Didirikan pada 1 Januari 1961 Waskita Karya adalah salah satu BUMN
terkemuka di Indonesia yang memainkan peran utama dalam pembangunan negara.
Berasal dari sebuah perusahaan Belanda bernama "Volker Maatschappij NV
Aannemings", yang diambil alih berdasarkan Keputusan Pemerintah No.62/1961,
Waskita Karya semula berpartisipasi dalam perkembangan air yang terkait termasuk
reklamasi, pengerukan pelabuhan, dan irigasi.
Sejak 1973, status hukum Waskita Karya telah diubah menjadi "Persero" PT.
Waskita Karya, dengan lebih familliar memanggil "Waskita". Sejak saat itu,
perusahaan mulai mengembangkan usahanya sebagai kontraktor umum terlibat dalam
jangkauan yang lebih luas dalam kegiatan konstruksi termasuk jalan raya, jembatan,
pelabuhan, bandara, bangunan, tanaman pembuangan limbah, pabrik semen, pabrik
dan fasilitas industri lainnya.
Jajaran Direksi dan Dewan Komisaris dalam Pt Waskita Karya (Persero) Tbk
sebagai berikut :
Nama Jabatan
Bukanlah suatu hal yang mengejutkan jika dalam setiap proyek konstruksi
pasti ada kendala atau hambatan bahkan masalah yang terjadi. Itu adalah sesuatu hal
yang wajar mengingat proyek-proyek konstruksi melibatkan hajat hidup orang
banyak. Proyek konstruksi dimaksudkan untuk lebih mensejahterakan kehidupan
masyarakat sekitarnya dan penataan infrastruktur yang baik pada umumnya.
a. Kendala Internal
Adalah kendala-kendala yang diakibatkan dan timbul dari dalam perusahaan
itu sendiri, yaitu :
Ada sebagian kecil tenaga kerja yang menjadi faktor penghambat di PT.
Waskita Karya (Persero) seperti :
1. Adanya kelalaian tenaga kerja (human error) dalam mengantisipasi
persyaratan yang diinginkan,
2. Mogok pekerja,
3. “Penilepan” material bangunan, dan
4. Masalah terbesar yang sering terjadi dalam perusahaan salah satunya
adalah tindakan manipulasi laporan keuangan dan korupsi seperti yang
terjadi pada tahun 2015.
b. Kendala Eksternal
Ada masalah yang ditemui dalam usaha jasa konstruksi yang diakibatkan oleh
faktor-faktor diluar perusahaan, antara lain :
1. Usaha jasa konstruksi yang muncul yang mana hal ini mengakibatkan
persaingan menjadi semakin ketat antara pengusaha jasa konstruksi
2. Adanya tender tertutup yang mana pemenang dari tender tidak
diumumkan secara terbuka dan hal ini mengakibatkan perusahaan yang
tidak mendapatkan tender tidak tahu dan tidak mengetahui letak kesalahan
sehingga tendernya ditolak
3. Adanya komitmen yang tidak diharapkan, misalnya : KKN (Korupsi
Kolusi dan Nepotisme)
4. Perlawanan dari masyarakat wilayah sekitar proyek,
5. Perubahan design dari pihak klien,
6. Kelancaran dana
BAB 2
PENERIMAAN KLIEN
16 November 2016
Saudara M. Choliq
Direktur Utama
PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Jakarta
Saudara M. Choliq :
Kami ingin melaporkan beberapa temuan kami mengenai risiko-risiko yang terdapat
dalam PT Waskita Karya (Persero) Tbk selaku calon klien Kantor Akuntan Publik
Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali. Disini kami akan mengelompokan
risiko-risiko tersebut kedalam beberapa macam risiko diantaranya Risiko
Bisnis/Bawaan, Risiko Pengendalian, serta Risiko Audit. Pengelompokan risiko-
risiko ini bertujuan agar kita dapat melakukan pengambilan keputusan yang baik
mengenai pertimbangan apakah PT Waskita Karya (Persero) Tbk layak untuk
dijadikan klien kita atau tidak. Risiko Bisnis PT Waskita Karya (Persero) Tbk
merupakan perusahan jasa konstruksi. Dengan demikian PT Waskita Karya (Persero)
Tbk pasti memiliki risiko yang sangat tinggi. Risiko bisnis/bawaan adalah risiko yang
berkaitan dengan faktor yang memiliki dampak negatif pada operasi atau
profitabilitas perusahaan. Risiko-risiko bisnis/bawaan yang kami temui pada PT
Waskita Karya (Persero) Tbk anatara lain yaitu :
Risiko pengendalian merupakan ukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai
adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai
salah saji yang masih dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terhadang atau
tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien. Risiko pengendalian
yang kami temukan pada PT Waskita Karya (Persero) Tbk adalah :
1. Resiko Pembayaran
Tertunda atau tidaknya dibayarnya kewajiban pemberi kerja (owner) akan
mengakibatkan tingginya biaya permodalan (cost of fund) dan dapat
menimbulkan piutang bermasalah, sehingga pada akhirnya menurunkan kinerja
Waskita Karya.
2. Resiko Pemutusan Kontrak
Pembatalan atau pemutusan perjanjian secara sepihak yang disebabkan oleh
ketidakmampuan melaksanakan pekerjaan sesuai perjanjian maupun akibat
Waskita Karya melihat ketidakmampuan pemberi pekerjaan (owner) untuk
memenuhi kewajiban pembayaran dapat saja terjadi. Kejadian seperti ini akan
menurunkan pendapat Waskita Karya.
3. Resiko Supplier/Sub Kontraktor Ingkar Janji
Dengan kenaikan harga bahan baku dan pendukung, supplier dan sub kontraktor
dapat memutuskan kontak secara sepihak, sehingga sisa pekerjaan harus
dilanjutkan oleh Waskita Karya. Kejadian ini akan menurunkan pendapatan
Waskita Karya.
4. Adanya komitmen yang tidak diharapkan, misalnya : KKN (korupsi kolusi dan
nepotisme)
5. Perubahan design dari pihak klien,
6. Kelancaran dana
7. Adanya kelalaian tenaga kerja (human error) dalam mengantisipasi persyaratan
yang diinginkan,
8. Mogok pekerja,
9. “Penilepan” material bangunan, dan
10. Masalah terbesar yang sering terjadi dalam perusahaan salah satunya adalah
tindakan manipulasi laporan keuangan dan korupsi seperti yang terjadi pada tahun
2015.
Harap tanda tangani dan kembalikan fotokopi surat ini, menyetujui bahwa isi surat ini
sesuai dengan pemahaman Anda mengenai pengaturan audit kami atas laporan
keuangan.
Hormat kami,
Dadang Mulyana
Kantor Akuntan Publik
Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali
Oleh M. Choliq
Direktur Utama
16 November 2016
BAB III
IDENTIFIKASI RESIKO
1. Resiko Bawaan/Bisnis
Resiko Persaingan Usaha
Banyaknya perusahaan sejenis yang beroperasi di pasar sasaran
Waskita Karya dapat membawa persaingan yang cukup ketat. Di saat
krisis,jumlah perusahaan sejenis menurun seiring dengan menurunnya
jumlah dan besaran pekerjaan. Di saat perekonomian mulai membaik,jumlah
tersebut kembali meningkat.
Resiko Kebijakan Pemerintah, Kondisi Ekonomi dan Sosial Politik
Kebijakan Pemerintah,baik yang menyangkut ekonomi dan moneter,
serta kondisi sosial politik yang kurang kondusif dapat berakibat
menurunnya investasi dan pembangunan. Hal ini dapat menyebabkan
tertundanya proyek yang telah atau akan dilakukan oleh Waskita Karya.
Resiko Kenaikan Harga Bahan Baku
Kontrak pekerjaan proyek yang harganya disepakati sebelum
dilaksanakan kegiatan produksi mengandung resiko kenaikan harga material
dan upah, baik secara regular maupun akibat perubahan kebijakan
Pemerintah di bidang ekonomi dan moneter selama pelaksanaan proyek
berlangsung. Risiko akan terwujud apabila kenaikan harga bahan baku
terjadi dan akan mempengaruhi perolehan laba.
Resiko Perubahan Kurs
Resiko ini timbul apabila Waskita Karya mengambil hutang dalam
bentuk valuta asing maupun bila Waskita Karya menerima pembayaran
dalam valuta asing untuk pelaksanaan proyek.
Adanya tender tertutup yang mana pemenang dari tender tidak diumumkan
secara terbuka dan hal ini mengakibatkan perusahaan yang tidak
mendapatkan tender tidak tahu dan tidak mengetahui letak kesalahan
sehingga tendernya ditolak
Perlawanan dari masyarakat sekitar proyek,
2. Resiko Pengendalian
Resiko Pembayaran
Tertunda atau tidaknya dibayarnya kewajiban pemberi kerja (owner)
akan mengakibatkan tingginya biaya permodalan (cost of fund) dan dapat
menimbulkan piutang bermasalah, sehingga pada akhirnya menurunkan
kinerja Waskita Karya.
Resiko Pemutusan Kontrak
Pembatalan atau pemutusan perjanjian secara sepihak yang disebabkan
oleh ketidakmampuan melaksanakan pekerjaan sesuai perjanjian maupun
akibat Waskita Karya melihat ketidakmampuan pemberi pekerjaan (owner)
untuk memenuhi kewajiban pembayaran dapat saja terjadi. Kejadian seperti
ini akan menurunkan pendapat Waskita Karya.
Resiko Supplier/Sub Kontraktor Ingkar Janji
Dengan kenaikan harga bahan baku dan pendukung, supplier dan sub
kontraktor dapat memutuskan kontak secara sepihak, sehingga sisa
pekerjaan harus dilanjutkan oleh Waskita Karya. Kejadian ini akan
menurunkan pendapatan Waskita Karya.
Adanya komitmen yang tidak diharapkan, misalnya : KKN (korupsi kolusi
dan nepotisme)
Perubahan design dari pihak klien,
Kelancaran dana
Adanya kelalaian tenaga kerja (human error) dalam mengantisipasi
persyaratan yang diinginkan,
Mogok pekerja,
“Penilepan” material bangunan, dan
Masalah terbesar yang sering terjadi dalam perusahaan salah satunya adalah
tindakan manipulasi laporan keuangan dan korupsi seperti yang terjadi pada
tahun 2015.