PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menjaga kualitas udara merupakan tanggung jawab kita semua. Udara yang bersih
akan menciptakan generasi yang sehat dan sebaliknya udara yang kotor akan membangun
generasi yang rentan akan penyakit.Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan
kecenderungan menurun dalam dekade terakhir. Ekonomi kota yang tumbuh dan telah
mendorong urbanisasi merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas udara di
perkotaan. Untuk mengetahui kualitas udara perkotaan yang bersumber dari transportasi
maka untuk kedua kalinya dilaksanakan Program Evaluasi Udara Perkotaan pada tahun 2008
dan dilakukan di 14 kota Metropolitan dan 2 kota besar.
Pencemaran Udara merupakan salah satu dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
daerah perkotaan. Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan
menurun dalam dekade terakhir. Ekonomi kota yang tumbuh dan telah mendorong
urbanisasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas udara di perkotaan.
Kebutuhan transportasi dan energi meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk,
perkembangan kota, dan berubahnya gaya hidup karena meningkatnya pendapatan.
Peningkatan konsumsi energi ini meningkatkan pencemaran udara yang pada akhirnya
menimbulkan kerugian ekonomi dan meningkatnya biaya kesehatan. Kegiatan
pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan sangat
ironis apabila ternyata semakin merusak kualitas lingkungan khususnya udara yang semakin
kotor dan tidak sehat
Penduduk Indonesia diprediksi akan meningkat antara tahun 2000 dan 2025 dari
sekitar 206 juta menjadi sekitar 274 juta. Rata-rata penduduk yang tinggal di wilayah
perkotaan di pulau Jawa saja mencapai 60 % pada tahun 2020 sementara di tahun 2025
rata-rata penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan di seluruh Indonesia mencapai 59,5 %.
Perubahaan kualitas hidup di perkotaan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi,
tetapi juga menghasilkan dampak negatif. Salah satu dampak negatif adalah meningkatnya
pencemaran udara secara signifikan, terutama di perkotaan yang menjadi lokasi
pembangunan kawasan perdagangan dan industri. Meningkatnya kegiatan pemindahan
barang dan orang dari kawasan industri menyebabkan kemacetan lalu lintas dan
meningkatkan konsumsi energi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pencemaran
udara.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga mendorong perubahan gaya hidup penduduk
perkotaan sebagai dampak dari meningkatnya pendapatan. Era 80-an sektor domestik
masih merupakan konsumen energi paling tinggi, tetapi seiring dengan berjalannya waktu
terlihat peningkatan kebutuhan energi untuk sektor industri dan transportasi.
Sementara tingkat kepadatan lalu lintas di kota-kota metropolitan dan besar seperti
Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan sampai saat ini yang masih menjadi
masalah khusus adalah pada upaya pengendalian pencemaran udara dari emisi kendaraan
bermotor. Sekitar 70% kontribusi pencemaran udara berasal dari sektor transportasi (JICA,
1997). Saat ini jumlah dan penggunaan kendaraan bermotor bertambah dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata 12 % per tahun. Komposisi terbesar adalah sepeda motor.
1.1 RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah sumber pencemar udara ?
2. Apa saja parameter yang ada diudara?
3. Peraturan apa yang mengatur parameter udara ?
4. Apakah dampak pencemar udara terhadap manusia?
5. Bagaimana cara mengendalikan pencermaran udara?
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui sumber pencemar udara
2. Untuk mengetahui parameter yang ada diudara
3. Untuk mengetahui Peraturan apa yang mengatur parameter udara
4. Untuk mengetahui dampak pencemar udara terhadap manusia
5. Untuk mengetahui cara mengendalikan pencermaran udara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SUMBER PENCEMAR UDARA
Sumber alamiah:
a. Gunung berapi
Aktivitas vulkanik dari gunung berapi menghasilkan beberapa zat pencemar udara, seperti
SO2, NOx, dan Total Suspended Particulate (TSP). Menurut data UNEP (1983), gunung
berapi menghasilkan lebih banyak SO2 daripada aktivitas manusia, yaitu sebesar 80-288 juta
ton per tahunnya. Tiap tahunnya, gunung berapi memproduksi 20-90 juta ton NOx. TSP yang
dikeluarkan oleh gunung berapi adalah dalam bentuk silica, dalam abu vulkanik.
b. Biological decay
Mikroorganisme tanah melakukan dekomposisi material organik secara biologis,
melepaskan sulfur dioksida (SO2) dan NOx ke udara.
e. Petir
Petir memiliki energi yang sangat besar. Petir mampu memecah gas N2 pada atmosfer dan
membuatnya bereaksi dengan O2 di udara membentuk gas NOx.
f. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan dapat mengakibatkan terlepasnya TSP ke udara dalam bentuk fly ash.
Kebakaran hutan juga akan menghasilkan gas rumah kaca, yaitu CO2, melalui proses
pembakaran selulosa dalam kayu secara sempurna. Apabila pembakaran selulosa terjadi
secara tidak sempurna, akan dilepaskan gas CO ke udara.
g. Peluruhan radioaktif
Unsur-unsur radioaktif seperti uranium dapat melepaskan radiasi ke atmosfer melalui reaksi
peluruhan.
2. Sumber Antropogenik
a. Sumber poin
Contoh aktivitas manusia yang termasuk ke dalam pencemaran sumber poin adalah emisi
industri dari cerobong asap pabrik dan pembakaran pada furnace. Emisi industri dapat
mengandung TSP serta gas rumah kaca seperti CO dan CO2. Pembakaran pada furnace
dapat menghasilkan CO atau CO2.
b. Sumber bergerak
Aktivitas manusia yang termasuk ke dalam pencemaran sumber bergerak adalah
transportasi menggunakan kendaraan bermotor, seperti mobil, motor, pesawat, dll. Reaksi
pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan bermotor dapat melepaskan gas CO atau
CO2 ke udara.
d. Landfill
Penimbunan sampah di dalam landfill menghasilkan biogas, yang mana kandungan
utamanya adalah gas metana (CH4).
Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain:Karbon
monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC,Timbal dan
Karbondioksida.
1. Karbon monoksida (CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan
bermotor.
2. Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara
dipabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
3. Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini
biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
4. Partikulat (asap atau jelaga)
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari
cerobong pabrik berupa asap hitam tebal. Macam-macam partikel, yaitu :
a. Aerosol: partikel yang terhambur dan melayang diudara
b. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di udara
c. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan cair
danmelayang berhamburan di udara
5. Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna.
6. Chloro fluoro carbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di
atmosfer bumi.Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat
pemadamkebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan
hair spray.
7. Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran
padakendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida
yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
8. karbon dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor
dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.
Dampak pencemaran karbon monoksida (CO) terhadap hewan adalah jika terhisap ke
dalam paru-paru, gas CO akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun
metabolis, yaitu racun yang ikut bereaksi secara metabolis dengan arah. Seperti
oksigen, karbon monoksida mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin).
Pengaruh CO terhadap tanaman sebesar 100 ppm tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada tanaman tingkat tinggi. Pada paparan CO sebesar 2000 ppm selama 35 jam
dapat menghambat kemampuan bakteri untuk memfiksasi nitrogen.
Inhalasi CO2 dapat menimbulkan hypercapnia (tingginya kadar CO2 dalam darah), yang
pada akhirnya akan berdampak pada timbulnya asidosis. Asidosis ini baru menimbulkan
dampak saat konsentrasi >15000 ppm. Ciri-ciri asidosis adalah sakit kepala, mual, dan
gangguan visual.
CO2 termasuk gas rumah kaca utama, sehingga keberadaannya di atmosfer dapat
meningkatkan efek rumah kaca secara cukup signifikan, sehingga dapat dikatakan
bahwa CO2 berperan besar dalam menimbulkan global warming.
c. Dampak terhadap hewan
Dampak pencemaran karbon dioksida yaitu dapat menimbulkan efek sistematik, karena
meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi
jaringan tubuh akaibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan
kematian. Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berfikir, gerakan otot,
gangguan jantung.
Gas NO2 dapat menimbulkan dampak jangka pendek berupa radang saluran pernapasan
pada orang sehat. Sementara, dampak spesifik NO2 pada pengidap asma adalah
peningkatan gejala penyakit respiratori. NOx juga dapat bereaksi dengan volatile
organic carbon (VOC) membentuk smog, yang akan menimbulkan dampak berupa
penurunan fungsi paru-paru dan kerusakan jaringan paru-paru.
NOx dapat bereaksi dengan SO2 di atmosfer dan membentuk hujan asam. Bagi
lingkungan, hujan asam dapat menurunkan pH badan air, sehingga kondisi badan air
tidak mendukung kehidupan beberapa biota air. Selain itu, hujan asam dapat merusak
bangunan dan fasilitas umum
Pengaruh Oksida Nitrogen (NOx) pada dosis tinggi terhadap hewan berupa terjadinya
gejala paralisis sistem syaraf dan konvulusi.
Dampak pencemaran udara terhadap material dapat berupa timbulnya karat pada
permukaan logam, yang menyebabkan terlepas dan hilangnya material dari permukaan
serta perubahan kemampuan elektris logam.
Gas SO2 dapat menimbulkan dampak jangka pendek berupa penyempitan bronkus dan
peningkatan gejala asma. Dampak ini akan lebih parah pada anak-anak, orang tua, dan
penderita asma. Selain itu, inhalasi gas SO2 dapat menimbulkan penyakit paru-paru
kronis, seperti bronkitis dan emfisema.
NOx dapat bereaksi dengan SO2 di atmosfer dan membentuk hujan asam. Bagi
lingkungan, hujan asam dapat menurunkan pH badan air, sehingga kondisi badan air
tidak mendukung kehidupan beberapa biota air. Selain itu, hujan asam dapat merusak
bangunan dan fasilitas umum.
Dampak terhadap hewan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara
langsung terjadi bila ada interaksi melalui sistem pernafasan sebagaimana terjadi pada
manusia. Dampak tidak langsung terjadi melalui suatu perantara, baik tumbuhan atau
perairan yang berfungsi sebagai bahan makanan hewan.
Adanya gas Sulfur dioksida pada konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun.
pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis
SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis.
TSP di atmosfer dapat menurunkan jarak pandang bagi pengemudi kendaraan bermotor
dan menghalangi sinar matahari di pertanian sehingga mengganggu produktivitas
pertanian. Selain itu, TSP juga dapat mengotori permukaan tanaman dan mengganggu
pertumbuhannya,
Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran debu pada kesehatan sangat tergantung
pada komposisi kandungan kimianya, contohnya adalah debu asbes yang terjadi akibat
pengereman kendaraan bermotor yang menggunakan asbes untuk kanvas remnya. Debu
asbes tersebut akan menyebabkan asbestosis yang berdampak pada penyakit kanker.
Tanaman yang tumbuh didaerah dengan tingkat pencemaran yang tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam.
Partikulat yang terdeposisi tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
Polutan partikulat juga dapat merusak bahan bangunan yang terbuat dari tanah, cat, dan
tekstil.
6. Hidrokarbon
Apabila konsentrasi hidrokarbon di udara sangat tinggi, gas metana (CH4) dapat
mengurangi ketersediaan oksigen di udara, sehingga dapat mengakibatkan sesak napas
bagi manusia yang menghirupnya.
Hidrokarbon yang bersifat mutagenic akan sangat rentan pada hewan. Beberapa
percobaan pada hewan telah membuktikan adanya indikasi perubahan gen pada hewan
tersebut.
Dampak hidrokarbon pada material biasanya disebabkan oleh sifat kimiawi hidrokarbon.
Sebagai contoh, karet gelang yang direndam dalam bensin maka akan bertambah
volumenya tetapi berkurang sifat elastisnya. Dengan demikian, hidrokarbon mampu
melarutkan beberapa senyawa pentng lain dalam material sehingga akan mengubah
tidak hanya sifat fisik, tetapi juga kimia.