Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh api, atau oleh penyebab lain
misalnya pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia serta
radiasi.1 Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga efek
sistemik.2 Penyebab luka bakar yang paling sering adalah terbakar api.2
Luka bakar merupakan jenis trauma dengan angka morbiditas dan mortalitas
tinggi yang memerlukan suatu penatalaksanaan sebaik-baiknya sejak fase awal
hingga fase lanjut.. Luka bakar dapat terjadi pada setiap orang muda maupun
orang tua dan baik laki-laki maupun perempuan. Luka bakar dapat bervariasi dari
cedera ringan yang dapat dengan mudah dikelola di klinik rawat jalan, untuk luka
yang luas dapat mengakibatkan kegagalan sistem organ dan perawatan yang
berkepanjangan di rumah sakit.3 Di Amerika Serikat, sekitar 1,25 juta orang
dengan luka bakar hadir di unit gawat darurat setiap tahun. Di antara ini, 63.000
memiliki luka bakar ringan yang dirawat terutama di bagian gawat darurat dan
tambahan 6000 mempertahankan luka bakar besar yang membutuhkan rawat
inap.10
Penatalaksanaan luka bakar harus dievaluasi secara sistemik. Prioritas utama
adalah mempertahankan primary survey (Airway, Breathing, Circulation,
Disability, Exposure). Kemudian pemberian resusitasi cairan dengan tujuan
preservasi perfusi yang adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular
regional, sehingga iskemia jaringan tidak terjadi. Pemberian nutrisi secara enteral
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Dapat juga dilakukan
tindakan pembedahan pada luka bakar, seperti eksisi dini (debridement) dan skin
grafting yang merupakan metode penutupan luka sederhana.6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian
tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Pemahaman
tentang anatomi dan fisiologi kulit akan membantu mempermudah perawatan
kulit untuk mendapatkan kulit wajah yang segar, lembab, halus, lentur dan bersih.
Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika
ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16%
dari berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari
berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi
melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara
terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah
mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra
violet.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan
tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih
banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida.
Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida
dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti
temperature udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara,
kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-
penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam
metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit.

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu :


1. Epidermis sebagai lapisan yang paling luar,
2. Dermis,

2
3. Subkutis

Gambar 1. Anatomi Kulit

Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk
diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian
epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang
paling tebal berukuran 1 milimeter pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang
paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan
perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis
karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar
sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam
epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan epidermis paling atas,
dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas
beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme,
tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan tanduk sebagian besar
terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat
resisten terhadap bahan-bahan kimia, dikenal dengan lapisan horny. Lapisan
horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan sel baru
setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya 28 hari. Pada saat terlepas,
kondisi kulit terasa sedikit kasar. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus

3
berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing
capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Dengan bertambahnya usia, proses
keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60-tahunan,
proses keratinisasi membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan
tanduk yang sudah menjadi kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak putih
karena melanosit lambat bekerjanya dan penyebaran melanin tidak lagi merata
serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit
pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah
terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu
memelihara tonus dan turgorkulit. Lapisan tanduk memiliki daya serap air yang
cukup besar.
b. Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di
bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan
lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-
kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya).
Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses
keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit
berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir dalam protoplasmanya,
berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada kulit telapak
tangan dan kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi terdiri atas
sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-
akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas
serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke
arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah
antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan
pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam,
banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan

4
taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis
taju mengandung kolesterol, asam amino dan glutation.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan lapisan
terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan
kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi
dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur
halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup
besar terhadap pengaturan metabolism demoepidermal dan fungsi-fungsi vital
kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis
dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel
tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells,
melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan
kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak,
pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus
arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-
menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang
menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai
permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat
sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit.
Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis
terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan
telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks
interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf
perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari
luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan
fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa
juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri
kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak
rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu
roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut
memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut.

5
Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat
menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-
pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung
yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar
asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang
biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit.
Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan
dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya
dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit
berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut
kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena
fungsinya adalah membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan
dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi
kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang
menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi.
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit, membentuk pori-pori
keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih
banyak terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah
ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-
sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan
jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu
keringat yang mengandung 95 – 97 % air dan mengandung beberapa mineral,
seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari
telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh
badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam
pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung
dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada
rambutnya.

6
2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, putting susu,
pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan
yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang
Sel kelenjar ini mudah rusak dan 13 sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan
bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel
rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya
sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif
setelah usia akil baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis) Lapisan ini
terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang
berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-
pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit
berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organorgan tubuh
bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur
tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika
usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun.
Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya
dan akibatnya kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.

2. LUKA BAKAR
A. Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh api, atau oleh penyebab lain
misalnya pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia serta
radiasi.1 Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga efek
sistemik.2 Penyebab luka bakar yang paling sering adalah terbakar api.2

B. Etiologi
Beberapa penyebab luka bakar adalah sebagai berikut3:
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
• Gas
• Cairan

7
• Bahan padat (solid)
b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn)
c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn)
d. Luka bakar radiasi (radiasi injury)

C. Patofisiologi Luka Bakar3


Pajanan suhu tinggi pada kulit dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah kapiler di sekitarnya sehingga meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan kebocoran cairan intrakapilar menuju ruang interstitial
sehingga muncul edema dan bula. Selain itu, pada kulit yang rusak akibat suhu
tinggi tersebut, fungsi barrier kulit sebagai penahan penguapan rusak akibatnya
kehilangan cairan intravaskular lebih cepat.2 Pada luka bakar dengan luas kurang
dari 20%, tubuh masih dapat mengatasi dengan mekanisme kompensasi. Namun,
bila luas luka bkar lebih dari 20% dapat terjadi syok hipovolemik karena tubuh
gagal melakukan kompensasi. Syok ditandai dengan gejala berupa gelisah, pucat,
dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, penurunan tekanan darah, dan penurunan
produksi urin.2 Pasien luka bakar dapat mengalami anemia karena sel darah
mengalami kerusakan akibat pajanan suhu tinggi.2 Kebakaran yang terjadi dalam
ruang tertutup atau luka bakar wajah, dapat menyebabkan kerusakan mukosa jalan
nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Kerusakan mukosa dapat
menimbulkan edema laring sehingga menggangu jalan nafas yang ditandai dengan
gejala berupa sesak nafas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna
gelap tercampur jelaga.2 Kebakaran dalam ruang tertutup juga dapat menyebabkan
keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Gas CO (karbon monoksida)
memiliki afinitas lebih tinggi terhadap oksigen dibandingkan dengan hemoglobin
sehingga oksigen yang terikat dengan hemoglobin berkurang. Keracunan CO
ditandai dengan gejala yang ringan berupa lemas, bingung, pusing, mual, dan
muntah, hingga yang berat seperti koma dan meninggal.
Pada luka bakar resiko infeksi meningkat. Bakteri penyebab infeksi, dapat
berasal dari kulit pasien, saluran nafas atas, atau dari lingkungan sekitar/rumah
sakit. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada stadium awal yaitu kokus
gram positif, sedangkan pada stadium lanjut yaitu bakteri gram negatif. Salah satu

8
contoh bakteri penyebab infeksi luka bakar adalah Pseudomonas aeruginosa,
yang dapat diketahui dari warna hijau pada kasa penutup luka.2 Komplikasi dari
luka bakar antara lain kontraktur (luka bakar derajat tiga) sehingga fungsi sendi
dapat berkurang/hilang, ileus paralitik karena syok dan penurunan ion kalium,
tukak lambung/duodenum (stress ulcer atau tukak Curling) karena stres jaringan
dan hipoperfusi daerah splangnikus. Tukak ini dapat menyebabkan perdarahan
saluran cerna (hematemesis/melena). Pasien luka bakat dapat mengalami
penurunan berat badan disertai otot yang mengecil akibat proses katabolisme
protein yang meningkat pada fase awal luka bakar.

D. Luas Luka Bakar2,3,4


Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap total luas permukaan tubuh
seseorang (TBSA/Total Body Surface Area). Estimasi luas luka bakar berguna
untuk menentukan terapi. Beberapa cara menghitung luas luka bakar, antara lain:

1. Palmar surface
Perhitungan luas berdasarkan luas telapak tangan pasien termasuk jari (kecuali
jempol). Luas satu permukaan tangan dianggap sebagai 0,78% dari TBSA.

Gambar 2. Metode Palmar surface

9
2. Wallace rule of nines
Pada metode ini, setiap regio tubuh tertentu dianggap sebagai 9% dari TBSA.
Pada orang dewasa, luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan
bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri,
tungkai dan kaki kanan, tungkai dan kaki kri masing-masing seluas 9% kecuali
genitalia seluas 1%. Untuk anak, digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih
kecil. Sehingga pada anak kecil, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20
untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang
masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%,
ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.

Gambar 3. Rule of Nines untuk dewasa5

10
Gambar 4. Rule of Nines untuk anak6

3. Lund and Browder Chart


Metode ini lebih spesifik, dimana pembagian mencakup berbagai usia (mulai
dari neonatus hingga dewasa). Namun, penggunaan metode ini membutuhkan
waktu lebih lama.

Gambar 5. Lund and Browner Chart5

11
E. Derajat Luka bakar1,2,3,4

Gambar 6. Lapisan kulit pada derajat luka bakar

a) Derajat 1
Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis. Ditandai dengan
kemerahan, terdapat rasa nyeri dan setelah 24 jam akan timbul gelembung
kemudian kulit terkelupas. Kulit akan sembuh dalam 5-7 hari. Misalnya kulit yang
terbakar matahari.

b) Derajat 2
Kerusakan jaringan mencapai lapisan dermis namun masih terdapat elemen
epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut yaitu sel epitel basal, kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Luka dapat sembuh sendiri dalam
2-3 minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri dan bula berisi cairan eksudat.

12
Gambar 7. Luka bakar derajat 2

c) Derajat 3
Kerusakan terjadi pada seluruh kedalaman kulit. Tidak ada lagi elemen epitel
hidup tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, biasanya diikuti
dengan terbentuknya eskar, yaitu jaringan nekrosis akibat denaturasi protein
jaringan kulit, Untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting,
bila granulasi dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan jaringan parut yang
tebal dan menyempit, atau yang biasa disebut kontraktur. Kulit tampak pucat abu-
abu gelap atau hitam dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang
masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.

13
Gambar 8. Luka bakar derajat 3

F. Fase Luka Bakar3


Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan
penyakitnya dibedakan dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun
demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis
pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir
dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus
terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis
pada fase selanjutnya.

a. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal
yang berdampak sistemik.

14
b. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan proses inflamasi dan infeksi, masalah penutupan luka dengan titik
perhatian pada luka yang tidak berepitel luas atau pada struktur atau organ
fungsional, keadaan hipermetabolisme.

c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemuluhan fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyakit
berupa sikatrik yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.

G. Kriteria Berat Ringan luka bakar7


Kriteria berat ringannya luka bakar menurut American Burn Association yakni :
a. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
b. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 10 – 20% pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
c. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

15
H. Fase Penyembuhan Luka Bakar3
Penyembuhan luka bakar tergantung pada kedalaman luka bakar. Jackson (1959)
menggambarkan tiga zona kerusakan jaringan luka bakar (Arturson, 1996):
- Zona pusat koagulasi ini adalah bagian tengah dari luka bakar dengan nekrosis
coagulative lengkap.
- Zona stasis adalah dipinggiran zona koagulasi. Sirkulasi lamban dalam zona ini
tetapi dapat pulih setelah resusitasi awal yang memadai dan perawatan luka yang
tepat.
- Zona terluar dari hiperemi ini adalah perangkat untuk zona stasis. Ini adalah
hasil dari vasodilatasi intens seperti yang terlihat dalam fase inflamasi setelah
trauma. Hal ini akhirnya pulih sepenuhnya.
Pada tingkat pertama dan kedua derajat luka bakar ringan, penyembuhan
spontan adalah tujuan utama. Tingkat dua luka bakar ringan sembuh dari epitel
folikel rambut sisa, yang berada banyak dalam dermis superfisial. Penyembuhan
selesai dalam waktu 5-7 hari dan bekas luka hampir kurang. Ditingkat dua dalam
dan luka bakar tingkat tiga, penyembuhan secara sekunder, yang melibatkan
proses epithelisasi dan kontraksi (Gambar2), Inflamasi (reaktif), proliferasi
(reparatif) dan pematangan (renovasi) merupakan tiga fase dalam penyembuhan
luka. Proses ini sama untuk semua jenis luka, yang membedakan adalah durasi
dalam setiap tahap.

a) Fase Inflamasi
Fase ini sama di semua luka traumatis segera setelah cedera, respon inflamasi
tubuh yang dimulai pembuluh darah dan komponen seluler (Werner S, 2003).
• Respon Vaskular: Segera setelah luka bakar ada sebuah vasodilatasi lokal
dengan ekstravasasi cairan diruang ketiga. Dalam luka bakar yang luas
peningkatan permeabilitas kapiler dapat digeneralisasi dengan ekstravasasi besar
cairan plasma dan membutuhkan pengganti.
• Respon seluler: Neutrofil dan monosit adalah sel pertama yang bermigrasi di
lokasi peradangan. Kemudian pada neutrofil mulai menurun dan digantikan oleh
makrofag. Migrasi sel ini diinisiasi oleh faktor chemotactic seperti kalikrein dan
peptida fibrin dilepaskan dari proses koagulasi dan zat dilepaskan dari sel mast

16
seperti tumor necrosis faktor, histamin, protease, leukotreins dan sitokin. Respon
seluler membantu dalam fagositosis dan pembersihan jaringan yang mati serta
racun yang dikeluarkan oleh jaringan luka bakar.

b) Fase Proliferasi
Pada luka bakar ketebalan parsial re-epitelisasi dimulaidalam bentuk migrasi
keratinosit dari lapisan kulit unsur tambahan dalam dermis beberapa jam setelah
cedera, inibiasanya meliputi luka dalam waktu 5-7 hari. Setelah reepithelisasi
membentuk zona membran antara dermis dan epidermis. Angiogenesis dan
fibrogenesis membantu dalam pemulihan dermis. Penyembuhan setelah luka
bakar dieksisi dan grafting.

c) Fase Remodelling
Fase Remodelling adalah fase ketiga dari penyembuhan dimana pematangan
graft atau bekas luka terjadi. Pada tugas akhir ini fase penyembuhan luka pada
awalnya ada peletakan protein struktural berserat yaitu kolagen dan elastin sekitar
epitel, endotel dan otot polos sebagai matriks ekstraseluler. Kemudian dalam fase
resolusi matriks ekstraseluler ini remodeling menjadi jaringan parut dan fibroblast
menjadi fenotip myofibroblast yang bertanggung jawab untuk kontraksi bekas
luka. Di tingkat dua dermal mendalam dan ketebalan penuh luka bakar yang
tersisa untuk penyembuhan sendiri dari fase resolusi ini adalah berkepanjangan
dan waktu bertahun-tahun dan bertanggung jawab untuk jaringan parut hipertrofik
dan kontraktur. Hiperpigmentasi pada luka bakar ringan adalah karena respon
terlalu aktif dari melanosit dan hipopigmentasi terlihat pada luka bakar dalam
adalah karena penghancuran melanosit dari pelengkap kulit. Didaerah kulit yang
dicangkokkan sekali inervasi dimulai, tumbuh dengan saraf mengubah kontrol
melanosit yang biasanya mengarah untuk hiperpigmentasi pada individu berkulit
gelap dan hipopigmentasi pada individu berkulit putih.

I. Tatalaksana8,9,10
Pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada korban luka bakar antara
lain:1

17
a) Jauhkan dari sumber trauma.
o Api dipadamkan dengan cara: penderita dibaringkan dan diitutup kain
basah atau berguling-guling.
o Kulit yang panas disiram air (dinginkan dengan air dingin (bukan es)
dengan suhu 8-150C selama sedikitnya 20 menit.
o Bahan kimia disiram dengan air mengalir terus menerus kurang lebih
selama 1 jam. Pengecualian untuk zat kimia HCl atau H2SO4 maka
diberikan NaOH atau air sabun, dan untuk zat kimia fenol atau fosfor
maka larutkan dengan minyak.
o Sumber listrik dimatikan
b) Bebaskan jalan napas dengan cara membuka baju, lendir dihisap, trakeostomi
dilakukan bila ada keraguan akan jalan napas
c) Perbaiki pernapasan
d) Perbaiki sirkulasi
e) Terbakar di ruangan tertutup, kecurigaan keracunan CO, berikan O2 murni
f) Trauma asam/basa, bilas dengan air mengalir terus menerus
g) Baju, alas, dan penutup luka/tubuh diganti dengan yang steril.

Gangguan yang dapat segera timbul pada korban seperti:1


a) Akibat listrik : apnue, fibrilasi ventrikel
b) Rasa sakit : bilas dengan air dingin
c) Keracunan CO : sakit kepala, muntah-muntah, berikan O2 murni

Terapi cairan
Tujuannya adalah memperbaiki sirkulasi dan mempertahankannya. Indikasi
jika terdapat luka bakar derajat 2 atau 3 > 25%, tidak dapat minum. Terapi cairan
dihentikan jika intake oral dapat menggantikan parenteral.1
a) Pemberian cairan menurut BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 32 cc x berat badan x % luas luka ditambah
kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :

18
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 – 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 – 5 Tahun : berat badan x 50 cc
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : ½ hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali

b) Pemberian cairan menurut EVANS


- Hari pertama:
 Berat badan (Kg) x % luka bakar x 1cc (elektrolit/NaCl) per 24 jam
 Berat badan (Kg) x % Luka Bakar x 1cc Koloid per 24 jam - 2000 cc
glukosa 10 %
- Hari ke-2 pemberian cairan diberikan setengah dari jumlah cairan hari
pertama.
- Pada hari ketiga pemberian cairan diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua.
- Diuresis penderita luka bakar harus sekurang-kurangnya 1 cc/KgBB/jam

Hal yang harus diperhatikan:1


1. Jenis cairan
2. Permeabilitas akan membaik setelah 8 jam pascatrauma
3. Koloid. Setelah permeabilitas pembuluh darah membaik, koloid diberi dalam
bentuk plasma.
4. Penderita dengan persangkaan gangguan sirkulasi datang terlambat atau
dalam keadaan syok harus ditangani sebagai syok hipovolemik.

Untuk monitor1
- Pasang kateter urin
- CVP, bila CVP>4 atau lebih, maka harus hati-hati

Pemberian cairan:1

19
1. Jumlah volume cairan merupakan perkiraan
2. Pemberian disesuaikan dengan monitoring
3. Setengah volume diberikan 8 jam pertama sejak trauma
4. Setengah sisa diberikan 26 jam berikutnya
5. Cairan tubuh yang diperlukan untuk mengatasi syok tidak termasuk dalam
perkiraan volume cairan

Monitoring sirkulasi:1
1. Tensi, nadi, pengisian vena, pengisian kapiler, kesadaran
2. Diurese
3. CVP
4. Hb, Ht setiap jam
Bila:1
1. Diurese < 1 cc/Kg BB 2 jam berturut-turut tetesan dipercepat 50%
2. Diurese > 2 cc/kgBB 2 jam berturut-turut tetesan diperlambat 50%
3. Hb, Ht, bila tidak ada penurunan kecuali pemberian cairan kurang
4. CVP dipasang, maksimal selama 4 hari, bila masih diperlukan, ganti dengan
CVP baru
5. Hb 10 gr % perlu dipersiapkan darah untuk transfusi

 Pemberian cairan menurut Baxter1,2


- Hari 1: Berat Badan (kg)x % luka bakar x 4cc (RL)
- Hari 2: Koloid: 500-2000 cc + glukosa 5% untuk mempertahankan cairan.
Cairan peroral dapat dimulai, bila pasase usus baik.
- Keperluan cairan hari ke-3 dan selanjutnya disesuaikan dengan diurese dan
keadaan umum penderita.

 Perawatan Luka1
1. Pencucian dengan larutan detergen encer
2. Kulit compang-camping dibuang
3. Bila luka utuh > 5 cm cairan dihisap, < 5cc dibiarkan
4. Luka dikeringkan, diolesi mercurochrome atau silver sulfa diazine (SSD)

20
5. Perawatan terbuka atau tertutup dengan balutan
6. Pasien dipindahkan ke ruangan steril

 Perawatan di ruangan1
1. Perawatan terbuka dengan krim SSD, merupakan obat yang dapat menembus
eskar
2. Mandi dua hari sekali dengan air mengalir
3. Eskarotomi dilakukan bial ada penekanan saraf/pembuluh darah
4. Eskarotomi di ruangan lain bila eskar mulai melunak
5. Skin graft dilakukan setelah mulai ada granulasi.

- Analgetik1 Diberikan parasetamol dan NSAID atau kombinasi dengan opioid,


pemberian produk aspirin sebaiknya dihindari.
- Antibiotik1
1. Disesuaikan dengan epidemiologi kuman di ruangan
2. Pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kultur
- Toksoid-ATS1
Toksoid diberikan pada semua pasien 1 cc setiap 2 minggu/selama 3 hari
- Antasida1
Obat diberikan untuk mengurangi keasaman lambung
- Nutrisi1
Pemberian nutrisi dititikberatkan pada jumlah kalori protein. Sangat
diharapkan kalori yang masuk >60% dari perhitungan.
- Roborantia diberikan berupa:1
o Vitamin C
o Vitamin B kompleks
o Vitamin A = 10.000 unit per minggu
- Fisioterapi1
Fisioterapi sejak hari dilakukan berupa latihan pernapasan dan pergerakan otot
atau sendi.
- Laboratorium1

21
1. Pemeriksaan Hb. Ht setiap 8 jam pada 2 hari pertama kemudian setiap hari,
hingga 10 hari
2. Fungsi hati dan ginjal setiap minggu
3. Pemeriksaan elektrolit setiap hari pada minggu pertama
4. Pemeriksaan gas darah bila napas > 32 kali per menit
5. Kultur jaringan pada hari ke I, III, VIII

Indikasi merujuk pasien luka bakar ke unit luka bakar berdasarkan American
Burn Association yaitu 2,3,4
1. Luka bakar yang mengenai daerah wajah, tangan, kaki, genitalia, perneum,
persendian utama
2. Luka bakar derajat 3 pada kelompok usia berapapun
3. Luka bakar listrik (termasuk tersambar petir)
4. Luka bakar akibat zat kimia
5. Terdapat trauma inhalasi
6. Terdapat masalah medis sebelumnya (pre-existing medical condition/kondisi
komorbiditas)

J. Komplikasi7
Komplikasi cedera bervariasi hingga sebagian besar tergantung pada lokasi
yang terkena, jaringan dan gelar keparahan. Pembentukan bekas luka dan kelainan
bentuk karena luka bakar menyebabkan ketidaknyamanan psikologis pada pasien.
Kedua jenis komplikasi sistemik dan lokal adalah disebabkan oleh luka bakar.
Kehilangan cairan dan gangguan integritas kulit adalah penyumbang utama
komplikasi sistemik. Kontraktur, jaringan parut dan eschars adalah komplikasi
lokal dari luka bakar.
- Sistemik
Risiko mengembangkan komplikasi sistemik secara langsung sebanding dengan
luas permukaan tubuh total (TBSA) yang terlibat dalam luka bakar. Berikut
adalah faktor risiko komplikasi sistemik berat dan mortalitas.
 Luka bakar lebih dari 40% TBSA
 Usia lebih dari 60 tahun atau kurang dari 2 tahun

22
 Kehadiran inhalasi asap bersamaan atau trauma mayor
Hipovolemia dan infeksi adalah komplikasi sistemik yang paling umum.
- Lokal
Eschar “kekakuan dan kematian jaringan yang disebabkan oleh kedalaman
luka bakar”. Respirasi dapat dikompromikan oleh eschar sekitar toraks dan
kelangsungan hidup anggota badan dan digit terancam oleh iskemia.
Bekas luka dan kontraktur karena penyembuhan luka bakar yang dalam; cacat
kontraktur dapat muncul di sendi tergantung sejauh bekas luka itu.
Infeksi pada luka bakar. Pertumbuhan bakteri pada kulit yang rusak bersama
dengan imunosupresi menyebabkan infeksi luka, sepsis invasif dan mungkin
menyebabkan kematian. Angka kematian yang disebabkan oleh hipovolemia dan
syok hiperosmolar berkurang dengan peningkatan prosedur resusitasi pada pasien
luka bakar.

23
BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. Sulkifli
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 15 tahun
Pekerjaan :-
Agama : Islam
MRS : 11 Desember 2018

Keluhan Utama : Luka bakar di dada, punggung dan tangan


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk RS dengan keluhan luka bakar di badan dan keduan lengan
atasnya yang dialami 3 hari yang lalu. Awalnya pasien tidur dengan menggunakan
jerigen berisi bensin sebagai bantalannya dan menyalakan api unggun, saat subuh
hari pasien terbangun dengan keadaan baju dibadannya sudah terbakar. Luka di
lengannya awalnya melepuh, sedangkan untuk kulit didadanya ikut terangkat saat
bajunya dilepaskan. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala (+), pusing(+), sesak
napas(+), nyeri pada perut (+), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK biasa
Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/50 N : 86x/menit RR : 32x/menit S : 36.8oC
Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor uk.
3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Tampak escar luka bakar (+) berwarna hitam, dasar luka
berwarna putih dan kemerahan, bulla (-), nyeri (-)

24
Leher : pembesaran KGB (-), Tampak escar luka bakar (+) berwarna
hitam, dasar luka berwarna putih dan kemerahan, bulla (-), nyeri
(-)
Thorax : (Inspeksi) simetris ki=ka, Tampak escar luka bakar (+) berwarna
hitam, dasar luka berwarna putih dan kemerahan, bulla (-), nyeri (-)
(Auskultasi) suara pernapasaan vesikuler ki=ka, Rhonki -/-,
Wheezing -/-
(Palpasi) sulit dinilai
(Perkusi) sulit dinilai
Abdomen : (Inspeksi) datar (+),Tampak escar luka bakar (+) berwarna
hitam, dasar luka berwarna putih dan kemerahan, bulla (-), nyeri (-)
(Auskultasi) bising usus (+) normal
(Palpasi) sulit dinilai
(Perkusi) sulit dinilai

Status Lokalis
Regio kepala: Tampak escar luka bakar (+) berwarna hitam, dasar luka berwarna
putih dan kemerahan, bulla (+) di telinga, nyeri (-), krusta (+)
Regio colli: Tampak escar luka bakar (+) berwarna hitam, dasar luka berwarna
putih dan kemerahan, bulla (-), nyeri (-), krusta (+)
Regio Trunkus anterior: Tampak escar luka bakar (+) berwarna hitam, dasar
luka berwarna putih dan kemerahan, bulla (-), nyeri (-), krusta (+)
Regio Extremitas :
Superior : region brachii dekstra: Tampak escar luka bakar (+) berwarna
hitam, dasar luka berwarna putih dan
kemerahan, bulla (+), nyeri (+), krusta (+)
Region antebrachii dekstra: Tampak escar luka bakar (+) berwarna
hitam, dasar luka berwarna putih dan
kemerahan, bulla (+), nyeri (+)
region brachii sinistra: Tampak escar luka bakar (+) berwarna
hitam, dasar luka berwarna putih dan
kemerahan, bulla (+), nyeri (+)

25
Inferior : akral hangat +/+, edema -/-

26
Kepala dan leher :9%
Trunkus anterior :9%
Trunkus posterior : 9%
Ekstremitas atas kanan :9%
Esktremitas atas kiri : 4,5 %
Esktremitas bawah kanan :0%
Esktremitas bawah kiri :0%
Genitalia :0%+
Total : 40,5 %

27
Resume
Pasien laki-laki, 15 tahun masuk RS dengan keluhan luka bakar di thoraks
dan kedua ekstremitas superiornya yang dialami 3 hari yang lalu. Awalnya pasien
tidur dengan menggunakan jerigen berisi bensin sebagai bantalannya dan
menyalakan api unggun, saat subuh hari pasien terbangun dengan keadaan baju
dibadannya sudah terbakar. Luka di lengannya awalnya membentuk bulla,
sedangkan untuk kulit didadanya ikut terangkat saat bajunya dilepaskan. Pasien
juga mengeluhkan cephalgia (+), vertigo (+), dispneu (+), nyeri pada abdomen
(+), nausea (-), vomitus (-). BAB dan BAK biasa.

Pemeriksaan fisis:
Regio kepala: Tampak escar luka bakar (+) berwarna hitam, dasar luka berwarna
putih dan kemerahan, bulla (+) di telinga, nyeri (-)
Regio colli: Tampak escar luka bakar (+) berwarna hitam, dasar luka berwarna
putih dan kemerahan, bulla (-), nyeri (-)
Regio Trunkus anterior: Tampak escar luka bakar (+) berwarna hitam, dasar luka
berwarna putih dan kemerahan, bulla (-), nyeri (-), krusta (+)
Regio Extremitas :
Superior : region brachii dekstra: Tampak escar luka bakar (+) berwarna
hitam, dasar luka berwarna putih dan
kemerahan, bulla (+), nyeri (+), krusta (+)
Region antebrachii dekstra: Tampak escar luka bakar (+) berwarna
hitam, dasar luka berwarna putih dan
kemerahan, bulla (+), nyeri (+)
region brachii sinistra: Tampak escar luka bakar (+) berwarna
hitam, dasar luka berwarna putih dan
kemerahan, bulla (+), nyeri (+)
Diagnosis Kerja : Combustio Gr. III luas luka bakar 40,5% regio kepala, ,
colli, trunkus anterior, brachii (D) et (S), antebrachii (D)
Sikap / Terapi : Nonmedikamentosa:
O2 nasal kanul 6-8 lpm
Pasang kateter

28
Kompres luka dengan NaCl 0,9 %
Rawat ICU
Medikamentosa: IVFD Line 1 RL
Line 2 NaCl 0.9%
Resusitasi cairan menggunakan rumus Baxter
4cc x kgBB x %luka bakar
4cc x 45 kg x 40,5%: 7290 ml
8 jam pertama (50%): 3.645 cc
16 jam kedua (50%): 3645 cc

Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV (ST)


Santagesik 1 amp/8jam/IV
Paracetamol 1 gr/drips
Burnazin zalf 4 x 1

Prognosis : Dubia ad Bonam


Pemeriksaan Penunjang

11 Desember 2018 Hasil Nilai Rujukan


MCH 26,4 pg 27-35 pg
MCHC 34,7 g/Dl 30-40 g/dL
MCV 76,2 fl 80-100 fl
Leukosit 49.050/mm3 4.000 – 10.000/mm3
7,23 x
Eritrosit 4.25 – 5.40/mm3
106/mm3
Hemoglobin 19,1 g/dL 12.0 – 16.0
Hematokrit 55.1% 37.0 – 47.0
150.000 –
Trombosit 392 x 103/mm3
450.000/mm3
GDS 112 mg/dL 70 – 140 mg/dL
Natrium 132 135-145 mmol/L
Kalium 5.7 3,5-5,5 mmol/L

29
Clorida 100 96 – 106 mmol/L

Follow Up Harian
12/12/2018
S : nyeri pada luka bakar (+), sesak (+), sulit tidur (+)
O : TD : 100/60 mmHg
N : 96 x/menit
RR : 30x/menit
S : 37,3oC
Urine: 1700 cc
A : Combustio Gr. III luas luka bakar 40,5% thoraks, abdomen, brachii (D) et (S),
antebrachii (D)
P : - O2 nasal kanul 6-8 lpm
- IVFD RL 28 tpm
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV (ST)
- Fentanyl 10-30 meq/ syringe pump
- Omeprazole 40 mg/24 jam/iv
- Paracetamol 1 gr/ 12 jam/ drips
- Diet bebas lunak
- Rencana fasciotomy

13/12/2018
S: nyeri pada luka bakar (+), sesak (+)
O : TD : 110/60 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 30x/menit
S : 37oC
Urine: 880 cc
A : Combustio Gr. III luas luka bakar 40,5% thoraks, abdomen, brachii (D) et (S),
antebrachii (D)

30
P : - IVFD RL 28 tpm
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV (ST)
- Fentanyl 10-30 meq/ syringe pump
- Omeprazole 40 mg/24 jam/iv
- Paracetamol 1 gr/ 12 jam/ drips
- Metronidazole 500 mg/ 8 jam/ drips
- Diet bebas lunak
- Rencana fasciotomy

14/12/2018 POH 1
S: nyeri pada luka bakar (+), nyeri luka post operasi (+)
O : TD : 100/60 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6oC
Urine: 1610
A : Combustio Gr. III luas luka bakar 40,5% thoraks, abdomen, brachii (D) et (S),
antebrachii (D)
P : - IVFD RL 28 tpm
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV (ST)
- Paracetamol 1gr/ 12 jam/ iv
- Omeprazole 40 mg/24 jam/iv
- Asam traneksamat 500 mg/ 8 ajm/ iv
- Metronidazole 500 mg/ 8 jam/ drips
- Diet lunak

31
32
15/12/2018 POH 2
S: nyeri pada luka bakar (+), nyeri luka post operasi (+)
O : TD : 100/60 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6oC
Urine: 1630 cc
A : Combustio Gr. III luas luka bakar 40,5% thoraks, abdomen, brachii (D) et (S),
antebrachii (D)
P : - IVFD RL 16 tpm
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV (ST)
- Paracetamol 1gr/ 12 jam/ iv
- Omeprazole 40 mg/24 jam/iv
- Asam traneksamat 500 mg/ 8 ajm/ iv
- Metronidazole 500 mg/ 8 jam/ drips
- Diet lunak

16/12/2018 POH 3
S: nyeri pada luka bakar (+), nyeri luka post operasi (+)
O : TD : 100/60 mmHg

33
N : 100 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6oC
A : Combustio Gr. III luas luka bakar 40,5% thoraks, abdomen, brachii (D) et (S),
antebrachii (D)
P : - IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV (ST)
- Paracetamol 1gr/ 12 jam/ iv
- Omeprazole 40 mg/24 jam/iv
- Asam traneksamat 500 mg/ 8 ajm/ iv
- Metronidazole 500 mg/ 8 jam/ drips
- Diet lunak

17/12/2018 POH 4
S: nyeri pada luka bakar (+), nyeri luka post operasi (+)
O : TD : 100/60 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6oC
A : Combustio Gr. III luas luka bakar 40,5% thoraks, abdomen, brachii (D) et (S),
antebrachii (D)
P : - IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV (ST)
- Paracetamol 1gr/ 12 jam/ iv
- Omeprazole 40 mg/24 jam/iv
- Asam traneksamat 500 mg/ 8 ajm/ iv
- Metronidazole 500 mg/ 8 jam/ drips
- Diet lunak

34
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, berbagai


penghitungan, dan tatalaksana akan dibahas pada bab ini. Dimulai dari keluhan
utama pasien, yaitu luka bakar akibat terbakar api. Luka bakar dapat disebabkan
oleh termal (kontak dengan api atau cairan panas), kimia, radiasi (UV/terapi
medis), dan juga listrik. Pada anak-anak luka bakar banyak disebabkan oleh cairan
panas, dan pada dewasa banyak disebabkan karena kontak dengan api. Waktu
yang terdapat pada riwayat penyakit sekarang, yaitu 72 jam SMRSUD Undata
bermakna untuk penatalaksanaan dan resusitasi cairan.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 11 Desember 2018, berdasarkan rules of nine,
kita dapat menghitung luas dan derajat luka bakar pasien dilihat setiap regio tubuh
tertentu dianggap sebagai 9% dari TBSA. Pada orang dewasa, luas kepala dan
leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan,
ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, tungkai dan
kaki kiri masing-masing seluas 9% kecuali genitalia seluas 1%. Pada pasien
terdapat luka bakar di region kepala dan leher (9%), regio trunkus anteroposterior
(18%), regio ekstremitas superior dextra (9%), region brachii sinistra (4,5%)di d
jadi total luas luka bakar 40,5%. Untuk menilai derajat luka bakar pasien melalui
inspeksi pada daerah yang terkena luka bakar. Tampak escar luka bakar (+)
berwarna hitam, dasar luka berwarna putih dan kemerahan, bulla (+) di telinga,
nyeri (-), krusta (+) jadi masuk dalam derajat 3. Pasien masuk dalam kategori
luka bakar berat karena mengalami luka bakar derajat III lebih dari 10 % dan
mengenai tangan, wajah, telinga.
Penatalaksanaan pasien pada saat di IGD meliputi resusitasi dengan formula
Baxter, memonitor urine output dengan pemasangan kateter, observasi tanda-
tanda vital, merawat luka, dan direncanakan fasciotomy

35
Resusitasi cairan menggunakan formula Baxter (ml) = 4cc x kgBB x %luka
bakar = 4cc x 45 kg x 40,5%: 7290 ml. Dibagi 8 jam pertama (50%): 3.645 cc
dan 16 jam kedua (50%): 3645 cc.
Penatalaksanaan selanjutnya pada pasien meliputi perawatan luka derajat tiga
dengan ganti balutan (GV) setiap hari dengan antibiotik topikal seperti silver
sulfadiazine, perawatan luka derajat tiga dengan mencegah infeksi dan sepsis
yang merupakan penyebab signifikan kematian pada pasien luka bakar. Pada
pasien ini diberikan Ceftriaxone 2x1 gram IV untuk membunuh bakteri Gram-
negatif. Resiko perdarahan lambung dicegah dengan pemberian Omeprazole
1x40mg IV. pasien juga diberikan anti nyeri yaitu ketorolac injeksi untuk
mengurangi nyerinya selain itu karena pasien anak-anak sehingga dapat membuat
agar anak lebih terkontrol dalam proses pergantian perban luka. Pasien juga
diberikan analgetik antipiretik yaitu santagesic drips untuk menurunkan inflamasi
dan demam. Gagal ginjal dicegah dengan resusitasi cairan yang sudah dihitung
sebelumnya dan terapi rawatan.
Pada pasien direncanakan tindakan fasciotomy untuk mencegah terjadinya
kontraktur dan sindrom kompartemen, dilakukan pada luka bakar derajat tiga
yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan
pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang
membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan
adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung
distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang
membuka keropeng sampai jepitan terlepas. Debridemen diusahakan sedini
mungkin uantuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.
Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita menjadi
stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini
ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-
10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan
tubuh, karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidik S. Luka Bakar. Dalam Buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah: Jakarta:
Bagian Ilmu Bedah Fkui/Rscm.
2. Sjamsuhidajat R, Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong / Editor, R.
Sjamsuhidajat Et Al. Edisi 3. Jakarta. Egc, 2010. Hal. 103-15.
3. Brunicardi C. Schwartz’s principle of surgery 8th edition. 2007. The McGraw-
Hill Companies.
4. Austin R, Jivraj I, So A, Editors. Toronto: Plastic Surgery. 2011. [E-Book]
5. Yastı A, Şenel E, Mutlu S, Geylani Ö, Atilla Ç, Kaya Y. Guideline And
Treatment Algorithm For Burn Injuries. Ulus Travma Acil Cerrahi Derg,
March 2015, Vol. 21, No. 2.
6. Yoshino Y, Ohtsuka M, Kawaguchi M, Et Al. The Wound/Burn Guidelines –
6: Guidelines For TheManagement Of Burns. Journal Of Dermatology 2016;
43: 989–1010.
7. Thorne Ch, Et Al. Grabb And Smith’s Plastic Surgery. 6th Ed. 2007.
Philadelphia : Lippincott-Williams. [E-Book]
8. Tam N Pham, Leopoldo C. Cancio, Md S. Gibran. American Burn
Association Practice Guidelines Burn Shock Resuscitation. Journal Of Burn
Care And Research. 2008 (January/February)
9. Who. Management Of Burns. 2007. Who/Eht/Cpr 2004 Reformatted.
10. Robert Ls. Initial Evaluation And Management Of The Burn Patient. Jan 10,
2018. Diakses Di Https://Emedicine.Medscape.Com/Article/435402-
Overview.

37

Anda mungkin juga menyukai