Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

DASAR – DASAR ILMU TANAH

PENGEMBANGAN MATERI TENTANG TANAH

OLEH:

MUHAMMAD ARIS NASUTION

NPM : 71170713015

PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI

DASAR – DASAR ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan-
bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan, yang mampu menumbuhkan tanaman dan
memiliki sifat tertentu akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak sebagai atau
terhadap batuan induk dalam keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu tertentu
(Anonim, 2007).

Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yang bekerja sama dalam berbagai
proses, baik reaksi fisik maupun reaksi kimia. Semula dianggap sebagai faktor pembentuk tanah
hanyalah bahan induk, iklim, dan matahari. Setelah diketahui mahluk hidup berkembang terus
maka faktor ditambah oleh faktor watu. Topografi yang mempengaruhi tata air ditanah dan erosi
tanah juga merupakan faktor pembentuk tanah (Darma wijaya, 1990).

Di daerah beriklim humid di daerah dengan bahan induk yang terlalu muda untuk
pembentukan oxisol ditemukan asosiasi ultisol, alfisol, dan entisol. Ditempat yang tinggi yang
drainase baik ditemukan tanah adult. Di daerah lereng atas ditemukan aquult karena peresapan
air yang rupanya tidak lancar sehingga pengaruh air terhadap sifat tanah cukup nyata. Di lereng
bawah/kaki lereng dimana pengaruh air lebih besar dan pencucian basa terhambat ditemukan
tanah aqualf sedang disekitar sungai ditemukan tanah fluent (Munir, 1996).

Tanah yang tertutup vegetasi yang tebal selalu mempunyai run off minimum.
Pembajakan tanah dapat untuk menghasilkan permukaan tanah yang kasar yang membantu run
off, tetapi permukaan tanah yang halus/gundul bila terkena air hujan akan membentuk kulit yang
keras dan dapat mengurangi infiltrasi serta tingkat waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan
bervariasi yang tergantung pada stabilitas struktur tanah. Run off maksimal dari tanah berlereng
akan terjadi. Ketika sisa-sisa bahan tertimbun di bawah dan permukaan menjadi lembab
(Thomson, 1979).

Tanah terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan-lapisan itu terjadi karena dua hal yaitu
adanya pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air dan yang kedua adalah karena
proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanah ini dimulai dari proses pelapukan batuan
induk menjadi bahan induk tanah yang diikuti oleh proses pencampuran bahan organik dengan
bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan tekstur tanah, pemindahan bagian-bagian tanah
dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat mengasilkan horison-
horison tanah (Sarwono, 1987).

Horison tanah digambarkan dalam profil, secara vertikal dan berhubungan satu sama lain.
Kadang-kadang batas dua horison sangat jelas dan dapat dikenali dengan sangat baik, sehingga
tidak menimbulkan keraguan dan salah paham (Abdullah, 1993).

Dapat dikatakan semua profil tanah memperlihatkan perubahan warna dari suatu horison
ke horison berikutnya. Tampaknya ini paling nyata dalam tanah matang. Dalam tanah muda
waktu belum mencukupi untuk menghasilkan deferensiasi horison. Dalam tanah sangat tua
deferensiasi horison menghilang karena perlindian dan pelapukan yang telah sangat berlanjut
yang cenderung menyama ratakan tampakan diseluruh profil (Notohadiprawiro, 1998).

Sifat fisika tanah adalah sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara, bahang, air,
dan zat terlarut dalam tanah. Sifat ini sangat beragam dalam tanah tropika, termasuk beberapa
yang tidak dikenal di wilayah iklim sedang. Banyak sekali tanah ultisol dan alfisol mudah sekali
terkena pengikisan karena perubahan tekstur yang tajam. Beberapa sifat fisika tanah dapat dan
memang berubah karena penggarapan tanah. Banyak sifat tanah membusuk akibat pengolahan,
membuat tanah menjadi kurang lulus air, dan lebih mudah karena limpasan dan pengikisan
(Sanchez, 1992).

Tekstur tanah adalah kehalusan atau kekasaran bahan tanah pada perabaan berkenaan
dengan perbandingan berat antar fraksi tanah. Jadi, tekstur adalah ungkapan agihan besar zarah
tanah atau proporsi nisbi fraksi tanah. Dalam hal fraksi lempung merajai dibandingkan dengan
fraksi debu dan pasir, tanah dikatakan bertekstur halus atau lempungan. Oleh karena tanah
bertekstur halus sering bersifat berat diolah karena sangat sulit dan lekat sewaktu basah dan keras
sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi lempung juga disebut bertekstur berat
(Notohadiprawiro, 1998).

Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah, teristimewa tekstur
merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat atau kelompok partikel lain yang
ukurannya lebih kecil dari kerikil (diameter kurang dari 2 mm). pada beberapa jenis tanah,
kerikil, batu dan batuan induk dari lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi penggunaan
tanah (Foth, 1994).

Konsistensi adalah ketahanan tanah terhadap kepecahan yang ditentukan oleh sifat-sifat
kohesif dan adhesif seluruh massa tanah. Jika struktur berkaitan dengan bentuk, ukuran dan
kebedaan agregat tanah alami, konsistensi berkaitan dengan kekuatan dan gaya antar partikel .
konsistensi itu penting untuk proses pembajakan (Soenartono, 1978)

Sistem tanah tersusun oleh tiga fase yaitu padat, cairan, dan gas. Fase padat merupakan
campuran mineral dan bahan organik dan membentuk jaringan kerangka tanah. Fase cairan yang
juga disebut larutan tanah terdiri atas air dan zat-zat terlarut. Zat terlerut ini kadang berupa garam
bebas dan seringkali ion dari garam-garam tersebut terikat pada lempung, bahan kolodial
lainnya/zat organik terlarut. Fase gas atau udara tanah merupakan campuran dari beberapa gas.
Kandungan dan komposisi udara tanah ditentukan oleh hubungan air tanah-tanaman (Tan, 1991).
Tanah adalah lapisan bumi paling atas yang terdiri dari bahan padat, cair, gas dan
mikroorganisme yang secara bersama-sama merupakan tempat tumbuhnya tanaman. Tanah
berasal dari bebatuan yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan menjadi partikel-partikel
tanah disebabkan oleh suhu, air dan organisme.

Komponen-komponen tanah pada setiap tempat tergantung pada jenis tanah, lapisan
tanah, pengaruh cuaca dan iklim serta campur tangan manusia. Perbandingan komponen tanah
yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah ; Bahan Mineral 45%, bahan organic 5%, air 25%.

Factor-faktor pembentuk tanah meliputi ; bahan induk, iklim, organism, bentuk


wilayah/topografi, dan waktu.

Horison tanah terdiri dari horison, 0, A, B, C dan R. kedalaman masing-masing horison


dari permukaan tanah adalah : Horison A kedalamannya 0-60cm, Horison B kedalamannya 60-
140cm, Horison C kedalamannya 140-170cm. Horison A disebut tanah atas (Top Soil), Lapisan
B disebut tanah bawah (Sub Soil), Lapisan A dan B disebut Solum.

JENIS-JENIS TANAH, PERSEBARAN DAN PEMANFAATAN

1. Tanah Vulkanis (Tanah Gunung Api)


Tanah Vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang
dikeluarkan oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur karena mengandung unsure hara
atau mineral yang diperlukan tanaman. Jenis tanah ini terdapat di pilau Jawa, Sumatera, Bali,
Lombok. Pemanfaatannya dipergunakan didaerah pertanian dan perkebunan. Tanah Vulkanis
terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Regosol
Memiliki cirri-ciri berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning, cocok untuk tanaman
palawija, tembakau dan buah-buahan,
b. Andosol
Memiliki cirri-ciri berbutir halus, tidak mudah tertiup angin, berwarna abu-abu, tanah ini
sangat subur cocok untuk pertanian.

2. Tanah Aluvial
Tanah alluvial adalah jenis tanah yang berasal dari pasir atau lumpur yang dibawa oleh
aliran sungai lalu diendapkan pada daerah dataran rendah atau lembah. Unsure hara yang
terkandung dalam tanah alluvial sangat bergantung pada asal daerahnya dan tanah ini berwarna
kelabu. Persebaran tanah alluvial ini banyak terdapat pada daerah Pantai Timur Sumatera, Pantai
Utara Jawa. Pemanfaatannya dipergunakan untuk daerah persawahan.

3. Tanah Gambut atau orgasonol (Tanah Rawa)


Tanah Gambut berwarna hitam, memiliki kandungan air dan bahan organic yang tinggi,
tingkat keasaman (PH) juga tinggi, miskin unsure hara, drainase jelek dan pada umumnya kurang
subur. Persebarannya : Kalimantan, Sumatera selatan, Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Papua
bagian selatan. Pemanfaatan tanah gambut untuk persawahan, palawija, dan tanaman perkebunan
seperti karet dan kelapa.

4. Tanah Podzoliq
Tanah ini terbentuk dari batuan kuarsa, banyak ditemukan di Sumatera Utara, Jawa
Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Jenis tanah ini berwarna merah sampai
kuning, bersifat asam sekali. Kandungan bahan organic sedikit, dan kandungan unsure hara
rendah. Pemanfaatan tanah podzoliq ini cocok untuk tanaman karet, pinus dan akasia.

6. Tanah Litosol.
Tanah Litosol adalah jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begiti
tebal. Tanah ini berasal dari jenis batuan-batuan keras yang belum mengalami proses pelapukan
secara sempurna sehingga sukar ditanami dan kandungan unsure haranya sangat rendah. Jenis
tanah litosol banyak ditemukan dilereng gunung dan pegunungan diseluruh Indonesia. Tanah
litosol secara umum tidak bias dimanfaatkan, hanya sebagian kecil yang bias dimanfaatkan untuk
tanaman pohon-pohon besar dihutan, palawija dan padang rumput.

7. Tanah Latosol.
Tanah latosol merupakan jenis tanah tua, tanah ini terbentuk dari batu api yang kemudian
mengalami proses pelapukan lebih lanjut. Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah. Jenis tanah Latosol bersifat asam dan
kandungan bahan organiknya rendah hingga sedang. Tanah ini cocok untuk hutan tropis.

8. Tanah Fodzol (Tanah Pucat)


Tanah ini terbentuk karena pengaruh suhu rendah dengan curah hujan yang tinggi,
berwarna merah hingga kuning. Tanah fodzol banyak terdapat di Sumatera Utara dan Sumatera
Barat. Tanah fodzol mengandung unsur hara yang sangat miskin, tidak subur dan sulit ditanami.
Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete.

9. Tanah Humus
Tanah humus terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan. Tanah humus sangat subur
dan dapat ditemukan dibawah batuan dan tumbuh-tumbuhan yang lebat. Tanah humus biasanya
berwarna hitam.

10. Tanah Inceptisol


Tanah inceptisol merupakan tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan
profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat
bahan induknya.

PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Proses pembentukan tanah yang berasal dari batuan-batuan besar dipengaruhi oleh
banyak faktor. Akan tetapi, secara umum proses ini melewati 4 tahapan besar, yakni proses
pelapukan batuan, pelunakan struktur, tumbuhnya tumbuhan perintis, dan proses penyuburan.
Berikut akan dijelaskan keempat proses terbentuknya tanah tersebut.
1. Proses Pelapukan Batuan

Batuan yang berada di permukaan bumi karena pengaruh iklim lambat laun mengalami
proses pelapukan menjadi remahan-remahan kecil. Proses pelapukan sendiri sebetulnya
melibatkan banyak faktor lain, sehingga ia dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu pelapukan
kimiawi, pelapukan fisik, dan pelapukan biologi.

Pelapukan kimiawi sangat dipengaruhi oleh hujan asam yang sering terjadi di awal proses
terbentuknya bumi. Asam yang dihasilkan dari kondensasi metana, sulfur, dan klorida dan
terbawa ke dalam hujan bersifat sangat korosif, sehingga dapat mengikis batuan-batuan tersebut
secara kimia. Hujan asam ini terjadi sangat sering, sehingga pelapukan dapat terjadi hingga
batuan-batuan yang letaknya lebih dalam.

Pelapukan fisik dipengaruhi oleh perubahan iklim dan cuaca yang terjadi dengan sangat
ekstrim. Perubahan suhu secara drastis membuat ikatan batuan menjadi lapuk dan mudah
mengalami cracking (pemecahan). Perlu diketahui bahwa, dalam pelapukan fisik, struktur kimia
dari batuan tidak berubah sama sekali, oleh karena itu mineral yang terkandung dari hasil
pelapukan tetap sama.

Pelapukan biologi umumnya tidak terjadi saat awal proses pembentukan tanah. Jenis pelapukan
ini berlangsung secara terus menerus setelah tanah terbentuk dan siap digunakan sebagai media
hidup beragam jenis hewan dan tumbuhan mikro. Bisa dikatakan bahwa pelapukan biologi
adalah pelapukan penyempurna dari sifat-sifat tanah yang nantinya terbentuk.

2. Proses Pelunakan Struktur Batuan

Batuan-batuan remah yang terbentuk dari proses pelapukan kemudian mengalami pelunakan.
Dalam hal ini, air dan udara memegang peranan sangat besar. Kedua zat tersebut masuk dan
merembes ke dalam sela-sela remahan batuan untuk melunakan struktur batuan.
Selain membantu dalam proses pelunakan struktur batuan sehingga lebih sesuai menjadi
media tempat hidup, air dan udara juga mendorong calon mahluk hidup dapat mulai tumbuh di
permukaan. Akan tetapi, organisme yang dapat berkembang pada tahapan proses pembentukan
tanah ini terbilang masih sangat terbatas, misalnya lumut dan mikroba.

Sama seperti proses pelapukan, proses pelapukan struktur batuan juga membutuhkan waktu yang
sangat lama. Para ahli memperkirakan bahwa bumi menghabiskan jutaan tahun untuk menelusuri
tahapan proses pembentukan tanah satu ini.

3. Proses Tumbuhnya Tumbuhan Perintis

Setelah tahapan pelunakan struktur batuan selesai, proses pembentukan tanah dilanjutkan
dengan tumbuhnya beragam jenis tumbuhan perintis. Tumbuhan-tumbuhan ini berukuran lebih
besar dari lumut, sehingga akar-akar yang masuk ke dalam batuan yang telah lunak dapat
membantu memecah batuan tersebut. Selain itu, asam humus yang mengalir dari bagian
permukaan batuan membuat batuan yang berada di bagian dalam dapat melapuk secara
sempurna. Pada tahapan inilah proses pelapukan biologi dimulai.

4. Proses Penyuburan

Di tahap ini, tanah yang terbentuk mulai mengalami proses pengayaan bahan-bahan
organik. Tanah yang awalnya hanya mengandung mineral-mineral yang berasal dari proses
pelapukan batuan akan bertambah subur dengan adanya pelapukan materi-materi organik yang
berasal dari hewan dan tumbuhan yang mati di permukaan. Mikroorganisme tanah memegang
peran penting dalam hal ini.

Setelah tahapan keempat ini, tanah yang biasa kita lihat sehari-hari sudah terbentuk
dengan sempurna. Tumbuhan dan hewan autotrof mencari sumber makanannya dalam media
tersebut. Akan tetapi, proses pembentukan tanah sebetulnya masih terus berlangsung mengingat
faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tanah masih tetap ada hingga saat ini.

PENGERTIAN LIPATAN

Keragaman bentuk muka bumi merupakan akibat dari adanya tenaga pembentuk muka
bumi yang terbagi menjadi 2 yakni tenaga endogen dan eksogen. Pada pembahasan macam
macam tenaga endogen, ada yang disebut dengan gerak epirogenetik. Gerak ini mendorong
lapisan tanah yang sifatnya plastis, sehingga membentuk suatu lipatan pada kerak bumi. Apa itu
lipatan? Berikut adalah uraian lengkapnya.
Pengertian lipatan (fold) adalah suatu gelombang pada lapisan tanah yang terjadi karena adanya
diatropisme. Proses diatropisme merupakan suatu proses pembentukan pada lapisan bumi yang
tidak dicampuri oleh aktivitas vulkanisme. Lipatan juga dapat diartikan sebagai suatu struktur
geologi yang sering dijumpai pada batuan sedimen.

Proses Terjadinya Lipatan

Terjadinya lipatan merupakan pengaruh dari beberapa faktor (baca juga : Faktor
Pembentuk Tanah). Faktor- faktor tersebut adalah adanya intrusi batuan beku, adanya lengseran
atau perubahan gaya berat serta tenaga endogen dan eksogen. Proses terjadinya lipatan diawali
dari adanya tekanan atau dorongan. Tekanan tersebut kemudian membentuk lapisan tanah yang
tadinya datar menjadi melengkung atau bending.

Tenaga tektonik akan terus mendorong sehingga tanah yang telah melengkung berubah
bentuk menjadi melipat atau blucking. Lipatan yang terbentuk awalnya adalah lipatan tegak.
Lipatan itu kemudian mendapat dorongan lagi sehingga menjadi lipatan miring. Begitu
seterusnya hingga membentuk lipatan rebah dan sesar sungkup. Jika tekanan atau dorongan
sudah melebihi batas kelenturan tanah, maka lipatan berubah menjadi patahan.

Macam – Macam Lipatan


Terdapat berbagai macam lipatan pada lapisan kulit bumi. Berdasarkan posisi bidang sumbunya,
lipatan dibagi menjadi 6 yaitu

1. Lipatan tegak – Lipatan ini disebut juga dengan symmetric fold. Sesuai dengan
namanya, posisi bidang sumbu lipatan ini tegak lurus terhadap bidang lipatan. Bidang
sumbu juga membagi antiklin dan sinklin sama besar atau simetris.
2. Lipatan miring – Lipatan miring merupakan lipatan tegak yang mendapat tekanan terus-
menerus sehingga bentuknya tidak lagi tegak melainkan miring ke salah satu sisi. Lipatan
ini dikenal juga dengan sebutan asymmetric fold.
3. Lipatan menggantung – Lipatan ini adalah kelanjutan dari lipatan miring yang terus
mendapat dorongan. Sesuai dengan namanya, lipatan ini mempunyai puncak yang
menggantung.
4. Lipatan isoklinal – Isoclinal fold mempunyai bidang sumbu yang sejajar satu dengan
yang lainnya. Lipatan ini disebabkan oleh adanya dorongan yang terjadi secara
berkelanjutan.
5. Lipatan rebah – Lipatan ini disebut juga overtuned fold. Puncak lipatan rebah berbentuk
landai seperti suatu benda yang merebah. Penyebabnya adalah adanya dorongan secara
melintang yang berasal dari satu arah saja.
6. Lipatan sesar sungkup – Lipatan ini merupakan kelanjutan dari lipatan rebah yang terus
menerus mendapat tekanan. Nama lain lipatan sesar sungkup adalah overthrust. Jika
lapisan tanah yang mengalami lipatan sesar sungkup tidak cukup elastis, maka akan
terjadi patahan (baca : Jenis Jenis Patahan) .

Selain keenam macam lipatan di atas, ada juga jenis lipatan lain berdasarkan intensitas pelipatan.
Pengelompokkan lipatan berdasarkan intensitasnya terdiri dari :

 Lipatan terbuka yakni lipatan yang terjadi karena proses deformasi yang lemah
sehingga tidak mengalami penebalan atau pun penipisan pada lapisannya.
 Lipatan tertutup adalah lipatan yang terjadi karena proses deformasi yang kuat sehingga
lapisan tanah mengalami penebalan atau penipisan.
 Drag fold merupakan lipatan yang terjadi karena adanua pergeseran antar lapisan.
Lipatan ini adalah bagian dari sayap lipatan lain yang lebih besar ukurannya.
 En enchelon foldadalah sekelompok lipatan yang saling merebah satu dengan yang
lainya.
 Culmination and depression yaitu salah satu jenis lipatan yang memiliki sudut yang
runcing pada bagian arah yang berlainan.
 Synclinorium adalah lipatan yang sinklin utamanya terdiri dari beberapa lipatan lain
yang ukurannya lebih kecil.
 Anticlinorium merupakan lipatan yang antiklin utamanya terdiri dari beberapa lipatan
lain yang ukurannya lebih kecil.

Secara umum, ada tiga jenis batuan yang menyusun permukaan kulit bumi, antara lain: batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorfik. Nah, apakah Anda mengetahui tentang ke tiga
jenis bebatuan tersebut ? Apabila tidak, jangan khawatir karena artikel kali ini akan menjelaskan
tentang batuan beku, sedimen, atau endapan, dan batuna metamorfik. Mari kita mulai
penjelasannya.

JENUS – JENIS BATUAN

1. Batuan Beku

Batuan beku adalah bebatuan yang merupakan hasil pembekuan dari batuan cair yang
sangat panas di dalam perut bumi (magma) dan lava. Berdasarkan proses terbentuknya, batuan
beku diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu (a) Batuan dalam, batuan yang membeku di dalam
secara lambat (b) Batuan korok, batuan yang membeku di daerah korok (c) Batuan leleran,
batuan yang membeku di permukaan bumi secara tiba-tiba.

Jenis batuan beku biasanya akan keluar sampai permukaan bumi, ketika proses
vulkanisme berlangsung. Pada saat itu, gunung memuntahkan material – material yang salah
satunya merupakan bebatuan. Ada beberapa contoh bebeatuan beku yang dapat kita lihat, di
antaranya adalah:

Batu Apung

Batu apung terbentuk dari pembekuan gelembung – gelembung magma yang berbentuk
gas. Batu ini berwarna keabu – abuan dan memiliki pori – pori di seluruh permukaannya. Selain
itu, batu ini juga mengapung karena beratnya yang ringan. Pada umumnya batu apung digunakan
dalam bidang industry atau rumah tangga sebagai alat penggosok panci.

Obsidian

Batu obisidian adalah batu yang terbentuk dari magma yang telah mencapai permukaan
(lava) yang membeku dengan sangat cepat. Batu ini berwarna hitam dan bening seperti kaca.
Batu obisidian sering digunakan sebagai mata tombak, panah dan alat pemotong pada masa
purba kala.

Granit

Batuan granit terbentuk dari magma yang mendingin secara lambat di bawah permukaan
bumi. Batu ini tersusun dari Kristal – Kristal yang berwarna putih, abu – abu, dan jingga. Batu
granit digunakan untuk keperluan bahan bangunan.

Basalt

Batuan basalt terbentuk dari lava yang kandungan gasnya telah menguap. Batuan ini
memiliki permukaan yang berongga dan tersusun atas Kristal berwarna hijau keabu – abuan.
Batuan basalt dimanfaatkan sebagai bahan baku industri poles, bahan bangunan, dan lain – lain.
Diorit

Diorit adalah batuan hasil dari peleburan lantai samudra. Batuan ini berwarna putih yang
bercampur dengan warna kelabu atau hitam. Diorit digunakan sebagai ornamaen pada dinding
maupun lantai.

Andesit

Batu andesit terbentuk dari hasil lelehan lava. Batuan ini memiliki tekstur yang halus dan
berwarna merah, jingga, abu – abu dan hijau. Batu ini dimanfaatkan sebagai batu nisan, cobek,
arca, patung, dan lain – lain.

Gabro

Gabro hasil dari magma yang membeku di dalam gunung. Batu ini memiliki warna hitam
dan abu – abu. Struktur batuan gabo tidak memiliki rongga ataupun retakan – retakan. Batu ini
dimanfaatkan sebagai pelapis dinding.

2. Batuan Endapan atau Sedimen

Batuan endapan atau sedimen adalah jenis batuan yang terbentuk dari hasil endapan atau
pelapukan yang kemudian mengeras menjadi batu. Ada beberapa contoh batuan endapan atau
sedimen yang bisa kita temukan, di antaranya adalah:

Konglomerat

Batu ini terbentuk dari bahan – bahan yang terlepas dari batuan lain karena beratnya,
yang kemudian saling terpadatkan. Batu konglomerat terdiri dari batu, pasir yang merekat satu
sama lain. Batu ini digunakan untuk bahan bangunan.

Batu Pasir

Batuan pasir terbentuk dari material – material yang terlepas karena berat, kemudian
saling mengikat dan menjadi padat. Batu ini berwarna merah, kuning, dan abu – abu. Batu pasir
dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan gelas kaca.

Batu Serpih

Batu serpih memiliki warna hijua, kuning atau merah dan memiliki struktur yang lunak
seperti tanah liat. Batu ini digunakan untuk bahan bangunan.

Batu Gamping (kapur)

Batu gamping terbentuk dari cangkang – cangkang binatang seperti kerang, umang –
umang, dan sebagainya yang telah mati. Cangkang tersebut memadat menjadi batu. Batuan ini
berwarna putih, dan lunak. Pada umumnya batuan ini sering dimanfaatkan sebagai bahan baku
semen.

Breksi

Breksa adalah batu yang terbentuk dari bahan yang telempar ke udara kemudian jatuh
dan mengendap di suatu tempat. Batuan ini dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan bangunan.

Stalaktit dan Stalagmit

Batuan jenis ini terbentuk di dalam gua dan hasil dari air laut yang merembes masuk ke
lubang – lubang gua. Batu stalaktit dan stalagmit memiliki permukaan yang runcing dan
berwarna kuning, krem, putih atau keemasan.

Batu Lempung

Batu Lempung adalah batu yang terbentuk dari proses pelapukan batuan – batuan beku.
Batu ini berwarna coklat, keemasan, abu – abu atau merah. Batuan lempung sering dimanfaatkan
sebagai bahan kerajinan tangan.

3. Batuan Metamorf atau Malihan

Batuan metamorf adalah batuan – batuan yang berasal dari batuna beku dan sedimen
yang telah mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi. Contoh bebatuan metamorf
adalah:

Batu Pualam

Batu pualam terbentuk dari batuan kapur akibat dari suhu yang sangat tinggi. Batuan ini
memiliki kiristal – Kristal yang kasar dan beraneka warna. Biasanya batu ini digunakan untuk
pembuatan ubin dan marmer.

Batuan Sabak

Batu Sabak berasal dari batuan serpih yang terkena tekanan dan suhu yang tinggi. Batuan
sabak berwarna abu – abu, dan hitam. Batu ini dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan
pembuatan genteng.

Gneiss (ganes)

Batu ini terbentuk dari batuan sedimen atau beku yang terpendam dan terkena
temperature dan tekanan yang sangat tinggi. Batu ini berwarna putih yang terdiri dari butiran –
butiran mineral dan digunakan sebagai bahan baku kerajinan.
Sekis dan Karsit

Batu Sekis berwarna hitam, dan ungu. Batuan ini sering digunakan sebagai bahan sumber
mika. Sedangkan kuarsit berwarna abu – abu, dan merah. Batuan ini sering digunakan sebagai
bahan baaku kerajinan dan bangunan.

Milonit

Batuan milonit terbentuk dari hasil rekrikstalisasi mineral pada batu – batuan. Milonit
berwarna hitam, coklat dan biru. Batuan milonit digunakan sebagai bahan baku kerajinan.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, C., Dewi Wulan Sari, Daryono Prehaten.2008.Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Laboratorium
Tanah Hutan.Jurusan Budidaya Hutan.Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.

Agus, F., R. D. Yustika, dan U. Haryati. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

Agro Media, Redaksi. 2007. Cara Tepat Memupuk Tanaman Hias. Aromedia Pustaka, Jakarta.

Amisnaipa, Anas D. Susila, Rykson Situmorang dan D. Wasgito Purnomo. 2009.Penentuan Kebutuhan
Pupuk Kalium untuk Budidaya Tomat Menggunakan Irigasi Tetes dan Mulsa Polyethylene. J.
Agron. Indonesia 37 (2) : 115 – 122.

Amri. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Anggono, R.C.W. 2015. Pengaruh Dosis Biocharpada terhadap Kandungan Kalium Tanah pada Sistem
Pertanian Organik. Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
(Skripsi)

http://www.ebiologi.net/2016/02/proses-pembentukan-tanah.html

https://ilmugeografi.com/geologi/pengertian-lipatan

http://kakakpintar.com/penjelasan-batuan-beku-batuan-sedimen-dan-batuan-endapan/

Anda mungkin juga menyukai