Anda di halaman 1dari 299

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, nifas, BBL dan KB

merupakan suatu siklus manusia yang alamiah, namun tetap harus diwaspadai

apabila terjadi hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi

terutama pada ibu yang tidak mendapatkan asuhan dari tenaga

kesehatan/bidan, karena seorang bidan diakui sebagai profesional yang

bertanggung jawab dan akuntabel bekerja dalam kemitraan dengan

perempuan untuk memberikan dukungan, nasihat, asuhan selama kehamilan

hingga ikut serta dalam program KB (Irianti,2015)

Berdasarakan target SDG’s (Sustainable Develompet Goals) sasaran

pokok pembangunan nasional pada tahun 2019 angka kematian ibu

306/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2030 angka kematian ibu hingga

di bawah 70/100.000 kelahiran hidup. Kemudian untuk target angka

kematian bayi tahun 2017 sebesar 24/1.000 kelahiran hidup dan pada tahun

2030 hingga 12/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes,2016)

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2016 sebesar

359/100.000 kelahiran hidup, di Provinsi Jawa Timur tahun 2016 mencapai

97,39/100.000 KH. Sedangkan di Kabupaten Jember AKI pada tahun 2017

sebesar 49 kasus. Di Jember penyebab AKI tertinggi pada tahun 2017 adalah

perdarahan saat melahirkan yang mencapai 52,5% , eklamsia sebanyak

22,5% dan prsalinan macet dan komplikasi penyebab keguguran 10%.

1
2

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2016 sebesar

22,23/1.000 KH , AKB di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 sebesar

23,6/1000 KH, AKB di Kabupaten Jember tahun 2016 sebesar 225 kasus.

Berdasarkan target SDG’s pada tahun 2017 Angka kematian bayi telah

memenuhi target SDG’s dan untuk tahun berikutnya lebih ditingkatkan agar

angka kematian bayi bisa menurun dan tercapai target SDG’S pada tahun

2030 yaitu 12/ 1000 KH . Adapun Penyebab Angka kematian bayi yaitu Bayi

lahir Berat Rendah ( BBLR), dan kekurangan oksigen (asfiksia).

Beberapa terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia telah

dilakukan, salah satunya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur

dari Desa Siaga. P4K mulai diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan pada

tahun 2007. Pelaksanaan P4K di desa-desa perlu dipastikan agar mampu

membantu keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik dan

meningkatkan kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya

kehamilan, persalinan, dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat

(Kemenkes RI,2015:120)

Pelayanan antenatal wilayah jember meliputi 10 T dengan Frekuensi

pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan

ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu: minimal 1 kali

pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan

ketiga (Dinkes Jember,2016). Upaya peningkatan cakupan persalinan juga

sudah dilakukan upaya pelaksanaan program unggulan kesehatan ibu


3

diantaranya adalah kemitraan bidan-dukun, peningkatan program kelas ibu

hamil, peningkatan persalinan di fasilitas kesehatan melalui jaminan

persalinan, revitalisasi bidan koordinator melalui pelaksanaan supervisi

fasilitatif untuk peningkatan mutu dan kualitas tenaga penolong persalinan,

serta peningkatan kualitas surveilans kesehatan ibu melalui pelaksanaan

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) (Dinkes

Jember,2016). Dalam masa nifas, ibu juga memperoleh pelayanan kesehatan

yang meliputi pemeriksaan kondisi umum (tekanan darah, nadi, respirasi dan

suhu), pemeriksaan lochea dan pengeluaran per vaginam lainnya,

pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, pemberian kapsul

vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2x24 jam), dan pelayanan KB pasca

persalinan. Perawatan nifas juga sudah dilakukan kunjungan minimal

sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu: 1) kunjungan nifas pertama (KF1)

pada 6 jam - 3 hari; 2) kunjungan nifas kedua (KF2) dilakukan pada 4-28 hari

setelah persalinan; 3) kunjungan nifas ketiga (KF3) dilakukan pada 29 hari-42

hari setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada saat

kegiatan di Posyandu dan dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi

(Kemenkes,2016)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan melaksanakan

asuhan kebidanan komprehensif dan secara continuity of care pada ibu hamil

TM III, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir sampai ibu mengikuti KB.
4

1.2 Batasan Masalah

Memberikan asuhan kebidanan komprehensif yang bermutu tinggi

berdasarkan continuity of care. Yang meliputi asuhan kebidanan ibu hamil

fisiologis trimester III, ibu bersalin, neonatus, dan pemakaian kontasepsi.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan secara continuity of

care dari masa ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB dengan

menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan

dokumentasi SOAP.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil

fisiologis trimester III (34-40 minggu)

2. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin.

3. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada bayi baru lahir.

4. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu nifas.

5. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada calon akseptor

KB.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Kebidanan

Pelayanan serta reverensi bagi mahasiswa dalam memahami prosedur


5

pelaksanaan Asuhan Kebidanan secara continuity of care pada ibu

hamil, ibu bersalin, neonatus, ibu nifas dan KB serta dapat

mengaplikasikan asuhan kebidanan secara continuity of care yang

berkualitas.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

Mendapatkan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang sudah

diperoleh tentang kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan

KB serta menjadi gembleng diri dalam pemberian asuhan kebidanan

secara continuity of care.

2. Bagi Bidan

Dapat dijadikan sumber informasi tentang ibu hamil, bersalin, bayi

baru lahir, nifas dan KB serta penyusunan program pemecahan

permasalahan yang ada di wilayah.

3. Bagi Klien

Mendapatkan asuhan kebidanan secara menyeluruh dan

mendapatkan pemantau an yang ketat dari masa kehamilan TM III,

persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB sehingga terhindar dari

komplikasi yang membahayakan bagi ibu maupun bayinya.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan TM III

2.1.1.1 Definisi Kehamilan

Trimester III mencakup minggu ke 29 sampai 42

kehamilan. Trimester III sering kali disebut sebagai “periode

menunggu, penantian dan waspada” sebab pada saat itu, ibu

tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III

merupakan masa persiapan dalam menanti kelahiran bayi dan

menjadi orang tua, sehingga sebagian besar perhatian tertuju

pada kesiapan persalinan. Selama periode ini sebagian besar

wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata (Irianti, 2015)

2.1.1.2 Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi kehamilan TM III

1. Sistem reproduksi

a. Vulva dan vagina

Dinding vagina banyak perubahan yang merupakan

persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketegangan mukosa,

mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot

polos. Perubahan ini mengakibatkan bertambah

panjangnya dinding vagina.

6
7

b. Uterus

Pembesaran uterus dikarenakan hiperplasia dan

hipertrifi menjadi lebih besar dan lunak mengikuti

pertumbuhan janin sehingga dengan pembesaran uterus

dapat menekan semua organ dibagian perut. Adapun

perubahan uterus akan dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Pengukuran TFU


Usia Kehamilan TFU (cm) TFU (jari)

28 minggu 25 cm 3 jari diatas pusat

32 minggu 27 cm Pertengahan pusat


dengan processus
xyphoideus

36 minggu 30 cm 1 jari dibawah


processus
xyphoideus

40 minggu 33 cm 3 jari dibawah


processus
xyphoideus

(Putri,2016)
Menentukan perkiraan berat badan janin dapat

dihitung menurut rumus:

TBJ : {TFU (cm) – n} x 155 = ... gram

Keterangan : N = 12 jika kepala diatas atau pada

spina isciadika

N = 11 jika kepala dibawah spina

isciadika.
8

Untuk menentukan hari perkiraan lahir

menggunakan rumus Naegle yaitu hari pertama haid

terakhir, tanggal ditambah 7 bulan dikurangi 3 dan tahun

ditambah 1.

Menentukan tafsiran persalinan, untuk

menghitungnya menggunakan rumus Neagle

HPHT = Hari pertama haid terakhir


= Hari Bulan Tahun
HTP = +7 -3 +1

Misalnya HPHT 15-04-1980 perkiraan tangal partusnya

adalah 22-1-1981

2. Payudara

Pada kehamilan TM III pertumbuhan kelenjar mamae

membuat ukuran payudara semakin meningkat. Pada

kehamilan 32 minggu warna cairan agak putih seperti air

susu yang sangat encer. Dari kehaimlan 32 minggu sampai

anak lahir cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning

dan banyak mengandung lemak yang disebut dengan kolostr

um (kemenkes, 2015)

3. Sistem perkemihan

Sering berkemih disebabkan karena tertekannya

kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan


9

menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta

frekuensi berkemih meningkat.

Sering berkemih dikeluhkan sebanyak 60% oleh ibu

selama kehamilan akibat dari meningkatnya laju filtrasi

glomelurus (Sadhu,dkk 2009). Dilaporkan 59% terjadi pada

TM I, 61% pada TM II dan 81% pada TM III. (Irianti,2015)

4. Sistem pencernaan

Progesteron menimbulkan gerak usus semakin

berkurang dan dapat menyebabkan konstipasi. Peningkatan

kadar progesteron menyebabkan peristaltik usus lambat,

penurunan mobilitas sebagai akibat dari relaksasi otot-otot

halus, meningkatnya tekanan pada usus besar karena uterus

yang ukuranya semakin besar terutama pada akhir

kehamilan.

5. Sistem integumen

Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan

progesteron kadar MSH pun meningkat (sehingga terjadi

hiperpigmentasi pada aerola mamae serta puting susu,

vagina dan adanya cloasma gravidarum pada muka semakin

lebih gelap, striae dan linea nigra pada perut akan semakin

jelas dan hiperpigmentasi akan hilang setelah persalinan

(Roumali,2014)
10

6. Sistem respirasi

Pada kehamilan >32 minggu wanita hamil mengeluh

rasa sesak yang disebabkan oleh uterus yang membesar

kearah diafragma, sehingga diafragma kurang leluansa

bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil

mengalami derajat kesulitan bernafas (putri,2016)

2.1.1.3 Hal yang mendasari Ketidaknyamanan TM III

1. Nocturia (BAK berlebihan pada malam hari)

Penyebab:

a. Tekanan uterus pada kandung kemih

b. Air dan sodium tertahan didalam tungkai bawah selama

siang hari karena statis vena, pada malam hari terdapat

aliran balik vena yang meningkat dengan akibat

peningkatan dalam jumlah out put air seni.

c. Kosongkan saat ada dorongan ibu untuk berkemih

d. Perbanyak minum pada siang hari, dan agak dikurangi

malam hari jika ada gangguan tidur.

e. Batasi minum bahan diuritis alamiah, kopi, teh, cola

dengan cafein

2. Sakit punggung

Penyebab :

a. Kurvatul dari vertebra umbosacral yang meningkat saat

uterus terus membesar


11

b. Spasme otot karena tekanan terhadap akar saraf

c. Penambahan ukuran payudara

d. Kadar hormon yang meningkat menyebabkan kartilage

didalam sendi-sendi besar menjadi lembek.

3. Keletihan

Penanganan :

a. Anjurkan ibu untuk lebih banyak beristirajat.

b. Gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan

punggung.

c. Gunakan BH yang menopang, dan dengan ukuran yang

tepat.

d. Berjongkok dan bukan membungkuk, untuk mengangkat

seiap benda agar supaya kaki (paha) dan bukan

punggung yang akan menahan beban dan tegangan.

e. Lebarkan kaki dan letakkan satu kaki sedikit didapan

kaki yang lainnyapada waktu mambungkuk agar terdapat

dasar yang luas untuk seimbang.

4. Nafas sesak / Hiperventilasi

Penyebab :

a. Peningkatan kadar hormon progesteron berpengaruh

secara langsung pada pusat pernafasan untuk

menurunkan kadar CO2 serta meningkatkan O2.


12

b. Uterus membesar dan menekan pada diafragma.

Penanganan :

a. Menganjur ibu untukmeninggikan bantal saat sesak

b. Secara periodik berdiri dan merentangkan lengan diatas

kepala serta menarik nafas panjang.

c. Mendorong postur tubuh yang baik untuk melakukan

pernafasan intercostals

5. Hemoroid / Wasir

Penyebab :

a. Konstipasi

b. Tekanan yang meningkat dari uterus grafid terhadap vena

hemoridal

c. Kurang klep dalam pembuluh-pembuluh ini yang

berakibat pada perubahan secara langsung pada aliran

darah

Penanganan :

a. Makan makanan berserat

b. Menganjurkan untuk defikasi yang teratur

c. Gunakan kompres es, kompres air hangat

d. Deman perlahan masukkan kembali rektum jika perlu


13

6. Konstipasi

Penyebab :

a. Peningkatan kadar progesteron yang menyebabkan

peristaltik usus menjadi lambat

b. Penurunan motilitas sebagai akibat dai relaksasi dari

otot-otot halus

c. Penyerapan air dari colon meningkat

d. Tekanan dari uterus yang membesar pada usus

e. Suplemen zat besi

f. Diet

g. Kurang senam

Penanganan :

a. Istirahat yang cukup

b. Makan makanan yang berserat

c. Senam

d. BAB segera setelah ada dorongan

e. Membiasakan BAB secara teratur (Sulistyawati,2016)

2.1.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Janin trimester III

1. Perkembangan pada minggu ke 28

Mata membuka, alis mata dan bulu mata telah

berkembang dengan baik, rambut menutupi kepala, lebih

banyak deposit lemak subkutan yang menyebabkan kerutan


14

kulit berkurang, testis mengalami penurunan dari abdomen

ke skrotum pada minggu ke 28.

2. Perkembangan pada minggu ke 32

Lanugo mulai berkurang, tubuh mulai lebih membulat,

testis terus turun.

3. Perkembangan pada minggu ke 36

Lanugo sebagian besar mulai terkelupas, tetapi kulit

masih tertutup verniks kaseosa, testis vetus laki-laki terdapat

didalam kelamin pada minggu ke 36, ovarium perempuan

masih berada disekitar kavitas pelvis, kuku jari tangan dan

jari kaki mencapai ujung jari.

4. Perkembangan pada minggu ke 40

Penulangan (osifikasi) tulang tengkorak masih belum

sempurna, tetapi keadaan ini merupakan keuntungan dan

memudahkan lewatnya fetus melalui jalan lahir, sekarang

terdapat cukup jaringan lemak subkutan dan fetus

mendapatkan tambahan berat badan hampir 1 kg pada

minggu tersebut. (Putri, 2016)

2.1.1.5 Perubahan Psikologis TM III

Sejumlah ketakutan muncul pada trimester III. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan

kehidupannya sendiri, seperti apakah nanti bayinya akan lahir

normal/abnormal. Takut akan persalinan seperti nyeri,


15

kehilangan kendali maupun perasaan takut akankah bayi dapat

keluar dengan lancar atau berakhir dengan operasi. Gejala ini

dipengaruhi oleh fluktuasi kadar hormon, peningkatan stres

dan gangguan pola makan dan tidur serta aktivitas normal

lainnya.

Pada pertengahan trimester III, peningkatan hasrat seksual

yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena

abdomennya yang semakin besar menjadi halangan. Alternatif

posisi dalam berhubungan seksual dan metode alternatif untuk

mencapai kepuasan dapat membantu atau sebaliknya

menimbulkan perasaan bersalah jika ibu merasa tidak nyaman.

Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi

klien dengan bidan menjadi sangat penting. (Irianti,2015)

2.1.1.6 Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

1. Angka kecukupan Gizi Rata-rata yang di anjurkan pada ibu

hamil (perorang atau perhari)

Tabel 2.2 Angka kecukupan Gizi Rata-rata yang di anjurkan

pada Wanita Dewasa dan Ibu Hamil (perorang perhari)

Energ Protein Vit. A Vit. Kalsiu Fosfor Besi Iodiu


i (g) (RE) V m (mg) (MG m(µg)
(kkal) (mg) (mg) )

Wanita dewasa

19-29 2250 56 500 75 1000 700 26 150


16

30-49 2150 57 500 75 1000 700 26 150

50-64 1900 57 500 75 1000 700 12 150


(
f
Tambahan ibu hamil
a
TM I t 80
+1 + 20 + 300 + 10 + 200 +0 +0 + 100

TM II +h300 + 20 + 300 + 10 + 200 +0 +9 + 100


o
TM III + 300 + 20 + 300 + 10 + 200 +0 + 13 + 100
n
Tabel 2.3 Gizi ibu hamil

Jenis zat gizi


Untuk ibu Untuk janin

Vitamin A Untuk produksi hormon, Untuk menjaga


Merupkan antioksida yang laktasi, dan imunitas kesehatan membran
sangat baik yang baik mukosa

Vitamin B B1 untuk produksi energi; B1 untuk produksi


Kebutuhan vitamin B2 B6 untuk metabolisme energi
meningkat protein; asam folat untuk
membentuk DNA dan
bersama B12 membentuk
sel darah merah

Vitamin E Mempercepat Untuk pertumbnuhan


Merupakan antioksidan yang penyembuhan luka, sitem saraf dan
sangat baik meningkatkan jantung
kekenyalan kulit, dapat
memperkuat otot
kandungan

Vitamin lainnya Vitamin C untuk Vitamin K untuk


K dibuat secara alami pada penyerapan besi, pembekuan darah
usus, tetapi tidak pada janin produksi hormon, dan
sehingga diberikan secara daya tahan terhadap
oralsaat lahir infeksi, K untuk
pembekuan darah

Kalsium Mencegah Pre-eklamsia, Untuk


Janin memerlukan kalsium naiknya tekanan darah , pertumtumbuhan
sekitar 350 mg perhari vitamin D untuk tulang dan gigi
meredakan rasa sakit
17

melahirkan

Zink Untuk keseimbangan Untuk


Janin laki-laki memerlukan hormon, membantuk perkembangan dan
zink lima kali lebih lebih untuk mencegah pertumbuhan sistem
banyak dibandingkan strechmark reproduksi
perempuan. Kekurangan zink
berhubungan dengan testis
yang tidak bisa turun
Mineral lainnya Besi untuk produksi sel Selenium untuk
Asupan besi tidak boleh darah merah (vitamin C, pertumbuhan otak,
kurang, karena diperlukan B6, B12 dan asam folat fosfor untuk
waktu enam minggu untuk memperbaiki penyerapan pertumbuhan tulang
menumpuk cadangan besi )

(Sulistyawati,2013)

2. Kebutuhan tidur

Jadwal istirahat dan tidur ibu perlu diperhatikan dengan

baik karena istirahat dan tidur yang teratur dapat

meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk

kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin.

Normalnya ±8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang

hari.

3. Kebutuhan personal hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil, mandi

dianjurkan sedikitnya 2x sehari karena ibu hamil cenderung

untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan

diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada dan

daerah genetalia). Mengganti pakaian dalam yang bersih dan

kering serta membasuh vagina (Kemenkes,2016)


18

Kebersihan gigi dan mulut juga diperhatikan karena

mudah terjadi gigi berlubang terutama ibu yang kekurangan

kalsium. Adanya kerusakan gigi dapat menjadi sumber

infeksi sehingga perlu perawatan mulut termasuk lidah agar

tetap bersih.

4. Kebutuhan pakaian

Hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil

diantaranya: pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada

ikatan yang ketat pada dareah perut, bahan pakaian yang

mudah menyerap keringat seperti kain katun, memakai bra

yang mampu menyokong payudara, pakaian dalam yang

selalu bersih.

5. Kebutuhan eliminasi

Keluhan yang sering muncul adalah konstipasi dan

sering kencing pada TM III. Konstipasi terjadi karena

adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek

rileks terhadap otot polos salah satunya usus. Sedangkan

sering berkemih karena pembesaran janin yang juga

menyebabkan desakan pada kandung kemih.

6. Mobilisasi

Ibu hamil dapat melakukan kegiatan fisik biasa selama

tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dianjurrkan untuk

melakukan pekerjaan rumah tangga dengan menghindari


19

gerakan menyentak, sehingga mengurangi ketegangan pada

tubuh dan menghindari kelelahan.

7. Body mekanik

Perubahan tubuh paling jelas adalah tulang punggung

bertambah lordosis karena tumpuan tubuh bergeser lebih

kebelakang. Ibu dianjurkan untuk menghindari duduk atau

berdiri terlalu lama dan tidur dengan posisi kaki ditinggikan.

Ibu tidak diperbolehkan memakai sepatu berhak tinggi

karena mudah menghilangkan keseimbangan. Mengangkat

benda yang berat harus dihindarkan.

8. Pola ketergantungan

Minum minuman keras meningkatkan resiko keguguran

dan abnormalitas pada janin dan juga kelainan

perkembangan janin yang disebut Sindrom Alkohol Janin

(SAJ). Merokok dapat menyebabkan keguguran, perdarahan

pervagina, prematur, BBLR, 4x lipat mengalami APGAR

SKOR yang rendah, asfiksia pada janin, kekurangan gizi

pada janin, dan juga kecacatan pada janin (Sulistyawati,

2013)

2.1.1.7 Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil TM III

1. Support keluarga

Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan

kasih sasayang dari orang-orang terdekatnya, terutama


20

suami. Kadang ibu dihadapkan pada situasi yang ia sendiri

yang mengalami ketakutan dan kesendirian, terutama pada

trimester akhir. Kekhawatiran tidak disayang setelah bayi

lahir kadang juga muncul, sehingga diharapkan bagi

keluarga terdekat agar selalu memberikan dukungan dan

kasih sayang. Bidan sangat berperan dalam

memberikanpengertian ini pada suami dan keluarga. Adapun

peran serta dukungan suami dan keluarga sebagai berikut :

a. Keluarga mendukung dan pengertian dalam mengurangi

beban kerja ibu serta mewaspadai tanda persalinan

b. Ikut serta merundingkan persiapan persalinan

c. Suami mempersiapkan peran sebagai orang tua.

2. Support tenaga kesehatan

a. Menginformasikan hasil pemeriksaan

b. Meyakinkan ibu bahwa akan menjalani kehamilan

dengan baik

c. Meyakinkan ibu bahwa bidan akan selalu siap

membantu

d. Meyakinkan ibu dapat melewati persalinan dengan baik

(Sulistyawati,2013)

2.1.1.8 Standar Pelayanan Kehamilan

Standar asuhan kehamilan adalah sebagai berikut:

1. Timbang berat badan


21

Secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami

kenaikan antara 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan

0,5 kg perminggu atau 2 kg dalam satu bulan. Penambahan

berat badan paling banyak terjadi pada trimester II

kehamilan. Pertanda bahaya apabila:

a. Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling

sedikit 9 kg) selama kehamilan.

b. Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg

selama kehamilan.

c. Berat badan ibu naik secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg

dalam 1 minggu atau lebih dari 2 kg dalam satu bulan.

Penambahan berat badan ibu selama kehamilan

sebagian besar terdiri atas penambahan BB bayi, plasenta,

serta air ketuban dan dari BB ibu sendiri. (Hani,2010: 10).

Berdasarkan IMT secara keseluruhan selama ibu hamil

penambahan berat badan dapat dilihat dari IMT:

𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
Rumus IMT = (𝑇𝐵)2 (𝑚)

Tabel 2.4 Kategori Status Gizi Penduduk Dewasa

Kategori IMT Menurut IMT Klasifikasi IMT


WHO Asia Indonesia

BB <18,50 <18,50 <18,5


kurang

Normal 18,50-24,99 18,50-24,99 ≥18,5-24,9

BB ≥ 25,00 ≥ 23,00 ≥25,0-


22

berlebih <27,0

Pra- 25,00-29,99 23,00-27,49 -


obesitas

Obesitas 30,00-34,99 >27,5 ≥27,0

(Fathona,2016)
Tabel 2.5 Penambahan Berat Badan Ibu Hamil

IMT Penambahan Berat Badan (Kg)

<18,50 12-18

18,50- 24,99 11-15

25,00-29,99 6-11

≥30,00 5-9

(Fathona,2016)

2. Tetapkan status gizi (LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak

pertama untuk skrining ibu hamil beresiko kurang energi

kronik (KEK) yang berarti ibu mengalami kekurangan gizi

dan telah berlangsung lama dengan LiLA kurang dari 23,5

cm. Ibu hamil yang KEK dapat melahirkan bayi berat lahir

rendah.

3. Ukur tekanan darah

Tekanan darah normal antara 60 – 80 mmHg diastole

dan 90-120 mmHg sistol (Destiana,2010:41) dan tidak

banyak meningkat selama kehamilan. Tekanan darah tinggi

dapat menyebabkan banyaknya masalah dalam kehamilan.

Aliran darah dari plasenta ke bayi juga mengalami gangguan


23

sehingga penyaluran oksigen serta makanan terhambat, yang

menyebabkan gangguan pertumbuhan (IUFD).

4. Ukur tinggi fundus uteri

Uterus semakin lama semakin bertambah besar seiring

dengan penambahan usia kehamilan, pemeriksaan TFU

dilakukan dengan membandingkan HPHT dan diukur

dengan menggunakan palpasi atau meteran terhadap TFU.

Uterus bertambah 2 jari perbulan. Pemeriksaan leopold :

a. Leopold I : Pada fundus teraba bagian lunak dan tidak

melenting (bokong)

b. Leopold II : Untuk menentukan letak punggung kanan

atau kiri. Normalnya tgeraba panjang keras seperti

papan (punggung) pada satu sisi uterus dan pada satu

sisi lain teraba bagian kecil janin

c. Leopold III : Untuk menentukan bagian terendah janin

dan mengetahui persentasi. Normalnya pada bagian

bawah janin teraba bagian yang bulat, keras dan

melenting (kepala)

d. Leopold IV : Untuk mengetahui berapah jauh kepala

janin masuk ke PAP. Normalnya posisi tangan masih

bisa bertemu, dan belum masuk PAP (konvergen),

posisi tangan tidak bertemu sudah masuk PAP

(divergen) (Roumali,2014)
24

5. Tentukan presentasi dan hitung DJJ

Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi

dari dini ada atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian

prenatal tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan,

cacat bawaan dan infeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin

adalah salah satu cara untuk memantau janin. Denyut

jantung janin dapat didengar pada usia kehamilan 16

minggu/4 bulan. Adapun gambaran DJJ

Takikardi berat : >180 x/menit

Takikardi ringan : 160-180 x/menit

Normal : 120-160 x/menit

Bradikardi ringan : 100-119 x/menit

Bradikardi sedang : 80-100 x/menit

Bradikardi berat : 80 x/menit

(Putri,2016)

6. Imunisasti TT

Imunisasi TT prlu diberikan pada ibu hamil guna

memberikan kekebalan tubuh pada janin terhadap infeksi

tetanus (Tetanus neonatorum) pada saat persalinan maupun

postnatal.

Tabel 2.6 Imunisasi TT pada Ibu Hamil

Antigen Interval Lama %


Perlindungan Perlindungan

TT 1 Pada - -
kunjungan
antenatal
25

pertama
TT 2 4 minggu 3 tahun 80 %
setelah TT 1
TT 3 6 bulan 5 tahun 95 %
setelah TT 2
TT 4 1 tahun 10 tahun 99 %
setelah TT 3
TT 5 1 tahun 25 99 %
setelah TT 4 tahun/seumur
hidup
(kemenkes,2013)

7. Pemberian tablet besi (Fe)

Selama kehamilan seorang ibu hamil minimal harus

mendapatkan 90 tablet tambah darah (Fe), karena sulit untuk

mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari

makanan. Untuk mencegah anemia seorang wanita

sebaiknya mengonsumsi sedikitnya 60 mg zat besi

(mengandung FeSO4 320 mg) dan 1 mg asam folat setiap

hari. Ingatkan bahwa zat besi menyebabkan mual, konstipasi

serta perubahan warna pada feses. Maka sarankan ibu

minum tablet besi pada malam hari untuk menghindari

perasaan mual.

8. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat

antenatal meliputi:

a. Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya

untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan


26

juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang

sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi

kegawatdaruratan.

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil

dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan

sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk mengetahui ibu hamil atau tersebut menderita

anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi

anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang

janin dalam kandungan. Kondisi hemoglobin ibu dapat

digolongkan sebagai berikut:

Normal : 11 gram %

Anemia ringan : 9-10,5 gram %

Anemia sedang : 7-8 gram %

Anemia berat : <7 gram %

(kemenkes,2015)

c. Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil

dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya

proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah

satu indikator terjadinya pre-eklamsia pada ibu hamil

dengan menggunakan asam asetat 6%.


27

Negative : Tidak ada kekeruhan.

Positif 1 : Kekeruhan ringan tanpa butir-butir


(+) (0,01-0,05%).

Positif 2 : Kekeruhan dapat dilihat dan nampak


(++) butir-butir dalam kekeruhan (0,05-
0,2%).

Positif 3 : Urin jelas keruh dan kekeruhan


(+++) berkeping-keping (0,2-0,5%).

Positif 4 : Sangat keruh dan bergumpal (>0,5%).


(+++++)
(Irianti,2015)

d. Pemeriksaan kadar gula darah

Tes kadar gula darah (glukosa urin) adalah pemeriksaan

pada sampel urin untuk mengetahui ada tidaknya glukosa

pada urin dan merupakan skrining terhadap Diabetes

Gestasional yang dilakukan untuk meningkatkan

kewaspadaan ibu hamil pada minggu ke 26-28.

Negative : Tetap biru atau sedikit kehijau-


hijauan.

Positif 1 (+) : Hijau kekuning-kuningan dan


keruh (0,5-1% glukosa).

Positif 2 (++) : Kuning keruh (1-1,5%


glukosa).

Positif 3 (+++) : Jingga atau warna lumpur


keruh (2-3,5% glukosa).

Positif 4 : Merah keruh (> dari 3,5%


(+++++) glukosa).

(Irianti,2015)
28

e. Pemeriksaan PMS

PMS yang terjadi pada kehamilan berlangsung akan

menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada janin,

oleh karena itu tes terhadap PMS perlu dilakukan agar

dapat didiagnosis secara dini dan mendapatkan

pengobatan secara tepat.

9. Temu wicara dalam persiapan rujukan

Temu wicara mengenai persiapan tentang segala

sesuatu yang kemungkinan terjadi selama kehamilan penting

dilakukan. Hal ini penting dilakukan karena bila terjadi

komplikasi dalam kehamilan, ibu dapat segera mendapatkan

pertolongan secara tepat karena kematian ibu sering terjadi

karena 3 T yaitu:

a. Terlambat mengenali bahaya

b. Terlambat untuk dirujuk

c. Terlambat mendapat pertolongan yang memadai.

Adapun beberapa hal yang harus disampaikan kepada

ibu di setiap trimesternya

Tabel 2.7 KIE Setiap Trimester

Kunjungan Waktu Informasi penting

Trimester I Sebelum minggu (1) Membangun


ke 14 hubungan saling
percaya antara
petugas kesehatan
dengan ibu hamil.
(2) Mendeteksi masalah
29

dan menanganinya
(3) Melakukan tindakan
pencegahan seperti
tetanus neonatorum,
anemia kekurangan
zat besi, penggunaan
praktik tradisional
yang merugikan.
(4) Memulai persiapan
kelahiran bayi dan
kesiapan untuk
menghadapi
komplikasi.
(5) Mendorong perilaku
yang sehat (gizi,
latihan dan
kebersihan, istirahat
dan sebagainya.

Trimester II Sebelum minggu Sama seperti diatas,


ke 28 ditambah kewaspadaan
khusus mengenai
preeklamsia (tanya ibu
tentang gejala-gejala
preeklamsia, tekanan
darah, evaluasi edema,
periksa untuk mengetahui
proteinuria).

Trimester III Antara minggu Sama seperti diatas,


28-36 ditambah palspasi
abdominal untuk
mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.

Trimester III Sama seperti diatas,


ditambah deteksi letak
bayi yang tidak normal
atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran
dirumah sakit.

10. Tatalaksana kasus

Namun dalam penerapan praktis pelayanan ANC,

standar minimal pelayanan ANC adalah 14 T:


30

a. Timbang berat badan

b. Tekanan darah

c. Lingkar lengan atas (LILA)

d. Tinggi fundus uteri

e. Tentukan presentasi dan hitung DJJ

f. Tetanus toxoid lengkap

g. Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

h. Tes laboratorium

i. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

j. Tatalaksana kasus

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan Darah Malaria dalam rangka skrining pada

kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis

Malaria dilakukan darah Malaria apabila ada indikasi

(Kemenkes,2016)

2.1.1.9 Kartu Skor Poeji Rochjati (KSPR)

Dalam upaya menurunkan angka kematian, Poedji Rochjati

di Jawa Timur, menerapkan konsep deteksi dini ibu hamil risiko

tinggi dan mengikutsertakan masyarakat berperan aktif. Ini telah

berhasil menurunkan angka kematian maternal sekitar

100/100.000 persalinan hidup. Kini kartu Skor Poedji Rochjati

(KSPR) telah digunakan di seluruh Jawa Timur sejak 1994.

1. Fungsi Skor
31

a. Bagi ibu hamil dan keluarga

Mudah dimengerti, memudahkan pengambilan

keputusan, adanya kesiapan mental, biaya dan

transportasi.

b. Bagi tenaga kesehatan

Lebih waspada dalam mengobservasi, teliti kelanjutan,

pengamatan penelitin klinis, persalinan ditolong sendiri

dan tetap waspada atau rujukan terencana.

2. Tujuan

a. Membuat pengelompokan dari ibu hamil (KRR, KRT,

KRST) agar berkembang perilaku kebutuhan tempat dan

penolong persalinan sesuai dengan kondisi dari ibu

hamil. Membuat pengelompokan dari ibu hamil (KRR,

KRT, KRST) agar berkembang perilaku kebutuhan

tempat dan penolong persalinan sesuai dengan kondisi

dari ibu hamil.

b. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga

dan masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan

dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan

transportasi untuk melakukan rujukan terencana.


32

3. Cara Pemberian Skor

a. Skor awal ibu hamil 2

b. Skor awal 2 + X (X adalah skor dari faktor resiko yang

ditemukan).

c. Jumlah skor tetap atau bertambah tetapi tidak berkurang

4. Penapisan Kelompok Ibu Hamil

a. Kehamilan resiko rendah (skor 2: hijau)

Kehamilan normal tanpa masalah, sebagian besar

persalinan normal namun tetap waspada.

b. Kehamilan resiko tinggi (skor 6-10: warna kuning)

Kehamilan dengan resiko tinggi dapat menyebabkan

komplikasi persalinan. Sehingga penanganan dibutuhkan

ke Puskesmas atau RS.

c. Kehamilan resiko sangat tinggi (skor ≥12 : merah)

Kehamilan dengan resiko ganda, ibu dan janin dapat

mengalami komplikasi persalinan dan bahaya lebih

besar. Penanganan adekuat dirujuk ke Rumah Sakit

(Purnamasari,2015)

2.1.2 Konsep Asuhan Kehamilan Teori

2.1.2.1 Pengkajian data subjektif

1. Anamnesis biodata

Umur : menurut KSPR usia yang aman

untuk hamil antara >16 tahun


33

sampai ≤35 tahun.

Agama : Berhubungan dengan

perawatan perawatan penderita

yang berkaitan dengan

ketentuan agama yang

dipercaya ibu atau kebiasaan

klien.

Suku : Berkaitan dengan kondisi

sosial budaya ibu yang

mempengaruhi perilaku

kesehatan ibu.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat

intelektualnya, tingkat

pendidikan mempengaruhi

sikap perilaku kesehatan

seseorang.

Pekerjaan : Mengetahui kemungkinan

pengaruh pekerjaan terhadap

apakah pekerjaan itu

mengganggu atau tidak seperti

bekerja di pabrik rokok,


34

percetakan serta mengukur

tingkat ekonomi pasien yang

berpengaruh terhadap gizi

pasien.

(Roumali, 2014: 162)

2. Keluhan Utama

Pada TM III ibu mengeluh sering berkemih, konstipasi, sesak

nafas, bengkak dan kram pada kaki, gangguan tidur dan mudah

lelah (Irianti,2014).

3. Riwayat menstruasi

HPHT : Hari pertama haid terakhir

HTP : Hari tafsiran persalinan dihitung dengan rumus

neegel dengan usia kehamilan yang aterm.

4. Riwayat obtetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Penolong

Pppenyulit
Penyulit

Penyulit
Tempat

Lama
umur
Jenis

H/M

ASI
L/P
bbl
No
Uk

>2500-4000

Tidak ada
Normal

2 tahun
Bidan
9 bln

L/P
gr

H
1

-
-
35

5. Riwayat kehamilan sekarang

Gerakan janin : aktif minimal 10 kali dalam sehari (Beatrix,

2015: 92)

Frekuensi ANC : 4 kali (minimal 1x TM I, 1x TM II, 2x TM

III).

Trime Frekuensi Keluhan Terapi KIE keterangan


ster
TM I (minimal 1x Mual dan B6 (1 x Makan PP Test : untuk
di TM I) muntah 10 mg) sedikit mendeteksi
dan asam tapi konsentrasi
folat (1 x sering. hormon
400 mg). kehamilan human
choironic
gonadotropin
(hCG) dalam
satuan mili-
International Unit
(mUI) dengan
mengambil
sampel urine.
Hb : untuk
mendeteksi
adanya anemia
dan penyakit
ginjal.
Golongan darah :
bila diperlukan
untuk tranfusi
darah.
PITC :untuk
mengetahui
adanya resiko
penularan
penyakit menular
HIV kepada bayi.
USG : Penting
untuk mengetahui
usia kehamilan,
kehamilan berada
dalam kandungan,
kehamilan
36

tunggal/ganda,
tidak terdeteksi
down syndrom
(pemeriksaan
nuchal
translucensy).

TM II (minimal 1x Pusing, Fe (1 x Istiraha USG :


di TM II) dan kram 60 mg), t yang Perkembangan
kaki. vitamin cukup janin baik, organ
C (1 x 50 dan lengkap, letak
mg) dan senam plasenta normal,
kalk (1 x hamil. jenis kelamin
500 mg). laki-
laki/perempuan.
Protein urine :
untuk mengetahi
kadar protein
dalan urin dan
juga untuk
mengetahui
eklamsi.
Glikosa urine :
untuk mengetahui
adanya glukosa
dalam urin secara
semi kuantitaf
dan mendeteksi
adanya penyakit
Deabetes.

TM BAK Fe (1 x Mengur USG : untuk


III berlebihan 60 mg), angi mengetahui lokasi
dimalam vitamin minum janin intrauterin,
hari, dan C (1 x 50 jam letak plasenta
konstipasi mg) dan sebelu difundus, posisi
kalk (1 x m tidur janin preskep,
500 mg). malam jumlah ait
dan ketuban 500-1500
minum ml, dan
banyak mengetahui grade
di siang plasenta.
hari.
37

Imunisasi TT

Minimal TT 2 dengan jarak 4 minggu dari TT 1 ke TT2

6. Riwayat kesehatan

Ibu tidak sedang menderita atau dahulu tidak pernah

menderita penyakit sistemik (jantung, asma) maupun penyakit

menurun (hipertensi, diabetes melitus) dan penyakit menular

(HIV/AIDS, hepatitis, TBC, IMS, Typoid).

7. Riwayat psikososial kultural, budaya dan ekonomi

a. Tidak minum jamu-jamuan dan tidak merokok karena jamu

menyebabkan air ketuban menjadi mekonium dan merokok

menyebabkan kecacatan pada janin.

b. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Ibu

mendapat dukungan dari suami dan keluarga. Biasanya TM

III rasa cemas pada ibu muncul dikarenakan ibu berfikir

tentang proses persalinannya. (Sulistyawati,2014: 49)

c. Pengambilan keputusan dalam keluarga

d. Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan :

BPM/Puskesmas.

8. Pola kegiatan sehari-hari

a. Nutrisi

Pola makan ibu berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisi

yang di butuhkan ibu dan janin yang di kandungnya, gizi

pada ibu hamil trimster III harus di tinggkatkan hingga


38

300kall/hari. Hal ini perlu di kaji agar dalam pemberian

asuhan sesuai dengan kebutuhan dan berkaitan dengan

indeks masa tubuh dan TBJ.

b. Eliminasi

Ibu hamil pada trimester III normalnya akan mengalami

sering kencing karena tertekanya kandung kemih dengan

kepala bayi yang mulai turun.

c. Istirahat

Untuk mengetahui kebutuhan istirahat ibu hamil, istirahat

siang sangat menguntungkan dan baik bagi kesehatan ibu

dan janin, menjaga keseimbangan fisik ibu hamil.

d. Personal Hygiene

Hal ini perlu di kaji untuk mengetahui tingkat kebersihan

ibu, karena pada ibu hamil terjadi peningkatan ekskresi

oleh kelenjar keringat.

e. Aktivitas

Melakukan pekerjaan rumah tangga (hanya yang ringan

saja)

9. Psikologi TM III

Cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri,

seperti apakah nanti bayinya akan lahir normal/abnormal.

Takut akan persalinan seperti nyeri, kehilangan kendali


39

maupun perasaan takut akankah bayi dapat keluar dengan

lancar atau berakhir dengan operasi (Irianti,2014:144).

2.1.2.2 Pengkajian data objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran : compos mentis (Roumali, 2011: 172)

b. Tanda-tanda vital

TD : TD normal antara 60 – 80 mmHg diastole dan

90-120 mmHg sistol

Nadi : Normal 60-100 kali/menit. Secara keseluruhan

frekuensi nadi meningkat selama kala II disertai

takikardi ketika mencapai puncak menjelang

kelahiran bayi. (sulistyawati,2010)

Suhu : Suhu: 36,5-37,5 ℃. Namum pada ibu hamil

biasanya suhu meningkat karena peningkatan

metablisme pada tubuh.

RR : normal 16-24 x/menit. Namun pada ibu hamil

biasanya terjadi peningkatan frekuensi

pernapasan karena terjadi hiperventilasi.

c. Antropometri

BB sekarang : Penambahan berat badan normal 9 -

13 kg (Hani ,2010:10)
40

Tinggi badan : ≥145 cm (TB ≤ 145 cm termasuk

resiko tinggi) (Sukarni,2013:114)

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tidak pucat, cloasma gravidarum

tidak ada, edema wajah tidak ada

Mata : Simetris, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterus,

palpebra tidak edema.

Mulut/gigi/lidah : Simetris, bibir tidak kering, tidak

terdapat stomatitis, gigi bersih

tidak ada karies.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid, tidak ada bendungan vena

jugularis dan tidak ada

pembesaran kelenjar limfe.

Dada : Dada simetris, puting susu

menonjol, hiperpigmentasi aerola

mamae, payudara membesar

simetris.

Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan,


41

terdapat linea nigra, tidak ada

striae albikan, tidak ada luka

bekas SC, tampak gerakan anak.

Leopold I : TFU UK 28 minggu = 3 jari

diatas pusat, TFU UK 32 minggu

= pertengahan pusat dan px, TFU

UK 36 minggu = setinggi px,

TFU UK 40 minggu =

pertengahan pusat dan px.

Bagian yang berada di fundus

teraba bagian lunak dan tidak

melenting. (Putri,2015:8)

Leopold II : Teraba panjang keras seperti

papan (punggung) pada satu sisi

uterus dan pada sisi yang lain

teraba bagian kecil janin atau

sebaliknya.

Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras

dan melenting (kepala janin).

(Uliyah,2009:143)

Leopold IV : Divergen: masuknya kepala janin


42

ke pintu atas panggul pada

minggu ke 36 di jumpai pada

sekitar 90-95%

(Manuaba,2014:331)

DJJ : 120-160 x/menit (terdengar UK >16 minggu)

(Kemenkes RI,2013:25)

TFU : 28 minggu (25 cm), 32 minggu (27 cm), 36 minggu

(30 cm) dan 40 minggu (33 cm). (Putri,2015:8)

TBJ : Convergen (TFU-12)x155= ... gram

Divergen (TFU-11)x155= ... gram

UK 28 minggu = Panjang janin 25 cm

BB janin 1100 gram

UK 32 minggu = Panjang janin 42 cm

BB janin 1800 gram

UK 36 minggu = Panjang janin 45 cm

BB janin 1800 gram

UK 40 minggu = Panjang janin 50-55 cm

BB janin 3250-3400 gram.

Genetalia : Vulva bersih, tidak ada varises,

tidak ada edema, tidak terdapat


43

kondiloma, terdapat tidak ada

flour albus.

Anus : Tidak ada hemoroid

Ekstremitas : Ekstremitas atas/bawah simetris,

tidak ada oedem, tidak ada

varises.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium urin dan darah

Protein urin : Tidak ada kekeruhan

(Irianti,2014:241)

Glukosa urin : Tetap biru atau kehijau-hijauan

(Irianti,2014:248)

HB : 11 gram% (Roumali,2013:234)

b. USG

Pemeriksaan : Berat janin normal, posisi janin

USG TM III kepala dibawah, tidak ada lilitan

tali pusat (Senoaji,2012:41)

Normal hasil USG lokasi janin intrauterin, letak plasenta

di fundus (Roumali,2013:234), posisi janin preskep dan

jumlah air ketuban 500-1500 ml (Sondakh,2013:50)


44

Grade plasenta :

1) Grade 0 = tidak ditemukan klasifikasi

2) Grade 1 = terlihat sedikit gambaran

3) Grade 2 = ditemukan dengan mudah klasifikasi

setengah lngkaran.

4) Grade 3 = banyak ditemukan klasifikasi berbentuk

lingkaran.

Pada TM III secara USG biasanya akan terlihat sebagai

bintik putih. Semakin tua hehamilan maka jumlah akan

semakin banyak.

2.1.2.3 Analisa

Diagnosa : G...P...A... usia kehamilan 34-40 Minggu,

kesan jalan lahir normal, janin hidup,

tunggal, preskep, intrauterin, KU ibu dan

janin baik.

Masalah : Sering berkemih, sesak nafas, bengkak,

kram pada kaki, gangguan tidur dan

mudah lelah, nyeri perut bawah,

Heartburn, kontraksi braxton hicks.

2.1.2.4 Penatalaksanaan

1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu, Rasional: ibu

mengerti dengan kondisinya saat ini dan kooperatif


45

2. Atasi ketidaknyamanan pada TM III seperti:

a. Sering buang air kecil

Penanganan : Kosongan saat terasa ada dorongan untuk

ibu kencing, Perbanyak minum pada siang hari,dan

Mengurangi minum selama 2 jam sebelum tidur, Batasi

minum kopi, teh, cola dengan cafeine

b. Sakit punggung atas / bawah

Penanganan : Anjurkan ibu untuk lebih banyak

istirahat, Gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan

punggung, Gunakan BH yang menompang, dan dengan

ukuran yang tepat, Berjongkok dan bukan

membungkuk, untuk mengangkat setiap benda agar

supaya kaki (paha) dan bukan punggung yang akan

menahan beban dan tegangan, Lebarkan kaki dan

letakkan satu kaki sedikit didepan kaki yang lainnya

pada waktu membungkuk agar terdapat dasar yang luas

untuk seseimbangan.

c. Nafas sesak / hiperventilasi

Penanganan : Menganjurkan untuk meninggikan bantal

saat sesak, secara periodik berdiri dan merntangkan

lengan diatas kepala serta menarik nafas panjang.


46

d. Hemoroid / Wasir

Penanganan : Makan makanan berserat, Menganjurkan

untuk defikasi yang teratur, Gunakan kompes es,

kompres hangat, Dengan perlaha masukan kembali

rektum jika perlu

e. Konstipasi

Penanganan : Istirahat yang cukup, Makan makanan

berserat, Senam, BAB segera setealh ada dorongan,

Membiasakan BAB secara teratur

5. Berikan KIE tentang :

a. Nutrisi ibu hamil

b. Anjurkan untuk USG

c. Tanda – tanda persalinan

d. Persiapan persalinan

6. Berikan dukungan kepada ibu tentang kehamilannya

Konseling tentang rencana persalinan yang meliputi tempat

dan persiapan persalinan.

7. Berikan terapi pada ibu :

a. Fe

b. Vit. C

c. Kalk

8. Berikan jadwal kunjungan ulang


47

2.2 Konsep Dasar Persalinan

2.2.1 Persalinan

2.2.1.1 Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan plasenta )yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan

sejati, yang di tandai dengan perubahan serviks secara progresif

dan di akhiri dengan kelahiran plasenta (sulistyawati,2014)

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir

spontan dengan prestasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin

(Saifudin,2014)

Dari pendapat para ahli tersebut dikemukakan bahwa

persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang cukup

bulan, lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala,

disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari

tubuh ibu, tanpa komplikasi baik ibu dan janin (Nurasiah,

2014:13)
48

2.2.1.2 Sebab Mulainya Persalian

1. Penurunan hormon progesteron

Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun

menjadikan otot rahim menjadi sensitif sehingga

menimbulkan his.

2. Keregangan otot-otot

Otot rahim akan merenggang dengan majunya

kehamilan, oleh karena isinya bertambah maka timbul

kontraksi untuk mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.

3. Peningkatan hormon oksitosin

Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah

sehingga menimbulkan his.

4. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang

peranan dalam proses persalinan, oleh karena itu anencepalus

kehamilan lebih dari biasanya.

5. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan desidua meningkat saat

umur kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukkan

bahwa prostaglandin menimbulkan kontraksi myometrium

pada setiap umur kehamilan.


49

6. Plasenta menjadi tua

Dengan tuanya kehamilan plesenta menjadi tua, vili

corialis mengalami perubahan sehingga kadar progesteron

dan esrogen menurun. (Nurasiah, 2014: 4)

2.2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

1. Power (kekuatan)

Faktor kekuatan persalinan dibagi menjadi:

a. Kekuatan primer (kontraksi involuter)

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal

dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk

gelombang. Istilah yang digunakan untuk

menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain

frekuensi, durasi dan intensitas kontraski. Kekuatan

primer ini menyebabkan servik menipis (affecement) dan

berdilatasi sehingga janin turun.

b. Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu

berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir

sehingga menimbulkan tekanan ini menekan uterus pada

semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong

keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi

servik tatapi setelah dilatasi servik lengkap, kekuatan ini


50

cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari

uterus dan vagina.

2. Passanger (penumpang)

Penumpang dalam persalinan ini adalah janin dan

plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin

adalah ukuran kepala janin, presentasi letak, sikap dan posisi

janin. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta

adalah letak, besar dan luasnya.

3. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan

jalan lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan

lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul,

sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak

adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks,

otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina.

4. Psikologi

Respon psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh:

a. Dukungan pasangan selama proses persalinan

b. Dukungan kakek, nenek (saudara dekat) selama

persalinan

c. Motivasi penolong persalinan (Bidan, dokter)


51

2.2.1.3 Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran

Bayi

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting

dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan

aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan,

baik normal maupun patologis mulai dari kala I hingga kala IV

termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir. Lima benang merah

tersebut adalah:

1. Membuat keputusan klinik

Membuat keputusan merupakan proses yang

menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan

asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus

akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan

keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan: anamnesis dan

observasi langsung (berbicara dengan ibu, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi ibu dan mencatat

riwayatnya), pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi, pemeriksaan penunjang

(pemeriksaan laboratorium, USG, rontgen), catatan medik.

(JNPK-KR,2014)
52

b. Interpretasi data untuk mendukung diagnosis atau

identifikasi masalah

Setelah data dikumpulkan, penolong persalinan dapat

melakukan analisis untuk mendukung alur algoritma

diagnosis. Diagnosis dibuat sesuai dengan istilah atau

nomenklatur spesifik kebidanan yang mengacu pada data

utama. Masalah dapat merupakan bagian dari diagnosis

sehingga selain upaya korektif untuk diagnosis, juga

diperlukan upaya penyerta untuk mengatasi masalah.

Contoh

Diagnosis : G2P1A0 hamil 37 minggu, ketuban

pecah dini 2 jam.

Masalah : Kehamilan yang tidak diinginkan atau

takut untuk menghadapi persalinan.

c. Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah

Bagian ini dianalogikan dengan proses membuat

diagnosa kerja setelah mengembangkan berbagai

kemungkinan diagnosis lain (diagnosis banding).

Rumusan masalah mungkin terkait langsung maupun

tidak langsung terhadap diagnosis tetapi dapat pula

merupakan masalah utama yang saling terkait dengan


53

beberapa masalah penyerta atau faktor lain yang

berkontribusi dalam masalah utama.

Contoh :

Ibu hamil dengan hidramnion, bayi makrosomia,

kehamilan ganda yang jelas secara diagnosis tetapi masih

dibarengi dengan masalah lanjutan walaupun kasus

utamanya diselesaikan. Bayi besar yang mungkin dapat

dengan selamat dilahirkan oleh penolong persalinan

harus tetap diwaspadai sebagai faktor yang potensial

untuk menimbulkan masalah misalnya: bayi tadi

mengalami hipoglikemia karena makrosomia

diakibatkan oleh ibu dengan diabetes melitus atau terjadi

perdarahan pascapersalinan karena makrosomia adalah

faktor predisposisi untuk atonia uteri.

d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk

menghadapi masalah

Upaya ini dikenal sebagai kesiapan menghadapi

persalinan dan tanggap terhadap komplikasi yang

mungkin terjadi (birth preparedness and complication

readiness). Dalam uraian-uraian berikutnya, petugas

pelaksana persalinan akan terbiasa dengan istilah

rencana rujukan yang harus selalu disiapkan dan


54

didiskusikan diantara ibu, suami dan penolong

persalinan.

Contoh :

Untuk menghadapi ibu hamil dengan preeklamsia berat

dan tekanan darah yang cenderung selalu meningkat

maka seorang bidan harus berkonsultasi dengan tenaga

ahli rumah sakit atau spesialis obstetri terdekat untuk

menyiapkan tindakan/upaya yang dapat dilakukan bila

sang ibu mulai menunjukkan gejala dan tanda gawat

darurat. Pada keadaan tertentu mungkin saja seorang

bidan harus menangani kasus distosia bahu tanpa

bantuan siapapun. Apabila ia tidak pernah dilatih untuk

mengatasi hal itu atau ia tidak mengetahui tanda-tanda

distosia bahu maka ia tidak pernah tahu bahwa perlu

disiapkan sesuatu (pengetahuan, keterampilan, dan

rujukan) untuk mengatasi hal tersebut. Hal yang paling

buruk dan mungkin saja terjadi adalah sang bayi tidak

dapat dilahirkan dan kemudian meninggal dunia karena

bidan tersebut berupaya melahirkan bayi tetapi ia tidak

pernah tahu bagaimana cara mengatasi hal tersebut.

e. Menyusun rencana asuhan atau intervensi

Hal ini dilakukan untuk membuat ibu bersalin dapat

ditangani secara baik dan melindunginya dari berbagai


55

masalah atau penyulit potensial dapat mengganggu

kualitas pelayanan, kenyamanan ibu ataupun

mengancam keselamatan ibu dan bayi.

Contoh :

Tabel 2.8 Rencana Asuhan Persalinan

Rencana asuhan kala I Rencana asuhan pada tali


pusat menumbung

1) Denyut jantung 1) Pemberian oksigen


janin: setiap ½ jam nasal 6 L/menit
2) Frekuensi dan 2) Mengatur posisi ibu
kontraksi uterus: bersalin
setiap ½ jam 3) Menghubungi rumah
3) Nadi: setiap ½ jam sakit rujukan untuk
4) Pembukaan serviks: tindakan lanjutan
setiap 4 jam 4) Stabilisasi kondisi ibu
5) Penurunan bagian dan bayi yang
terbawah janin: dikandungnya
setiap 4 jam 5) Pemantauan DJJ.
6) Tekanan darah dan
temperatur tubuh:
setiap 4 jam
7) Produksi urin, aseton
dan protein: setiap 2
sampai 4 jam.
(JNPK-KR,2014)

f. Melaksanakan asuhan

Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana

tersebut secara tepat waktu dan aman, hal ini akan

menghindarkan terjadinya penyulit dan memastikan

bahwa ibu dan/atau bayinya yang baru lahir akan

menerima asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan.


56

g. Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau

intervensi solusi

Penatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian

dievaluasi untuk menilai efektivitasnya. Proses

pengumpulan data, membuat diagnosis, memilih

intervensi, menilai kemampuan sendiri, melaksanakan

asuhan atau intervensi dan evaluasi adalah proses

sirkuler (melingkar). Lanjutkan evaluasi asuhan yang

diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Jika pada saat

evaluasi ditemukan bahwa status ibu atau bayi baru lahir

telah berubah, sesuaikan asuhan yang diberikan untuk

memenuhi perubahan kebutuhan tersebut. (JNPK-

KR,2014)

2. Asuhan sayang ibu

Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah

dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses

persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian

menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi

dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta

mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan

asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan

rasa aman dan keluaran yang lebih baik (Enkin, et al, 2000).

Disebutkan pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi


57

terjadinya persalinan dengan vakum, Cunam dan seksio sesar

serta persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin, et al, 2000).

(JNPK-KR,2014)

3. Pencegahan infeksi

Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek

asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga,

penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan

mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.

Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan

penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum

ditemukan cara pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis

dan HIV/AIDS. (JNPK-KR,2008:14)

4. Pencatatan (dokumentasi)

Pencatatan adalah bagian oenting dari proses membuat

keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan

untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan

selama proses persalinan kelahiran bayi. Jika asuhan tidak

dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan.

Adapun aspek-aspek penting dalam pencatatan adalah:

tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan, identifikasi

penolong persalinan, paraf atau tanda tangan penolong

persalinan pada semua catatan, mencakup informasi yang

berkaitan secara tepat (dicatat dengan jelas dan dapat dibaca),


58

suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu

siap tersedia, kerahasiaan dokumen-dokumen medis (JNPK-

KR,2014:33)

5. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke

fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih

lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu

dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan

menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15%

diantaranya akan mengalami masalah selama proses

persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke

fasilitas kesehatan rujukan. Dalam mempersiapkan rujukan,

diperlukan hal-hal:

B : (Bidan) Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi

baru lahir didampingi oleh

penolong persalinan yang kompeten

untuk penatalaksanaan gawat

darurat obstetri dan bayi baru lahir

untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

A : (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-

bahan untuk asuhan persalinan,


59

masa nifas dan bayi baru lahir

(tabung suntik, selang IV, alat

resusitasi, dll) bersama ibu ke

tempat rujukan.

K : (Keluarga) Beritahu ibu dan keluarga mengenai

kondisi terakhir ibu dan/atau bayi

dan mengapa ibu dan/atau bayi

perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka

alasan atau tujuan merujuk ibu ke

fasilitas rujukan tersebut. Suami

atau anggota keluarga yang lain

harus menemani ibu atau bayi baru

lahir hingga ke fasilitas rujukan.

S : (Surat) Berikan surat ke tempat rujukan.

Surat ini harus memberikan

identifikasi mengenai ibu dan/atau

bayi baru lahir. Cantumkan alasan

rujukan dan uraikan hasil

pemeriksaan, asuhan atau obat-

obatan yang diterima ibu dan/atau

bayi baru lahir. Sertakan juga

partograf yang dipakai untuk


60

membuat keputusan klinik.

O : (Obat) Bawa obat-obatan esensial pada

saat mengantar ibu ke fasilitas

rujukan. Obat-obatan tersebut

mungkin akan diperlukan selama

diperjalanan.

K : (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang paling

memungkinkan untuk merujuk ibu

dalam kondisi cukup nyaman.

Selain itu, pastikan kondisi

kendaraan cukup baik untuk

mencapai tujuan pada waktu yang

tepat.

U : (Uang) Ingatkan pada keluarga agar

membawa uang dalam jumlah yang

cukup untuk membeli obat-obatan

yang diperlukan dan bahan-bahan

kesehatan lain yang diperlukan

selama ibu dan/atau bayi baru lahir

tinggal di fasilitas rujukan.

DA : (DARAH) Siapkan darah untuk sewaktu-


61

waktu membuthkan tranfusi

darahapabila terjadi perdarahan.

(JNPK-KR,2014:35)

2.2.1.4 Tahapan Persalinan

1. Kala I persalinan

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur

darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah

berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis

servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks

mendatar dan membuka.

Kala 1 persalinan dimulai sejak adanya his yang teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatanya) yang menyebabkan

pembukaan sampai serviks membuka lengkap (10 cm).

Gambar 2.1 Pembukaan pada kala I

Kala I terdiri dari 2 fase:

a. Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

pembukaan sampai 3 cm. Pada umumnya berlangsung 8

jam.
62

b. Fase aktif

Adapun klasifikasi pada fase aktif terbagi menjadi 3

fase:

Tabel 2.9 Klasifikasi Fase Aktif

Fase akselerasi Fase dilatasi Fase deselerasi


maksimal
Pembukaan 3-4 Pembukaan Pembukaan
cm dalam waktu 2 servik servik
jam. berlangsung berlangsung
cepat 4-9 cm lambat 9-10 cm
dalam waktu 2 dalam waktu 2
jam. jam.

(Nurasiah, 2014: 5)

Parameter pemantauan Kala I

Dalam kala I ibu akan dipantau perkembangannya.

Adapun pemantauan pada kala I akan dijabarkan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 2.10 Pemantauan Kala I

Parameter Frekuensi kala I Frekuensi kala I


fase laten fase aktif

Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam

Suhu Tiap 4 jam Tiap 2 jam

Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60


menit

DJJ Tiap 1 jam Tiap 30 menit

Kontraksi Tiap 30 menit Tiap 30 menit

Pembukaan Tiap 4 jam Tiap 4 jam

Penurunan kepala Tiap 4 jam Tiap 4 jam


63

Warna cairan Tiap 4 jam Tiap 4 jam


amnion
(Kemenkes RI,2014:37)

Dalam persalinan kala I terdapat kebiasaan yang lazim

dilakukan tetapi tidak menolong atau bahkan dapat

membahayakan.

Tabel 2.11 Kebiasaan Kala I yang Tidak

Menolong/Membahayakan

Tindakan Deskripsi dan keterangan

Enema (memompa/urus- Tidak terbukti adanya


urus) sebagai tindakan manfaat. Dapat menyebabkan
rutin ketidaknyamanan bagi ibu
atau memalukan bagi ibu.
Hanya diberikan jika diminta
oleh ibu.

Mencukur rambut Tidak terbukti dapat


kemaluan sebagai mengurangi puerpera.
tindakan rutin. Mungkin dihubungkan dengan
infeksi pasca persalinan.
Pencukuran dihubungkan
dengan ketidaknyamanan
karena rambut akan tumbuh
kembali dan menyebabkan
abrasi minor

Kateterisasi kandung Dihubungkan dengan


kemih sebagai tindakan meningkatnya infeksi saluran
rutin. kemih.

Tidak memberikan Dapat mengakibatkan


makanan dan minuman. dehidrasi dan ketosis. Ketosis
dihubungkan dengan
menurunnya daya kontraksi
uterus.

Memisahkan ibu dengan Berhubungan dengan besarnya


orang-orang yang berarti kemungkinan kasus seksio
dan oemberi dukungan. sesarea dan apgar skor < 7
64

pada menit ke 5.

Posisi telentang Dihubungkan dengan


penurunan detak jantung dan
mungkin dengan penurunan
aliran darah uterus.
Mengurangi kekuatan
kontraksi uterus, frekuensi dan
efikasi.

Mendorong abdomen Menyebabkan ibu merasa


nyeri. Terlebih lagi berbahaya
bagi bayi dan kaitannya
dengan ruptura uteri.

Mengedan sebelum Dapat menyebabkan edema


pembukaan serviks serviks dan mungkin robekan
lengkap. serviks.

(Prawirohardjo,2014:14)

2. Kala II persalinan

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan servik

sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala II juga disebut sebagai pengeluaran bayi. Tanda pasti

kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya

adalah:

a. Kontraksi semakin kuat dengan interval 2 sampai 3

menit

b. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya

kontraksi

c. Perineum terlihat menonjol

d. Pembukaan serviks telah lengkap (10 cm)

e. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah


65

f. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1

jam pada multipara. Dalam kondisi yang normal pada kala

II kepala janin sudah masuk dalam dasar panggul, maka

pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang secara reflek menimbulkan rasa mengedan.

Gambar 2.2 Persalinan Kala II

Wanita merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti

akan buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol

dan melebar dengan membukanya anus. Labia mulai

membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak di

vulva saat ada his. Jika dasar panggul sudah berelaksasi,

kepala janin tidak masuk lagi di luar his. Dengan kekuatan

his dan mengedan maksimal kepala dilahirkan dengan

suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati

penineum. Setelah his istirahat sebentar, maka his akan


66

mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi.

(Nurasiah, 2014: 5-6)

Tabel 2.12 Kebiasaan Kala II yang Tidak

Menolong/Membahayakan

Tindakan Deskripsi dan keterangan

Kateterisasi secara rutin Tindakan kateterisasi dapat


mengakibatkan lecet, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya
infeksi saluran kencing.

Menekan fundus dengan Tindakan ini hanya membuat


tangan rasa nyeri pada ibu, tetapi tidak
membantu dalam kelahiran bayi,
bahkan dapat menyebabkan
ruptura uteri.

Mengedan dengan posisi Dapat menekan aorta distal dan


telentang menurunkan aliran darah ke
uterus dan ekstremitas bagian
bawah. Dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah dari
ibu ke janin.

Mengedan dengan menahan Dapat menimbulkan hipoksia


napas panjang janin intrauterin.

Episiotomi sebagai tindakan Tidak jelas keuntungannya


rutin dalam pencegahan perlukaan
daerah perineum. Dapat
menyebabkan pengeluaran darah
lebih banyak. Tidak melindungi
bayi dari perdarahan intrakranial
atau asfiksia intrapartum. Dapat
meningkatkan kerusakan sfingter
pada ibu, luka perineum lebih
dalam dan risiko penyembuhan
kurang baik.

Memutar leher bayi Kemungkinan dapat


menyebabkan kelemahan saraf
brakhial.

Melakukan rangsangan Menepuk-nepuk tubuh bagian


67

berlebihan belakang atau lainnya dapat


menyebabkan memar. Menekan
iga dapat menyebabkan fraktur,
pneumotoraks, respiratory
distress, merapatkan paha ke
perut dapat menyebabkan ruptur
pada hati atau limpa.
Menggunakan kompres panas
dan dengan memercikkan air
atau alkohol atau mencelupkan
ke dalam air dingin/panas dapat
menyebabkan hipotermia,
hipertermia atau terbakar.

Menghisap lendir terlalu Ada hubungannya dengan


lama, dalam dan kuat aritmia jantung, spasme laring
dan vasospasme arteri
pulmonalis serta gangguan
mengisap.

Membiarkan bayi basah atau Dapat menyebabkan hipotermia.


tidak diselimuti

Tidak menghadirkan orang- Ibu yang selalu ditemani oleh


orang yang berarti bagi ibu seseorang biasanya masa
persalinannya tidak lama, lebih
sedikit yang dioperasi dan
menghindarkan depresi
pascapersalinan.

Posisi litotomi atau Posisi telentang dapat


telentang saat melahirkan menurunkan aliran darah ke
uterus, sehingga mengurangi
kekuatan dan frekuensi kontraksi
uterus. Saat mengedan kadang-
kadang mengalami kram kaki,
sehingga posisi litotomi
membuat rasa kurang nyaman.

(Anggraini,2014:18)

3. Kala III persalinan

Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan

berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang


68

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Biasanya plasenta

lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan

atau dengan tekanan dari fundus uteri. (Nurasiah, 2014: 6).

Proses lepasnya plasenta dapat diperlakukan dengan

mempertahankan tanda-tanda:

a. Uterus menjadi bundar

b. Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim

c. Tali pusat bertambah panjang

d. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba.

(Sondakh,2014:7-8)

Gambar 2.3 Persalinan Kala III

Dalam persalinan kala III terdapat kebiasaan yang lazim

dilakukan tetapi tidak membawa manfaat atau bahkan

membahayakan bagi ibu.


69

Tabel 2.13 Kebiasan Kala III yang Tidak

Menolong/Membahayakan

Tindakan Deskripsi dan keterangan

Mendorong uterus sebelum Dapat menyebabkan pelepasan


plasenta lahir plasenta tidak lengkap dan
mengakibatkan perdarahan
pascapersalinan.

Mendorong fundus Mengakibatkan iversio uterus.


kebawah mengarah ke
vagina
Kateterisasi Menambah risiko infeksi
saluran kemih.

Tarikan tali pusat terlalu Menyebabkan tali pusat putus.


kuat
Membiarkan plasenta tetap Menyebabkan bertambahnya
berada dalam uterus pengeluaran darah karena uterus
tidak sepenuhnya berkontraksi
sampai plasenta lahir.

(Prawirohardjo,2014:20 – 21)

4. Kala IV persalinan

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta

sampai 2 jam postpartum. (Nurasiah, 2014: 6). Adapun

observasi yang harus dilakukan:

a. Tingkat kesadaran.

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan

pernafasan.

c. Kontraski uterus.

d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

e. Kandung kemih.
70

f. Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.

g. Luka jahitan baik atau tidak serta ada perdarahan atau

tidak.

Pada kala IV terdapat beberapa tindakan yang tidak

bermanfaat dan bahkan kemungkinan membahayakan bagi

ibu.

Tabel 2.14 Kebiasaan Kala IV yang Tidak

Menolong/Membahayakan

Tindakan Deskripsi dan keterangan

Tampon vagina Tampon vagina menyerap


darah tetapi tidak
menghentikan perdarahannya.
Hal ini bahkan merupakan
sumber terjadinya infeksi.

Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama segera


setelah pasca persalinan,
adanya gurita akan
menyulitkan petugas pada saat
memeriksa fundus apakah
berkontraksi dengan baik.

Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga selama


2 jam pertama setelah
kelahiran. Hal ini merupakan
waktu yang bisa untuk ibu dan
bayi saling berhubungan.
Berikan kesempatan bagi
keduanya untuk pemberian
ASI.

Menduduki sesuatu yang Duduk diatas bara yang panas


panas dapat menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan
tekanan darah ibu dan
menambah perdarahan. Juga
dapat menyebabkan dehidrasi,]
71

(Prawirohardjo,2014:22)

2.2.1.5 Tanda-tanda Persalinan

1. Tanda-tanda persalinan sudah dekat

a. Lightening

Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan

fundus karena kepala bayi sudah masuk pintu atas

panggul yang disebabkan oleh: kontraksi braxton hicks,

ketegangan otot perut, ketegangan ligamentum rotundum

dan gaya berat janin kepala kearah bawah.

b. His permulaan

Makin tua usia kehamilan, pengeluaran progesteron dan

estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering disebut his

palsu. Adapun sifat his palsu : rasa nyeri ringan dibagian

bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan

serviks, durasinya pendek, tidak bertambah jika

beraktivitas. (Nurasiah, 2014: 6)

2. Tanda-tanda persalinan

a. His persalinan

His persalinan mempunyai sifat: pinggang terasa sakit

yang menjalar kedepan, sifatnya yang teratur dengan

intervalnya makin pendek dan kekuatanya makin besar,


72

kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus, makin

beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah.

b. Bloody show

Dengan his permulaan, terjadinya perubahan pada servik

yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir

yang terdapat di kanalis servikalis lepas, kepiler

pembuluh darah pecah yang menjadikan perdarahan

sedikit.

c. Pembukaan serviks

Mendekati persalinan servix semakin matang, selama

hamil servik dalam keadaan menutup, panjang dan

lunak, manun saat mendekati persalinan konsistensi

servik semakin melunak dan mengalami penipisan

(efficement) dan kemungkinan dilatasi. Perubahan servik

di duga karena peningkatan insensitas braxton hicks.

Kematangan servik mengindikasikan kesiapan untuk

persalinan.

2.2.1.6 Partograf

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan

dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4

cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu


73

yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut

normal atau dengan komplikasi.

2.2.1.7 Melahirkan Normal Tanpa Jahitan

Jahitan pada proses melahirkan biasanya disebabkan oleh

adanya robekan yang terjadi dibagian area kewanitaan. Berikut

adalah tips melahirkan normal tanpa jahitan:

1. Menyiapkan diri sebelum persalinan

Hal pertama yakin bahwa proses persalinan akan

berjalan dengan baik. Adapun beberapa cara seperti pijatan

perineum yang umumnya dilakukan pada bulan-bulan akhir

trimester ketiga atau ada pula yang melatih dengan proses

senam kegel yang bertujuan melatih otot-otot di lubang

pengeluaran.

2. Memilih tempat

Pemilihan tempat merupakan salah satu faktor untuk

mendapatkan proses persalinan normal tanpa jahitan,

meskipun semua kembali pada kondisi kesehatan ibu dan

janin akan tetapi bantuan tempat yang nyaman dapat

membuat rileks dan menjalani persalinan dengan lancar.

3. Melakukan gerakan ringan untuk melatih otot

Gerakan ringan diakhir trimester yaitu dengan

melakukan gerakan kepala, dahi dan hidung sehingga


74

menyentuh lantai begitu juga dengan tangan, lutut dan jari-

jari kaki yang ikut menyentuh lantai

4. Alpukat dan minyak zaitun untuk peregangan membantu

proses persalinan

Ibu dapat mengonsumsi alpukat dan minyak zaitun

untuk membantu peregangan kulit dari dalam. Konsumsi teh

daun rasberi juga selama trimester terakhir 2 cangkir setiap

hari akan membantu proses persalinan karena membantu

adanya kontraksi lebih produktif.

5. Usahakan untuk tidak mengangkat bokong

Mengangkat bokong atau pantat ketika proses

persalinan akan menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir

bayi yang lebih luas. Karena, tidak adanya penyangga akan

menyebabkan otot mudah terkoyak (Purwoastuti,2014:110-

112)

2.2.1.8 Derajat Laserasi

Derajat laserasi merupakan klasifikasi dari robekan pada

vagina. Pada derajat 1 tidak perlu dijahit jika tidak ada

perdarahan dan aposisi luka sedangkan pada derajat 2

memerlukan penjahitan dengan anestesi.


75

Tabel 2.15 Macam-Macam Derajat Laserasi

Macam Derajat Laserasi Robekan Derajat Laserasi

Terjadi robekan pada mukosa


vagina, komisura posterior, kulit
perineum.

Gambar 2.4 Derajat 1

Terjadi robekan pada mukosa


vagina, komisura posterior, kulit
perineum dan otot perineum.

Gambar 2.5 Derajat 2

Terjadi robekan pada mukosa


vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot
sfingter ani. Bukan wewenang
bidan maka rujuk ke rumah sakit.

Gambar 2.6 Derajat 3

Terjadi robekan pada mukosa


vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot
sfingter ani dan dinding depan
rectum. Bukan wewenang bidan
maka rujuk ke rumah sakit.

Gambar 2.7 Derajat 4

(Laily,2015:69)
76

2.2.2 Managemen Asuhan Persalinan Teori

2.2.2.1 Pengkajian data subjektif

1. Biodata

Umur : menurut KSPR usia yang aman untuk

hamil antara >16 tahun sampai ≤35

tahun.

Agama : Berhubungan dengan perawatan

perawatan penderita yang berkaitan

dengan ketentuan agama yang

dipercaya ibu atau kebiasaan klien.

Suku : Berkaitan dengan kondisi sosial budaya

ibu yang mempengaruhi perilaku

kesehatan ibu.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat

intelektualnya, tingkat pendidikan

mempengaruhi sikap perilaku

kesehatan seseorang.

Pekerjaan : Mengetahui kemungkinan pengaruh

pekerjaan terhadap apakah pekerjaan

itu mengganggu atau tidak seperti

bekerja di pabrik rokok, percetakan


77

serta mengukur tingkat ekonomi pasien

yang berpengaruh terhadap gizi pasien.

2. Keluhan

His semakin kuat, keluar lendir darah, keluar cairan

pervaginam, dan ada pembukaan serviks (tanda-tanda

persalinan)

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat sekarang

Riwayat penyakit yang di derita ibu dan berhubungan

dengan persalinan seperti penyakit menurun ( diabetes,

ibu dengan riwayat gula darah yang tinggi memiliki

resiko bayi lahir dengan makrosomia. Asma, ibu dengan

riwayat penyakit asma berpengaruh pada power

meneran. Tekanan darah tinggi, ibu dengan riwayat

tekanan darah tinggi memiliki resiko eklamsi atau

kejang kehamilan) riwayat penyakit menular ( hepatitis,

ibu hamil dengan penyakit hepatitis memiliki resiko

penularan pada bayinya. IMS, ibu dengan riwayat

penyakit menular seksual memiliki resiko yang tinggi

menularkan penyakitnya apabila melahirkan secara

spontan) riwayat penyakit sistemik ( Penyakit Jantung,

ibu dengan riwayat penyakit jantung memiliki rekiso


78

yang sangat tinggi saat proses persalinan normal, karena

curah jantung meningkat hingga 40%)

b. Riwayat kesehatan dahulu dan keluarga

Riwayat penyakit yang di derita ibu dan berhubungan

dengan persalinan seperti penyakit menurun ( diabetes,

ibu dengan riwayat gula darah yang tinggi memiliki

resiko bayi lahir dengan makrosomia. Asma, ibu dengan

riwayat penyakit asma berpengaruh pada power

meneran. Tekanan darah tinggi, ibu dengan riwayat

tekanan darah tinggi memiliki resiko eklamsi atau

kejang kehamilan) riwayat penyakit menular ( hepatitis,

ibu hamil dengan penyakit hepatitis memiliki resiko

penularan pada bayinya. IMS, ibu dengan riwayat

penyakit menular seksual memiliki resiko yang tinggi

menularkan penyakitnya apabila melahirkan secara

spontan) riwayat penyakit sistemik ( Penyakit Jantung,

ibu dengan riwayat penyakit jantung memiliki rekiso

yang sangat tinggi saat proses persalinan normal, karena

curah jantung meningkat hingga 40%) Mengidentifikasi

resiko penyakit genetic yang dapat mempengaruhi hasil

akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi yang

menderita penyakit ginetik seperti DM, jantung, asma,

TBC ( Kusmiyati, 2009).


79

4. Riwayat menstruasi

a. Menarche : usia pertama kali haid. Untuk mengetahui

usia pertama kali kematangan seksual pada wanita.

b. HPHT : hari pertama haid terakhir ( tgl/ bulan / tahun ) di

kaji untuk menghitung hari tafsiran persalinan dan usia

kehamilan.

c. HTP : hari taksiran persalinan

d. Rumus TP = tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan Hpht

dikurangi 3, dan tahun HPHt di tambah 1 ( Hani, dkk,

2014 )

5. Riwayat obstetric

Riwayat kehamilan, persalinan , dan nifas yang lalu. Jika

pada persalinan sebelumnya terdapat penyulit,

kemungkinan akan terjadi berulang pada persalinan ini.

Misalnya persalinan dengan Seksio caesaria, Vakum

ekstraksi, dll,

6. Riwayat spiritual, soaial dan budaya

a. Psikologis : Cemas, takut dapat mempengaruhi

kelancaran persalinan.

b. Spiritual : agama/kepercayaan ibu ketika bayi lahir.

c. Sosial : perhatian/dukungan suami dan keluarga

mempengaruhi proses persalinan

(Sondakh,2013:90)
80

7. Pola sehari-hari

a. Makan dan minum terakhir

Ibu yang tidak terpenuhi kebutuhan nutrisi dan energi

nya saat proses bersalin akan mempengaruhi kekuatan

(power) saat meneran.

b. BAB/BAK terakhir

Jika kandung kemih penuh dapat mempengaruhi

kekuatan kontraksi ibu, dan mempengaruhi penurunan

kepala bayi (Syaifuddin, 2006).

2.2.2.2 Pengkajian data objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran : compos mentis

b. Tanda-tanda vital

TD : TD normal antara 60 – 80 mmHg diastole

dan 90-120 mmHg sistol

Nadi : normal 60-80 x/menit

Suhu : Suhu: 36,5-37,5 ℃

RR : normal 16-24 x/menit (Roumali, 2014:

173)

c. Antropometri

BB : Penambahan berat badan


81

normal 9 - 13 kg (Hani

,2013:10)

Tinggi : ≥145 cm (TB ≤ 145 cm

badan termasuk resiko tinggi)

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tidak pucat, cloasma gravidarum

tidak ada, edema wajah tidak ada

Mata : Simetris, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterus,

palpebra tidak edema.

Mulut/gigi/lidah : Simetris, bibir tidak kering, tidak

terdapat stomatitis, gigi bersih

tidak ada karies.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid, tidak ada bendungan vena

jugularis dan tidak ada

pembesaran kelenjar limfe.

Dada : Dada simetris, puting susu

menonjol, hiperpigmentasi aerola


82

mamae, payudara membesar

simetris.

Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan,

terdapat linea nigra, tidak ada

striae albikan, tidak ada luka

bekas sc, tampak gerakan anak.

Leopold I : TFU UK 36 minggu = setinggi

px, TFU UK 40 minggu =

pertengahan pusat dan px.

Bagian yang berada di fundus

teraba bagian lunak dan tidak

melenting. (Putri,2015:8)

Leopold II : Teraba panjang keras seperti

papan (punggung) pada satu sisi

uterus dan pada sisi yang lain

teraba bagian kecil janin atau

sebaliknya.

Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras

dan melenting (kepala janin).

Leopold IV : Divergen (fathona,2016)

DJJ : 120-160 x/menit (teratur)


83

(Kemenkes RI,2016:25)

TFU : 38-40 minggu (33 cm). (Putri,2015:8)

TBJ : Divergen (TFU-11)x155= ... gram

Genetalia : Vulva tidak ada varises, tidak

ada edema, tidak ada kondiloma

akuminata, tampak blood slem.

VT: pembukaan 1-3 cm (kala I

fase laten), pembukaan 3-4

akselerasi, pembukaan 4-9

dilatasi maksimal, 9-sampai

lengkap deselerasi. (kala I fase

aktif),konsistensi porsio lunak,

eff...%, ketuban positif/negatif,

bagian terendah janin kepala,

denominator UUK jam... hodge

I/II/III/IV, tidak ada bagian kecil

janin dan tali pusat yang

menumbung.

Anus : Tidak ada hemoroid

Ekstremitas : Ekstremitas atas/bawah simetris,

tidak ada oedem, tidak ada


84

varises.

3. Pemeriksaan penunjang :

Kertas lakmus : untuk mengetahui cairan ketuban

2.2.2.3 Analisa

Diagnosa : G...P...A... usia kehamilan ≥ 37 minggu,

inpartu kala I fase laten/aktif janin tunggal,

hidup, preskep,intrauterin.

Masalah : ibu merasa cemas, takut dan ragu akan

persalinan yang akan dihadapi

(Nurasiah,2014:73)

2.2.2.4 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan kala I

a. Kala 1 fase laten :

1) Berikan dukungan emosional dan pendampingan dari

suami atau keluarga.

2) Kurangi rasa sakit ibu dengan memasase dan kompres

dingin.

3) Atur posisi ibu yang nyaman, anjurkan ibu untuk tidur

miring kiri.

4) Anjurkan ibu untuk makan minum.


85

5) Anjurkan ibu untuk miksi dan defekasi.

6) Observasi kemajuan persalinan mengunakan lembar

observasi jika pembukaan 1-3 cm setiap 4 jam. .

7) Setiap 30 menit lakukan pemantauan DJJ, Frekuensi,

lama HIS, nadi ibu; setiap 2 jam lakukan pemeriksaan

suhu; setiap 4 jam lakukan pemeriksaan dalam dan

tekanan darah.

b. Kala I fase aktif :

1) Berikan dukungan emosional dan pendampingan dari

suami atau keluarga

2) Kurangi rasa sakit ibu dengan memase dan kompres

dingin

3) Atur posisi ibu yang nyaman, anjurkan ibu untuk tidur

miring kiri

4) Anjurkan ibu untuk makan minum

5) Anjurkan ibu untuk miksi dan defekasi

6) Observasi kemajuan persalinan patograf pembukaan

4-10 cm setiap 4 jam. Setiap 30 menit lakukan

pemantauan DJJ, Frekuensi, lama HIS, nadi ibu;

setiap 2 jam lakukan pemeriksaan suhu; setiap 4 jam

lakukan pemeriksaan dalam dan tekanan darah;

mencatat temuan pada partograf.


86

2. Penatalaksanaan kala II

Subyektif : ibu merasa ingin meneran

Obyektif :TTV normal, VT : Pembukaan lengkap,

eff....%, konsistensi porsio lunak, bagian

terendah kepala janin, denominator UUK

jam.... Hodge I/II/III, tidak ada bagian kecil

janin dan tali pusat yang menumbung .

Terdapat tanda gejala kala II (dorongan

meneran, tekanan anus, perenium menonjol,

vulva membuka)

Analisa Dx : G....P...A...Kala II

Masalah : Ibu sudah ingin meneran kuat

(JNPK-KR,2013:77)

Penatalaksanaan Kala II:

1) Nilai kemajuan persalinan dengan menggunakan

partograf.

2) Pastikan kelengkapan perlengkapan perabot, bahan

dan obat-obatanesensial (oksitosin 10 UI dan meja

resusitasi).

3) Pakai alat perlindungan diri

4) Lepas semua perhiasan kemudian cuci tangan


87

5) Pakai sarung tangan steril

6) Siapkan oksitosin pada spuit.

7) Bersihkan vulva dan perineum dengan air DTT dari

arah depan ke belakang.

8) Lakukan pemeriksaan dalam dan memastikan

pembukaan lengkap

9) Dekontaminasi sarung tangan dalama larutan klorin

0,5% rendam selama 10 menit.

10) Periksa DJJ saat tidak ada kontraksi.

11) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudal lengkapdan

keadaan janin baik, membantu ibu memilih posisi

yang nyaman.

12) Minta suami atau keluarga untuk mendampingi,

membantu ibu memilih posisi yang nyaman, dan

memberi minum disela-sela kontraksi.

13) Laksanakan bimbingan meneran saat ada his dan

ada dorongan kuat meneran.

14) Ajarkan berjalan, berjongkok atau memilih posisi

yang nyaman jika ibu belum ada dorongan kuat

meneran selama 60 menit.

15) Lakukan handuk bersih diperut ibu bila telihat

kepala bayi membuka vulva 5-6 cm


88

16) Lakukan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian

dibawah bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan memastikan

kelengkapannya.

18) Pakai sarung tangan st.eril

19) Anjurkan ibu meneran saat ada his, setelah tampak

kepala bayi membuka vulva 5-6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

bersih. Sedangkan tangan lain menahan kepala bayi

dalam posisi depleksi dan membantu lahirnya kepala.

20) Periksa adanya lilitan tali pusat.

21) Tunggu kepala putar paksi luar.

22) Pegang kepala bayi secara bipariental dengan

lembut gerakkan kebawah distal sampai bahu depan

lahir atas pubis, kemudian gerakkan ke atas distal

sampai bahu belakang lahir.

23) Setelah bahu lahir, menggeser tangan kebawah

untuk menyanggah kepala dan leher , tangan kiri

menelusuri lengan dan siku agar tidak menjungkal.

24) Penelusuran berlanjut kepunggung, bokong, dan

kaki, memegang kedua kaki dengan menyelelimpitkan

jari telunjuk diantaranya.


89

25) Lakukan penilaian sepintas (tangisan bayi, gerak

aktif, warna kulit)

26) Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering sambil

melakukan tekana lembut dari kepala, wajah,

punggung, badan dan kaki, kecuali tangan mengganti

dengan kain kering dan meletakkan bayi di atas perut

ibu.

27) Periksa uterus dan memastikan tidak ada janin

kedua.

28) Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar

uterus berkontraksi dengan baik.

29) Dalam satu menit bayi lahir, menyuntikkan

oksitosin di 1/3 paha kanan atas bagian luar (distal

lateral) secara IM.

30) Jepit tali pusat dengan klem 3 cm dari perut bayi

kemudian uruut ke arah ibu dan jepit kembali 2 cm

dari klem pertama.

31) Ikat dan memotong tali pusat.

32) Letakkan bayi di atas dada ibu agar ada kotak kulit.

33) Selimuti ibu dan bayi untuk mencegah hipotermi

(Kemenkes,2013:39)
90

3. Penatalaksanaan kala III

Subyektif : ibu merasa mules-mules karena kontraksi

Obyektif : terdapat tanda pelepasan plasenta (semburan

darah, tali pusat semakin panjang, uterus

glumuler)

Analisa Dx : P...A... Kala III

Masalah: Ibu merasa mules

Penatalaksanaan :

34) Pindah klem pada tali pusat hingga bergerak 5-10

cm dari vulva.

35) Letakkan atu tangan di atas fundus untuk

mendeteksi his dan tangan lain menggerakkan tali

pusat.

36) Saat ada his, menegangkan tali pusat ke bawah

sedangkan tangan lain mendorong kebelakang atas

(dorso-kranial) secara hati-hati selama 30-40 detik =,

menhentikan penegangan bila tidak ada his dan

ulangi PTT saat ada his.

37) Setelah ada his, lepas plasenta tangan tetap dorso-

kranial dan tangan menegangkan tali pusat sambil


91

menarik perlahan sejajar lantai kemudian ke atas

mengikuti poros jalan lahir.

38) Saat plasenta terlihat di introitus vagina (lahrt ½

bagian) melahirkan dengan kedua tangan memutar

searah jarum jam sehingga selaput ketuban lahir

seluruhnya.

39) Lakukan masase uterus dengan gerakan melingkar

hingga uterus berkontraksi dengan baik (15 detik)

40) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke

ibu maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya

lengkap dan utuh.

41) Evaluasi laserasi jalan lahir, lakukan jahitan bila

menyebabkan perdarahan.

42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak

terjadi perdarahan.

(Kemenkes,2013: 47)

4. Penatalaksanaan kala IV

Subyektif : Anamnesa apa yang ibu rasakan, biasanya ibu

merasa lega.

Obyektif : Hasil pemeriksaan TTV normal, perdarahan dan

kontrakasi baik.
92

Analisa Dx : P...A... kala IV

Masalah: -

Penatalaksanaan :

43) Biarkan bayi kontak kulit dengan ibu selam 1 jam.

44) Setelah 1 jam, memberikan Vit K (1 mg) pada paha

kiri antara lateral secara IM, salep mata

profesilaksis, dan dilanjutkan pengukuran serta

penimbangan.

45) Setelah 1 jam pemberin Vit K, memberi imunisasi

Hepatitis B 0,5 ml di paha kanan an terolateral

secara IM.

46) Pastikan ulang kontraksi uterus dan tidak

perdarahan pervaginam.

47) Ajari ibu dan keluarga cara melakukan masase

uterus dan menilai kontraksi.

48) Evaluasi dan estiminasi jumlah kehilangan darah.

49) Periksa nadi dan kandung kemih.

50) Pastikan suhu dan pernafasan bayi.

51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam

larutan klorin 0,5% rendam selama 10 menit.

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi pada

tempatnya.
93

53) Bersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti baju

bersih.

54) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan

klorin 0,5%.

55) Pastikan ibu merasa nyaman memberikan makan

dan minum.

56) Celupkan sarung tangan korot ke dalam larutan

klorin 0,5%.

57) Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air

mengalir.

58) Lakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu,

respiratory reddan melengkapi partograf

(Kemenkes,2013:47)

2.3 Konsep Dasar Nifas

2.3.1 Konsep dasar Masa Nifas

2.3.1.1 Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan semula (sebelum hamil)

Pelayananan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan

kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan

sekurang-kurangnya 3 kali sesuai jadwal yang dianjurkan yaitu:


94

pada 6 jam sampai 3 hari pasca persalinan, pada hari ke 4

sampai hari ke 28 pasca persalinan dan pada hari ke 29 sampai

dengan hari ke 42 pasca persalinan. (Kemenkes RI,2015:114)

Pelayanan ibu nifas dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu: 6

jam – 3 hari setelah melahirkan, hari ke 4 – 28 hari setelah

melahirkan, hari ke 29 - 42 hari. (KIA,2015:17)

2.3.1.2 Tahapan Masa Nifas

1. Puerperium dini

Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan (6-8 jam)

2. Puerperium intermedial

Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital,

kira-kira antara 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan

mempunyai komplikasi. (Putri,2016:15)

2.3.1.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Sistem reproduksi

a. Uterus

1) Pengerutan rahim

Dalam masa nifas ibu mengalami perubahan pada

rahimnya.
95

Tabel 2.16 Perubahan Rahim

Waktu Perubahan Berat

Pada saat bayi TFU setinggi 1000 gram


lahir pusat
Pada saat akhir TFU 2 jari bawah
kala III pusat.
1 minggu post TFU pertengahan 500 gram
partum pusat simpisis
2 minggu post TFU teraba diatas 350 gram
partum simpisis
6 minggu post TFU tidak teraba. 50 gram
partum
(Sulistyawati,2014:74)

2) Lokhea

Lokhea merupakan kotoran yang keluar dari liang

senggama (vagina) dan terdiri dari jaringan mati dan

lendir berasal dari rahim dan liang senggama

(vagina) (Maryunani,2014:22). Adapun perubahan

lokhea pada ibu nifas:

Tabel 2.17 Perubahan Lokhea

Jenis Warna Waktu

Lokhea rubra Merah, berisi Hari ke 1–4


darah segar, post partum
jaringan sisa-sisa
plasenta, dinding
rahim, lemak
bayi, lanugo
(rambut bayi)
dan mekonium.
Lokhea Merah Hari ke 4-7
sanguinolenta kecoklatan dan post partum
berlendir.
Lokhea serosa Kuning Hari ke 7-14
kecoklatan post partum
karena
96

mengandung
serum, leukosit
dan robekan atau
laserasi plasenta.
Lokhea alba Putih, Minggu ke 2-
mengandung 6 post partum
leukosit, sel
desidua, sel
epitel, selaput
lendir servik dan
serabut jaringan
yang mati.
(Sulistyawati,2014:76)

3) Perubahan pada serviks

Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena

penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya

lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau

perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi

selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah

kembali ke keadaan seperti sebelum hamil. Muara

serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu

persalinan akan menutup secara perlahan dan

bertahap. Setelah bayi lahir tangan tangan dapat

masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya

dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post

partum, serviks sudah menutup kembali.

b. Vulva-vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan


97

bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu, vulva dan vagi na kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol. Pada masa nifas, biasanya

terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina

umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara

perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila

terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan selulitis

yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis.

c. Perineum

Segera setelah lahir perineum menjadi kendur karena

sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak

maju. Pada post partum hari ke-5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun

tetap lebih kendur dari pada sebelum hamil.

(Sulistyawati,2014:78)

2. Sistem pencernaan

a. Nafsu makan

Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan. Pemulihan

nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal


98

usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron

menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga

mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

b. Motilitas

Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus

cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi

lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa

memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke

keadaan normal.

c. Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal

ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum

persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,

dehidrasi, hemoroid maupun laserasi jalan lahir.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali

teratur, antara lain: Pemberian diet/makanan yang

mengandung serat, pemberian cairan yang cukup,

pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan,

pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir dan bila

usaha diatas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian

huknah atau obat lain. (Yanti,2014:59-60)


99

3. Sistem perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi

selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu ke-

empat setelah melahirkan. Dengan kata lain, ureter yang

berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaan sebelum

hamil dalam 4 sampai 10 minggu setelah melahirkan.

Buang air kecil sering sakit selama 24 jam pertama, hal

ini kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher

buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara

kepala janin dan tulang pubis selama kehamilan.

Saluran kencing/saluran kemih umumnya kembali

normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada:

keadaan/status sebelum persalinan, lamanya partus kala dua

dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat

persalinan. (Maryunani,2014:36-37)

4. Sistem muskuloskeletal/diatesis rectie abdominalis

a. Diastesis

Setiap wanita nifas memiliki derajat diatesis/konstitusi

(yakni keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan

tubuh bereaksi secara luar biasa terhadap rangsangan-

rangsangan luar tertentu, sehingga membuat orang itu

lebih peka terhadap penyakit-penyakit tertentu).

Kemudian demikian juga adanya recti/muskulus rektus


100

yang terpisah dari abdomen. Seberapa diatesis terpisah

ini tergantung dan beberapa faktor termasuk kondisi

umum dan tonus otot. Sebagian besar wanita melakukan

ambulasi (bisa berjalan) 4-8 jam post partum. Ambulasi

ini dianjurkan untuk menghindari komplikasi serta

meningkatkan involusi.motilitas (gerakan) dan tonus otot

gastrointestinal kembali ke keadaan ke keadaan sebelum

hamil dalam 2 minggu setelah melahirkan. Konstipasi

terjadi umumnya selama periode postpartum awal karena

penurunan tonus otot usus, rasa tidak nyaman pada

perineum dan kecemasan selain itu hemoroid lazim

terjadi pada periode post partum awal karena tekanan

pada dasar panggul dan mengejan selama persalinan.

b. Abdominis dan peritonium

Pasca persalinan dinding perut menjadi longgar,

disebabkan karena terenggang begitu lama dan akan

pulih dalam waktu 6 minggu.

5. Sistem endokrin

a. Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah

persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin)

menurun dengan cepat sampai 10% dalam 3 jam hingga


101

heri ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan

mamae pada hari ke-3 post partum.

b. Hormon pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada

wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam

waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase

konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah

hingga ovulasi terjadi.

c. Hypotalamik pytuitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga

dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi

pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar

estrogen dan progesteron.

d. Kadar estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen

yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga

sedang meningkat dapat memengaruhi kelenjar mamae

dalam menghasilkan ASI.

6. Perubahan tanda vital

a. Suhu badan

Suhu tubuh inpartu tidak lebih dari 37,2℃. Pasca

melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5℃

dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat


102

dari kerja keras sewaktu melahirkan, kelahiran cairan

maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post

partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan

ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara

membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada

endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem

lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38℃, wapada

terhadap infeksi post partum.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per

menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi

bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang

melebihi 100 kali per menit, harus waspada

kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

c. Tekanan darah

Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-

120 mmHg dan sistolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan

pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak

berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah

pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan.

Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum

merupakan tanda terjadinya pre-eklamsia post partum.


103

d. Pernapasan

Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah

16-24 x/menit. Pada ibu post partum umumnya

pernapasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu

dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga

mengikutinya, kecuali jika ada gangguan khusus pada

saluran nafas. Bila pernapasan pada masa post partum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

7. Sistem kardiovaskuler

Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 200-

500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran

dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volum darah dan

kadar Hmt (hematokrit).

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.

Volum darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan

menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan

decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio.

Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi

dengan tumbuhnya hemokonsentrasi sehingga volum darah

kembali seperti sedia kala. Umumnya, ini terjadi pada 3-5

hari post partum. (Sulistyawati,2014:82)


104

8. Sistem hematologi

Jumlah Hb, Hmt dan erytosit sangat bervariasi pada

saat awal-awal masa post partum sebagai akibat dari volume

darah, plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-

ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh gizi dan

hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan post partum,

terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan

volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-

3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal

dalam 4-5 minggu post partum. (Sulistyawati,2014:83)

Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara

pada vena-vena mana pun di pelvis yang mengalami dilatasi

sehingga biasanya terjadi pembengkakan yang menyebabkan

rasa nyeri. Pembengkakan tersebut dinamakan

trombofeblitis femoralis. Pemeriksaan tanda homan

bertujuan untuk melihat ada tidaknya trombosis yang

mengancam di ekstremitas inferior. Untuk memeriksa tanda

homan, klien berbaring dalam posisi supine. Tungkai

diangkat dan kaki dalam keadaan dorsofleksi. Kemudian

psien ditanya nyeri atau tidak pada betisnya. Nyeri yang

terasa menandakan tanda homan positif yang berarti terdapat

trombosis vena profundus (Pitriani,2014:150)


105

2.3.1.4 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

1. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang

berlangsung dari hari ke-1 sampai hari ke-2 setelah

melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga

cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan

yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan,

kurang tidur dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan

pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik

dan asupan nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami

oleh ibu adalah:

a. Kekecewaan pada bayinya.

b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang

dialami.

c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

(Yanti,2014:72)

2. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan

rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan

ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang

perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan


106

dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang

perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain:

mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang

benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan

kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

(Yanti,2014:72)

3. Fase Taking Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab

akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah

melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan

perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan

peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan

dirinya dan bayinya. Hal-hal yang harus dipenuhi selama

nifas adalah sebagai berikut:

Fisik : isirahat, asupan gizi dan lingkungan

gizi.

Psikologi : dukungan dari keluarga sangat

diperlukan.

Sosial : perhatian, rasa kasih sayang,

menghibur ibu saat sedih dan

menemani saat ibu merasa kesepian.


107

(Yanti,2014:72-73)

2.3.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

1. Nutrisi

a. Kalori

Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500

kalori. Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per

hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi kebutuhan

kalori, karena akan mengganggu proses metabolisme

tubuh dan menyebabkan ASI rusak.

b. Protein

Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi

perhari. Satu protein setara dengan 3 gelas susu, dua

butir terlur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas

yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240

gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.

c. Kalsium dan Vitamin D

Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan

tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan vitamin D

didapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di

pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa menyusui

meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan

50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan
108

salmon, 120 gram ikan sarden atau 280 gram tahu

kalsium.

d. Magnesium

Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu

gerak otot, fungsi saraf dan memperkuat tulang.

Kebutuhan magnesium didapat pada gandum dan

kacang-kacangan.

e. Sayuran hijau dan buah

Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya 3 porsi sehari.

Satu porsi setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾

cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau

yang telah dimasak, satu tomat.

f. Karbohidrat komplek

Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks

diperlukan enam porsi per hari. Satu porsi setara

dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu

porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½

kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau

crackers, ½ cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir

kacang koro atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.

g. Lemak

Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 4 ½ porsi

lemak (14 gram per porsi) per harinya. Satu porsi lemak
109

sama dengan 80 gram keju, 3 sendok makan kacang

tanah atau kenari, 4 sendok makan krem, secangkir es

krim, ½ buah alpukat, 2 sendok makan selai kacang,

120-140 gram daging tanpa lemak, 9 kentang goreng,

dua iris cake, satu sendok makan mayones atau

mentega dan 2 sendok makan saus salad.

h. Garam

Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebih,

hindari makan asin (kacang asin, keripik kentang atau

acar).

i. Cairan

Konsumsi cairan 8 gelas/hari. Minum sedikitnya 3 liter

tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air

putih, sari buah, susu dan sup.

j. Vitamin

Vitamin yang diperlukan ibu, meliputi:

1) Vitamin A berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar

serta mata. Vitamin A terdapat pada telur, hati dan

keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300 mcg.

2) Bitamin B6 membantu penyerapan protein dan

meningkatkan fungsi syaraf. Asupan vitamin B6

sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat


110

ditemui pada daging, hati, padi-padian, kacang

polong dan kentang.

3) Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan,

meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.

Terdapat pada makanan berserat, kacang-kacangan,

minyak nabati dan gandum.

k. Zinc (seng)

Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka

dan pertumbuhan. Kebutuhan zinc didapat dalam

daging, telur dan gandum. Enzim dalam pencernaan

dan metabolisme memerlukan seng. Kebutuhan seng

setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada

seafood, hati dan daging.

l. DHA

DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan

mental bayi. Asupan DHA berpengaruh langsung pada

kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur,

otak, hati dan ikan. (Yanti,2014:80-82)

2. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijakan untuk sekelas

mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya

dan membimbingnya untuk berjalan. Menurut penelitian,

ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak


111

menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak

mempengaruhi penyembuhan luka episiotomy, dan tidak

memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps uteri atau

retrofleksi. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien

dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan

keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Adapun

keuntungan ambulasi dini antara lain:

a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat.

b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan

kepada ibu mengenai cara merawat bayinya.

d. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (lebih

ekonomis).

Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan gerakan

dan jalan-jalan ringan sambil bidan melakukan observasi

perkembangan pasien dari jam demi jam sampai hitungan

hari. Kegiatan ini dilakukan secara meningkat secara

berangsur-angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya

sampai pasien dapat melakukan sendiri tanpa

pendampingan sehingga tujuan memandirikan pasien dapat

terpenuhi. (Sulistyawati,2014:100-101)
112

3. Eliminasi

Selama masa nifas ibu akan mengalami perubahan

pada pola eliminasinya yang meliputi:

Tabel 2.18 Pola Eliminasi Masa Nifas

Buang Air Kecil (BAK) Buang Air Besar (BAB)

a. Dalam 6 jam ibu nifas a. BAB biasanya tertunda


harus sudah BAK selama 2-3 hari, karena
spontan, akan tetapi edema persalinan, diet
ibu nifas berkemih cairan, obat-obatan
spontan dalam waktu analgetik dan perineum
8 jam. yang sangat sakit.
b. Urin dalam jumlah b. Bila lebih dari 3 hari
banyak akan belum BAB bisa
diproduksi dalam diberikan obat laksantia.
waktu 12-36 jam c. Ambulasi secara dini
setelah melahirkan. dan teratur, asupan
c. Ureter yang berdilatasi cairan yang adekuat dan
akan kembali normal diit tinggi serat sangat
dalam waktu 6 dianjurkan untuk
minggu. regulasi BAB.

(Suherni,2015:117)

4. Personal Hygiene

Pada masa post partum ibu sangat rentan terhadap

infeksi, oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk

mencegah terjadinya infeksi. Adapun langkah-langkah yang

dapat ibu lakukan untuk menjaga kebersihan diri:

a. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh

terutama perineum.

b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah

kelamin dengan sabun dan air:


113

c. Sarankan ibu mengganti pembalut setidaknya 2 kali

sehari.

d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan

air sebelum dan sesudah membersihkan kelaminnya.

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi,

sarankan pada ibu untuk menghindari menyentuh

daerah luka. (Maryunani,2015:63)

5. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat sekitar 8 jam pada

malam hari dan 1 jam pada siang hari. Adapun akibat

kekurangan istirahat bagi ibu : menyebabkan jumlah ASI

berkurang, memperlambat involusio uteri, menyebabkan

depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi. Hal-hal

yang dapat ibu lakukan dalam memenuhi kebutuhan

istirahatnya:

a. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.

b. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga

secara perlahan.

c. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.

(Yanti,2014:84)

6. Aktivitas Seksual dan Keluarga Berencana

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa

nifas harus memenuhi syarat:


114

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan

satu-dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka

ibu aman untuk memulai melakukan hubungan seksual.

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda

hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,

misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan

yang bersangkutan.

Pada masa ini penting sekali ibu mendapatkan

informasi mengenai pilihan keluarga berencana yang akan

dipilihnya dan penting juga pengajaran kehamilan untuk

kesehatan ibu.(Maryunani,2015:65)

7. Senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,

sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin

dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan

tidak ada penyulit post partum.

Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas,

sebaiknya bidan mendiskusikan terlebih dahulu dengan

pasien mengenai pentingnya otot perut dan panggul untuk

kembali normal. Dengan kembalinya otot perut dan

panggul, akan mengurangi keluhan sakit punggung yang


115

biasanya dialami oleh ibu nifas. Adapun tanda bahaya pada

masa nifas meliputi:

Tabel 2.19 Tanda Bahaya Nifas

Parameter Penemuan Normal Penemuan


Abnormal
Kesehatan Letih Terlalu letih, lemah
umum
Tanda-tanda a. <140/90; mungkin a. TD > 140/90
Vital bisa naik dari b. Suhu > 38 °C
tingkat di saat pra c. Denyut : >100
persalinan 1-3 hari
pasca salin.
b. Suhu tubuh <38°C
c. Denyut : 60-100
Fundus a. Kuat,berkontraksi a. Lembek
baik b. Diatas
b. Tidak berada di ketinggian
atas ketinggian fundus saat
masa pasca
salin
Lochea a. Merah kehitaman a. Merah terang
(lochea rubra) b. Bau busuk
b. Bau biasa c. Mengeluarkan
c. Tidak ada d. Gumpalan
gumpalan darah darah
atau butir-butir e. Perdarahan
darah beku berat
(ukuran jeruk (memerlukan
kecil) penggantian
d. Jumlah perdarahan pembalut
yang ringan atau setiap 0-2 jam)
sedikit (hanya
perlu mengganti
pembalut setiap 2-
4 jam)
Kantung Bisa buang air Tidak bisa buang
kemih air
116

2.3.2 Konsep Asuhan Nifas

2.3.2.1 Pengkajian data subjektif

1. Biodata

Umur : menurut KSPR usia ideal antara >16 tahun

sampai ≤35 tahun.

Agama : Berhubungan dengan perawatan perawatan

penderita yang berkaitan dengan ketentuan

agama yang dipercaya ibu atau kebiasaan

klien.

Suku : Berkaitan dengan kondisi sosial budaya ibu

yang mempengaruhi perilaku kesehatan ibu.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektualnya,

tingkat pendidikan mempengaruhi sikap

perilaku kesehatan seseorang.

Pekerjaan : Mengetahui kemungkinan pengaruh

pekerjaan terhadap apakah pekerjaan itu

mengganggu atau tidak seperti bekerja di

pabrik rokok, percetakan serta mengukur

tingkat ekonomi pasien yang berpengaruh

terhadap gizi pasien.


117

2. Keluhan Utama

Ibu mengeluh perut terasa mules, nyeri pada luka

jahitan, kurang tidur dan kelelahan, Khawatir tidak bisa

merawat bayi. (Yanti,2014:72)

3. Riwayat Persalinan Sekarang

a. Bayi

Hari/tanggal,jam : Untuk mengetahui usia bayi

lahir

Jenis persalinan : Spontan

Lama persalinan : 13-14 jam primigravida

6-7 jam multigravida

(Lailly,2015:13)

Penyulit : Tidak ada

BB/PB : 2.500-4000 gram/48-52 cm.

(Dewi,2014:2)

APGAR skor : Normalnya 7-10 (Dewi,2014:3)

Anus : Berlubang (Saputra,2014:81)

b. Plasenta

Hari/tanggal, : Untuk mengetahui riwayat/ adanya

jam komplikasi kala III ( kala III


118

memanjang ).

Jenis : Spontan / manual plasenta

Lengkap : Ya/ tidak ( apabila tidak bisa

menyeybabkan perdarahan ).

Penyulit : Ada/tidak (bertujuan untuk

mengetahui komplikasi yang

terjadi, seperti retensio plasenta)

c. Laserasi

Grade : 1-2 merupakan wewenang bidan

(Lalily,2015:69)

Tempat laserasi : Derajat 1 dan 2 (Laily,2015:69)

Penjahitan : Derajat 1

dengan anestesi Tidak perlu dijahit jika tidak ada

perdarahan dan aposisi luka.

Derajat 2

Memerlukan penjahitan dengan

anestesi. (Laily,2015:69)

-
119

4. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan Sekarang, dahulu, dan keluarga yang

berpengaruh pada kondisi saat ibu nifas dan perlu dikaji

adalah apakah ibu menderita penyakit menular (Hepatitis B,

HIV/AIDS ,TBC akan menular ke bayinya ), menurun

(Diabetus militus, Hipertensi) dan sistemik(Ginjal, Jantung)

5. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi

Ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika

menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna

untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan

dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI

itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi ( Dewi, 2014: 71

).

b. Eliminasi

Ibu setelah melahirkan harus sudah BAK 6 jam

postpartum. BAB setelah hari kedua/ketiga postpartum.

(Mushtar,2014:140)

c. Aktivitas

Data ini untuk memberikan gambaran kepada bidan

tentang seberapa berat aktivitas yang bisa dilakukan

pasien dirumah jika kegiatan pasien terlalu berat sampai


120

dikhawatirkan dapat menimbulkan kesulitan post

partum, aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan

perdarahan post patum Reeder, 2017: 54 )

d. Istirahat

Ibu setelah melahirkan berada di tempat tidur

melakukan mobilisasi dini dengan miring kanan dan

miring kiri.

6. Riwayat Psikososial dan Budaya

a. Psikologis

Biasanya ibu nifas cenderung cemas dengan keadaan

tubuhnya yang mulai berubah dan merasa cemas

apakah dirinya bisa merawat bayinya.

b. Sosial

Mengetahui hubungan ibu dan suami serta keluarga dan

juga peran serta suami dan keluarga dalam merawat

bayi-nya.

c. Budaya

Mengetahui kebiasaan dan tradisi yang dilakukan ibu

dan keluarga berhubungan dengan kepercayaan,

kebiasaan berobat dan semua yang berhubungan

dengan kondisi kesehatan ibu.


121

2.3.2.2 Pengkajian data objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran : compos mentis

b. Tanda-tanda vital

TD : Sistolik antara 90-120 mmHg dan

diastolik 60-80 mmHg.

Nadi : Pasca melahirkan, denyut nadi dapat

menjadi bradikardi maupun lebih cepat (<

100 kali per menit).

Suhu : Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik

kurang lebih 0,5℃ dari keadaan normal.

(36,5 – 37,5 ℃,

RR : 16-24 /menit. (Yanti,2014:67-68)

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tidak pucat, cloasma gravidarum

tidak ada, edema wajah tidak ada

Mata : Simetris, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterus,

palpebra tidak edema.


122

Mulut/gigi/lidah : Simetris, bibir tidak kering, tidak

terdapat stomatitis, gigi bersih

tidak ada karies.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid, tidak ada bendungan vena

jugularis dan tidak ada

pembesaran kelenjar limfe.

Dada : Dada simetris, puting susu

menonjol, hiperpigmentasi aerola

mamae, payudara membesar

simetris, kolostrum keluar.

Abdomen : Kontraksi baik, TFU 2 jari

dibawah pusat, diastaksis recti 2

cm.

Genetalia : Jika terdapat luka jahitakan

episiotomi, maka perhatikan

beberapa hal :

a) Redus (kemerahan/tidak)

b) Oodem (bengkak/tidak)

c) Ekimosis (kebiruan/tidak)

d) Discharge (keluarnya lochea)


123

e) Aprosimasi (jahitan

ada/tidak, regang/menyatu)

Anus : Tidak ada hemoroid

Ekstremitas : Ekstremitas atas/bawah simetris,

tidak ada oedem, tidak ada

varises, homan sign negatif

(Sulistyawati,2014;190)

2.3.2.3 Analisa

Diagnosa : P... A... post partum 6 jam – hari ke 3

Masalah : Bendungan Asi, Cemas, Nyeri luka jahitan,

dan Ketidaknyamanan untuk BAB/ BAK

2.3.2.4 Penatalaksanaan

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga TD

: tekanan darah normalnya sistolik antara 110 smpai 130

mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg, N :

denyut nadi nrml 60-100x /menit, RR : normalnya 16-24 x /

menit, S : normalnya 36,5 – 37,5 °C, ibu dan keluarga

mengerti

Rasional: Ibu dan keluarga lebih kooperatif sehingga

perawatan BBL teratasi


124

2. Jelaskan tanda bahaya ibu nifas

Rasional: Mengantisipasi terjadinya tanda bahaya ibu nifas

3. Ajarkan ibu perawatan tali pusat

Rasional : Mencegah infeksi tali pusat pada bayi.

4. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI setiap 2 jam pada

masa bayi atau setiap bayi menangis

Rasional: memenuhi nutrisi bayi bayi

5. Pastikan involusi uterus baik

Rasional: Mencegah terjadinya perdarahan

6. Anjurkan ibu mobilisasi dini

Rasional: mencegah perdarahan dan merelaksasikan otot.

7. Ajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir, ibu mengerti

8. Jaga bayi dalam keadaan hangat

Rasional: Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi

9. Diskusikan kunjungan ulang, kunjungan akan dilakukan 4

hari setelah persalinan

Rasional: memantau keadaan ibu

Catatan perkembangan:

S : a. Keluhan utama
Putting susu lecet, bendungan ASI, nyeri pada
luka jahitan, bayi sudah bisa netek.
b. Pola kehidupan sehari-hari
Nutrisi : Ibu cepat lapar
Eliminasi : Sudah bisa BAB, BAK
lancar
125

Aktifitas : Melakukan senam nifas


Istirahat : Malam 8 jam, siang 1 jam
Personal Hygiene : Mandi 2x, ganti
celana dalam setiap kali basah pembalut setiap
kali penuh.
c. Riwayat nifas
Ibu tidak demam, involusi baik, lochea rubra,
perdarahan ±50 cc, ASI lancar, bayi udah bisa
O : netek
d. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV
Nadi : 60-90 kali/menit
RR : 16-24 kali/menit
Suhu : 36,5-37,50C
TD : 110/70 mmHg – 130/90 mmHg
e. Pemeriksaan Fisik
Muka : Simetris, tidak sembab, tidak
odem
Mata : Simetris, konjungtiva berwarna
merah muda +/+, sklera
berwarna putih +/+,kelopak
mata tidak bengkak +/+
Mulut :
Bibir lembab, bersih, ada/ tidak
Leher : ada karies gigi
Tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada bendungan
vena jugularis, dan tidak ada
Dada :
pembengkakan kelenjar limfe
Bentuk simetris, jantung normal
Payudara : S1 dan S2, paru-paru normal,
sonor
Normal, bentuk simetris,
hiperpigmentasi areola, puting
Abdome : susu bersih dan menonjol, ASI
n keluar, tidak ada nyeri tekan
dan benjolan
Kontraksi baik, tinggi fundus
uteri pertengahan pusat dan
symphisis
Genetali : Bersih, lochea sanguilenta,
a perenium odem, haematoma,
126

adanya bekas luka hating atau


: laserasi.Ada/tidak
Anus : Tidak ada hemoroid
Ekstrimit (atas dan bawah) : simetris,
as tidak ada oedem, tidak ada
varises, dan refleks patella +/+

A : P... A... pospartum hari ke-4 hari


P :

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, ibu

dan keluarga mengerti

Rasional: ibu mendapat informasi dan koopertif

2. Lakukan evaluasi terhadap keluhan keluhan masalah

yang ditemukan pada kunjungan awal

Rasional: mengevaluasi keadaan keadaan kesehatan ibu

3. Anamnesis keadaan ibu saat ini

Rasional: mengetahui kondisi kesehatan ibu

Lakukan penatalaksaan:

a. Pastikan involusi uterus berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Nilai adanya tanda demam, infeksi, atau kelainan

pasca melahirkan, tidak ada tanda-tanda demam,

infeksi atau kelainan

c. Pastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan

dan istirahat, ibu mengtakan banyak makan , minum

dan istirahat cukup


127

d. Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

kesulitan, ibu mengatakan tidak ada kendala dalam

menyusui bayinya.

Rasional: deteksi dini terhadap penyulit masa nifas

4. Ingatkan kembali pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari, ibu mengerti

Rasional: ibu mendapatkan informasi perawatan bayi

baru lahir

5. Diskusikan kunjungan ulang dengan ibu dan keluarga,

kunjungan akan dilakukan pada hari ke-29 setelah

persalinan

Rasional: ibu dan keluarga rajin untuk mengontrol

kesehatan ibu dan bayi nya ke tenaga kesehatan

Catatan perkembangan
S : a. Keluhan utama
Tidak ada keluhan
b. Riwayat nifas
Tidak ada involusi, lochea serosa, ASI lancar.
O : c. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV
Nadi : 60-90 kali/menit
RR : 16-24 kali/menit
Suhu: 36,5-37,50C
TD : 110/70 mmHg – 130/90 mmHg
d. Pemeriksaan fisik
Muka : Simetris, tidak sembab,
Mata : tidak odem
Simetris, konjungtiva
berwarna merah muda +/+,
sklera berwarna putih
128

Mulut : +/+,kelopak mata tidak


bengkak +/+
Leher :
Bibir lembab, bersih, ada/
tidak ada karies gigi
Tidak ada pembesaran
Dada :
kelenjar tyroid, tidak ada
bendungan vena jugularis,
Payudara :
dan tidak ada
pembengkakan kelenjar
limfe
Abdomen : Bentuk simetris, jantung
normal S1 dan S2, paru-
Genetalia : paru normal, sonor

: Normal, bentuk simetris,


Anus : hiperpigmentasi areola,
Ekstrimitas puting susu bersih dan
menonjol, ASI keluar,
tidak ada nyeri tekan dan
benjolan
Tidak ada nyeri tekan,
tinggi fundusuteri tidak
teraba
Bersih, lochea alba,
adanya bekas luka hating
atau laserasi
Tidak ada hemoroid
(atas dan bawah) :
simetris, tidak ada oedem,
tidak ada varises, dan
refleks patella +/+

A : P...A... post partum hari ke 29-42

P :

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, ibu

dan keluarga mengerti

Rasional: ibu mendapat informasi dan koopertif


129

2. Berikan konseling KB secara dini

Rasional: ibu mendapatkan informasi tentang KB

3. Lakukan evaluasi terhadap keluhan keluhan masalah

yang ditemukan pada kunjungan awal

Rasional: mengevaluasi keadaan keadaan kesehatan

ibu

4. Anamnesis keadaan ibu saat ini

Rasional: mengetahui kondisi kesehatan ibu

5. Tanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama

masa nifas

Rasional: langkah awal untuk melakukan tindakan

lebih lanjut.

2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.4.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.4.1.1 Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada

usia kehamilan genap 37-41 minggu, dengan presentasi

belakang kepala atau letak sungsang yang melewati vagina

tanpa memakai alat. Neonatus adalah bayi baru lahir yang

menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan

di luar uterus (Marie tando,2016)


130

Bayi baru lahir normal tersebut, dapat ditarik sebuah

pemahaman bahwa bayi baru lahir adalah bayi yang lahir

dengan berat antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir

langsung menagis dan tidak ada kelainan congenital (cacat

bawaan) yang berat (Putra,2014:190-191)

2.4.1.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

Adapun ciri-ciri bayi baru lahir:

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu.

2. Berat badan 2500-4000 gram.

3. Panjang badan 48-52 cm.

4. Lingkar dada 30-38.

5. Lingkar kepala 33-35 cm.

6. Lingkar lengan 11-12 cm.

7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

8. Pernafasan ±40-60 x/menit.

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

yang cukup.

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya

telah sempurna.

11. Kuku agak panjang dan lemas.

12. Nilai APGAR >7.

13. Gerak aktif.

14. Bayi lahir langsung menagis kuat.


131

15. Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan

taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan

baik.

16. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan

baik.

17. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah

terbentuk dengan baik.

18. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.

19. Genetalia laki-laki, testis berada pada skrotum dan penis

yang berlubang.

20. Genetalia pada perempuan, vagina dan uretra yang

berlubang serta adanya labia minora dan mayora.

21. Eliminasi yang baik ditandai dengan keluarnya mekonium

dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan

(Marie tando,2016)

Tabel 2.20 APGAR SCORE

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2

Apearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh


(warna muda, kemerah-
kulit) ekstremitas merahan.
biru.

Pulse Tidak ada Kurang dari Lebih dari


(denyut 100 100.
jantung)

Grimace Tidak ada Sedikit Batuk/bersin.


(reaksi gerakan
terhadap mimik.
132

rangsangan)

Activity Lumpuh Sedikit fleksi Gerakan aktif.


(tonus otot) pada
ekstremitas.

Respiration Tidak ada Lemah atau Tangisan


(pernapasan) tidak teratur. yang baik.

Apabila nilai APGAR

7-10 : Bayi dalam keadaan normal.

4-6 : Bayi mengalami asfiksia sedang.

0-3 : Bayi mengalami asfiksia berat.

(Saputra,2014:75)

2.4.1.3 Penilian Balard Score

Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L

Ballard, MD untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir

melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian

neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil,

sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian

fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar,

payudara, mata/telinga, dan genitalia

1. Penilaian maturitas neuromuskular

a. Postur

Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang

dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang


133

pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang,

dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas

dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal

ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar

kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi

memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.

Gambar 2.8 Postur Tubuh

b. Square Window

Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan

terhadap peregangan ekstensor memberikan hasil sudut

fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan

jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat

dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara

telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm

hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °,

60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °.
134

Gambar 2.9 Square Window

c. Arm Recoil

Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot

biseps dengan mengukur sudut mundur singkat setelah

sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan

dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua

tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh

mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan

dan lepaskan. Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan.

Skor 0: tangan tetap terentang/gerakan acak, Skor 1:

fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi parsial 110-140 °,

Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke

fleksi penuh.
135

Gambar 2.10 Arm Recoil

d. Popliteal Angle

Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif

sendi lutut dengan menguji resistensi ekstremitas bawah

terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan

tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi

dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam

posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan

lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi

paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan

tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat

mengganggu interpretasi.
136

Gambar 2.11 Popliteal Angle

Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti

terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha

dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa

pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti

menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi

kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu

manuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena

bayi mengalami kelelahan fleksor. Berkepanjangan

intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah

terjadi

e. Scarf Sign

Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang

bahu. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa

mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan

mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan

satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa
137

diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat

melewati badan, namun kedua bahu harus tetap

menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan

amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan

angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher

(-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris

puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral

(3); dan garis aksila ipsilateral (4)

Gambar 2.12 Scarf Sign

f. Heel to Ear

Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada

gelang panggul dengan memberikan fleksi pasif atau

tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.

Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi

dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin

dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul

pada permukaan meja periksa dan amati jarak antara

kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut (bandingkan


138

dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat

lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil

dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau

dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2);

daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4)

Gambar 2.13 Heel to Ear

2. Penilaian maturitas fisik

a. Kulit

Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan

struktur intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara

bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa.

Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi

keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam

selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi

dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing

janin tergantung pada kondisi ibu dan lingkungan

intrauterin.
139

Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan

stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket

ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya

kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan

pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir

kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin

dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban.

Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit,

menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi,

sepeti sebuah perkamen.

b. Lanugo

Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh

fetus. Pada extreme prematurity kulit janin sedikit sekali

terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi

24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak,

terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki

minggu ke 28.

Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung

bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas

sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling

luas terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi

matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi

jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia


140

gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan

hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai

contoh bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo

yang sangat banyak. Pada melakukan skoring pemeriksa

hendaknya menilai pada daerah yang mewakili jumlah

relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari

punggung bayi

Gambar 2.14 Lanugo

c. Permukaan Plantar

Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian

anterior ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika

di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih

mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir.

Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat

percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya

garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun

demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard

tidak didasarkan atas ras atau etnis tertentu.


141

Gambar 2.15 Permukaan Plantar

Bayi very premature dan extremely immature tidak

mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu

menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan

plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga

tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2,

untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1. Hasil

pemeriksaan disesuaikan dengan skor di tabel

d. Payudara

Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang

tumbuh akibat stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak

yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa

menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-

bintik akibat pertumbuhan papila Montgomery. Kemudian

dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan

ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam

milimeter.
142

Gambar 2.16 Areola Mamae Neonatus

e. Mata/Telinga

Daun telinga pada fetus mengalami penambahan

kartilago seiring perkembangannya menuju matur.

Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan

kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah

wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati

kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke

posisi semulanya. Pada bayi prematur daun telinga biasanya

akan tetap terlipat ketika dilepaskan.

Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan

berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha

membuka dan memisahkan palpebra superior dan inferior

dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi

extremely premature palpebara akan menempel erat satu

sama lain. Dengan bertambahnya maturitas palpebra

kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan

meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.


143

Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan

dengan skor dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak

terdapat variasi kematangan palpebra pada individu dengan

usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor

seperti stres intrauterin dan faktor humoral yang

mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.

Gambar 2.23 Pemeriksaan Telinga dan Mata pada

Neonatus

f. Genital (Pria)

Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke

dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi.

Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar

minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di

canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33

hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum

menjadi lebih tebal dan membentuk rugae. Testis dikatakan

telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona

berugae. Pada nenonatus extremely premature scrotum datar,

lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya.


144

Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur,

scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh

kasur ketika berbaring. Pada cryptorchidismus scrotum pada

sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang

lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai

dengan usia kehamilan yang sama.

Gambar 2.18 Pemeriksaan Skrotum Neonatus

g. Genital (perempuan)

Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka

neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul

abduksi kurang lebih 45° dari garis horisontal. Abduksi yang

berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris

tampak lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkan

keduanya tertutupi oleh labia majora . Pada neonatus

extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol

dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya

maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan

labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia


145

kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan

cenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar.

Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya

bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan

dapat menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal

gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia

majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan

matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris

cenderung lebih menonjol. (Maryati,2014:1-17)

Gambar 2.19 Pemeriksaan Genetalia (Perempuan)

2.4.1.4 Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

1. Pernafasan - sulit (> 60 x/menit)

2. Kehangatan - terlalu panas >38℃ atau terlalu dingin <36℃

3. Warna – kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru,

pucat atau memar.

4. Pemberian makan – hisapan lemah, mengantuk berlebihan

dan banyak muntah.

5. Tali pusat – merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan

berdarah.
146

6. Infeksi – suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan

(nanah), bau busuk, pernafasan sulit.

7. Tinja/kemih – tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,

sering BAB, warna hijau tua, ada lendir atau darah pada

tinja.

8. Aktivitas – menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah

tersinggung, lemas terlalu mengantuk, lunglai, kejang,

kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus

(Prawirohardjo,2014:36)

2.4.1.5 Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal

Secara umum tujuan atau aspek penting dari asuhan bayi

baru lahir normal adalah:

1. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antar kulit

ibu dengan kulit bayi.

2. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit

ibunya dengan segera.

3. Menjaga pernapasan.

4. Merawat mata.

Itulah empat aspek penting yang harus diperhatikan dalam

asuhan bayi baru lahir normal (Putra,2014:195)


147

2.4.1.6 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Bayi yang lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang

semula bersifat bergantung kemudian menjadi mandiri secara

fisiologis karena: mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi

pernafasannya yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk

mempertahankan kadar gula darah yang cukup, dapat mengatur

suhu tubuh, dapat melawan setiap penyakit dan infeksi.

Sebelum diatur oleh tubuh bayi itu sendiri, fungsi tersebut

dilakukan oleh plasenta yang kemudian masuk ke periode

transisi. Periode transisi terjadi segera setelah lahir dan dapat

berlangsung hingga 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling

cepat adalah sistem pernafasan dan sirkulasi sistem

termoregulasi dan sistem metabolisme glukosa.

1. Sistem pernafasan

Seiring waktu pada usia 8 bulan bronkiolus dan alveolus

akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin

memperlihatkan adanya bukti gerakan nafas sepanjang

trimester I dan III. Ketidakmatangan paru akan mengurangi

peluang kelangsungan hidup bayi yang lahir sebelum usia

kehamilan 24 minggu karena keterbatasan permukaan

alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru dan tidak

cukupnya jumlah surfaktan.


148

Nafas yang pertama dipengaruhi oleh 2 faktor yang

berperan pada rangsangan napas bayi:

a. Hipoksia yang berperan pada rangsangan fisik

lingkungan luar rahim yang merangsang pusat

pernapasan di otak.

b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena

kompresi paru selama persalinan yang merangsang

masuknya udara kedalam paru secara mekanis.

Upaya bernapas pertama seorang bayi adalah untuk

mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan

jaringan alveolus paru. Agar alveolus dapat berfungsi, harus

terdapat cukup surfaktan dan aliran darah ke paru. Produksi

surfaktan dimulai pada usia 20 minggu kehamilan dan

jumlahnya akan meningkat sampai paru matang sekitar 30-40

minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan

permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding

alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

Upaya napas akan mengeluarkan cairan dalam paru dan

mengembangkan jaringan alveolus paru untuk pertama kali

(surfaktan dan aliran darah ke paru). Pernapasan normal

memiliki fekuensi rata-rata 40 x/menit, interval frekuensi 30-

60 x/menit. Jenis pernapasan adalah pernapasan diafragma,

abdomen dan pernapasan hidung.


149

2. Sistem peredaran darah

Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar

pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan

paru. Peningkatan aliran darah paru akan mendorong

peningkatan sirkulasi limfe dan merangsang perubahan

sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

Tabel 2.21 Perubahan Sirkulasi Darah Janin Ketika Lahir

Struktur Sebelum lahir Setelah lahir

Vena Membawa darah Menutup menjadi


umbilikalis arteri ke hati dan ligamentum teres
jantung. hepatis.

Arteri Membawa darah Menutup, menjadi


umbilikalis arterivenosa ke ligamentum vesikale
plasenta. pada dinding
abdominal anterior.

Duktus Pintas darah arteri Menutup, menjadi


venosus kedalam vena kava ligamentum venosum.
inferior.

Duktus Pintas darah arteri dan Menutup menjadi


arteriosus sebagian darah vena ligamentum
dari arteri pulmonalis arteriosum.
ke aorta.

Foramen Menghubungkan Biasanya menutup,


ovale antrium kanan dan kadang-kadang
kiri. terbuka.

Paru-paru Tidak mengandung Berisi udara dan


udara dan sangat disuplai darah dengan
sedikit mengandung baik.
darah, berisi cairan.

Arteri Membawa sedikit Membawa banyaknya


pulmonalis darah ke paru. darah keparu.

Aorta Menerima darah dari Menerima darah


hanya dari ventrikel
150

kedua ventrikel. kiri.

Vena kava Membawa darah vena Membawa darah


inferior dari tubuh dan darah hanya ke antrium
arteri dari plasenta. kanan.
(Saputra,2014:29)

3. Sistem metabolisme dan pengaturan suhu

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan

bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya:

a. Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya

yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh :

menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi

saat tangan dingin dan menggunakan stetoskop untuk

pemeriksaan BBL.

b. Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang

sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung

pada kecepatan dan suhu udara). Contoh :

membiarkan/menempatkan BBL dekat jendela atau

membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.

c. Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2

objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh :


151

membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan

pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam

keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan

dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).

d. Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung

pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan

panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap).

Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang

dipakai, tingkat kelembapan udara dan aliran udara yang

melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar

25℃, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,

radiasi dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB.

Sedangkan yang dibentuk hanya seper sepuluhnya saja.

Adapun hal-hal yang dapat mencegah terjadinya

kehilangan panas pada bayi :

(1) Keringkan bayi secara seksama.

(2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang

kering dan hangat.

(3) Tutup bagian kepala bayi.

(4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

(5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi

baru lahir.
152

(6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

(Dewi,2014:13-14)

4. Sistem gastrointestinal

Kebutuhan nutrisi dan kalori janin terpenuhi langsung

dari ibu melalui plasenta, sehingga gerakan ususnya tidak

aktif dan tidak memerlukan enzim pencernaan serta

kolonisasi bakteri di usus negatif. Setelah lahir gerakan usus

mulai aktif, sehingga memerlukan enzim pencernaan dan

kolonisasi bakteri di usus positif. Syarat pemberian minum

adalah sirkulasi baik, tidak ada muntah dan sesak nafas

Reflek gumoh dan batuk sudah terbentuk baik saat lahir.

Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna makanan

selain susu masih terbatas. Hubungan antara esofagus dan

lambung masih belum sempurna (gumoh) dan kapasitas

lambung masih terbatas (30 cc).

Pada dua sampai tiga hari pertama kolon berisi

mekonium yang lunak berwarna hijau kecoklatan yang

berasal dari saluran usus dan tersusun atas mukus dan sel

epidermis. Warna yang khas berasal dari pigmen empedu.

Beberapa jam sebelum lahir usus masih steril, tetapi setelah

itu bakteri menyerbu masuk. Pada hari ke-3 atau ke-4

mekonium menghilang.
153

5. Sistem ginjal

Pada tubuh bayi baru lahir relatif terdapat banyak air.

Kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium karena

ruangan ekstraselular yang luas. Ginjal telah berfungsi, tetapi

belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak

orang dewasa. Laju filtrasi glomelurus pada BBL hanyalah

30-50% dari laju filtrasi glomelurus pada orang dewasa.

Akibatnya, kemampuan mengeluarkan produk limbah dari

dalam darah masih kurang.

Bayi baru lahir harus sudah buang air kecil dalam 24 jam

pertama. Jumlah urin sekitar 20-30 ml/jam dan meningkat

menjadi 100-200 ml/jam pada akhir minggu pertama.

Umumnya BBL akan BAK sekali dalam 24 jam pertama, dua

kali dalam 24 jam kedua dan tiga kali dalam 24 jam ketiga.

Bayi yang diberi susu formula mungkin BAK lebih sering,

tetapi jumlah urin pada bayi yang diberi ASI meningkat

setelah 3-4 hari ketika ASI ibu telah muncul menggantikan

kolostrum. Setelah hari ke empat, BBL sudah BAK

setidaknya 6-8 kali setiap 24 jam.

Penting untuk mencatat saat BAK pertama kali. Jika

terjadi anuria, hal ini harus diperhatikan karena mungkin

menandakan anomali kongenital dari sistem perkemihan.

(Saputra,2014:35-36)
154

6. Sistem hati

Fungsi hati adalah metabolisme karbohidrat, protein,

lemak dan asam empedu. Hati juga memiliki fungsi ekskresi

(aliran empedu) dan detoksifikasi obat/toksin .

Bila menemukan bayi kuning atau lebih dari 2 minggu

dan feses berbentuk dempul ada kemungkinan terjadi Atresia

Biller yang memerlukan operasi segera sebelum usia 8

minggu. Bilirubin saat lahir antara 1,8-2,8 mg/dl yang dapat

meningkat sampai 5 pada hari ke-3 atau ke-4 karena

imaturitas sel hati.

7. Sistem neurologi

Bayi telah dapat melihat dan mendengar sejak baru lahir

sehingga membutuhkan stimulasi suara dan penglihatan.

Setelah lahir jumlah dan ukuran sel saraf tidak bertambah.

Pembentukan sinaps terjadi secara progresif sejak lahir

sampai usia 2 tahun. Mielinisasi (perkembangan serabut

mielin) terjadi sejak janin 6 bulan sampai dewasa. Saat lahir

bobot otak 25% dari berat dewasa, usia 6 bulan hampir 50%,

usia 2 tahun 75%, usia 5 tahun 90% dan usia 10 tahun 100%.

8. Sistem imunologi

Sel fagosit, granulosit, monosit mulai berkembang sejak

usia gestasi 4 bulan. Setelah lahir imunitas neonatus cukup

bulan lebih rendah dari orang dewasa. Usia 3-12 bulan adalah
155

keadaan imunodefisiensi sementara sehingga bayi mudah

terkena infeksi. Neonatus kurang bulan memiliki kulit yang

rapuh, membran mukosa yang mudah cedera, pertahanan

tubuh lebih rendah sehingga beresiko mengalami infeksi yang

lebih besar.

Perubahan beberapa kekebalan alami meliputi

perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi jaringan

saluran nafas, pembentukan Koloni Mikroba oleh kulit dan

usus serta perlindungan kimia oleh lambung.

(Saifudin,20152:7-8)

2.4.1.7 Adaptasi Psikologis Bayi Baru Lahir

Semua bayi baru lahir mengalami pola kejadian spesifik

yang sama setelah lahir, tanpa memandang usia kehamilan dan

tipe persalinan yang mereka alami.

1. Periode pertama reaktivitas

Periode ini berlangsung 30 menit. Karakteristik pada

periode ini antara lain: respirasi dan pernapasan

berlangsung cepat (80 x/menit) dengan irama yang tidak

teratur, ekspirasi mendengkur, terdapat retraksi, memiliki

sejumlah mucus dan bayi menangis kuat.

Periode ini memungkinkan orang tua untuk berinteraksi

dengan bayi mereka dan menikmati kontak dengan bayi

baru lahir mereka. Reflek menghidap yang kuat pada


156

periode ini menyediakan kesempatan yang baik untuk

inisiasi menyusui dini. Selain itu pada periode ini, mata bayi

terbuka lebih lama dari hari-hari berikutnya sehingga

merupakan waktu yang tepat untuk memulai proses

pelekatan (kulit dengan kulit) karena bayi dapat

mempertahankan kontak mata dalam waktu lama.

(Saputra,2014:50)

2. Fase tidur

Fase tidur dimulai dari 30-120 menit awal setelah bayi

dilahirkan. Pada fase ini bayi tidur atau aktivitasnya

berkurang. Selama fase tenang ini dapat digunakan oleh ibu

dan bayi untuk tetap dekat dan beristirahat bersama setelah

persalinan. (Saputra,2014:51)

3. Periode kedua reaktivitas

Periode kedua reaktivitas berlangsung sejak bayi

terbangun dan menunjukkan ketertarikan terhadap

rangsangan dari lingkungan. Periode ini berlangsung selama

2-8 jam pada bayi baru lahir normal. Frekuensi nadi sekitar

120-160 x/menit, frekuensi nafas sekitar 30-60 x/menit.

Peristaltik juga meningkat sehingga bayi mengeluarkan

mekonium.

Pada periode ini, perlu dilakukan pemantauan ketat atas

kemungkinan bayi tersedak saat mengeluarkan mukus yang


157

berlebihan, pemantauan setiap kejadian apnea, dan mulai

melakukan metode stimulasi keinginan atau rangsangan

taktil segera, misalnya mengusap punggung, memiringkan

bayi, serta mengkaji keinginan dan kemauan bayi untuk

menghisap serta menelan. (Saputra,2014:51-52)

2.4.1.8 Perawatan Bayi Baru Lahir

1. Mandi

Bagian kepala dan popok bayi baru lahir perlu diseka

setiap kali area tersebut kotor, tidak perlu memandikan

seluruh badan bayi setiap hari.

2. Perawatan tali pusat

Perawatan umbilikus cukup dengan “perawatan

kering”, tali pusat harus kering dan lepas dalam 2 minggu.

Hubungi tenaga kesehatan pediatrik, jika tali pusat

mengeluarkan pus atau muncul garis kemerahan di abdomen

dekat umbilikus.

3. Perawatan kulit di area pemasangan popok

a. Ganti popok secara teratur

b. Bersihkan kulit dengan seksama

c. Tidak perlu menggunakan krim atau bedak secara rutin

d. Krim barier yang mengandung zink oksida (misal:

Desitin) dapat menghentikan ruam popok pada tahap

awal.
158

4. Ruam popok

a. Ruam popok sederhana akibat berbagai iritan

1) Muncul sebagai area datar yang kemerahan, tanpa

banyak mengenai lipatan kulit.

2) Bersihkan kulit yang terkena dengan sabun ringan

dan air hangat.

3) Tidak aman ketika area ini dibersihkan.

4) Apabila memungkinkan, biarkan terbuka.

5) Popok perlu sering diganti.

6) Krim barier zink oksida (misalnya Desitin) dapat

mencegah masalah kulit lebih lanjut.

b. Ruam popok akibat Candida Albicans

1) Paling baik diobati dengan preparat anti jamur

topikal (misalnya nistatin, mikonazol atau

klotrimazol, ruam popok akibat jamur resisten

terhadap obat lain).

2) Bayi menderita nyeri.

3) Krim hidrokortison 1% dapat mengurangi

peradangan dan dapat digunakan bersama preparat

jamur.

4) Sering mengganti popok dan menyeka dengan air

hangat juga akan membantu penyembuhan.


159

5. Pola makan (ASI)

a. Pada 48 jam pertama kehidupan

Minat makan sedikit, asupan mungkin hanya 30 ml dan

harus diberi makan secara teratur.

b. Selama bulan pertama

Biasanya lapar setiap 2 hingga 3 jam, beri makan (ASI)

sekurang-kurangnya setiap 2 jam dan beri makan 60-120

ml akan menjadi kebiasaan (Kriebs,2010:502-508)

2.4.1.9 Asuhan Bayi Baru Lahir

Pelayanan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan minimal 3

kali, yaitu : pertama pada 6 jam – 48 jam, hari ke 3 – 7 setelah

lahir, hari ke 8 – 28 hari (KIA,2015:42) . Pada asuhan bayi baru

lahir dilakukan:

1. Pertahankan suhu tubuh bayi

Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam dan

hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis dan jika

suhunya 36,5℃ atau lebih.

2. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala

bayi harus tertutup.

3. Pemeriksaan fisik bayi

a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk

pemeriksaan
160

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan gunakan

sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani

bayi.

c. Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai

dari kepala berlanjut secara sistematik menuju jari kaki.

4. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan

lebih lanjut bila diperlukan seperti: Bentuk, penonjolan

sekitar tali pusat pada saat menangis serta perdarahan tali

pusat, lembek (pada saat tidak menagis) dan tonjolan.

(Prawirohardjo,2014:33-34)

5. Berikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi

vitamin K pada bayi baru lahir :

a. Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu

diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama tiga hari.

b. Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan

dosis 0,5-1 mg I.M (Prawirohardjo,2014:35)

6. KIE pada orang tua

a. Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling

sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari pertama.

b. Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu.

c. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering

dengan mengganti popok dan selimut sesuai dengan


161

keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan tidak

terlalu dingin.

d. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

e. Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan

penyakit/infeksi. (Prawirohardjo,2014:36)

2.4.1.10 Asuhan Bayi Usia 2-6 Hari

Pada hari ke 2 sampai 6 setelah lahir, ada hal-hal yang perlu

diperhatikan pada asuhan bayi yaitu:

1. Minum

Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan

ibu (jika payudara sudah penuh) atau sesuai kebutuhan bayi,

yaitu setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian

antara payudara kiri dan kanan. Berikan ASI saja sampai

bayi berusia 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan

hingga anak berusia 2 tahun dengan penambahan makanan

lunak atau padat yang sering disebut MP-ASI.

(Dewi,2014:27)

2. Defekasi (BAB)

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi

selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah

antara hari ketiga dan ke enam. Feses transisi (kecil-kecil

berwarna coklat sampai hijau karena ada mekonium).

Dikeluarkan sejak hari ke tiga sampai ke enam. Feses bayi


162

yang menyusu dengan ASI akan berbeda dengan bayi yang

menyusu dengan susu botol. Feses dari bayi ASI lebih

lunak, berwarna kuning emas dan tidak menyebabkan iritasi

pada kulit bayi.

Bayi yang berdefekasi segera setelah makan merupakan

suatu kondisi yang normal atau defekasi sebanyak 1 kali

setiap 3 atau 4 hari. Dalam 3 hari pertama feses bayi masih

bercampur dengan mekonium dan frekuensi defekasi

sebanyak 1 kali dalam sehari. Untuk membersihkannya

gunakan air hangat bersih dan sabun.

3. Berkemih (BAK)

Fungsi ginjal bayi masih belum sempurna selama 2

tahun pertama kehidupannya. Biasanya terdapat urin dalam

jumlah kecil pada kandung kemih bayi saat lahir, tetapi ada

kemungkinan urin tersebut tidak dikeluarkan selama 12-24

jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini dengan

frekuensi 6-10 kali sehari dengan warna urin yang pucat.

Kondisi ini menunjukkan masukan cairan yang cukup.

Umumnya bayi cukup bulan akan mengeluarkan urin 15-16

ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan

kering maka setelah BAK harus diganti popoknya.


163

4. Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya

sering tidur. Bayi baru lahir sampai 3 bulan rata-rata tidur

selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun

sampai malam hari pada usia 3 bulan. Jumlah waktu tidur

bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia

bayi.

Tabel 2.22 Perubahan Pola Tidur Bayi

Usia Lama tidur

1 minggu 16,5 jam

1 tahun 14 jam

2 tahun 13 jam

5 tahun 11 jam

9 tahun 10 jam

5. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga.

Walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak

harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti

muka, bokong dan tali pusat perlu dibersihkan secara

teratur.

6. Keamanan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga

keamana bayi adalah dengan tidak meninggalkan bayi tanpa


164

ada yang menunggu. Selain itu juga perlu dihindari untuk

memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi

bisa tersedak dan jangan menggunakan alat penghangat

buatan di tempat tidur bayi. (Dewi,2014:29)

7. Tanda-tanda bahaya

a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.

b. Terlalu hangat (>38℃) atau terlalu dingin (<36℃).

c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru,

pucat atau memar.

d. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah dan

mengantuk berlebihan.

e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk

dan berdarah.

f. Terdapat tanda-tanda infeksi seperti: suhu tubuh

meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan

dan pernapasan sulit.

g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam,

feses lembek atau cair, sering berwarna hijau tua dan

terdapat lendir atau darah.

h. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa

tenang, menagis terus-menerus.


165

8. Penyuluhan pada ibu dan keluarga

a. Perawatan tali pusat dengan tidak membubuhi apapun

pada tali pusat dan tali pusat terbuka agar tetap kering.

b. Pemberian ASI.

c. Jaga kehangatan bayi jika suhu tubuh (< 36,5℃) maka

gunakan cara metode kanguru.

d. Tanda-tanda bahaya, jika muncul tanda (infeksi, tali

pusat bau busuk,dll) anjurkan ibu untuk segera minta

pertolongan tenaga kesehatan.

e. Imunisasi.

f. Perawatan harian/rutin.

g. Pencegahan infeksi dan kecelakaan (Dewi,2014:30-31)

2.4.1.11 Masalah yang Sering Terjadi pada Neonatus

1. Bercak mongol (mongolion spot)

Bercak mongol adalah bercak keunguan, biru

kehijauan atau biru kehitamanan seperti memar yang

tampak dikulit saat lahir. Batasan, jumlah dan besarnya

beragam serta dapat timbul disemua permukaan tubuh,

tetapi lebih sering terdapat di bagian punggung dan

bokong. Bercak mongol sering dijumpai pada bayi yang

berasal dari Mediterania, Amerika Latin, Asia dan Afrika.

a. Etiologi
166

Bercak mongol timbul karena adanya melanosit yang

mengandung melanin yang terperangkap pada dermis

selama proses migrasi dari krista neuralis ke

epidermis.

b. Penatalaksanaan

Bercak mongol akan hilang dengan sendirinya pada

usia 1-2 tahun. Penatalaksaan dapat dengan

memberikan konseling pada orang tua bayi dan

meyakinkan mereka bahwa bercak mongol dapat

hilang dalam hitungan bulan atau tahun dan tidak

berbahaya. (Saputra,2014:206-207)

2. Hemangioma

Hemangioma adalah tumor vaskular (pembuluh

darah) jinak yang sering terlihat pada bayi. Bentuknya

menonjol, sembab, berwarna merah tua atau terang seperti

stroberi. Sebagian besar terbentuk di kepala dan leher.

Umumnya tumor ini tidak muncul pada saat lahir, tetapi

baru terlihat pada usia 2 bulan. Tanda lahir ini dapat

membesar untuk beberapa bulan dan kemudian mengecil

secara bertahap hingga akhirnya hilang dengan sempurna.

a. Etiologi

Hemangioma diduga berhubungan dengan mekanisme

dari kontrol pertumbuhan pembuluh darah.


167

b. Penatalaksanaan

Hemangioma umumnya tidak membutuhkan

penanganan karena angka involusi spontannya tinggi.

Namun hemangioma menyebabkan gangguan

penglihatan atau gangguan napas, dapat dilakukan

beberapa terapi yaitu:

1) Pulsed dye laser

Terapi ini efektif dalam menangani hemangioma

selama fase pertumbuhan awal dan untuk

membantu menyembuhkan ulserasi. Efek samping

dari terapi laser antara lain hipopigmentasi pada

daerah yang terapi, kulit menjadi panas sehingga

dapat timbul parut.

2) Obat-obatan

Glukokortikosteroid merupakan oabt utama yang

digunakan untuk memperlambat dan menghentikan

pertumbuhan hemangioma. Obat lain yang dapat

digunakan adalah interferon 𝛼-2a, vincris-tine dan

beta bloker propranolol.

3) Pembedahan

Jika terjadi ulserasi dan perdarahan terapi

pembedahan untuk antisipasi dapat

dipertimbangkan (Saputra,2010:207-210)
168

3. Gumoh (regurgitasi)

Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah

ditelan ketika atau beberapa saat setelah bayi menyusu dan

jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai kontraksi pada

dinding lambung. Hal ini merupakan hal yang biasa terjadi

pada bayi berusia 0-6 bulan, terutama pada bayi yang

mendapatkan ASI (menelan udara pada saat menyusu).

a. Etiologi

Beberapa hal yang dapat menyebabkan gumoh:

1) Katup antara lambung dan kerongkongan belum

sempurna sehingga susu yang diminum mudah

keluar kembali.

2) Posisi menyusui yang tidak tepat.

3) Terlalu banyak minum susu.

4) Tergesa-gesa saat pemberian susu.

5) Aktivitas bayi yang berlebihan, misalnya

menangis atau mengeliat pada saat disusui

sehingga susu keluar kembali.

b. Hal yang perlu diwaspadai

Waspadai jika gumoh terjadi lebih dari lima kali sehari

atau jika isi gumoh bercampur darah.


169

c. Pencegahan

Untuk mencegah gumoh, ada beberapa cara yang dapat

dilakukan, yaitu:

1) Memperbaiki teknik menyusui. Puting susu akan

masuk sejauh langit-langit lunak (velum

palatinum) dan bersentuhan dengan langit-langit

tersebut.

2) Membuat bayi bersendawa sesaat setelah menyusu.

Caranya adalah dengan menggendong bayi agak

tinggi dengan posisi bayi berdiri dan kepala

bersandar di pundak ibu, kemudian punggung bayi

ditepuk perlahan sampai terdengar suara sendawa.

Selain itu, bayi dapat juga ditelungkupkan di

pangkuan ibu, kemudian punggung bayi diusap

atau ditepuk sampai terdengar suara sendawa.

d. Penatalaksanaan

Memberikan konseling pada orang tua untuk

mencegah dan cara menanganinya:

1) Bersikap tenang.

2) Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak

masuk ke paru-paru.

3) Bersihkan segera sisa gumoh dengan tisu atau lap

basah hingga bersih, terutama pada lipatan leher.


170

4) Jika gumoh keluar melalui hidung dengan cotton

bud, jangan menyedot menggunakan mulut karena

akan menyakiti bayi dan rentan menularkan

penyakit.

5) Tunggu beberapa saat lagi jika ingin memberikan

ASI. (Saputra,2014:210-213)

4. Muntah

Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau

seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama

makanan masuk ke dalam lambung. Hal ini disertai

kontraksi lambung dan abdomen sehingga isi lambung

keluar dengan kekuatan seperti menyemprot melalui mulut.

a. Etiologi

Muntah bisa disebabkan oleh beberapa hal: kelainan

kongenital pada saluran pencernaan (atresia esofagus

dan penyakit hirschprung), iritasi lambung, tekanan

intrakranial yang tinggi, infeksi pada saluran

pencernaan, cara pemberian makan yang salah dan

keracunan.

b. Sifat muntah

Sifat dan ciri muntah akan membantu dalam

mengetahui penyebab muntah.


171

1) Muntah proyektil dapat dikaitkan dengan adanya

obstruksi gastrointestinal (kasus stenosis pilorus)

atau tekanan intrakranial.

2) Bahan muntahan yang masih dalam bentuk apa

yang dimakan menunjukkan bahwa makanan belum

mencapai lambung sehingga berarti penyebab

muntah ada di esofagus.

3) Bahan muntahan yang mengandung gumpalan susu

yang berwarna cokelat atau kehijauan menunjukkan

bahwa bahan muntahan berasal dari lambung.

4) Bahan muntahan yang berwarna kehijauan

menunjukkan bahan makanan berasal dari

duodenum tempat terjadi obstruksi dibawah papila

vateri.

5) Bahan muntahan yang berwarna merah atau

kehitaman (coffe ground vomiting) menunjukkan

adanya lesi di mukosa lambung.

6) Bahan muntahan yang berwarna hitam, kecoklatan

atau bahkan merah, menunjukkan adanya erosi atau

ulkus pada lambung.

7) Muntah fekal menunjukkan adanya peritonitis atau

obstruksi intestinal.
172

c. Penatalaksanaan

1) Kaji faktor penyebab dan sifat muntah.

2) Berikan terapi berdasarkan faktor penyebab.

3) Ciptakan suasana tenang.

4) Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati.

5) Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang

muntah.

6) Berikan antiemetik jika terjadi reaksi simtomatis.

(Saputra,2014:213-214)

5. Oral trush

Oral trush adalah bercak putih pada lidah, langit-

langit dan pipi bagian dalam, sulit dihilangkan dan apabila

dipaksa untuk diambil, akan mengakibatkan perdarahan.

Kondisi ini sering terjadi pada bayi, tetapi seiring

bertambahnya usia, angka kejadian semakin jarang.

a. Etiologi

Disebabkan oleh Candida Albicans, mikroorganisme

ini umumnya terdapat pada kulit, mukosa mulut,

vagina dan saluran cerna.

b. Gambaran klinis

Gambaran klinis oral trush sangat mudah terlihat

adalah lesi di mulut yang berwarna putih dan

membentuk plak-plak yang berkeping menutupi


173

seluruh atau sebagian lidah, kedua bibir, gusi dan

mukosa pipi.

c. Penatalaksanaan

1) Bedakan antara oral trush dan endapan susu.

Bercak putih karena endapan susu akan mudah

dilepas sedangkan oral trush tidak.

2) Anjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan bayi

dengan baik, terutama kebersihan mulut.

3) Obat anti jamur berbentuk gel yaitu miconazole,

dapat dioleskan setelah makan pada mulut yang

terinfeksi. Obat alternatif lain adalah nistatin

(mikostatin) yang diberikan per oral dengan dosis

1 ml, 4x sehari. (Saputra,2010:216-217)

6. Ruam popok (diapers rush)

Ruam popok adalah kemerahan atau radang pada kulit

bayi di daerah yang tertutup popok menjadi lembab karena

urin dan feses.

a. Etiologi

Hal yang dapat menyebabkan ruam popok antara lain:

luka atau gesekan, iritasi, kulit terlalu lembab, infeksi

Candida Albicans, reaksi alergi dan konsumsi

antibiotik.
174

b. Gambaran klinis

1) Radang atau kemerahan didaerah yang lembab

(kemaluan, lipatan paha, bokong, dubur, perut

bagian bawah dan lipatan kulit leher).

2) Jika ringan, hanya akan tampak kemerahan pada

kulit yang akan menghilang 3-4 hari tanpa

pengobatan.

3) Jika makin parah, timbul bintil-bintil merah, lecet

atau luka, bersisik, kadang basah dan bengkak.

4) Bayi menjadi rewel karena merasa nyeri ketika

BAK atau BAB.

c. Penatalaksanaan

1) Anjurkan ibu untuk sering mengganti pokok

(setiap kali BAK dan BAB).

2) Gunakan kapas halus yang mengandung minyak

untuk membersihkan kulit yang teriritasi.

3) Bersihkan kulit dengan sabun yang sangat ringan

dan keringkan dengan lembut.

4) Jika disebabkan oleh infeksi jamur, bayi dapat

diberikan krim anti jamur dan antibakteri seperti

nistatin, klotrimazol dan miconazol.

5) Steroid topikal digunakan untuk ruam popok yang

disebabkan oleh alergi, atopik atau sebhorrhea,


175

tetapi tidak dapat digunakan untuk ruam popok

yang disebabkan oleh infeksi jamur. Zink oksida

juga merupakan obat yang efektif.

6) Jika disebabkan oleh alergi, hentikan penggunaan

sabun atau detergen baru yang dapat menyebabkan

ruam.

7) Rendamlah pakaian atau celana yang terkena urin

dalam air yang dicampur acidum borium. Setelah

itu, bersihkan tetapi jangan gunakan sabun cuci.

Segera bilas dan keringkan. (Saputra,2014:217-

219)

7. Seborrhea

Seborrhea atau Cradle Cap (penyakit kulit seboroik)

adalah sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang

memiliki banyak kelenjar sebasea. Umumnya kondisi ini

terdapat pada kepala dan kadang kala di lipatan kulit. Hal

ini tidak berbahaya dan akan hilang pada usia 6 bulan.

a. Etiologi

Faktor hereditas, asupan makanan yang tinggi lemak

dan kalori serta adanya gangguan emosi misalnya

stres.
176

b. Penatalaksanaan

1) Keramas secara teratur dan mengusapkan minyak

mineral ke atas kepala, kerak kemungkinan hilang

dengan sisir halus.

2) Keramas dengan sampo yang menggunakan

selenium.

3) Mengoleskan krim kortikosteroid dan selenium

sulfida/Hg-presipitatus albus 2%.

(Saputra,2014:220-221)1

8. Miliaria (biang keringat)

Miliaria (sudamina, liken tropikus, keringat buntet,

atau prickle heat) adalah dermatosis yang disebabkan oleh

retensi keringat akibat tersumbatnya pori-pori kelenjar

keringat.

a. Etiologi

Miliaria umumnya timbul pada udara yang panas dan

lembab serta adanya infeksi bakteri. Miliaria diawali

dengan penyumbatan pori-pori kelenjar keringat

sehingga pengeluaran keringat tertahan. Penyumbatan

ini dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menyebabkan

radang dan edema akibat respirasi yang tidak dapat

keluar dan diabsorpsi oleh startum korneum.


177

b. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan miliaria adalah mengurangi

pembentukan keringat dan memberi kesempatan agar

sumbatan pori itu lenyap sendiri. Contohnya:

1) Menempatkan penderita pada ruangan yang

memiliki penyejuk udara atau air conditioner (AC)

atau di tempat dengan udara yang sejuk dan kering.

2) Memberikan obat antikolinergik yang akan

mengurangi pembentukan keringat, misalnya

pranatal dan probantine.

3) Penderita mengenakan pakaian yang tipis.

4) Memberikan obat topikal, misalnya bedak kocok

yang bersifat mendinginkan, desinfektan dan anti

gatal (Saputra,2010:221-223)

2.4.2 Konsep Asuhan Bayi Baru Lahir

2.4.2.1 Pengkajian data subjektif

1. Identitas

Identitas bayi

Nama : By Ny...

Umur : 0-28 hari (Saputra,2014:1)

Jam lahir : Pukul ... tanggal ... bulan ... tahun ...
178

Jenis : Laki-laki/Perempuan

kelamin

Anak ke : 1, 2 dan seterusnya

Identitas orang tua

Nama : Untuk mengetahui identitas orang tua

Umur : ... tahun

Agama : Mengetahui kepercayaan yang dianut

ibu dan suami (Islam, Hindu, Budha,

Protestan, Ktisten, Katolik)

Pendidikan : Memudahkan pemberian KIE

(semakin tinggi pendidikan maka

semakin mudah diberi penyuluhan).

Pekerjaan : Mengetahui tingkat sosial ekonomi.

Alamat : Memudahkan pada saat kunjungan

rumah.
179

2. Keluhan Utama

Biasanya ibu mengeluhkan bayinya

a. Gumoh dan muntah ( berisiko mengalami dehidrasi,

hipoglikemi)

b. Feses bayi baru lahir normalnya berwarna hitam

kehijauan karena bercampur dengan mekonium apabila

dalam rentang beberapa hari tidak ada perubahan warna

kemungkinan indikasi adanya darah yang tercemar

didalam saluran pencernaan

c. Tidak mau menyusu ( dikarenakan posisi bayi saat

menyusu kurang tepat, puting ibu yang kurang menonjol,

adanya sumbatan pada puting dan areola ibu. Bayi yang

tidak mau menyusu berisiko mengalami dehidrasi dan

hipoglikemi )

d. Menangis tiada henti ( kemungkinan terjadinya fibris

atau adanya infeksi ).

e. Pipi penuh bintik-bintik kecil/millia normal terjadi

dikarenakan adanya keratin yang terperangkap di dalam

kelenjar pilosebasea ).

3. Riwayat Pranatal

a. TT yang diterima selama hamil normalnya 2x selama

kehamilan, imunisasi dapat dilakukan pada TM I atau II

pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval 4 minggu.


180

b. Frekuensi ANC normalnya 4 kali yaitu 1 kali pada TM I

(usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada TM II (usia

kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada TM III (usia

kehamilan 24 minggu-persalinan), (Kemenkes

RI,2016:106)

4. Riwayat Natal

Jenis persalinan : Spontan

Penolong : Bidan

Lama persalinan : 13-14 jam primigravida

6-7 jam multigravida

(Lailly,2015:13)

Penyulit : Tidak ada

Ketuban pecah : Spontan/amniotomi

Keadaan bayi saat lahir : APGAR 7-10 (Dewi,2014:3)

5. Riwayat Post Natal

Pemberian ASI : 1 jam setelah lahir/IMD

awal

Perawatan tali : Kasa steril

pusat
181

Imunisasi : HB 0

Pola istirahat : 16,5 jam (Dewi,2014:29)

2.4.2.2 Pengkajian data objektif

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

TTV : Pernafasan (40-60 x/menit)

Suhu (36,5-37,5℃)

Denyut jantung (120-160

x/menit)

(Saputra,2014:78-79)

Antropometri : Berat badan (2.500-4.000

gram)

Panjang badan (48-52 cm)

Lingkar dada (30-38)

Lingakar kepala (33-35)

Lingkar lengan (11-12 cm)

(Dewi,2014:2)

Ukuran kepala : Circumferentia subocciput

bregmatika (31 cm)

Circumferentia fronto
182

occipitalis (34 cm)

Circumferentia mento

occipitalis (35 cm)

(Putra,2012:222)

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bentuk simetris, tidak ada caput

succedanium, tidak ada cedal

hematoma, sutura teraba tidak

menyatu, tidak melebar.

Wajah : Warna kulit wajah merah muda,

simetris dan tidak edema.

Mata : Posisi mata simetris, kelopak mata

tidak ada masa, tidak oedem,

warna sklera putih dan

konjungtiva merah muda.

Telinga : Simetris, pinna lentur, kartilago

kaku, dan kembali kebentuk

semula dengan cepat, lubang

telinga bersih, pendengaran


183

berespon dengan suara atau refkek

terkejut.

Hidung : Lubang hidung tampak jelas dan

luas, bayi dapat bernafas, tidak ada

pernafasan cuping hidung dan

bersin serta menangis, tidak ada

mucus atau lendir yang keluar.

Mulut : Posisi dan ukuran simetris, letak

tepat digaris tengah wajah, bibir

dan palatum tidak ada celah, bibir

warna merah muda, lembab.

Mukosa, lidah dan gusi berwarna

merah muda tidak berdarah.

Leher : Tonick neck reflek ada.

Dada : Gerakan dada simetris, tidak ada

retraksi otot dada, puting susu

sejajar dan berjauhan kanan/kiri,

tidak ada rabas/cairan yang keluar

dari puting susu, bunyi jantung

normal.

Perut : Bentuk oval/silindris, tidak teraba


184

masa, tali pusat (berwarna putih

kebiruan/keabuan dengan 2 arteri

dan 1 vena, tidak ada struktur usus

halus, di dalam tali pusat, tidak

berbau, tidak berdarah dan tidak

kemerahan), gerakan napas dada

dan perut sinkron, teratur, palpasi

perut lunak, tidak ada nyeri tekan,

tidak teraba masa, bising usus ada,

perkusi perut tidak kembung.

Punggung : Spina utuh, tidak ada lubang,

kurva menonjol.

Genetalia : Perempuan : (labia mayora

menutupi labia minora, labia

minora ada dan berbentuk

sempurna, klitoris biasanya sedikit

oedem, meatus uretra ada di depan

orivisium vagina, ada/tidak vernik

kaseosa, perineum halus).

Laki-laki : (penis lurus, meatus

urinarius ditengah, skrotum

biasanya besar/oedem tertutup


185

dengan rugae, testis teraba di

setiap skrotum), dan pengeluaran

urin terjadi 24 jam pertama setelah

lahir.

Anus : Berlubang, Pengeluaran defekasi

konsistensinya lembek, berwarna

hitam kehijauan. (Dewi,2014:28)

Ekstremitas : Atas dan bawah simetris, fleksi

penuh, 10 jari tanpa selaput, jarak

antar jari sama, rentang gerak

penuh, punggung kuku merah

muda (Saputra,2014:78-83)

3. Pemeriksaan Reflek

Reflek rooting : Ada

Reflek sucking : Ada

Reflek : Ada

swallowing

Reflek morro : Ada

Reflek : Ada

grasping
186

Reflek : Ada

babinski

Reflek tonick : Ada

neck

2.4.2.3 Analisa

Diagnosa :Neonatus usia 6-48 jam Cukup Bulan Sesuai Masa

Kehamilan (Permenkes,2010:5)

Masalah : Muntah, gumoh, feses bayi hitam dan sangat bau,

tidak menyusu, menangis tiada henti, pipi penuh

bintik-bintik kecil/millia

2.4.2.4 Penatalaksanaan

1. Berikan salep mata anafilaktik (Tetrasiklin 1%) setelah 1 jam

kontak kulit ke kulit ibu dan bayi menyusu, salep mata telah

dibetikan

2. Beri injeksi vitamin K1 1 mg/ IM dipaha kiri setelah 1 jam

3. Beri imunisasi HB-0 0,5 cc/IM dipaha sebelah kanan setelah

1 jam pemberian vitamin K

4. Jelaskan perawatan tali pusat pada ibu dan kelaurga yaitu

membungkus tali pusat dengan kasa steril dan kering, ibu dan

keluarga mengerti

5. Fasilitasi ASI
187

6. Bounding attachment ibu dengan bayi

7. Jaga kehangatan bayi agar tetap hangat dan tidak

memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir.

Menggunakan pakaian bayi atau selimuti dengan kain bersih,

kering dan lembut, kenakan topi pada kepala bayi, bayi

mengenakan pakaian dan topi

Catatan Perkembangan

1. Subjektif

Ibu mengeluh bayinya muntah, gumoh, obstipasi, diare, oral

trush

2. Objektif

Tali pusat sudah kering, tidak ada nana/berdarahan

3. Analisa

(Dx) :BBL ... Umur 3-7 hari Cukup bulan Sesuai masa

kehamilan

Masalah : muntah, gumoh, obstipasi, diare, oral trush

4. Penatalaksanaan Kunjungan ke- 2

a. Jelaskan pada ibu mengenai kondisi bayinya.

b. Atasi masalah bercak mongol, regurgitasi (gumoh),

muntah, oral trush, miliaria (biang keringat) dan diare.

c. Berikan KIE tentang:

1) ASI Eksklusif
188

2) Menjemur bayi untuk mencegah bayi kuning.

(Dewi,2014:30-33)

5. Jadwalkan kunjungan ulang.

Catatan Perkembangan

1. Subjektif

Ibu mengeluh bayinya muntah, gumoh, obstipasi, diare, oral

trush, ruam popok, miliaria (biang keringat)

2. Objektif

Tali pusat sudah kering, tidak ada nana/berdarahan

3. Analisa

Dx :BBL... Umur 8-28 hari Cukup bulan

Sesuai masa kehamilan dengan keadaan

fisiologis

Masalah :Muntah, gumoh, obstipasi, diare, oral

trush, ruam popok, miliaria (biang

keringat)

4. Penatalaksanaan Kunjungan ke-3

a. Jelaskan pada ibu mengenai kondisi bayinya.

b. Atasi masalah Bercak mongol, regurgitasi (gumoh),

muntah, oral trush, miliaria (biang keringat), diare dan

diaper rash (ruam popok).


189

c. Berikan KIE tentang:

1) Tidak memberi makan apapun sebelum 6 bulan (ASI

Ekslusif).

2) Rutin memantau berat badan dan membawa bayi ke

posyandu.

d. Jadwalkan kunjungan ulang.

2.4 Konsep Dasar KB

2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)

2.5.1.1 Pengertian keluarga berencana (KB)

Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk

mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang

dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan

dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi

adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi

telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah

dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang dalam

rahim.

2.5.1.2 Konseling

Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan yang

dilakukan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu

keputusan atau memecahkan masalah melalui pemahaman

tanteng fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat

didalamnya. Dengan melakukan konseling berarti petugas


190

membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis

kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya.

Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam

menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan

keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi

antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan

dan kepercayaan yang sudah ada. (Noviawati.2011)

2.5.1.3 Macam-macam metode kontrasepsi

1. Kontrasepsi hormonal

a. Suntikan progestin

Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi

adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi

yang berdaya kerja panjang (lama), yang tidak

membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan

bersenggama, tetapi tetap ireversibel.

1) Jenis

Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo provera),

mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap

3 bulan dengan cara disuntik I.M (di daerah bokong)

dan Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat),

yang mengandung 200 mg Noretdron Enantat,

diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik I.M.


191

2) Cara kerja

Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks

sehingga menurunkan kemampuan penetrasi

sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan

atrofi, menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Gambar 2.20 Obat Suntik Progestin

3) Evektifitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki

efektivitas tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100

perempuan per tahun, asal penyuntikan dilakukan

secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

(Arum,2014:124)

4) Keuntungan

Sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka

panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami

istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak

berdampak serius terhadap penyakit jantung dan


192

gangguan pembekuan darah, tidak memiliki

pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien

tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan

oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

premenopause, mencegah kanker endometrium dan

kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit

jinak payudara, mencegah beberapa penyebab

penyakit radang panggul, menurunkan krisis anemia

bulan sabit (Sickle cell).

5) Keterbatasan

Sering ditemukan gangguan haid (siklus haid yang

memendek atau memanjang, perdarahan yang

banyak atau sedikit, perdarahan tidak

teratur/perdarahan bercak (Spotting), tidak haid

sama sekali, klien sangat bergantung pada tempat

sarana pelayanan kesehatan, tidak dapat dihentikan

sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut,

permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering, tidak menjamin perlindungan terhadap

penularan infeksi menular seksual (hepatitis B atau

virus HIV), terlambatnya kembali kesuburan bukan

karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ

genitalia, melainkan belum habisnya pelepasan obat


193

suntikan dari deponya, pada penggunaan jangka

panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang

(densitas) dan pada penggunaan jangka panjang

dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,

menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit

kepala, nervositas, jerawat.

6) Indikasi dan kontraindikasi

Adapun indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan

suntikan progestin meliputi:

Tabel 2.23 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi Kontraindikasi

a) Usia reproduksi. a) Hamil atau dicurigai


b) Nulipara yang hamil (risiko cacat pada
telah memiliki janin 7 per 100.000
anak. kelahiran).
c) Menghendaki b) Perdarahan pervaginam
kontrasepsi yang belum jelas
jangka panjang penyebabnya.
dan memiliki c) Tidak dapat menerima
efektifitas tinggi. terjadinya gangguan haid
d) Menyusui dan terutama amenorea.
membutuhkan d) Menderita kanker
kontrasepsi yang payudara atau riwayat
sesuai. kanker payudara.
e) Setelah e) Diabetes melitus disertai
melahirkan dan komplikasi.
tidak menyusui.
f) Setelah abortus
atau keguguran.
g) Perokok.
h) Tekanan darah >
180/110 mmHg
dengan masalah
gangguan
pembekuan darah
194

atau anemia bulan


sabit.
i) Menggunakan
obat untuk
epilepsy (fenitoin
dan barbiturat)
atau obat
tuberclosis
(rifampisin).
j) Tidak dapat
memakai
kontrasepsi yang
mengandung
estrogen.
k) Sering lupa
menggunakan pil
kontrasepsi.
l) Anemia defisiensi
besi.
m) Mendekati usia
menopause yang
tidak mau atau
tidak boleh
menggunkaan pil
kontrasepsi
kombinasi.
(Arum,2014:126-127)

7) Waktu menggunakan kontrasepsi suntik progestin

Setiap saat selama siklus haid asal ibu tersebut tidak

hamil, mulai hari pertama sampai ke-7 siklus haid,

pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat

diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak

hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual. Kontrasepsi suntikan

DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

intramuskular dalam didaerah pantat. Apabila


195

suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan

suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan

tidak efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.

Pemberian kontrasepsi suntikan horisterat untuk 3

injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai

dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.

Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas

alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-

90%, biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah

kulit kering baru disuntik. Kocok dengan baik dan

hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.

Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan bila

terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan

menghilangkannya dengan menghangatkannya.

8) Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik

progestin

Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya

kemungkinan kehamilan. Nyeri abdomen bawah

yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik

terganggu. Timbulnya abses atau perdarahan tempat

injeksi. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang

yang berat atau kaburnya penglihatan. Perdarahan


196

berat yang 2 kali lebih banyak dalam satu periode

masa haid. (Anggraini,2012:139-140).

Tabel 2.24 Keadaan dan Ajuran Suntik Progestin

Keadaan Anjuran

Penyakit hati akut Sebaiknya jangan


(virus) menggunakan kontrasepsi
suntikan.

Penyakit jantung Sebaiknya jangan


menggunakan kontrasepsi
suntikan.

Stroke Sebaiknya jangan


menggunakan kontrasepsi
suntikan.

(Arum,2016:134)

2. Mini pil

Minipil adalah pil kontrasepsi yang mengandung

progestin saja, tanpa estrogen. Dosis progestin kecil yaitu

0,5 mg atau kurang. Mini pil bukan menghambat ovulasi

karena selama memakan mini pil ini kadang-kadang masih

dapat terjadi. Efek utamanya adalah terhadap lendir serviks

dan endometrium sehingga nidasi blasto kista tidak dapat

terjadi. Pada umumnya Mini pil tidak digunakan untuk

kontrasepsi.

a. Jenis

Kemasan dengan isi 35 pil (300 mg levonogestrel atau

350 mg neotindrome) dan kemasan dengan isi 28 pil (75

mg norgestrel).
197

b. Cara kerja

1) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus.

2) Pencegahan ovulasi disebabkan gangguan sekresi

hormon LH oleh kelenjar hypophyse.

3) Perubahan motilitas tuba sehingga fertilits terganggu

karena transpor ovum melalui saluran tuba mungkin

dipercepat sehingga kemungkinan mengurang

terjadinya fertilisasi.

4) Memngganggu berkembangnya siklus

endometroium berada dalam fase yang salah atau

menunjukkan sifat ireguler.

5) Perubhaan lendir servik, progestin mencegah

penipian lendir servik pada pertengahan sikllus

sehingga lendir servik tetap kental

c. Keuntungan dan kerugian

Adapun keuntungan dan kelemahan penggunaan mini pil

Tabel 2.25 Keuntungan dan Kelemahan Mini Pil

Keuntungan Kerugian

a) Sangat efektif a) Hampir 30-60% mengalami


bila digunakan gangguan haid (perdarahan
benar. sela, berat/spotting, amenore.
b) Tidak b) Peningkatan/penurunan berat
mengganggu badan.
hubungan c) Harus digunakan setiap hari
seksual. pada waktu yang sama.
c) Tidak d) Bila lupa satu pil saja,
mempengaruhi kegagalan menjadi besar.
ASI karena kadar e) Payudara menjadi tegang,
198

gestagen dalam mual, pusing dan dermatitis.


air susu ibu f) Risiko kehamilan ektopik
sangat rendah. cukup tinggi, yaitu 4 dari
d) Kesuburan cepat 100 kehamilan diduga,
kembali. minipil mengganggu
e) Nyaman dan motilitas tuba sehingga
mudah memicu implantasi lebih
digunakan. awal, blastokis tidak sampai
f) Sedikit efek ketempat implantasi-nya di
samping. endometrium.
g) Dapat dihentikan g) Efektifitasnya menjadi
setiap saat. rendah bila digunakan
h) Tidak bersamaan dengan obat
mengandung tuberkulosis atau obat
estrogen. epilepsi.
h) Tidak melindungi diri dari
infeksi menular seksual atau
HIV/AIDS.
i) Hirsutisme (tumbuh
rambut/bulu berlebihan
didaerah muka), tetapi sangat
jarang terjadi.

d. Indikasi dan kontraindikasi

Indikasi dan kontraindikasi penggunaan mini pil

Tabel 2.26 Indikasi dan Kontraindikasi Mini Pil

Indikasi Kontraindikasi

a) Usia reproduksi. a) Hamil atau diduga


b) Telah memiliki anak hamil.
atau belum. b) Perdarahan
c) Menginginkan suatu pervaginam yang jelas
metode kontrasepsi penyebabnya.
yang sangat efektif c) Tidak dapat menerima
selama periode terjadinya gangguan
menyusui. haid.
d) Pasca persalinan dan d) Menggunakan obat
tidak menyusui. tuberkulosis
e) Pasca keguguran. (rifampisin) atau obat
f) Perokok segala usia. epilepsi (fenitoin dan
g) Mempunyai tekanan barbiturat).
darah tinggi (selama e) Kanker payudara atau
199

< 180/110 mmHg) riwayat kanker


atau dengan masalah payudara.
pembekuan darah. f) Sering lupa
h) Tidak boleh menggunakan pil.
menggunakan g) Mioma uterus, karena
estrogen atau lebih progestin memicu
senang tidak pertumbuhan mioma
menggunakan uterus.
estrogen. h) Riwayat stroke, karena
progestin
menyebabkan spasme
pembuluh darah.

(Anggrain,2014)
3. Metode Kontrasepsi Amenore Laktasi

Metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang

menggandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI). MAL sebagai

kontrasepsi bila: menyusui secara penuh (fill breast feeding),

belum haid, umur bayi < 6 bulan, efektif sampai 6 bulan dan

harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi

lainnya. (Putri,2016)

a. Syarat MAL

Cara tersebut tidak mempengaruhi produksi ASI, cara

tersebut tidak mempengaruhi kesehatan anak (melalui

ASI) dan daya gunanya tidak dipengaruhi ukuran rahim

yang mungkin masih longgar.

b. Keuntungan kontrasepsi

1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan

pasca persalinan).

2) Segera efektif.
200

3) Tidak mengganggu senggama.

4) Tidak ada efek samping secara sistemik.

5) Tidak perlu pengawasan medis.

6) Tidak perlu obat atau alat.

7) Tanpa biaya.

c. Keuntungan nonkontrasepsi

1) Untuk bayi

Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi

perlindungan lewat ASI), sumber asupan gizi yang

terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi

yang optimal, terhindar dari keterpaparan terhadap

kontaminasi dari air, susu lain atau formula dan alat

minum yang dipakai.

2) Untuk ibu

Mengurangi perdarahan pascapersalinan, mengurangi

resiko anemia dan meningkatkan hubungan psikologik

ibu dan bayi.

d. Keterbatasan

Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, mungkin sulit

dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas tinggi

hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6


201

bulan, tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus

hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.

e. Kontraindikasi MAL

1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.

2) Tidak menyusui secara eksklusif.

3) Bayinya sudah berumur > 6 bulan.

4) Bekerja dan terpindah dari bayi > 6 jam.

4. Metode Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. AKDR dengan progestin

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah

progestin yang mengandung progesteron dari Mirena yang

mengandung Levonorgestrel.

1) Cara kerja

Endometrium mengalami transformasi yang ireguler,

epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi,

mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok

bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah

sperma yang masuk kedalam tuba fallopi dan

menginaktifkan sperma.

2) Efektifitas

Sangat efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100

perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.

(Arum,2011:145)
202

3) Keuntungan

Adapun keuntungan yang diperoleh dari penggunaan

AKDR

Tabel 2.27 Keuntungan AKDR

Keuntungan kontrasepsi Keuntungan


hormonal nonkontrasepsi

a) Efektif dengan proteksi a) Mengurangi nyeri haid.


jangka panjang (satu b) Dapat diberikan pada
tahun). usia premenopause
b) Tidak mengganggu bersamaan dengan
hubungan suami istri. pemberian estrogen,
c) Tidak berpengaruh untuk pencegahan
terhadap ASI. hiperplasia
d) Kesuburan segera endometrium.
kembali sesudah AKDR c) Mengurangi jumlah
diangkat. darah haid.
e) Efek sampingnya d) Sebagai pengobatan
sangat kecil. alternatif pengganti
f) Memiliki efek sistemik operasi pada perdarahan
yang sangat kecil. uterus disfungsional dan
adenomiosis.
e) Merupakan kontrasepsi
pilihan utama pada
perempuan
premenopause.
f) Tidak mengurangi kerja
obat tuberkulosis
ataupun obat epilepsi,
karena AKDR yang
mengandung progestin
kerjanya terutama lokal
pada endometrium.

(Arum,2011:145-146)
4) Keterbatasan

a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan

infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR.


203

b) Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan

pencabutan AKDR.

c) Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat,

sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan.

d) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi

amenorea.

e) Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi

(<1/1000 kasus).

f) Kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi.

g) Bertambahnya risiko mendapat penyakit radang

panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas.

h) Mahal.

i) Progestin sedikit meningkatkan risiko trombosis

sehingga perlu hati-hati pada perempuan

premenopause. Risiko ini lebih rendah bila

dibandingkan dengan pil kombinasi.

j) Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolestrol

pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-

hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskuler.

k) Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara.

l) Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus.

5) Indikasi dan kontraindikasi

Adapun indikasi dan kontraindikasi penggunaan AKDR


204

Tabel 2.28 Indikasi dan Kontraindikasi AKDR

Indikasi Kontraindikasi

a) Usia reproduksi. a) Hamil atau diduga


b) Telah memiliki anak hamil.
atau belum. b) Perdarahan
c) Menginginkan pervaginam yang
kontrasepsi jangka belum jelas
panjang untuk penyebabnya.
mencegah kehamilan. c) Menderita vaginitis,
d) Sedang menyusui dan salpingitis,
ingin memakai endometritis.
kontrasepsi. d) Menderita penyakit
e) Pasca keguguran dan radang panggul atau
tidak ditemukan tanda- pasca keguguran
tanda radang panggul. septik.
f) Tidak boleh e) Kelainan kongenital
menggunakan rahim.
kontrasepsi hormonal f) Miom submukosum.
kombinasi. g) Rahim yang sulit
g) Sering lupa digerakkan.
menggunakan pil. h) Riwayat kehamilan
h) Usia premenopause ektopik.
dan dapat digunakan i) Penyakit trofoblas
bersamaan dengan ganas.
pemberian estrogen. j) Terbukti menderita
i) Mempunyai resiko penyakit tuberkulosis
rendah mendapat panggul.
penyakit menular k) Kanker
seksual. genetalia/payudara.
l) Sering ganti pasangan.
m) Gangguan toleransi
glukosa. Progestin
menyebabkan sedikit
peningkatan kadar gula
dan insulin.

6) Waktu pemasangan

a) Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut

dapat dipastikan tidak hamil.


205

b) Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama

pasca persalinan, 6-8 minggu ataupun lebih sesudah

melahirkan.

c) Segera sesudah induksi haid, pasca keguguran

spontan, atau keguguran buatan dengan syarat tidak

terdapat bukti-bukti adanya infeksi.

7) Keadaan yang memerlukan perhatian khusus

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam

penggunaan AKDR

Tabel 2.29 Keadaan dan Anjuran AKDR

Keadaan Anjuran

Nyeri haid hebat Dapat disebabkan oleh


AKDR. Klien perlu dirujuk.
Umumnya terjadi pada
permulaan pemakaian.
Pada dasarnya progestin
mengurangi nyeri haid.

Riwayat kehamilan Jelaskan kepada klien tanda-


ektopik tanda kehamilan ektopik
dan bila ada segera mencari
pertolongan di rumah sakit.

Gejala penyakit katup Berikan antibiotik saat


jantung insersi AKDR. Bila anemia
(Hb < 9 gr/dl), ganti dengan
metode kontrasepsi lain.

Nyeri kepala atau migrain Paling sering ditemukan


pada AKDR yang
mengandung progestin. Bila
sakitnya berat, rujuk klien
dan cabut AKDR. Pada
keluhan ringan cukup
berikan analgetik (jarang
206

diberikan aspirin).

Penyakit hati aktif (virus Sebaiknya jangan diberikan


hepatitis) AKDR yang mengandung
progestin, karena progestin
mempengaruhi lipid dan
vasokontriksi.

Penyakit jantung Sebaiknya jangan diberikan


AKDR yang mengandung
progestin, karena progestin
mempengaruhi lipid dan
vasokontriksi.

Stroke atau riwayat Sebaiknya jangan diberikan


stroke AKDR yang mengandung
progestin.

Tumor jinak maupun Progestin dapat memicu


ganas pada hati. pertumbuhan tumor,
sebaiknya jangan diberi
AKDR dengan progestin.

8) Instruksi kepada klien

Dalam keadaan normal klien kembali untuk kontrol rutin

sesudah menstruasi pertama kali pasca pemasangan (4 –

6 minggu) tetapi jangan sampai melewati 3 bulan

sesudah pemasangan AKDR. Cek benang AKDR dan

jika terjadi salah satu keadaan berikut ini klien harus

kembali ke klinik: Timbulnya kram di perut bagian

bawah, adanya perdarahan bercak antara haid atau

sesudah melakukan senggama, nyeri sesudah melakukan

senggama atau jika suami mengalami perasaan kurang

enak sewaktu melakukan senggama, AKDR perlu

diangkat setelah satu tahun atau lebih awal bila


207

dikehendaki, bila terjadi ekspulsi AKDR/keluar cairan

yang berlebihan dari kemaluan, muncul keluhan sakit

kepala atau sakit kepala makin parah.

9) Informasi lain yang perlu disampaikan

AKDR yang digunakan tersebut segera efektif, pada

bulan pertama pemakaian sering terjadi ekspulsi, pada

pemakaian jangka panjang dapat terjadi amenorea,

AKDR dapat saja dicabut setiap saat sesuai dengan

keinginan klien, AKDR tidak dapat melindungi klien

terhadap penyakit menular seksual HIV/AIDS.

10) Jadwal khusus

Tidak datang haid disertai dengan keluhan mual dan

nyeri payudara perlu dicurigai terjadinya kehamilan,

nyeri perut bagian bawah perlu dicurigai kemungkinan

terjadinya kehamilan ektopik, kram/nyeri perut bagian

bawah terutama bila disertai dengan tidak enak badan,

demam/menggigil perlu dicurigai kemungkinann terjadi

infeksi panggul, AKDR jenis ini tidak dapat melindungi

diri dari penyakit hubungan seksual dan HIV/AIDS.

b. AKDR tanpa hormon

AKDR ini merupakan alat yang sangat efektif, reversibel

dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-380

A).
208

1) Jenis

AKDR CuT-380 A berbentuk kecil, kerangka dari

plastik yang flesksibel berbentuk huruf T diselubungi

oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu),

tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana.

AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T

(Schering).

Gambar 2.21 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

2) Cara kerja

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

fallopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum

mencapai kavum uteri, AKDR bekerja terutama

mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR

membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi

perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk


209

fertilisasi dan memungkinkan untuk mencegah

implantasi telur dalam uterus.

3) Efektivitas

Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi. Sangat

efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1

tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

4) Keuntungan dan kerugian

Tabel 2.30 Keuntungan dan kerugian AKDR tanpa

hormonal

Keuntungan kontrasepsi Kerugian

AKDR sangat efektif Perubahan siklus haid


segera setelah (umumnya selama 3
pemasangan, metode bulan pertama dan akan
jangka panjang (10 tahun berkurang setelah 3
proteksi dari CuT-380 A bulan), haid lebih lama
dan tidak perlu diganti), dan banyak, perdarahan
sangat efektif karena (spotting antar
tidak perlu lagi menstruasi) dan saat
mengingat-ingat, tidak haid lebih sedikit.
mempengaruhi hubungan
seksual, meningkatkan
kenyamanan seksual
karena tidak perlu takut
untuk hamil, tidak ada
efek samping hormonal
dengan Cu AKDR (CuT-
380A), tidak
mempengaruhi kualitas
dan volume ASI, dapat
dipasang segera setelah
melahirkan atau sesudah
abortus (apabila tidak
terjadi infeksi), dapat
digunakan sampai
menopause (1 tahun atau
lebih setelah haid
210

terakhir), tidak ada


interksi dengan obat-obat
dan tidak membantu
mencegah kehamilan
ektopik

5) Komplikasi

Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau

diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,

perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila

pemasangannya berat), tidak mencegah IMS termasuk

HIV/AIDS.(Arum,2015:157-159)

6) Pemantauan

Klien hendaknya diberikan pendidikan mengenai manfaat

dan risiko AKDR. Bila terjadi ekspulsi AKDR dapat

kembali dipasang. Pemeriksaan AKDR dapat dilakukan

setiap tahun atau bila terdapat keluhan (nyeri, perdarahan

dan demam) (Arum,2015:161)

5. Metode Kontrasepsi Implant

Susuk atau implant merupakan salah satu metode

kontrasepsi yang efektif berjangka waktu 2-5 tahun.

Kontrasepsi ini terdiri dari 6 batang susuk yang lembut, dan

terbuat dari sejenis materi karet elastis yang mengandung

hormone. Lokasi pemasangan adalah lengan atas melalui

suatu tindakan operasi kecil. Khasiat kontraseptif jenis


211

susuk ini timbul beberapa jam setelah insersi, sedangkan

tingkat kesuburan atau fertilitas akan kembali segera setelah

pencabutannya.

Setiap batang berukuran panjang 3,4 cm dengan diameter

2,5 mm, mengandung 36 mg levonorgestrel yaitu suatu

derivate hormone progesterone sintetik yang disaji dalam

bentuk Kristal kering. Penggunaan levonorgestrel bukanlah

merupakan suatu hal yang baru. Komponen ini secara luas

sudah digunakan sebagai bahan komponen pil kontrasepsi

kombinasi dan juga pada pil kontrasepsi yang hanya

mengandung progesterone.

Gambar 2.22 Alat Kontrasepsi Implant

a. Cara kerja

Lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses

pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi, mengurangi transportasi sperma dan

menekan ovulasi.
212

b. Efektivitas

Angka kegagalan norplant : < 1 per 100 wanita pertahun

dalam 5 tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan

kontrasepsi oral, IUD dan metode barrier.Efektivitas

norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada

tahun ke 6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil.

Norplant 2 sama efektifnya seperti norplant, untuk waktu

3 tahun pertama. Semula diharapkan norplant 2 juga

akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah

pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar

yang tidak diduga sebelumnya, yaitu 5-6 %.

Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan

dalam pelepasan hormonnya.

c. Keuntungan dan kekurangan

Adapun keuntungan dan kekurangan kontrasepsi implat

Tabel 2.31 Keuntungan dan Kekurangan Implant

Keuntungan Kekurangan

1) Keuntungan Pada kebanyakan klien


Kontrasepsi dapat menyebabkan
Daya guna tinggi, perubahan pola haid
perlindungan jangka berupa perdarahan bercak
panjang (5 tahun), (spotting), hipermenorea
pengembalian tingkat atau meningkatnya jumlah
kesuburan yang cepat darah haid serta amenore.
setelah pencabutan, Timbulnya keluhan-
tidak memerlukan keluhan seperti: nyeri
pemeriksaan dalam, kepala,
bebas dari pengaruh peningkatan/penurunan
estrogen, tidak berat badan, nyeri
213

mengganggu kegiatan payudara, perasaan mual,


senggama, tidak pening pusing, perubahan
mengganggu ASI, klien perasaan (mood) atau
hanya perlu kembali ke kegelisahan, membutuhkan
klinik bila ada keluhan, tindak pembedahan minor
dapat dicabut setiap untuk insersi dan
saat sesuai dengan pencabutan, tidak
kebutuhan, cara melindungi dari penyakit
penggunaanya mudah, AIDS ataupun infeksi
bersifat efektif tidak menular seksual, klien
merepotkan klien, tidak dapat
ekonomis, proses menghentikannya sendiri
penggunaanya mudah akan tetapi harus pergi ke
(setelah insersi hanya klinik, evektifitasnya
membutuhkan menurun apabila
kunjungan follow up mengonsumsi obat
dan saat pencabutan), tuberculosis (rifampisian)
tingkat proteksi yang atau obat epilespsi
berkesinambungan, (fenitoin dan barbirutat)
menyenangkan dan serta terjadinya kehamilan
tidak mengganggu ektopik sedikit lebih tinggi
aktivitas normal, (1,3 per 100.000
reversible bersifat perempuan per tahun).
nyaman dan tidak
menonjol (tertanam di
bawah kulit).
2) Keuntungan non-
kontrasepsi
Mengurangi nyeri haid,
mengurangi jumlah
darah haid,
mengurangi/memperbai
ki anemia, melindungi
terjadinya kanker
endometrium,
menurunkan angka
kejadian kelainan jinak
payudara, melindungi
diri dari beberapa
penyebab penyakit
radang panggul dan
menurunkan angka
kejadian
endometriotitis.
214

d. Manfaat dan kerugian dalam kesehatan

Adapun beberapa manfaat dan kerugian penggunaan

kontrasepsi implant.

Tabel 2.32 Manfaat dan Kerugian KB Implant

Manfaat Kerugain

Tidak mempengaruhi Membutuhkan tindak


laktasi, mengurangi pembedahan minor untuk
jumlah darah haid, insersi dan pencabutan,
memperkecil kejadian tidak melindungi dari
rasa sakit/kram saat haid, penyakit AIDS ataupun
mengurangi/memperbaik infeksi menular seksual,
i anemia, melindungi klien tidak dapat
beberapa penyebab PRP, menghentikannya sendiri
melindungi terjadinya akan tetap harus pergi ke
kanker endometrium, klinik, dapat
menurunkan angka mempengaruhi
kejadian kelainan jinak penurunan maupun
tumor payudara dan peningkatan BB,
mencegah kejadian memiliki resiko tindak
kehamilan ektopik. bedah minor (infeksi,
hematoma dan
perdarahan), secara
kosmetik susuk norplant
dapat terlihat dari luar,
pada kebanyakan klien
dapat menyebabkan
terjadinya pola
perubahan daur haid
(perdarahan bercak,
hipermenorea dan
amenorea), timbulnya
beberapa keluhan (nyeri
kepala, perubahan
perasaan,
peningkatan/penurunan
BB, perasaan mual,
pening,
dermatitis/jerawat dan
hirsutismus.
215

e. Indikasi dan kontraindikasi

Adapun indikasi dan kontraindikasi KB Implant

Tabel 2.33 Indikasi dan Kontraindikasi KB Implant

Indikasi Kontra indikasi

Usia reproduksi, telah Hamil atau diduga hamil,


memiliki anak ataupun perdarahan pervaginam
yang belum, yang belum jelas
menghendaki kontrasepsi penyebabnya,
yang memiliki efektivitas benjolan/kanker
tinggi dan menghendaki payudara atau riwayat
pencegahan kehamilan kanker payudara, tidak
jangka panjang, dapat menerima
menyusui dan perubahan pola haid
membutuhkan yang terjadi, miom
kontrasepsi, uterus dan gangguan
pascapersalinan dan tidak toleransi glukosa.
menyusui, pasca (Anggraini, 2012:201).
keguguran, tidak
menginginkan anak lagi
tapi menolak sterilisasi,
riwayat kehamilan
ektopik, tekanan darah
<180/110 mmHg, dengan
masalah pembekuan
darah atau anemia, tidak
boleh menggunakan
kontrasepsi hormonal
yang mengandung
estrogen dan sering lupa
menggunakan pil.

f. Instruksi untuk klien

1) Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama

48 jam pertama, untuk mencegah infeksi pada luka

insisi
216

2) Perlu dijelaskan bahwa terjadi sedikit rasa perih,

pembengkakan, atau lebam di daerah insisi dan tidak

perlu dikhawatirkan.

3) Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan, namun

hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada

daerah insersi.

4) Balutan penekan jangan dibuka dalam 48 jam,

sedangkan plester dipertahankan hingga luka sembuh

(biasanya 5 hari), setelah luka sembuh daerah tersebut

dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan wajar dan

bila ditemukan tanda-tanda infeksi seperti demam,

peradangan atau bila rasa sakit menetap selama

beberapa hari, segera kembali ke klinik.

(Sulistyawati,2014)

2.5.2 Konsep Asuhan KB

2.5.1.1 Pengkajian data subjektif

1. Biodata

Umur : Usia subur

Agama : Berhubungan dengan perawatan

perawatan penderita yang berkaitan

dengan ketentuan agama yang


217

dipercaya ibu atau kebiasaan klien.

Suku : Berkaitan dengan kondisi sosial budaya

ibu yang mempengaruhi perilaku

kesehatan ibu.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat

intelektualnya, tingkat pendidikan

mempengaruhi sikap perilaku

kesehatan seseorang.

Pekerjaan : Mengetahui kemungkinan pengaruh

pekerjaan terhadap apakah pekerjaan

itu mengganggu atau tidak seperti

bekerja di pabrik rokok, percetakan

serta mengukur tingkat ekonomi pasien

yang berpengaruh terhadap gizi pasien.

2. Keluhan utama

Ibu ingin memakai KB setelah melahirkan untuk menunda,

menjarangkan atau mengakhiri kemungkinan kehamilan.


218

3. Riwayat penyakit ibu

a. Suntik 3 bulan

Tidak ada perdarahan pervaginam, tidak menderita kanker

payudara atau riwayat kanker payudara tidak menderita

diabetes melitus, tidak menderita penyakit hati akut

(virus), penyakit jantung maupun stroke.

b. Minipil

Tidak mengalami perdarahan pervaginam, tidak

menderita TBC/epilepsi, tidak menderita kanker

payudara atau riwayat kanker payudara. Tidakn

menderita mioma uterus, tidak ada riwayat stroke.

c. MAL

Belum mengalami haid setelah bersalin.

d. IUD

Ibu tidak sedang atau pernah menderita perdarahan

pervaginam yang tidak diketahui, tidak sedang menderita

infeksi genital (vaginitis,servisitis), dalam 3 bulan

terakhir tidak sedang mengalami/menderita abortus

septic, tidak ada kelainan bawaan uterus yang abnormal

atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum

uteri, tidak pernah menderita penyakit trofoblas maupun

kanker alat genital (Irianti,2014:173)


219

e. Implant

Tidak mengalami perdarahan pervaginam, tidak

menderita benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker

payudara, tidak menderita miom uterus dan gangguan

toleransi glukosa.

4. Pola kegiatan sehari-hari

a. Nutrisi

Nafsu makan bertambah karena tingginya hormon

progesteron.

b. Personal Hygiene

Ganti CD 3-4 kali/hari karena lendir servik mengental,

dapat terjadi keputihan yang banyak.

2.5.2.2 Pengkajian data objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran : compos mentis

b. Tanda-tanda vital

TD : Sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik

60-80 mmHg. Tekanan darah > 180/110

mmHg (KB suntik 3 bulan), tekanan darah

tinggi (selama < 180/110 mmHg) (mini pil

dan implan), tekanan darah tinggi > 180/110

mmHg (AKDR tanpa hormon).


220

Nadi : 60-80 kali per menit

Suhu : 36,5 – 37,5 ℃

RR : 16-24 x/menit.

(Yanti,2014:67-68)

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tidak pucat.

Mata : Konjungtiva merah muda.

Dada : Tidak ada masa abnormal, tidak

ada nyeri tekan.

Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada

masa abnormal dan TFU tidak

teraba.

Genetalia : Tidak ada tanda-tanda infeksi,

inspekulo tidak ada lesi dan tidak

ada tanda kehamilan.

(Saminem,2016:84-85)

2.5.2.3 Analisa

Diagnosa : P... A...Calon akseptor KB (Suntik, pil,

AKDR, implan)

Masalah : ibu merasa cemas bila tidak memakai KB.


221

2.5.2.4 Penatalaksanaan

1. Jelaskan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan

serta tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

2. Uraikan macam-macam alat KB, menjelaskan cara kerja KB,

keuntungan dan kelebihan, efek samping, tingkat

keberhasilan, siapa yang bisa memakai dan siapa yang tidak

bisa memakai, dimana ibu mendapatkannya.

3. Bantu mencocokkan alat KB dengan keadaan dan kebutuhan

ibu.

4. Jelaskan, alat KB yang akan dipakai seperti: cara

memakainya, efek samping, tanda gejala yang mungkin

terjadi, memberi tahu kapan ibu kembali untuk kunjungan

ulang/jika ada keluhan efek samping.

5. Lakukan pemasangan alat kontrasepsi yang dipilih ibu jika

sudah bersedia.

2.5.2.5 Catatan Perkembangan Kunjungan Ulang KB

Subjektif : 1. Pengguna progestin


Ibu mengeluh gangguan haid (siklus
haid memendek atau memanjang,
perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur/bercak, tidak
haid sama sekali). Pada penggunaan
jangka panjang ibu mengeluh sakit
kepala, jerawatan, gangguan kepuasan
seks (libido menurun).
2. Mini pil
Ibu mengeluh mengalami gangguan haid
(spotting dan amenore),
peningkatan/penurunan berat badan,
payudara tegang, mual, pusing dan
222

dermatitis.
3. MAL
Tidak ada keluhan.
4. AKDR
Pada AKDR progestin ibu mengelih
amenorea pada penggunaan jangka
panjang
Pada AKDR tanpa hormon ibu
mengeluh haid lebih banyak dan lama,
perdarahan (spotting antar menstruasi).
5. Implant
Ibu mengeluh penambahan berat badan

Objektif :

Analisa : Diagnosa : P... A... akseptor KB


ulang (Suntik, pil,
AKDR, implant)
Masalah : Ibu cemas dan tidak
nyaman dengan
perubahan pola
menstruasinya.

Penatalaksanaan :

1. Tanyakan apakah ibu masih memakai cara KB yang dulu,

jika “Ya” tanyakan apakah dia menyukainya.

2. Apakah ibu mengalami efek samping. Kalau ada,

bicarakan satu-satu setiap keluhan yang dikemukakan.

3. Jika memang ibu mengalami keluhan efek samping,

jelaskan beberapa kemungkinan penyebabnya dan

sarankan yang bisa dilakukannya untuk mengatasi

masalah.

4. Beri kesempatan bertanya dan menjelaskan keluhannya

atau keinginannya.
223

5. Jika ibu sudah tidak memakai cara KB yang dulu atau

tidak menyukainya, berikan informasi mengenai cara-cara

KB lain. Bantu ibu memilih cara KB yang mungkin lebih

cocok untuknya.
BAB 3

KERANGKA KERJA ASUHAN KEBIDANAN

3.1 Kerangka Kerja Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Kerangka kerja adalah sebuah struktur yang digunakan untuk

mengonseptualisasikan suatu sistem dan untuk menyusun proses perancangan

dan membantu perancang untuk mengidentifikasi rancangan yang bermasalah.

Gambar 3.1 Kerangka Kerja

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Penempatan Praktik

Bidan di Mendiskusikan
lahan Inform consent pada subyek
pasien

Melakukan asuhan

ANC 3x INC 1x Neonatus dan Nifas 3x KB 2x

Penyusunan LTA
keseluaruhan
Sidang LTA Dokumentasi dan publikasi

224
225

3.2 Subyek Asuhan Kebidanan

Dalam asuhan kebidanan yang menjadi subyek dalam pengkajian meliputi :

ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB yang sudah bersedia menjadi

klien.

3.3 Kriteria Subyek

Kriteria subyek adalah orang atau golongan yang menjadi sasaran

pengambilan kasus. Kriteria subyek asuhan kebidanan antara lain:

1) Ibu hamil usia kehamilan 36-40 minggu, dengan KSPR 2-6

2) Ibu bersalin fisiologis

3) Ibu nifas fisologis

4) Bayi baru lahir fiologis

5) Ibu calon akseptor KB

6) Bersedia menjadi responden, bersedia tidak pindah sampai asuhan selesai

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk dan dilanjutkan

secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Instrumen

pengumpulan data yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap,

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Sulistyawati,2014:179)

Dalam asuhan kebiadan ini instrumen yang di gunakan untuk mendapatkan

data adalah format asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus

dan KB serta lembar observasi, buku KIA, buku register, kohort ibu, KSPR,

Balld Scord, dan partograf.


226

3.5 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data asuhan kebidanan yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1) Metode wawancara

Metode wawancara adalahprbincangan terarah dengan cara tatap muka dan

pertanyaan yang di ajukan mengarah pada data yang relevan dengan

pasien (Sulistiywati,2014)

2) Metode observasi

Metode observasi adalah bagian dalam pengumpulan data langsung dari

lapangan dengan melakukan pemeriksaan pada pasien yang hendak diteliti

(Jonathan, 2013 : 112).

3) Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah bentuk catatan atau informasi yang

didapatkan dari hasil pengkajian dan pemeriksaan pasien serta kegiatan –

kegiatan yang dilakukan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

(Sulistyawati,2014:179)

3.6 Tempat Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu adalah

lahan praktik Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember yang telah memiliki

MoU dengan STIKES dr. SOEBANDI, atas persetujuan pembimbing.


227

3.7 Waktu Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Waktu yang diperlukan untuk mulai dari penyusunan proposal sampai

memberikan asuhan kebidanan adalah tanggal 19 Maret sampai dengan 09

Juni 2018

3.8 Etika Dan Prosedur

Etika dalam memberikan asuhan kebidanan Continuity of Care adalah

sebagai berikut :

1) Informed Consent

merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi klien. Tujuan informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

Apabila klien bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut.

2) Anonimity (TanpaNama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama klien pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.

3) Kerahasiaan
228

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah – masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya.

Prossedur dalam memberikan asuhan kebidananContinuity of Care

adalah sebagai berikut :

4) Sikap

(a) Sapa klien dengan sopan dan ramah (memberi salam).

(b) Memperkenalkan diri pada klien (memperkenalkan diri sebagai

mahasiswa bidan dengan menyebut nama sambil berjabat tangan /

memberikan sentuhan kepada klien dengan ramah).

(c) Ungkapkan maksud dan tujuan (memberi surat permohonan

menjadi klien).

(d) Tanyakan sikap / keyakinan klien yang dapat mendukung atau

menolak tentang asuhan yang akan diberikan (menganalisa

pemahaman klien tentang maksud dan tujuan).

(e) Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.

(f) Bila sudah sepakat klien menandatangani surat pernyataan

(informed consent / surat pernyataan klien).

(g) Kumpulkan data – data pribadi klien (nama, alamat, dan

sebagainya).

(h) Percaya diri (terlihat tenang dan melakukan dengan percaya diri).

5) Dokumentasi
229

(a) Terdapat surat permohonan menjadi klien.

(b) Terdapat surat pernyataan menjadi klien.

(c) Lembar pengkajian


BAB 4

TINJAUAN KASUS

4.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny. R G3P2A0UK 39 Minggu

Hari/Tanggal :Jumat, 31 Maret 2018

Jam : 14.30 WIB

Pengkaji : Sitti Halimatus Sakdiya

4.1.1 Subjektif

1. Anamnesis biodata

Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. D

Umur : 27 Tahun Umur : 28 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Gondasari Alamat : Gondasari

230
231

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan nyeri punggung bawah (pinggang) dan nyri prut

bagian bawah

3. Riwayat menstruasi

HPHT : 25 – 06 – 2017
HTP : 02 – 04 – 2018

4. Riwayat obtetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

N UK Peny Jenis Pe T Pe BB L H U pen Lam


o ulit pers nole ny L /P / mu yul a
alina on m ulit M r it ASI
n g p
at
1 41 - Spt Bid B - 30 L H 5 - 2 th
min an P 00 th
ggu M
2 39 - Spt Bid B - 29 P H 2 - 1,5
min an P 00 th th
ggu M
3 H A M I L I N I

5. Riwayat kehamilan sekarang

Frekuensi Keluhan UK Terapi KIE Ket

TM 1x Mual 11 Fe 10 tablet Manfaat Hb : 10


I muntah minggu Vitamin. C 10 Fe, vit C, gr%
tablet kalk VCT :
Kalk10 tablet NR

TM 2x Tidak 22-25 Fe 10 tablet Kebutuhan Gerakan


II ada minggu Vitamin. C 10 nutrisi. janin
keluhan tablet mulai
Kalk 10 tablet terasa
232

Frekuensi Keluhan UK Terapi KIE Ket

Tidak 26-28 Fe 10 tablet Tanda pada usia


ada minggu Vitamin. C 10 bahaya kehamila
keluhan tablet kehamilan n 4 bulan
Kalk 10 tablet . gerakan
janin
aktif

TM 4x Tidak 28 Fe 10 tablet Berjalan-


III ada minggu Vitamin. C 10 jalan
keluhan tablet
Kalk 10 tablet
Tidak 29-30 Fe 10 tablet Manfaat
ada minggu Vitamin. C 10 senam ibu
keluhan tablet hamil
Kalk 10 tablet
Nyeri ulu 34 – 36 Fe 10 tablet Hindari
hati dan minggu Vit. C 10 makanan
pusing tablet yang
Kalk10 merangsan
tablet g.
Berlocid 10
tablet dan
grafadon
Sakit 37-38 Lanjut minum Pijat Hb : 11
pinggang minggu Fe dan perineum gr%
Konsumsi Fe 2
tablet/hari
Ket: Fe : 70 tablet (176 mg) Vit. C : 70 (50 mg) Kalk:70

(150mg)

6. Riwayat kesehatan

Ibu tidak sedang menderita atau dahulu tidak pernah menderita

penyakit sistemik (jantung, asma) maupun penyakit menurun

(hipertensi, diabetes melitus) dan penyakit menular (HIV/AIDS,

hepatitis, TBC, IMS, Typoid).


233

7. Riwayat psikologi, sosial dan ekonomi

1. Psikologi

Ibu merasa agak senang akan memiliki momongan lagi.

2. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan

Ibu mendapat dukungan dari keluarga.

3. Pengambilan keputusan dalam keluarga

Suami

4. Budaya

Ibu mengatakan tidak ada budaya mengkonsumsi jamu selama

kehamilan.

5. Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan

BPM/Puskesmas.

8. Pola kegiatan sehari-hari

a. Nutrisi

Makan : 3x sehari (nasi, lauk pauk, sayur, ikan, buah).

Minum : 7-8 gelas / hari (air putih)

b. Eliminasi

BAK : Sebelum hamil (4 x/hari)

Selama hamil (6 x/hari)

BAB : Sebelum hamil (1 x/hari)

Selama hamil (1x/hari)

c. Istirahat
234

Siang 1-2 jam

Malam 7-8 jam

d. Personal Hygiene

Mandi : 2 x/hari

Gosok gigi : 2 x/hari

Ganti baju : 2 x/hari

Ganti celana dalam : 2 x/hari

e. Aktivitas

Sebelum hamil : Mengerjakan pekerjaan rumah sendiri

(membersihkan rumah dan memasak)

Selama hamil : Tetap melakukan pekerjaan rumah hanya

yang ringan saja.

4.1.2 Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran : composmentis

b. Tanda-tanda vital

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 79 x/menit

Suhu : 36,8℃

RR : 19 x/menit

c. Antropometri

BB dahulu : 56 kg
235

Kenaikan BB : 9 kg

BB sekarang : 64 kg

Tinggi badan : 149 cm

IMT : 25,45

LiLA : 27 cm

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tidak pucat, cloasma gravidarum tidak ada,

edema wajah tidak ada

Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterus, palpebra tidak edema.

Mulut/gigi/lidah : Simetris, bibir tidak kering, tidak terdapat

stomatitis, gigi bersih tidak ada karies.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

bendungan vena jugularis dan tidak ada

pembesaran kelenjar limfe.

Dada : Dada simetris, puting susu menonjol,

hiperpigmentasi aerola mamae, payudara

membesar simetris, kolustrum keluar.

Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan, terdapat linea

nigra, tiada striae albikan dan tampak gerakan

anak.
236

Leopold I : TFU 3 jari bawah px,teraba bagian lunak dan

tidak melenting.

Leopold II : Teraba panjang keras seperti papan (punggung)

pada bagian kiri ibu (puki).

Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras dan melenting

(kepala janin).

Leopold IV : Konvergen

DJJ : 140 x/menit

TFU : 30 cm (pertengahan pusat dan px)

TBJ : (30-12) x 155 = 2.790gr

Genetalia : Tidak terkaji (pasien tidak bersedia).

Anus : Tidak terkaji (pasien tidak bersedia).

Ekstremitas : Ekstremitas atas/bawah simetris, tidak ada

oedem, tidak ada varises.

4.1.3 Analisa

Diagnosa : Ny. R G3P2A0 usia kehamilan 39 Minggu, kesan

jalan lahir normal, janintunggal, hidup. K.U. ibu

dan janin baik


237

Masalah : Nyeri perut bagian bawah dan nyeri pinggang

4.1.4 Penatalaksanaan

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

Jumat 31 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa


Maret 2018 keadaan ibu dan janinnya baik, ibu
Jam 15.00 bahagia.
WIB 2. Mengatasi masalah nyeri perut bagian
bawah dan nyeri pinggang
(menganjurkan ibu menghindari
berbaring dalam waktu 3 jam,
menghindari berbungkuk berlebihan,
mengangkat beban berat, danberjalan
tanpa istirahat, ibu mengangguk.
3. Memberikan obat Fe 10 tablet (1x1),
vit. C 10 tablet (1x1) dan kalk 10 tablet
(1x1) serta menjelaskan cara
mengonsumsi/efek sampingnya, ibu
mengerti
4. Memberikan KIE tentang :
a. Menganjurkan ibu untuk tidak
minum banyak 2 jam sebelum tidur
agar tidak sering terbangun pada
malam hari.
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi,
olahraga ringan, istirahat,
kebersihan diri dan lingkungan,
persiapan pemberian ASI.
c. Menganjurkan kepada ibu untuk
jalan-jalan dan lakukan pemijatan
perineum, ibu mengerti tentang apa
yang sudah dijelaskan.
5. Mendiskusikan jadwal kunjungan
ulang, ibu sepakat kunjungan lagi
tanggal 08 April 2018.

4.1.5 Catatan Perkembangan Kunjungan Ke-2 Trimester III

Tanggal Pemeriksaan 08 April 2018 jam 09.30 (UK 40 Minggu)

1. Subjektif :

a. Keluhan : Ibu mengatakan kenceng-kenceng


238

b. Riwayat psikologis

Ibu cemas karena akan melahirkan lagi

c. Pola kegiatan sehari-hari

1) Nutrisi

Makan : 3-4x sehari (nasi, lauk pauk, sayur, ikan,

buah).

Minum : 7-8 gelas/sehari (air putih)

2) Eliminasi

BAK : Sebelum hamil (4 x/hari)

Selama hamil (6 x/hari)

BAB : Sebelum hamil (1 x/hari)

Selama hamil (1x/hari)

3) Istirahat

Siang :1-2 jam

Malam :7-8 jam

4) Personal Hygiene

Mandi : 2 x/hari

Gosok gigi : 2 x/hari

Ganti baju : 2 x/hari

Ganti celana dalam : 2 x/hari


239

5) Aktivitas

Mengerjakan pekerjaan ringan di rumah seperti menyapu.

2. Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Kesadaran : Composmentis

2) Tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 75 x/menit

Suhu : 36,7℃

RR : 21 x/mnt

3) Antropometri

BB kunjungan kemarin :64

Kenaikan BB selama hamil :8 kg

BB sekarang :64 kg

KSPR :6

4) Pemeriksaan Fisik

Wajah : Tidak pucat

Mata : Konjungtiva merah muda (kiri/kanan),

sklera putih (kiri/kanan).

Payudara : Kolostrum sudah keluar.


240

Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan,

terdapat linea nigra, tidak ada striae

albikan, tampak gerakan anak.

Leopold I : 3 jari dibawa px, teraba bagian lunak

dan tidak melenting.

Leopold II : Teraba panjang keras seperti papan

(punggung) pada bagian kiri ibu (puki).

Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras dan

melenting (kepala janin).

Leopold IV : konvergen

DJJ : 136 x/menit

TFU : 29 cm

TBJ : (29-12) x 155 = 2.790 gram

Ekstremitas : Ekstremitas tidak ada oedem dan tidak

ada varises.

3. Analisa

Diagnosa : Ny. R G3P2A0 usia kehamilan 40 Minggu,

kesan jalan lahir normal, janin tunggal, hidup,


241

preskep.

Masalah : -

4. Penatalaksanaan

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

08 April 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa


2018 keadaan ibu dan janin baik, ibu mengerti
Jam 10.00 dengan keadaanya
WIB 2. Memberikan tablet Fe 10 tablet (1x1), vitamin
C 10 tablet (1x1) dan Kalk 10 tablet (1x1)
serta mengajurkan ibu untuk rutin
mengonsumsinya, ibu mengatakan akan
minum obat yang diberikan bidan setiap hari.
3. Memberikan KIE tentang:
a. Menjelaskan kepada ibu bahwa kenceng-
kenceng merupakan salah satu
ketidaknyamanan pada kehamilan TM III
dan menganjurkan pada ibu untuk tidak
terlalu panik.
b. Menjelaskan tentang penambahan berat
badan normal selama 1 bulan yakni 1 kg
dan menganjurkan ibu untuk menjaga pola
makan agar berat badan ibu untuk
kunjungan minggu depan tidak mengalami
kenaikan.
c. Mengajarkan cara pijat perineum agar otot
jalan lahir tidak kaku, mencegah robekan
jalan lahir, mengurangi nyeri saat bersalin.
4. Menjelaskan tentang persiapan P4K
(penolong persalinan harus tenaga kesehatan,
tempat persalinan di puskesmas/rumah
bidan), pendamping persalinan
keluarga/suami, transportasi dan calon
pendonor darah, keuangan,serta surat yang
akan dibutuhkan (KK, BPJS, KTP, dll)
5. Menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan
(keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir,
nyeri yang semakin bertambah sakit,
keluarnya cairan dari jalan lahir), ibu
mengerti tentang apa yang sudah dijelaskan.
242

6. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan


kunjungan ulang pada tanggal 14 April 2018,
ibu bersedia

4.1.6 Catatan Perkembangan Kunjungan Ke-3 Trimester III

Tanggal Kunjungan : 14 April 2018 Jam 08.30 (UK 41 Minggu)

1. Subjektif

a. Keluhan

Ibu mengatakan kenceng-kenceng masih terasa dan semakin

sering

b. Riwayat psikologis

Ibu mengatakan cemas karena akan melahirkan lagi

c. Pola kegiatan sehari-hari

1) Nutrisi

Makan : 3x sehari (nasi, lauk pauk, sayur, ikan,

buah).

Minum : 7-8 gelas/sehari air putih.

2) Eliminasi

BAK : Sebelum hamil (4 x/hari)

Selama hamil (6 x/hari)

BAB : Sebelum hamil (1 x/hari)

Selama hamil (1x/hari)

3) Istirahat
243

Siang : 1-2 jam

Malam : 7-8 jam

4) Personal Hygiene

Mandi : 2 x/hari

Gosok gigi : 2 x/hari

Ganti baju : 2 x/hari

Ganti celana dalam : 2 x/hari

5) Aktivitas

Mengerjakan pekerjaan ringan seperti menyapu.

2. Objektif

a. Pemerikaan Umum

1) Kesadaran : Composmentis

2) Tanda-tanda vital

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Suhu : 36,9℃

RR : 20 x/menit

3) Antropometri

BB 1 minggu lalu : 64 kg

Kenaikan BB : 8Kg

BB sekarang : 64 Kg
244

b. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Tidak pucat

Mata : Konjungtiva anemis (kanan/kiri), sklera

tidak ikterus (kanan/kiri).

Payudara : Kolostrum keluar (kanan/kiri).

Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan, terdapat

linea nigra, ada striae albikan, tampak

gerakan anak.

Leopold I : 3 jari dibawa px, teraba bagian lunak dan

tidak melenting.

Leopold II : Teraba panjang keras seperti papan

(punggung) pada bagian kiri ibu (puki).

Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras dan

melenting (kepala janin).

Leopold IV : Divergen (4/5)

DJJ : 143 x/menit

TFU : 29 cm

TBJ : (29-11) x 155 = 2.790 gram


245

Ekstremitas : Ekstremitas atas/bawah tidak ada oedem.

c. Pemeriksaan Penunjang

HB : 11,2 gram/dl %

3. Analisa

Diagnosa : Ny. R G3P2A0 usia kehamilan 41 Minggu,


kesan jalan lahir normal,janin tunggal,
hidup, preskep.

Masalah : -

4. Penatalaksanaan

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

14 April 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa


2018 keadaan ibu dan janin baik, ibu mengerti.
2. Memberikan KIE tentang persalinan siaga,
Jam 09.00 dan kebutuhan ibu dan bayi (baju ibu dan
WIB bayi), ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu apabila terasa tanda-
tanda persalinan segera menghubungi
tenaga kesehatan, ibu mengatakan akan
segera menghubungi Bidan P atau
Mahasiswa S, ibu mengatakan iya
246

4.2 Asuhan Kebidanan Persalinan

Tanggal 15 April 2018 Jam 10.00 WIB

4.2.1 Subjektif

1. Keluhan

Ibu mengatakan kenceng-kenceng dan keluar lendir campur darah.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan perut terasa kenceng-kenceng, keluar lendir campur

darah sejak jam 07.30 WIB (15 April 2018).

3. Psikososial spiritual

a Psikologis : Ibu merasa cemas menghadapi persalinan.

b Spiritual : Ibu banyak menyebut asma Allah.

c Sosial : Keluarga mendampingi ibu saat melahirkan.

4. Pola makan dan minum terakhir

a Makan dan : Jam 06.30 WIB tanggal 14- 04-2018


minum terakhir
b BAB/BAK : BAB jam 04.30 WIB tanggal 15-04-2018
terakhir
BAK jam 09.00 WIB tanggal 15-04-2018

c Istirahat terakhir : Jam 21.00 – 03.00 WIB tanggal 14-04-2018

4.2.2 Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran : Compos mentis

b. Tanda-tanda vital
247

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Suhu : 36,9℃

RR : 20x/menit

c. Antropometri

BB : 64 Kg

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tidak pucat

Mata : Konjungtiva tidak anemis (kanan/kiri), sklera

tidak ikterus (kanan/kiri).

Payudara : Kolostrum keluar (kanan/kiri)

Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan, terdapat

linea nigra, ada striae albikan, tampak

gerakan anak.

Leopold I : 3 jari dibawa px, teraba bagian lunak dan

tidak melenting.

Leopold II : Teraba panjang keras seperti papan

(punggung) pada bagian kanan ibu (puki).

Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras dan tidak


248

bisa digoyangkan (kepala janin).

Leopold IV : Divergen (3/5)

DJJ : 146 x/menit

TFU : 28 cm

TBJ : (28-11) x 155 = 3.410 gram

Genetalia : Vulva tidak ada varises, tidak ada edema,

tidak ada kondiloma akuminata, tampak

blood slym. VT: konsistensi porsio lunak, eff

50 %, pembukaan 7 cm, ketuban utuh, hodge

I, bagian terendah janin kepala, denominator

UUK jam 1, molase 0,tidak ada bagian lain

disamping kepala.

Anus : Tidak ada hemoroid.

Ekstremitas : Ekstremitas atas/bawah tidak ada oedem dan

tidak ada varises.

4.2.3 Analisa

Diagnosa : Ny. R G3P2A0 usia kehamilan 41 minggu, inpartu

kala I fase aktif (dilatasi maksimal), janin tunggal,

hidup, preskep.
249

Masalah : ibu merasa cemas karena proses persalinan.

4.2.4 Penatalaksanaan
Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

15 April 1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada


2018 ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan
Jam 10.30 janin baik, ibu dan keluarga mengerti.
WIB 2) Mengatasi masalah kecemasan ibu
dengan memotivasi ibu bahwa ibu bisa
menjalani proses persalinan secara
normal.
3) Menganjurkan ibu jalan-jalan (jika ibu
kuat berjalan) dan tidur miring kiri (jika
ibu lelah) agar posisi kepala cepat turun
ke bawah, ibu tidur posisi miring kiri.
4) Menganjurkan ibu BAK/BAB jika ibu
menginginkannya, ibu mengerti.
5) Menganjurkan ibu nafas panjang jika
merasa sakit/ingin meneran karena
pembukaan masih 7 cm agar jalan lahir
tidak bengkak, ibu nafas panjang.
6) Menganjurkan ibu makan dan minum
minuman yang manis agar ibu kuat pada
saat meneran nanti, ibu minum cairan
penambah ion.
7) Melanjutkan observasi observasi His,
DJJ, Nadi setiap 30 menit dan pembukaan
setiap 4 jam (hasil terlampir dalam
partograf).

4.2.5 Catatan Perkembangan


Tanggal/jam SOAP Paraf

15 April S :Ibu mengatakan ingin meneran kuat.


2018 O : k/u ibu baik, TD= 110/70 mmHg, N= 80
Jam 11.30 x/mnt, S= 37℃, RR= 20 x/mnt, His=
WIB 4x10’x40’’ DJJ= 140 x/mnt, VT=
konsistensi porsio lunak, eff 100 %,
pembukaan 10 cm, ketuban pecah spontan,
hodge III, bagian terendah janin kepala,
250

denominator UUK jam 1, molase 0 dan tidak


ada bagian kecil disamping kepala. Tampak
dorongan meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol dan vulva membuka.
A: Diagnosa :
Ny. R P3A0 kala II
Masalah : -

P:
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga
bahwa keadaan ibu dan janin baik, ibu
dan keluarga mengerti.
2) Menganjurkan ibu dalam posisi yang
sesuai keinginan ibu untuk melahirkan
bayi, ibu dalam posisi miring kiri.
3) Melakukan bimbingan meneran setiap
ibu mengalami kontraksi, ibu meneran
kuat dan sesekali minum cairan
penambah energi.
4) Memeriksa keadaan ibu dan denyut
jantung janin setiap 5-10 menit, detak
jantung janin dalam batas
normal130x/menit.
5) Melakukan bimbingan meneran setiap
ibu mengalami kontraksi, ibu meneran
kuat dan sesekali minum cairan
penambah energi.
6) Melahirkan bayi dengan sangga susur,
bayi lahir jam 11.55 WIB.
7) Menilai sepintas bayi, bayi menangis
kuat dan warna kulit merah muda.
8) Mengecek kontraksi uterus, kontraksi
uterus baik.
9) Memberi suntikan oksitosin 10 unit intra
muskular setelah 1 menit bayi lahir, telah
disuntik oksitosin 10 UI.
10) Klem dan jepit tali pusat di dua tempat,
tali pusat telah diklem/dijepit pada dua
tempat.
11) Memotong dan mengikat tali pusat, tali
pusat terpotong.
12) Mengeringkan bayi, bayi Dalam
keadaan kering.
251

13) Melaksanakan inisiasi dini pemberian


ASI, dilakukan IMD selama 1 jam.
15 April S : Ibu mengatakan perut terasa mules.
2018
Jam 12.05 O : Bayi sudah lahir normal dan tidak
WIB ada janin kedua, TFU setinggi pusat,
tidak ada janin kedua.

A : Diagnosa :
Ny. R P3A0 kala III
Masalah :

P : 1) Melakukan peregangan tali pusat


terkendali, tali pusat terenggang.
2) Melihat tanda-tanda pelepasan
plasenta, tali pusat mengulur,
terdapat semburan darah, uterus
globuler.
3) Melahirkan plasenta dengan
kedua tangan sampai selaput
ketuban terpilin, plasenta lahir
jam 12.05 WIB.
4) Mengecek laserasi dan jumlah
perdarahan, tidak ada laserasi
dan perdarahan ±200 cc.
5) Melakukan massage uterus,
uterus keras.

15 April S : Ibu merasa lega telah melahirkan


2018 ari-arinya.
Jam 12.15
WIB O : Kontraksi uterus baik, perdarahan
±200 cc. Memberikan salep mata
dan Vit K.

A : Diagnosa :
Ny. R P3A0kala IV
Masalah :
-

P : 1) Mengevaluasi tinggi fundus uteri,


TFU 2 jari di bawah pusat.
2) Melakukan pemeriksaan jalan
lahir dan perineum dari
252

perdarahan aktif, perdarahan


normal
3) Tidak dilakukan penjahitan luka,
karena tidak ada laserasi
4) Mengajari ibu cara massage
uterus, ibu bisa melakukan
masase sendiri.
5) Memantau keadaan umum,
tanda-tanda vital, TFU, kontraksi
uterus, kandung kemih dan
pengeluaran darah setiap 15 menit
selama 1 jam pertama dan 30
menit selama jam kedua pasca
persalinan, hasil terlampir pada
lembar partograf.
6) Mengupayakan agar kandung
kemih tetap kosong, kandung
kemih kosong.
7) Membersihkan badan ibu dan
merapihkan alat serta lingkungan
pasien, ibu bersih, alat telah di
dekontaminasi dan lingkungan
pasien rapi.
8) Memfasilitasi bonding atachment,
ibu menyusui setiap kali bayinya
menangis atau setiap 2 jam sekali.
9) Memfasilitasi ibu makan dan
minum, ibu makan 1 porsi dengan
menu nasi sayur sop dan minum
teh manis.
10) Memfasilitasi ibu untuk istirahat,
ibu istirahat dengan posisi miring
kiri/kanan.

4.3 Asuhan Kebidanan Nifas

Tanggal Kunjungan 15 April 2018 Jam 18.00 (6 jam Post Partum)

4.3.1 Subjektif

1. Keluhan Utama

Ibu mengeluh nyeri pada jalan lahir


253

2. Riwayat Persalinan Sekarang

Bayi

Hari/tanggal jam : Minggu, 15 April 2018 jam 11.55 WIB.

lahir

Jenis persalinan : Spontan

Lama persalinan : 1 jam.

Penyulit : Tidak ada

BB/PB : 2700 gram/49 cm.

Penilaian selintas : Menangis kuat, bernafas tanpa kesulitan,

gerakan aktif dan kulit kemerahan.

AS : 9-10

Anus : Berlubang ditandai dengan keluarnya

mekonium.

Plasenta

Hari/tanggal, jam : Minggu, 15 April 2018, jam

12.00 WIB.

Jenis : Spontan.

Lengkap : Ya .

Penyulit : Tidak ada.

Laserasi : Tidak ada


254

3. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi

Ibu setelah melahirkan makan nasi sayur sop, minum teh hangat 1

gelas dan cairan penambah ion.

b. Eliminasi

Ibu sudah BAK

c. Istirahat

Selama 2 jam post partum ibu sudah bisa miring kanan dan kiri

dan menyusui bayinya.

d. Aktivitas (mobilisasi)

Ibu sudah bisa berjalan ke kamar mandi sendiri meskipun masih

melibatkan semua aktivitasnya pada keluarga.

e. Riwayat Psikososial

1) Psikologis

Ibu bahagia karena bayinya lahir secara normal.

2) Sosial

Keluarga mendampingi dan membantu ibu dalam mengurus

bayinya.

4.3.2 Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran : composmentis.

b. Tanda-tanda vital
255

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/mnt

Suhu : 36,9 ℃

RR : 20 /menit.

c. Antropometri

BB hamil : 64 kg

Penurunan BB : 1 kg

BB nifas : 63 kg

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tidak pucat.

Mata : Konjungtiva tidak anemis

(kanan/kiri) dan sklera tidak ikterus

(kanan/kiri)

Payudara : Puting susu menonjol,

hiperpigmentasi areola dan kolustrum

keluar (kanan/kiri).

Abdomen : Kontraksi baik, TFU 2 jari dibawah

pusat.

Genetalia : Bersih, terdapat lochea rubra, tidak


256

ada oedem dan tidak terdapat varises.

Anus : Tidak ada hemoroid

Ekstremitas : Ekstremitas atas/bawah tidak ada

oedem, tidak ada varises.

4.3.3 Analisa

Diagnosa : Ny. R P3A0 6 jam post partum

Masalah : -

4.3.4 Penatalaksanaan

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

15 April 1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa


2018 ibu dalam keadaan baik, ibu mengerti.
jam 18.00 2) Mengatasi masalah nyeri jalan lahir
WIB dengan menjelaskan bahwa hal tersebut
biasa terjadi pada ibu dengan melahirkan
secara normal karena otot-otot vagina
belum kembali sempurna. Menganjurkan
ibu untuk mobilisasi dini seperi miring
kanan kiri, mengajarkan cara membasuh
kemaluan dari arah depan ke belakang
dan menjelaskan bahwa pada saat baru
melahirkan ASI keluar sedikit dan
berwarna kekuningan yang disebut
kolostrum serta menjelaskan dengan terus
menyusui dengan cara tetap menyusui,
membersihkan puting susu dengan kapas
hangat ASI ibu akan keluar banyak, ibu
mengerti.
3) Menganjurkan ibu mobilisasi dini, ibu
sudah mampu berjalan ke kamar mandi.
4) Menjelaskan tanda bahaya nifas seperti
perdarahan setelah elahirkan, suhu
meningkat, sakit kepala, penglihatan
257

kabur, dll, ibu mengerti


5). Memberikan ibu Fe 10 tablet, Vit. A 2 biji
(diminum 2 hari berturut-turut pada jam
yang sama), amoxilin 10 tablet diminum
3x1, analgesic 10 tablet diminum 3x1, ibu
mengatakan akan meminumnya di rumah.
6). Memberikan KIE :
(1) Istirahat cukup (Istirahat yang cukup
saat bayi tidur ibu tidur juga).
(2) Tidak boleh tarak (konsumsi semua
aneka ragam makanan terutama ikan,
telur/putih telur, sayuran hijau, buah-
buahan/pepaya untuk mencegah sulit
BAB) dan konsumsi air putih 2 botol
besar air mineral setiap hari/diminum
sebelum dan sesudah menyusui agar
produksi ASI banyak.
(3) Menjaga kebersihan diri termasuk
kebersihan daerah kemaluan, sesering
mungkin/setiap kali BAK ganti
pembalut, ibu mengerti dan akan
melakukannya di rumah.
7). Mendiskusikan jadwal kunjungan ulang
nifas, akan dilakukan kunjungan ulang
pada tanggal 24 April 2018.

4.3.5 Catatan Perkembangan Nifas (Kunjungan Ke II/7Hari Post

Partum)

Tanggal 24 April 2018 Jam 09.00 WIB

1. Subjektif

b. Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

c. Pola kebiasaan sehari-hari


258

1) Nutrisi

Makan : 3 x sehari dengan menu nasi, lauk (ikan laut,

tahu, tempe, ayam) sayuran (kelor, bayam,

sawi).

Minum : Sebelum dan sesudah menyusui (1,5 aqua

botol besar/hari).

2) Eliminasi

BAB : 1 x sehari

BAK : 4 x sehari

3) Istirahat

Ibu tidur ketika bayi tidur.

4) Aktivitas

Menyusui bayinya, berjalan-jalan di halaman rumah

5) Riwayat psikososial dan budaya

Ibu merasa senang karena bisa merawat diri dan bayinya,

suami dan keluarga ikut membantu merawat bayinya serta

anak terakhirnya, seperti saat bayi terbangun dimalam hari

suami juga menemani ibu ketika menyusui bayinya.

2. Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital
259

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 77 x/mnt

Suhu : 36,9 ℃

RR : 20 x/menit.

Antropometri

BB lalu : 63 kg

Penurunan BB : 2 kg

BB sekarang : 62 kg

b. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Tidak pucat

Mata : Konjungtiva anemis (kanan/kiri) dan sklera

tidak ikterus (kanan/kiri).

Payudara : Puting tidak lecet dan ASI keluar banyak

Abdomen : Kontraksi baik, TFU 3 jari di bawah pusat.

Genetalia : Tidak ada tanda-tanda infeksi, jaringan

belum bertautan, lochea sanguinolenta,.

Anus : Tidak ada hemoroid

Ekstremitas : Ekstremitas atas/bawah simetris, tidak ada

oedem, tidak ada varises.


260

c. Pemeriksaan penunjang

HB : 11.0 gr%

3. Analisa

Diagnosa : Ny. R P3A0 7 Hari Post Partum dengan

keadaan fisisologis.

Masalah : -

4. Penatalaksanaan

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

19 April 1) Menjelaskan hasil pemeriksaan


2018 jam kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan
09.00 WIB baik, ibu mengerti
2) Menganjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara dan menyusui
dengan benar, ibu mengerti dan
menyusui bayinya dengan sebelum
dan setelah menyusui mengoleskan
puting dan aerola dengan ASI.
3) Memberikan konseling tentang:
(1) Pentingnya ASI Eksklusif
(2) Cara merawat payudara dengan
memijat payudara menggunakan
beby oil.
(3) Cara senam nifas, ibu
mengatakan ya.
4) Menganjurkan kepada keluarga
membantu ibu dalam perawatan
bayi, keluarga mengerti.
5) Memberikan ibu analgesic
(untuk mengurangi nyeri) 10
tablet diminum 3x1, ibu
mengatakan akan meminumnya
di rumah.
6) Mendiskusikan jadwal
261

kunjungan ulang nifas, akan


dilakukan kunjungan ulang 20
Mei 2018, ibu bersedia
dilakukan kunjungan ulang.

4.3.6 Catatan Perkembangan Nifas (Kunjungan Ke III/ 29 Hari Post

Partum)

Hari/tanggal : 20 Mei 2018 Jam 08.30 WIB

1. Subjektif

a. Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

b. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi

Makan : 3 x sehari dengan menu nasi, lauk (ikan

laut, tahu, tempe, ayam) sayuran (kelor,

bayam, sawi).

Minum : 7-8 gelas/hari air putih.

2) Eliminasi

BAB : 1 x sehari

BAK : 4-5 x sehari

3) Istirahat

Ibu tidur ketika bayi tidur.

c. Riwayat psikososial dan budaya


262

Ibu merasa senang melihat bayinya bertambah berat badannya,

keluarga selalu mendukung dan memberikan perhatian kepada

ibu.

2. Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : composmentis

TD : 110/70 mmHg.

Nadi : 78 x/menit

Suhu : 36,8 ℃

RR : 18 x/menit.

Antropometri

BB lalu : 58 kg

BB sekarang : 58 kg

b. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Tidak pucat.

Mata : Konjungtiva tidak anemis (kanan/kiri) dan

sklera tidak ikterus (kanan/kiri).

Payudara : Tidak ada bendungan payudara, puting

tidak lecet, ASI lancar.


263

Abdomen : Kontraksi baik, TFU tidak teraba.

Genetalia : Tidak ada tanda-tanda reeda, luka jahitan

kering, lochea alba.

Anus : Tidak ada hemoroid

Ekstremitas : Ekstremitas atas/bawah tidak ada oedem,

tidak ada varises, homans sign (-).

3. Analisa

Diagnosa : Ny. R P3A0 29 hari post partum.

Masalah : -

4. Penatalaksanaan

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

14 Mei 2018 1) Menjelaskan hasil pemeriksaan


Jam 09.00 bahwa keadaan ibu baik, Ibu
WIB mengerti.
2) Memastikan ibu mendapatkan
istirahat yang cukup, ibu
mengatakan bayi tidur ibu tidur.
3) Memberikan konseling tentang:
a) Pentingnya menjarangkan jarak
kelahiran dengan ber-KB dan
menjelaskan tentang :
(a) Macam-macam metode KB
pada ibu menyusui.
(b) Keefektifan pada setiap
metode KB.
(c) Indikasi dan kontra indikasi
setiap metode KB pada ibu
menyusui, ibu mengerti.
4) Memastikan ibu menyusui dengan
264

baik dan benar serta tidak ada


tanda-tanda kesulitan menyusui.
5) Mengevaluasi senam nifas yang
telah ibu lakukan sebelumnya, ibu
mampu senam nifas secara
mandiri.
6) Memberikan konseling ulang
tentang KB, ibu mengatakan ingin
menggunakan KB suntik, dan
setelah ada safari ibu ingin
menggunakan KB implan.

4.4 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Tanggal : 15 April 2018 Jam 18.30 WIB

4.4.1 Subjektif

Identitas bayi

Nama : Neonatus Ny. R

Umur : 0 hari (6 jam)

Jam lahir : Pukul 11.55 WIB tanggal 15 April


2018.

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : 3

Identitas orang tua

Nama : Ny. R

Umur : 28 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa
265

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

1. Riwayat Pranatal

a. TT yang diterima TT4

b. Frekuensi ANC 7x kali.

2. Riwayat Natal

Bayi lahir tanggal 15 April 2018 jam 11.55 WIB.

Jenis persalinan : Spontan

Penolong : Bidan

Lama persalinan : 25 menit

Penyulit : Tidak ada

Ketuban pecah : Spontan.

Penilaian selintas : Menangis kuat, bernafas tanpa

kesulitan, gerakan aktif dan kulit

kemerahan.

A-S : 9-10

Ballard score : Fisik : 19

Neorogis : 20
266

3. Riwayat Post Natal

Pemberian ASI awal : 1 jam setelah lahir/IMD berhasil

Perawatan tali pusat : Kasa steril

Imunisasi : HB 0

Pola istirahat : -

Eliminasi : BAB 2x berwarna kecoklatan dan

BAK 1x.

4.4.2 Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

TTV : Pernafasan (50 x/menit)

Suhu (36,7℃)

Denyut jantung (140 x/menit)

Antropometri : Berat badan (2700 gram)

Panjang badan (50 cm)

Lingkar dada (32 cm)

Lingakar kepala (34 cm)

Lingkar lengan (11 cm)

Ukuran : Circumferentia subocciput bregmatika (30


267

kepala cm)

Circumferentia fronto occipitalis (34 cm)

Circumferentia mento occipitalis (40 cm)

2. Pemeriksaan Fisik

Kulit : Warna kulit merah muda dan tidak ada tanda

ikterus.

Kepala : Bentuk simetris, tidak ada caput succedanium,

tidak ada cepal hematoma, sutura teraba tidak

menyatu, tidak melebar.

Wajah : Warna kulit wajah merah muda, simetris dan

tidak edema.

Mata : Posisi mata simetris, kelopak mata tidak ada

masa, tidak oedem, warna sklera putih dan

konjungtiva merah muda.

Telinga : Simetris, pinna lentur, kartilago kaku, dan

kembali kebentuk semula dengan cepat, lubang

telinga bersih, pendengaran berespon dengan

suara atau refkek terkejut.

Hidung : Lubang hidung tampak jelas dan luas, bayi dapat

bernafas, tidak ada pernafasan cuping hidung


268

dan bersin serta menangis, tidak ada mucus atau

lendir yang keluar.

Mulut : Posisi dan ukuran simetris, letak tepat digaris

tengah wajah, bibir dan palatum tidak ada celah,

bibir warna merah muda, lembab. Mukosa, lidah

dan gusi berwarna merah muda tidak berdarah,

Reflek rooting,suckingdan swallowingada dan

pada mulut tampak bayi bersin.

Leher : Tonick neck reflek ada.

Dada : Gerakan dada simetris, tidak ada retraksi otot

dada, puting susu sejajar dan berjauhan

kanan/kiri, tidak ada rabas/cairan yang keluar

dari puting susu, bunyi jantung normal.

Perut : Bentuk oval, tidak teraba masa, tali pusat

(berwarna putih kebiruan/keabuan dengan 2

arteri dan 1 vena, tidak berbau, tidak berdarah

dan tidak kemerahan), gerakan napas dada dan

perut sinkron, teratur, palpasi perut lunak, tidak

ada nyeri tekan, tidak teraba masa, bising usus

ada, perkusi perut tidak kembung.

Punggung : Spina utuh, tidak ada lubang, kurva menonjol.


269

Genetalia : Penis lurus, meatus urinarius ditengah, skrotum

besar, tertutup dengan rugae, testis teraba

disetiap skrotum.

Anus : Berlubang, Pengeluaran defekasi konsistensinya

lembek, berwarna kecoklatan.

Ekstremitas : Ekstremitas atas :

Simetris, fleksi penuh, 10 jari tanpa selaput,

jarak antar jari sama, rentang gerak penuh,

punggung kuku merah muda, Reflek morro dan

grasping ada.

Ekstremitas bawah :

simetris, fleksi penuh, 10 jari tanpa selaput,

jarak antar jari sama, rentang gerak penuh,

punggung kuku merah muda dan Reflek

babinski ada.

4.4.3 Analisa

Diagnosa : Neonatus Ny. R usia 6 jam Cukup Bulan,

Sesuai Masa Kehamilan dengan keadaan

fisiologis.

: -
Masalah
270

4.4.4 Penatalaksanaan

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

1) Menjelaskan pada ibu bahwa kondisi


15 April bayinya baik, ibu mengerti.
2018 2) Memberikan KIE tentang:
Jam 19.00 (1) Menjaga kehangatan bayi dengan
WIB tidak segera menimbang, tidak
memandikan < 6 jam dan
menempatkan bayi diruangan yang
hangat.
(2) Mengganti popok bayi setiap kali
BAB.
(3) Memberi ASI sesering
mungkin(setiap 2-3 jam).
(4) Perawatan tali pusat dengan kasa
pada tali pusat, ibu mengerti dan
akan melakukan apa yang sudah
dianjurkan.
(1) Menjelaskan tanda bahaya bayi
baru lahir (perdarahan pada tali
pusat, kulit bayi kuning, tidak mau
menyusu dan mulut mencucu)
harus segera dibawa ke Puskesmas,
ibu mengerti.
3) Memberitahu jadwal kunjungan ulang,
telah disepakati kunjungan ulang pada
tanggal 18 Mei 2018, ibu mengatakan
akan kembali pada tanggal 21 April
2018 di Puskesmas Rowotengah, ibu
bersedia.
271

4.4.5 Catatan Perkembangan Kunjungan Neonatus ke-2 (Kunjungan

Hari ke-7)

Tanggal 21 April 2018 Jam 09.00 WIB

1. Subjektif

a. Keluhan :

Ibu mengatakan tali pusat bayinya sudah lepas.

b. Pola Kebiasaan

1) Nutrisi :

Setiap 2 jam sekali bayi menyusu pada ibunya (bayi menyusu

dengan kuat)

2) Eliminasi :

BAB 2-3x/hari (konsistensinya lembek, berwarna kecoklatan)

dan BAK 7 x/hari.

3) Istirahat

Siang : 8-9 jam

Malam : 7-8 jam

2. Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) TTV

Suhu : 36,6 ℃

RR : 37 x/mnt
272

DJJ : 138 x/mnt

2) Antropometri

BB lalu : 2700 gram

BB sekarang : 2890 gram (naik 190 gram)

PB : 50 cm

b. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Warna kulit wajah merah muda, simetris dan

tidak edema.

Mata : Posisi mata simetris, kelopak mata tidak ada

masa, tidak oedem, warna sklera putih dan

konjungtiva merah muda.

Telinga : Simetris, pinna lentur, kartilago kaku, dan

kembali kebentuk semula dengan cepat, lubang

telinga bersih, pendengaran berespon dengan

suara atau refkek terkejut.

Hidung : Lubang hidung tampak jelas dan luas, bayi

dapat bernafas, tidak ada pernafasan cuping

hidung dan bersin serta menangis, tidak ada

mucus atau lendir yang keluar.


273

Mulut : Posisi dan ukuran simetris, letak tepat digaris

tengah wajah, bibir dan palatum tidak ada

celah, bibir warna merah muda, lembab.

Mukosa, lidah dan gusi berwarna merah muda

tidak berdarah

Leher : Tonick neck reflek ada.

Dada : Gerakan dada simetris, tidak ada retraksi otot

dada, puting susu sejajar dan berjauhan

kanan/kiri, tidak ada rabas/cairan yang keluar

dari puting susu, bunyi jantung normal.

Perut : Bentuk oval, tidak teraba masa, tali pus sudah

lepas dan tidak ada tanda infeksi, gerakan

napas dada dan perut sinkron, teratur, palpasi

perut lunak, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

masa, bising usus ada, perkusi perut tidak

kembung.

Punggung : Spina utuh, tidak ada lubang, kurva menonjol.

Genetalia : Penis lurus, meatus urinarius ditengah, skrotum

besar, tertutup dengan rugae, testis teraba

disetiap skrotum.

Anus : Berlubang, Pengeluaran defekasi


274

konsistensinya lembek.

Ekstremitas : Ekstremitas atas :

Simetris, fleksi penuh, 10 jari tanpa selaput,

jarak antar jari sama, rentang gerak penuh,

punggung kuku merah muda, Reflek morro dan

grasping ada.

Ekstremitas bawah :

simetris, fleksi penuh, 10 jari tanpa selaput,

jarak antar jari sama, rentang gerak penuh,

punggung kuku merah muda dan Reflek

babinski ada.

3. Analisa

Diagnosa : Neonatus Ny. R usia 7 hari Cukup Bulan,

Sesuai Masa Kehamilan dengan keadaan

fisiologis.

Masalah : -

4. Penatalaksanaan

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

18 Mei 2018 1) Menjelaskan pada ibu mengenai kondisi


Jam 09.50 bayinya dalam keadaan baik, terjadi
WIB kenaikan berat badan 190gr dan
275

menjelaskan bahwa hal tersebut normal


terjadi dalam 1 minggu pertama bayi
lahir, ibu mengerti.
2) Memberikan KIE tentang:
(1) ASI Eksklusif (6 bulan tanpa
makanan tambahan apapun dengan
lebih sering menyusui bayinya.
(2) Menjaga bayi tetap
hangat/memandikan tidak terlalu
pagi maupun sore.
(3) Pentingnya imunisasi dan datang ke
posyandu (puskesmas), ibu mengerti
dan akan melakukan apa yang
dianjurkan bidan.
3) Menganjurkan ibu untuk datang ke
Posyandu Rowotengah untuk imunisasi
BCG dan Polio 1 pada tanggal 10 Mei
2018 serta Menjadwalkan kunjungan
ulang, kunjungan ulang pada tanggal
22 Mei 2018.

4.4.6 Catatan Perkembangan Kunjungan Neonatus ke-3 (Kunjungan

Hari ke-26)

Tanggal 10 Mei 2018 Jam 10.00 WIB

1. Subjektif

a. Keluhan :

Ibu mengatakan tidak ada masalah pada keadaan bayinya.

b. Pola Kebiasaan

1) Nutrisi :

Setiap 2 jam sekali bayi menyusu pada ibunya (menyusu

dengan kuat)

2) Eliminasi :

BAB 1x/hari dan BAK 7-8 x/hari.


276

3) Istirahat

Siang : 8-9 jam

Malam :7-8 jam

2. Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) TTV

Suhu : 36,6 ℃

RR : 30 x/mnt

DJJ : 128 x/mnt

2) Antropometri

BB Lalu : 2890 gram

BB : 3300 gram (naik 555 gram)

PB : 51 cm

b. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Warna kulit wajah merah muda, simetris

dan tidak edema.

Mata : Posisi mata simetris, kelopak mata tidak

ada masa, tidak oedem, warna sklera putih


277

dan konjungtiva merah muda.

Telinga : Simetris, pinna lentur, kartilago kaku, dan

kembali kebentuk semula dengan cepat,

lubang telinga bersih, pendengaran

berespon dengan suara atau refkek terkejut.

Hidung : Lubang hidung tampak jelas dan luas, bayi

dapat bernafas, tidak ada pernafasan

cuping hidung dan bersin serta menangis,

tidak ada mucus atau lendir yang keluar.

Mulut : Posisi dan ukuran simetris, letak tepat

digaris tengah wajah, bibir dan palatum

tidak ada celah, bibir warna merah muda,

lembab. Mukosa, lidah dan gusi berwarna

merah muda tidak berdarah

Leher : Tonick neck reflek ada.

Dada : Gerakan dada simetris, tidak ada retraksi

otot dada, puting susu sejajar dan

berjauhan kanan/kiri, tidak ada

rabas/cairan yang keluar dari puting susu,

bunyi jantung normal.

Perut : Bentuk oval, tidak teraba masa, tali pusat


278

sudah lepas, gerakan napas dada dan perut

sinkron, teratur, palpasi perut lunak, tidak

ada nyeri tekan, tidak teraba masa, bising

usus ada, perkusi perut tidak kembung.

Punggung : Spina utuh, tidak ada lubang, kurva

menonjol.

Genetalia : Penis lurus, meatus urinarius ditengah,

skrotum besar, tertutup dengan rugae,

testis teraba disetiap skrotum.

Anus : Berlubang, Pengeluaran defekasi

konsistensinya lembek.

Ekstremitas : Ekstremitas atas :

Simetris, fleksi penuh, 10 jari tanpa

selaput, jarak antar jari sama, rentang

gerak penuh, punggung kuku merah muda,

Reflek morro dan grasping ada.

Ekstremitas bawah :

simetris, fleksi penuh, 10 jari tanpa

selaput, jarak antar jari sama, rentang

gerak penuh, punggung kuku merah muda

dan Reflek babinski ada.


279

3. Analisa

Diagnosa : Neonatus Ny. R usia 26 hari Cukup Bulan,

Sesuai Masa Kehamilan dengan keadaan

fisiologis.

Masalah : -

4. Penatalaksanaan

Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

10 Mei 2018 1) Menjelaskan pada ibu mengenai


Jam 10.30 kondisi bayinya dalam keadaan baik
WIB ,Ibu mengerti.
2) Memberikan KIE tentang:
(1) Tidak memberi makan apapun
sebelum 6 bulan (ASI Ekslusif).
(2) Rutin memantau berat badan dan
membawa bayi ke posyandu untuk
imunisasi, Ibu mengatakan “ya”

4.5 Asuhan Kebidanan KB

Hari/tanggal : 26 Mei 2018 Jam 11.00 WIB

4.5.1 Pengkajian data subjektif

1. Keluhan utama

Ibu mengatakan ingin KB suntik 3 bulan.

2. Riwayat Menstruasi

Ibu sudah haid

HPHT : 22 Mei 2018


280

3. Riwayat Penyakit

Ibu tidak menderita tumor jinak pada payudara.

4. Pola kegiatan sehari-hari

a. Nutrisi

Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan menu (ikan, sayur

dan buah) serta minum sebelum sesudah menyusui.

b. Pola menyusui

Ibu menyusui bayinya setiap 2-3 jam sekali

c. Istirahat

Ibu tidur setiap kali bayi tidur (±8 jam/hari)

4.5.2 Pengkajian data objektif

1. Pemeriksaan umum

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 79 x/menit

Suhu : 36,8 ℃

RR : 19 x/menit.

Antropometri

BB : 58 kg

TB : 149 cm
281

2. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tidak pucat, dan tidak odem

Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera

putih

Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar

tyroid, dan pembesaran vena jugularis

Payudara : ASI lancar, tidak ada bendungan pada

payudara dan puting susu tidak lecet.

Abdomen : TFU tidak teraba.

Ekstremitas : Tidak odem, dan varises

4.5.3 Analisa

Diagnosa : Ny R P3A0 calon akseptor KB suntik.

Masalah :-

4.5.4 Penatalaksanaan
Tanggal/jam Penatalaksanaan Paraf

22 Mei 1) Menjelaskan hasil pemeriksaan,


2018 Jam keadaan umum pasien baik.
11.20 WIB 2) Menjelaskan ulang tentang
tentang :
(1) Macam-macam metode KB
pada ibu menyusui.
282

(2) Keefektifan pada setiap


metode KB.
(3) Indikasi dan kontra indikasi
setiap metode KB pada ibu
menyusui, ibu mengerti.
(4) Menguraikan tentang
kelebihan dan kekurang KB
suntik, serta efek samping KB
suntik 3 bulan.
3) Menyiapkan alat dan obat, alat
dan obat sudah siap
4) Melakukan penyuntikan secara
IM di sepertiga sias.
5) Mengingatkan ibu untuk
kunjungan ulang pada tanggal 21
juli 2018, serta mengingatkan
pada ibu untuk datang bila ada
safari KB.
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

Selama kehamilan TM III pada Ny. R dalam kasus ini telah dilakukan

pemeriksaan sebanyak 4x. Menurut Hani (2010:13) kunjungan TM III

dilakukan minimal 2x yakni pada usia kehamilan antara minggu 28-36

dengan tujuan mengetahui apakah ada kehamilan ganda kemudian untuk

kunjungan selanjutnya mengetahui kondisi lain yang memerlukan kelahiran

dirumah sakit.Selama pemeriksaan kehamilan menggunakan standar 10 T

yakni meliputi timbang berat badan, tetapkan status gizi (LiLA), ukur tekanan

darah, ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi dan hitung DJJ, imunisasi

TT, pemberian tablet besi (Fe), pemeriksaan laboratorium, temu wicara dalam

persiapan rujukan dan tatalaksana kasus, akan tetapi dalam kasus Ny. R tidak

dilakukan 10 T pada TM III karena pengukuran LiLA cukup dilakukan 1x

pada awal kehamilan dan hal ini tidak bertentangan dengan teori karena pada

kunjungan awal ukuran LiLA ibu 24,5 cm serta berat badan ibu semakin

bertambah.

Berat badan Ny. R sebelum hamil adalah 57 kgdengan tinggi badan 149

cm, sehingga diperoleh hasil hitung IMT 25,90. Jika dilihat dari teori

Ramayulis (2009:24) penambahan berat badan berdasarkan IMT ibu sebelum

hamil 19,8-26,0 maka penambahan berat badan baik selama hamil adalah

11,5-16 kg.Penambahan berat badan ibu dari kunjungan pertama (31 Maret

283
284

2018) hingga kunjungan terakhir (14 April 2018) mengalami kenaikan berat

badan 8 kg, tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus, terdapat teori yang

mengatakan. Menurut Hani (2010:10) Penambahan berat badan normal 9-13

kg.Selain itu jika dilihat dari perubahan tiap kunjungan dari kunjungan

pertama/64 kg (31 Maret 2018) ke kunjungan ke dua/ 64 kg (08 Mei 2018)

ibu tidak mengalami kenaikan BB selama trimester III akhir. Sehingga

meskipun terdapat kesenjagan dengan teori yang dikemukakan oleh

Ramayulis (2009:24) kasus penambahan berat badan pada Ny. R tidak tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Selama 3 kali kunjungan pada TM III Ny. R mengeluh nyeri perut

bagian bawahdan kenceng-kenceng/braxton hicks. Secara teori nyeri perut

bagian bawahnormal terjadi pada TM III hal ini disebabkan karena adanya

desakan janin yang ada dalam perut ibu berusaha untuk turunsebagai proses

akan dimulainya persalinan. Terjadinya nyeri perut bagian bawah sering

dikaitkan dengan semakin dekatnya waktu persalinan ibu (Varney, 2007).

Pada keluhan seperti nyeri perut bagian bawah menurut teori tidak ada

kesenjanan dan merupakan hal yang fisiologis karna keluhan yang di alami

ibu pada TM III sangat umum terjadi pada ibu hamil tua dan rasa tidk nyaman

bisa mengakibakan ibu hamil tidak bisa melakukan aktivitas dengan baik.

5.2 Asuhan Kebidanan Persalinan

Asuhan persalinan pada Ny. R dengan usia kehamilan 41 minggu

dilakukan di Puskesmas karena ibu termasuk kehamilan resiko tinggi (KSPR

6) dengan Anemia. Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny. R pada tanggal
285

14 April 2018mengeluh kenceng-kenceng, keluar lendir dan darah sejak jam

09.00 WIB. Berdasarkan hasil pemeriksaan keadaan umum maupun fisik

dalam keadaan normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan dalam diperoleh hasil

pembukaan 6 cm jam 10.00 WIB sehingga pada saat pasien baru datang ibu

sudah dalam kala I fase aktif dan dilakukan observasi dengan lembar

partograf. Pada jam 10.30 WIB ,kemudian pada jam 11.30 WIB ketuban

pecah spontan dan disertai pembukaan lengkap sehingga tidak dilakukan

amniotomi. secara teori fase aktif dibagi menjadi 3 yakni fase akselerasi

pembukaan 3-4 cm dalam waktu 2 jam. Fase dilatasi maksimal pembukaan

servik berlangsung cepat 4-9 cm dalam waktu 2 jam dan fase deselerasi

pembukaan servik berlangsung lambat 9-10 cm dalam waktu 2 jam

(Nurasiah, 2014: 5). Menurut saya dalam proses persalinan pada Ny. R tidak

ada kesenjangan karena lama kala I yaitu 1 jam, proses pembukaan yang

cepat disebabkan oleh kontraksi rahim yang adekuat dan keadaan psikologis

ibu yang baik sehingga pada kala I berjalan dengan baik.

Persalinan kala II pada Ny. R terjadi pada jam 11.30 WIB dengan

dipimpin meneran selama 25 menit, asuhan persalinan normal yang dilakukan

dengan 58 langkah APN dengan posisi meneran terlentang. Bayi lahir tanggal

15 April 2018 pada jam 11.55 WIB secara spontan, bayi menagis kuat, kulit

kemerahan, gerakan aktif dan jenis kelamin laki-laki. Pada proses persalinan

pada Ny. R tidak terjadi robekan jalan lahir namun hanya sedikit lecet.

Menurut saya tindakan pertolongan persalinan pada Ny. R tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus karena dalam proses pertolongan


286

berdasarkan 58 langkah APN dan posisi terlentang dan kontaraksi yang

adekuat serta memimpin persalaninan dengan benar maka persalinan berjalan

dengan lancar. Secara teori proses kala II berlangsung 1 jam pada 1 jam pada

multipara sehingga, posisi terlentang dengan disertai kontraksi adekuat

memang terbukti mempercepat keluarnya bayi karena pada kasus dari

pembukaan lengkap hingga bayi lahir membutuhkan waktu 25 menit dan

pada kala II persalinan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Asuhan kala III dimulai dengan melakukan manajemen aktif kala 3

pada Ny. R yaitu disuntikkan oksitosin agar plasenta lahir. Pada jam 12.00

WIB plasenta lahir spontan, proses pengeluaran plasenta berlangsung selama

10 menit, plasenta lahir lengkap dan utuh. Pada teori Nurasiah (2014: 5-6)

persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan

lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir. Sehingga

menurut saya antara teori dan kasus pada kala III tidak ada kesenjangan.

Kala IV persalinan Ny. R dilakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta,

evaluasi perdarahan, kontraksi uterus menurut teori Sulistyawati (2009:74)

Pada saat akhir kala IIITFU 2 jari bawah pusat, jika uterus ditemukan

dibagian tengah, diatas umbilikus hal inimenunjukkan ada adanya darah dan

bekuan di dalam uterus. Menurut saya antara teori dan kasus pada kala IV

tidak ada kesenjangan karena dalam lembar partograf asuhan kala IV tidak

menunjukkan keabnormalan salah satunya pada TFU teraba 2 jari di bawah

pusat.
287

5.3 Asuhan Kebidanan Nifas

Menurut Kemenkes RI (2015:114) kunjungan nifas dilakukan sekurang-

kurangnya 3 kali sesuai jadwal yang dianjurkan yaitu: pada 6 jam sampai 3

hari pasca persalinan, pada hari ke 4 sampai hari ke 28 pasca persalinan dan

pada hari ke 29 sampai dengan hari ke 42 pasca persalinan. Menurut saya

pada masa nifas diperlukan kujungan yang berulang untuk mecegah

perdarahan post partum, infeksi nifas, pemantauan perawatan bayi baru lahir

serta pemberian asuhan keluarga berencara.

Pada 6 jam masa nifas (15 April 2018) ibu merasakan nyeri pada jalan

lahir merupakan hal yang fisiologis . Sementara itu pada kunjungan ke 2 (19

April 2018) ibu merasa nyaman dan berdasarkan pemeriksaan genetalia tidak

ada oedem, tidak ada varises, Lochea sanguinolenta. Setelah dievaluasi pada

tanggal 06 Mei 2018 ibu sudah bisa melakukan aktivitas ringan dan merawat

bayinya.

Pada kunjungan pertama nifas berat badan ibu turun 2 kg sehingga berat

badan ibu menjadi 62 kg, menurut teori William (2004:341) setelah

melahirkan terjadi penurunan berat badan sekitar 5-6 kg akibat evakuasi

uterus dan pengeluaran darah normal, melalui diuresis umumnya akan

mengalami penurunan BB sebesar 0,6-0,8 kg/bulan (Pitriani,2014:112).

Sebagian besar wanita mencapai kembali berat badan prahamil mereka dalam

6 bulan setelah melahirkan. Menurut saya dari teori tersebut tidak ada

kesenjangan karena penurunan berat badan ibu pada kunjungan ke 2 (tanggal

19 April 2018) menurun dari 62 kg menjadi 58 kg. Hal ini disebabkan karena
288

meskipun menyusui ibu tetap menjaga pola makan, selain itu berat badan ibu

nifas menurun karena beberapa faktor seperti asupan nutrisi dan pola istirahat

yang kurang karena bayi sering bangun di malam hari.

Setelah melahirkan Ny. R diberikan vitamin A 200.000 unit sebanyak 1

kapsul diminum segera setelah melahirkan kemudian kapsul kedua diminum

dengan selang waktu 24 jam. Selain itu ibu juga diberikan obat tambah darah

Fe 60 mg sebanyak 10 tablet. Pada kunjungan masa nifas tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus. Selain itu ibu juga mendapatkan obat

amoxilin dan analgesic 500 mg diminum 3x1. Secara teori amoxilin

merupakan salah satu jenis antibiotik golongan penisilin untuk mengatasi

infeksi berbagai jenis bakteri, seperti infeksi pada saluran pernapasan, saluran

kemih dan telinga. Amoxilin merupakan obat golongan B yang aman

digunakan oleh sejumlah wanita hamil dan menyusui tanpa disertai bukti

adanya dampak buruk atau kecacatan bagi janin. Karena pemberian obat

amoxilin dan analgetik serta pola higiene yang baik sehingg ibu tidak mudah

terkena infeksi selama nifas, sehingga meskipun obat tersebut tidak termasuk

dalam program pemerintah akan tetapi tetap wajib diberikan karena berfungsi

untuk menurunkan angka kejadian infeksi selama masa nifas.

Selama masa nifas proses involusi uterus Ny. R pada 6 jam dan 4 hari

post partum adalah 2 jari dibawah pusat, kemudian pada 17 dan 30 hari post

partum TFU sudah tidak teraba. Berdasarkan teori Sulistyawati (2009:74)

Pada saat bayi lahir : TFU setinggi pusat, Pada saat akhir kala III : TFU 2 jari

bawah pusat., 1 minggu post partum : TFU pertengahan pusat simpisis, 2


289

minggu post partum : TFU teraba diatas simpisis, 6 minggu post partum :

TFU tidak teraba.Involusi uterus terjadi karena ukuran rahim mulai kembali

kebentuk semula dan perlukaan pada dinding rahim akibat melekatnya

plasenta juga mulai sembuh dengan ditandai perubahan warna lochea.

Sehingga perubahan ukuran TFU dan warna lokhea berubah karena proses

yang fisiologis dalam masa nifas.

Selain involusi uterus, yang sangat penting diperhatikan adalah lokhea

karena apabila lokhea berbau menandakan adanya infeksi. Pada kasus Ny. R

pada hari pertama keluar lokhea rubra, hari ke-4 sanguinolenta, hari ke 17 dan

30 lokhea yang keluar adalah alba. Pada teori Sulistyawati (2009:76) Lokhea

rubra : Hari ke 1-4 post partum, Lokhea sanguinolenta : Hari ke 4-7 post

partum, Lokhea serosa : Hari ke 7-14 post partum dan Lokhea alba : Minggu

ke 2-6 post partum.Pada hari pertama warna lokhea adalah merah segar hal

ini disebabkan karena perlukaan akibat bekas implantasi plasenta pada

dinding rahim. Kemudian semakin lama warna lokhea berubah menjadi

merah kecolatan kemudian kekuningan dan menjadi putih. Sehingga

berubahanya warna lokhea pada Ny. R merupakan hal yang termasuk tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

5.4 Asuhan KebidananBayi Baru Lahir

Neonatus Ny. R lahir pada tanggal 15 April 2018 Pukul 11.55 WIB.

Lahir aterm dengan usia kehamilan ibu 41 minggu, bayi lahir langsung

menangis, warna kulit merah muda, bergerak aktif. Kesadaran Compos

mentis, dengan hasil TTV Pernafasan 50 x/menit (norma±40-60 x/menit),


290

Suhu 36,6℃, Denyut jantung 140 x/menit (normal DJJ 120-160 x/menit) dan

Berat badan 2700 gram (normal 2500-4000 gram), Panjang badan 50 cm

(normal 48-52 cm), Lingkar dada 32 cm (normal 30-38), Lingkar kepala 34

cm (normal kepala 33-35 cm), Lingkar lengan 11 cm (normal 11-12 cm). Dari

beberapa ciri diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dewi

(2014:2), menurut saya bayi Ny. R lahir dalam keadaan fisiologis meskipun

mengalami anemia ringan hal ini ditunjang dari asupan nutrisi selama

kehamilan serta usia kehamilan yang sudah matang, sehingga bayi tidak

mengalami BBLR.

Pada neonatus Ny. R sudah BAK jam 30 menit setelah lahir, umumnya

neonatus akan BAK sekali dalam 24 jam pertama, dua kali dalam 24 jam

kedua dan tiga kali dalam 24 jam ketiga dan jika terjadi anuria, hal ini harus

diperhatikan karena mungkin menandakan anomali kongenital dari sistem

perkemihan. Selain itu neonatus Ny. R sudah BAB 45 menit setelah bayi

lahir, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dewi (2014:28)

yang menyatakan bahwa dalam 3 hari pertama feses bayi masih bercampur

dengan mekonium dan frekuensi defekasi sebanyak 1 kali dalam sehari.

Sehingga menurut saya tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus, karena

jika bayi tidak mengeluarkan mekonium pada 24 jam pertama setelah

kelahiran menjadi indikasi penyumbatan pada usus atau masalah kesehatan

lainnya.

Pada neonatus Ny. R saat lahir bayi sudah mendapatkan injeksi vitamin

K, salep mata imunisasi dasar HB0 dan ketika neonatus Ny. R berumur 5
291

hari sudah mendapatkan imunisasi BCG dan polio. Secara teori vitamin K

adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan naftokuinon yang

berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan

dalam pembekuan darah sehingga vitamin K mencegah perdarahan. Salep

mata untuk mencegah optalmia neonatorum, ketika neonatus tidak

mendapatkan salep mata dalam waktu kurang dari 1 jam menyebabkan

infeksi mata dan bila keadaan ini tidak diobati atau terlambat diobati bisa

timbul kerusakan kornea mulai dari bentuk ulkus hingga perforasi. HB0

untuk mencegah hepatitis B. Imunisasi BCG mengandung jenis kuman TBC

yang masih hidup dan sudah dilemahkan, pemberian imunisasi ini bertujuan

untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Menurut saya

asuhan yang telah diberikan pada neonatus Ny.R sesuai dengan program

pemerintah dan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada kunjunganneonatus pertama berat badan lahir 2700 gram

kemudian pada kunjungan kedua (4 hari) berat badan bayi turun menjadi

2750 gram dengan penurunan berat badan ±10 gram secara teori hal ini masih

dalam batas normal karena penurunan berat badan dalam batas 10 % dari

berat lahir.Sementara itu pada kunjungan ke tiga (Tanggal 10 Mei 2018/umur

26 hari) BB = 3500 grampada kunjungan ke tiga ini BB bayi mengalami

kenaikan ±555 gr. Secara teori berat badan bayi lahir normalnya 2500-4000

gram, pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi 2 yaitu pada

usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan berat badan bayi

akan mengalami penambahan setiap minggunya sekitar 140-200 gram dan


292

berat badan bayi akan menjadi 2 kali berat badan lahir pada akhir bulan ke-6

(Nani,2007:189) sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika

ditinjau dari teori berat kenaikan berat badan bayi pada hari ke 26 seharusnya

555 gram. Menurut saya kenaikan berat badan pada neonatus Ny.R yang

tidak berkaitan dengan anemia yang ibu alami selama masa nifas.

5.5 Asuhan Kebidanan KB

Pada Ny. R dapat diketahui bahwa Ny. R ingin memakai kontrasepsi

suntik 3 bulan, ibu sudah haid dan sering menyusui anaknya. Pada hasil

anamnesa ibu tidak sedang atau tidak pernah menderita penyakit sistemik

(hipertensi, jantung, stroke), tidak sedang atau tidak pernah menderita

penyakit TBC ataupun mengkonsumsi obat TBC, tidak sedang atau tidak

pernah menderita kanker payudara. Dari hasil pemeriksaan objektif di dapat

TD : 110/70 mmHg, N : 79 x/menit, S : 36,8 ℃ RR : 19 x/menit dan TFU

tidak teraba, genetalia tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada lesi, dan sudah

tidak ada lochea.

Menurut Anggraini, 2012:135. Pada pemakaian alat kontrasepsi suntik

3 bulan sangat cocok untuk ibu menyusui. Waktu yang tepat untuk

menggunakan alat kontrasepsi ini yaitu tidak haid atau setiap saat selama

siklus haid asalkan ibu tidak hamil. Adapun indikasi memakai kontrasepsi

suntik 3 bulan meliputi ibu usia reproduksi (20-35), ibu pasca persalinan, ibu

pasca keguguran, ibu yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang

mengandung estrogen, ibu yang sering lupa menggunakan kb pil, anemia

defisiensi besi, ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi. Adapun
293

kontraindkasi meliputi ibu hamilatau dicurigai hamil, ibu yang menderita

kanker payudara atau riwayat kanker payudara, DM yang disertai komplikasi

dan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

Berdasarkan uaraian di atas ibu tidak ada kontra indikasi pada

pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dan indikasi cocok untuk Ny. R yaitu

ingin menggunakan kontrasepsi dan menyusui , sehingga Ny. R dapat

memakai kontrasepsi suntik 3 bulan, dan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus yang ada di lapangan, dimana kondisi ibu sesuai dengan

indikasi penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan.


BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

Berdasarkan hasil dari studi kasus Laporan Tugas Akhir yang

dilakukan selama 3 bulan pada Ny. R mulai dari trimester III. Dapat

disimpulkan bahwa pada pemeriksaan kehamilan Ny. R selama 3

kali kunjungan mempunyai masalah nyeri perut bagian bawah,

setelah dilakukan penanganan pada kunjungan ke-2 ibu merasakan

nyeri perut bagian bawah sedikit berkurang sehingga masalah sedikit

teratasi. Pada kunjungan ke-2 dan ke -3 masalah yang dihadapi ibu

adalah ibu mengeluh kenceng-kenceng yang tidak teratur, hal ini

merupakan kejadian normal yang biasa terjadi pada trimester III

kontraksi ini dapat sering terjadi setiap 10-20 menit yang

menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi penyebab persalinan

palsu (false labour). Sehingga masalah pada kehamilan Ny. R

merupakan hal yang fisiologis dalam kehamilan.

6.1.2 Asuhan Kebidanan Persalinan

Pada persalinan, Ny. R mengalami proses persalinan secara

normal. Pada kala I diketahui kurang lebih 1 jam dan selama kala I

ibu merasa cemas akan persalinan yang akan dihadapinya, kala II ibu

dipimpin meneran selama 25 menit, Kala III berlangsung selama 10

menit, kemudian pada Kala IV tidak dilakukan penjahitan perineum

294
295

karena tidak terdapat luka pada jalan lahir, ibu tidak mengalami

perdarahan karena kontraksi uterus baik. Tidak ada masalah dalam

proses persalinan mulai dari kala I hingga 2 jam post partum dalam

keadaan fisiologis.

6.1.3 Asuhan Kebidanan Nifas

Pada masa nifas involusi uterus tidak terjadi gangguan apapun.

Tinggi fundus uteri tidak teraba pada kunjungan ke 3 dan perubahan

warna lokhea sesuai dengan teori, ibu rutin melakukan senam nifas

dan masa nifas ibu berjalan secara normal.

6.1.4 Asuhan Kebidanan Neonatus

Neonatus Ny. R lahir normal, cukup bulan, dengan keadaan

baik, bayi lahir langsung menangis, warna kulit merah muda,

gerakan aktif. Tidak ada komplikasi dan penatalaksanaan bayi baru

lahir sesuai dengan asuhan bayi baru lahir normal. Proses laktasi

berjalan normal meskipun pada waktu lahir ASI hanya keluar

sedikit, karena bayi menyusu kuat akhirnya ASI menjadi lancar.

Kemudian berat badan bayi pada kunjungan ke 2 (pada usia 4 hari)

bayi mengalami penurunan berat badan 10% dari berat lahir.

Kemudian pada kunjungan selanjutnya berat badan bayi meningkat

kembali.
296

6.1.5 Asuhan Kebidanan KB

Asuhan kebidanan pada Ny. R sudah dilakukan pada minggu

ke-2 post partum karena ibu memilih KB suntik 3 bulan sehingga

dilakukan pemberian KIE/pemantapan pola fikir ibu dari awal.

Berdasarkan anamnesa dan hasil pemeriksaan ibu memili KB suntik

3 bulan dan suami setuju ibu menggunakan KB suntik 3, ibu sudah

haid dan sering menyusui anaknya. Sehingga berdasarkan indikasi

dan kontraindikasi ibu bisa menggunakan KB suntik 3 bulan.

6.2 Sara

6.2.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan untuk lebih banyak belajar agar dapat memberikan

pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu dan menjadi bidan yang

profesional.

6.2.2 Bagi Bidan

Diharapkan partisipasi dan kerjasamanya dalam melakukan asuhan

kebidanan agar dapat memantau serta memberi contoh pada

mahasiswa agar mahasiswa dapat lebih kompeten dan dapat

melakukan asuhan kebidanan komprehensif yang bermutu.

6.2.3 Bagi Puskesmas

Diharapkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana dalam asuhan

kebidanan agar mempermudah masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan kebidanan yang bermutu.


DAFTAR PUSTAKA

Arum, Dyah Noviawati Setya dkk. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB


Terkini. Yogyakarta : Nuha Medika.

Astuti, Sri dkk. 2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Bandung : Erlangga.
Damayanti Ika dan Maita Liva. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta : CV
BUDI UTAMA.
Deslidel, dkk. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : ECG.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2015. Diakses tanggal 28 Maret 2017.
Dinas Kesehatan Jember. 2014. Pencapaian Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Tahun 2014. Diakses tanggal 20 Maret 2017.
Dinas Kesehatan Jember. 2015. Pencapaian Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Tahun 2015. Diakses tanggal 20 Maret 2017.
Dinas Kesehatan Jember. 2016. Pencapaian Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Tahun 2016. Diakses tanggal 20 Maret 2017.
Dwienda, Octa dan liva maita. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan.Yogyakarta : CV
BUDI UTAMA.
Irianti, Bayi dan Erda Murtiara Halida . 2014 .Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti.
Jakarta : CV Sagung Seto.
Irianto, Koes. 2014. Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced
Nutrition In Reproductive Health). ALABETA, cv.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Diakses
tanggal 28 Maret 2017.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Buku Panduan Pelaksanaan SDGs Tahun 2016-
2030. Diakses tanggal 30 Maret 2017.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Kesehatan Reproduksi. Jurnal Kesehatan volume
7 nomor 02 ISSN 2087-703X.

297
298

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Diakses
tanggal 30 Maret 2017.
Kusmawati Ina dan Melina Fitria. 2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI)
Kusmawati Ina dan Melina Fitria.2014.Askeb II Persalinan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar (Anggota IKAPI)
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita
Edisi 2. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu dalam Masa Nifas (POSTPARTUM).
Jakarta : TIM.
Mochtar, Rustam.2013. Sinopsis Obsetri Jilid 1.Jakarta : EGC
Muslihatun, Wafi Nur,2010 Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Nurasiah, Ai dan Ani Rukmawati. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan.
Bandung : PT Refika Aditama.
Nurjanah, Siti Nunung dkk, 2013. Asuhan Kebidanan POSTPARTUM Dilengkapi
dengan Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea. Bandung : PT Refika
Aditama.
Oktarina, Mika,2016.Buku Ajar Asuahan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Purwoastuti, Endang dkk. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Barupress. Andriyani, Rika
dan Risa Putriani,2014.Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Normal (Askeb III). Yogyakarta : CV BUDI UTAMA
Putra, Sitiatava Rizema. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk
Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : D-Medika.
299

Rismalinda. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : CV. Trans
Info Media.
Saputra, Lyndon. 2014. Catatan Ringkas Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.
Jakarta : Binarupa Aksara Publisher.
Sharoon J, Reeader.2011.Keperawatan Maternitas kesehatan wanita, Bayi, dan
Keluarga (Volume 1). Jakarta: EGC.
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Sursilah, Ilah,2010.Asuhan Persalinan Normal Dengan Inisiasi Menyusui
(IMD).Yogyakarta : Dee Publish
Walyani, Elisabeth Siwi dan Endang Purwoastutik. 2014. Konsep Kebidanan.
Yogyakarta : PUSTAKA BARUPRESS
Walyani, Elisabeth Siwi dan Endang Purwoastutik. 2015. Asuhan Kebidanan dan
Bayi Baru Lahir.Yogyakarta : PT Pustaka Baru
Yuniarti, Sri. 2015. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi – Balita dan Anak
Pra-sekolah. Bandung : PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai