Pencegahan Dan Pengobatan Gizi Buruk Pada Anak Docx 1
Pencegahan Dan Pengobatan Gizi Buruk Pada Anak Docx 1
Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan
tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori
yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan
setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala
kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
Gagal Tumbuh
Gagal tumbuh adalah bayi atau anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding sebayanya.
Tanda-tandanya:
d) Infeksi berulang.
Faktor penyebab: (1) Faktor sosial, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. (2) Faktor kemiskinan, rendahnya pendapatan
masyarakat menyebabkan kebutuhan paling mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi. (3) Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan
pangan. (4) Infeksi, disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.
Pengobatan
Influenza
Pencegahan
Salah satu cara terbaik untuk mencegah flu adalah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh meningkat dan mampu melawan serangan virus flu. Cara yang
bisa dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh adalah dengan selalu menjaga pola hidup sehat seperti makan makanan sehat dan bergizi, berolahraga, cukup istirahat, dan bisa juga
dengan vaksinasi. Dalam dunia medis saat ini sudah diperkenalkan vaksinasi flu untuk orang usia 6 bulan ke atas. Para ahli menyarankan agar vaksinasi flu dilakukan setiap tahun karena
cepatnya kemampuan virus flu untuk berubah sehingga menjadi lebih resisten. Efektivitas vaksinasi dalam mencegah penyakit flu bisa mencapai 70 – 90 %. Orang yang sangat dianjurkan
untuk mendapatkan imuniasai flu adalah anak-anak, wanita hamil, orang yang menderita penyakit tertentu seperti penyakit asma, HIV, diabetes, jantung, paru, dan orang tua terutama
mereka yang berusia lebih dari 65 tahun ke atas.Orang yang tidak boleh diberikan vaksinasi flu adalah anak bayi usia 6 bulan ke bawah, orang yang alergi khususnya alergi telur dan
produk olahannya, orang yang menunjukkan reaksi alergi terhadap vaksin flu, dan orang yang menderita Guillain-Barré syndrome (keanehan pada sistem imun dan saraf tubuh).
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan flu adalah: Rajin mencuci tangan terutama. Jangan
sembarangan memasukkan tangan ke mulut. Cucilah tangan dengan benar menggunakan sabun atau alkohol. Gosok-gosok tangan bagian dalam, luar sampai pergelangan
tangan dengan sabun selama 15 detik, lalu bilas dengan air bersih.
Hindari (menjauh) dari orang yang terkena flu. Flu merupakan penyakit yang sangat cepat menular lewat udara terutama saat bersin dan batuk. Untuk orang yang sedang
flu, sebaiknya menggunakan masker penutup mulut dan hidung agar tidak menyebarkan virus flu ke orang lain. Saat batuk dan bersin, tutup mulut dan hidung menggunakan
tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah setelahnya.
Flu juga bisa menular lewat kontak (sentuhan) tangan orang yang terinfeksi virus flu atau lewat kontak dengan benda yang telah dipegang penderita. Oleh karena itu,
penting sekali bagi kita untuk selalu rajin mencuci tangan dengan sabun agar memperkecil kemungkinan tertular penyakit flu.
Flu tak hanya bisa masuk ke dalam tubuh lewat mulut, bisa juga lewat hidung dan mata. Oleh sebab itu, bila Anda habis melakukan kontak langsung dengan penderita flu,
hindari menggosok-gosok mata dan hidung untuk mencegah penularannya.
Jika Anda terserang flu, sebaiknya tidak beraktivitas di luar rumah untuk mencegah kemungkinan Anda menularkan virus flu ke orang lain di sekitar Anda. Istirahatlah di
rumah karena istirahat sangat dibutuhkan bagi tubuh agar bisa pulih kembali.
Pengobatan
Flu yang menyerang seseorang yang masih muda dan tidak sedang menderita penyakit kronis tertentu biasanya bukan merupakan hal yang serius. Beberapa kasus flu bisa
sembuh dengan sendirinya selama satu atau dua minggu tanpa obat dan perawatan medis. Saat seseorang terserang flu, hal yang paling dibutuhkan adalah istirahat agar
sistem kekebalan tubuh bisa bekerja untuk melawan virus flu, cairan yang banyak, dan pasokan gizi yang baik dan cukup. Untuk kasus flu yang
menyerang anak-anak (termasuk bayi), orang tua, dan orang yang menderita penyakit tertentu, perlu dilakukan penanganan medis seperti pemberian obat agar terhindar
dari komplikasi berbahaya yaitu pneumonia, bronkitis, infeksi sinus, infeksi telinga dan kematian. Penyakit flu disebabkan oleh virus. Oleh karena itu, dalam pengobatannya
sebaiknya diberikan obat antivirus bukan antibiotik (yang khusus mengobati infeksi akibat bakteri). Obat antivirus flu misalnya oseltamivir (Tamiflu) yang dikonsumsi 2 hari
setelah gejala pertama muncul dapat meringankan sakit yang diderita (mencegah timbulnya komplikasi serius) dan mempercepat proses penyembuhan. Penderita flu juga
bisa meminum obat penurun panas untuk menurunkan gejala demam seperti ibuprofen atau parasetamol, namun ingat hindari aspirin pada anak-anak karena dapat memicu
timbulnya penyakit serius yaitu Reye Syndrome, penyakit yang jarang namun cukup serius, menyerang hati dan otak dengan gejala sering muntah, sering lesu, dan
mengantuk, mudah marah, perilaku agresif, kejang, hilang kesadaran dan pada bayi timbul diare, pernafasan cepat.
Mengobati Penyakit Asma Penyakit Asma ringan pada anak yang tidak terlalu sering berhadapan dengan alergen, biasanya dokter akan memberikan obat untuk menghilangkan gejala
napas berbunyi, napas pendek, dan batuk. Bronchodilator biasanya diberikan pada anak dengan gejala penyakit asma ringan untuk melonggarkan aliran udara yang tersumbat.Penyakit
Asma yang lebih akut dan sering kambuh dimungkinkan sudah mulai terjadi peradangan. Oleh sebab itu obat anti radang biasa ditambahkan sebagai terapi pengobatan. Obat anti radang
yang dipilih umumnya dari jenis steroid atau cortisteroid.Pengobatan penyakit asma harus menyeluruh dan terukur. Kenapa? Pengobatan yang ala kadarnya hanya akan meninggalkan
sesak napas, batuk serta napas berbunyi. Asma yang tidak diobati bisa menimbulkan kerusakan paru-paru.
Pencegahan Penyakit asma pada anak Sebagai orang tua maka Anda harus mengetahui kondisi penyakit asma pada anak, jenis yang memicunya, dan apa saja alternatif
pengobatannya. Pencegahan asma yang pertama selalu dilakukan dengan menghindari alergen yang memicu terjadinya alergi, sebagai contoh jika anak alergi terhadap bulu kucing maka
jangan perbolehkan anggota keluarga untuk memelihara binatang tersebut.Yang kedua adalah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kebersihan ini akan mencegah anak
terhindar dari serangan infeksi saluran pernafasan jika asma mulai menyerang.Bagaimana jika alergen sulit untuk dihindari? Alergen seperti serbuk bunga atau cuaca sangat sulit untuk
bisa dihindari, oleh sebab itu maka penggunaan obat-obatan untuk asma mutlak diperlukan.
Beberapa tindakan pencegahan lain yang bisa Anda lakukan apabila anak Anda terserang penyakit asma:
Hindarkan rumah dari asap rokok, bau bahan kimia yang tajam, asap obat nyamuk, dan berbagai bahan-bahan yang menyengat hidung.
Hindari makan goreng-gorengan, minuman dingin, kacang-kacangan dan minuman bersoda.
Aktifitas anak harus dibatasi terutama kegiatan yang menguras tenaga.
Hindari penggunaan pil tidur saat asma menyerang.
muntah
tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil
pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.
TIPS ATASI KEJANG DEMAM. Berikut beberapa penjelasan tentang kejang dan demam pada anak: . Suhu tubuh normal anak berkisar antara 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila
temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui ketiak.Sebelum semakin tinggi, segera beri obat penurun
panas. .Orang tua jangan begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya dengan menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat karena
amat dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua sendiri.Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk mengukur suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh
akan lebih akurat bila termometer tersebut ditempatkan di rongga mulut atau rektum/anus dibanding ketiak.Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin
cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah.Jangan gunakan alkohol
atau air dingin untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang demam. Penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan intoksikasi/keracunan.Lebih aman
gunakan kompres air biasa yang diletakkan di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Kompres ini bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan terjadi karena
panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.Jangan coba-coba memberikan aspirin atau jenis obat lainnya
yang mengandung salisilat karena diduga dapat memicu sindroma Reye, sejenis penyakit yang tergolong langka dan mempengaruhi kerja lever, darah, dan otak.Setelah anak benar-benar
sadar, bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Dengan demikian,
cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu
tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang mengikat terlalu kencang sebaiknya ditanggalkan saja.
Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C.
Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan
“korsleting”/benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi.
Agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. . Tak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan
mengganjal/menggigitkan sesuatu di antara giginya. . Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu
pernapasannya.
Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak
Imunisasi, Investasi Kesehatan Masa Depan
imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan
jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah
kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada
sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan kerja sama lebih erat lagi antara masyarakat, orang tua, petugas kesehatan, pemerintah, LSM, maupun akademisi.
“Keberhasilan upaya imunisasi telah terbukti dapat menyelamatkan jiwa manusia dari penyakit infeksi berat seperti polio, difteri, pertusis, tetanus, campak, hepatitis, dll,”
dikatakan dr Badriul Hegar, Sp.A(K), Ketua Umum PP-IDAI.
Pada kesempatan sama, dr Toto Wisnu Hendrarto, Sp.A, Ketua Panitia Simposium, mengatakan, ”Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%). Di Indonesia sendiri, UNICEF
mencatat sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak, ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak Indonesia meninggal
karena campak."
Dr Theresia Sandra Dyah Ratih, Kasubdit Imunisasi Ditjen P2ML Kemenkes RI mengemukakan, ”Saat ini pemberian imunisasi untuk masyarakat dilakukan di tempat-tempat
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin, puskesmas, posyandu, dan praktek dokter swasta. Setiap tahun dilayani imunisasi rutin kepada sekitar 4,5 juta
(4.485.000) anak usia 0-1 tahun (diberikan vaksin BCG satu kali, polio empat kali, DPT/HB tiga kali dan campak pada usia 9 bulan satu kali), imunisasi BIAS (Bulan Imunisasi
Anak Sekolah) campak dan Td (tetanus difteri) pada anak kelas satu, imunisasi Td (tetanus difteri) pada anak kelas dua dan tiga, dengan sasaran sekitar 12.521.944 anak
sekolah (kelas satu sampai tiga), dan 4,9 juta (4.933.500) ibu hamil dari sekitar 74 juta (74.983.674) WUS (Wanita Usia Subur) untuk sasaran vaksin TT (Tetanus Toxoid).”
“Sasaran tadi belum termasuk pemberian imunisasi tambahan (SIA/Supplement Immunization Activity), misalnya pelaksanaan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) pada saat
terjadi Kejadian Luar Biasa polio, crash program campak pada daerah risiko terjadi campak, imunisasi Td pada anak sekolah kelas empat, lima dan enam SD di daerah-
daerah risiko terjadinya kejadian luar biasa penyakit difteri di Jawa Timur,” lanjutnya.
Lebih lanjut dikemukakan dr Theresia, “Untuk mencapai cakupan tinggi dan merata di setiap daerah, tentunya tidak bisa bekerja sendiri, sangat dibutuhkan kemitraaan
dengan pihak profesional seperti dengan para petugas medis lainnya. Perawat, bidan, dokter umum maupun para dokter anak untuk turut membantu memberikan pelayanan
dan penjelasan pentingnya imunisasi kepada masyarakat.”
“Hambatan program imunisasi antara lain karena geografis negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau, ada yang sangat sulit dijangkau, sehingga pelayanan imunisasi tidak
dapat dilakukan setiap bulan, perlu upaya-upaya khusus di daerah dan pendekatan luar biasa pada kawasan strategis, perkotaan, pedesaan dan khususnya kawasan
terisolir untuk mencapai sasaran, kemitraan dengan program kesehatan lainnya seperti pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), gizi, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
Khususnya hambatan yang berupa rumor dan isu-isu negatif tentang imunisasi, maka kepada para profesional inilah kami mohon bantuannya untuk memberikan informasi
bahwa vaksin yang disediakan pemerintah aman, telah melalui tahapan-tahapan uji klinik dan izin edar dari BPOM. Vaksin yang dipakai program imunisasi juga sudah
mendapat pengakuan dari Badan International WHO dan lolos PQ (praqualifikasi).”
Imunisasi campak sebagai tolak ukur kelengkapan imunisasi, dimana cakupan imunisasi campak tahun 2009 dilaporkan mencapai 92,1%, masih belum merata, masih ada
daerah kantong-kantong dengan cakupan imunisasi rendah sehingga dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Cakupan imunisasi tahun ini yang telah dilaporkan sampai
bulan Agustus/September baru mencapai 66,1%.
“Ke depan kita akan terus menggiatkan kampanye imunisasi supaya seluruh anak Indonesia mendapatkan pelayanan imunisasi lengkap, sehingga anak-anak Indonesia
memiliki kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan. Hal ini akan membantu
percepatan pencapaian MDG-4. (Millenium Development Goal point 4),” demikian dijelaskan dr Theresia.
“Sebagai penerus bangsa, anak Indonesia harus sehat secara fisik maupun mental. Imunisasi adalah pilihan terbaik untuk mencegah penyakit. Pemerintah dan orang tua
berkewajiban memberi upaya kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak,“ dikatakan Prof DR dr Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI.
”Terdapat beberapa hal yang menghalangi dilakukannya imunisasi pada bayi, antara lain sulitnya menjangkau populasi yang tidak dapat terakses fasilitas kesehatan,
menolak imunisasi, imunisasi yang terlambat, imunisasi ulangan tidak diberikan, persepsi negatif terhadap imunisasi, bahkan pemikiran bahwa imunisasi dapat
menyebabkan efek samping berbahaya, yang seharusnya orang tua lebih takut kepada penyakitnya daripada efek samping yang pada umumnya ringan, kegagalan vaksin-
vaksin baru dan karena takut pada keamanan imunisasi,” tambahnya.
”Hal yang penting diperhatikan adalah keteraturan dalam pemberian imunisasi. Jadwal disesuaikan dengan kelompok umur yang paling banyak terjangkit penyakit tersebut.
Hasil beberapa penelitian melaporkan bahwa kadar kekebalan (antibodi) yang terbentuk pada bayi lebih baik daripada anak yang lebih besar, maka sebagian besar vaksin
diberikan pada umur enam bulan pertama kehidupan. Beberapa jenis vaksin memerlukan pemberian ulangan setelah umur satu tahun, untuk mempertahankan kadar
antibodi dalam jangka waktu lama,” ditekankan Prof Sri Rezeki.
Sementara itu, Prof Dr dr IGN Gede Ranuh, Sp.A(K) mengatakan, “Masyarakat seringkali sangat khawatir akan efek samping imunisasi seperti pegal-pegal dan demam
daripada penyakitnya sendiri dan komplikasinya yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Misalnya anak yang terkena campak akan mengalami demam tinggi yang
berpotensi menimbulkan kejang untuk anak yang mempunyai riwayat kejang demam dan dapat mengalami radang paru atau radang otak sebagai komplikasi campak.
Sedangkan beratnya demam akibat imunisasi campak tidak seberapa apabila dibandingkan penyakitnya.”
“Reaksi samping imunisasi dapat disebabkan faktor penyimpanan yang kurang memperhatikan sistem ‘rantai dingin’ (cold chain), cara menyuntiknya karena ada vaksin
yang harus disuntikkan ke dalam otot tapi ada juga yang ke lemak. Reaksi samping setelah imunisasi dapat ditemukan reaksi umum (sistemik) seperti demam ringan setelah
imunisasi DPT. Demam itu sendiri adalah suatu reaksi tubuh ketika membentuk kekebalan. Untuk mengurangi demam dan rasa tidak nyaman bisa diberikan obat penurun
panas,” lanjutnya.
"Masa depan bangsa Indonesia ditentukan anak-anak yang sehat. Anak-anak sehat akan menciptakan dunia yang sehat. Untuk itu, jagalah kesehatan anak-anak sejak dini
dengan memberikan imunisasi,” tutupnya.
Dikutip dari Press Release Simposium: Imunisasi, Investasi Kesehatan Masa Depan pada tanggal 19 November 2010.
(Pada tanggal 19-21 November 2010, Ikatan Dokter Anak Indonesia melalui Satgas Imunisasi IDAI dan bekerja sama dengan IDAI Cabang Jakarta menyelenggarakan
Simposium mengenai imunisasi dengan tema: Imunisasi, Investasi Kesehatan Masa Depan.)
Penyakit gondongan adalah salah satu penyakit yang bisa sembuh sendiri. Atau dalam bahasa lainnya dikenal dengan istilah "Self Limiting Disease". Penderita gondongan
sebaiknya memperbanyak istirahat. Tidak dianjurkan untuk memberikan obat antibiotik kepada penderita gondongan. Bagi anak-anak berilah suplemen makanan yang
cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Boleh memberikan obat penurun demam dan pereda nyeri tergantung gejala yang timbul.
Bagi penderita dilarang untuk makan makanan asam karena bisa menambah rasa nyeri. Berikan makanan yang empuk seperti bubur agar mempermudah dalam
pengunyahan.
semua imunisasi HARUS diberikan pada bayi dan anak.
Apa saja jenis imunisasi tersebut?
BCG
Berisi suspensi M.Bovis hidup yang sudah dilemahkan. Imunisasi ini tidak mencegah infeksi Tuberkulosis (TB) tetapi mengurangi risiko terjadinya TB berat seperti meningitis
TB dan TB milier.
Hepatitis B
Tersedia vaksin kombinasi HepB dan DTP yang berdasarkan hasil penelitian Biofarma dapat memberikan respon antibodi lebih baik daripada diberikan secara terpisah.
Polio
Polio bisa menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan dan susah bernafas. Vaksin polio digolongkan menjadi dua jenis, yaitu IPV (inactivated polio vaccine) yang
berisi virus polio yang sudah dimatikan. Vaksin ini diberikan dalam bentuk suntikan dan OPV (oral polio vaccine), yang mengandung virus hidup yang sudah dilemahkan.
DPT
Terdapat jenis vaksin DtaP (pertusis aselular) atau yang pada orang awam dianggap sebagai vaksin DTP yang tidak menimbulkan demam. Meskipun reaksi paska imunisasi
DtaP baik lokal maupun sistemik lebih rendah dibanding DTP biasa, namun vaksin tersebut masih dapat menimbulkan reaksi demam dan pembengkakan seperti jenis vaksin
lain.
Campak
Jika menjangkit anak-anak terutama anak dibawah lima tahun, campak bisa berefek fatal.
HIB
Tersedia vaksin kombinasi DTP dan HIB dengan daya imunogenitas yang tetap tinggi tanpa mempengaruhi respon imun satu sama lainnya.
PCV
Bayi yang berisiko tinggi mengalami kolonisasi pneumokokus, yaitu bayi dengan infeksi saluran napas atas, menjadi perokok pasif, bayi yang tidak mendapatkan ASI, dan
bayi yang tinggal di negara 4 musim (pada musim dingin).
ROTAVIRUS
Di Indonesia, diare menjadi 28% penyebab kematian pada balita. Tersedia vaksin monovalen (Rotarix) dan pentavalen (Rotareq).
INFLUENZA
Rekomendasi IDAI, imunisasi influenza diberikan pada:
- Anak sehat yang berusia 6 bulan – 2 tahun.
- Anak dengan penyakit jantung kronik, asma, diabetes, penyakit ginjal kronis dan HIV.
- Anak yang tinggal di tempat seperti asrama, panti asuhan, atau pesantren.
- Orang yang bisa menularkan virus flu pada orang yang berisiko tinggi, seperti pengasuh anak dan petugas kesehatan.
VARISELA
Tidak boleh diberikan pada anak yang sedang demam tinggi, hitung limfosit yang rendah, alergi terhadap neomisin, dan adanya defisiensi imun seluler.
MMR
Imunisasi MMR tetap diberikan meskipun anak memiliki riwayat infeksi campak, gondongan, maupun rubela. Tidak ada efek imunisasi yang terjadi pada anak yang
sebelumnya telah mendapat imunitas terhadap salah satu atau lebih dari ketiga penyakit ini. Imunisasi ini juga tidak berhubungan dengan autisme.
TIFOID
Tifoid atau yang lebih dikenal dengan thypus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Bakteri ini sering ditemukan di air dan lingkungan tempat
tinggal yang tidak dijaga kebersihannya.
HEP A
Hepatitis A adalah penyakit peradangan pada liver (hati) yang tidak jarang pula menjangkit anak-anak.
HPV
Jadwal pemberian imunisasi HPV tergantung dari jenis vaksin yang akan digunakan. Imunisasi ini dapat diberikan pada pasien sejak usia 10 tahun. Jika menggunakan vaksin
HPV bivalen, diberikan 3 dosis. Dosis kedua dilakukan sebulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga dilakukan 5 bulan kemudian. Sedangkan vaksin HPV tetravalen, juga
diberikan 3 dosis, namun dosis kedua diberikan 2 bulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan 4 bulan kemudian.
https://id.scribd.com/doc/181654355/Pencegahan-dan-Pengobatan-Gizi-Buruk-Pada-Anak-docx