Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“AGAMA DAN KESEHETAN MENTAL”


MakalahIni DisusunUntukMemenuhiTugasPengembangan Kepribadian
Dosen Pembimbing: Drs. H. Zulkifli, S.Kep., MMKes., MM.

OlehKelompok IV:

1. Baiq Vivi Andriyani (P07120315012)


2. Hilda Aprilia Pratiwi (P07120315016)
3. IlamHaqiqi (P07120315021)
4. IrwinaSyafitri (P07120315022)
5. PutuAyuSuryantini P. (P07120315039)
6. RizkitaAyuada (P07120315044)
7. Septian Dwi Abdillah (P07120315046)
8. WidyaKurnia (P07120315050)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2018
AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL

A. PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL


Sebelum kita membahas pengertian kesehatan mental. Kita perlu melacak dari
beberapa pengertian yang telah oleh beberapa pakar psikologi. Dalam perjalanan
sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami perkembangan sebagai
berikut:

a. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit


jiwa (neurosis dan psikosis).
b. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang
lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.1
c. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa
serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi,
serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan bathin (konflik).
d. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga
membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan
penyakit jiwa.
Dari pengertian diatas diambil suatu batasan bahwa orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, mampu
menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-
kegoncangan yang biasa, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya
berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang
ada semaksimal mungkin.

Dalam pengertian yang sangat sederhana kesehatan mental sudah dikenal


sejak manusia pertama yaitu Adam, karena Adam merasa berdosa dan meyebabkan
jiwanya gelisah dan sedih. Untuk menghilangkan kesedihan itu ia bertaubat kepada
Allah dan taubatnya itu diterima di sisi Allah SWT.
Kesehatan mental sebagai salah satu cabang ilmu jiwa sudah dikenal sejak
abad ke-19, seperti di Jerman tahun 1875 M, orang sudah mengenal kesehatan
mental sebagai ilmu walaupun masih sederhana.

Pada Abad ke-20 ilmu kesehatan mental sudah jauh berkembang dan maju
dengan pesat sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi modern. Ia merupakan
ilmu yang bersifat praktis dan banyak dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada umumnya dulu pengertian orang tentang ilmu kesehatan mental sangat sempit
dan terbatas. Seperti ada yang membatasi pengertian kesehatan mental pada
absennya seorang dari gangguan jiwa. Pengertian semacam ini dikemukakan oleh
Sigmund Freud. William Glaser membatasi pengertian kesehatan mental pada “rasa
tanggung jawab” seseorang dalam memenuhi kebutuhan.

Mustafa Fahmi, sebagaimana yang dikutip Muhammmad Mahmud,


menemukan dua pola dalam mendefenisikan kesehatan mental yaitu pola negatif
(salaby) yaitu terhindarnya seseorang dari gejala neurosis (al-amradh al-‘ashabiyah)
dan psikosis (al-amradh al-dzibaniyah) dan pola positif (ijaby), yaitu kemampuan
individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan.

Menurut Marie Johada memberikan pengertian yang sangat luas tentang


pengertian kesehatan mental dari yang sebelumnya, sehingga pengertian orang
terhadap ilmu kesehatan mental mengalami perkembangan dan kemajuan.2
Menurutnya, pengertian kesehatan mental tidak hanya terbatas kepada absennya
seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa, tetapi orang yang sehat mentalnya, juga
memiliki sifat dan karakteristik utama. Walaupun dia mengartikan sangat luas tetapi
pengertian yang dikemukakannya belum mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia, karena agama belum termasuk kedalamnya.

Menurut Zakiah Daradjat, merumuskan pengertian kesehatan mental dalam


pengertian yang luas dengan memasukkan aspek agama didalamnya. Kesehatan
mental yang dikemukakan Zakiah Daradjat ialah: terwujudnya keserasian yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaaan dan terciptanya penyesuaian diri
antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan
dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia
dunia dan akhirat. Dengan masuknya faktor keimanan, ketaqwaan dan ketuhanan
dalam pengertian ilmu kesehatan mental, maka pengertian kesehatan mental terasa
luas dan mencakup seluruh aspek dari kehidupan manusia. Dan sekaligus
menunjukkan bahwa agama mempunyai hubungan erat dengan kesehatan mental.

B. PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MENTAL


Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan mental dasar yang harus
ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik
serta terhindar dari gangguan kejiwaan.

Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri


Prinsip ini biasa diistilahkan dengan self image. Self image yang juga disebut
dengan citra diri merupakan salh satu unsure penting dalam pengembangan diri.
Citra diri positif akan mewarnai pola hidup, sikap, cara berfikir dan corak
penghayatan, serta ragam perbuatan yang positif pula.

2. Keterpaduan antara integrasi diri


Yang dimaksud keterpaduan disini adalah adanya keseimbangan antara
kekuatan jiwa dalam diri, kesatuna pandangan (falsafah) dalam hidup dan
kesanggupan mengatasi stress.

3. Perwujudan diri (aktualisasi diri)


Merupakan proses pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau mampu
mewujudkan potensi yang dimilikinya serta memenuhi kebuuhan-kebutuhannya
dengan cara yang baik dan memuaskan.

4. Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan


menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal.
5. Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Orang yang menyukai terhadap pekerjaan walaupun berat maka akan cepat
selesai dari pada pekerjaan yang ringan tapi tidak diminati.
6. Agama, cita-cita, dan falsafah hidup
Untuk pembinaan dan pengembangan kesehatan mental orang
membutuhkan agama, seperangkat cita-cita yang knsisten dan pandangan hdup
yang kokoh.

7. Pengawasan diri
Pengawasan terhadap diri merupakan hal pokok dari kehidupan oang
dewasa yang bermental sehat dan berkrepibadian normal karena dengan
pengawasan tersebut orang mampu membimbing segala tingkah lakunya.

8. Rasa benar dan tanggung jawab


Rasa benar, dan tanggung jawab dan sukses adalah keinginan setiap orang
yang sehat mentalnya. Rasa benar yang ada dalam diri selalu mengajak orang
kepada kebaikan, tanggung jawab dan rasa sukses.3

C. ALIRAN DALAM KESEHATAN MENTAL


1. PSIKOANALITIK
Aliran ini dikenal dengan tokoh yang mempeloporinya yaitu Sigmund Freud
dengan pandangan bahwa manusia adalah makhluk evolusi yang terjadi secara
kebetulan dan merupakan makhluk biologis. Psikoanalisis merupakan suatu
sistem dinamis dari psikologi yang mencari akar tingkah laku manusia didalam
dorongan dan konflik yang tidak disadari. Freud memandang tingkah laku
manusia terjadi karena terdapatnya interaksi antara tiga alam dalam personaliti
yaitu id, ego dan super ego.

Id bekerja menurut prinsip kelezatan, dan tidak dapat mengambil


pertimbangan-pertimbangan sosial dan tidak bersifat realistis, tetapi ia sanggup
membentuk khayalan-khayalan untuk pemuasannya, meskipun dalam arti
sesungguhnya. Ego muncul untuk memuaskan id, ego bekerja diatas prinsip
realitas dan menggunakan potensi intelektual. Sedangkan super ego bekerja
diatas prinsip nilai-nilai akhlak dan berkenaan dengan yang betul dan yang salah.
Oleh karena itu, super ego sering juga disebut dengan hati nurani.
Penganut aliran psikoanalitik lainnya yakni Erick Fromm. Ia pesimis bahwa
manusia akan mencapai kesehatan mental dalam arti yang sebenarnya.
Menurutnya manusia hanya sanggup mendapatkan kesehatan mental
sebahagiannya saja. Sebab ia dengan kondisi yang saling bertarung tidak akan
mungkin mencapai kebahagiaan dan kemajuan sekaligus.

Aliran psikoanalitik mendapat kritik dari berbagai pakar psikologi karena


aliran ini dipandang sangat menyederhanakan energi dasar dalam diri manusia
pada insting.

2. ALIRAN BEHAVIORISTIK
Aliran ini dipelopori oleh Thorndike dan John B. Watson. Aliran ini menitik-
beratkan kepada tingkah laku manusia. Mereka memandang manusia
diibaratkan mesin. Tingkah lakunya merupakan respon dari setiap stimulus.
Aliran ini berpendapat bahwa kesehatan mental adalah kesanggupan seseorang
untuk memperoleh kebiasaan yang sesuai dan dinamik yang dapat menolongnya
berintegrasi dengan lingkungan, dan menghadapi suasana-suasana yang
memerlukan pengambilan keputusan. Dengan kata lain, orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang mampu ber-adjusment secara baik dengan
lingkungan dimana ia berada.

3. ALIRAN HUMANISTIK
Aliran ini dipelopori oleh Abraham Maslow, seorang yang semula beraliran
behavioristik, merasa tidak puas dengan aliran tersebut. Ia meragukan keadaan
manusia yang dikondisikan seperti mesin yang mengatur stimulus-respon.

Aliran ini berpendapat bahwa pengkajian terhadap manusia harus didekati


dari sudut kemanusiaannya. Manusia dilengkapi dengan potensi yang bebas
dipergunakan menurut kemauannya. Oleh karena itu kesehatan mental,
menurut aliran ini adalah kesadaran terhadap potensi-potensinya dan
kebebasannya untuk mencapai apa yang dikehendaki dengan cara yang
dipilihnya.

4. ALIRAN PSIKOLOGI TRANSPERSONAL


Aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran humanistik. Penggagasnya juga
termasuk Jung, Abraham Maslow, Victor Frankl, William James yang banyak
mempengaruhi pemikiran Jung.

Menurut Maslow, pengalaman keagamaan adalah peak experience, plateu


dan father reaches of human nature. Dalam arti kata psikologi belum sempurna
sebelum difokuskan kembali pada spiritual agama. Aliran transpersonal dan
psokoterapi menawarkan perjalanan psikologis untuk menemukan diri dengan
melihat kedalam “self ego, eksistensi psikologis”. Agama membicarakan tentang
kesadaran spiritual yang luas dan multi dimensional. Diri kita, eksistensi
psikologis kita, merupakan penampakan luar dari esensi spritual kita.

D. KEDUDUKAN DAN PERAN KESEHATAN MENTAL DALAM ISLAM


Dalam dunia Islam, kedudukan, fungsi, dan peranan kesehatan mental tampak
lebih jelas lagi. Maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi adalah
untuk beribadah dalam pengertian luas. Ibadah dalam pengertian, kegiatannya
mencakup seluruh aspek kegiatan manusia. Baik yang bersifat i’tiqad, pikiran, amal
sosial, jasmani, rohani, akhlak, dan keindahan.

Pengertian ibadah dalam Islam secara luas adalah pengembangan sifat-sifat


Allah yang pada manusia untuk menumbuhkan potensi diri yang telah diberikan
Allah berupa potensi-potensi yang terdapat dalam nama Allah yang agung (al-asma
al-husna), seperti potensi ilmu, kuasa, sosial, kekayaan, pendengaran, dan
pemikiran, serta potensi-potensi lainnya.

Dengan demikian maksud dan tujuan ibadah dalam Islam tidak hanya
menyangkut hubungan vertikal atau hablun min Allah, tetapi juga menyangkut
hubungan horizontal yang meliputi hablum min al-annas, hablun min al-nafs, dan
hablun minal-alam.

Dari uraian singkat di atas dapat dilihat bagaimana kedudukan kesehatan


mental dalam Islam. Kesehatan mental dalam Islam adalah ibadah dalam pengertian
luas atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka
pengabdian kepada Allah dan agamanya, untuk mendapatkan al-nafs al-
muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia). Firman Allah :
“Hai jiwa dalam ketenangan! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
senang dan diridhai-Nya.”

E. HUBUNGAN AGAMA DENGAN KESEHATAN MENTAL


Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang
prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi
kesehatan rohani (M. Buchori, 1982: 5). Menurut H.C Witherington, permasalahan
kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat
lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi, dan agama (M. Buchori,
1982: 5).

Sejumlah kasus yang menunjukkan adanya hubungan antara faktor keyakinan


dan kesehatan mental tampaknya sudah disadari para ilmuwan beberapa abad lalu.
Misalnya, pernyataan Carel Gustay Jung “diantara pasien saya yang setengah baya,
tidak seorang pun yang penyebab penyakit kejiwaannya tidak dilatarbelakangi oleh
aspek agama”.

Kenyataan serupa itu juga akan dijumpai dalam banyak buku yang
mengungkapkan akan betapa eratnya hubungan antara agama dan kesehatan
mental. Di Indonesia sendiri ada dua buku yang diterbitkan dengan judul Peranan
Agama dan Kesehatan Mental oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan Agama dan
Kesehatan Mental disusun oleh Prof. Dr. Aulia, telah membahas secara luas
mengenai sejumlah kasus yang menunjukkan ada hubungan antara kesehatan jiwa
dan agama. Dan Prof. Dr. Muhammad Mahmud Abd Al-Qadir lebih jauh membahas
hubungan antara agama dan kesehatan mental melalui pendekatan teori biokimia.
Menurutnya, di dalam tubuh manusia terdapat sembilan jenis kelenjar hormon yang
memproduksi persenyawaan-persenyawaan itu disebut hormon.

F. METODE PEROLEHAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTAL


1. METODE PENGEMBANGAN POTENSI
Ada dua unsur dasar pembentukan manusia yaitu jasmani dan rohani,
dengan segala potensi yang melekat padanya, keduanya mempunyai kebutuhan
dasar untuk bisa berkembang dan bermanfaat secara maksimal, sesuai dengan
keberadaannya.

a. Potensi jasmani
Dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmaniah (potensi jasmani), Islam
memerintahkan untuk makan, minum, dan beberapa hal yang berkaitan
dengan jasmani, secara cukup, dalam arti tidak berlebihan atau kurang dan
sesuai dengan yang telah digariskan oleh syari’at.

b. Potensi rohani
Sedangkan untuk pengembangan rohaniah, khususnya akidah (potensi
akidah), pada prinsipnya Islam mengajarkan agar manusia menjauhi segenap
dosa dan kemaksiatan agar tidak mengotori akidah atau keimanannya.

2. METODE IMAN, ISLAM DAN IHSAN


a. Metode Iman
Sesuai dengan metode kesehatan mental adalah berlandaskan kepada
agama, yaitu keimanan dan ketaqwaan. Hal ini dapat dimengerti sebagai
indikator orang yang memiliki kesehatan mental adalah orang-orang yang
senantiasa melakukan aktivitas-aktivitas keagamaan sesuai dengan iman
yang melekat pada dirinya, sedangkan ketaqwaan merupakan kristalisasi
iman seseorang.

b. Metode Islam
Seseorang yang mengaku Islam berarti ia melaksanakan, tunduk dan
patuh serta berserah diri sepenuh hati terhadap hukum-hukum dan aturan
Allah, yang dalam hidunya selalu berada dalam kondisi aman dan damai,
yang pada akhirnya dapat mendatangkan keselamatan hidup di dunia dan di
akhirat.

c. Metode Ihsan
Ihsan secara bahasa berarti baik. Orang yang baik atau mukhsin adalah
orang yang mengetahui hal-hal yang baik, dan dilakukan dengan niat yang
baik.
3. METODE TAKHALLI, TAHALLI, DAN TAJALLI
a. Takhalli
Pada umumnya berarti sebagai membersihkan diri dari sifat-sifat tercela,
dari maksiat lahir dan batin. Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari
sifat ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Pada takhali,
seseorang berjuang keras untuk dapat mengosongkan jiwa mereka dari sifat
tercela yang mendatangkan kegelisahan pada jiwanya, sifat-sifat tercela itu
antara lain:

1) Hasad
Yaitu membenci nikmat Tuhan yang dianugerahkan kepada orang lain
agar nikmat itu terhapus atau hilang

2) Hiqd
Menurut al-ghazali hiqd adalah keadaan hati yang terus menerus berat,
marah dan iri terhadap orang lain yang menimbulkan dendam.

3) Takabbur
Yaitu memandang rendah orang lain dan menganggap tinggi atau mulia
diri sendiri atau membesarkan diri dihadapan orang lain.

4) Nifaq
Artinya bermuka dua atau berpura-pura, ia menjadi karakteristik orang
munafik.

5) Kikir
Adalah sifat yang terlalu mencintai harta benda yang dimilikinya dan hal
itu membuat ia terikat pada dunia dan ia tidak mau memberikan harta
kepada orang lain yang juga mempunyai hak didalamnya seperti fakir
miskin, kepentingan umum, kegiatan-kegiatan sosial dan agama.

6) Su’udzon
Yaitu buruk sangka. Buruk sangka terhadap siapapun sangat dicela oleh
agama baik kepada Allah maupun manusia.

7) Riya
Yaitu memperlihatkan amal kebajikan supaya dilihat dan dipuji orang
lain.

8) Ghabbah
Yaitu marah atau kemarahan dengan konotasi negatif dan kelebihan,
sedangkan secara umum diartikan al-nafsu al ammarah bi al su’ yang
selalu mendorong perbuatan jahat sehingga mendatangkan kerugian
pada diri sediri dan orang lain.

9) Ghibah
Menggunjing atau menceritakan segala sesuatu mengenai orang lain
yang orang lain itu tidak menyukainya apabila ia mengetahui.

10) Hub al-dunya


Cinta terhadap dunia. Cinta kepada dunia bisa berwujud mencintai
kemasyuran, popularitas kekuasaan pangkat, dan jabatan.

11) Namimah
Adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan
tujuan mengadu domba antara keduanya.

b. Tahalli
Yaitu mengisi jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji. Dengan metode ini
jiwa seseorang tekah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat, kemudian ia
berusaha secara sungguh-sungguh mengisi diri dengan tingkah laku yang
baik dan terpuji. Diantara sifat-sifat yang terpuji adalah: taubat, zuhud,
khauf, shabr, syukur, ikhlas, tawakkal, ridha, dan zikr al- maut

c. Tajalli
Setelah mengetahui fase takhalli dan tahalli, maka metode pembinaan
mental disempurnakan dengan fase tajalli. Tajalli adalah terungkapnya nur
ghaib untuk hati. Tajalli merupakan lenyap atau hilangnya hijab dari sifat-
sifat kemanusiaan, lenyapnya segala yang lain ketika nampak wajah Allah.

4. METODE MURABATHAH
Murabathah pada umumnya diartikan melakukakan ketekunan. Kalau
dihubungkan dengan ajaran Islam berarti tekun dalam melaksanakan perintah
Allah SWT. Menurut said hawwa untuk melaksanakan metode murabathah ada
beberapa yang harus dilakukan, yaitu:

a. Musyarathah
Yaitu memenuhi persyaratan agar seseorang ingin mencapai ketenangan
jiwa dan kesucian batin. Maka ia harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan agama, berupa melaksankan amal-amal shaleh yang ditetapkan
allah serta amal-amal lain yang dipandang baik oleh masyarakat.

b. Muraqabah
Yaitu memonitor perilaku sehari-hari. Apabila seseorang telah
mengrjakan persyratan-persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan Allah
SWT, maka tahap selanjutnya harus melakukan muraqabah atau
memonitoring diri dan jiwa dikala sudah melaksanakan amalan-amalan yang
sudah dilakukan.

c. Muhasabah
Yaitu melakukan perhitungan pada diri sendiri sesudah beramal.

d. Mu’aqabah
Berarti menghajar diri karena kurang berhati-hati. Bagaimanapun hati-
hatinya manusia dalam membuat perhitungan, tetapi ia tidak dapat
menjamin dirinya jauh dari perbuatan maksiat, atau setidak-tidaknya
berlaku seadanya dan kurang berhati-hati dalam melaksanakan hak Allah
SWT.

e. Mujahadah
Yaitu bersungguh-sungguh atau berjihad.

f. Mu’atabah
Yaitu mencela keburukan yang dikerjakan dam menghukum diri sendiri.
Kita diberi Allah SWT nafsu, kalau dorongan nafsu ini kuat maka ia dapat
menaklukkan akal dan hati, sehingga kekuatan akal dan hati menjadi lemah.

5. METODE PENGENDALIAN NAFSU (RIYADHAH)


Riyadhah adalah suatu latihan yang dilaksanakan secara terus menerus
dalam rangka menekan daya nafsu. Menurut abdul mujib, substansi manusia
memiliki tiga daya yaitu: a. qalbu (fitrah ilahiyah), b. akal (fitrah insaniyah), dan
c. nafsu (fitrah hayanawiyah).

DAFTAR PUSTAKA

Alexsandra, 2011, Psikologi Agama Dan Kesehatan Mental. [online],


(https://www.scribd.com/doc/47296733/makalah-psikologi-agama-tentang-
kesehatan-mental, diakses tanggal 25 September 2018)

Daradjat, Zakiah, 1983, Kesehatan Mental, cet. 1.Yogyakarta: Fakultas Psikologi Press

Jalaluddin, 2005, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Ramayulis, 2009, Psikologi Agama, cet. Ke- 9, Jakarta: Kalam Mulia

Semiun, Yustinus, 2006, Kesehatan Mental I, Yogyakarta: Kanisius

Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, cet. 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai