PENDAHULUAN
Alinea tanggungjawab auditor dalam laporan auditor independen berisi dua frasa yang
berkaitan langsung dengan materialitas dan risiko. Frasa memperoleh keyakinan memadai
dimaksudkan untuk memberi informasi kepada pengguna laporan audit bahwa auditor tidak
menjamin kelayakan penyajian laporan keuangan. Frasa bebas dari kesalahan penyajian
material dimaksudkan untuk memberi informasi kepada pengguna laporan audit bahwa
tanggungjawab auditor terbatas pada informasi keuangan yang material saja.
2. MATERIALITAS
2.1 Materialitas Dalam Konteks Audit
Kerangka pelaporan keuangan seringkali membahas materialitas dalam konteks
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kerangka tersebut secara umum menjelaskan
bahwa :
a. Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan
penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan
oleh pengguna laporan keuangan tersebut
b. Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan mempertimbangkan berbagai
kondisi yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan
penyajian, atau kombinasi keduanya
c. Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum
diperlukan oleh pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup
a. Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat
1
b. Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu
c. Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan
masa depan
d. Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam
laporan keuangan
2.2 Tahapan Dalam Penerapan Materialitas
Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan audit,
serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam audit
dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi. Sebagaimana ditetapkan dalam SA 320 A1
“Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit,
khusunya pada saat :
a. Mengidentifikasi da menilai kesalahan penyajian material
b. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya
c. Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi;, jika ada; terhadap
laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam laporan auditor.”
3. MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN
SA 320.10 menyatakan bahwa “pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan,
auditor harus menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan”.
Tahap dalam penerapan materialitas
2
3.1 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kebijakan Awal Materialitas
Ada sejumlah faktor yang berpengaruh pada kebijakan awal materialitas yang
ditetapkan auditor untuk laporan keuangan yang akan diauditnya. Beberapa faktor
terpenting adalah :
a. Konsep Materialitas adalah Relatif, Bukan Absolut
Sejumlah kesalahan penyajian bisa material bagi sebuah perusahaan kecil, tetapi
jumlah sekian tidak material bagi perusahaan lain yang lebih besar. Oleh karena itu,
tidaklah mungkin untuk membuat suatu pedoman jumlah rupiah untuk menetapkan
kebijakan awal materialitas yang berlaku umum bagi semua klien audit
b. Diperlukan Dasar Tertentu untuk Mengevaluasi Materialitas
Mengingat bahwa materialitas bersifat relatif, maka diperlukan suatu dasar untuk
menetapkan apakah kesalahan penyajian dipandang material. Laba bersih sebelum
pajak sering digunakan sebagai dasar utama untuk menentukan apa yang material bagi
perusahaan yang berorientasi laba, karena laba bersih sebelum pajak merupakan hal
yang penting bagi para pengguna laporan
c. Faktor Kualitatif Juga Mempengaruhi Materialitas
Jenis-jenis kesalahan penyajian tertentu seringkali lebih berpengaruh terhadap
pengguna laporan keuangan daripada lainnya, walaupun jumlah rupiahnya sama
3.2 Penggunaan Tolok Ukur Dalam Menentukan Materialitas Untuk Laporan Keuangan
Secara Keseluruhan
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses identifikasi suatu tolok ukur yang tepat
mencakup :
a. Unsur-unsur laporan keuangan
b. Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna laporan
keuangan suatu entitas tertentu
c. Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industri serta lingkungan
ekonomi yang didalamnya entitas tersebut operasi
d. Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas
e. Fluktuasi relatif tolok ukur tersebut
3
4. MENENTUKAN MATERIALITAS PELAKSANAAN
Standar Auditor (SA 320.9) merumuskan materialitas pelaksanaan sebagai berikut :
materialitas pelaksanaan adalah suatu jumlah yang ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang
lebih rendah daripada materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan, untuk
mengurangi ke tingkat rendah yang semestinya kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang secara agregat melebihi materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan. Jika berlaku, materialitas pelaksanaan dapat ditetapkan oleh
auditor pada jumlah yang lebih rendah daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun
atau pengungkapan tertentu. Proses penentuan materialitas pelaksanaan disebut sebagai proses
pengalokasian pertimbangan awal tentang materialitas ke segmen-segmen.
5. MEMPERKIRAKAN KESALAHAN PENYAJIAN DAN MEMBANDINGKAN
DENGAN KEBIJAKAN AWAL
Pada saat auditor melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor
mendokumentasikan semua kesalahan penyajian yang ditemukannya. Kesalahan penyajian
dalam suatu akun bisa terdiri dari dua tipe, yaitu :
a. Kesalahan penyajian diketahui (known misstatement)
Kesalahan penyajian dalam akun yang bisa ditentukan jumlahnya.
b. Kesalahan penyajian diperkirakan (likely misstatement)
Ada dua tipe kesalahan penyajian diperkirakan, yaitu (1) kesalahan penyajian yang timbul
dari perbedaan pertimbangan yang dibuat auditor dengan pertimbangan manajemen dalam
menaksir saldo akun dan (2) proyeksi kesalahan penyajian yang didasarkan pada pengujian
auditor atas suatu sampel dari populasi.
6. RISIKO AUDIT
Standar audit (SA 315) mewajibkan auditor untuk mendapatkan pemahaman tentang
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menetapkan risiko
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan klien.
6.1 Model Risiko Audit Untuk Perencanaan
Risiko kesalahan penyajian material didefinisikan dalam SA 200.13 sebagai : Risiko
bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material sebelum audit
dilakukan. Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi di dua tingkat :
a. Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
4
b.Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo, akun, dan pengungkapan
5
DAFTAR PUSTAKA
Haryono Jusup, Al. 2014.Auditing Edisi II (Pengauditan berbasis ISA). Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ekonomi.