Anda di halaman 1dari 15

BAB VIII

KONTASEPSI KOMBINASI

A. PIL KOMBINASI

1. Pengertian

Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang mengandung sintetik estrogen dan

preparat progesteron yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya

ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH,

mempertebal lendir mukosa serviks (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan

lapisan endometrium. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada

yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan

kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy). Selain untuk

kontrasepsi, pil kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea (nyeri saat

haid), menoragia, dan metroragia. Pil kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita

menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Estrogen yang terdapat di dalam

pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui, dapat mengurangi jumlah air susu dan

kandungan zat lemak serta protein dalam ASI. Karena itu untuk ibu menyusui

sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak

mempengaruhi pembentukan air susu.

Pil KB kombinasi mengandung hormon aktif dan hormon tidak aktif, termasuk:

1. Conventional Pack.

Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan

hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan empat pil tidak aktif. Haid terjadi setiap bulan

selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif
2. Continuous Dosing or Extended Cycle

Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan

hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama seminggu ketika

minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif. Tersedia juga pil KB yang

mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang dapat mencegah haid.

2. Jenis

a. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon

aktif (placebo).

b. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progesteron (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa

hormon aktif.

c. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa

hormon aktif. (Saifuddin, 2006, h; MK-28)

3. Cara kerja

a. Menekan ovulasi.

b. Mencegah implantasi dengan cara mengganggu pertumbuhan endometrium.

c. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma.

d. Mengganggu pergerakan tuba sehingga transportasi sperma dan telur di bagian atas

saluran genital terganggu. (Saifuddin, 2006, h; MK-29)

4. Manfaat

1. Manfaat kontraseptif

a. Memiliki efektifitas yang tinggi, apabila diminum setiap hari. Efektifitasnya yaitu

: 1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama pemakaian.


b. Tidak mengganggu hubungan seksual.

c. Segera efektif jika dimulai di hari ke-7 pada siklus menstruasi.

d. Mudah dihentikan setiap saat.

e. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.

f. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya

untuk mencegah kehamilan.

g. Tidak memerlukan pemeriksaan panggul untuk memulai penggunaan.

h. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.

i. Mudah digunakan.

j. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

k. Dapat disediakan oleh petugas non medis yang terlatih.

2. Manfaat non kontraseptif

a. Siklus haid menjadi teratur,.

b. Banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia).

c. Mengurangi terjadinya nyeri haid (disminorrhoe).

d. Membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker

endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada

payudara. (Wiknjosastro, 2007, h; 549)

5. Keterbatasan

a. Mahal dan membosankan karena harus menggunakan setiap hari.

b. Rasa mual, pusing, nyeri payudara, perdarahan bercak pada 3 bulan pertama.

c. Berat badan naik sedikit.

d. Berhenti haid (amenorrhoe), tapi jarang pada pil kombinasi.

e. Tidak boleh digunakan pada ibu menyusui, karena dapat mengurangi prosuksi ASI.

f. Efektifitasnya bisa berkurang jika minum obat tertentu.


g. Kebiasaan lupa minum dapat meningkatkan kegagalan metode ini.

h. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan perubahan suasana

hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual berkurang.

i. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke, dan

gangguan pembekuan darah pada vena dapat sedikit meningkat.

j. Pada perempuan usia > 35th dan merokok perlu hati-hati.

k. Tidak dapat melindungi dari PMS misalnya : HIV/AIDS, HBV.

(Saifuddin, 2006, h; MK-30)

6. Yang dapat menggunakan pil kombinasi

Pada prinsipnya hampir semua wanita boleh menggunakan pil kombinasi, seperti:

a. Usia reproduksi

b. Setelah melahirkan yang tidak menyusui dimulai setelah minggu ke-3.

c. Pasca persalinan dan tidak menyusui

d. Pasca keguguran dimulai segera atau dalam 7 hari setelah aborsi.

e. Anemia karena haid berlebihan.

f. Wanita dengan nyeri haid yang hebat.

g. Wanita dengan siklus haid tidak teratur.

h. Wanita dengan riwayat kehamilan ektopik.

i. Penderita kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan

saraf.

j. Penyakit tyroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium jinak.

k. Menderita TBC (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin).

(Saifuddin, 2006, h; MK-30)


7. Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi

a. Hamil atau dicurigai hamil.

b. Menyusui Eksklusif

c. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.

d. Penyakit hati akut (hepatitis).

e. Perokok dengan usia > 35th

f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg.

g. Riwayat gangguan pembekuan darah (tromboflebitis vena atau embolus pulmoner).

h. Riwayat diabetes > 20th.

i. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.

j. Migraine dan gejala neurologic fokal (epilepsi/riwayat epilepsi).

k. Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

(Saifuddin, 2006, h; MK-31)

8. Waktu menggunakan pil kombinasi

a. Setiap saat bila diyakini tidak hamil atau dicurigai hamil.

b. Hari 1-7 dari siklus haid.

c. Post partum:

Setelah 6 bulan, jika ibu menggunakan MAL

Setelah 3 minggu, jika ibu tidak menyusui

d. Pasca aborsi (segera atau dalam waktu 7 hari setelah aborsi)

e. Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi

yang lain (kondom) mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan

hubungan seksual sampai andatelah menghabiskan paket pil tersebut

f. Bila berhenti menggunakan kontrasepsi suntik, dan ingin menggantikan dengan pil

kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa menunggu haid.


9. Instruksi pada klien:

a. Minum 1 pil setiap hari, sebaiknya pada waktu yang sama setiap harinya

b. Minum pil pertama pada hari pertama hingga hari ke-7 (sebaiknya hari pertama) saat

dimulainya periode menstruasi

c. Terdapat kemasan berisi 28 dan 21 butir pil

Pada saat kemasan 28 butir telah habis, segera minum pil dari kemasan yang baru.

Dan pada saat kemasan 21 butir telah habis, sebaiknya menunggu 7 hari terlebih

dahulu kemudian minum pil dari kemasan yang baru.

d. Jika muntah dalam waktu 30 menit setelah minum pil, minumlah pil lagi atau

gunakan metode pendukung jika ada berhubungan seksual selama 7 hari berikutnya.

e. Jika lupa minum sebutir pil, minumlah pil yang terlupa segera setelah ingat,

meskipun ini ini berarti klien minum 2 pil sehari.

f. Jika lupa minum 2 butir pil atau lebih, harus minum 2 butir pil setiap hari sampai

kembali lagi ke jadwal semula. Gunakan metode pendukung (misal : kondom) atau

jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari.

g. Jika klien 2 bulan atau lebih tidak mendapatkan haid, segera datang ke klinik untuk

melakukan tes kehamilan. (Wiknjosastro, 2007, h; 550)

10. Informasi lain yang perlu disampaikan:

a. Pada permulaan penggunaan pil kadang-kadang timbul rasa mual, pusing, sakit

kepala, nyeri payudara, serta perdarahan bercak (spotting) adalah hal-hal yang

sering terjadi selama siklus haid (biasanya menghilang dalam waktu 2 atau 3 hari).

b. Jenis obat tertentu (rifampisin, dan kebanyakan obat anti epilepsy) dapat

mengurangi efektifitas dari KKO. Ceritakan pada petugas jika klien minum obat-

obatan baru apapun.

c. Gunakan kondam jika terdapat resiko PMS. (Saifuddin, 2006, h; MK-32)


11. Efek samping pil kombinasi

a. Amenorrhoe

b. Tekanan darah tinggi

c. Mual, pusing, muntah

d. Perdarahan / pernodaan

e. Jerawat

f. Payudara terasa penuh atau mengencang (mastalgia)

g. Nyeri dada (khususnya jika terjadi pada saat olahraga)

h. Depresi (perubahan mood atau kehilangan libido).

(Saifuddin, 2006, h; MK-33)

12. Keadaan yang perlu mendapatkan perhatian:

Hubungi petugas kesehatan jika anda mengalami hal-hal dibawah ini:

a. Nyeri berat di daerah dada atau sesak nafas

b. Sakit kepala hebat atau pandangan tidak jelas

c. Nyeri tungkai hebat (betis atau paha)

d. Tidak terjadinya perdarahan apapun atau bercak selama minggu bebas pil (kemasan

21 hari) atau saat tidak minum pil selama 7 hari (kemasan 28 hari), kemungkinan

merupakan tanda kehamilan.

(Saifuddin, 2006, h; MK-33)

13. Penanganan dan efek samping

Efek Samping Penanganan

Amenore Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak

(tidak ada perdarahan atau spottting) hamil dan klien minum pil dengan benar,

tenanglah. Tidak datang haid kemungkinan


besar karena kurang adekuatnya efek

estrogen terhadap endometrium. Tidak perlu

pengobatan khusus. Coba berikan pil dengan

dosis estrogen 50 mg, atau dosis estrogen

tetap, tetapi dosis progestin dikurangi. Bila

klien hamil uterin, hentikan pil, dan yakinkan

pasien bahwa pil yang telah diminumnya

tidak punya efek pada janin.

Mual, pusing atau muntah Tes kehamilan atau pemeriksaan

(akibat reaksi anafilaktik) ginekologik. Bila tidak hamil, sarankan

minum pil saat makan malam, atau sebelum

tidur

Perdarahan pervaginam / spotting Tes kehamilan atau pemeriksaan ginekolgik.

Sarankan minum pil pada waktu yang sama.

Jelaskan bahwa perdarahan / spotting hal

yang biasa pada 3 bulan pertama dan lambat

laun akan berhenti. Bila perdarahan atau

spotting tetap saj terjadi. Ganti pil dengan

dengan dosis estrogen lebih tinggi (50 mg)

sampai perdarahan teratasi, lalu kembali ke

dodis awal. Bila perdarahan atau spotting

timbul lagi, lanjutkan lagi dengan dosis 50

mg, atau ganti dengan metode kontrasepsi

yang lain.
B. SUNTIKAN KOMBINASI

1. Pengertian

Jenis suntikan kombinasi adalah 25mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg

Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali, dan 50mg Noretindron

Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali

(Saifuddin,2006; h. MK-34)

2. Cara Kerja

a. Menekan ovulasi

b. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penitrasi sperma terganggu

c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu

d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba

e. (Saifuddin,2006; h. MK-34).

3. Efektifitas

Sangat efektif (0.1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama

penggunaan (Saifuddin,2006; h. MK-34)

4. Keuntungan Kontrasepsi

a. Risiko terhadap kesehatan kecil

b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

c. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

d. Jangka panjang

e. Efek samping sangat kecil

f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

(Saifuddin,2006; h. MK-34).
5. Keuntungan Nonkontrasepsi

a. Mengurangi jumlah perdarahan

b. Mengurangi nyeri saat haid

c. Mencegah anemia

d. Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium

e. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium

f. Mencegah kehamilan ektopik

g. Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul

h. Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause

(Saifuddin,2006; h. MK-34).

6. Kerugian

a. Perubahan pola haid ; tidak teratur, perdarahan bercak, perdarahan sela sampai 10

hari

b. Awal pemakaian : mual, pusing, nyeri payudara dan keluhan ini akan menghilang

setelah suntikan kedua atau ketiga

c. Ketergantungan klien pada pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30 hari

untuk mendapatkan suntikan

d. Efektivitas turun jika interaksi dengan obat : epilepsy (fentoin, barbiturat) atau obat

tuberkulosis (rifampisin)

e. Dapat terjadi efek samping yang serius: serangan jantung, stroke, bekuan darah pada

paru-paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati

f. Penambahan berat badan

g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis

B virus, atau infeksi virus HIV


h. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian,

(Saifuddin,2006; h. MK34-35).

7. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi

a. Usia reproduksi

b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak

c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi

d. Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan

e. Pasca persalinan dan tidak menyusui

f. Anemia

g. Nyeri haid hebat

h. Haid teratur

i. Riwayat kehamilan ektopik

j. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

(Saifuddin,2006; h. MK-35).

8. Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi

a. Hamil atau diduga hamil

b. Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan

c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

d. Penyakit hati akut (virus hepatitis)

e. Usia > 35 tahun yang merokok

f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110

mmHg)

g. Riwayat kelainan tromboemboliatau dengan kencing manis > 20 tahun

h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine

i. Keganasan pada payudara


(Saifuddin,2006; h. MK-35).

9. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi

a. Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid, tidak diperlukan

kontrasepsi tambahan

b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh

melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain

untuk 7 hari

c. Bila klien tidak haid maka pastikan tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan

setiap saat. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya

atau gunakan kontrasepsi lain

d. Pasca bersalin 6 bulan, menyusui dan belum haid maka harus dipastikan tidak hamil

dan suntikan dapat diberikan

e. Pasca bersalin < 6 bulan, menyusui serta telah mendapatkan haid, maka suntikan

pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7

f. Pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberikan suntikan kombinasi

g. Pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberikan

h. Pasca keguguran suntikan kombinasi dapat segera di berikan waktu 7 hari

i. Ganti cara:

Suntikan lain sesuai jadwal

- Hormonal kombinasi lain, bila sebelumnya menggunakan kontrasepsi dengan

benar segera diberikan, jika ragu tes kehamilan

- Non hormonal segera berikan asal tidak hamil, bila diberikan hari 1-7 siklus

tidak perlu kontrasepsi lain

(Saifuddin,2006; h. MK-36).
10. Cara Penggunaan

a. Suntikan diberikan di Intra muscular, setiap bulan

b. Suntikan Diulang tiap 4 minggu

c. Suntikan ulang dapat diberika 7 hari lebih awal dengan kemungkinan terjadi

gangguan perdarahan

d. Jika suntikan diberikan setelah hari ke 7 ètidak dianjurkan hubungan 7 hari

kemudian atau gunakan kontrasepsi lain

(Saifuddin,2006; h. MK-37).

Perlu Perhatian Khusus

 Tekanan darah tinggi <180/110 mmHg dapat diberikan, tetapi perlu pengawasan

 Kencing Manis (DM) dapat diberikan jika tidak ada komplikasi dan terjadi < 20 tahun

 Migrain, jika tidak ada kelainan neurologik dapat diberikan

 Menggunakan rifampisin / obat epilepsy, pilih dosisi ethinil estradiol 50 ug atau pilih

kontrasepsi lain

 Anemi bulan sabit (sickle cell), sebaiknya jangan menggunakan suntikan kombinasi

(Saifuddin,2006; h. MK-35).

11. Efek Samping dan Penanganannya

a. Amenorea

b. Periksakan kehamilan, jika hamil lakukan konseling, bila tidak hamil, sampaikan

bahwa darah tidak terkumpul di rahim

c. Mual / Pusing / Muntah pada awal pemakaian

d. Pastikan tidak hamil, informasikan hal tersebut bisa terjadi, jika hamil lakukan

konseling / rujuk
e. Spotting / perdarahan, Jelaskan merupakan hal biasa tapi juga bisa berlanjut, jika

berlanjut maka anjurkan ganti cara

(Saifuddin,2006; h. MK 37-38).

12. Intruksi Untuk Klien

a. Harus kembali untuk suntik ulang setiap 4 minggu

b. Tidak haid lebih dari 2 bulan maka pastikan tidak hamil

c. Menyampaikan ESO yaitu: mual, sakit kepala, nyeri ringan payudara dan spotting

sering ditemukan pada 2-3 kali suntikan pertama

d. Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis atau obat epilepsi obat-

obat tersebut dapat mengganggu efektivitas kontrasepsi yang sedang digunakan

(Saifuddin,2006; h. MK-38).

Anda mungkin juga menyukai