Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA

OLEH :

NAMA : I KETUT ANTONO

NIM : 17.321.2669

KELAS : A II-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2017/2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 3

1.2 Perumusan Masalah …………………………………...........5

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia ……………..……….…… 6

2.2 Fenomena Pelanggaran Hak Asasi Manusia……………...... 7

2.3 Solusi Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia ………...12

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………... 14

3.3 Saran …………………………………………………......... 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….………….15

2
BAB I
PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak merupakan suatu yang dibawa oleh individu dari sejak lahir, yang
merupakan anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa (Kemendikti dalam buku dikti
Modul Kuliah Kewarganegaraan: 2012). Adapun pngertian tekait dengan Hak
Asasi Manusia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Rebuplik
Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 yang menyebutkan: “Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yag wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintahan,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.” Hal yang penting dalam persoalan hak asasi ini adalah apa yang
menjadi titik tolak dari hak asasi tersebut, berpusat pada manusia atau pada
Tuhan. Hak asasi yang berpusat pada manusia akan mengkontruksi hak asasi
tersebut beranjak dari kebebasan manusia. Hak asasi yang berpusat pada
manusiaakan mengemsampingkan nilai-nilai dan kaidah ketuhanan sebagai dasar
perumusan hak asasi. Kebebasan manusia selalu ditempatkan pada kerangka
kaidah ketuhanan. Doktrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang sudah diterima
secara universal, dalam membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari
ketakutan dan penindasan serta perlakuan yang tidak adil. Hak-hak asasi manusia
dan kebebasan yang fundamental merupakan hak semua manusia yang diperoleh
sejak lahir, tidak dapat dicabut atau dijamin oleh undang-undang. Proteksi dan
promosi hak-hak ini merupakan tanggung jawab pertama Pemerintah.
Penghormatan terhadap hak ini merupakan jaminan yang esensial dalam
menghadapi negara yang terlalu kuat.
Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan
pandangan filosofis tentang hakikat manusia yang melatarbelakanginya. Menurut
pandangan filsafat bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila hakikat
manusia adalah “monopluralis”. Susunan kodrat manusia adlah jasmani-rohani,

3
atau raga dan jiwa, sifat kodrat manusia adalah makhluk individu dan makhluk
sosial, serta kedudukan kodrat manusia adalah makhluk pribadi berdiri sendiri
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam rentangan berdirinya bangsa dan
negara Indonesia, secara resmi Deklarasi Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945
telah terlebih dahulu merumuskan hak-hak asasi manusia dari pada Deklarasi
Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB. Fakta sejarah menunjukan bahwa
Pembukaan UUD 1945 beserta pasal-pasalnya disahkan pada tanggal 18 Agustus
1945, sedangkan Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 1948. Hal ini
menunjukan kepada dunia bahwa sebenarnya bangsa Indonesia sebelum
tercapainya pernyataan hak-hak asasi manusia beserta komponennya, telah
mengangkat hak-hak asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan negara,
yang tertuang dalam UUD 1945. Hal ini juga ditekankan oleh The Founding
Fathers bangsa Indonesia dalam sidang BPUPKI. Berdasarkan pada tujuan negara
sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945 tersebut, maka negara
Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia para warganya,
terutama dalam kaitannya denagn kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun
rahoniah, antara lain berkaitan dengan hak-hak asasi bidang sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan, pendidikan, dan agama. Adapun rincian hak-hak asasi
manusia dalam pasal-pasal UUD 1945.
Namun realita yang dapat kita saksikan sekitar kita berbanding terbalik
dengan teori yang kita pahami saat ini. Bahkan bukan hanya itu banyak diantara
kita atau orang-orang disekitar kita masih belum begitu memahami dan mengerti
tentang apa itu HAM dan perannya dalam kehidupan sehari-harinya. Inilah salah
satu yang melandasi dan menjadi penyebab terjadinya pelanggaran kasus HAM di
sekitar kita. Sangat banyak terjadi pelanggaran HAM di sekitar kita, yang
menimpa bukan hanya dewasa tapi juga anak-anak bahkan hingga lansia. Maka
dari itu didalam makalah ini akan dibahas lebih mendetail terkait dengan kasus-
kasus pelanggaran/fenomena HAM, mulai dari penyebab dan solusia yang dapat
diberikan dalam menyikapinya. Dan bagaimana cara pandang seseorang terutama
mahasiswa dalam menyikapi hal tersebut.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia ?
2. Bagaimanakah fenomena Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ?
3. Bagaimanakah Solusi terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Indonesia ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap
manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai anugrah Tuhan Yang
Maha Esa. Musthafa Kemal Pasha (2002) dalam Winarno (2007:129) menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan Hak asasi Manusia ialah hak-hak dasar yang
dibawa manusia sejak lahir dan melekat pada esensinya sebagai anugerah Tuhan
yang Maha Esa. Pendapat lain yang senada menyatakan bahwa hak asasi manusia
adalah hak-hak dasar yang dibawa sejak lahir dan melekat dengan potensinya
sebagai makhluk dan wakil Tuhan (Gazalli, 2004 dalam Winarno,2007: 129). Hak
asasi manusia sebagai gagasan, paradigm serta kerangka konseptual tidak lahir
secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam universal declaration of human
Right, 10 desember 1998 namun melalui suatu proses yang cukupp panjang dalam
sejarah peradaban (Sri Rahayu, 2013:91).
Istilah hak asasi manusia bermula dari Barat yang dikenal dengan right of
man untuk menggantikan natural right. Yang menggambarkan bahwa kehidupan
manusia yang asli sebelum bernegara memiliki hak-hak dasar. Hak-hak asasi
manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis tentng
hakikat manusia yang melatarbelakanginya. Oleh kaena itu hak asasi manusia
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia (Winarno, 2013:130). Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dinyatakan bahwa asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara hukum, pemerintahan, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungi harkat martabat manusia
(Winarno, 2013:130).

6
Dilihat dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Hak Asasi
Manusia merupakan suatu anugerah Tuhan Yang Esa yang dimiliki sejak lahir dan
yang wajib harus kita hormati, junjung tinggi, dan dilindungi baik melalui badan
hukum ataupun melalui pemerintahan.

2.2 Fenomena Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia


Kesadaran akan Hak Asasi Manusia didasarkan pada pengakuan bahwa
semua manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama.
Dengan pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar
yang disebut hak asasi manusia. Jadi, akan kesdarannya akan adanya hak asasi
manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan
sederajat. Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada,
karena pengakuan atas harkat dan martabat yang sama sebagai manusia. Selama
manusia belum mengakui adanya persamaan harkat dan martabat manusia maka
hak asasi manusia belum bisa ditegakan. Bila hak asasi manusia belum dapat
ditegakan maka akan terus terjadi pelanggaran dan penindasan atas hak asasi
manusia, baik oleh masyarakat, bangsa, dan pemerintah suatu negara.Hal inilah
yang menjadi faktor utama atau faktor pencetus dari peningkatan jumlah kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia, baik secara verbal maupu nonverbal, baik
hingga menempuh jalur hukumm ataupun tidak. Kasus-kasus Pelanggaran Hak
Asasi Manusia yaitu :
1. Kasus Pembunuhan (Munir)

Munir Said Thalib bukanlah sembarangan orang. Ia adalah


seorang aktivis pembela HAM di Indonesia yang pernah mengalami
kasus pelanggaran Ham hingga merenggut nyawanya. Munir yang lahir
pada tanggal 8 Desember 1965 di kota Malang ini pernah menangani
kasus pelanggaran ham berat maupun ringan seperti kasus timor timur,
kasus pembunuhan Marsinah dan lain sebagainya. Sebagai seorang
aktivis Ham, Munir meninggal pada 07 September 2004 silam. Ia
meninggal di dalam pesawat yang tengah ditumpanginya menuju kota
Amsterdam, Belanda. Isu simpang siur dan spekulasi kala itu mulai

7
bermunculan tentang apa penyebab kematian Munir yang sebenarnya.
Ada yang berpendapat bahwa Munir meninggal karena dibunuh, diberi
racun, serangan jantung dan sebagainya.

Namun sebagaian orang mempercayai bahwa Munir meninggal


disebabkan oleh racun arsenikum yang diberikan pada makanan di dala
pesawat. Pada tahun 2005 P.Budihari Priyanto seorang pilot garuda masa
itu dijatuhi hukuman selama 14 tahun penjara karena telah terbukti
menjadi tersangka atas kasus pelanggaran Ham yakni pembunuhan
munir. Ia dengan sengaja telah menaruh racun didalam makanan munir.

Yang lebih mengherankan lagi ternyata sampai saat ini di tahun


2017 terdapat berita yang beredar bahwa dokumen kasus kematian munir
telah hilang dari dokumen pemerintahan. Hal ini menimbulkan spekulasi
dan kontroversi baru tentang motif pembunuhan munir.

2. Pembunuhan Marsinah

Marsinah merupakan seorang aktivis buruh yang kala itu bekerja di


PT.Catur Putra Surya terletak di daerah Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Permasalahan muncul ketika Marsinah beserta rekan-rekannya sesama
buruh pabrik tersebut menggelar sebuah unjuk rasa. Untuk menunjang dan
mensejahterakan buruh mereka menuntuk kenaikan upah pada tanggal 4
Mei 1993. Masalah mulai memuncak ketika Marsinah yang kala itu
menjadi aktivis untuk rasa menghilang tidak diketahui keberadaannya
hingga pada tanggal 08 Mei 1993 Marsinah diketemukan dengan keadaan
sudah tidak bernyawa lagi disebuah hutan di kecamatan willangan, kota
nganjuk, jawa timur. Tim otopsi menyatakan bahwa Marsinah meninggal
karena mendapatkan penganiayaan berat dan ditemukan dengan bekas luka
siksaan di sekujur tubuhnya. Kasus pembunuhan Marsinah merupakan
contoh kasus pelanggaran Ham berat di Indonesia.

8
3. Penculikan Aktivis Demokrasi

Salah satu contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang


dikategorikan sebagai kasus pelanggaran Ham berat yangs selanjutnya
adalah kasus penculikan aktivis pro demokrasi pada tahun 1997/1998.
Pada tahun ini setidaknya 23 orang aktivis pro demokrasi telah diculik.
Peristiwa ini tidak hanya dikenal sebagai kasus penculikan namun juga
kasus penghapusan demokrasi. Peristiwa ini terjadi pada saat menjelang
pelaksanaan pemilu tahun 1997 dan Sidang Umum MPR RI 1998 silam.
Sekitar 9 orang aktivis telah dibebaskan, satu orang diketahui meninggal
dunia dan 13 lainnya belum diketahui keberadaannya hingga sekarang ini.
Banyak yang berpendapat bahwa para aktivis demokrasi ini tidak hanya
mengalami penculikan semata, namun juga mendapatkan penyiksaan dari
anggota militer atau TNI.

4. Penembakan Mahasiswa Trisakti

Kasus pelanggaran ham yakni penembakan mahasiswa Trisakti


merupakan bentuk kasus pelanggaran Ham kepada mahasiswa yang
dilakukan oleh anggota polisi dan militer. Khusunya pada Mahasiswa
Trisakti yang kala itu sedang melakukan demonstrasi. Peristiwa yang juga
dikenal dengan tragedi Trisakti ini bermula ketika para mahasiswa
Universitas Trisakti melakukan unjuk rasa demonstrasi menuntut presiden
Soeharto yang kala itu memimpin untuk segera lengser dari jabatannya.
Pada masa itu memang sedang terjadi krisi finansial yang melanda
Indonesia.

Menurut kabar yang beredar, setidaknya puluhan mahasiswa


terluka karena penembakan, dan sebagian mahasiswa lain meninggal
dunia. Mahasiswa yang meninggal ini kebanyakan mendapatkan tembakan
peluru tajam dari anggota militer dan polisi. Peristiwa ini merupakan kasus
pelanggaran Ham di Indonesia yang tidak akan pernah dilupakan dalam
sejarah pendidikan.

9
5. Pembantaian Dili

Kasus pelanggaran Ham di Indonesia berikutnya yakni


pembantaian yang dilakukan anggota TNI atau militer dengan cara
menembaki warga sipil pada tanggal 12 november 1991 di sebuah
pemakaman yang bernama Santa Cruz di Dili, Timor timur. Peristiwa
penembakan ini dialami oleh warga sipil yang tengah menghadiri
pemakaman kala itu, Kebanyakan mereka mengalami luka-luka namun ada
juga yang meninggal karena tembakan dari anggota militer. Banyak yang
menilai dan berpendapat bahwa peristiwa penembakan ini murni
disebabkan oleh TNI atau anggota militer Indonesia yang merupakan
bentuk penentangan timor timur yang menyatakan ingin keluar dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan membentuk Negara sendiri.

6. Peristiwa Tanjung Priok

Kasus yang terjadi pada tanggal 12 September 1984 ini merupakan


kasus pelanggaran Ham di Indonesia tepatnya di tanjung priok. Peristiwa
ini bermula ketika warga tanjung priok, jakarta utara tengah melakukan
unjuk rasa sebagai bentuk demonstrasi yang juga disertai dengan
kerusuhan. Peristiwa ini akhirnya berujung pada bentrokan antara warga
dan anggota TNI dan polisi. Banyak warga yang mengalami luka-luka
bahkan meninggal karena insiden ini. Peristiwa yang dilatarbelakangi
berakhirnya masa orde lama dan menuju masa orde baru ini menghasilkan
keputusan yakni sebagian orang yang terlibat kerusuhan diadili dengan
dakwaan telah melakukan tindakan provokatif dan subversif. Sama halnya
dengan wargam pihak militer dan kepolisian juga diadili dengan tuduhan
telah melanggar Ham yang berlaku.

7. Pembantaiaan Rawagede

Pembantaian yang terjadi di Rawagede merupakan kasus


pelanggaran Ham di Indonesia berupa penembakan yang disertai
pembunuhan terhadap para penduduk kampung Rawagede, jawa barat

10
yang dilakukan tentara Belanda tanggal 9 Desember 1947 silam. Peristiwa
ini merupakan bentuk dari Agresi Militer Belanda I ke Indonesia setelah
Indonesia merdeka. Pada masa itu puluhan warga dibunuh dengan alasan
yang tidak jelas. Pengadilan di Den Haag memutuskan bahwa pemerintah
belanda sepenuhnya bersalah dalam peristiwa ini dan pihak belanda harus
bertanggung jawab dan mengganti segala kerugian kepada keluarga
korban pembantaian rawagede.

8. Peristiwa Demonstrasi 27 Juli

Pada tanggal 27 julli 1996 pernah terjadi kasus pelanggaran Ham


yang terjadi di jakarta, Yakni ketika massa pendukung megawati soekarno
putri mengambil alih secara paksa kantor DPP PDIP di Jakarta pusat. Pada
masa itu bentrok antara aparat TNI dan Polri dengan massa pendukung
megawati tidak dapat dihindari. Aparat yang datang dengan kendaraan
taktis terus dilempari batu oleh massa. Bentrokan yang terjadi akhirnya
meluas hingga ke jalanan. Massa yang kala itu terbakar emosinya ulai
bertindak anarkis, merusak bangunan dan sarana umum. Dalam pperistiwa
ini setidaknya lima orang tewas dan korban luka baik dari massa dan
aparat diperkirakan mencapai angka ratusan. Menurut komnas ham
peristiwa ini termasuk dalam contoh pelanggaran Ham.

9. Pembantaian Massal PKI (1965)

Peristiwa pembantaian ini menimpa sisa sisa anggota PKI pada


tahun 1964. Pembunuhan dilakukan kepada mereka yang dituduh sebagai
anggota partai komunis di Indonesia atau PKI. PKI pad masa itu
merupakan salah satu partai komunis terbesar di seluruh dunia dengan
anggota yang mencapai angka jutaan. Pihak militer dan TNI yang
melakukan operasi dan penangkapan anggota komunis tersebut akhirnya
melakukan penyiksaan dan membunuh mereka satu persatu. Pada dasarnya
PKI memang ditolak sekaligus dilarang di Indonesia namun anggota PKI
tersebut tetaplah manusia yang memiliki hak untuk hidup. Atas peristiwa

11
ini setidaknya satu juta lebih anggota komunis dibunuh dan lainnya tidak
diketahui nasibnya. Soeharto yang kala itu menjabat sebagai presiden
dinilai telah menjadi dalang atas peristiwa pebantaian ini.

10. Kasus Dukun Santet di Banyuwangi

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia ini terjadi pada sekitar tahun


1998 di daerah banyuwangi. Pada kala itu sedang terkenal kasus praktek
dukun santet di banyuwangi. Karena dianggap meresahkan warga akhirnya
warga mulai melakukan tindakan kerusuhan dengan menangkap dan
membunuh orang yang diangganya sebagai dukun santet. Sejumlah warga
telah menjadi korban atas peristiwa ini. Pembunuhan dilakukan dengan
berbagai cara yakni, dipenggal, digantung, di bacok dengan senjata tajam
hingga dibakar hidup hidup. Polri, TNI, beserta abri tentunya tidak tinggal
diam. Dengan sigap mereka dapat menyelamatkan orang-orang yang telah
dituduh sebagai dukun santent dari amukan warga. Sangat jelas sekali
bahwa pperistiwa ini termasuk dalam contoh kasus pelanggaran ham di
indonesia yang patut ditindak lanjuti. Sebagai warga negara kita harus taat
terhadap aturan hukum yang berlaku dan tidak melakukan tindakan main
hakim sendiri.

2.3 Solusi Terkait Pelanggaran Hak Asasi Manusia


Solusi terkait yang daapat disarankan diantaranya:
1. Memberikan pemahaman terkait dengan pendidikan pancasila yang lebih
mendalam, karena melalui pendidikan pancasila diharapkan setiap individu
memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggunga jwab seseuai
dengan hati nuraninya, memiliki kemampuan untuk mengenali masalah serta
cara pemecahannya,, mengenali perubahan dan perkembangn ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, serta memiliki kemampuan untu memaknai
peristiwa, sejarah, dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan
Indonesia.

12
2. Memberikan sosialisasi terkait dengan hak asasi manusia dengan begitu akan
meningkatkan kesadaran indidvidu terkait hak asasi manusia mulai dari
memahami maknanya, dan hingga mampu mengimplementasikannya, sehingga
nantinya lebih menghormati, menghargai, dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dari setiap individu.
3. Peran aktif pemerintah baik dalam membuat kebijakan, sebagai fasilisator
ataupun dalam menentukan sebuah kebijakan, seperti asas demokrasi yaitu dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, dimana disaat membuat sebuah keputusan
agar mementingkan bahkan mengutamakan hak asasi manusia terutama hak-hak
dasar manusia. Dan selalu mengutamakan keadilan dan kesejahteraan dari
masyarakatnya.
4. Peran penegak hukum dalam hal ini bersifat adil, baik dalam menentuka sebuah
hukumana atau keputusan yang tepat atas dasar pertimbangan yang matang, atas
dasar musyawarah mufakat sehingga menghasilkan keputusan yang tepat sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pernyataan diatas dapat saya simpulkan bahwa:
Hak Asasi Manusia merupakan suatu anugerah Tuhan Yang Esa yang
dimiliki sejak lahir dan yang wajib harus kita hormati, junjung tinggi, dan
dilindungi baik melalui badan hukum ataupun melalui pemerintahan. Penyebab
dari meningkatnya kasus pelanggaran terhadap hak asasi manusia diantaranya
kurangnya pengetahuan terkait hak asasi manusia, kurangnya peran atau perhatian
pemerintah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan
peranan penegak hukum terkiat dengan kasus yang menyangkut hak asasi
manusia.
Sedangkan solusi yang dapat diberikan yaitu meningkatkan pemahaman
terhadap hak asasi manusia dengan cara mensosialisasikannya secara rutin dan
bertahap, dan memperbaiki peran pemerintah dalam membuat kebijakan terkait
dengan hak asasi manusia, dan peran penegak hukum dalam pembuat keputusan
terkait dengan sanksi atau keringan terhadap para pelanggar hak asasi manusia.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu lebih genjar mempromosikan terkait
dengan hak asasi manusia terutama didalam pendidikan agar ditanamkan sejak
dini terkait hak asasi manusia. Agar para pembuat keputusan atau kebijakan agar
lebih memeperhatikan aspek-aspek yang vital terkait dengan keputusan yang
akan dibuat yang akan menyangkut kepentingan bersama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Davidson S. 2008. Hak Asasi Manusia. Jakarta: Utama Grafiti


Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Retnaningsih E. 2013 Akses Layanan Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers
Rahayu S. 2013. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPkn). Jakarta:
Bumi Aksara
Thabrany H. 2014. Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Rajawali Pers
Winarno. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara

15

Anda mungkin juga menyukai