Anda di halaman 1dari 9

SAP (Satuan Acara Penyuluhan)

Topik : Defisit perawatan diri

Tempat : jl. Sutan sahrir

Hari/Tanggal : Senin, 11 maret 2019

Waktu : 09.00 WIB

Penyampai Materi : Mahasiswa poltekkes kemenkes malang

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Defisit Perawatan Diri pasien serta
keluarga pasien mampu memahami dan menyadari bahaya defisit perawatan diri.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, diharapkan pasien serta keluarga mengetahui
tentang:
1. Pengertian defisit perawatan diri
2. Penyebab defisit perawatan diri
3. Tanda dan gejala defisit perawatan diri
4. Menyebutkan komponen kebersihan diri
5. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
6. Menjelaskan akibat dari defisit perawatan diri
7. Mampu menjelaskan cara perawatan kebersihan diri
C. Strategi pelaksanaan
1. Metode : ceramah, diskusi
2. Media : Leaflet
3. Garis besar materi (penjelasan terlampir):
a. Pengertian defisit perawatan diri
b. Penyebab defisit perwatan diri
c. Tanda dan gejala defisit perawatan diri
d. Komponen kebersihan diri
e. Pentingnya kebersihan diri
f. Cara perawatan kebersihan diri
D. Proses Pelaksanaan

Media
Kegiatan Kegiatan Estimasi
Tahap Metode dan
Penyuluhan Klien Waktu
Alat
Pendahuluan 1. Mengucapkan 1. Menjawab Ceramah Leaflet 3 menit
salam salam
2. Memperkenalka
2. Mendengar
n diri kan dan
3. Menyampaikan
bertanya
tentang tujuan
mengenai
pokok materi
tujun pokok
4. Kontrak waktu
5. Membagikan materi
leaflet mengenai
defisit
perawatan
diri, jika
ada dan
kurang
mengerti
kurang jelas
3. memperhati
kan

Penyajian Menjelaskan : 1. Pasien dan Ceramah Leaflet 20 Menit


1. Pengertian keluarga dan
materi defisit mendengar diskusi
perawatan diri kan dan
2. Penyebab defisit menyimak
perawatan diri materi yang
3. Tanda dan disampaika
gejala defisit n
perawatan diri 2. Pasien dan
keluarga
bertanya
mengenai
hal-hal
4. Menyebutkan yang belum
komponen jelas dan
kebersihan diri kurang
5. Menjelaskan dimengerti
pentingnya mengenai
kebersihan diri defisit
6. Menjelaskan perawatan
akibat dari diri
defisit
perawatan diri
7. Mampu
menjelaskan
cara perawatan
kebersihan diri
Penutup 1. Memberi 1. Pasien dan Diskusi Leaflet 2 menit
kesempatan keluarga
kepada peserta memperhati
penyuluhan kan
untuk bertanya 2. Pasien dan
2. Bertanya
keluarga
kepada peserta
memberi
penyuluhan
pertanyaan
bagaimana
3. Perasaannya
setelah
mengikuti
penyuluhan
4. Menyimpulkan
materi
penyuluhan
5. Menutup
pertemuan dan
memberi salam

E. METODE
1. Ceramah
1. Diskusi
2. Tanya jawab
F. MEDIA
1. Leaflet
G. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur
Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai yang telah direncanakan dan diharapkan.

2. Evaluasi Proses
Diharapkan peserta penyuluhan tepat sasaran dan dapat mengikuti sampai
penyuluhan selesai dilaksanakan.

3. Evaluasi Hasil
Diharapkan peserta penyuluhan mampu mengerti apa yang telah dijelaskan oleh
penyaji dan mampu menjalankan proses pencegahan dan pengobtan yang telah
disediakan oleh penyaji.

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian

Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara
mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang Air Kecil)
(Mukhripah, 2008).

Higiene adalah ilmu kesehatan, cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien disebut higiene
perorangan (perry & poter, 2006). Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang
berarti Personal yang artinya perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya (Wartonah, 2006).

Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang terdiri dari
mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri secara mandiri (Nanda,
2006). Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang
menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima
aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting,
instrumental) (Carpenito, 2007).

B. Etiologi
Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi

Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan
seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai
stressor antara lain:

a. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri


misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.

b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia
harus menjaga kebersihan kakinya.Yang merupakan faktor presipitasi defisit
perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut
Wartonah (2006) yaitu :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

C. Tanda dan gejala


Menurut Mukhripah (2008) kurang perawatan diri sering ditemukan adanya tanda dan
gejala sebagai berikut :
a. gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut acak- acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c. ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
d. ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB atau BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.

D. Komponen Kebersihan Diri


1. Kebersihan rambut dan kulit kepala
2. Kebersihan mata, telinga, dan hidung
3. Kebersihan gigi dan mulut
4. Kebersihan kuku tangan dan kaki
5. Kebersihan pakaian

E. Pentingnya kebersihan diri


Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kebersihan diri. Dengan tubuh
yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu
penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk.

F. Akibat
Defisit perawatan diri berdampak pada psikis pada diri seseorang
a) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan sering diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit (badan gatal-gatal dan terkena penyakit kulit), rambut
dipenuhi kutu atau ketombe, gangguan membran mukosa mulut (karies gigi, gigi
berlubang, sakit gigi dan bau mulut), infeksi pada mata, gangguan pendengaran akibat
penumpukan kotoran telinga dan dapat menimbulkan infeksi pada telinga, serta
ganggua fisik pada kuku yang dapat menjadi penyebab kuman penyakit (seperti,
penyakit saluran pencernaan, diare atau sakit perut).
b) Dampak psikososial
Masalah yang muncul pada personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan di cintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan gangguan
interaksi sosial (dijauhi orang).

G. Cara perawatan kebersihan diri


Usaha kesehatan pribadi adalah : daya upaya dari seorang demi seorang untuk
memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri ( Entjang, 2000) Usaha –
usaha itu adalah :
a. Kebersihan Kulit dan Badan
Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak
baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak
terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003)
Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa
sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan
tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga
penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet.
Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka
kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus,
kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh
parasit adalah Skabies ( DJuanda, 2000).
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan kulit.
Mandi yang baik adalah :
1). Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis.
2). Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang mengeluarkan
banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai kegiatan tersebut.
3). Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik tidak dianjurkan
untuk mandi sehari-hari.
4). Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi
normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi.
5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun dan handuk yang tidak sama
dengan orang lain (Webhealthcenter, 2006).
b. Kebersihan gigi dan mulut
a) Pilih sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut dan rapat
b) Rajin menyikat gigi dengan cara yang benar dan di waktu yang tepat yaitu minimal
dua kali sehari yaitu sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam.
c) Segera menyikat gigi setelah makan makanan yang manis dan lengket
d) Gunakan pasta gigi yang mengandung perpaduan bahan alami seperti jeruk nipis,
garam,dan daun sirih dan ilmiah
c. Kebersihan tangan dan kuku
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan
untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita
skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh
karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan
sesudah beraktivitas.
1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan
menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci harus meliputi area antara jari
tangan, kuku dan punggung tangan.
2). Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti
setiap hari.
3). Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain-
lain saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan
memotong kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit (Webhealthcenter,
2006).
d. Kebersihan Kaki
Kita harus selalu memakai alas kaki setiap hari. Sehingga kaki akan selalu berada
pada tempat tempat yang tertutup. Karena itu kita dianjurkan menjaga kebersihan kaki
dengan selalu memakai sepatu dan kaos kaki yang kering agar terhindar dari penyakit
kulit skabies, karena sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat-tempat yang lembab dan
tertutup (Webhealthcenter, 2006).
e. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja
putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi
seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka garukan di area
genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area genitalia
merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu contoh
pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan
anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan
air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke depan.
Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi.
Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat genital.
Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain, selain
cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila mengenakan
celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan
basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh
karena itu seringlah mengganti celana dalam (Safitri, 2008).

Anda mungkin juga menyukai