Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
1
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang. Dislokasi terjadi
saat ligamen memebrikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah
dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat disebakan oleh
faktor penyakit atau trauma karena dapatn (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital).
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “dislokasi”
2. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan
keperawatan meliputi:
- Mampu memberikan gambaran tentang pengakajian dengan
gangguan dislokasi
- Mampu merumskan diagnosa keperawatn pada klien dengan
dislokasi
- Mampu membuat rencan keperawatan dengan klien dislokasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang
yang membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat, 2011. Buku
Ajar lImu Bedah, edisi 3, Halaman 1046). Dislokasi sendi adalah fragmen
2
frakrtur saling terpisah dan menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011, Buku
Ajar Patofisiologi, Halaman 404).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau
beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada
sendi. (Carpenito, 2000, edisi 6, Halaman 1118)Jadi, dapat disimpilkan bahwa
dislokasi adalah tergesernya sendi dari mangkuk sendi yang kemudian dapat
menimbulkan deformitas.
2.2 Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh:
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok
akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola
paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena
secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh
- Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin
- Tidak diketahui
- Faktor predisposisi(pengaturan posisi) akibat kelainan pertumbuhan
sejak lahir.
- Trauma akibat kecelakaan.
- Trauma akibat pembedahan ortopedi (ilmu yang mempelajarin
tentang tulang
- Terjadi infeksi disekitar sendi (mansjoer, 2010)
3
- Nyeri - Tidak bisa digerakkan
- Bengkak -Terasa tertarik dan tegang
- Kemerahan
2.5 Komplikasi
- Robek otot, ligamen dan tendon yang memperburuk cedera sendi
- Kerusakan saraf atau pembuluh darah disekitar sendi
- Rentan terluka jika dislokasi berulang atau parah
- Berkembangnya arthritis pada sendi yang mengalami dislokasi ketika
seseorang menua
2.6 Klasifikasi
- Dislokasi congenital: terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
- Dislokasi patologik: akibat penyakit sendi atau jaringan sekitar sendi
- Dislokasi traumatik: terjadi karena trauma yang kuat yang merusak
struktur sendi
4
a) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit
kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1
kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan
atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri
persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping
dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia.
Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang
memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian
utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan
bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering
dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau
disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini
jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim
dilakukan :
1) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran
tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.
2) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi
dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
3) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi
atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu
alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi
tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
5
6) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan
logam atau sintetis.
8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler
dalam sendidengan logam atau sintetis.
3. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
RICE
1) R: Rest (istirahat)
2) I: Ice (kompres dengan es)
3) C: Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
4) E: Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
2.8 Pencegahan
- Hindari aktivitas yang menyebabkan dislokasi
- berhati- hati saat beraktivitas
- Cegah dislokasi berulang
6
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar- X yang lebih canggih dengan
bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan
dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan
gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang
magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio
aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak)
dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
Sedangkan menurut (Doenges et al,2008),di bagi menjadi 3 yaitu
a. Radiologi. Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai
fraktur.
b. Arterigram. Bila kerusakan vaskuler dicurigai
c. Laboratorium. Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal.
BAB III
PEMBAHASAN
KASUS
Tn. X (23 tahun) datang dengan keluhan pergelangan kaki kiri nyeri,
bengkak dan kemerahan, pasien mengatakan terkilir saat bermain sepakbola. Betis
terasa ketarik, dan tegang, tambah sakit ketika berjalan. Riwayat pasien tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular. VS : TD : 120/80 mmHg,
7
RR 20 X/mnt, N : 76 X/mnt S : 37 °C. Pasien mengkompres dingin. Pasien
mendapatkan obat asam mefenamat 3 x 500 mg, dan di pasang elastic verban.
Pasien mengatakan tidak dapat berdiri lama, sehingga utk sholatnya dengan
duduk.
Step 1
- Asam mefenamat : Obat untuk mengobati rasa nyeri ringan atau sedang,
termsduk obat NSAID
Step 2
Step 3
8
C. Kompres dengan air dingin
D. Perban area yang terkilir
E. Minum obat penghilang rasa nyeri
4. Diberikan elastic perban karena digunakan untuk membalut pergelangan
dan persendian yang mengalami cedera dalam
5. Untuk merangsang penyempitan diameterpembuluh darah dan
memperlambat aliran darah yang menuju lokasi cedera sehingga
mengurangi rasa sakit dan bengkak
6. ada, karena jika tidak mampu shalat sambil berdiri, dia diperbolehkan
shalat sambil duduk. Ketika shalat sambil duduk, yang paling utama jika
ingin melakukan gerakan berdiri (qiyam) dan ruku’ adalah dengan
duduk mutarobi’an (duduk dengan kaki bersilang di bawah paha).
Sedangkan jika ingin melakukan gerakan sujud, yang lebih utama adalah
jika dilakukan dengan duduk muftarisyan (duduk seperti ketika tasyahud
awwal).
7. Karena untuk mengurangi rasa nyeri yang terjadi pada bagian yang terkilir
8. Nyeri, gangguan mobilitas fisik b.d pembengkakan, gg integritas kulit b.d
eritema
9. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan dislokasi sendi serta
gerakan fragmen tulang dan fraktur.
Intervensi :
- Kaji skala nyeri, misalnya lokasi, frekwensi, durasi, dan intensitas
(skala 1-10)
- Jelaskan penyebab nyeri.
- Dorong pasien menyatakan masalah, mendengar dengan aktif
pada masalah ini dan berikan dukungan dengan menerima, tinggal
dengan pasien berikan imformasi yang tepat.
- Dorong penggunaan tehnik relaksasi, (imajinasi, visualisasi, aktivitas
terapeutik
- Berikan tindakan kenyamanan contoh pijat punggung, penguatan
posisi (pengguanaan tindakan dukungan sesuai kebutuhan)
- Memberikan obat analgesik sesuai indikasi
9
- Ubah posisi setiap 2 jam bila tirah baring: dukung bagian tubuh yang
sakit/sendi dengan bantal, gulungan, bantalan siku/tumit sesuai
indikasi.
- meningkatkan sirkulasi, dan mencegah kerusakan kulit
- Bantu dalam latihan rentang gerak aktif/pasif.
- Berikan pijatan kulit, pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit.
pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
- Berikan tempat tidur busa/kapuk.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.
Intervensi :
- Kaji kulit, kemerahan dan perubahan warna kulit
- Jelaskan penyebab kerusakan kulit
- Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan edema
lokal/eritema ekstremitas cedera.
- Beri obat sesuai indikasi
10. kaki terkilir tidak dianjurkan untuk di pijat, karena pada saat trauma pada
otot ligamen maupun tendon justru saat melakukan pengurutan hanya akan
memperberat kondisi trauma dan proses peradangan yang akan terjadi
11. karena terdapat nyeri yang hebat sehinggat tidak bisa berdiri lama
Step 4
A. Menarik kesimpulan
KLASIFIKASI
FOKUS PENGKAJIAN
DEFINISI
ETIOLOGI
FAKTOR RESIKO
MANIFESTASI
KLINIS
Dislokasi
KOMPLIKASI
PATHWAY
10
PENATALAKSANAAN
PX.PENUNJANG
DX KEPERAWATAN
INTERVENSI
Step 5
Step 6
11
Dislokasi adalah tergesernya sendi dari mangkuk sendi yang
kemudian dapat menimbulkan deformitas.
2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan
sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini
disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai
nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello
femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang /
12
fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah
oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
C. Etiologi (Noviyanti)
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok
akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola
paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara
tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh
- Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin
- Tidak diketahui
- Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
- Trauma akibat kecelakaan.
- Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang
tulang
- Terjadi infeksi disekitar sendi
(mansjoer, 2010)
D. Manifestasi klinis (Malvin A.I)
1. Nyeri akut
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang ekstremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
(Mansjoer, A, 2006)
13
1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi
2. Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid.
Sedangkan menurut (Price & Wilson,2008).di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Dini
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur disloksi
b. Komplikasi lanjut
1) Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot
14
muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg
lalu 250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi
15
7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis
3. Non medis
RICE
1) R : Rest (istirahat)
dislokasi
Cedera olahraga
Trauma Kecelakaan
16
Terlepasnya kompresi jaringan jar. Tulang dari
kesatuan sendi
Merusak struktur sendi, ligamen
spasme otot
hambatan mobilitas fisik
nyeri akut
- Beberapa orang terlahir dengan ligamen yang lebih longgar dan lebih
rentan terhadap cedera dibandingkan kebanyakan orang
17
- Kecelakaan kendaraan bermotor. Ini adalah penyebab paling umum
dari dislokasi pinggul, tetapi risiko cedera dapat dikurangi dengan
mengenakan sabuk pengaman.
Kriteria hasil :
- Menunjukan kenyamanan
Intervensi :
a) Kaji skala nyeri, misalnya lokasi, frekwensi, durasi, dan intensitas
(skala 1-10) Membantu mengevaluasi derajat ketidakanyaman dan
keefektifan analgesik atau menyatakan terjadinya komplikasi
b) Jelaskan penyebab nyeri.
c) Dorong pasien menyatakan masalah, mendengar dengan aktif
pada masalah ini dan berikan dukungan dengan menerima,
tinggal dengan pasien berikan imformasi yang tepat.
d) Dorong penggunaan tehnik relaksasi, (imajinasi, visualisasi,
aktivitas terapeutik
e) Berikan tindakan kenyamanan contoh pijat punggung, penguatan
posisi (pengguanaan tindakan dukungan sesuai kebutuhan)
f) Berikan obat analgesik sesuai indikasi
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : Mempertahankan mobilitas/ fungsi optimal
18
Kriteria hasil : Menunjukan peningkatan kekuatan dan bebas dari
komplikasi (kontraktur, dekubitus).
Intervensi :
a) Kaji keterbatasan aktivitas,
perhatikanadanya/derajat/keterbatasan /kemampuan.
b) Jelaskan penyebab kelemahan.
c) Ubah posisi setiap 2 jam bila tirah baring: dukung bagian tubuh
yang sakit/sendi dengan bantal, gulungan, bantalan siku/tumit
sesuai indikasi. meningkatkan sirkulasi, dan mencegah kerusakan
kulit
d) Bantu dalam latihan rentang gerak aktif/pasif.
e) Berikan pijatan kulit, pertahankan kebersihan dan kekeringan
kulit. pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
f) Berikan tempat tidur busa/kapuk.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.
Tujuan : Menyatakan ketidaknyamanan hilang
Kriteria hasil : Menunjukan perilaku atau tehnik untuk mrncegah
kerusakan kulit atau memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :
a) Kaji kulit, kemerahan dan perubahan warna kulit
b) Jelaskan penyebab kerusakan kulit
c) Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan edema
lokal/eritema ekstremitas cedera.
d) Beri obat sesuai indikasi
(buku nic-noc 2015)
K. Fokus pengkajian (Muhaimin Eka A.)
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan
untuk mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
1) Keluhan Utama
19
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien
mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan
saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi
dislokasi, pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya
cedera.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang
dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
4) Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan
kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah:
- Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya
mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu
kenyamanan klien.
- Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan
dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas
klien.
- Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada
rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
- Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami
gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
20
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah,
hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang,
hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan
elektrolit,pemeriksaan lainya bisa juga dengan:
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik
noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada
pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih
dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih
detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien
dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan
gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X
atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh
(terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-
Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi.
Sedangkan menurut (Doenges et al,2008),di bagi menjadi
3 yaitu
a. Radiologi :Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah
disertai fraktur.
b. Arterigram :Bila kerusakan vaskuler dicurigai
c. Laboratorium: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin
untuk klirens ginjal
21
3.2 Asuhan Keperawatan
SKENARIO KASUS
Tn. X (23 tahun) datang dengan keluhan pergelangan kaki kiri nyeri, bengkak
dan kemerahan, pasien mengatakan terkilir saat bermain sepakbola. Betis terasa
ketarik, dan tegang, tambah sakit ketika berjalan. Riwayat pasien tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular. VS : TD : 120/80 mmHg,
RR 20 X/mnt, N : 76 X/mnt S : 37 °C. Pasien mengkompres dingin. Pasien
mendapatkan obat asam mefenamat 3 x 500 mg, dan di pasang elastic verban.
Pasien mengatakan tidak dapat berdiri lama, sehingga utk sholatnya dengan
duduk.
A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 17 Oktober 2017 Jam : 08.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2017 Jam : 09.00 WIB
Ruangan : IGD
Pengkaji : Perawat
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. X
22
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : Gombong
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hub. Dengan Klien : Ibu pasien
23
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat untuk BAB 1 kali sehari
dengan konsentrasi feses lembek, berwarna kuning dan
BAK dapat 5-6 kali per hari dengan warna urin jernih.
Saat dikaji : Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
konsentrasi feses lembek, berwarna kuning dan BAK 3-
4 kali per hari dengan warna urin kekuningan.
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat beraktivitas tanpa dibantu
orang lain.
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas tanpa
bantuan orang lain karena nyeri saat berjalan dan tidak
bisa berdiri lama.
5. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada masalah ketika tidur,
pasien dapat tidur 7-8 jam/hari.
Saat dikaji : Pasien mengatakan ada perbedaan dalam istirahat
karena menahan nyeri dan tidak nyaman pasien
tidur 4-5 jam/hari
6. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasa memilih baju yang disukai
dan biasa mengenakannya sendiri.
Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam memilih pakaian dibantu
oleh keluarga dan di bantu saat mengenakannya
7. Menjaga Suhu Tubuh
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bila cuaca panas menggunakan kaos
pendek dan tipis, dan menggunakan baju panjang dan
tebal atau jaket ketika dingin
Saat dikaji : Pasien mengatakan bila cuaca panas menggunakan kaos
pendek dan tipis, dan menggunakan baju panjang dan
tebal atau jaket ketika dingin
8. Personal Hygiene
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi 2x sehari dan menggosok
gigi 2x sehari.
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya di seka oleh keluarga setiap
pagi dan sore
9. Pola Menghindar Dari Bahaya
Sebelum sakit : Pasien mengatakan senang berkumpul dan bertemu
dengan keluarga.
Saat dikaji : Pasien mengatakan kurang nyaman karena jarang
berkumpul dengan keluarga.
24
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan lancar
dengan keluarga dan teman kerjanya
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya berkomunikasi dengan yang
menungguinya, orang yang menjenguk serta petugas RS
11. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan agama islam, shalat 5 waktu dan
mengaji
Saat dikaji : Pasien mengatakan shalat 5 waktu dengan duduk dan
bersuci dengan berwudu di bantu keluarganya dan
sering mendengarkan murotal al qur’an.
12. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasa berlibur dengan teman-teman
dan keluarga
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya berbaring di RS
13. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelumnya bekerja sebagai
wiraswasta
Saat dikaji : Pasien mengatakan selama sakit tidak melakukan
aktifitasnya seperti biasa, pasien hanya istirahat di
tempat tidur.
14. Pola Belajar
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelumnya tidak tahu tentang
penyakit yang diderita
Saat dikaji : Pasien mengatakan mendapatkan informasi dari dokter
dan perawat.
b. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum (KU) : baik ( compos mentis )
2. Suhu : 37ºC
3. Nadi : 76 x/menit
4. TD : 120/80 mmHg
5. RR : 20 x/menit
25
4. Mulut : Bentuk simetris, keadaan mulut bersih, fungsi pengecapan
baik, kebersihan cukup, tidak ada caries dan stomatitis.
5. Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik,
tidak ada serumen
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, ada pembersaran
vena jugularis
7. Dada
a. Paru- paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba di IC ke 4 di midklavikula
Perkusi : Pekak
Aukultasi : regular s1- s2
c. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas
Aukultasi : Bising usus peristaltic 12 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8. Genetalia : bersih, tidak ada luka, tidak terpasang DC
9. Ekstremitas
Atas kanan : Tidak terdapat edema, turgor kulit
kering,kekuatan otot 5
Atas kiri : Tidak ada edema, turgor kulit kering, kekuatan
otot 5
Bawah kanan : Tidak terdapat edema, kekuatan otot 5
Bawah kiri : Terdapat edema pada pergelangan kaki,kekuatan otot 3
c.Pemeriksaan Penunjang
1.Foto Rontgen
26
d.Terapi Yang Di Berikan
A ANALISA DATA
TGL/JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
Jum’at 20 DS : pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen cedera fisik
oktober P : nyeri bertambah pada saat (olahraga berlebih
2017 berjalan )
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : di daerah pergelangan kaki
kiri
S : skala 8
T : hilang timbul
DO :
- Pasien tampak
melindungi area nyeri
- Pasien tampak kesakitan
- Pasien tampak fokus
terhadap nyerinya
- Trelihat kemerahan dan
pembengkakan pada
kaki kiri pasien
27
Jum’at 20 DS : pasien mengatakan betis Hambatan Gangguan
oktober terasa ketarik, tegang dan sakit mobilitas fisik muskululoskeletal
2017 ketika berjalan (adanya dislokasi
DO : pergelangan
- Pasien terlihat duduk kaki )
saat sholat
- Pasien berjalan di bantu
- Terlihat kemerahan dan
pembengkakan di kaki
kiri pasien
PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Gangguan muskululoskeletal (adanya
dislokasi pergelangan kaki )
INTERVENSI KEPERAAWATAN
28
terjadinya nyeri tindakan yang beragam
analgesik nonfarmakologi,
2: Jarang menunjukan
3:Kadang-kadang
menunjukan
4: Sering menunjukan
5:Secara konsisten
menunjukan
Keterangan ambulasi
1 : Sangat terganggu d. Bantu pasien ambulasi
2 : Banyak terganggu awal jika di perlukan
3 : Cukup terganggu e. Monitor penggunaan alat
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu bantu berjalan
f. Bantu pasien untuk berdiri
29
dan ambulasi dengan jarak
tertentu.
IMPlEMENTASI
30
di gerakan
O: terlihat
oedema,
kemerahan di
bagian
pergelangan
kaki
Jum’at 20 oktober 2017 00085 Melakukan pemasangan S: pasien
elastis perban mengatakan
14.00
lebih
nyaman,
nyeri yang
dirasakan
sedikit
terkurangi
O: elastis
perban telah
terpasang
31
kaki yang
dipasang
elastik
perban
Sabtu 21 oktober 2017 00085 Membantu pasien untuk S: pasien
18.00 berjalan mengatakan
sudah berani
untuk
berjalan
walaupun
menggunaka
n tongkat
O: pasien
terlihat sudah
berjalan
walaupun
berjalan
pelan
EVALUASI
32
pasien untuk
S : pasien mengatakan
menggerakkan
kakinya meras lebih baik
kaki
O : pasien dapat berpindah
- Membantu meski dibantu oleh keluarga
A : masalah teratasi
2. Sabtu 21 pasien berjalan
P : pertahankan intervensi
oktober - Mengkonsultasikan
2017 20.00 pada ahli terapi fisik
- Membantu pasien
untuk berpindah
- Memonitor
penggunaan alat bantu
Membantu pasien
untuk berdiri
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Suatu penyakit memang tidak dapat diprediksi kedatangannya, maka
dari itu hindari dan berhati-hatilah dengan aktivitas yang dapat memicu
terjadinya dislokasi. Dan jika telah terjdi segera konsulkan kepada tenaga
medis agar mendapat penanganan yang baik dan benar sehingga dapat
menghindari komplikasi yang mungkin terjadi
34
DAFTAR PUSTAKA
35