Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
karena aktivitas menyusui bayi kepada ibunya, melalui mekanisme hormonal dan
Oksitosin (let down reflex) (pengaliran ASI). Air Susu Ibu adalah makanan ideal yang
biologis dan emosional antara ibu dan bayi, serta meningkatkan sistem kekebalan
pada bayi (Hanson dalam Rustam, 2010). Menurut Roesli (2001) menyebutkan
bahwa ASI merupakan makanan tunggal yang dapat mencukupi kebutuhan tumbuh
paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh
vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan
pertama, tidak ada cairan atau makanan lain yang diperlukan. ASI terus tersedia
hingga setengah atau lebih dari kebutuhan gizi anak pada tahun pertama dan sampai
tahun kedua kehidupan. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang
dalam ASI berada pada tingkat terbaik dan ASI memiliki bentuk yang paling baik
15
bagi tubuh bayi. ASI juga sangat kaya akan sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel – sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan untuk bayi yang
dibuat menggunakan teknologi masa kini tidak mampu menandingi keunggulan dari
Di antaranya menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi pada bayi, ASI juga bisa
menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit non infeksi seperti penyakit obesitas,
kurang gizi, asma dan meningkatkan IQ dan EQ anak serta menciptakan ikatan kasih
sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindungi dalam dekapan ibu,
mendengar langsung suara detak jantung ibu dan merasakan sentuhan ibu pada saat
bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti
proses kerja menyusui sehingga dapat menyusui secara eklusif (Roesli, 2007)
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika
bayi mulai mengisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI
keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang
dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut juga “let
oleh saluran air susu sehingga membentuk seperti pohon. Sistem kelenjar yang ada
diselimuti oleh pembuluh darah, pembuluh limfe dan system persyarafan yang
berhubungan dengan syaraf pusat (Lawrence, 2005). ASI yang dihasilkan oleh
jaringan kelenjar susu kemudian disalurkan melalui saluran susu ke dalam gudang
16
susu yang terdapat dibawah daerah yang berwarna gelap/cokelat tua di sekitar puting
susu. Gudang susu ini sangat penting artinya, karena merupakan tempat
penampungan ASI. Puting ASI mengandung banyak sekali saraf sensoris sehingga
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar
otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang
disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar
merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau
tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan.
Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang
kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik
ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi
atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini
menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk diisap. Oksitosin sudah mulai
bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi mengisap). Jika refleks
oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk
payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar. Efek oksitosin
2008).
Suharyono (1994 dalam Afifah 2017) mengungkapkan bahwa proses laktasi
mempengaruhi pertumbuhan bayi dan hal ini akan sangat tergantung pada faktor-
faktor : kesehatan bio psiko sosial ibu, proses mammogenesis (persiapan payudara)
yang adekuat, proses laktasi yang memungkinkan, keberhasilan produksi air susu dan
proses galactopoesis (pengeluaran ASI dari putting), efektifitas proses transfer air
susu yang berkualitas, cukup jumlah dan frekuensinya. Selain itu juga dipengaruhi
oleh faktor jumlah kelahiran, stimulasi pengosongan payudara, aliran susu dan teknik
menyusui.
Tabel 2.1
Produksi ASI pada Payudara
1 2 3 4
Menurut Ramaiah (2006) proses pembentukan ASI dapat dibagi menjadi empat
tahap, yaitu:
ASI dalam payudara dan salurannya mengalami pertumbuhan yang cepat. Hal ini
dikeluarkan oleh indung telur, prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary
di dalam otak dan hormon pertumbuhan, prolaktin adalah hormon paling penting
2) Laktogenesis atau sintesis dan produksi dari alveolus dalam payudara, merupakan
pengeluaran ASI yang sesungguhnya akan dimulai dalam waktu tiga hari setelah
persalinan. Hal ini terjadi karena selama kehamilan hormon progesterone dan
prolaktin.
tergantung pada bayi yang mengisap payudara, penting bagi ibu untuk
3. Produksi ASI
Berdasarkan Amina (2015) waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
dari hari pertama sampai hari ke empat yang berbeda karakteristik fisik dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. Kolostrum
berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel
mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap
menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama
ASI ini diproduksi pada hari ke empat sampai hari ke sepuluh. Komposisi
protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan jumlah
bayi yang semakin aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan.
ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh sampai seterusnya. ASI matur
merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi
sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain
selain ASI. Dimulai dengan makanan yang lunak, kemudian padat, dan makanan
4. Volume ASI
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir
akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dan jumlah akan terus bertambah sehingga
mencapai 400-450 ml pada waktu mencapai usia minggu kedua. Dalam keadaan
20
produksi ASI telah normal volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5
menit pertama pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit
3) Jika ASI cukup, setelah bayi menyusu bayi akan tertidur\tenang selama 3-4 jam.
7) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.
8) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu.
Pengukuran volume ASI dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu:
Cara menabung atau mengukur ASI yang paling baik dan efektif dengan
menggunakan alat pompa ASI elektrik. Harganya relatif mahal. Ada cara lain yang
lebih terjangkau yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini
memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa
berbentuk squeeze and bulb. Bentuk squeeze and bulb tidak dianjurkan banyak ahli
ASI. Karena pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang
21
yang bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa
disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/ rata
(Rahayu, 2008).
Memerah ASI dengan tangan disebut juga dengan teknik Marmet. Dengan
pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu sekitar
masing-masing payudara 15 menit. Cara ini sering disebut juga dengan back to nature
Caranya, tempatkan tangan ibu di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola.
Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada,
lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap
di tepi areola, jangan sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk
memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran
susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat
kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar yang
5. Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi yang
mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada ditempat
yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan
susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan
Tahapan produksi ASI terdiri atas kolostrum, ASI Peralihan, dan ASI Matur.
1) Kolostrum
ASI matang, atau cairan tahap pertama ASI yang dihasilkan selama masa
berwarna kuning keemasan atau krem (creamy), dengan volume 150 – 300
ml/hari, serta lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap berikutnya.
Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi akan protein, vitamin yang terlarut
merupakan antibody dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai imunitas
pasif untuk bayi. Imunitas pasif akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan
virus yang merugikan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera
3) ASI Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum dimana kadar
lemak dan laktosa lebih tinggi serta kadar protein dan mineral lebih rendah. ASI
Menurut Vivian (2011) ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, kandungan gizi
dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembang bayi.
1) Protein
ASI mengandung protein lebih rendah dari air susu sapi tetapi protein ASI
2) Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari susu sapi (6,5-7 gram).
Karbohidrat yang paling utama adlah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi sangat
menguntungkan karena saat permentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya
asam laktat ini memberikan suasana asam dalam usus bayi. Asam laktat dalam usus
mensintesis vitamin.
c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari kalsium.
d. Memudahkan absorbsi dari mineral, misalnya kalsium, fosfor dan magnesium.
antara lain:
1) Faktor makanan ibu
Dalam penelitian Arifin (2016) mengatakan ibu yang kekurangan gizi akan
mengakibatkan menurunnya jumlah ASI dan akhirnya berhenti. Hal ini menyebabkan
pada masa kehamilan jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidakmemungkinkan untuk
menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai
salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui.
2) Faktor isapan bayi
Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior
untuk meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelenjar susu (alveoli)
24
untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau puting susu ibu yang
sangat kecil akan membuat produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan
terus menurun dan ASI akan terhenti (Hubertin, 2003 dalam Afifah, 2017).
3) Frekuensi penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi premature disimpulkan bahwa produksi ASI akan
optimal dengan pemompaan 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.
Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukan bhwa
frekuensi penyusuan 10 lebih kurang 3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah
laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI (Elly, 2007 dalam Afifah 2017).
5) Faktor psikologis
Gangguan psikologi pada ibu menyebabkan berkurangnya produksi dan
berhasilnya seorang ibu untuk menyusui. Perasaan ibu yang bahagia, senang,
dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi,
dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan
usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan
25
perbedaan inti yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho 1982
dalam Jayanti (2016) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi
dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah
(BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi
yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini
meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir
normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI .
7) Perawatan payudara
Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang
peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi
ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara
yang baik, maka putting tidak akan lecet sewaktu diisap bayi (Soetjiningsih, 1999
apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada
lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan (saifudin, 2001 dalam
Afifah 2017). Sedangkan pada persalinan tindakan sectio ceasar seringkali sulit
menyusui bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anestesi umum.
Ibu relatif tidak dapat bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi
di bagian perut membuat proses menyusui sedikit terhambat (Sinsin, 2004 dalam
Afifah, 2017).
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat
lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
dari pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi
prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu
proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi
Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya
62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari
normal.
12) Cara menyusui yang tidak tepat
Teknik menyusui yang kurang tepat, tidak dapat mengosongkan payudara
dengan benar yang akhirnya akan menurunkan produksi ASI (Hubertin, 2003 dalam
Afifah 2017).
lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, dimana bayi
mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui,
maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi
27
rahim. Di samping itu akan timbul refleks prolaktin yang akan memacu proses
penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam
ACC/SCN, 1991 dalam Jayanti 2016), sebaliknya bila pil hanya mengandung
progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral
kontrasepsi.
B. Jantung Pisang
1. Defenisi
Tanaman pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas.
famili Musaceae, genus Musa dan spesies Musa paradisiaca (Suyanti dan
Supriyadi, 2008).
Jantung pisang (lihat Gambar 1) merupakan bunga yang dihasilkan oleh
pokok pisang yang berfungsi untuk menghasilkan buah pisang. Jantung Pisang
sehingga lengkap. Hanya dalam keadaan tertentu atau spesis tertentu jumlah
Kulit luar jantung pisang keras dan akan terbuka apabila sampai waktu bagi
mendedahkan bunga betina. Bunga betina dan jantan menghasilkan nektar untuk
jantung pisang mempunyai banyak lapisan kulit, dari yang paling gelap cokelat-
antikoagulan). Jantung pisang bagian luar dan warna putih krim susu di bagian
dalam. Terdapat susunan bunga berbentuk jejari di antara kulit tersebut dan di
tengahnya yang lembut. Jantung pisang mempunyai cairan berwarna jernih dan
akan menjadi pudar warnanya apabila jantung pisang terkena udara dari luar
memproduksi jantung pisang, tetapi tidak semua jantung pisang dapat dikonsumsi.
Jantung pisang yang dapat dikonsumsi adalah jantung pisang dari jenis pisang
kepok, pisang batu, pisang siam dan pisang klutuk. Jantung pisang dari jenis
pisang ambon tidak dapat dikonsumsi karena kandungan tanin yang tinggi
kandungan zat gizi yang bermanfaat bagi tubu ialah protein 12,05%, karbohidrat
34,83%, dan lemak total 13,05%, mineral (terutama fosfor, kalsium, dan besi),
pada jantung pisang adalah serat pangan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
per 100 gram adalah : energi 31 kkal, protein 1,26 g, lemak 0,35 g, karbohidrat
8,31 g kalsium 6 mg, besi 0,4 mg, fosfor 50 mg, vitamin A 140 SI, vitamin B1
bahan aktif yang berkhasiat seperti prolaktin dan mengandung bahan aktif yang
Eksklusif.
Jantung pisang merupakan jenis tanaman yang mengandung laktagogum
alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam
untuk memproduksi ASI, sewaktu bayi menghisap putting payudara ibu, maka
akan terjadi rangsangan neurohormonal pada putting susu dan areola ibu.
lobus anterio. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin dan masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini
akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Wahyuni, 2012). Alasan ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Elly Wahyuni pada tahun 2012 dengan
jantung pisang batu adalah 5,7 kali, setelah mengkonsumsi jantung pisang
batu memiliki beberapa senyawa yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas
ASI. Peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid
yang mempengaruhi reflek prolaktin untuk merangsang alveoli yang bekerja aktif
dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa peningkatan
oksitosin dipengaruhi oleh polifenol yang ada pada jantung pisang batu yang akan
mendorong sekresi air susu (milk let down). Peran oksitosin pada kelenjar susu
31
kelenjar susu, sehingga dengan berkontraksinya sel-sel miopitel isi dari alveolus
akan terdorong keluar menuju saluran susu, sehingga alveolus menjadi kosong
rebusan jantung pisang terhadap eksresi ASI pada ibu menyusui di Desa Kuapan
Wilayah Kerja Puskesmas Tambang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-
rata eksresi ASI sebelum konsumsi rebusan jantung pisang adalah 385 cc dengan
standar devisiasi 82,876 dan sesudah konsumsi rebusan jantung pisang adalah
720,000 cc dengan standar devisiasi 86,450 dengan nilai P value 0,001. Penelitian
ketiga oleh Tjahjani (2014) dengan judul pengaruh konsumsi jantung pisang
terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas di Puskesmas Gundi Kota Surabaya.
Dengan hasil penelitian didapatkan 20% pada ibu nifas yang pengeluaran ASI
tidak lancar, 80% ibu nifas pengeluaran ASI menjadi lancar, pada α = 0,05
D. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini mengacu pada hasil penelitian-
Wahyuni (2012), Aprija (2016), Thajani (2014) yang dijelaskan sebagai berikut:
Faktor- faktor diatas dapat dilihat melalui gambar dibawah ini:
Harismayanti (2018)
Karakteristik Ibu
Jantung Pisang
Hubaya (2015) Peningkatan Produksi
Jantung Pisang ASI
Karakteristik Ibu
Wahyuni (2012)
Jantung Pisang
Aprija (2014)
Jantung pisang
Thajani (2014)
Jantung Pisang
Gambar 2.3
Kerangka Teori Penelitian
Sumber Harismayanti (2018), Hubaya (2015), Wahyuni (2012), Aprija (2016),
Thajani (2014)