Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kolaborasi pada Ny. I usia 19 tahun P1A0 Post partum
hari ke-2 di Puskesmas Ngesrep Kota Semarang, penulis akan membahas asuhan yang
telah dilakukan dari pengkajian, pemeriksaan fisik, analisa dan penatalaksanaan.
Anemia adalah keadaan tubuh yang kekurangan hemoglobin. Kadar Hb normal
adalah 12-16% dari sel darah merah, jumlah sel darah merah normal adalah 5juta/mm3
(Soebroto,2009). Sedangkan, anemia ibu nifas adalah suatu keadaan dimana seseorang
ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat, lemah
dan kurang bertenaga. Dari data subjektif didapatkan bahwa Nn. I telah melahirkan anak
pertama di rumah tanggal 24 Februari 2019 jam 15.30 WIB dengan tidak ditolong
tenaga kesehatan. Berdasarkan anamnesa, pada tanggal 24 Februari 2019 jam 16.00
WIB ibu dibawa ke puskesmas Ngesrep didampingi oleh bidan dan keluarga agar
mendapat penanganan masa nifas yang lebih optimal.
Dari data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik head to toe pada Nn. I
didapatkan bahwa pemeriksaan pada mata tampak konjungtiva pucat. Sedangkan,
pengkajian status obstetric pada abdomen : tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat,
kontraksi uterus baik. Pada tanggal 25 Februari 2019 dilakukan pemeriksaan
laboraturium , didapatkan hasil Hb: 8,5 gr%.
Dalam kasus Nn.I ditemukan kriteria-kriteria yang menunjukkan terjadinya
anemia ibu nifas. Dari data subjektif dan objektif yang telah di kaji dapat disimpulkan
analisa bahwa diagnosa pada Ny. I adalah Ny. I Usia 19 tahun P1A0 Post partum hari
ke-2 dengan Anemia ringan.
Terdapat faktor maternal yang mempengaruhi anemia pada masa nifas. Salah
satu diantaranya adalah perdarahan saat persalinan. Kehilangan darah yang signifikan
setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia postpartum.
Banyaknya cadangan hemoglobin dan besi selama persalinan dapat menurunkan risiko
terjadinya anemia berat dan mempercepat pemulihan (Rukiyah, 2010). Saat persalinan,
Nn. I tidak didampingi oleh tenaga kesehatan, sehingga dalam penanganan persalinan
Nn.I tidak mendapatkan manajemen aktif kala 3 yang berfungsi sebagai antisipasi
terjadinya perdarahan saat setelah bayi lahir, dan juga terdapat laserasi pada vagina

1
yang belum mendapat penjahitan yang berakibat terdapat pembuluh darah di di vagina
yang masih terbuka. Hal ini sesuai bahwa menurut Prawiroharjo (2010), faktor obstetric
perdarahan postpartum antara lain riwayat perdarahan postpartum, partus lama, anemia
dan penanganan yang salah pada kala III.
Salah satu faktor resiko terjadinya perdarahan post partum adalah paritas dan
usia ibu. Hal ini sesuai dalam penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2017) yang
berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan pasca persalinan”
bahwa terdapat hubungan antara paritas dan umur teradap terjadinya perdarahan post
partum (Wardani, 2017).
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
(Purwoastuti, dkk,2015). Pada pasien dengan anemia post partum membutuhkan selain
membutuhkan asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan kadar Hb juga
dibutuhkan stabilisasi dan kolaborasi dengan ahli gizi berkaitan dengan asupan nutrisi
yang dibutuhkan ibu serta dokter umum untuk rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi. Ny.I dan keluarga di beri penkes tentang makanan-makanan yang dapat
membantu meningkatkan kadar Hb seperti sari kurma. Hal ini sejalan dengan penelitian
oleh Rahayu (2017) dengan judul “ Efektivitas Penambahan Sari Kurma Dalam
Pemenuhan Gizi Ibu Hamil Anemia Di Puskesmas Wedi, Kabupaten Klaten”
disimpulkn bahwa sari kurma lebih efektif dibandingkan MMN (Rahayu, 2017).
Diagnosa Potensial adalah diagnosa yang mungkin terjadi bila suatu masalah
tidak diatasi. Pada hal ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau
masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman (Soepardan, 2009). Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada
Ny.I dengan post partum dengan anemia ringan adalah post partum dengan anemia
berat.
Dalam memberikan penatalaksanaan asuhan pada Ny.I dilakukan kolaborasi
dengan dokter. Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal yang
datang ke puskesmas PONED harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap
sesuai dengan buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
(Saifuddin,2009). Tanggal 26 Februari 2019 didapatkan advis dokter yaitu dipasang

2
infus RL 20 tpm; p.o B complex 2x1 tab, SF 2x1 tab, paracetamol 3x1 tab, amoxicillin
500 mg 3x1, kalk 500 mg 1x1, vitamin A 200.000 IU 1x1 selama 2 hari. Tanggal 26
Februari 2019 dilakukan kolaborasi dengan dokter karena didapatkan hasil pemeriksaan
pada wajah dan konjungtiva tampak sangat pucat sehingga dokter menyarankan agar
dilakukan rujukan ke Rumah Sakit.
Pada kasus Ny.I sebelum dilakukan rujukan petugas kesehatan memberikan
informed consent secara legal sebagai bentuk persetujuan dilakukannya tindakan
sebelum merujuk. Ny.I di pasang infus Ringer Laktat 500cc. Dilakukan rujukan ke RS
pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya
(Saifuddin,2009). Dilakukan rujukan pada Ny.I juga berkaitan untuk antisipasi
terjadinya diagnosa potensial, karena anemia pada post partum menyebabkan
komplikasi yang bisa terjadi pada ibu maupun bayi. Sehingga diharapkan rujukan ke
pelayanan fasilitas lebih tinggi dapat berkontribusi untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi.
Kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal dan tepat waktu menjadi syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan.
Persiapan dan informasi dalam rencana rujukan meliputi siapa yang menemani ibu,,
tempat rujukan yang sesuai, sarana tranportasi yang harus tersedia, orang yang di tunjuk
menjadi donor darah dan uang untuk asuhan medik, tranportasi, obat dan bahan.
Singkatan BAKSOKU (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang) dapat di
gunakan untuk mengingat hal penting dalam mempersiapkan rujukan (Safruddin, 2009).
Dalam proses rujukan Ny.I didampingi oleh bidan dan keluarga. Dilakukan rujukan ke
RS Hermina Semarang dikarenakan berkaitan dengan regulasi BPJS

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN:

Rahayu, R. (2017) ‘Efektivitas Penambahan Sari Kurma Dalam Pemenuhan Gizi Ibu
Hamil Anemia Di Puskesmas Wedi, Kabupaten Klaten’, Jurnal Kebidanan
Dan Kesehatan Tradisional, 2(2), pp. 97–103.

Wardani, P. K. (2017) ‘Faktor-Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya


Perdarahan Pasca Persalinan’, Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), pp. 51–60.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti. (2010).Asuhan Kebidanan Patologi Edisi Revisi.

3
Jakarta:CV.Trans Info Media.

Purwoastuti, E & Walyani,S.E. (2005). Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka baru pess.

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Soepardan, Suryani. (2009). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

Saifuddin, Abdul Bari,dkk. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Safrudin & Hanidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai