Anda di halaman 1dari 141

PENGARUH MODEL PEMECAHAN MASALAH POLYA

TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA


PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:
ATIQOH
106016300226

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL PEMECAHAN MASALAH POLYA


TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA
PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

ATIQOH
106016300226

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Kinkin Suartini, M.Pd.


NIP : 19571005 198703 1 003 NIP: 19780406 200604 2 003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ABSTRAK

Atiqoh, “Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya terhadap Kemampuan


Analisis Siswa pada Konsep Listrik Dinamis”. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pemecahan masalah Polya terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep listrik
dinamis penelitian yang dilakukan di SMA 1 Tangerang Selatan pada tanggal 31
Maret 2011 sampai dengan 3 Mei 2011. Penelitian ini menggunakan metode kuasi
eksperimen dengan sampel yang pertama yaitu siswa kelas X.6 sebagai kelas
eksperiemen dan kelas X.2 sebagai kelas kontrol, masing-masing diberi pretest
dan posttest. Uji hipotesis pretest didapat thitung< ttabel (0,255<1,999), maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Uji hipotesis posttest thitung>ttabel (10,142>1,999), maka
Ho ditolak Ha diterima. Terdapat pengaruh model pemecahan masalah Polya
terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis.

Kata kunci: model pemecahan masalah Polya, kemampuan analisis siswa, konsep
listrik dinamis

i
ABSTRACT

Atiqoh,” The Effect Of Polya Problem Solving Learning Model to Student


Analyze Ability In Dynamic Electric Concept”. Skripsi, Studying Program
Physic Education Major In Science Education Faculty Of Tarbiyah and
Teaching, University Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
The research aim to know are there any effect of Polya problem solving learning
model to student analyze ability in dynamic electric concept. This research done
in Senior High School 1 Tangerang Selatan on march 31st 2011 until may 3rd
2011. On quasi experimental research method, with the first class 32 student of
X.6 as experimental group and 32 student of X.2 as control group both class are
given the same pretest and posttest. The pretest result show tarithmetic< ttable
(0,255<1,999), so Ho rejected Ha received. The posttest result show tarithmetic>ttable
(10,142>1,999), so Ho rejected Ha received. The research show be able effect of
Polya problem solving learning model to student analyze ability in dynamic
electric concept.

Key Words: Polya problem solving learning model, student analyze ability,
dynamic electric concept.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi. skripsi ini
disusun untuk syarat memperoleh gelar sarjana.
Penulis sangat menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak henti-hentinya mendoakan dan
memberikan dukungan dengan tulus ikhlas sehingga penulis berhasil
menyelesaikan skripsi, semoga Allah membalasnya dengan keridhaan-Nya.
2. Kakak-kakak dan adik-adikku serta keluarga besar yang telah mendukungku
dalam menyelesaikan skripsi.
3. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga selaku dosen
pembimbing satu skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis skripsi.
4. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Iwan Permana, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kinkin Suartini M.Pd, selaku dosen pembimbing dua skripsi yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis skripsi.
7. Drs. H. Suhaya, M.M, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Tangerang
Selatan, yang telah member izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian
di SMA Negri 1 Tangerang Selatan.
8. Ike S.Pd, selaku guru Fisika di SMA Negeri 1 Tangerang Selatan, yang telah
mengarahkan dan ikut membimbing penulis dalam penelitian.

iii
9. Teman-teman fisika 2006 dan semua pihak yang telah memberi semangat
dan mau membantu dengan tenaga dan pikirannya yang tak pernah lelah
mendampingi penulis, semoga Allah tetap menyayangi kita semua, Amien.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih dari sempurna, baik dari segi
materi maupun kajiannya, hal ini dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan
penulis. Namun demikian penulis tetap berharap semoga skripsi ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Penulis

Atiqoh

iv
PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang tak terhingga saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
maha Esa yang telah memberikan nikmat yang tiada tara sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam saya haturkan kepada junjungan
alam baginda Muhammad SAW.
Dengan selesainya skripsi ini saya ingin menyampaikan rasa terimakasi
saya kepada:
1. Ayahanda Nurali tercinta yang tanpa pamrih mencurahkan segenap peluh
keringat, tenaga, doa, pikiran dan materi, entah dengan apa saya bisa membalas
pengorbanan beliau. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan kepada
beliau.
2. Ibunda Asmaroh terkasih yang jika saya menangis dia orang yang pertama kali
terluka dan jika saya bahagia dia orang pertama yang tersenyum, terimakasi
Ibu, atas doa dan cucuran air mata Mu. Selalu kumohonkan agar Allah SWT
membalas semua kasih sayang Mu.
3. Adik- adikku tersayang, Mimi Fauziah, M. Syarul Ramadhan, Dias Hafiz,
semangat, kelucuan, canda tawa dari kalian adalah pelipur lara untukku,
“sebisa mungkin kakak akan menjadi teladan yang baik buat kalian”, semangat
berkarya adik-adik! Semoga Allah SWT meluruskan jalan kita untuk sampai
kegerbang kesuksesan dunia dan akhirat.
4. Untuk Dia yang jauh disana Muhammad Mirad Saputra S.ked yang selalu
membuat saya gelisah, namun kata-kata semangat dari Nya adalah energi
positif yang mampu memusnahkan rasa malas.
5. Untuk teman-teman dikosan Tiwi, Pinki, kak Elon, kak Ingke, kak Fitri, Fitri,
Eha, terimakasi telah menampung aspirasi, curhatan, canda tawa membuat
hidup saya lebih berwarna.
6. Untuk teman-teman seperjuangan, Lia mardianti, Yuyum muawanah,
Asmawati Rajamudin, Putri Pujiarsih, Riska Sartika Dewi, Khoirunisa dan
lainnya yang saya tidak sebutkan satu persatu terimakasi atas dukungannya,
“keep fighting!”

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Batasan Masalah .......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS KERANGKA BERPIKIR DAN


HIPOTESIS ...................................................................................... 7
A. Kajian Teoritis ............................................................................ 7
1. Model Pemecahan Masalah ...................................................... 7
2. Model Pemecahan Masalah Menurut Polya .............................. 13
3. Kemampuan Analisis Siswa ...................................................... 17
4. Konsep Listrik Dinamis ............................................................. 21
5. Penelitian yang relevan .............................................................. 27
B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 30
C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 33

vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 34
A. Metode Penelitian ........................................................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 34
C. Desain Penelitian ............................................................................ 34
D. Prosedur Penelitian ....................................................................... 35
E. Populasi dan Sampel ...................................................................... 35
F. Teknik Pengambilan Sampel ......................................................... 36
G. Variabel Penelitian ....................................................................... 36
H. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 36
I. Instrumen Penelitian ..................................................................... 36
J. Teknik Analisis Data ...................................................................... 40
K. Hipotesis Statistik ........................................................................ 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 44


A. Hasil Penelitian ............................................................................. 44
1. Deskripsi Data ............................................................................ 44
2. Hasil Uji Normalitas .................................................................. 48
3. Hasil Uji Homogenitas ............................................................... 49
4. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................... 49
B. Pengolahan Data Angket ............................................................... 50
D. Pembahasan Hasil penelitian ........................................................ 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 58


A. Kesimpulan ................................................................................... 58
B. Saran .............................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 59

LAMPIRAN ...................................................................................................... 62

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Comparison of Forms of Active Learning ........................................ 9


Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Pemecahan Menurut Para ahli ..................... 13
Tabel 2.3 Tahapan Pembelajaran Pemecahan Masalah Polya .......................... 16
Tabel 3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 34
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas ......................................................................... 37
Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda ............................................................... 40
Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kontrol .................................................................... 47
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
dan Kontrol ........................................................................................ 48
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ...................................................................... 49
Tabel 4.4 Hasil Uji t Kemampuan Analisis Siswa Pretest dan Posttest
kelompok Eksperimen dan Kontrol ................................................... 50
Tabel 4.5 Indikator Meningkatkan Motivasi dan Berperan Aktif ...................... 51
Tabel 4.6 Indikator kebebasan Berpendapat ..................................................... 52
Tabel 4.7 Indikator Mengembangkan Konsep Siswa ........................................ 52
Tabel 4.8 Indikator Pembelajaran dapat Meningkatkan Kemampuan Analisis 53
Tabel 4.9 Indikator dapat Mengerjakan Soal Listrik Dinamis .......................... 54

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Konsep Listrik Dinamis ........................................................ 21

Gambar 2.2 Jika Suhu Dijaga Tetap Maka Untuk Suatu Kawat Listrik R=
Adalah Tetap (Hukum Ohm) ........................................................ 22
Gambar 2.3 Semua Bacaan Dari Ampermeter Dari A Sampai D Adalah Sama23
Gambar 2.4 Arah Loop Hukum Kirchhoff II ................................................... 26
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir .............................................................. 32
Gambar 4.1 Histogram Pretest Kemampuan Analisis Siswa Kelompok
Kontrol Dan Eksperimen .............................................................. 45
Gambar 4.2 Histogram Pretest Kemampuan Analisis Siswa Kelompok
Kontrol Dan Eksperimen .............................................................. 46
Gambar 4.3 Persentase Tiap Indikator Angket Penerapan Model Pemecahan
Masalah Polya ............................................................................... 55

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Silabus ......................... 61


Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ..................................................................... 83
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ...................................................... 87
Lampiran 4 Tes (Instrumen Sebelum Validitas) ............................................... 88
Lampiran 5 Jawaban dan Pedoman Penilaian Validitas Soal .......................... 91
Lampiran 6 Rekap Analisis Butir .................................................................... 96
Lampiran 7 Tes (Instrumen Pretest dan Posttest) ............................................ 99
Lampiran 8 Kisi-kisi Angket ............................................................................ 101
Lampiran 9 Kuisioner ...................................................................................... 102
Lampiran 10 Hasil Analisis Angket ................................................................... 103
Lampiran 11 Hasil Butir Soal Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol .......................................................................................... 104
Lampiran 12 Perhitungan data Statistik Pretest dan Posttest ............................ 110
Lampiran 13 Uji Homogenitas ........................................................................... 125
Lampiran 14 Uji hipotesis .................................................................................. 127
Lampiran 15 Daftar Tabel Uji Fisher, Uji Liliefors dan Uji t ............................ 129

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi pendidikan merupakan aspek terpenting dalam
kehidupan. Namun begitu banyak permasalahan yang ada di dunia pendidikan kita
saat ini. Sudarman menegaskan salah satu permasalahan yang dihadapi
pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik lulus
dari sekolah, mereka pintar teoritis tetapi miskin aplikasi. Pendidikan di sekolah
terlalu menjejali anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal. Dengan kata
lain, proses pendidikan kita tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memiliki
kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk
manusia kreatif dan inovatif.1
Perkembangan pendidikan di Indonesia pada massa sekarang ini
menekankan pada hasil ketuntasan minimal menurut KTSP, padahal sangatlah
perlu bagi seorang pengajar melihat kemampuan taraf berpikir sebagai proses
memperoleh hasil belajar yang baik, taraf berpikir yang dimaksud adalah menurut
para ahli psikologi dalam masalah belajar. Para ahli telah menyusun suatu
sistematika klasifikasinya yang mereka sebut taksonomi, menurut Blom ada enam
tingkat berpikir yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi dan menciptakan. Persoalannya, pengajar tidak berani untuk
mengeksplorasi tingkat kemampuan, dan tingkat kemampuan peserta didik
berhenti sampai di tingkat berpikir rendah (low order thinking) yaitu

1
Nenden, Implementasi Strategi Problem Solving Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika SMA, (Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UPI. 2010), h.1.
2

mengaplikasi, untuk itu penulis memberikan alternatif untuk lebih mengeksplorasi


kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) contohnya kemampuan
analisis siswa untuk meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa.
Terlebih pada pembelajaran eksakta seperti pembelajaran fisika. Fisika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern serta
mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya
pikir manusia.2 Pembelajaran fisika memenuhi pengetahuan dasar yang dimiliki
semua manusia yaitu membaca, menulis, dan berhitung, siswa diharuskan
memiliki kemampuan membaca menulis dan berhitung. Tiga hal itu harus dimiliki
siswa karena terkait dengan karakteristik ilmu fisika yang membutuhkan
penguasaan konsep, bersifat konstektual, berkembang mengikuti jaman, serta
menuntut kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Hal yang terjadi jika siswa
hanya mempunyai kemampuan membaca dan menulis dalam pembelajaran fisika
tanpa di sertai kecakapan berhitung maka siswa tidak akan bisa mengerjakan soal
fisika yang kebanyakan adalah soal hitungan.
Belajar fisika berarti belajar konsep, struktur suatu konsep dan mencari
hubungan dengan konsep tersebut. Salah satu keuntungan fisika yaitu siswa
dilatih berpikir analisis dan terstruktur, kemampuan ini direfleksikan pada sikap
yang hati-hati dan teliti. Selain itu pembelajaran fisika juga berkaitan erat dengan
matematika karena banyak teori fisika dinyatakan dengan notasi matematika
sehingga banyak materi dalam pelajaran fisika yang bersifat matematis.
Ilmu fisika dibagi dalam dua kategori dilihat dari tingkat kesukaran konsep
yaitu kategori mudah dan kategori sukar, dalam konsep yang tergolong mudah
tidak terlalu diperlukan strategi guru untuk menyampaikan konsep fisika, namun
dalam kategori sukar guru dituntut untuk menyampaikannya dengan strategi
khusus agar konsep yang sukar mudah dipahami siswa, dalam fisika banyak
konsep yang tergolong kriteria sukar misalnya: Dinamika Partikel, Gelombang
Elektromagnetik serta Listrik Dinamis, namun dalam penelitian ini peneliti hanya
tertarik untuk membahas mengenai salah satu materi fisika yang tergolong sukar
2
Zhuraida, Perbandingan Antara Metode Problem Solving dan Metode Problem Posing
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa (Jakarta: Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN), h.1.
3

dan bersifat matematis yaitu Listrik Dinamis, yang memenuhi standar kompetensi
memformulaiskan besaran-besaran listrik rangkain listrik tertutup sederhana 9satu
loop).
Konsep listrik dinamis cenderung bersifat matematis, dalam konsep listrik
dinamis kita akan menemukan soal-soal yang membutuhkan kemampuan analisis.
Analisis dalam taksonomi bloom adalah kemampuan untuk merinci suatu situasi
atau pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan
memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Melihat kenyataan yang ada di lapangan yang terjadi pada saat penulis
mengadakan PPKT disalah satu SMA di Tangerang Selatan, saat ini sekitar 80 %
siswa SMA menyatakan bahwa siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal
fisika yang bersifat matematis contohnya pada materi listrik dinamis. Kemampuan
analisis siswa dalam menyelesaikan soal fisika yang bersifat matematis seperti
materi listrik dinamis masih rendah, hanya mendapat angka rata-rata 5,99 padahal
angka ketuntasan belajar menurut KTSP yang diterapkan sekolah harus mencapai
7,5. Data lain menjelaskan bahwa sekitar 75% siswa meyatakan bahwa konsep
listrik dinamis terasa sangat sulit dikarenakan model ajar yang terlalu rumit
sehingga siswa membutuhkan model yang sederhana dan terstruktur agar mereka
mendapat kemudahan dalam menyelesaikan soal pada materi listrik dinamis yang
terlanjur mereka anggap rumit.3
Dari fenomena yang tertera di atas peneliti dapat menangkap benang merah
persoalan, kebanyakan siswa tidak menyukai materi listrik dinamis dikarenakan
materi ini terlalu bersifat matematis sehingga dibutuhkan model penyelesaian
masalah yang lebih sederhana dan terstruktur.
Saat ini banyak sekali model pemecahan masalah yang digunakan guru
untuk memecahkan kesulitan siswa tersebut diantaranya adalah pembelajaran
pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Arrends, pembelajaran pemecahan
masalah yang dikemukakan oleh John Dewey serta pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh Jhonsen n Jhonsen, namun kesemuanya itu memiliki
3
Atiqoh, Implementasi Model Pemecahan Polya terhadap Hasil Belajara Fisika Siswa
pada Konsep Listrik Dinamis laporan PPKT(Jakarta: Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN), h.55
4

karakteristik dan langkah-langkah yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti


telah melakukan studi pustaka mengenai kesemua pembelajaran itu, namun peneliti
menemukan suatu model yang memiliki karakteristik yang sederhana dan tidak
memerlukan waktu banyak, sistematis dan terstruktur, yang sangat sesuai untuk
membantu siswa dalam menganalisis soal yang bersifat matematis seperti materi
listrik dinamis. Model pemecahan masalah yang dimaksud peneliti yaitu model
pemecahan masalah yang dikemukakan oleh George Polya seorang
Matematikawan berkebangsaan Hungaria.
Model pemecahan masalah Polya dapat digunakan sebagai alternatif
model pembelajaran fisika khususnya pada konsep listrik dinamis, sebab dalam
setiap fase dapat memfasilitasi guru dan siswa untuk menciptakan kegiatan
pembelajaran yang mengutamakan perubahan konseptual dan meningkatkan
kemampuan analisis pada siswa, agar siswa mampu menyelesaikan soal
matematis yang membutuhkan daya analisis yang tinggi.
Berdasarkan gambaran diatas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ”Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya terhadap
Kemampuan Analisis Siswa pada Konsep Listrik Dinamis”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas timbul
beberapa permasalahan, yaitu:
1. Banyaknya materi fisika yang bersifat matematis sehingga diperlukan suatu
model pembelajaran yang terstruktur.
2. Sebagian besar siswa kesulitan dalam menganalisis soal yang bersifat
matematis seperti pada materi listrik dinamis.
3. Kemampuan analisis siswa terbilang masih rendah pada konsep yang bersifat
matematis seperti materi listrik dinamis.
4. Kesulitan guru dalam mengajarkan penyelesaian soal fisika yang bertipe
pemecahan masalah matematis.
5

C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan hasil yang diteliti maka dibuat batasan masalah,
yaitu:
1. Pemecahan masalah Polya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemecahan masalah yang meliputi langkah-langkah memahami masalah,
merencanakan penyelesainan, menyelesaikan masalah dan melakukan
pengecekan.
2. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan analisis adalah kemampuan
memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana
bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian
tersebut dengan keseluruhannya banyak, analisis siswa pada penelitian ini
diukur bedasarkan Taksonomi Bloom yang sudah direvisi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah terdapat pengaruh pemecahan
masalah Polya terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis?”

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pemecahan masalah Polya terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep listrik
dinamis serta untuk mengetahui apakah model pemecahan masalah Polya
memberikan kebebasan siswa untuk berpendapat sehingga termotivasi dan
berperan aktif, lebih dapat mengembangkan konsep sehingga lebih memudahkan
siswa untuk meningkatkan kemampuan analisis dan mudah menyelesaikan soal
listrik dinamis yang bersifat matematis .
6

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut.
1. Memberi pengalaman dalam melakukan penelitian dan wawasan pengetahuan
peneliti tentang model pemecahan masalah Polya.
2. Model pemecahan masalah Polya diharapkan terdapat pengaruh terhadap
kemampuan analisis siswa, khususnya pada konsep listrik dinamis.
3. Bagi guru diharapkan dapat memberi alternatif model pemecahan masalah
Polya yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil
belajar khususnya pada konsep listrik dinamis.
7

BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis
1. Model Pemecahan Masalah
Secara kafah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonsepsi
untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.4 Menurut Darwyan Syah dalam
Siti Jubaidah model pembelajaran adalah pola-pola kegiatan tertentu dalam
kegiatan pembelajaran yang merupakan kombinasi yang tersusun dari bagian atau
komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terdiri dari unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.5 Ciri-ciri model
6
pembelajaran:
a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembang.
b. Landasan pikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dipakai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Model pembelajaran diperlukan untuk menyusun teori atau hipotesis
pembelajaran. Model sebagai alat komunikasi oleh para ahli pengembangan para
ahli itu sendiri dan model pembelajaran berguna sebagai petunjuk dalam
menjalankan aktifitas dan pengelolaan pembelajaran, serta model pembelajaran
sebagai alat pengambil keputusan. Dalam model pembelajaran didukung dengan
4
Trianto, Desain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Jakarta Kencana:2009) Ed .1
Cet. 1 h. 21
5
Siti Jubaidah, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah
Terhadap Hasil Belajar Siswa, (Jakarta: Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN), h. 8
6
Trianto, Desain …h. 23
8

pendekatan dan metode yang dilaksanakan sesuai tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
Pendekatan (appoarch) lebih menekankan pada strategi dalam
perencanaan sedangkan metode (method) lebih menekankan pada teknik
pelaksanaanya. Suatu pendekatan yang dilaksanakan untuk suatu pembelajaran
mungkin dalam proses pelaksanaan tersebut di gunakan beberapa metode.
pendekatan terpadu dapat diimplementasikan dalam berbagai model
pembelajaran.7 Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tersebut tercapai secara optimal.8
Metode mengajar menurut Isjoni adalah alat untuk mengoprasionalkan apa
yang direncanakan dalam strategi. Sedangkan strategi dapat diartikan sebagai a
plan operation achieng something, “rencana untuk mencapai sesuatu”.9
Metode pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa dalam menghadapi berbagai masalah
baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah
investigasi dalam penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.10
Metode pemecaham masalah (problem solving) termasuk kedalam active
learning yaitu pembelajaran yang mengedepankan keaktifan siswa dan guru
hanya sebagai fasiltator.
Selain pemecahan masalah banyak metode yang termasuk kedalam active
learning namun kesemuanya itu memiliki cara belajar yang berbeda, di tabel 2.1
akan dijelaskan perbandingan antara metode problem solving, problem based
learning, project besad learning dan action learning. Semua metode tersebut
memiliki beberapa perbedaan yang dijelaskan dalam tabel berikut:

7
Siti Jubaidah, Opcit, h. 9
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 147.
9
Zuraidah, Opcit, h. 6.
10
Kiranawati, Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving), (Http://
Gurupkn.Wordpress.Com,) yang diakses pada 16 Januari 20011, h. 2.
9

Tabel 2.1 Comparison of Forms of Active Learning11


Method Organization Forms of Role of Role of tutor Type of
of knowledge knowledge student activity
Problem Open ended Contingent Avtive Enable of Development
based situation and and participants opportunities of strategies
learning problems constructed and for learning to facilitate
independent team and
critical individual
inquirers learning
who own
their own
their
earning
experiences
Project Tutor set, Pervormative Completers Task setter Problem
based structured and practical of project or ang project solving and
learning tasks member of supervisor problem
project team management
who
develops a
solution or
strategy
Problem Step by step Largely Problem A guide to Finding
solving logical propositional solver who the right solutions to
learning problem but may also acquires knowledge given
solving be practical knowledge and solution problems
throught through
knowledge bounded
supplied by problem
lecturer solving
Action Group led Personal and Self adviser A fasilitator Achievement
learning discution and performative who seeks to of reflection of individual
reflection on achieve own and action goals
action goals and
help others
achieve
their’s
through
reflection
and action

11
Maggi Savin, dkk. Foundations Of Problem Based Learning (FL USA: Open
University Press) 2004. h. 10
10

Tabel perbandingan bentuk active learning diatas menjelaskan bahwa


metode pemecahan masalah, metode berdasarkan masalah, metode pembelajaran
berbasis projek dan metode pembelajaran aksi memiliki beberapa perbedaan
dilihat dari organisasi pengetahuan, bentuk ilmu pengetahuan yang harus dicapai,
peran guru, peran siswa dan jenis aktifitas yang dilakukan dalam pembelajaran.
Semua metode tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Penggunaan metode disesuaikan dengan keadaan atau kondisi guru, siswa dan
bahan ajar, untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Perbedaan Metode pemecahan masalah dengan pembelajaran aktif lainnya
adalah pemecahan masalah merupakan solusi untuk mencari ilmu pengetahuan
melalui langkah-langkah yang logis yang di suplai dari pengajar, peran siswa
dalam pembelajaran pemecahan masalah adalah untuk memperoleh ilmu
pengetahuan melalui memecahkan masalah. Dan peran guru hanya sebagai
petunjuk atas ilmu pengetahuan dan solusi yang benar, serta jenis aktifitas dalam
metode pemecahan masalah adalah menemukan solusi dari pemberian masalah.
Memecahkan masalah menjadi persoalan yang sering bersifat perennial
dalam sejarah kehidupan manusia. Karena sepanjang rentang kehidupannya
manusia selalu berhadapan dengan berbagai masalah untuk dicari pemecahannya.
Bila gagal dengan suatu cara untuk memecahkan suatu masalah, manusia selalu
mencoba memecahkannya dengan cara lain. Bila demikian adanya kehadiran dan
keberhasilan manusia untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya pada
tingkat dan jenjang tertentu dapat memberikan nilai tertentu pula pada manusia,
terutama bagi manusia yang masih duduk pada bangku sekolah.12
Pemecahan masalah (problem solving) dapat di definisikan lebih luas jika
di tinjau dari proses, strategi, keterampilan dan sebagai model pembelajaran.
Sebagai suatu proses dalam hal ini menurut Subandar dalam Sukasno terkandung
makna ketika siswa belajar ada proses menemukan kembali. Artinya prosedur,
aturan yang harus dipelajari disediakan dan diajarkan oleh guru dan siswa siap
menampungnya, tetapi siswa harus berusaha menemukannya. Ditinjau dari

12
Jenius P. Purba, Pemecahan Masalah dan Penggunaan Strategi Pemecahan Masalah.
(Bandung: UPI), h. 8
11

startegi, problem solving diartikan sebagai penggunaan berbagai jalan untuk


memecahkan masalah dimulai dari mengidentifikasi masalah, penetuan langkah-
langkah dan kemudian memecahkannya. Sedangkan jika di tinjau dari segi
keterampilan problem solving diartikan sebagai kemampuan dalam menggunakan
operasi untuk memecahkan masalah. Operasi yang di maksud salah satunya
adalah operasi matematik dan komputasi.13
Pemecahan dan penyelesaian masalah adalah bagian dari proses berpikir.
Sering dianggap merupakan proses paling komplek diantara fungsi kecerdasan,
pemecahan masalah di definisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang
memerlukam modulasi dam kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin
atau dasar. Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan
tidak mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju
kondisi yang dituju.14
Altun said problem solving is to know what to do in the situation of not
knowing what to do. Problem solving is not only finding the correct answer but
also is an action which covers a wide mentalperiod and abilities.15
The basic problem solving process is a linear, hierarchical process. Each
step is result of the previous step and a precursor to the next step. A popular
method, teaching problem solving, involves the use of “stage models”. Stage
models are simplied lists of stages and steps used in general problem solving.16
Problem solving steps which would be used to solve the problem were
selected as; understanding (focus on the problem), planning (plan the solution),
solving (execute the plan), and checking (evaluate the answers).17

13
Suryani, Pengaruh Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) Terhadap
Keterampilan Berfikir Kritis Sisiwa Pada Konsep Listrik Dinamis. (FITK UIN Jakarta, 2009), h.19
14
Anonim, Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penyelesain_Masalah, yang diakses tanggal 16
Januari 2011, h.1.
15
Tolga Gok, dkk, 2008, Effects Of Problem Solving Strategies Teaching On The
Problem Solving Attitudes of cooperative Learning Group In Physics Education, Jornal Of Theory
The Practice In Education, h. 254.
16
Gamze sezgin selcul, dkk, 2008, The Effects Of Problem Solving Intrudection On
Physics Achievement. Problem Solving Performance And Strategy Use.lat. Am J. Phys.Educ.
Vol.2, No.3, sept.2008. h, 152
17
Tolga Gok, dkk, 2010, The Effects Of Problem Solving Strategies On Students
Achievement, Attitude and Motivation. lat. Am J. Phys. Educ. Vol.4, No.1, Jan .2010, h. 14.
12

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa pemecahan masalah


adalah solusi untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dalam situasi tidak tahu
apa yang harus dilakukan. Pemecahan masalah tidak hanya menemukan jawaban
yang benar tetapi juga merupakan suatu tindakan yang mengkafer semua
kemampuan mental. Masalah dasar proses pemecahan adalah proses, linear
hirarkis. Setiap langkah adalah hasil dari langkah sebelumnya dan pendahulu ke
langkah berikutnya. Sebuah metode yang populer, mengajar pemecahan masalah,
melibatkan penggunaan "model panggung". Tahap model adalah daftar sederhana
tahapan dan langkah-langkah yang digunakan dalam memecahkan masalah
umum. Langkah-langkah pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah ini dipilih sebagai; pemahaman (fokus pada masalah),
perencanaan (rencana solusinya), pemecahan (jalankan rencana tersebut), dan
memeriksa (mengevaluasi jawaban).
Suatu masalah biasanya membuat suatu situasi yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang
anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya yang benar,
maka soal tersebut tidak dikatakan sebagai masalah. Sedangkan pemecahan
masalah dapat disimpulkan bahwa sebagai rangkaian tindakan yang tepat yang
digunakan untuk mencapai tujuan.
Dalam belejar pemecahan masalah, Guru harus berusaha menghilangkan
ketakutan dan kecemasan siswa yang menghambat pemikiran dan pemecahan
masalah secara kreatif. Anak-anak pun harus belajar menunjukan penghargaan
terhadap pekerjaan anak lain dan tidak mengejek, mengkritik (dalam arti
mencela), atau menertawakan, sebagaimana mereka juga harus belajar
menghargai pekerjaan diri sendiri.18
Tahapan pemecahan masalah sebagai sintaks metode pembelajaran
masalah yang dikemukakan para ahli selain pemecahan masalah Polya penulis
merangkum sebagai berikut:

18
Utami Munandar,Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT
Grasindo, 1999)cet.3. h. 81.
13

Tabel 2.2. Tahapan Pemecahan Masalah menurut Para Ahli


John Dewey Lawrence Senesh Johnson n Johnson Sudjana
1. Siswa 1. Menemukan 1. Mendefinisikan 1. Orientasi
dihadapkan gejala-gejala masalah 2. Identifikasi
dengan problematik 2. Mendiagnosis masalah
masalah 2. Mempelajari masalah 3. Mencari
2. Siswa aspek-aspek 3. Merumuskan alternative
merumuskan permasalahan alternative startegi pemecahan
masalah itu 3. Mendefinisikan 4. Mengevaluasi masalah
3. Siswa masalah keberhasilan 4. Menilai
merumuskan 4. Menentukan ruang strategi setiap
hipotesis lingkup alternatif
4. Siswa permasalahan pemecahan
menguji 5. Menganalisis masalah
hipotesis itu sebab-sebab 5. Menarik
masalah kesimpulan
6. Menyelesaikan
masalah

2. Model Pemecahan Masalah menurut Polya


George Polya (1973) mengungkapkan pemecahan masalah (problem
solving) ialah untuk menentukan jalan keluar dari suatu yang sukar dan penuh
rintangan untuk mencapai tujuan.19
Ryan Valeso Mereportase langsung dari buku karya G. Polya Sebuah
kerangka kerja untuk memecahkan masalah telah di jelaskan G. Polya dalam
sebuah buku “How to Solve It”(Edisi ke 2, Princeton University Press). Walaupun
Polya berfokus pada teknik pemecahan masalah dalam bidang matematika. Tetapi
prinsip-prinsip yang dikemukakannya dapat digunakan pada masalah-masalah
umum. Penalaran Induktif merupakan dasar dari proses yang paling kreatif yang

19
Suryani, Opcit, h. 18.
14

terjadi didunia nyata. Fisika membutuhkan laboratorium yang ideal untuk


membangun kemampuan dalam penalaran induktif dan menemukan hal baru 20.
Berikut ini gambaran umum dari Kerangka kerja Polya:21

a. Pemahaman pada masalah (to understand the problem)


Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa
anda memahaminya secara benar. Tanyalah diri anda dengan pertanyaan :
1) Apa yang tidak diketahui?
2) Kuantitas apa yang diberikan pada soal?
3) Kondisinya bagaimana?
4) Apakah ada kekecualian?
5) Untuk beberapa masalah akan sangat berguna untuk membuat diagranmnya
dan mengidentifikasi kuantitas-kuantitas yang diketahui dan dibutuhkan pada
diagram tersebut. Biasanya dibutuhkan.
6) Membuat beberapa notasi ( x, a, b, c, V = volume, m = massa dan sebagainya).
Tahap pemahaman soal ini meliputi: mengenali soal, menganalisis soal,
dan menterjemahkan informasi yang diketahui termasuk membuat gambar atau
diagram untuk membatu siswa membayangkan kondisinya.

b. Membuat Rencana Pemecahan Masalah (to make a plan)


Carilah hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang tidak
diketahui yang memungkinkan anda untuk menghitung variabel yang tidak
diketahui. Akan sangat berguna untuk membuat pertanyaan : “Bagaimana saya
akan menghubungkan hal yang diketahui untuk mencari hal yang tidak diketahui?
“Jika anda tak melihat hubungan secara langsung, gagasan berikut ini mungkin
akan menolong dalam membagi masalah ke sub masalah

20
Bryan Veloso, Http://Kangguru.Wordpress.Com/2007/02/01/Teknik-Pemecahan-
Masalah-Ala-G-Polya/, yang diakses tanggal 16 Januari 2011.
21
G. Polya, How to Solve It (Edisi ke 2, Princeton University Press) : New Jersey,
1973.h. xvi
15

1) Membuat sub masalah


Pada masalah yang komplek, akan sangat berguna untuk membantu jika
anda membaginya kedalam beberapa sub masalah, sehingga anda dapat
membangunya untuk menyelesaikan masalah.
2) Cobalah untuk mengenali sesuatu yang sudah dikenali.
Hubungkan masalah tersebut dengan hal yang sebelumnya sudah dikenali.
Lihatlah pada hal yang tidak diketahui dan cobalah untuk mengingat masalah
yang mirip atau memiliki prinsip yang sama.
3) Cobalah untuk mengenali polanya.
Beberapa masalah dapat dipecahkan dengan cara mengenali polanya. Pola
tersebut dapat berupa pola geometri atau pola aljabar. Jika anda melihat
keteraturan atau pengulangan dalam soal, anda dapat menduga apa yang
selanjutnya akan terjadi dari pola tersebut dan membuktikannya.
4) Gunakan analogi
Cobalah untuk memikirkan analogi dari masalah tersebut, yaitu, masalah
yang mirip, masalah yang berhubungan, yang lebih sederhana sehingga
memberikan anda petunjuk yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang
lebih sulit. Contoh, jika masalahnya ada pada ruang tiga dimensi, cobalah untuk
melihat masalah sejenis dalam bidang dua dimensi. Atau jika masalah terlalu
umum, anda dapat mencobanya pada kasus khusus.
5) Masukan sesuatu yang baru
Mungkin suatu saat perlu untuk memasukan sesuatu yang baru, peralatan
tambahan, untuk membuat hubungan antara data dengan hal yang tidak
diketahui.Contoh, diagram sangat bermanfaat dalam membuat suatu garis bantu.
6) Buatlah kasus
Kadang-kadang kita harus memecah sebuah masalah kedalam beberapa
kasus dan pecahkan setiap kasus tersebut.
7) Mulailah dari akhir ( Asumsikan Jawabannya )
Sangat berguna jika kita membuat pemisalan solusi masalah, tahap demi
tahap mulai dari jawaban masalah sampai ke data yang diberikan
16

c. Malaksanakan Rencana (carry out a plan)


Dalam melaksanakan rencana yang tertuang pada langkah kedua, kita
harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya secara detail
untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. Sebuah persamaan tidaklah
cukup.

d. Lihatlah kembali (looking back)


Kritisi hasilnya. lihatlah kelemahan dari solusi yang didapatkan
(seperti:ketidak konsistenan atau ambiguitas atau langkah yang tidak benar).
Penulis mencoba membuat bagan tahapan Polya terhadap tingkah laku
guru:
Tabel 2.3 Tahapan Pembelajaran Pemecahan Masalah Polya
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Memahami Masalah menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demontrasi
atau fenomena untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Tahap 2 Guru membantu siswa untuk
Merencanakan Penyelesaian mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk
Menyelesaikan Masalah mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap 4 Guru membantu siswa untuk
17

Melakukan Pengecekan melakukan refleksi atau evaluasi


terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.

3. Kemampuan Analisis Siswa


Analisis yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang diberikan
menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga kedudukan atau hubungan antar
unsur atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas.22Menurut Bloom analisis
adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil atau merinci faktor-
faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya.
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan
hubungan antara bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa
atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan. Secara rinci
Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu:23
a. Menganalisis unsur
1) Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit
pada suatu pernyataan
2) Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa
3) Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan
normatif.
4) Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan mekanisme
perilaku antara individu dan kelompok
5) Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari peryataan-pernyataan yang
mendukungnya
Kemampuan menganalisis unsur dalam pembelajaran ilmu pengetahuan
alam atau khususnya pada konsep listrik dinamis dalam pelajaran fisika dapat
dianalogikan sebagai kemampuan membedakan besaran kuat arus listrik.
22
Utami Munandar, Opcit, h. 120.
23
StudentJornalism,http://wartawarga.gunadarma.ac.id/wpadmin/install.php/artikel_takso
nomi blom h. 1
18

b. Menganalisis hubungan24
1) Kemampuan untuk melihat secara komprehensif interelasi antar ide dengan ide
2) Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang membenarkan suatu
pernyataan
3) Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang mendasari
suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang mendukungnya
4) Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan informasi atau
asumsi yang ada
5) Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan dan argumen
guna membedakan mana pernyataan yang relevan mana yang tidak
6) Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis dalam suatu argumen
7) Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang penting
dan tidak penting di dalam perhitungan histories.
Menganalisis hubungan suatu konsep dengan konsep yang lain dapat
dianalogikan dalam pembelajaran listrik dinamis seperti menganalisis hubungan
suatu kawat penghantar dengan tegangan dan arus yang dilalui, menganalisis
hubungan kuat arus, beda potensial dan hambatan.

c. Menganalisis prinsip-prinsip organisasi


1) Kemampuan untuk menguraikan antara bahan dan alat
2) Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola karya seni dalam rangka
memahami maknanya
3) Kemampuan untuk mengetahui maksud dari pengarang suatu karya tulis ,sudut
pandang atau ciri berpikirnya atau perasaan yang dapat diperoleh dalam
karyanya
4) Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam menyusun suatu
materi yang bersifat persuasif seperti advertensi dan propaganda
Kemampuan mengorganisasi dapat dianalogikan dengan pembelajaran
listrik dinamis seperti mengorganisasi aplikasi Hukum I dan II Kirchhoff.

24
Ibid, h. 1
19

Menurut Sudjana untuk membuat item tes kecakapan analisis perlu


mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yakni:25
a. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase atau pertanyaan-pertanyaan
dengan menggunakan kriteria tertentu.
b. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara
jelas.
c. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu
ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.
d. Dapat mengetengahkan pola, tata atau pengaturan materi dengan menggunakan
kriteria seperti relevansi, sebab-akibat dan peruntutan.
e. Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi dan pola-pola materi
yang dihadapi.
f. Dapat meramalkan sudut pandang, kerangka acuan dan tujuan materi yang
dihadapinya.
Pada taraf ini siswa harus dapat menerangkan kaitan-kaitan yang ada
dalam hal yang diajarkan. Pekerjaan tersebut baru dapat dilaksanakan bilamana
siswa sebelumnya telah menganalisisnya. Selain dapat menerangkan kaitan-kaitan
yang mungkin dari hal yang telah diajarkan, siswa juga harus dapat membuat
kombinasi unsur-unsurnya menjadi satu kesatuan. Siswa dipaksa melakukan kerja
pikir sendiri. Tetapi ini belum merupakan kerja pikir yang lengkap karena pada
taraf ini siswa hanya membuat analisis kemudian mengumpulkan kembali.
Mencetuskan hasil pikiran baru belum termasuk di dalamnya.
Menurut Anderson dalam buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing menjelaskan bahwa “Analyze involves breaking material into its
constituent parts and determining how the parts are related to one another and to
an overall structure. This process category include the cognitive processed of
differentiating, organizing, and attributing.” 26
Penulis mencoba memahami penjelasan Anderson yang menyatakan
bahwa, analisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi
25
Nana Sudjana, Opcit, h. 27.
26
Lorin W. Anderson, A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assessing, New York
h. 79.
20

bagain-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan


satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Kemampuan
yang sering disepadankan dengan analisis adalah kemampuan membedakan
(differentiating), dan mengorganisasi (organizing). Differentiating meliputi
kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk
yang sesuai. Misalkan, ketika seorang siswa membedakan antara ”apel” dan
”jeruk” dalam konteks buah, apabila dilihat dari sisi ”biji”nya tepat dijadikan
aspek pembeda, sedangkan apabila dilihat dari sisi ”warna” dan ”bentuk” nya
tidak tepat sebagai aspek pembeda. Organizing meliputi kemampuan
mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling
terkait.
Analisis menekankan pada kemampuan merinci suatu unsur pokok
menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antara bagian tersebut. Ditingkat
analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan analisis adalah kemampuan
memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana
bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut
dengan keseluruhannya. Contohnya dalam pembelajaran fisika semester dua kelas
X dalam konsep listrik dinamis, siswa harus mampu menganalisis dan
mengidentifikasi jumlah arus yang masuk dan arus yang keluar pada suatu
rangkaian, melalui penganalisaan hukum khirchoff.
Kecakapan kemampuan menganalisis pada aspek kognitif menurut Bloom
yaitu: Analisis (C4), merupakan kemampuan untuk menganalisa atau merinci suatu
situasi atau pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan
memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Dengan
analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan
dapat memilahkan intergitas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu,
umpamanya tentang prosesnya, cara kerjanya, dan sistematikanya.
21

4. Konsep Listrik Dinamis


Listrik dinamis mempelajari tentang muatan-muatan listrik bergerak yang
menyebabkan munculnya arus listrik.27
a. Peta Konsep
RANGKAIAN
Paralel LISTRIK ARUS Seri
SEARAH

memenuhi
cirinya cirinya

Hukum Hukum I Hukum II


Ohm Kirchhoff Kirchhoff

Tegangan pada Kuat Arus yang


Tiap Komponen Melalui Tiap
Sama Komponen Sama

Gambar 2.1 Peta Konsep Listrik Dinamis

b. Definisi Arus Listrik


Pada abad ke-18, para ilmuan memperkirakan bahwa listrik adalah
semacam zat yang dapat mengalir melalui kawat. Setelah elektron ditemukan pada
abad ke -20, barulah diketahui bahwa di dalam konduktor logam terdapat elektron
bebas yang dapat bergerak bebas dan menghasilkan arus listrik. Didalam cairan
elektrolit, ion-ion positif dan negatif dapat juga bergerak dan menghasilkan arus
listrik. Elektron mengalir dari potensial rendah kepotensial tinggi sedangkan arus
listrik mengalir dari potensial tinggi kepotensial rendah. Kuat arus didefinisikan

27
Marthen Kanginan, FISIKA Untuk SMA Kelas X.(Jakarta: Erlangga, 2006), h. 269
22

sebagai banyaknya muatan yang mengalir melalui suatu penampang konduktor


setiap satu satuan waktu.28:
I= …………………………………….(2.1)

Keterangan: I = kuat arus listrik (Ampere),


Q = muatan listrik (coulomb)
t = waktu (sekon)
Alat ukur kuat arus listrik adalah ampermeter.
Alat ukur tegangan/beda potensial adalah voltmeter.

c. Rangkain listrik arus searah


1) Faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar
v

∆v
∆i
O I
Gambar 2.2 Jika Suhu Dijaga Tetap Maka untuk Suatu Kawat Listrik
R= Adalah Tetap (Hukum Ohm)

Bunyi hukum ohm adalah besar kuat arus didalam suatu penghantar
sebanding dengan beda potensial.
Selain suhu faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan listrik adalah
panjang kawat penghantar (L), hambatan jenis penghantar (ρ) dan luas
penampang kawat penghantar (A),
Maka persamaan hambatan listrik :
R=ρ ………………………………….(2.2)

28
Kamajaya , Cerdas Belajar Fisika, Grafindo Media Pratama, Jakrta :2008 Cet.II hal
254
23

2) Hukum I Kirchhoff tentang Arus

A
Ampermeter A Ampermeter D
D

B
Ampermeter B
C

Ampermeter C
Gambar 2.3 Semua Bacaan Ampermeter dari A sampai D adalah sama.

Seperti telah diketahui bahwa dalam suatu rangkaian yang tidak


bercabang, kuat arus dibagian apa saja sama besarnya
Namun kuat arus pada rangkaian bercabang ditentukan dengan Hukum I
Khirchhoff sebagai berikut:
Pada rangkaian listrik yang bercabang, jumlah kuat arus yang masuk pada
suatu cabang sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang itu.
∑I masuk = ∑I keluar

3) Susunan Seri-Paralel Penghambat Listrik


Untuk penghambat-penghambat listrik yang disusun seri, hambatan
penggantinya sama dengan jumlah hambatan tiap-tiap penghambat.
Rs = = R1 + R2 + R3 + …. ………………………….(2.3)
Susunan seri bertujuan untuk memperbesar hambatan suatu rangkaian
Untuk penghambat-penghambat listrik yang disusun paralel, kebalikan
hambatan penggantinya sama dengan jumlah kebalikan hambatan dari tiap-tiap
penghambatnya.
= = + + + …. ………………………………(2.4)

Susunan paralel bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu rangkaian.


Susunan seri paralel terdapat masing-masing empat prinsip susunan
penghambat-penghambat listrik diantaranya:29

29
Marthen Kanginan, Opcit. hal.285.
24

a) Empat prinsip susunan seri penghambat-penghambat listrik


1) Susunan seri bertujuan untuk memperbesar hambatan suatu rangkaian.
2) Kuat arus melalui tiap-tiap penghambat sama, yaitu sama dengan kuat arus
yang melalui hambatan pengganti serinya.
I1 = I2 = I3 = … Iseri ……………………………………(2.5)
3) Tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan jumlah
tegangan pada ujung-ujung tiap penghambat.
Vseri = V1 + V2 + V3 + … ………………………………....(2.6)
4) Susunan seri berfungsi sebagai pembagi tegangan di mana tegangan pada
ujung-ujung tiap penghambat sebanding dengan hambatannya.
V1 : V2 : V3 : … = R1 : R2 : R3 : … ………………………………(2.7)
Jadi V1 + V2 + V3 + … = V, maka

; ………..(2.8)

b) Empat prinsip susunan paralel penghambat-penghambat listrik


1) Susunan paralel bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu rangkaian.
2) Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama dengan tegangan
pada ujung-ujung hambatan pengganti paralelnya.
V1 = V2 = V3 = … Vparalel
3) Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan jumlah kuat
arus yang melalui tiap-tiap komponen.
Iparalel = I1 + I2 + I3 + … …………………………………………(2.9)
4) Susunan paralel berfungsi sebagai pembagi arus di mana kuat arus yang
melalui tiap-tiap komponen sebanding dengan kebalikan hambatannya.
I1 : I2 : I3 : … = : : :… …………………………………(2.10)
25

4) Hukum II Kirchhoff Tentang Tegangan


Hukum II Kirchhoff tentang tegangan menyatakan didalam sebuah
rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε) dengan penurunan
tegangan (IR) sama dengan nol.
Dirumuskan: Σε + ΣIR = 0 30 ………………(2.11)
Σ ε = jumlah GGL atau sumber arus listrik (baterai)
I = arus listrik
R = hambatan listrik
Dalam hukum II Khirchhoff terdapat perjanjian tanda sebagai berikut:
a. Kuat arus bertanda positif jika searah dengan arah loop yang kita tentukan, dan
negatif jika berlawanan dengan arah loop yang kita tentukan.
Misalnya jika kita tetapkan arah loop adalah searah dengan jarum jam (lihat
gambar 2.4 a) maka kuat arus I berarah ke A dan B searah dengan arah loop,
sehingga I bertanda positif.
Jika kita tetapkan arah loop adalah berlawanan arah dengan jarum jam, maka
kuat arus I dari A dan B berlawanan arah dengan arah loop, sehingga I bertanda
negatif (lihat gambar 2.4 b)
b. Bila saat mengikuti arah loop, kutub positif sumber tegangan dijumpai lebih
dahulu daripada kutub negatifnya, maka ggl ɛ bertanda positif, dan negatif bila
sebaliknya.
Misalkan kita mengikuti arah loop abcda (lihat gambar 2.4 c). pada saat
mengikuti arah loop dari b ke c, kutub negatif sumber tegangan ɛ 2 dijumpai
lebih dahulu daripada kutub positifnya, sehingga ɛ 2 bertanda negatif.
Sedangkan ketika mengikuti arah loop dari d ke a, kutub positif sumber
tegangan ɛ 1 dijumpai lebih dahulu daripada kutub negatifnya, sehingga ɛ 1
bertanda positif.31

30
Ibid, h. 295.
31
Ibid, h. 296.
26

I -I
A BA B

arah loop arah loop

(a) (b)
a b

arah loop
ɛ1 ɛ2

d c
(c)
Gambar 2.4 Arah Loop Hukum Kirchooff II
27

5. Penelitian Relevan
Sebelum penulis melakukan penelitian ini, telah banyak peneliti yang
membahas tentang pembelajaran pemecahan masalah diantarnya adalah dijelaskan
oleh:
a. Gamze Sezgin Selcul, dkk (2008) dalam jurnal yang berjudul The Effects Of
Problem Solving Intruction On Physics Achievement. Problem Solving
Performance And Strategy Use, mengemukakan bahwa Findings of the study
indicate that strategy introduction was effective on physics achievement
problem solving performance, and strategy use. The implication of these result
for physics introduction are discussed32 yang berarti temuan penelitian
menunjukkan bahwa strategi pendahuluan efektif untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah fisika, dan strategi yang digunakan. Dampak
dari hasil tersebut untuk fisika dasar masih didiskusikan.
b. Tolga gok, dkk (2010) dalam jurnal yang berjudul The Effects Of Problem
Solving Strategies On Students Achievement, Attitude and Motivation, Tolga
gok, dkk mengemukakan bahwa in conclusion , it was found that the averages
of the experimental group’s achievement, motivation, strategy level, and
attitude were found to be higher the control group’s. according to the
experimental data, gender didn’t effect the physics achievement of students. It
was concluded that problem solving strategies was more effective in
cooperative learning than conventional teaching33 yang berarti ditemukan rata-
rata prestasi, motivasi, tingkat strategi, dan sikap kelompok eksperimen
ditemukan lebih tinggi dari kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian jenis
kelamin tidak berpengaruh terhadap kemampuan fisika siswa. Kesimpulannya,
strategi pemecahan masalah lebih efektif pada pembelajaran kooperatif
daripada pembelajaran konvensional.
c. Tolga gok, dkk (2008) dalam jurnal yang berjudul Effects Of Problem Solving
Strategies Teaching On The Problem Solving Attitudes of Cooperative
Learning Group In Physics Education, menjelaskan bahwa It was found that

32
Gamze sezgin selcul, dkk, Opcit, h. 151
33
Tolga gok, dkk, Opcit, h. 7
28

the everage of strategy teaching group’s achivemenet, attitude and problem


solving was much higher than control groups achievement34yang berarti
ditemukan bahwa rata-rata, sikap prestasi strategi pembelajaran kelompok dan
pemecahan masalah jauh lebih tinggi dari pencapaian kelompok kontrol
d. Jurnal yang berjudul Pemecahan Masalah dan Penggunaan Strategi Pemecahan
Masalah, menjelaskan bahwa Kemampuan memecahkan masalah sebagian
dapat ditingkatkan melalui penyuburan kebiasaan berpikir serius dan strategi
umum untuk menyelesaikan tugas-tugas kognitif. 35
e. Skripsi yang bejudul Pengaruh Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis Siswa pada Konsep Listrik Dinamis,
menjelaskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh dari
penggunaan metode pemecahan masalah terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa pada konsep listrik dinamis, upaya yang dilakukan adalah pemberian tes
keterampilan berpikir kritis dengan empat indikator, lembar masalah dan 10
pertanyaan kuisioner pada kelas eksperimen, hasil penelitian menjelaskan
bahwa, Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode (problem
solving) pemecahan masalah terhadap keterampilan berfikir kritis siswa pada
konsep listrik dinamis36
f. Skripsi yang berjudul, Implemetasi Strategi Problem Solving pada
Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika SMA,
menjelaskan bahwa, Terdapat peningkatan prestasi belajar fisika SMA
menggunakan strategi pemecahan masalah pada pembelajaran kooperatif.37
g. Skripsi yang berjudul, Implementasi Pembelajaran Matematika Melalui
Pendekatan Langkah–Langkah Polya Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa,
menjelaskan bahwa Terdapat peningkatan pembelajaran matematika melalui
pendekatan langkah-langkah Polya jika ditinjau dari kemampuan awal siswa.38

34
Tolga gok, dkk,Opcit, h.253
35
Jenius P. Purba, Opcit, h. 8
36
Suryani, Opcit, h. i
37
Nenden, Opcit, h.i
38
Dwi Fadilah Musfiroh, Opcit, h.i
29

h. Skripsi yang berjudul, Perbanding Antara Metode Problem Solving dan Metode
Problem Posing terhadap Hasil Belajar Fisika, menjelaskan masalah pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika dengan
menggunakan metode problem solving dan dengan menggunakan metode
problem posing, upaya yang dilakukan adalah pemberian tes hasil belajar dan
angket, hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara
siswa yang menggunakan metode problem solving dengan siswa yang
menggunakan metode problem posing. 39
i. Skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Pemecahan
Masalah terhadap Hasil Belajar Siswa, menjelaskan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah penggunaan model pembelajaran pemecahan masalah
berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa, usaha yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah pemberian instrument tes hasil belajar pada kelas
eksperimen, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Pembelajaran
menggunakan model pemecahan masalah memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar biologi40
j. Skripsi yang berjudul, Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Metode Resitasi, menjelaskan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa, usaha yng dilakukan dalam penelitian ini adalah
pemberian tes kemampuan pemecahan masalah matematika, lembar observasi,
catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ini adalah
Penerapan metode resitasi dalam pembelajaran matematika dapat
41
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
k. Skripsi yang berjudul, Meningkatkan Pemahaman Konsep Zat Aditif pada
Makanan yang Terintegrasi Nilai Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah,
menjelaskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penedekatan

39
Zhuraidah, Opcit, h. i
40
Siti Jubaidah, Opcit, h. i
41
Nour Faizah, Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Dengan Metode Resitasi, (Jakarta: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN), h. i
30

pemecahan masalah dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep zat


aditif pada makanan, usaha yang dilakuan dalam penelitian ini adalah
pemberian tes instrument pemahaman siswa pada konsep zat aditif dan angket,
hasil penelitan ini menjelaskan bahwa proses pembelajaran IPA dengan
pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan pemahaman siswa42
Beberapa point diatas menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan
model pemecahan masalah lebih memberikan dampak yang positif terhadap
pembelajaran, baik untuk meningkatkan hasil belajar, kemampuan berpikir kritis
maupun prestasi belajar. Model pemecahan masalah yang menggunakan metode
kooperatif juga dapat meningkatkan sikap, motivasi dan prestasi siswa.

B. Kerangka Berpikir
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu
menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/ konsep belaka. Penumpukan
informasi atau konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan
tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru
kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air kedalam sebuah gelas
(Rampengan 1993 : 1). Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal
yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak
pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman
konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan,
dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar
yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek
didik.43
Konsep listrik dinamis yang diajarkan di kelas X semester genap
merupakan konsep yang relatif dalam kategori sulit, hal ini didapat dari hasil
survei penulis pada saat penulis mengadakan PPKT disalah satu sekolah

42
Iyo Yanuar, Meningkatkan Pemahaman Konsep Zat Aditif pada Makanan yang
Terintegrasi Nilai Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah, i, (Jakarta: Program Studi
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN), h. i
43
Trianto,Opcit, h.65
31

menengah atas di Jakarta. Bukan hanya membutuhkan pemahamn konsep namun


juga konsep listrik dinamis yang bersifat matematis membutuhkan daya analisis
yang tinggi.
Kemampuan analisis merupakan kemampuan peserta didik untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan
diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang
lainnya.
Sekarang ini begitu banyak para ahli pendidikan atau peneliti yang
membahas tentang pemecahan masalah namun penulis telah melakukan studi
pustaka tentang beberapa model pemecahan masalah yang dijelaskan pada bab
pendahuluan, penulis memilih model pemecaham masalah yang dikemukakan
oleh Polya karena penulis mengangap bahwa model pemecahan masalah Polya
lebih sistematis dan efisien untuk mengembangkan kemampuan analisis siswa
serta memecahkan masalah yang bersifat matematis seperti konsep listrik dinamis.
Masalah diatas memberi inspirasi penulis untuk membuat bagan kerangka
berpikir seperti dibawah ini:
32

Kemampuan
Analisis Siswa
Rendah

Siswa Tidak Mampu


Mengerjakan Soal
Listrik Dinamis yang
Bersifat Matematis

Pembelajaran Menggunakan Model


Pemecahan Masalah Polya

Kemampuan Analisis Siswa


Meningkat dan Siswa Terbiasa
Memecahkan Masalah pada
Konsep Listrik Dinamis

Siswa dapat Mengerjakan


Soal Listrik Dinamis yang
Bersifat Matematis

Model Pemecahan Masalah Polya dapat


Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa
pada Konsep Listrik Dinamis

Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir.


33

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dalam penelitian pengaruh model
pemecahan masalah Polya terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep listrik
dinamis, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho :Tidak terdapat pengaruh model pemecahan masalah Polya terhadap
kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis.
Ha :Terdapat pengaruh model pemecahan masalah Polya terhadap
kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis.
34

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen, yaitu metode penelitian
yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanana eksperimen.
44
Dalam penelitian kuasi eksperimen, tidak dilakukan randomisasi untuk
memasukan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tanggerang Selatan pada kelas
X semester genap tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret sampai bulan April 2011.

C. Desain Penelitian
Desain penelitain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group
Design. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:45
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Tretment Postest
Eksperimen O1 XE O2
Kontrol O1 XK O2
Keterangan:
O1 = Pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
O2 = Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
XE = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen berupa model pemecahan masalah
Polya dengan metode diskusi kelompok
XK = Perlakuan terhadap kelompok kontrol berupa metode diskusi kelompok.

44
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D,
(Bandung;Alfabeta) 2006, h 77.
45
Ibid, h.79
35

D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
Persiapan yang dilakukan berupa penyelesaian waktu belajar di sekolah
dengan satuan pelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Juga
penyusunan materi dan rencana pembelajaran dalam mengajarkan dengan model
pemecahan masalah Polya pembuatan dan pengujian instrument penelitian berupa
tes kemampuan analisis , kuisioner tanggapan siswa terhadap pembelajaran.
2. Tahap pelaksanaan
Sebelum Pembelajaran dimulai maka diberikan soal pretest kepada kelas
kontrol dan kelas eksperimen, pelaksanaan dimulai dari penggunaan model
pemecahan masalah Polya dikelas eksperimen yang menjadi objek penelitian yang
dilaksanakan oleh peneliti dan posisi guru yang bersangkutan adalah sebagai
observer.
3. Tahap pengetesan kemampuan analisis
Setelah pokok bahasan tersebut selesai diajarkan maka diadakan tes
keterampilan berpikir analisis dengan instrumen yang sudah teruji validitasnya
dan juga pemberian kuisioner.

E. Populasi dan Sampel


Populasi menurut Babbie tidak lain adalah elemen penelitian yang hidup
dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian.46
Sedangkan sebagian jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data disebut
sampel atau cuplikan.47 Populasi target penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1
Tangerang Selatan, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas X SMA Negeri 1
Tangerang Selatan.

46
Sukardi Ph.D. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008) cet. 4. h. 53
47
Ibid, h. 54
36

F. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel menggunakan multiple stage cluster
sampling, dari pemilihan sekolah sampai pemilihan kelas. Dari seluruh siswa
SMA Negeri 1 Tangerang Selatan dipilih dua kelas secara acak.

G. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu: Implementasi model
pemecahan masalah Polya sebagai variabel bebas (variabel X) dan kemampuan
analisis siswa sebagai variabel terikat (variabel Y).

H. Teknik Pengumpulan Data


Data diambil dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol,
dimana keduanya diberikan instrumen tes berupa soal pretest dan posttest, pada
kelas eksperimen diberi perlakuan model pembelajaran pemecahan masalah Polya
dengan metode diskusi kelompok dan kelas kontrol diberikan perlakuan metode
diskusi kelompok tanpa menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah
Polya. Sedangkan instrumen nontest berupa kuisioner untuk mengetahui respon
dan tanggapan siswa pada pembelajaran pemecahan masalah Polya.

I. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan
analisis dan kuisioner
1. Tes kemampuan analisis
Soal tes diberikan sebanyak 6 butir soal untuk mengukur kemampuan
analisis siswa disusun dalam bentuk uraian. Soal yang diberikan disusun
berdasarkan indikator kemampuan analisis yaitu kemampuan membedakan
(differentiating), mengorganisasi (organizing) dan menghubungkan (attributing)
2. Kuisioner
Kuisioner diberikan sebanyak 15 butir pertanyaan digunakan untuk
mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap tindakan pembelajaran dengan
model pemecahan masalah Polya. Kuisioner disajikan dalam bentuk daftar cocok
37

(check list) dengan dua pilihan jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”. Kusioner
terlampir.
Tes yang diberikan terlebih dahulu diuji cobakan melalui uji validitas, uji
reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengolahan data uji coba soal, sebagai berikut.
1. Uji Validitas Instrumen
Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi. Validitas suatu
alat ukur menunjukan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya
diukur oleh alat ukur tersebut, validitas menunjukan sejauh mana alat ukur
tersebut memenuhi fungsinya.
Validitas item tes berbentuk uraian, digunakan rumus korelasi product
moment, yaitu :
N  XY   X  Y 
rxy 
N  X 2

  X  N  Y 2   Y 
2 2
 ......................(3.1)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan

X = skor tiap butir soal


Y = skor total tiap butir soal
N = jumlah siswa
Berikut ini tabel interpretasi validitas :
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas48
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < r  1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r  0,80 Tinggi
0,40 < r  0,60 Cukup
0,20 < r  0,40 Rendah
0,00  r  0,20 Sangat Rendah

48
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2009)Ed. Rev. Cet. 9, h. 75.
38

2. Uji Reliabilitas Instrumen


Reliabilitas tes merupakan ukuran sejauh mana alat ukur tersebut
memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan
seseorang. Suatu tes dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi apabila
pegukuran yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tes tersebut terhadap
subjek yang sama akan memberikan hasil yang sama atau mendekati sama.
Reliabilitas tes uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut:

r11 = ……………………..(3.2)

keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicari, = jumlah varian skor tiap-tiap item, = varian
total

dimana : = ……………………..(3.3)

keterangan:
= varian total, = jumlah kuadrat skor total, = kuadrat jumlah skor
total, N = jumlah peserta tes.
Klasifikasi untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas suatu tes adalah
sebagai berikut :49

0,00  r  0,20 : reliabilitas kecil


0,20 < r  0,40 : reliabilitas rendah
0,40 < r  0,70 : reliabilitas sedang
0,70 < r  0,90 : reliabilitas tinggi
0,90 < r  1,00 : reliabilitas sanga tinggi

49
Yanti Herlanti, Science Education Research, (Jakarta: tidak diterbitkan, 2006) h. 21
39

3. Taraf Kesukaran Butir Soal


Taraf kesukaran butir soal adalah bagian dari keseluruhan siswa yang
menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik memiliki 3 variansi,
yaitu mudah (25%), sedang (50%), dan sukar (25%).
Untuk menghitung taraf kesukaran suatu butir soal yang digunakan rumus
sebagai berikut:
P= ……………………..(3.4)

Keterangan :
P : taraf kesuaran butir soal
B : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis
JS : jumlah peserta tes
Berdasarkan harga P yang dimiliki masing-masing butir soal, dapat
diketahui butir soal mana yang tergolong sukar, sedang dan mudah. Butir soal
dengan P>0,75 tergolong mudah, butir soal dengan 0,25≤P≤0,75 tergolong
sedang, dan butir soal dengan P<0,25 tergolong sukar.

4. Daya Pembeda Soal


Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya
rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian
sama dengan soal pilihan ganda yaitu:50
B A BB
DP   ……………………..(3.5)
JA JB
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
B A = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

B B = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

J A = Banyaknya peserta kelas atas

50
Suharsimi Arikunto, Opcit, h. 213.
40

J B = Banyaknya peserta kelompok bawah


Setelah indek daya pembeda diketahui, maka harga tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda51


Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00  DP  0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang
0,20 < DP  0,40 Sedang (satisfactory)
0,40 < DP  0,70 Baik (good)
0,70 < DP  1,00 Baik sekali (excellent)

J. Teknik Analisis Data


Untuk penganalisaan data dalam penelitian ini digunakan uji statistik
dengan uji-t tetapi sebelumnya digunakan uji normalitas dan uji homogenitas
sebagai syarat dapat dilakukan dan dilaksanakannya analisis data.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
yang digunakan adalah dengn uji Liliefors, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Urutan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar
b. Tentukan nilai Zi = …………………………………..(3.6)

Keterangan : Zi = skor baku


Xi = skor data
X = nilai rata-rata
S = simpangan baku
Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai berdasarkan tabel Zi,
dan disebut dengan F(Zi) dengan aturan:

51
Ibid, h. 218.
41

Jika Zi > 0 maka =0,5 + nilai Z tabel


Jika Zi < 0 makah F (Zi) = 0,5 + nilai Z tabel
c. Selanjutnya hitung proposisi Z1, Z2, ……….Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi, jika proposisi ini dinyatakan dalam S (Zi) maka:
S (Zi) =

d. Hitunglah F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya


e. Ambil nilai terbesar antar harga-harga mutlak selisih tersebut nilai kita
namakan L0
f. Memberikan interpretasi, L0 dengan membandingkannya dengan Lt, Lt adalah
harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors.
g. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga L0 dan Lt yang telah didapat, apabila
L0 < Lt maka sampel berasal dari distribusi normal

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji Fisher, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis
Ho : varian populasi homogen
Hi : varian populasi tidak homogen
b. Bagi data menjadi dua kelompok
c. Cari masing masing kelompok nilai bakunya

d. Tentukan F hitung dengan rumus Fhit = = …………..(3.7)

Dimana : S2 = .…………..(3.8)

Keterangan : F = uji Fisher


S²𝜄 = varian terbesar
S22 = varian kecil
Adapun kriteria pengujiannya adalah :
Jika Fh ≤ Ft maka kedua data memiliki varian yang homogen
42

5. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dapat dilakukan apabila dua syarat tersebut
telah terpenuhi, yaitu data terdistribusi normal dan homogen, maka tekhnik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus “t-test” dengan
taraf signifikansi α = 0,05. Untuk menganalisis hasil eksperimen yang
menggunakan prestest-postest one group design maka rumus uji t yang digunakan
adalah :

Thit = dengan Sgab atau S = ……...(3.9)

Keterangan:
XE : Mean dari kelas eksperiemen
XK : Mean dari kelas kontrol
Sgab : Standar deviasi gabungan
nE : subjek pada sampel eksperimen
nK : subjek pada sampel kontrol
Apabila thitung lebih besar dari harga ttabel berarti dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh pembelajaran dengan model pemecahan masalah terhadap
kemampuan analisis siswa
kriteri pengujiannya:
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima
jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak
43

K. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah:
Ho : µE = µk
Ha : µE ≠ µk
Keterangan:
Ho = hipotesisi nol
Ha = hipotesis alternatif
µE = nilai rata-rata kemampuan analisis fisika siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah Polya.
µk = nilai rata-rata kemampuan analisis fisika siswa yang tidak diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah Polya.
44

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tangerang Selatan dengan
mengambil sampel sebanyak 64 siswa, yaitu 32 dari kelas X.6 (kelompok
eksperimen) dan 32 dari kelas X.2 (kelompok kontrol). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest pada konsep listrik dinamis.
Pretest dan posttest pada kelas kontrol dan eksperimen diperoleh setelah kedua
kelas diberi perlakuan yang berbeda. Selain menggunakan instrument test pada
kelas eksperiemen yang diberikan perlakuan model pemecahan masalah Polya
juga diberikan instrument berupa Angket atau Kuisioner yang digunakan untuk
mengetahui tanggapan siswa setelah diberi perlakuan model pemecahan masalah
Polya. (lihat lampiran 9).
Kelas eksperimen diberikan perlakuan model pemecahan masalah Polya
dengan metode diskusi kelompok dan kuis, pada kelas kontrol diberikan metode
diskusi kelompok tanpa pendekatan pemecahan masalah menggunakan kuis
berupa pertanyaan/masalah. Data diambil dengan cara memberikan instrumen tes
individu yang sama pada kedua kelas tersebut yang berupa tes uraian. Instrumen
yang digunakan berupa tes kemampuan analisis (C4), sehingga siswa
membutuhkan waktu yang cukup untuk menjawab tes dengan benar, waktu yang
tersedia adalah 2 jam pelajaran (2x45 menit).
Sebelum soal tes digunakan maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas
dengan mengujicobakan instrumen sebanyak 10 soal. Uji coba dilakukan pada
kelas diluar kelompok sampel. Setelah dilakukan uji validitas terdapat 4 soal yang
tidak memenuhi syarat validitas, sehingga jumlah soal yang digunakan dalam
instrumen tes sebanyak 6 soal (lihat lampiran 7).
Instrumen tes yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan
daya pembedanya diberikan kepada siswa-siswa kelompok sampel. Setelah
45

mendapat hasil tes dan memberikan penilaian, peneliti mencatat keseluruhan


nilainya sebagai berikut. (lihat lampiran 11).

a. Deskripsi Data Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen


Dari data yang terlampir dapat dilihat dalam sebuah histogram sebagai
berikut;

Gambar 4.1 Histogram Pretest Kemampuan Analisis Siswa


Kelompok kontrol dan Eksperimen

Dari histogram diatas terlihat bahwa nilai pretest kemampuan analisis


mengalami perbedaan namun tidak signifikan, pada kelas eksperimen dan kontrol
siswa yang mendapat nilai interval minimum (25 – 30) yaitu 6 siswa, begitu juga
untuk nilai interval 31 – 36 terdapat 6 siswa sedangkan pada interval 37 – 42
terdapat perbedaan kelas eksperimen 8 siswa sedangkan kelas kontrol terdapat 7
siswa, dan interval 43 – 48 terdapat perbedaan yang cukup mencolok kelas
eksperimen terdapat 2 siswa, kelas kontrol terdapat 6 siswa sedangkan interval
selanjutnya yaitu nilai interval 49 – 51 kelas eksperimen 9 orang dan kelas kontrol
7 orang, sedangkan interval nilai maksimum (55 – 60) kelas eksperimen lebih
unggul karena terdapat 1 siswa sedangkan kelas kontrol tidak ada yang mendapat
46

nilai lebih dari 51. Demikian bisa terlihat bahwa terdapat perbedaan yang tidak
signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, namun tetap kelas
eksperimen lebih unggul sedikit dibandingkan dengan kelas kontrol.

b. Deskripsi Data Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen


Dari data yang terlampir dapat dilihat dalam sebuah histogram sebagai
berikut.

Gambar 4.1 Histogram Posttest Kemampuan Analisis Siswa


Kelompok kontrol dan Eksperimen

Histogram diatas menjelaskan bahwa interval nilai posttest kemampuan


analisis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan yang
signifikan, pada interval nilai minimum (25 – 34) kelas eksperimen terdapat 1
siswa sedangkan kelas eksperiemen terdapat 4 siswa, pada interval selanjutnya
yaitu 35 – 44 terdapat perbedaan yang signifikan kelas eksperimen tidak ada yang
mendapat nilai interval itu sedangkan kelas kontrol 7 siswa, begitu pula interval
45 – 54 terdapat perbedaan interval yang sangat signifikan kelas eksperimen tidak
ada yang mendapat nilai interval itu sedangkan kelas kontrol terdapat 16 siswa,
berbeda dengan interval nilai sebelumnya interfal 55 – 64 kelas eksperimen
47

terdapat 6 siswa sedangkan kelas kontrol 5 siswa, pada interval selanjutnya


sampai interval maksimum (85 – 94) kelas eksperimen lebih unggul dari pada
kelas kontrol, siswa kelas kontrol mendapat nilai maksimum pada interval (55 –
64), sedangkan pada kelas ekperimen 85 – 94 menjadi interval maksimum. Hal ini
menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan perolehan nilai
posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen jauh
di atas kelas kontrol.
Dari keseluruhan data pretest dan posttest dari tiap-tiap kelompok sampel
yang berjumlah masing-masing 32 siswa didapat nilai rata-rata dan standar deviasi
yang ditunjukan oleh tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest dan Posttest


Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
No Data
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 N 32 32 32 32
2 Rata-rata 40,4 74,5 39,8 46,6
3 SD 9,4 12,4 9,4 9,4

Berdasarkan hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) pengolahan data
penelitian mengenai kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis untuk
kelas eksperimen (n = 32) didapatkan perolehan nilai rata-rata pretest dan posttest
siswa adalah 40,4 dan 74,5 dengan standar deviasi 9,4 dan 12,4. Sedangkan untuk
kelas kontrol (n = 32) diperoleh nilai rata-rata 39,8 dan 46,6 dengan standar
deviasi 9,5 dan 9,4. Dalam tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) ini
didapatkan kesimpulan bahwa perolehan nilai rata-rata eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan perolehan kelas kontrol.
48

Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t untuk melihat


adanya peningkatan dari perlakuan yang diberikan, maka diperlukan pengujian
persyaratan analisis dengan menggunakan analisis parametrik, sebagai berikut:

2. Hasil Uji Normalitas


Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data
berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan yaitu:
Jika Lhitung < Ltabel : berarti data berdistribusi normal
Lhitung > Ltabel ; berarti data tidak berdistribusi normal
Hasil uiji skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperiemn
dan Kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
No Data
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 N 32 32 32 32
2 Rata-rata 40,4 74,5 39,8 46,6
3 SD 9,4 12,4 9,4 9,4
4 Lhitung 0,1484 0,1469 0,1299 0,0632
5 Ltabel 0,1566 0,1566 0,1566 0,1566
Lhitung < Ltabel Lhitung < Ltabel
Kesimpulan
(Distribusi Normal) (Distribusi Normal)

Pengujian dilakukan dengan uji Lilifors pada taraf signifikansi 95% (α =


0,05) untuk n = 32. Dari tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok
berdistribusi normal kerena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel.
49

3. Hasil Uji Homogenitas


Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan uji Fisher. Kriteria
pengujian digunakan sebagai berikut.
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, berarti kedua data tersebut homogen.
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, berarti kedua data tersebut tidak homogen.
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas pretest dan
posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu:

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok


Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Data Statistik
Pretest Posttest
S 1 2 eksperimen 88,36 S 1 2 eksperimen 153,76
S 2 2 kontrol 88,39 S 2 2 kontrol 88,36
Fhitung 1 Fhitung 1,740
Ftabel 1,772 Ftabel 1,772
Kesimpulan Kesimpulan
Fhitung <Ftabel Fhitung <Ftabel
(varians kedua kelompok homogen) (varians kedua kelompok homogen)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan Fhitung pretest sebesar 1 dengan n


= 64 pada taraf signifikan 95% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,772 dan Fhitung
posttest sebesar 1,740 dengan n = 64 pada taraf signifikan 95% (α = 0,05)
diperoleh Ftabel sebesar 1,772. Kedua kelompok memenuhi kriteria Fhitung <Ftabel
maka kedua kelompok tersebut bersifat homogen.

4. Hasil Uji Hipotesis


Setelah data berdistribusi normal dan bersifat homogen selanjutnya adalah
penggunaan uji-t, yaitu pengujian hipotesis untuk menguji hipotesis nihil (Ho)
yang menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan kemampuan analisis siswa
50

pada konsep listrik dinamis dalam menggunakan model pemecahan masalah


Polya. kriteria hasil uji t adalah:
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima
Jika thitung >ttabel maka Ho ditolak

Tabel 4.4 Hasil Uji t Kemampuan Analisis Siswa Pretest dan Posttest
kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kesimpulan
Variabel Jumlah Sampel thitung ttabel
Data
NE = 32
Pretest 0,255 1,999 Ha ditolak
Kemampuan Nk = 32
analisis siswa NE =32
Posttest 10,142 1,999 Ha diterima
Nk = 32

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh uji t pretest thitung = 0,255 dan posttest
thitung = 10,142 dengan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan (df/db = 32
+ 32 -2 = 62), maka diperoleh ttabel sebesar 1,999. Maka uji t pretest thitung < ttabel -
(0255<1,999) adalah menerima Ho dan menolak Ha dan uji posttest thitung >ttabel
(10,142 > 1,999) adalah menerima Ha dan menolak Ho. Kesimulan dari data yang
diperoleh menyatakan bahwa model pemecahan masalah Polya yang diterapkan
pada konsep listrik dinamis dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa.

5. Pengolahan Data Angket


Instrumen angket atau kusioner diberikan semata-mata bertujuan untuk
melihat tanggapan siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah Polya,
seberapa pengaruhnya model pemecahan masalah siswa untuk meningkatkan
motivasi sehingga siswa paham dan akhirnya dapat menganalisis soal-soal listrik
dinamis yang bersifat matematis.
Angket tanggapan siswa tentang model pemecahan masalah Polya terdapat
lima indikator, dan setiap indikator terdapat tiga pertanyaan yang berbeda namun
untuk tujuan yang sama, sehingga pertanyaan berjumlah lima belas butir. (lihat
lampiran 9, halaman 85).
51

Setelah angket terkumpul dan diberikan skor dari setiap jawaban atau
pernyataan-pernyataan yang ada dalam angket, maka data yang didapat dari
setiap item pernyataan dimasukan kedalam tabel yang didalamnya terdapat
persentase dengan menggunkan rumus:

P= 100 %

Masing-masing indikator dan perhitungannya dapat dilihat dari tabel 4.5


sampai tabel 4.9.

Tabel 4.5 Indikator Meningkatkan Motivasi dan Berperan Aktif


No Indikator Butir X F FX ∑FX P(%)
1 Meningkatkan Motivasi dan berperan 1 1 27 27 70 72,9%
aktif 0 5 0
4 1 16 16
0 16 0
5 1 27 27
0 5 0

Indikator meningkatkan motivasi dan berperan aktif terdapat 3 pertanyaan


yaitu pertanyaan butir 1, 4, dan 5. Pertanyaan 1 yaitu 27 siswa menjawab “Ya”
(termotivasi dan berperan aktif) sisanya 5 siswa menjawab “Tidak” (tidak
termotivasi dan berperan aktif), butir pertanyaan 4 yaitu 16 siswa menjawab “Ya”
dan 16 siswa menjawab “Tidak” dan butir pertanyaan 5 yaitu 27 siswa menjawab
“Ya” dan sisanya 5 siswa menjawab “Tidak”, secara keseluruhan diperoleh bahwa
72,9% siswa lebih termotivasi dan lebih berperan aktif dalam pembelajaran
pemecahan masalah Polya.
52

Tabel 4.6 Indikator kebebasan Berpendapat


No Indikator Butir X F FX ∑FX P(%)
2 Kebebasan berpendapat 6 1 30 30 72 75%
0 2 0
7 1 24 24
0 8 0
8 1 18 18
0 14 0

Indikator kebebasan berpendapat terdapat 3 pertanyaan yaitu pertanyaan


butir 6, 7, dan 8. Pertanyaan 6 yaitu 30 siswa menjawab “Ya” (diberi kebebasan
berpendapat) sisanya 2 siswa menjawab “Tidak” (tidak diberi kebebasan
berpendapat), butir pertanyaan 7 yaitu 24 siswa menjawab “Ya” dan 8 siswa
menjawab “Tidak”, dan butir pertanyaan 8 yaitu 18 siswa menjawab “Ya” dan
sisanya 14 siswa menjawab “Tidak”, secara keseluruhan diperoleh bahwa 75%
siswa lebih diberikan kebebasan berpendapat dalam pembelajaran pemecahan
masalah Polya.

Tabel 4.7 Indikator Mengembangkan Konsep Siswa


No Indikator Butir X F FX ∑FX P(%)
3 Mengembangkan konsep siswa 2 1 22 22 59 61,5%
0 10 0
9 1 14 14
0 18 0
10 1 23 23
0 9 0

Indikator mengembangkan konsep siswa terdapat 3 pertanyaan yaitu


pertanyaan butir 2, 9, dan 10. Pertanyaan 2 yaitu 22 siswa menjawab “Ya” (dapat
mengembangkan konsep) sisanya 10 siswa menjawab “Tidak” (tidak dapat
mengembangkan konsep), butir pertanyaan 9 yaitu 14 siswa menjawab “Ya” dan
53

18 siswa menjawab “Tidak”, dan butir pertanyaan 10 yaitu 23 siswa menjawab


“Ya” dan sisanya 9 siswa menjawab “Tidak”, secara keseluruhan diperoleh bahwa
61,5% siswa lebih dapat mengembangkan konsep siswa yang sebelum
pembelajaran siswa tidak mengetahui namun sesudah pembelajaran memecahkan
masalah siswa menjadi mengetahui informasi tentang listrik dinamis dalam
pembelajaran pemecahan masalah Polya.

Tabel 4.8 Indikator Pembelajaran dapat Meningkatkan Kemampuan


Analisis
No Indikator Butir X F FX ∑FX P(%)
4 Pembelajaran dapat meningkatkan 3 1 28 28 64 66,7%
kemampuan analisis 0 4 0
11 1 23 23
0 9 0
12 1 13 13
0 19 0

Indikator dapat meningkatkan kemampuan analisis terdapat 3 pertanyaan


yaitu pertanyaan butir 3, 11, dan 12. Pertanyaan 3 yaitu 28 siswa menjawab “Ya”
(dapat meningkatkan kemampuan analisis) sisanya 4 siswa menjawab “Tidak”
(tidak dapat meningkatkan kemampuan analisis), butir pertanyaan 11 yaitu 23
siswa menjawab “Ya” dan 9 siswa menjawab “Tidak”, dan butir pertanyaan 12
yaitu 13 siswa menjawab “Ya” dan sisanya 19 siswa menjawab “Tidak”, secara
keseluruhan diperoleh bahwa 66,7% siswa lebih dapat dapat meningkatkan
kemampuan analisis dalam pembelajaran pemecahan masalah Polya
54

Tabel 4.9 Indikator Dapat Mengerjakan Soal Listrik Dinamis


No Indikator Butir X F FX ∑FX P(%)
5 Dapat mengerjakan soal listrik dinamis 13 1 24 24 71 74%
0 8 0
14 1 21 21
0 11 0
15 1 26 26
0 6 0

Indikator dapat mengerjakan soal listrik dinamis terdapat 3 pertanyaan


yaitu pertanyaan butir 13, 14, dan 15. Pertanyaan 13 yaitu 24 siswa menjawab
“Ya” (dapat mengerjakan soal listrik dinamis) sisanya 8 siswa menjawab “Tidak”
(tidak dapat mengerjakan soal listrik dinamis), butir pertanyaan 14 yaitu 21 siswa
menjawab “Ya” dan 11 siswa menjawab “Tidak”, dan butir pertanyaan 15 yaitu
26 siswa menjawab “Ya” dan sisanya 6 siswa menjawab “Tidak”, secara
keseluruhan diperoleh bahwa 74% siswa lebih dapat mengerjakan soal listrik
dinamis dengan benar dalam pembelajaran pemecahan masalah Polya.
Jika di gabungkan untuk melihat mana yang lebih dominan dalam
indikator tersebut diperoleh persentase dari masing-masing indikator dapat dilihat
dalam diagram yang disajikan dibawah ini:
55

Gambar 4.3 Persentase Tiap Indikator Angket Penerapan Model Pemecahan


Masalah Polya

Dari gambar bagan di atas dapat terlihat bahwa indikator satu dengan
yang lain saling berhubungan atau berkesinambungan, hal ini menjelaskan bahwa
sebagian besar siswa termotifasi dan berperan aktif serta diberikan kebebasan
berpendapat dalam pembelajaran pemecahan masalah Polya pada konsep listrik
dinamis sehingga siswa dapat mengembangkan konsepsi siswa dalam konsep
listrik dinamis dan dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa pada konsep
listrik dinamis sehingga akhirnya siswa dapat mengerjakan soal listrik dinamis.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Konsep listrik dinamis merupakan konsep yang bersifat matematis dan
membutuhkan kemampuan analisis yang tinggi berdasarkan alasan tersebut
peneliti mengadakan studi pustaka untuk menemukan solusi metode yang cocok
untuk masalah tersebut, dalam bab 1 pendahuluan peneliti berhipotesa bahwa
model pemecahan masalah Polya dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa
khususnya pada konsep listrik dinamis.
Model pemecahan masalah Polya merupakan metode esensial untuk
menyeleksi informasi yang relevan. Informasi tersebut berupa data dan
permasalahan yang akan dicari penyelesaiannya. Penyelesaian masalah ini belum
56

dianggap sebagai hasil final sebelum diperiksa kembali kesesuaiannya terhadap


informasi yang disediakan. Sudah barang tentu model ini mengutamakan
pembelajaran yang sistematis dan terstruktur.
Oleh karena itu sebelum mengadakan penelitian pada kelas eksperiemen
yaitu kelas X.6 peneliti membagikan problem paper (kertas masalah) untuk
terlebih dahulu ditelaah siswa sambil dipelajari jawaban dan kebenaran jawaban
tersebut. Setelah membagikan problem paper guru meminta siswa membaca soal
dengan seksama secara berurutan, dan guru menerangkan bahwa dalam
pembelajaran kali ini siswa tidak lagi belajar terlebih dahulu setelah itu
mengerjakan soal, namun kali ini siswa mengerjakan soal sambil belajar.
Disini siswa bebas mengeluarkan jawaban dan argumen masing-masing
tentang konsep listrik dinamis sesuai kemampuan awal siswa, ditahap selanjutnya
guru mengkoreksi dengan seksama jawaban yang benar atau mendekati benar,
untuk disempurnakan sesuai konsep listrik dinamis yang sebenarnya. Dari sinilah
siswa belajar, dan memperbaiki konsep awal dan berani menganalisis jawaban
dengan lebih terarah.
Setelah melakukan penelitian dengan menerapkan model pemecahan
masalah Polya untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa pada konsep listrik
dinamis diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol pretest 39,8 dan posttest 46,6,
sedangkan nilai rata-rata kelompok eksperimen pretest 40,4 dan posttest 74,5. Hal
ini menjelaskan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen yang diberi penerapan
model pemecahan masalah Polya lebih besar, artinya terdapat peningkatan
kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis menggunakan penerapan
model pemecahan masalah Polya.
Data dalam penelitian ini diolah menggunakan uji-t, sehingga diperoleh
hasil pretest thitung = 0,255 dan posttest thitung = 10,142 dengan ttabel = 1,999 maka
uji t pretest thitung< ttabel (0,255<1,999), maka Ho diterima, Ha ditolak. Sedangkan
uji t posttest thitung>ttabel (10,142>1,999), maka Ho ditolak, Ha diterima. Hal ini
menjelaskan bahwa penerapan model pemecahan masalah Polya pada konsep
listrik dinamis dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa.
57

Berdasarkan angket mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran


yang dilaksanakan menunjukan bahwa hampir seluruh siswa memberikan
tanggapan positif terhadap tindakan pembelajaran yang telah diterapkan yaitu
pembelajaran pemecahan masalah Polya. Siswa merasa sangat senang melakukan
kegiatan pemecahan masalah. Sebagian besar siswa juga menilai bahwa
pembelajaran fisika dengan metode pemecahan masalah dapat meningkatkan
kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis. Hal ini terjadi karena
dengan tindakan pemecahan masalah siswa dapat berperan aktif dalam
pembelajaran sehingga memacu siswa untuk lebih berpikir secara analisis.
Pembelajaran pemecahan masalah Polya yang dilakukan pada kelas
eksperimen. Siswa berpendapat bahwa, siswa tidak tertekan untuk menjawab
pertanyaan listrik dinamis yang bersifat matematis, karena dalam pembelajaran
pemecahan masalah Polya siswa diberikan kebebasan untuk menjawab sesuai
daya analisis mereka masing-masing sebelum dinilai kesesuaiannya pada tahap
selanjutnya yaitu tahap checking back (memeriksa kembali), proses ini dilakukan
berulang kali dalam pembelajaran, sehingga siswa terlatih untuk menyelesaikan
soal listrik dinamis yang bersifat matematis tanpa tekanan, karena takut
melakukan kesalahan.
Dengan demikian terbukti bahwa model pemecahan masalah merupakan
model esensial untuk menyeleksi informasi yang relevan, informasi tersebut
berupa data dan permasalahan yang akan dicari penyelesaiannya sangat
berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa khususnya konsep
listrik dinamis yang bersifat matematis.
58

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian di BAB IV dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh model pemecahan masalah Polya terhadap kemampuan
analisis siswa pada konsep listrik dinamis, setelah diterapkannya model
pemecahan masalah Polya. Hal ini terlihat dari perbandingan hasil rata-rata
pretest dan posttest kemampuan analisis siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol , yang menujukan adanya perbedaan yang signifikan pada kelas
eksperimen, sedangkan kelas kontrol tidak terlalu signifikan.
2. Siswa memberi tanggapan yang positif ketika di terapkan model pemecahan
masalah Polya, sebagian besar siswa dalam pembelajaran pemecahan masalah
Polya merasa diberi kebebasan untuk berpendapat sehingga termotivasi dan
berperan aktif, lebih dapat mengembangkan konsep sehingga lebih
memudahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan analisis dan mudah
menyelesaikan soal listrik dinamis yang bersifat matematis.

b. Saran
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, maka dapat ditemukan beberapa
saran anatara lain
1. Perlunya dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pemecahan
masalah dalam pembelajaran IPA khususnya pelajaran fisika karena siswa
diharapkan mampu mencari pemecahan masalah yang ada disekitarnya
dengan teman sejawat.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas model pemecahan masalah dapat
dijadikan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan analisis siswa konsep listrik dinamis.
59

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assessing. (New


York)

Anonim. Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penyelesain_Masalah, yang diakses


tanggal 16 Januari 2011.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,(jakarta:bumi


aksara) Ed. Revisi, cet-9

Faizah, Nour. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa Dengan Metode Resitasi. (Jakarta: Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN).

Gok, Tolga, Dkk. 2010. The Effects Of Problem Solving Strategies On Students
Achievement, Attitude and Motivation. lat. Am J. Phys. Educ. Vol.4, No.1,
Jan.

---------. 2008. Effects Of Problem Solving Strategies Teaching On The Problem


Solving Attitudes of cooperative Learning Group In Physics Education.
Jornal Of Theory The Practice In Education

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. (Surabaya:


Universitas Negeri Surabaya)

Jubaidah, Siti. 2010. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Pemecahan


Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa, (Jakarta: Program Studi Pendidikan
Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN).

Kamajaya , 2008, Cerdas Belajar Fisika. (Jakarta: Grafindo Media Pratama)


Cet.II

Kanginan, Marthen. 2006. FISIKA Untuk SMA Kelas X. (Jakarta: Erlangga)

Kiranawati, Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving),


(Http://Gurupkn.Wordpress.Com,) yang diakses pada 16 Januari 20011.

Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.


(Jakarta: PT Garfindo).

Musfiroh, Dwi Fadilah. 2009. Implementasi Pembelajaran Matematika Melalui


Pendekatan Langkah–Langkah Polya Ditinjau dari Kemampuan Awal
60

Siswa,(Jakarta: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu


Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Nenden. 2010. Implemetasi Strategi Problem Solving Pada Pembelajaran


Kooperatif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa. (Jurusan
Pendidikan Fisika UPI)

Polya, G. 1973. How to Solve It (New Jersey: Princeton University Press) Edisi ke
2

Purba, Janulis P. 2003. Pengembangan Dan Imlementasi Model Pembelajaran


Fisika Menggunkan Pendekatan Pemecahan Masalah, (Bandung:UPI)

Ruseffendi. 1998. Stastika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. (Bandung: IKIP


Bandung Press)

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses


Pendidikan. (Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group)

Selcul, Gamze sezgin, dkk. 2008, The Effects Of Problem Solving Intrudection On
Physics Achievement. Problem Solving Performance And Strategy Use.lat.
Am J. Phys.Educ. Vol.2, No.3.

StudentJornalism, Artikel Taksonomo Bloom, tersedia :


http://wartawarga.gunadarma.ac.id/wpadmin/install.php/artikel_taksonomi
blom, yang diakses tanggal 23 Februari 2010

Subana, 2001, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. (Bandung: Pustaka Setia)

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung:


Rosdakarya)

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R &


D. (Bandung;Alfabeta)

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara) cet-6.

Suryani. 2009. Pengaruh Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)


Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis Sisiwa Pada Konsep Listrik Dinamis.
(FITK UIN Jakarta)

Veloso, Bryan, Teknik Pemecahan Masalah Ala G Polya, tersedia:


Http://Kangguru.Wordpress.Com/2007/02/01/Teknik-Pemecahan-Masalah-
Ala-G-Polya/, yang diakses tanggal 16 Januari 2011
61

Winkel ,W.S. 1996. Psikologi Pengajaran (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana
Indonesia)

Yanuar, Iyo. 2009. Meningkatkan Pemahaman Konsep Zat Aditif pada Makanan
yang Terintegrasi Nilai Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah, i,
(Jakarta: Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN).

Zuraidah. 2010. Perbanding Antara Metode Problem Solving Dan Metode


Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Fisika (FITK UIN Jakarta)
62

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP )

Sekolah : SMA NEGERI 1 TANGGERANG SELATAN


Kelas / Semester : X (sepuluh) / Semester II
Mata Pelajaran : FISIKA
Konsep : Listrik Dinamis

Standar Kompetensi
5. Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi.

Kompetensi Dasar
5.1 Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana
(satu loop).

Indikator
1. Memformulasikan besaran kuat arus dalam rangkaian tertutup sederhana.
2. Memformulasikan besaran hambatan dalam rangkaian seri dan pararel.
3. Memformulasikan besaran tegangan dalam rangkaian tertutup sederhana dengan menggunakan hukum II Kirchhoff.

A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian kuat arus listrik.
2. Menjelaskan konsep hukum Ohm.
3. Mengidentifikasi aplikasi hukum I Kirchoff.
4. Menjelaskan pengertian sumber potensial listrik atau gaya gerak listrik (ggl)..
5. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi hambatan listrik..
63

6. Menentukan nilai hambatan pada resistor


7. Membedakan susunan hambatan listrik secara seri dan secara pararel.
8. Menentukan nilai hambatan total yang disusun secara campuran (seri dan pararel).
9. Menjelaskan pengertian hambatan dalam.
10. Mengidentifikasi aplikasi hukum II Kirchoff.
11. Menganalisis hukum I dan hukum II Kirchoff.

B. Materi Pembelajaran
Arus Listrik dan Hambatan Listrik

C. Metode Pembelajaran
1. Model : - Problem Solving Polya
2. Metode : - Diskusi kelompok
- Eksperimen
B. Langkah –Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama

Tahapan pokok Aktivitas Alokasi Media


Guru Siswa waktu pembelajaran
PENDAHULUAN 1. Guru membuka pelajaran dengan Siswa menjawab salam 5 menit
mengucapakan salam kemudian guru dari guru
mengecek kehadiran siswa
KEGIATAN INTI: 2. Sebagai apersepsi, guru mengajukan Siswa memperhatikan 20 Alat peraga
beberapa pertanyaan kepada siswa berupa alat peraga yang menit berupa:
kertas berisi pertanyaan yang terstruktur didemonstarasikan guru Senter
untuk dijawab sambil menunjukan alat Lampu kecil,
Understanding the peraga (senter) yang telah dibawa oleh Siswa memperhatikan Saklar
64

problem guru sebagai berikut: pertanyaan guru Baterai


“alat apa ini?” Kabel atau
“mengapa bisa mengeluarkan cahaya?” Siswa dibimbing guru kawat
“apa yang membuat lampu senter bisa untuk berdiskusi dalam penghantar
menyala?” kelompok yang
“coba gambarkan rangkain dalam senter sebelumnya telah Sumber
ini?” dibentuk belajar:cerdas
“Bagaimana kita bisa mengetahui arus Siswa mencoba belajar fisika
yang mengalir dalam suatu rangkaian?” memahami dan untuk kelas X,
3. Sebagai penggalian konsep awal siswa, mencoba Kamajaya
guru memperlihatkan rangkain seperti mengidentifikasi
yang tertunjuk dibawah ini: masalah

Lampu Saklar
Baterai

“seperti apakah yang disebut rangkain terbuka


dan tertutup?”
“Jika saklar pada rangkaian tersebut dituttup,
apa yang terjadi?”
“mengapa lampu rangkain tersebut bisa
menyala?”
“jika kamu ingin mengetahui berapa besar
arus yang mengalir dan tegangan pada
rangkain tersebut, apa yang kamu perlukan?”
“bagaimana cara memasang alat tersebut?”
“bagaimana cara memasang hasil pengukuran
65

tersebut?”
4. Guru membimbing siswa untuk
mengidentisifikasi permasalahan tersebut
Divising a plan 5. Guru membimbing siswa untuk Siswa menyiapkan buku 20
menyajikan masalah tersebut dalam sumber atau buku fisika menit
kontek fisika serta peralatan tulis
6. Guru membimbing siswa untuk
mengaitkan masalah tersebut dengan Siswa mengaitkan
konsep-konsep fisika yang berkaitan masalah dilapangan
dengan masalah tersebut dengan konsep fisika
7. Guru membimbing siswa merencanakan yang tertulis di buku
solusi untuk menyelesaikan masalah sumber atau buku fisika
tersebut.
8. Guru membimbing siswa untuk Siswa melakukan
menentukan alat dan bahan yang pengumpulan informasi
diperlukan untuk menyelesaikan masalah secara berkelompok
tersebut untuk memperoleh
pengetahuan dari
pengalaman langsung
yang berhubungan
dengan konsep yang
telah dipelajari dengan
melakukan
penyelidikan.

Siswa merencanakan
solusi
66

Carryng out the 9. Guru memberikan LKS kepada setiap Siswa memperhatikan 30
plan kelompok LKS yang telah menit
10. Guru membimbing siswa untuk melakuan dibagikan
eksplorasi sesuai dengan rancangan
percobaan yang telah siswa persiapkan. Siswa melakukan
11. Guru membimbing siswa selama siswa eksperimen dengan
melakukan kegiatan eksperimen. tertib dan teliti
Looking back 12. Guru membantu siswa untuk menafsirkan Siswa menafsirkan dan 5 menit
dan mengevaluasi solusi permasalahan mengevaluasi solusi
tersebut. permasalahan tersebut
PENUTUP 13. Guru meminta salah satu kelompok untuk 10
membahas hasil penyelidikannya didepan menit
kelas.
14. Guru membimbing siswa untuk
melakukan diskusi kelas.
15. Guru memberikan penguatan mengenai
konsep hukum Ohm.
16. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok terbaik.
17. Guru menutup pelajaran sambil
mengucapkan salam.
67

PROBLEM PAPER (pertemuan pertama)

1. apa yang membuat lampu senter bisa menyala?


2. coba gambarkan rangkain dalam senter ini?
3. Mengapa dalam baterai terdapat muatan positif dan negatif?
4. Bagaimana anda merasakan kejutan listrik ketika menyentuh kabel terbuka?
5. seperti apakah yang disebut rangkain terbuka dan tertutup?
Lampu saklar

Baterai
6. Jika saklar pada rangkaian tersebut ditutup, apa yang terjadi?
7. mengapa lampu rangkain tersebut bisa menyala?”
8. jika kamu ingin mengetahui berapa besar arus yang mengalir dan tegangan pada rangkain tersebut, apa yang kamu perlukan?
9. bagaimana cara memasang alat tersebut?
10. bagaimana cara memasang hasil pengukuran tersebut?
11. bagaimana hubungan antara beda potensial dan kuat arus?
12. Dalam waktu satu jam terjadi perpindahan elektron sebanyak 9 x 1020 elektron melalui suatu penampang kawat. Besarnya
kuat arus rata-rata yang melalui penampang kawat tersebut adalah …. (1e = -1,6 x 10-19C)
68

13. Perhatikan gambar rangkaian listrik berikut ini.


2
1

Untuk mengukur kuat arus dan besar tegangan pada sebuah lampu maka pada gambar tersebut:
14. Perhatikan gambar pengukuran kuat arus listrik dengan ampermeter dan beda potensial dengan voltmeter berikut ini.
V

R A

Jika voltmeter menunjukan angka 5 V dan ampermeter menunjukan angka 2 mA, angka yang ditunjukan oleh voltmeter
ketika ampermeter menunjukan angka 6 mA adalah ….
69

Pertemuan Kedua

Tahapan pokok Aktivitas Alokasi Media


Guru Siswa waktu pembelajaran
PENDAHULUAN 1. Guru membuka pelajaran dengan Siswa menjawab salam 5 menit
mengucapakan salam kemudian guru dari guru
mengecek kehadiran siswa
KEGIATAN INTI: 2. Sebagai apersepsi, guru mengajukan Siswa memperhatikan 20 Alat peraga
beberapa pertanyaan kepada siswa berupa pertanyaan guru menit berupa:kawat
kertas berisi pertanyaan yang terstruktur nikrom dan
untuk dijawab sebagai berikut: Siswa dibimbing guru tembaga,volt
Understanding the “ apa syarat mengalirkan rangkaian listrik untuk berdiskusi dalam meter,amperet
problem dalam sebuah rangkain?” kelompok yang er,thermomete
“alat apa yang digunakan untuk mengukur sebelumnya telah r,3 baterai
kuat arus dan beda potensial listrik? dibentuk masing-
Bagaimana cara pemasangannya? masing 1,5
Bagaimana pula cara membaca hasil Siswa mencoba volt, Kabel
pengukuran pada kedua alat tersebut? memahami dan penghubung
3. Sebagai penggalian konsepsi awal siswa. mencoba Sumber
Guru mengajukan pertanyaan sebagai mengidentifikasi belajar:cerdas
berikut: masalah belajar fisika
“apakah mobil yang melaju dijalan raya untuk kelas X,
yang tidak ada lubang dengan mobil yang Siswa mencoba Kamajaya
melaju dijalan raya yang terdapat lubang menjawab dengan kata-
akan sama?” kata mereka sendiri
“misalkan terdapat 2 jalan raya, yaitu 10
km dengan 5 km, manakah yang membuat Siswa memperhatikan
mobil melaju lebih lama?” penjelsan guru.
70

“misalkan jalan raya diperlebar, apakah


mobil akan semakin leluasa dalam Siswa memperhatikan
menempuh perjalanan?” masalah yang telah guru
4. Guru membimbing siswa mengidentifikasi berikan
permasalahan tersebut.
5. Guru menjelaskan konsep tentang
pertanyaan diatas
Divising a plan 6. Guru membimbing siswa untuk Siswa menyiapkan buku 20
menyajikan masalah tersebut dalam sumber atau buku fisika menit
kontek fisika serta peralatan tulis
7. Guru membimbing siswa untuk
mengaitkan masalah tersebut dengan Siswa mengaitkan
konsep-konsep fisika yang berkaitan masalah dilapangan
dengan masalah tersebut dengan konsep fisika
8. Guru membimbing siswa merencanakan yang tertulis di buku
solusi untuk menyelesaikan masalah sumber atau buku fisika
tersebut.
9. Guru membimbing siswa untuk Siswa melakukan
menentukan alat dan bahan yang pengumpulan informasi
diperlukan untuk menyelesaikan masalah secara berkelompok
tersebut untuk memperoleh
pengetahuan dari
pengalaman langsung
yang berhubungan
dengan konsep yang
telah dipelajari dengan
melakukan
penyelidikan.
71

Siswa merencanakan
solusi
Carryng out the 10. Guru memberikan LKS kepada setiap Siswa memperhatikan 30
plan kelompok LKS yang telah menit
11. Guru membimbing siswa untuk melakuan dibagikan
eksplorasi sesuai dengan rancangan
percobaan yang telah siswa persiapkan. Siswa melakukan
12. Guru membimbing siswa selama siswa eksperimen dengan
melakukan kegiatan eksperimen. tertib dan teliti
Looking back 13. Guru membantu siswa untuk menafsirkan Siswa menafsirkan dan 5 menit
dan mengevaluasi solusi permasalahan mengevaluasi solusi
tersebut. permasalahan tersebut
PENUTUP 14. Guru meminta salah satu kelompok untuk 10
membahas hasil penyelidikannya didepan menit
kelas.
15. Guru membimbing siswa untuk
melakukan diskusi kelas.
16. Guru memberikan penguatan mengenai
konsep.
17. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok terbaik.
18. Guru menutup pelajaran sambil
mengucapkan salam.
72

PROBLEM PAPER (pertemuan kedua)

1. Seutas kawat panjangnya 100 m, diameter 2 mm, dan hambatan jenis 6,28 x 10-8 Ωm. hitunglah hambatan kawat tersebut?
2. Empat buah hambatan masing-masing besarnya 10Ω, 20Ω, 25Ω dan 50Ω dapat disusun seri atau paralel, tentukan hambatan
pengganti paling kecil dan hambatan pengganti paling besar yang mungkin diperoleh!
3. Perhatikan rangkaian dibawah berikut ini! Besar hambatan antara titik A dan B adalah?
A R1= 6Ω R2 =3Ω

R3 =8Ω R4=4Ω R5=2Ω R6= 3Ω

R7=6Ω R8= 6

4. Hitunglah hambatan listrik seutas kawat aluminium yang memiliki panjang 10cm, luas penampang 10 -4 m2 dan hambatan jenis
2,82 x 10-8Ωm. ulangi perhitungan untuk kaca dengan hambatan jenis 1010 Ωm.
5. Kuat arus yang melalui suatu komponen tertentu adalah ampere ketika diberi tegangan 80 volt. Berapakah kuat arus yang

melalui komponen tersebut jika tegangan dinaikan menjadi 160 volt?


6. Tiga hambatan masing-masing 1Ω, 4Ω, dan 6Ω dirangkaikan dengan baterai 6 volt yang hambatan dalamnya 1Ω. Tentukanlah
kuat arus yang mengalir pada rangkaian tersebut jika ketiga hambatan disusun seri?
73

7. Pada rangkaian dibawah ini kuat arus yang terbaca pada ampermeter A1 dan A6 adalah 10 A dan 4 A, tentukan kuat arus yang
terbaca pada ampermeter-ampermeter lainnya.
A2 A6
A1

P A3

X
8. A1 A7 A8

A4

X T
Q X X R A5
S X
X U

Enam buah lampu dipasang dalam rangkaian listrik seperti di atas. Semua lampu memiliki kesamaan (daya dan tegangan yang
tertulis). Di antara lampu-lampu tersebut yang nyalanya paling terang adalah……….
9. Empat buah elemen yang identik, masing-masing dengan ggl 2 volt disusun seri, kemudian kedua ujungnya dihubungkan dengan
seutas kawat yang hambatannya 2,8 Ω. Jika kuat arus yang mengalir pada kawat adalah 2 ampere, tentukan hambatan dalam
masing-masing elemen?
74

Pertemuan Ketiga

Tahapan pokok Aktivitas Alokasi Media


Guru Siswa waktu pembelajaran
PENDAHULUAN 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapakan salam Siswa menjawab 5 menit
kemudian guru mengecek kehadiran siswa salam dari guru
2. Sebagai apersepsi, guru mengajukan beberapa pertanyaan Siswa 20 Alat peraga:
kepada siswa berupa kertas berisi pertanyaan yang memperhatikan menit 3 buah
terstruktur untuk dijawab berikut: pertanyaan guru ampermeter
“bagaimana hubungan antara V, I dan R, jika hambatan Sebuah baterai
penghantar listrik bersifat Ohmik?” Siswa dibimbing 1,5 volt
“bagaimana cara memeasang alat ukur tersebut di dalam guru untuk 2 buah lampu
rangkaian listrik?” berdiskusi dalam 1,5 volt
“bagaimana cara memasang arus yang terbaca oleh kelompok yang Kabel
amperemeter? Dan bagaimana cara membaca beda sebelumnya telah secukupnya
potensial yang terbaca oleh Voltmeter?” dibentuk
3. Sebagai penggalian konsepsi awal siswa. Guru Sumber
mengajukan pertanyaan sebagai berikut: Siswa mencoba belajar:cerdas
1 1 memahami dan belajar fisika
mencoba untuk kelas X,
B mengidentifikasi Kamajaya
masalah
A C 2
Siswa mencoba
menjawab dengan
3 kata-kata mereka
Rangkaian 1 Rangkaian 2 sendiri
75

Siswa
1 3 memperhatikan
penjelasan guru.
2
Siswa
D E memperhatikan
masalah yang
telah guru berikan

Rangkain 3
“ coba kamu bandingkan tingkat kecerahan pada masing-
masing lampu dalam rangkain tersebut”.
“coba bagaimana kecerahan lampu A dibanding dengan
lampu B, C, D, dan E”
“ coba perkirakan besarnya kuat arus yang mengalir pada
lampu A, B, C, D dan E”
Divising a plan 4. Guru membimbing siswa untuk menyajikan masalah Siswa 20
tersebut dalam kontek fisika menyiapkan buku menit
5. Guru membimbing siswa untuk mengaitkan masalah sumber atau buku
tersebut dengan konsep-konsep fisika yang berkaitan fisika serta
dengan masalah tersebut peralatan tulis
6. Guru membimbing siswa merencanakan solusi untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Siswa mengaitkan
7. Guru membimbing siswa untuk menentukan alat dan masalah
bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dilapangan
tersebut dengan konsep
fisika yang tertulis
di buku sumber
76

atau buku fisika

Siswa melakukan
pengumpulan
informasi secara
berkelompok
untuk
memperoleh
pengetahuan dari
pengalaman
langsung yang
berhubungan
dengan konsep
yang telah
dipelajari dengan
melakukan
penyelidikan.

Siswa
merencanakan
solusi

Carryng out the 8. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok Siswa 30
plan 9. Guru membimbing siswa untuk melakuan eksplorasi memperhatikan menit
sesuai dengan rancangan percobaan yang telah siswa LKS yang telah
persiapkan. dibagikan
10. Guru membimbing siswa selama siswa melakukan
kegiatan eksperimen. Siswa melakukan
77

eksperimen
dengan tertib dan
teliti
Looking back 11. Guru membantu siswa untuk menafsirkan dan Siswa 5 menit
mengevaluasi solusi permasalahan tersebut. menafsirkan dan
mengevaluasi
solusi
permasalahan
tersebut
PENUTUP 12. Guru meminta salah satu kelompok untuk membahas hasil 10
penyelidikannya didepan kelas. menit
13. Guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi kelas.
14. Guru memberikan penguatan mengenai konsep.
15. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
16. Guru menutup pelajaran sambil mengucapkan salam.
78

PROBLEM PAPER (pertemuan ketiga)

1. Tentukan arah dan kuat arus I pada gambar.


1A 4A I

A B 2A

2A 5A 3A

2. Perhatikan rangkaian satu loop pada ganbar di samping, tentukan kuat arus total dalam rangkaian!
b R1 = 10Ω c 24v d

6v I arah loop
a e
R2 = 14Ω
3. Perhatikan gambar dibawah ini, jika setiap sumber bernilai 12 v 4Ω, dan hambatan dalamnya 8Ω tentukanlah I total dalam
rangkaian!

B R1 = 4Ω R4=2Ω
b R2 = 6Ω a
R3 = 12Ω
79

4. Untuk gambar dibawah ini tentukanlah kuat arus yang mengalir pada rangkaian tersebut!
R1=5Ω ɛ 1 =24 v R2 = 14Ω

R4=4Ω ɛ 2= 9 v

R3=8Ω

R5=12Ω

Selamat Belajar Semoga Sukses ^_^


80

SILABUS
Sekolah : SMA Negeri 1 Tanggerang Selatan
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / II (Dua)
Mata Pelajaran : FISIKA

Standar Kompetensi: 5. Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk
teknologi.
Penilaian
Kompetensi Materi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator
Dasar Pembelajaran pembelajaran Bentuk Contoh Waktu Belajar
Teknik
Instrumen Instrumen
5.1 Arus Listrik dan  Mengukur kuat  Memformulasikan Tes Tes PG Dalam waktu 20 s terjadi 6 x 40’ Buku Fisika
Memformulasika Hambatan arus, tegangan, dan besaran kuat arus dalam tertulis aliran muatan dari baterai SMA dan MA
n besaran- Listrik hambatan pada rangkaian tertutup sebesar 0,1 C. Kuat arus Jl.1B
besaran listrik rangkaian tertutup sederhana. listrik yang dihasilkan baterai (Esis) h. 119-
Tes uraian
rangkaian sederhana secara adalah .... 141;
tertutup berkelompok.  Memformulasikan Tes A. 20 A D. 5 mA 150-151, buku
sederhana (satu besaran hambatan tertulis B. 2 A E. 0,5 mA referensi yang
loop).  Melakukan studi dalam rangkaian seri C. 50 mA relevan, alat
pustaka untuk dan pararel. C.

Uji petik Empat buah lampu dengan dan bahan


mencari informasi kerja produk hambatan masing-masing 140
cara menentukan  Memformulasikan Tes unjuk
praktikum.
hambatan total bila besaran tegangan dalam kerja Ω dihubungkan secara seri.
disusun secara seri rangkaian tertutup a. Berapakah hambatan total
dan pararel. sederhana dengan dari empat lampu tersebut?
menggunakan hukum II b. Berapakah hambatan total
 Merancang dan Kirchhoff. bila lampu disusun secara
melakukan pararel?
percobaan untuk Eksperimen mempelajari
mempelajari hukum hukum I dan hukum II
Kirchhoff dalam kirchoff
diskusi kelompok. (Kegiatan 11.3 halaman 150-
151).
81

Penilaian
Kompetensi Materi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator
Dasar Pembelajaran pembelajaran Bentuk Contoh Waktu Belajar
Teknik
Instrumen Instrumen
5.2 Mengidentifikasi Arus Listrik  Melakukan studi  Mengidentifikasi Tes Tes uraian Jelaskan perbedaan antara 2 x 40’ Buku Fisika
penerapan listrik AC dan DC pustaka untuk penerapan arus listrik tertulis arus listrik searah dan arus SMA dan MA
AC dan DC mencari informasi searah dalam kehidupan listrik bolak-balik. Jl.1B (Esis) h.
dalam kehidupan mengenai sehari-hari. 147-148, buku
sehari-hari. perbedaan arus referensi yang
listrik searah dan relevan, dan
arus listrik bolak- lingkungan.
balik. Tugas Buatlah kliping yang menarik
 Mengidentifikasi Penugasan rumah mengenai penerapan arus
penerapan arus listrik listrik searah dan arus listrik
bolak-balik dalam bolak-balik dalam kehidupan
 Membuat daftar kehidupan sehari-hari. sehari-hari. Berilah
penggunaan arus keterangan atau komentarmu
listrik searah dan mengenai setiap gambar di
bolak-balik serta dalam kliping tersebut. Kalian
sumbernya dalam dapat mencari sumber gambar
kehidupan sehari- atau artikel mengenai topik
hari di rumah tersebut dari majalah, koran,
masing-masing atau internet, kemudian
secara individu. kumpulkan ke guru.

Penilaian
Kompetensi Materi Alokasi Sumber
Kegiatan pembelajaran Indikator
Dasar Pembelajaran Bentuk Contoh Waktu Belajar
Teknik
Instrumen Instrumen
5.3 Pengukuran  Melakukan studi pustaka  Menggunakan Tes Tes isian Untuk mengukur arus 2 x 40’ Buku Fisika SMA dan
Menggunaka Besaran Listrik untuk mencari informasi amperemeter dalam tertulis listrik dalam suatu MA Jl.1A (Esis) h.
n alat mengenai cara rangkaian. komponen, amperemeter 143-158, buku referensi
ukur listrik. menggunakan harus dipasang secara .... yang relevan, alat dan
82

Penilaian
Kompetensi Materi Alokasi Sumber
Kegiatan pembelajaran Indikator
Dasar Pembelajaran Bentuk Contoh Waktu Belajar
Teknik
Instrumen Instrumen
amperemeter. bahan praktikum.
 Menggunakan Tes PG
voltmeter dalam Tes Untuk mengukur beda
 Melakukan studi pustaka rangkaian. tertulis potensial antara dua titik
untuk mencari informasi dalam rangkaian secara
mengenai cara langsung kita
menggunakan voltmeter. menggunakan ....
A. amperemeter D.
galvanometer
Uji petik B. ohmmeter E.
 Menggunakan kerja produk voltmeter
Tes C. mikrometer
ohmmeter dalam
 Praktek menggunakan rangkaian. unjuk
alat ukur voltmeter, kerja Eksperimen menentukan
amperemeter, dan hambatan dalam dari
multimeter secara ammeter (amperemeter)
berkelompok. dan voltmeter
(Kegiatan 11.2 halaman
148-150).
83

LEMBAR KERJA SISWA


MENGAMATI HUBUNGAN ANTARA BEDA POTENSIAL DAN KUAT
ARUS LISTRIK (pertemuan pertama)
Alat dan bahan:
1. 3 buah baterai 1,5 volt
2. 3 buah lampu
3. Kabel secukupnya
4. Ampermeter
Langkahkerja:
1. Susunlah peralatan dan bahan yang telah tersedia menjadi 3 rangkaian
listrik, seperti tampak pada gambar!
lampu lampu lampu

Baterai 3V Baterai 4,5


Baterai 1,5 V A A
A

rangkain 1 rangkaian 2 rangkaian 3


2. Catat angka yang ditujukan oleh ampermeter padas etiap rangkaian listrik.

Rangkaian Beda potensial (V) Hambatan (R) Arus (I)

3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, apakah yang dapat anda simpulkan


84

LEMBAR KERJA SISWA


MENGETAHUI HAL MEMPENGARUHI HAMBATAN SUATU BAHAN
(pertemuan kedua)
Alat dan bahan:
1. Beberapa utas kawat nikrom dan kawat tembaga yang panjang dan
tebalnya berbeda.
2. Sebuah voltmeter.
3. Sebuah ampereter.
4. Termometer.
5. Baterai masing- masing 1,5 volt.
6. Kabel penghubung
Langkah kerja:
1. Ukur dan catat suhu diruangan kelas anda
2. Susun rangkaian listrik seperti tampak pada gambar

V
arus V

R
A
baterai

3. Ukur dan catat besarnya beda potensial dan kuat arus listrik untuk setiap
jenis dan ukuran kawat (hambatan R)
Tabel pengamatan I
Panjang kawat
Diameter kawat
Percobaanke- Jeniskawat V (volt) I (ampere) R (Ω)
1
2
3
85

Tabel pengamatan 2
Jenis kawat
Diameter kawat
Percobaanke- Panjangkawat, V (volt) I (ampere) R (Ω)
l (meter)
1
2
3
Tabel pengamatan 3
Jenis kawat
Panjang kawat
Percobaanke- Diameter V (volt) I (ampere) R (Ω)
kawat, D (m)
1
2
3

4. Masukan semua kawat kedalam lemari pendingin


Pertanyaan:
1. Bagaimanakah pengaruh jenis kawat terhadap besarnya beda potensial dan
kuat arus listrik?
2. Bagaimanakah pengaruh panjang dan luas penampang kawat terhadap
beda potensial dan kuat arus listrik?
3. Apakah yang dapat anda simpulkan dari kegiatan tersebut?
86

LEMBAR KERJA SISWA


MENGUKUR ARUS LISTRIK PADA RANGKAIAN LISTRIK BERCABANG
(pertemuan ketiga)
Alat dan bahan:
1. 3 buah ampermeter
2. Sebuah baterai 1,5 volt
3. 2 buah lampu 1,5 volt
4. Kabel secukupnya
Langkahkerja:
1. Susunlah rangkain listrik seperti pada gambar!
A1 Lampu
A3

A2
lampu
Arus listrik baterai 1,5 v

2. Amati yang terjadi pada lampu, apakah semua lampu menyala?


3. Jika semua lampu menyala lihat dan catat angka yang ditujukan oleh
ampermeter A1, A2danA3!
4. apa yang dapat anda simpulkan dari kegiatan ini ?
87

KISI –KISI INSTRUMEN PENELITIAN


Nama sekolah : SMA Negeri 1 Tanggerang Selatan
Mata Pelajaran / Materi : Fisika / Listrik Dinamis
Kelas / Semester :X/2
C4
Kompetensi dasar Indikator C3 ∑soal
Membedakan Mengorganisasi Menghubungkan
Memformulasi besaran kuat
5.1.Memformulasikan besaran- arus listrik dalam rangkaian 1 1
besaran listrik rangkaian tertutup tertutup
sederhana (satu loop)
Memformulasi besaran
hambatan dalam rangkaian 2* 1
seri dan parallel
Memformulasi besaran
tegangan dalam rangkaian
tertutup sederhana dengan 3* 1
menggunakan hukum II
kirchoff
Menganalisis hubungan kuat
arus listrik , beda potensial dan 6*8 2
hambatan
Menganalisis hambatan
7*9 4* 3
pengganti susunan seri paralel
Menganalisis aplikasi hukum
II kirchoff pada rangkaian satu 10 5* 2
loop
Keterangan: Soal C3 tidak digunakan
* Soal Tes yang Signifikan
88

TES
(Instrumen Sebelum Validasi)

Nama :
Tanggal :
Kelas/semester : X/2
Materi : Listrik Dinamis
Alokasi waktu : 90 menit

Kerjakan soal dibawah ini dengan cermat dan teliti!


1. Tentukan arah dan kuat arus I pada gambar.
1A 4A I

A B 2A

2A 5A 3A

2. Dua penghantar silender terbuat dari bahan sama, memiliki volum sama tetapi
penghantar yang satu panjangnya tiga kali dari penghantar lainnya. Jika
penghantar yang lebih panjang memiliki hambatan 1,8 Ω, berapakah
hambatan penghantar yang lebih pendek?
3. Empat buah elemen yang identik, masing-masing dengan ggl 2 volt disusun
seri, kemuadian kedua ujungnya dihubungkan dengan seutas kawat yang
hambatannya 2,8 Ω. Jika kuat arus yang mengalir pada kawat adalah 2
ampere, tentukan hambatan dalam masing-masing elemen?

4. Pada gambar rangkaian dibawah ini, tentukanlah hambatan listrik antara titik
A dan D !
A R1 = 3Ω R2 = 3Ω R3 = 3Ω R4 = 3Ω C

R5 = 9Ω R6 = 6Ω

B D
R7 = 3Ω R8 = 3Ω R9 = 3Ω R10 = 3Ω
89

5. Perhatikan rangkaian satu loop pada ganbar di samping, tentukan kuat arus
total dalam rangkaian!
b R1 = 5Ω c 12v d

3v I arah loop

a e
R2 = 7Ω

6. a R1

R2 R3 R4

b
Untuk rangkaian gambar berikut diketahui, R1 = 9 Ω, R2 = 6Ω, R3 = 3Ω dan R4
= 2Ω. Jika ujung a b dihubungkan dengan beda potensial 20 V, tentukanlah
hambatan penggantinya?

7. Perhatikan gambar dibawah ini, jika setiap sumber bernilai 6 v 2Ω, dan
hambatan dalamnya 4Ω tentukanlah I total dalam rangkaian!

R1 = 2Ω R4=1Ω
b R2 = 3Ω a I

R3 = 6Ω

8. Empat buah hambatan masing-masing besarnya 10Ω, 20Ω, 25Ω dan 50Ω
dapat disusun seri atau paralel, tentukan hambatan pengganti paling kecil dan
hambatan pengganti paling besar yang mungkin diperoleh!
90

9. Untuk gambar dibawah ini tentukanlah kuat arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut!
R1=5Ω ɛ 1 =24 v R2 = 14Ω

R4=4Ω ɛ 2= 9 v

R3=8Ω

R5=12Ω

10. Untuk gambar dibawah ini hitungkah beda potensial antara A dan B!
Q ɛ 1=10v,1Ω R1=1Ω P

T A B R2=1Ω ɛ 2=5v,1Ω U

R R3=2Ω ɛ 3=2,5,1Ω S
91

Jawaban Dan Pedoman Penilaian Validitas Soal


Keterangan:
0 = tidak mengisi sama sekali
1 = kata kunci yang berkaitan dengan jawaban
2 = seperempat memenuhi jawaban yang diharapkan
3 = sebagaian memenuhi jawaban yang diharapkan
4 = jawaban yang diharapkan
No Instrument Jawaban Skor
1 Tentukan arah dan kuat arus I pada gambar. 0
1A 4A I Dik: Ikeluar = I1 = 1A 1
I4 = 2A
A B 2A I6 = 5A
I masuk = I2 = 4A
I3 = 2A
2A 5A 3A I5 = 3A
Dit: I dititik B ….
Jwb: 2
Untuk menjawab pertanyaan
ini kita harus menggunakan
hukum kirchooff I
∑I masuk = ∑I keluar
∑I masuk = ∑I keluar 3
I2 + I3 + I5 = I1 + I4 + I6
4A + 2A +3A =1A + 2A + 5A
9A = 8A
(rumus benar hasil
perhitungan salah)
∑I masuk = ∑I keluar 4
I2 + I3 + I5 = I1 + I4 + I6
4A + 2A +3A =1A + 2A + 5A
9A = 8A
= 1A keluar
2 Dua penghantar silinder terbuat dari bahan 0
sama, memiliki volum sama tetapi penghantar Dik: ρ1 = ρ2 1
yang satu panjangnya tiga kali dari V1 = V2
penghantar lainnya. Jika penghantar yang L1 = 3L2
lebih panjang memiliki hambatan 1,8 Ω, L2 = L2
berapakah hambatan penghantar yang lebih R1 = 1,8 Ω
pendek? Dit: R2 = ….
Jwb: 2
Untuk menjawab pertanyaan
ini kita harus menggunakan
92

prinsip pengaruh bahan


terhadap hambatan konduktor
R=ρ
3
=

= .
= .
= ( )2
=( )2
=
R2 =
(rumus benar hasil
perhitungan salah)
4
=

= .
= .
= ( )2
=( )2
=
R2 =
R2 =
R2 = 0,2 Ω
3 Empat buah elemen yang identik, masing- 0
masing dengan ggl 2 volt disusun seri, Dik: n = 4 1
kemudian kedua ujungnya dihubungkan ε=2v
dengan seutas kawat yang hambatannya 2,8 R = 2,8 Ω
Ω. Jika kuat arus yang mengalir pada kawat I=2A
adalah 2 ampere, tentukan hambatan dalam r = 1Ω
93

masing-masing elemen? Dit: r = ….

Jwb: untuk menjawab 2


pertanyaan kita harus
menggunakan rumus kuat arus
total untuk n elemen disusun
seri
3
I= =
R+ nr =

2,8 +4r =
4r = 4- 2,8
(rumus benar, hasil
perhitungan salah)
r = 0,3 Ω 4
4 Pada gambar rangkaian dibawah ini, 0
Dik: R1 = 3Ω R6 = 6Ω
tentukanlah hambatan listrik antara titik A 1
dan D ! R2 = 3Ω R7 = 3Ω
A R1 = 3Ω R2 = 3Ω R3 = 3Ω R4 = 3Ω C R3 = 3Ω R8 = 3Ω
R4 = 3Ω R9 = 3Ω
R5 = 9Ω R10 = 3Ω
R5 = 9Ω R6 = 6Ω Dit: RAD …
Jwb: untuk menjawab 2
B D pertanyaan kita harus
R7 = 3Ω R8 = 3Ω R9 = 3Ω R10 = 3Ω menyederhanakan rangkaian
menggunakan prinsip
rangkaian seri paralel
R2, R3 dan R6 disusun seri 3
R236 = R2 + R3 + R6
= 3 + 3 + 6 = 12 Ω
R5, R8 dan R9 disusun seri
R569 = R5 + R8 + R9
= 9 + 3 + 3 = 15 Ω
R236 dan R569 disusun paralel

Rparalel = R236 dan R569 =


= = = +

= = = 6,7 Ω
RAD = R1 + Rparalel +R10
= 3 + 6,7 + 3 =
94

(rumus benar hasil


perhitungan salah)
RAD = R1 + Rparalel +R10 4
= 3 + 6,7 + 3 = 12,7
5 Perhatikan rangkaian satu loop pada ganbar 0
di samping, tentukan kuat arus total dalam Dik: R1 = 5 Ω 1
rangkaian! R2 = 7 Ω
b R1 = 5Ω c 12v d V1 = 3V
V2 = 12V
3v I arah loop Dit: I …
Jwb: untuk menjawab 2
a e pertanyaan kita harus
R2 = 7Ω menggunakan hukum II
kirchhoff dan menentukan
arah loop searah jarum jam
dari titik A ke B
∑ε +∑IR = 0 3
-ɛ 1 + ɛ 2 + I (R1 + R2) = 0
-3 +12 + I (5+7) = 0
I= A=
(rumus benar hasil
perhitungan salah)
I = A = -0,75 A 4

6 a R1 0
Dik: R1 = 9Ω 1
R2 = 6Ω
R2 R3 R4 R3 = 3Ω
B R4 = 2Ω
Untuk rangkaian gambar berikut diketahui, V = 20 V
R1 = 9 Ω, R2 = 6Ω, R3 = 3Ω dan R4 = 2Ω. Jika Dit:RAB …
ujung a b dihubungkan dengan beda potensial Jwb: untuk menjawab 2
20 V, tentukanlah hambatan penggantinya? pertanyaan kita harus
menyederhanakan rangkaian
menggunakan prinsip seri
paralel.
R2, R3 dan R4 disusun parallel 3
= + +

= + + = =

95

R1 dan R234 disusun seri


RAB = R1 + R234
=9+1=
(rumus benar hasilperhitungan
salah)
RAB = R1 + R234 4
= 9 + 1 = 10 Ω
7 Perhatikan gambar dibawah ini, jika setiap 0
sumber bernilai 6 v 2Ω, dan hambatan Dik: 6 sumber tegangan 1
dalamnya 4Ω tentukanlah I total dalam bernilai 6V, 2Ωdisusun seri
rangkaian! dan 3 sumber tegangan
bernilai 36V,2Ω disusun
parallel
R1 = 2Ω
R2 = 3Ω
R3 = 6Ω
R1 = 2Ω R4 = 1Ω
R4 = 1Ω
r = 4Ω
b R2 = 3Ω a I
Dit: Itotal …
Jwb: untuk menjawab 2
R3 = 6Ω
pertanyaan kita harus
menyederhanakan rangkaian
dengan menggukan seri-
paralel dan hokum 1 kirchooff
R1, R2 dan R3 disusun paralel 3
= + +
= + +
= = =1Ω
I= = =
(rumus benar, hasil
perhitungan salah)
4
I= = =6A
8 Empat buah hambatan masing-masing 0
besarnya 10Ω, 20Ω, 25Ω dan 50Ω dapat Dik:R1 = 10Ω 1
disusun seri atau paralel, tentukan hambatan R2 = 20Ω
pengganti paling kecil dan hambatan R3 = 25Ω
pengganti paling besar yang mungkin R4 = 50Ω
diperoleh! Dit: R terkecil …
R terbesar …
96

Jwb: untuk menjawab 2


pertanyaan kita harus
mengetahui bahwa hembatan
terbesar disusun seri dan
hambatan terkecil bila disusun
paralel
Rseri = R1 + R2 + R3 + R4 3
=10Ω + 20Ω + 25Ω +
50Ω
=
= + +
+ =
+ + + =
=
Rterkecil = =
(rumus benar, hasil
perhitungan salah)
Rseri = R1 + R2 + R3 + R4 4
=10Ω + 20Ω + 25Ω +
50Ω
= 105Ω
= + +
+ =
+ + + =
=
Rterkecil = = 4,76 Ω

9 Untuk gambar dibawah ini tentukanlah kuat 0


arus yang mengalir pada rangkaian tersebut! Dik: R1 = 5Ω ɛ 1= 12v 1
R1=5Ω ɛ 1 =24 v R2 = 14Ω R2 = 14Ω ɛ 2 = 9 v
R3 = 8Ω
R4 = 4Ω
R4=4Ω ɛ 2= 9 v R5 = 12Ω
Dit: I …
R3=8Ω Jwb: untuk menjawab 2
pertanyaan kita harus
R5=12Ω menggunakan hokum II
97

kirchooff karena ada


hambatan yang disusun
paralel maka R4 dan R5 paralel
∑ε +∑IR = 0 3
+ɛ 2 - ɛ 1 + I (R1 + R2 + R3 +
R45) = 0
+9 - 24 + I (5+14 + 8 + 3) = 0
I= =

(rumus benar, hasil


perhitungan salah)
∑ε +∑IR = 0 4
+ɛ 2 - ɛ 1 + I (R1 + R2 + R3 +
R45) = 0
+9 - 24 + I (5+14 + 8 + 3) = 0
I= = A

10 Untuk gambar dibawah ini hitungkah beda 0


potensial antara A dan B! Dik: R1 = 1Ω ɛ 1= 10v, 1Ω 1
Q ɛ 1=10v,1Ω R1=1Ω P R2 = 1Ω ɛ 2 = 5 v, 1Ω
R3 = 2Ω ɛ 3 = 2,5v, 1Ω
Dit: ɛ AB …
T A B R2=1Ω ɛ 2=5v,1Ω U
Jwb: untuk menjawab 2
pertanyaan kita harus
menggunakan hokum
R R3=2Ω ɛ 3=2,5,1Ω S
kirchooff, karena cabang AB
terbuka makan tidak dilalui
arus
∑ε +∑IR = 0 3
-ɛ 1 - ɛ 3 + I (R1 + R3+ r1 + r3)
=0
-10 – 2,5 + I (1+2 + 1 + 1) = 0
I= = 2,5 A
VAB = ∑ε +∑IR
=+ɛ 1 - ɛ 2 + I (R1 + R2+ r1 +
r2)
= -10 – 5 + -2,5 (1+1 + 1 - 1)
= 10-5-5 =
(rumus benar hasil
perhitungan salah)
VAB = ∑ε +∑IR 4
=+ɛ 1 - ɛ 2 + I (R1 + R2+ r1 +
r2)
= -10 – 5 + -2,5 (1+1 + 1 - 1)
98

= 10-5-5 = 0 v

REKAP ANALISIS BUTIR


======================
Rata2 = 19.97
Simpangan Baku = 6.44
Korelasi XY = 0.90
Relibilitas Tes = 0.78
Butir Soal = 10
Jumlah Subjek = 35
No No.Butir T DP Tingkat korelasi Sign.Korelasi
Asli (%) kesukaran
1 1 0.00 0.00 Mudah -0.017 -
2 2 3.11 36.11 Mudah 0.701 Signifikan
3 3 3.11 36.11 Mudah 0.701 Signifikan
4 4 3.75 47.22 Sedang 0.718 Sangat Signifikan
5 5 4.17 55.66 Sedang 0.621 Signifikan
6 6 1… 72.22 Sedang 0.742 Sangat Signifikan
7 7 7.91 69.44 Sedang 0.699 Signifikan
8 8 2.94 41.67 Sedang 0.433 -
9 9 1.47 13.89 Sangat Sukar 0.480 -
10 10 1.47 13.89 Sangat Sukar 0.510 -
99

TES
( Instrumen Pretest dan Posttest)
Nama :
Tanggal :
Kelas/semester : X/2
Materi : Listrik Dinamis
Alokasi waktu : 90 menit

Kerjakan soal dibawah ini dengan cermat dan teliti!


1. Dua penghantar silender terbuat dari bahan sama, memiliki volum sama tetapi
penghantar yang satu panjangnya tiga kali dari penghantar lainnya. Jika
penghantar yang lebih panjang memiliki hambatan 1,8 Ω, berapakah hambatan
penghantar yang lebih pendek?
2. Empat buah elemen yang identik, masing-masing dengan ggl 2 volt disusun
seri, kemudian kedua ujungnya dihubungkan dengan seutas kawat yang
hambatannya 2,8 Ω. Jika kuat arus yang mengalir pada kawat adalah 2 ampere,
tentukan hambatan dalam masing-masing elemen?
3. Pada gambar rangkaian dibawah ini, tentukanlah hambatan listrik antara titik A
dan D !
A R1 = 3Ω R2 = 3Ω R3 = 3Ω R4 = 3Ω C

R5 = 9Ω R6 = 6Ω
B D
R7 = 3Ω R8 = 3Ω R9 = 3Ω R10 = 3Ω
4. Perhatikan rangkaian satu loop pada ganbar di samping, tentukan kuat arus
total dalam rangkaian!
b R1 = 5Ω c 12v d

3v I arah loop
100

a e
R2 = 7Ω
5. a R1

R2 R3 R4
b
Untuk rangkaian gambar berikut diketahui, R1 = 9 Ω, R2 = 6Ω, R3 = 3Ω dan R4
= 2Ω. Jika ujung a b dihubungkan dengan beda potensial 20 V, tentukanlah
hambatan penggantinya?

6. Perhatikan gambar dibawah ini, jika setiap sumber bernilai 6 v 2Ω, tentukanlah
I total dalam rangkaian!

R1 = 2Ω R4=1Ω
b R2 = 3Ω a I
R3 = 6Ω
101

KISI- KISI ANGKET

No Indikator Butir
1 Meningkatkan motivasi dan berperan aktif 1,4,5,
2 Pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan analisis 3,11,12
3 Mengembangkan konsep siswa 2,9,10
4 Dapat mengerjakan soal listrik dinamis 13,14,15
5 Kebebasan berpendapat 6,7,8
102

KUISIONER
TANGGAPAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN
Kelas : …………
Jenis Kelamin : (P/L)*
*Coret yang tidak perlu
PETUNJUK:
1. Bacalah basmalah sebelum mengisi kuisioner.
2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jujur
3. Berilah tanda chek-list (√) pada jawaban yang tepat sesuai keadaan anda
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah kamu termotivasi dengan pembelajaran ini?
2 Apakah pembelajaran ini dapat memudahkan kamu untuk
mempelajari konsep listrik dinamis?
3 Apakah menurut kamu belajar memecahkan masalah memacu
kamu untuk berfikir analisis?
4 Apakah kamu dapat berperan aktif selama pembelajaran
berlangsung?
5 Apakah kamu senang dengan belajar memecahkan masalah?
6 Apakah dengan kegiatan pembelajaran ini kamu memiliki
kebebasan untuk bertanya?
7 Apakah kamu diberi kebebasan untuk mengomentari pendapat
teman mu?
8 Apakah kamu diberikan bebas berpendapat?
9 Apakah dengan pembelajaran ini yang tadinya kamu tidak tau
namun sekarang kamu menjadi tau?
10 Apakah kamu dapat mengembangkan konsep listrik dinamis?
11 Setelah memecahakan masalah, apakah kamu mampu
membedakan (differentiating) bagaian-bagian dari seluruh
struktur dari bentuk yang sesuai?
12 Setelah memecahkan masalah, apakah kamu mampu
mengorganisasi (organizing) mengidentifikasi unsur-unsur
menjadi struktur yang saling terikat?
13 Setelah memecahkan masalah ,kamu mampu mengerjakan
soal-soal listik dinamis yang bersifat matematis?
14 Setelah memecahkan masalah, kamu mampu menganalisis
soal-soal listrik dinamis?
15 Dengan berlatih memecahkan masalah, kamu dapat
memecahkan masalah listrik dinamis?
103

Hasil Analisis Angket

Butir Pertanyaan
No Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 siswa 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1
2 siswa 2 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0
3 siswa 3 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1
4 siswa 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
5 siswa 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
6 siswa 6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
7 siswa 7 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1
8 siswa 8 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
9 siswa 9 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0
10 siswa 10 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1
11 siswa 11 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1
12 siswa 12 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1
13 siswa 13 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1
14 siswa 14 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1
15 siswa 15 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 siswa 16 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1
17 siswa 17 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
18 siswa 18 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1
19 siswa 19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0
20 siswa 20 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1
21 siswa 21 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1
22 siswa 22 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0
23 siswa 23 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
24 siswa 24 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
25 siswa 25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
26 siswa 26 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1
27 siswa 27 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
28 siswa 28 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
29 siswa 29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
30 siswa 30 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
31 siswa 31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
32 siswa 32 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1
Jumlah 27 22 28 16 27 30 24 18 14 23 23 13 24 21 26
104

HASIL BUTIR SOAL PRETEST- POSTTEST KELAS


EKSPERIMEN DAN KONTROL
KELAS KONTROL
Pretest
Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6
1 siswa 1 2 3 2 3 1 0 11 45,83
2 siswa 2 3 2 1 2 2 0 10 41,67
3 siswa 3 4 2 3 1 1 0 11 45,83
4 siswa 4 2 3 3 3 0 0 11 45,83
5 siswa 5 3 3 2 1 0 0 9 37,50
6 siswa 6 2 3 3 3 0 0 11 45,83
7 siswa 7 1 2 2 3 4 0 12 50,00
8 siswa 8 2 3 2 3 0 0 10 41,67
9 siswa 9 1 2 3 0 1 0 7 29,17
10 siswa 10 1 1 2 2 0 0 6 25,00
11 siswa 11 2 2 3 3 2 0 12 50,00
12 siswa 12 3 2 1 2 0 0 8 33,33
13 siswa 13 1 2 3 4 2 0 12 50,00
14 siswa 14 2 2 3 3 2 0 12 50,00
15 siswa 15 4 1 1 1 3 0 10 41,67
16 siswa 16 4 2 3 2 0 0 11 45,83
17 siswa 17 3 2 3 3 0 0 11 45,83
18 siswa 18 2 3 2 1 0 0 8 33,33
19 siswa 19 2 2 1 3 0 0 8 33,33
20 siswa 20 3 3 3 0 0 0 9 37,50
21 siswa 21 1 3 2 1 0 0 7 29,17
22 siswa 22 3 3 3 3 1 0 13 54,17
23 siswa 23 1 1 2 3 1 0 8 33,33
24 siswa 24 1 2 2 1 0 0 6 25,00
25 siswa 25 2 3 1 2 1 0 9 37,50
26 siswa 26 2 3 3 3 2 0 13 54,17
27 siswa 27 2 2 1 1 1 0 7 29,17
28 siswa 28 3 3 3 2 2 0 13 54,17
29 siswa 29 1 1 2 2 0 0 6 25,00
30 siswa 30 2 1 2 3 0 0 8 33,33
105

31 siswa 31 2 1 3 1 2 0 9 37,50
32 siswa 32 1 2 2 3 0 0 8 33,33
Posttest
Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6
1 siswa 1 1 1 4 4 4 1 15 62,50
2 siswa 2 1 1 3 3 4 1 13 54,17
3 siswa 3 1 1 3 3 3 1 12 50,00
4 siswa 4 1 1 3 3 3 1 12 50,00
5 siswa 5 1 1 3 3 3 1 12 50,00
6 siswa 6 1 1 2 3 1 1 9 37,50
7 siswa 7 1 1 2 2 1 0 7 29,17
8 siswa 8 1 1 2 1 1 0 6 25,00
9 siswa 9 1 1 2 2 1 1 8 33,33
10 siswa 10 1 1 3 2 1 0 8 33,33
11 siswa 11 1 0 3 1 2 3 10 41,67
12 siswa 12 1 1 4 3 3 3 15 62,50
13 siswa 13 1 1 4 3 3 1 13 54,17
14 siswa 14 1 1 3 3 2 1 11 45,83
15 siswa 15 1 1 3 3 2 0 10 41,67
16 siswa 16 1 2 3 3 2 0 11 45,83
17 siswa 17 1 2 3 3 3 0 12 50,00
18 siswa 18 1 2 3 3 3 1 13 54,17
19 siswa 19 2 2 3 3 3 0 13 54,17
20 siswa 20 1 1 3 3 2 0 10 41,67
21 siswa 21 2 2 3 3 3 1 14 58,33
22 siswa 22 1 0 3 3 3 1 11 45,83
23 siswa 23 1 0 3 3 3 1 11 45,83
24 siswa 24 1 1 3 2 1 1 9 37,50
25 siswa 25 1 0 3 3 1 1 9 37,50
26 siswa 26 0 0 3 3 4 1 11 45,83
27 siswa 27 0 0 3 3 4 1 11 45,83
28 siswa 28 1 1 3 3 1 1 10 41,67
29 siswa 29 1 1 2 3 4 1 12 50,00
30 siswa 30 2 1 3 4 3 2 15 62,50
31 siswa 31 1 2 3 3 3 2 14 58,33
32 siswa 32 1 1 3 3 3 2 13 54,17
106

KELAS EKSPERIMEN
Pretest
Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6
1 siswa 1 3 2 0 1 0 0 6 25,00
2 siswa 2 2 3 2 1 0 0 8 33,33
3 siswa 3 2 2 1 3 0 0 8 33,33
4 siswa 4 1 2 3 0 0 0 6 25,00
5 siswa 5 1 3 2 1 0 1 8 33,33
6 siswa 6 1 3 2 0 1 1 8 33,33
7 siswa 7 1 0 2 3 1 3 10 41,67
8 siswa 8 1 2 1 1 2 0 7 29,17
9 siswa 9 2 3 1 2 1 1 10 41,67
10 siswa 10 2 2 2 1 1 1 9 37,50
11 siswa 11 2 1 1 1 0 2 7 29,17
12 siswa 12 2 1 1 2 0 0 6 25,00
13 siswa 13 1 2 3 3 2 1 12 50,00
14 siswa 14 2 1 2 3 1 2 11 45,83
15 siswa 15 2 1 3 1 2 3 12 50,00
16 siswa 16 1 1 2 3 0 0 7 29,17
17 siswa 17 1 2 3 0 1 1 8 33,33
18 siswa 18 1 1 2 2 3 0 9 37,50
19 siswa 19 1 2 2 1 2 2 10 41,67
20 siswa 20 3 2 1 2 2 2 12 50,00
21 siswa 21 1 2 3 4 2 2 14 58,33
22 siswa 22 1 1 1 2 3 3 11 45,83
23 siswa 23 4 1 1 1 3 2 12 50,00
24 siswa 24 4 1 1 1 3 2 12 50,00
25 siswa 25 1 2 2 2 1 2 10 41,67
26 siswa 26 1 1 1 2 2 2 9 37,50
27 siswa 27 4 2 3 1 1 1 12 50,00
28 siswa 28 2 1 1 1 1 2 8 33,33
29 siswa 29 3 3 2 1 0 0 9 37,50
30 siswa 30 1 2 3 1 2 3 12 50,00
31 siswa 31 1 2 2 3 4 1 13 54,17
32 siswa 32 2 2 1 3 3 2 13 54,17
107

Posttest
Butir Soal
No Nama Skor Nilai
1 2 3 4 5 6
1 siswa 1 3 3 4 4 4 3 21 87,50
2 siswa 2 3 3 2 4 2 3 17 70,83
3 siswa 3 3 3 3 4 4 3 20 83,33
4 siswa 4 3 3 3 3 4 2 18 75,00
5 siswa 5 3 3 2 2 4 2 16 66,67
6 siswa 6 3 3 3 4 4 3 20 83,33
7 siswa 7 3 3 3 3 4 3 19 79,17
8 siswa 8 3 3 2 4 3 3 18 75,00
9 siswa 9 3 3 4 4 4 3 21 87,50
10 siswa 10 3 3 4 3 4 3 20 83,33
11 siswa 11 2 3 2 4 4 3 18 75,00
12 siswa 12 3 3 4 4 4 3 21 87,50
13 siswa 13 3 3 4 4 3 3 20 83,33
14 siswa 14 1 1 1 2 1 0 6 25,00
15 siswa 15 3 2 2 3 2 2 14 58,33
16 siswa 16 3 3 3 4 0 1 14 58,33
17 siswa 17 3 1 1 4 4 1 14 58,33
18 siswa 18 3 3 4 4 4 3 21 87,50
19 siswa 19 3 0 0 4 4 3 14 58,33
20 siswa 20 3 3 3 4 4 3 20 83,33
21 siswa 21 3 0 0 4 4 3 14 58,33
22 siswa 22 2 3 4 4 4 3 20 83,33
23 siswa 23 2 3 3 4 4 3 19 79,17
24 siswa 24 2 3 3 4 4 3 19 79,17
25 siswa 25 2 3 4 4 4 3 20 83,33
26 siswa 26 3 3 3 4 4 3 20 83,33
27 siswa 27 3 0 0 4 4 3 14 58,33
28 siswa 28 3 3 3 4 4 3 20 83,33
29 siswa 29 3 3 3 4 3 3 19 79,17
30 siswa 30 2 3 4 4 4 3 20 83,33
31 siswa 31 2 3 3 3 4 3 18 75,00
32 siswa 32 2 2 4 3 3 3 17 70,83
108

Tabel 4.1.Hasil Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol


Kelompok Kelompok
Siswa Eksperimen Siswa Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
X1 25,00 87,50 Y1 45,83 62,50
X2 33,33 70,83 Y2 41,67 54,17
X3 33,33 83,33 Y3 45,83 50,00
X4 25,00 75,00 Y4 45,83 50,00
X5 33,33 66,67 Y5 37,50 50,00
X6 33,33 83,33 Y6 45,83 37,50
X7 41,67 79,17 Y7 50,00 29,17
X8 29,17 75,00 Y8 41,67 25,00
X9 41,67 87,50 Y9 29,17 33,33
X10 37,50 83,33 Y10 25,00 33,33
X11 29,17 75,00 Y11 50,00 41,67
X12 25,00 87,50 Y12 33,33 62,50
X13 50,00 83,33 Y13 50,00 54,17
X14 45,83 25,00 Y14 50,00 45,83
X15 50,00 58,33 Y15 41,67 41,67
X16 29,17 58,33 Y16 45,83 45,83
X17 33,33 58,33 Y17 45,83 50,00
X18 37,50 87,50 Y18 33,33 54,17
X19 41,67 58,33 Y19 33,33 54,17
X20 50,00 83,33 Y20 37,50 41,67
X21 58,33 58,33 Y21 29,17 58,33
X22 45,83 83,33 Y22 54,17 45,83
X23 50,00 79,17 Y23 33,33 45,83
X24 50,00 79,17 Y24 25,00 37,50
X25 41,67 83,33 Y25 37,50 37,50
X26 37,50 83,33 Y26 54,17 45,83
X27 50,00 58,33 Y27 29,17 45,83
X28 33,33 83,33 Y28 54,17 41,67
X29 37,50 79,17 Y29 25,00 50,00
X30 50,00 83,33 Y30 33,33 62,50
X31 54,17 75,00 Y31 37,50 58,33
X32 54,17 70,83 Y32 33,33 54,17
Jumlah 1287,50 2383,33 Jumlah 1275,00 1500,00
Rata- 40,23 74,48 Rata- 39,84 46,88
109

rata rata
Perhitungan Data Statistik Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperiment

1. Sebaran Data Nilai Pretest


25,00 25,00 25,00 29,17 29,17 29,17 33,33 33,33
33,33 33,33 33,33 33,33 37,50 37,50 37,50 37,50
41,67 41,67 41,67 41,67 45,83 45,83 50,00 50,00
50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 54,17 54,17 58,33

2. Tabel Distribusi Frekuensi


Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi
dapat diterapkan langkah-langkah berikut:
a. Menentukan jangkaun data/ range (R)
Nilai maksimum = 62,50
Nilai minimum = 25,00
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 62,50 – 25,00
= 37,5
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n --- n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 32
K = 1 + 3,3 (1,5)
K = 5,95 = 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
c. Menentukan panjang kelas / interval (i)

i= = = 6,25  6

d. Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas


berikutnya. Sehingga diperoleh:
110

Tabel 1 Distribusi Frekuensi


Nilai F xi xi2 fixi fixi2
25 - 30 6 27,5 756,25 165 4537,5
31 - 36 6 33,5 1122,25 201 6733,5
37 - 42 8 39,5 1560,25 316 12482
43 - 48 2 45,5 2070,25 91 4140,5
49 -54 9 51,5 2652,25 463,5 23870,3
55 - 60 1 57,5 3306,25 57,5 3306,25
Jumlah 32 255 11467,5 1294 55070

3. Perhitungan rata-rata/ Mean (X)


X= = = 40,4

4. Perhitungan Median (Me)

Me = b + p

Keterangan :
b = batas bawah median
p = panjang batas median
n = banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f = frekuensi kelas median

Me = b + p

Me = 42,5 + 6

Me = 45,5
111

5. Perhitungan Modus (Mo)

Mo = b + p

Keterangan :
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudahnya

Mo = b + p

Mo = 48,5 + 6

Mo = 51,3

6. Perhitungan Varians (s2)

s=

s=

s = 9,4 (simpangan baku)


s2 = 88,36
112

1. Sebaran Data Nilai Posttest


25,00 58,33 58,33 58,33 58,33 58,33 58,33 66,67
70,83 70,83 75,00 75,00 75,00 75,00 79,17 79,17
79,17 79,17 83,33 83,33 83,33 83,33 83,33 83,33
83,33 83,33 83,33 83,33 87,50 87,50 87,50 87,50

2. Tabel Distribusi Frekuensi


Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi
dapat diterapkan langkah-langkah berikut:
a. Menentukan jangkaun data/ range (R)
Nilai maksimum = 87.50
Nilai minimum = 25,00
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 87,50 – 25,00
= 62,50
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n --- n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 32
K = 1 + 3,3 (1,5)
K = 5,95 = 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
c. Menentukan panjang kelas / interval (i)

i= = = 10,4  10

d.Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas


berikutnya. Sehingga diperoleh:
113

Tabel 2 Distribusi Frekuensi

Nilai F xi xi2 fixi fixi2


25 - 34 1 29,5 870,25 29,5 870,25
35 - 44 0 39,5 1560,25 0 0
45- 54 0 49,5 2450,25 0 0
55-64 6 59,5 3540,25 357 21241,5
65 - 74 3 69,5 4830,25 208,5 14490,8
75 - 84 18 79,5 6320,25 1431 113765
85- 94 4 89,5 8010,25 358 32041
Jumlah 32 416,5 27581,8 2384 182408

3. Perhitungan rata-rata/ Mean (X)


X= = = 74,5

n = jumlah data
4. Perhitungan Median (Me)

Me = b + p

Keterangan :
b = batas bawah median
p = panjang batas median
n = banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f = frekuensi kelas median

Me = b + p

Me = 64,5 + 10

Me = 89,5
114

5. Perhitungan Modus (Mo)

Mo = b + p

Keterangan :
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudahnya

Mo = b + p

Mo = 74,5 + 10

Mo = 79,6

6. Perhitungan Varians (s2)

s=

s=

s = 12,4 (Simpangan Baku)


s2 = 153,76
115

Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen


No Xi F Zn Xi-X Zi Zt F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 25,00 3 3 -15,4 -1,64 0,4495 0,0505 0,0938 0,0433
2 29,17 3 6 -11,2 -1,19 0,3830 0,1170 0,1875 0,0705
3 33,33 6 12 -7,1 -0,75 0,2734 0,2266 0,3750 0,1484
4 37,50 4 16 -2,9 -0,31 0,1217 0,3783 0,5000 0,1217
5 41,67 4 20 1,3 0,14 0,0557 0,5557 0,6250 0,0693
6 45,83 2 22 5,4 0,58 0,2190 0,7190 0,6875 0,0315
7 50,00 7 29 9,6 1,02 0,3461 0,8461 0,9063 0,0601
8 54,17 2 31 13,8 1,46 0,4279 0,9279 0,9688 0,0409
9 58,33 1 32 17,9 1,91 0,4719 0,9719 1 0,0281

Keterangan:
X (rata-rata) = 40,4
s = 9,4
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1484 < 0,566) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
116

Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen


No Xi F Zn Xi-X Zi Zt F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 25,00 1 1 -49,5 -3,99 0,5000 0,0000 0,0313 0,0313
2 58,33 6 7 -16,2 -1,30 0,4032 0,0968 0,2188 0,1220
3 66,67 1 8 -7,8 -0,63 0,2357 0,2643 0,2500 0,0143
4 70,83 2 10 -3,7 -0,30 0,1179 0,3821 0,3125 0,0696
5 75 4 14 0,5 0,04 0,0160 0,5160 0,4375 0,0785
6 79,17 4 18 4,7 0,38 0,1480 0,6480 0,5625 0,0855
7 83,33 10 28 8,8 0,71 0,4564 0,9564 0,8750 0,0814
8 87,5 4 32 13,0 1,05 0,3531 0,8531 1,0000 0,1469

Keterangan:
X (rata-rata) = 74,5
s = 12,4
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1469 < 0,566) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
117

Perhitungan Data Statistik Pretest dan Posttest


Kelompok Kontrol
1. Sebaran Data Nilai Pretetst
25,00 25,00 25,00 29,17 29,17 29,17 33,33 33,33
33,33 33,33 33,33 33,33 37,50 37,50 37,50 37,50
41,67 41,67 41,67 45,83 45,83 45,83 45,83 45,83
45,83 50,00 50,00 50,00 50,00 54,17 54,17 54,17

2. Tabel Distribusi Frekuensi


Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat table distribusi frekuensi dapat
diterapkan langkah-langkah berikut:
a. Menentukan jangkaun data/ range (R)
Nilai maksimum = 54,17
Nilai minimum = 25,00
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 54,17 – 25,00
= 32,17
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n --- n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 32
K = 1 + 3,3 (1,5)
K = 5,95 = 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
c. Menentukan panjang kelas / interval (i)
i= = = 4,86  5

d. Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas


berikutnya. Sehingga diperoleh:
118

Tabel 1 Distribusi Frekuensi


Nilai F xi xi2 fixi fixi2
25 - 29 6 27 729,00 162,0 4374,0
30 - 34 6 32 1024,00 192,0 6144,0
35 - 39 4 37 1369,00 148,0 5476,0
40 - 44 3 42 1764,00 126,0 5292,0
45- 49 6 47 2209,00 282,0 13254,0
50 - 54 7 52 2704,00 364,0 18928,0
jumlah 32 237,0 9799,0 1274,0 53468,0

3. Perhitungan rata-rata/ Mean (X)


X= = = 39,8

n = jumlah data
4. Perhitungan Median (Me)

Me = b + p

Keterangan :
b = batas bawah median
p = panjang batas median
n = banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f = frekuensi kelas median

Me = b + p

Me = 39,5 + 5

Me = 39,5

5. Perhitungan Modus (Mo)


119

Mo = b + p

Keterangan :
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya

Mo = b + p

Mo = 49,5 + 5

Mo = 52

6. Perhitungan Varians (s2)

s=

s=

s = 9,4 (simpangan baku)


s2 = 88,39
120

1. Sebaran Data Nilai Posttest


25,00 29,17 33,33 33,33 37,50 37,50 37,50 41,67
41,67 41,67 41,67 45,83 45,83 45,83 45,83 45,83
45,83 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 54,17 54,17
54,17 54,17 54,17 58,33 58,33 62,50 62,50 62,50

2. Tabel Distribusi Frekuensi


Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat table distribusi frekuensi
dapat diterapkan langkah-langkah berikut:
a. Menentukan jangkaun data/ range (R)
Nilai maksimum = 62,50
Nilai minimum = 25,00
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 62,50 – 25,00
= 37,50
b. Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n --- n = banyaknya data
K = 1 + 3,3 log 32
K = 1 + 3,3 (1,5)
K = 5,95 = 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
c. Menentukan panjang kelas / interval (i)
i= = = 6,25  6

d. Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas


berikutnya. Sehingga diperoleh:
121

Tabel 2 Distribusi Frekuensi


Nilai F xi xi2 fixi fixi2
25 - 30 2 27,5 756,25 55 1512,5
31 - 36 2 33,5 1122,25 67 2244,5
37 - 42 7 39,5 1560,25 276,5 10921,8
43 - 48 6 45,5 2070,25 273 12421,5
49 -54 10 51,5 2652,25 515 26522,5
55 - 60 2 57,5 3306,25 115 6612,5
61 - 66 3 63,5 4032,25 190,5 12096,8
Jumlah 32 318,5 15499,8 1492 72332

3. Perhitungan rata-rata/ Mean (X)


X= = = 46,6

n = jumlah data
4. Perhitungan Median (Me)

Me = b + p

Keterangan :
b = batas bawah median
p = panjang batas median
n = banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f = frekuensi kelas median

Me = b + p

Me = 43,5+ 6

Me = 48,5
122

5. Perhitungan Modus (Mo)

Mo = b + p

Keterangan :
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya

Mo = b + p

Mo = 48,5 + 6

Mo = 50,5

6. Perhitungan Varians (s2)

s=

s=

s = 9,4 (simpangan baku)


s2 = 88,36
123

Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol


No Xi F Zn Xi-X Zi Zt F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 25,00 3 3 -14,80 -1,57 0,4418 0,0582 0,0938 0,0356
2 29,17 3 6 -10,63 -1,13 0,3708 0,1292 0,1875 0,0583
3 33,33 6 12 -6,47 -0,69 0,2549 0,2451 0,3750 0,1299
4 37,50 4 16 -2,30 -0,24 0,0948 0,4052 0,5000 0,0948
5 41,67 3 19 1,87 0,20 0,0793 0,5793 0,5938 0,0145
6 45,83 6 25 6,03 0,64 0,2389 0,7389 0,7813 0,0424
7 50,00 4 29 10,20 1,09 0,3621 0,8621 0,9063 0,0442
8 54,17 3 32 14,37 1,53 0,437 0,937 1,0000 0,0630

Keterangan:
X (rata-rata) = 39,8
s = 9,4
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltab,
(0,1299 < 0,566) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
124

Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol


No Xi F Zn Xi-X Zi Zt F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 25,00 1 1 -21,6 -2,30 0,4893 0,0107 0,0313 0,0206
2 29,17 1 2 -17,4 -1,85 0,4678 0,0322 0,0625 0,0303
3 33,33 2 4 -13,3 -1,41 0,4287 0,0713 0,1250 0,0537
4 37,50 3 7 -9,1 -0,97 0,3340 0,1660 0,2188 0,0528
5 41,67 4 11 -4,9 -0,52 0,1985 0,3015 0,3438 0,0423
6 45,83 6 17 -0,8 -0,08 0,0319 0,4681 0,5313 0,0632
7 50,00 5 22 3,4 0,36 0,1406 0,6406 0,6875 0,0469
8 54,17 5 27 7,6 0,81 0,2910 0,7910 0,8438 0,0528
9 58,33 2 29 11,7 1,25 0,3944 0,8944 0,9063 0,0119
10 62,5 3 32 15,9 1,69 0,4545 0,9545 1,0000 0,0455

Keterangan:
X (rata-rata) = 46,6
s = 9,4
Dari uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltab,
(0,0632 < 0,566) dengan derajat signifikan 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
125

Uji Homogenitas Pretest

F= dimana S2 =

Keterangan:
F : nilai uji F
S12 : Varians terbesar
S 2 2 : Varians terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho
ditolak jika Fh> Ft dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

F= = =1

Dengan : S12 : Varians kelompok eksperimen


S 2 2 : Varians kelompok control
Didapat Ftabel dengan pembilang df = 32 -1 =31 dan penyebut df = 32 – 1 =
39 didapat Ftabel = 1,772 (dengan derajat signifikan 95%). Fhitung < Ftabel (1<1,772).
Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
Perhitungan Ftabel
df pembilang = 32 -1 = 31
df penyebut = 32 -1 = 31
F(30,32) = 1,82
F(32,40) = 1,76
F (31,31) =

F (31,31) = 1,772
Jadi, Ftabel = 1,772
126

Uji Homogenitas Posttest

F= dimana S2 =

Keterangan:
F : nilai uji F
S12 : Varians terbesar
S 2 2 : Varians terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho
ditolak jika Fh> Ft dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.

F= = = 1,740

Dengan : S12 : Varians kelompok eksperimen


S 2 2 : Varians kelompok kontrol
Didapat Ftabel dengan pembilang df = 32 -1 =31 dan penyebut df = 32 – 1 =
39 didapat Ftabel = 1,772 (dengan derajat signifikan 95%). Fhitung < Ftabel (1,740 <
1,772). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
Perhitungan Ftabel
df pembilang = 32 -1 = 31
df penyebut = 32 -1 = 31
F(30,32) = 1,82
F(32,40) = 1,76
F (31,31) =

F (31,31) = 1,772
Jadi, Ftabel = 1,772
127

Uji Hipotesis Pretest

Thit = dengan Sgab atau S =

Thit = s=

Thit = 0,255 S = 9,4

kriteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel


b. Tolak Ho jika thitung > ttabel
untuk mendapatkan ttabel dilakukan interpolasi, dengan rumus:
df = n1 + n2 – 2
= 32 + 32 – 2
= 62
T (60,95%)
T (120,95%)
Selisih antara ttabel (60) dengan df adalah 18, jadi t untuk df 78 adalah:

T (62, 95%) = 2,000 – (2,000 – 1,980)

= 1,999
Jadi ttabel = 1,999
Karena thitung< ttabel (0,255<1,999), maka Ho diterima, Ha ditolak.
128

Uji Hipotesis Posttest

Thit = dengan Sgab atau S =

Thit = s=

Thit = 10,142 S = 11,003

Criteria pengujian a. Terima Ho jika thitung < ttabel


b. Tolak Ho jika thitung > ttabel
untuk mendapatkan ttabel dilakukan interpolasi, dengan rumus:
df = n1 + n2 – 2
= 32 + 32 – 2
= 62
T (60,95%)
T (120,95%)
Selisih antara ttabel (60) dengan df adalah 18, jadi t untuk df 78 adalah:

T (62, 95%) = 2,000 – (2,000 – 1,980)

= 1,999
Jadi ttabel = 1,999
Karena thitung>ttabel (10,142>1,999), maka Ho ditolak, Ha diterima

Anda mungkin juga menyukai