Anda di halaman 1dari 13

SINOPSIS NOVEL

“ KAU AKU DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH ”

Judul Buku : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah


Pengarang : Tere Liye
Tebal : 512 hlm; 13,5 x 20 cm
Cetakan : 1, Januari 2012
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Perjuangan Borno menjadi bujang berhati paling lurus sepanjang tepian Sungai Kapuas dimulai
pada umurnya yang kedua belas tahun. Bapaknya, tulang punggung keluarga, yang bekerja
sebagai nelayan, meninggal dunia karena jatuh dari perahu dan disengat ubur-ubur. Bayangan
yang tidak pernah hilang dari benak Borno adalah saat berada di rumah sakit dan mengetahui
dada bapaknya dibelah padahal ia yakin bapaknya masih hidup. Jantung bapaknya diambil lalu
disumbangkan kepada pasien gagal jantung yang sedang menunggu transplantasi. Menurut
dokter yang menangani pembedahan, secara medis bapak Borno sudah meninggal.

Sepuluh tahun kemudian, Borno sudah lulus SMA. Awalnya ia bekerja di pabrik pengolahan
karet yang terkenal dengan baunya yang tidak enak. Ketika pabrik itu terpaksa harus
menghentikan operasinya, Borno memutuskan bekerja di dermaga kapal feri. Kota tempat
Borno tinggal, Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, adalah kota air yang dibelah oleh aliran
Sungai Kapuas. Untuk menghubungi kedua bagian kota yang terpotong, penduduk
memanfaatkan sepit (dari kata speed), perahu kayu dengan mesin tempel, karena naik bus atau
oplet biayanya lebih murah dan perjalanan lebih panjang. Belakangan, reputasi sepit sebagai
angkutan umum terancam dengan hadirnya kapal feri atau yang disebut pelampung oleh
penduduk. Tidak heran, ketika mendengar Borno bekerja di dermaga feri, Bang Togar, ketua
Paguyuban Pengemudi Sepit Kapuas Tercinta, langsung mencak-mencak. Akibatnya, Borno
diboikot dan tidak bisa menumpang sepit lagi.
Situasi yang tidak menyedapkan membuat Borno meninggalkan pekerjaannya di dermaga feri.
Jadilah dia mengerjakan berbagai pekerjaan serabutan seperti membantu Cik Tulani di
warungnya, menunggui toko kelontong Koh Acong, ikut melaut mencari sotong dan kegiatan
remeh lainnya. Semua tidak bisa menjamin kehidupannya menjadi lebih baik. Nasib Borno
yang kurang beruntung mendorong Pak Tua Hidir, salah satu pengemudi sepit; Koh Acong, si
pemilik toko kelontong, dan Cik Tulani si pemilik warung makan menjadikan Borno sebagai
pengemudi sepit. Tentu saja Borno tidak langsung menerima. Pengemudi sepit adalah salah
satu dari dua pekerjaan yang tidak diinginkan bapak untuk dilakoni Borno; lainnya adalah
nelayan. Bapak Borno tidak pernah berharap putranya akan menjadi seperti dirinya (nelayan)
dan kakek Borno (pengemudi sepit). Tapi rupanya Borno memang sudah ditakdirkan untuk
pernah menjadi pengemudi sepit. Dan yang namanya takdir tidak mau ditepiskan. Maka
akhirnya, sesudah berlatih mengemudi sepit dan menjalankan masa orientasi ala Bang Togar,
resmilah Borno menjadi pengemudi sepit.

Sebagai pengemudi sepit pemula, Borno tidak langsung dipercaya oleh para penumpang sepit.
Tapi pada kesempatan perdana membawa penumpang inilah harga diri Borno dilambungkan.
Seorang gadis manis, belakangan diketahui bernama Mei, menunjukkan keyakinannya pada
Borno dengan tetap berada di atas sepit, sementara yang lain sudah ketakutan kembali ke
dermaga. Saat genting inilah untuk pertama kalinya, cinta pertama Borno bersemi, ketika Mei
meninggalkan sepucuk angpau merah di sepit Borneo. Angpau merah ini akan menjadi simpul
yang mengikat Borno, Mei, dan seorang gadis menarik yang akan muncul ketika Borno sedang
patah hati dalam satu jalinan takdir yang tidak terduga ujungnya.

"Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini, Setiap hari ada berapa orang yang jatuh cinta dan
patah hati? Setidaknya setiap detik ada tiga orang yang jatuh cinta. Tiga orang pula yang patah
hati. Dengan demikian, satu jam berarti ada sepuluh ribu, satu hari berarti dua ratus ribu
pasangan yang jatuh cinta dan patah hati," Pak Tua yang seiring perkembangan waktu menjadi
sahabat Borno seperti halnya Andi, sahabat sebaya, menasihatinya (hlm. 256-257). Walaupun
tidak menikah dan hidup sendiri, lelaki tua kaya pengalaman hidup itu mahir dalam hal
membincang cinta. Karena itu, Pak Tua bisa memahami Borno yang sedang patah hati. Mei
meninggalkannya, tidak hanya sekali, tapi dua kali, tanpa alasan jelas.

Pertanyaan yang terus mengikuti pembaca seiring perguliran plot adalah: apakah Borno benar-
benar tidak akan berjumpa lagi dengan cinta sejatinya? Di titik kulminasi rasa kecewa dan
putus asa yang melanda Borno, hanya satu yang menjadi semangat baginya untuk tetap
bertahan: menjadi bujang berhati paling lurus sepanjang tepian Sungai Kapuas.

"Aku bangga sekali dengan kau, Borno. Anak bujang dengan hati paling lurus sepanjang tepian
Sungai Kapuas. Kau selalu berbakti dengan kami-kami yang lebih tua, selalu hormat, tidak
pernah menolak disuruh-suruh, tidak pernah melawan meski sering diomeli.... Selalu merasa
perlu mendengar pendapat kami, padahal semua orang tahu, kau lebih pandai dari siapa pun
...." kata Bang Togar (hlm. 348).

Selain kisah hidup dan cinta Borno, novel ini menyodorkan percabangan kisah terkait orang-
orang yang berpengaruh dalam hidup Borno. Borno, sang narator orang pertama, sangat kentara
bukanlah manusia bertipe lupa kacang akan kulitnya. Maka kita akan mengikuti kisah
pengalaman hidup Pak Tua yang menarik, kisah cinta Bang Togar yang dramatis, dan usaha
bengkel ayah Andi yang ditimpa musibah sampai nyaris merenggut kewarasan lelaki Bugis itu.
Cabang kisah yang disebutkan terakhir akan meneguhkan tekad Borno untuk membuat
keputusan terpenting dalam hidupnya.

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye adalah buku gemuk yang
membutuhkan cukup banyak waktu untuk dikhatamkan. Tapi bagusnya, selama membaca
novel ini, ternyata tidak kunjung membosankan. Bukan cuma karena muatan kisah menawan
di dalamnya, melainkan juga karena novel ini dihidangkan dengan matang. Tere Liye begitu
luwes sekaligus santai dan lepas dalam menggulirkan kisahnya. Ekspresinya yang
menggetarkan mampu memerangkap kita untuk kian menyusup ke dalam hiruk-pikuk
kehidupan tepian dan sungai terpanjang di Indonesia itu. Kegetiran yang terasa di berbagai
tempat berkelindan dengan atmosfer penuh humor hampir di sekujur tubuh novel menghasilkan
satu kesimpulan. Sesungguhnya kisah Borno adalah perayaan atas kehidupan yang harus
dijalani. Kehidupan yang diracik dari warna suka dan duka.

Cinta, sudah pasti, menjadi elemen paling krusial yang menghidupkan kisah di dalam novel
ini. Cinta menggerakkan optimisme Borno. Cinta membuat Borno menerima keberadaan
hidupnya. Cinta mematahkan hati Borno tapi juga menjanjikan pemulihan pada suatu saat
dalam kehidupannya. Cinta Borno akan membuat kita enggan melepaskan novel ini sebelum
ditamatkan.

“Kalian tahu, cinta itu beda-beda tipis dengan musik yang indah,” kata Pak Tua (hlm. 166).
“Cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari
meskipun musiknya telah lama berhenti.” (hlm. 167). “Untuk orang-orang seperti kau, yang
jujur atas kehidupan, bekerja keras, dan sederhana, maka definisi cinta sejati akan mengambil
bentuk yang amat berbeda, amat menakjubkan.” (hlm. 175).

Oh, tentu saja, cinta bukanlah satu-satunya nuansa yang indah dalam novel ini. Masih ada
nuansa lain yang tidak kalah indah. Nuansa yang menyeruak dari sebuah komunitas tepian
Sungai Kapuas yang dibuhul semangat kebersamaan karena rasa senasib dan sepenanggungan.
Di sini berlaku pepatah: berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Tere Liye mengingatkan,
betapa pentingnya nuansa semacam itu tetap terpelihara dalam kehidupan bertetangga dan
bermasyarakat.

Selain kisah bernas yang dipintal dengan kepiawaian seorang tukang cerita, hal menarik
lainnya adalah penggunaan Kota Pontianak dan Sungai Kapuas sebagai seting. Sampai saat ini,
saya belum pernah membaca karya fiksi yang menghidupkan kota dan sungai ini sebagai seting
utama. Tere Liye memberdayakan seting ini secara intens sehingga kita seolah-olah dibawa ke
kota yang didirikan Syarif Abdurrahman Alkadrie pada 23 Oktober 1771 ini dan mendengar
lenguhan burung-burung walet terbang menuju sarang di bangunan paling banyak di Kota
Khatulistiwa ini. Sementara di Sungai Kapuas, desau angin menciptakan riak-riak yang
menerpa badan sepit yang sedang melenggang membelah permukaan sungai sepanjang 1.143
km.

Belakangan, Tere Liye mengindikasikan dirinya sebagai salah satu pengarang prolifik di
Indonesia. Karya fiksinya semakin banyak meramaikan dunia perbukuan kita. Kelugasan
mendedahkan kisah yang kerap terkesan wajar dan membumi membuat karyanya mendapat
tempat tersendiri di hati para pembaca buku.
SINOPSIS NOVEL
“ AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG ”

Judul : Ayahku (Bukan) Pembohong

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : Oktober 2016

Jumlah Halaman : 304 halaman

ISBN : 978-602-03-3518-4

Peresensi : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar Kelas Menulis SD Plus


Al-Ishlah Bondowoso
“Kau tahu, sembilan puluh sembilan persen anak laki-laki tidak pernah mau memeluk ayah
mereka sendiri setelah tumbuh dewasa. Padahal sebaliknya, sembilan puluh sembilan persen
dari ungkapan hati terdalamnya, seorang ayah ingin memeluk anaknya.” (Halaman 256)

Diceritakan seorang tokoh bernama Dam. Dia adalah seorang anak yang tumbuh dan besar
dengan kisah-kisah yang diceritakan oleh ayahnya. Ada kisah seorang kapten sepak bola
yang pantang menyerah, hingga menjadi seorang juara dan legenda yang dikenal dan
dikenang banyak orang. Dalam cerita ayahnya, ayahnya menjadi sahabat Sang Kapten dan
menjadi orang penting yang memotivasi Sang Kapten hingga menjadi seperti saat ini.
Bahkan, kisah Sang Kapten ini memiliki pengaruh yang hebat bagi Dam, yaitu membuat Dia
tidak putus asa dalam mengikuti seleksi menjadi perenang di sebuah klub renang terkenal di
kotanya, hingga menjadi perenang andal (halaman 273).

Suatu ketika Sang Kapten datang ke kota Dam, Dam senang sekali dan ingin membuktikan
bahwa ayahnya memang kenal dengan Sang Kapten. Namun, ketika Sang Kapten sudah
sangat dekat dengan tempat Dam, Ayah dan ibunya duduk, ayahnya tidak ingin Dam untuk
mendekati Sang Kapten dan mereka pulang harus puas dengan hanya melihat Sang Kapten
dari dekat. Hal ini sempat membuat Dam berpikir, apakahnya ayahnya benar-benar kenal
dengan Sang Kapten (halaman 108).

Kisah lain adalah kisah Penguasa Angin. Ayah Dam bercerita bahwa dia pergi berpetualang
dan akhirnya bertemu dengan suku Penguasa Angin. Uniknya suku ini dalam
menggembalakan ternaknya dengan menggunakan layang-layang raksasa dan mereka duduk
di atasnya.

Ayah Dam yang bertemu dengan Tutekong, mendapatkan kisah zaman dulu. Suku penguasa
angin pernah dijajah oleh penjajah yang memiliki senjata mutakhir dan menanam ladang
mereka dengan tembakau. Namun, suku penguasa angin terlalu bijak, mereka tidak membas
kekerasan dengan kekerasan. Mereka menanggap sama saja mereka dengan penjajah, jika
membalas kezaliman dengan kezaliman.

Akhirnya keputusan leluhur Tetukong adalah dengan menjaga kebijakan hidup mereka
selama mungkin, dan tertanam dalam jiwa anak-anak mereka. Selain itu, anak-anak mereka
diajarkan untuk mencintai alam, mencintai kesederhanaan dan membenci tembakau.
Akhirnya, rasa benci itu menjadi semangat yang mengalahkan keserakahan para penjajah
(halaman 157).

Kisah lainnya adalah kisah Si Raja Tidur. Seorang yang pintar, cerdas, dan pembela
kebenaran. Ketika dia menjadi seorang hakim dia berani menyatakan kesalahan dan korupsi
yang dilakukan oleh Presiden, hingga sang Presiden mendapat vonis hukuman seumur hidup
beserta keluarganya yang juga bersalah dicebloskan ke penjara. Meski begitu, raut wajah si
Raja Tidur tidak dipenuhi kebencian kepada Sang Presiden (halaman 184).

Dari cerita ayahnya tersebut, tanpa disadari memengaruhi tumbuh kembangnya Dam dan
merasuk jiwanya. Seluruh komplek mengenal Dam sebagai anak yang ramah, baik hati,
ringan tangan membantu, suka menyapa dan pandai mendamaikan pertengkaran. Selain itu
Dam, menjadi lebih mencintai alam ketika mendengar cerita lembah bukhara dan membenci
rokok dan perbuatan tidak berguna setelah mendengar kisah suku Penguasa Angin (halaman
274).
Namun, Dam kemudian menyangsikan hal tersebut dan menganggap semua cerita ayahnya
adalah bohong, padahal jelas-jelasnya ayahnya tak pernah berbohong dan seluruh kota
mengenal ayahnya sebagai orang paling jujur. Karena, kekecewaannya terhadap ayahnya
yang tidak mau berusaha lebih untuk kesembuhan ibunya yang sakit parah, yang
menyebabkan ibunya meninggal. Hingga akhirnya Dam tidak mau anak-anaknya tumbuh
dengan kisah-kisah yang diceritakan oleh ayahnya.

Hingga kemudian terbongkar, bahwa ibunya adalah seorang artis yang memilih hidup
sederhana dan menikah dengan ayah Dam yang juga memilih hidup sederhana. Karena
begitulah sejatinya, kesederhanaan membuat bahagia. Novel ini sungguh penuh makna, selain
hal di atas, novel ini bisa menginspirasi pembaca yang saat ini menjadi orang tua. Saya
akhiri, dengan salah satu kutipan menarik dalam buku ini.

“Ayah tidak menjadi hakim agung. Ayah memilih jalan hidup sederhana. Berprasangka baik
ke semua orang, berbuat baik bahkan pada orang yang baru dikenal, menghargai orang lain,
kehidupan dan alam sekitar. Itu jalan hidup ayah. Dan itu juga yang dipilih ibu kau. Apakah
ayah dan ibu kau bahagia? Kalau kau punya hati yang lapang, hati yang dalam, mata air
kebahagiaan itu akan mengucur deras. Tidak ada kesedihan yang bisa merusaknya, termasuk
kesedihan karena cemburu, iri, atau dengki dengan kebahagiaan orang lain. Sebaliknya.
Kebahagiaan atas gelar hebat, pangkat tinggi dan kekuasan, harta benda, itu semua tidak akan
menambah sedikit pun beningnya kebahagiaan yang kau miliki.” (halaman 294)
SINOPSIS NOVEL
“ BUMI “

Judul Buku : Bumi


Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Gramedia
Terbit : Cetakan kedua belas, Agustus 2016
Tebal : 440 hlm.
ISBN : 978-602-03-3295-6
Rating : 4/5 bintang

SINOPSIS NOVEL :

Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepuluh.

Aku anak perempuan seperti kalian, adik-adik kalian, tetangga kalian. Aku punya dua kucing,
namanya si Putih dan si Hitam. Mama dan papaku menyenangkan. Guru-guru di sekolahku
seru. Teman-temanku baik dan kompak.

Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal. Sesuatu yang kusimpan sendiri sejak
kecil. Sesuatu yang menakjubkan. Namaku Raib. Dan aku bisa menghilang

BUMI. Novel karya Tere Liye ini mengisahkan kehidupan seorang remaja perempuan
bernama Raib yang memiliki kemampuan unik. Sejak umur 22 bulan, Raib bisa menghilang.
Cukup menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan wush. Raib pun hilang. Sekarang
umur Raib 15 tahun dan kemampuan ini tetap menjadi rahasianya. Selain bisa menghilang,
Raib juga memiliki hal unik lainnya. Raib memiliki 2 kucing kembar yang dia dapat di ulang
tahunnya yang ke-9. Si Hitam dan Si Putih. Tapi orang tuanya hanya dapat melihat Si Putih.
Di usia 15 tahun, kejadian demi kejadian mulai datang dan tanpa disadari oleh Raib akan
mengubah kehidupannya. Mengungkap siapa Raib sesungguhnya.

Raib memiliki sahabat bernama Seli yang ternyata memiliki rahasia juga. Seli dapat menahan
sengatan listrik dan dapat menggerakan benda-benda kecil tanpa menyentuhnya. Sama seperti
Raib, kemampuan ini tetap menjadi rahasia Seli hingga usianya 15 tahun.

Di kelas Raib, ada seorang ramaja pria bernama Ali. Ali adalah murid genius. Dan dia yang
pertama kali mengetahui rahasia Raib. Saat Raib sedang dihukum oleh Miss Keriting karena
tidak membawa buku PR matematikanya dia memutuskan untuk mengamati hujan sambil
menghilang. Tiba-tiba ada sesosok tinggi kurus menyapanya dengan suara dingin, “Halo,
Gadis Kecil” sapaan ini mengagetkan Raib sehingga wajahnya tidak tertutup lagi oleh kedua
telapak tangannya dan Raib pun terlihat lagi. Ali melihat lorong yang kosong dan tiba-tiba
saja Raib muncul di sana. Semenjak itu Ali terus membuntuti Raib untuk membuktikan
bahwa dirinya benar. Dunia ini tidak sesederhana yang terlihat.

Seakan belum cukup rahasianya diketahui oleh Ali, setelah sampai di rumah Raib tidak dapat
menemukan si Hitam. Dan beberapa hari kemudian Raib menemukan kekuatan baru. Raib
dapat menghilangkan benda. Beberapa hari kemudian di malam hari, Raib terkejut. Sosok
tinggi kurus yang menyapanya di lorong sekolah berada di kamarnya. Lebih tepatnya di
dalam cermin di kamarnya. Bersama si Hitam. Sosok tinggi kurus itu mengaku sebagai
‘teman’. Dia mengaku mengetahui siapa Raib dan dapat melatihnya menguasai kekuatan
yang ada dalam dirinya. Tugas pertamanya adalah menghilangkan sebuah buku. Tapi Raib
tidak menanggapinya secara serius, hingga saat malam harinya sosok tinggi itu datang lagi.
Sosok itu marah karena Raib tidak melakukan tugasnya dengan serius. Maka sosok itu
menggunakan cara kasar. Dia memerintahkan si Hitam untuk membunuh si Putih jika Raib
tidak bisa menghilangkan buku tersebut dalam hitungan kesepuluh. Si Hitam berubah
menjadi kucing seukuran serigala dan menerkam si Putih siap membunuhnya. Dalam
kepanikan Raib masih tidak dapat menghilangkan buku itu. Dan saat si Hitam akan
membunuh si Putih tanpa disadari oleh Raib telapak tangannya mengarah ke si Hitam dan
menyuruhnya menghilang. Dan wush. Si Hitam menghilang. Sosok tinggi itu terkejut,
kemampuan Raib melebihi perkiraannya. Raib pun sama terkejutnya. Setelah kejadian itu
Raib pun dapat menguasai kekuatan barunya.

Keesokan harinya, terjadi peristiwa besar di sekolah. Gardu listrik tiba-tiba saja meledak dan
menjatuhkan kabel-kabel listrik ke arah Raib dan Seli. Terancam maut, Seli berhasil menahan
kabel-kabel listrik. Membuka rahasianya di hadapan Raib. Raib pun menghilangkan tiang
listrik yang jatuh ke arah mereka. Membuka rahasianya di hadapan Seli. Tiba-tiba muncul Ali
yang membawa mereka lari ke tempat aman agar terhindar dari pertanyaan-pertanyaan orang.
Semua berjalan sangat cepat. Di aula sekolah, tempat mereka bersembunyi tiba-tiba datang 8
orang berpakaian hitam dan dipimpin oleh sosok tinggi yang ternyata bernama Tamus.
Mereka akan menjemput Raib ke dunia lain. Dunia Klan Bulan.

Mereka bertiga malawan. Seli mengeluarkan petir dari tangannya. Dia adalah salah satu Klan
Matahari. Tapi mereka bertiga belum cukup kuat. Dalam keadaan terdesak, tiba-tiba datang
Miss Keriting (Selena) yang sebenarnya adalah salah satu masyarakat Klan Bulan. Dengan
bantuan Miss Selena mereka bertiga berhasil lolos dan tiba di kamar Raib. Tapi sayangnya
Miss Selena tidak dapat kabur bersama mereka.

Di kamar Raib mereka memeriksa buku PR Matematika Raib yang diberikan Miss Selena
beberapa hari yang lalu, mencari petunjuk. Buku itu kini bersampul kulit berwarna gelap
dengan gambar bulan sabit cetak timbul. Saat Raib menyentuh buku itu, muncul sinar dari
bulan sabit dan menjalar ke tubuh Raib. Cahaya itu semakin terang dan tiba-tiba saja mereka
sudah berada di ruangan berbeda. Di Dunia berbeda. Dunia Klan Bulan.

Ruangan itu adalah kamar Ou. Anak bungsu Ilo dan Vey. Ilo adalah orang yang paling tenar
dan memiliki pemikiran yang sama dengan Ali. Dunia ini tidak sesederhana yang terlihat. Ilo
berjanji akan membantu Raib, Seli dan Ali kembali ke kota mereka esok hari. Ilo
menyarankan mereka untuk bermalam dan menggunakan kamar Ily, anak sulungnya yang
tinggal di asrama akademi.

Dunia Klan Bulan memiliki teknologi yang sangat maju dan sangat menjaga lingkungan.
Mereka membuat sebagian besar peradabannya di bawah tanah agar tidak merusak
lingkungan permukaan. Hanya orang-orang kaya yang tinggal di permukaan. Di bangunan
tinggi dengan rumah beton berbentuk balon.

Setelah Ilo mengetahui dari mana mereka berasal, Ilo memutuskan untuk membawa mereka
ke orang yang lebih baik. Av. Kakek dari kakek-kakeknya Ilo. Sang penjaga perpustakaan.
Dari Av terungkap bahwa Dunia ini memiliki 4 Dunia Paralel yang saling berdampingan dan
tidak pernah bertabrakan. Dunia Tanah, Dunia Bulan, Dunia Matahari dan Dunia Bintang.
Dan Av pun memberitahu jika Raib memang dari Dunia Klan Bulan dan itu berarti
orangtuanya di Bumi bukanlah orangtuanya yang sesungguhnya.

Dunia Klan Bulan mengalami kerusuhan. Kota Tishri, tempat mereka berada telah berhasil
dikuasai oleh Tamus. Raib, Seli dan Ali terjebak. Tidak dapat kembali ke Bumi. Petualangan
mereka bertiga di Dunia Klan Bulan dimulai.
SINOPSIS NOVEL
“ PULANG “

Judul buku : Pulang

Penulis : Tere Liye

Editor : Triana Rahmawati

Jumlah halaman : 400 halaman

Penerbit : Republika Penerbit

Tahun Terbit : September 2015 cetakan I

"Memeluk Erat Semua Kebencian dan Rasa Sakit"

Mak, Bujang Pulang hari ini.

"Sungguh, sejauh apa pun kehidupan menyesatkan, segelap apa pun hitamnya jalan
yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk PULANG. Anakmu telah
pulang"

***
"malam itu usiaku memang masih anak-anak, tapi didarahku mengalir pekat keturunan
seorang jagal paling masyhur diseluruh Pulau Sumatra. Bapakku belum bercerita, tapi esok
lusa aku akhirnya tahu legenda hebat itu".

Kata-kata tersebut adalah sepenggal isi dari salah satu novel karangan Tere Liye yang telah
berhasil dicetak dan diterbitkan pada tahun 2015 lalu.

Sinopsis novel

Bujang adalah seorang anak yang berusia 15 tahun dan tidak mengenyam pendidikan di
sekolah sama sekali, dia tinggal didaerah pedalaman Pulau Sumatra. Kisah ini dimulai saat
kedatangan sekelompok pemburu babi hutan yang diundang oleh Samad (bapak Bujang).
Tauke muda bersama dengan anak buahnya diundang oleh samad untuk memburu babi-babi
hutan yang menjadi hama bagi para petani di desa. Pada kisahnya Tauke muda dan Samad
adalah seorang teman dekat bahkan sudah dianggap sebagai saudara angkat.

Bujang diajak oleh Tauke muda untuk ikut berburu babi di dalam hutan, sementara Midah
(ibu Bujang) tidak memberi izin pada Bujang karena sangat mengkhawatirkan keselamatan
anak kesayangannya itu. Namun setelah dibujuk oleh Samad akhirnya Midah pun
memberikan izin pada Bujang untuk ikut berburu dengan Tauke Muda. Setelah banyak babi
yang telah berhasil mereka taklukkan akhirnya mereka dihadapkan dengan pemimpin para
babi hutan yang ukurannya melebihi besar ukuran babi biasanya beratnya lebih dari 500 kg
disertai dengan mata yang merah dan taring yang panjang. Bermula dari mengalahkan babi
tersebutlah petualangan Bujang dimulai

"malam itu dadaku telah dibelah. Rasa takut telah dikeluarkan dari sana. Aku tidak takut"

Setelah kejadian tersebut Bujang diajak untuk tinggal dengan Tauke Muda di kota dan pergi
meninggalkan Mamak dan bapaknya di desa.

"apa pun yang akan kau lakukan disana, berjanjilah Bujang, kau tidak akan memakan daging
babi atau daging anjing. Kau akan menjaga perutmu dari makanan haram dan kotor. Kau juga
tidak akan menyentuh tuak dan segala minuman haram" kalimat itu adalah nasihat yang
diberikakn Midah sebelum Bujang berangkat ke Kota dan nantinya Bujang akan selalu
mengingat dan melaksanakan nasihat dari mamaknya ini.

Tinggal bersama Tauke sekaligus menjadi anggota dari Keluarga TONG dikota Bujang
disekolahkan sampai dia meraih gelar sarjana dan berhasil mengejar ketinggalan sekolahnya
hanya dengan kurun waktu kurang dari 5 tahun. Pada dasarnya bujang adalah anak yang
cerdas dalam pelajaran maka hal itu sangat membuat Tauke bangga padanya. Disana Bujang
juga belajar untuk menjadi tukang pukul (sesuai keinginannya untuk menjadi seperti
bapaknya), berlatih samurai, menembak dan banyak lagi lainnya. Keluarga Tong adalah
keluarga yang menguasai Shadow Economy kian hari selalu memperluas daerah
kekuasaannya.

Teman pertama bujang disana adalah Basyir, yaitu seorang pemuda yang selalu bangga
menceritakan leluhurnya suku bedouin, ya basyir adalah seorang jagal keturunan arab dan
menjadi sahabat pertama Bujang di kota.
Nantinya keluarga Tong mengalami pengkhianatan oleh salah satu anggota keluarganya
sendiri. Siapakah seorang pengkhianat itu?

Apa yang akan Bujang lakukan untuk merebut kembali kekuasaan keluarga Tong?

Akankah Bujang berhasil?


TUGAS BAHASA INDONESIA
“ SINOPSIS NOVEL “

NAMA : PUTRI JULIANTARI


KELAS : XI AKUNTANSI 2

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGRI 2 PADANG

JURUSAN : AKUNTANSI

TAHUN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai