pemakaian analgetika, sedativa, obat penenang, dan anesthesia pada wktu persalinan.
Sebagian besar obat-obat tersebut mudah melintasi plasenta, kecuali suksinikolin dan kurare
yang lamban sekali melintasi plasenta.
Barbiturat, ether, kloroform, siklopropan, meperidin, morfim, N2O, trikloroetilen,
derivate-derivat belladonna dan klorpromazin cepat ditemukan kembali di dalam darah tali-
pusat postpartum. Maka dari itu bayi-segera sesudah dilahirkan-dapat mengalami pernapasan
yang tertekan bilamana dosis dan waktu pemberian obat-obat tersebut di atas tidak
memperhitungkan bila janin akan lahir. (YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO
PRAWIROHARDJO JAKARTA,2007 ).

3. Amnion (air ketuban)


Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin
dengan demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan
sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan.
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul, penurunan ini terjadi
atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan amnion dan juga disaat
terjadinya dilatasi servik atau pelebaran muara dan saluran servik yang terjadi di awal
persalinan dapat juga terjadi karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama
ketuban masih utuh.
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat ikatanya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti epitel , sel mesenkim, dan sel
trofoblas yang terikat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkanair
ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Apakah ketuban ada atau tidak ???
Ketuban terbentuk oleh selaput yang tipis jadi sukar untuk merabanya,untuk
menetukan apakah ketuban masih ada baiknya sampai ada his,kalau ketuban masih ada ia
akan menonjol waktu his dan gelembung yang menonjol mudah teraba,kalau ketuban sudah
pecah tidak gelembung yang menonjol waktu his.
Keadaan ketuban :
Untuk dapat menunaikan faalnya ialah mendilatasi cervix ketuban itu harus menonjol
waktu his.kalu ia tidak menonjol waktu his maka ketuban itu biasanya rapat pada bagian
depan miasalnya kepala.ketuban yang tidak menonjol itu mungkin disebabkan karena selaput
masih melekat pada S.B.R,dan untuk memperlancar persalinan selaput harus dilepaskan dari
dasarnya dengan jari-jari.kalau inipun tidak berhasil ketuban lebih baik dipecahkan,juga
ketuban yang lembek dan keeluar dari ostium sebagai belalai lebih baik dipecahkan.
Pada solutio placentace ketuban terus menerus menonjol,juga di luar his,hal ini
disebabkan penambahan isi rahim,waktu memriksa ketuban kita harus menjaga,jangan
sampai ketuban pecah karena pemeriksaan.
Cairan amnion mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan janin. Kelainan cairan amnion dapat terjadi dan seringkali merupakan petanda
yang paling awal terlihat pada janin yang mengalami gangguan. Di pihak lain, kelainan
jumlah cairan amnion dapat menimbulkan gangguan pada janin, seperti hipoplasia paru,
deformitas janin, kompresi tali pusat, PJT, prematuritas, kelainan letak, dan kematian janin.
Oleh sebab itu, kelainan jumlah cairan amnion yang terjadi oleh sebab apapun akan
meningktakan morbiditas dan mortalitas perinatal.
Jumlah cairan amnion selama kehamilan sangat bervariasi dan sangat ditentukan
oleh mekanisme yang mengatur produksi dan pengambilan cairan amnion oleh janin. Sampai
kehamilan 20 minggu cairan amnion terutama di produksi melalui selaput amnion dan selaput
janin, sebagian lainnya melalui lempeng korionik, tali pusat, paru, ginjal, dan saluran
pencernaan. Pengambilan cairan amnion terjadi melalui selaput amnion, kulit, lempeng
korionik, tali pusat, paru, ginjal, dan saluran pencernaan. Setelah kehamilan 20 minggu
jumlah cairan amnion terutama ditentukan oleh produksi melalui ginjal dan pengambilan
melalui saluran pencernaan. Pada kehamilan 20 minggu jumlah cairan amnion sekita 500ml,
kemudian jumlah terus meningkat hingga mencapai maksimal sekitar 1000ml pada kehamilan
34 minggu. Jumlah cairan amnion sekitar 800-900ml pada kehamilan aterm. Akan tetapi pada
dasarnya ruangan amnion berisi 1 liter air ketuban. Banyaknya kadang-kadang sangat
berbeda.
- Pada minggu ke-36 banyaknya ialah 1030 cc.
- Pada minggu ke-40 banyaknya ialah 790 cc
- Pada minggu ke-42 banyaknya ialah 350 cc
- Pada minggu ke-43 banyaknya sudah berkurang menjadi 240 cc
Kalau banyaknya lebih dari 2 liter polyhydramnion atau hydramnion. Dan kalau
terlalu sedikit, atau kurang dari 500 cc maka disebut sebagai oligohydramnion.
Oligohydramnion
Keadaan yang dapat menyebabkan ini ialah kelainan congenital, PJT, ketuban pecah,
kehamilan postterm, insufisiensi plasenta, dan obat-obatan. Komplikasi yang sering terjadi
pada janin adalah PJT, hipopplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali
pusat dan aspirasi mekonium pada masa intrapartum dan kematian janin.

Polihidramnion
Dapat terjadi akibat kelainan congenital, DM, janin besar, kehamilan kembar,
kelainan pada plasenta dan tali pusat, dan obat-obatan. Komplikasi yang sering terjadi ialah
malpresentasi janin, ketuban pecah, prolaps tali pusat, persalinan preterm, dan gangguan
pernafasan pada ibu.
Fungsi cairan amnion
Faal air ketuban ialah:
1) Memungkinkan anak bergerak dengan bebas dan tumbuh dengan bebas ke segala jurusan
karena tekanan pada anak sama pada semua bagiannya. Untuk melindungi anak terhadap
pukulan-pukulan dari luar dan ibu terhadap gerakan-gerakan anak. Kalau air ketuban
berkurang maka pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu.
2) Mempertahankan suhu yang tetap bagi anak
3) Waktu persalinan membuka cervik dengan mendorong selaput janin kedalam ostium uteri.
Bagian selaput anak yang diatas ostium uteri yang menonjl waktu his disebut ketuban.
Ketuban inilah yang membuka cervix.
Asal liquor amnii (air ketuban) belum begitu jelas, akan tetapi kemungkinan bersala dari:
a. Kencing janin
b. Transudat darah ibu
c. Secret epithel amnion
d. Campuran 1, 2 dan 3
Air ketuban terus menerus diganti, artinya dibuat tapi juga dialirkan. Hydramnion
misalnya, dapat terjadi karena pembuatan berlebihan atau pengaliran tidak sempurna.
Ternyata bahwa ada pertukaran air antara ibu dan janin, antara ibu dan air ketuban dan antara
janin dan air ketuban. Ada bukti bahwa sebagian air ketuban diminum oleh bayi, diabsorpsi
oleh usus, kemudian diangkut oleh plasenta untuk diserahkan kedalam darah ibu. Kalau jalan
ini terhalang misalnya karena anak tak dapat menelan atau ada tekanan pada tali pusat maka
maka dapat terjadi hydramnion. Pada kehamilan aterm pertukaran cairan amnion secara
lengkap memerlukan waktu sekitar 3 jam. Cairan amnion terdiri dari urine (hipotonik ) dan
sekresi cairan paru. Absorbsi cairan amnion terjadi melalui proses menelan dan dibuang pada
amniotic – chorionic interface serta ruang intervilous.

D. PSIKOLOGI
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his
menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancer, Menurut Pritchard, dkk perasaan
takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan
berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.
Persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan
intregitas emosional.
Psikologis meliputi :
 Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
 Pengalaman bayi sebelumnya
 Kebiasaan adat
 Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
•Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
•Persalinan sebagai ancaman pada self-image
•Medikasi persalinan
•Nyeri persalinan dan kelahiran

E. PENOLONG
Penolong Persalinan
1. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci
tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai dll
2. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong proses
persalinan serta kelahiran bayi.
3. Memberikan asuhan sayng ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi, masa nifas,
termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang prose persalinan dan
kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi
dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
4. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di
setiap tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan
skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

C. RANGKUMAN MATERI
Faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu passage, power dan passanger
 Passage / jalan lahir, terdiri dari bagian keras yaitu tulang- tulang panggul dan lunak
yaitu otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-ligamen
 Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin
keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi
dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
 Passanger yaitu keadaan janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin,
bagian terbawah, dan posisi janin.
1. Sikap (Habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap
tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung,
dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
2. Letak (Situs)
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya Letak Lintang
dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin
sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.
3. Presentasi
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang
dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala,
presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain.

 PSIKOLOGI
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya
persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar

 PENOLONG
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses tergantung dari
kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

d. LATIHAN / TUGAS
1. Diskusikan faktor apa sajakan yang mempengaruhi persalinan?
2. Diskusikan presentasi pada janin pada saat persalinan?

RAMBU – RAMBU JAWABAN SOAL


1. Faktor yang mempengaruhi persalinan :
- Passage / jalan lahir, terdiri dari bagian keras yaitu tulang- tulang panggul dan lunak yaitu
otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamentligamen
- Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin
keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otototot perut, kontraksi diafragma dan aksi
dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
- Passanger yaitu keadaan janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin,
bagian terbawah, dan posisi janin

3. Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai
pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi
bokong, presentasi bahu dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai