Anda di halaman 1dari 7

Materi

1. Pengertian Diabetes Melitus


Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologik yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi
insulin oleh sel- sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh
kurang responsifnya sel- sel tubuh terhadap insulin (Depkes,2008).
2. Klasifikasi DM
Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American Diabetes
Association, 2010 adalah sebagai berikut:
a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut):
1) Autoimun.
2) Idiopatik.
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering
ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang
memproduksi insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh
karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat
diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari semua penderita
diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada
usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor
lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi dapat
menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di pankreas
(Merck, 2008).
b. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi
insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin).
Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada
kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan
insulin, bahkan kadang- kadang insulin pada tingkat tinggi dari
normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin,
sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang berumur
lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan usia.
Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak
80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas.
Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari
itu orang obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar
untuk mengawali kadar gula darah normal (Merck, 2008).
c. Diabetes mellitus gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah keadaaan diabetes yang timbul
selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara.
Keadaan ini terjadi karena pembentukan hormon pada ibu hamil yang
menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2008).
3. Etiologi
a. Diabetes tipe I:
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
4) Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Faktor-faktor risiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
th)
2) Obesitas
3) Pola hidup yang tidak sehat
4) Riwayat keluarga
4. Tanda dan Gejala
Gejala dari penderita diabetes mellitus yaitu 3P :

a. Poliuria : Peningkatan dalam berkemih


b. Polidipsia : Peningkatan rasa haus
c. Poliphagia : Peningkatan selera makan
Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya
ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang
terkontrol lebih peka terhadap infeksi.

Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani


pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan
berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami
penurunan berat badan.

Gejala klinis pada pasien diabetes berdasarkan klasifikasi (Smeltzer,


2002):

a. Diabetes tipe I atau IDDM


1) Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (<30
tahun)
2) Biasanya bertubuh kurus pada saat di diagnosis; dengan
penurunan berat yang baru saja terjadi
3) Etiologi mencakup faktor genetik, imunologi atau lingkungan
(misalnya virus)
4) Sering memiliki antibodi sel pulau Langarhans
5) Sering memiliki antibodi terhadap insulin sekalipun belum
pernah mendapatkan terapi insulin.
6) Sedikit atau tidak mempunyai insulin endogen.
7) Memerlukan insulun untuk mempertahannkan kelangsungan
hidup.
8) Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin.
9) Dapat terjadi kelemahan dan somnolen dalam beberapa hari
atau beberapa minggu.
10) Komplikasi akut hiperglikemia: ketoasidosis diabetik

b. Diabetes tipe II atau NIDDM


1) Awitan terjadi di segala usia , biasanya di atas 30 tahun
2) Biasanya bertubuh gemuk (obese) pada saat di diagnosis
3) Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter atau lingkungan
4) Tidak ada antibodi sel pulau Langerhans
5) Penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan
resistensi insulin
6) Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar
glukosa darahnya melalui penurunan berat badan
7) Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa
darah bila modifikasi diet dan pelatihan tidak berhasil
8) Mungkin memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau
panjang untutk mencegah hiperglikemia
9) Ketosis jarang terjadi kecuali bila dalam keadaan stress atau
menderita infeksi
10) Komplikasi akut: sindrom hiperosmoler non ketotik.
c. Gestasional diabetes
1) Awitan selama kehamilan biasanya terjadi pada trimester kedua
atau ketiga.
2) Disebabkan oleh hormon yan disekresikan plasenta dan
menghambat kerja insulin.
3) Risiko terjadinya komplikasi perinatal diatas normal,
khususnya makrosomia (bayi yang secara abnormal berukuran
besar).
4) Diatasi dengan diet, dan insulin (jika diperlukan) untuk
mempertahankan secara ketat kadar glukosa darah normal.
5) Terjadi pada sekitar 2%-5% dari seluruh kehamilan.
6) Intoleransi glukosa terjadi untuk sementara waktu tetapi dapat
kambuh kembali: pada kehamilan berikutnya, 30-40% akan
mengalami diabetes yang nyata (biasanya tipe II) dalam waktu
sepuluh tahun (jika obesitas).
7) Faktor risiko mencakup: obesitas, usia diatas 30 tahun, riwayat
diabetes dalam keluarga, pernah melahirkan bayi yang besar
(lebih dari 4,5 kg)
8) Pemeriksaan skrining (tes toleransi) harus dilakukan pada
semua wanita hamil dengan usia kehamilan di antara 24-28
minggu.
d. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya
1) Disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat
menyebabkan penyakit: pankreatitis; kelainan hormonal; obat-
obat seperti glikokortikoid dan preparat yang mengandung
estrogen panyandang diabetes.
2) Bergantung pada kemampuan pankreas untuk menghasilkan
insulin; pasien mungkin memerlukan terapi dengan obat oral
atau insulin.
5. Patofisiologi
Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pula
dalam peta, sehingga disebut dengan pulau- pulau Langerhans pankreas.
Pulau- pulau ini berisi sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon
dan sel beta yang menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini
bekerja secara berlawanan, glukagon meningkatkan glukosa darah
sedangkan insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah (Schteingart,
2006)
Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam
sel. Dengan bantuan GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin
dapat menghantarkan glukosa masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel
tersebut glukosa di metabolisasikan menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin
tidak ada atau berjumlah sedikit, maka glukosa tidak akan masuk ke dalam
sel dan akan terus berada di aliran darah yang akan mengakibatkan
keadaan hiperglikemia (Sugondo, 2009).
Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam
sel. Dengan bantuan GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin
dapat menghantarkan glukosa masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel
tersebut glukosa di metabolisasikan menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin
tidak ada atau berjumlah sedikit, maka glukosa tidak akan masuk ke dalam
sel dan akan terus berada di aliran darah yang akan mengakibatkan
keadaan hiperglikemia (Sugondo, 2009)
Kuncinya (insulin) cukup banyak, namun karena jumlah lubangnya
(reseptornya) berkurang maka jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel akan
berkurang juga (resistensi insulin). Sementara produksi glukosa oleh hati
terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa meningkat
(Schteingart,2006).
6. Komplikasi
Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan
kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah.
Beberapa konsekuensi dari diabetes yang sering terjadi adalah:
1. Meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke
2. Neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian
ulkus kaki, infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki
3. Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama
kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina
4. Diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal
5. Risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat
dibandingkan bukan penderita diabetes
7. Pengobatan
Terapi Insulin
8. Perawatan DM di rumah
9.

Anda mungkin juga menyukai