Oleh:
Anugerah Indah Sari
Ayu Indah Rachmawati
Nofia Dian Ardiani S
Pembimbing:
Dr. Rani Himayani, Sp.M
1.1 IdentitasPasien
Nama : Ny. F
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Banjar Agung, Tulang Bawang
Tanggal Periksa : 17 Desember 2018
1.2 Anamnesis
Informasi didapatkan melalui autoanamnesis pada tanggal 17 Desember 2018.
Keluhan Utama
Kedua mata buram tanpa disertai mata merah sejak 1 tahun yang lalu dan bertambah
parah sejak 1 bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan
Merasa silau jika terkena sinar/cahaya
1.3 PemeriksaanFisik
1. Tanda Vital
KeadaanUmum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Frekuensi Nadi : 79 x/menit
Frekuensi Napas : 18x/menit
Suhu : 36.20C
2. Status Generalis
Kepala
Bentuk : Simetris, normochepal
Rambut : Hitam keputihan
Mata : Sesuai Status Oftalmologis
Telinga : Edema (-), sekret (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis (-)
Mulut : Kering (-), sianosis (-)
Kesan : Dalam batas normal
Leher
Trakea : Deviasi trachea (-), letak normal
KGB : TidakadapembesaranKGB leher
Kesan : Dalam batas normal
Thoraks
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Systolic thrill tidakteraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI/SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesan : Pemeriksaanjantungdalambatas normal
Paru
Anterior Posterior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Inspeksi Normochest, Normochest, Normochest, Normochest,
pergerakan dada pergerakan dada pergerakan dada pergerakan dada
simetris simetris simetris simetris
Palpasi Ekspansi dada Ekspansi dada Ekspansi dada Ekspansi dada
dextra = sinistra dextra = sinistra dextra = sinistra dextra = sinistra
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Suara napas Suara napas Suara napas Suara napas
vesikuler (N), vesikuler (N), vesikuler (N), vesikuler (N),
ronki -/-, ronki -/-, ronki -/-, ronki -/-,
wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/-
Kesan : Pemeriksaan paru dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Teraba lembut, nyeri (-), hepar & lien dalam batas normal
Kesan : Pemeriksaan abdomen dalambatas normal
Ekstremitas
Superior : Akral dingin (-/-), oedem (-/-)
Infrerior : Akral dingin (-/-), oedem (-/-)
Kesan : Dalam batas normal
3. Status Lokalis Oftalmologis
Kesan: Visus ODS:½⁄60/ 1⁄300, COA ODS: dangkal/dangkal, lensa ODS keruh,
shadow test (+) / keruh, shadow test (+), Refleks fundus ODS (+
menurun/+ menurun)
1.4 Resume
Ny. F, 60 tahun datang dengan keluhan kedua mata buram seperti berkabut sejak
1tahun yang lalu, semakin hari semakin terasa berat buramnya. Fotofobia (+), nyeri
kepala (-), mual muntah (-). Riwayat hipertensi (+).
Status oftalmologis:
OD Visus: ½⁄60, ortoforia, COA: dangkal, lensa: keruh, shadow test (+)
OS Visus: 1⁄300, ortoforia, COA: dangkal, lensa: keruh, shadow test (+)
1.8 Penatalaksanaan
Umum Pre Operatif:
Rontgen thoraks
Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, GDS, CT/BT)
Pemeriksaan jantung
Operatif:
Phacoemulsifikasi OD + IOL
Umum Post Operatif:
Menjaga kebersihan mata dengan ditutup menggunakan kasa steril yang diganti
setiap harinya.
Mengikuti instruksi perawatan mata post-op katarak selama satu bulan (mata tidak
basah, terbentur/diucek, menunduk berlebihan, mengedan, mengangkat beban >5
kg)
Kontrol kembali ke poliklinik mata setelah diperbolehkan pulang pasca operasi
untuk mengevaluasi perbaikan visus, tanda inflamasi dan infeksi.
1.9 Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam :Dubiaad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Sklera : merupakan lapisan luar berwarna opak yang menutupi lima perenam
posterior bola mata. Sklera memiliki ketebalan 0,5 mm, terdiri atas jaringan ikat
padat, dan relatif avaskular. Di bagian posterior sklera akan menebal dan
bergabung dengan epineurium yang melapisi nervus opticus.
- Kornea : adalah selaput bening yang menutupi seperenam anterior bola mata.
Kornea memiliki lima lapisan yaitu : epitel, membran bowman, stroma, membran
descement, dan endotel.
- Koroid : merupakan lapisan yang sangat vaskular pada dua pertiga posterior mata
yang tersusun atas jaringan ikat longgar bervaskular yang banyak mengandung
fibroblast, melanosit, serat kolagen dan elastin, limfosit, makrofag, sel mast, dan
sel plasma. Koroid memiliki banyak pembuluh darah yang berfungsi untuk
memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.
- Korpus Siliaris: membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris.
Korpus siliaris terdiri atas pars plicata dan pars plana. Processus siliaris berasal dari
pars plicata yang merupakan pembentuk aqueous humor.
- Iris : merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Di dalam stroma iris
terdapat sfingter dan otot otot dilator. Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang
masuk ke dalam mata dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis)
pupil.
- Retina : merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima
rangsangan cahaya dan terdiri atas sembilan lapisan, yaitu : membran limitans
interna, lapisan serat saraf, lapisan sel ganglion, lapisan pleksiform dalam, lapisan
inti dalam (nukleus dalam), lapisan pleksiform luar, lapisan inti luar (nukleus luar),
membran limitans eksterna, lapisan fotoreseptor, dan epitel pigmen retina
- Lensa : merupakan struktur bikonkaf yang transparan dan avaskular dengan tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 10 mm. Terletak di posterior iris dan anterior
vitreous humor. Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium atau
zonula zinni yang tersusun atas banyak fibril. Lensa terdiri dari enam puluh lima
persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan
lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah ataupun saraf di lensa.
- Aqueous Humor : diproduksi oleh korpus siliaris. Aqueous humor memberi nutrisi
untuk kornea dan lensa yang tidak memiliki pembuluh darah. Aqueous humor akan
masuk ke camera oculi posterior, berjalan melalui pupil ke dalam camera oculi
anterior, dan bermuara ke dalam sinus venosus sklera atau canalis schlemm.
- Vitreous body : merupakan cairan yang berada di dalam corpus viterum. Vitreous
body penting untuk mempertahankan bentuk bola mata agar tetap bulat. Berfungsi
untuk mentransmisi cahaya, menahan retina, dan menopang lensa
2.3.1 Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun
keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi:
Faktor keturunan
Cacat bawaan sejak lahir
Masalah kesehatan, misalnya diabetes
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid
Gangguan pertumbuhan
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
Asap rokok
Operasi mata sebelumnya
Trauma (kecelakaan) pada mata
2.3.3 Patogenesis
Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada orang
tua. Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya
dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada sel-
sel yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan
tebal sehingga kemampuan akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari
serabut korteks terbentuk secara konsentris, sel-sel tua menumpuk ke arah
tengah sehingga nukleus lensa mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis
nuklear).
Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi
high-molecular weight-protein. Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi
mendadak pada indeks refraksi lensa, penyebaran sinar cahaya, dan penurunan
transparansi. Perubahan kimia protein lensa nuklear ini juga menghasilkan
pigmentasi yang progresif sehingga seiring berjalannya usia lensa menjadi
bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih tidak bisa
menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain itu, terjadi penurunan
konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Natrium
dan Kalsium.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada
serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di
luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein
lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan
penghambatan jalannya cahaya ke retina.
b. Katarak Kortikal
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Ini adalah jenis
katarak yang paling sering terjadi. Lapisan korteks lensa tidak sepadat pada
bagian nukleus sehingga lebih mudah terjadi overhidrasi akibat
ketidakseimbangan elektrolit yang mengganggu serabut korteks lensa
sehingga terbentuk osifikasi kortikal, yang ditunjukkan pada diabetes dan
galaktosemia. Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya
celah-celah dalam pola radial disekeliling daerah ekuator. Katarak ini
cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan fungsi
penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan
sumbu penglihatan. Gejala yang sering ditemukan adalah penderita merasa
silau pada saat mencoba memfokuskan pandangan pada suatu sumber cahaya
di malam hari.
Pemeriksaan menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan
gambaran vakuola, degenerasi hiropik serabut lensa, serta pemisahan lamella
kortek anterior atau posterior oleh air. Kekeruhan putih seperti baji terlihat di
perifer lensa dengan ujungnya mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak
gelap apabila dilihat menggunakan retroiluminasi. Secara histopatologi,
karakteristik dari katarak kortikal adalah adanya pembengkakan hidrofik
serabut lensa. Globula Morgagni (globules-globulus material eosinofilik)
dapat diamati di dalam celah antara serabut lensa.
b. Katarak Imatur
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah
volume lensa akibat meningktnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
c. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi
kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi
lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak
terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.
d. Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi kecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu
disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih
berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
2.3.7 Penatalaksanaan Katarak
Operasi katarak merupakan operasi mata yang sering dilakukan diseluruh
dunia, karena merupakan modalitas utama terapi katarak. Tujuan dilakukan
operasi katarak adalah perbaikan tajam penglihatan sehingga meningkatkan
kualitas hidup pasien.
2.3.9 Prognosis
Tidak adanya penyakit okular lain yang menyertai pada saat dilakukannya
operasi yang dapat mempengaruhi hasil dari operasi, seperti degenerasi makula
atau atropi nervus optikus memberikan hasil yang baik dengan operasi standar
yang sering dilakukan yaitu ECCE dan Phacoemulsifikasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Ny.F, usia 60 tahun datang ke poli Mata RSAM dengan keluhan pandangan kedua
mata kabur, tanpa disertai mata merah, yang dirasakan semakin memberat sejak 1
tahun terakhir. Pasien merasa melihat kabut asap yang berangsur menjadi buram
pada kedua matanya. Pasien mengaku merasa silau apabila diruangan terang dan
lebih nyaman melihat saat malam hari daripada siang hari. Nyeri kepala
disangkal, mata merah disangkal, pusing kepala disangkal. Riwayat trauma pada
mata disangkal. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 6 tahun yang
lalu. Riwayat Diabetes Mellitus disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, tanda-
tanda vital tekanan darah 160/110, frekuensi nadi, pernapasan, dan suhu dalam
batas normal. Status oftalmologis Visus OD ½/60, visus OS 1/300. Edema
palpebra ODS (-/-). Injeksi ODS (-/-). Kornea ODS (jernih/jernih). COA ODS
(dangkal/dangkal). Reflek pupil ODS (+/+). Lensa ODS keruh (+/+). Shadow test
(+/+). Refleks fundus ODS (+/+).
(A) (B)
Gambar 3. Tampak anterior mata Ny. F. A (okular dekstra), B (okular sinistra)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut, Ny.F dapat didiagnosis
menderita katarak senilis tipe imatur. Hal ini sesuai dengan teori yang ada,
dimana katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan,
yaitu adanya kekeruhan pada lensa yang terjadi di atas usia 50 tahun.
Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan tebal sehingga
kemampuan akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari serabut korteks
terbentuk secara konsentris, sel-sel tua menumpuk ke arah tengah sehingga
nukleus lensa mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).
Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi high-
molecular weight-protein. Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi mendadak
pada indeks refraksi lensa, penyebaran sinar cahaya, dan penurunan transparansi.
Perubahan kimia protein lensa nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang
progresif sehingga seiring berjalannya usia lensa menjadi bercorak kuning
kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih tidak bisa menghantarkan dan
memfokuskan cahaya ke retina.
Dalam kasus ini, Ny.F menderita katarak senilis dengan tipe imatur, dimana
katarak dengan tipe imatur terjadi apabila kekeruhan hanya memenuhi sebagian
lensa, tidak sepenuhnya memenuhi seluruh lensa. Pada katarak imatur terjadi
penambahan volume lensa akibat meningktnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif.
Ilyas S. 2014. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Moore KL, Anne MR. 2013. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates.
Moore KL, Dalley AF, Anne MR, Moore ME. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi
ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Riordan-Eva P. Whitcher JP. 2009. Oftalmologi umum vaughan & asbury. Edisi ke-17.
Jakarta: EGC.
Sitorus RS. Sitompul R. Widyawati S. Bani AP. Buku ajar oftalmologi. Edisi ke-1.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.