MASALAH-MASALAH SOSIAL
Mujinem
Hidayati
Pendahuluan
5 - 2 Unit 5
Sebagai gambaran, coba Anda bayangkan apabila anda bertemu dengan
seseorang, katakanlah orang tersebut pernah Anda kenali, tetapi lupa namanya dan
di mana pernah bertemu, demikian juga halnya orang tersebut terhadap anda.
Kira-kira apa yang Anda berdua lakukan?
Mungkin Anda berdua saling menyapa, kemudian berjabat tangan, saling bicara,
dan sebagainya. Aktivitas Anda berdua itulah merupakan bentuk-bentuk interaksi
sosial.
Tidak selamanya proses sosialisasi dan interaksi sosial berjalan secara mulus,
karena setiap individu memiliki cipta, rasa, dan karsa yang tidak sama dengan
individu-individu yang lain. Oleh karena itu kadang-kadang terjadi perbedaan
kepentingan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Dengan
demikian dalam kenyataan hidup biasanya kita dihadapkan pada pilihan yang
berbeda-beda, misalnya kerjasama (cooperation), persaingan (competition),
pertikaian (conflict), dan akomodasi. Sebagai contoh perhatikan perilaku interaksi
sosial berikut ini.
Dalam suatu kelas di Sekolah Dasar (SD) terdapat 40 orang siswa. Kelas ini
merupakan kelompok yang memiliki beberapa kesamaan. Sebagai makhluk
sosial di dalam kelas ini terjadi interaksi sosial dan di dalamnya ada yang
sifatnya bekerja sama, ada yang bersaingan, bahkan pernah terdapat
pertentangan serius diantara siswa-siswa tertentu. Pertentangan itu menjurus
pada bentrokan fisik. Sebagai guru, Anda berusaha mendamaikan dan mereka
pada akhirnya berdamai. Namun demikian ternyata perdamaian hanya
diterima oleh kedua belah pihak yang bertikai hanya sementara waktu saja.
Bagaimana tanggapan Anda sebagai guru terhadap empat hal yaitu bekerja
sama (cooperation), persaingan (competition), pertikaian (conflict), dan
akomodasi?
Tentunya keempat bentuk interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan
kontinuitas, artinya bahwa interaksi itu dimulai dari bekerja sama, dilanjutkan
dengan persaingan dan memuncak menjadi pertikaian, akhirnya mengalami
proses akomodasi.
Manusia sebagai makhluk individu dalam hidup bermasyarakat tentunya akan
menentukan pilihan-pilihannya sendiri yang kadang-kadang berbeda dengan
individu-individu yang lain. Perbedaan-perbedaan inilah yang biasanya akan
menimbulkan suatu masalah dalam masyarakat, dan disebut dengan masalah
sosial. Dengan kata lain, manusia yang mempunyai kodrat sebagai makhluk
sosial, dalam hidup bermasyarakat tentu mengalami proses sosialisasi maupun
5 - 4 Unit 5
Sebagai pedoman Anda mempelajari bahan ajar unit-5 ikutilah beberapa petunjuk
belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan, pahami betul isinya, apa tujuan
mempelajari unit ini, dan bagaiana cara mempelajarinya.
2. Bacalah bagian demi bagian, temukan kata kunci, kemudian berilah tanda atau
digarisbawahi
3. Pahami pengertian demi pengertian dari materi unit ini melalui pemahaman
sendiri atau diskusi kelompok dengan teman sejawat
4. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman atau tutor pada
waktu tutorial tatap muka.
5 - 6 Unit 5
Masalah sosial berkaitan dengan ukuran tentang nilai-nilai dan norma-norma
sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Setiap masyarakat tentu saja
memiliki ukuran tentang nilai dan norma sendiri-sendiri yang berbeda dengan
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang lain. Nilai-nilai dan
norma-norma sosial yang hidup dalam masyarakat akan dijadikan sebagai
penuntun atau pedoman dalam kehidupannya.
Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu
obyek, jadi bukan obyek itu sendiri yang dinamakan nilai. Sesuatu itu
mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu
itu.
Sebagai contoh, bunga itu indah, perbuatan itu bermoral. Indah dan moral
adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga atau perbuatan. Dengan
demikian nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di
balik kenyataan-kenyataan lainnya.
Nilai mengandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan, dan keharusan. Oleh
karena itu berbicara mengenai nilai berarti kita berbicara tentang hal-hal yang
ideal atau das sollen yaitu sesuatu yang seharusnya, bukan das sein atau
sesuatu yang senyatanya.
Nilai berada dalam tataran dunia ideal, bukan dunia yang real. Meskipun
demikian antara keduanya saling berhubungan atau berkaitan dengan erat,
artinya das sollen itu harus menjelma menjadi das sein, yang ideal harus
menjadi riil. Dalam kenyataannya ada orang atau sekelompok orang yang
dengan sengaja dan sadar melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat dan sangat dijunjung tinggi oleh
masyarakat tersebut.
Kenyataan-kenyataan seperti inilah yang akan menimbulkan kesenjangan dan
pada akhirnya akan menimbulkan masalah-masalah dalam masyarakat.
Apabila masalah-masalah itu menjadi berlarut-larut, maka gejala atau
kenyataan itu akan menjadi masalah sosial.
Jadi pada dasarnya masalah sosial itu berkaitan dengan nilai-nilai sosial. Hal
ini merupakan masalah karena memang ada kesenjangan antara tata kelakuan
yang seharusnya berlaku dengan keadaan yang senyatanya terjadi. Dalam hal
ini kita memerlukan nilai dan norma untuk mengukur apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap tidak baik, apa yang dianggap benar dan apa yang
dianggap tidak benar, hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang tidak
boleh dilakukan.
5 - 8 Unit 5
jauh tertinggal dengan masyarakat di daerah perkotaan. Kesenjangan
antara masyarakat desa dan masyarakat kota bisa diminimalkan.
Selain berpengaruh secara positif, maka televisi juga menghadirkan
pengaruh-pengaruh negatif atau pengaruh yang kurang baik. Acara-acara
televisi seperti hiburan, iklan juga akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku masyarakat untuk meniru, sehingga akan menghadirkan
kebiasaan-kebiasaan dan kebutuhan-kebutuhan baru pula yang kadang-
kadang tidak sesuai dengan kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat
desa.
Kebiasaan-kebiasaan dan kebutuhan-kebutuhan baru akibat acara televisi
tersebut dapat menimbulkan berbagai keinginan baru yang tidak
seluruhnya dapat terpenuhi. Apabila keinginan-keinginan baru itu terus
menerus mendesak, maka semakin lama akan menimbulkan kesenjangan
antara keinginan dan kenyataan. Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa
dengan masuknya listrik di desa ternyata juga menimbulkan masalah-
masalah sosial dalam masyarakat.
Contoh lain dapat Anda lihat dalam uraian berikut ini.
Kemajuan dan perkembangan di bidang Iptek khususnya dalam bidang
komunikasi dan informasi, juga membawa pengaruh besar bagi
masyarakat. Kita ambil contoh dengan masuknya internet dalam dunia
kehidupan masyarakat.
Di satu sisi akan membawa pengaruh positif, sedang di sisi lain akan
membawa pengaruh negatif. Pengaruh positif ditunjukkan dengan adanya
kemajuan-kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, karena melalui internet
orang dengan mudah mengakses pengetahuan-pengetahuan maupun
informasi-informasi lain dari berbagai penjuru negara, sehingga hal ini
akan lebih membuka wawasan seseorang terhadap kemajuan-kemajuan.
Seseorang tidak akan merasa tertinggal jauh dengan orang-orang yang
berasal dari negara lain.
Di samping pengaruh positif, internet juga menghadirkan pengaruh-
pengaruh negatif, misalnya situs-situs porno, kebudayaan dari negara-
negara lain yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hal itu
tentu akan mencemari atau merusak moral bangsa, terutama generasi muda
sebagai penerus bangsa. Oleh karena itu seseorang memang harus pandai
dalam mengakses internet agar tidak terperangkap ke dalam jurang yang
akan merusak moral bangsa. Meningkatkan moral memang merupakan
a. Kemiskinan
Masalah kemiskinan bisa dipandang secara relatif oleh masing-masing
orang, hal ini tergantung pada taraf kehidupan masyarakat setempat.
Bagi masyarakat modern, miskin itu dipandang karena tidak
terpenuhinya seluruh kebutuhan hidupnya. Akan tetapi bagi
masyarakat yang sederhana kemiskinan itu dipandang karena mereka
tidak dapat memenuhi kebutuhan primernya seperti sandang, pangan,
dan papan.
Jadi secara umum kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di
mana anggota masyarakat tidak sanggup memelihara dirinya sendiri
sesuai dengan taraf kehidupan kelompok, dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, miskin
budaya dan budaya miskin. Miskin budaya adalah miskin pengetahuan
atau miskin kreativitas, dengan keterbatasan kemampuannya maka
seseorang tidak mampu melakukan sesuatu yang lebih baik, sehingga
5 - 10 Unit 5
tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya atau kebutuhan primernya.
Adapun budaya miskin adalah budaya malas, orang yang etos kerjanya
sangat rendah meskipun mereka mempunyai kemampuan, pengetahuan
yang memadai dan juga memiliki daya kreatifitas.
c. Disorganisasi Keluarga
Adapun yang dimaksud dengan disorganisasi keluarga adalah
perpecahan keluarga sebagai satu unit karena anggota keluarga gagal
memenuhi kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya.
Bentuk-bentuk disoganisasi keluarga antara lain:
• Unit keluarga tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan
• Perceraian
• Tidak ada komunikasi yang baik diantara anggota keluarga
• Krisis keluarga yang disebabkan faktor intern dan ekstern
d. Peperangan
Masalah peperangan berbeda dengan masalah sosial lainnya karena
menyangkut beberapa masyarakat sekaligus, sehingga merupakan
masalah sosial yang paling sulit dipecahkan. Peperangan
mengakibatkan disorganisasi dalam berbagai aspek kemasyarakatan
baik bagi negara yang dapat memenangkan perang maupun bagi
negara yang kalah perang.
f. Masalah Kependudukan
Masalah kependudukan merupakan masalah dasar terjadinya masalah-
masalah sosial yang lain. Artinya masalah kependudukan menjadi
pendorong timbulnya masalah-masalah sosial yang lain. Pertumbuhan
penduduk akan diikuti oleh pertumbuhan kebutuhan hidupnya. Apabila
kebutuhan hidup itu tidak terpenuhi akan mengakibatkan terjadinya
berbagai ketimpangan, misalnya dalam bidang ekonomi, ekologi atau
lingkungan, pendidikan dan sebagainya.
g. Masalah Lingkungan
Secara umum, masalah lingkungan dapat diartikan sebagai masalah
yang terjadi dalam lingkungan hidup manusia. Masalah lingkungan ini
tidak bisa berdiri sendiri artinya masalah ini terkait dengan masalah-
masalah yang lain, seperti masalah kependudukan, misalnya tingginya
arus urbanisasi, rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan
sebagainya. Selain itu juga terkait dengan perkembangan Iptek.
B. Teori-Teori Sosial
Sebelum membahas lebih jauh tentang masalah-masalah sosial yang ada di
lingkungan sekitar kita, maka baiklah kita membahas tentang teori-teori sosial
lebih dulu.
Adapun teori-teori sosial yang akan dibahas di sini adalah teori
Fungsionalisme Struktural dan teori Konflik.
5 - 12 Unit 5
ini menjelaskan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat yang didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu:
a. Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh dan terdiri
dari beberapa bagian yang saling berinteraksi.
b. Bagian-bagian dalam masyarakat tersebut saling berhubungan, sifat
hubungannya ada yang searah tapi ada juga yang bersifat timbal balik.
c. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, penyesuaian tidak perlu
banyak merubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh.
d. Integrasi yang sempurna dalam masyarakat tidak pernah ada, oleh
karena itu dalam masyarakat senantiasa timbul ketegangan-ketegangan
dan penyimpangan-penyimpangan. Akan tetapi ketegangan-
ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan itu akan dinetralisir
melalui proses pelembagaan.
e. Perubahan-perubahan akan berjalan secara perlahan-lahan sebagai
suatu proses adaptasi dan penyesuaian.
f. Perubahan merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh adanya
diferensiasi dan inovasi
g. Sistem diintegrasikan melalui pemilikan nilai-nilai yang sama
Menurut teori Fungsionalisme Struktural, masyarakat sebagai suatu sistem
memiliki struktur yang terdiri dari banyak lembaga yang masing-masing
lembaga memiliki fungsi sendiri-sendiri. Struktur dan fungsi, dengan
kompleksitas yang berbeda-beda ada pada setiap masyarakat, baik pada
masyarakat yang modern maupun pada masyarakat primitif.
Sebagai contoh:
a. Lembaga pendidikan, lembaga ini mempunyai fungsi untuk
mewariskan nilai-nilai yang hidup dalam suatu masyarakat kepada
generasi-generasi penerus bangsa.
b. Lembaga keagamaan, lembaga ini mempunyai fungsi untuk
membimbing, dan mengarahkan pemeluk-pemeluknya agar menjadi
manusia yang bermoral baik, sehingga bisa menuntun setiap manusia
dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
c. Lembaga ekonomi, lembaga ini mempunyai fungsi untuk mengatur
proses produksi, konsumsi, dan distribusi barang-barang maupun jasa.
d. Lembaga politik, lembaga ini mempunyai fungsi untuk menjaga dan
mengatur tatanan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, sehingga kehidupan kita akan menjadi lebih baik dan
teratur.
5 - 14 Unit 5
pedagang di pasar-pasar tradisional mulai berunjuk rasa, karena mereka
merasa bahwa rejekinya mulai berkurang. Melihat ketegangan-ketegangan
yang terjadi dalam masyarakat tersebut, maka lembaga hukum dan
lembaga politik mulai mengambil langkah-langkah penyesuaian.
Pemerintah mulai menertibkan para pedagang di pasar-pasar tradisional.
Selain itu juga membangun pasar-pasar tradisional agar kondisinya
semakin baik, semakin menarik, semakin bersih dan semakin nyaman
untuk berbelanja sehingga banyak orang yang akan kembali berbelanja di
pasar-pasar tradisional. Dengan kata lain, pasar tradisional tidak akan
ditinggalkan oleh masyarakat, meskipun di tengah-tengah masyarakat
marak dengan munculnya pasar-pasar modern. Kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah akan menguntungkan kedua belah pihak,
sehingga masyarakat akan berada dalam keseimbangan kembali dengan
kondisi yang lebih maju dan lebih baik.
Contoh lain bisa kita lihat dalam uraian berikut ini. Globalisasi selain
berpengaruh dalam bidang ekonomi juga berpengaruh dalam bidang-
bidang yang lain, diantaranya dalam bidang kebudayaan. Seperti halnya
dalam bidang ekonomi, pengaruh globalisasi dalam bidang kebudayaan
pun juga sangat kita rasakan. Masuknya budaya-budaya asing di negara
kita tentu saja akan membawa dampak baik positif maupun dampak
negatif. Anak-anak muda sekarang mulai menyukai budaya-budaya yang
berasal dari luar, dan mulai meninggalkan budayanya sendiri, atau budaya
yang dimilikinya sudah mulai luntur. Bahkan ada anak yang sudah tidak
mengenali budayanya sendiri.
Hal ini apabila dibiarkan terus menerus tentu akan membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara sendiri. Misalnya, anak yang tidak
mengenali kesenian daerahnya sendiri atau kesenian tradisional, tari-tarian
daerah, lagu daerah, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh-pengaruh budaya asing yang masuk. Anak-anak akan merasa
ketinggalan jaman jika masih mempertahankan budaya tradisional,
sehingga mereka lebih senang menggunakan budaya-budaya asing yang
menurut anggapannya lebih baik dan lebih modern.
Dalam hal ini lembaga kebudayaan merasa sangat dirugikan, karena
lembaga tersebut berfungsi untuk melestarikan budaya-budaya daerah atau
budaya tradisional, sehingga beberapa saat kemudian akan muncul
ketegangan-ketegangan dalam masyarakat. Melihat ketegangan tersebut,
2. Teori Konflik
Teori konflik memandang bahwa adanya kemiskinan di dunia ketiga
sebagai akibat dari proses perkembangan kapitalis di dunia barat.
Kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar umat manusia merupakan
“tumbal” kejayaan masyarakat kapitalis. Negara-negara sedang
berkembang sekarang ini dijadikan sebagai sapi perah bagi negara-negara
barat. Oleh karena itu jika negara-negara sedang berkembang ingin maju
maka harus mampu melepaskan dan memutuskan hubungan dengan
negara-negara kapitalis.
Teori konflik memiliki beberapa asumsi, antara lain:
a. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki sejumlah kepentingan yang
paling mendasar. Mereka selalu berusaha untuk dapat mewujudkan
kepentingan-kepentingan tersebut.
b. Kekuasaan mendapatkan penekanan sebagai pusat hubungan sosial,
karena kekuasaan pada hakekatnya bersifat pemaksaan, maka
kekuasaan justru merupakan sumber konflik.
c. Ideologi dan nilai-nilai yang digunakan sebagai penuntun dan
pedoman dalam hidup bermasyarakat, bukan merupakan sarana untuk
mencapai integrasi dan mengembangkan identitas bangsa.
Antara teori konflik dengan teori fungsional struktural terdapat saling
perbedaan, bahkan sangat bertentangan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
teori fungsional struktural memandang masyarakat dan lembaga-lembaga
sosial yang ada sebagai suatu sistem yang bagian-bagiannya saling terkait
dan ada saling ketergantungan. Bagian-bagian itu saling bekerjasama
dengan baik untuk menciptakan suatu keseimbangan. Akan tetapi mereka
5 - 16 Unit 5
tidak menolak jika konflik itu juga sering muncul dalam masyarakat,
namun masyarakat itu sendirilah yang juga akan mengatasinya.
Berbeda dengan teori fungsional struktural dalam memandang masyarakat,
teori konflik memandang masyarakat sebagai suatu arena dimana antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain saling berebut, misalnya
berebut kekuasaan. Apabila golongan fungsional melihat Undang-undang
sebagai jalan untuk meningkatkan integrasi sosial, maka teori konflik akan
memandang Undang-undang itu sebagai suatu bentuk aturan yang akan
menguntungkan salah satu kelompok saja.
Baiklah, untuk lebih memperjelas tentang teori konflik di atas maka
simaklah contoh berikut ini. Indonesia adalah negara yang plural atau
majemuk atau beraneka ragam dalam setiap aspek kehidupannya. Bagi
golongan fungsional, pluralitas atau keanekaragaman tersebut dipandang
sebagai suatu kekayaan bangsa, karena apabila keanekaragaman bangsa itu
bisa dikelola dengan baik, arif dan bijaksana, maka hal itu justru akan
menjadi kekuatan bangsa.
Kekuatan bangsa itulah yang akan mendorong terwujudnya integrasi
bangsa atau persatuan. Keanekaragaman itu mengandung perbedaan-
perbedaan, dan yang berbeda itu harus kita pandang sebagai sesuatu yang
indah karena saling mewarnai dan melengkapi. Sebaliknya, golongan
konflik memandang bahwa keanekaragaman bangsa itu mengandung
perbedaan-perbedaan, dan perbedaan-perbedaan itulah yang merupakan
pemicu atau sumber konflik. Konflik yang terjadi secara terus menerus
akan menimbulkan perpecahan yang akan mengarah pada disintegrasi
bangsa.
Contoh lain bisa Anda lihat misalnya pada sistem kerja di sebuah pabrik.
Sebuah pabrik tentunya terdiri dari bagian-bagian yang berbeda tapi saling
terkait antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Golongan
fungsional mengatakan bahwa bagian-bagian yang berbeda dalam pabrik
tersebut saling bekerja sama sehingga menyebabkan pabrik itu bisa
beroperasi dengan baik.
Sebaliknya, golongan konflik memandang bahwa bagian-bagian dalam
pabrik tersebut saling bertentangan. Masing-masing bagian membentuk
suatu grup atau kelompok sendiri-sendiri, dan mereka berusaha bekerja
sebaik mungkin untuk kelompoknya sendiri. Hal ini tentu akan
menimbulkan persaingan di antara kelompok-kelompok yang ada, dan
pada akhirnya persaingan itu akan menimbulkan konflik. Jadi teori konflik
a. Kemiskinan
Masalah kemiskinan ini bisa dialami oleh seseorang maupun oleh
sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu. Biasanya masalah
kemiskinan muncul karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
hidup yang paling mendasar atau kebutuhan primer, yaitu sandang,
pangan, dan papan. Masalah ini biasanya timbul pada orang atau
masyarakat yang masih sederhana, orang yang tidak memiliki
pekerjaan tetap sehingga penghasilannya masih jauh dibawah standar.
5 - 18 Unit 5
Untuk memenuhi kebutuhan primer saja sulit, apalagi kebutuhan
sekunder. Namun kadang-kadang kemiskinan juga terjadi pada
seseorang atau sekelompok orang yang sudah modern. Biasanya hal
ini disebabkan karena mereka tidak bisa memenuhi seluruh
kebutuhannya, meskipun untuk kebutuhan primer sudah terpenuhi.
Namun kebutuhan sekunder merasa masih belum terpenuhi.
c. Masalah Keluarga
Dalam masalah keluarga biasanya yang muncul adalah masalah
disorganisasi keluarga, yaitu perpecahan keluarga sebagai suatu unit.
Hal ini disebabkan karena anggota keluarga gagal memenuhi
kewajibannya sesuai dengan peranan sosialnya.
Sebagai contoh misalnya perceraian, karena kurangnya komunikasi
antar anggota keluarga sehingga menimbulkan pertengkaran. Krisis
keluarga yang disebabkan karena faktor-faktor intern dan ekstern,
seperti kemiskinan, orang tua yang baru saja di PHK(Pemutusan
Hubungan Kerja) dari pekerjaannya, intervensi atau campur tangan
pihak-pihak luar dalam urusan rumah tangga, dan sebagainya.
d. Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja atau tidak mempunyai
pekerjaan saat mereka termasuk dalam usia produktif. Hal ini bisa
terjadi karena mereka malas bekerja atau karena baru saja
diberhentikan dari pekerjaannya. Penyebab terjadinya masalah
pengangguran ini sangatlah kompleks, dan terkait antara masalah yang
1. Kemiskinan
Kemiskinan bisa menjadi masalah dalam lingkup lokal, namun bisa juga
menjadi masalah dalam lingkup nasional. Ketika kemiskinan itu dialami
oleh sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu, dan berdampak luas
sampai pada negara, maka kemiskinan tersebut bisa dikategorikan dalam
lingkup nasional.
Misalnya, terjadi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah
longsor, gunung meletus, banjir, banjir lumpur panas di Sidoarjo, dan
sebagainya. Bencana-bencana alam yang hebat tersebut dapat
meluluhlantakkan suatu daerah, sehingga masyarakat yang tinggal di
5 - 20 Unit 5
daerah tersebut akan kehilangan keluarganya, harta bendanya, rumahnya,
dan juga mata pencahariannya.
Keadaan seperti inilah yang akhirnya akan menimbulkan kemiskinan
dalam lingkup nasional karena bukan hanya menjadi beban bagi
seseorang, tapi juga menjadi beban atau masalah bagi suatu negara.
2. Pengangguran
Pengangguran juga bisa dikategorikan dalam masalah lokal maupun
masalah nasional, tergantung dari mana kita memandangnya. Ketika
pengangguran itu dialami oleh seseorang dan hanya berdampak pada suatu
wilayah tertentu, maka pengangguran ini hanya bersifat lokal.
Namun apabila pengangguran ini terjadi pada sekelompok orang dan akan
berdampak pada wilayah negara, maka pengangguran ini bisa disebut
sebagai pengangguran yang sifatnya nasional. Misalnya pengangguran ini
terjadi karena sekelompok orang atau masyarakat yang kehilangan mata
pencahariannya atau pekerjaannya karena bencana alam atau karena
diberhentikan dari pekerjaannya.
3. Masalah Kependudukan
Masalah kependudukan merupakan masalah yang akan mendasari
masalah-masalah sosial yang lain. Artinya masalah kependudukan ini akan
mendorong timbulnya masalah-masalah sosial yang lain.
Misalnya, pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, distribusi penduduk
yang tidak merata, kepadatan penduduk, tingkat urbanisasi yang masih
cukup tinggi. Masalah-masalah penduduk tersebut pasti akan diikuti oleh
masalah-masalah yang lain.
Sebagai contoh, pertumbuhan penduduk yang sangat pesat akan diikuti
oleh pertumbuhan kebutuhan hidup. Apabila kebutuhan-kebutuhan hidup
itu tidak terpenuhi, akan mengakibatkan terjadinya berbagai ketimpangan,
baik di bidang ekonomi, ekologi atau lingkungan, pendidikan, dan
sebagainya.
Distribusi penduduk yang tidak merata juga akan menyebabkan
terkonsentrasinya penduduk di suatu daerah, sehingga menimbulkan
kepadatan penduduk di suatu daerah, sementara ada daerah-daerah lain
yang jarang sekali penduduknya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan
masalah atau ketimpangan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun
pertahanan dan keamanan. Masalah urbanisasi juga akan berdampak pada
4. Masalah Lingkungan
Masalah lingkungan ini terjadi karena ulah manusia yang dengan sengaja
merusak lingkungan hidupnya yang seharusnya digunakan sebagai
penopang kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Misalnya, membuang
limbah baik itu limbah industri maupun limbah domestik atau limbah
rumah tangga tidak pada tempatnya.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan pencemaran baik pencemaran darat,
air, maupun udara, sehingga akan mengganggu kelangsungan hidup
manusia itu sendiri. Penebangan hutan secara liar, akan mengakibatkan
banjir dan tanah longsor yang akhirnya manusialah yang akan
menanggung akibatnya.
Eksploitasi kekayaan alam secara tidak bertanggung jawab juga akan
menyebabkan kerusakan lingkungan. Selain itu masalah lingkungan juga
bisa terjadi karena faktor alam, di luar kekuasaan manusia sehingga
manusia tidak akan mampu untuk mencegahnya. Misalnya terjadinya
bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tsunami, angin
puting beliung, tanah longsor, dan sebagainya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masalah lingkungan itu terjadi
karena adanya ketimpangan antara manusia (penduduk) dengan daya
dukung alam atau lingkungan sebagai penopang kelangsungan hidup
manusia itu sendiri.
5. Konflik Sosial
Konflik sosial terjadi karena adanya pertentangan, percekcokan,
perselisihan, ketegangan antar anggota masyarakat secara menyeluruh.
Pertentangan tersebut muncul karena adanya perbedaan-perbedaan baik
secara individual maupun kelompok, misalnya perbedaan pendapat,
pandangan, penafsiran, pemahaman, kepentingan, dan sebagainya.
Secara lebih luas pertentangan juga bisa diakibatkan karena adanya
perbedaan agama, suku bangsa, bahasa, budaya, dan profesi Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang majemuk atau beraneka ragam dalam
aspek-aspek kehidupannya, apabila keanekaragaman tersebut tidak
5 - 22 Unit 5
dikelola dengan baik maka timbulnya adalah konflik yang akhirnya akan
menjurus ke perpecahan atau disintegrasi.
Namun apabila keanekaragaman tersebut bisa dikelola dengan baik, maka
yang berbeda-beda atau beraneka ragam itu akan menjadi kekayaan bagi
suatu bangsa, sehingga akan menimbulkan persatuan atau integrasi bangsa.
1. Masalah Lingkungan
Masalah lingkungan dalam lingkup internasional disini adalah yang
berdampak sangat luas karena dampaknya akan dirasakan oleh negara-
negara lain. Misalnya kebakaran hutan yang terjadi di daerah Kalimantan,
ternyata asapnya tidak hanya dirasakan oleh bangsa Indonesia sendiri, tapi
juga dirasakan oleh negara-negara tetangga kita seperti Malaysia,
Singapura. Apabila masalah seperti ini tidak segera diatasi, maka bisa juga
menimbulkan konflik antar negara. Pencemaran yang ditimbulkan dari
asap kebakaran hutan tersebut akan menimbulkan berbagai macam
penyakit.
2. Terorisme
Terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung
kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror atau ancaman
terhadap orang-orang tertentu atau sekelompok orang atau masyarakat
luas. Teror digunakan sebagai teknik untuk mencapai tujuan.
Terorisme ini dikategorikan sebagai masalah dalam lingkup internasional,
karena biasanya jaringan teroris bekerjasama dengan negara-negara lain
dan dampaknya juga akan dirasakan di dunia internasional. Taktik yang
sering digunakan oleh kelompok teroris adalah pengeboman, pembajakan,
pembunuhan, penghadangan, penculikan, penyanderaan, perampokan,
Latihan
1. Bacalah kembali bagian awal dari uraian tentang konsep atau pengertian
masalah dan masalah sosial.
2. Pelajari kembali uraian yang membahas tentang masalah-masalah sosial yang
ada di sekitar kita.
3. Bacalah kembali uraian tentang masalah-masalah sosial dalam lingkup lokal,
nasional, dan internasional.
Rangkuman
5 - 24 Unit 5
namun saling terkait satu sama lain dan saling berinteraksi, sehingga
kehidupan masyarakat selalu berada dalam keseimbangan.
Teori Konflik memandang masyarakat sebagai suatu arena dimana antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain saling berebut untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Benturan antara kelompok satu
dengan kelompok lain itulah yang akan menimbulkan konflik, karena
mereka memandang masyarakat bukan sebagai suatu sistem dimana di
dalamnya terdapat suatu keseimbangan, saling ketergantungan, dan saling
bekerja sama.
Masalah-masalah sosial ini biasanya dialami oleh individu, kelompok,
masyarakat, maupun negara. Oleh karena itu masalah sosial ini terjadi
dalam lingkup lokal, nasional, dan internasional.
Contoh masalah-masalah sosial dalam lingkup lokal, kemiskinan,
kejahatan atau kriminalitas, masalah keluarga, pengangguran, pelanggaran
terhadap norma-norma masyarakat. Masalah sosial dalam lingkup
nasional, kemiskinan, pengangguran, masalah kependudukan, masalah
lingkungan, konflik sosial. Masalah sosial dalam lingkup internasional,
masalah lingkungan, terorisme.
Pada hakekatnya masalah-masalah sosial dalam lingkup lokal, nasional,
dan internasional itu tidak dapat dipisahkan. Masalah-masalah tersebut
saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Jadi masalah dalam lingkup
lokal dapat menjadi masalah nasional, masalah dalam lingkup nasional
dapat menjadi masalah inernasional.
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan.
1. Manusia disebut sebagai makhluk monodualis karena manusia memiliki sifat
kodrat sebagai .....
A. makhluk Tuhan
B. makhluk individu
C. makhluk sosial
D. makhluk individu sekaligus makhluk sosial
2. Agar manusia dapat hidup serasi dengan lingkungan di sekitarnya, maka sejak
kecil memerlukan proses pembelajaran, proses ini disebut.....
A. interaksi
B. sosialisasi
C. adaptasi
D. komunikasi
5 - 26 Unit 5
6. Pelacuran termasuk jenis masalah sosial karena melanggar norma-norma
masyarakat, yaitu disebut norma ....
A. kesopanan
B. kemanusiaan
C. kesusilaan
D. keagamaan
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif sub unit 5.1 yang
terdapat di bagian akhir unit 5 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi kegiatan sub unit 5.1.
Jika Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan unit selanjutnya. Bagus! Tetapi jika tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mengualangi kegiatan belajar sub unit 5.1, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
5 - 28 Unit 5
Subunit 2
Pendekatan Pemecahan Masalah Sosial
A. Masalah Sosial
Masalah sosial adalah suatu situasi di masyarakat yang telah menjadi warisan
turun temurun yang memerlukan perbaikan atau pemecahan, yang timbul dari
kondisi masyarakat atau lingkungan sosial, dan yang menghendaki penerapan
kekuatan sosial untuk memperbaiki atau untuk mengatasinya.
Cobalah Anda cermati dan pahami sesuai kenyataan yang kita alami, bahwa
sebenarnya sejak manusia lahir sudah menghadapi tantangan dan masalah.
Tantangan dan masalah tersebut sampai sekarang tetap bertahan, bahkan
masalah tersebut telah menjadi warisan manusia. Dengan hakikat hidup
manusia yang selalu meningkat dan berkembang, kita berkeyakinan bahwa
tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan (Kinch, JW. 1974 :7).
Adanya masalah di masyarakat merupakan hal yang wajar, dan masalah-
masalah tersebut harus dihadapi dengan kewajaran pula. Masalah meyebabkan
manusia berpikir dan mendorong mencapai hasil yang lebih baik dari pada
keadaan sebelumnya. Masalah dan tantangan hidup inilah yang justru
membawa manusia ke arah kehidupan yang lebih tinggi.
Anda sebagai civitas akademika harus berpikir secara ilmiah dan harus
mampu menghadapi masalah secara ilmiah pula. Secara cermat harus dapat
mengadakan pendekatan dan analisis masalah sosial untuk menentukan
alternatif pemecahannya sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat.
Selain itu juga harus menguasai “bahasa masyarakat” baik bahasa yang
sesungguhnya digunakan masyarakat (bahasa sehari-hari) maupun pengertian
bahasa secara luas yang menjiwai kehidupan masyarakat. Artinya tidak
terbatas pada bahasa yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,
melainkan juga meliputi konsep-konsep dan pengertian-pengertian yang
berlaku di masyarakat, misalnya konsep yang menyangkut aspek sosial-
budaya, aspek sosial-ekonomi, aspek sosial-politik, aspek sosial-psykologi,
dan seterusnya. Sebab konsep-konsep ini memiliki karakteristik setempat
yang mendalam yang harus dimengerti dan dihayati.
Untuk menyampaikan gagasan yang menunjang peningkatan kesejahteraan
masyarakat, penyampaiannya harus menggunakan bahasa yang dimengerti
oleh masyarakat tersebut. Salah menggunakan kata atau kalimat dalam
mengungkapkan gagasan tersebut, tujuan meningkatkan kesejahteraan tidak
akan tercapai, bahkan mungkin terjadi ketegangan dengan masyarakat
5 - 30 Unit 5
tersebut. Dengan metode pendekatan inilah kita dapat mengungkapkan gejala
dan masalah sosial di masyarakat secara wajar.
Masalah sosial lahir dari kondisi masyarakat atau lingkungan sosial,
lingkungan sosial meliputi berbagai aspek kehidupan sosial, misalnya aspek
sosial-biologis, aspek sosial-budaya, aspek sosial-ekonomi, aspek sosial-
politik, aspek sosial-geografis, dan seterusnya. Semua aspek tersebut
mengadakan asosiasi dan interelasi satu sama lain dan membentuk satu sistem.
Pendek kata dalam menghadapi suatu masalah sosial di masyarakat tertentu
kita tidak dapat hanya melihat sepintas, melainkan harus dikaji secara
mendalam. Untuk melakukan pengkajian, kita mengemukakan teori sementara
atau hipotesis berkenaan dengan masalah sosial yang kita hadapi di
masyarakat.
Untuk menentukan bahwa masalah itu adalah masalah sosial bukanlah hal
yang mudah, karena untuk menyampaikan suatu gejala di masyarakat sebagai
suatu masalah sosial diperlukan pengumpulan data dan analisis masalah.
Setelah penentuan masalah tersebut benar-benar meyakinkan maka kita ajukan
hipotesis. Mengajukan hipotesis suatu masalah memerlukan ketajaman
pandangan dan pikiran terhadap berbagai aspek berkenaan dengan masalah
tersebut. Setelah diuji cocok tidaknya dengan kenyataan masalah tersebut,
selanjutkan kita dapat mengadakan pendekatan masalah untuk
mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya masalah.
Agar lebih jelas lagi mari kita ikuti ilustrasi tentang masalah sosial yang
kemungkinan terjadi di masyarakat. Misalnya Anda berada di daerah tertentu
yang sedang mengalami masalah kemiskinan. Sebelumnya Anda telah
berpengalaman menangani masalah yang sama tetapi di tempat yang berbeda.
Pengalaman ini tidak dapat secara mutlak dijadikan petunjuk pemecahan
masalah, karena kondisi dan situasinya berbeda. Begitu juga hipotesis yang
telah dirumuskan dan terbukti kebenarannya ditempat yang dahulu juga belum
tentu cocok dengan masalah kemiskinan yang sedang Anda hadapi di tempat
yang baru.
Oleh karena itu kita tidak dapat secara mutlak mengemukakan suatu anggapan
dasar tertentu, misalnya faktor sosial-ekonomi atau faktor sosial-budaya saja,
melainkan kita harus mengemukakan alternatif-alternatif berdasar kondisi dan
situasi setempat. Kita harus dapat mengemukakan berbagai relasi aspek-aspek
kehidupan sosial yang menyebabkan terjadinya masalah kemiskinan tersebut.
Selanjutnya kita dapat menyusun suatu hipotesis tentang masalah kemiskinan.
5 - 32 Unit 5
1. Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi terhadap suatu masalah sosial, yaitu pendekatan yang
didasarkan atas konsep dan prinsip ekologi. Penelitian masalah sosial
dengan pendekatan ekologi berarti menelaah masalah sebagai hasil
interelasi antara masyarakat manusia dengan lingkungannya pada suatu
ekosistem. Pengaruh manusia terhadap lingkungan dan sebaliknya
pengaruh lingkungan terhadap kehidupan manusia diteliti dan dikaji,
selanjutnya interelasi kedua komponen tersebut dikaji sampai sejauh mana
telah menimbulkan masalah sosial.
Merupakan kebenaran pokok bahwa relasi manusia dan lingkungan
dewasa ini bahwa: “manusia merupakan bagian dari alam, bukan penguasa
alam” (Ehrlinch & Paul.R . 1973 :4).
Oleh karena itu perbuatan manusia yang serampangan dan tidak terencana
akan menimbulkan ketimpangan lingkungan yang pada akhirnya akan
merugikan dan mengancam kehidupan manusia itu sendiri.
Agar lebih jelas tentang pelaksanaan pendekatan ekologi terhadap suatu
masalah sosial, mari kita ikuti suatu ilustrasi dibawah ini. Misalnya kita
akan mengkaji masalah kemiskinan sebagai suatu masalah sosial di suatu
daerah tertentu. Untuk mengungkap sebab-sebab kemiskinan, kita harus
mengkaji tentang sejauh mana pengaruh tingkah laku manusia
memanfaatkan alam sampai menimbulkan ketimpangan.
Sampai sejauh mana manusia memanfaatkan alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sampai melampaui daya tampung lingkungan. Sampai
sejauh mana populasi penduduk sampai mempengaruhi ketimpangan
lingkungan. Sampai sejauh manakah kemajuan teknologi setempat
mempengaruhi ketimpangan lingkungan setempat.
Selanjutnya harus dikaji pula tentang lingkungan, misalnya tentang daya
tampung lingkungan terhadap populasi manusia dengan segala
pertumbuhan dan kebutuhannya. Sampai dimana kemampuan alam dapat
menampung kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan alam
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apakah kondisi lingkungan
sedemikian buruk sehingga menimbulkan masalah sosial. Sejauh mana
interelasi antara komponen manusia dengan lingkungan alam setempat
tidak dapat menyediakan kebutuhan hidup manusia.
Dari masalah tersebut akan diungkapkan pula sampai sejauh mana
pengaruhnya terhadap terjadinya kemiskinan, mata pencaharian, dan etos
kerja penduduk. Oleh karena itu harus diungkapkan aspek-aspek dari
2. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem (syatem Approach) masalah sosial, yaitu suatu
pendekatan yang menetapkan bahwa masalah sosial tersebut sebagai suatu
sistem. Sistem adalah suatu rangkaian gejala yang dihubungkan satu sama
lain oleh suatu proses umum (Nursid Sumaatmadja :1986).
Dalam kehidupan sosial manusia, setiap aspek kehidupan merupakan
gejala yang berhubungan satu sama lain membentuk suatu sistem.
Kehidupan itu sendiri merupakan suatu proses umum yang tidak akan
berhenti selama manusia itu hidup, segala aspek kehidupan manusia
dengan prosesya yang terus berlangsung merupakan suatu sistem
kehidupan.
Pada konsep sistem, benda, gejala atau peristiwa ditetapkan sebagai suatu
keseluruhan dan satu kebulatan yang tidak terpisah-pisah. Pada suatu
sistem bagian-bagian yang terpisah tidak akan berarti apa-apa jika
dibanding dengan kedudukannya sebagai komponen dalam keseluruhan
yang bulat. Kedudukan suatu sistem lebih tinggi dari pada kedudukan
bagian-bagian yang membentuknya. Sebagai contoh, tubuh manusia secara
keseluruhan yang bulat merupakan suatu sistem.
Bagian-bagian tubuh manusia secara terpisah tidak memiliki arti apa-apa
bagi tubuh tersebut. Karena tubuh manusia merupakan interelasi dan
interaksi organ-organnya secara keseluruhan dalam suatu proses.Tubuh
manusia secara fisik membentuk satu sistem dengan gejala kejiwaannya
5 - 34 Unit 5
yang terungkap pada sikap dan tingkah lakunya. Jadi kehidupan manusia
merupakan proses yang menghubungkan gejala fisik dan gejala
kejiwaannya.
Pada pendekatan sistem , masalah sosial yang dikaji sistem masalah sosial
di masyarakat, masalah-masalah yang timbul dan terjadi di masyarakat
tidak terlepas satu sama lain. Masalah kependudukan terkait dengan
masalah ekonomi, masalah ekonomi terkait dengan masalah budaya, dan
seterusnya. Satu masalah berkaitan dengan masalah lainnya membentuk
suatu sistem masalah. Pada keadaan seperti itulah masalah sosial dikaji
melalui pendekatan sistem. Sebagai contoh, masalah kriminalitas sebagai
masalah sosial atau lebih tepat dikatakan sebagai suatu sistem masalah
sosial, tidak hanya bertumpu pada masalah pengangguran saja melainkan
juga terkait dengan masalah budaya, masalah politik, masalah psikologis,
geografis, dan sebagainya.
Masalah kriminalitas merupakan perpaduan dari subsistem-subsistem
ekonomi (sumber daya, lapangan kerja), budaya (adat, nilai, norma,
teknologi), psikologis (sikap mental, kreativitas, kemauan), politik
(kepemimpinan, peraturan), geografis (komunikasi, iklim, kesuburan
tanah).
Subsistem-subsistem yang merupakan masalah kriminalitas tadi tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap elemen dari subsistem harus dikaji
sebagai satu kebulatan dalam sistem. Dari pengumpulan data tersebut
kemudian dilakukan analisis data dengan analisis kuantitatif dan kualitatif.
Baik pengumpulan data maupun analisis data bergantung kepada
perencanaan alat pengumpul data sesuai dengan subsistem-subsistem
yang harus dievaluasi. Pada perencanaan dan penentuan item-item tiap
subsistem inilah letak kemampuan dan merupakan kunci pendekatan
sistem.
Secara kuantitatif, derajat perkaitan dan perpaduan subsistem-subsistem
masalah sosial dapat dianalisis dengan menggunakan analisis statistik.
Akurat tidaknya analisis yang diambil tergantung pada ketetapan
menentukan subsistem-subsistem masalahnya, perencanaan dan
penyusunan alat pengumpul data dan pemilihan teknik pengumpul data.
Pada pendekatan sistem, proses berpikir sistem tidak memisahkan tiap
langkah dan tiap bagian, karena itu merupakan satu kebulatan. Jadi
pendekatan sistem secara tegas merupakan proses keseluruhan mulai dari
3. Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan interdisipliner, adalah masalah sosial yang dianalisis, dikaji
dari berbagai disiplin ilmu sosial secara serentak dalam waktu yang sama.
Masalah sosial yang kompleks sesuai dengan subsistem masalahnya,
diungkapkan dari berbagai disiplin akademis seperti, sejarah, ekonomi,
geografi, psikologi, bahkan dari disiplin akademis yang lain, seperti
biologi, kedokteran, IPA, dan sebagainya.
Pendekatan sistem tidak dapat dipisahkan dengan pendekatan
interdisipliner. Pendekatan sistem yang menggunakan disiplin akademis
yang jamak disebut pendekatan interdisipliner. Sedangkan pendekatan
interdisipliner yang menetapkan suatu masalah yang sedang didekati dan
dianalisis sebagai satu sistem, disebut pendekatan sistem. Untuk lebih
jelasnya mari kita ikuti contoh pelaksanaan pendekatan interdisipliner
masalah pencemaran lingkungan secara rinci.
Mengungkapkan subsistem sejarah/historis dengan pendekatan historis
• Sejak kapankah gejala pencemaran lingkungan terjadi di daerah
tersebut?
• Telah menjadi warisan sejak jaman dahulukah gejala pencemaran
lingkungan tersebut?
• Usaha-usaha apakah yang telah dilakukan untuk mengatasi
pencemaran lingkungan?
• Faktor-faktor historis apakah yang medorong terjadinya pencemaran
lingkungan di daerah tersebut?
• Dan seterusnya
Mengungkapkan subsistem ekonomi dengan pendekatan ekonomi
• Apa mayoritas mata pencaharian masyarakat di daerah tersebut?
• Bagaimanakah sumber daya alam yang mendukung kehidupan
masyarakat setempat?
• Bagaimanakan pendapatan perkapita masyarakat setempat?
• Dan seterusnya
Mengungkapkan subsistem geografi dengan pendekatan geografi
• Bagaimanakah keadaan sumber daya alam di daerah tersebut?
• Bagaimanakah pertumbuhan penduduk di daerah tersebut?
5 - 36 Unit 5
• Apakah penduduk setempat merupakan penduduk asli atau pendatang?
• Bagaimanakah keadaan komunikasi dan transportasi di daerah
tersebut?
• Dan seterusnya
Mengungkapkan subsistem sosial dengan pendekatan sosiologi
• Bagaimanakah peranan pemuka masyarakat setempat dalam
menanggapi dan menghadapi gejala pencemaran lingkungan?
• Bagaimanakah hubungan masyarakat yang kaya dengan masyarakat
miskin?
• Sejauh manakah usaha yang dilakukan masyarakat dalam mengatasi
pencemaran lingkungan
• Sejauh manakah kepedulian masyarakat dalam mengatasi pencemaran
lingkungan daerah tersebut?
• Dan seterusnya
Mengungkapkan subsistem psikologi dengan pendekatan psikologi
• Bagaimanakah sikap penduduk setempat terhadap pencemaran
lingkungan daerahya?
• Bagaimanakah kemauan masyarakat setempat dalam mengatasi
pencemaran lingkungan?
• Apakah masyarakat merasakan sebagai suatu hal yang biasa dengan
adanya gejala pencemaran di daerahnya?
• Dan seterusnya
Mengungkapkan subsistem budaya dengan pendekatan antropologi
• Bagaimanakah pandangan masyarakat terhadap pencemaran
lingkungan di daerahnya?
• Sejauh manakah penguasaan teknologi masyarakat dalam pemanfaatan
sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?
• Bagaimnakah tingkat pendidikan masyarakat tersebut?
• Adakah tradisi, adat, dan nilai budaya yang mendorong dan
menghambat terjadinya pencemaran lingkungan?
Demikianlah proses pendekatan interdisipliner dan pendekatan sistem
dalam mengungkapka permasalahan sosial dalam kehidupan di
masyarakat. Item-item yang dilancarkan harus dijabarkan ke dalam
konsep-konsep tertutup yang lugas dan dapat dianalisis secara kuantitatif
dengan menggunakan metode statistik.
Latihan
5 - 38 Unit 5
Petunjuk Jawaban Latihan
1. Bacalah kembali bagian awal sub unit 5.2 dari uraian tentang masalah sosial.
2. Pelajari kembali uraian yang membahas tentang masalah-masalah sosial yang
ada di sekitar kita.
3. Bacalah kembali uraian tentang pentingnya perumusan hipotesis dalam
masalah sosial.
4. Pelajari kembali uraian tentang pendekatan ekologi dalam memecahkan
masalah sosial.
5. Bacalah kembali uraian tentang pendekatan interdisipliner dalam memecahkan
masalah sosial.
Rangkuman
5. Menurut Ehrlinch dan paul R, bahwa dewasa ini hubungan manusia dengan
alam adalah ....
A. manusia sebagai bagian dari alam
B. manusia sebagai penguasa alam
C. mausialah yang merusak alam
D. saling ketergantungan antara manusia dan alam
5 - 40 Unit 5
C. labil
D. berkembang
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 pada sub unit
5.2 yang terdapat di bagian akhir unit 5 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi kegiatan sub unit 5.2.
Jika Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan unit selanjutnya. Bagus! Tetapi jika tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mengualangi kegiatan belajar sub unit 5.2, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
5 - 42 Unit 5
Kunci Jawaban Tes Formatif
Ehrlinch, & Paul.R . (1973). Human Ecology. San Francisco :WH Freeman and
Company
Kinch, J.W. (1974). Social Problems in the World Todays. London : Addison-
Wesley Publising Company.
Suradisastra, Djodjo dkk. 1992/1993. Pendidikan IPS I. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan.
Udin S. Winataputra dkk. 2003. Materi dan Pembelajaran IPS SD. UT.
Young, P.V. (1973). Scinctific Social Surveys and Research. New Delhi :
Prentice-Hall of India
Zamroni. 1988. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
5 - 44 Unit 5
Glosarium