Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Pemberontakan dan pengkhianatan PKI dengan Gerakan 30 Septembernya merupakan ujian


yang berat bagi ketangguhan dan keampuhan Pancasila.Pemnberontakan itu,yang jelas
bermaksud merebut pimpinan Negara dan mengKomuniskan Indonesia,di awali dengan
penculikan,penganiyaan di luar perikemanusiaan dan pembunuhan terhadap tujuh Pahlawan
Revolusi pada dini hari 1 Oktober 1965.

Sekali lagi bagi bangsa Indonesia bangkit membela kemurnian Pancasila.Segenap lapisan
masyarakat bergerak serentak dan spontan,golongan – golongan profesi,pemuda – pemudi,kaum
wanita,bahkan anak – anak di bawah umur bergabung dalam berbagai “ kesatuan aksi”.Mereka
berjuang sesuai dengan kemampuan masing – masing menumpas pemberontakan berikut
dengan dalang – dalangnya.Diantara para pejuang yang itu masih remaja,sekarang banyak sudah
mewarisi kepemimpinan negara dan bangsanya.

Jenasah ketujuh pahlawan dapat di temukan di dalam sumur tua di daerah lubang buaya.Daerah
itu termasuk tempat latihan militer para kelompok PKI seperti Pemuda Rakyat,Sobsi,Gerwani
dan para sukarelawan PKi lainnya.Di tempat tersebut sekarang di buat monument yang bernama
“Monumen Pancasila Sakti”.Itulah monument di mana sebagai saksi bisu perjalanan sebuah
ideology yang bernama pancasila dan sebagai acuan dan lambang Negara Indonesia sebagai
pemersatu bangsa.

I.2 RUMUSAN MASALAH

a. Pengertian dan kedudukan pancasila sebagai Falsafah dan Ideologi Negara.

b. Kedudukan pancasila sila demi sila

c. Pancasila dalam kurun waktu Orde Lama

d. Pancasila dalam kurun waktu Orde Baru

BAB II
PENGERTIAN , KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH DAN IDEOLOGI NEGARA

Pancasila , yang berarti lima dasar atau lima asas adalah nama dasar Negara kita NKRI.

I stilah pancasila telah dikenal sejak zaman majapahit pada abad XIV , yaitu terdapat didalam
buku Nagarakertagama karangan prapanca dan buku sutasoma karangan tantular.Dalam buku
suta soma istilah pancasila disamping dikenal memiliki arti berbatu sendi yang kelima (dari
bahasa sansekerta) juga memiliki arti pelaksaan kesusilaan yang lima ,yaitu:

1) Tidak boleh melakukan kekerasan

2) Tidak boleh mencuri

3) Tidak boleh berjiwa dengki

4) Tidak boleh berbohong

5) Tidak boleh mabuk minuman keras

Pada tanggal 1 juni 1945 dalam sidang BPUPKI,Ir.Soekarno mengusulkan agar dasar Negara
Indonesia di beri nama pancasila atas usulan kawan beliau seorang ahli bahasa .Pancasila
disahkan oleh PPKiI pada tanggal 18 agustus 1945 yaitu disahkan bersamaan dengan UUD
1945 .Namun Pancasila yang di maksud sebagai dasar Negara RI adalah:

1) Ketuhanan yang maha esa

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila banyak dihubungkan dengan berbagai penyebutan ,sekalipun semuanya itu benar
tetapi pada hakikatnya dapat dikembalikan kepada dua pengertian ,yakni pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia dan pancasila sebagai dasar Negara republic Indonesia .

A.Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

Pancasila dalam pengertian ini sering juga disebut way of life, Weltanschauung,
wereldberschouwing, Wereld en leven beschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup,
pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup. Dalam hal ini, pancasila dipergunakan sebagai
petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan dan kehidupan didalam segala
bidang. Ini berarti semua tingkah laku dan tindak/perbuatan semua setiap manusia Indonesia ini
di jiwai dan merupakan pancaran dari semua sila karena pancasila sebagai Weltanschuung,
selalu merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang
lainnya;keseluruhan sila dengan pancasila merupakan satu kesatuan organisasi. Pancasila yang
harus dihayati ialah pancasila sebagaimana yang tercantum di dalam pembukaan UUD
1945,Dengan demikian,jiwa keagamaan (sebagai manifestasi/perwujudan sila Ketuhanaan Yang
Maha Esa),jiwa yang berperikemanusiaan (sebagai menifestasi/perwujudan dari sila
Kemanusiaan yang Adil yang beradab), jiwa kebangsaan (sebagai manifastasi/perwakilan), dan
jiwa yang menjunjung tinggi keadilan social (sebagai manifestasi /perwujudan dari sila
kerakyatan yang dipmpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan), dan
jiwa yang menjunjung tinggi keadilan social(sebagai manifestasi/perwujudan sila Keadailan social
bagi sewluruh rakyat Indonesia), selalu terpancar dalam segala tingkahn laku dan
tidak/perbuatan serta sikap hidup seluruh bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai norma fundamental sehingga Pancasila berfungsi sebagai cita-cita atau ide.
Sebagai cita-cita, semestinyalah kalau ia selalu diusahakan untuk dicapai oleh tiap-tiap manusia
Indonesia sehingga cita-cita itu bisa terwujud manjadi suatu kenyatan.

Sesungguhnya tidaklah mudah merumuskan secara konkret betapa perwujud pancasila itu
dalam setiap tindak/perbuatan, tingkahlaku, dsan sikap hidup sehari-hari. Hal ini disebabkan
selain terlalu banyak macam ragamnya,juga meliputi seluruhnya aspek kehidup.oleh karena itu,
yang mungkin dapat dikemukakan ialah bahwa pancasila sebagai pegangan hidup yang
merupakan pandangan hidup bangsa, hari tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
sopan santun, dan bertentangan dengan dengan norma-norma hokum yang berlaku.

Demikianlah pengertian pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Dilihat dari
kedudukannya, pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi, yakin sebagai cita-cita dan
pandangan hidup bangsa dan Negara Republik Indonesia.Dilihat dari fungsinya,pancasila
mempunyai fungsi utama sebagai dasar Negara Republik Indonesia.Dilihat dari segi materinya
pancasila di gali pandangan hidup bangsa Indonesia. Demikianlah dapat dikatakan bahwa
pancasila itu dibuat dari materi atau bahan”dalam negeri”, bahan asli murni dan merupakan
kebangaan bagi suatu bangsa yang patriotic.

Apabila kita memperhatikan penyebutan-penyebutan yang dikaitkan dengan pancasila, maka


kita dapat menduga betapa luas peranan pancasila dalam tata kehidupan bangsa
Indonesia.pengertian-pengertian yang berhubungan dengan berbagai penyebutan pancasila itu
dapat diikhtisiar sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia.


Pancasila dalam pengertian ini adalah seperti yang dijelaskan dsalam teori Von Savigny bahwa
setiap bangsa mempunyai jiwa-nya masing-masing yang disebut Volkgeist ( Jiwa rakyat/jiwa
bangsa).pancasila sebagai jiwa bangsa adanya lahirnya bersamaan dengan adanya bangsa
Indonesia , yaitu pada Zaman Sriwijaya –Majapahit. Hal ini diperkuat oleh Prof. Mr.
A.G.Pringgodigdo dalam tulisan beliau “Sekitar Pancasila”. Beliau antara lain mengatakan bahwa
tanggal 1 juni 1945 adalah hari lahir istilah pancasila,

sedangakan pancasila itu sendiri telah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan dengan adanya
bangsa Indonesia.

2. Pancasila sebagai Keperibadiaan Bangsa Indinesia

Jiwa bangas Indonesia mempunyai arti statis (tetap tidak berubah) dan mempunyai arti
dinamis(bergerak).Jiwa ini ke luar diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku sertta
amal/perbuatan.Sikap mental, tingkah laku, dan amal/.perbuatan bangsa Indonesia menpunyai
cirri-ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Ciri-ciri khas lainlah yang kita maksud
dengan keperibadiaan;keperibadian bangsa Indonesia adalah pancasila.

3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia (lihat uraian diatas).

4. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia (lihat di bawah)

5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hokum atau sumber tertib hokum bagi Negara
Republik Indonesia.

Pancasila dalam pengertian ini disebutkan dalam ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966(jo


Ketetapan MPR No . V/MPR/1973dan ketetapan MPR No.IX/MPR/1978).dijelaskan bahwa
sumbertertib hokum republic Indonesia adalah pandangan hidup , kesadaran , dan cita-cita
hokum serta cita-cita moralyang meliputi suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia
.Selanjutnya dikatakan bahwa cita-cita itu meliputi kemerdekaan individu , kemerdekaan
bangsa , perikemanusiaan , keadilan social , perdamaian nasional , dan mondial , cita-cita politik
mengenai cinta , bentuk , dan tujuan Negara cita-cita moral mengenai kehidupan
kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawantahanbudi nurani manusia

Ø Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa

Pancasila sebagai tujuan dan cita-cita bangsa sebagaimana yang telah diucapkan dalam pidato
presiden Soeharto di depan siding DPR GR pada tanggal 17 agustus 1967 .dikatakan dengan
tegas bahwa cit-cita bangsa kita sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945,karena merupakan penuangan jiwa proklamasi ,yaitu pancasila ,sehinggamerupaka cit-cita
dan tujuan bangsa .

Ø Pancasila sebagai Falsafahhidup yang mempersatukan bangsa Indonesia

Pancasila adalah falsafah hidup bangsa Indonesia dan kepribadiannya yang mengandung nilai-
nilai dan norma-norma yang oleh bangsa Indonesia diyakini paling benar ,paling adil, paling baik,
sesuai bagi bangsa Indonesia sehingga dapat mempersatukan bangsa Indonesia.

B.Pancasila sebagai dasar republic Indonesia

Pancasila dalam pengertian ini sering disebut dasar falsafah Negara, Philosofische Grondslagdari
Negara,ideology Negara,staatside,.Dalam hal ini pancasila dipergunakan sebagai dasar pengatur
pemerintahan Negara .Atau dengan kata lain pancasila digunakan sebagai dasar untuk
penyelenggaraan Negara .

Pengertian pancasila sebagai dasar Negara seperti dimaksudkan diatas sesuai dengan bunyi
pembukaan UUD 1945,yang dengan jelas mengatakan :”…..,Maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaaan Indonesia itu dalam suatu undang – undang dasar Negara Indonesia ,yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasar
kepada …”

Fungsi dan kedudukan pancasila sangatlah penting karena sebagai pokok kaidah Negara yang
fundamental .hal ini baik sekali karena UUD , baik yang tertulis maupun yang tidak harus
bersumber dan berada di bawah pokok kaidah Negara yang fundamental itu.

Fungsi pokok pancasila adalah sebagai dasar Negara sebagaimana yang tertuang dalam UUD dan
yang pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari dari tertib hokum,pengertian demikian adalah
pengertian pancasila yang bersifat yuridis – ketatanegaraan .

Pengertian pancasila yang bersifat sosiologis adalah di dalam fungsinya sebagai pengatur hidup
kemasyarakatan pada umumnya sedangkan pengertiannya yang bersifat etis dan filosofis adalah
di dalam fungsinya sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cara – cara dalam mencari
kebenaran

BAB III

KEDUDUKAN DAN URAIAN PANCASILA SILA DEMI SILA


Pancasila merupakan suatu kesatuan , sila yang satu tidak bisa dilepas lepaskan dari sila sila
lainnya ; keseluruhan sila didalam pancasila merupakan suatu kesatuan yang organis atau suatu
kesatuan keseleruhunan yang bulat . hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sila I : Ketuhanan yang Maha Esa meliputi dan menjiwai sila II , III , IV, dan V

Sla II : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab diliputi dan dijiwai sila I , meliputi dan menjiwai sila
III, IV, V

Sila III : Persatuan Indonesia diliputi dan dijiwai sila I dan II , meliputi dan menjiwai sila IV dan V

Sila IV:Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
diliputi dan dijiwai sila I, II, III , meliputi dan menjiwai sila V

Sila V: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang diliputi dan dijiwai sila I, II, III, IV, dan V.

SILA PERTAMA

KETUHANAN YANG MAHA ESA

Ketuhanan berasal dari kata TUhan , ialah Allah , pencipta segala yang ada dan semua makhluk .

Yang maha esa itu berarti yang Maha Tunggal, tiada sekutu : esa dalam zatNya , esa dalam
sifatnya, esa dalam perbuatannya. Artinya bahwa zat TUhan itu tidak terdiri dari Zat zat yang
banyak lalu menjadi satu. Bahwa TUhan adalah satu saunya, tak dapat disamakan dengan yang
lain.

Sebagai sila yang pertama . ketuhanan yang maha Esa menjadi sumber pokok nilai nilai
kehidupan berbangsa dan bernegara . mempunyai Nilai keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dengan segala sifat sifatnya yang Maha Sempurna, Maha Adil dan Maha segala galanya.
Ketakwaan itu sendiri berarti menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Menjiwai dan
mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab.

SILA KEDUA

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi, yang memiliki pola piker, rasa
,karsa, dan cipta. Beradab berasal dari kata adabyang berarti budaya. Jadi beradab, berarti
berbudaya. Ini mengandung arti bahwa sikap hidup. Keputusan dan tindakan selalu berdasarkan
niali nilai budaya, terutama nilai nilai kesusilaan (moral).

Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang
didasari kepada potensi budinurani manusia dalam hubungannya dengan norma-norma dan
kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia, maupu terhadap alam, dan
hewan.

Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang
sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi , sadar nilai dan berbudaya.

SILA KETIGA

PERSATUAN INDONESIA

Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak terpecah belah ; persatuan dan
kesatuan menagndung pengertian bersatunya bermacam macam corak yang beranekaragam
menjadi satu kebualatan.

Jadi persatuan Idonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan
Indonesia adalah perwujudan paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh ketuhanan yang
Maha Esaserta kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu , paham kebangsaan Indonesia
tidak lah sempit(chauvinistis), tetapi dala arti menghargai bangsa lain sesuai denagn sifat
kehidupan bangsa itu sendiri.

Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa , sebaliknya membina


tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu, tidak terpecah belah oleh
sebab apapun.

SILA KEEMPAT

KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN


PERWAKILAN

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia yang berasal dalam satu
wilayahtertentu.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan maksudnya bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannnya melalui sistem
musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab , baik kepada
Tuhan yang maha Esamaupun pada Rakyat yang diwakilinya.

Mempunyai nilai kedaulatan Negara yang dipegang oleh rakyat, pemimpin kerakyatan adalah
Hidmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat, musyawarah mufakat dicapai dalam
permusyawaratan perwakilan.
SILA KELIMA

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang kehidupan, baik
material maupun spiritual. Keadilan social bagiseluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap
orang Indonesia mendapat perlakuan yag adil dalam bidang hukum , politik, ekonomi, dan
kebudayaan. Sesuai dengan UUD 1945 makna keadilan social mencakup pula pengertian yang
adil dan makmur.

Mempunyai nilai perwujudan keadilan sosila dalam kehidupan atau kemasyarakatan,keadilan


dalam bidang kehidupan social terutama meliputi bidang bidang ideology, politik, ekonomi,
sosiala, kebudayaan, dan Hankam, keseimbangan dalam hal hak dan kewajiban, cinta akan
kemajuan dan pembangunan.

BAB IV

PANCASILA DALAM KURUN WAKTU ORDE LAMA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA

Pada kira – kira abad VII-XIIbangsa Indonesia telah mendirikan kerajaan majapahit dan
sriwijaya ,kedua masa itu di jadikan tonggak sejarah karena pada saat itu Indonesia telah
memiliki syrat – syarat menjadi suatu Negara ,pada zaman itu bangsa Indonesia telah mengalami
kehidupan yang gemah – ripah loh-jinawi ,kerta raharja.

Unsur – unsur yang terdapat dalam pancasila yakni ketuhana,kemanusiaan,persatua, tata


pemerintahan atas dasar musyawarah ,dan keadilan social telah terdapat sebagai asas – asas
yang menjiwai bangsa Indonesia yang dihayati dan dilaksanakan secara konkret

Kebangkitan nasional /kesadaran bangsa Indonesia (Mei 1908)

Pada permulaan abad ke XXbangsa Indonesia merubah cara – caranya di dalam melawan
kolonialis belanda .Kegagalan – Kegagalan secara fisisk yang tidak terkoordinasi pada masa
lampau itu mendorong pemimpin –pemimpin Indonesia pada abad XX itu untuk merubah cara
perlawanan mereka yaitu dengan menyadarkan bangsa Indonesia pentingnya bernegara.

Badan penyelidik usaha – usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (29 April 1945)

Sebagai tindak lanjut dari janjinya,pada tangggal 1 Maret 1945 jepang mengumumkan akan
dibentuknya BPUPKI ,dengan terbentuknya BPUPKI ini bangsa Indonesia dapat secara legal
mempersiapkan kemerdekaannya untuk memenuhi syarat – syarat sebagai Negara Mr.Moch
Yamin mendapat kesempatan untuk mengemukakan pidato yang isisnya adalah lima asas dasar
untuk Negara Indonesia :

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai rancangan UUD Republik
Indonesia ,di dalamnya tekandung lima asas dasar Negara yang berbunyi :

1) Ketuhanan yang maha esa

2) Kebangsaan persatun Indonesia

3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

4) Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada tanggal 1 juni 1945 Ir.Soekarno mengucapkan pidatonya yang ke 3dalam pidatonya tersebut
di rumuskan /diususlkan pula dasar – dasar Negara merdeka ,yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme-atau perikemanusiaan

3. Mufakat-atau demokrasi

4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Untuk kelima dasar Negara itu beliau ingin memberinya nama Pancasila usul itu kemudian
diterima oleh sidang .

Jika dibandingkan dengan Pancasila sekarang ,nyata sekali semua itu lain dari perumusan dan
sistematikanya sekarang ,kiranya hasil pemikiran Ir.Soekarno tersebut merupakan hasil pemikiran
atas dasar Denk Methode Historich Materialisme .dengan pola piker yang dialektis ini asa
nasionalisme Indonesia dihadapkan/dipertentangkan dengan asas
internasionalisme/perikemanusiaan dan menjadi “Socio – Nasionalisme “.selanjutnya asas
kesejahteraansosial dipertentangkan dengan asas Demokrasi/mufakat , yakni Demokrasi
ekonomi menjadi “Socio – Demokrasi”.

Pada yahun 1947 pidato presiden Soekarno pada tanggal 1 juni 194 ditetapkan sebagai Lahirnya
Pancasila kemudian menjadi populer dimasyarakat bahwa Pancasila adalah dasar dari Negara
kita meskipun tidak sama antara usul Negara 1 Juni dengan dasar Negara yang disahkan dalam
pembukaan UUD 1945 tanggal 18 agustus 1945.

Setelah mengadakan pembahasan ,ke 9 tokoh disusun sebuah piagam yang kemudian terkenal
dengan nama Piagam Jakarta,yang didalamnya terdapat perumusan dan sistematika pancasila
sebagai berikut :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat – syariat islam bagi pemeluk – pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Pengesahan pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945

Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 agustus itu telah melahirkan negara RI.,pada sidang
PPKI mengesahkan UUD 1945.UUD tersebut terdiri dari 2 bagian yakni , pembukaan dan Batang
tbuh yang berisi 37 pasal 1 aturan peralihan terdiri dari 4 pasal 1aturan tambahan terdiri dari 2
ayat.

1) Didalam pembukaan yang tediri atas 4 alinea itu ,didalam alinea ke 4 tercantum perumusan
pancasila :

2) Ketuhanan yang maha esa

3) Kemanusiaan yang beradab


4) Persatuan Indonesia

5) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

6) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

BAB V

PANCASILA DALAM KURUN WAKTU ORDE BARU

Banyak pihak menilai, pembantaian yang terjadi di Aceh selama

berlangsungnya operasi militer sejak 1989 hingga 1998 dengan jumlah

korban hingga sekitar 30.000 nyawa ini sebagai malapetaka peradaban yang

rasanya hanya mungkin terjadi dalam masyarakat primitif. Karena

pembantaian massal yang demikian harus dihentikan dan pelakunya harus

dimintai pertanggungjawabannya secara hukum. Presiden Habibie, atas

pemerintah Indonesia harus meminta maaf secara terbuka atas tindakan

represif militer di Aceh yang telah menyebabkan kesengsaraan rakyat. Hal

tersebut harus pula dibarengi dengan pencabutan status DOM, agar citra

pemerintah pulih di mata masya-rakat Aceh, bahwa telah terjadi perlakuan

yang sangat biadab di Aceh, terhadap orang Aceh, yang hampir tidak dapat

diyakini dengan akal sehat. Perlakuan seperti itu hanya mungkin

dilakukan atau terjadi di tengah masyarkat yang berperadaban primitif.

Tapi kenyataannya, hal ini justru terjadi di Indonesia tecinta yang

berfalsafah Pancasila, dilakukan oleh sesama bangsa hanya untuk sekedar

menunjukkan betapa “saktinya” Pancasila di hadapan kaum lemah. Sebagian

besar dilakukan oleh aparat bangsa Indonesia terhadap anak bangsanya

sendiri di Aceh. Pembantaian yang hampir bersifat massal, pelecehan,


perkosaan terhadap orang-orang desa yang dituduh GPK selama sepuluh

tahun terakhir itu, cenderung pembantaian terhadap harkat, martabat, dan

peradaban Aceh. Padahal, Aceh adalah suatu masyarakat, suatu budaya

dengan sejarah per-adaban yang panjang, hampir seribu tahun. Kita semua

sangat prihatin dan kecewa dengan Kasus Aceh yang kemudian terungkap itu

dan kini ramai dibeberkan oleh media domestik maupun luar negeri.

Seharusnya, kita semua, anak bangsa, harus peduli dengan malapetaka

peradaban ini. Tidak cukup hanya LSM dan mahasiswa, melainkan semua

tokoh adat, ulama, politisi, pejabat dan cendekiawan dituntut

tanggung-jawab moralnya menyikapi tragedi ini.

Kepedulian terhadap malapetaka peradaban ini haruslah dipandang lebih

penting dibandingkan kampanye Pemilu. Kepedulian yang berlebih-lebihan

dalam kegiatan Pemilu hanyalah untuk keputusan politik sesaat (antara

pemilu ke pemilu). Saat ini, masyarakat sedang menunggu peran para

tokoh-tokoh tersebut di atas. Mana para ulama yang aktif dalam kampanye

pemilu dulu? Mana para tokoh cendekiawan yang selama ini aktif

men-diskusikan upaya pemenangan kontestan dalam pemilu? Kembalikan

harkat dan martabat, dan rasa percaya diri masyarakat Aceh. Supaya orang

Aceh tidak terperosok dalam emosi balas dendam. Karena, malapetaka ini,

bukanlah disebabkan oleh kemauan individual di kalangan ABRI, melainkan

oleh suatu sistem. Memang terminologi ABRI tidak ada istilah DOM,

sebagaimana dikatakan Pangdam I Bukit Barisan dan sudah pasti tidak ada

SK-nya. Namun, yang terjadi di Aceh adalah akibat dari pelaksanaan

operasi militer. Kita harus ke luar dari sistem yang bermasalah itu ke

paradigma baru, suatu sistem yang beradab dan berperikemanusiaan dalam


suasana tertib, aman dan menjunjung tinggi hukum. Jadi, hukum pulalah

yang harus menjadi pedoman dalam menindak mereka yang terbukti bersalah.

Meskipun kita tahu bahwa hukum yang akan dipakai inipun bukanlah hukum

yang adil. Betapa tragisnya, hukum yang sudah 99% memihak mereka pun,

hukum yang basa-basi rakyat Muslim Aceh, tidak dipakai untuk mengusut

tuntas kasus pelanggaran HAM ini. Bahkan basa-basi pun sudah tidak ada

lagi.

Apa yang terjadi di Aceh dalam satu dekade ini merupakan tragedi

kemanusiaan yang mengan-dung pelanggaran HAM yang terberat. Mencabut hak

hidup orang yang belum terbukti bersalah adalah pelanggaran yang paling

asasi, apalagi jika hal itu di lakukan secara primitif di abad moderen

yang serba canggih sekarang ini. Secara Machiavelis pun kita akan

menganjurkan kepada Soeharto dan tentara-tentaranya agar memakai senjata

mutkhir dan moderen kalau membunuh rakyat, jangan dengan cara yang sadis

dan kejam seperti di Aceh. Kill them softly, bunuhlah mereka secara

lembut dengan cara berdebat secara terbuka dan demo-kratis tentang

persoalan-persoalan yang diperse-lisihkan. Kalau dengan cara biadab,

dinasaurus pada zaman dahulu pun bisa melakukannya. Pembunuhan yang

dilakukan alat-alat negara terhadap orang-orang Aceh sangat mudah

di-buktikan, tanpa perlu turun tim pencari fakta seorang pun. Anjing

saja bisa mengendus di mana mayat-mayat para syuhada itu terkubur secara

serampangan. Maka, sesudah TPF DPR yang dipimpin Hari Sabarno,

hendaknya ada lagi TPF yang dibentuk Komnas HAM dan TPF ABRI yang

bertolak ke Aceh dalam waktu dekat. Sehingga, pelanggaran hak dan hukum,

yang sebagian besar diduga dilakukan aparat keamanan bisa segera diusut
dan dipertanggungjawabkan. Dibanding kasus penculikan dan penghilangan

para aktivis pro-demokrasi di Jakarta, apapun yang terjadi di Aceh jauh

lebih dasyat. Betapa banyak korban akibat operasi yang bersandikan

jaring merah itu. Di antaranya, banyak anak-anak yang kini menjadi

yatim, wanita yang menjadi janda, dan tidak sedikit yang mengalami

trauma sepanjang hidupnya akibat diperkosa secara bergilir oleh

oknum-oknum militer. Karena itu, DOM adalah sebuah upaya yang sistematis

untuk memusnahkan orang Aceh di bumi nusantara ini. Bahwa DOM yang ada

di Serambi Makah ini tidak lain dari penghancuran kultur dan etnis Aceh.

Persis seperti yang dialami komunitas Muslim Bosnia dan Albania di

Seme-nanjung Balkan.

Oknum-oknum yang melakukan pembantaian tersebut layak dicap sebagai

penjahat perang. Karena pembantaian, pemerkosaan, pembakaran, dan

penculikan adalah sesuatu yang seharusnya “diharamkan” karena tidak

sesuai dengan norma-norma manusia yang berperadaban dan agama. Ternyata

di tengah bangsa ini menuju suatu peradaban, tingkat kebiadaban manusia

semakin dipertanyakan. Melakukan investigasi di sejumlah daerah yang

diposisikan sebagai daerah basis GPK. Hasil yang mereka peroleh bukan

saja berupa realitas ketidakadilan dan pelanggaran HAM tingkat tinggi,

tapi juga ada kuburan-kuburan massal yang membuktikan bahwa ketika sudah

matipun orang Aceh bagai tak berhak memperoleh peng-hormatan sebagai

insan. Pembinasaan etnis Aceh yang demikian harus dihentikan, dan kalau

ada yang telibat GPK harus diadili secara terbuka di pengadilan. Bukan

dengan cara-cara brutal yang melampaui batas kewajaran dan akal sehat.

Sebagai negara hukum, mestinya mengakui supremasi hukum di segala


bidang.

Pemberlakuan DOM di Aceh, dengan dalih memulihkan keamanan dari

sisa-sisa GPK melalui tindakan represif militer di Aceh, telah memberi

dampak negatif yang sangat luar biasa, dan suasana mencekam yang tiada

taranya yang harus di-tanggung rakyat. Semasa penjajahan Belanda

sekalipun, tidak pernah masyarakat Aceh mendapat perlakuan sebrutal ini.

Ironisnya, hal itu dilakuakan oleh militer yang mengagung-agungkan

gagasan dwi fungsi ABRI. Ini memang benar kesaksian tentang pelaksanaan

operasi militer di Aceh.

Berbagai pelanggaran hak asasi manusia terjadi di Aceh selama operasi

militer. Ratusan warga Aceh hilang di ciduk atau di bantai karena

dituduh sebagai anggota GPK. Mayat mereka dikuburkan (antara lain)

dibukit tengkorak atau dibuang ke Sungai Tamiang. Tuntutan mencabut

status DOM pun marak. Penyiksaan yang dialami masyarakat sipil di Aceh

selama berlangsung operasi militer. Antara lain ada yang disetrum,

ditelanjangi, diperkosa sampai melahirkan anak haram, dikubur

hidup-hidup, digorok, ditembak di depan orang ramai dan dikubur secara

massal. Pelanggaran HAM dan sejumlah orang hilang semasa orde baru yang

terbesar di Indonesia, adalah di Aceh. Itu didasarkan pada petunjuk

awal, atau data per-mulaan, yang sudah hampir” mencapai 3000 kasus.

Dari temuan sementara forum LSM, data orang hilang dan kekerasan di Aceh

memang berada di atas angka seribu kasus. Kecuali itu, mereka juga sudah

memiliki peta dan foto sejumlah kuburan massal di Aceh, yang diduga

berisi tumpukan kerangka dan tengkorak korban. Perlunya klari-fikasi

data mengenai korban kasus Aceh. Datalah yang mestinya berbicara,


sehingga tidak ada fitnah yang justru memperburuk posisi kita sebagai

bangsa yang beradab. Dari sejumlah data yang sudah dipaparkan, baik di

media maupun lang-sung oleh para korban atau keluarga korban , apa yang

terjadi di Aceh adalah pelanggaran HAM.

Mengenai janda dan yatim yang ditinggalkan orang hilang, yang diduga

tersangkut GPK, harus pula disantuni dan diberdayakan. Karena jumlah-nya

banyak, sepertinya tak memenuhi bila disantuni lewat APBD, melainkan

harus dialokasikan dengan APBN. Aceh sudah relatif aman orang-orang desa

sudah bisa berusaha, bersawah dan berkebun, serta beribadah dengan

tenang. Diera reformasi ini jangan takut lagi kepada GPK, dan jangan

takut pula kepada ABRI.

Pihak pengadu mengaku keluarga mereka hilang sekitar waktu 1989-1994 dan

ada juga yang hilangnya sekitar tahun 1997 telah mencapai ratusan kasus.

Menurut para pelapor, korban-korban ada yang diketahui sudah dibunuh.

Sebagaimana diceritakan janda Rohan Yusufi (50) penduduk reungkam

kecamatan matang kuli, pada 19 februari 1992 suaminya Abdul Rani (58)

dijemput penculik. Korban ditembak di depan istri dan anaknya, kemudian

rumah dibakar serta sepedah motor diambil penculik dan tidak

dikembalikan. Kisah serupa juga diceritakan janda Fauziyah (35) penduduk

tempok masjid Junda kecamatan muara dua, suaminya Tengku Zainal Abidin

(41) dijemput orang tidak dikenal ketika membeli rokok. Kemu-dian

penculik datang kerumah mengambil semua prabot rumah tangganya dan bahan

pecah belah. Dan sampai sekarang tidak dikembalikan. Para keluarga

korban yang mengadu menangis di-depannya sambil menunjukkan foto

keluarga mereka yang hilang. Para keluarga korban meminta agar korban
dicari di mana keberadaannya saat ini. Sementara korban orang hilang

yang diadukan ke DPRD oleh keluarganya, hingga kini belum berasil

didata. Namun beberapa anggota Legislatif Aceh Utara itu mengaku sudah

menerima laporan warga dengan puluhan kasus pelanggaran HAM tersebut.

Anggota legislatif yang mewakili rakyat Aceh di Jakarta hanya Gasali

Abas Adan sajalah yang sedikit prihatin atas apa yang terjadi di Aceh.

Sedangkan lima wakil rakyat lainnya yang namanya tercantum sebagai wakil

dari tanah rencong ini tidak bersuara sedikitpun hanya menikmati

tingginya gaji anggota DPR saja dengan segala nafsu kemewahannya.

Padahal terpilihnya mereka dari daerah Aceh dengan mengorbankan banyak

ulama’ untuk mengangkat dua jari bagi kemenangan Golkar laknatullah itu.

Kini para pemilih Golkar itu hanya dianggap telah menjadi mayat korban

pembantaian alat-alat negara yang dikuasai Golkar sendiri. Sungguh suatu

ironisme sejarah yang paling pahit bagi umat Islam. Apalah arti semua

itu kalau kita hanya sibuk mendata tanpa ada jalan keluar yang tuntas.

Untuk menuntaskan itu semua, hanya dengan membereskan sistem dalam

keseluruhan kelembagaan dan budaya warisan Orde Baru sajalah yang akan

memungkinkan Aceh dan semua komunitas muslim di Indonesia akan

mendapatkan perlakuan yang manusiawi. Hanya dengan pilihan berani yang

harus keluar dari mulut orang Aceh sendiri untuk memilih sistem Negara

Islam sajalah yang akan dapat mengobati semua sakit hati ini. Kalau dulu

perjuangan Teungku Daud Beureueh telah disia-siakan oleh orang-orang

Aceh dan orang-orang Muslim Indonesia yang tidak mengerti akan sebuah

makna Jihad dan beribadah, maka kini janganlah kita menyia-nyiakan nyawa

ribuan rakyat Muslim sipil Aceh yang telah melayang. Segeralah


menentukan sikap untuk menolak semua campur tangan para elit Korup,

Kolusif dan Nepotis peninggalan Orde Baru Soeharto dan menentukan

sendiri nasib Aceh untuk menjadi wilayah Islam yang bersih, suci lahir

batin dan sentosa dunia akhirat tanpa perlu memisahkan diri dari

Republik yang sudah lama diperjuangkan oleh umat Islam dan mujahid dari

berbagai wilayah lainnya ini.

BAB VI

KESIMPULAN

Dari uraian yang sudah dituliskan diatas kita bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut;

1. Jiwa pancasila yang merupakan jiwa bangsa Indonesia mempunyai sifat statis. Dan juga
mempunyai sifat dinamis sehingga menimbulkan keinginan , cita cita sebagai cita cita luhur
bangsa Indonesia ; cita cita luhur bangsa ini, yang dijiwai pancasila, olwh Indonesia
diperjuagnkan untuk menjadi suatu kenyataan.

2. Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi (titik tertinggi)
dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang berabad abad yang didorong oleh amanat
penderitaan rakyat dan dijiwai Pancasila.

3. Dengan demikian penafsiran sila sila Pancasila harus bersumber , berpedoman , dan berdasar
kepada pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai