BAB I
PENDAHULUAN
1
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau
patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau
magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang
rekahan.
4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi magma
menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk
deretan gunungapi perisai.
Gambar 1.1
Penampang diagram yang memperlihatkan bagaimana gunungapi terbentuk di permukaan melalui kerak
benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan yang menghasilkan busur gunungapi, busur
gunungapi tengah samudera, busur gunungapi tengah benua dan busur gunungapi dasar samudera.
(Modifikasi dari Sigurdsson, 2000)
2
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 1.2
Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunungapi terjadi akibat tumbukan
kerak Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalam
sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dll.
(Modifikasi dari Katili, 1974).
3
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Creater Lake. Cerita Senada juga ditemukan dalam kisah atau legenda orang Yunani dan Romawi
kuno. Penalaran ilmiah tentang gunung api mungkin dimulai oleh Empedocles (492 – 432),
Dimana ia mulai merintis kegunungapian secara jelas. Didekat puncak Mount Etna ia
menghabiskan waktunya selama beberapa tahun untuk mengamati dan meyakini bahwa di perut
bumi terdapat larutan panas pembentuk gunungapi. Setelah Empedocles, muncul beberapa
pengamat seperti Strabo (1600), Martin Lister(1638-1711), Charles Lyell dan Scrope.
Pada tahun 1827, Scroplah yang meletakan dasar pengertian Vulkanologi modern.
Didalam teorinya, Scrope berpendapat bahwa kegiatan vulkanik adalah arti dan fungsi gas yang
terkandung dalam magma. Dan baru beberapa dekade kemudian, Vulkanologiwan Frank A.
Perret mendukung pendapat Scrope, dimana Perret berpendapat bahwa adalah gas adalah agen
aktif atau motor penggerak magma. Sejak itu penelitian kegunungapian mengalami
perkembangan pesat, dimana banyak muncul peneliti-peniliti baru. Perkembangan ilmu gunung
api abad 20 dirintis oleh Thomas A. Jaggar, seorang profesor Geologi dari Masschusset Institute
of Technology (MIT), dan Frank A. Perret, seorang insnyur listrik sahabat T.A. Edison. Dan
sejarah ilmu gunung apitidak pernah terpisah dari sejarah kegiatan pengamatan. Pusat pun mulai
didirikan dimana-mana, seperti di Hawaii(Hawaiian Vulcano Observatory) dan negara-negara
lain pun mulai banyak mendirikan pusat-pusat pengamatan gunungapi.
4
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
panas, pembentukan kristal, naiknya tekanan gas dan uap, pergerakan magma, letusan dan lain
sebagainya. Sistem hidrostatik dikatakan setimbang apabila berta jenis magma membesar ke arah
dalam. Suatu penyimpangan terhadap berat jenis, biarpun kecil. Gangguan kesetimbangan pada
magma yang berada dibawah permukaan bumi anatara lain akan menyebabkan terjadinya arus
terputar yang segera diikuti proses lanjutan berupa pembentukan cekungan (geosinklin),
tegangan pada kerak benua yang berakhir dengan pembentukan lurah, retakan dan sesar;
orogenesa, tektogenesa dan gejala penerobosan magma ke permukaan bumi.
Sehingga jelaslah bahwa tektonik dan vulkanisme merupakan ekspresi gaya-gaya dalam
bumi yang dihuibungkan dengan proses pengalihan tenaga ke permukaan. Sementara tektonik
merupakan manisfestasi gejala aspek mekanik yang ditimbulkan ; maka vulkanisme adalah
manisfestasi aspek kimiawi dari proses pemindhan tenaga tersebut.
Ada tiga lingkungan gunungapi yang dapat dibedakan dengan jelas :
1. Lingkungan tipe busur kepulauan (typical island-arc environment), dimana gunungapi
terdapat di bagian puncak punggungan pegunungan yang membusur. Magma basalan dari
bagian atas selubung bumi yang terletak dibawah suatu punggungan akan naik sepanjang
rekahan yang memotong lapisan granit. Dan sewaktu magma menerobos lapisan tersebut
akan terjadi perubahan komposisi,disamping proses difrensiasinya sendiri berjalan tanpa
halangan berarti. Di permukaan akan terbentuk gunungapi andesitan.
2. Lingkungan tipe samodra (typical ocean environment), di mana gunungapi muncul dan
tersebar berderet di sepanjang puncak punggungan yang mempunyai sistem reakahan
pada kerak samodranya. Melalui rekahan yang memotong lapisan basalan, magma primer
yang basa bergenerasi ke atas dari asalnya yaitu selubung bumi yang berada di bawah
punggungan tersebut. Dan karena hampir tidak menjumpai lapisan granitan, maka
magma yang berdiferensiasi selama perjalanannya ke atas tidak mengalami perubahan
yang bersifat basalan.
3. Lingkungan tipe benua (typical continental envoronment, di mana pada jalur
pegunungan yang tak stabil terdapat lapisan kerak granitan yang tebal. Magma yang
bergenerasi dekat dengan dasar akar p[egunungan, kemudian naik secara perlahan
melalui rekahan pada kerak granitan dan muncul di permukaan sebagai gunungapi
andesitan dan riolitan.
5
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Contoh :
asimilasi magma asal dcngan batu lempung:
CaMgSi206 + (OH)4A1 2SiO5 CaAlSi2O6 + MgSiO3
(diopsid) (kaolin) (anortit) (enstantit)
+ SiO2 + 2H2O
(Kuarsa) (Air)
• Magma anatektik, yaitu magma baru yang terjadi akibat peleburan batuan pada kedalaman yang
besar. melalui proses anateksis.
Berdasarkan kandungan gas, menurut Jaggar (1958; dalam Rittmann, 1962).
1. Hipomagma : bersifat tidak jenuh gas (undersaturated) dan dapat terbentuk pada tekanan
yang besar.
2. Piromagma, jenuh gas atau banyak mengandung gelembung gas sehingga memberikan
kenampakan membusa.
6
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
3. Epimagma, miskin gas (improversihed) sehingga dapat disamakan dengan lava yang
belum dierupsikan.
7
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
berbagai proses cenderung merubah komposisi magma asal. Proses-proses tersebut antara lain
vesiculation, crystal flotation, crystal settling, gravitational settling, diffusion dan asimilasi
dengan batuan samping.
a). Vesiculation ada1ah proses di mana magma yang mengandung unsure seperti CO2 , S02 , S2,
Cl2 dan H20 sewaktu naik ke permukaan membentuk gelembung-gelembung gas dan membawa
serta unsur volatil sodium (Na) dan potasium (K).
b). Crystal Flotation adalah pengambangan kristal-kristal ringan dari sodium dan potasium
sehingga memperkaya magma yang terdapat di bagian atas waduk.
c). Crystal settling / gravitational settling. adalah pengendapan kristal kristal berat seperti Ca, Mg
dan Fe, sehingga akan memperkaya magma yang berada di bagian bawah waduk. Mineral-
mineral silikat berat relatif berada di bawah mineral-mineral silikal ringan.
d). Diffusion adalah percampuran secara lambat antara magma dengan batuan samping di dalam
waduk magma. Mekanisma diffusi tidaklah seefektif mekanisma lainnya.
e). Asimilasi dengan batuan samping memberikan pengertian. bahwa magma selama naiknya ke
permukaan akan bereaksi dengan batuan yang diterobos, sehingga terjadi perubahan komposisi
magma asal. Apabila batuan samping kaya akan sodium. potasium dan silika maka magma akan
berubah ke kornposisi granitik. Sedangkan suatu magma asal yang menerobos batuan samping
yang kaya kalsium, magnesium dan besi paling tidak akan berubah komposisinya menjadi
gabroik.
8
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
BAB II
PETROKIMIA BATUAN GUNUNGAPI
2.1 Pendahuluan
Analisa petrokimia batuan gunungapi digunakan untuk mengetahui sifat magma, jenis
magma, seri magma, posisi terbentuknya batuan pada jalur tektonik, serta menafsirkan evolusi
magma. Metoda-metoda analisis yang dipergunakan dalam analisis ini :
1. Metoda Normatif C. I. P. W
2. Metoda Peacock ( 1931 )
3. Metoda Niggli
4. Metoda Rittman ( 1952, 1953 )
5. Metoda Kuno ( 1960, 1966 )Metoda Withford ( 1975 )
6. Metoda - metoda lain
Dalam perhitungan normaif C.I.P.W yang digunakan persen berat dari masing-masing
unsur - unsur mayor. Metoda/perhitungan normatif C.I.P.W standar dilakukan dengan mengikuti
langkah - langkah aturan baku, sebagai berikut :
9
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
4. Jika CaO (2) ≥ 10/3 P2O5 CaO (2) < 10/3 P2O5
CaO (4) = CaO (2) – 10/3 AP (4) P2O5 (4) = P2O5 – AP (4)
6. Jika CaO (4) ≥ 0,5 F (5) CaO (4) < 0,5 F (5)
8. Jika FeO (1) ≥ 0,5 S.( SO3 ) FeO (1) < 0,5 S.( SO3 )
10
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
12. CT = SnO2
11
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
14. Jika Al2O3 (13) ≥ Na2O (7) Al2O3 (13) < Na2O (7)
Al2O3 (14) = Al2O3 (13) – AB (14) Na2O (14) = Na2O (7) – AB (14)
16. Jika Al2O3 (14) ≥ CaO (9) Al2O3 (14) < CaO (9)
Al2O3 (16) = Al2O3 (14) – AN (16) CaO (16) = CaO (9) – AN (16)
17. Jika CaO (16) ≥ TiO2 (11) CaO (16) < TiO2 (11)
12
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
CaO (17) = CaO (16) – TN (17) TiO2 (17) = TiO2 (11) – TN (17)
18. Jika Fe2O3 (15) ≥ FeO (11) Fe2O3 (15) < FeO (11)
HM = Fe2O3 (18)
MgSP (20) = PrMg (19) . MgFe (19) MgSP (20) = PrMg (19) . C (16)
FeSP (20) = PrFe (19) . MgFe (19) FeSP (20) = PrFe (19) .C (16)
13
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
C (20) = C (16) – (MgSP (20) + FeSP (20) ) MgFe(20)=MgFe (20)–(MgSP (20) +FeSP (20) )
( MgDI(21) + FeDI(21))
WO(21) = CaO(21)
Y(21) = Y(17)+2.(MgDI(21)
23. Jika D(22) ≤ 0,5 (EN(21) + FS(21)) D(22) > 0,5 (EN(21) + FS(21))
14
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
PF = D(23) PF = TN(17)
NE = D(24)/4 NE = AB(14)
15
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Mencari harga Indeks Kristalisasi (Thornton & Tuttle, 1985) serta Indeks Deferensiasi
(Poldervaart & Parker, 1964). Sebelumnya harga normal dari unsur – unsur yang telah diketahui
dari perhitungan diatas diubah dalam prosentase.
Nama Normal BM Normal . BM (X) (X / ΣX) . 100%
16
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
AP
PR
IL
OR
AB
AN
TN
NT
NE
LC
KS
FO
FA
SP
dst
17
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
18
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Calc alkali 56 - 61
Pasific Suite
Calcic > 61
2.3.1 Pengertian
Suite Batuan Beku
19
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Kumpulan batuan beku yang dihasilkan aktivitas magma periode tertentu, tempat tertentu,
yang menunjukan persamaan susunan kimiawi dan mineralogi tertentu.
Suite Atlantik
Kumpulan batuan bek.u yang berada di luar sistim pequnungan (jalur orogen). yang
dlcirikan kandungan Na yang tinggi.
* Asosiasi : Trasit, Fonolit
* Genetik : magma primer menembus ke arah permukaan bumi melalui rekahan absial
serta berdiferensiasi (+ daerah geosinklin, zona rekahan di benua dan
Samudera).
Suite Pasifik
Kumpulan batuan beku dengan kandungan ca, terbentuk pada jalur orogen
* Genetik; melalui proses anateksis dari batuan sialik atau hibridisasi dari magma anatektik,
terjadi di suatu tempat yang dalam pada jalur orogen.
Di luar jalur orogen, suite tsb. hanya terjadi melalui ( proses anateksis kontak batuan slalik pada
atap magma basaltik atau pada cekungan kontinen yang tenggelam
NM = % Berat Oksida
BM Oksida
Didalam praktikum, persen berat oksida sudah diketahui, sedangkan BM oksida dicari
terlebih dahulu, yaitu dengan menjumlahkan berat atom (BA) unsur - unsur yang menyusun
20
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
oksida – oksida tersebut. Berat atom unsur - unsur bisa dilihat dalam tabel Sistem Periodik Unsur
- unsur Mendeleyev. Khusus untuk menentukan NM Fe2O3 terlebih dahulu dicari NM FeO.
Berat SiO2
1. NM SiO2 = ------------------
BM SiO2
Berat Al2O3
2. NM Al2O3 = -------------------
BM Al2O3
Berat FeO
3. NM FeO = ------------------
BM FeO
Berat Fe2O3
4. NM Fe2O3 = ------------------ x 2 + NM FeO
BM Fe2O3
Berat MgO
5. NM MgO = -------------------
BM MgO
Berat MnO
6. NM MnO = - ----------------
BM MnO
Berat CaO
7. NM CaO = -----------------
21
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
BM CaO
Berat K2O
8. NM K2O = ------------------
BM K2O
Berat Na2O
9. NM Na2O = -------------------
BM Na2O
Berat H2O
10. NM H2O = -------------------
BM H2O
Berat TiO2
11. NM TiO2 = --------------------
BM TiO2
Berat P2O5
12. NM P2O5 = --------------------
BM P2O5
Berat SO3
13. NM SO3 = --------------------
BM SO3
22
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Si = -----------------------
∑ NM Oksida
NM (Na2O + K2O)
Alk = ------------------------
∑ NM Oksida
NM K2O
K = ---------------
Alk
NM MgO
Mg = --------------
Fm
NM TiO2 x 100
Ti = ---------------------
∑NM Oksida
23
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
NM P2O5 x 100
P= ---------------------
∑NM Oksida
24
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Ls merupakan diagram segitiga sama sisi. Harga Qs , Fs, dan Ls ditentukan dengan
mempergunakan rumus :
Qs = 3 Si – (100 + 3 Alk)
3 Si
Fs = 100 – 6 Al
3 Si
Ls = 8 Alk + 6 Al
3 Si
Nilai – nilai Qs, Fs dan Ls tersebut dirajahkan kedalam diagram segitiga dalam persen .
Oleh karenanya sebelum dilakukan pengeplotan, perlu penyesuaian presentasi masing-masing
nilai yang ada.
Dapat ditafsirkan, bila hasil perajahan menunjukan Qs kearah Fs maka berarti sifat
magma dari calk alkali ke thoelite. Semakin ke Qs sering terjadi fraksinasi sehingga diferensiasi
magma makin besar.
25
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Qs adalah kuarsa, yang pada diagram ini bukan merupakan kuarsa primer tetapi hanya
sebagai kuarsa bebas, yang merupakan hasil dari fragsinasi sehingga diferensiasi magma makin
besar. Fs merupakan Si yang dikombinasikan dengan unsur - unsur mafik mineral dan
membentuk rangkaian inosilikat (piroksen dan amphibole), yang berasal langsung dari magma,
bukan hasil dari fragsinasi. Ls merupakan bagian Si yang dikombinasikan dengan jumlah normal
unsur - unsur leukokrat (feldspatoid dan Leusit).
(Na2O + K2O)2
S = ------------------
SiO2 – 43
Al = 0,9 Al2O3
26
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Al - Alk
An = ------------
Al + Alk
Nilai – nilai S dan P dari masing – masing contoh batuan dimasukkan ke dalam tabel, sehingga
jenis magma dapat ditentukan.
K2O
K = ---------
Alk
Nilai K dan Fm mempunyai keterikatan erat dengan sifat magma. Bila nilai K cenderung
naik, magma bersifat alkali. Sebaliknya bila nilai K cenderung menurun, maka magma akan
27
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
cenderung bersifat calk alkali. Demikian pula jika nilai Fm cenderung naik maka magma bersifat
calk alkali. Sebaliknya bila nilai Fm cenderung turun maka magma bersifat alkali.
Naik turunnya nilai K dan Fm dari contoh batuan harus selaras, dalam arti bila nilai K
cenderung turun maka nilai Fm harus naik . Bila didalam analisa kasus penurunan atau naiknya
nilai K dan Fm tidak selaras, maka didalam penyelesaiannya dilakukan prosentase besarnya
penurunan atau naiknya nilai K dan Fm.
K contoh (Tertinggi) =
K contoh (Terendah) =
--------------------------------------------------------------------------------------
Selisih =
Selisih
% K = ------------------------------- x 100% =
K contoh (Tertinggi)
Disini terlihat bahwa presentasi penurunan nilai K relatif lebih besar dibandingkan
penurunan nilai Fm, sehingga :
1. Karena Presentasi penurunan nilai K besar, maka persen berat unsur K semakin kecil
sehingga magma bersifat calk alkali.
2. Karena presentasi penurunan nilai Fm relatif lebih kecil, maka persen berat Fm akan tetap
besar sehingga magma bersifat calc alkali.
28
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
29
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 2.2 Klasifikasi seri batuan dan variasi persen berat SiO 2 dengan K2O + Na2O (menurut Kuno,
1966)
Gambar 2.3 Klasifikasi kerabat dan jenis batuan gunungapi serta variasi persen berat SiO 2 dengan K2O
(menurut Peccerillo & Taylor, 1976)
30
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
1. Tipe magma toleit, dicirikan oleh ketidakhadiran olivin, dengan mineral utama adalah
pigeonit, augit dan ortopiroksin.
2. Tipe magma basal olivin. mengandung piroksin (augit), alkali felspar, nefelin, zeolit dan
olivin.
Meskipun kedua tipe magma ini paling banyak dijumpai, dikenal pula tipe peralihan yaitu
tipe magma shoshonit (Joplin, 1968; dalam Charmichael. 1974).
3. Tipe Shoshonite, merupakan peralihan dari kedua tipe di atas , dengan K2O / Na2O
tinggi, mineral yang khas adalah jenis felspatoid
31
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 2.4 Hubungan antara kedalaman jalur Beniof dengan kerabat batuan gunungapi (menurut
Withford & Nicholls, 1976)
32
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 2.5 Diagram AFM serta kurva pemisah kerabat batuan tholeit dan calc alkali (menurut Irvine &
Barragar, 1971 dalam RAF Cas & Wright 1987)
A, F dan M adalah nilai untuk persen berat unsur-unsur yang diwakilinya, yaitu : A = Na 2O +
K2O, M = MgO, dan F = FeO* = FeO + 0,8998 Fe2O3.
Total persen berat AFM ( atau jumah % berat) = A + F + M. Sebelum dimasukkan dalam
diagram terebih dahulu masing-masing harga presentasi dari A, F dan M. Yaitu dengan membagi
masing-masing persen berat A, F dan M dengan jumlah % berat dikalikan 100 persen. Setelah itu
didapat harga % A, %F dan %M, maka harga –harga tersebut dimasukkan dalam diagram AFM.
(Na2O + K2O)
A = ---------------------- x 100 %
% berat
FeO
F = ---------------------- x 100 %
% berat
MgO
M = --------------------- x 100 %
% berat
33
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 2.6 Klasifikasi batuan berdasarkan hubungan kandungan alkali total dan silika
(menurut Le Bas 1986 dalam RAF Cas &Wright 1987)
34
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 2.7 Diagram Harker dari beberapa variasi oksida sebagai fungsi dari
Indeks Diferensiasi
2. Jenis Magma Didasarkan Atas Persen Berat Senyawa (Oksida) Non Volatil :
35
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
36
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
BAB III
MORFOLOGI GUNUNGAPI
2. Kubah, biasanya dijumpai pada tipe gunungapi lava (shield volcano). Kubah lava
merupakan bentukan dari lelehan lava kental yang keluar melalui celah dan dibatasi
oleh sisi curam disekelilingnya.
37
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
3. Maar merupakan kawah yang berbentuk cekungan terisi air dan tidak mustahil
menjadi sebuah danau. Umumnya dijumpai pada tipe gunungapi gas atau piroklastik.
38
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
5. Kaldera, merupakan depresi topografi yang besar, berbentuk bundar atau oval.
Ukuran kaldera memang lebih besar dari kawah, meskipun tidak ada batasan ukuran
yang membedakannya hingga mempunyai ukuran berupa kawah dapat disebut
kaldera. H. William (1974), mengklasifikasikan kaldera menjadi beberapa jenis
berdasarkan proses yang membentuknya, yaitu :
a. Kaldera letusan, yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang sangat kuat
yang menghancurkan bagian puncak kerucut dan menyemburkan massa
batuan dalam jumlah besar. Contoh yang baik antara lain Kaldera Bandaisan
di Jepang, Kaldera Tarawera di New Zealand.
39
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
b. Kaldera runtuhan, yang terbentuk karena adanya letusan yang berjalan cepat
yang memuntahkan batuapung dalam jumlah banyak, sehingga menyebabkan
kekosongan pada dapur magma. Penurunan permukaan magma didalam
waduk pun akan menyebabkan akan terjadinya runtuhan pada bagian puncak
gunungapi. Contoh yang baik antara lain Kaldera Toba (Tapanuli – Sumatra
Utara), Kaldera Tengger (Probolinggo – Jawa Timur).
c. Kaldera erosi, disebabkan oleh erosi pada bagian puncak kerucut, dimana
erosi akan memperluas daerah lekukan sehingga kaldera tersebut akan
semakin luas.
d. Kaldera resurgent, yang terbentuk karena adanya bongkah lekukan di bagian
tengah kaldera yang terangkat oleh magma yang bergerak naik ke atas, dan
kemudian membentuk suatu kubah.
40
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
letusan yang mempunyai lebar antara 1 - 2 km. Letusan paroksimal yang berulang dan
berlangsung singkat dibedakan dengan letusan paroksimal berikutnya dalam ukuran abad dimana
pada kurun abad tersebut tekanan gas akan semakin meningkat dan menyamai tekanan beban
dari tubuh gunungapi di atas dapur magma. Dan selama periode tenang, akan terjadi
pembentukan generasi baru gunungapi disepanjang daerah kulit bumi. Generasi baru gunungapi
akan cenderung memperlihatkan kegiatan yang bersifat berulang dan membangun.
Beberapa peristilahan yang sering dijumpai dalam struktur kawah atau kaldera gunungapi
antara lain adalah :
Gunungapi gabungan (composite volcano), yaitu suatu gunungapi yang terdiri
dari beberapa gunungapi lama. Istilah ini kurang lebih sama artinya dengan
multiple volcano.
Kerucut tengah (central cone), yaitu suatu kerucut kecil yang terdapat di tengah
kaldera atau kawah yang mengalami perluasan karena erosi.
Kubah tengah (central dome), merupakan kerucut tengah yang dibentuk oleh
lava.
Dinding pinggiran kawah atau kaldera (soma, crater, rim, caldera rim), yaitu
suatu punggungan terbuka yang berbentuk melingkar, dan mempunyai bagian
yang terjal pada sisi dalamnya.
Gunungapi ganda (double volcano), yaitu suatu gunungapi yang mempunyai
kerucut tengah atau beberapa kerucut pada dasar kawah atau kaldera. Contoh
Doya-ko, Hokkaido, kaldera Aira, Kagoshima di Jepang, Sekincu di Sumatera
Selatan, Krakatau di Selat Sunda, Batur di Bali dan Rinjani di Lombok.
Gunungapi bertiga (triple volcano), yaitu suatu gunungapi ganda yang
mempunyai kerucut tengah atau beberapa kerucut pada bekas kerucut tengah.
Sebagai contoh adalah Hakone volcano, Ashima, Asama, Danau Towada dan
sebagainya di Jepang.
Bentuk - bentuk topografi negatif seperti telah disebutkan diatas tidaklah selamanya
berbentuk melingkar atau lonjong, tetapi kadang - kadang berbentuk segi empat atau bahkan tak
beraturan sama sekali. Lembah Sapikerep di kompleks Tengger (Jawa Timur) merupakan suatu
bentuk lekukan atau lembah yang disebabkan oleh menurunnya kerak bumi di daerah terebut.
41
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Kenampakan khas dari kawah Papandayan (Jawa Barat ) ditafsir juga ada gunungapi tersebut
bertumpu. Lekukan berbentuk aneh di Haleakala, seperti telah disebutkan di atas, di P.Maui
(Hawaii) juga lekukan pada tubuh gunungapi yang pembentukannya lebih gunungapi. Kalau saja
gunungapi tersebut berkesempatan meletus, maka akan terjadi robohan disepanjang jalur lemah
tadi. Pergerakan tektonik disepanjang rekahan pada batuan dasar gunungapi akan memicu
terjadinya letusan gunungapi. Sehingga lebih jelaslah sekarang kaitan dan hubungan timbal-balik
antara gejala tektonik dan vulkanisme.
Kalau tidak ada gangguan, suatu gunungapi yang tubuh semakin besar akan mempunyai
bentuk yang teratur, baik berupa berupa kerucut maupun bentuk yang lainnya. Faktor-faktor yang
menyebabkan tidak teraturnya bentuk gunungapi tersebut antara lain :
Kegiatan vulkanisme, seperti misalnya pembentukan kaldera di mana kegiatan
tersebut akan mengganggu perkembangan suatu gunungapi.
Berpindahnya pusat kegiatan gunungapi (pipa kepundan), hal mana berkaitan
erat dengan keaktifan tektonik daerah setempat.
Tekanan arus dari aliran lava yang naik ke atas, yang lama kelamaan akan
merusak dan menghancurkan dinding kepundan.
Adanya kerucut spatter (spatter cone), yaitu suatu kerucut yang bersisi curam
yang tersusun dari batuan bahan lepas yang terendapkan di atas celah atau
pipa kepundan dan umumnya berkomposisi basalan atau hornito yang juga
merupakan kerucut spatter di sekitar ujung aliran lava.
Adanya gua-gua pada daerah aliran lava.
6. Barangko (barronco), merupakan alur-alur yang kasar dan tak teratur pada tubuh
gunungapi karena sesar dan erosi.
42
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
7. Parasol ribbing, merupakan alur-alur yang radier dan teratur pada tubuh gunungapi
karena erosi. Contoh yang baik terdapat pada tubuh G. Batok di Kaldera tengger
(Jawa Timur).
43
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
2. Hillocks merupakan bukit - bukit kecil di sekitar kaki gunungapi, dari hasil endapan
lahar dari letusan gunungapi. Contoh yang baik terdapat di kaki G. Galunggung (Jawa
barat), sehingga oleh MT Zen (1969) disebut juga sebagai tipe Galunggung.
3. Antiklinorium Gunungapi merupakan rangkaian perbukitan antiklinorium yang
dijumpai pada kaki gunungapi. Terbentuk oleh gaya kompresi lateral karena
runtuhnya kerucut gunungapi Contoh yang baik terdapat di Bukit Gendol, lereng G.
Merapi (Yogyakarta), sehingga oleh MT Zen (1969) disebut juga sebagai tipe Gendol.
44
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
gunungapi berlapis. Prinsip utama analisa morfologi gunungapi berawal dari pengertian dasar
bahwasanya lava akan mencerminkan morfologi tertentu yang dengan mudah dapat dibedakan
dengan morfologi yang disusun oleh bahan lepas gunungapi. Kuenen (1945) yang telah
mengelompokkan rekahan sayap pada tubuh gunungapi kedalam empat jenis menjelaskan lebih
lanjut bahwasanya apabila rekahan - rekahan tersebut sempat dilalui oleh magma, dan kemudian
terjadi pembekuan, maka akan terbentuk korok dari berbagai bentuk tergantung pada jenis
rekahannya. Apabila 2 korok memencar berkembang menjadi sistem penyesaran, maka bagian
tengah yang dibatasi oleh korok - korok tersebut akan melengser ke bawah dan berkumpul pada
kaki gunungapi. Morfologi ini dikenal sebagai sector graben yang di lapangan akan membentuk
kipas alluvial. Apabila erosi belum begitu lanjut, sector graben ini dicirikan dengan dinding -
dinding tegak dari korok yang juga merupakan bidang sesar.
Hasil penafsiran morfologi mempunyai kegunaan yang cukup luas, sehingga tidak hanya
untuk kepentingan ilmiah saja tetapi juga aspek-aspek sosial. Penerapan hasil penafsiran
morfologi gunungapi tersebut antara lain untuk :
Menyusun stratigrafi gunungapi berlapis
Membantu penentuan lokasi pengambilan contoh batuan secara berpola
(systematic sampling), terutama contoh batuan untuk analisis petrokimia guna
menentukan perkembangan magma selama waktu geologi tertentu.
Membantu memecahkan permasalahan tektonik regional, yaitu menentukan
arah gaya tegasan utama yang bekerja di suatu daerah berdasarkan analisis kelurusan
gunungapi.
Memudahkan mempelajari ekosisten gunungapi, yang sangat berguna untuk
dasar perencanaan pengembangan wilayah pemukiman di daerah gunungapi, penelitian
sumber air atau hidrologi gunungapi, daerah pariwisata dan sebagainya.
Adapun tujuan analisa morfologi Gunungapi dilakukan untuk :
1. Mengenal macam-macam bentuk Gunungapi
2. Mengetahui hubungan antara satuan morfologi Gunungapi baik secara individu maupun
kelompok.
3. Mengetahui stadia dan jenjang keaktifan Gunungapi
4. Menginterpretasikan evolusi atau perkembangan suatu Gunungapi maupun kelompok
Gunungapi.
45
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 3.9 Ketidakselarasan morfologi yang digunakan dalam penentuan umur relatif
dalam satuan morfologi gunungapi.
46
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
47
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Kuenen (1945) yang banyak meneliti pola kelurusan gunungapi di Indonesia mempunyai
anggapan bahwa :
1. Susunan lurus gunungapi tersebut berhubungan erat dengan rekahan-rekahan tektonik
atau disloksi lainnya.
2. Pada tubuh suatu gunungapi, tekanan magmatis yang naik melalui lubang kepundan akan
berkembang memencar.
3. Gunungapi mungkin saja akan menempati perpotongan dua atau lebih rekahan yang ada,
sehingga gunungapi tersebut relatif lebih aktif dibanding dengan lainnya yang berada
dalam satu kelurusan.
4. Pusat-pusat letusan kelompok gunungapi di dunia memperlihatkan jarak (spacing) yang
sistematik.
48
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
49
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
50
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Tjia (1968) telah menganalisis pola kelurusan gunungapi di Indonesia, yang untuk
masing-masing daerah dibuat diagram kipas kelurusannya. Arah-arah orogen atau jajaran
gunungapi untuk tiap daerah ternyata berlainan, sehingga arah tegasan kompresi, yang dianggap
tegak lurus arah orogen, untuk tiap daerah juga berbeda. Garis lurus arah-arah orogen dianggap
sebagai pencerminan dari rekahan-rekahan yang mempunyai kemiringan dari 70º hingga tegak.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pelengkungan busur kepulauan dari Sumatra - Jawa
hingga Indonesia Timur, yang merupakan Busur Banda Dalam yang bergunungapi.
Hudson (1962) menyebutkan bahwa tegasan utama mempunyai arah yang tegak lurus
busur kepulauan Indonesia (Busur Banda Dalam). Sedang menurut Ritsema (1964) arah tegasan
utama tegak lurus setiap bagian dari busur kepulauan.
Sebagai contoh kelurusan gunungapi di Jawa Tengah adalah jajaran lurus relatif berarah
utara - selatan atau utarabaratlaut - selatantenggara dari G.Ungaran - Suropati – Telomoyo –
Merbabu – Merapi - G. Merapi sepertinya menempati 2 perpotongan dua sistem rekahan
disamping seperti disebutkan di atas juga rekahan yang berjurus timurlaut – baratbaratdaya.
Sehingga dua rekahan yang berpotongan ini bertanggung jawab terhadap keaktifan gunungapi
tersebut. Pola kelurusan lain misal jajaran G.Slamet – Prau – Sindoro - Sumbing, di daerah
kompleks Lamongan, Dieng, Ijen dan Halmahera.
51
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Stadia keaktifan gunungapi, terutama pada gunungapi strato, dapat diintrepretasikan dari
hubungan antara sudut lereng dengan penyebaran sungai pada tubuh gunungapi. Pada gunungapi
strato, berdasarkan sudut lerengnya secara umum dapat dibagi menjadi puncak, lereng dan kaki.
bagian-bagian tersebut dibatasi oleh tekuk lereng yang jelas.
Bagian puncak mempunyai kemiringan lereng terjal. Umumnya terdapat abu gunungapi,
lava, aglomerat, atau endapan-endapan melalui media udara. Morfologi terdiri dari lembah-
lembah tajam berbentuk V dengan pola radier murni. Bagian tengah berlereng lebih landai.
Tersusun oleh endapan lahar, abu gunungapi dan sedikit endapan sungai dari sungai teranyam.
Kemiringan lereng umumnya terbentuk oleh kipas alluvial yang terbentuk didepan muka
endapan puncak. Bagian kaki bermorfologi hampir datar, terdiri dari endapan sungai, dengan
sedikit endapan lahar dan abu gunungapi.
Pada gunungapi strato kedewasaan gunungapi dapat teramati dari bentuk dan
morfologinya.Gunungapi yang berstadia muda baru membentuk kerucut sinder yang terdiri dari
abu Gunungapi Kebayangan hanya berlereng satu, yaitu lereng puncak. Misalnya bentuk G.
Bromo dan G. Batok yang terletak di Kaldera Tengger (Jawa Timur). Proses pembentukan
gunungapi berikutnya adalah terjadinya longsoran-longsoran yang menyertai pengendapan
primer. Makin besar gunungapi yang terbentuk, maka longsoran makin kuat, dan kipas alluvial
yang terbentuk makin besar. Proses ini diselingi dengan hasil letusan yang bersifat effusif. Jika
lereng kedua telah terbentuk, maka dapat dikatakan bahwa gunungapi tersebut berstadia remaja.
Proses berlanjut dalam bentuk pengangkatan endapan gunungapi yang terletak dibagian atas
untuk dibentuk menjadi endapan sungai. Proses ini merupakan proses pembentukan kaki
gunungapi. Gunungapi lengkap yang memiliki lereng kaki, dapat disebut sebagai gunungapi
berstadia dewasa.
Gunungapi yang tidak aktif lagi akan menghentikan proses penimbunan material dibagian
puncak. Proses erosi yang terus menerus akan menyebabkan perlandaian lereng. Oleh karenanya
sungai pada gunungapi yang telah tidak aktif lagi cenderung bergeser kearah puncak, dan secara
umum tidak lagi mempunyai pola radier. Gunungapi yang mempunyai fenomena demikian
dikatakan sebagi gunungapi yang telah berstadia tua.
52
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 3.14 Hubungan antara stadia Gunungapi dengan morfologi yang terbentuk
dan material yang dihasilkan pada gunungapi strato.
(Modifikasi dari Soejono martodjojo,1980)
53
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
BAB IV
VULKANOSTRATIGRAFI
54
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Endapan debris avalanche, endapan bongkah dan abu dengan komposisi mirip dengan
lahar
Aliran piroklastik, mirip dengan endapan aliran Lumpur dan avalanche, tetapi prosentase
fragmen yang lebih kasar berkomposisi silica lebih sedikit.
Endapan jatuhan abu, terdiri dari batuapung, abu, kadang-kadang cinder basalt,
membentuk endapan tephra.
55
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
tertentu, yang dapat dibedakan dengan bentang alam yang tersusun dari suatu endapan atau
komplek endapan gunungapi hasil erupsi atau fase erupsi sebelumnya, sesudahnya atau sistem
gunungapi lainya. Morfoset harus dapat dikenali dengan baik dengan foto udara maupun
dilapangan, serta dapat dipetakan dengan skala 1 : 25.000.
Jika suatu morfoset tersusun dari suatu komplek batuan seperti lava, breksi atau tuff, dan
apabila setiap bataun tersebut secara sendiri memiliki bentang alam tertentu yang bias dibedakan
satu dengan lainnya, maka bentang alam dari setiap batuan tersebut dinamai Morfonit
(morphonit : morfological unit). Jadi morfonit merupakan bagian dari morfoset, yaitu suatu
bentang alam yang mencirikan suatu batuan tertentu dan biasanya dibedakan satu dengan yang
lainya.
Gabungan dari beberapa morfoset yang membentuk bentang alam tertentu dinamakan
Morfotem (morphotem : morphological sistem). Morfotem adalah suatu bentang alam yang
dihasilkan oleh suatu rangkaian proses atau sistem gunungapi.
Dalam penamaannya, satuan morfostratigrafi mengikuti sistem binomial. Untuk morfonit, karena
dibentuk oleh satu batuan, maka sebaiknya diikuti dengan nama batuan. Contoh penerapannya
untuk morfostratigrafi kawasan komplek G. Bromo – Tengger – Semeru, sebagai berikut :
Morfotem G. Jambangan :
Morfoset Jambangan
Morfoset Ajak-ajak
Morfoset Semeru
Morfonit Lava
Morfonit Piroklastik
Morfoset Tengger
Morfonit Piroklastik
Batas-batas antara satuan morfostratigrafi dapat dikenali dengan mudah sebagai
ketidakselarasan morfologi. Hasil endapan yang lebih muda selalu menimbuni lapisan
sebelumnya.dalam peta topografi diekspresikan melalui pola kontur. Pola kontur yang dibentuk
oleh endapan yang lebih muda akan memotong pola kontur endapan yang lebih tua, begitu
seterusnya. Oleh karenanya umur relatif batuan pembentuk tubuh gunungapi strato dapat
diketahui dengan pendekatan morfologis, dan dapat disusun morfostratigrafinya.
56
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
57
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
4.3
Produk
Gunungapi
1. Lava
58
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Lava adalah magma yang telah berhasil mencapai permukaan bumi melalui retakan kulit
bumi atau melalui pipa kepundan gunungapi. Magma yang berasal dari kedalaman bergerak ke
atas karena adanya dorongan gas yang terlarut dalam cairan magma tersebut, sehingga fungsi
utama dari gas adalah sebagai penggerak magma. Berdasarkan komposisinya magma asal lava
dapat dipisahkan menjadi lava basaltik, lava andesitik, dan lava silisik.
2. Endapan Piroklastik
Endapan piroklastik adalah endapan yang terbentuk secara langsung oleh proses
fragmentasi magma dan batuan oleh aktivitas vulkanik yang bersifat eksplosif (Exflosive) (Cas
and Wright, 1987 dalam buku Anwar, dkk). Endapan piroklastik tersusun oleh fragmen yang
dikenal dengan istilah pyroclast yang dihasilkan oleh proses erupsi vulkanik (magmatik,
preatomagmatik, dan preatik). Pyroclast tersebut memiiki ukuran yang beragam dan tidak
berhubungan dengan proses pembentukannya. Secara prinsip, ukuran pyroclast tersebut dapat
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu ash, lapili, block atau bomb (Tabel 4.6). Tiga jenis pyroclast yang
menyusun endapan piroklastik adalah juvenile, kristal, dan fragmen litik.
Menurut kejadiannya, endapan piroklastik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
(Gambar 3.2.), yaitu:
a. Endapan Jatuhan piroklastik ( Air Fall Deposits).
Merupakan onggokan piroklastik yang diendapkan melalui media udara. Endapan
umumnya akan berlapis baik, menutup morfologi, dan pada lapisannya akan memperlihatkan
struktur butiran bersusun. Endapan piroklastik jatuhan dibagi menjadi tiga tipe (Cas and Wright,
1987), yaitu Endapan Jatuhan Scoria, Endapan Jatuhan Pumice, Endapan Jatuhan Ash.
b. Endapan Aliran Piroklastik ( Pyroclastic Flow Deposits).
Endapan ini terbentuk oleh proses aliran permukaan dengan mekanisme aliran debris
piroklastik yang mengalir dengan campuran partikel padat dan gas konsentrasi tinggi yang panas
(Cas and Wright, 1987). Aliran piroklastik dapat diistilahkan bermacam - macam seperti awan
panas (Glowing Cloud), guguran panas (Glowing Avalanche), awan Peleean (Peleean Cloud) dan
ladu (istilah Indonesia).
59
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Tabel 4.1 Klasifikasi Batuan Piroklastik Berdasarkan Ukurannya (Schmid, 1981 vide Fisher,
1984).
Endapan Piroklastik
Ukuran Piroklastik Tepra Batuan Piroklastik
( tak terkonsolidasi ) ( Terkonsolidasi )
Beberapa ciri - ciri kenampakan endapan piroklastik aliran yang diendapkan dengan
kondisi suhu tinggi dilapangan, yaitu:
a. Dijumpai fragmen arang kayu (Carbonized Wood).
b. Umumnya sortasi buruk.
c. Warna merah muda yang menunjukkan konsentrasi dari kristalisasi mikrolit dari magnetit yang
menyebar.
d. Zona Welded Tuff.
Mekanisme yang membentuk piroklastik aliran dapat terbentuk dengan beberapa cara
(Cas and Wright, 1987), yaitu:
a. Berasosiasi dengan ekstrusi kubah lava dan aliran lava.
b. Runtuhnya kolom letusan vertikal.
c. Dihasilkan langsung dari lubang akibat semburan gas dengan material piroklastik.
60
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
61
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
d. Lahar
Lahar merupakan aliran lumpur yang mengandung debris dan blok – blok besar material
vulkanik yang telah terangkut oleh air (Van Bemmelen,1949). Lahar dapat terjadi pada lembah
atau pada pinggiran alluvial atau dataran rendah di sekitar gunungapi. Ada dua cara terjadinya
lahar:
- Dapat terbentuk langsung dari erupsi yang melalui danau kepundan atau yang dapat disebut
juga sebagai lahar panas.
- Berasal dari piroklastik aliran panas, kemudian bercampur dengan salju atau aliran air dari
lereng gunungapi.
Laju percepatan aliran lahar tergantung dari beberapa faktor, terdiri dari:
- Dimensi dari masing - masing komponen butiran.
- Tingkat kebulatan dari masing - masing komponen butiran.
- Besaran lereng topografi daerah aliran.
- Volume air (sebagai media penggerak).
62
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Aliran Lava Lava cair dalam volume besar keluar dengan Distal; 100 s/d 100.000
- Pahoehoe basalt kecepatan yang tinggi dari rekahan sepanjang km², tebal antara < 10
0,5-10 km, menempati topografi yang rendah. s/d 100 m
- Pahoehoe lava Volume lava cair lebih sedikit di banding Distal, proksimal; 1 s/d
(basalt, andesit) pahoehoe basalt, keluar dari rekahan atau 1000 km², tebal < 10 m
pusat erupsi.
- Aa lava Cairan lava dalam jumlah sedikit, umumnya Proksimal; 1 s/d 100
keluar dari pusat erupsi atau rekahan. km², tebal < 10 m
Perlapisan larutan teramati.
63
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
- Central Fasies.
Fasies ini meliputi batuan vulkanik yang berada di dekat lubang gunungapi dan biasanya
memiliki benuk dike dan sill yang bersentuhan dengan pipa breksi dan stock. Endapan yang
ada berupa agglomerate berbutir kasar, tebal, dan dibatasi oleh lava silikaan dan berupa
lapisan tepra kasar, sortasi jelek dengan steeply initial dips. Fasies ini menyebar sejauh 0,5 -2
km dari pusat erupsi.
- Proximal Fasies.
Batuan yang mengendap ke arah bawah dengan bertambahnya jarak kemiringan dan pada sisi
luar pada kompleks vulkanik yang besar. Fasies ini didominasi oleh autobreksi berbutir kasar,
breksi piroklastik dengan sortasi jelek. Endapan ini memiliki moderate - sleep initial dips.
Fasies ini berada di sekitar fasies central dan meluas sampai 5 - 10 km dari pusat erupsi.
64
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
b. Fasies Intermediet.
Fasies ini meliputi batuan yang mengelilingi pusat gunungapi yang masih berupa kerucut,
berupa piroklastik aliran, aliran lava, piroklastik jatuhan, dan batuan yang telah terendapkan
kembali (Reworked). Semakin jauh dari pusat, endapan yang ada merupakan endapaan
piroklastik yang tersedimentasikan (Resedimented Pyroclastic) dan batuan epiklastik. Batuan
yang termasuk dalam fasies ini dicirikan berdasarkan tekstur, topografi, struktur, dan
lingkungan pengendapan yang mempengaruhi pengendapan material vulkanik (Fisher &
Schmincke, 1984). Vessel dan Davies (1981) menyatakan bahwa fasies ini merupakan medial
facies yang terdiri dari batuan yang terendapkan pada bagian sisi gunungapi yang berupa
batuan piroklastik didominasi oleh lava yang mengalami breksiasi kuat. Endapan lahar
memiliki bongkah yang mencapai ukuran diameter 10 m dengan bentuk angular - subangular.
Endapan ini berasosiasi dengan lapisan piroklastik dengan sortasi bagus dan ukuran butir
berkisar antara debu kasar - lapili. Endapan debris yang ada dikontrol oleh air. Endapan ini
berada pada moderate shallow initial dips. Fasies ini biasa meluas 10 - 15 km dari pusat
erupsi.
65
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
66
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 4.4 Peta fasies vulkanik lereng Merapi (oleh Nandra Nugroho, 2013)
67
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Tipe letusan gunung api ditentukan berdasarkan kedalaman dapur magma, volume dapur
magma, dan kekentalan magma. Viskositas magma bergantung pada susunan dan tingginya suhu.
Semakin tinggi suhunya maka semakin besar viskositasnya. Menurut tipe letusannya, gunung api
dapat dibedakan menjadi:
a. Tipe Hawaii
Tipe ini mempunyai ciri, yaitu lava cair yang mengalir keluar (letusan air mancur). Contoh,
Gunung Mauna Loa di Kepulauan Hawaii.
68
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
b. Tipe Stromboli
Tipe stromboli mempunyai ciri-ciri yaitu seringnya terjadi letusan-letusan kecil yang tidak
begitu kuat, namun terus- menerus, dan banyak mengeluarkan efflata. Contoh, Gunung
Vesuvius di Italia, Gunung Raung di Jawa, dan Gunung Batur di Bali.
a. Tipe Vulkano
Tipe vulkano mempunyai ciri-ciri, yaitu cairan magma yang kental dan dapur magma yang
bervariasi dari dangkal sampai dalam, sehingga memiliki tekanan yang sedang sampai tinggi.
Tipe ini merupakan tipe letusan gunung api pada umumnya. Contoh, Gunung Semeru di Jawa
Timur.
b. Tipe Plinian
Tipe plinian termasuk tipe yang sangat merusak karena ledakannya sangat dahsyat. Ciri utama
tipe ini ialah letusan tiangan, gas yang sangat tinggi, dan dihiasi oleh awan menyerupai bunga
kol di ujungnya. Contoh, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan tipe perret
yang letusannya paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena letusannya sangat hebat,
menyebabkan puncak gunung menjadi tenggelam dan merosotnya dinding kawah, kemudian
membentuk sebuah kaldera.
c. Tipe St. Vincent
Tipe letusan ini merupakan tipe letusan dengan lava yang kental, tekanan gas sedang, dan
dapur magma yang dangkal. Contohnya, Gunung Kelud dan St. Vincent.
d. Tipe Pelle
Tipe letusan yang dicirikan dengan lava kental, tekanan gas tinggi, dan dapur magma yang
dalam. Contohnya, Gunung Montagne Pelee di Amerika Tengah.
e. Tipe Merapi
Lava kental yang mengalir keluar perlahan-lahan dan membentuk sumbat kawah adalah ciri-
ciri tipe Merapi. Karena tekanan gas dari dalam semakin kuat, maka kawah tersebut terangkat
dan bagian luarnya pecah-pecah disertai awan panas yang membahayakan penduduk.
69
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
70
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
BAB V
PEMANTAUAN GUNUNGAPI
Dasar pemantauan yang dilakukan adalah asumsi bahwa pada waktu magma naik ke
permukaan akan menyebabkan berbagai akibat, antara lain :
71
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
72
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Bongkah dan bom vulkanik, merupakan hasil lemparan material yang menyumbat lubang
kawah, berupa kubah lava dan lemparan bom yang langsung berasal dari magma pijar.
Hujan abu, partikel halus abu gunung api yang terbawa angin sejauh ratusan km.
Aliran lava, pergerakan lava tergantung dari viskositasnya, di Indonesia umumnya lava
mengalir lambat.
Tsunami, terjadi di laut, contoh letusan G. Krakatau (1883) dan G. Tambora (1815).
Gas beracun, akumulasi gas beracun, contoh di Dieng, tragedi Sinila.
Gangguan pada kesehatan warga sekitar yang tinggal disekitar gunungapi tersebut.
Batas daerah bahaya dibuat berdasarkan asumsi bahwasannya kegiatan erupsi gunung
yang akan datang akan mirip dengan yang telah tejadi. Data yang sudah ada dikompilasi dan
dianalisa kembali untuk memperkirakan daerah utama yang akan mengalami kerusakan, sebagai
berikut :
Erupsi akan terjadi pada kawah utama
Erupsi yang langsung bergerak secara vertikal
Bentuk morfologi gunungapi tidak banyak berubah
Peta bahaya gunungapi, dibuat dengan tujuan dapat mengurangi korban bencana gunung
api terdiri dari pembuatan peta yang menginformasikan :
Daerah terlarang, daerah dekat kawah yang sama sekali tidak boleh dijadikan tempat
tinggal.
Daerah bahaya I, daerah yang kemungkinan dilewati oleh nue ardante / awan panas dan
bom vulkanik, penduduk di sekitarnya harus segera mengungsi begitu tanda – tanda
kegiatan erupsi muncul.
Daerah bahaya II, terletak di daerah lembah dekat puncak yang kemungkinan dilewati
oleh aliran lahar, yang terdiri dari :
Daerah siaga, berada di lokasi dengan topografi yang tinggi.
Daerah bebas, lokasi ini kemungkinan lolos dari pengaruh aliran lahar.
gunung api. Hasil analisa pemantauan dapat memperkirakan kemungkinan letusan suatu gunung
api. Walaupun demikian, kita tidak sampai dapat menentukan jam, hari, tanggal gunung api akan
meletus. Karena teknologi yang ada sekarang belum sampai kesana. Hal yang harus diperhatikan
adalah :
Erupsi letusan uap, hampir tidak ada peringatan sebelumnya
Erupsi magmatik, melibatkan proses naiknya magma ke permukaan menyebabkan
perubahan permukaan tanah. Adanya anomali aliran panas serata perubahan suhu
dan kimia permukaan tanah dan mata air.
Frekuensi kejadian dan tingkat gempa biasanya meningkat pada saat erupsi akan
terjadi. Erupsi diawali oleh kegiatan fumarol didaerah yang baru atau daerah
kegiatan fumarol yang menjadi lebih luas.
5.2.2 Pemantauan Visual
Warna asap, semakin banyak zat padat maka warnanya menjadi gelap.
Suara gemuruh dari kawah, naiknya tekanan gas dan suhu yang besar
menyebabkan suara yang bergemuruh bersamaan dengan keluarnya gas atau uap
Mengukur suhu kawah jika dimungkinkan, suhu bisa diukur jarak jauh, dan
datanya dikirim melalui transfer data satelit. Suhu akan semakin tinggi jika kegiatan
gunung api menjelang erupsi meningkat.
Perkembangan kubah lava yang ada
Lingkungan di sekitar gunung api (tumbuh – tumbuhan dan hewan)
Pengamatan cuaca, pengamatan cuaca sangat penting dilakukan, terutama
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya bahaya longsor. Hujan yang sangat lebat dan
petir bisa menjadi faktor utama yang menyebabkan tumpukan abu vulkanik yang
terkumpul di puncak lereng gunung api meluncur ke bawah dan menyapu infrastruktur
yang dilewatinya.
Pengamatan suhu disekitar wilayah gunungapi tersebut . Ketika suhu disekitar
meningkat kemungkinan gunungapi tersebut akan terjadi erupsi .
74
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gambar 5.1 Pengamatan visual Kubah Lava Gunung Merapi tahun 2006
75
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
76
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
gunung api meningkat perbandingan CO2 + CO dan H2S semakin besar, pengukuran
dilakukan dengan cara spektrometri ultraviolet, dimana kepekatan gas diketahui
berdasarkan jumlah sinar ultraviolet yang dapat menembusnya. Demikian juga saat
kegiatan erupsi meningkat keluarnya gas CO2, SO2, dan radioaktif menjadi juga semakin
tinggi.
78
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
2. Letusan Eksplosif, letusan yang terjadi pada gunungapi yang berviskositas magma
tinggi. Hasil letusan berupa aliran piroklastik dan tefra.
3. Letusan Campuran, letusan yang terjadi pada gunungapi yang viskositasnya magma
menengah. Hasil letusan berupa lelehan lava, tefra, kadang-kadang disertai aliran
piroklastik.
Bahaya letusan gunungapi adalah bahaya lingkungan, yang dapat dibedakan menjadi
3 macam, yaitu bahaya primer, bahaya sekunder dan bahaya tidak langsung.
1. Bahaya primer, disebabkan oleh aliran lava, aliran piroklastik atau awan panas, rempah
jatuh ( dari bom sampai abu gunungapi ), lahar letusan dan gas. Bahaya yang terjadi
selama letusan gunungapi masih berlangsung. Daerah yang teramcam disekitar
gunungapi atau sektor tertentu saja, yang dicapai oleh jatuhan bahan letusan dan
semburan aliran piroklastik. Jarak sangat terbatas karena berdekatan dengan puncak
gunungapi tersebut dengan ancaman secara langsung dan terbatas waktunya .
2. Bahaya sekunder, disebabkan olen aliran lahar hujan. Ancaman bahaya tidak terbatas
waktunya, dapat berlangsung bertahun-tahun bahkan puluhan tahun., selama endapan
bahan letusan masih dapat tererosi oleh air hujan. Padahal letusannya mungkin hanya
berlangsung selam beberapa hari saja. Daerah yang terancam hanya disepanjang sungai
yang hulunya dilerenga atas gunungapi tetapi dapat mencapai puluhan kilometer jauhnya
dari gunungapi itu.
3. Bahaya tidak langsung, merupakan bencana susulan akibat adanya bahaya primer
maupun bahaya sekunder. Bahaya sekunder berupa semburan abu dapat menyebabkan
pencemaran, gangguan kesehatan penduduk, lalu lintas udara khususnya serta udara dan
iklim. Bahaya sekunder dapat menyebabkan bencana susulan berupa banjir atau akibat
lainnya. Bahaya ini mempunyai waktu yang tidak terbatas karena merupakan efek akhir
dari letusan gunungapi .
79
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
dari berbagai disiplin ilmu untuk mengetahui tingkat kegiatan suatu gunungapi. Caranya
yaitu dengan melakukan pengamatan berbagai gejala yang ada hubungannya dengan
magma. Dari pendekatan tersebut diharapkan dapat diketahui kapan gunungapi dalam
keadaan kritis dan kapan mulai mereda. Usaha yang lain adalah menduga daerah yang
aman, waspada dan daerah yang sangat bahaya bila letusan terjadi.
Usaha yang tidak kurang pentingnya (sekunder) adalah melakukan penyuluhan
kepada penduduk disekitar gunungapi, agar mereka sadar akan bahaya yang mungkin
terjadi dan usaha untuk menghindari akan bahaya sekunder atau bahaya susulan.
Usaha penanggulangan akibat bahaya sekunder yaitu :
Menyingkir dari daerah bahaya yang mungkin terancam bahaya.
Usaha memperkecil bencana yang disebabkan oleh aliran lahar juga dilakukan dengan
membangun :
Bronjong, merupakan untaian kawat berisi batu dan pasir dalam kantong, terutama
ditujukan untuk membelokkan arah aliran lahar supaya jangan menyeleweng dan
menghancurkan pemukiman penduduk yang ada di sepanjang jalur sungai.
Terowongan, adalah salah satu cara untuk mengaasi tipe gunung api yang mempunyai
danau kawah. Pada puncaknya diusahakan beragam cara untuk mengeringkannya. Usaha
tersebut lebih menekankan pada cara menghadapi bahaya lahar letusan dari gunung api
tersebut.
Contoh pada G. Kelut (Jawa Timur). Pengerjaan pengeringan air pada danau kawah
dilakukan dengan sistem penerowongan dan sifon (1919 – 1926). Pada akhir penyifonan
isi air 1,8 juta m3. Pada 1875, 78 juta m3 dan dimuntahkan sekitar 40 juta m3 air. Pada
1919, 38,5 juta m3. Penyempurnaan terowongan diselesaikan tahun 1966 (terowongan
Ampera) dengan volume air sekitar 4,3 juta m3.
Sabo, merupakan bangunan sipil yang dibangun melintang aliran sungai, berfungsi untuk
menahan material lahar yang terdiri dari berbagai ukuran batuan agar jangan terangkut
lebih jauh lagi. Apabila check-dam dan sabo-dam sudah tidak mampu lagi menampung
material lahar bahan – bahan tersebut akan melimpah ke daerah hilir yang disinipun akan
tertahan oleh bangunan sejenis. Jadi bangunan sipil tersebut umumnya dibuat
bertingkatdari hulu hingga nilir sungai terutama didaerah aliran sungai yang berdekatan
80
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
81
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
82
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
2. Daerah bahaya, yaitu daerah disekitar gunungapi yang mungkin masih dicapai oleh
jatuhan bahan lepas seperti bom, lapilli dan sebagainya. Daerah ini terdapat di bagian
tubuh gunungapi yang biasanya masih dihuni oleh penduduk setempat .
3. Daerah waspada, yaitu daerah yang senantiasa siap dikosongkan apabila tiba-tiba terjadi
letusan. Daerah ini jauh dari pucak gunungapi sehingga biasanya digunakan untuk tempat
pengungsian sementara .
Sebagai contoh adalah gunung Merapi ( yogyakarta ) yang merupakan gunungapi tipe
berlapis dengan kubah lava. Beberapa kawah dari gunungapi ini dikenal sebagai kawah
Pasarbubar, Pusung London, kawah 48 dan 56. gunungapi yang sangat aktif ini terletak pada titik
potong antara dua rekahan regional, yaitu rekahan transversal yang memisahkan jawa tengah
dengan jawa timur dan rekahan longitudinal yang melewati pulau jawa (menurut Neumann van
Padang, 1951 ). Pada juli 1883 hingga November 1884, lava kental yang naik hingga mencapai
permukaan membentuk kubah lava, yang dikenal denga kubah lava timur. Letusan 1888
menghancurkan sebagian kubah dan pada tahun 1911 terbentuk kubah lava barat yang menjulang
hingga 2.963 meter diatas permukaan air laut.
Desember 1930 sebuah letusan besar menghancurkan kubah lava tersebut, sebagian hancur
kareka letusan tersebut dan sebagian lagi runtuh karena pembentukan kawah dibagian puncak.
Letusan yang menghancurkan kubah membentuk awan panas yang bergerak sepanjang lereng
dan menghancurkan hingga jarak 3-13 km. Di gunung merapi ada dua jenis awan panas, yaitu
awan panas yang terbentuk akibat guguran kubah lava atau menurut peristilahan Lacroix sebagai
awan panas guguran dan yang kedua awan panas yang disebabkan oleh letugan gunungapi atau
awan panas tipe St.Vincent menurut Escher, atau awan panas gunungapai menurut Lacroix.
Tubuh awan panas yang meluncur kearah bawah sepanjang jurang atau lereng bagian
bawahnya mengandung guguran berbentuk pijar ( ladu ), sedangkan pada bagian atasnya
merupakan awan gas panas yang bercampur dengan abu halus. Dan karena letusan tersebut
menggerakan lereng dan puncak gunungapai, maka hujan lebat akan menghanyutkan abu dan
bahan lepas lainnya yang bertumpuk dilereng, membentuk aliran lahar hujan yang meluap dari
sungai yang ada. Bencna yang ditimbulkan oleh lahar hujan ini dikelompokan dalam bahaya
sekunder gunung merapi.
83
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Peta daerah bahaya gunung Merapi pertama kala disusun oleh Stehn ( 1935 ), kemudian
disempurnakan oleh Suryo ( 1956 ). Suryo membagi daerah bahaya tersebut menjadi :
1. Daerah Terlarang, yaitu daerah yang tertutup dan kemungkinan besar dilanda oleh awan
panas.Daerah ini dekat dengan puncak gunungapi .
2. Daerah Bahaya 1, merupakan daerah yang dipengaruhi oleh bahaya primer dari
gunungapi tersebut .
( letusan ).
3. Daerah Bahaya 2, merupakan daerah yang dipengaruhi oleh bahaya sekunder dan bahaya
tersier ( bahaya tidak langsung ) .
Selelah gunung merapi 1961, 1967, 1968, dan 1969 merubah sebagian besar topografi
daerah bahaya 2, Reksoprawiro (1972 ) menyempurnakan kembali peta daerah bahaya tersebut.
84
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
85
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
86
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Tabel 5.4 Tingkat derajat bahaya gunungapi berdasarkan nilai tolak ukur
NILAI DERAJAT BAHAYA DERAJAT / TINGKAT BAHAYA ( DB )
75 – 100 Sangat rawan
50 – 74 Rawan
< 50 Cukup rawan
Sebagai contoh, perhitungan tingkat / derajat bahaya gunung Lokon – Empung, bersifat
erupsi yang sering terjadi bernilai 100, tipe erupsi bernilai 65, daur kegiatan bernilai 60, kelas
87
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
gunungapi bernilai 100, jumlah penduduk yang bermukim bernilai 125. Tolal nilai berdasarkan
tolak ukur adalah 450, sehingga nilai derajatbahaya adalah :
450
DB = ----- X 100 = 72
625
Maka berdasarkan tabel 6.4 Gunung Lokon – Empung termasuk gunungapi rawan.
Sebagai contoh lain, perhitungan tingkat / derajat bahaya Gunung Kelud – Jawa Timur,
sifat erupsi yang sering terjadi bernilai 100, tipe erupsi ( St.Vincent ) bernilai 90, daur kegiatan
( 20 - 49 tahun ) bernilai 80, kelas gunungapi ( Aktif ) bernilai 100, jumlah penduduk yang
bermukim bernilai 125. Total nilai berdasarkan tolak ukur adalah 495, sehingga nilai derajat
bahaya adalah :
495
DB = ----- X 100 = 79,2
625
Maka berdasarkan tabel 6.4 Gunung Kelud termasuk gunungapi sangat rawan.
BAB VI
PENGENDALIAN SEDIMEN LAHAR
88
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
89
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Aliran debris adalah suatu aliran massa berupa campuran antara air dan sedimen dengan
konsentrasi yang sangat tinggi . Aliran ini dimulai karena keseimbangan slalik antara gaya geser
yang ditimbulkan lebih besar dari gaya geser yang menahan , maka jumlah massa yang
mengalir , ketinggian, serta kecepatannya akan selalu bertambah Pada tingkat tertentu , karena
kondisi batas setempat, misalnya perubahan kemiringan yang menjadi landai, berkurangnya
massa air, perubahan karakter sedimen dan lain sebagainya, proses aliran debris ini akan
mengalami perlambatan, jumlah massa yang mengalir berkurang,sejumlah massa akan
diendapkan.
Gaya Gravitasi, transformasi dari kemiringan dasar alur yang >15º, merupakan syarat
kemiringan untuk terbentuknya aliran debris.
Material sedimen, ("sedimen cemawis") sebagai bahan padat pembentuk debris flow di
bagian hulu alur, lereng atau di sekitar puncak gunung.
Air, pada umumnya dari air hujan dalam jumlah yang memadai untuk mampu
menjenuhkan material padat dan berperan sebagai media pengaliran.
material padat dan berperan sebagai media pengaliran.
90
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
91
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
92
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Keterangan :
Vpa : Volume piroklastik aliran
Vpj : Volume piroklastik jatuhan
Vair : Volume air
93
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
BAB VII
APLIKASI VULKANOLOGI
Kekayaan alam Indonesia memang melimpah ruah, dari mulai sumber daya alam sampai
sumber daya mineral semua tersedia. Sumber daya mineral yang melimpah di negara tercinta ini
antara lain emas, tembaga, platina, nikel, timah, batu bara, migas, dan panas bumi. Untuk
mengelola panas bumi (geothermal). Geothermal adalah salah satu kekayaan sumber daya
mineral yang belum banyak dimanfaatkan. Salah satu sumber geothermal kita yang berpotensi
besar tetapi belum dieksploitasi adalah yang ada di Sarulla, dekat Tarutung, Sumut. Sumber
panas bumi Sarulla bahkan dikabarkan memiliki cadangan terbesar di dunia.
Saat ini panas bumi (geothermal) mulai menjadi perhatian dunia karena energi yang
dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik, selain bebas polusi. Beberapa pembangkit
listrik bertenaga panas bumi telah terpasang di manca negara seperti di Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Italia, Swedia, Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang. Amerika saat ini
bahkan sedang sibuk dengan riset besar mereka di bidang geothermal dengan nama Enhanced
Geothermal Systems (EGS). EGS diprakarsai oleh US Department of Energy (DOE) dan bekerja
sama dengan beberapa universitas seperti MIT, Southern Methodist University, dan University of
Utah. Proyek ini merupakan program jangka panjang dimana pada 2050 geothermal meru-pakan
94
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
sumber utama tenaga listrik Amerika Serikat. Program EGS bertujuan untuk meningkatkan
sumber daya geothermal, menciptakan teknologi ter-baik dan ekonomis, memperpanjang life
time sumur-sumur produksi, ekspansi sumber daya, menekan harga listrik geothermal menjadi
seekono-mis mungkin, dan keunggulan lingkungan hidup. Program EGS telah mulai aktif sejak
Desember 2005 yang lalu.
Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama (Gambar 2.1), yaitu kulit bumi
(crust), selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi adalah bagian terluar dari bumi.
Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan
(continent) lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan
ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan di bawah lautan hanya sekitar 5
kilometer. Batuan yang terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang mempunyai density
sekitar 2.7 - 3 gr/cm3.
Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung bumi (mantel)
yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian teratas dari selubung bumi
juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai ketebalan sekitar
3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan yang sangat tinggi sehingga
95
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang diperkirakan mempunyai density sekitar 10.2 -
11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur pada pusat bumi dapat mencapai sekitar 60000F.
Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian dinamakan litosfir (80 - 200
km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah litosfir merupakan batuan lunak tapi
pekat dan jauh lebih panas. Bagian dari selubung bumi ini kemudian dinamakan astenosfer (200
- 300 km). Di bawah lapisan ini, yaitu bagian bawah dari selubung bumi terdiri dari material-
material cair, pekat dan panas, dengan density sekitar 3.3 - 5.7 gr/cm3.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan merupakan permukaan
yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng tipis dan kaku (Gambar 2.2).
96
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permukaan
bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersebut hingga ke pemukaan. Hal
ini menyebabkan tejadinya perubahan temperatur dari bawah hingga ke permukaan, dengan
gradien temperatur rata-rata sebesar 300C/km. Di perbatasan antara dua lempeng (di daerah
penujaman) harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut. Hal ini
menyebabkan gradien temperatur di daerah tersebut menjadi lebih besar dari gradien tempetatur
rata-rata, sehingga dapat mencapai 70-800C/km, bahkan di suatu tempat di Lanzarote (Canary
Island) besarnya gradien temperatur sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan
dalam0C/km tetapi dalam 0C/cm.
Pada dasarnya sistim panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu
sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan
panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara
konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu
mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak
dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air
menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas
97
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air
atau arus konveksi.
98
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
99
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
2. Sistim dominasi air atau water dominated system yaitu sistim panas bumi dimana sumur-
sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa campuran uap air. Dalam sistim dominasi
air, diperkirakan air mengisi rongga-rongga, saluran terbuka atau rekahan-rekahan. Pada
sistim dominasi air, baik tekanan maupun temperatur tidak konstant terhadap kedalaman.
Sistim panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu sistim
entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada
kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalphi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur
100
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
mengingat entalphi adalah fungsi dari temperatur. Pada Tabel dibawah ini ditunjukkan klasifikasi
sistim panas bumi yang biasa digunakan.
Air hujan (rain water) itu bisa turun dari awan disebabkan oleh pengaruh gravitasi bumi.
Ketika tiba di permukaan bumi air hujan akan merembes ke dalam tanah melalui saluran pori-
pori atau rongga-rongga diantara butir-butir batuan. Bila jumlah air hujan yang turun cukup
deras, maka air tersebut akan mengisi rongga-rongga antar butiran sampai penuh atau jenuh. Air
hujan yang sudah masuk ke tanah disebut air tanah. Kalau sudah tidak tertampung lagi, maka air
101
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
hujan yang masih dipermukaan akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Ini disebut air
permukaan.
Perlu diketahui disini bahwa daya serap (atau lebih dikenal dengan istilah permeabilitas)
masing-masing batuan atau lapisan batuan bervariasi tergantung jenis batuannya. Di daerah
gunung api, dimana terdapat potensi panas bumi, seringkali ditemukan struktur sesar (fault) dan
kaldera (caldera) sebagai akibat dari letusan gunung maupun aktifitas tektonik lainnya.
Keberadaan struktur tersebut tidak sekedar membuka pori-pori atau rongga-rongga antar butiran
menjadi lebih terbuka, bahkan lebih dari itu mereka menciptakan zona rekahan (fracture zone)
yang cukup lebar dan memanjang secara vertikal atau hampir vertikal dimana air tanah dengan
leluasa menerobos turun ke tempat yang lebih dalam lagi sampai akhirnya dia berjumpa dengan
batuan panas (hot rock).
Air tersebut tidak lagi turun ke bawah, sekarang dia mencari jalan dalam arah horizontal
ke lapisan batuan yang masih bisa diisi oleh air. Seiring dengan berjalannya waktu, air tersebut
terus terakumulasi dan terpanaskan oleh batuan panas (hot rock). Akibatnya temperatur air
meningkat, volume bertambah dan tekanan menjadi naik. Sebagiannya masih tetap berwujud air
panas, namun sebagian lainnya telah berubah menjadi uap panas. Tekanan yang terus meningkat,
membuat fluida panas tersebut menekan batuan panas yang melingkupinya seraya mencari jalan
terobosan untuk melepaskan tekanan tinggi.
Kalau fluida tersebut menemukan celah yang bisa mengantarnya menuju permukaan
bumi, maka akan dijumpai sejumlah manifestasi sebagaimana yang diterangkan pada halaman
sebelumnya. Namun bila celah itu tidak tersedia, maka fluida panas itu akan tetap terperangkap
disana selamanya.
Lokasi tempat fluida panas tersebut dinamakan reservoir panas bumi (geothermal
reservoir). Sementara lapisan batuan dibagian atasnya dinamakan cap rock yang bersifat
impermeabel atau teramat sulit ditembus oleh fluida.
Berdasarkan Perpres No. 5 Tahun 2006 pasal 2 ayat (2) huruf b, salah satu tujuan
Ketahanan Energi Nasional (KEN) adalah terwujudnya energi mix yang optimal pada tahun 2025
dengan perincian, minyak bumi menjadi kurang dari 20%, gas bumi menjadi lebih dari 30%,
102
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
batubara menjadi lebih dari 33%, batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2%
dan Bahan Bakar nabati (BBN), panas bumi dan energi baru terbarukan menjadi lebih dari 5%.
Potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia sangat melimpah (27.000 MW), namun
pemanfaatannya masih belum optimal. Berdasarkan Road Map yang sudah dibuat, pemerintah
mentargetkan hingga tahun 2025 pemanfaatan panas bumi mencapai 9.500 MW.
103
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Untuk mempermudah pelaksanaannya tidak ada sa-lahnya bila kita bekerja sama dengan
negara maju asalkan kepentingan kita yang lebih dominan. Misalnya kita bekerja sama
dengan US Department of Energy (DOE) untuk men-dapat berbagai hasil riset mereka
dalam EGS.
2. Manifestasi
Air atau uap panas –fluida– (yang berada di perut gunung api) ternyata tidak diam
ditempatnya, justru karena menerima panas dari magma, terjadilah fenomena arus
konveksi. Pada awalnya, molekul-molekul fluida tersebut berusaha mentransfer atau
berbagi panas kepada sesamanya hingga mencapai kesetaraan temperatur. Seiring dengan
meningkatnya temperatur, volumenya bertambah dan efeknya tekanan fluida semakin
naik. Akhirnya fluida mendesak dan mendorong batuan sekitarnya atau berusaha
menerobos celah-celah antar batuan (fracture) untuk melepaskan tekanannya. Secara
umum, tekanan di sekitar permukaan bumi lebih rendah dari pada tekanan dibawah
permukaan bumi.
104
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Berdasarkan hal ini, air panas maupun uap panas yang terperangkap dibawah
permukaan bumi akan berupaya mencari jalan terobosan supaya bisa keluar ke
permukaan bumi. Silakan perhatikan foto di atas. Ketika mereka menemukan jalan untuk
sampai ke permukaan, kita bisa melihatnya sebagai asap putih yang sesungguhnya adalah
uap panas (fumarole), atau bisa juga mereka keluar dalam wujud cairan membentuk
telaga air panas (hot spring), atau bisa juga berupa lumpur panas (mud pots). Semua
fenomena ini adalah jenis-jenis manifestasi dari keberadaan sistem panas bumi
(geothermal system). Itu merupakan tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa di
bawah lokasi manifestasi tersebut pasti ada intrusi magma yang memanaskan batuan
sekelilingnya. Berarti daerah tersebut menyimpan potensi panas bumi yang suatu saat
bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi.
105
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
BAB VII
MANAJEMEN BENCANA
8.1. Pendahuluan
Kepulauan Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudera, dan terbentuk
sebagai hasil interaksi tiga lempeng kerak bumi utama. Konsekuensi dari setting lingkungan
yang demikian adalah bahwa kondisi meteorologi dan oseanografi di Kepulauan Indonesia
sangat dipengaruhi kedua benua, kedua samudera maupun konfigurasi lempeng kerak bumi di
kawasan itu. Proses-proses geologi atau bencana geologi yang berlangsung di kawasan tersebut
sangat ditentukan oleh kondisi meteorologi, oseanografi dan pola interaksi lempeng kerak bumi
di sekitarnya. Hasil analisis terhadap setting lingkungan di kawasan Kepulauan Indonesia dan
sekitarnya menunjukkan bahwa bencana geologi yang dapat terjadi di daerah pesisir dari pulau-
pulau yang ada di Kepulauan Indonesia adalah tsunami, gelombang badai, banjir luapan sungai,
banjir pasang surut, erosi pantai, sedimentasi dan subsiden. Karakter dari setiap bencana tersebut
sangat ditentukan oleh karakter dari pemicunya, yaitu memiliki tempat kejadian yang tertentu,
waktu kejadian yang tertentu, maupun muncul dengan gejala awal yang tertentu pula.
Berbagai proses geologi selalau bekerja di sekitar kita. Proses-proses tersebut bekerja
membentuk roman muka bumi. Ada kalanya, proses-proses yang bekerja itu bersentuhan dengan
manusia dan dapat menyebabkan kerusakan harta benda dan bahkan kematian. Proses-proses
geologi yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia itu selanjutnya disebut sebagai bencana
geologi.
Bila kita memperhatikan lokasi tempat proses-proses geologi berlangsung, maka akan
tampak bahwa proses-proses geologi dapat terjadi di semua tempat di permukaan bumi. Oleh
karena itu, bencana geologi dapat juga terjadi di berbagai tempat di permukaan bumi. Meskipun
demikian, macam-macam proses geologi atau bencana geologi yang terjadi di suatu setting
lingkungan sangat ditentukan oleh kondisi geologi dan geomofologi yang ada di lingkungan
tersebut. Sebagai contoh, macam-macam bencana geologi yang dapat terjadi di daerah
106
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
pegunungan tentu akan berbeda dengan macam-macam bencana geologi yang dapat terjadi di
daerah pesisir.
Proses geologi adalah semua proses yang berlangsung di permukaan bumi atau di bawah
permukaan bumi yang melibatkan semua materialyang ada di bumi. Proses-proses tersebut
berlangsung di dalam suatu sistem yang bekerja membangun dan membentuk permukaan bumi,
dan memindahkan material dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu sistem ke sistem yang
lain. Dengan demikian, sesuai dengan perbedaan karakter material yang terlibat dan lokasinya,
proses-proses geologi memiliki karakter yang “site specific” (khas menurut lokasinya) meskipun
dengan pemisahan yang tidak ketat.
107
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Di daerah pesisir, proses-proses geologi yang khas untuk daerah pesisir umumnya adalah proses-
proses geologi hasil interaksi dari angin, gelombang, pasang-surut dan arus. Sebagai bencana
geologi, proses-proses geologi itu dapat terekspresikan sebagai tsunami, gelombang karena
badai, banjir, erosi pantai dan sedimentasi. Selain itu, ada satu proses geologi yang umum terjadi
di daerah pesisir yang tidak ada kaitannya dengan berbagai fenomena yang telah disebutkan di
atas, yaitu subsiden. Macam bencana yang terakhir ini berkaitan dengan kondisi geologi daerah
pesisir dan aktifitas manusia.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007)
Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik,
seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari
bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana
muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas
alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan
manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah
"alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,
mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor
besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Dari bencana yang ada disekitar lingkungan kita pasti bencana tersebut akan menimbulkan
bahaya. Bahaya adalah keadaan atau fenomena alam yang dapat berpotensi menyebabkan
korban jiwa atau kerusakan benda / lingkungan
108
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Jenis-jenis Bahaya :
1. Geologi
2. Hidrometeorolgi
3. Teknologi
4. Lingkungan
5. Sosial
6. Biologi
Dalam bab ini tidak semua jenis bahaya akan dibahas karena manajemen bencana yang dibahas
adalah yang berhubugan dengan jenis bahaya Geologi.
109
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Indonesia ini banyak memiliki potensi bencana gempa. Antara lain Aceh, Padang, Bengkulu,
Sukabumi, Wonosobo, Maluku dan Irian Jaya.
Memastikan struktur dan letak rumah dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan
gempa bumi.
Simpan barang yang berat, seperti pajangan, di bagian bawah lemari atau laci. Singkirkan
gantungan lukisan di sekitar tempat tidur atau ikat kuat agar tidak mudah jatuh.
Menyimpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar
terhindar dari kebakaran.
Selalu mematikan air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan.
Kenali lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja dengan memperhatikan; letak pintu,
lift, tangga darurat, serta tempat yang paling aman untuk berlindung.
Menyimpan peralatan P3K serta obat-obatan.
Mencatat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempa bumi.
Siapkan radio kecil berbaterai, senter, peluit atau kentongan di tempat yang mudah
dijangkau.
110
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Gunung api adalah suatu lubang bumi, yang dari lubang tersebut dapat dikeluarkan ini
bumi berupa padatan panas, cairan panas dan gas panas. Beberapa tipe letusan gunungapi dapat
diramalkan pemunculannya, karena umumnya memiliki selang waktu letusan. Bahaya yang
ditimbulkan oleh gunung api dikenal sebagai bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer
merupakan bahaya yang berkaitan langsung dengan letusan, Muatan panas berupa padatan,
cairan dan gas tinggi (di atas 500 derajat C) akan menghanguskan semua saja yang disentuhnya.
Jatuhan langsung batu dan abu volkanik panas G. Galunggung, juga guguran lava pijar dan awan
panas wedhus gembel yang dikeluarkan oleh G. Merapi merupakan contoh bahaya primer.
Bahaya sekunder merupakan bahaya yang ditimbulkan secara tidak langsung. Jika hujan turun,
lahar meluncur dan menutup semua yang dilewatinya. Banjir lahar gunung Merapi, dan gunung
Kelud merupakan contoh bahaya sekunder.
111
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Cari tahu tentang sistem pengamanan di daerah tersebut, serta bagan alur keadaan
darurat. Setelah itu lakukan rencana evakuasi, rute mana yang akan dilalui.
Waspada mengenai bahaya yang menyertai letusan gunung api, seperti lahar, banjir
bandang, longsor, hujan batu, gempa bumi, hujan abu, hujan asam, tsunami.
Buatlah persediaan perlengkapan darurat seperti batere/senter dan extra batu batere, obat-
obatan untuk pertolongan pertama, makanan dan air minum untuk keadaan darurat,
pembuka kaleng, masker debu, sepatu, pakailah kacamata dan gunakan masker apabila
terjadi hujan abu.
Buat persediaan perlengkapan darurat seperti senter atau radio kecil berbaterai baru, P3K,
obat-obatan penting, makanan instan dan air minum untuk keadaan darurat, masker debu.
Siapkan nomor telepon pihak-pihak yang berwenang menanggulangi bencana.
Patuhi apapun instruksi yang dikeluarkan oleh yang berwenang.
112
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
8.6 Tsunami
113
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
patahan yang terdapat di pantai utara sehingga membentuk sobekan. Tsunami sepanjang pantai
Jawa Timur ini, mengakibatkan korban terbanyak di Banyuwangi, jauh di timur titik gempa.
Gelombang pasang paling besar memang terjadi disekitar itu, maka lebih dimungkinkan bahwa
tsunami merupakan gempa susulan tidak langsung dari gempa yang terjasi di bawah Malang
Selatan itu. Gempa diduga lebih dulu memicu patahan-patahan anjakan yang membujur ke arah
timur-barat, di sepanjang dasar perairan jawa Timur. Sobekan patahan tidak akan sama besar, dan
dibagian sobekan terbesar lebih memungkinkan memunculkan gelombang pasang.
Tsunami lain adalah yang berhubungan dengan letusan gunungapi. Tsunami jenis ini, misalnya
adalah tsunami akibat letusan G. Krakatau tahun 1883, yang dinyatakan terhebat dalam sejarah,
telah merenggut lebioh dari 35.000 jiwa di kawasan Lampung dan Jawa Barat.
114
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Tsunami umumnya terjadi setelah gempa. Namun tidak semua gempa mengakibatkan
tsunami. Salah satu tanda-tanda yang menunjukkan akan terjadi tsunami, yaitu surutnya air laut
hingga tampak dasarnya sampai beberapa ratus meter yang terjadi secara tiba-tiba setelah
terjadinya gempa bumi. Setelah itu akan terdengar suara gelombang seperti suara mesin kereta
api atau pesawat jet. Jika ini terjadi yang dapat dilakukan adalah:
115
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
8.7 Banjir
116
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
penyumbatan saluran air. Padahal, sekali kawasan terkena banjir, berikutnya akan mudah banjir
lagi. Karena pori permukaan tanah tertutup sehingga air sama sekali tidak dapat meresap. Banjir
umumnya terjadi didataran, hilir dari suatu DAS yang memiliki pola aliran rapat. Dataran
yang menjadi langganan banjir umumnya memiliki kepadatan pendudukan tinggi. Secara
geologis, berupa lembah atau bentuk cekungan bumi lainnya dengan porositas rendah. Umumnya
berupa delta maupun alluvial. Selain pantai utara Jawa, dataran Bengawan Solo, dataran Sungai
Citarum dan Sungai Bratas, Tinggi Bandung, dataran Sumatera Utara, Kalimantan Timur,
merupakan kawasan potensi banjir.
Periksa semua lubang pembuangan air, seperti got, kloset, dan sebagainya. Bersihkan dari
semua penghalang.
Sediakan perlengkapan P3K dan obat-obatan sederhana di rumah.
Sediakan radio kecil dan senter dengan baterai yang baru.
Sediakan juga peluit atau kentongan, tali, pelampung.
Siapkan makanan instan dan air minum secukupnya.
Buat perencanaan jika terjadi banjir.
117
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
118
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
119
Buku Panduan Praktikum
Laboraturium Vulkanologi 2013
Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari
suatu ancaman. Misalnya : penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak
menimbulkan kerugian besar.
Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika
terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan
terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber daya
yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi
dampak buruk dari suatu ancaman.
:: Beberapa prinsip kesiap-siagaan antara lain :
Pengembangan jaringan informasi dan system jaringan Sistem Peringatan Dini (Early
Warning System/EWS)
Perencanaan evakuasi dan persiapan stok kebutuhan pokok (suplai pangan, obat-obatan
dll)
Perbaikan terhadap infrastruktur yang dapat digunakan dalam keadaan darurat, seperti
fasilitas komunikasi, jalan, kendaraan, gedung-gedung sebagai tempat penampungan dll.
A. Pencegahan (prevention)
B. Mitigasi (mitigation)
C. Kesiapan (preparedness)
D. Peringatan Dini (early warning)
E. Tanggap Darurat (response)
F. Bantuan Darurat (relief)
G. Pemulihan (recovery)
H. Rehablitasi (rehabilitation)
I. Rekonstruksi (reconstruction
121