Anda di halaman 1dari 14

Naskah Akademik

A. Perilaku Bermasalah

Pencemaran Sungai Sa’dan di Kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara

Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang paling utama, dan biasanya dapat kita
peroleh dari sungai, danau, waduk dan sebagainya. Sungai Sa’dan yang melintasi Toraja Utara
dan Tana Toraja ini memiliki panjang sekitar 182 km dan lebar rata-rata 80 meter, dengan
jumlah anak sungai sebanyak 294. Sungai Sa’dan adalah salah satu penyedia sumber air terbesar
sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Toraja. Selain digunakan untuk sumber air baku
PDAM Toraja Utara, air yang berasal dari sungai tersebut digunakan untuk irigasi di Toraja
Utara. Tetapi apakah kualitas air di sungai Sa’dan masih dapat dikategorikan baik dan dapat
dikonsumsi masyarakat?

Pencemaran air merupakan masalah penting yang marak terjadi belakangan ini, tidak
terkecuali Sungai Sa’dan khususnya di bentaran sungai di Kecamatan Rantepao. Sungai Sa’dan
yang dulunya memiliki warna yang jernih, kini menjadi keruh. Masih ada juga masyarakat
sekitar yang membuang sampah di badan air sungai sehingga menimbulkan berbagai masalah
seperti adanya bau yang tidak sedap dari air sungai, ribuan ekor ikan yang mati dan air sungai
tercemar bakteri berbahaya sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Terdapat 3
permasalahan mendesak yaitu: (1) Jumlah penduduk cenderung meningkat, menyebabkan
volume sampah bertambah, Konsep 3R belum memasyarakat. (2) Sebagian besar masyarakat
masih melakukan penanganan sampah dengan membakar, informasi wawasan dan tingkat
kesadaran pentingnya pengelolaan sampah secara baik dan benar, relatif masih rendah, terutama
di bagian pedesaan dimana akses media dan komunikasi masih minim. Penanganan sampah
masih dilakukan secara ala kadarnya, seperti membakar dan membuang ke saluran/sungai. (3)
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) belum memadai dan dikelola secara maksimal.

Untuk aturan mengenai sampah di Kabupaten Toraja Utara sendiri telah termuat di dalam
Perda Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah. Tetapi dapat dilihat bahwa penerapan
perda tersebut masih belum menghasilkan perubahan apa-apa. Dan kelihataanya kesadaran dari
masyarakat itu sendiri yang sebaiknya harus ditingkatkan mengenai penanganan sampah yaang
benar. Bukannya membuangnya langsung kes sungai, dan inilah yang akan menimbulkan
penyakit untuk masyarakat sekitar bentaran sungai bahkan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Sungai Sa’dan sendiri tidak seharusnya tercemar karena kita tau sendiri bahwa aliran dari sungai
ini sangat panjang dan melewati seluruh wilayah Kabupaten Toraja Utara dan ini akan merusak
image dari Toraja sebagai salah tujuan daerah wisata terbaik di Indonesia. Disini diperlukan
strategi alternatif untuk mencegah pencemaran lebih lanjut, salah satunya yaitu pemerintahan
Kabupaten Toraja Utara dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
menjaga kualitas air sungai. Selain itu pemerintah perlu meningkatkan pengawasan secara rutin
dan berkelanjutan. Masyarakat Toraja juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran diri dalam
menjaga kualitas lingkungan karena lingkungan yang baik dapat membawa dampak yang baik
juga bagi kehidupan sehari-hari.

Grafik Pengelolaan Sampah Kabupaten Toraja Utara 2017

Sumber: Data Tahun 2017 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara

Hasil kajian Environmental Health Risk Assessment (EHRA) tahun 2017 menunjukkan,
perilaku menggunakan air bersih dari sumber air yang terlindungi untuk berbagai aktivitas rumah
tangga di Kabupaten Toraja Utara masih dalam kategori rendah yaitu 32%, penggunaan air
bersih dari sumber air yang terlindungi mayoritas dari air sumur gali terlidungi untuk berbagai
aktifitas sebesar 8,5%. Selanjutnya menggunakan air ledeng dari PDAM sebesar 4%. Dari data
survey EHRA untuk pengelolaan sampah rumah tangga di Kabupaten Toraja Utara, sebesar 57%
sampah dibakar dan masih ada 29% dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan
membusuk serta sebesar 5,5% Dibuang ke sungai/kali/laut/danau. Sedangkan untuk praktik
pemilahan sampah rumah tangga hanya sebesar 8,7%.
Tabel Area Beresiko

Perkotaan/ Kebutuhan Penanganan/


No. Desa/Kel/Kecamatan Tingkat Resiko
Pedesaan Penyebab Utama Resiko
010 Kec. Sopai
01. Salu Tinggi Pedesaan Air Limbah dan Prohisan
02. Salu Sarre Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Salu Sopai Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Marante Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
05. Nonongan Selatan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

020 Kec. Ke’su


01. Rinding Batu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Tallu Lolo Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Sangbua Tinggi “ Persampahan dan Prohisan
04. Pantanakan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
05. Tadongkon Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

030 Sanggalangi
01. Tandung La’bo Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Buntu La’bo Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Pata’ Padang Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Pa’paelean Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

040 Buntau
01. Sapan Kua-kua Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Issong Kalua Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Tongkonan Basse Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Misa Ba’bana Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

050 Rante Bua


01. Pitung Penanian Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Makkuan Pare Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Rante bua Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Sumalu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
05. Rante Bua Sanggalangi Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
06. Bokin Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
07. Buangin Tinggi Air Limbah dan Prohisan

060 Nanggala
01. Nanggala Tinggi Pedesaan Air Limbah dan Prohisan
02. Karre Penanian Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Nanna Nanggala Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Basokan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

070 Tondon
01. Tondon Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Tondon Mata Allo Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
Perkotaan/ Kebutuhan Penanganan/
No. Desa/Kel/Kecamatan Tingkat Resiko
Pedesaan Penyebab Utama Resiko
03. Tondon Langi Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

080 Tallung Lipu


01. Buntu Tallung Lipu Tinggi Perkotaan Air Limbah dan Prohisan
02. Tallung Lipu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Tampo Tallung Lipu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Rante Paku Tallunglipu Tinggi “ Air Limbah dan Persampahan
05. Tagari Tallung Lipu Sangat Tinggi “ Persampahan dan Prohisan

090 Rantepao
01. Laang Tanduk Tinggi Perkotaan Persampahan dan Prohisan
02. Saloso Tinggi “ Air Limbah dan Persampahan
03. Mentiro Tiku Tinggi “ Persampahan dan Prohisan
04. Malango Tinggi “ Air Limbah dan Persampahan
05. Singki Tinggi “ Persampahan dan Prohisan
06. Penanian Sangat Tinggi “ Persampahan dan Prohisan
07. Rante Pasele Tinggi “ Persampahan dan Prohisan
08. Rantepao Tinggi “ Air Limbah dan Persampahan

100 Tikala
01. Sereale Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Embatau Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Buntu Barana Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Tikala Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

110 Sesean
01. Bori Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Parinding Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Bori Lombongan Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Deri Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
05. Palawa Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
06. Pangli Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
07. Pangli Selatan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

120 Balusu
01. Lili’kira Ao’gading Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Balusu Bangun Lipu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
130 Sa’dan
01. Sa’dan Pasondongan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Sa’dan Ulu salu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Sa’dan Liku Lambe Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Sa’dan Ballo Pasange Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
05. Sa’dan Sangkaropi Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
06. Sa’dan Malimbong Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
07. Sa’dan Tiro Allo Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
08. Sa’dan Mata Allo Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
09. Sa’dan Andulan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
Perkotaan/ Kebutuhan Penanganan/
No. Desa/Kel/Kecamatan Tingkat Resiko
Pedesaan Penyebab Utama Resiko

140 Bangkele Kila


01. Bangkele Kila Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Tampan Bonga Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

150 Kapala Pitu


01. Polo Padang Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Poya Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Sikuku’ Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Kapala Pitu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
05. Benteng Mamullu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

160 Dende Piongan Napo


01. Ma’dong Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Paku Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Buntu Tagari Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Dende Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
05. Parinding Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
06. Piongan Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
07. Kapolang Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

170 Awan Rante Karua


01. Buntu Karua Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Awan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Batu Lotong Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Londong Biang Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

180 Rinding Allo


01. Lempo Poton Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Bulu Langkan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Buntu Batu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Ampang Batu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
05. Rinding Allo Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
06. Mai’ting Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

190 Buntu Pepasan


01. Pongku Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Pulu-pulu Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
03. Sarambu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
04. Parandangan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
05. Buntu Minanga Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
06. Roroan Barra-barra Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
07. Paonganan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
08. Pangkun Batu Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
09. Rante Uma Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
10. Talimbangan Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
11. Batu Busa Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
Perkotaan/ Kebutuhan Penanganan/
No. Desa/Kel/Kecamatan Tingkat Resiko
Pedesaan Penyebab Utama Resiko
12. Pengkaroan Manuk Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
13. Sapan Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

200 Baruppu
01. Baruppu Parado Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan
02. Baruppu Utara Sangat Tinggi “ Air Limbah dan Prohisan

Sumber: Data Tahun 2017 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara

GRAFIK PENGGUNAAN SUMBER AIR DI KABUPATEN TORAJA UTARA 2017

Grafik diatas menyajikan informasi mengenai pengelolaan air bagi rumah tangga di
Kabupaten Toraja Utara. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki
tingkat keamanannya tersendiri, Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai
sebagai sumber yang relatif aman, seperti air botol kemasan, air ledeng/PDAM, sumur bor,
sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan
disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiiiki
resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya
adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai,
waduk ataupun danau.
B. Pihak yang Bertanggungjawab atas Perilaku Bermasalah

Dari permasalahan diatas dan yang termuat di data, bisa dilihat bahwa perilaku bermasalah
ini terdapat pada masyarakatnya. Dimana masyarakat di Kecamatan Rantepao menangani
sampah masih dilakukan secara ala kadarnya, seperti membakar dan membuang ke
saluran/sungai. Masyarakat sekitar membuang sampah di badan air sungai kemudian
menimbulkan berbagai masalah seperti adanya bau yang tidak sedap dari air sungai, ribuan ekor
ikan yang mati dan air sungai tercemar bakteri berbahaya sehingga dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit. Untuk aturan mengenai sampah di Kabupaten Toraja Utara sendiri telah
termuat di dalam Perda Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah. Tetapi dapat dilihat
bahwa penerapan perda tersebut masih belum menghasilkan perubahan apa-apa. Dan
kelihataanya kesadaran dari masyarakat itu sendiri yang sebaiknya harus ditingkatkan mengenai
penanganan sampah yaang benar. Bukannya membuangnya langsung kes sungai, dan inilah yang
akan menimbulkan penyakit untuk masyarakat sekitar bentaran sungai bahkan menimbulkan bau
yang tidak sedap. Selain kesadaran dari masyarakat yang kurang, pemerintah daerah setempat
juga masih kurang dalam menyosialisasikan Perda yang mengatur tentang Pengelolaan Sampah
dan kurangnya juga monitoring yang rutin ke lokasi.

C. Analisis ROCCIPI
a. Rules (Peraturan)
Peraturan mengneai Pengelolaan Sampah telah diatur dalam Perda Kabupaten Toraja Utara
Nomor 12 Tahun 2015. Pasal 28 dalam Perda tersebut memuat beberapa larangan yaitu
Setiap pemilik atau penghuni bangunan dilarang :
a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Daerah;
b. mengimpor sampah;
c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;
f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir; dan/atau
g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan
sampah.

b. Opportunity (Kesempatan)
Kondisi lingkungan sekitar masyarakat sangat memungkinkan mereka untuk membuang
sampah ke sungai. Karena mayoritas masyarakat yang membuang sampah ke sungai adalah
masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Sa’dan. Kondisi inilah yang sekiranya masih
memberikan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk membuang sampah ke sungai.
Selain itu ada beberapa hambatan yang mengakibatkan sampah jadi menumpuk di TPA
atau TPS, yaitu sarana dan prasarana yang kurang memadai,

c. Capacity (Kemampuan)
Dari data yang terlihat diatas, bahwa masyarakat belum mampu dalam mengelola sampah
yang mereka hasilkan sehingga keputusan untuk langsung membuangnya di bantaran
sungai adalah pilihan yang mereka anggap tepat. Disini masyarakat sangat minim
pengetahuan mengenai pengelolaan sampah yang baik dan benar, serta kepedulian dari
masyarakat sendiri yang sangat minim terhadap kebersihan lingkungan hidup.

d. Communication (Komunikasi)
Diakui oleh warga setempat, saat ini proses sosialisasi yang dilakukan Pemda setempat
hanya sebatas pemberitaan di media dan pemberian poster. Perda Nomor 12 tahun 2015
masih memerlukan sosialisasi yang masiv mulai dari tingkat kecamatan kelurahan dan RT
sehingga masyarakat mengerti betul soal pengelolaan sampah. Sosialisasi perda yang
dilakukan salah satunya untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tentang produk
hukum yang dihasilkan DPRD dan Pemkab Toraja Utara, termasuk tentang pengelolaan
persampahan.

e. Interest (Kepentingan)
Apakah ada kepentingan material atau non material (sosial) yang mempengaruhi sehingga
masyarakat membuang sampah ke Sungai Sa’dan? Dari pertanyaan tersebut sepertinya
dapat katakan kepentingan itu sendiri tidak terlalu nampak. Tapi disini masyarakat
sepertinya memiliki kepentingan material yaitu masyarakat sendiri tidak ingin membayar
iuran sampah untuk rumah tinggal sebesar Rp. 10.000,00/bulan dan rumah sewa sebesar
Rp. 25.000,00/bulan. Sedangkan dari sisi pemerintah sebagai pembuat aturan sendiri
mungkins saja ada indikasi ada kepentingan proyek di dalam pembangunan TPA sampah
yang sampai saat ini bermasalah. TPA tersebut berkali-kali mengalami kerusakan yang
memungkinkan ada indikasi pelanggaran dalam penggunaan dana untuk pembuatan TPA.

f. Process (Proses)
Dimulai dengan mengumpulkan aspirasi masyarakat mengenai permasalahan tersebut.
Kemudian dibuatlah aturan tersebut dalam bentuk Perda Pengelolaan Sampah. Aturan yang
dibuat tidak melanggar HAM, dilaksanakan sesuai prosedur, tidak menimbulkan
korban/kerugian pada pihak manapun. Kemudian melakukan pengarahan agar masyarakat
dan badan hukum mentaati dan mematuhi peraturan daerah. Melakukan pendekatan kepada
masyarakat dan badan hukum yang melanggar peraturan daerah. Pembinaan perorangan
dan kelompok, dilakukan dengan cara mendatangi masyarakat yang melanggar peraturan
daerah untuk diberitahu, pengarahan dan pembinaan arti pentingnya kesadaran dan
kepatuhan terhadap peraturan daerah dan keputusan kepala daerah.
g. Ideology (Ideologi)
Kalimat misa' kada di potuo pantan kada di pomate adalah semboyan luhur Kabupaten
Tana Toraja, salah satu petuah dari leluhur yang mendasari kehidupan masyarakat Tana
Toraja di masa kini, di mana pun mereka berada. Kalimat adiluhur dari bahasa tinggi
Toraja yang bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia kira-kira maknanya adalah “Satu
Pendapat Membuat Kita Bisa Hidup Bersama, Namun Bila Masing-Masing
Mempertahankan Perbedaan Pendapat Akan Membuat Semuanya Berakhir dengan
Kematian atau Kehancuran”. Praktek hidup masyarakat Toraja sekarang ini kelihatannya
sudah bertolak belakang secara diametral dengan karakter unggul (keutamaan) yang
tercermin dalam berbagai ungkapan, yang masih tetap dikumandangkan pada berbagai
kesempatan. Dalam hidup sehari-hari, perilaku masyarakat Toraja kini cenderung egois,
mendahulukan kepentingan pribadi dan kelompok dibanding kepentingan bersama. Lihat
saja deretan rumah di sepanjang pinggir Sungai Sa’dan antara Makale dan Rantepao dan
juga sampah yang berserakan di bantaran sungai, hal ini sesungguhnya sangat
membahayakan kepentingan umum, karena dapat menghambat aliran air yang kemudian
dapat memicu banjir.

D. Hipotesis
Tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam membuang sampah masih tergolong
rendah. Sehingga hal ini membuat masyarakat masih sering membuang sampah ke sungai. Peran
serta pemerintah dalam upaya membiasakan masyarakat untuk tidak membuang sampah sudah
terlihat di dalam pembuatan Perda Nomor 12 tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah. Yang
dimana di dalam perda tersebut terdapat larangan dan juga sanksi yang akan ditanggung jika
melanggar aturan yang ada. Sayangnya sosialisasi dari perda tersebut masih minim sehingga
banyak masyarakat yang tidak paham mengenai pengelolaan sampah yang baik dan benar serta
sanksi yang tercantum di dalam perda tersebut belum diterapkan secara maksimal sehingga
belum menimbulkan efek jera kepada masyarakat yang melanggar.

E. Solusi
Dari permasalahan tersebut dapat disimpulkan beberapa penyebab masih maraknya pembuangan
sampah di Sungai Sa’dan yaitu karena kurang kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan
sampah yang baik dan benar; pengetahuan masyarakat terhadap perda yang berlaku mengenai
pengelolaan sampah; dan pemberlakuan sanksi yang belum maksimal kepada masyarakat yang
melanggar. Oleh karena itu dibutuhkan sosialisasi beserta pelatihan oleh pemda setempat
mengenai pengelolaan sampah yang baik dan benar misalnya sosialisai bahaya dari membuang
sampah di sungai serta pelatihan dalam pemilahan sampah yang benar agar sampah tersebut
lebih mudah untuk diolah nantinya. Kemudian Pemda Kabupaten Toraja Utara harus
berkomitmen dalam menjalankan atau memberlakukan sanksi yang telah tercantum di dalam
Perda No 12 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah tepatnya pada Pasal 47 mengenai
ketentuan pidana bila ada masyarakat yang melangggar. Seperti pada ayat (3) Pasal 47 yang
mengatakan bahwa jika ada orang ataupun badan yang membuang sampah sembarangan tempat
maka akan didenda sebesar Rp. 15.000.000,- dan kurungan pidana paling lama 2 bulan.

F. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang
meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Landasan filosofis
dari rancangan peraturan daerah mengenai persampahan Kabupaten Toraja Utara ini didasarkan
pada tujuan pembangunan nasional dalam Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yaitu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata secara meteriil dan spiritual.
Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi dalam masyarakat di Kabupaten
Toraja Utara menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin
beragam. Kondisi tersebut tidak lantas membuat kesesuaian antara metode dan teknik
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Toraja Utara, sehingga
dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan dalam hal ini pencemaran pada sungai di Kabupaten Toraja Utara yang sedang marak
terjadi.
Keberadaan ruang yang bersih dan sehat serta pemahaman masyarakat akan pentingnya
pengelolaan sampah sangat diperlukan dalam mengurangi dampak negatif sampah terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten
Toraja Utara membuat suatu aturan melalui Peraturan Daerah Mengenai Pengelolaan Sampah
yang diharapkan mampu melaksanakan proses pengelolaan sampah yang baik sehingga mampu
mewujdkan ruang yang aman, nyaman, sehat, produktif dan berkelanjutan.
Dalam kaitannya dengan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Pengelolaan
Persampahan yang berlandaskan pada landasan pandangan filosofis Pancasila dalam
mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat, maka diharapkan Kabupaten Toraja
Utara dapat:
1. Mampu mewujudkan kawasan yang bersih, tertib, nyaman, sehat, produktif dan
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kebersihan dan ketertiban umum
sertakesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan Kabupaten Toraja Utara.
2. Mampu memberikan perilaku disiplin dan pemahaman pengelolaan sampah bagi setiap
masyarakat agar turut serta berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kebersihan dan
ketertiban umum serta kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan Kabupaten Toraja
Utara.
3. Mampu meningkatkan pendapatan daerah di sektor pelayanan melalui pengembangan
dan pemantapan pelayanan publik menuju pelayanan prima yang menekankan pada
fokus yang dapat dilakukan denganpenyiapan sumber daya aparatur yang sadar akan
fungsinya sebagai pelayan masyarakat dan mampumemotivasi agar setiap individu dan
kelembagaan terkait untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

G. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah
dan kebutuhan masyarakat dan negara. Kondisi yang ada saat ini, pemilahan dan pengurangan
sampah sejak dari sumbernya (antara lain rumah tangga dan industri) masih kurang memadai,
sehingga berbagai gerakan pengelolaan sampah masih perlu dilakukan, baik ditingkat
masyarakat melalui peranan tokoh masyarakat, LSM ataupun pemerintah kota/kabupaten.
Pengelolaan sampah tersebut terdiri dari pengurangan sampah dan penanganan sampah. Untuk
pengurangan sampah biasanya dilakukan pembatasan timbulan sampah, pendaur-ulangan
sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan untuk penanganan sampah meliputi
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pemrosesan akhir sampah. Adapun
bebeberapa permasalahan faktual mengenai persampahan yang ditemui dan terjadi di Kabupaten
Toraja Utara adalah:
1. Masih kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pengelolaan
sampah yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan.
2. Masih minimnya tingkat kepercayaan dari masyarakat atas hasil pelayanan yang
diberikan aparatur pemerintah, sehingga masyarakat membayar jasa hanya sebagai
formalitas semata bukan berdasarkan nilai kepuasan atas layanan.
3. Masih kurangnya prasarana pendukung seperti tempat pembuangan sementara dalam
upaya pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya sebelum
nantinya akan diangkut ke tempat pembuangan akhir.
Berdasarkan ihwal tersebut, maka diperlukan suatu pola kegiatan penanganan sampah yang
bersifat sistematis, konprehensif, dan berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Toraja Utara harus
meningkatkan pelayanan, serta membuat kebijakan yang berpihak kepada masyarakat mengenai
penanganan sampah. Selain itu kebijakan yang dibuat dalam bentuk Peraturan Daerah tidak
boleh merugikan masyarakat dan dunia usaha. Pengelolaan sampah harus dilakukan secara
komprehensif dan terpadu sesuai dengan prinsip yang berwawasan lingkungan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan; memberikan
manfaat secara ekonomi, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

H. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum
dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut
guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut
persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu
dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang baru.
Penyusunan peraturan daerah Kabupaten Toraja Utara mengacu kepada Undang-undang
Dasar 1945 sebagai “grundnorm” pada Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 yang mengamanatkan
bahwa, “Pemerintah Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan”. Makna dari Pasal tersebut
menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk dapat mengembangkan
daerahnya.
Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah yang telah dijelaskan dalam Undang- undang
Dasar 1945, wewenang penyelenggaraan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah mencakup
kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan didasarkan pada pendekatan
wilayah dengan batasan wilayah administratif. Dengan pendekatan cakupan kegiatan dalam
wewenang penyelenggaraan tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Toraja Utara dapat membuat
Peraturan Daerah mengenai Pengelolaan Persampahan. Mengingat Peraturan Daerah Pemerintah
Kabupaten Toraja Utara yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan baik yang mengatur
secara umum ataupun secara khusus belum banyak diterbitkan dan diatur secara lengkap
(kompleks).
Sebagai bagian dari sistem hukum nasional Indonesia, Peraturan Daerah mengenai
Persampahan Kabupaten Toraja Utara ini dalam pembentukannya baik dari sisi bentuk dan
materi yang dimuat senantiasa berdasarkan pada norma, peraturan, serta kondisi nyata
masyarakat Kabupaten Toraja Utara. Adapun beberapa pijakan yuridis yang dapat dipakai dalam
penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara mengenai persampahan ini antara lain :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Toraja Utara
di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
4874);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049)
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063)
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234)
9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran
NMegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5494);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ((Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679));
11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah;
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pedoman Materi
Muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 5 Tahun 2010 tentang Urusan
Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara
(Lembaran Daerah Kabupaten Toraja Utara Tahun 2010 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomo 2);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 9 Tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain (Lembaran Daerah
Kabupaten Toraja Utara Tahun 2010 Nomor 9).

I. Landasan Politik
Landasan politik ialah landasan dalam kebijaksanaan dari negara dengan perantaraan
badan-badan yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki, yang
diperkirakan bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang dicita-citakan. Pembentukan
undang-undang merupakan proses sosial dan proses politik yang sangat penting artinya dan
mempunyai pengaruh yang luas, karena itu (undang-undang atau peraturan) akan memberi
bentuk dan mengatur atau mengendalikan masyarakat. Undang-undang atau peraturan yang
dibuat oleh penguasa digunakan untuk mencapai dan mewujudkan tujuan-tujuan sesuai dengan
yang dicitia-citakan. Tetapi dalam perjalanannya terdapat tujuan politik yang dianggap tidak
mementingkan kepentingan orang banyak. Di dalam Perda Kabupaten Toraja Utara Nomor 12
Tahun 2015 Tentang Pengeloaan Sampah sendiri mengatur mengenai penyediaan TPS/TPST dan
TPA sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan kepentingan umum (pasal 13). Sayangnya
penyediaan TPS/TPST dan TPA di Toraja Utara lagi-lagi mengalami masalah yaitu terdapat
kerusakan pada TPA yang baru saja selesai dibangun. Dari hasil pemeriksaan BPKP, ternyata
konstruksi dari TPA tersebut tidak sesuai dengan standar yang seharusnya, sehingga terjadi
kerusakan seblum TPA tersebut siap untuk dioperasikan. Disini dapat dilihat terdapat
kepentingan politik yang dimana Perda tersebut terlihat dipaksakan untuk dibuat hanya untuk
kepentingan oknum atau kelompok tertentu. Karena terlihat bahwa ada penyimpangan dalam
penggunaan anggaran untuk pembangunan TPA. Disini juga terkesan bahwa Perda ini dibuat
hanya sebagai produk aturan yang dikeluarkan oleh DPRD setempat sehingga terkesan bahwa
DPRD setempat telah mmenghasilkan aturan yang sesuai dengan Kabupaten Toraja Utara.
Padahal belum terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dikeluarkan perda
pengelolaan sampah dengan setelah dikeluarkanyya perda pengelolaan sampah. Maka dari itu,
disini dapat disimpulkan terdapat landasan politik yang bersifat negatif dalam pengeluaran perda
mengenai pengelolaan sampah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai