SKRIPSI
Oleh :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
2007
“PENGARUH PEMBERIAN TEH HIJAU (Camellia
sinensis (L). Kuntze) TERHADAP KADAR GLUKOSA
DARAH DAN HISTOLOGI PANKREAS PADA
MENCIT (Mus musculus) DIABETES”
SKRIPSI
Diajukan Kepada :
Universitas Islam Negeri Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S. Si)
Oleh :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
2007
“PENGARUH PEMBERIAN TEH HIJAU (Camellia
sinensis (L). Kuntze) TERHADAP KADAR GLUKOSA
DARAH DAN HISTOLOGI PANKREAS PADA
MENCIT (Mus musculus) DIABETES”
SKRIPSI
Oleh :
MEI DIYAH LESTARI
NIM: 03520049
Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi
SKRIPSI
Oleh :
" # $ %& %
' $ $ $ %& () %) '
$ $
* + ,-"
. $ ( " $
/$ ) %) $ ( "( ) %
)
%0 123"
LEMBAR PERSEMBAHAN
atas segala rahmat, taufiq dan hidayah serta inayah-Nya berupa kesehatan,
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si).
Tak lupa juga sholawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
alam kepintaran.
Sesungguhnya setiap hal yang tertuang dalam skripsi ini tak terlepas dari
berbagai pengorbanan baik tenaga maupun pikiran peneliti. Namun, semua itu
bukanlah sebuah beban atau kenangan buruk ketika orang-orang terkasih selalu
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang.
2. Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, S.U., D.Sc Selaku Dekan Fakultas
terselesaikan.
6. Kepala Lab. Biomol Universitas Brawijaya dan Bapak Harmadji atas segala
bantuannya.
7. Utamanya kepada Bapak Hamid Manan dan Ibu Salami serta kakak-kakakku
8. Semua Guru-ku mulai dari kecil hingga sekarang yang telah membekali ilmu
pengetahuan.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, yang tidak
Penulis
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 68
5.2 Saran.......................................................................................................... 68
No Judul Halaman
4. Ringkasan uji BNJ 1% dari penurunan kadar glukosa darah mencit diabetes
yang diberi teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) .................................... 51
7. Ringkasan uji BNJ 1% dari penurunan kadar glukosa darah mencit diabetes
yang diberi teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) selama Dua Minggu... 54
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
Judul Halaman
Kata Kunci: Teh Hijau (Camellia sinensis (l). Kuntze), Kadar Glukosa Darah,
Diabetes.
Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula atau
kencing manis diakibatkan karena gangguan kerja hormon insulin. Hal ini
disebabkan oleh karena pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
untuk kebutuhan tubuh. Akibatnya, terjadi hiperglikemia yang dapat memicu
stress oksidatif jaringan.
Teh hijau telah dikenal sebagai bahan alam dengan kandungan polifenol
yang tinggi. Dalam bebagai penelitian, polifenol terbukti berfungsi sebagai
antioksidan yang efektif. Antioksidan dapat membantu regenerasi sel, merangsang
pengeluaran insulin dan meningkatkan kesensitifan reseptor insulin.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam empat ulangan. Pembagian kelompok
perlakuan adalah kelompok kontrol negatif (–) yaitu mencit normal tanpa induksi
streptozocin dan tanpa pemberian teh hijau, kelompok kontrol positif (+) yaitu
mencit diinduksi streptozotocin tanpa perlakuan pemberian teh hijau, kelompok
mencit diinduksi streptozotocin dengan perlakuan pemberian teh hijau dosis I
(14,56 mg/oral), kelompok mencit diinduksi streptozotocin dengan perlakuan
pemberian teh hijau dosis II (29,12 mg/oral), dan kelompok mencit diinduksi
streptozotocin dengan perlakuan pemberian teh hijau dosis III (58,24 mg/oral).
Pelaksanaan penelitian pada bulan Juni – Agustus 2007. Dalam penelitian ini,
kadar glukosa darah dianalisis menggunakan Analisis Kovarian (ANKOVA)
sedangkan histologi pankreas dianalisis secara non parametrik dengan uji Chi-
square menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Teh Hijau (Camellia sinensis (L).
Kuntze) memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah pada
mencit (Mus musculus) diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin. Kadar
glukosa darah mencit diabetes kelompok perlakuan pemberian teh hijau (dosis I,
II dan III) telah kembali normal setelah terapi. Perbaikan struktur islet pankreas
tampak pada kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok mencit
diabetes (kontrol positif).
BAB I
PENDAHULUAN
dalam Islam orang yang sakit dan sabar menjalaninya, akan berguguran dosa-
mahkluk lain. Hal ini disebabkan manusia memiliki akal. Dengan akalnya
manusia mampu mempelajari apa yang ada di alam dan dapat mencari alternatif
pengobatan penyakit.
Pemanfaatan tanaman obat atau bahan obat alam bukan merupakan hal
yang dihadapinya. Obat-obat dari bahan alami (obat herbal) memiliki kelebihan
Indonesia, kelebihan obat herbal adalah dapat dipakai dalam waktu lama tanpa
#$% " !
”Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
baik”
macam tanaman yang baik dan bermanfaat. Merujuk pada ayat ini, peneliti
kesehatan, dimana di era global saat ini berbagai masalah kesehatan banyak
dirasakan masyarakat.
perubahan gaya hidup terutama pola makan masyarakat, merupakan salah satu
jantung koroner, kanker dan lain sebagainya (Dalimarta, 2005). Menurut data
Diabetes Mellitus (DM) setelah India, China dan Amerika Serikat . Pada tahun
2006 diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita diabetes, tetapi baru 50 persen
yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang berobat
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Peningkatan kadar glukosa darah ini
terjadi akibat adanya gangguan pada hormon insulin yang berfungsi mentransfer
glukosa dari darah ke dalam sel untuk dijadikan energi. Sejak tahun 2003
diabetes rata-rata 15 tahun lebih pendek dari orang normal (Siswono, 2003;
Anonimous, 2006). Menurut Soegondo (2005), dari Pusat Diabetes Fakultas
khusus, sehingga penderita tidak menyadari datangnya penyakit ini. Gejala lain
yang timbul pada penderita antara lain penglihatan kabur hingga mengakibatkan
kebutaan, luka yang lama sembuh, infeksi jamur pada saluran reproduksi
obat untuk diabetes. Tujuan pengobatan ini tidak lain adalah untuk menormalkan
kadar glukosa dalam darah. Suharmiati (2003), menyatakan bahwa saat ini telah
dibuktikan berbagai tanaman herbal dapat digunakan sebagai obat anti diabetes.
bahan herbal dalam pengobatan diabetes (Franz, 2007). Shane (2001) menyatakan
bebas dan terbukti dapat melindungi islet pankreas serta mampu melawan efek
dalam teh dengan konsentrasi paling tinggi diantara jenis teh lain (teh hitam dan
teh oolong).
Sutarmaji (1994), meneliti pengaruh sari seduhan teh hijau terhadap kadar
glukosa darah tikus normal yang diberi diet tinggi glukosa. Hasilnya diketahui
bahwa sari seduhan teh hijau dengan 25x dosis manusia menunjukkan efek
dan Ngili (2005) menambahkan kandungan mangan yang terdapat dalam teh dapat
kadar gula dalam darah. Beberapa peneliti lain juga menyebutkan bahwa teh dapat
sebagai antibakteri (Chung, 2000; Jung dkk, 2006; Sulistyowati dkk, 2005;
Tuminah, 2000).
Teh hijau selain mudah didapat dan harganya relatif terjangkau untuk
teh hijau diduga berpotensi sebagai alternatif pengobatan bagi penderita diabetes
mellitus. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang secara jelas menyebutkan
pengaruh teh hijau terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas pada
mencit diabetes yang diinduksi streptozotocin dengan menggunakan beberapa
dosis sebagai bahan studi lebih lanjut pemanfaatan teh hijau sebagai pengobatan
inti dari penelitian ini adalah: apakah pemberian teh hijau (Camellia sinensis (L)
Kuntze) berpengaruh kadar glukosa darah dan histologi pankreas pada mencit
hijau (Camellia sinensis (L) Kuntze) terhadap kadar glukosa darah dan histologi
streptozotocin.
kadar glukosa darah dan histologi pankreas pada mencit (Mus muculus) diabetes
2. Sebagai dasar untuk pengembangan ilmu dan penelitian lebih lanjut yang
2. Teh hijau yang digunakan berasal dari perkebunan teh Lawang Malang
3. Dosis uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengalikan
4. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah kadar glukosa darah
Peralatan, suhu dan perawatan hewan serta umur dalam penelitian ini
diasumsikan sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gula dalam darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat
digunakan oleh tubuh. Diabetes Mellitus (DM) dikenal juga dengan sebutan
penyakit gula darah atau kencing manis yang mempunyai jumlah penderita yang
menurut Price (1995) diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara
toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes
neuropati.
diabetes dengan pengukuran glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah
puasa 126 mg/dl, dan kadar glukosa darah dua jam setelah dilakukan tes
toleransi glukosa dengan beban glukosa 75 gram adalah 200 mg/dl. Sementara
pada pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu mencapai 200 mg/dl atau lebih
pada pemeriksaan sewaktu atau kadar glukosa darah puasa mencapai 126 mg/dl
(Kompas, 2005).
tipe 1 adalah di mana tubuh kekurangan hormon insulin atau istilahnya Insulin
dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya atau istilahnya Non-Insulin
disebut juga juvenil diabetes karena secara khas berkembang pada anak-anak dan
orang dewasa muda. Lebih dari 95% pasien baik laki-laki maupun perempuan,
dengan diabetes mellitus tipe 1 mengalami penyakit sebelum usia 25 tahun dan
mengalami peningkatan yang merata dalam populasi individu kulit putih (Wang
dkk, 2000).
IDDM ditandai oleh kerusakan klinis sel beta pankreas yang disebabkan
oleh suatu proses autoimun yang pada umumnya mengarah pada defisiensi
hormon insulin mutlak. Serangan yang terjadi pada umumnya akut, kemudian
yaitu: 1) pre-clinical autoimunitas sel beta dengan suatu perusakan respon hormon
yang dihubungkan dengan komplikasi kronis dan akut serta kematian premature
Secara sederhana IDDM muncul pada saat sistem imun menyerang dan
tersebut, tubuh penderita mengalami perhentian sekresi hormon insulin yang akan
ketoasidosis dan koma (Mayfield, 1998). Oleh sebab itu perawatan untuk
komplikasi sekaligus tekanan darah yang turut meningkat pada saat itu.
ciri (genetis) yang menyebabkan mereka terserang penyakit ini. Namun dalam
beberapa kasus para peneliti mampu menghubungakan serangan DM dengan
kondisi infeksi/peradangan yang disebabkan kuman atau virus. Oleh karena itu
faktor lingkungan juga berperan dalam memicu sistem imun untuk menghacurkan
sel penghasil insulin sehingga terjadi defisiensi jumlah insulin dalam tubuh
(Intelihealht (1999) dalam Kusumowardhani, 2005). Paling sedikit ada dua gen
sebagai penyakit autoimun akibat dari sistem kekebalan tubuh yang menyerang
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Pada penderita NIDDM, terdapat kelainan dalam
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang reponsif insulin pada membran sel.
dengan sistem transport glukosa (Price, 1995). Menurut Thibodeau yang telah
pada penderita NIDDM, kehilangan reseptor insulin pada membran sel targetnya
sehingga terjadi penurunan efektifitas serapan glukosa dari darah. Individu yang
mengalami overweight memiliki potensi yang lebih besar menderita diabetes
Diabetes jenis ini terjadi pada masa kehamilan. Jika seorang wanita
stres atau tekanan tambahan bagi tubuh. Tubuh mungkin tidak mampu
Pada 98% kasus penyakit diabetes ini akan hilang setelah bayi lahir (Johnson,
1998).
diabetes karena tekanan (stres) lain pada tubuh, bilamana pankreas rusak oleh
karena infeksi atau cidera maka akan ada kemungkinan terjadi diabetes. Obat-
tipe lain disebabkan karena adanya defek genetik fungsi sel beta pankreas maupun
pada kerja hormon insulin, karena obat atau zat kimia yang memicu kelainan
fungsi pankreas dan dapat pula karena penyakit sindrom genetik misalnya
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal
sekitar 12,5 cm dan tebal + 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai ke
lengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke
duodenum (usus 12 jari). Organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian
kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang praktis
melingkarinya.
b. Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di
c. Ekor pankreas, merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang
Terdapat dua jaringan utama yang menyusun pankreas yaitu asini yang
walaupun lebih banyak ditemukan di ekor daripada kepala dan badan pankreas.
Pulau-pulau ini menyusun 1-2% berat pankreas. Pada manusia terdapat 1-2 juta
pulau. Masing-masing memiliki pasokan darah yang besar; dan darah dari pulau
Langerhans, seperti darah dari saluran cerna tetapi tidak seperti darah dari organ
endokrin lain, mengalir ke vena hepatika. Sel-sel dalam pulau dapat dibagi
menjadi beberapa jenis bergantung pada sifat pewarnaan dan morfologinya. Pada
manusia paling sedikit terdapat empat jenis sel : sel A (alfa), B (beta), D (delta),
B yang merupakan sel terbanyak dan membentuk 60-70% sel dalam pulau,
umumnya terletak di bagian tengah pulau. Sel-sel ini cenderung dikelilingi oleh
sel A yang membentuk 20% dari sel total, serta sel D dan F yang lebih jarang
ditemukan. Pulau-pulau yang kaya akan sel A secara embriologis berasal dari
tonjolan pankreas dorsal, dan pulau yang kaya akan sel F berasal dari tonjolan
pankreas ventral. Kedua tonjolan ini berasal dari tempat yang berbeda di
sel B molekul insulin membentuk polimer dan juga berikatan dengan seng.
relatif seragam dari spesies ke spesies. Sel D juga mengandung banyak granula
kelompok-kelompok kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata (Pettepher,
2002).
Gambar 2.1 Skema Islet Pankreas
Sel beta yang ada di pulau langerhans memproduksi hormon insulin yang
berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan secara fisiologi memiliki
peranan yang berlawanan dengan glukosa. Insulin menurunkan kadar gula darah
dalam sel, khususnya serabut otot rangka glukosa masuk ke dalam sel tergantung
dari keberadaan reseptor insulin yang ada di permukaan sel target. Insulin juga
Sekresi insulin oleh sel beta tergantung oleh 3 faktor utama yaitu, kadar
sel beta pankreas. Mekanisme kerja ketiga faktor ini sebagai berikut : Pada
keadaan puasa saat kadar glukosa darah turun, ATP sensitive K channels di
membran sel beta akan terbuka sehingga ion kalium akan meninggalkan sel beta
menurun. Sebaliknya pada keadaan setelah makan, kadar glukosa darah yang
meningkat akan ditangkap oleh sel beta melalui glucose transporter 2 (GLUT2)
dan dibawa ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan mengalami fosforilase
menjadi glukosa-6 fosfat (G6P) dengan bantuan enzim penting, yaitu glukokinase.
Glukosa 6 fosfat kemudian akan mengalami glikolisis dan akhirnya akan menjadi
asam piruvat dalam proses glikolisis ini akan dihasilkan 6-8 ATP. Penambahan
ATP akan meningkatkan rasio ATP/ADP dan ini akan menutup terowongan
kalium. Dengan demikian kalium akan tertumpuk dalam sel dan terjadilah
akan masuk ke dalam sel. Dengan meningkatnya kalsium intrasel, akan terjadi
translokasi granul insulin ke membran dan insulin akan dilepaskan ke dalam darah
(Sheerwood, 2005).
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Glukosa akan
tetap berada dalam plasma darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
sel dan penggunaannya oleh jaringan tubuh. Bila kadar glukosa turun, mekanisme
pelepasan glukosa simpanan berupa glikogen dalam sel akan diuraikan dan
dilepas kembali dalam darah sehingga kadar glukosa normal tetap terpelihara.
Mekanisme homeostatik kadar glukosa dalam darah melibatkan kerja hormon.
berfungsi untuk menurunkan glukosa darah serta glukagon dan epinefrin untuk
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasien
diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan
autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit yang merupakan
antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri (Defronzo, dkk 2004).
Reactive Oyigen Species (ROS) dan kerusakan oksidatif berbagai jaringan. Qader
(2004) menyatakan salah satu penyebab diabetes adalah karena adanya sifat toksik
dari nitric oxide (NO) yang bersifat radikal bebas. NO ini mengakibatkan
inaktivasi Ca++ ATP-ase sehingga Ca++ intra sel meningkat. Peningkatan ini dapat
Kadar glukosa darah yang tinggi berakibat dehidrasi sel-sel jaringan. Hal
ini terjadi sebagian karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati
menimbulkan keadaan diuresi osmotik. Diuresi osmotik adalah efek osmotik dari
glukosa dalam tubulus ginjal yang sangat mengurangi reabsorbsi cairan tubulus.
Efek keseluruhan adalah kehilangan cairan yang sangat besar dalam urin sehingga
dehidrasi komponen satorik cairan intraseluler. Jadi salah satu gambaran diabetes
pelepasan asam lemak bebas untuk bahan energi utama seluruh jaringan tubuh
selain otak. Kurangnya insulin juga menyebabkan naiknya kolesterol plasma dan
peningkatan asam amino dalam plasma. Asam amino yang banyak tertimbun
dalam plasma selanjutnya akan digunakan sebagai sumber energi termasuk ikut
dalam proses glukoneogenesis dalam hati dan ekskresi ureum dalam urin, hal
2006).
energi pada saat glukosa darah rendah. Meskipun demikian, kadar glukosa darah
perlu dijaga pada konsentrasi yang konstan karena glukosa merupakan satu-
satunya bahan makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina dan epitelium
germinal dalam jumlah yang cukup untuk menyuplai jaringan tersebut secara
darah perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu tinggi karena glukosa sangat
glukosa dalam air seni karena ambang ginjal dalam reabsorbsi glukosa terlampaui.
Keadaan tersebut dapat menimbulkan diuresi osmotik oleh ginjal sehingga dapat
mengurangi jumlah cairan dalam darah dan elektrolit (Guyton dan Hall, 1997)
Pengaturan kadar glukosa darah erat kaitannya dengan hati yang berfungsi
sebagai suatu sistem penyangga glukosa darah yang sangat penting. Pada saat
dalam hati dalam bentuk glikogen. Jika konsentrasi glukosa darah turun maka hati
melepaskan glukosa kembali ke darah agar konsentrasi glukosa darah tetap pada
membran sel.
yang disekresikan oleh kelenjar adrenal menyebabkan pelepasan glukosa dari hati.
Jadi epinefrin juga membantu agar tidak timbul hipoglikemi yang berat. Sebagai
glukosa oleh sebagian besar sel tubuh dan mengubah jumlah pemakaian lemak
ditranspor melalui membran sel masuk kedalam sitoplasma sel. Glukosa berdifusi
pasif dengan melalui sejumlah besar protein pembawa (carrier) yang dapat
lipid. Dalam ikatan ini glukosa dapat diangkut carrier dari satu sisi membran ke
secara ketat. Ketiga mekanisme tersebut adalah: 1). Biosintesa dan sekresi insulin;
2). Ambilan glukosa oleh jaringan; 3). Produksi glukosa hepar (Defronzo, 2004).
terdiri dari 21 asam amino dan rantai B yang terdiri dari 30 asam amino dengan
melewati dan masuk ke dalam sel beta pankreas secara difusi pasif dengan
memanfaatkan fasilitas protein membran yang disebut GLUT-2 (Glucose
sehingga saat konsentrasi glukosa darah tinggi, glukosa akan lebih mudah masuk
ke dalam sel beta pankreas. Segera setelah glukosa masuk ke dalam sel akan
1997). Oksidasi mitokondria sel beta pankreas akan memperluas potensial fosfat
sel karena kenaikan rasio ATP4- atau MgADP2-. Sehingga menyebabkan saluran
KATP pada membran menutup, dan saluran Ca2+ membuka. Tingginya kadar Ca2+
berkaitan bersama oleh ikatan disulfida. Dua subunit alfa yang terletak seluruhnya
di luar membran sel dan dua subunit beta menembus membran menonjol ke dalam
sitoplasma sel. Insulin berikatan dengan reseptor ini akan menstimulasi sel
mengalami autofosforilasi. Hal ini akan membuat ikatan tersebut menjadi suatu
enzim yang aktif bersama protein kinase dalam sel setempat dan selanjutnya
metabolisme.
tubuh (Fox SI, 2006; Guyton dan Hall, 1997; Mas’ud, 2000).
menurunkan glukosa produk hati (Wiyono dan Sinta, 2004). Berkebalikan dengan
yang tersimpan dalam jaringan dan juga meningkatkan produksi glukosa oleh
energi yang dibutuhkan sel dalam kaadaan puasa (Rujianto, 1997). Kadar glukosa
darah yang tinggi akan menghambat sekresi glukagon dari sel alfa pankreas.
diantaranya adalah Insulin Like Growt Factors dan Glukagon Like Peptides.
Insulin Like Growt Factors (IGF-I dan IGF-II) merupakan salah satu faktor yang
menurunkan kadar glukosa 6% dari kekuatan insulin. Peran regulasi glukosa darah
oleh IGF-I dimungkinkan adanya struktur dan fungsi yang sangat berkait dengan
yang diproduksi di lambung. Transmiter ini akan di keluarkan pada saat makan
(Gutniak dan Nauck (1997) dalam Rujianto, 1997). Dalam berbagai sumber
literatur disebutkan bahwa insulin dan glukagon bekerja sebagai umpan balik
intuk menjaga keseimbangan glukosa darah tetap pada nilai normal (Turner, 1988;
pencernaan.
melitus berat, kehamilan dan keadaan gawat. Obat hipoglikemik oral harus
dipakai sangat berhati-hati pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan
buruk dan alkoholisme akut serta penderita yang mendapat diuretic tiazid
sel beta pankreas tanpa perlu adanya ATP sehingga mempermudah sekresi insulin
Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus dengan
konsentrasi tinggi. Insulin dapat diberikan tunggal dengan satu macam insulin
kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang. Tetapi juga dapat diberikan
kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu
terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
darah puasa dan post puasa karena terjadinya supresi atau penekanan produksi
glukosa oleh hati. Insulin juga menstimulasi penimbunan glukosa perifer dengan
adanya oksidasi glukosa/penyimpanan di otot. Dengan demikian dapat
Indikator terapi insulin menurut Katzung (2005) salah satunya adalah jika
terjadi kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemik oral, Ketoasidosis
diabetik dan gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat. Sedangkan Efek samping
terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia atau kadar glukosa darah yang
rendah. Lipotrofi atau penimbunan jaringan lemak dan Lipohipertrofi juga dapat
terjadi. Pada paska injeksi insulin dapat terjadi alergi sistemik atau lokal dan juga
edema yaitu penimbunan insulin secara abnormal dalam jaringan lokal interseluler
tubuh.
mellitus (Suharmiati, 2003). Bahan alam yang dapat menurunkan kadar glukosa
Fenugreek, Bitter melon, Ginseng, Nopal, Aloe, Bilberry, Milk Thistle dan Ginko
Biloba. Sedangkan menurut Widowati (1990), beberapa jenis tanaman yang telah
(Allium sativa L), babakan pule (Alstonia scholaris L), daun sambiloto
(Azadirachta indica A. Juss.), tapak dara (Catharanthus roseus G. Don.), ubi jalar
(Ipomoea batatas Poir), petai cina (Leucaena leucephala de Witt.), bidara upas
minima L), mahoni (Swietenia macrophylla King.), teh (Camellia sinensis (L)
tanaman perdu yang biasanya tumbuh di dataran tinggi, bila dibiarkan tumbuh
daunnya, dan daun teh biasanya diambil pada pucuknya saja, teh hijau merupakan
jenis teh yang paling sekidit melalui pemrosesan daripada jenis teh lainnya,
sehingga kandungan zat aktifnya lebih banyak yang dalam hal ini adalah
polifenol. Pada awalnya kebiasan minum teh berasal dari Cina dan India yang
Indonesia dibawa oleh seorang Jerman pada tahun 1684, pada tahun 1910
perkebunan teh pertama kali dibangun di Gambang Jawa Barat, kemudian sejak
Teh hijau mengandung poliphenol, yang merupakan zat aktif dari teh
hijau. Kunci utama dari khasiat teh berada pada komponen bioaktifnya yaitu
polifenol, yang secara optimal terkandung dalam daun teh yang masih muda dan
utuh, catechin adalah senyawa dominan dari polifenol, dan terdiri dari
Polyphenols 10.4 %
Fiber 32.8 %
Caffeine 2.4%
Tannin 12.7 %
Fe (Iron) 14.1mg/100g
Ca (Calcium) 317mg/100g
Zn (Zinc) 35.8ppm
Me (Manganese) 643ppm
Carotene 19.2mg/100g
Vitamin A 10,7100IU/100g
Vitamin C 353mg/100g
Vitamin E 36.4mg/100g
a tocopherol 31.3mg/100g
b tocopherol 0.3mg/100g
c tocopherol 4.7mg/100g
d tocopherol 0.2mg/100g
Chloraphyll 355mg/100g
darah masih dapat diukur, tetapi berapa jumlah yang diabsorbsi, terdistribusi,
menunjukkan pada katekin teh hijau banyak ditemukan pada plasma darah yang
tinggi lipoprotein, juga pada low densiti lipoprotein (LDL) (Chung, 2000).
teh 3-5 gelas perhari menunjukkan insiden terjadinya stroke lebih rendah dari
potensial. Pada penelitian tikus yang diinduksi dengan adjuvan arthritis, polifenol
Efek lain dari teh hijau ialah sebagai zat antioksidan, dengan meningkatkan
enzym-enzym antioksidan, dalam studi pada tikus yang diberi teh hijau selama 30
merupakan enzim antioksidan dan detoksifikan pada usus halus dan paru-paru.
Teh hijau juga memblok formasi dari komponen yang menyebabkan kanker
manusia teh hijau dapat mencegah beberapa jenis kanker terutama kanker pada
payudara, pada penelitian in vitro dari kanker payudara menunjukan bahwa teh
penderita diabetes mellitus. Selain dapat menurunkan kadar gula darah, zat
bahwa teh hijau mengandung polifenol katekin yang paling timggi di bandingkan
teh hijau yang berupa epigalokatekin galat mempunyai target spesifik dalam
signal tranduksi metabolisme sel. Oleh karena itu zat aktif ini efektif berfungsi
(2006) meneliti pengaruh polifenol teh hijau dalam pengaturan sekresi insulin
pada sel beta pakreas secara in vitro. Hasilnya, disimpulkan bahwa polifenol teh
ataupun diproduksi melalui sintesis. Zat ini digunakan terutama pada pengobatan
sel-sel tumor dari islet-islet Langerhans pankreas karena STZ mampu bekerja
secara spesifik pada sel target, yaitu sel-sel islet langerhens pankreas. Penelitian-
penelitian yang telah dilakukan mengenai zat ini utamanya sering digunakan pada
pada tikus, anjing hamster, kera, mencit dan marmut. Diabetes yang terjadi berasal
dari gangguan pada pankreas. Pemberian STZ dengan dosis rendah berulang yang
sesuai, dapat memicu proses autoimun yang dapat menyebabkan destruksi sel β
pada islet langerhans serta insulitis yang menunjuk pada diabetes tipe 1 (Kahn dan
Weir, 1994).
mg/kg berat badan dapat menimbulkan efek diabetogenik dengan cara injeksi
intravena dan inperitonial lebih efektif untuk mengiduksi diabetes pada hewan
coba tikus dan mencit. Injeksi streptozotocin secara intramuskular dan subkutan
target organ yaitu pankreas (Rerup, 1970 dalam Damayanti, 2005). Keberhasilan
diabetes pada hewan coba dengan induksi streptozotocin tergantung pada jenis
kelamin dan strain. Mencit jantan lebih memberikan hasil yang memuaskan (Kahn
yang mengarah pada perusakan sel beta pankreas yang diikuti oleh infiltrasi sel
Sedangkan menurut Kolb dan Kroce dalam Nurdiana dkk (1998) menyatakan
terhadap protein yang berperan dalam uptake dan metabolisme glukosa; (2)
merusak mitokondria dan mengagalkan oksidasi; (3) merusak DNA. Akibat yang
STZ
NO
DNA alkylation
Aconitase
MIT ATP
XOD
O2.-
H2O2
OH.- ONOO NO
Poly (ADP-ribosylation)
DNA damage
NAD+ ATP
melalui perusakan DNA sel beta pankreas. Didalam sel beta pankreas,
hidrogen perioksida. Perusakan DNA ini menstimulasi ribosilasi poli ADP yang
selanjutnya menyebabkan deplesi NAD+ dan ATP di dalam sel. Akibatnya
produksi insulin terganggu dan jumlah yang dihasilkan berkurang atau bahkan
keseimbangan yang terjaga. Keseimbangan atau homeostasis ini diatur oleh sistem
yang saling bekerja sama. Dalam Al-Quran surat Al-Infithar ayat 7 Allah
berfirman:
tubuh yang seimbang. Manusia adalah yang paling indah bentuknya, sempurna
keseimbangan tampak pada bentuk tubuhnya. Juga pada keberadaan akal dan
ruhnya, yang semuanya tersusun rapi dan sempurna dalam dirinya. Organ-organ
tubuh kita juga telah diciptakan dengan sedemikian rupa hingga dapat melakukan
berbagai fungsi sebagaimana yang dapat kita rasakan. Namun diantara manusia itu
meskipun telah diberikan banyak karunia seperti itu, ternyata masih ada yang
tidak mau bersyukur atas karunia yang diberikan padanya. Bahkan ia berbuat
durhaka kepada Allah yang telah menciptakannya. Karena itu Allah menurunkan
ayat ini sebagai pengingat bagi manusia agar ia kembali ke jalan yang benar
(Shihab, 2002)
dalam darah yang berperan penting dalam aktifitas hidup seluruh sel tubuh. Jika
diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, sehingga
terjadi kelebihan gula di dalam tubuh. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah
Kaum muslim meyakini bahwa semua penyakit itu datangnya dari Allah
Allah:
#+,%
"Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku"(QS. Asy-Syu'
ara'
: 80)
sakit” bukan “apabila Allah menjadikan aku sakit”. Sedangkan dalam hal
Allah. Dengan demikian terlihat dengan jelas bahwa segala sesuatu yang buruk
seperti penyakit tidaklah pantas disandarkan kepada Allah, sedangkan
penyembuhan penyakit adalah hal yang terpuji sehingga pantas untuk disandarkan
kepada Allah. Namun perlu digaris bawahi bukan berarti upaya penyembuhan itu
sudah tidak diperlukan lagi. Bahkan Rasulullah pun memerintahkan kita untuk
#$ !"
,()*+ & '%
Artinya:”diriwayatkan dari Jabir r.a., dari Rasulullah SAW: beliau bersabda, setiap
penyakit itu ada obatnya. Apabila obat suatu penyakit telah tepat, sembuhlah ia dengan izin
Allah”(HR. Muslim)
Sunnah menetapkan bahwa tubuh memiliki nilai yang sangat berharga, dan
ia mempunyai hak atas pemiliknya. Untuk yang pertama kalinya orang mendengar
inti dari agama : ”Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak atas dirimu.” Ini adalah
kalimat yang ringkas tetapi betul-betul penuh arti dan mengagumkan. Termasuk
hak tubuh atas dirinya adalah hendaklah memberinya makan apabila lapar,
mengobatinya apabila sakit. Menurut Islam hak tubuh ini tidak boleh dilupakan
wajib sabar atas cobaan yang menimpa dan ridha terhadap takdir tanpa harus ada
kami baca untuk menyembuhkan, obat yang kami pakai untuk berobat, perisai
yang kami pakai untuk mempertahankan diri, apakah ia dapat menolak sedikit
dari takdir Allah?” Nabi bersabda, ”Hal itu termasuk takdir Allah.”
Ini adalah jawaban yang tegas dan pasti, karena Allah SWT telah
Sehingga untuk melawan takdir lapar dengan makan, takdir minum untuk
menolak takdir haus, takdir penyakit ditanggulangi dengan takdir obat. Demikian
seterusnya. Sehingga yang tertolak dan yang menolak merupakan takdir Allah.
Petunjuk Nabi dalam hal ini adalah petunjuk yang paling sempurna, sedangkan
sunnahnya adalah cahaya yang patut diikuti dan dijadikan pegangan. Nabi SAW
selalu berobat untuk dirinya dan menyuruh keluarga serta para sahabatnya untuk
menuju kedokteran yang benar yang berdiri di atas ilmu dan uji coba bukan atas
pengobatan merupakan hasil karsa dan karya manusia yang dihasilkan dengan
alternatif baru dalam usaha pengobatan dan memberikan harapan baru bagi para
penderita.
Ayat diatas menerangkan bahwa tidak ada satupun ciptaan Allah yang
tidak bermanfaat. Manusia telah dianugerahi akal pikiran oleh Allah untuk
#55% 1D (8 03 /
“ Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala
macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang
menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari
mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami
keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di
waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”
kesehatan. Teh hijau yang merupakan salah satu tumbuhan bermanfaat. Dimana
dalam beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa teh hijau mengandung senyawa
METODE PENELITIAN
adalah kontrol negatif (–) mencit normal tanpa induksi streptozocin dan tanpa
pemberian teh hijau, kontrol positif (+) mencit diinduksi streptozotocin tanpa
pemberian teh hijau dosis II, dan mencit diinduksi streptozotocin dengan
air PAM
Hewan uji yang dipakai adalah mencit (Mus muculus) galur Balb/c jenis
kelamin jantan, umur 2 bulan, dengan berat badan rata rata 20 gram.
3.5.1 Alat
- Kandang hewan coba (bak
plastik)
Active)
- Disposible syrenge 1 mL
- Timbangan analitik
- Erlenmyer 50mL
- Kaos tangan
- Blender
- Ayakan tepung
- Mikrokom
3.5.2 Bahan
- Aquadest steril
- Pakan mencit berupa pellet dengan kandungan protein 10%, lemak 3%,
- Buffer sitrat
- Strip glukotest
- Air PAM
- Formalin 10%
yaitu: kandang (bak plastik), sekam, tempat makan dan minum mencit, pakan
Mencit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol mencit normal dan
dengan Multiple Low Dosis yaitu 30 mg/kg BB diinjeksikan sekali sehari selama 5
57
dengan konsentrasi 12mg STZ tiap 1mL buffer sitrat. Injeksi intraperitoneal
hijau
3. Perlakuan 1 : mencit diinduksi dengan STZ dan diberi teh hijau dengan
dosis I
4. Perlakuan 2 : mencit diinduksi dengan STZ dan diberi teh hijau dengan
dosis II
5. Perlakuan 3 : mencit diinduksi dengan STZ dan diberi teh hijau dengan
dosis III
Teh hijau yang digunakan didapat dari Perkebunan Teh di Lawang. Teh
hijau dibuat serbuk dengan diblender. Untuk mengetahui dosis teh hijau dengan
cara mengkoversikan dosis manusia ke dosis mencit. Dosis untuk manusia (BB
rata-rata = 50kg) menurut Haqqi (2002) adalah 4 cangkir per hari. 1 cangkir
sebanding dengan 100ml air dan mengandung 1 gr teh hijau, maka 4 cangkir
sebanding dengan 4 gram teh hijau. Jika digunakan pada manusia dengan BB
70kg, maka dosis teh didapat dengan menghitung: 70/50 X 4 = 5,6 gr.
Faktor konversi dari manusia (70kg) ke mencit (20gr) = 0,0026 (Kusumowati,
Pada penelitian ini menggunakan 3 dosis uji dengan menaikkan dari dosis
dipegang diurut dan diberi alcohol. Kemudian ujung ekor dipotong darah
Pemberian teh dilarutkan dengan aquadest pada suhu 800C dan didiamkan
selama 1 jam. Teh diberikan secara oral dengan menggunakan gavage dengan
volume tidak melebihi volume intragastrik mencit yaitu 1mL. Teh hijau diberikan
pada mencit perlakuan setiap hari sesuai dosis selama 14 hari. Kadar glukosa
darah sesudah perlakuan diukur pada hari ke tujuh dan ke-14 setelah perlakuan.
Mencit kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan hasil terapi teh hijau
masing-masing dibedah setelah satu hari paska injeksi terakhir. Posisi organ
pancreas adalah diantara akhir usus 12 jari (duodenum) dan lien dengan warna
coklat terang keputihan serta memiliki bentuk seperti rangkaian pulau-pulau kecil.
1. Tahap pertama adalah coating, dimulai dengan menandai obyek glass yang
akan digunakan dengan kikir kaca pada area tepi lalu direndam dalam
2. Tahap kedua, organ pancreas yang telah disimpan dalam larutan formalin
menit.
kotak karton atau wadah yang telah disiapkan dan diatur sehingga tidak
ada udara yang terperangkap di dekat bahan. Blok parafin di biarkan
pada dasar blok sehingga parafin sedikit meleleh. Holder dijepitkan pada
mikrotom putar dan ditata sejajar dengan mata pisau mikrotom. Pengirisan
irisan yang terbaik. Irisan yang terpilih diambil dengan gelas obyek yang
mulai dari etanol absolut (2 kali), etanol 95%, 90%, 80% dan 70% masing-
selama 10 menit.
dengan air mengalir selama 30 menit dan dibilas dengan aquadest selama
lima menit. Setelah itu preparat dimasukkan dalam pewarna eosin alkohol
10. Tahap clearing dalam larutan xilol dua kali selama lima menit kemudian
dikeringanginkan.
11. Tahap mounting dengan entellan. Hasil akhir diamati di bawah mikroskop
darah mencit diabetes yang diindukisi streptozotocin, data hasil pengamatan yang
kerusakan pulau langerhans pada lima luas bidang pandang untuk tiap kelompok
perlakuan. Nilai skore=0, jika tidak terdapat kerusakan. Nilai skore=1 jika
terdapat 1/3 kerusakan, nilai skore=2 untuk ½ kerusakan dan nilai skore=3 untuk
kerusakan lebih dari ½ dari islet. Kemudian data skore tingkat kerusakan islet
(L.) Kuntze) secara oral menggunakan gavage pada berbagai dosis berbeda yang
Data hasil penghitungan kadar glukosa darah mencit diabetes sebelum dan
sesudah perlakuan pemberian teh hijau dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Kadar Glukosa Darah (mg/dl) Mencit Diabetes Sebelum dan
Sesudah Perlakuan Pemberian Teh Hijau (Camellia sinensis (L.)
Kuntze) selama Satu Minggu
Perlakuan Kelompok Rerata
1 2 3 4
X Y X Y X Y X Y X Y
K- 136 120 171 166 110 91 148 103 141.25 120.00
K+ 306 334 442 450 357 330 343 300 362.00 353.50
D1 323 195 337 189 301 172 313 172 318.50 182.00
D2 415 152 405 152 375 178 448 158 410.75 160.00
D3 577 200 394 142 400 143 431 146 450.50 157.75
Total 1757 1001 1749 1099 1543 914 1683 879 1683.00 973.25
Keterangan:
K- : Kelompok Kontrol Negatif mencit Normal Tanpa Perlakuan
K+ : Kelompok Kontrol Positif mencit Diabetes tanpa perlakuan Teh Hijau
D1 : Kelompok Perlakuan mencit Diabetes dengan perlakuan Teh Hijau dosis 1
D2 : Kelompok Perlakuan mencit Diabetes dengan perlakuan Teh Hijau dosis 2
D3 : Kelompok Perlakuan mencit Diabetes dengan perlakuan Teh Hijau dosis 3
X : Sebelum perlakuan pemberian teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
Y : Sesudah perlakuan pemberian teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
Dari tabel diatas diketahui bahwa kisaran rerata kadar glukosa darah
mencit diabetes sebelum perlakuan (pada perlakuan kontrol+, D1, D2 dan D3)
adalah 362 mg/dl sampai dengan 450,50 mg/dl. Setelah perlakuan teh hijau
selama 1 minggu kadar glukosa darah mencit diabetes (pada perlakuan D1, D2
dan D3) mengalami penurunan berkisar antara 157,75 mg/dl sampai dengan 182
mg/dl. Sedangkan pada kontrol + kadar glukosa darah mencit tetap pada kisaran
500
Kadar Glukosa Darah
400
300
(mg/dl)
sebelum
200 sesudah
100
0
K- K+ D1 D2 D3
Perlakuan
Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Rerata Perubahan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan
Sesudah Perlakuan Pemberian Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
Selama Satu Minggu
kovarian dengan taraf signifikansi 1%. Hasil analisis kovarian yang dilakukan
adalah untuk mengoreksi atau membandingkan kadar glukosa darah sebelum dan
sesudah pemberian teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze). Hasil ANKOVA
sinensis (L.) Kuntze) memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan kadar
glukosa darah mencit diabetes. Tabel 4.2 berikut ini adalah ringkasan hasil
penghitungan ANKOVA.
Tabel 4.2 Ringkasan ANKOVA Pengaruh Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
Terhadap Kadar Glukosa Darah pada Mencit Diabetes
SK db JK KT F hit F(1%)(4,11) p-value
54.22874
Perlakuan 4 126098.6 31524.644 ** 5.67 3.59E-07
Kelompok 3 3541.153 1180.3845 2.030499
Galat 11 6394.599 581.32721
Total 18 132493.2
**berbeda sangat nyata
Dari tabel ringkasan ANKOVA diatas diketahui bahwa Fhitung > Ftabel pada
taraf signifikansi 1%. Dengan dimikian hipotesis nol H0 ditolak dan H1 diterima.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh pemberian teh hijau
terhadap kadar glukosa darah mencit diabetes yang diinduksi streptozotocin. Pada
uji efisien relatif (Lampiran 5) diketahui ER > 1 maka analisis peragam (dengan
dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf signifikansi 1%. Dengan uji lanjut BNJ akan
Tabel 4.3 Ringkasan uji BNJ 1% dari Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Diabetes
yang diberi Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
Perlakuan Rerata Terkoreksi
k- 214.831644a
k+ 341.169702b
D1 190.786551a
D2 124.004267a
D3 102.457836a
Notasi yang sama menunjukkan adanya pengaruh yang sama
Berdasarkan hasil uji BNJ menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
nyata pada penurunan kadar glukosa darah mencit diabetes yang diinduksi
perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Ini berarti bahwa nilai kadar
glukosa darah pada mencit kelompok perlakuan teh hijau sama dengan kadar
sesudah perlakuan yaitu pada satu minggu dan dua minggu sesudah perlakuan
pemberian teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze). Pengukuran kadar glukosa
darah dilakuan satu hari setelah perlakuan pemberian teh hijau. Berikut ini adalah
tabel penghitungan kadar glukosa darah sesudah dua minggu perlakuan pemberian
Tabel 4.3 Kadar Glukosa Darah (mg/dl) Mencit Diabetes Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Pemberian Teh Hijau Selama Dua Minggu.
Ulangan
1 2 3 4 Rerata
Perlakuan X Y X Y X Y X Y X Y
K- 136 126 171 161 110 90 148 87 141,25 116,00
K+ 306 357 442 342 357 298 343 322 362,00 329,75
D1 323 100 337 142 301 101 313 142 318,50 121,25
D2 415 119 405 131 375 123 448 106 410,75 119,75
D3 577 100 394 92 400 120 431 100 450,50 103,00
Total 1757 802 1749 868 1543 732 1683 757 1683,00 789,75
Keterangan:
K- : Kelompok Kontrol Negatif mencit Normal Tanpa Perlakuan
K+ : Kelompok Kontrol Positif mencit Diabetes tanpa perlakuan Teh Hijau
D1 : Kelompok Perlakuan mencit Diabetes dengan perlakuan Teh Hijau dosis 1
D2 : Kelompok Perlakuan mencit Diabetes dengan perlakuan Teh Hijau dosis 2
D3 : Kelompok Perlakuan mencit Diabetes dengan perlakuan Teh Hijau dosis 3
X : Sebelum perlakuan pemberian teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
Y : sesudah perlakuan pemberian teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze)
Dari tabel penghitungan kadar glukosa darah sesudah dua minggu
perlakuan yakni antara 103 mg/dl sampai dengan 121,25 mg/dl (perlakuan D1, D2
dan D3). Pada perkakuan kontrol positif kadar glukosa darah darah berkisar antar
329,75 mg/dl.
kadar glukosa darah
500
400
(mg/dl)
300 sebelum
200 sesudah
100
0
k- k+ D1 D2 D3
perlakuan
Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Rerata Perubahan Kadar Glukosa Darah
Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pemberian Teh Hijau (Camellia
sinensis (L.) Kuntze)
Pada analisis kovarian dari data kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
perlakuan selama dua minggu diketahui bahwa pada pemeriksaan efisiensi relatif
(Lampiran 5) didapat efisiensi relatif kurang dari 1. Ini berarti secara relatif
analisis ragam lebih efektif atau lebih teliti daripada analisis peragam
(ANKOVA). Maka dari itu dilakukan analisis ragam (ANOVA) dari data
penghitungan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan pemberian teh
hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) selama dua minggu dengan membuat nilai
selisih mutlak dari data sebelum dan sesudah perlakuan (Lampiran 5) untuk
Tabel 4.5 Ringkasan ANOVA Pengaruh Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) Terhadap
Kadar Glukosa Darah Mencit Diabetes
SK db JK KT F hit F(1%)(4,12) p-value
34.09077
Perlakuan 4 317988.5 79497.13 ** 5.41 1.82E-06
Kelompok 3 6440.15 2146.717 0.920577
Galat 12 27983.1 2331.925
Total 19 352411.8
Dari tebel diketahui bahwa Fhitung > Ftabel pada taraf signifikansi 1%.
streptozotocin. Uji lanjut BNJ untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tiap
Tabel 4.6 Ringkasan uji BNJ 1% dari Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Diabetes
yang diberi Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) Selama Dua Minggu
Perlakuan Rerata Index
k- 25.25 a
k+ 57.75 a
D1 197.25 b
D2 291.00 bc
D3 347.50 c
Notasi yang sama menunjukkan adanya pengaruh yang sama.
Berdasarkan uji BNJ (tabel 4.6) diatas dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang nyata penurunan kadar glukosa darah mencit diabetes dari
kontrol negatif dan kelompok kontrol positif tidak berbada nyata, jadi keduanya
tidak mengalami perubahan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan
secara signifikan. Sedangkan pada perlakuan pemberian teh hijau (D1, D2 dan
D3) penurunan kadar glukosa darah terdapat perbedaan yang nyata dibandingkan
dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Antar perlakuan D1, D2 dan
D3 terdapat perbedaan yang nyata. Dosis 3 memiliki pengaruh yang lebih besar
Pada penelitian ini diamati pula histologi jaringan pankreas hewan coba
yang diambil setelah dua minggu perlakuan. Preparat histologi dibuat dengan
C D
E
Gambar 4.3 Hasil Foto Preparat dan skore kerusakan pankreas
A: Kontrol negatif (skore = 0)
B: Kontrol positif (skore rata-rata = 2,5)
C: Perlakuan Dosis 1 (skore rata-rata = 2,1)
D: Perlakuan Dosis 2 (skore rata-rata = 1,9)
E: Perlakuan Dosis 3 (skore rata-rata = 1,9)
4.2 Pembahasan
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan
galur balb/c, berumur 2-3 bulan. Peneliti memilih mencit ini karena menurut Kahn
dan Weir (1994) mencit jantan galur Balb/c lebih rentan terhadap patologi
toksikologi maupun penelitian medis lain. Harga mencit relatif murah dan
dengan dosis rendah berulang 30 mg/kg BB. Kondisi diabetes pada mencit
Mencit dikatakan diabetes jika kadar glukosa darah lebih dari 300 mg/dl
uringlukotest sebagai indikator terjadinya diabetes pada hewan coba. Hewan coba
yang telah mencapai kondisi diabetes adalah jika didapat warna coklat pada strip
uringlukotest. Warna coklat pada strip dibandingkan dengan melihat skala warna
yang setara dengan kadar glukosa urin diatas 1000 mg/dl atau 55 mmol/l. Hewan
coba yang diperlakukan adalah yang telah mencapai kondisi patologis diabetes
darah. Pengaturan kadar glukosa dalam darah berkaitan erat dengan jumlah insulin
melalui perusakan DNA sel beta pankreas. Didalam sel beta pankreas,
hidrogen perioksida. Perusakan DNA ini menstimulasi ribosilasi poli ADP yang
produksi insulin terganggu dan jumlah yang dihasilkan berkurang atau bahkan
diharapkan pemberian teh hijau mampu berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
Kadar glukosa darah yang tinggi selain disebabkan karena disfungsi kerja
insulin dapat pula disebabkan karena tidak aktifnya transporter glukosa (GLUT)
pada sel. GLUT4 diketahui sebagai transporter glukosa pada sel-sel target insulin
yaitu sel otot dan sel adiposa. Glukosa masuk ke dalam sel melalui difusi
adalah 62,8-176 mg/dl. Hasil pengukuran kadar glukosa darah setelah satu
minggu perlakuan ditampilkan pada tabel 4.1. Kadar glukosa darah pada mencit
normal (kontrol-) adalah 141,25 mg/dl. Sedangkan menurut Nurdiana, dkk (1998),
kadar glukosa darah mencit diabetes di atas 300 mg/dl. Pada kelompok mencit
yang diinduksi STZ (Kontrol+, Dosis 1, Dosis 2 dan Dosis 3 sebelum perlakuan)
kadar glukosa darah rata-rata adalah 385,43 mg/dl. Meningkatnya kadar glukosa
darah ini di sebabkan karena pemberian STZ yang menyebabkan nekrosis sel B
teh hijau dosis 1 selama satu minggu menurun 37,7% (dari 318,5 mg/dl menjadi
182 mg/dl) pada akhir terapi selama 14 hari kadar glukosa darah menurun hingga
glukosa darah mencit diabetes yang diinduksi streptozotocin. Sedangkan hasil uji
lanjut BNJ 1% dapat dilihat bahwa ketiga dosis perlakuan pemberian teh hijau
tidak menunjukkan perbedaan nyata dari rerata terkoreksi dari tiap perlakuan.
pemberian teh hijau terhadap kadar glukosa darah mencit diabetes. Perbedaan
dosis pemberian teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) berpengaruh dalam
(tabel 4.6). Semakin tinggi dosis teh hijau semakin besar penurunan kadar glukosa
darah.
Pengamatan histologi jaringan pankreas dilakukan dengan blok parafin
(islet langerhans) dari pankreas. Bagian islet langerhans tampak lebih terang
yang tersebar di seluruh pankreas. Pada pulau lsngerhans, terdapat 3 jenis sel
endokrin yang terdiri dari 20% sel alfa berisi granul yang tidak larut dalam
alkohol, 75 % sel beta berbentuk granul yang larut dalam air dan 5% sel delta.
Sel beta umumnya lebih banyak terletak di tengah islet (Pettepher, 2002)
dalam penelitian ini. Pulau langerhans pankreas pada mencit kelompok normal
terlihat terisi penuh oleh sel-sel endokrin yang tersebar di area pulau (Pettepher,
2002). Sedangkan pada kelompok kontrol+ yaitu mencit diabetes yang diinduksi
STZ (gambar 4.3.b), terdapat ruang-ruang kosong pada area islet langerhans.
Ruang-ruang kosong ini disebabkan karena nekrosis dari sel beta (Nurdiana dkk,
1998). Jumlah sel beta yang sedikit menunjukkan adanya gangguan metabolisme
terutama IDDM. Pada kelompok perlakuan teh hijau histologi islet pankreas telah
teh hijau pada mencit diabetes nilai kadar glukosa darah dapat kembali pada
keadaan normal. Pada pengamtan kerusakan islets pankreas dengan analisis non-
islet pankreas pada kelompok mencit perlakuan (K+, D1, D2 dan D3) dapat
diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hal ini
menjelaskan bahwa pemberian teh hijau pada mencit diabetes telah mampu
menurunkan kadar glukosa darah pada mencit diabetes, namun belum dapat
Pemberian teh hijau pada kelompok perlakuan teh hijau (D1, D2, dan D3)
terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah dari rerata kadar glukosa darah
385,43 mg/dl hingga kembali pada nilai normal yaitu 114,66 mg/dl. Pada
kontrol positif rata-rata 2,5 sedangkan pada kelompok perlakuan teh hijau (D1, D2
dan D3) skore tingkat keruasakan islet pankreas adalah 2,1. Perbaikan islet
pankreas ini telah mampu mengatasi kondisi hiperglikemia pada hewan coba. Hal
serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2006) yang
belum kembali normal namun kadar glukoda darah telah kembali normal.
Ca, Zn, Mg, -caroten, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E (Fulder, 2003;
Hartoyo, 2003; Syah, 2006). Polifenol dapat secara langsung berfungsi sebagi
katekin.
Bode dan Dong (2003) melaporkan bahwa komponen polifenol teh hijau
yang utama yaitu epigalokatekin galat (EGCG) mempunyai target spesifik pada
bahwa polifenol teh hijau ini berperan dalam pengaturan sekresi insulin pada sel
beta. Polifenol ini dapat berperan sebagai aktifator maupun inhibitor glutamat
membantu regenerasi sel (Bode dan Dong, 2003). Dari hal ini diduga zat aktif teh
hijau inilah yang membantu regenerasi sel beta pankreas yang rusak akibat
dapat menurunkan radikal bebas terbukti dapat melindungi islet pankreas dari efek
pankreas. Teh hijau yang merupakan salah satu sumber antioksidan potensial yang
dalam menurunkan kadar glukosa darah. Hasil pengamatan Islet pankreas dalam
Teh hijau mengandung mangan (Mn) yang dapat berfungsi sebagai ko-
prooksidan dan antioksidan dalam berbagai jenis sel. SOD mengubah superosida
yang dihasilkan akibat meningkatnya NO dalam sel beta akibat induksi STZ
menjadi H2O2 (Szkudelski, 2001). MnSOD juga berperan dalam lalu lintas
berbagai jenis vitamin juga banyak terkandung dalam teh hijau. Magnesium
berfungsi sebagai kofaktor dalam berbagai jalur enzim yang terlibat dalam
Insulin Like Growth Factor (IGF I dan II) dan Glucagon Like Peptide
pengaturan keseimbangan kadar glukosa darah. Kerja dari kedua faktor ini
dipengaruhi oleh pengaturan enzim yang erat kaitannya dengan keseimbangan ion
kalium dan natrium (Rujianto, 1997). Ion-ion kalium dan natrium yang
terkandung dalam teh hijau diduga dapat peran pula dalam keseimbangan kerja
enzim ini.
dalam Islam orang yang sakit dan sabar menjalaninya akan berguguran dosa-
mahkluk lain. Hal ini disebabkan manusia memiliki akal. Dengan akalnya
manusia mampu mempelajari apa yang ada di alam dan dapat mencari alternatif
pengobatan penyakit.
Sehat merupakan nikmat yang sangat berharga, namun baru kita rasakan
ketika kita sakit sehingga nikmat ini sering kita lupakan. Oleh karena itu
muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup
sebelum mati.” Hadist ini mengisyaratkan pada kita agar kita memanfaatkan
sebaik-baiknya nikmat sehat, muda, kaya, lapang dan hidup. Meskipun dalam
Islam orang yang sakit akan berguguran dosa-dosanya, namun manusia juga wajib
alternatif penyembuhan penyakit. Hal ini berkaitan dengan tugas manusia sebagai
pengobatan merupakan hasil karsa dan karya manusia yang dihasilkan dengan
alternatife baru dalam usaha pengobatan dan memberikan harapan baru bagi para
penderita.
diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, sehingga
glukosa dalam darah yang berperan penting dalam aktifitas hidup seluruh sel
tubuh. Jika keseimbangan ini terganggu maka akan timbul abnormalitas fungsi
Keseimbangan atau homeostasis ini diatur oleh sistem yang saling bekerja sama.
(Camellia sinensis (L.) Kuntze) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada
yang baik dan mempunyai banyak manfaat dalam kesehatan. Firman Allah dalam
#$% " !
”Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
baik”
tanda peringatan bagi kita untuk berfikir tentang kasih sayang Allah SWT atas
“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
Ayat diatas menerangkan bahwa tidak ada satupun ciptaan Allah yang
tidak bermanfaat. Manusia telah dianugerahi akal pikiran oleh Allah untuk
Upaya mengingat keagungan Allah bagi insan Ulul Albab salah satunya adalah
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
bahwa pemberian teh hijau benar-benar mampu dan aman digunakan sebagai
3. Sebagai aplikasi dalam masyarakat, teh hijau dapat digunakan sebagai obat
mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006.
http://organisasi.org/informasi_diabetes_mellitus_kencing_manis_penyakit_gula_
darah_pengertian_definisi_pencegahan_perawatan_petunjuk_dll. Diakses
16 November 2006
Berghe, Greet Vanden. 2004. How Does Blood Glucose Control With Insulin
Save Live In Intensive Care. Science in Medicine. J. clin. Invest (114):
1187-1195
Fox, Stuart I. 2006. Human Physiology 9th edition. New york: McGraw-Hill.
Franz M dan Judith WR. 2007. The 2006 American Dabetes Asociation Nutrition
Recommendations and Interventions for the prevetion and Treatment of
diabetes. Diabetes spektrum(20)1
Guyton, A dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hartoyo, Arif, M.S. 2003. Teh Dan Khasiatnya Bagi Kesehatan; Sebuah Tinjauan
Ilmiah. Yogyakarta: Kanisus.
Kahn, CR dan Weir, Gordon C. 1994. Joslin’s Diabetes Mellitus 13th edition.
Waverly Company: Lea and Febiger.
Mas’ud, ibnu. 2000. Sinopsis Faal Sistem. Malang: KOPMA press UB.
Nurdiana N P., Setyawati dan M. Ali. 1998. Efek Streptozotocin Sebagai Bahan
Diabetogenik Pada Tikus Wistar Dengan Cara Pemberian Intraperitonial
Dan Intravena. Majalah Kedokteran Unibraw. Vol XIV, no 2. hal 66-77.
Pettepher, Dr. Cathleen. 2002.. Endocrine Pancreas. Medical Cell and Tissue
Biology April 8, 2002.
Qader, Saleem Sa’aed. 2004. Nitric Oxide Synthase in Pancreatic Islets during
Trauma and Parenteral Feeding. From the Department of Surgery and
Gastroenterology. Lund University Hospital. Lund University, Lund,
Sweden. Bulletin No, 124
Renyaan., M.Sc., dan Ngili, Yohanis., M.Si. 2005. Teh Hijau Mencegah Penyakit.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/24/cakrawala/index.html.
Scriver C, Beaudet A, Sly W, Valle D. 1995. The Metabolic And Molecular Based
Of Inherited Disease 7th. Ed new York: Mc Craw-hill. Inc. p.859-863.
Shane, Laura. 2001. Biological Complementary Therapies: A Focus on Botanical
Product in Diabetes. Diabetes spectrum vol.14, no.4,2001.
Stephen L, dkk. 2004. Glucose Metabolism and Regulation: Beyond Insulin and
Glucagon. Diabetes Spectrum volume 17, no. 3, 2004
Tuminah, Sulistyowati. 2000. Teh (Camellia sinensis var. Assamica) sebagai salah
satu sumber antioksidan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pemberantasan Penyakit; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departeman Kesahatan RI, Jakarta
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/144_16AntioxidantTea.pdf/144_1
6AntioxidantTea.html. Diakses 06 Desember 2006.
Wang. H., Li, Y., Sun Qi, Yang, G. 2000. Oral Administration Of Insulin To
Female Nonbase Diabetic Mice Inhibited Diabetes An Induced Fas Ligand
Expression On Islet Of Langerhans. Chin Med. J. 2000:113(5) 433-436
Polifenol
Defesiensi insulin
Mencit diaklimatisasi
Masa perlakuan
Analisis data
Lampiran 3. Pembuatan larutan STZ
Buffer sitrat dari larutan NaCl 0,9% ditambah asam sitrat 0,1M just pada pH 4,5
dengan menggunakan pH meter.
• Dosis STZ = 30 mg/kg BB
• BB mencit rata-rata = 20 g
• Maka dihitung: 30/1000 X 20 = 0,6 mg/BB
• Penyuntikan intraperitoneal mencit = 0,05 ml/ekor
• Dengan demikian dibuat larutan dengan konsentrasi 12 mg STZ dalam
tiap 1 ml buffer sitrat
Ditimbang 12 mg STZ
Stok STZ
Inkubasi 7 hari
4 ekor mencit
positif DM
Inkubasi 3 hari
4 ekor mencit
positif DM
Sisa mencit negatif Diinjeksi STZ
1X
DM
Blok 2
Inkubasi 5 hari
Blok 3 Blok 4
Lampiran 5. Perhitungan Analisis Kovarian (ANKOVA) dan Analisis Varians
(ANOVA) Dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Kelompok
Perlakuan 1 2 3 4 Rerata
K- 136 171 110 148 141.25
K+ 306 442 357 343 362
D1 323 337 301 313 318.5
D2 415 405 375 448 410.75
D3 577 394 400 431 450.5
total 1757 1749 1543 1683 1683
Kelompok
Perlakuan 1 2 3 4 Rerata
K- 120 166 91 103 120
K+ 334 450 330 300 353.5
D1 195 189 172 172 182
D2 152 152 178 158 160
D3 200 142 143 146 157.75
total 1001 1099 914 879 973.25
Kelompok
Perlakuan 1 2 3 4 Rerata
K- 126 161 90 87 116,00
K+ 357 342 298 322 329,75
D1 100 142 101 142 121,25
D2 119 131 123 106 119,75
D3 100 92 120 100 103,00
Total 802 868 732 757 789,75
A. Data Kadar Glukosa Darah (mg/dl) Sebelum Dan Sesudah Perlakuan
Satu Minggu
Perlakuan Kelompok Rerata
1 2 3 4
X Y X Y X Y X Y X Y
2
X ij = 136 2 + 1712 + ... + 4312 = 2533812
i j
2
Yij = 120 2 + 166 2 + ... + 146 2 = 911501
i j
2
X . j = 1757 2 + 1749 2 + ... + 1683 2 = 11359388
j
2
Y. j = 10012 + 1099 2 + ... + 879 2 = 3817839
j
2
X i. = 565 2 + 1448 2 + ... + 1802 2 = 9985658
i
2
Yi. = 480 2 + 1414 2 + ... + 6312 = 3567541
i
( X ij ) 2
2 i j 6732 2
JKT(X) = X ij − = 2533812 − = 267820.8
i j rt 4×5
2
( Yij )
2 i j 3893 2
JKT(Y) = Yij = 911501 − = 153728.55
i j rt 4×5
( X ij )( Yij )
JPT ( XY ) = X ij Yij −
i j i j
= 1377708 −
(6732 × 3893) = 67324.2
i j rt 4×5
2
X i. ( X ij ) 2
i j 9985658 6732 2
JK P ( X ) = i
− = − = 230423.3
r rt 4 4×5
2
Yi. ( Yij ) 2
i j 3567541 3893 2
JK P (Y ) = i
− = − = 134112.8
r rt 4 4×5
X i.Yi. ( X ij )( Yij )
i j i j 5434726 (6732 × 3893)
JPP ( XY ) = i
− = − = 48297.7
r rt 4 4×5
2
X.j ( X ij ) 2
j i j 11359388 6732 2
JK K ( X ) = − = − = 5886.4
t rt 5 4×5
2
Y. j ( Yij ) 2
j i j 3817839 3893 2
JK K (Y ) = − = − = 5795.35
t rt 5 4×5
X . j Y. j ( X ij )( Yij )
j i j i j 6570567 (6732 × 3893)
JPK ( XY ) = − = − = 3729.6
t rt 5 4× 5
4. Perhitungan Jumlah Hasil Kali Galat
( JPG ( XY ) ) 2 15296.9 2
JK R (Y ) = = = 7425.80074
JK G ( X ) 31511.1
JK RPG =
( JPP ( XY ) + JPG ( XY ) ) 2
=
(48297.7 + 15296.9 )
2
= 15440.023
JK P ( X ) + JK G ( X ) 230423.3 + 31511.1
JK RKG =
( JPK ( XY ) + JPG ( XY ) ) 2
=
(3729.6 + 15296.9 )
2
= 9679.99739
JK K ( X ) + JK G ( X ) 5886.4 + 31511.1
JK G (Y )
KTGalat sblm dikoreksi =
dbg
13820.4
=
12
= 1151.7
JK P ( X )
KT Galat efektif stlh koreksi = KT Galat + 1 +
(t − 1) JK G ( X )
230423.3
= 581.32721 + 1 +
(5 - 1) × 31511.1
= 584.15532
BNJ (α ) = qα (t , dbg ) sY
KTGalat JK P ( X )
= qα (t , dbg ) 1+
r (t − 1)JK G ( X )
581.32721 230423.3
BNJ (1%) = q 0.01 (5,11) 1+
4 (5 - 1) × 31511.1
= 5.97 × 20.2734959
= 121.03277
12. Tabel BNJ 1 %
B. Data Kadar Glukosa Darah (mg/dl) Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Dua
Minggu
Ulangan
1 2 3 4 Rerata
Perlakuan X Y X Y X Y X Y X Y
K- 136 126 171 161 110 90 148 87 141,25 116,00
K+ 306 357 442 342 357 298 343 322 362,00 329,75
D1 323 100 337 142 301 101 313 142 318,50 121,25
D2 415 119 405 131 375 123 448 106 410,75 119,75
D3 577 100 394 92 400 120 431 100 450,50 103,00
Total 1757 802 1749 868 1543 732 1683 757 1683,00 789,75
Keterangan: X: KGD Sebelum Perlakuan
Y: KGD Sesudah Perlakuan
( JPG ( XY ) ) 2 / JKG ( X )
Fhit =
KTGalat
15296.92 31511.1
=
581.32721
= 0.2147721
2. Keefektifan peragam
JK G (Y )
KTGalat sblm dikoreksi =
dbg
13820.4
=
12
= 495.34167
JK P ( X ) 230423.3
KTGalat efektif stlh koreksi = KTGalat + 1 + = 581.32721 + 1 + = 532.85226
(t − 1) JK G ( X ) (5 - 1) × 31511.1
Kelompok
Perlakuan Jumlah
1 2 3 4
k- 10 10 20 61 101
k+ 51 100 59 21 231
D1 223 195 200 171 789
D2 296 274 252 342 1164
D3 477 302 280 331 1390
Jumlah 1057 881 811 926 3675
2
Y 3675 2
FK = .. = = 675281.3
rt 4×5
JK Total =
2
(
Yij − FK = 10 2 + 10 2 + ... + 3312 − 675281.3 = 352411.8 )
i j
2
Yij
i j 1012 + 2312 + ... + 1390 2
JK Perlakuan = − FK = − 675281.3 = 317988.5
r 4
Yij
j i 1057 2 + 8812 + ... + 926 2
JK Kelompok = − FK = − 675281.3 = 6440.15
t 5
Uji BNJ 1%
BNJ (α ) = qα (t , dbg ) sY
KTGalat
= qα (t , dbg )
r
2331.925
BNJ (1% ) = q 0.01 (5,12 )
4
= 5.84 × 24.145
= 141.0068
Tabel BNJ 1%
Uji Kruskal-Wallis
Test Statistics(a,b)
SKOR
Chi-Square 14.751
df 4
= 0.05
χ (04.05
) = 9.488
Kesimpulan: kelima poupulasi tidak identik, ini berarti tidak ada perbedaan dari
kelima populasi.
Antara kelompok perlakuan kontrol positif dan kelompok perlakuan teh hijau
kontrol negatif tidak identik dengan kelompok kontrol positif dan kelompok
Streptozotocin
Strip Glukotest
Penyuntikan STZ
BUKTI KONSULTASI
Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi