Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


dislokasi atau keselo merupakan cedera umum yang dapat
menyerang siapa saja, tapi mungkin lebih sering terjadi padaindividu yang
terlibat dengan olahraga aktivitas berulang, dan kegiatan untuk resiko tinggi
untuk kecelakaan. Ketika terluka ligament, otot atau tendon mungkin rusak,
atau terkilir yang memicu pada ligamen yang cidera, ligamen adalah pita
sedikit elastis jaringan yang menghubungkan tulang pada sendi, menjaga
tulang ditempat sementara memnungkinkan gerakan . dalam kondisi ini , satu
atau lebih ligament yang diregangkan atau robek.gejalanya meliputi nyeri,
bengkak , memar dan tidak mampu bergerak.
Dislokasi biasanya terjadi pada jari-jari , pergelangan kaki dan
lutut. Bila kekurangan ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin
diperlukan perbaikan bedah. Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan
hubungan yang normal antara kedua permukaan sendo secara komple/lengkap
(jeffery m.spivak et, al 1999) terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi, dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya dari mangkok sendi). Seorang yang tidak dapat mengatupakn
mulutnya kembaki sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya
telah mengalami dislokasi
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatanya, maka
sendi itupun menjadi macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligamen-ligamenya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,
sendi itu akan gampang dislokasi lagi. Skelet atau kerangka adalah rangkaian
tulang yang mendukung dan melindungi beberapa organ lunak, terutama
dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit
pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka.
Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus dijaga agar terhindar dari trauma benturan yang dapat

1
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang. Dislokasi terjadi
saat ligamen memebrikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah
dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat disebakan oleh
faktor penyakit atau trauma karena dapatn (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital).

1.2 Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui apa itu definisi dislokasi?
2. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya dislokasi?
3. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dislokasi?
4. Untuk mengetahui apa anatomi dan fisiologi dislokasi?
5. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dislokasi?
6. Untuk mengetahui apa patofisiologi dislokasi?
7. Untuk mengetahui apa penatalaksanaan dislokasi?
8. Untuk mengetahui apa saja komlikasi dislokasi?
9. Untuk mengetahui apa asuhan keperawatan dislokasi?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “dislokasi”
2. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan
keperawatan meliputi:
- Mampu memberikan gambaran tentang pengakajian dengan
gangguan dislokasi
- Mampu merumskan diagnosa keperawatn pada klien dengan
dislokasi
- Mampu membuat rencan keperawatan dengan klien dislokasi

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang
yang membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat, 2011. Buku
Ajar lImu Bedah, edisi 3, Halaman 1046). Dislokasi sendi adalah fragmen

2
frakrtur saling terpisah dan menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011, Buku
Ajar Patofisiologi, Halaman 404).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau
beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada
sendi. (Carpenito, 2000, edisi 6, Halaman 1118)Jadi, dapat disimpilkan bahwa
dislokasi adalah tergesernya sendi dari mangkuk sendi yang kemudian dapat
menimbulkan deformitas.

2.2 Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh:
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok
akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola
paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena
secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh
- Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin
- Tidak diketahui
- Faktor predisposisi(pengaturan posisi) akibat kelainan pertumbuhan
sejak lahir.
- Trauma akibat kecelakaan.
- Trauma akibat pembedahan ortopedi (ilmu yang mempelajarin
tentang tulang
- Terjadi infeksi disekitar sendi (mansjoer, 2010)

2.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis atau tanda dan gejala

3
- Nyeri - Tidak bisa digerakkan
- Bengkak -Terasa tertarik dan tegang
- Kemerahan

2.4 Faktor Resiko


- Rentanan jatuh. Mereka yang sering jatuh sangat berisiko mengalami
dislokasi atau urai sendi. Ketika jatuh tubuh dipaksa menyangga berat
keseluruhan, misalnya pada pinggul atau bahu.
- Beberapa orang terlahir dengan ligamen yang lebih longgar dan lebih
rentan terhadap cedera dibandingkan kebanyakan orang.
- Partisipasi olahraga. Banyak dislokasi terjadi selama olahraga high-
impact atau olahraga kontak, seperti senam, gulat, basket dan sepak bola.
- Kecelakaan kendaraan bermotor. Ini adalah penyebab paling umum dari
dislokasi pinggul, tetapi risiko cedera dapat dikurangi dengan mengenakan
sabuk pengaman.

2.5 Komplikasi
- Robek otot, ligamen dan tendon yang memperburuk cedera sendi
- Kerusakan saraf atau pembuluh darah disekitar sendi
- Rentan terluka jika dislokasi berulang atau parah
- Berkembangnya arthritis pada sendi yang mengalami dislokasi ketika
seseorang menua

2.6 Klasifikasi
- Dislokasi congenital: terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
- Dislokasi patologik: akibat penyakit sendi atau jaringan sekitar sendi
- Dislokasi traumatik: terjadi karena trauma yang kuat yang merusak
struktur sendi

2.7 Penatalaksanaan/ Terapi


1. Medis
a. Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)
1) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik

4
a) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit
kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1
kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan
atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri
persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping
dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia.
Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang
memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian
utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan
bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering
dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau
disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini
jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim
dilakukan :
1) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran
tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.
2) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi
dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
3) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi
atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu
alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi
tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.

5
6) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan
logam atau sintetis.
8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler
dalam sendidengan logam atau sintetis.

3. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
RICE
1) R: Rest (istirahat)
2) I: Ice (kompres dengan es)
3) C: Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
4) E: Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

2.8 Pencegahan
- Hindari aktivitas yang menyebabkan dislokasi
- berhati- hati saat beraktivitas
- Cegah dislokasi berulang

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung
sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit,
urinalisasi, dan penentuan gula darh, BUM dan elektrolit, pemeriksaan lainya
bisa juga dengan:
1. Sinar- X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik
noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien
dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi
dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan

6
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar- X yang lebih canggih dengan
bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan
dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan
gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang
magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio
aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak)
dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
Sedangkan menurut (Doenges et al,2008),di bagi menjadi 3 yaitu
a. Radiologi. Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai
fraktur.
b. Arterigram. Bila kerusakan vaskuler dicurigai
c. Laboratorium. Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Laporan Seven Jump

LAPORAN SEVEN JUMP

KASUS
Tn. X (23 tahun) datang dengan keluhan pergelangan kaki kiri nyeri,
bengkak dan kemerahan, pasien mengatakan terkilir saat bermain sepakbola. Betis
terasa ketarik, dan tegang, tambah sakit ketika berjalan. Riwayat pasien tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular. VS : TD : 120/80 mmHg,

7
RR 20 X/mnt, N : 76 X/mnt S : 37 °C. Pasien mengkompres dingin. Pasien
mendapatkan obat asam mefenamat 3 x 500 mg, dan di pasang elastic verban.
Pasien mengatakan tidak dapat berdiri lama, sehingga utk sholatnya dengan
duduk.
Step 1

- Elastic verban : untuk menyangga cedera jaringan seperti ,perban ini


bersidat lentur karena dapat memberikan tekanan di sekitar luka untuk
mengurangi rasa sakit dan pembengkakkan.

- Asam mefenamat : Obat untuk mengobati rasa nyeri ringan atau sedang,
termsduk obat NSAID

- Nyeri : Rasa tidak nyaman akibat dari kerusakan jaringan.

Step 2

1. Mengapa pasien mengalami nyeri bengkak dan kemerahan ?


2. Mengapa betis pasien terasa tertarik,tegang dan sakit saat berjalan ?
3. Apa penanganan pertama kaki terkilir?
4. Mengapa dipasang elastic perban?
5. Apa pengaruh kompres dingin ?
6. Apakah ada hadits yang menjelaskan tentang hukum sholat dengan duduk?
Coba jelaskan !
7. Kenapa pasien diberikan asam mefenamat?
8. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus?
9. Apakah intervensi keperawatan untuk kasus diatas?
10. Apakah kaki terkilir boleh di pijat? Jelaskan!
11. Penyebab pasien tidak bisa berdiri lama?

Step 3

1. Karena adanya peradangan pada bagian pergelangan kaki sehingga


mengakibatkan pembengkakak dan kemerahan akibat peningkatan cairan
di jaringan dan peningkatan aliran darah ke area tersebut
2. Karena terjadi dislokasi pada bagian pergelangan kaki yang
mengakibatkan peredaran darah tidak lancar sehingga betis pasien terasa
tertarik,tegang dan sakit saat berjalan.
3. A. Lindungi area yang terkilir
B. Mengentikan akivitas

8
C. Kompres dengan air dingin
D. Perban area yang terkilir
E. Minum obat penghilang rasa nyeri
4. Diberikan elastic perban karena digunakan untuk membalut pergelangan
dan persendian yang mengalami cedera dalam
5. Untuk merangsang penyempitan diameterpembuluh darah dan
memperlambat aliran darah yang menuju lokasi cedera sehingga
mengurangi rasa sakit dan bengkak
6. ada, karena jika tidak mampu shalat sambil berdiri, dia diperbolehkan
shalat sambil duduk. Ketika shalat sambil duduk, yang paling utama jika
ingin melakukan gerakan berdiri (qiyam) dan ruku’ adalah dengan
duduk mutarobi’an (duduk dengan kaki bersilang di bawah paha).
Sedangkan jika ingin melakukan gerakan sujud, yang lebih utama adalah
jika dilakukan dengan duduk muftarisyan (duduk seperti ketika tasyahud
awwal).
7. Karena untuk mengurangi rasa nyeri yang terjadi pada bagian yang terkilir
8. Nyeri, gangguan mobilitas fisik b.d pembengkakan, gg integritas kulit b.d
eritema
9. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan dislokasi sendi serta
gerakan fragmen tulang dan fraktur.
Intervensi :
- Kaji skala nyeri, misalnya lokasi, frekwensi, durasi, dan intensitas
(skala 1-10)
- Jelaskan penyebab nyeri.
- Dorong pasien menyatakan masalah, mendengar dengan aktif
pada masalah ini dan berikan dukungan dengan menerima, tinggal
dengan pasien berikan imformasi yang tepat.
- Dorong penggunaan tehnik relaksasi, (imajinasi, visualisasi, aktivitas
terapeutik
- Berikan tindakan kenyamanan contoh pijat punggung, penguatan
posisi (pengguanaan tindakan dukungan sesuai kebutuhan)
- Memberikan obat analgesik sesuai indikasi

2) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.


Intervensi :
- Kaji keterbatasan aktivitas, perhatikanadanya/derajat/keterbatasan
/kemampuan.
- Jelaskan penyebab kelemahan.

9
- Ubah posisi setiap 2 jam bila tirah baring: dukung bagian tubuh yang
sakit/sendi dengan bantal, gulungan, bantalan siku/tumit sesuai
indikasi.
- meningkatkan sirkulasi, dan mencegah kerusakan kulit
- Bantu dalam latihan rentang gerak aktif/pasif.
- Berikan pijatan kulit, pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit.
pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
- Berikan tempat tidur busa/kapuk.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.
Intervensi :
- Kaji kulit, kemerahan dan perubahan warna kulit
- Jelaskan penyebab kerusakan kulit
- Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan edema
lokal/eritema ekstremitas cedera.
- Beri obat sesuai indikasi
10. kaki terkilir tidak dianjurkan untuk di pijat, karena pada saat trauma pada
otot ligamen maupun tendon justru saat melakukan pengurutan hanya akan
memperberat kondisi trauma dan proses peradangan yang akan terjadi
11. karena terdapat nyeri yang hebat sehinggat tidak bisa berdiri lama
Step 4

A. Menarik kesimpulan

KLASIFIKASI
FOKUS PENGKAJIAN
DEFINISI
ETIOLOGI

FAKTOR RESIKO

MANIFESTASI
KLINIS
Dislokasi
KOMPLIKASI

PATHWAY

10
PENATALAKSANAAN

PX.PENUNJANG

DX KEPERAWATAN

INTERVENSI
Step 5

a. Naurah Nazhifah R. :Untuk mengetahui definisi dislokasi


b. Noviyanti :Untuk mengetahui etiologi dislokasi
c. Nurmaulita H. :Untuk mengetahui klasifikasi dislokasi
d. Malvin A.I :Untuk mengetahui manifestasi klinis dislokasi
e. Melia Dwi K. :Untuk mengetahui pathway dislokasi
f. M. Wildan W. :Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang
dislokasi
g. Muhaimin Eka A. :Untuk mengetahui focus pengkajian
dislokasi
h. Mutriasih :Untuk mengetahui diagnose keperawatan
yang muncul
i. Kukuh Nur R. :Untuk mengetahui Intervensi keperawatan
j. Laras Sri W :Untuk mengetahui pentalaksanaan pada
dislokasi
k. Lilis F. :Untuk mengetahui komplikasi yang muncul
l. Okta Wiryani :Untuk mengetahui faktor risiko dari
dislokasi

Step 6

A. Definisi (Naurah Nazhifah R.


Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang
yang membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku
Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman 1046
Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan
menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman
404).Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau
beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada
sendi. (Carpenito, 2000, edisi 6, Halaman 1118)
Kesimpulan:

11
Dislokasi adalah tergesernya sendi dari mangkuk sendi yang
kemudian dapat menimbulkan deformitas.

B. Klasifikasi (Nurmaulita H.)

Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB,


edisi 8, vol 3,Halaman 2356) adalah:

1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan,


paling sering terlihat pada pinggul.

2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan
sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini
disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang

3. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf


rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat
oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat
sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan
mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Dislokasi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi : (Brunner &


Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356)

1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai
nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello
femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang /

12
fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah
oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
C. Etiologi (Noviyanti)
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok
akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola
paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara
tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh

- Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin
- Tidak diketahui
- Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
- Trauma akibat kecelakaan.
- Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang
tulang
- Terjadi infeksi disekitar sendi
(mansjoer, 2010)
D. Manifestasi klinis (Malvin A.I)

1. Nyeri akut
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang ekstremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
(Mansjoer, A, 2006)

E. Komplikasi (Lilis F.)

13
1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi
2. Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid.
Sedangkan menurut (Price & Wilson,2008).di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Dini
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur disloksi
b. Komplikasi lanjut
1) Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot

F. Penatalaksanaan (Laras Sri W)


1. Medis
a. Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)
1) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
2) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis.
Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2
kapsul.
3) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau
sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot,
nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual,

14
muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg
lalu 250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan

a. Operasi ortopedi

Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang


mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang
memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama,
pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah
penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi
Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open
Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan
ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :

1) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang


yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan
tulang yang patah.

2) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan


skrup, plat, paku dan pin logam.

3) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun


heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi
atau mengganti tulang yang berpenyakit.

4) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.

5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat


yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa
irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.

6) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.

15
7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis

8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam


sendidengan logam atau sintetis.

3. Non medis

a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan


menggunakan anastesi jika dislokasi berat.

RICE

1) R : Rest (istirahat)

2) I : Ice (kompres dengan es)

3) C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)

4) E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

4. Diagnosa keperawatan (Mutriasih)


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskletal
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan mengunyah atau menelan.
5. Path way

(Melia Dwi K.)

dislokasi

Cedera olahraga
Trauma Kecelakaan

16
Terlepasnya kompresi jaringan jar. Tulang dari
kesatuan sendi
Merusak struktur sendi, ligamen

Kompresi jaringan tulang yg terdorong ke depan

Merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi

Ligamen memberikan jalan

Tlg. berpindah dari posisi yg normal


Dislokasi

Ekstremitas cedera jar.lunak

spasme otot
hambatan mobilitas fisik

nyeri akut

6. faktor Resiko (Okta Wiryani)

- Rentanan jatuh. Mereka yang sering jatuh sangat berisiko mengalami


dislokasi atau urai sendi. Ketika jatuh tubuh dipaksa menyangga berat
keseluruhan, misalnya pada pinggul atau bahu

- Beberapa orang terlahir dengan ligamen yang lebih longgar dan lebih
rentan terhadap cedera dibandingkan kebanyakan orang

- Partisipasi olahraga. Banyak dislokasi terjadi selama olahraga high–


impact atau olahraga kontak, seperti senam, gulat, basket dan sepak
bola.

17
- Kecelakaan kendaraan bermotor. Ini adalah penyebab paling umum
dari dislokasi pinggul, tetapi risiko cedera dapat dikurangi dengan
mengenakan sabuk pengaman.

7. Intervensi (Kukuh Nur R.)

a. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan dislokasi sendi


serta gerakan fragmen tulang dan fraktur

Tujuan : Menyatakan / menunjukan nyeri hilang

Kriteria hasil :

- Menunjukan kenyamanan

- Mampu untuk tidur/ istirahat

Intervensi :
a) Kaji skala nyeri, misalnya lokasi, frekwensi, durasi, dan intensitas
(skala 1-10) Membantu mengevaluasi derajat ketidakanyaman dan
keefektifan analgesik atau menyatakan terjadinya komplikasi
b) Jelaskan penyebab nyeri.
c) Dorong pasien menyatakan masalah, mendengar dengan aktif
pada masalah ini dan berikan dukungan dengan menerima,
tinggal dengan pasien berikan imformasi yang tepat.
d) Dorong penggunaan tehnik relaksasi, (imajinasi, visualisasi,
aktivitas terapeutik
e) Berikan tindakan kenyamanan contoh pijat punggung, penguatan
posisi (pengguanaan tindakan dukungan sesuai kebutuhan)
f) Berikan obat analgesik sesuai indikasi
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : Mempertahankan mobilitas/ fungsi optimal

18
Kriteria hasil : Menunjukan peningkatan kekuatan dan bebas dari
komplikasi (kontraktur, dekubitus).
Intervensi :
a) Kaji keterbatasan aktivitas,
perhatikanadanya/derajat/keterbatasan /kemampuan.
b) Jelaskan penyebab kelemahan.
c) Ubah posisi setiap 2 jam bila tirah baring: dukung bagian tubuh
yang sakit/sendi dengan bantal, gulungan, bantalan siku/tumit
sesuai indikasi. meningkatkan sirkulasi, dan mencegah kerusakan
kulit
d) Bantu dalam latihan rentang gerak aktif/pasif.
e) Berikan pijatan kulit, pertahankan kebersihan dan kekeringan
kulit. pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
f) Berikan tempat tidur busa/kapuk.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.
Tujuan : Menyatakan ketidaknyamanan hilang
Kriteria hasil : Menunjukan perilaku atau tehnik untuk mrncegah
kerusakan kulit atau memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :
a) Kaji kulit, kemerahan dan perubahan warna kulit
b) Jelaskan penyebab kerusakan kulit
c) Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan edema
lokal/eritema ekstremitas cedera.
d) Beri obat sesuai indikasi
(buku nic-noc 2015)
K. Fokus pengkajian (Muhaimin Eka A.)
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan
untuk mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
1) Keluhan Utama

19
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien
mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan
saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi
dislokasi, pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya
cedera.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang
dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
4) Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan
kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah:
- Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya
mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu
kenyamanan klien.
- Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan
dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas
klien.
- Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada
rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
- Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami
gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.

L. Pemeriksaan Penunjang (M. Wildan W.)

20
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah,
hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang,
hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan
elektrolit,pemeriksaan lainya bisa juga dengan:
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik
noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada
pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih
dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih
detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien
dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan
gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X
atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh
(terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-
Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi.
Sedangkan menurut (Doenges et al,2008),di bagi menjadi
3 yaitu
a. Radiologi :Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah
disertai fraktur.
b. Arterigram :Bila kerusakan vaskuler dicurigai
c. Laboratorium: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin
untuk klirens ginjal

21
3.2 Asuhan Keperawatan
SKENARIO KASUS

Tn. X (23 tahun) datang dengan keluhan pergelangan kaki kiri nyeri, bengkak
dan kemerahan, pasien mengatakan terkilir saat bermain sepakbola. Betis terasa
ketarik, dan tegang, tambah sakit ketika berjalan. Riwayat pasien tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular. VS : TD : 120/80 mmHg,
RR 20 X/mnt, N : 76 X/mnt S : 37 °C. Pasien mengkompres dingin. Pasien
mendapatkan obat asam mefenamat 3 x 500 mg, dan di pasang elastic verban.
Pasien mengatakan tidak dapat berdiri lama, sehingga utk sholatnya dengan
duduk.

A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 17 Oktober 2017 Jam : 08.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2017 Jam : 09.00 WIB
Ruangan : IGD
Pengkaji : Perawat

A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. X

22
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : Gombong
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hub. Dengan Klien : Ibu pasien

3. Keluhan Utama (yang paling dirasakan)


Pasien mengatan pergelangan kaki kiri nyeri, bengkak dan kemerahan.
4. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan saat ini
Tn. X (23 tahun) datang dengan keluhan pergelangan kaki kiri nyeri,
bengkak dan kemerahan, pasien mengatakan terkilir saat bermain
sepakbola. Betis terasa ketarik, dan tegang, tambah sakit ketika berjalan
VS : TD : 120/80 mmHg, RR 20 X/mnt, N : 76 X/mnt S : 37 °C.
b. Kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang
c. Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan dan menular
5. Pola Pemenuhan Kebutuhan dasar ( Virginia Henderson)
1. Pola Oksigenasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan pada saat sebelum sakit pernafasan
tidak terganggu.
Saat dikaji : Pasien mengatakan saat ini pun nafas tidak ada
gangguan, RR : 20 x/menit.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3 kali sehari di lengkapi
dengan sayur dan lauknya dan minum 6-7 gelas per
hari
Saat dikaji : Pasien mengatakan nafsu makan masih sama, pasien
makan 3 kali sehari dengan sayur dan lauk yang
disajikan rumah sakit dan minum 5-4 gelas per hari.
3. Pola Eliminasi

23
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat untuk BAB 1 kali sehari
dengan konsentrasi feses lembek, berwarna kuning dan
BAK dapat 5-6 kali per hari dengan warna urin jernih.
Saat dikaji : Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
konsentrasi feses lembek, berwarna kuning dan BAK 3-
4 kali per hari dengan warna urin kekuningan.
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat beraktivitas tanpa dibantu
orang lain.
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas tanpa
bantuan orang lain karena nyeri saat berjalan dan tidak
bisa berdiri lama.
5. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada masalah ketika tidur,
pasien dapat tidur 7-8 jam/hari.
Saat dikaji : Pasien mengatakan ada perbedaan dalam istirahat
karena menahan nyeri dan tidak nyaman pasien
tidur 4-5 jam/hari
6. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasa memilih baju yang disukai
dan biasa mengenakannya sendiri.
Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam memilih pakaian dibantu
oleh keluarga dan di bantu saat mengenakannya
7. Menjaga Suhu Tubuh
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bila cuaca panas menggunakan kaos
pendek dan tipis, dan menggunakan baju panjang dan
tebal atau jaket ketika dingin
Saat dikaji : Pasien mengatakan bila cuaca panas menggunakan kaos
pendek dan tipis, dan menggunakan baju panjang dan
tebal atau jaket ketika dingin
8. Personal Hygiene
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi 2x sehari dan menggosok
gigi 2x sehari.
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya di seka oleh keluarga setiap
pagi dan sore
9. Pola Menghindar Dari Bahaya
Sebelum sakit : Pasien mengatakan senang berkumpul dan bertemu
dengan keluarga.
Saat dikaji : Pasien mengatakan kurang nyaman karena jarang
berkumpul dengan keluarga.

10. Pola Komunikasi

24
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan lancar
dengan keluarga dan teman kerjanya
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya berkomunikasi dengan yang
menungguinya, orang yang menjenguk serta petugas RS
11. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan agama islam, shalat 5 waktu dan
mengaji
Saat dikaji : Pasien mengatakan shalat 5 waktu dengan duduk dan
bersuci dengan berwudu di bantu keluarganya dan
sering mendengarkan murotal al qur’an.
12. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasa berlibur dengan teman-teman
dan keluarga
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya berbaring di RS
13. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelumnya bekerja sebagai
wiraswasta
Saat dikaji : Pasien mengatakan selama sakit tidak melakukan
aktifitasnya seperti biasa, pasien hanya istirahat di
tempat tidur.
14. Pola Belajar
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelumnya tidak tahu tentang
penyakit yang diderita
Saat dikaji : Pasien mengatakan mendapatkan informasi dari dokter
dan perawat.

b. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum (KU) : baik ( compos mentis )
2. Suhu : 37ºC
3. Nadi : 76 x/menit
4. TD : 120/80 mmHg
5. RR : 20 x/menit

b. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) Meliputi


Fungsi Bila Merupakan Panca Indra :
1. Kepala : Bentuk mesochepal atau normal, tidak ada lesi, tidak ada
nyeri tekan, rambut mulai beruban dan tidak rontok.
2. Mata : Kanan kiri simetris,fungsi penglihatan baik, konjungtiva
unanemissklera unikterik
3. Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada pembesaran
polip, fungsi penciuman normal.

25
4. Mulut : Bentuk simetris, keadaan mulut bersih, fungsi pengecapan
baik, kebersihan cukup, tidak ada caries dan stomatitis.
5. Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik,
tidak ada serumen
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, ada pembersaran
vena jugularis
7. Dada
a. Paru- paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba di IC ke 4 di midklavikula
Perkusi : Pekak
Aukultasi : regular s1- s2
c. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas
Aukultasi : Bising usus peristaltic 12 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8. Genetalia : bersih, tidak ada luka, tidak terpasang DC
9. Ekstremitas
Atas kanan : Tidak terdapat edema, turgor kulit
kering,kekuatan otot 5
Atas kiri : Tidak ada edema, turgor kulit kering, kekuatan
otot 5
Bawah kanan : Tidak terdapat edema, kekuatan otot 5
Bawah kiri : Terdapat edema pada pergelangan kaki,kekuatan otot 3

c.Pemeriksaan Penunjang

1.Foto Rontgen

26
d.Terapi Yang Di Berikan

1.Pasien mendapatkan obat asam mefenamat 3 x 500 mg,

2.di pasang elastic verban

A ANALISA DATA
TGL/JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
Jum’at 20 DS : pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen cedera fisik
oktober P : nyeri bertambah pada saat (olahraga berlebih
2017 berjalan )
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : di daerah pergelangan kaki
kiri
S : skala 8
T : hilang timbul
DO :
- Pasien tampak
melindungi area nyeri
- Pasien tampak kesakitan
- Pasien tampak fokus
terhadap nyerinya
- Trelihat kemerahan dan
pembengkakan pada
kaki kiri pasien

27
Jum’at 20 DS : pasien mengatakan betis Hambatan Gangguan
oktober terasa ketarik, tegang dan sakit mobilitas fisik muskululoskeletal
2017 ketika berjalan (adanya dislokasi
DO : pergelangan
- Pasien terlihat duduk kaki )
saat sholat
- Pasien berjalan di bantu
- Terlihat kemerahan dan
pembengkakan di kaki
kiri pasien

PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Gangguan muskululoskeletal (adanya
dislokasi pergelangan kaki )

INTERVENSI KEPERAAWATAN

No Dx. Kep NOC NIC

00132 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Nyeri:


a. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan keperawatan selama 3 x 24
komprehensif yang
dengan agen jam, diharapkan masalah
meliputi lokasi, durasi,
cedera fisik nyeri akut dapat diatasi
frekuensi, kualitas, dan
dengan:
a. Kontrol nyeri faktor pencetus
Indikator A T b. Pengontrol nyeri

Mengenali 2 5 berdasarkan respon pasien


c. Kolaborasi pemeberian
kapan
farmakologi
d. Pilih dan implementasikan

28
terjadinya nyeri tindakan yang beragam

Menggunakan 2 5 (misalnya farmakologi,

analgesik nonfarmakologi,

dengan tepat interpersonal) untuk


memfasilitasi penurunan
nyeri, sesuai dengan
kebutuhan psien
e. Lakukan Dristraksi
Keterangan:
relaksasi.
1: Tidak pernah menunjukan

2: Jarang menunjukan

3:Kadang-kadang
menunjukan

4: Sering menunjukan

5:Secara konsisten
menunjukan

00085 Hambatan Setelah di lakukan tindakan Terapi Ambulasi


Mobilitas selama 3x24 jam di harapkan
a. Konsultasikan pada ahli
Fisik masalah hambatan mobilitas
terapi fisik mengenai
berhubungan fisik di atasi dengan
a. Pergerakan rencana ambulasi
dengan b. Bantu pasien untuk
Indikator A T
berpindah, sesuai
Berjalan 2 5 kebutuhan
Gerakan sendi 2 5 c. Sediakan alat bantu
( tongkat, walker, atau
Cara berjalan 2 5
kursi roda ) untuk

Keterangan ambulasi
1 : Sangat terganggu d. Bantu pasien ambulasi
2 : Banyak terganggu awal jika di perlukan
3 : Cukup terganggu e. Monitor penggunaan alat
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu bantu berjalan
f. Bantu pasien untuk berdiri

29
dan ambulasi dengan jarak
tertentu.

IMPlEMENTASI

Hari, Tanggal, Jam No Dx Implementasi Respon Par


af
Jum’at 20 oktober 2017 00132 Melakukan monitoring S: pasien
TTV mengatakan
10.00
bersedia
O: pasien
terlihat
tenang dan
mengikuti
arahan
perawat
Jum’at 20 oktober 2017 00132 Memberikan obat antibiotik S: pasien
mengatakan
12.00
sebentar lagi
akan
meminum
obatnya
O: obat yang
diberikan
perawat
terlihat masih
di meja
pasien
Jum’at 20 oktober 2017 00085 Mengobservasi luka pasien S: pasien
mengatakan
13.00
luka terdapat
di bagian
pergelangan
kaki, terasa
nyeri apabila

30
di gerakan
O: terlihat
oedema,
kemerahan di
bagian
pergelangan
kaki
Jum’at 20 oktober 2017 00085 Melakukan pemasangan S: pasien
elastis perban mengatakan
14.00
lebih
nyaman,
nyeri yang
dirasakan
sedikit
terkurangi
O: elastis
perban telah
terpasang

Sabtu 21 oktober 2017 00132 Melakukan TTV S: pasien


mengatakan
15.00
bersedia
O: pasien
terlihat
tenang dan
mengikuti
arahan
perawat
Sabtu 21 oktober 2017 00132 Mengobservasi nyeri S: pasien
16.00 mengatakan
sudah tidak
terlalu sakit
O: pasien
rutin
meminum
obat yang
telah di
berikan
Sabtu 21 oktober 2017 00085 Membantu pasien untuk S: pasien
17.00 menggerakan kaki mengatakan
sedikit susah
namun tidak
terlalu sakit
O: pasien
mampu
menggerakan

31
kaki yang
dipasang
elastik
perban
Sabtu 21 oktober 2017 00085 Membantu pasien untuk S: pasien
18.00 berjalan mengatakan
sudah berani
untuk
berjalan
walaupun
menggunaka
n tongkat
O: pasien
terlihat sudah
berjalan
walaupun
berjalan
pelan

EVALUASI

No. Tanggal/ jam Implementasi Evaluasi Formatif TTD

1. Sabtu 21 - Mengukur tanda S : pasien mengatakan merasa


oktober vital nyeri berkurang
- Memberikan
2017 20.00
obat antibiotik O : pasien dapat tersenyum
- Melakukan
A : masalah teratasi
pemasangan
elastis perban P : pertahankan intervensi
- Melatih
distraksi - Pengontrolan nyeri
relaksasi berdasarkan respon
pasien
- Kolaborasi pemberian
- Melakukan
farmakologi
monitor tanda - Lakukan distraksi
vital relaksasi
- Membantu

32
pasien untuk
S : pasien mengatakan
menggerakkan
kakinya meras lebih baik
kaki
O : pasien dapat berpindah
- Membantu meski dibantu oleh keluarga
A : masalah teratasi
2. Sabtu 21 pasien berjalan
P : pertahankan intervensi
oktober - Mengkonsultasikan
2017 20.00 pada ahli terapi fisik

- Membantu pasien
untuk berpindah

- Memonitor
penggunaan alat bantu

Membantu pasien
untuk berdiri

33
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dislokasi adalah tergesernya sendi dari mangkuk sendi yang


kemudian dapat menimbulkan deformitas yang dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti cedera olahraga. Dislokasi dapat menyebabkan nyeri,
bengkak, otot tegang sampai robeknya otot, kerusakan syaraf. Dislokasi
dibagi menjadi tiga yaitu dislokasi kongenital, dislokasi patologik, dan
dislokasi traumatik.

Dislokasi nyeri dapat diatasi dengan pemberian obat-obat analgesik


dan prosedur pembedahan. Dislokasi dapat dihindari dengan mengurangi
aktivitas yang dapat memicu dislokasi. Untuk pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan dengan sinar-x, CT-Scan, MRI.

4.2 Saran
Suatu penyakit memang tidak dapat diprediksi kedatangannya, maka
dari itu hindari dan berhati-hatilah dengan aktivitas yang dapat memicu
terjadinya dislokasi. Dan jika telah terjdi segera konsulkan kepada tenaga
medis agar mendapat penanganan yang baik dan benar sehingga dapat
menghindari komplikasi yang mungkin terjadi

34
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Nurhuda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda. Media action:Jakarta

35

Anda mungkin juga menyukai