Anda di halaman 1dari 8

MEMBIASAKAN ANAK DENGAN PEKERJAAN SUNNAH

Allah swt. Berfirman: “Dan pada sebagian malam, bertahajjudlah dengan-Nya sebagai
amalanmu mudah-mudahan Tuhanmu menempatkanmu pada tempat yang terpuji” (al-Isra:
79).

Sebagaimana juga sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Syaikhan, “Barang siapa
mendekat kepadaku satu jengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepah, dan barang
siapa mendekat kepadaku sedepah, maka Aku akan mendekat kepadanya semeter, dan apabila
ia mendekat kepadaku dengan berjalan maka Alu akan mendekatinya dengan berlari”

Dalam sabdanya yang lain: “Tidak ada seorang muslim melaksanakan shalat sunat dalam sehari
sebanyak dua belas rakaat di luar shalat fardhu kecuali Allah membangunkannya sebuah rumah
dalam surga”.

Yang dimaksud dengan ‘pekerjaan sunnah’ (nafilah) adalah ibadah tambahan selain

yang fardhu. Macamnya cukup banyak, dan disini disebutkan beberapa macam ibadah

tambahan dalam shalat dan puasa. Semoga menjadi pedoman bagi kita untuk diajarkan kepada

anak dan keluarga kita.


1. Shalat Sunnah (shalat tambahan)

a. Shalat Dhuha

Sebagaimana diriwayatkan Muslim dari Abu Dzar r.a. bahwa Rasulullah saw.

Bersabda : “Setiap pagi hari dianjurkan bagi setiap orang diantara kalian untuk

melakukan sedekah, dan hal itu cukup ditunaikan hanya dengan melakukan dua

rakaat shalat dhuha”.

Muslim juga meriwayatkan dari Aisyah r.a. : “Rasulullah saw. Shalat dhuha empat

rakaat dan beliau tambah sesukanya”.


Muslim meriwayatkan dari Ummu Hani r.a. “Bahwa Rasulullah saw. Shalat dhuha

delapan rakaat”.

Kesimpulan dari tiga periwayat di atas adalah shalat dhuha paling sedikitnya dua

rakaat, pertengahannya empat rakaat dan paling afhdal delapan rakaat. Waktunya

dimulai kurang dari setengah jam setelah terbit matahari hingga kurang lebih satu

jam menjelang waktu dzuhur.

b. Shalat Awwabin

Shalat Awwabin yaitu enam rakaat setelah shalat magrib, sebagaimana

diriwayatkan Ibnu Majah dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. Bersabda :

“Barangsiapa shalat setelah shalat magrib enam rakaat, ia tidak bercakap-cakap

buruk di antara shalat-shalat itu, maka shalatnya itu seimbang dengan ibadah dua

belas tahun”. Shalat awwabin ini juga cukup dengan hanya dua rakaat saja.

c. Tahiyatul Masjid

Sebagaimana diriwayatkan Muslim dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah saw.

Bersabda : “Jika salah dari kalian masuk masjid, hendaknya ia tidak duduk dahulu

kecuali setelah shalat dua rakaat”.


d. Dua rakaat setelah wudhu

Sebagaimana diriwayatkan Bukhari dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw.

Berkata kepada Bilal r.a. :

“Kabarkanlah kepadaku tentang perbuatan yang paling kamu harapkan pahalanya,


yang engkau kerjakan dalam Islam, karena sesungguhnya aku mendengar bunyi
kedua sandalmu di dekatku di surga, Bilal berkata, saya tidak melakukan suatu
pekerjaan yang paling diharapkan pahalanya, kecuali bahwa aku tidaklah bersuci
baik di malam hari atau siang hari kecuali aku shalat sesudahnya, semampu aku
melakukannya”

e. Shalat Malam

Sebagaimana diriwayatkan Turmidzi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw.

Bersabda : “Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam

(tahajud)”. Muslim meriwayatkan dari Jabir, ia berkata saya mendengar Rasulullah

saw. Bersabda :
“Sesungguhnya di malam hari terdapat satu saat yang jika kebetulan ada salah

seorang muslim minta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, Allah pasti

mengabulkan permintaannya itu, dan saat itu terdapat di setiap malam”.

Tarmidzi meriwayatkan dari Abu Umamah, dari Rasulullah saw. Bahwasanya

beliau bersabda :

“Kerjakanlah shalat malam, karena ia adalah kebiasaan orang-orang shaleh, dan

merupakan salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Tuhanmu, juga sebagai

penebus dosa dan pencegah perbuatan dosa”.

Shalat malam sedikitnya dua rakaat dan banyaknya tidak terbatas. Shalat ini adalah

yang paling utama karena lebih dekat kepada ikhlas.

f. Shalat Tarawih

Shalat tarawih yaitu dua puluh rakaat dengan sepuluh salam di setiap malam bulan

Ramadhan. Dilaksanakan berjamaah setelah shalat isya’ sebagaimana diriwayatkan

Baihaqi dari As-Saib Bin Ash-Shahabi r.a. pada zaman Umar Bin Khattab, pada
bulan Ramadhan mereka mendirikan shalat tarawih sebanyak dua puluh rakaat, dan

mereka membaca dua ratus surah. Dan pada zaman Ustman bin Affan, mereka

mengerjakannya bertekan pada tongkat mereka karena lamanya mereka berdiri.

g. Shalat Istikharah

Shalat istikharah yaitu sebanyak dua rakaat dan sesudahnya membaca doa seperti

diriwayatkan Jabir, yang terdapat dalam Shahih Bukhari :

“Ya Allah sesungguhnya aku meminta agar Engkau memilihkan mana yang baik
menurut-Mu, dan aku memohon agar Engkau memberikan kepastian dengan
ketentuan-Mu, dan aku mohon kemurahan-Mu yang agung, karena sesungguhnya
Engaku kuasa dan aku tidak kuasa, Engkau mengetahui dan aku tidak mengetahui,
dan engkau maha mengetahui hal-hal yang gaib. Ya Allah jika Engkau tahu bahwa
urusan ini baik bagiku dalam agamaku, hidupku dan baik akhiratnya, maka
berikanlah urusan ini kepadaku dan mudahkanlah bagiku, kemudian berkatilah
bagiku di dalam-nya. Dan jika Engkau tahu urusan ini buruk bagiku, dalam
agamaku, hidupku dan buruk akibatnya, maka jauhkanlah urusan ini dariku dan
jauhkanlah diriku darinya. Berikanlah aku kebaikan di mana saja aku berada,
kemudian jadikanlah aku ini manusia yang rela menerima segala anugrahmu”.

Kata-kata ‘urusan ini’ dapat diganti dengan kata-kata yang sesuai dengan kebutuhan

yang dimaksud. Apa-apa yang datang (bisa dalam bentuk mimpi, firasat dan lain-

lain), kuat dan mantap dalam hati untuk dikerjakan atau ditinggalkan setelah

pelaksanaan shalat, maka itulah yang harus dilaksanakan.

h. Shalat Hajat
Shalat hajat yaitu shalat dua rakaat, kemudian setelah mengerjakan shalat tersebut

membaca doa dibawah ini :

“Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pemurah, Maha

Suci Allah tuhan yang memelihara Arasy yang Agung. Segala puji hanyalah bagi

Allah Tuhan semesta alam. Aku memohon kepada-Mu apa-apa yang mewajibkan

rahmat-Mu dan apa-apa yang mendatangkan ampunan dari-Mu dan keuntungan

dari segala kebaikan, selamat dari segala dosa. Janganlah engkau biarkan dosa

bersisa kepadaku kecuali engkau mengampuninya. Dan tidak pula kesusahan

kecuali engkau menghilangkannya, dan tidak pula suatu kebutuhan yang engkau

ridhai kecuali engkau mengabulkannya, wahai Allah yang lebih penyayang dari

segala penyayang”. (H.R. Tirmidzi)

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, menghadap kepada-Mu

dengan Nabi-Mu Muhammad, nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad

sesungguhnya aku bersamamu menghadap Tuhanku dalam hajatku agar tuhan

mengabulkannya. Ya Allah jadikanlah Muhammad syafaat bagiku”.


2. Puasa Sunat

Asal mula puasa sunat adalah dari apa yang diriwayatkan muslim dalam shahihnya dari

Abu Said Al-Khudhri r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda :

Anda mungkin juga menyukai