Anda di halaman 1dari 11

KETERAMPILAN KEGAWATDARURATAN

KETERAMPILAN PEMBEBASAN JALAN NAFAS

DENGAN ALAT DAN TANPA ALAT

Disusun oleh :

1. Adenito Ambarita 2016110


2. Devi Latifa 2016110
3. Ignatius Christiaji 2016110
4. Rosari Handayani 2016110
5. Theresia Anindita 201611044
6. Ariani Setyaningsih 2015110

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

STIKES St. ELISABETH SEMARANG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II

ISI

A. Pengertian
Manajemen jalan nafas merupakan salah satu keterampilan khusus yang harus
dimiliki oleh dokter atau petugas kesehatan yang bekerja di Unit Gawat Darurat.
Manajemen jalan napas memerlukan penilaian, mempertahankan dan melindungi jalan
napas dengan memberikan oksigenasi dan ventilasi yang efektif.
Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan-lahan dan
sebagian, dan progresif dan/atau berulang. Penyebab utama obstruksi jalan napas bagian
atas adalah lidah yang jatuh kebelakang dan menutup nasofaring. Selain itu bekuan darah,
muntahan, edema, atau trauma dapat juga menyebabkan obstruksi tersebut. Oleh karena
itu, pembebasan jalan napas dan menjaga agar jalan napas tetap terbuka dan bersih
merupakan hal yang sangat penting.
Bila penderita mengalami penurunan tingkat kesadaran, maka lidah mungkin
jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan seperti ini dapat segera
diperbaiki dengan cara mengangkat dagu (chin-lift maneuver) atau dengan mendorong
rahang bawah ke arah depan (jaw-thrust maneuver). Tindakan-tindakan yang digunakan
untuk membuka airway dapat menyebabkan atau memperburuk cedera spinal. Oleh
karena itu, selama mengerjakan prosedur-prosedur ini harus dilakukan immobilisasi
segaris (in-line immobilization) dan pasien/korban harus diletakkan di atas
alas/permukaan yang rata dan keras

B. Tujuan Tindakan
1. Menjaga oksigenasi otak tetap terjaga
2.
C. Indikasi dan Kontraindikasi

D. Teknik – teknik mempertahankan jalan napas tanpa alat


Teknik-teknik mempertahankan jalan napas (airway):
1. Tindakan kepala tengadah (head tilt)
Tindakan ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu tangan penolong
mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah (Latief dkk, 2009).
2. Tindakan dagu diangkat (chin lift)
Jari-jemari satu tangan diletakkan dibawah rahang, yang kemudian secara hati-hati
diangkat keatas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari dapat juga diletakkan di
belakang gigi seri (incisor) bawah dan secara bersamaan dagu dengan hati-hati
diangkat. Maneuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher.

3. Tindakan mendorong rahang bawah (jaw-thrust) pada pasien dengan trauma leher,
rahang bawah diangkat didorong kedepan pada sendinya tanpa menggerakkan kepala-
leher.
E. Prosedur Kerja
No . Pembebasan Jalan Nafas
1. Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat

2. Diagnosis terhadap adanya gangguan jalan napas


a. Look (lihat)
Melihat gerakan napas/ pengembangan dada dan adanya retraksi
sela iga
b. Listen (dengar)
Mendengar aliran udara pernapasan
c. Feel
Merasakan adanya aliran udara pernapasan

3. Membuka jalan napas tanpa alat :


a. Head-tilt ( dorong kepala kebelakang)
Cara :
Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah,
sehingga kepala menjadi tengadah sehingga penyangga lidah
terangkat kedepan.
b. Chin Lift
Cara :
Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang
dagu pasien, kemudian angkat dan dorong tulangnya ke depan.
c. Jaw Thrust
Cara :
Dorong rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan
gigi bawah berada di depan barisan gigi atas. Atau gunakan ibu
jari ke dalam mulut dan bersama dengan jari – jari lain tarik
dagu kedepan.
4. Pengelolaan jalan napas dengan alat
A. Pipa orofaring
Cara pemasangan :
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Buka mulut pasien dengan cara chin lift atau gunakan
ibu jari dan telunjuk
4. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya
5. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan
mudah dimasukkan
6. Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit (ke
palatal)
7. Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah ke
bawah lidah.
8. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.
9. Yakinkan lidah sudah tertopang dengan pipa orofaring
dengan melihat pola napas, rasakan dan dengarkan suara
napas pasca pemasangan.
B. Pipa nasofaring
Cara pemasangan :
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Nilai besarnya lubang hidung dengan besarnya pipa
nasofaring yang akan dimasukkan.
4. Nilai adakah kelainan di cavum nasi
5. Pipa nasofaring diolesi dengan jeli, demikian juga lubang
hidung yang akan dimasukkan. Bila perlu dapat
diberikan vasokonstriktor hidung.
6. Pegang pipa nasofaring sedemikian rupa sehingga
ujungnya menghadap ke telinga.
7. Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk, sambil
menilai adakah liran udara di dalam pipa.
8. Fikasasi dengan plester.
C. Pemasangan Pipa Endotrakeal (ETT)
Alat yang dibutuhkan :
S : Stetoscope, laringoscopy
T : Tube ( ETT, OPA, NPA)
A : Air, oksigen BVM (Bag Valve & Mask), puls of simetry
T : Tape (plester)
I : Introducer (mandarin, mouth gate, magil forcef)
C : Conektor ( penghubung ETT dengan BVM atau ventilator)
S : Selang O2, Suction, sarung tangan, xilocain jelly, spuit cuff
Cara pemasangan :
1. Cek alat-alat yang diperlukan dan pilih ETT sesuai ukuran
2. Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik
3. Beri pelumas pada ujung ETT sampai daerah cuff
4. Letakkan bantal setinggi ± 10 cm di oksiput dan pertahankan
kepala tetap ekstensi
5. Bila perlu, lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring
6. Buka mulut dengan cara cross finger dna tangan kiri
memegangi laringoskop
7. Masukkan bilah laringoskop menelusuri mulut sebelah
kanan, sisihkan lidah ke kiri. Masukkan bilah sampai
mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak
terjepit diantara bilah dan gigi pasien
8. Angkat laringoskop ke atas dan kedepan dengan kemiringan
30-400 jangan sampai menggunakan gigi sebagai titik tumpu
9. Bila pita suara sudah terlihat, masukkan ETT sambil
memperhatikan bagian proksimal dari cuff ETT melewati
pita suara ±1-2 cm atau pada orang dewasa kedalaman ETT
± 19-23 cm
10. Waktu untuk intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik
11. Lakukan ventilasi dengan menggunakan bagging dan
lakukan auskultasi pertama pada lubang kemudian pada paru
kanan dan kiri sambil memperhatikan pengembangan dada
12. Bila terdengar suara gargling pada lambung dan dada tidak
mengembang lepaskan ETT dan lakukan hiperventilasi ulang
selama 30 detik kemudian lakukan intubasi kembali
13. Kembangkan balon cuff dengan menggunakan spuit 20 atau
10 cc dengan volume secukupnya sampai tidak terdengar
lagi suara kebocoran dimulut pasien saat dilakukan ventilasi
14. Lakukan fiksasi ETT dengan plester agar tidak terdorong
atau tercabut
15. Pasang orofaring untuk mencegah pasien menggigit ETT jika
mulai sadar
16. Lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100% (aliran 10-12
liter/menit)

5. Pengelolaan jalan napas akibat tersedak dengan adanya sumbatan


benda asing (padat)
A. Black blow / back slaps
a. Bila korban masih sempoyongan. Rangkul dari Belakang
b. Lengan menahan tubuh, lengan yang lain melalukan BACK-
BLOW/ BACK SLAPS Pertahankan korban jangan sampai
tersungkur
c. Berikan pukulan / hentakan keras 5 kaliI , dengan kepalan (
genggaman tangan ). Pada titik silang garis imaginasi tulang
belakang dan garis antar belikat. Bila belum berhasil secara
pelan segera baringkan korban pada posisi terlentang.
B. Abdominal Thrust ( korban berdiri/ korban sadar )
a. Rangkul korban yang sedang sempoyongan dengan kedua
lengan dari belakang
b. Lakukan hentakan tarikan, 5 kali dengan menarik kedua
lengan penolong bertumpuk pada kepalan kedua tangannya
tepat di titik hentak yang terletak pada pertengahan pusar dan
titik ulu hati korban. Bila belum berhasil secara pelan segera
baringkan korban pada posisi terlentang. Lakukan abdominal
thrust.

C. Abdominal Thrust ( korban terbaring/ korban dewasa tidak sadar


)
a. Bila korban jatuh tidak sadar, segera baringkan terlentang
b. Penolong mengambil posisi seperti naik kuda diatas tubuh
korban atau disamping korban sebatas pinggul korban.
c. Lakukan hentakan mendorong 5 kali dengan 7 menggunakan
kedua lengan penolong bertumpu tepat diatas titik hentakan (
daerah epigastrium ). Yakinkan benda asing sudah bergeser
atau sudah keluar dengan cara :
- Lihat ke dalam mulut korban, bila terlihat diambil
- Bila tak terlihat, tiupkan napas mulut kemulut, sambil
memperhatikan bila tiupan dapat masuk paru-paru
,Dada mengembang artinya, jalan napas telah terbuka
- Sebaliknya bila tiupan tidak masuk artinya jalan
napas masih tersumbat ,segera lakukan abdominal
thrust lagi
- Bila tidak berhasil segera pikirkan untuk melakukan
krikotiroidotomi kemudian disusul trakeostomi

F. Hal – hal yang perlu diperhatikan


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai