PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keuntungan yaitu tidak menimbulkan efek sedasi dan berpotensi rendah terhadap
pKa yang rendah (± 4,00) yang menyebabkan ketoprofen memiliki kelarutan yang
SNEDDS. SNEDDS adalah sistem yang terdiri dari campuran minyak, surfaktan,
bertemu fase air melalui agitasi yang ringan dalam lambung (Gupta dkk., 2011).
rendah dalam air (Zakia dkk., 2013). Obat-obat BCS kelas II seperti ketoprofen
1
2
aerosil yang merupakan jenis hidrophobic solidifying agent berupa koloid silika
yang biasa digunakan karena mampu meningkatkan disolusi partikel obat lewat
emulsification time dalam AGF (artificial gastric fluid) dan AIF (artificial
intestinal fluid), stabilitas dalam AGF dan AIF, dan morfologi kristal S-SNEDDS.
B. Rumusan Masalah
kurang dari 5 menit, stabilitas dalam AGF > 3 jam dan AIF > 4 jam?
C. Tujuan Penelitian
kurang dari 5 menit, stabilitas dalam AGF > 3 jam dan AIF > 4 jam.
D. Manfaat Penelitian
alternatif baru dalam formulasi ketoprofen terutama untuk aplikasi secara oral.
4
E. Tinjauan Pustaka
1. Ketoprofen
atau hampir putih tidak berbau dan m emiliki rasa yang tajam . Mengandung tidak
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% zat aktif dihitung terhadap berat
kelompok nonsteroidal lini pertam a yang biasa digunakan untuk pengobatan rematoid
yang mempunyai kelarutan yang rendah namun permeabilitas yang baik, selain itu
keuntungan yaitu tidak menimbulkan efek sedasi dan berpotensi rendah terhadap
pemakaian oral dan dapat dikonsumsi bersama dengan m akanan (Patil, 2010).
Ketoprofen praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
kloroform dan eter. Kelarutan ketoprofen dalam etanol 1 : 5 sedangkan dalam air
5
medium diatas pKa ketoprofen (± 4,00) ((Depkes RI, 1995; Tettey-Amlalo, 2005).
Nanoemulsi adalah tipe emulsi o/w dengan kisaran droplet size kurang dari
100 nm. Nanoemulsi adalah campuran isotropik dari minyak, air, surfaktan dan ko-
surfaktan yang stabil dan jernih (Thakur dkk., 2013). Sebagai sistem penghantaran
emulsi ini juga dapat diaplikasikan dalam berbagai formulasi yaitu foam, spray,
cairan, dan krim untuk rute transdermal karena tidak menimbulkan iritasi pada
kulit dan juga tidak toksik. Nanoemulsi untuk rute penggunaan oral juga dapat
cairantransparan yang stabil (Thakur dkk., 2013). Selain itu, ukuran yang kecil ini
juga mengakibatkan Gerak Brown yang dim iliki nanoemulsi mencegahnya dari
dkk., 2004).
SNEDDS adalah sistem yang terdiri dari campuran minyak, surfaktan, dan
fase air melalui agitasi yang ringan dalam lambung dengan ukuran tetesan emulsi
6
obat, surfaktan sebagai pengemulsi minyak ke dalam air melalui pembentukan dan
oleh rasio minyak dan surfaktan, kepolaran dan muatan tetesan emulsi. Formula
mengandung air karena lebih stabil dan lebih kecil volumenya sehingga
memungkinkan untuk dijadikan bentuk sediaan hard atau soft gelatin capsule.
Metode SNEDDS juga dapat meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam
a. Minyak
Penggunaan satu jenis fase minyak jarang memberikan respon emulsifikasi dan
Oleh karena itu, dalam formulasi dapat juga digunakan campuran minyak
dan trigliserida rantai medium (6-12 karbon) untuk mendapatkan emulsifikasi dan
drug loading yang bagus. Trigliserida rantai medium ini mempunyai solvent
capacity yang tinggi dan resisten terhadap oksidasi (Debnath dkk., 2011).
SNEDDS yaitu olive oil, corn oil, soya bean oil, dan virgin coconut oil (VC O)
VCO memiliki komposisi yang terdiri dari asam lemak, trigliserida, dan
senyawa fenolik.Asam lemak utama dalam VCO adalah asam laurat sebanyak 43-
OH
asam kafeat, asam siringat, asam ferulat, dan asam p-kumarat. Asam-asam tersebut
b. Surfaktan
SNEDDS (Makadia dkk., 2013). Surfaktan yang berasal dari alam lebih aman
dalam formulasi SNEDDS tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengakibatkan
iritasi saluran cerna. Surfaktan yang bersifat amfifilik dapat melarutkan dalam
monoester) dan dapat membentuk nanoemulsi air dalam minyak (w/o). Sedangkan
9
surfaktan dengan nilai HLB > 10 bersifat hidrofilik (ex. polisorbat 80) dan dapat
membentuk nanoemulsi minyak dalam air (o/w). Dalam beberapa formulasi, dapat
banyak digunakan dalam formulasi SNEDDS. Surfaktan jenis ini juga lebih aman,
Oleh karena itu, konsentrasi surfaktan dalam sistem SNEDDS harus disesuaikan
agar tidak terlalu besar dan menimbulkan efek yang tidak baik pada kulit dan
dimiliki oleh Tween, suatu turunan polioksi sorbitol dan asam oleat.
10
O
O
w
O OH
O
x
HO OH
O O
z y
w+x+y=20
c. Ko-surfaktan
(Debnath dkk., 2011). Alkohol rantai pendek yang biasa digunakan sebagai ko-
surfaktan tidak hanya mampu menurunkan tegangan muka antara air dan minyak
sehingga lebih mudah terlarut dalam minyak (Debnath dkk., 2011; Thakur dkk.,
2013).
keluar
11
rantai pendek (etanol sampai butanol), propilen glikol, alkohol rantai medium, dan
amida (Patel dkk., 2010). Ko-surfaktan berupa senyawa amfifilik seperti propilen
glikol, polietilen glikol, dan glikol ester memiliki afinitas terhadap fase air dan
PEG 400 berupa cairan kental, tidak berwarna dan transparan. Struktur
O H
O
H n
Gambar 4. Struktur kimia PEG 400
PEG dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan disolusi obat yang
memiliki kelarutan yang rendah dalam air. PEG tergolong dalam nontoxic
SNEDDS untuk meningkatkan stabilitas SNEDDS dan juga sebagai alternatif baru
dan sediaan padat (Abbaspour dkk., 2014; Singh dkk., 2009; Sudheer dkk., 2012).
kelarutan obat-obat yang tidak larut dalam air. Sementara sediaan padat memberi
12
keuntungan dari segi stabilitas dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien (Oh
dkk., 2011).
carrier
(Mohanrao dkk., 2011). Solidifying agent yang biasa digunakan ada yang bersifat
hidrofobik berupa koloid silika seperti aerosil, ada juga yang bersifat hidrofilik
berupa polimer glukosa seperti dextran. Aerosil merupakan solidifying agent yang
pembasahan partikel obat dalam matriks bersama koloid silika (Oh dkk., 2011).
spontan ketika bertemu dengan cairan lambung dengan ukuran tetesan < 100 nm
(Shanmugam dkk., 2011). Ukuran partikel yang kecil ini memiliki keuntungan
yaitu dapat membentuk obat dalam bentuk terlarut dengan luas permukaan
F. Landasan Teori
terlarut dalam cairan lambung (Tettey-Am lalo, 2005). Mahalaxmi dkk. (2011)
13
Nanoemulsi adalah tipe emulsi o/w dengan kisaran droplet size kurang
dari 100 nm. Nanoemulsi adalah campuran isotropik dari minyak, air, surfaktan
dan ko-surfaktan yang stabil dan jernih (Thakur dkk., 2013). Nanoemulsi dapat
menghindari problem klasik emusi yaitu creaming, flokulasi dan sedimentasi yang
juga dapat dipastikan aman karena surfaktan yang digunakan memenuhi standar
SNEDDS adalah sistem yang terdiri dari campuran minyak, surfaktan, dan
fase air melalui agitasi yang ringan dalam lambung dengan ukuran tetesan emulsi
tetesan nanoemulsi, dan kelarutan obat dalam sistem (Makadia dkk., 2013). Selain
menggunakan campuran, minyak nabati juga banyak dipilih dalam formulasi karena
Minyak nabati yang umum digunakan dalam formulasi SNEDDS yaitu olive oil, corn
oil, soya bean oil, dan virgin coconut oil (VC O) (Patel dkk., 2010).
14
dalam melarutkan obat (Patel dkk., 2010). Surfaktan nonionik yang larut air (ex.
Surfaktan jenis ini juga lebih aman, biokompatibel dan tidak terpengaruh oleh pH jika
tetesan nanoemulsi sistem. Surfaktan nonionik yang relatif tidak toksik dapat
keuntungan sistem SNEDDS dan sediaan padat (Abbaspour dkk., 2013; Singh
metode spray drying memerlukan optimasi terkait dengan banyaknya hal yang
fluid bed granulator merupakan metode yang paling sederhana. Adsorbsi ketoprofen
menggunakan mortar dan stamper sebagai pengganti fluid bed granulator untuk
memformulasikan S-SNEDDS.
dikarakterisasi melalui uji emulsification time. SNEDDS yang baik akan cepat
G. Hipotesis
limamenit serta stabilitas dalam AGF > 3 jam dan AIF > 4 jam.