Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya ekonomi di Indonesia yang begitu


pesat, tak terkecuali dari sektor industri pun terdorong tumbuh dengan pesat.
Keadaan ini mengakibatkan semakin bertambahnya penggunaan bahan-bahan
kimia, mesin-mesin atau peralatan canggih lain, baik dalam jenis maupun
jumlahnya. Dengan kemajuan ini maka risiko tenaga kerja untuk terkena
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja menjadi tinggi. Hal ini dapat terjadi
karena suatu industri pasti mempunyai potensi bahaya yang melebihi ambang
batas. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit atau kelainan atau gangguan
yang disebabkan oleh faktor pekerjaan dan faktor yang menyertainya.
Definisi penyakit akibat kerja ini pun juga berlaku untuk penyakit paru
akibat kerja (pneumoconiosis). Penyakit paru akibat kerja disebabkan oleh
karena faktor kimia, misalnya debu, gas, uap, dan sebagainya. Penyakit
tersebut bisa berupa peradangan, penimbunan, debu, tumor ganas, dan
sebagainya.
Oleh karena itu perlu diadakan usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Penyakit paru-paru dan
saluran pernapasan karena debu logam keras dan debu kapas merupakan salah
satu penyakit akibat kerja. Apabila tidak dilakukan pemeriksaan secara berkala
oleh suatu perusahaan kepada tenaga kerja mengenai fungsi paru-paru maka
akan mengakibatkan hal yang fatal baik untuk pekerja sendiri maupun
perusahaan.
Spirometri adalah suatu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi
atau faal paru, dimana pasien diminta untuk meniup sekuat-kuatnya melalui
suatu alat yang dihubungkan dengan mesin spirometer yang secara otomatis

1
2

akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volume udara yang dikeluarkan


sehingga dengan demikian dapat diketahui kondisi faal paru pasien.
Faktor resiko yang menyebabkan penyakit paru adalah :
1. Asap rokok, meliputi perokok aktif maupun perokok pasif.
2. Polusi udara, meliputi polusi di dalam ruangan (asap rokok, asap kompor,
penggunaan kayu bakar, lampu minyak, obat nyamuk bakar), polusi di luar
ruangan (gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan) dan polusi tempat
kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun).
3. Infeksi saluran napas bawah berulang. Semakin muda seseorang mulai
merokok, semakin lama dia merokok dan semakin banyak jumlah batang
rokok perharinya, maka semakin besar risiko orang tersebut terkena
penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik).
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik,
mental, maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Industri di Indonesia berkembang dengan pesat seirama dengan lajunya
program pembangunan nasional. Keadaan ini mengakibatkan semakin
bertambahnya penggunaan bahan-bahan kimia, mesin-mesin atau peralatan
canggih lain, baik dalam jenis maupun jumlahnya. Industri dan produknya
mempunyai dampak yang positif dan negatif kepada manusia. Di satu pihak
akan memberikan keuntungan berupa memberikan lapangan pekerjaan,
mempermudah komunikasi dan transportasi serta akhirnya meningkatkan
ekonomi dan sosial masyarakat. Di pihak lain dapat timbul dampak negatif
karena paparan zat-zat yang terjadi pada proses industrialisasi atau oleh karena
produk-produk hasil industri tersebut.
3

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kapasitas paru-paru probandus.
2. Untuk mengetahui penyakit paru-paru yang ditimbulkan akibat kerja.
3. Untuk mengetahui gejala–gejala yang timbul pada penyakit
pneumoconiosis.
4. Untuk mengetahui alat yang digunakan untuk mengukur kapasitas paru-
paru.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah pneumoconiosis akibat
kerja.

C. Manfaat
1. Bagi Praktikan.
a. Praktikan dapat mengoperasikan alat Autosipiro AS : 300 dengan
benar.
b. Praktikan dapat menerapkan tentang cara pencegahan dan
pengendalian penyakit pneumoconiosis.
c. Praktikan dapat mendeteksi pneumoconiosis dengan menggunakan
alat Autosipiro AS : 300.
d. Praktikan dapat mempelajari gejala-gejala yang timbul pada penyakit
pneumoconiosis.

2. Bagi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


a. Dapat dijadikan referensi dan kepustakaan oleh program studi
Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Dapat menciptakan mahasiswa yang ahli dan terampil dalam
mencegah dan mengendalikan penyakit pneumoconiosis.
c. Dapat menciptakan mahasiswa Diploma IV Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang berkualitas dan siap kerja.

Anda mungkin juga menyukai