BAB VI
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
tahun 2006. RS Jelet Jepara pada tahun 2007 yang terus dikembangkan sampai sekarang (Narti,
2009).
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa dikonsumsi
sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya resep dokter. Hal ini menepis
anggapan bahwa obat tradisional tak memiliki efek samping. Anggapan bila obat tradisional
aman dikonsumsi walaupun gejala sakit sudah hilang adalah keliru. Obat tradisional bila
dikonsumsi melampai batas yang dianjurkan justru akan membahayakan. Efek samping obat
tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan
dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi,
dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional (Oktora, 2006). Saat ini tercatat sekitar 40%
penduduk Indonesia menggunakan pengobatan tradisional, 70% berada di daerah pedesaan
(Harmanto dan Subroto, 2007).
Produksi obat tradisional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Karena
banyaknya variasi sediaan bahan alam, maka untuk memudahkan pengawsan dan perizinan,
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengelompokkan obat tradisional dalam
sediaan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan berbeda, yaitu
untuk jamu pemakaiannya secara empirik berdasarkan pengalaman, sediaan obat herbal
terstandar bahan bakunya harus distandarisasi dan sudah diuji farrmakologi secara
eksperimental, sedangkan sediaan fitofarmaka sama dengan obat modern bahan bakunya harus
distandarisasi dan harus melalui uji klinik (Sukandar, 2006).
Obat tradisional yang beredar di Indonesia sangat banyak, diantara obat tradisional
yang beredar terdapat juga produk obat tradisional yang mengandung narkotika/psikotropika,
hewan/tumbuhan yang dilindungi, dan BKO, serta terdapat obat tradisional yang komposisinya
tidak sesuai dengan yang tertera pada label hal tersebut dapat memicu terjadinya kesalahan
dalam memilih produk obat tradisional/jamu.
Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi untuk memberikan informasi pada
masyarakat mengenai perbedaan jamu, obat herbal terbatas, dan fitofarmaka serta mengajarkan
tentang cara mencari informasi mengenai produk-produk obat yang terdaftar kepada
masyarakat. Selain itu kami memberikan langkah-langkah untuk dapat melakukan pencarian
apakah suatu produk obat terdaftar atau tidak melalui website dari BPOM
(https://cekbpom.pom.go.id/).
6.7. 1 Peserta
Target Peserta : 30 orang
Peserta yang hadir : 37 orang
Kesimpulan : peserta yang hadir telah mencapai target yang diinginkan, hal ini
sebenarnya bisa dihadiri lebih banyak lagi, karena diadakan pada bulan puasa dan mendekati
liburan idul fitri sehingga banyak peserta yang berhalangan hadir
Gambar 6.3 Peserta Mencari Informasi Obat Herbal Sesuai dengan Arahan Panitia
Gambar 6.6 Panitia Membantu Peserta Mengikuti Arahan Pembawa Materi (1)
Gambar 6.7 Panitia Membantu Peserta Mengikuti Arahan Pembawa Materi (2)
6.8 KUESIONER
Untuk mengetahui tingkat penerimaan materi dan kepuasan dari peserta promosi
kesehatan, kami membagikan kuisioner yang telah dirangkum hasilnya pada table di bawah ini.
Pertanyaan Jawaban Jumlah %
responden
1. Menurut anda, apakah acara ini berjalan dengan Ya 37 100 %
sukses Tidak 0
2. Materi yang disajikan dapat menambah wawasan Ya 37 100 %
saya tentang obat herbal Tidak 0
3. Sebagian besar materi dapat saya pahami Ya 37 100 %
Tidak 0
4. Penyajian materi tentang obat herbal cukup Ya 37 100 %
interaktif Tidak 0
5. Materi yang disampaikan bermanfaat untuk saya Ya 37 100 %
Tidak 0
6. Narasumber dapat menyampaikan materi dengan Ya 36 97,29%
baik Tidak 1
6.9 KESIMPULAN
Acara promosi kesehatan berjalan dengan lancar selam 45 menit dan diikuti oleh 37
peserta dari awal hingga akhir acara. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar
responden menganggap acara berjalan dengan baik, interaktif, dan bermanfaat, ditandai dengan
hanya terdapat satu responden yang menjawab tidak pada pernyataan nomor 6, 7, dan 9.
Saran untuk acara selanjutnya adalah diadakan lebih lama, lebih khusus dengan bekerja
sama dengan kelompok kesehatan Gereja Katolik Roh Kudus sehingga lebih banyak materi
yang dapat disampaikan.