Anda di halaman 1dari 3

2

(1) berkomunikasi efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulis; (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa Negara; (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5)
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6) menghargai
dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia
Indonesia. Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasadan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
mendengarkan, berbicara, membaca. (Depdiknas, 2006:318).
Dengan demikian penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi terbagi menjadi dua,
yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Komunikasi lisan meliputi keterampilan
menyimak dan berbicara, sedangkan komunikasi tulis meliputi komunikasi membaca dan
menulis. Dari keempat keterampilan tersebut, menyimak adalah salah satu kemampuan
dan keterampilan berbahasa yang mutlak dikuasai siswa Sekolah Dasar. Menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008:31).
Kemampuan menyimak tidak datang secara otomatis tetapi didapat dan dimiliki oleh
seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang menyimak.
Keterampilan menyimak perlu dipupuk dan dikembangkan sedini mungkin kepada anak-
anak karena keterampilan menyimak memegang peranan penting dalam kehidupan. Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, salah satu standar kompetensi dalam aspek
menyimak yang harus dikuasai oleh siswa kelas VI yaitu memahami cerita tentang suatu
peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan. Keterampilan menyimak
cerita memberikan kemudahan kepada siswa untuk memahami dan menanggapi cerita
suatu peristiwa atau suatu cerita.
Dengan begitu hendaknya pembelajaran keterampilan menyimak seharusnya
dilaksanakan dengan baik, namun dalam kenyataannya masih ditemukan kesulitan-
3

kesulitan dalam pembelajaran keterampilan menyimak di Sekolah Dasar. Hasil penelitian


yang dilakukan oleh Depdiknas (2007), menunjukan bahwa masih banyak permasalahan
dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia. Sebagian guru mengalami kesulitan
dalam menentukan kegiatan belajar mengajar yang tepat untuk mencapai kompetensi
dasar. Banyak guru mengalami kesulitan dalam merumuskan materi pokok/pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik daerah/sekolah perkembangan peserta didik, dan potensi
daerah. Serta guru masih banyak yang belum menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi. Sementara itu Wahyudi (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
sebagian siswa SD mengalami kesulitan dalam pembelajaran menyimak, di antaranya:
siswa kurang memahami keterampilan menyimak cerita anak, siswa kurang antusias
menyimak cerita anak, dan model pembelajaran cerita anak kurang bervariasi. Sejalan
dengan pendapat di atas, Harviyanto (2013) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa
kesulitan yang dihadapi siswa diantaranya: pemahaman terhadap apa dan bagaimana
menyimak itu masih minim, terbatasnya sarana dan prasarana untuk melaksanakan
kegiatan menyimak, media yang digunakan dalam pembelajaran menyimak kurang
menarik perhatian siswa, dan metode yang digunakan kurang sesuai dengan
perkembangan siswa. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, kegiatan
menyimak mempunyai tujuan untuk memperoleh informasi dan memahami isi informasi.
Informasi yang didapatkan dari kegiatan menyimak merupakan dasar untuk
mengembagkan keterampilan berbahasa yang lain. Oleh karena itu, kegiatan menyimak
merupakan kegiatan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik.
Dari permasalahan yang timbul dalam pembelajaran bahasa Indonesia tersebut
terdapat solusi alternatif yang dapat digunakan yaitu dengan penggunaan model
pembelajaran number heads together (NHT) dengan media pembelajaran, yaitu media
audio yang bertujuan untuk menarik perhatian dan memotivasi siswa untuk menyimak
lebih baik. Pemanfaatan model pembelajaran dalam proses menyimak berperan penting
terhadap kesiapan serta rasa tanggung jawab masing-masing siswa terhadap tugasnya.
Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas yang meiputi model pembelajaran langsung, model
pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2009:46).
Menurut Trianto (2007:62) mengemukkan bahwa NHT merupakan jenis pembelajaran
4

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional.
Dari ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan mengkaji melalui
penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Tipe Numbered
Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Unsur Instrinsik
Cerita Anak pada Siswa Kelas VI.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik suatu rumusan
masalah, yaitu: bagaimana penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together
(NHT) untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerita anak pada
siswa kelas VI?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuibagaimana penerapan model
pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan kemampuan
menganalisis unsur instrinsik cerita anak pada siswa kelas VI?

Anda mungkin juga menyukai