Anda di halaman 1dari 15

Teringat oleh saya, ketika saya masih usia bermain dulu....

di mana setiap mau main


permainan tradisional hampir selalu di awali dengan kalimat HOM PIMPA ALAIHOM
GAMBRENG... tak jarang aku dan kawan-kawan bermain di bawah terik matahari... Tanah
lapang yang sangat terik oleh sinar matahari bermaian gobak sodor, petak umpet, bentengan,
dll… Orang-orang dewasa menonton dan ngobrol dan sesekali melerai jika kami bertengkar
karena berselisih tentang sesuatu, sebelum kemudian berdamai kembali. Namun seiring
berlalunya masa kecil ku, permainan itu kini mulai jarang di lakukan oleh para anak2
sekarang, entah mengapa mereka kini jarang melakukan hal yg sama seperti aku dan kawan2
ku dulu... aku merasakan betul perubahan itu... ketika saya masih duduk di bangku smp, aku
dan kawan2 masih bisa menikmati permainan yg seru itu, namun kini baru beberapa tahun
berselang saat aku duduk sebagai mahasiswa sudah jarang melihat permainan itu... dulu, dari
pulang sekolah selalu aku dan kawan2 berkumpul untuk bermain ntah itu kelereng, layang-
layang, gasing, gobak sodor, petak umpet, dakonan, bentengan atau yang lainnya... Kini,
permainan itu ternyata hampir punah dan tak lagi saya jumpai anak-anak memainkan
permainan masa kecil kami. Entahlah, apakah karena kami yang lalai mewariskan pada anak-
anak, atau mereka, anak-anak itu yang tidak lagi menganggap permainan tersebut cukup
menarik. Sebab kini, anak-anak tersebut, telah mempunyai mainan baru. Maraknya
permainan modern, video game, atau berbagai game berbasis computer rupanya telah
membuat anak-anak kita beralih dari permainan tradisional. Belum lagi sekarang game-game
tersebut telah semakin dekat ke dalam genggaman dan semakin terjangkau, lewat ragam
permainan di layar hp. Permainan tradisional sesungguhnya sama tuanya dengan usia
kebudayaan kita. Mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan tersebut.
Indonesia yang sangat kaya dengan berbagai budaya peninggalan leluhur sangat kaya dengan
ragam permainan tradisional. Permainan tradisional mengajarkan anak untuk berkreasi. Pada
beberapa macam permainan dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung, sehingga anak
didorong untuk kreatif menciptakan alat-alat permainan tersebut seperti egrang dari bambu,
mobil-mobilan dari kulit jeruk. Permainan tradisional juga mengajarkan nilai-nilai kerja sama
sportifitas, kejujuran dan kreatifitas. Permainan yang dilakukan secara berkelompok
mengajarkan anak-anak untuk bersosialisasi dan menjalin kerja sama di antara teman.
Sementara game-game modern tidak mengajarkan hal-hal tersebut. Permainan modern
berbasis computer membuat anak cenderung asocial karena memang cukup dimainkan
seorang diri di depan computer. Belum lagi beberapa permainan yang terkadang mengandung
muatan negatif, seperti unsur-unsur kekerasan dan sadisme juga por*****fi. Dari segi
kesehatan, disinyalir duduk berjam-jam di depan computer juga dipercaya mampu
menyebankan obesitas pada anak. Namun magnet yang kuat dari game modern tersebut
cukup kuat untuk membuat anak kecanduan pada produk impor tersebut. Maka kemudian
saya cukup khawatir, jangan-jangan di kemudian hari permainan tradisional tersebut hilang
ditelan jaman. Mungkin beberapa faktor ini dapat menjelaskan kenapa permainan tradisional
yang begitu menyenangkan itu kini mulai menghilang..... Beberapa faktor berikut mungkin
dapat menjelaskan mengapa permainan tradisional sedikit demi sedikit semakin tergerus dan
ditinggalkan oleh adik-adik kita: Arus globalisasi dan perkembangan teknologi melahirkan
dan menyuguhkan berbagai permainan elektronik yang dianggap lebih menarik dan variatif
seperti: play station, Nintendo, robot-robotan, mobil remote,dll. Munculnya TV dan internet
juga membuat anak senang berlama lama duduk di depan layar tanpa melakukan aktivitas
lain. Selain itu anak juga sudah terbiasa menggunakan waktu luang mereka dengan hal dan
kegiatan yang berbau modern seperti pergi ke mal makan di resto yang menyediakan menu
modern. Hal itu akan membuat permainan tradisional menjadi hilang dari pikiran anak cucu
kita, Tak heran jika anak cucu kita akan semakin miskin dalam pengalaman bermain
permainan tradisional nantinya. Tidak adanya pengenalan dan pengetahuan dari orang tua
terhadap anak mereka tentang permainan tradisional karena kesibukan orang tua di dalam
pekerjaan. Bahkan terkadang orang tua lebih suka anak mereka bermain dengan layar dan
barang elektronik yang berbasis IT,alasannya agar anak lebih betah dirumah. Padahal suatu
permainan akan terus bertahan jika kita menurunkan secara estafet ke anak kita, lalu dari
anak kita diturunkan ke cucu kita, dan begitu seterusnya. Berbagai fasilitas-fasilitas yang
menyenangan dan lebih menjanjikan. Dengan adanya fasilitas-fasilitas tersebut anak akan
lebih suka dengan sesuatu yang bersifat praktis. Dan itu akan mengubur dan mengalihkan
permainan tradisional dari fikiran anak-anak. Ketiadaan lahan untuk bermain yang tergusur
oleh bangunan-bangunan perkotaan menyebabkan anak harus bermain di dalam ruangan.
Maka dari itu di perlukan upaya pelestarian agar permainan traisional tidak mengalami
kepunahan, hal ini dapat di lakukan dengan cara diantaranya: Regenasi, adanya pengenalan
dan informasi tentang permainan tradisional dari orang tua kepada anak-anaknya. Orang tua
juga bisa ikut berperan ketika anak bermain, orang tua harusnya menjelaskan kepada anak
bahwa stok permainan tradisional sangat banyak. Indonesia ini sangat kaya akan permainan
tradisional. Dari Sabang sampai Merauke mempunyai permainan tradisional khas daerahnya
masing-masing, jadi anak tidak akan bosan dengan permainan tradisional karena permainan
tradisional di Indonesia sangat banyak. Diadakanya pentas seni yang mengangkat permainan
tradisional didalamnya. Diadakan workshop dan seminar mengenai permainan tradisional.
Diadakan lomba tentang permainan tradisional baik di lingkungan masyarakat, sekolah,
maupun pemerintahan. Dibuat undang-undang untuk menjaga kelestarian permainan
tradisional. Sebagaimana kita ketahui Indonesia mempunyai banyak sekali permainan
tradisional, di setiap daerah pasti mempunyai permainan tradisional. Begitu banyaknya
permainan tradisional di Indonesia dan begitu banyaknya manfaat yang dapat diambil dari
permainan-permainan tersebut maka akan sangat disayangkan apabila permainan tradisional
warisan nenek moyang rakyat Indonesia itu hilang, dan akan sangat disayangkan apabila
permainan tradisional yang merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia tersebut diklaim
oleh bangsa lain sebagai permainan tradisional mereka. Bangsa Indonesia telah kecolongan.
Tiga barang ciri khas yang telah diklaim oleh bangsa lain seperti: Tempe yang telah diklaim
oleh Amerika, batik yang telah diklaim oleh Malaysia dan lagu Rasa Sayange yang juga telah
diklaim oleh Malaysia. maka dari itu diperlukan undang-undang untuk memproteksinya,agar
permainan tradisional tidak di klaim negara lain. Read more:
http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/permainan-tradisional.html#ixzz5hcpxOufL Make
Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Berikut beberapa macam permainan tradisional Indonesia : Congklak (Dakon) Permainan


congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua orang. Alat yang digunakan terbuat
dari kayu atau plastik berbentuk mirip perahu dengan panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm.
Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang disebut induk. Diantar keduanya terdapat lubang
yang lebih kecil dari induknya berdiameter kira-kira 5 cm. Setiap deret berjumlah 7 buah
lubang. Pada setiap lubang kecil tersebut diisi dengan kerang atau biji-bijian sebanyak 7
buah. Cara bermainnya adalah dengan mengambil biji-bijian yang ada di lubang bagian sisi
milik kita kemudian mengisi biji-bijian tersebut satu persatu ke lubang yang dilalui termasuk
lubang induk milik kita (lubang induk sebelah kiri) kecuali lubang induk milik lawan, jika
biji terakhir jatuh di lubang yang terdapat biji-bijian lain maka bijian tersebut diambil lagi
untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Begitu seterusnya sampai biji terakhir
jatuh kelubang yang kosong. Jika biji terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka
giliran pemain lawan yang melakukan permainan. Permainan ini berakhir jika biji-bijian yang
terdapat di lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya adalah anak yang
paling banyak mengumpulkan biji-bijian ke lubang induk miliknya. Permainan ini merupakan
sarana untuk mengatur strategi dan kecermatan. Manfaat bermain congklak: melatih
kemampuan manipulasi motorik halus, melatih konsentrasi, mendidik sifat sportifitas anak,
melatih kemampuan mengatur strategi, sarana belajar berhitung, melatih koordinasi 2 sisi
tubuh.

Galah Asin (Gobak Sodor)


Galah Asin atau di daerah lain disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis permainan
daerah dari Indonesia yang saat ini masih dapat kita jumpai dimainkan anak-anak SD.
Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-
masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak
bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan
seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area
lapangan yang telah ditentukan. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis
dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat
dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya
diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini
terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal.
Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka
mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati
garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang
mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka
orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah
lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang
harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
Benteng-Bentengan
Benteng-bentengan, adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing - masing terdiri
dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas,
biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai 'benteng'. Tujuan utama permainan ini adalah
untuk menyerang dan mengambil alih 'benteng' lawan dengan menyentuh tiang atau pilar
yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih
dengan 'menawan' seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk
menentukan siapa yang berhak menjadi 'penawan' dan yang 'tertawan' ditentukan dari waktu
terakhir saat si 'penawan' atau 'tertawan' menyentuh 'benteng' mereka masing-masing.
Tawanan Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak menjadi
'penawan' dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikannya tawanan.
Tawanan biasanya ditempatkan di sekitar benteng musuh. Tawanan juga bisa dibebaskan bila
rekannya dapat menyentuh dirinya. Dalam permainan ini, biasanya masing-masing anggota
mempunyai tugas seperti 'penyerang', 'mata-mata, 'pengganggu', dan penjaga 'benteng'.
Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang
handal.

Ketapel
Permainan ini menggunakan alat terbuat dari kayu yang dibentuk menyerupai huruf y, atau
dahan kayu bercabang, berukuran tinggi 25 cm. Pada kedua ujung kayu dipasang karet kolor
hitam atau merah dengan panjang 55 cm. Ujung-ujung karet disambungkan dengan potongan
kulit. Alat ini dipakai untuk menembak sesuatu seperti buah-buahan. Sebagai peluru
digunakan batu kecil yang dipasang pada kulit. Ketepel dibidikkan dengan membentangkan
karet kolor, dan kulit yang telah berisi kerikil dipegang dengan tangan kiri.
Petak Umpet
Dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan
sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan
memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya dia menghadap
tembok, pohon atau apasaja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk
bersembunyi Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang telah disepakati bersama,
misalnya jika wilayahnya terbuka, hitungan biasanya ditambah menjadi 15 atau 20) dan
setelah teman-temannya bersembunyi, mulailah si "kucing" beraksi mencari teman-temannya
tersebut. Jika si "kucing" menemukan temannya, ia akan menyebut nama temannya sambil
menyentuh pohon atau tembok, apabila hanya meneriakkan namanya saja, maka si "kucing"
dianggap kalah dan mengulang permainan dari awal. Apabila Yang seru adalah, pada saat si
"kucing" bergerilya menemukan teman-temannya yang bersembunyi, salah satu anak (yang
statusnya masih sebagai "target operasi" atau belum ditemukan) dapat mengendap-endap
menuju pohon atau tembok, jika berhasil menyentuhnya, maka semua teman-teman yang
sebelumnya telah ditemukan oleh si "kucing" dibebaskan, alias sandera si "kucing" dianggap
tidak pernah ditemukan, sehingga si "kucing" harus kembali menghitung dan mengulang
permainan dari awal. Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama
ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya. Ada satu istilah lagi dalam permainan ini,
yaitu 'kebakaran/terbakar' yang dimaksud di sini adalah bila teman kucing yang bersembunyi
ketahuan oleh si kucing disebabkan diberitahu oleh teman kucing yang telah ditemukan lebih
dulu dari persembunyiannya atau si kucing salah menyebut nama target yang di incar.
Layang-layang
Layang-layang atau layangan merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang
diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali.
Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya.
Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki
fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta
media energi alternatif.

Permainan Gasing
Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik.
Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa
dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan
untuk berjudi dan ramalan nasib. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering
dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian
badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional
dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan
orang yang memainkan.

Kelereng Kelereng (atau dalam bahasa Jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk
bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Ukuran kelereng sangat bermacam-
macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng dapat dimainkan sebagai
permainan anak, dan kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.
Permainan ini biasanya dimainkan di tanah. Dalam bermain, biasanya sejumlah kelereng
akan diletakkan di dalam sebuah lingkaran yang sudah dibuat sebelumnya. Tiap pemain akan
berusaha mengeluarkan kelereng itu dari dalam lingkaran tersebut. Siapa yang berhasil
mengeluarkan kelereng dari lingkaran, maka dia yang berhak untuk memilikinya. Permainan
segitiga: Cara permainannya dengan menggambar segitiga sama kaki ditanah kemudian
masing-masing pemain meletakkan sebuah kelerengnya diatas gambaran segitiga tersebut.
Buah pasangan namanya, buah kelereng yang dipertaruhkan. Peserta, tergantung jumlah
pemain. Biasanya paling sedikit tiga pemain dan paling banyak idealnya enam pemain. Kalau
lebih dari itu dibuat dua kelompok. Permainan dimulai dengan cara masing-masing pemain
menggunakan sebuah kelereng sebagai gacoannya lalu melempar buah pasangan tersebut dari
jarak dua atau tiga meter. Pemain secara bergantian melempar sesuai urutan berdasarkan hasil
undian dengan adu sut jari tangan Pelemparan gaco dilakukan dengan membidik dan
melempar keras dengan maksud mengenai buah pasangan atau agar hasil lemparan mendarat
dilapangan permainan terjauh. Selanjutnya yang mengawali permainan adalah siapa yang
berhasil mengenai buah pasangan, dialah mendapat giliran pertama.. Kalau tidak ada yang
mengenai buah pasangan ,maka yang mulai bermain adalah gacoannya yang terjauh. Pemain
harus berusaha menghabiskan buah pasangan diporces pada saat giliran bermain. Ada yang
sekali giliran main sudah mampu menghabiskan semua buah pasangan. Tanda dia pemain
yang terampil. Berbagai taktik untuk menang dilakukan ,antara lain kalau tidak mau
memburu gacoan lawan, maka pilihannya adalah menembakkan gacoan ketempat yang
kosong untuk disembunyikan agar tidak dapat dimatikan oleh lawan-lawan main. Pemain
yang mampu menghabiskan buah pasangan terakhir dilanjutkan berburu menembak gacoan
lawan. Pemain yang gacoannya kena tembak maka gacoannya mati, selesailah permainannya
pada game tersebut. Permainan dengan cara kejar-kejaran, Permainan ini biasanya dimainkan
pemain dengan jumlah yang terbatas tidak lebih dari 4 orang, permainan ini dimulai dengan
cara semua pemain mengambil jarak yang sama dengan garis atau area yang dibuat, setelah
semua pemain melemparkan kelereng gaconya maka yang terdekat dengan garis tersebut
yang memulai permainan dengan membidik kelereng gaco musuh musuhnya, begitu juga
pemain pemain lainnya. Hukuman yang didapat dari pemain yang kelereng gaconya mati dan
terbunuh oleh kelereng gaco pemain lain akan dihukum yaitu dengan cara menyerahkan
kelerengnya kepada pemain yang berhasil membunuh kelereng gaco lawan. Nilai suatu
kelereng juga bisa berbeda tergantung jenisnya. Manfaat bermain kelereng: Mengatur Emosi:
Bermain kelereng sangat menyenangkan bagi anak. Kesenangan inilah yang memunculkan
unsur relaks yang membantu anak keluar sebentar dari rutinitasnya sehari-hari untuk "me-
recharge" kembali baterai energinya. Bila energinya sudah kembali penuh, tentu baik sebagai
persiapan menghadapi hal-hal yang serius, seperti belajar. Melatih Kemampuan Motorik:
Kegiatan-kegiatan dalam permainan ini, seperti melempar dan menyentil kelereng, dapat
melatih keterampilan motorik halus dan kasar di usia sekolah. Makin baik kemampuan
motorik, koordinasi visual dan konsentrasinya maka anak pun semakin mahir untuk
menembakkan kelereng-kelerengnya. Melatih Kemampuan Berfikir (Kognitif): Kemampuan
berpikir anak ikut dirangsang dalam permainan ini. Misalnya, jika ia ingin memenangkan
permainan maka harus memecahkan masalah dan menggunakan strategi dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu. Kemampuan Berkompetensi: Keberhasilan anak
menjalani suatu teknik yang lantas memperoleh tanggapan dari para lawan nya merupakan
hadiah tersendiri bagi anak. Adanya perasaan bersaing di usia sekolah sangat penting untuk
membentuk perasaan harga diri. Kemampuan Sosial: Yang paling penting dari kegiatan
bermain adalah bagaimana anak mampu menjalin pertemanan dengan kawan mainnya.
Jangan lupa, hubungan pertemanan akan memberi kesempatan pada anak untuk mempelajari
konteks sosial yang lebih luas. Misal, ia jadi belajar bekerja sama, belajar mengatasi konflik
ketika terjadi pertengkaran pada saat bermain dengan temannya, serta belajar
mengomunikasikan keinginan dan pikirannya. Bersikap Jujur: Anak juga punya kesempatan
mengembangkan karakter dan kepribadian yang positif ketika bermain, seperti pentingnya
kejujuran dan fairness. Kecintaannya pada nilai-nilai yang benar merupakan landasan dalam
menjalin hubungan dengan orang lain di masa yang akan datang. Read more:
http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/permainan-tradisional.html#ixzz5hcsKLO25 Make
Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Kejar-kejaran Walaupun jenis permainan ini banyak di temukan di berbagai daerah di


Indonesia dengan berbagai perbedaan masing-masing daerah namun inti permainan ini
tetaplah sama yaitu kejar-kejaran, yang menang berlari agar tidak tertangkap oleh pengejar
yang kalah dalam hompipa dengan berbagai cara. Cara bermain: Cara permainan ini sangat
mudah dimengerti, setelah hompipa atau “balasiak” didapatkan yang seorang anak yang
bertugas sebagai pengejar sedangkan anak lainya segera berlarian secepat mungkin, mereka
berlarian sejauh mungkin menghindari pengejar, karena yang bertugas menjaga akan
berusaha mendapatkan korban untuk menjaga menggantikan dirinya. Dalam permainan ini
orang yang dikejar berhak untuk jadi patung/ “patuang” dalam bahasa Minang, apabila
sewaktu yang dikejar mengatakan patung maka dia akan menjadi patung, bersikap seolah-
olah menjadi patung dengan sikap tidak boleh bergerak dan berbicara dengan siapapun
sebelum terbebas kembali, sehingga pengejar tidak dapat menangkap dia, sehingga yang lain
menjadi target sasaran untuk dikejar dan ditangkap, pemain yang sudah menjadi patung tadi
dapat segera terbebas setelah ada temanya yang melepaskannya dengan cara menyentuh
badan pemain yang sudah menjadi patung, kemudian barulah dia dapat kembali bergabung
dengan para pemain lain yang sedang dikejar oleh yang kalah, apabila pengejar dapat
menangkap pemain itu sebelum dia menjadi patung maka giliran pemain itu yang menjadi
pengejar dan begitu seterusnya sampai permainan berakhir karena kesepakatan semua para
pemain tersebut. Nilai-nilai dan makna yang terkandung: Nilai keberanian: Permainan ini
mengajarkan bahwa para pemain harus berani mengambil resiko. Begitu juga hidup pasti
harus mengambil keputusan. Nilai pendidikan: mengajarkan cara-cara berpikir keluar dari
kondisi dan situasi, mengajarkan cara berpikir dalam situasi yang terjempit. Nilai sosial:
pemain akan saling membantu apabila ada pemain lainya yang menjadi patung, dengan cara
membebaskannya. Fungsi permainan ini diantaranya: Menghibur diri Membentuk kreatifitas
Melatih fisik, dan Melatih ketangkasan.

Kasti/ Gebokan Kasti atau Gebokan merupakan sejenis olahraga bola. Permainan yang
dilakukan 2 kelompok ini menggunakan bola tenis sebagai alat untuk menembak lawan dan
tumpukan batu untuk disusun. Siapapun yang berhasil menumpuk batu tersebut dengan cepat
tanpa terkena pukulan bola adalah kelompok yang memenangkan permainan. Pada awal
permainan, ditentukan dahulu kelompok mana yang akan menjadi penjaga awal dan
kelompok yang dikejar dengan suit. Kelompok yang menjadi penjaga harus segera
menangkap bola secepatnya setelah tumpukan batu rubuh oleh kelompok yang dikejar.
Apabila bola berhasil menyentuh lawan, maka kelompok yang anggotanya tersentuh bola
menjadi penjaga tumpukan batu. Kerjasama antaranggota kelompok sangat dibutuhkan
seperti halnya olahraga softball atau baseball. Versi lain permainan kasti yang banyak
dimainkan anak anak sekolah dasar: pemain dibagi dua regu, salah satu mendapat giliran jaga
dan satu regu lagi mendapat giliran untuk memukul. Disediakan beberapa pos yang ditandai
dengan tiang dimana pemain serang (yang mendapat giliran pukul) tak boleh di"gebok" atau
dilempar dengan bola. Pemain serang bergiliran memukul bola yang diumpan oleh salah
seoarng pemain jaga. Pemain jaga berjaga dilapangan untuk mencoba menangkap pukulan
pemain serang. Ketika bola terpukul pemain serang berlari ke pos berikut atau "pulang" ke
"rumah" yang dibatasi dengan sebuah garis. Kalau pemain yang sedang lari menuju pos atau
pulang dapat di"gebok" dia dinyatakan mati dan kedua regu berganti - regu serang jadi regu
jaga dan sebaliknya. Pemain serang yang berhasil pulang mendapat satu angka. Regu yang
mendapat angka terbanyak ketika pertandingan berakhir dinyatakan menang. Permainan ini
memang menggunakan gerak dasar berlari, memukul bola dengan sebuah tongkat,
menangkap dan melempar. Terdiri dari 2 base dengan jarak minimal 20 meter. Read more:
http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/permainan-tradisional.html#ixzz5hcsjNu20 Make
Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Lompat Tali Permainan lompat tali adalah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari
karet gelang, ini merupakan permainan yang terbilang sangat populer sekitar tahun 70-an
sampai 80-an, menjadi favorit saat “keluar main” di sekolah dan setelah mandi sore di rumah.
Sederhana tapi bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahraga. Tali yang
digunakan terbuat dari jalinan karet gelang yang banyak terdapat di sekitar kita. Cara
bermainnya bisa dilakukan perorangan atau kelompok, jika hanya bermain seorang diri
biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang atau apa pun yang memungkinkan lalu
melompatinya. Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal tiga anak, dua
anak akan memegang ujung tali; satu dibagian kiri, satu lagi dibagian kanan, sementara anak
yang lainnya mendapat giliran untuk melompati tali. Tali direntangkan dengan ketinggian
bergradasi, dari paling rendah hingga paling tinggi. Yang pandai melompat tinggi, dialah
yang keluar sebagai pemenang. Sementara yang kalah akan berganti posisi menjadi
pemegang tali. Permainan secara soliter bisa juga dengan cara skipping, yaitu memegang
kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala sampai kaki sambil
melompatinya. Manfaat lompat tali: Motorik Kasar: Main lompat tali merupakan suatu
kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara
dan teknik melompat yang dalam permainan ini memang memerlukan keterampilan sendiri.
Lama- lama, bila sering dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis.
Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat serta terlatih. Selain melatih fisik, mainan ini juga
bisa membuat anak – anak mahir melompat tinggi dan mengembangkan kecerdasan
kinestetik anak. Lompat tali juga dapat membantu mengurangi obesitas pada anak. Emosi:
Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan keberanian dari
anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu keputusan besar, mau melakukan
tindakan melompat atau tidak. Dan juga saat bermain, anak – anak akan melepaskan
emosinya. Mereka berteriak, tertawa dan bergerak. Ketelitian dan Akurasi: Anak juga belajar
melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana ketika tali diayunkan, ia dapat
melompat sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjerat tali dengan berusaha mengikuti
ritme ayunan. Semakin cepat gerak ayunan tali, semakin cepat ia harus melompat. Sosialisasi:
Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti memberi
kesempatannya untuk bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam kelompok. Ia
dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan yang lainnya. Intelektual: Saat
melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar lompatannya
sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan. Umpamanya, anak
harus melakukan lima kali lompatan saat tali diayunkan, bila lebih atau kurang ia harus
gantian menjadi pemegang tali. Anak juga secara tidak langsung belajar dengan cara melihat
dari teman – temannya agar bisa mahir dalam melakukan permainan tersebut. Moral: Dalam
permainan tradisional mengenal konsep menang atau kalah. Namun, menang atau kalah tidak
menjadikan para pemainnya bertengkar, mereka belajar untuk bersikap sportif dalam setiap
permainan. Dan juga tidak ada yang unggul, karena setiap orang punya kelebihan masing–
masing untuk setiap permainan, hal tersebut meminimalisir ego di diri anak–anak. Read
more: http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/permainan-tradisional.html#ixzz5hcssziEC
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Pletokan Pletokan dikenal juga dengan nama celetok, dan di daerah Sunda disebut dengan
Bebeletokan (beubeuleutokan), kalau ditempat kampung halaman saya disebut tor centoran
(probolinggo). Mainan ini seperti tembakan yang terbuat dari bambu dengan menggunakan
bermacam-macam peluru. Ada yang menggunakan kertas koran basah yang dibuat menjadi
bola-bola kecil. Ada yang menggunakan buah liar berukuran kecil, dan lain-lain. Sumber lain
tentang pletokan yaitu Pletokan dibuat dari bambu, panjang 30 cm dengan diameter 1-1/2 cm.
Bambu dipilih yang kuat dan tua supaya tidak cepat pecah. Bambu dibagi dua. Untuk
penyodok, bambu diraut bundar sesuai dengan lingkaran laras dan bagian pangkal dibuat
pegangan sekitar 10 cm. Potongan bambu yang lain, ujungnya ditambahkan daun pandan atau
daun kelapa yang dililit membentuk kerucut supaya suaranya lebih nyaring. Peluru dibuat
dari kertas yang dibasahkan, kembang, atau pentil jambu air. Peluru dimasukkan ke lubang
laras sampai padat lalu disodok. Peralatan yang dibutuhkan berupa bambu diameter 1 atau 1,5
cm dan panjang 30-40 cm sebagai laras bedil (bentuk pipa) dan sebagai tolak adalah batangan
belahan bambu yang dihaluskan. Sebagai peluru: bunga jambu air, kertas yang dibasahi,
daun-daunan dan sejenisnya. Cara menembak adalah pertama peluru dimasukkan dengan
batang penolak sampai ke ujung laras. Peluru kedua dimasukkan dan ditolak dengan batang
penolak. Peluru kedua ini mempunyai dobel fungsi. Fungsi pertama sebagai klep pompa
untuk menekan peluru pertama yang akan ditembakkan. Fungsi kedua menjadi peluru yang
disiapkan untuk ditembakkan berikutnya. Tembakan ini akan menimbulkan bunyi pletok dan
peluru terlontar ± 5 meter dan relatif lurus. Permainan ini dapat sebagai sarana perang-
perangan. Read more: http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/permainan-
tradisional.html#ixzz5hct4rIyo Make Google view image button visible again:
https://goo.gl/DYGbub
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Ular Naga Permainan ini dimainkan secara berkelompok dua orang anak menjaga gerbang
dan sisanya membentuk barisan seperti ular. Sambil menyanyikan lagu kelompok yang
membentuk barisan seperti ular berputar sambil melewati terowongan atau gerbang yang
dijaga dua orang tersebut, dan ketika lagunya habis dua penjaga gerbang menangkap salah
satu anak untuk dijadikan penjaga berikutnya, dan si anak tersebut memilih untuk
ditempatkan di salah satu gerbang dan seterusnya. Berikut lagu ular naga yang dinyanyikan
“Ular naga panjangnya bukan kepalang, Menjalar-jalar selalu kian kemari, Umpan yang lezat
itulah yang dicari, Ini dianya yang terbelakang” tentu saja lagunya bisa diganti sesuai
kesepakatan pemain. Read more: http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/permainan-
tradisional.html#ixzz5hctEuF8s Make Google view image button visible again:
https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Bekel Bekel adalah salah satu jenis permainan tradisional dari jawa tengah, yang biasa
dimainkan oleh anak-anak perempuan di kala senggang atau saat pulang dari sekolah.
Namanya diambil dari nama peralatan yang digunakan yaitu biji “Bekel”. Biji Bekel adalah
sebentuk benda segi empat berukuran kecil, sekitar 1 centimeter panjangnya, terbuat dari
bahan kuningan atau dari bahan timbal berwarna putih. Untuk dapat bermain, dibutuhkan biji
bekel minimal 4 buah. Bekel mempunyai empat sisi/bidang dengan bentuk berbeda dengan
nama-nama yang berbeda pula yaitu : “Pet”, adalah bidang dengan cekungan kecil di tengah,
atau posisi berdiri. “Roh”,adalah bidang berbentuk seperti parit, yaitu posisi berdiri terbalik.
“Klat”, bidang polos tanpa hiasan. “Es”, bidang datar berhias dengan titik-titik. Peralatan lain
yang digunakan untuk bermain adalah sebuah “Bola” yang terbuat dari karet, dengan ukuran
sebesar bola pingpong. Cara bermain : Ke empat pemain ini menentukan urutan dengan cara
“hompimpah” atau “pingsut”, pemenangnya akan mendapat giliran main pertama. Set
pertama : Seluruh Bekel digenggam dengan tiga jari, sementara bola dijepit oleh ibu jari dan
jari tengah. Bola dilempar ke atas, kurang lebih 30 cm, dijatuhkan ke lantai yang datar.
Selama bola memantul di udara, dengan satu ketukan di lantai pemain berusaha mengatur
bekel pada posisi berdiri atau “Pet”. Jadi lempar bola–ambil bekel–tangkap bola. Selanjutnya
diulang hingga bekelnya habis. Kemudian bola di lempar lagi–semua bekel dilepas di lantai–
tangkap bola lagi dan sekarang bekel harus diambil dua-dua. Lempar bola–ambil 2 bekel–
tangkap bola. Ulang sampai bekel habis. Selanjutnya bekel harus diambil tiga-tiga, kemudian
empat-empat, dst. Set pertama selesai. Jika saat ambil bekel pemain melakukan kesalahan
(bekel terjatuh, kurang ambil,dll), pemain dianggap “mati” dan permainan akan berganti ke
pemain selanjutnya. Setelah mendapat giliran kembali, maka start awal dimulai dari saat
posisi “mati” sebelumnya. Set Kedua (PET) : Bekel akan diposisikan satu-satu ‘berdiri’.
Lempar bola–atur bekel–tangkap bola. Ulang sampai semua bekel jadi pit. Selanjutnya
langkah ini di kombinasikan sama dengan set pertama. Jadi pertama diambil satu-satu,
sesudah itu diatur lagi, diambil dua-dua, dan seterusnya Set ketiga (ROH) : Seperti set kedua,
tapi posisi bekel terbalik dari set pertama. Set keempat (KLAT): Sama seperti set kedua, tapi
bekelnya dibuat tidur dengan sisi polos menghadap ke atas. Set kelima (ES) : Seperti set
kedua, tapi bekelnya dibuat tidur dengan sisi yang diberi titik menghadap ke atas. Kesemua
Langkah-langkah tersebut disebut : “pet ji”, “pet ro”, “pet lu”, “pet byuk”. Jika set kelima
selesai, dilanjutkan dengan tahap “NASPEL”. Caranya dimulai seperti pada set kedua, semua
bekel dibuat “pit”, tetapi tidak diambil. Sesudah jadi pit semua, posisi dirubah menjadi “roh”
semua , dilanjut dengan posisi “Klat”, terus hingga posisi “Es”. , Khusus naspel, jika “mati”
pada posisi apapun, pada gilirannya nanti tetap dimulai lagi dari “pet”. Jika naspel selesai
dianggap satu game juga selesai. Selanjutnya mulai lagi set pertama, terus set kedua tapi
sekarang diatur-dua-dua. Lempar bola -atur 2 bekel jadi pit – tangkap bola. Intinya, semakin
lama permaianan akan semakin susah. Read more:
http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/permainan-tradisional.html#ixzz5hctMcNKb Make
Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Engklek
Permainan engklek atau jitteng di daerah saya (probolinggo) sudah tidak asing lagi di telinga
kita, jenis permainan tradisional ini dilakukan di pelataran dengan menggambar kotak-kotak
kemudian melompat-lompat dari kotak satu ke kotak selanjutnya.

Cara bermain engklek cukup sederhana: Para pemain harus melompat dengan menggunakan
satu kaki di setiap kotak-kotak / petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah.
Untuk dapat bermain, setiap anak harus mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya
berupa pecahan genting, keramik lantai, ataupun batu yang datar. Kereweng/gacuk dilempar
ke salah satu petak yang tergambar di tanah, petak dengan gacuk yang sudah berada
diatasnya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat
ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada. Pemain tidak
diperbolehkan untuk melemparkan kereweng/gacuk hingga melebihi kotak atau petak yang
telah disediakan. Jika ada pemain yang melakukan kesalahan tersebut maka pemain tersebut
akan dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya. Pemain yang menyelesaikan
satu putaran terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika
kereweng atau gacuk jatuh tepat pada salah satu petak maka petak tersebut akan menjadi
daerah kekuasaan pemain. Kemudian pada petak tersebut, pemilik sawah boleh menginjak
petak dengan dua kaki, sedangkan pemain lain tidak boleh menginjak petak tersebut selama
permainan. Pemain yang memiliki sawah paling banyak adalah pemenangnya.

Diatas segala latar belakang dan kisah seru tentang permainan engklek, saya tertarik untuk
melihat lebih dalam mengenai hubungan antara pergerakan manusia dengan susunan kotak-
kotak yang digabungkan dengan beberapa komposisi dan memiliki berbagai peraturan
tersebut. Menurut saya, jika dikaitkan dengan pergerakan manusia yang akhirnya
menciptakan ruang, maka sebuah permainan engklek yang tersusun atas susunan material
yang sederhana, bahkan hanya dengan menggores permukaan tanah mampu menghasilkan
berbagai pola pergerakan manusia dan penciptaan ruang yang kompleks terutama
dikarenakan berbagai peraturan yang berlaku pada permainan ini. Read more:
http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/permainan-tradisional.html#ixzz5hcuAJ4sO Make
Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub


Ketika permainan baru dimulai, pergerakan manusia yang menciptakan ruang dengan batas
maya menciptakan pola pergerakan yang lebih variatif dan kompleks. Kemudian ketika salah
satu pemain mulai membatasi pergerakan dengan kepemilikan sawah, pola pergerakan
menjadi berkurang terutama di area yang sudah diklaim sebagai sawah. Dan di akhir
permainan ketika pemilik sawah sudah semakin banyak, pola pergerakan yang muncul
semakin minim dan terbatas pada daerah yang masih leluasa untuk dilalui. Mungkin
permainan engklek pada awalnya tidak diciptakan untuk membentuk pola pergerakan
manusia dan membatasi ruang pergerakan manusia dengan batas vertikal yang maya dan
batas horizontal yang hanya berupa garis. Namun setelah saya mencoba melihat bagaimana
permainan engklek berlangsung, nyatanya pergerakan manusia sangat mungkin untuk
dimanipulasi dan direkayasa oleh berbagai elemen, dari elemen yang sangat sederhana
(seperti engklek) sampai elemen yang kompleks. Anyway, mengapa dari tiga jenis susunan
kotak/petak yang menyusun permainan engklek bersifat simetris? Tiba-tiba saya
mempertanyakan mengenai hal tersebut. Adakah yang tau? Pada hakekatnya permainan
tradisional dimainkan secara berkelompok, hal ini dapat membentuk karakter anak yang
berjiwa sosial. Selain beberapa contoh yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi
macam-macam permainan tradisional di Indonesia lainnya yang harus kita jaga dan kita
lestarikan. Masihkan kita akan terus terbutakan dengan permainan modern? Ataukah anak-
anak kita akan mengimplementasikan permainan tradisional dengan gaya modern? Kita
tunggu saja. Sekarang apa usaha kita untuk tetap melestarikan permainan tersebut? Apakah
anak-anak sekarang mampu melestarikanya? Terus darimana mereka memahami arti dari
kemenarikan dari permainan tradisional tersebut? Itu semua menjadi PR besar untuk kita
semua... Read more: http://alvyanto.blogspot.com/2012/10/permainan-
tradisional.html#ixzz5hcuLC1TG Make Google view image button visible again:
https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Anda mungkin juga menyukai