Anda di halaman 1dari 39

REFERAT

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


LUKA TEMBAK

Diajukan untuk memenuhi salahsatusyarat menempuh ujian kepaniteraan


klinikdi bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Disusun oleh :
Kelompok 2
Ola Nopisah G1A216040
Ririn Azhari G1A216067
Yuni Azoya G1A216083
Novita Dian Syafitri G1A216085
Arvin Aditya Prakoso G1A216105

Dosen Penguji : dr. M. Ainurrofiq, Sp.KF, MH


Dosen Pembimbing : dr. Zakaria

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI
PERIODE 6 FEBRUARI– 11 MARET 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam dekade terakhir


ini. Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari 500.000 luka
per tahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Luka akibat senjata api menjadi
salah satu jenis luka yang sangat mebahayakan. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai
jenis luka seperti luka tembak masuk, luka tembak keluar, luka bakar pada kulit, serta
luka lecet.1
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat pembunuhan di Amerika
Serikat dan pada banyak yurisdiksi, paling sering dipakai untuk bunuh diri.
Diperkirakan bahwa tiaptahun di Amerika Serikat terdapat ± 70.000 korban luka tembak
dengan 30.000 kematian.Pemeriksaan terhadap luka ini mememerlukan latihan khusus
dan spesialis, baik oleh dokter gawat darurat terhadap korban luka tembak hidup atau
ahli patologi forensik pada korbanyang meninggal.2
Laporan dari negara lain seperti Inggris dan Wales pada tahun 2001 angka
kejadian luka tembak adalah 0,4/100 ribu (bunuh diri 65%, homicide 7%, kecelakan
28%), dan angka kejadian di Kanada pada tahun 2002 adalah 2,6 per 100.000 (bunuh
diri 80%, homicide 15%, kecelakaan 5%).3
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat (ELSAM) Indonesia pada triwulan ke 2 tahun 1998, tercatat 102 warga
negara yang menjadi korban senjata api. Dengan meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia meningkat pula tindak kejahatan. Dalam tindak kejahatan kasus luka tembak
yang tidak sedikit menyebabkan kematian, maka diperlukan data penelitian yang dapat
memberikan informasi gambaran kasus luka tembak yang terjadi. Data statistik
frekuensi, distribusi variasi kasus di Kedokteran forensik Indonesia masih sangat sedikit
jumlahnya. Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal.4

2
Untuk mengungkap kebenaran dari suatu kasus tindak kriminal, khususnya luka
tembak diperlukan alat bukti yang dapat dibuktikan kebenarannya dalam sidang
peradilan. Keterbatasan alat dan pengetahuan yang dimiliki oleh pihak penyidik, maka
dalam perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa diperlukan
pengetahuan khusus, yaitu ilmu kedokteran forensik yang bertujuan untuk menyelidiki
apa yang menjadi penyebab kematian korban. Interpretasi yang benar mengenai luka
tembak akan memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan
hukum selama investigasi dan penting untuk penentuan akhir jenis kematian.5
Untuk menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, yang
mana luka tembak masuk dan mana luka tembak keluar, jenis senjata yang dipakai,
jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali
korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa definisi dari luka tembak ?
2. Apa saja jenis dari senjata api?
3. Bagaimana mekanisme kerja senjata api?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya luka tembak akibat senjata api?
5. Bagaimana klasifikasi luka tembak?
6. Bagaimana pemeriksaan forensik yang mendeteksi luka akibat tembakan senjata
api?

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran luka tembak
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi luka tembak
2. Mengetahui jenis-jenis senjata api
3. Mengetahui mekanisme kerja senjata api

3
4. Mengetahui mekanisme terjadinya luka tembak akibat senjata api?
5. Mengetahui klasifikasi luka tembak
6. Mengetahui pemeriksaan forensik yang mendeteksi luka akibat tembakan
senjata api

1.4 Manfaat penulisan


1.4.1 Bagi mahasiswa
1. Meningkatkan kemampuan dan penalaran dalam penyusunan dan penulisan
suatu referat dari beberapa sumber dan tekhnik penulisan
2. Melatih kerja sama tim dalam penyusunan suatu referat
3. Menambah pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu kedokteran forensik
pada jenazah akibat luka tembak
1.4.2 Bagi Masyarakat
Menambah informasi mengenai gambaran luka tembak

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Luka Tembak


2.1.1 Definisi
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru kedalam
tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan peluru dengan tubuh.
Selain itu terdapat produk ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan, yaitu partikel
logam akibat geseran anak peluru dengan laras, butir mesiu yang tidak sempurna
terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka tembak yang terjadi
akibat tembak tempel, kerusakan jaringan akibat moncong laras yang juga menekan
sasaran.6
Luka tembak terdiri atas luka tembak masuk dan luka tembak keluar Luka tembak
masuk terjadi apabila anak peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi,
sedangkan pada luka tembak keluar, anak peluru menembus objek secara keseluruhan.
Umumnya luka tembak ditandai dengan luka masuk yang kecil dan luka keluar yang
lebih besar. Luka ini biasanya juga disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah,
tulang, dan jaringan sekitar.6
Luka tembak terjadi karena energi dari peluru saat menembus tubuh. Semakin
besar energi yang dihasilkan peluru, semakin parah luka yang dapat terjadi. Energi akan
meningkat seiring besar, berat dan kecepatan pelurunya. Secara umum, peluru
berukuran besar yang ditembakkan dari senapaan menyebabkan luka yang lebih besar
dibandingkan dengan peluru berukuran kecil yang ditembakkan dari pistol.6

2.1.2 Teori Luka


Terdapat empat teori luka yaitu:9
1) Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:
a. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara
peluru dan lapisan otot/jaringan.
b. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.
2) Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak
memadai untuk mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.

5
a. Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya.
Olengannya adalah sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari
peluru.
b. Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau
jalurnya cukup panjang, olengannya akan mencapai 90°, jadi
menonjolkan sisi pembukaan yang maksimum.
c. Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180° dan
meluncur dengan gerakan mundur.
3) Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak
merusak tatanan lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang
merusak ketenangan air saat meluncur di atas danau.
a. Semakin besar energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru,
semakin banyak energi yang hilang, dan kerusakan tatanan jaringanpun
semakin besar.
b. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya
rongga sementara.
c. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-
5 sampai 10 ribu detik saja.
1. Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa
berangsur-angsur meliwati getaran dan kontraksi yang semakin
sebelum hilang sama sekali, meninggalkan bekas luka yang
permanent.
2. Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter
peluru.
3. Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebuah peluru non-fragmen,
yang merusak bentuk akan terjadi bilamana peluru meluncur pada
sisinya.
d. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak
di kepala. Disini struktur yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat
mengurangi tekanan dengan cara meledak/pecah.
e. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh
terhempasnya jaringan hanya berperan kecil, kalaupun ada, peran karena

6
luka oleh peluru pistol, karena pada kenyataannya peluru pistol hanya
memiliki energi kinetik yang relatif kecil.
f. Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire yang oleh sifat dari
kecepatan tingginya memiliki jumlah energi kinitik yang sangat besar.
Rongga besar dan tekanan gelombang besar dapat dihasilkan yang
sebenarnya dapat mengkacaukan, memecahkan, dan juga dapat merobek
organ-organ yang tidak terkena secara langsung oleh peluru, tetapi itupun
hanya dalam jarak yang dekat dengan jalurnya. memperlihatkan
kecepatan tinggi dan energi kinetik dari aneka macam jenis amunisi.
4) Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh
yang meninggalkan luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek.
Sebaliknya peluru senjata militer cenderung untuk tidak merobek tubuh.
Kecuali dalam peluru M16 (5.56 x 45 mm)

2.1.3 Arti Klinis Luka Tembak


Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir
peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis.
Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru,
sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai
kelim memar (contusio ring)10
Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung
pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya
akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio ringnya akan lebih lebar
dibagian dimana peluru membentuk mulut yang terkecil pada kulit. Peluru juga
mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga akan memberi gambaran pada
luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak
selalu terdapat misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan. Pada waktu senjata
ditembakkan, maka yang keluar dari laras senjata api adalah10:
1. Api
2. Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, roetneerslag)
3. Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar
4. Mesiu yang tidak terbakar
5. Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya

7
2.1.4 Deskripsi Luka Tembak
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung
pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi
singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung jawab yang utama untuk
memberikan penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka, membuka dan
mengeksplorasi, debridement dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian
penting dari merawat pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan
dilakukan nanti, setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena
singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter
merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi
luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari:2
1. Lokasi
a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
pertengahan tubuh
b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. ukuran dan bentuk
b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. luka bakar
d. lipatan kulit, utuh atau tidak
e. tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. grains powder
b. deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. tattoo
d. metal stippling
3. Perubahan
a. oleh tenaga medis
b. oleh bagian pemakaman
4. Track
a. penetrasi organ
b. arah

8
- depan ke belakang (belakang ke depan)
- kanan ke kiri(kiri ke kanan)
- atas ke bawah
c. kerusakan sekunder
- perdarahan
- daerah sekitar luka
d. kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. titik penyembuhan
b. tipe misil
c. tanda identifikasi
d. susunan
7. Luka keluar
a. lokasi
b. karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat
penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah
akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh
mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah
ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang
telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.
a. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan.
Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan atau
menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh
diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak
tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat
diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh.

9
a. Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan
warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak
berbentuk ellips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak.
Senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. Petunjuk
ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak yang disebabkan
shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka seperti anak tangga. Jaringan
juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena adanya kontraksi otot.
Petunjuk lain yang penting untuk menginterpretasikan, yaitu :
1) Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan dialihkan
arah keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
2) Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar dari
permukaan tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran. Tembakan senjata
api dengan “Sallow Cone” akan melewati setiap bagian tubuh tapi pada bagian
permukaan tangensial tubuh. Posisi yang paling sering ditemukan kemungkinan
pada samping dada, dibawah axilla.Jika lengan dinaikkan tidak akan ikut terkena,
sebaliknya akan terlihat luka pada dinding dada, dan bagian sisi dalam lengan atas.
Daerah lainnya adalah bagian samping wajah, dimana jika terkena tembakan, bagian
wajah tersebut akan terkoyak dan kemungkinan telinga akan ikut terkoyak.
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada pleura
dan paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena Hematothorak dengan atau
tanpa luka laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala terkena,
menghancurkan tulang tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan
intracranial, meskipun peluru logam tidak menembus kranium. Enapan juga dapat
menyebabkan luka tangensial.1,4
Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shotguns dan rifled
firearms. Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan peluru
saat ditembakkan. Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan diameter rata-
rata 22 kaliber. Bentuk dan karakteristik luka juga sangat tergantung dari jarak
tembak. Pada jarak tembak yang dekat, tembakan berupa satu bentuk peluru silinder
yang besar. Pada jarak tembak sedang, bentuk lukanya tidak beraturan dan punya
penampakan moth eaten. Dengan adanya penambahan diameter, pecahan dari

10
tembakan menjadi lebih besar dan terlihat defek tembakan berupa satelit yang
awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian menyebar. Pada tembakan jarak
jauh, tidak terlihat defek yang besar dan tembakan membuat luka kecil tunggal.
Deposit tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak pada jarak dekat dan
sedang.
Ada tiga jenis tembakan yakni Birdshot, buckshot, dan rifled slugs. Birdshot
digunakan untuk membunuh ungsa dan hewan yang sangat kecil. Tembakannya
sangat kecil dengan diameter 0.05 sampai 0.150 inci. Buckshot lebih besar dari
Birdshot, dengan diameter 0,24 sampai 0,33 inci. Tipe foster dari Rifled slugs
digunakan di AS. Luka akibat Rifled slugs berupa defek soliter .
Karakteristik dari luka tembak tidak dapat dilihat kecuali pada Birdshot yang
kontak dengan lukanya dekat, buckshot yang lebih besar, dan rifled slugs.
Karakteristik luka lain dari luka tembak adalah wad mark. Wad mark dapat
ditemukan pada luka tembak dengan perbedaan berdasarkan jarak tembak.
Beberapa wad dibuat dari gabus atau partikel yang menyerupai gabus, yang akan
terbentuk pada tembakan dekat. Fragmen wad yang kecil akan menghantam kulit
dan menyebabkan luka yang kecil dan tidak beraturan.

2.1.5 Identifikasi Luka Tembak


1. Luka Tembak Masuk
Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda, dibandingkan dengan
menembak seseorang pada dada, pada saat mempertahankan diri anda dari serangan
yang bersifat fatal, adalah penting untuk membedakan luka masuk dari luka keluar.
Dalam hukum kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut, berarti
dapat membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama dan kemungkinan
hukuman mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak ada tuntutan. Untungnya,
aplikasi dari beberapa konsep dasar biasanya akan memperbolehkan diferensiasi
akurasi dari luka masuk dan luka keluar.
Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tepi yang
melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi tersebut berupa
goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika menekan masuk ke
dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika ujung

11
peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan
abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin dengan
ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit.
Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut, maka
hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih
tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris mengindikasikan
arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil
sudut peluru pada saat mengenai kulit.
Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki sobekan
pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru kehilangan
putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam perjalananya
dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung ketika menabrak kulit sehingga
sering memberikan gambaran bentuk D pada luka. Luka masuk yang tidak khas dapat
disebabkan oleh senjata yang tidak berfungsi baik atau oleh karena amunisi yang
rusak, tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau peluru yang
mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela yang bergerak otomatis, sebelum
mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah mengena media perantara, hal ini
yang menyebabkan terbentuknya abrasi tepi yang tidak khas pada luka tembak masuk,
ketika peluru mengena kulit. Jenis lain dari luka masuk yang tidak khas terjadi ketika
mulut senjata api mengalami kontak langsung dengan kulit di atas permukaan tulang,
seperti pada tulang tengkorak atau sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini
akan menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar
peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan subkutan, dimana gas
tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka tembak masuk menjadi
meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian tengah dengan
memberikan defek berbentuk stellata atau penampakan seperti bintang. Luka tembak
masuk dapat dibedakan lagi, yaitu :
a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru.
b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru dan butir-butir mesin yang tidak habis terbakar.
c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit. Dibentuk
oleh komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas api.

12
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan
didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang
keluar dari laras senjata api tersebut .

2. Luka Tembak Keluar


Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar.
Ketika senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru biasanya
tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan mudah
untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek luka tembak keluar.4
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak
keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk. Bentuknya
tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang,
iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi.
Latar belakang variasi bentuknya adalah sebagai berikut:
a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk
b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga
memberi bentuk iregular saat keluar.
c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan
melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket
dapat terpisah komplit atau sebagian.
d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat fragmen
tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.
e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi
apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan dengan
bentuk anak peluru yang menyebabkannya.
Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak teratur,
tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya
bergerigi,laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang membuka dan
kemungkinan fraktur komunitf. Luka tembak pada dada dan perut selalu sulit keluar
karena adanya hambatan yang cukup besar. Tidak adanya penahan pada kulit akan
menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa
keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau
mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.

13
Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka
tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila
pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat
pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber
22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian,
pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat
pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju,
dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar
anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang
keras. Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan
jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat
dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum
atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan
menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang
paling menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru yang mengenai lokasi yang
tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan
sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak,
vagina, dan rektum.

Gambar 7. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah
kanan

2.1.6 Klasifikasi Luka Tembak

14
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka tembak
masuk dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan karakteristiknya masing-
masing, yaitu:
1. Luka Tembak Masuk
A. Luka tembak tempel (kontak)
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat
tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong
anak peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang
keras. Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya,
yang jelas pada malam hari atau ruangan yang gelap.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi
antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran
bubuk mesiu; (2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada
tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah
gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan
kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan
kecepatan melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru.
Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk
meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh
terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung
tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata
sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir
adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat
dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi gas
menuju jaringan yang lebih dalam7.
Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan
tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke
permukaan kulit sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit.
Gambaran akan tampak beda jika terdapat pakaian diantara moncong senjata dan
kulit. Pada jaringan lunak, seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan
tampak kecil dan sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding
luka. Jika antara moncong senjata denga kulit menempel kuat akan ada sedikit

15
bahkan tidak ada nyala api dan debu, kecuali kalau pakaian menutupinya. Dalam
luka, pada jaringan akan ada beberapa bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau
partikel-partikel amunisi. Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan
dengan peluru senjata api sehingga jelaga bisa tidak ditemukan. Biasanya hyperemia
terdapat disebelah luar cetakan diameter moncong senjata, dan karbon monoksida
akan diserap oleh Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit luka dan pada bekas
yang lebih dalam. Kemungkinan akan ada luka memar yang kadang meluas
meskipun bentuknya tidak simetris dan jarang. Perluasan jaringan karena gas yang
masuk memaksa kulit lebih keras melawan ujung laras, dan jejak moncong senjata
mungkin akan terbentuk. Jika luka tempel di atas tulang terutama tulang tengkorak,
terjadi fenomena yang sama dengan luka senjata api. Tampak gambaran linier atau
seperti bintang6.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas
masuk kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini
menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata
api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari
dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat
dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala
dengan selaput otak keras (tabula interna).2,5,9

Gambar 8 . luka tembak tempel

16
Gambar 9. Luka tembak tempel

B. Luka tembak jarak dekat


Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inci adalah
adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga
tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar,
jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak
dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan
disepanjang saluran luka. Kelim tato yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak
tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh jelaga7.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit
secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya
rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat
rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak
ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan
pada luka yang disebabkan senjata apapun5.
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa
pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot
hand. Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka
tembak masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini
tergantung Jenis senjata; laras panjang atau pendek dan jenis mesiu; mesiu hitam atau
smokeless.
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang
tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona
kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan kecil.Bentuk tato
memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan. Serpihan mesiu
menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam. Gumpalan mesiu, berbentuk
bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik.

17
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin
besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai
adalah dengan mengukur dua koordinat, potongan longitudinal dan transversal.
Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama,
amunisis yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang
sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.2,5,9

Gambar 10. Luka Tembak Jarak Dekat


C. Luka tembak jarak jauh
Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya
anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada
disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat
dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular. Tepi luka
compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka
tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini
berguna untuk menentukan arah anak peluru1,5.
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap
pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan
penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian,
yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri
oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka
tembak tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena

18
adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4)
Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir7.
Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak
peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak jarak
jauh ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah tembakan
tegak lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris,
bundar. Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval.
Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan outshoot,
oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk mencari adanya
pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian yang ikut masuk
kedalam luka.
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong
senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-
butir mesiu.
a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar jangkauan
atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar sebagian.
b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat
pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.

Gambar 11. Luka Tembak Jarak Jauh

2. Luka Tembak Keluar (Luka Tembus)


Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak masuk
dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari
sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui,
maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru
lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.1

19
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan mengenai
tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah. Tulang-
tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau kadang-kadang remuk.
Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar,
tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan
tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang
inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang
mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar, sedangkan bentuknya
tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari pada
besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta
contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam.
Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:
a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka
biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan
dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru
baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.
b. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal
ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya
tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

Gambar 12. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar

Adapun faktor–faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka
tembak masuk adalah:1

Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam
tubuh dan membentur tulang.

20

Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end
to end), keadaan ini disebut “tumbling”.

Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut “yawing”.

Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka
tembak keluar menjadi lebih besar.

Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka
fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan
memperbesar luka tembak keluarnya.

Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal
ini disebabkan:1
- Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,
sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu
diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan
berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity.
- Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan
keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan lebih
kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk.

Beberapa variasi luka tembak keluar3


 Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena
tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat
dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya berbentuk celah dan
tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah tersebut.
 Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan, ini
dimungkinkan karena :
- Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.
- Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar
pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.

2.1.7 Perbedaan Antara Luka Tembak Masuk Dengan Luka Tembak Keluar1,3
Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar

No Luka Tembak Masuk Luka Tembak Keluar


1. Ukurannya kecil, karena peluru Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur
menembus kulit seperti bor dengan dibandingkan luka tembak masuk, karena
kecepatan tinggi kecepatan peluru berkurang sehingga

21
menyebabkan robekan jaringan
2. Pinggiran luka melekuk ke arah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena peluru
karena peluru menembus kulit dari luar menuju keluar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
4. Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa Tidak ada
oleh peluru yang masuk
5. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, Tidak ada
kelim tattoo, atau jelaga
6. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip kerucut
teratur bentuknya
7. Bisa tampak berwarna merah terang Tidak ada
akibat adanya zat karbon monoksida
8. Di sekitar luka tampak kelim ekimosis Tidak ada

2.1.8 Menentukan Jarak Tembakan


Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras,
kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan jarak tembak tidak sulit.
Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet. Jarak tembak dapat
ditentukan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:7
 Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 sentimeter.
 Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 sentimeter, dan
seterusnya.
 Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: “Berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh“, ini mengandung arti:
- Korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-
butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
- Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan
moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
 Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu maksimal
15 sentimeter.
Menurut Hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan
gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight)
akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk ke dalam luka,
dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka.
Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar luka.
Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya

22
dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio,
pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris dan bundar

2.2 Jenis Senjata Api


Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu,
dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya.
Berikut adalah jenis-jenis senjata api:2
a. Berdasarkan Panjang Laras:
1. Laras pendek
 Rolover : mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang berputar (revolve)
setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi siap untuk di tembakkan.
Revolver terdapat dua jenis, single action dan double action. Pada tipe single action pelatuk
harus dikokang setiap kali akan menembak. Sedangkan pada double action revolver
penekanan picu secara berulang untuk langsung memutar silinder, mensejajarkan laras dan
tempat peluru, mengokang dan selanjutnya melepaskan pelatuk untuk menembak.
 Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik picunya. Pistol
otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan dalam sebuah magasin, putaran pertama harus
dimasukkan secara manual ke dalam ruang ledaknya.
Gambar 1. Senjata api laras pendek

2. Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi
dengan daya tembak sampai 3000
m, mempergunakan peluru yang
lebih panjang. Senjata laras
panjang dibagi menjadi dua yaitu:
 Senapan tabur : Senapan
tabur dirancang untuk dapat

23
memuntahkan butir-butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan
dirancang untuk memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan
halus dan tidak terdapat rifling.
 Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang
besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang
(peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru
pistol)
SKS-45

Chinese AKS-47 semi-automatic rifle

24
Gambar 2. Senjata api laras panjang

b. Berdasarkan Alur Laras


1. Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras dibuat
beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, sehingga
anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa bergerak maju
sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya sentripetal sehingga anak
peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras
menuju sasaran. Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah
putaran ke kanan (Smith and Wesson).7,8
 Senjata api dengan alur ke kiri
- Dikenal sebagai senjata tipe COLT
- Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
- Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu adanya
goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis anak peluru.

gambar 3. Senjata api beralur

 Senjata api dengan alur ke kanan


o Dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON (tipe SW)
o Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan 0.46
o Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu adanya
goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari bagian basis anak
peluru.
 Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada satu kali
tembakan. Contohnya adalah shot gun.

2.2.1 Mekanisme Kerja Senjata10


Mekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya
sama yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak
proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan tinggi.

25
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara memanfaatkan
udara atau dengan merubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan yang volumenya
tetap. Sedang pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh dari pembakaran mesiu
sehingga dalam waktu sekejap berubah menjadi gas dengan volume yang besar didalam
ruangan yang volumenya tetap. Dari saru gram mesiu dapat dihasilkan gas
(CO2,CO,hydrogen sulfanida, dan methane) antara 200-900 mililiter dengan suhu yang
sangat panas.
Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin sebetulnya untuk melepaskan udara
yang tekanannya telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang pada senjata
api untuk membuatnya, pin atau pemukul penggalak melakukan tugasnya sehingga
menimbulkan percikan api pada penggalak (primer) guna membakar mesiu.
Selanjutnya, anak peluru atau proyektil yang telah memiliki gaya kinetic itu, sesudah
meninggalkan laras jalannya amat dipengaruhi oleh banyak hal; seperti misalnya berat
massa, bentuk dan diameternya, gravitasi serta tahanan (resistensi) udara yang
dilaluinya.
Luka tembak keluar dari senjata berkekuatan tinggi sangat mungkin dikarenakan
oleh kecepatan dan energi kinetik yang tinggi amunisi yang ditembakkan. Stellate-
shaped exit wounds, sering ditemukan dan mungkin menyerupai luka tembak masuk
kontak.
Walaupun luka tembak keluar dari senjata bisa lebih besar dan mungkin
menyebabkan banyak kerusakan dibandingkan luka tembak keluar dari senjata
genggam.Dengan memperkirakan tepi luka, ada atau tidak adanya tepi abrasi bisa
dikonfirmasi.
Normalnya, suatu peluru saat ditembakkan akan mengikuti suatu lengkung arah
atau jalur tertentu. Namun, semakin cepat peluru melesat maka semakin lurus arah dan
jalur peluru tersebut. Disipasi energi adalah bagaimana energi kinetis peluru yang
disalurkan ke tubuhdari suatu kekuatan yang menahannya. Pada kasus proyektil
velositas medium dan tinggi, disipasi energi dipengaruhi oleh:
 Drag (Hambatan) – Faktor-faktor yang memperlambat suatu peluru, termasuk
tahanan angin, hambatan oleh jaringan, dll.
 Profile (Profil) – Titik tumbuk peluru merupakan profil dari peluru tersebut.
Semakin besar ukuran titik tumbuk semakin besar energi yang disalurkan.

26

Cavitation (Kavitasi) – Sering disebut sebagi perluasan alur masuk peluru.
Merupakan lubang di jaringan tubuh yang dihasilkan oleh energi kinetis peluru.
Lubang ini lebih besar daripadalubang masuk peluru. Karenanya,luka yang
dihasilkan lebih besar dari diameter peluru tersebut. Kadang kala, karenaenergi
kinetis peluru sedemikian besar, peluru dapat menembus jaringan di sebaliknya.
Oleh karena itu selalu kaji adanya lubang keluar peluru (‘exit wound’).

Jika luka tembak masuk dan hubungannya dengan luka tembak keluar telah
ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan arah tembakan. Arah tembakan
adalah jaras jalannya peluru memasuki tubuh melalui luka tembak masuk menuju luka
tembak keluar.
Untuk alasan klaritas dan konsistensi, ahli forensik selalu menggambarkan arah
tembakan sebagaimana tubuh korban dalam posisi anatomis standar saat ia ditembak.
Tubuh korban berdiri penuh dengan tangan ekstensi pada sisi tubuhnya dengan bagian
palmar ke depan. Sebagai contoh luka tembak yang menembus dada kiri dan keluar
pada punggung kanan bawah, arah tembakan digambarkan dari depan ke belakang, kiri
ke kanan dan atas dan ke bawah. Biasanya ahli forensik hanya bisa membuat opini
dimana posisi tubuh korban bisa atau tidak konsisten dengan arah tembakan, dan hanya
bisa disesuaikan dengan saksi mata.
Mekanisme tembakan pada bagian tubuh tertentu:

Kepala
Ketika energi proyektil memasuki tengkorak dan mulai mengalami disipasi,
jaringan otak secara alamiah akan tertekan secara berat (ingat kepala adalah ruang
tertutup yang dibatasi jaringan tulang tengkorak yang kuat). Bila peluru mengenai
wajah maka jalan napas akan rusak atau hancur tergantung pada velositas peluru.

Dada
Jaringan paru relative tahan terhadap kavitasi proyektil. Alveoli membentuk
massa berongga yang mudah bergerak. Sedangkan jantung tidak tahan terhadap
kavitasi sebagaimana paru. Namun lapisan terluar yang meliputi pembuluh
pulmoner, aorta dan jantung merupakan jaringan yang kuat dan elastic. Jaringan ini
mungkin mampu menutupi luka akibat luka tembus velositas rendah,namun tidak
mampu mengatasi kavitasi akibat luka tembus velositas medium dan tinggi.

27
Bila terjadi cedera di antara garis puting dada dan pinggang, maka selalu curigai
kemungkinan adanya cedera abdominal juga.

Abdomen
Abdomen sering mengalami cedera sekunder saat dada mengalami cedera.
Ruang abdominal merupakan ruang yang besar yang berisi jaringan yang berisi
cairan, udara, jaring padat dan jaringan tulang. Jaringan yang berisi udara dan
cairan lebih tahan terhadap kavitasi daripada jaringan padat.

Ekstremitas
Ekstremitas terdiri dari tulang, otot, pembuluh darah dan jaringan saraf. Luka
tembak sering menyebabkan tulang pecah dan pecahan ini dapat mengakibatkan
luka sekunder.Pecahan ini dapat bersifat seperti misil atau proyektil yang merusak
jaringan lain disekitarnya. Akibatnya jaringan di sekitar akan rusak sehingga fungsi
sensorik, motorik dan bahkan aliran sirkulasi akan terhambat atau bahkan hancur.
Luka ledakan terbagi dalam 4 kategori yaitu:

Luka ledakan primer disebabkan oleh efek langsung ledakan bertekanan tinggi
terhadap jaringan tubuh. Udara mudah menekan, tidak seperti air. Hasilnya, luka
ledakan primer hampir selalu mengenai struktur yang mengandung udara seperti
paru, telinga dan saluran cerna.

Luka ledakan sekunder disebabkan oleh objek melayang yang menyerang orang
disekitarnya.

Luka ledakan tertier adalah gambaran ledakan energi tinggi. Jenis ini terjadi
ketikaorang-orang terlempar dan menabrak objek lainnya.

2.2.2 Proses Terjadinya Tembakan10


a. Senjata yang digunakan, meliputi:
- Jenisnya
Dengan melihat ciri-ciri luka akan dapat ditentukan apakah disebabkan oleh
senjata api, senjata angin, atau shotgun.
- Kalibernya
Kaliber senjata dapat diperkirakan dengan melihat diameter cincin lecet. Kaliber
tersebut ditentukan berdasarkan diameter lumen dari laras, yang tidak selalu
sama dengan diameter peluru.
Akibat adanya elastisitas kulit maka biasanya diameter anak peluru sedikit lebih
besar dari diameter cincin lecet. Pada bagian tubuh yang bagian kulitnya terlihat

28
sangat dekat dengan tulang maka diameter anak peluru hampir sama besar
dengan diameter cincin lecet sebab tulang dapat menjadi penahan terhadap
elastisitas kulit diatasnya ketika mendapat dorongan anak peluru.
b. Cara melakukan tembakan, meliputi:
 Arah tembakan
Secara teori arah tembakan dapat ditentukan dengan pasti dengan
menghubungkan luka tembak masuk dengan luka tembak keluar. Hanya saja
luka tembak keluar selalu tidak ditemukan. Kalaupun ditemukan kadang-kadang
luka tersebut terjadi sesudah arah anak peluru berubah setelah membentur
tulang. Selain itu kadang-kadang jumlah luka tembak banyak sehingga sulit
menentukan luka tembak masuk dan luka tembak keluar dari anak peluru yang
sama. Dalam keadaan demikian maka perkiraan arah tembakan dapat didasarkan
pada posisi lubang luka terhadap cincin lecet.
Bila letaknya terpusat berarti arah tembakan tegak lurus terhadap
permukaan sasaran dan bila episentris berarti arahnya miring.
 Jarak tembak
Kecuali pada jarak tempel, jarak tembak hanya dapat ditentukan secara
kasar dengan melihat bentuk lukanya serta ada tidaknya produk-produk dari
ledakan mesiu.
Selain itu ada tidaknya luka tembak keluar juga dapat dijadikan dasar
perhitungan secara kasar. Namun harus diingat bahwa banyak senapan modern
sekarang ini yang memiliki kemampuan tinggi, sehingga dapat menimbulkan
luka tembak keluar meskipun ditembakkan dari jarak yang sangat jauh.
Mengenai daya tembusnya baik pada manusia atau binatang, dipengaruhi
oleh kecepatan (velocity) ketika menyentuh tubuh, berat massa, resistensi
jaringan, serta jarak tembakan.

2.3 Pemeriksaan Forensik


2.3.1 Pemeriksaan Makroskopik
Perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik adalah perubahan yang dapat
dijumpai. Demikian pula kemungkina didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran
luka dan dalam perubahan epitel.

Secara umum didalam saluran luka pada luka tembak tempel akan mengandung
lebih banyak butir-butir mesiu bila dibandingkan dengan luka tembak dimana moncong
sejata tidak menempel pada kulit.

2.3.2 Pemeriksaan Penunjang

29
1. Pemeriksaan Kimiawi
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis,
sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada “smokeles gun powder” dapat
ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang
dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri.Unsur-unsur kimia yang
berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di temukan ialah timah,
antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur
tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku
penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam
senjata.
2. Pemeriksaan Mikroskopik

3. Perubahan yang
tampak pada luka
tembak masuk
diakibatkan oleh dua
faktor, yaitu trauma
4. mekanis dari
peluru dan trauma
termis akibat
panas dari

30
pembakaran mesiu.
Pada
5. pemeriksaan
mikroskopis luka
tembak tempel dan
luka tembak jarak
dekat akan diperoleh
:
6. Perubahan yang
tampak pada luka
tembak masuk
diakibatkan oleh dua
faktor, yaitu trauma
7. mekanis dari
peluru dan trauma
termis akibat
31
panas dari
pembakaran mesiu.
Pada
8. pemeriksaan
mikroskopis luka
tembak tempel dan
luka tembak jarak
dekat akan diperoleh
:
Perubahan yang tampak pada luka tembak masuk diakibatkan oleh dua
faktor, yaitu trauma mekanis dari peluru dan trauma termis akibat panas dari
pembakaran mesiu. Pada pemeriksaan mikroskopis luka tembak tempel dan luka
tembak jarak dekat akan diperoleh :
1. Di sekitar luka tampak epitel yang normal dan yang mengalami kompresi, sel-sel
epidermal menjadi pipih dan mengalami elongasi dari inti sel.
2. Pada sel epidermis, tepi luka juga akan mengalami distorsi yang dapat
bercampur dengan butir-butir mesiu.
3. Epitel luka juga tampak mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, serta
vakuolisasi sel-sel basal.
4. Panas yang dihasilkan pembakaran mesiu akan memperlihatkan jaringan
kolagen menyatu dengan pewarnaan HE dan akan lebih banyak mengambil
warna biru (basofilik staining).
5. Pada luka akan tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan
ini paling dominan), dan adanya butir-butir mesiu.
6. Sel-sel pada dermis mengalami pengerutan inti sel, vakuolisasi dan pignotik.

32
7. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau
hitam kecoklatan.
8. Pada luka tembak tempel “hard contact”, permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat mesiu atau hanya sedikit sekali butir-butir mesiu, butir-butir mesiu akan
tampak banyak pada lapisan bawah, khususnya disepanjang tepi saluran luka.
9. Pada luka tembak tempel “soft contact”, butir-butir mesiu akan terdapat pada
permukaan kulit dan jaringan dibawah kulit.
10. pada luka tembak jarak dekat akan ditemukan adanya butir-butir mesiu terutama
terdapat pada permukaan kulit dan hanya sedikit yang ditemukan pada lapisan-
lapisan kulit.

3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan secara radiologi dengan sinar-X ini pada umumnya untuk
memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban. Pada “tandem
bullet injury” dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya
satu. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan
bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shoot gun”, yang tidak beralur,
dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet. Bila pada tubuh korban
tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenisrifled.

Peranan Radiologi Dalam Menentukan Luka Tembak


Radiologi memiliki peranan yang cukup besar dalam bidang forensic
terutama dalam mengidentifikasi luka tembak. Pemeriksaan radiologi dengan sinar X
ini pada umumnya digunakan untuk :
a. Memudahkan dalam mengetahui letak dan jumlah peluru
Radiologi sangat berperan penting dalam menentukan lokasi peluru.
Penggunaan radiologi dalam menentukan lokasi peluru dapat mengefektifkan
waktuyang digunakan dalam melakukan autopsi. Pada pemeriksaan radiologi
tandem bullet injury, walaupun luka tembak masuk hanya satu, pada pemeriksaan
radiologi dapat ditemukan dua peluru. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet
yang tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis
shot gun yang tidak beralur, dimana satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.
Sedangkan, jika pada pemeriksaan radiologi ditemukan satu peluru pada tubuh
korban maka dipastikan korban ditembak dengan senjata jenis rifled.

33
Pada keadaan tubuh korban yang telah membusuk atau mengalami luka
bakar,serta pemeriksaan yang sulit untuk dilakukan, pemeriksaan radiologi ini dapat
digunakan dengan mudah untuk menentukan lokasi peluru.
b. Untuk mengetahui Kerusakan Tulang akibat peluru
Ketika peluru mengenai tulang, Fragmen atau partikel metal yang kecil
sering diidentifikasi pada jaringan tubuh (soft tissue). Fragmen atau partikel ini
mengindikasikan adanya peluru yang kemungkinan tidak berjaket atau memiliki
jaket parsial. Peluru yang memiliki full jaket dapat meremukkan dan memecah
tulang menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan sedikit meninggalkan fragmen
atau partikel metal. Peluru yang masuk kemungkinan mengenai tulang dan dapat
dibelokkan sehingga luka tembak masuk atau luka tembak keluar tidak
menunjukkan letak peluru yang sebenarnya.
Pola fragmen ini dikenal dengan ”snow storm”, dimana pola ini terbentuk
saat peluru dengan kecepatan tinggi mengenai tulang. Korban akan meninggal
dalam beberapa menit setelah peluru mengenai tubuhnya. Pada autopsi akan
didapatkan bahwa penyebab kematian adalah exsanguinasi yakni pelvic subfacial
hematoma.
Jumlah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh peluru yang memasuki
tubuh dipengaruhi oleh massa dan kecepatan peluru tersebut. Peluru yang bergerak
lambat dengan massa yang berat biasanya akan tertinggal pada tubuh korban dan
seringkali ditemukan pada keadaan intak (utuh). Peluru yang memiliki kecepatan
yang tinggi seperti pada peluru rifle dapat mengakibatkan destruksi jaringan yang
ekstensif atau luas
c. Membantu menentukan apakah Luka Tembak disebabkan karena bunuh diri
atau pembunuhan
Sebagian besar luka tembak akibat bunuh diri berupa satu luka yang
ditembakkan pada bagian kanan tubuh (pada sebagian besar right-handed
people).Luka bunuh diri pada daerah dekat dan sekitar mata sangat jarang ditemui.
Luka tembak yang multipel sangat sedikit menunjukkan luka bunuh diri, luka
multipel cenderung mengarah ke luka tembak akibat pembunuhan. Sekitar dua
persen dari luka bunuh diri merupakan luka yang multipel, hal ini bisa disebabkan
kaarena peluru yang digunakan mengalami kerusakan atau tembakan pertama tidak

34
menimbulkan kematian. Kaliber dari senjata juga menunjukkan pola dari luka yang
terjadi. Senjata dengan kaliber yang besar memiliki kecepatan peluru yang cukup
tinggidan lebih mudah untuk melewati tubuh dibandingkan senjata yang memiliki
kaliber kecil dan kecepatan yang rendah.
Luka tembak masuk terdapat pada bagian kanan dengan fragmen atau
partikel metal pada bagian superior dan posterior. Terdapat kerusakan yang kecil
yang mengindikasikan senjata yang digunakan memiliki kaliber yang cukup kecil.
d. Membantu menentukan migrasi peluru dan Penyumbatan peluru pada
Pembuluh Darah
Peluru yang mengenai tubuh pada umumnya akan memasuki tubuh seperti
garis lurus kecuali pada peluru yang mengenai tulang. Peluru dapat berpindah
ketempat yang lebih jauh apabila memasuki sistem vaskular, respirasi, dan saluran
gastrointestinal.
Tipe peluru yang mengalami penyumbatan umumnya terdapat pada system
pembuluh darah arteri dan vena. Peluru yang besar cenderung mengalami
penyumbatan pada bagian inferior kecuali pada shotgun pellet yang mengalami
penyumbatan pada bagian superior. Posisi tubuh pada saat penembakan sangat
penting untuk menentukan kemungkinan letak peluru pada pembuluh darah. Efek
gaya gravitasi dapat mengakibatkan peluru bergerak melawan aliran darah.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan pada aliran arteri. Aktivitas agonal
jantung biasanya menyebabkan peluru terbawa kearah ekstremitas bawah yakni ke
arteri femoral. Pemeriksaan pada sistem vena juga dapat dilakukan dimana vena
cava umumnya akan membawa peluru kembali ke arah jantung. Shotgun pellets
dapat mengalami penyumbatan pada pembuluh coronary atau intracranial yang
menyebabkan insufisiensi pembuluh darah. Pellet juga dapat memasuki sistem vena
dan berpindah ke dalam paru-paru.
Pellet yang terdapat pada jantung tidak terlihat jelas yang mengindikasikan
bahwa peluru terletak pada daerah intracardiac. Migrasi peluru ke dalam sistem
respirasi jarang ditemukan, namun hal ini dapat terjadi apabila peluru mengenai
kepala dan leher kemudian mengalami aspirasi. Perpindahan peluru ke dalam
sistem gastrointestinal juga dapat terjadi apabila peluru langsung mengenai

35
abdomen atau mengenai kepala dan leher yang kemudian tertelelan ke dalam sistem
gastrointesinal.
e. Penilaian Kaliber Peluru
Penilaian kaliber peluru dengan menggunakan pemeriksaan radiologi
memiliki banyak hambatan. Pembesaran radiografi dan perubahan bentuk dari
peluru dapat merubah bentuk peluru yang sebenarnya. Pemeriksaan radiologi lebih
berperan dalam menentukan lokasi peluru sedangkan pengukuran kaliber senjata
yang tepat dapat dilakukan oleh pathologis Berperan sebagai alat dokumentasi yang
bersifat objektif dan permanen.
f. Berperan sebagai alat dokumentasi yang bersifat objektif dan permanen
Hasil Pemeriksaan radiologi dapat digunakan sebagai dokumentasi baik
untuk kepentingan rumah sakit maupun kepentingan hukum dan peradilan.

BAB III

PENUTUP

3.1 ILUSTRASI KASUS

36
Pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2009 sekira jam 14.30 WIB bertempat di Jalan
Hartono Raya Modern Land Tangerang ketika korban berada di dalam mobil BMW
warna silver No. Pol. B 191 E yang dikemudikan saksi Suparmin, laju kendaraannya
dihalang- halangi oleh mobil Toyota Avanza warna silver No. Pol. B 8870 NP yang
dikemudikan saksi Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi dan seketika, saat mobil BMW
yang dinaiki korban yang berjalan pelan akan melewati undakan (polisi tidur) lalu
sepeda motor Yamaha Scorpio warna gelap No. Pol. B 6862 SNY yang dikendarai saksi
Heri Santosa bin Rasja alias Bagol dengan memboncengi saksi Daniel Daen Sabon alias
Danil bergerak mendekati samping kiri mobil BMW yang dinaiki korban hingga
berjarak lebih kurang sekitar 0.5 (nol koma lima) meter, kemudian saksi Daniel Daen
Sabon alias Danil mengarahkan senjata api jenis Revolver tipe S & W caliber 38 yang
telah dipersiapkannya ke arah kaca samping kiri belakang mobil BMW lurus searah
dengan kepala korban lalu menembak atau menarik pelatuk senjata api tersebut
sebanyak 2 (dua) kali , sehingga peluru menembus kaca pintu mobil dan kena tepat di
kepaIa korban.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

37
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan luka
masuk kecil dan dapat disertaimdengan lika keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya
juga disertai dengan kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan disekitarnya.

Terdapat berbagai jeni senjata yang dapat didasarkan pada berbagai macam hal,
antara lain berdasarkan tenaga pendorong yang terdiri dari senjata api dan senjata angin.
Berdasarkan cara penggunaannya senjata genggam, dapat juga didasarkan pada bentuk
permukaaan dalam laras yaitu senjata berlaras rata dan senjata beralur melingkar.

Mekanisme terjadinya senjata, baik senjata angin atau senjata api pada
prinsipnya sama yaitu memanfaatkan tekana tinggi dari udara atau gas untuk
melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengna kecepatan tinggi.
Tekanan tinggi tersebut dapat berasal dari gas co2 atau pembakaran mesiu.

Gambaran luka tembak dapat berupa gambaran makroskopik dan mikroskopik.


Pada gambaran makroskopik dapat dijumpai adanya luka berbentuk bintang maupun
oval, dipinggir luka biasa terdapat adanya kelim pato maupun kelim jelaga. Sedangkan
pada gambaran mikroskopik dapat dilihat perubahan progresif epitel akibat panas dan
mekanik. Demikian pula kemungkinan didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran
luka dan pada permukaan epitel.

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap akan luka tembak, maka dapat
dilakukan pemeriksaan radiologis yaitu X-ray dan CT-scan. Umumnya X-ray lebih
sering dilakukan mengingat akan faktor biaya yang lebih terjangkau.

5.2 SARAN
1. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan luka
tembak sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.
2. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu
kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.

38
39

Anda mungkin juga menyukai