Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS DAN DESAIN KOLOM BIAXIAL BERDASARKAN SNI 03-2847-2002

DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BORLAND DELPHI

Saifoe El Unas, Ari Wibowo dan Ratna Kartikasari


Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 147 Malang

ABSTRAK

Kompleksnya perhitungan kapasitas kolom biaksial dikarenakan adanya letak


sumbu netral penampang yang miring dan membentuk sudut θ akibat adanya interaksi
antara momen lentur dua arah dan gaya aksial, menyebabkan perencanaan kolom menjadi
lebih rumit dan lama jika dilakukan secara manual, sehingga harus digunakan prosedur
coba-coba dan penyesuaian untuk mendapatkan hasil yang paling efisien. Perencanaan
kolom biaksial memerlukan suatu alternatif perhitungan yang tepat, cepat, akurat dan
efisien, sehingga proses disain pada kolom biaksial menjadi lebih mudah. Salah satu cara
untuk mempemudah proses desain kolom biaksial adalah dengan menggunakan program
komputer.
Perhitungan kekuatan kolom dalam menahan kombinasi lentur dan beban aksial
didasarkan pada metode kekuatan batas sebagaimana tercantum dalam SNI 03-2847-2002,
langkah awal pembuatan program adalah pembuatan algoritma dan diagram alir yang
perhitungannya didasarkan persamaan-persamaan matematis yang diturunkan secara
eksak, sedangkan bahasa pemrograman yang digunakan adalah Borland Delphi 7. Supaya
keakuratannya terjamin akan dilakukan kontrol validitas program dengan rumus-rumus
pendekatan yang sudah ada.
Hasil perhitungan program tidak banyak memiliki perbedaan jika dibandingkan
dengan metode-metode yang ada. Namun perhitungan program cenderung lebih efisien,
dari segi pemilihan jumlah tulangan paling mendekati luasan yang dibutuhkan oleh
penampang. Program komputer ini menghasilkan pemilihan jumlah tulangan yang paling
optimum berdasarkan rata-rata beban luar yang bekerja. Untuk mengetahui kecukupan dari
hasil desain ini adalah dengan cara memasukkan data-data yang ada pada submenu analisis
untuk kolom biaksial sehingga kapasitas kolom dalam menahan beban luar yang bekerja
dapat diketahui dari laporan yang ada, dimana laporan ini didasarkan pada nilai ρ yang
dicari dan terpenuhi atau tidaknya jarak spasi antar tulangan sesuai dengan yang
disyaratkan dalam SNI 03-2847-2002.
Kata kunci : kolom biaksial, kekuatan kolom, Borland Delphi 7

PENDAHULUAN lantai yang bersangkutan dan juga runtuh


batas total (ultimate total collapse)
Kolom adalah batang tekan seluruh strukturnya. (Edward
vertikal dari rangka (frame) struktural G.Nawy,1998: 306)
yang memikul beban dari balok. Kolom Pada kolom beban normal dan
meneruskan beban-beban dari elevasi beban momen bekerja secara bersama-
atas ke elevasi yang lebih bawah hingga sama, saling mempengaruhi,dan tidak
akhirnya sampai ke tanah melalui terpisahkan dan pola keruntuhan yang
fundasi. Karena kolom merupakan dibentukpun sejenis, sedang untuk geser
komponen tekan, maka keruntuhan pada pola keruntuhannya berbeda dengan
satu kolom merupakan lokasi kritis yang keduanya. Karena itulah dalam
dapat menyebabkan collapse (runtuhnya)
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 43
merencanakan kolom perlu lebih program komputer atau dengan
waspada yaitu dengan memberikan menggunakan tabel atau grafik.
kekuatan cadangan yang lebih tinggi Pemakaian tabel dan grafik untuk
daripada yang dilakukan pada balok dan perencanaan kolom juga banyak
elemen struktural yang lainnya.(Edward memiliki keterbatasan. Selama ini tabel
G.Nawy,1998: 306) dan grafik yang tersedia sudah dalam
Dengan adanya interaksi gaya- bentuk jadi dan penggunaanya dibatasi
gaya dalam momen dan normal ini hanya pada ukuran penampang tertentu
menyebabkan perhitungan kapasitas dan mutu beton tertentu. Hal inilah yang
kolom menjadi lebih panjang dan rumit, mendorong untuk menciptakan suatu
dan diperlukan waktu yang relatif lama program komputer untuk analisis dan
jika dilakukan secara manual. Sehingga desain kolom yang hasilnya dapat dilihat
untuk mempermudah proses analisis dan dalam bentuk grafik dan tabel dengan
desain kolom ada beberapa cara yang input data sesuai dengan apa yang
bisa digunakan yaitu dengan bantuan diinginkan oleh perencana.

TINJAUAN PUSTAKA
Kolom merupakan bagian vertikal dari kurang dari nilai yang terkecil antara
suatu struktur rangka yang menerima 0.10 fc’Ag dan φPb rasio tulangan ρ
beban tekan dan lentur. Kolom yang ada tidak boleh melampaui 0.75
meneruskan beban-beban dari elevasi ρb yang merupakan rasio tulangan
atas ke elevasi yang lebih bawah hingga yang menghasilkan kondisi regangan
akhirnya sampai ke tanah melalui seimbang untuk penampang yang
pondasi,(Edward G.Nawy,1998: 306). mengalami lentur tanpa beban aksial.
Untuk komponen struktur dengan
Prinsip Perencanaan Kolom
tulangan tekan, bagian ρb yang
Dalam merencanakan komponen
disamai oleh tulangan tekan tidak
struktur yang dibebani lentur atau aksial
perlu direduksi dengan faktor 0.75.
atau kombinasi beban lentur dan aksial
4. Peningkatan kekuatan komponen
harus dipenuhi ketentuan sebagai
struktur lentur boleh dilakukan
berikut:( SNI 03-2847-2002,hal 70-71)
dengan menambahkan pasangan
1. Perencanaan penampang yang
tulangan tekan dan tulangan tarik
dibebani lentur atau aksial atau
secara bersamaan.
kombinasi beban lentur dan aksial
harus didasarkan atas kompatibilitas 5. Kuat tekan rencana φPn dari
regangan dan tegangan dengan komponen struktur tekan tidak boleh
menggunakan asumsi dalam ayat diambil lebih besar dari ketentuan
12.2 sebagai berikut :
2. Kondisi regangan seimbang terjadi untuk komponen struktur non-
pada penampang ketika tulangan prategang dengan tulangan spiral
tarik tepat mencapai regangan yang yang sesuai dengan 9.10.(4) atau
berhubungan dengan tegangan leleh komponen struktur komposit yang
fy pada saat yang bersamaan dengan sesuai dengan ayat 12.16 :
tercapainya regangan batas 0.003 φPn(max) = 0.85φ(0.85 fc’(Ag –Ast) +
pada bagian beton yang tertekan fy Ast)
3. Untuk komponen struktur lentur, dan untuk komponen struktur non-
untuk komponen struktur yang prategang dengan tulangan sengkang
dibebani kombinasi lentur dan aksial pengikat yang sesuai dengan 9.10.(5)
tekan dimana kuat rencana φPn

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 44


φPn(max) = 0.80φ(0.85
(0.85 fc’(Ag –Ast) + Berdasarkan SNI 03-2847-2002
03
fy Ast) ayat 11.3 maka harga faktor reduksi φ
6. Komponen struktur yang dibebani untuk elemen struktur yang mengalami
aksial tekan harus direncanakan lentur dan gaya aksial adalah sebagai
terhadap momen maksimum yang berikut :
mungkin menyertai beban aksial - komponen struktur dengan
tersebut. Beban aksial terfaktor Pu tulangan sengkang biasa φ = 0.65
dengan eksentrisitas yang ada , tidak - komponen struktur
strukt dengan
boleh melampaui nilai ya
yang tulangan spiral φ= 0.7
ditentukan dalam 12.3.(5). momen Harga faktor reduksi φ ini dapat
maksimum terfaktor Mu harus diperbesar bila elemen struktur
diperbesar untuk memperhitungkan mengalami lentur dan gaya aksial tekan
pengaruh kelangsingan sesuai dengan yang rendah. Apabila yang bekerja hanya
ayat 12.10 ( dalam skripsi ini batasan momen lentur tanpa beban aksial, maka
masalah hanya pada kolom pendek harga faktor reduksiksi φ menjadi 0.8
sehingga efek kelangsingan gambar 1 (c) memperlihatkan daerah
diabaikan). dimana harga φ dapat ditambah dari 0.65
Faktor Reduksi
ksi Kekuatan Kolom menjadi 0.8 untuk kolom bersengkang,
0.7 sampai 0.8 untuk kolom berspiral.

daerah yang menentukan dalam modifikasi faktor reduksi φ;; (a) 0.1f”c Ag < φ Pnb
Gambar 1. daerah-daerah
; (b) 0.1f”c Ag > φ Pnb ; (c) variasi φ untuk berbagai batang tekan bertulangan simetris.

Diagram Gaya Aksial


Aksial-Momen dalam bentuk suatu kurva interaksi antara
(diagram P-M) M) Untuk Kolom Yang kedua gaya dalam tersebut. Gambar 2
Ditentukan Oleh Kegagalan Material memperlihatkan contoh diagram tersebut.
Kapasitas penampang beton bertulang Setiap titik dalam kurva ini
untuk menahan kombinasi gaya aksial menunjukkan kombinasi kekuatan gaya
dan momen lentur dapat digambarkan nominal Pn dan kekuatan momen nominal

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 45


Mn yang sesuai dengan lokasi sumbu adalah titik balanced (titik B). contoh
netralnya. Diagram interaksi tersebut berikut ini mengilustrasikan pembuatan
dapat dibagi menjadi dua daerah,
daera yaitu diagram P- M untuk penampang
daerah yang ditentukan oleh keruntuhan segiempat tipikal.
tarik dan dearah yang ditentukan oleh (Edwardd G.Nawy,1998: 343)
keruntuhan tekan, dengan pembatasnya

Gambar 2. Diagram interaksi kolom

Elemen Struktural Yang Mengalami digunakan prosedur coba- coba coba dan
Gaya Tekan Dan Momen Biaksial penyesuaian dimana keserasian tegangan
harus dipertahankan pada setiap taraf
Analisis dengan Metode Eksak tulangan. Prosesnya serupa dengan yang
Kolom-kolom
kolom pada pojok telah dibahas untuk kolom dengan
bangunan adalah suatu elemen struktur tulangan pada semua sisinya. Hanya saja
yang mengalami momen lentur biaksial, dalam lentur biaksial diperlukan
diperlu adanya
yaitu momen lentur terhadap x dan y perhitungan tambahan karena posisi
pada gambar 2.4. selain itu lentur biaksial sumbu netral yang miring, dan adanya
dapat terjadi apabila pada bentang yang empat kemungkinan beton daerah beton
bersebelahan di kepala jembatan tidak yang tertekan.
sama. Kolom yang mengalami momen Gambar 4 memperlihatkan
Mxx terhadap sumbu x menghasilkan distribusi regangan dan gaya-gaya
gaya pada
eksentrisitas ey , dan momen Myy penampang kolom segiempat, Gc adalah
terhadap sumbu y menghasilkan pusat berat daerah beton
be yang tertekan,
eksentrisitas ex. dengan demikian sumbu yang koordinatnya xc dan yc dari sumbu
netralnya membentuk sudut θ dengan netral berturut-turut
turut dalam arah x dan y.
garis horisontal. Gsc adalah posisi resultan pada tulangan
Besar sudut θ bergantung pada tarik yang koordinatnya xsc dan ysc dari
interaksi momen lentur terhadap kedua sumbu netral berturut-- turut dalam arah x
sumbu dan besarnya beban Pu. Daerah dan y. Gsc adalah posisi resultan pada
yang tertekan pada beton dapat tulangan tarik yang kordinatnya xst dan
mempunyai bentuk yang seperti yst dari sumbu netral berturut-
berturut turut
diperlihatkan pada gambar 3 (c). Karena dalam arah x dan y.
kolom demikian harus dirancang
terhadap prinsip awalnya, maka harus ha

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 46


Gambar 3. kolom pojok yang mengalami gaya aksial : (a) penampang kolom dengan lentur
biaksial;(b)
;(b) vektor momen Mxx dan Myy pada potongan kolom;(c) macam-macam
macam bentuk daerah
beton yang tertekan

Gambar 4. keserasian regangan dan gaya-gaya


gaya gaya pada kolom segiempat yang mengalami lentur
biaksial.

Metode Kontur Beban banyak prosedur ini dianggap tidak


Untuk kolom pojok,
jok, suatu metode ekonomis. Pendekatan lainnya
l yang telah
yang dengan cepat dapat digunakan cukup baik dibuktikan dengan
adalah desain kolom terhadap jumlah eksperimen adalah dengan
vektor Mxx dan Myy dan menggunakan mentransformasikan lentur biaksial
lingkaran tulangan di dalam penampang menjadi momen uniaksial dan
bujur sangkar. Akan tetapi, dalam hal eksentrisitas uniaksial ekuivalen. Dengan
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 47
demikian penampangnya dapat dirancang potongan permukaan runtuh tiga dimensi,
terhadap lentur uniaksial,dan penampang seperti yang diperlihatkan pada gambar 5
yang
ang diperoleh dengan cara demikian untuk suatu gaya konstan Pn sehingga
akan mampu memikul momen lentur didapatkan bidang potongan yang
biaksial rencana. menyatakan hubungan antara Mnx dan
Pada metode ini ditinjau Mny. Dengan perkataan lain, permukaan
permukaan runtuh (failure
failure surface)- kontur S dapat dipandang sebagai bidang
bukan bidang runtuh – dan metode ini lengkung yang terdiri atas sekumpulan
biasa disebut sebagai metode kontur kurva yang disebut kontur beban.
bresler- parme.. Metode ini melibatkan

Gambar 5. permukaan interaksi keruntuhan (failure


(failure interaction surface)
surface untuk lentur
biaksial pada kolom

Persamaan umum tak berdimensi kontur beban untuk Pn konstan dapat dinyatakan :
Mnx Mny α2
( Mox )α1 +( ) = 1.0
Moy
dimana Mnx = Pney dan Mny = Pnex
Mox = Mnx untuk Pn tertentu apabila Mny atau ex = 0
Moy = Mny untuk Pn tertentu

Gambar 6. plot kontur interaksi yang dimodifikasi pada Pn konstan untuk kolom yang mengalami
lentur biaksial.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 48


Gambar 7 dapat digunakan untuk dan Moy yang dapat dipakai untuk
memilih β dalam analisis dan desain merencanakan kolom yang seolah olah
kolom biaksial. Dengan demikian metode mengalami lentur uniaksial. (Edward
kontur gaya merupakan metode untuk G.Nawy,1998: 376-382)
382)
mencari kekuatan momen ekuivalen Mox

Gambar 7. Diagram faktor kontur β untuk kolom persegi yang mengalami lentur biaksial.

Bahasa pemrograman DELPHI windows adalah aplikasi yang berjalan


Delphi merupakan perangkat pada windows, aplikasi non-windows,
non
pengembangan aplikasi yang sangat misalnya
lnya yang berjalan pada DOS, biasa
terkenal dilingkungan
ngan windows. Dengan disebut aplikasi konsol.
menggunakan perangkat lunak ini anda Secara umum, sebuah aplikasi
dapat membangun berbagai aplikasi paling tidak melibatkan sebuah form.
windows (permainan, multimedia, Namun tentu saja sebuah aplikasi juga
database, dan lain-lain)
lain) dengan cepat dan bisa melibatkan banyak form. Ketika
mudah. Dengan pendekatan visual anda dijalankan, form akan berupa suatu
dapat menciptakan aplikasi yang canggih jendela. Oleh karena itu istilah form dan
(dan pasti akanan disukai pemakai) tanpa jendela seringkali dipertukarkan.
benyak menuliskan kode. Sebuah form umumnya banyak
Delphi menggunakan bahasa melibatkan komponen lain (mengingat
object pascal Sebagai bahasa dasar. form sendiri juga tergolong Sebagai
Banyak istilah yang akan digunakan komponen). Namun perlu diketahui,
dalam Delphi seperti aplikasi, form, dan tidak semua komponen terlihat secara
komponen. Aplikasi atau program visual. Komponen yang terlihat
terliha secara
aplikasi adalah sederetan kode yang visual biasa juga disebut kontrol. Pada
digunakan untuk mengatur komputer Delphi, sebuah aplikasi akan diletakkan
agar melakukan sesuatu sesuai dengan pada sebuah proyek.sejumlah proyek
keinginan yang membuatnya. Aplikasi dapat membawahi sejumlah form.(Abdul
dapat dibedakan menjadi aplikasi Kadir,2000: 1-2)
windows dan aplikasi konsol. Aplikasi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 49


METODOLOGI
Metode Analisa Data perencanaan kolom biaksial yang
Perhitungan kekuatan kolom nantinya dapat digunakan untuk berbagai
dalam kombinasi aksial dan lentur macam kolom persegi yang mengalami
didasarkan pada metode kekuatan batas lentur biaksial dan tergantung dari input
sebagai mana tercantum dalam ayat 12.2 data-data yang diberikan.
SNI 03-2847-2002. ketentuan dalam ayat
12.2 berlaku untuk perencanaan Metode Presentasi Hasil
komponen struktur terhadap beban lentur Hasil analisis dari program
atau aksial atau kombinasi dari beban perencanaan kolom biaksial ini akan
lentur dan aksial. ditampilkan dalam bentuk diagram
interaksi kolom ( diagram interaksi Pu-
Prosedur Pembuatan Program Mu) pada bidang yang tepat. Sehingga
Dalam pembuatan program ini besarnya kapasitas kolom dalam
akan digunakan bahasa pemrograman menahan lentur dan aksial dapat
DELPHI 7.0 sehingga diharapkan akan diketahui dengan mudah, cepat, dan
dapat membuat suatu program tepat.

PEMBAHASAN
Desain Kolom Biaksial tinggi kolom. Dalam desain, nilai dB dan
Program desain kolom persegi dH diambil sama, yaitu sebesar d. Hal ini
yang mengalami lentur biaksial dilakukan demi unsur kepraktisan dalam
sebenarnya terdiri dari dua pilihan, yaitu desain.
desain kolom persegi Biaksial simetris Petunjuk Tiap Menu
dan desain kolom persegi biaksial Analisis Kolom Persegi Biaksial
asimetris. Perbedaan keduanya hanya Tampilan submenu Analisis ini
terletak dalam hal jumlah tulangan searah digunakan untuk menganalisa kelayakan
lebar dan tinggi kolom (nB dan nH). Pada kolom persegi yang sudah ada.
desain kolom biaksial simetris, jumlah Kelayakan meliputi kekuatan kolom dan
tulangan searah lebar dan tinggi kolom terpenuhinya jarak sesuai dengan
disamakan. Sedangkan pada desain peraturan yang ada. Pada tampilan input
kolom persegi asimetris, pemakai diberi submenu Analisis Kolom Persegi
kesempatan untuk menentukan sendiri Biaksial (gambar 8.) terdapat beberapa
berapa jumlah tulangan yang diinginkan menu sebagai berikut :
masing-masing untuk searah lebar dan

• Lebar kolom (B)  milimeter


• Tinggi kolom (H)  milimeter
• Jumlah tulangan searah B (nB)  minimum 2
• Jumlah tulangan searah H (nH)  minimum 2
• Tebal selimut+sengkang searah B (dB)  milimeter, minimal 50 mm
• Tebal selimut+sengkang searah H (dH)  milimeter, minimal 50 mm
• Jarak spasi antar tulangan searah B (sB)  milimeter, minimal 40 mm
• Jarak spasi antar tulangan searah H (sH)  milimeter, minimal 40 mm

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 50


Gambar 8. Input data analisis kolom Biaxial
Setelah semua data dimasukkan dengan sketsa dari dimensi penampang yang
benar, akan muncul suatu tampilan menu dimasukkan user (gambar 9.)
baru di mana pada menu itu akan tampak

Gambar 9. Form Data PuMu Analisis Kolom Biaxial (sketsa penampang)

Jika user telah setuju dengan sketsa Hubungan antara Pu dan Mu pada tempat
penampang yang telah ditampilkan, maka yang telah disediakan (gambar 10.). Pada
user dipersilahkan mengisikan data setiap proses memasukkan data, user
beban luar serta mutu beton dan baja diberi kesempatan untuk merevisi
yang digunakan. Setelah menekan tombol kembali data yang dimasukkan dengan
Analisis, maka muncullah Grafik menekan tombol Kembali.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 51


Gambar 10. Form Data PuMu Analisis Kolom Biaxial (grafik interaksi Pu - Mu dan
laporan)
Kolom Laporan pada bagian kiri bawah Desain Kolom Persegi Simetri digunakan
berisi hasil analisis terhadap kekuatan untuk mendesain kolom yang
dan jarak dari input kolom beserta mutu bertulangan simetris pada keempat
dan beban yang bekerja. sisinya. Pada tampilan input submenu
Desain Kolom Persegi Simetri (gambar
Desain Kolom Persegi Biaksial Simetri
11.) terdapat beberapa menu sebagai
berikut :

• Lebar kolom (B)  milimeter


• Tinggi kolom (H)  milimeter
• Tebal selimut+sengkang (d)  millimeter, minimal 50 mm

Gambar 11. Input data desain simetris kolom Biaxial


Setelah semua data dimasukkan dengan sketsa dari penampang yang dimasukkan
benar, akan muncul suatu tampilan menu (gambar 12.).
baru di mana pada menu itu akan tampak

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 52


Gambar 12.Form Data PuMu Desain simetris kolom Biaksial (sketsa penampang)
Jika user telah setuju dengan sketsa penampang yang direkomendasikan
penampang yang telah ditampilkan, maka (gambar 13.). Nilai ini telah disesuaikan
user dipersilahkan mengisikan data mutu dengan dimensi tulangan di pasaran dan
beton dan baja yang ada . Kemudian telah melalui seleksi optimasi. Pada
masukkan nilai Pu ,Mx dan My dari beban setiap proses memasukkan data, user
luar yang bekerja. Setelah menekan diberi kesempatan untuk merevisi
tombol Proses, akan muncul jumlah dan kembali data yang dimasukkan dengan
diameter tulangan serta sketsa menekan tombol Kembali.

Gambar 13. Form Data PuMu Desain simetris kolom Biaksial (sketsa penampang
rekomendasi)

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 53


Desain Kolom Persegi Biaksial Pada tampilan input submenu Desain
Asimetris Kolom PersegiBiaksial Asimetri (gambar
14.) terdapat beberapa menu sebagai
Desain Kolom Persegi Biaksial Asimetri
berikut :
digunakan untuk mendesain kolom yang
bertulangan beda pada arah B dan H.

• Lebar kolom (B)  milimeter


• Tinggi kolom (H)  milimeter
• Jumlah tulangan searah B (nB)  minimal 2
• Jumlah tulangan searah H (nH)  minimal 2
• Tebal selimut+sengkang (d)  milimeter, minimal 50 mm

Gambar 14. Input data desain asimetris kolom Biaxial


Setelah semua data dimasukkan dengan sketsa dari penampang yang dimasukkan
benar, akan muncul suatu tampilan menu (gambar 15.)
baru di mana pada menu itu akan tampak

Gambar 15. Form Data PuMu Desain Asimetris Kolom Biaxial (sketsa penampang)
Jika user telah setuju dengan sketsa menekan tombol Proses, akan muncul
penampang yang telah ditampilkan, maka jumlah dan diameter tulangan serta sketsa
user dipersilahkan mengisikan data mutu penampang yang direkomendasikan
beton dan baja yang digunakan.. untuk masing-masing arah B dan H
Kemudian masukkan nilai Pu, Mx dan My (gambar 16.). Nilai ini telah disesuaikan
dari beban luar yang bekerja. Setelah dengan dimensi tulangan di pasaran dan
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 54
telah melalui seleksi optimasi. Pada kembali data yang dimasukkan dengan
setiap proses memasukkan data, user menekan tombol Kembali.
diberi kesempatan untuk merevisi

Gambar 16. Form Data PuMu Desain Asimetris Kolom Biaxial (sketsa penampang )

KESIMPULAN
Perhitungan perencanaan kolom Sedangkan persamaan-persamaan
biaksial secara manual memerlukan matematis yang secara eksak belum
ketelitian dan waktu yang relatif lama, tersedia untuk perencanaan secara
sehingga harus digunakan prosedur coba- langsung. Hal ini dikarenakan letak dari
coba dan penyesuaian untuk analisis dan sumbu netral penampang yang miring
desain kolom sehingga didapatkan hasil dan membentuk sudut θ akibat adanya
yang paling efisien. Adanya grafik-grafik interaksi antara momen lentur dua arah
untuk perencanaan kolom memang cukup dan beban aksial. Serta adanya empat
membantu, tapi faktor kesalahan manusia kemungkinan daerah beton yang tertekan.
tidak dapat dihindari karena nilai yang Sampai saat ini belum ada persamaan-
didapat dari grafik tergantung dari persamaan matematis yang dapat
ketelitian perencana dalam membaca digunakan untuk menghitung dua hal
grafik yang ada. Rumus-rumus tersebut.
pendekatan untuk perencanaan kolom Perencanaan kolom yang
biaxial seperti metode kontur beban dan dilakukan dengan bantuan grafik
metode beban berlawanan dari ( blesler – interaksi kolom yang dihasilkan oleh
parme) serta metode eksentrisitas program komputer pada skripsi ini sangat
uniaksial equivalent merupakan metode- membantu dalam mengatasi kesulitan-
metode empiris yang memakai bantuan kesulitan yang dihadapi dalam
grafik-grafik dalam perencanaan kolom perencanaan kolom biaksial. Analisis dan
biaksial. Jika diterapkan dalam desain kolom biaksial jadi lebih mudah
perencanaan, metode-metode tersebut praktis dan cepat. Hasil
memiliki hasil yang berbeda-beda karena perhitungannyapun lebih akurat karena
memang pada dasarnya rumus-rumus persamaan-persamaan yang dipakai
yang dipakai hanya berupa pendekatan. dalam program ini diturunkan
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 55
berdasarkan persamaan matematis yang ada pada submenu analisis untuk kolom
eksak dan perhitungannya dilakukan biaksial sehingga kapasitas kolom dalam
secara iterasi oleh komputer serta menahan beban luar yang bekerja dapat
memperhitungkan tegangan yang terjadi diketahui dari laporan yang ada. Laporan
pada tiap tulangan. Letak dari sumbu ini didasarkan pada nilai ρ yang dicari
netral dari penampang kolom yang dan terpenuhi atau tidaknya jarak spasi
miring dapat diketahui lewat besarnya θ. antar tulangan sesuai dengan yang
Hasil desain pada program komputer ini disyaratkan dalam SNI 03-2847-2002.
juga menghasilkan pemilihan jumlah Hasil perhitungan program tidak
tulangan yang paling optimum banyak memiliki perbedaan jika
berdasarkan data-data beban luar yang dibandingkan dengan metode-metode
diberikan(Pu,Mx dan My) serta mutu yang ada . Namun perhitungan program
beton dan mutu baja yang diinputkan. cenderung lebih efisien, dari segi
Kondisi penampang berada di daerah pemilihan jumlah tulangan paling
tarik atau tekan dapat diketahui lewat mendekati luasan yang dibutuhkan oleh
grafik interaksi yang dibentuk. Jika ingin penampang.
mengetahui kecukupan dari hasil desain
dengan cara memasukkan data-data yang

DAFTAR PUSTAKA
G. Nawi, Edward.1998. Beton Bertulang Beton Bertulang. Jakarta:
Suatu Pendekatan Dasar. Pradnya Paramita.
Bandung: Refika Aditama. Salmon, Charles G dan Chu-Kia Wang.
Anonim. 2002. Standar Nasional 1993. Reinforced Concrete
Indonesia (SNI 03-2847-2002) Design. Edisi keempat,
Tata Cara Perhitungan Struktur terjemahan Binsar Hariandja.
Beton Bertulang Untuk Bandung: Erlangga
Bangunan Gedung. Macgregor, James G. 1998. Reinforced
Kadir, Abdul. 2001. Dasar Concrete Mechanics and
Pemrograman Delphi 5.0. Yogyakarta: Design. International Edition,
Andi. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Winter, George Dan H. Nilson, Arthur. Pranata, Anthony. 2000. Pemrograman
1993. Perencanaan Struktur Borland Delphi. Edisi 3,
Yogyakarta: Andi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 56

Anda mungkin juga menyukai