Anda di halaman 1dari 412

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers


ROUNDTABLE for INDONESIAN
ENTREPRENEURSHIP EDUCATORS (RIEE-2016)

STRATEGI PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN


UNTUK MEMBENTUK WIRAUSAHA TANGGUH DAN
BERDAYA SAING

VOL. 1

i
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers
ROUNDTABLE for INDONESIAN ENTREPRENEURSHIP EDUCATORS (RIEE-2016)

STRATEGI PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN UNTUK MEMBENTUK WIRAUSAHA


TANGGUH DAN BERDAYA SAING

Editor
Heri Pratikto
Sudarmiatin
Sutrisno
F.X. Danardana Murwani
Nurika Restuningdyah

Editor Pelaksana
Madziatul Churiyah
Afwan Hariri A.P
Ely Siswanto
Lulu Nurul Istanti

Cover Design
Danny Ajar Baskoro
Andik Setiawan

Layout
Yuli Agustina
Danny Ajar Baskoro

Penerbit
CV AMPUH MULTI REJEKI
Anggota IKAPI Jatim
Perum Bumi Mondoroko Blok AG 73
Malang
Email : ampuh_books@yahoo.com

Jumlah : VII+630 hlm.


Ukuran : 20 x 28 Cm

Mei 2016

ISBN : 978-602-73722-7-6

Hak cipta dilindungi undang-undang


KATA PENGANTAR
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
KATA PENGANTAR

Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi” ini merupakan acara yang diselenggarakan
oleh Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga
Surabaya dan Universitas Prasetya Mulya Jakarta. Acara ini merupakan forum pertemuan pengajar atau
pendidik dalam bidang kewirausahaan yang diwujudkan dalam ROUNDTABLE for INDONESIAN
ENTREPRENEURSHIP EDUCATORS (RIEE-2016).
Seminar Nasional dan Call for Papers ini terkumpul 61 makalah yang terbagi menjadi 2 Jilid, baik
telaah toeritis maupun penelitian empiris yang dilakukan peneliti maupun praktisi. Melalui seminar
nasional ini diharapkan terhimpun berbagai pemikiran dan gagasan dari para peserta dengan sub-sub tema:
1. Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan di Perguruan Tinggi
2. Strategi pembelajaran Kewirausahaan di Perguruan Tinggi
3. Strategi Assesment Mata kuliah Kewirausahaan
4. Pengembangan laboratorium Kewirausahaan
5. Pembelajaran Kewirausahaan berbasis Karakter
6. Membentuk WirausahaPancasila melalui jalur Pendidikan

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada pemakalah yang telah hadir untuk mempresentasikan
makalahnya di Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Malang. Ucapan terima kasih juga kami haturkan
kepada semua panitia yang telah bekerja keras dalam mensukseskan penyelenggaraan Seminar Nasional
dan Call for Papers ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan atau keterbatasan
selama penyelenggaraan Seminar Nasional dan call for papers ini, oleh karena itu ijinkan kami
mengucapkan mohon maaf jika hal tersebut kurang berkenan di hati bapak ibu sekalian.

Malang, 3 Mei 2016


Ketua Panitia

Prof. Dr. Sudarmiatin, M.Si


NIP. 196111081986012001

iii
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................................ iii


Daftar Isi .................................................................................................................................................... iv

Kajian Peran Perguruan Tinggi Terhadap Komitmen Pengembangan Usaha Mikro Studi Kasus
Program Pemberdayaan Kepada Masyarakat (PPKM) Cibeber, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia
Ambara Purusottama1 ,Agus W. Soehadi2 , Muliadi Palesangi3 .............................................. 1

Entrepreneur Laboratory SEC-USU (From Lab To Market) Sebagai Model Sistem Pemasaran
Produk Wirausaha Mahasiswa
Buchari1, Ismayadi2 , Rosdanelli3 , Arif Qaedi Hutagalung4 ..................................................... 18

Membangun Kewirausahaan Lokal Madura Dalam Menghadapi GlobalisasI


Mohammad Tambrin1, Pribanus Wantara2 ................................................................................. 29

Analisis Dampak Program Kemitraan Usaha bagi Pengembangan Kemampuan Pembuatan


Rencana Bisnis oleh Mahasiswa .
Muhammad Setiawan Kusmulyono ............................................................................................ 39

Model Creative Intelligence Pemenang PMW Student Entrepreneurship Center Universitas


Sumatera Utara 2014-2015
Syafrizal Helmi Situmorang1, Doli Muhammad Jafar Dalimunthe2,
Alby Ridha Saputra3 ...................................................................................................................... 47

"ENTREPRENEURSHIP AWARD” Sebagai Strategi Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan


Minat Wirausaha Mahasiswa
Tatas Ridho Nugroho1, Roni Wiranata, 2 ................................................................................... 60

Analisis manfaat mentoring Pada start up business (studi pada proyek bisnis mahasiswa
universitas ciputra)
Uki Yonda Asepta1, Krismi Budi Sienatra2 ............................................................................... 72

Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi Antara Harapan Dan Kenyataan


Wardoyo1, Liana Mangifera2 ........................................................................................................ 81

Peran Guru dalam Menanamkan Sikap Kewirausahaan Peserta Didik


Bakti Widyaningrum ..................................................................................................................... 94

Dampak Strategi Pembelajaran pada Karakteristik Kewirausahaan Studi Kasus pada Mahasiswa
Manajemen di Universitas Kristen Maranatha
Boedi Hartadi Kuslina ................................................................................................................... 104

Pengembangan model pembelajaran kewirausahaan Dengan pendekatan experiential learning di


perguruan tinggi
Dumiyati .......................................................................................................................................... 118

Pembelajaran Kewirausahaan Berbasis Karakter


Henny Sri astuty ............................................................................................................................. 128
iv
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Inovasi Pembelajaran Interaktif Kewirausahaan Dengan Model Patriot Di Universitas Nusantara
PGRI Kediri
Rr.Forijati ........................................................................................................................................ 141
Pembelajaran pada Mata Kuliah Kewirausahaan di Perguruan Tinggi dalam Perspektif Teori
Rekonstruksi Sosial
Sukardi ............................................................................................................................................. 151

The Implementation of Student Center Learning on the Subject of Entrepreneurship for


Developing Student Business Owner at Management Department
Titiek Ambarwati1 , Uci Yuliati2 , Triningsih S3 ......................................................................... 160

Prestasi Belajar Dan Praktik Kewirausahaan Di Sekolah Mempengaruhi Minat Berwirausaha


Siswa Setelah Lulus Smk
Suwarni ............................................................................................................................................ 173

Antara Karakter Dan Kewirausahaan Sosial (Menggali Hubungan Kewirausahaan Sosial Berbasis
Karakter)
Diah Ayu Septi Fauji1, Ema Nurzainul Hakimah2 .................................................................... 180

Pentingnya Diklat Laboratorium Inovasi Kepemimpinan Untuk Meneguhkan Entrepreuner Agen


Perubahan Pada Instansi Pemerintah
Hary Wahyudi................................................................................................................................. 189

Dukungan Sosial Peer Group, Kontrol Diri Dan Komitmen Mahasiswa Pada Tugas Perkuliahan
Kewirausahaan
Tri Siwi Agustina ........................................................................................................................... 208

Peran Locus Of Control, Kebutuhan Berprestasi Dan Entrepreneurship Dalam Mencapai


Keunggulan Kompetitf Usaha Kecil Dan Menengah(UKM) Kabupaten Bangkalan
S Anugrahini Irawati ..................................................................................................................... 217

Penerapan Siklus Akuntansi Pada Usaha Kecil Dan Menengah Di Kelurahan Karangbesuki
Kecamatan Sukun Kota Malang
Lulu Nurul Istanti ........................................................................................................................... 229

Pendekatan Experiential Learning Pada Pembelajaran Kewirausahaan Di STIE Surakarta


Ginanjar Rahmawan1, Elia Ardyan2 ............................................................................................ 235

Model Kewirausahaan Berbasis Karakter Bagi Guru Sekolah Binaan Persit Kartika Candra Kirana
Di Wilayah Malang
Heny Kusdiyanti............................................................................................................................. 244

Peranan Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi Guna Pengembangan Kreativitas Siswa


Susiana1, Vita Dhameria2 .............................................................................................................. 258

Pengaruh Efikasi Diri, Locus Of Control, Dan Motivasi Terhadap Minat Berwirausaha
Mahasiswa Akuntansi
Esti Patria2 , Nugraheni Rintasari2 ............................................................................................... 265
v
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Experential learning untuk pendidikan Entrepreneurship di Universitas Ciputra
Cliff Kohardinata ........................................................................................................................... 280

Adaptasi Implementasi Lean Startup untuk Meningkatkan Kesuksesan Kewirauhaan Akdemik


Studi kasus : Telkom University dan Bandung Techno Park
Iwan Iwut Tritoasmoro .................................................................................................................. 290

Pengembangan Aspek Belajar Sebagai Isi Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan Dan


Pembelajarannya
Wahidmurni .................................................................................................................................... 298

Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi


Y. Lilik Rudianto ........................................................................................................................... 309

The Use Of Carousel Feedback In Order To Improve Student Personal Relationships Taking Part
A Village Vocational Programme Concerned With Starfruit Farming In Depok (A District Of
West Java)
Saiful Anwar1, Soffi Soffiatun2 .................................................................................................... 322

Peran Strategi Pembelajaran Kewirausahan Dalam Membentuk Jiwa Kewirausahan Mahasiswa-


Studi pada Universitas Widyatama Bandung
Yenny Maya Dora .......................................................................................................................... 330

Pengembangan kurikulum kewirausahaan kampus melalui inkubator bisnis berbasis sinergi


akademisi, pemerintah dan dunia usaha
Faidal................................................................................................................................................ 340

Analisis Dampak Program Community Development Universitas Prasetiya Mulya bagi


Pengembangan Kemampuan Pembuatan Rencana Bisnis oleh Mahasiswa: Pendekatan Kualitatif
Muhammad Setiawan Kusmulyono1, Faizal Ahmad2 .............................................................. 348

Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako Tentang Perkuliahan Kewirausahaan


Terhadap Niat Berwirausaha
Lina Mhardiana1, Andi Indriani Ibrahim2 ................................................................................... 359

Pengalaman Pengajar Terhadap Model Pendidikan Kewirausahaan


Peni Zulandari Suroto1 , Agus W. Soehadi2, Ambara Purusottama3 ....................................... 370

Implementasi Pembelajaran Mata Kuliah Kewirausahaan di Fakultas Teknik Universitas Surabaya


(UBAYA)"
Rudy Agustriyanto1 , Esti Dwi Rinawiyanti2 .............................................................................. 381

Penguatan Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pendekatan Manajemen Proyek


Tri Hendro Sigit Prakosa .............................................................................................................. 388

SEC USU sebagai Model Pusat Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa di Perguruan Tinggi
Zurni Zahara1 , Frida Ramadhini2,Imam Bagus Sumantri3 ....................................................... 401

vi
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Kajian Peran Perguruan Tinggi Terhadap Komitmen
Pengembangan Usaha Mikro
(Studi Kasus Program Pemberdayaan Masyarakat
Desa Cibeber, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia)

Ambara Purusottama
Agus W. Soehadi
Muliadi Palesangi
Peni Zulandari Suroto
Sekolah Bisnis dan Ekonomi – Universitas Prasetya Mulya
Email : ambara.purusottama@pmbs.ac.id

Abstrak : Pemerintah saat ini aktif menumbuh kembangkan perekonomian berbasis ekonomi
kerakyatan dalam rangka memperkuat perekonomian nasional. Program unggulan pemerintah tersebut
akhirnya terwujud melalui program dana desa. Guna mewujudkan penyaluran dan penyerapan
anggaran dana desa yang efektif dan efisien dibutuhkan pendekatan yang sesuai. Program
pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu pemecah masalah yang mengemuka. Universitas
Prasetiya Mulya sebagai bagian dari institusi akademik di Indonesia menggunakan PPKM (Program
Pemberdayaan Kepada Masyarakat) dalam menjalankan amanat Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Penelitian ini ditujukan pada seluruh mitra komunitas usaha mikro yang pernah dan sedang terlibat
PPKM Universitas Prasetiya Mulya. Mitra yang dimaksud merupakan usaha mikro yang telah
diseleksi dan berkomitmen untuk menjalani program bersama. Penelitian menunjukkan bahwa PPKM
memberikan pengaruh positif bagi mitra untuk berkomitmen mengembangkan usaha mikro yang
sedang berjalan. Hampir seluruh varibel mempunyai keterkaitan yang kuat namun hanya terkendala
pada keterkaitan variabel norma terhadap niat. Keterkaitan hubungan antara variabel niat dan perilaku
dan juga sikap dan niat memiliki hubungan paling kuat dibandingkan lainnya. Penelitian ini akan
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Model PPKM dapat dijadikan model program serupa
karena hasilnya dinilai cukup baik dalam kontribusinya terhadap pengembangan usaha mikro.
Meskipun hasilnya cukup baik namun namun perbaikan model PPKM harus tetap dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Model ini dapat dijadikan acuan untuk merealisasikan dana
desa yang sedianya untuk menggerakkan ekonomi masyarakat desa agar lebih efektif dan efisien.
Hasil penelitian ini masih bersifat sementara karena proses pendampingan mahasiswa dengan mitra
belum selesai. Kedepan, penelitian ini akan dikembangkan pada penelitian serupa dengan variasi
daerah tujuan program, responden yang lebih banyak, dan proses pendampingan mitra yang sudah
selesai. Harapannya akan didapatkan hasil yang lebih baik.

Kata Kunci : PPKM, Pengembagan Usaha, Usaha Mikro, Komitmen

Pemerintah saat ini aktif menumbuh hingga saat ini masih terpusat di ibu kota saja.
kembangkan perekonomian berbasis ekonomi Ketimpangan pembangunan menjadi
kerakyatan dalam rangka memperkuat permasalahan Indonesia saat ini dimana
perekonomian nasional. Program unggulan ketimpangan pendapatan antar daerah yang
pemerintah tersebut akhirnya terwujud melalui stagnan pada angka 0,41 dalam kurun waktu 4
program dana desa. Hal ini dilakukan karena tahun (Haryanto, 2014). Padahal potensi
adanya permasalahan pembangunan yang pedesaan sangat menjanjikan. Program tersebut
1
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
diatur pemerintah melalui UU. No. 6 Tahun Dalam mengembangkan bisnis, pebisnis
2014 yang bersumber dari APBN (BPN, 2014). membutuhkan perencanaan dan pertimbangan
Namun permasalahan yang harus dihadapi yang matang dan bukan sesuatu yang tiba-tiba.
pemerintah adalah penyaluran dan penyerapan Artinya, perilaku pebisnis bukan atas tindakan
dana yang ada mengingat keterbatasan sumber spontan. Perilaku pebisnis menjadi sangat
daya yang dimiliki. relevan dikaitkan dengan theory of planned
Guna mewujudkan penyaluran dan behavior, yang dikembangkan oleh Ajzen
penyerapan anggaran dana desa yang efektif (Krueger & Carsrud, 1993). Ajzen (1991)
dan efisien dibutuhkan pendekatan yang sesuai. mengungkapkan bahwa untuk menjelaskan
Program pemberdayaan masyarakat menjadi perilaku manusia termasuk perilaku berbisnis
salah satu pemecah masalah yang mengemuka. dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap, norma
Pratama (2012) menyebutkan pemberdayaan subjektif, dan kontrol perilaku. Theory of
masyarakat berbasis empowerment adalah lanned behavior digunakan untuk memoderasi
pendekatan bekerja bersama masyarakat program pemberdayaan masyarakat terhadap
sehingga mereka dapat mendefinisikan dan keinginan dan perilaku berbisnis mitra dari
menangani masalah, serta terbuka untuk Universitas Prasetiya Mulya.
menyatakan kepentingan-kepentingannya Dalam perilaku mengembangkan bisnis
sendiri dalam proses pengambilan keputusan. dibutuhkan adanya komitmen dari seorang
Pada dasarnya kegiatan tersebut sudah pebisnis. (Meyer & Herscovitch, 2001)
terangkum dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) mengungkapkan bahwa komitmen merupakan
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan kekuatan yang mengikat individu dalam suatu
dari perguruan tinggi. KKN dapat mendukung tindakan yang relevan sesuai dengan target
penyelesaian masalah bangsa, yaitu kemiskinan yang ingin dicapai. Komitmen pebisnis juga
dan pengangguran, pembangunan daerah 3T menjadi sangat relevan untuk dibahas dalam
(tertinggal, terdepan, terluar), daerah rawan kaitannya dalam proses dan perilaku
bencana dan konflik, serta meminimalisir masyarakat desa dalam mengembangkan
kesenjangan kemajuan wilayah (UGM, 2015). bisnis.
Universitas Prasetiya Mulya sebagai Pembahasan di atas merumuskan secara
bagian dari institusi akademik di Indonesia khusus tujuan penelitian, antara lain:
menggunakan program community 1. Menentukan seberapa jauh peran
development dalam menjalankan amanat Tri program pemberdayaan masyarakat
Dharma Perguruan Tinggi. Program tersebut terhadap komitmen pebisnis.
tentunya disesuaikan dengan kompetensi 2. Mengetahui efektivitas program
Prasetiya Mulya yang dikombinasikan dengan permberdayaan masyarakat terhadap
kebutuhan masyarakat desa. Prasetiya Mulya perilaku pebisnis.
terus berinovasi mengembangkan model yang 3. Mengetahui faktor-faktor yang
dimiliki demi mencapai tujuannya yaitu menentukan perilaku pebisnis dalam
meningkatkan kesejaheraan masyarakat desa konteks theory of planned behavior.
melalui pembinaan usaha mikro. Tidak hanya Selain itu, peneliti menggunakan latar
itu, Universitas Prasetiya Mulya juga belakang pendidikan dan keluarga untuk
mengharapkan terciptanya kesejahteraan memperkuat penelitian yang dilakukan. Faktor-
masyarakat desa yang berkelanjutan. faktor tersebut diharapkan akan dapat
Mengembangkan bisnis yang memberikan gambaran yang lebih spesifik
berkelanjutan merupakan salah satu tujuan terhadap komitmen mengembangkan bisnis.
utama dalam berbisnis (Damodaran, 2000). Lebih lanjut, faktor-faktor tersebut dapat
2
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
berfungsi sebagai variabel pengendali dalam Harapannya akan didapatkan hasil yang lebih
penelitan ini. baik.
Kontribusi penelitian yang kami Model Program Pengembangan
lakukan secara umum adalah untuk Pemberdayaan Masyarakat
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi Universitas Prasetiya Mulya menyadari
perilaku pebisnis dalam kaitannya dengan bahwa untuk Program Pemberdayaan Kepada
komitmen mengembangkan bisnis dari sudut Masyarakat (PPKM) sangat penting dalam
pandang theory of planned behavior. Hasilnya mendukung perkembangan pihak yang
diharapkan dapat menjadi model rujukan berkepentingan. Bagi pihak akademik, akan
program pemberdayaan masyarakat bagi membantu terutama bagi mahasiswa untuk bisa
perguruan tinggi lainnya dan pemerintah. menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan
Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi untuk diimplementasi kepada mitra bisnisnya,
gambaran perilaku pebisnis masyarakat dalam hal ini masyarakat desa yang berminat
pedesaan dalam rangka peningkatan peran bergabung bersama Universitas Prasetiya
program pemberdayaan masyarakat serupa Mulya.
untuk meningkatkan perekonomian nasional. Program pemberdayaan masyarakat
Penelitian ini masih bersifat sementara yang mengerucutkan pada revitalisasi KKN
karena proses pendampingan mahasiswa yang saat ini dianggap kurang efektif.
dengan mitra belum selesai. Kedepan, Revitalisasi KKN mengerucutkan pada
penelitian ini akan dikembangkan pada pengambangan tiga dimensi utama yaitu
penelitian serupa dengan variasi daerah tujuan kelembagaan, ekonomi, dan kapasitas.
program, responden yang lebih banyak, dan Ketiganya dapat berjalan selaras sehingga
proses pendampingan mitra yang sudah selesai. program ini mampu dirasakan dampak
positifnya bagi mitra.

Gambar 1. Dimensi PPKM Universitas Prasetiya Mulya

Pengembangan ekonomi yang tentunya dengan sepengetahuan mitra yang


dimaksud adalah intervensi perguruan tinggi bertujuan untuk mengembangkan bisnisnya.
dalam permodalan yang berbentuk modal kerja, Modal kerja bisa dalam bentuk peningkatan
baik materi dan non-materi. Jumlah dan bentk produksi dan investasi alat atau bisa keduanya.
modal kerja yang dibutuhkan mengacu pada Diharapkan sepeninggal mahasiswa, para mitra
analisis bisnis dan sumber daya yang dimiliki. akan dapat meningkatkan bisnisnya melalui
Kebutuhan ini akan dianalisis oleh mahasiswa injeksi modal dari perguruan tinggi.

3
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 2. Tahapan PPKM Universitas Prasetiya Mulya

Dalam proses pemberdayaan dan pendampingan menjadi instrumen untuk


masyarakat sangat dibutuhkan peningkatan melihat perkembangan bisnis mitra selama
kapasitas mitra. Modal yang dimaksud yang beberapa bulan ke depan. Selama masa
bersifat intangible atau kemampuan mitra pendampingan ini mahasiswa diwajibkan tetap
dalam mengembangkan bisnis. Konsep hidup memberikan penyuluhan kepada mitra dengan
berdampingan antara mitra sebagai pemilik sasaran peningkatan kapasitas dan
bisnis dengan mahasiswa sebagai konsultan kesejahteraan mitra. Selain itu, dalam masa
yang memiliki pengetahuan dalam bidang pendampingan ini mitra dituntut untuk bisa
bisnis diyakini akan mampu mengisi mengembangkan kemampuan jejaringnya
kekurangan yang dimiliki mitra. Intensitas sehingga ketika program selesai
pertemuan antara mitra dengan mahasiwa keberlangsungan bisnis mitra dapat berjalan
diharapkan mampu menjembatani dalam proses lebih baik.
peningkatan kapasitas mitra. Pada praktiknya keterlibatan mahasiswa
Para mahasiswa diminta untuk tinggal kami dikelompokkan agar dapat memenuhi
bersama mitra agar mendapatkan gambaran unsur revitalisasi program yang berjalan, yaitu
penuh bisnis proses mitra yang akan builder dan energizer. Builder merupakan
dijalankan. Pola orang tua asuh yang dianut sekelompok mahasiswa dari berbagai latar
juga diharapkan terjalin komunikasi dua arah. belakang yang akan mendapat tugas
Mahasiswa mendapatkan pembelajaran membangun bisnis mitra sesuai dengan minat
mengenal karakter keluarga orang lain yang dan motivasi mitra. Sedangkan energizer
berbeda latar belakang. Sebaliknya, mahasiswa bertugas membangun sinergi antara builder
diharapkan mendapatkan pelajaran berupa dalam pemasaran produk, mengembangkan
sikap, toleransi dan juga tanggung jawab baik produk-produk, rencana unggulan, dan
perilaku selama tinggal bersama dan mengelola aktivitas mahasiswa skala desa dan
seterusnya. kecamatan.
Pendampingan menjadi kegiatan setelah
program tinggal bersama selesai. Pengawasan

4
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 2. Model PPKM Universitas Prasetiya Mulya

Model Konseptual kemungkinan konsekuensi dari perilaku


Kami menggunakan theory of planned (keyakinan perilaku), keyakinan tentang
behavior sebagai landasan utama penelitian harapan dari lingkungan sekitar (keyakinan
kami. Theory of planned behavior pertama kali normatif), dan keyakinan keberadaan faktor
dikembangkan oleh Ajzen (1991) dimana pada yang dapat mendorong atau menghambat
awalnya bertujuan untuk mengamati perilaku sebuah perilaku (keyakinan pengendalian).
manusia dan organisasi. Teori ini merupakan Dalam keyakinan perilaku
pengembangan dari theory of reasoned action menghasilkan sikap yang didasarkan pada
yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein keuntungan dan kerugian dalam suatu tindakan.
(1980) sebelumnya. Sedangkan keyakinan normatif terjadi karena
Teori tersebut mengasumsikan bahwa adanya tekanan sosial yang dirasakan atau
semua tindakan manusia itu hampir seluruhnya norma subjektif. Keyakinan kontrol merupakan
mempunyai tujuan, terkendali dan terencana bentuk kontrol perilaku yang dirasakan oleh
sehingga akan menimbulkan konsekuensi setiap individu. Ketiga kombinasi tersebut akan
dalam setiap tindakan yang dilakukannya membentuk keinginan atau niatan dalam
(Ajzen dan Fishbein, 2000). Berdasarkan teori berperilaku. Aturan umumnya adalah semakin
tersebut maka menjadi relevan digunakan menguntungkan sikap, besarnya tekanan norma
dalam mengukur perilaku pebisnis. Theory of subjektif, dan semakin besarnya kontrol yang
planned behavior menggambarkan bahwa dirasakan terhadap sesuatu maka akan semakin
dalam berperilaku, manusia dipengaruhi oleh kuat keinginan seseorang untuk melakukan
tiga macam pertimbangan: keyakinan tentang suatu tindakan, begitu juga sebaliknya.

5
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Sumber: Ajzen (2006)
Gambar 4. Perkembangan Model Theory of Planned Behavior
Banyak kasus seringkali muncul Norma subjektif (Subjective norm)
ketidaksesuaian antara keinginan dan perilaku. Norma subjektif merupakan persepsi
Dengan kata lain, adanya hambatan seseorang individu atau opini dari individu lain yang
dalam mengeksekusi keinginannya. Peran dianggap penting ketika melakukan tindakan
kontrol perilaku tidak lagi hanya yang diinginkan (Ajzen, 1991). Opini tersebut
mempengaruhi keinginan seseorang saja namun dapat menjadi merubah pandangan sehingga
juga mampu mempengaruhi perilaku yang mampu memotivasi individu tersebut. Dengan
selanjutnya disebut actual behavioral control. kata lain, norma subjektif merupakan tekanan
Teori ini dikembangkan pada sosial dari orang yang dianggap penting dalam
dasarnya untuk mengamati perilaku manusia berperilaku. Pendapat orang yang dianggap
dan organisasi. Namun dalam penting akan mempengaruhi individu dalam
perkembangannya, teori ini mempunyai fungsi berbisnis.
memahami dan memprediksi pengaruh
motivasi pada perilaku yang bukan dibawah Kontrol perilaku (Perceived behavioral
kendali kehendak individu. Teori ini juga control)
mampu mengidentifikasi latar belakang Kontrol perilaku merupakan persepsi
seseorang dalam merancang strategi untuk mengenai kemudahan atau kesulitan dalam
mengubah perilaku. Secara umum teori ini melakukan perilaku dan diasumsikan
mampu menjelaskan hampir semua perilaku merefleksian pengalaman di masa lalu dan
dalam kehidupan manusia antisipasi mengenai halangan. Fungsi dari
kontrol perilaku adalah fungsi dari control
Sikap (Attitude toward behavior) beliefs, yaitu kepercayaan mengenai adanya
Sikap merupakan suatu faktor dalam faktor-faktor yang yang mempermudah atau
diri seseorang yang dipelajari untuk mempersulit dalam melakukan suatu tindakan.
mendapatkan respon positif atau negatif Dalam konteks aktivitas berbisnis, berkaitan
terhadap sesuatu yang diberikan. Perasaan dengan ketersediaan dukungan dan sumber
tersebut ditentukan oleh kepercayaan seseorang daya atau hambatan memulai atau
berdasarkan konsekuensi yang timbul sebagai mengembangkan bisnis. Semakin banyaknya
akibat dari suatu tindakannya. Dalam konteks dukungan sumber daya dan minimnya
berbisnis, apabila pebisnis menganggap hambatan akan lebih meningkatkan keinginan
aktivitas mengembangkan bisnis memberikan individu untuk berbisnis.
manfaat bagi dirinya maka individu tersebut
akan memberikan respon positif dan begitu Relevansi Theory of Planned Behavior dalam
juga sebaliknya. Kewirausahaan
6
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Teori yang dikembangkan Ajzen rasional dan sudah direncanakan sebelumnya.
mampu menembus batas antar bidang studi. Lerchundi et al (2014); Rasli et al (2013); dan
Awalnya pengembangan teori tersebut memang Ghazali et al (2013) menggunakan latar
hanya pada perilaku individu dari sudut belakang personal dalam mengkaji keinginan
pandang psikologi saja. Namun sejalan dengan berwirausaha. Faktor lamanya studi juga
waktu teori ini mampu digunakan dan menarik untuk dibahas seperti pada penelitian
berkembang ke segala bidang. Krueger & Njeje (2015) yang menyebutkan lamanya studi
Carsrud (1993) menuturkan bahwa penciptaan pendidikan kewirausahaan, dalam hal ini
usaha merupakan suatu tindakan yang intervensi program pendidikan kepada
direncanakan sebelumnya. Hal senada masyarakat, akan meningkatkan keinginan
diungkapkan Fayolle et al (2006) dalam yang memulai berwirausaha. Latar belakang
melakukan kajian teori tersebut terhadap personal dan lamanya durasi intervensi PPKM
program pendidikan kewirausahaan. Selain itu, menjadi faktor yang menarik untuk dikaji lebih
teori tersebut juga berperan penting dalam lanjut.
pengambilan keputusan untuk memulai atau Perilaku dan Komitmen Pebisnis
mengembangkan bisnis ( (Bird, 1988); (Katz & Delmar (1996) dalam modelnya
Gartner, 1988)). terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kierja
Keputusan berwirausaha tidak hanya bisnis, yaitu individu, lingkungan, dan kinerja
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat pebisnisnya.

Individual

Entrepreneurial Business
Behavior Performance

Environment

Sumber: Delmar (1996)


Gambar 5. Model general of entrepreneurial and business performance

Performa Bisnis pengaruhnya dibandingkan dengan faktor


Untuk mencapai performa bisnis yang eksternal. Semakin baik kualitas individu yang
optimal diperlukan kondisi lingkungan dan dimiliki memungkinkan untuk memitigasi
kinerja pebisnis yang mendukung. Performa dinamika eksternal yang mungkin terjadi.
bisnis dapat membaik ketika ada peningkatan
permintaan dari pasar. Selain itu, performa Perilaku Organisasi
bisnis juga sangat tergantung bagaimana Perilaku organisasi merupakan langkah
perilaku organisasi bekerja. Perilaku organisasi atau tindakan yang diambil seorang pebisnis
selain dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti untuk mencapai tujuannya. Perilaku organisasi
lingkungan namun juga dipengaruhi faktor yang dimaksud antara lain peran individu,
internal. Kecenderungan faktor internal seperti organisasi, pengambilan keputusan, tujuan, dan
individu biasanya akan lebih besar strategi. Perilaku organisasi akan sangat

7
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
tergantung dari individu yang menjalankan. kemampuan sosial dan persepsi. Kesuksesan
Perilaku organisasi turut dipengaruhi oleh akan didapatkan ketika kombinasi tersebut
keadaan lingkungan dan kapasitas individu berjalan selaras.
yang dimiliki. Kapasitas individu yang besar
dan keadaan lingkungan yang mendukung Motivasi dan Kinerja
biasanya akan mampu mendorong kinerja Teori motivasi berfokus pada proses
bisnis ke arah yang lebih baik. penentuan memilih ketika dihadapkan pada
sebuah pilihan, aktivitas berkehendak, dan
Kondisi Lingkungan keinginan. Sedangkan teori prestasi mengacu
Organisasi internal dan pendukungnya pada evaluasi individu dalam dari berperilaku.
merupakan perangkat pendukung kondisi Menurut (Kanfer, 1991) yang membedakan
lingkungan. Organisasi menjadi sangat penting antara teori motivasi dan prestasi bahwa teori
kontribusinya dalam meningkatkan performa prestasi lebih banyak faktor yang
bisnis perusahaan. Selain itu, perancangan mempengaruhi seperti hambatan yang dihadapi
sistem organisasi yang dibangun juga sangat dan jumlah pekerjaan.
menentukan.
Kebutuhan
Kemampuan Individu Dasar dari konsep motivasi datang dari
Kemampuan individu yang dimaksud kebutuhan. Hal ini mengasumsikan bahwa
adalah keahlian dan motivasi yang dimiliki kebutuhan merupakan proses awal terjadinya
seorang pebisnis. Langkah dalam berbisnis atau yang mempengaruhi individu dalam
dipengaruhi oleh kondisi individu dan melakukan tindakan. Dengan kata lain,
lingkungan. Kemampuan individu terdiri dari kebutuhan merupakan pemicu dari perilaku
kemampuan berpikir dan kemampuan individu. Teori kebutuhan Maslow merupakan
manajerial. Kemampuan berpikir (kognitif) teori kebutuhan yang paling dikenal saat ini.
yang dimaksud meliputi fakta-fakta, nilai-nilai, Ketika individu telah terpenuhi kebutuhan
tujuan, dan kemampuan diri. Sedangkan dasarnya maka akan bergerak ke kebutuhan
kemampuan manajerial dan keahlian meliputi yang lebih tinggi atau ekspansi kebutuhan.

Sumber: Locke and Henne


8
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 6. Model Motivasi

Nilai dan Sikap Tujuan dan keinginan


Nilai merupakan penilaian, evaluasi Tujuan merupakan hasil yang
yang terbentuk secara abstrak dan merupakan diinginkan dari nilai dan sikap yang dimiliki,
sebuah tindakan akhir seseorang. Nilai juga dimana adanya proses dari sikap menjadi
merupakan kiteria yang digunakan manusia sebuah tujuan. Perbedaan utama antara tujuan
untuk memilih dan membenarkan tindakan dan keinginan bahwa tujuan merupakan
yang diambil, termasuk menilai orang lain dan keadaan akhir yang ingin dituju sedangkan
peristiwa yang sedang terjadi. Nilai dan sikap keinginan hanya menjelaskan tekad untuk
sangat berbeda meskipun memiliki kedekatan bergerak ke arah tertentu.
yang cukup kuat. Sikap merupakan penilaian
baik positif maupun negatif dari sebuah objek Hipotesis Penelitian
yang diamati (Delmar, 1996). Untuk Hipotesis nol (Ho) adalah asumsi yang
menyimpulkan, nilai dan sikap merupakan jenis akan diuji. Hipotesis nol dinyatakan dalam
yang sama dari sebuah konsep namun berbeda hubungan sama dengan. Dengan kata lain,
dalam abstraksi penilaian sebuah objek dan hipotesis nol menyatakan suatu parameter
kestabilan dari penilaian objek tersebut. bernilai sama dengan nilai tertentu. Sedangkan
hipotesis alternatif (H1) adalah segala hipotesis
yang berkebalikan dari hipotesis nol. Hipotesis
alternatif merupakan kumpulan hipotesis yang
diterima dengan meolak hipotesis nol.

Gambar 7. Diagram Hipotesis Penelitian

Berdasarakan model penelitian maka dapat


ditentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif Hipotesis Moderasi Peran PPKM dalam
sesuai dengan variabel independen dengan pengembangan usaha mikro((two-tailed)
variabel dependennya. Sikap
9
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Ho = PPKM tidak memoderatori peranan faktor Ho = Durasi PPKM tidak memoderatori
sikap terhadap keingingan mengembangkan peranan faktor kontrol perilaku terhadap
usaha keingingan mengembangkan usaha
H1 = PPKM memoderatori peranan faktor H3 = Durasi PPKM memoderatori peranan
sikap terhadap keingingan mengembangkan faktor kontrol perilaku terhadap keingingan
usaha mengembangkan usaha
Norma Subjektif
Ho = PPKM tidak memoderatori peranan faktor Keinginan
sikap terhadap keingingan mengembangkan Ho = Durasi PPKM tidak memoderatori
usaha peranan keinginan mengembangkan usaha
H2 = PPKM memoderatori peranan faktor terhadap keputusan mengembangkan usaha
sikap terhadap keingingan mengembangkan H4 = Durasi PPKM memoderatori peranan
usaha keinginan mengembangkan usaha terhadap
Kontrol Perilaku keputusan mengembangkan usaha
Ho = PPKM tidak memoderatori peranan faktor Hipotesis Moderasi Latar Belakang Mitra
kontrol perilaku terhadap keingingan Sikap
mengembangkan usaha Ho = Latar belakang mitra tidak memoderatori
H3 = PPKM memoderatori peranan faktor peranan faktor sikap terhadap keingingan
kontrol perilaku terhadap keingingan mengembangkan usaha
mengembangkan usaha H1 = Latar belakang mitra memoderatori
peranan faktor sikap terhadap keingingan
Keinginan mengembangkan usaha
Ho = PPKM tidak memoderatori peranan Norma Subjektif
keinginan mengembangkan usaha terhadap Ho = Latar belakang mitra tidak memoderatori
keputusan mengembangkan usaha peranan faktor norma subjektif terhadap
H4 = PPKM memoderatori peranan keinginan keingingan mengembangkan usaha
mengembangkan usaha terhadap keputusan H2 = Latar belakang mitra memoderatori
mengembangkan usaha peranan faktor norma subjektif terhadap
Hipotesis Moderasi Durasi PPKM (two-tailed) keingingan mengembangkan usaha
Sikap Kontrol Perilaku
Ho = Durasi PPKM tidak memoderatori Ho = Latar belakang mitra tidak memoderatori
peranan faktor sikap terhadap keingingan peranan faktor kontrol perilaku terhadap
mengembangkan usaha keingingan mengembangkan usaha
H1 = Durasi PPKM memoderatori peranan H3 = Latar belakang mitra memoderatori
faktor sikap terhadap keingingan peranan faktor kontrol perilaku terhadap
mengembangkan usaha keingingan mengembangkan usaha
Norma Subjektif
Ho = Durasi PPKM tidak memoderatori Keinginan
peranan faktor norma subjektif terhadap Ho = Latar belakang mitra tidak memoderatori
keingingan mengembangkan usaha peranan keinginan mengembangkan usaha
H2 = Durasi PPKM memoderatori peranan terhadap keputusan mengembangkan usaha
faktor norma subjektif terhadap keingingan H4 = Latar belakang mitra memoderatori
mengembangkan usaha peranan keinginan mengembangkan usaha
Kontrol Perilaku terhadap keputusan mengembangkan usaha

10
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
METODE skala likert. Dengan rentang 1 – 5 dari sangat
tidak setuju hingga sangat setuju.
Penelitian ini secara umum menggunakan Target responden merupakan
pendekatan kuantitatif. Pengolahan data hasil masyarakat yang menjadi mitra di Kecamatan
penelitian menggunakan statistik dengan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa
pendekatan statistik inferensial sesuai dengan Barat dengan jumlah responden 87 mitra.
tujuan, rancangan, dan sifat penelitian yang Penelitian akan fokus pada desa-desa yang
akan dilakukan. Peneliti menggunakan menjadi tempat tinggal para mitra. Secara
kuesioner untuk mendukung penelitian ini. umum kriteria responden adalah sebagai
Kuesioner tersebut akan didesain berdasarkan berikut.

Tabel 1. Variabel dan Kriteria Responden


Variabel Kriteria Utama
Usia Usia produktif
Jenis Kelamin Pria dan Wanita
Pendidikan Semua tingkat pendidikan
Jenis usaha Semua jenis usaha
Skala usaha Mikro dan usaha kecil
Lokasi Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

Kajian penelitian ini menggunakan alat bantu


Partial Least Square (PLS). PLS sangat
membantu ketika jumlah sampel atau
responden yang relatif terbatas. Selain itu,
beberapa keunggulan lain dari PLS menjadi
dasar kami menggunakan alat bantu ini, yaitu
dapat digunakan untuk semua skala
pengukuran, tidak memerlukan persyaratan
HASIL & PEMBAHASAN distribusi tertentu, dapat dipergunakan pada
model pengukuran reflektif dan formatif, dan
digunakan pada model yang kompleks.

11
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 8. Diagram Analisis Keluaran PLS

Hasil kajian menunjukkan bahwa values dimana syarat mempunyai hubungan


hampir semua indikator menunjukkan validitas signifikan adalah p-values < 0,05. Dengan kata
yang tinggi. Syarat validitas yang tinggi dengan lain, PPKM Universitas Prasetiya Mulya
kriteria signifikasi 5% adalah 1,96. Hanya mampu berkontribusi positif terhadap
variabel norma terhadap niat memiliki kendala. komitmen pengembangan usaha mikro di
Selain itu, untuk menyatakan adanya hubungan Kecamatan Cibeber.
signifikan antar variable dapat menggunakan p-

Tabel 2. Tabel Analisis Keluaran PLS – Path Coefficient


Koefisien Sample Koefisien Sample t-statistics
p-values
(O) (M) (IO/STERRI)
sikap -> niat 0.485 0.486 6.567 0.000
norma -> niat 0.300 0.235 1.622 0.105
niat -> perilaku 0.598 0.621 9.976 0.000
kontrol -> niat 0.274 0.291 3.087 0.002

Dari Tabel 2 juga dapat diketahui adanya memberikan penekanan pada aspek sikap dan
perbandingan tarik menarik antar satu variabel kontrol perilaku secara positif. PPKM
dengan variabel lainnya. Hubungan antara niat membantu memperkaya wawasan kepada mitra
dengan perilaku menjadi hubungan yang paling bahwa menjadi mengembangkan usaha yang
kuat dibandingkan dengan keterkaitan antar ada saat ini akan memberikan manfaat baik saat
variable lainnya. Artinya, PPKM yang ini dan masa yang akan datang. Lebih jauh,
dikembangkan mampu menjadi penggerak para program tersebut juga mampu mereduksi
pengusaha mikro untuk merealisasikan persepsi kesulitan dalam mengembangkan
pengembangan usaha tidak hanya sebatas usaha dan mengembangkan tindakan antisipatif
keinginan. Selain itu, PPKM mampu halangan yang muncul.
12
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 3. Tabel Analisis Keluaran PLS – Total Effect
Koefisien Sample Koefisien Sample t-statistics
p-values
(O) (M) (IO/STERRI)
sikap -> perilaku 0.290 0.057 5.056 0.000
sikap -> niat 0.485 0.074 6.567 0.000
norma -> perilaku 0.180 0.117 1.538 0.125
norma -> niat 0.300 0.185 1.622 0.105
niat -> perilaku 0.598 0.060 9.976 0.000
kontrol -> perilaku 0.164 0.056 2.909 0.004
kontrol -> niat 0.274 0.089 3.087 0.002

Tabel 3 menggambarkan gabungan antara Hasil Kajian Berdasarkan Latar Belakang


variabel yang tidak memiliki keterkaitan Mitra
langsung dengan varibel lainnya. Variabel Usia
sikap mampu berkontribusi positif terhadap PPKM memberikan dampak yang
keputusan mengembangkan usaha. Hal ini bervariasi jika dilihat dari variabel umur.
ditunjukkan oleh nilai t-statistik dan nilai PPKM berpengaruh signifikan pada hubungan
koefisien yang muncul meskipun nilai antara niat terhadap perilaku dan kontrol
koefisien < 0,5. Sama halnya dengan kontrol terhadap niat. Sedangkan PPKM tidak
perilaku yang juga mampu memberikan berpengaruh signifikan terhadap hubungan
dampak positif terhadap keputusan antara norma terhadap niat dan sikap terhadap
mengembangkan mengembangkan usaha. niat khususnya pada usia lebih dari ≥ 40.
Namun bagi norma subjektif justru Dengan kata lain pengaruh PPKM terhadap
berkebalikan, kontribusi dan keterkaitan para mitra cukup bervariasi tergantung dari usia
hubungan dengan keputusan mengembangkan mitra. Namun terjadi hubungan paling kuat
usaha tidak signifikan. pada variabel niat terhadap perilaku dan kontrol
terhadap niat.

Tabel 4. Tabel Analisis Keluaran PLS – Variabel Usia


koefisien t-statistic p-values
Usia
< 40 ≥ 40 < 40 ≥ 40 < 40 ≥ 40
kontrol --> niat 0.298 0.366 2.750 1.055 0.006 0.292
niat --> perilaku 0.582 0.640 6.585 8.821 0.000 0.000
norma --> niat 0.474 0.242 1.051 1.588 0.294 0.113
sikap --> niat 0.290 0.527 2.567 3.800 0.011 0.000

13
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
.

Pendidikan menggunakan latar belakang umur, PPKM


Hasil uji dengan menggunakan variabel justru tidak berpengaruh signifikan terhadap
pendidikan konsisten dengan hasil uji variabel hubungan antara norma terhadap niat dan sikap
umur. Adanya PPKM mampu memberikan terhadap niat khususnya pada mitra dengan
pengaruh signifikan pada hubungan variabel pendidikan sekolah dasar. Hubungan paling
niat terhadap perilaku dan sikap terhadap niat. kuat tetap terjadi pada variabel niat terhadap
Sama halnya degan kajian dengan perilaku dan sikap terhadap niat.

Tabel 5. Tabel Analisis Keluaran PLS – Variabel Pendidikan


koefisien t-statistic p-values
Pendidikan
SD > SD SD > SD SD > SD
kontrol --> niat 0.314 0.233 1.247 2.320 0.213 0.021
niat --> perilaku 0.651 0.592 4.472 7.743 0.000 0.000
norma --> niat 0.338 0.293 1.801 1.039 0.072 0.299
sikap --> niat 0.416 0.542 2.806 5.144 0.005 0.000

Jenis Kelamin dan sikap terhadap niat. Disisi lain, PPKM


Variabel jenis kelamin juga justru tidak berpengaruh signifikan terhadap
memberikan hasil uji yang juga konsisten hubungan antara norma terhadap niat dan sikap
dengan hasil uji berdasarkan latar belakang terhadap niat khususnya pada mitra yang
mitra sebelumnya, usia dan tingkat pendidikan. berjenis kelamin pria. Secara konsisten,
PPKM memberikan pengaruh yang signifikan hubungan paling kuat terjadi pada variabel niat
pada hubungan variabel niat terhadap perilaku terhadap perilaku dan sikap terhadap niat.

Tabel 6. Tabel Analisis Keluaran PLS – Jenis Kelamin

14
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
koefisien t-statistic p-values
Jenis Kelamin
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
kontrol --> niat 0.250 0.270 0.900 2.440 0.370 0.010
niat --> perilaku 0.610 0.620 5.450 8.310 0.000 0.000
norma --> niat 0.260 0.270 1.080 1.200 0.280 0.230
sikap --> niat 0.500 0.470 3.340 4.520 0.000 0.000

Hasil penelitan yang kemukakan latar belakang mitra menghasilkan keluaran


penelitian masih bersifat sementara karena yang relatif sama dengan hasil kajian
beberapa keterbatasan. Keterbatasan yang umumnya. PPKM mampu berkontribusi positif
dialami oleh peneliti adalah proses PPKM terhadap variabel sikap terhadap niat dan juga
masih belum selesai atau sedang berjalan niat terhadap perilaku. Kondisi ini cenderung
sehingga kajian yang dilakukan juga masih konsisten dengan kajian sebelumnya yang juga
sementara. menyatakan adanya hubungan yang signifikan
dari kedua variabel yang saling berhubungan
SIMPULAN tersebut. Perbedaannya hanya pada hubungan
pada variabel kontrol perilaku terhadap niat
PPKM secara umum memberikan dampak dimana menghasilkan keluaran yang cenderung
positif bagi pengembangan usaha mikro. Hal bervariasi.
ini sejalan dengan kajian-kajian yang dilakukan Pada aspek sikap (attitude toward
sebelumnya (Bird, 1988); (Katz & Gartner, behavior), PPKM membantu memperkaya
1988)). Hubungan antara variabel niat dengan wawasan mitra bahwa mengembangkan usaha
perilaku memiliki hubungan yang paling kuat akan memberikan manfaat baik saat ini
dibandingkan dengan hubungan antar variabel maupun pada masa yang akan datang.
lainnya. Namun sebaliknya variabel norma Sementara itu, pada aspek kontrol perilaku
terhadap niat merupakan variabel dengan (perceived behavioral control), PPKM mampu
hubungan paling lemah. Kondisi ini dijelaskan mereduksi persepsi kesulitan berbisnis dan
dengan nilai t-statistic yang terletak diantara - sekaligus meningkatkan keinginan mitra untuk
1,96 < t < 1,96 dan juga memiliki p-values > mengembangkan usaha. Namun pada aspek
0,05. Selain itu, PPKM lebih mampu norma subjektif (subjective norm), perilaku
memberikan gambaran positif terhadap faktor- mitra untuk mengembangkan usaha cenderung
faktor yang berpengaruh terhadap keinginan tidak dipengaruhi oleh pihak luar (misalnya
mengembangkan usaha dari sisi internal atau keluarga).
diri mitra. Penelitian ini dapat memberikan banyak
Kajian PPKM terhadap komitmen manfaat bagi institusi dan peneliti. Bagi
pengembangan usaha mikro jika ditelaah dari institusi, penelitian ini dapat memberikan
15
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
gambaran bahwa model PPKM yang berjalan yang didapatkan berpotensi bias sehingga tidak
saat ini dinilai cukup efektif dalam membantu dapat disimpulkan secara langsung bahwa
mengembangkan usaha mikro. Sedangkan bagi model ini akan dapat berlaku efektif dimana
peneliti, model PPKM harus terus menerus saja. Kedua, sampel yang digunakan masih
melakukan perbaikan guna mendapatkan hasil sangat terbatas sehingga cenderung menekan
yang lebih efektif dibandingkan sebelumnya. konsistensi dan validitas data yang dimiliki.
Bagi pemerintah model ini dapat dijadikan Ketiga, hasil penelitian ini masih bersifat
acuan untuk mengembangkan program serupa. sementara karena proses pendampingan
Disamping itu, model ini juga dapat dijadikan mahasiswa dengan mitra belum selesai.
alat bantu untuk merealisasikan dana desa yang Kedepan, penelitian ini akan dikembangkan
sedianya ditujuan untuk menggerakkan pada penelitian serupa dengan variasi daerah
ekonomi masyarakat desa seperti kajian yang tujuan program, responden yang lebih banyak,
dilakukan oleh Pratama (2012). dan proses pendampingan mitra yang sudah
Penelitian ini masih memiliki selesai. Harapannya akan didapatkan hasil yang
keterbatasan. Pertama, penelitian ini hanya lebih baik.
dilakukan pada satu daerah saja sehingga hasil

an-Perundangan/Undang-
DAFTAR RUJUKAN Undang/undang-undang-nomor-6-
tahun-2014-4723.
Ajzen, I. (1991). The theory of planned
behavior. Organizational Behavior and
Damodaran, A. (2000). The Objective in
Human Decision Processes, 179-211.
Corporate Finance. New York: Stern
School of Business.
Ajzen, I., & Fishbein, M. (1980).
Understanding attitude and predicting
Delmar, F. (1996). Entrepreneurial Behavior
social behavior. Englewood Cliffs, NJ:
and Business Performance. Stockholm:
Prentice-Hall.
Stockholm School of Economics.

Ajzen, I., & Fishbein, M. (2000). Attitudes and


Fayolle, A., Gailly, B., & Lassas-Clerc, N.
the attitude-behavior relation: Reasoned
(2006). Assesing the Impact of
and automatic processes. In W. Stroebe
Entrepreneurship Education
& M. Hewstone (Eds.). European
Programmes: A New Methodology.
Review of Social Psychology , 1-33.
Journal of European Industrial
Training, 710-720.
Bird, B. (1988). Implementing Entrepreneurial
Ideas: The Case for Intention. Academy
Ghazali, Z., Ibrahim, N. A., & Zainol, F. A.
of Management Review, 13, 442–453.
(2013). Factors Affecting
Entrepreneurial Intention among
BPN. (2014). Undang-Undang Nomor 6 Tahun UniSZA Students. Asian Social Science
2014. Dipetik March 30, 2016, dari Vol 9, No 1.
www.bpn.go.id:
http://www.bpn.go.id/Publikasi/Peratur
16
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Harinaldi. (2005). Prinsip-prinsip statistik Meyer, J. P., & Herscovitch, L. (2001).
untuk teknik dan sains. Jakarta: Commitment in the workplace: Toward
Erlangga. a general model. Human Resources
Management Review, 299-326.
Haryanto, J. T. (2014). Manfaat Bijak Dana
Desa. Artikel Kementerian Keuangan Njeje, D. (2015). factors affecting
Republik Indonesia. entrepreneurship education and its
effect on entrepreneurial intentions in
public universities in kenya. Meru:
Kanfer, J. (1991). Motivation theory and
Kenya Methodist University.
industrial and organisational
psychology. Dalam M. D. Hough,
Handbook of industrial and Pratama, A. (2012, Juli 13). Community
organisational psychology (hal. 75- Development Berbasis Empowerment
170). Palo Alto: Consulting Sebagai Strategi Penanggulangan
Psychologists Press In. Kemiskinan Dalam Rangka Percepatan
Pencapaian MDGs 2015. Seminar
Nasional Demokrasi dan Masyarakat
Katz, J., & Gartner, W. (1988). Properties of
Madani .
emerging organizations. Academy of
Management, 13, 429–441.
Rasli, A., Khan, S. R., Malekifar, S., & Jabeen,
S. (2013). Factors Affecting
Krueger, N. F., & Carsrud, A. (1993).
Entrepreneurial Inclination Among
Entrepreneurial Intentions: Applying
Graduate Students of Universiti
the Theory of Planned Behavior.
Teknologi Malaysia. International
Entrepreneurship and Regional
Journal of Business and Social
Development, 315-330.
Science,Vol. 4, (2), 182-188.

Lerchundi, I. P., Alonso, G. M., & Vargas, A.


M. (2014). Does family matter? A study
of parents’ influence on the UGM. (2015, Desember 10). Kuliah Kerja
entrepreneurial intention of technical Nyata Pembelajaran Pemberdayaan
degrees students in Spain. Madrid: Masyarakat Universitas Gadjah Mada
Instituto de Ciencias de la Educación (KKN-PPM UGM) sebagai Kegiatan
(ICE) Universidad Politécnica de Unggulan Bidang Pengabdian kepada
Madrid. Masyarakat. Artikel Universitas Gadjah
Mada.

17
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Entrepreneur Laboratory SEC USU (From Lab To Market)
Sebagai Model Sistem Pemasaran Produk
Wirausaha Mahasiswa

Buchari
Ismayadi
Rosdanelli Hasibuan
Arif Qaedi Hutagalung
Universitas Sumatra Utara
Email :ibossanti@yahoo.com, ismay75@yahoo.com, rosdanelli@yahoo.com,
Arifqd24@yahoo.com

Abstrak : Entrepreneur Laboratory (E-Lab) merupakan sarana pengembangan dari


Student Entrepreneurship Center Universitas Sumatera Utara (SEC USU) sebagai
tempat mahasiswa binaan SEC USU melakukan uji pemasaran produk dan lokasi
promosi produk usaha. Konsep pengembangan pemasaran mahasiswa binaan SEC-
USU dilakukan dengan berbasiskan keilmuan yang dapat dikembangkan menjadi
produk wirausaha (Knowledge base Entrepreneur) atau dari laboratorium ke pasar
(from lab to market). E-Lab SEC-USU dikembangkan sebagai Laboratorium Uji
Pemasaran Produk Mahasiswa (Market Test), Laboratorium Uji Pemasaran Produk
hasil laboratorium (from lab to market), Tempat interaksi dan pengembangan sistem
pemasaran produk, dan Tempat sharing informasi produk. Produk mahasiswa yang
dihasilkan lalu dilakukan uji pemasaran di E-Lab, selanjutnya produk tersebut
dilakukan pengujian sistem pemasaran yang sesuai dengan konsep produk dan akhirnya
dilakukan sharing informasi produk yang dapat menjadi konsep pengembangan produk
menjadi lebih baik dan diterima pasar.Konsep pemasaran dengan memanfaatkan
Entrepreneur Laboratory ini dapat menjadi pilihan suatu model pemasaran untuk
produk-produk yang masih baru dan menjadi sarana penelitian produk-produk kecil
khususnya yang dihasilkan mahasiswa sebelum memasuki pasar produk yang lebih
luas.

Kata Kunci: E-Lab SEC USU, from lab to market, produk mahasiswa

Negara Republik Indonesia merupakan Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak


Negara berkembang dengan memiliki 122,4 juta orang, jumlah tersebut berkurang
jumlah populasi penduduk mencapai lebih sebanyak 5,9 juta orang dibanding bulan
dari 260 juta jiwa. Jumlah penduduk ini Februari 2015 namun bertambah sebanyak
menyebabkan Persaingan dunia tenaga 510 ribu orang dibanding Agustus 2014.
kerja, berbanding terbalik dengan Jumlah Penduduk bekerja pada Agustus
ketersediaan lapangan pekerjaan yang 2015 sebanyak 114,8 juta orang, berkurang
jumlahnya semakin berkurang akibat sebanyak 6,0 juta orang dibandingkan bulan
moderenisasi sektor industri. Akibat Februari 2015 dan meningkat 190 ribu
moderenisasi ini membuat tingkat orang dibandingkan bulan Agustus 2014.
pengangguran di Indonesia masih Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
meningkat. Menurut data dari Badan Pusat Agustus 2015 sebesar 6,18 persen
Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja meningkat dibanding TPT Februari 2015
18
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
(5,81 persen) dan TPT Agustus 2014 (5,94 berdiri sejak tahun 2013 dan di bangun
persen). bekerjasama dengan PT. Bank Mandiri
Selama setahun terakhir (Agustus 2014– (Persero) Tbk dan PT. Medco Energy.
Agustus 2015) kenaikan penyerapan tenaga Mahasiswa yang terlibat dalam program di
kerja terjadi terutama di Sektor Konstruksi Entrepreneur LaboratoryStudent
sebanyak 930 ribu orang (12,77 persen), Entrepreneurship Center Universitas
Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU) adalah
orang (3,42 persen), dan Sektor Keuangan mahasiswa binaan Student
sebanyak 240 ribu orang (7,92 persen). Entrepreneurship Center Universitas
Pada Agustus 2015, penduduk bekerja Sumatera Utara (SEC-USU) yang berasal
masih didominasi oleh mereka yang dari berbagai Fakultas yang ada di
berpendidikan SD ke bawah sebesar 44,27 Universitas Sumatera Utara dan masuk
persen, sementara penduduk bekerja dengan dalam Program Mahasiswa Wirausaha
pendidikan Sarjana ke atas hanya sebesar (PMW) Dikti dan USU.
8,33 persen (BPS, 2015). Jumlah usaha mahasiswa binaan SEC-
Data tersebut terlihat bahwa sektor USU dalam Program Mahasiswa Wirausaha
perdagangan penyerapannya naik sangat (PMW) Dikti dari tahun 2009-2015
sedikit (hanya 3,42%) dan penduduk mencapai 292 usaha. Dari jumlah tersebut
bekerja dengan pendidikan sarjaba hanya diharapkan sekitar 50% dapat terus
sebesar 8,33%. Dua data ini menunjukkan berkembang dan menjadi wirausaha handal.
bahwa minat dan jiwa wirausaha di Tahun 2009-2013, mahasiswa binaan masih
kalangan akademisi terutama mahasiswa melakukan pemasaran langsung ke
masih cukup rendah. Jumlah pengusaha masyarakat dengan membuat stand atau
Indonesia masih 1,3% dan dari jumlah tempat berusaha di sekitar tempat tinggal
tersebut masih didominasi dari kalangan atau di area tertentu. Perkembangan usaha
non-sarjana. Hal ini diakibatkan 80-90% mahasiswa tersebut ada yang baik dan ada
sarjana masih mengharapkan menjadi PNS yang menurun. Oleh karena itu, untuk
atau bekerja di perusahaan. meningkatkan omset pemasaran dari
Universitas Sumatera Utara melalui produk-produk mahasiswa tersebut, maka
Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian pada tahun 2014 didirikan Entrepreneur
(BKK) memiliki unit kegiatan di bidang LaboratoryStudent Entrepreneurship
wirausaha yaitu Student Entrepreneurship Center Universitas Sumatera Utara (E-Lab
Center Universitas Sumatera Utara (SEC- SEC-USU). Fasilitas ini dapat me
USU). SEC-USU memiliki berbagai memperoleh omset dan dapat melakukan uji
program untuk meningkatkan minat coba pemasaran sebelum bersaing di
wirausaha mahasiswa sehingga setelah masyarakat. Hal ini dikarenakan lokasi
lulus sarjana dapat menjadi wirasuaha yang pemasaran yang di dalam areal kampus
handal. Salah satu program wirausaha yang memiliki konsumen relative tinggi
mahasiswa tersebut melalui uji pemasaran (jumlah mahasiwa USU sebanyak lebih
(market test) yang dilakukan di kurang 60.000 orang. Selain dari jumlah
Entrepreneur Laboratory Student konsumen, para pendamping bisnis dan
Entrepreneurship Center Universitas pelatih (coach) wirausaha yang tergabung
Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU). dalam Tim Student Entrepreneurship
Entrepreneur LaboratoryStudent Center Universitas Sumatera Utara (SEC-
Entrepreneurship Center Universitas USU) dapat untuk mendampingi mahasiswa
Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU) ini binaan secara langsung dan mahasiswa

19
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dapat juga mengembangkan konsep-konsep kemampuan untuk membawa sesuatu yang
pemarasan ataupun inovasi wirausaha baru ke dalam kehidupan yang merupakan
lainnya. sumber yang penting dari kekuatan
Wirausaha persaingan, karena lingkungan cepat sekali
Menurut Hisrich & Peter (1998), berubah. Sementara itu Edward De Bono
kewirausahaan merupakan proses (dalam Mutis, 1995 dalam Muladi Wibowo,
menciptakan sesuatu yang baru dan 2011), antara lain mengatakan bahwa salah
mengambil segala risiko dan imbalannya satu faktor yang menentukan suksesnya
sedangkan wirausaha adalah seorang perusahaan adalah kemampuannya
innovator yaitu seseorang yang mengelola asset utamanya. Asset utama
mengembangkan sesuatu yang unik dan tersebut dapat berupa posisi pasar, orang-
berbeda. orang yang berkualitas, sistem distribusi,
Salim Siagian (1999) mendefinisikan kemampuan teknis (hak paten), merk, dan
kewirausahaan adalah semangat, perilaku, sebagainya (Siswadi Y, 2013).
dan kemampuan untuk memberikan Pemasaran
tanggapan yang positif terhadap peluang Marketing mix biasa disebut juga sebagai
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri creation tactic dari perusahaan. Karena
dan atau pelayanan yang lebih baik pada marketing mix merupakan perwujudan
pelanggan/masyarakat; dengan selalu langsung dari differensiasi konten-konteks
berusaha mencari dan melayani langganan infrastruktur.Menurut Kartajaya (2006) ada
lebih banyak dan lebih baik, serta tiga macam penerapan marketing mix,
menciptakan dan menyediakan produk yang pertama, marketing mix yang bukannya
lebih bermanfaat dan menerapkan cara mendukung strategi pemasaran lain,tetapi
kerja yang lebih efisien, melalui keberanian malah merusaknya. Marketing mix jenis ini
mengambil resiko, kreativitas dan inovasi atau destructivemarketing mix selain tidak
serta kemampuan manajemen. membangun value, juga tidak
Jorillo-Mosi (dalam Mutis, 1995 dalam meningkatkan merk perusahaan sama
Muladi Wibowo, 2011) mendefinisikan sekali. Kedua, marketing mix yang
kewirausahaan sebagai seorang yang cenderung meniru taktik yang sudah
merasakan adanya peluang, mengejar digunakan oleh pesaing anda, marketing
peluang-peluang yang sesuai dengan situasi mix ini biasa disebut sebagai mee-too
dirinya, dan yang percaya bahwa marketing mix. Dan yang ketiga, marketing
kesuksesan merupakan suatu hal yang bisa mix yang mendukung strategi pemasaran
dicapai. Sedangkan Geoffrey G. Meredith lainnya. Marketing mix ini atau creative
et. Al (1992) mengatakan bahwa para marketing mix dapat menguatkan nilai
wirausaha adalah orang-orang yang perusahaan anda. Tentu marketing mix
mempunyai kemampuan melihat dan ketigalah yang harus diterapkan. Jika yang
menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan diterapkan adalah marketing mix kedua atau
sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna malah marketing mix pertama value yang
mengambil keuntungan daripadanya dan ada pada produk atau jasa anda bisa tidak
mengambil tindakan yang tepat guna sustainable. Jadi, marketing mix dapat
memastikan sukses. mengintegrasikan kekuatan produk,
Kesuksesan dari seorang wirausaha keunggulan harga, kemampuan saluran
selalu tidak terpisahkan dari kreativitas dan distribusi, dan dapat mengimplementasikan
inovasi. Inovasi tercipta karena adanya daya strategi promosi dalam memenangi
kreativitas yang tinggi. Kreativitas adalah persaingan.

20
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Strategi marketing mix dipakai oleh dari berbagai aspek seperti bidang produksi
semua orang/perusahaan maka perusahaan dan pengolahan, pemasaran,
harus creative dalam membuat taktik agar SDM,teknologi dan lain-lain (Anoraga,
produk/pesan yang ingin disampaikan oleh 2007).
perusahaan sampai dibenak konsumen, Pengembangan Pemasaran
tanpa adanya diferensiasi yang jelas, atau Pengembangan pasar adalah
jika hanya memikirkan 4P, produk anda memperkenalkan produk atau jasa saat ini
akan dianggap sama dengan produk ke wilayah geografis baru (David, 2009).
pesaing. Kalau hal itu terjadi, satu-satunya Strategipengembangan pasar dipilih untuk
senjata yang bisa dipakai bersaing adalah dijalankan denganpertimbangan dapat
harga (situmorang, 2015) dilakukannyapengkoordinasian, sehingga
Kim dan Mouborgne (2005) dalam akan dapat dicapai biaya pengorbanan yang
bukunya Blue Ocean Strategi menjelaskan lebih rendah dan resiko yang dihadapi lebih
untuk menghindari persaingan (kompetisi) kecil. Penekanan dari strategi ini adalah
yang akan berakibat merugikan dibutuhkan pada pemasaran produk yang sekarang
strategi samudra biru (blue ocean strategy) dijalankan, dengan pertimbangan telah
samudra biru ditandai oleh ruang pasar dimilikinya keahlian dan keterampilan
yang belum terjelajahi, penciptaan dalam pengoperasian baik untuk pelanggan
permintaan, dan peluang pertumbuhan yang yang ada, maupun untukpelanggan baru.
sangat menguntungkan. ketimbang dengan Dalam hal ini kegiatan yang ditingkatkan
cara memperluas batasan-batasan pasar adalah penambahan saluran distribusi dan
yang sudah ada, Dalam samudra biru, cabang perusahaan, serta mengubah dan
kompetisi tidak relevan karena aturan- meningkatkan program advertensi dan
aturan baru akan dibentuk. promosi. Pengembangan pasar adalah suatu
Pengembangan usaha keputusan stratejik dari suatu perusahaan
Pengembangan suatu usaha adalah atau korporasi ( Assauri, 2013). Keputusan
tanggung jawab darisetiap pengusaha atau stratejik itu diarahkan untuk dapat
wirausaha yang membutuhkan pandangan memanfaatkan peluang pasar bagi
kedepan,motivasi dan kreativitas. Jika hal pertumbuhan perusahaan secara
ini dapat dilakukan oleh setiap wirausaha, berkelanjutan.
maka besarlah harapan untuk dapat Konsep Retail Modern
menjadikan usaha yang semula kecil Menurut Ahyani, Andriawan, Ari (2010)
menjadi skala menengah bahkan menjadi menyatakan bahwa toko modern adalah
sebuah usaha besar. sebuah toko yang menjual macam-macam
Kegiatan bisnis dapat dimulai dari barang kebutuhan pokok yang lengkap.
merintis usaha (starting), membangun Toko modern ini menawarkan berbagai
kerjasama ataupun dengan membeli usaha produk yang terjamin kualitas dan
orang lain atau yang lebih dikenal dengan kuantitasnya. Tidak hanya itu, toko
franchising. modern ini juga menawarkan promosi-
Namun yang perlu diperhatikan adalah promosi harga barang baru dan diskon-
kemana arah bisnis tersebut akan dibawa. diskon yang menarik minat konsumen
Maka dari itu, dibutuhkan suatu untuk berbelanja di toko tersebut. Suasana
pengembangan dalam memperluaskan dan penataan toko modern ini tergolong sangat
mempertahankan bisnis tersebut agar dapat baik yang tersusun rapi dan bersih. Toko
berjalan dengan baik. Untuk melaksanakan modern ini memiliki tingkat pelayanan
pengembangan bisnis dibutuhkan dukungan lebih baik dari pada toko-toko lainnya.

21
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Disamping itu toko modern inimempunyai berhasil dikembangkan Student
fasilitas-fasilitas yang membuat nyaman Entrepreneurship Center (SEC) yang
konsumen seperti AC dan Musik yang mulai dirintis sejak April 2008.
membuat konsumen betah berbelanja di Pembentukan unit dan pengangkatan TIM
toko tersebut. SEC pada Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan Keputusan Rektor USU
HASIL & PEMBAHASAN Nomor:1196/H5.1.R/SK/KMS/SDM/2009.
Entrepreneur Laboratory Student
Student Entrepreneurship Center Entrepreneurship Centre Universitas
Universitas Sumatera Utara (SEC-USU) Sumatera Utara ( E-Lab SEC USU)
Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran Entrepreneur Laboratory (E-Lab)
dikembangkannya Student merupakan sarana pengembangan dari
Entrepreneurship Center (SEC) adalah Student Entrepreneur Center Universitas
bahwa Universitas Sumatera Utara (USU) Sumatera Utara (SEC-USU) sebagai tempat
secara nyata ingin mewujudkan bahwa mahasiswa binaan melakukan uji
lulusan yang dihasilkannya dengan pemasaran produk dan lokasi promosi
keilmuan yang dimiliki dapat mampu produk usaha. Konsep pengembangan
berwirausaha, sehingga dapat membuat pemasaran mahasiswa binaan SEC-USU
dirinya mandiri dan membantu membuka dilakukan dengan berbasiskan keilmuan
lapangan pekerjaan pada masyarakat di yang dapat dikembangkan menjadi produk
sekitarnya. USU sebagai Perguruan Tinggi wirausaha (Knowledge base Entrepreneur)
yang memiliki 14 (empat belas) Fakultas atau dari laboratorium ke pasar (from lab to
dengan berbagai disiplin kelimuan dan market). E-Lab SEC-USU dikembangkan
berbagai kompetensi yang dimilikinya sebagai Laboratorium Uji Pemasaran
sudah tentu ingin menghasilkan lulusan Produk Mahasiswa (Market Test),
dengan jiwa Entrepreneurship, maka SEC Laboratorium Uji Pemasaran Produk hasil
sudah mulai mengembangkan kerjasama laboratorium (from lab to market), tempat
antara multi disiplin keilmuan tersebut. interaksi dan pengembangan sistem
Universitas Sumatera Utara (USU), pemasaran produk, dan tempat sharing
dengan semangat Tri Dharma Perguruan informasi produk.
Tinggi dengan visi University for Industry Kegiatan E-Lab SEC USU
untuk mewujudkan lulusan sarjana yang Entrepreneur Laboratory Student
berwawasan wirausaha dan memiliki Entrepreneurship Center Universitas
keselarasan dengan dunia kerja. Bentuk Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU)
kesungguhan ini dapat dilihat pada awal memiliki berbagai program yaitu:
tahun 2008, Pembantu Rektor Bidang 1. Program Pendampingan Bisnis,
Kemahasiswaan dan Kealumnian dan BKK Mentoring dan Pelatihan di Training
USU telah mengirim 5 (lima) orang staf Center yang terintegrasi dengan E-
pengajar yang bernaung di Unit Bina Lab.
Kokurikuler saHIVa (UBK saHIVa) USU 2. Laboratorium Uji Pemasaran
untuk melakukan studi banding ke 5 Produk Mahasiswa (Market Test)
universitas di Malaysia. Secara khusus, Binaan SEC-USU
penekanan studi banding/benchmarking 3. Laboratorium Uji Pemasaran
tersebut adalah dalam hal pembinaan Produk hasil laboratorium (from lab
kewirausahaan pada mahasiswa. to market)
Berdasarkan hasil kunjungan tersebut maka

22
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
4. Tempat interaksi dan
pengembangan sistem pemasaran
produk
5. Tempat sharing informasi produk

Gambar 4. Bagan Alur Proses Coaching

Gambar 1. Konsep E-Lab SEC USU

Gambar 5. Bagan Alur Proses Training


Center

Gambar 2. E-Lab SEC-USU

Gambar 6. Training Center SEC USU


diresmikan oleh Direktur Risk Management
PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk

Gambar 3. Bagan Alur Proses E-Lab

23
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 8. Perkembangan Usaha di E-Lab
SEC USU

Pengembangan E-Lab SEC USU


Gedung Entrepreneur LaboratoryStudent
Entrepreneurship Center Universitas
Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU)
sebelumnya bernama Galeri Wirausaha
yang hanya terdiri dari ruangan kosong dan
diisi oleh kegiatan expo wirausaha
mahasiswa secara insidentil dan beum
terorganisir dengan baik. Pada tahun 2014,
Gambar 7. Ruangan Training Center SEC Student Entrepreneurship Center
USU Universitas Sumatera Utara (SEC-USU)
mengembangkan konsep Entrepreneur
Peserta E-Lab SEC USU Laboratory Student Entrepreneurship
Peserta kegiatan Entrepreneur Laboratory Center Universitas Sumatera Utara (E-Lab
Student Entrepreneurship Center SEC-USU) yang didesain dengan
Universitas Sumatera Utara (E-Lab SEC-
menggunakan stand yang seragam dan
USU) ini berasal dari mahasiswa binaan memiliki booth-booth yang lebih baik dan
SEC-USU dari berbagai fakultas di memiliki daya tarik bagi pembeli serta
Universitas Sumatera Utara. Dari tabel memiliki 2 (dua) pintu akses yang luas
1 dibawah dapat dilihat wirausaha sehingga memudahkan pengunjung untuk
mahasiswa yang telah mengikuti proses di masuk dan keluar E-Lab dengan lancar.
Entrepreneur Laboratory Student Entrepreneur Laboratory Student
Entrepreneurship Center Universitas Entrepreneurship Center Universitas
Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU). Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU)
dilengkapi dengan sarana prasarana yang
Tabel 1. Jumlah Peserta Usaha Mahasiswa mendukung konsumen merasa lebih
nyaman. Fasilitas yang dimiliki
Entrepreneur Laboratory Student
No Tahun Jumlah Entrepreneurship Center Universitas
1 2013 6 Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU) antara
2 2014 9 lain:
3 2015 13

1. Booth Stand menarik dengan jumlah


6 (enam) stand
2. Mini Bar yang terintegrasi lengkap
dengan meja dan kursi bagi
konsumen.
3. Televisi dan Sarana Audio lengkap
dengan speakernya.
4. Konsep pembayaran dengan sistem
mesin kasir.
5. Kipas Angin.

24
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
6. Genset.
7. Kamar mandi/wc yang berada di
samping E-Lab.

Gambar 13. Desain Booth E-Lab SEC USU


(3)

Gambar 9. Denah E-Lab SEC USU

Gambar 14. Desain Mini Bar E-Lab SEC


USU

Gambar 10. Layout E-Lab SEC-USU

Gambar 15. Booth Stand E-Lab SEC USU

Gambar 11. Desain Booth E-Lab SEC USU


(1)

Gambar 16. Sarana Prasarana E-Lab SEC


USU (Mini Bar)

Gambar 12. Desain Booth E-Lab SEC USU


(2)
25
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 17. Pengunjung Mini Bar E-Lab
SEC USU
Gambar 19 Pengunjung Teras Food E-Lab
SEC USU Tahun 2016
Pada tahun 2016, Entrepreneur
Laboratory Student Entrepreneurship
Center Universitas Sumatera Utara (E-Lab
SEC-USU) dilakukan pengembangan
dengan menambah teras yang terintegrasi.
Hal ini dilakukan dengan mengadopsi
konsep ritel modern dimana produk produk
Food dan Non Food harus di bedakan
letak/posisi di dalam konsep E-Lab SEC
USU. Teras wirausaha ini digunakan
dengan konsep pengenalan produk
mahasiswa lebih terbuka sehingga kesan Gambar 20. Stand Teras Food E-Lab SEC
dalam ruangan atau sempit menjadi hilang. USU Tahun 2016
Konsep ini dikembangkan terutama untuk
mahasiswa yang memiliki usaha di bidang
Boga seperti makanan ( Ayam Goreng,
Bakso Jamur, Vy Noodle,Roti bakar,
Origamie) dan minuman (susu sapi aneka
rasa, minuman botol, teh tarik dan lainnya).

Gambar 21 Kegiatan E-Lab SEC USU


Tahun 2016

Gambar 18. Denah baru E-Lab SEC USU


2016

Gambar 22 E-Lab SEC USU Tahun 2016

Hasil E-Lab SEC USU

26
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Dari E-Lab SEC-USU sejak tahun 2013- Bank Mandiri (Persero) Tbk di tahun
2015 telah menghasilkan beberapa 2015.
entrepreneur muda mahasiswa dan alumni 2. Juara Pertama Lomba Kewirausahaan
yang telah sukses dan berhasil di Indonesia Tingkat Nasional Dikti 2015.
masyarakat. Beberapa jenis usaha yang ada 3. Juara Pertama Pemuda Pelopor
di E-Lab SEC-USU: Nasional kategori Mahasiswa.
1. Produk Kreatif Selain meraih prestasi, produk-produk
2. Produk Inovasi hasil Penelitian inovasi hasil dari Entrepreneur Laboratory
3. Produk Boga ini juga telah di pamerkan pada Asean
4. Produk Industri Student Entrepreneurship Net work
Produk-produk tersebut sebelum (ASENet) di University Sains Malaysia
dilakukan pemasaran langsung ke (USM) Penang yang diikuti oleh
masyarakat dilakukan di Entrepreneur mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi se
LaboratoryStudent Entrepreneurship Asean dimana Student Entreprenurship
Center Universitas Sumatera Utara (E-Lab Center (SEC) USU adalah sebagai salah
SEC-USU) selama lebih kurang 1 tahun. satu Deklarator berdirinya ASENet
Setelah memiliki mental usaha yang baik, mewakili Indonesia.
para wirasuaha tersebut langsung dapat Inovasi dari produk kreatif yang masih
bersaing di masyarakat. terus berkembang adalah Usaha Mahasiswa
Dari keseluruhan produk yang telah DIGIPRO yang memiliki usaha digital
dibentuk dan dikembangkan dengan system printing dan desain kreatif. PT. Evindo
Entrepreneur Laboratory Student yang memproduksi Alat penghemat BBM
Entrepreneurship Center Universitas untuk sepeda motor dan mobil. Produk
Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU) usaha makanan yang masih eksis seperti
ditambah dengan Program Training, Dorayaki Chan, Molen Arab, Raja Risol,
Mentoring, Coaching (Pendampingan dan lain lain.
Bisnis) yang efektif di Training Centre
SEC USU, saat ini sudah ada
wirausahawan mahaiswa yang telah SIMPULAN & SARAN
memiliki omset puluhan juta rupiah sampai
ratusan juta rupiah per tahun dan bahkan Konsep pemasaran dengan memanfaatkan
ada yang sudah mencapai omset milyaran Entrepreneur Laboratory ini dapat menjadi
rupiah dan memiliki Badan Hukum dan salah satu pilihan model pemasaran untuk
Pabrik/Industri. Salah satu produk inovasi produk-produk yang masih baru dan
laboratorium unggulan yang terbaru dari menjadi sarana penelitian produk-produk
proses Entrepreneur Laboratory Student inovasi, khususnya yang dihasilkan oleh
Entrepreneurship Center Universitas mahasiswa di Perguruan Tinggi sebelum
Sumatera Utara (E-Lab SEC-USU) ini memasuki pasar produk yang lebih luas.
adalah Kopi Gula Gita (KOLAGIT) yang Untuk itu disarankan agar pihak
telah menjadi suplemen pasien diabetes dan Perguruan TInggi untuk lebih proaktif dan
sudah melakukan uji pre klinis (saat ini mensuport kegiatan-kegiatan
sedang dalam proses perizinan dari kewirausahaan di kalangan mahasiswa
BPOM), telah memperoleh 3 (tiga) prestasi dengan memberikan sarana dan prasarana
nasional pada tahun 2015 yaitu: untuk pengembangan Program
1. Juara Pertama Kategori Industri Kewirausahaan Mahasiswa.
Program Wirausaha Muda Mandiri PT.

27
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN Fred R. David, 2009,Manajemen Strategis.
Salemba Empat Jakarta .
Anoraga, Pandji, 2007. Pengantar bisnis.
Pengelolaan Bisnis Dalam Era Kotler dan Keller, 2007.
Globalisasi.Jakarta: Rieneka Cipta. ManajemenPemasaran,Edisi 12, Jilid 1,
PT.Indeks, Jakarta.
Assauri, Sofjan. 2013. Manajemen
Pemasaran. Jakarta:Rajawali Pers. Siswadi Yudi (2013), Analisis Faktor
Badan Pusat Statistik (2015), Agustus 2015: Internal, Faktor Eksternal Dan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pembelajaran Kewirausahaan Yang
Sebesar 6,18 Persen, diupload tahun Mempengaruhi Minat Mahasiswa Dalam
2015. Berwirausaha, Jurnal Manajemen &
https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1196 Bisnis Vol 13 No. 01 April 2013 ISSN
1693-7619.

28
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Membangun Kewirausahaan Lokal Madura Dalam Menghadapi Globalisasi

Muhammad Tambrin
Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Trunojoyo Madura
Email : pribanus@gmail.com

Abstrak : Kewirausahaan merupakan salah satu indikator untuk mendongkrak pertumbuhan


ekonomi di Madura, baik sektor mikro maupun makro. Membangun kewirausahaan mutlak harus
dilakukan pasca Jembatan Suramadu dioperasikan supaya masyarakat Madura tidak hanya menjadi
penonton, namun ikut menjadi pelaku perekonomian dalam konteks industrialisasi.
Tulisan ini mencoba menyoroti persoalan bagaimana membangun kewirausahaan lokal di Madura,
dengan struktur pembahasan, meliputi:pendahuluan, definisi dan hakekat kewirausahaan, keterkaitan
UKM dan kewirausahaan, profil Madura, membangun kewirausahaan lokal di Madura, kendala dan
upaya pemberdayaan, agenda membangun kewirausahaan di Madura dan penutup.

Kata Kunci : Kewirausahaan Lokal, Madura, Globalisasi

Ahli manajemen, Peter Drucker dalam bukunya ada di Indonesia sudah mencapai 48,258 juta,
Innovation and Entrepreneurship (1985), atau 99,99% unit usaha dengan menyerap
menyatakan bahwa berdasar pengamatannya di tenaga kerja lebih kurang 96,3% dari jumlah
Amerika, disimpulkan bahwa telah terjadi tenaga kerja produktif yang tersedia.
pergeseran yang tidak dapat dielakkan dari Sedangkan sumbangannya terhadap PDB
masa ekonomi berbasis manajemen kepada mencapai 53,4%. Data tersebut
ekonomi kewirausahaan. Misalnya, dalam hal mengindikasikan bahwa pada dasarnya UKM
penyediaan lapangan kerja pencipta lapangan merupakan kelompok usaha yang memiliki
kerja yang lama, yaitu organisasi besar bahkan potensi besar untuk mengatasi masalah
mengurangi tenaga kerjanya. Sebaliknya, kemiskinan dan pengangguran.
organisasi baru berskala kecil dan menengah Sementara itu, pasca realisasi pembangunan
yang diwarnai oleh kewirausahaan ini menjadi Jembatan Suramadu (JS) maka diharapkan
penyedia lapangan kerja baru. tidak hanya sekadar menjadi jembatan manusia,
Jika bicara mengenai topik kewirausahaan pasti tetapi juga merupakan jembatan ekonomi.
tidak akan terlepas dengan peran sektor usaha Nantinya, eksistensi JS harus bisa berdampak
kecil dan mikro (UKM). Dalam kaitannya positif bagi pembangunan ekonomi Madura,
dengan UKM, sejarah telah menunjukkan termasuk bagi sektor UKM. Hal ini cukup
bahwa UKM di Indonesia tetap eksis dan justru beralasan karena sektor UKM telah menjadi
berkembang dengan adanya krisis ekonomi salah satu pilar penting dalam perekonomian
yang telah melanda negeri ini sejak tahun 1997, regional Madura dalam konteks industrialisasi.
bahkan telah menjadi katup penyelamat bagi Seyogyanya, gelombang industrialiasi yang
pemulihan ekonomi bangsa karena akan terjadi di Madura harus dijadikan sebagai
kemampuannya memberikan sumbangan yang peluang strategis sekaligus tantangan positif
cukup signifikan pada PDB maupun untuk meningkatkan kualitas dan
penyerapan tenaga kerja. Data BPS tahun 2006 pemberdayaan diri agar mampu memainkan
menginformasikan bahwa jumlah UKM yang peranan yang strategis di dalamnya. Akan
29
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
tetapi, tentu saja industrialisi menurut HAR Istilah tersebut kemudian berkembang menjadi
Tilaar (1998) dalam Winarningsih (2006) wirausaha, dan entrepreneurship diterjemahkan
menuntut adanya masyarakat yang mempunyai menjadi kewirausahaan. (Kamus Manajemen).
keunggulan kompetitif dengan SDM mumpuni, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang
dan kekuatan investasi modal intelektual serta mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan
penguasaan masyarakat terhadap sarana melembagakan perusahaan miliknya sendiri.
informasi yang serba superhigh technology. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap
Industrialisasi di Madura akan ditandai dengan orang yang mempunyai kemampuan normal,
maraknya kehidupan bisnis yang menjanjikan bisa menjadi wirausaha asal mau dan
di masa depan, sehingga dituntut adanya mempunyai kesempatan untuk belajar dan
kemampuan entrepreneurship yang baik. berusaha.
Untuk itu, masyarakat Madura harus menyadari Istilah kewirausahaan juga dipahami sebagai
kemampuannya untuk bersaing karena aktivitas proses mengerjakan sesuatu yang baru
dan pekerjaan dalam industrialiasi menuntut (creative), dan sesuatu yang berbeda
kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi (innovative) dan bermanfaat untuk memberikan
serta keterampilan (skill) khusus yang nilai lebih. Dari beberapa konsep yang ada
didukung jiwa kewirausahaan yang baik. terdapat 6 hakekat penting kewirausahaan
Tentunya, hal itu hanya dapat diraih dengan (Suryana, 2003 : 13), yaitu : Kewirausahaan
belajar keras dan menuntut ilmu pengetahuan adalah nilai yang diwujudkan dalam perilaku
(berpendidikan) setinggi mungkin. (Ustman, yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga
2009) penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil
Kewirausahaan merupakan salah satu indikator bisnis. (Ahmad Sanusi,1994), Kewirausahaan
dalam mendongkrak suatu pertumbuhan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang
ekonomi pada masyarakat Madura, baik sektor baru dan berbeda (ability to create the new and
mikro maupun makro. Membangun budaya different) (Drucker, 1959), Kewirausahaan
kewirausahaan harus terus dilakukan karena JS adalah proses penerapan kreativitas dan
sudah dioperasikan supaya masyarakat Madura keinovasian dalam memecahkan persoalan dan
tidak hanya menjadi penonton, namun ikut menemukan peluang untuk memperbaiki
menjadi pelaku sektor kewirausahaan. kehidupan usaha (Zimmerer 1996),
Terkait dengan upaya membangun Kewirausahaan adalah nilai yang diperlukan
kewirausahaan lokal maka eksistensi JS untuk memulai usaha (start up phase) dan
diharapkan juga bisa memberikan kontribusi perkembangan usaha (venture growth)
positif bagi sektor UKM di Madura. Untuk itu, (Soeharto Prawiro,1997), Kewirausahaan
kewirausahaan lokal harus diidentifikasi adalah proses dalam mengerjakan sesuatu yang
potensi dan kecenderungannya sebagai aset baru (creative), dan sesuatu yang berbeda
pembangun ekonomi Madura. Melalui kegiatan (inovative) yang bermanfaat memberi nilai
identifikasi diharapkan dapat dipetakan lebih, Kewirausahaan adalah usaha
keragaan potensi kewirausahaan dan kesiapan menciptakan nilai tambah dengan jalan
masyarakat sebagai pelaku dalam merespon mengkombinasikan sumber-sumber melalui
pengembangan industrialisasi di Madura. cara-cara baru dan berbeda untuk
Wirausaha diterjemahkan dari kata memenangkan persaingan.
entrepreneur. Dalam Bahasa Indonesia , pada Berdasarkan keenam konsep tersebut, secara
awalnya dikenal istilah wiraswasta yang ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan
mempunyai arti berdiri di atas kekuatan sendiri. sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan
30
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
inovatif (create new and different) yang berinovasi tanpa berhenti, karena dengan
dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan berkreasi dan berinovasi lah semua peluang
perjuangan untuk menciptakan nilai tambah dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang
barang dan jasa yang dilakukan dengan yang terampil memanfaatkan peluang dalam
keberanian untuk menghadapi risiko. mengembangkan usahanya untuk
Hakekat kewirausahaan menurut Peter F meningkatkan taraf kehidupannya.
Drucker (1994) adalah bahwa terminologi Pada hakekatnya semua orang adalah
kewirausahaan yang sama tentang wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri
kewirausahaan sampai sekarang belum ada. dalam menjalankan usahanya dan pekerjaannya
Umumnya memiliki hakikat yang hampir sama, guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya,
yaitu merujuk sifat, watak dan ciri-ciri yang masyarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi
melekat pada seseorang. Ciri yang melekat banyak diantara kita yang tidak berkarya dan
adalah : (a) Mempunyai kemauan keras; (b) berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih
Memiliki keinginan mewujudkan gagasan baik untuk masa depannya, dan seseorang
inovasi dalam usaha nyata; dan (c) Dapat menjadi tergantung pada orang lain, kelompok
mengembangkan usaha dengan jiwa tangguh. lain atau bahkan negara lain.
Pengertian kewirausahaan sebenarnya telah Prinsip dalam kewirausahaan adalah tangguh,
melekat pada ciri-cirinya di atas, dengan kreatif, inovatif, cerdas, mandiri, produktif,
contoh lainnya adalah setiap orang yang pandai berani menerima resiko, mampu memanfaatkan
meraih dan menciptakan peluang. Peluang- peluang, disiplin, mudah beradaptasi dengan
peluang tersebut diciptakan melalui penciptaan teknologi baru, terbuka, dan lainnya. Pada
nilai tambah barang atau jasa (usaha untuk prinsipnya seorang Wirausaha ialah seorang
hidup) dengan cara menerapkan ciri-ciri yang yang memiliki pribadi hebat, produktif, kreatif
melekat padanya. Wirausaha adalah seseorang dan melaksanakan kegiatan memiliki
yang bebas dan memiliki kemampuan untuk perencanaan dan dimulai dengan ide sendiri
hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan kemudian mengembangkan kegiatannya
usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia dengan menggunakan tenaga orang lain serta
bebas merancang, menentukan mengelola, selalu berpegang pada nilai-nilai disiplin dan
mengendalikan semua usahanya. kejujuran tinggi.
Kewirausahaan mengandung suatu sikap, jiwa
dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu Keterkaitan UKM dan Kewirausahaan
yang baru yang sangat bernilai dan berguna
bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu pada pertengahan tahun 1997, sektor UKM
aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa telah menunjukkan peran yang sangat penting
dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka dalam menggerakkan ekonomi baik dalam
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan lingkup nasional maupun daerah. Sejalan
usahanya atau kiprahnya. dengan itu, perhatian pemerintah baik
Seorang yang memiliki jiwa dan sikap pemerintah pusat maupun daerah terhadap
wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang sektor UKM pun dari waktu ke waktu semakin
telah dicapainya. Dari waktu ke waktu, hari besar.
demi hari, minggu demi minggu selalu mencari Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari
peluang untuk meningkatkan usaha dan negara berkembang belakangan ini memandang
kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan penting keberadaan UKM (Berry, dkk, 2001).
31
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Alasan pertama adalah karena kinerja UKM besar memanfaatkan sumber daya lokal,
cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan Sumber pendanaan kegiatan UKM tidak hanya
tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai mengandalkan pendanaan dari perbankan.
bagian dari dinamikanya, UKM sering
mencapai peningkatan produktivitasnya HASIL & PEMBAHASAN
melalui investasi dan perubahan teknologi.
Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa Profil Madura
UKM memiliki keunggulan dalam hal
fleksibilitas ketimbang usaha besar. Kuncoro Keadaan ekonomi menunjukkan bahwa kendati
(2000) juga menyebutkan bahwa usaha kecil tanah tak subur, penduduk Madura paling
dan usaha rumah tangga di Indonesia telah banyak bekerja di sektor pertanian (63,60%).
memainkan peran penting dalam menyerap Setelah itu disusul sektor perdagangan
tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha (11,10%), industri (9,40%), dan jasa
dan mendukung pendapatan rumah tangga. kemasyarakatan (7,60%). Rendahnya
UKM memiliki peran penting lainnya bagi partisipasi angkatan kerja di sektor industri
masyarakat di tengah krisis ekonomi. Dengan adalah akibat terbatasnya industri di Madura.
memupuk UKM diyakini pula akan dapat Untuk pertanian, sebagian besar adalah
dicapai pemulihan ekonomi (Kompas. pertanian lahan kering yang sangat bergantung
14/12/2001). Hal serupa juga berlaku bagi musim. Berhubung tidak ada alternatif lain,
sektor informal. Usaha kecil sendiri pada mereka yang ingin bekerja terpaksa memilih
dasarnya sebagian besar bersifat informal dan sektor ini.
karena itu relatif mudah untuk dimasuki oleh Pembangunan fisik di Madura masih sangat
pelaku-pelaku usaha yang baru. Pendapat terbatas. Sedangkan sektor pengangkutan dan
mengenai peran UKM atau sektor informal perhubungan, hanya sekitar 2,60% yang
tersebut ada benarnya setidaknya bila dikaitkan bekerja di sektor ini. Karena faktor
dengan perannya dalam meminimalkan keterbatasan alam dan kesempatan tersebut
dampak sosial dari krisis ekonomi khususnya tenaga kerja yang tidak tertampung di Madura
persoalan pengangguran dan hilangnya bermigrasi ke luar pulau. Itulah sebabnya
penghasilan masyarakat. tingkat mobilitas orang-orang Madura cukup
Pengembangan UKM merupakan upaya yang tinggi.
sangat penting dan strategis dalam upaya Sedangkan, kondisi sosial menunjukkan bahwa
pemulihan ekonomi, mengingat jumlah UKM masyarakat Madura yang bermigrasi umumnya
yang mencapai 40 juta serta penyerapan tenaga tidak punya ketrampilan untuk berkompetisi di
kerja yang mencapai 88 % dari jumlah tenaga perkotaan. Mereka memilih sektor informal
kerja di Indonesia. Terlebih lagi dalam kondisi yang tidak memerlukan persyaratan, seperti
krisis bangsa Indonesia yang masih berjualan sebagai pedagang kaki lima (PKL).
berkepanjangan sampai saat ini, justru UKM Untungnya, orang Madura mempnyai etos kerja
lebih resisten. yang bagus. Asal mendapat pekerjaan yang
Keandalan UKM dalam menghadapi krisis cocok maka orang Madura akan memanfaatkan
ekonomi saat ini disebabkan oleh beberapa tiap peluangnya. Sayangnya, mereka tidak
faktor antara lain : Karakteristik usaha UKM punya pengetahuan dan ketrampilan yang
cenderung pada spesialisasi produk (hal ini cukup melakukan aktivitas ekonomi. Jadi,
merupakan kebalikan dari prinsip dalam memilih kegiatan, masih belum banyak
konglomerasi), Faktor produksi UKM sebagian dibekali pertimbangan-pertimbangan
32
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
ekonomis. Pilihan wirausaha yang seperti ini akses mendapatkan proyek dan bahan-baku
berpendirian bahwa asal bisa mendapatkan untuk dibisniskan.
uang halal dengan usaha tanpa tergantung Campur tangan pemerintah memang signifikan
kepada siapa pun maka hal tersebut sudah dibutuhkan oleh UKM. Hasil penelitian
bagus. Karena itu, mereka tidak mau terikat Rachmat Hidayat,dkk (2009) terkait dengan
dengan aturan-aturan kepegawaian. Mereka kinerja tata kelola pembinaan industri kecil
lebih suka bekerja sendiri tanpa bekerja dengan menengah (IKM) yang dilakukan melalui
upah mingguan. bantuan BUMN dan pemberian kredit kepada
Solidaritas di kalangan orang Madura sangat IKM menunjukkan bahwa Bantuan BUMN
tinggi. Mereka yang berhasil di Jawa atau berpengaruh terhadap kinerja IKM sehingga
tempat lainnya selalu mengajak saudara dan peran BUMN sebagai salah satu agent of
teman-temannya melakukan aktivitas bersama- development yang ditugaskan pemerintah pada
sama. Mereka yang dibesarkan di pulau hakekatnya mempunyai peran strategis.
Madura sebagian besar pernah mendapatkan Bantuan BUMN yang telah diberikan kepada
sentuhan kyai, baik di pondok-pondok IKM benar-benar telah dimanfaatkan dan
pesantren ataupun di tempat pengajian. Karena digunakan untuk meningkatkan kemampuan
itu, umumnya mereka tidak dapat dipisahkan usaha.
dengan kewajiban-kewajiban ritual dalam Bantuan BUMN sangat bermanfaat dalam
hidupnya. Sosok kyai dianggap penting karena rangka peningkatan kewirausahaan guna
Kyai telah memberikan bekal untuk kehidupan menunjang kinerja IKM di Madura. Kredit
mereka saat ini dan kelak di kemudian hari, perbankan yang telah diberikan atau disalurkan
bukan hanya semasa hidup di dunia, tetapi juga oleh perbankan dan telah diterima oleh IKM
kehidupan akhirat. kurang membawa perubahan kinerja yang lebih
Terkait dengan pendidikan kewirausahaan baik dan signifikan bagi IKM atau bahkan
belum ditangani secara serius, mengingat memperburuk kinerja IKM. Bantuan kredit
mayoritas rakyat Madura masih lemah dalam perbankan yang selama ini disalurkan hanya
berbisnis. Petani tak ditempatkan sebagai mampu memberikan pembelajaran bisnis
pengusaha, tapi ditempatkan sebagai buruh kepada IKM dalam meningkatkan kemampuan
yang berbuat sesuatu untuk pengusaha. kewirausahaan. Pelatihan dan pendidikan
Paradigma inilah yang harus segera diubah. kewirausahaan yang diberikan dan dilakukan
Petani harus menjadi pengusaha pertanian, oleh pemerintah melalui beberapa instansi
sehingga dapat duduk sejajar dengan para pemerintah tidak berhasil atau mengalami
tengkulak dan calon pembeli.Lingkupnya kegagalan. Pendidikan formal dan
adalah melakukan bisnis dengan petani, tersentralistik dalam pendidikan kewirausahaan
menyediakan kebutuhan pertanian dan membeli terbukti tidak dapat meningkatkan kinerja IKM
hasilnya secara proporsional. di Madura.
Bagi kalangan pedagang, pengusaha kecil dan Skenario pengembangan IKM di Madura
pengrajin disediakan informasi perdagangan dilakukan secara terintegrasi dan sinergi
dan kerangka penjaminan dengan pihak dengan pengembangan industri berskala
perbankan. Sehingga para pengusaha dengan menengah dan besar, karena kebijakan
mudah dapat berhubungan dengan perbankan. pengembangan sektoral tidak bisa mengkotak-
Hal itu dimaksudkan sebagai akses permodalan kotakkan kebijakan menurut skala usaha.
maupun fasilitas transaksi perdagangan Perumusan tentang beberapa kebijakan
antarpulau serta informasi lintas daerah sebagai operasional yang perlu mendapatkan perhatian
33
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pihak pemerintah daerah terhadap IKM potensi lokal berdaya saing global. Sasaran
terutama dalam penguatan di bidang usaha pengembangan meliputi: (1) peningkatan
spesifik dan keberlangsungan operasional PDRB; (2) penurunan tingkat pengangguran;
usaha IKM sesuai dengan karakteristik (3) penurunan tingkat kemiskinan; (4)
kekhasan budaya lokal. Pola kerja sama dengan peningkatan ketaqwaan, dan lainnya. Prinsip
BUMN dengan pola bisnis murni mungkin bisa pengembangan kewirausahaan adalah : (1)
menjadi alternatif pembinaan pemerintah membangun wirausaha dengan karakteristik
kepada IKM di Madura dengan berpegang pribadi yang tangguh, kreatif, inovatif, cerdas,
teguh pada budaya masyarakat Madura. mandiri, produktif, mampu memanfaatkan
Tentunya, perekonomian di Madura akan peluang, disiplin, teknologi, terbuka, dan
meningkat kalau pemerintah bisa menarik lainnya; (2) nilai atau etika sesuai Al-Quran
investor untuk membuka lahan usaha yang dan Hadist; (3) Nilai sesuai dengan Jati diri dan
sesuai karakteristik masyarakat lokal. Untuk Budaya Masyarakat Madura. Sedangkan, target
jangka pendek, yang paling cocok adalah akhir pencapaian adalah kesuksesan dunia dan
menggarap sektor pertanian, peternakan dan akhirat.
perikanan.
Membangun Kewirausahaan Lokal di Kendala dan Upaya Pemberdayaan
Madura
Kendala yang dihadapi dalam membangun
Membangun kewirausahaan lokal di Madura budaya kewirausahaan juga terjadi di
sangat dipengaruhi oleh adanya faktor lingkungan kampus. Keengganan lulusan
pendukung dan penghambat. Faktor pendukung perguruan tinggi memilih menjadi entrepreneur
dalam membangun kewirausahaan lokal di salah satunya karena terjebak dalam mitos.
Madura, meliputi : (1). Kebijakan Pemerintah Misalnya, mahasiswa teknik hanya dibekali
yang Pro Kewirausahaan, (2) dengan kemampuan kognisi, tetapi tidak
Pendidik/ilmuwan/profesional yang konsen dibangkitkan daya afeksinya sehingga tidak
pada masalah kewirausahaan; (3) Wirausaha terbangun orientasi sikap yang menjurus ke
yang semakin banyak; (4) Masyarakat yang opportunity oriented. Lulusan pendidikan
berbudaya wirausaha. Sedangkan, faktor teknik lebih banyak ingin bekerja pada
penghambat, meliputi : (1) Rendahnya perusahaan ketimbang membangun usaha
persepsi masyarakat tentang kewirausahaan; (2) sendiri. Inilah tantangan ke depan yang harus
rendahnya produktivitas, SDM, dan lainnya; dihadapi. Para lulusan perguruan tinggi sampai
(3) Minimnya akses dan aset (Gambar 1) saat ini masih gamang memasuki dunia
Selanjutnya, arah kerangka pengembangan kewirausahaan karena adanya mitos yang
adalah mengelola kewirausahaan berbasis seolah tidak terbantahkan.

34
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Mitos 2: Entrepreneur itu dilahirkan, bukan
Faktor KENDALA : SASARAN : diciptakan
- Rendahnya 1. Peningkatan
PDRB Mitos 3: Entrepreneur selalu merupakan
persepsi
masyarakat 2. Penurunan penemu (Inventors)
Pengangguran
tentang
3. Penurunan
Mitos 4: Entrepreneur adalah orang yang
kewirausahaan canggung baik di dunia akademis atau di
- Rendahnya angka miskin,
produktivitas, SDM, 4. Peningkatan masyarakat.
ketaqwaan, dll
dll Mitos 5: Entrepreneur harus sesuai dengan
- Minim akses dan profil
aset
Mitos 6: Untuk menjadi entrepreneur anda
perlu memiliki uang
Mitos 7: Anda perlu nasib baik untuk menjadi
ARAH : entrepreneur
Kewirausaha SUKS
Membangun ES
Mitos 8: Entrepreneur mengabaikan
an Berbasis
Kewirausahaa Potensi DUNI kesenangan
n Lokal di Lokal A- Mitos 9: Entrepreneur mencari sukses tapi
Madura Berdaya AKHI
RAT
pengalaman menunjukkan tingginya tingkat
Saing Global
kegagalan.
Mitos 10: Entrepreneur adalah risk taker yang
ekstrim.

Faktor PENDUKUNG : Terkait dengan faktor pendukung, yakni


- Kebijakan Pemerintah terdapat wirausahawan dalam jumlah banyak,
yang Pro PRINSIP :
1. Membangun sesungguhnya semangat dan budaya
kewirausahaan
- Pendidik/Ilmuwan/Pro
karakteristik pribadi : kewirausahaan itu bisa dipelajari. Untuk itu,
fesional yang konsen tangguh, kreatif, perlu cara pembelajaran wirausaha yang
pada bidang inovatif, cerdas,
mandiri, produktif, berbasis pada ilmu, dan amal sholeh. Jika
kewirausahaan
- Wirausaha yang
mampu mengamati perkembangan jumlah
memanfaatkan wirausahawan di Indonesia bisa dikatakan
semakin banyak
peluang, disiplin,
- Masyarakat yang
teknologi, terbuka, dll lambat. Alasannya belum berkembangnya
berbudaya wirausaha
2. Nilai sesuai Al- budaya entrepreneurship dalam masyarakat
Quran dan Hadist kita.
3. Jati diri dan Budaya
Masy Madura Mayoritas masyarakat kita berada dalam
struktur dan alam pikiran agraris. Nilai agraris
umumnya didominasi oleh nilai-nilai yang
Gambar 1. Kerangka Pengembangan
lebih bergantung pada alam daripada bertumpu
Kewirausahaan di Madura pada kemampuan sendiri seperti kemampuan
inovasi dan kepandaian adopsi. Wirausaha juga
belum dianggap sebagai suatu yang bernilai.
Sedikitnya ada 10 mitos yang membelenggu Menjadi pedagang dianggap bukan pekerjaan
pikiran para pemula yang akan memasuki dunia terhormat. Lebih terhormat jika menjadi PNS
kewirausahaan. ataupun pegawai swasta.
Mitos 1: Entrepreneur adalah pelaku, bukan Alasan lain ialah konsep pendidikan yang
pemikir menghasilkan pekerja dan bukan pencipta
35
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
lapangan kerja masih merupakan arus utama meningkatnya perhatian Pemerintah yang
dalam pendidikan nasional kita. Menjadi menawarkan banyak program terkait
karyawan adalah alasan utama mengapa kewirausahaan. Sesuai dengan
seseorang melanjutkan kuliah. Pasar kerja perkembangannya maka perhatian pemerintah
identik dengan kompetisi menjadi karyawan diwujudkan dengan mengeluarkan Instruksi
BUMN ataupun perusahaan swasta. Sedikit Presiden No. 4 tahun 1995 tentang Gerakan
yang memikirkan dan mau mengembangkan Nasional Memasyarakatkan dan
kemampuannya untuk menciptakan pekerjaan Membudayakan Kewirausahaan; Instruksi
bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Presiden No. 10 tahun 1999 tentang
Selain itu, upaya pemberdayaan UKM yang Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah.
selama ini dijalankan belum sesuai dengan apa Presiden SBY juga sudah mengeluarkan Inpres
yang diharapkan, yaitu adanya peningkatan No 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan
kemampuan daya saing produk UKM. Hal ini Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : Pemberdayaan UKM.
- kurangnya kemampuan SDM UKM dalam Membangun kewirausahaan memang tidaklah
bidang sain dan teknologi ; mudah. Berdasarkan hasil studi Kamar Dagang
- kurangnya aspek manajemen, utamanya dan Industri (Kadin) Indonesia pada 2005
manajemen produksi dan pemasaran; mengungkapkan bahwa keberhasilan
- kurangnya dukungan permodalan; pembangunan kewirausahaan yang berdaya
- kurangnya aspek teknologi dalam kegiatan saing global tidak lepas dari peran serta
operasional UKM yang mencakup proses swadaya masyarakat. Namun, masih banyak
penyediaan bahan baku, proses produksi yang harus dibenahi dalam menciptakan
maupun pemasaran. swadaya pembangunan kewirausahaan.
Pemberdayaan UKM nampaknya memang Pembangunan nilai budaya dan perbaikan
masih bergelut pada masalah klasik, antara pendidikan kewirausahaan merupakan kunci
lain: rendahnya produktivitas, kesulitan akses dari swadaya pembangunan kewirausahaan.
terhadap sumberdaya produktif. Sehubungan Budaya bekerja masyarakat kita cenderung
dengan hal tersebut diperlukan pemanfaatan, mencari aman. Ini berseberangan dengan
limbah, polutan, kreativitas, inovasi, semangat wirausaha, yakni: pantang menyerah,
kewirausahaan, nilai tambah, sukses, replikasi berani mengambil risiko, serta kreatif dan
adanya pioner-pioner yang dapat menjadi inovatif.
stimulator pembangunan dalam kelompok Keberhasilan UKM ternyata tidak hanya karena
tersebut. Salah satu unsur yang diharapkan keahlian yang dimiliki, tetapi juga dipengaruhi
dapat mendorong pembangunan usaha baru oleh banyak faktor antara lain: a) Jiwa
dari kalangan masyarakat sendiri adalah UKM kewirausahaan dan kreatifitas individual yang
sukses. Kelompok ini memang jumlahnya melahirkan inovasi; b) ketersedian bahan baku,
relatif sangat sedikit tetapi kemampuannya baik iklim usaha, dukungan finansial, ketersediaan
dalam memanfaatkan sumberdaya lokal informasi baik pengetahuan dan teknologi,
maupun dalam menemukan potensi-potensi ketersediaan pasar dan dukungan infrastruktur.
baru yang dapat dikembangkan menjadi usaha
produktif sangat dapat diandalkan. Agenda Membangun Kewirausahaan di
Perhatian dan upaya untuk mengembangkan Madura
kewirausahaan telah banyak dilakukan
Pemerintah Indonesia. Hal ini ditandai dengan
36
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Kewirausahaan jangan dipahami hanya sekedar Namun, beberapa aspek yang perlu
kemampuan membuka usaha sendiri. Namun diperhatikan dalam membangun kewirausahaan
lebih dari itu, kewirausahaan dipahami sebagai di Madura hendaknya harus Madurawi dan
momentum untuk mengubah pola pikir, Islami. Madurawi karena sesuai dengan nilai-
mentalitas dan sosial budaya. Lebih dari itu, nilai jati diri dan budaya masyarakat, serta
membangun kewirausahaan diarahkan pada menjunjung harkat dan martabat. Islami karena
proses transformasi kultur budaya masyarakat substansi pemikirannya diperkuat dengan
kepada generasi berikutnya. Dengan kata lain, prinsip-prinsip yang sesuai Al-Quran dan Al-
perlu dipersiapkan masyarakat Madura untuk Hadist.
berlaga di arena modernisasi dengan modal Target akhir dalam membangun kewirausahaan
utama pelestarian dan pengapresiasian budaya lokal yang cocok untuk dikembangkan di
lokal. Madura adalah sukses dunia-akhirat dengan
Persiapan yang perlu dilakukan, meliputi pencapaian prestasi tanpa mengorbankan
aspek: pendidikan, regulasi, sumber daya silaturahmi dan harmoni sosial. Alasannya,
manusia, permodalan, pembiayaan, dan target ini sesuai dengan jati diri dan budaya
lainnya. Terlebih, proses untuk melahirkan masyarakat Madura. Selain itu, terkadang kita
wirausaha baru tidaklah sederhana, sehingga terjebak dengan pemikiran konteks
perlu waktu yang cukup untuk mengkadernya. kewirausahaan yang digulirkan ilmuwan barat
Memang wirausaha baru bisa lahir secara alami penganut kapitalisme. Keberhasilan hanya
dengan sendirinya, namun jumlahnya kecil. diukur dari pencapaian nilai nominal, indikator
Perlu ada penangangan terpadu untuk materi atau akumulasi yang didapatkan semata.
menghasilkan wirausaha yang berkualitas dan Misalnya, konsep David Mc Cleland
jumlahnya signifikan. menyebutkan bahwa untuk mencapai prestasi,
Mestinya keinginan untuk mandiri, itikad untuk terkadang harus mengoptimalkan kadar need of
mencari solusi atas problematika yang ada achievement setinggi mungkin dan
adalah bagian dari perjuangan hidup yang mengorbankan kadar silaturahmi atau
bernilai sebagai ibadah. Jika motifnya ibadah keinginan membangun harmoni sosial (need of
maka apapun yang kita lakukan menuju affiliation).
keberhasilan haruslah mengikuti nilai-nilai
syariat, etika dan moralitas. Pembangunan SIMPULAN
kualitas diri ini agar dilakukan tiap pribadi
sehingga mampu berbuat sesuatu yang Benang merah dalam tulisan ini adalah
bermanfaat bagi orang banyak. bagaimana membangun kewirausahaan lokal
Karena itu, agenda membangun kewirausahaan di Madura. Intinya bagaimana potensi
di Madura yang dimanifestasikan melalui kewirausahaan bisa dikembangkan sesuai
program pengembangan budaya kewirausahaan dengan jati diri masyarakat dan budaya
mestinya mampu membangun transformasi atas Madura, sehingga mampu berdaya saing
wacana ilmu yang berkembang. Memang tidak global. Cita-cita besar ini bisa dicapai apabila
semua gagasan yang dikembangkan dari barat ada 4 unsur yang bekerja sinergis dan saling
selalu buruk. Ada beberapa prinsip yang layak mengisi. Keempat unsur syarat itu ialah
dikembangkan, misalnya profesionalisme, pemerintah yang bersih dan berwibawa, banyak
mobilitas, keterbukaan, kedisiplinan, dan ilmuwan pendidik profesional atau intelektual
pencapaian kemajuan teknologi. yang rela melakukan penelitian yang hasilnya
dipersembahkan bagi masyarakat, terdapat
37
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
wirausahawan dalam jumlah banyak, serta Perhatian dan upaya untuk mengembangkan
masyarakat yang berbudaya disiplin dan kewirausahaan telah banyak dilakukan
berkinerja baik. Pemerintah, swasta dan pihak perbankan. Hal
Membangun kewirausahaan di Madura tersebut ditandai dengan meningkatnya
memang tidaklah mudah. Lebih mudah perhatian tiga pihak tersebut dengan
dipikirkan dan diucapkan tapi sulit untuk menawarkan banyak program terkait
dilaksanakan. Setidaknya, hal tersebut kewirausahaan. Agenda membangun
tercermin dari adanya kendala dalam kewirausahaan yang dilakukan, meliputi aspek:
membangun budaya kewirausahaan. Prinsip- pendidikan, regulasi, sumber daya manusia,
prinsip dalam kewirausahaan adalah bagaimana permodalan, pembiayaan, dan lainnya. Target
membangun karakteristik yang tangguh, akhirnya adalah pencapaian kesuksesan
kreatif, inovatif, cerdas, mandiri, dan mampu kehidupan dunia akhirat, yang Madurawi
memanfaatkan peluang yang ada. Karena itu, disesuaikan dengan jati diri dan budaya
pengembangan budaya kewirausahaan harus masyarakat Madura, serta Islami dengan
lintas bidang dan tidak sekedar berpikir bisnis. merujuk pada Al-Quran dan Hadist.

DAFTAR RUJUKAN Setdaprov Jatim, 2009, Kesadaran Pengusaha


Madura Mulai Tergugah, 02 November
Kuncoro, M. (2002). Analisis Spasial dan 2009.
Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster
Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP- Suryana,2004, Memahami Karakteristik
AMP YKPN. Kewirausahaan, Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan- Direktorat Jenderal
Gitosardjono, Sukamdani S. Entrepreneurship : Pendidikan Dasar Dan Menengah-
Budaya Kewirausahaan Bisa Dipelajari, Departemen Pendidikan Nasional.
Jumat, 03/07/2009.
Winarningsih,S. 2006. Menyikapi Globalisasi
Meredith, Geoffrest et.al. 1996. dan Meningkatkan Budaya
Kewirausahaan Teori dan Praktek. Kewirausahaan. Makalah Seminar.
Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Jurusan Akuntansi FE Unpad.

Rachmad Hidayat1, Yudha Herlambang, Yudiastuti, Ani. 2008. Membangun Budaya


Pengembangan Tata Kelola Industri Dan Semangat Wirausaha Melalui
Kecil Menengah di Madura, Jurnal Pendidikan. Dosen Fakultas Ekonomi
Teknik Industri Vol 11 No 1 Juni 2009 Universitas Katolik Widya Karya Malang
Universitas Trunojoyo Artikel di Koran Pendidikan Online.

38
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Analisis Kemampuan Mengidentifikasi Peluang oleh Mahasiswa
dalam Pengembangan Usaha Mikro di Pedesaan

Muhammad Setiawan Kusmulyono


Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya
Email : setiawan@pmbs.ac.id

Abstrak : Kemampuan identifikasi peluang menjadi salah satu determinan penting dalam
menentukan keberhasilan sebuah usaha. Kemampuan identifikasi peluang yang baik dapat menjadi
kunci keunggulan sebuah usaha dalam memanfaatkan celah di pasar. Melalui sebuah penelitian
dalam program pengembangan usaha mikro pedesaan di program pengembangan masyarakat yang
dilaksanakan di Universitas Prasetiya Mulya, peneliti mencoba menganalisis pengaruh pengetahuan
pendahulu dan kepekaan terhadap kemampuan mengidentifikasi peluang yang dimiliki oleh
mahasiswa

Kata Kunci : peluang usaha, mahasiswa, kepekaan, pengetahuan pendahulu

Identifikasi peluang merupakan salah satu keputusan mahasiswa dalam merumuskan ide bisnis
determinan penting untuk memulai sebuah langkah yang dikembangkan bersama mitra usaha dalam
usaha (Chang, 2014 dan Hsieh, dkk, 2009). Ketika sebuah program pengembangan usaha mikro
orang lain menganggap suatu fenomena adalah masyarakat di pedesaan. Program ini merupakan
sebuah masalah, maka seorang wirausaha akan program yang digagas oleh Universitas Prasetiya
menangkap hal terssebut sebagai sebuah peluang. Mulya untuk meningkatkan kapasitas berwirausaha
Namun, tidak semua wirausaha memiliki cara yang masyarakat desa melalui aktivitas kewirausahaan.
sama dalam mengidentifikasi dan mengelola Program ini bernama Community Development dan
peluang tersebut. Shane (2000) dalam penelitiannya dijalankan secara rutin setiap tahun oleh Universitas
menyatakan bahwa orang-orang cenderung akan Prasetiya Mulya.
lebih mudah mengenali adanya peluang usaha pada
sektor yang dipahaminya, dibandingkan sektor- Peluang Usaha dan Kemunculannya
sektor yang sedang mengalami popularitas.
Tidak hanya pemahaman atas sektor usaha, Awal mula hadirnya sebuah usaha ditentukan dari
pemahaman dan penguasaan atas pengetahuan kemampuan mengidentifikasi adanya peluang untuk
pendahulu meningkatkan kemungkinan usaha tersebut. Peluang usaha merupakan sebuah
teridentifikasinya suatu peluang usaha, sekaligus situasi dimana barang-barang, layanan, bahan baku,
dapat menentukan tingkat inovasi yang dapat dan metode pengelolaannya diperkenalkan dan
dihasilkan dari peluang tersebut (Shepherd dan dijual dengan nilai yang lebih tinggi dari biaya
DeTienne, 2005). Dalam perumusan yang lebih untuk memproduksinya (Shane S dan
mendalam, faktor-faktor yang menentukan dalam Venkataraman, 2000). Peluang dapat juga dianggap
proses identifikasi peluang antara lain kepekaan sebagai ide atau mimpi yang ditemukan atau
(alertness), kognisi, kreativitas, motivasi ekstrinsik dikreasikan oleh sebuah entitas wirausaha yang
dan insentif finansial, modal manusia, diungkapkan melalui analisis sepanjang waktu
pembelajaran, jejaring, pengetahuan pendahulu hingga memperoleh potensi hasil yang
(Shepherd dan DeTienne, 2005). menguntungkan (Short, dkk 2010).
Merujuk kepada elemen-elemen penyusun Kata kunci berikutnya yang penting dikaji adalah
identifikasi peluang tersebut, peneliti ingin melihat sumber-sumber yang dapat memicu kehadiran
faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap sebuah peluang dalam pemikiran seorang calon

39
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
wirausaha. Salah satu kajian muncul didasarkan Ketersembunyian peluang usaha tersebut
pada heterogenitas definisi dari munculnya sebuah membutuhkan suatu pemikiran mendalam untuk
peluang usaha. Kajian tersebut adalah sudut dapat mengeksploitasi peluang usaha tersebut
pandang temuan (discovery view) dan sudut (Smith dkk, 2009). Kemampuan pemikiran sangat
pandang kreasi (creation view) (Alvarez dan dibutuhkan untuk menganalisisi dan
Barney, 2007). Munculnya peluang usaha pada menginterpretasikan perubahan di lingkungan luar
sudut pandang temuan didasarkan pada asumsi dengan tujuan mengidentifikasi peluang baru yang
bahwa peluang adalah objek realitas yang nyata dan terabaikan dan belum ditemukan oleh orang lain
eksis secara independen, namun menunggu (Chang, 2014). Chang (2004), menegaskan bahwa
kepekaan, keterampilan, dan keberuntungan orang-orang dengan pemikiran yang terasah akan
seorang calon wirausaha untuk menemukannya lebih sensitif terhadap informasi pasar dan
(Alvarez dan Barney, 2007). Pada sudut pandang mendeterminasikan dimana peluang usaha tersebut
kreasi, peluang usaha terbentuk dari suatu tekanan ada dan kemudian secara cepat mengkonversinya.
luar yang disebabkan ketidaksempurnaan pasar atau
industri (Alvarez dan Barney, 2007). Sudut Pengetahuan Pendahulu
pandang kreasi menuntut aktivitas nyata wirausaha
untuk mengeksploitasi harta tersembunyi ini untuk Salah satu cara untuk memiliki pemikiran yang
menjadi sebuah usaha yang bernilai (Guo dan sensitif dan terasah adalah adanya pengetahuan
Bielefeld, 2014). pendahulu (prior knowledge). Berikut adalah
definisi dari pengetahuan pendahulu.

Tabel 1
Aspek Pengetahuan Pendahulu
Aspek Pengetahuan Pengertian Sumber
Pendahulu
Pengetahuan tentang cara Pengetahuan tentang bagaimana Shane (2000)
melayani pasar teknologi baru dipergunakan
untuk menciptakan produk atau
layanan
Pengetahuan tentang masalah Individu mengetahui bagaimana Shane (2000), Marvel &
pelanggan cara untuk memenuhi kebutuhan Lumpkin (2007)
pelanggan
Pengetahuan tentang pasar Individu memiliki pengalaman Shane (2000), Marvel &
sebagai pekerja profesional Lumpkin (2007)
dalam sebuah industri
Pengetahuan tentang teknologi Individual memahmi teknologi Shane (2000), Ardichvili dkk
yang dipergunakan untuk (2003)
industri tertentu

Kepekaan tinggi akan menjadi sadar terhadap sesuatu yang


terjadi di linkungan pasar dan mampu
Istilah kepekaan pertama kali diperkenalkan oleh mengidentifikasi kekuatan penggerak dan elemen
Kirzner (1979, p.48) sebagai sebuah kemampuan kunci di dalam hubungan tersebut. Chang (2014)
untuk memerhatikan peluang yang selama ini juga memperkuat bahwa adanya persepsi akan
diabaikan tanpa perlu melihatnya terlebih dahulu. mempengaruhi perhatian dan cara mengolah
Gaglio dan Katz (2001) menegaskan bahwa setiap informasi, yang kemudian menjadi lebih nyata
orang yang memiliki kemampuan kepekaan yang

40
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dengan sinyal yang muncul dari informasi diluar yang dilaksanakan di perguruan tinggi lain.
lingkungan. Program Comdev sendiri wajib diambil oleh
Orang dengan kepekaan tinggi membuat orang- mahasiswa tingkat 3 yang telah menempuh 5
orang tersebut lebih peka terhadap level ekonomi semester dan menjadi mata kuliah wajib di dalam
yang tidak seimbang (Chang, 2014). Gaglio dan Program Studi S1 Manajemen.
Katz (2001) memiliki argumen bahwa kepekaan Program Comdev dijalankan dengan sistem
berwirausaha terdiri dari 2 jenis keterampila, yaitu kemitraan dimana kelompok mahasiswa akan terjun
persepsi (upaya untuk mempersepsikan lingkungan langsung ke desa untuk membina mitra usaha yang
dengan baik) dan interpretasi (mengidentifikasi telah diseleksi sebelumnya oleh manajemen
dorongan yang paling benar dan faktor paling program studi. 1 kelompok mahasiswa terdiri dari 7
kritikal serta menyimpulkan dinamika relasi yang – 8 mahasiswa dengan latar belakan jurusan yang
paling nyata). berbeda-beda. Hal ini tentunya akan menciptakan
dinamika positif dalam diskusi maupun aktivasi
Kemampuan Mengidentifikasi Peluang Usaha kegiatan.
Program Comdev menekankan pendekatan berbeda
Kemampuan mengidentifikasi peluang merupakan sehingga mahasiswa dapat belajar langsung
salah satu keterampilan penting untuk dapat mengenai penciptaan dan pengembangan bisnis
mewujudkan suatu usaha yang sukses. Park (2005) mikro dan kecil di tingkat desa. Tentunya,
melakukan observasi yang menunjukkan adanya pengalaman ini dapat memberikan kontribusi positif
hubungan erat antar kesuksesan sebuah usaha bagi kemampuan mereka untuk pengembangan
dengan kemampuan wirausaha tersebut untuk dirinya di masa depan.
mengidentifikasi peluang usaha di tahap awal Tantangan yang dihadapi oleh Program Comdev
perjalanan bisnisnya. Hal ini juga menunjukkan tentunya cukup beragam. Salah satunya mengenai
hubungan antara kapabilitas berwirausaha untuk kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi
mengidentifikasi peluang dengan memproduksi peluang usaha di desa. Hal ini tentunya memberi
produk inovatif. tantangan tersendiri bagi mahasiswa yang terbiasa
Pentingnya kemampuan identifikasi usaha untuk hidup di kota, kemudian diminta untuk membangun
wirausaha menjadi fokus penting, terutama sebuah bisnis bersama mitra di desa. Oleh karena
bagaimana untuk dapat fokus mengembangkan itu, di dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat
kemampuan tersebut untuk jangka yag lebih faktor-faktor apa saja yang memberi kontribusi
panjang (Chang, 2014). Menurut Chang (2014), terhadap kemampuan identifikasi peluang usaha
sebagai bagian dari hasil penelitiannya, oleh mahasiswa ketika mengembangkan bisnis di
menunjukkan bahwa intensi seseorang untuk desa.
mengikuti suatu pelatihan merupakan salah satu
cara orang tersebut untuk mengenali kelemahannya METODE
dalam pengetahuan dan keterampilan berwirausaha.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Studi ini menerapkan metode kuantitatif untuk
mengidentifikasi peluang usaha dapat muncul memperoleh temuan dan kesimpulan secara
setelah seseoranng mengikuti suatu kegiatan keseluruhan. Penelitian ini dirancang untuk sebagai
pengembangan kapasitas kewirausahaan. sebuah penelitian kuantitatif terhadap mahasiswa
Program Community Development Semester VI seluruh jurusan, mulai dari S1
Program Community Development (selanjutnya Accounting, S1 Business, S1 Finance, dan S1
disebut Program Comdev) adalah sebuah program Marketing di Sekolah Bisnis dan Ekonomi
pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh Universitas Prasetiya Mulya.
mahasiswa Program Studi S1 Manajemen Sekolah Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik
Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya. survey dengan kuesioner yang mengacu pada
Program Comdev ini memiliki karakteristik yang kuesioner yang telah dikembangkan oleh Chang,
hampir sama dengan program kuliah kerja nyata Wen-Long., Liu, Wen Guu Huang., dan Chiang,

41
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Shio-Mei. (2014) untuk menguji hubungan antara Sebelum menuju kesimpulan dan analisis terhadap
identifikasi peluang usaha dengan proses variabel yang diuji, setiap pertanyaan di dalam
pembelajaran kewirausahaan. Penelitian dilakukan variabel kuesioner yang diujikan terlebih dahulu
untuk mengetahui variabel apa yang paling diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil dari uji
mendominasi kemampuan mahasiswa dalam validitas dan reliabilitas menghasilkan variabel
mengidentifikasi peluang usaha di saat melakukan yang relevan untuk diuji dengan menggunakan
Program Community Development yang analisis regresi. Desain kuesioner dilampirkan di
diselenggarakan di Universitas Prasetiya Mulya. bagian akhir penelitian ini.

Tabel 2
Profil Responden
Jurusan Jumlah Jumlah Persentase terhadap Persentase dalam
Mahasiswa Responden jumlah mahasiswa di Perhitungan
angkatannya Penelitian
S1 Accounting 58 51 87,93 % 23,60 %
S1 Business 395 108 27,34 % 50,00 %
S1 Finance 68 27 39,70 % 12,50 %
S1 Marketing 112 30 26,78 % 13,90 %
JUMLAH 633 216 100,00 % 100,00 %

HASIL & PEMBAHASAN masalah bobot yang setara tidak diperhatikan. Hal
ini menjadi salah satu indikasi kelemahan riset yang
Hasil dilakukan.
Argumentasi dilibatkannya seluruh jurusan sebagai
Profil Responden sampel adalah karena dalam pelaksanaan Program
Comdev di Prasetiya Mulya, kelompok yang
Angka antar jurusan yang dijadikan sebagai objek dibentuk untuk mengembangkan usaha mitra terdiri
penelitian tidak merata karena pendekatan yang dari multi jurusan sehingga aktivitas identifikasi
dilakukan dalam mengambil sampel adalah peluang usaha dapat muncul dari setiap mahasiswa
pendekatan kenyamanan (convenience sampling), di dalam kelompok tanpa mempedulikan
sehingga hal yang tetap dijaga adalah adanya mahasiswa tersebut harus berasal dari jurusan
keterwakilan dari setiap jurusan, namun untuk tertentu.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Tabel 3
Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
No Variabel Muatan Cronbach
Faktor Alpha
Pengetahuan Pendahulu 0,680
PP 1 Sebelum memulai Comdev, saya telah memiliki kedekatan 0,502
(engaged) dengan produk dan pengalaman mengelola layanan
PP 6 Sebelum memulai Comdev, saya mengetahui cara membuat 0,606
pelanggan ingin menggunakan produk yang saya buat.
PP 9 Sebelum memulai Comdev, saya mengetahui peran penting 0,672
teknologi dalam industri ini
PP 10 Sebelum memulai Comdev, saya memiliki akses kepada 0,796
teknologi utama yang akan digunakan dalam industri ini.
PP 11 Sebelum memulai Comdev, saya memiliki akses terhadap 0,725
42
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
No Variabel Muatan Cronbach
Faktor Alpha
teknologi yang belum diketahui oleh publik.

Kepekaan 0,867
KP 1 Bahkan dalam waktu luang saya, saya masih sering memikirkan 0,744
tentang bisnis baru
KP 3 Saya membaca publikasi terkait perdagangan setiap pekan 0,512
KP 5 Saya menaruh perhatian yang serius terhadap pembicaraan 0,729
dengan orang lain yang menyangkut tentang pengembangan
peluang usaha baru
KP 6 Jika saya dapat merencanakan waktu luang, saya akan 0,763
mempergunakan waktu tersebut untuk mengeksplorasi ide bisnis
baru
KP 7 Saya mempergunakan waktu luang saya untuk memikirkan 0,721
segala masalah yang dapat terjadi di kemudian hari jika saya
menjadi wirausaha
KP 8 Saya sering berpikir tentang ide bisnis baru 0,823
KP 9 Saya selalu membayangkan diri saya adalah seorang manajer 0,650
bisnis dan mencoba berpikir tentang hal-hal yang berkaitan
dengan manajemen.
KP 10 Saya akan mempergunakan waktu luang saya memikirkan 0,813
tentang peningkatan bisnis.

Kemampuan Mengidentifikasi Peluang Usaha 0,858


KM 1 Saya akan mempergunakan cara inovatif terbaru untuk 0,731
mendesain produk saya
KM 2 Saya akan menggunakan teknologi terbaru untuk mendesain 0,702
produk saya
KM 3 Saya terbiasa untuk mencari informasi mengenai teknologi baru, 0,712
proses baru, keterampilan baru dan produk baru
KM 4 Saya sering melakukan terobosan untuk mengimprovisasi 0,706
produk dan layanan
KM 5 Saya akan mempergunakan metode berbeda untuk meluncurkan 0,689
produk baru, berbeda dengan peluncuran yang telah ada
sebelumnya
KM 7 Saya mampu untuk mengembangkan cara agar dapat memenuhi 0,695
kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi
KM 11 Saya memiliki rencana bisnis yang formal sebelum memulai 0,562
usaha
KM 13 Saya mampu untuk mengelola peluang usaha berkualitas tinggi 0,674
KM 14 Saya mampu untuk menemukan produk yang menguntungkan 0,706

Mengacu kepada tabel uji validitas dan reliabilitas pertanyaan kuesioner. Namun, setelah melalui uji
di atas terdapat beberapa informasi yang juga validitas, pertanyaan yang valid untuk diuji hanya
menjadi salah satu kelemahan dalam penelitian sebanyak 5 pertanyaan. Pada variabel kepekaan,
yang dilakukan ini. Pada awalnya, untuk variabel setelah melalui uji validitas, jumlah pertanyaan
pengetahuan pendahulu, disiapkan sebanyak 11 valid hanya sebanyak 8 dari 10 pertanyaan yang
43
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
ditanyakan dalam kuesioner. Kemudian, pada kelas, sehingga ada kemungkinan faktor terburu-
variabel kemampuan identifikasi peluang usaha, buru maupun ketidaknyamanan pada saat mengisi
jumlah pertanyaan valid adalah sebanyak 9 kuesioner yang diberikan.
pertanyaan dari 14 pertanyaan yang ditanyakan Pada sisi uji reliabilitas, ketiga variabel yang diuji
kepada responden. Adapun, daftar pertanyaan memenuhi syarat dasar reliabilitas yaitu nilai
lengkap terdapat pada bagian paling akhir Cronbach Alpha berada di atas 0,6, dimana variabel
penelitian ini. pengetahuan pendahulu memiliki nilai Cronbach
Tidak validnya beberapa pertanyaan yang diajukan Alpha sebesar 0,680, kepekaan memiliki nilai
dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh 0,867, dan kemampuan mengidentifikasi peluang
beberapa kesalahan mendasar yang dilakukan oleh usaha memiliki nilai 0,858.
peneliti, antara lain tidak melakukan pengecekan Analisis Data
silang dan berbalik terhadap hasil terjemahan dari Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini
pedoman kuesioner yang diambil. Hal ini dapat adalah analisis regresi. Dalam analisis ini, variabel
dimungkinkan menjadi salah satu sumber tidak pengetahuan pendahulu dan kepekaan dianggap
validnya beberapa pertanyaan yang diajukan oleh sebagai sebagai variabel independen dengan
peneliti. Selain itu, kenyamanan dalam mengisi penamaan Xi dan X2, sedangkan variabel
kuesioner menjadi hal yang cukup berperan karena kemampuan mengidentifikasi usaha merupakan
dalam proses pengambilan data ini, kondisi yang variabel dependen dengan penamaan Y1.
ditemui adalah setelah mahasiswa menyelesaikan

Tabel 4
Hasil Analisis Regresi
Hubungan Antar Variabel Beta t-value Tolerance VIF
Pengetahuan Pendahulu  0,117 2,076 0,917 1,090
Kemampuan Mengidentifikasi
Peluang Usaha
Kepekaan  Kemampuan 0,569 10,058 0,917 1,090
Mengidentifikasi Peluang Usaha
R 0,613
R2 0,375
Sig 0,000
Adjusted R2 0,370
keyakinan 95%. Hal ini dapat dibuktikan karena
Tabel model regresi diatas menunjukkan hasil nilai signifikansi (0,000) lebih kecil daripada nilai
analisis regresi variabel pengetahuan pendahulu dan alpha (0,005).
kepekaan terhadap variabel kemampuan Nilai t di dalam hasil analisis, baik dari nilai
mengidentifikasi peluang usaha. Mengacu pada variabel pengetahun pendahulu (2,076) dan variabel
nilai koefisien determinasi ganda (R2) sebesar kepekaan (10,058) menunjukkan bahwa hasil
0,375, hal ini menunjukkan bahwa variabel analisis dapat diterima karena area hasil lebih besar
kemampuan mengidentifikasi peluang usaha yang daripada nilai statistik, yaitu sebesar 1,96 (dengan
dapat dijelaskan oleh variabel pengetahuan tingkat signifikansi 95%). Hasil analisis regresi ini
pendahulu dan kepekaan hanya sebesar 37,5%, juga memberikan bukti bahwa variabel pengetahuan
sedangkan sisanya sebesar 62,5% dijelaskan oleh pendahulu berkontribusi sekitar 0,117 kali dan
variabel lain. variabel kepekaan berkontribusi sebesar 0,569 kali
Nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan terhadap kemampuan mengidentifikasi peluang
bahwa pengetahuan pendahulu dan atau kepekaan usaha.
secara bersama-sama mempengaruhi kemampuan
mengidentifikasi peluang usaha dengan tingkat
44
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pembahasan Salah satu hal yang menjadi limitasi dalam
penelitian ini adalah bahwa dalam kelompok
Penelitian ini dirancang untuk melihat kemampuan mahasiswa yang menjalankan Program Comdev,
mengidentifikasi peluang usaha oleh mahasiswa kelompok tersebut terdiri dari multi jurusan,
saat melaksanakan Program Comdev. Penelitian ini sehingga makna pembelajaran yang diterima oleh
bermanfaat untuk mengetahui faktor apa yang masing-masing jurusan terhadap konsep
paling mempengaruhi kemampuan mahasiswa kewirausahaan masih berbeda. Namun, dalam
tersebut ketika mengidentifikasi peluang usaha kenyataan lapangan, perbedaan disiplin ini juga
yang berada di wilayah pedesaan, dimana wilayah banyak memberi kontribusi dalam peneluran ide-ide
pedesaan merupakan wilayah asing bagi para kreatif mahasiswa untuk mengembangkan usaha
mahasiswa. Oleh karena itu, dalam hal upaya yang dirintis bersama mitra usaha.
pengembangan pendidikan kewirausahaan, maka
peneliti mengambil dua variabel, yaitu pengetahuan SIMPULAN
pendahulu dan kepekaan sebagai variabel yang
memiliki kemungkinan untuk berpengaruh terhadap Berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang telah
kemampuan mengidentifikasi peluang usaha dilakukan, maka beberapa hal yang dapat
mahasiswa. disimpulkan antara lain:
Hasil dari analisis ternyata menunjukkan bahwa 1. Pengetahuan pendahulu dan kepekaan
kedua variabel ini memiliki pengaruh terhadap memiliki pengaruh terhadap kemampuan
kemampuan mengidentifikasi peluang usaha oleh mahasiswa dalam mengidentifikasi peluang
mahasiswa, namun persentasenya belum mencapai usaha di Program Comdev.
50%, baru pada angka 37,5%. Hal ini tentunya 2. Kepekaan memiliki kontribusi lebih besar
mengindikasikan bahwa masih terdapat beberapa dalam mendukung kemampuan
variabel lain yang perlu diidentifikasi yang mengidentifikasi peluang usaha mahasiswa di
memiliki pengaruh terhadap kemampuan Program Comdev.
mengidentifikasi peluang usaha di desa oleh 3. Program Comdev perlu mempertimbangkan
mahasiswa. memberikan pembekalan yang lebih bersifat
Tidak hanya itu, jika berfokus kepada dua variabel pengetahuan umum kepada mahasiswa
ini saja, maka hal yang diluar dugaan peneliti sekaligus mewajibkan mahasiswa untuk rajin
adalah kontribusi yang cukup signifikan dari dan aktif membaca informasi yang tersedia di
variabel kepekaan dibandingkan dengan variabel berbagai media.
pengetahuan pendahulu. Secara sederhana, hal ini 4. Pihak pengelola program studi perlu
mengindikasikan bahwa pengalaman pembelajaran mempertimbangkan untuk mengidentifikasi
dalam sistem studi belum memberikan dampak kepekaan sebagai bagian dari tugas yang
signifikan terhadap kemampuan mengidentifikasi diberikan kepada mahasiswa diluar
peluang mahasiswa ketika terjun ke lapangan untuk pembelajaran interaktif di dalam kelas dengan
melakukan Program Comdev. tujuan memperkaya kemampuan identifikasi
peluang usaha bagi mahasiswa.

DAFTAR RUJUKAN Ardichvili, A., Cardozo, R., Ray, S. 2003. A theory


of entrepreneurial opportunity identification
Alvarez, S.A dan Barney, J.B. 2007. Discovery and and development. Journal of Business
Creation: Alternative Theories of Venturing. 18. 105-123
Entrepreneurial Action. Strategic
Entrepreneurship Journal. 1 (1-2). 11-26 Chang, W.L., Liu, W.G.H., dan Chiang, S.M. 2014.
A Study of the Relationship between
Entrepreneurship Courses and Opportunity

45
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Identification: An Empirical Survey. Asia Park, J.S. 2005. Opportunity recognition and
Pacific Management Review. 19 (1). 1-24. product innovation in entrepreneurial hi-tech
startups: A new perspective and supporting
Gaglio, C.M., Katz, J.A. 2001. The psychological case study. Technovation. 25(7). 739-752.
basis of opportunity identification:
Entrepreneurial alertness. Small Business Shane, S. 2000. Prior Knowledge and The
Economics. 16(2). 95-111. Discovery of Entrepreneurial Opportunities.
Organizations Science. 11 (4). 448-469.
Guo, C. dan Bielefeld, W. 2014. Social
Entrepreneurship : An Evidence-Based Shane, S. dan Venkataraman, S. 2000. The Promise
Approach to Creating Social Value. Edisi. of Entrepreneurship as a Field of Research.
Jossey-Bass Wiley Board. California-USA Academy of Management Review. 25. 217-
226.
Hsieh, Ru-Mei; Kelley, Donna J.; And Liu, Chang-
Yung. 2009. "The Roles Of Entrepreneurial Shepherd, D.A dan DeTienne, D.R. 2005. Prior
Alertness, Prior Knowledge And Social Knowledge, Potential Financial Reward, and
Networks In The Process Of Opportunity Opportunity Identification. Entrepreneurship
Recognition (Summary)," Frontiers Of Theory and Practice. 29 (1), 91-112.
Entrepreneurship Research: Vol. 29: Iss. 6,
Article 12. Short,J.C., Ketchen, D.J., Jr., Shook, C.L., dan
Ireland, R.D. 2010. The Concept of
Kirzner, I.M. 1979. Perception, opportunity and Opportunity in Entrepreneurship Research:
profit: Studies in the theory of Past Accomplishment and Future Challenges.
entrepreneurship. University of Chicago Journal of Management. 36 (1). 40-65.
Press, Chicago, IL.
Smith, B.R., Matthers, C.H., Schenkel, M.T. 2009.
Marvel, M.R., Lumpkin, G.T. 2007. Technology Differences in entreprenerial opportunities:
entrepreneur’s human capital and its effects The Role of Tacitness and Codification in
on innovation radicalness. Entrepreneurship Opportunity Identification. Journal of Small
Theory and Practice. 31(6). 807-828. Business Management. 47 (1). 38-57.

46
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Model Creative Intelligence Studi Kasus PMW SEC USU
Tahun 2014-2015
Syafrizal Helmi Situmorang
Doli Muhammad Jafar Dalimunthe
Alby Ridha Saputra
Universitas Sumatra Utara
Email : shelmi09@gmail.com, dolidalimunthe@yahoo.com, albyridha07@gmail.com.

Abstrak : Perkembangan dunia global saat ini menuntut sumber daya manusia harus memiliki kompetensi yang
baik untuk bersaing. Banyaknya pengangguran menjadi suatu masalah yang serius bagi negara, sehingga
perguruan tinggi harus memiliki sikap untuk menghadapi masalah tersebut dengan menciptakan SDM yang
mampu berkompetensi . Agar mampu berkompetensi dengan baik seseorang harus memiliki Creative Intelligence
agar mampu memaksimalkan potensi diri yang dimiliki. Creative intelligence merupakan kecerdasan yang
menjelaskan aspek-aspek kepribadian berdasarkan sifat keterbukaan, inovatif, imajinatif, revolusioner dan
berjiwa bebas. Penelitian ini dilakukan kepada member Program Mahasiswa Wirausaha SEC USU tahun 2014
dan 2015 yang berjumlah 104 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kreatifitas dan
inteligensi mahasiswa pemenang. Pengukuran menggunakan empat dimensi yaitu intuitif, inovatif, imajinatif, dan
inspiratif. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode Profil Potensi Kreatif yang
digunakan Alan J.Rowe. Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti menggunakan kuesioner. Hasil dari
penelitian ini adalah karakter yang paling banyak mendominasi peserta adalah karakter intuitif dan inovatif.

Kata Kunci : Creative Intelligence

Perekonomian memang memiliki peranan penting baru dalam perekonomian.. (2) Kedua, menyediakan
dalam pembangunan suatu Negara. Joseph lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja. Ketika
Schumpeter menekankan pentingnya peranan entrepreneur membuka usaha, berarti membuka
wirausahawan dalam kegiatan ekonomi suatu negara, langkah untuk mengurangi proporsi pengangguran
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. dan pelamar kerja. (3) Ketiga, meningkatkan output
semakin banyak jumlah entrepreneur dalam suatu perkapita nasional. Dengan kata
negara akan membawa banyak manfaat bagi negara lain Entrepreneur memiliki peran vital dalam
tersebut Entrepreneur adalah orang yang berani pembangunan ekonomi suatu negara karena
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam entrepreneur merupakan motor penggerak roda
berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil perekonomian. Penciptaan jiwa berwirausaha
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai tentunya harus didukung dengan kreatifitas dan
usaha. Peter F. Drucker mengatakan bahwa intelektual yang baik sehingga memiliki kompetensi
Entrepreneur merupakan kemampuan dalam yang baik untuk dapat bersaing dalam memenuhi
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. kebutuhan konsumen.
Entrepreneur akan membawa banyak manfaat
misalnya (1) Entrepreneur membuka jenis usaha

47
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 1
Data Angkatan Kerja, Bekerja, dan Pengangguran
Angkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka
Bekerja Pengangguran
Kerja - TPAK - TPT
Tahun
(Juta
(Juta Orang) (Juta Orang) (%) (%)
Orang)

Februari 116 107,41 8,59 67,83 7,41


2010
Agustus 116,53 108,21 8,32 67,72 7,14

Februari 119,4 111,28 8,12 69,96 6,8


2011
Agustus 117,37 109,67 7,7 68,34 6,56

Februari 120,41 112,8 7,61 69,66 6,32


2012
Agustus 118,05 110,81 7,24 67,88 6,14

Februari 121,19 114,02 7,17 69,21 5,92


2013
Agustus 118,19 110,8 7,39 66,9 6,25

Februari 125,32 118,17 7,15 69,17 5,76


2014
Agustus 121,87 114,63 7,24 66,6 5,94

Februari 128,3 120,85 7,45 69,5 5,81


2015
Agustus 122,38 114,82 7,56 65,75 6,18
Sumber: Badan Pusat Statistik, Data Diolah (2016)

Banyak pengangguran di Indonesia semangat berwirausaha menciptakan lapangan


memunculkan semangat meningkatkan program pekerjaan baru. Ini bertujuan agar mahasiswa tidak
berwirausaha yang dilakukan baik oleh pemerintah, memunculkan kembali paradigma ketika setelah
universitas, bahkan juga dikalangan organisasi menyelesaikan studi, mahasiswa hanya memikirkan
kemasyarakatan. Menghadapi kenyataan bagaimana bisa bekerja di perusahaan yang
permasalahan diatas, Perguruan Tinggi sebagai salah diinginkan, tetapi mahasiswa harus mampu
satu bagian dari sistem pendidikan menjadi salah satu membentuk lapangan kerja sendiri melalui wirausaha.
solusi dalam mencetak SDM berkualitas yang dapat Disisi lain pentingnya peranan perguruan tinggi dalam
berkompetensi. Hal ini sesuai dengan Tridharma menciptakan lulusan yang baik telah menjadikan
Perguruan Tinggi yang menjadi landasan visi misi kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib bagi setiap
setiap perguruan tinggi di Indonesia dalam fakultas untuk memunculkan semangat berwirausaha
menciptakan lulusan-lulusan yang bermutu dan di kalangan mahasiswa sehingga diharapkan mampu
berkompetensi. mengeluarkan ide-ide kreatif dalam diri mahasiswa.
Perguruan tinggi diharapkan mampu Munculnya semangat berwirausaha pada
membimbing mahasiswa untuk dapat melakukan mahasiswa sebaiknya juga didasarkan kepada karakter
eksplorasi pemikiran, menggagasnya, dan yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Hal ini
mengkomunikasikan atau memperdebatkannya secara bertujuan agar usaha yang dijalani sesuai dengan
terbuka sehingga mahasiswa dapat belajar untuk passion yang mereka miliki.
saling mengkritik dan menciptakan serta Universitas Sumatera Utara sebagai perguruan
mempertajam ide-ide kreatif dengan berbagai ruang tinggi yang memiliki tanggung jawab terhadap
pemaknaan. pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi memiliki unit
Berdasarkan dari eksplorasi yang dilakukan, yang mewujudkan lulusan untuk mampu berwirausaha
mahasiswa diharapkan juga mampu untuk yaitu Student Entrepreneurship Centre. SEC menjadi
memunculkan ide dalam berwirausaha sehingga angka sarana untuk mengimplementasikan antara teori
pengangguran dapat ditekan dengan memunculkan dibangku perkuliahan dengan praktek nyata di
48
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
masyarakat dengan menyiapkan program-program kemampuan memecahkan masalah dan mengatasi
dalam membentuk dan mengembangkan para masalah dalam diri manusia dan lingkungannya serta
wirausahaan mahasiswa dan diharapkan dapat mampu untuk menciptakan strategi atau menyusun
menjadi wirausahawan yang jujur, tangguh, perangkat yang efektif dan berguna demi meraih
berkeadilan dan peduli masalah sosial. tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan dari
Berdasarkan dari karakter tersebut, tulisan ini pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
akan membahas mengenai karakter yang dimiliki intelektual merupakan kemampuan mental seseorang
seseorang agar mampu bereksporasi berdasarkan dalam mengatasi dan memecahkan suatu masalah
karakter yang mereka miliki dan karakter ini akan dengan menggunakan keterampilan berfikir yang
dilihat berdasarkan creative intelligence yang ditulis efektif yang didapat dari pengalaman dan kemampuan
oleh Alan J Rowe. Creative intelligence akan melihat beradaptasi.
karakter mahasiswa berdasarkan empat karakter yaitu Buzan (2002) menyebutkan Kecerdasan kreatif
: Intuitive (fokus ke result berdasarkan fakta masa adalah kekemampuan untuk memunculkan ide-ide
lalu), Imaginative (fokus ke visualisasi peluang, baru, menyelesaikan masalah dengan cara yang khas
artistik dsb), Inspirational (fokus ke perubahan sosial), dan meningkatkan imajinasi, perilaku, dan
Innovative (fokus ke problem solving dengan dasar produktivitas. jadi asumsi yang mengatakan bahwa
sistematik dan data) kejeniusan akademik merupakan modal terpenting
Creative Intelligence dalam meraih kesuksesan tidaklah tepat. setiap orang
Persaingan saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata. punya sisi kreatif, setiap orang dapat menggali elemen
Manusia harus cerdas dalam menggunakan setiap penting ini dalam diri sekaligus membuktikan bahwa
potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Tapi kecerdasan dan kreativitas adalah dua sisi mata uang
permasalahannya terkadang banyak dari manusia saat yang tak dapat terpisahkan.
ini tidak bisa menggunakan potensi yang ada didalam Setiap orang bisa menjadi cerdas. Potensi ini
dirinya. Ini dikarenakan pengetahuan mereka yang sudah disiapkan sejak kecil dengan diaktifkannya
kurang akan dirinya sendiri, bahkan tidak mempunyai fungsi otak untuk mengembangkan berbagai
pengalaman untuk bisa dijadikan modal untuk bisa kecerdasan yang dapat digunakan dalam proses
menghadapi setiap tantangan yang ada saat ini dan di belajar. Kemampuan otak sangatlah luar biasa jika
masa depan. dimanfaatkan dengan maksimal. Bahkan, jika
Intelligence merupakan suatu hal yang seseorang dalam situasi yang sulit dengan tekanan
mendeskripsikan suatu perilaku manusia yang yang besar otak dapat mengeluarkan kekuatan yang
berkaitan dengan kemampuan intelektual. Hal ini besar. Setiap orang memiliki kesempatan untuk
berkaitan dengan apakah individu tersebut cerdas, menjadi pintar dan tidak ada yang bodoh. Tetapi yang
kurang cerdas, atau tidak cerdas sama sekali dalam jadi permasalahannya adalah bagaimana cara
memanfaatkan kesempatan secara cepat dan tepat seseorang untuk dapat memacu kinerja otak untuk
dalam menangani suatu masalah ataupun dalam dapat menjadi cerdas.
mengambil suatu keputusan. Manusia mempunyai dua bagian otak yang jika
Menurut Gardner (2013) pengertian intelligence digunakan secara maksimal akan menimbulkan
mencakup tiga faktor yaitu: kekuatan otak yang luar biasa. Bagian itu adalah otak
1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang kanan dan otak kiri. Otak kanan mengendalikan tubuh
terjadi dalam kehidupan manusia. bagian kiri sedangkan otak kiri mengendalikan tubuh
2. Kemampuan untuk mengembangkan suatu bagian kanan. Setiap bagian otak memiliki
masalah baru untuk diselesaikan. keunggulannya masing-masing. Otak kanan bekerja
3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang pada ritme yang lebih santai dengan penuh imajinasi
akan memunculkan penghargaan dalam budaya dan tidak terikat dengan logika ilmiah dan matematis.
seorang individu. Otak kanan lebih merangsang musik, irama, gambar,
Gardner juga mengungkapkan intelligence juga ritme dan lain hal yang memerlukan kreativitas.
merupakan kemampuan untuk memecahkan suatu Sedangkan pada otak kiri digunakan untuk berpikir
masalah dan menghasilkan produk dalam suatu setting hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Otak kiri
yang bermacam-macam dalam situasi yang nyata. akan merangsang kerja untuk angka, susunan, logika,
Menurut Rezi (2013), intelektual adalah suatu organisasi dan hal lain yang bersifat rasional yang
49
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
berhubungan dengan analitis. Keunggulan merupakan Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwasanya
suatu andalan untuk bersaing. Hal ini bukanlah karena kreatifitas dan inteligensi merupakan dua hal yang
kekuatan otot, tetapi kekuatan otaklah yang penting dalam membantu manusia untuk
menentukan. Seiring dengan perkembangan zaman, menyelesaikan masalah yang dikenal dengan
manusia harus selalu meningkatkan kemampuan otak kecerdasan kreatif (Creative Intelligence). kecerdasan
untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia agar kreatif menjelaskan aspek-aspek kepribadian yang
tantangan dan masalah dapat diselesaikan dan akan membawa seseorang pada hasil yang baik dan
dipecahkan dengan baik. akan membantu mengungkapkan bagaimana
Pada zaman ini, pengetahuan atau kecerdasan memandang dan memahami lingkungan sekitar.
bukanlah hal yang bisa selalu bertahan tanpa adanya Menurut Rowe (2004), orang yang memiliki
kreativitas. Disaat pengetahuan tersendat, maka kecerdasan kreatif memiliki sifat terbuka, inovatif,
kreativitaslah yang akan bekerja (Sugiarto,2011). inventif, tak terbatas, berani, spontan, fantastis
Kreatif akan membawa keseimbangan , kedalaman, imajinatif, tak terduga, revolusioner dan berjiwa
dan kepekaan dalam pencarian intelektual. kreativitas bebas.
berkaitan dengan tiga hal yaitu kemampuan untuk Menurut Rowe (2004) creative intelligence
mengkombinasikan, memecahkan masalah, dan dapat diklasifikasikan berdasarkan empat dimensi
cerminan kemampuan operasional. Artinya, otak1. Intuitif
kanan dan otak kiri haruslah berjalan seimbang, Dimensi ini menggambarkan tipe-tipe individu yang
dengan kata lain manusia harus secara kreatif banyak akal dan merupakan tipikal manager, aktor,
menggunakan otak kiri dalam menyelesaikan masalah dan politikus. Dimensi ini menekankan pada
Kreatifitas berasal dari bahasa latin yaitu creare memanfaatkan dan mengandalkan pengalaman
yang berarti membuat sesuatu dari yang tidak ada masalah di masa lalu untuk dijadikan pedoman dalam
menjadi ada. Kreatifitas merupakan pengembangan menyelesaikan masalah, mencapai hasil dan bekerja
dan kemajuan pikiran yang menumpahkan cara keras.
berpikir yang tidak konfensional sehingga2. Inovatif
menciptakan lompatan besar dalam pengetahuan dan Dimensi ini menggambarkan individu yang selalu
aplikasinya. Menurut Sayogya (2008), kreatifitas ingin tahu dan merupakan tipikal ilmuan, penemu, dan
merupakan pengembangan, pertumbuhan manusia, insinyur. Dimensi ini menekan pada daya cipta,
pemahaman diri dan perubahan atau rehabilitasi pola eksperimen dan sistematika informasi yang
pikir seseorang untuk membuat sesuatu yang baru dan berkonsentrasi kepada masalah dan data serta
unik yang bermula dari imajinasi dan didasarkan pada mengatasi kompleksitas dengan mudah.
kualitas yang muncul sebagai spontanitas, ekspresi3. Imajinatif
dan intuisi. Dimensi ini menggambarkan individu yang penuh
Menurut Sugiarto (2011), kreatifitas merupakan: pemahaman. dimensi ini merupakan tipikal seniman,
1. Kemampuan melihat masalah ketika orang lain musikus, penulis, dan pemimpin. Dimensi ini mampu
tidak melihat. mendeteksi peluang potensial yang dapat
2. Kemampuan melihat suatu masalah dengan sudut dimanfaatkan dengan baik.
pandang yang berbeda 4. Inspirasional
3. Kemampuan berkreasi untuk membuat hal lama Dimensi ini menggambarkan individu yang
menjadi hal baru. pengkhayal dan merupakan tipikal pendidik,
4. Penggabungan antara otak kiri dan otak kanan pemimpin, dan penulis. Dimensi ini mampu melihat
5. Suatu hal yang bisa dikembangkan dengan dari sudut pandang yang positif dan berorientasi pada
latihan aksi yang dibutuhkan masyarakat dan rela berkorban
6. Suatu hal yang tidak terikat dengan aturan-aturan
logika seperti halnya anak kecil berpikir.

50
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 2
Potensi Kreatif

Pertimbangkan Peluang-peluang Inovatif Imajinatif


masa depan
(ingin Tahu) (penuh Pemahaman)
Kognitif Menggunakan pendekatan yang Besedia menghadapi resiko
berdaya cipta Memiliki daya imajinasi
Mau bereksperimen Pemikiran yang independen
Berdasarkan penelitian yang
sistematis.
Kompleksitas Intuitif Inspirasional
Fokus pada kebutuhan saat ini Mencapai tujuan Besedia menghadapi resiko
Mengunakan akal sehat Memiliki daya imajenasi
Menyelesaikan masalah Pemikir yang Independen
Langsung Luas
Perspektif Nilai
( Apa yang diyakini benar atau salah, baik atau buruk )
kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, dan
Pada Table 2 seseorang focus pada peluang-peluang kebutuhan dasar kita, jika dikombinasikan dengan apa
dimasa depan. Di kiri bawah, penekanan ada pada yang dianggap bernilai, dibutuhkan, atau
kebutuhan saat ini. kategori ini sangat luas dan menyenangkan, akan menggambarkan keempat tipe
dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana kecerdasan kreatif dasar.
pikiran kita merespon peluang-peluang kreatif. Pada Menurut Cambell (dalam Rowe, 2004) ciri-ciri
bagian bawah table menunjukkan bagaimana kreativitas ada tiga kategori
seseorang menafsirkan gagasan-gagasan, bagaimana 1. Ciri-ciri pokok: melahirkan ide, gagasan, ilham,
menilai atau perasaan terhadap gagasan tersebut dan pemecahan masalah, cara baru, penemuan.
apa yang dirasakan sangat penting. Ini dideskripsikan 2. Ciri-ciri yang memungkinkan : mampu
sebagai nilai langsung yang berlawanan dengan nilai- mempertahankan ide kreatif
nilai yang lebih luas. Suatu faktor dominan yang 3. Ciri-ciri sampingan : tidak langsung
melebihi kognisi dan nilai adalah kekuatan pendorong berhubungan penciptaan dan menjaga agar ide
dari kepribadian. Hal ini merupakan faktor kunci yang kreatif tetap hidup tetapi akan mempengaruhi
mendasari kreatifitas. Dorongan, orang-orang kreatif.

Tabel 3
Model Ciri Kreativitas
Ciri-Ciri Pokok Ciri-ciri yang Memungkinkan Ciri-Ciri Sampingan
1. Berpikir dari segala arah. 1. Kemampuan untuk bekerja 1. Tidak ambil pusing terhadap
2. Berpikir ke segala arah. keras. apa yang dipikirkan orang
3. Fleksibilitas konseptual 2. Berpikir mandiri. lain.
(kemampuan secara spontan 3. Pantang menyerah. 2. Kekacauan psikologis.
mengganti cara memandang, 4. Mampu berkomunikasi
pendekatan, kerja yang tak dengan baik.
jalan). 5. Lebih tertarik pada konsep
4. Orisinalitas (kemampuan dari pada detail.
memberikan ide asli dan 6. Keinginan tahu intelektual.
mengejutkan). 7. Kaya humor dan fantasi.
5. Lebih menyukai kompleksitas. 8. Tidak segera menolak ide
6. Latar belakang yang atau gagasan.
merangsang (dapat menjadi 9. Arah hidup yang mantap
contoh).
7. Multiple skils.
Sumber : Rowe (2004)

51
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Kecerdasan kreatif selalu memberikan dorongan diperoleh secara langsung berdasarkan apa yang ada
dalam diri seseorang untuk mempengaruhi dalam diri responden tersebut. Data sekunder
kemampuan dalam mencapai hasil yang diinginkan. merupakan data yang berisikan informasi dan teori-
Nilai dari kecerdasan kreatif adalah bahwasanya itu teori yang digunakan untuk mendukung penelitian
akan bisa membantu seseorang dalam mengatasi yang dilakukan. Data ini didapat dari buku, majalah,
perubahan dunia tempat orang tersebut hidup. Proses journal, hasil lapangan, dan internet. Teknik
kreatif akan bergantung pada pengetahuan dan pengumpulan data yang akan dilakukan adalah
pengalaman yang akan membawa pada pengetahuan dengan kuesioner yaitu menilai karakter berdasarkan
baru. Meski demikian, pengetahuan hanyalah sebuah inovasi, intuisi, inspirasi, dan imajinasi mahasiswa.
sarana untuk mencapai tujuan akhir. Tetapi ada Kuesioner yang diberikan memiliki 25
saatnya pengetahuan akan menjadi pembatas dalam pertanyaan dengan setiap pertanyaan memiliki 4
menemukan suatu hal yang baru sehingga tidak jawaban yang masing-masing jawabannya mewakili
memungkinkan kebebasan untuk melampaui suatu hal setiap karakter dari creative intelligence. Dari
yang telah diketahui. Kecerdasan kreatif jawaban yang dimiliki setiap pertanyaan, responden
mendeskripsikan bagaimana pikiran seseorang diminta untuk memberikan rangking dari setiap
menggunakan kode-kode mental yang tidak dapat jawaban tersebut yang dimulai dari nilai 1 sebagai
dikontrol. Dalam artian setiap orang memiliki caranya jawaban yang jauh dari karakter yang responden
masing-masing dalam meilihat dan memahami suatu miliki sampai dengan nilai 4 sebagai jawaban yang
hal yang sama. yang sangat dekat dengan karakter responden. Pada
akhirnya semua nilai dari setiap karakter ditambahkan
Profil Potensi Kreatif sehingga dapat diketahui karakter yang memiliki nilai
Kreatifitas tidak dapat dilihat dan diamati sebelum yang tertinggi merupakan karakter dominan yang
adanya hasil yang dapat menyimpulkan apakah dimiliki responden. Dalam penelitian ini tidak
seseorang kreatif atau tidak. Namun ada satu cara menutup kemungkinan seorang responden memiliki 1
yang dapat membuktikan apakah seseorang bisa sampai 3 karakter yang dominan dalam dirinya.
dikatakan kreatif atau tidak sebelum adanya hasil Penelitian ini dilakukan kepada pemenang Program
dengan menggunakan model instrumen profil potensi Mahasiswa Wirausaha Student Entrepreneurship
kreatif. Model ini dapat membantu menilai kreatifitas Center Universitas Sumatera Utara tahun 2014 dan
seseorang. Namun mengetahui potensi saja tidaklah 2015 yang berjumlah 103 orang.
cukup untuk menilai kreatifitas. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang
Untuk meyakinkan penilaian kreatifitas itu akurat telah dilakukan pada mahasiswa peserta Program
desainnya dibuat berdasarkan pendekatan yang sama Mahasiswa Wirausaha SEC USU (2010) angkatan
dengan instrumen yang dibuat oleh Alan J. Rowe atau pertama dengan jumlah responden sebanyak 61 orang.
dari penelitian pendahulu. Instrumen ini disebut Hasil dari penelitian tersebut adalah peserta yang
dengan Decision Style Inventory yang digunakan memiliki karakter inovatif berjumlah 28 orang
untuk menilai kepribadian seseorang dan memprediksi (45,90%), peserta yang memiliki karakter intuitif
jenis pekerjaan yang cocok untuk orang tersebut. berjumlah 8 orang (13,11%), peserta yang memiliki
Menurut Rowe (2004), tes ini memiliki validitas karakter imajinatif berjumlah 11 orang (18,03%), dan
prediksi sebesar 95%. Model ini instrumen tes yang peserta yang memiliki karakter inspiratif berjumlah 12
digunakan untuk mengidentifikasi keempat tipe dasar orang (19,67%). Penelitian ini juga pernah juga
creative intelligence. Model ini dapat mengukur dilakukan kepada mahasiswa di Fakultas Ekonomi
kreatifitas lebih realitas dibanding menilai apakah USU (2014) yang berjumlah 100 orang responden
seseorang tersebut kreatif atau tidak. dengan tujuan untuk memberikan masukan kepada
mahasiswa tingkat akhir dalam memilih pekerjaan
METODE yang sesuai dengan karakter mereka. Hasil dari
penelitian tersebut adalah, mahasiswa yang memiliki
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah karakter inovatif berjumlah 64 orang, mahasiswa yang
penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan memiliki karakter intuitif berjumlah 17 orang,
dalam penelitian ini adalah data primer dan data mahasiswa yang memiliki karakter imajinatif
sekunder. Data primer merupakan data yang berjumlah 10 orang, dan mahasiswa yang memiliki
54
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
karakter inspiratif berjumlah 15 orang. Berdasarkan peserta dari Fakultas Matematika dan Ilmu
tabel 4 dapat dilihat, yang menjadi responden pada Pengetahuan Alam berjumlah 4 orang, peserta dari
penilitian ini adalah mahasiswa peserta Program Fakultas Hukum berjumlah 2 orang, peserta dari
Mahasiswa Wirausaha yang dilakukan oleh SEC USU Fakultas Kedokteran berjumlah 1 orang, peserta dari
yang berjumlah 104 orang. Berdasarkan fakultas, Fakultas Keperawatan berjumlah 1 orang, peserta dari
peserta dari Fakultas Ilmu Komputer berjumlah 16 Fakultas Pertanian berjumlah 25 orang, dan peserta
orang, peserta dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dari Fakultas Teknik berjumlah 2 orang. Sedangkan
berjumlah 39 orang, peserta dari Fakultas Ilmu berdasarkan jenis kelamin, peserta yang berjenis
Budaya berjumlah 3 orang, peserta dari Fakultas Ilmu kelamin laki-laki berjumlah 46 orang dan yang
Sosial dan Politik berjumlah 8 orang, peserta dari berjenins kelamin perempuan berjumlah 58 orang.
Fakultas Kesehatan Masyarakat berjumlah 3 orang,

Tabel 4
Data Karakteristik Responden
Count
Jenis_Kelamin
Laki-Laki Perempuan Total
Fakultas Fakultas Ilmu Komputer 11 5 16
Fakultas Ekonomi dan Bisnis 15 24 39
Fakultas Ilmu Budaya 1 2 3
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik 0 8 8
Fakultas Kesehatan Masyarakat 1 2 3
Fakultas Matematika dan Ilmu 1 3 4
Pengetahuan Alam
Fakultas Hukum 2 0 2
Fakultas Kedokteran 0 1 1
Fakultas Keperawatan 0 1 1
Fakultas Pertanian 14 11 25
Fakultas Teknik 1 1 2
Total 46 58 104

55
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 1 Hasil Pengukuran Creative Intelligence

HASIL & PEMBAHASAN mengasahnya, padahal perkembangan usia yang


makin matang akan sejalan dengan perkembangan
Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat hasil dari cognitive abilities sebagai bahan baku dan potensi
pengujian dengan metode Profil Potensi Kreatif yang berkembangnya creative intelligence.
dikembangkan oleh Alan J Rowe yang dilakukan Inovatif
kepada peserta Program Mahasiswa Wirausaha dapat Rowe (2004) mengatakan inovatif merupakan
disimpulkan peserta yang memiliki karakter inovatif karakter yang menekankan pada daya cipta,
ada sebanyak 36 orang. Peserta yang memiliki eksperimen, dan sistemtika informasi yang dapat
karakter intuitif ada sebanyak 45 orang, peserta yang mengatasi kompleksitas dengan mudah. Schumpeter
memiliki karakter imajinatif berjumlah 14 orang, dan seorang pakar strategi melihat entrepreneur adalah
peserta yang memiliki karakter yang intuitif sebuah proses “destruktif yang kreatif”, dimana
berjumlah 9 orang. Pada penelitian ini ada beberapa produk-produk atau metode produksi yang Fungsi
peserta yang memiliki karakter yang ganda, yaitu spesifik dari entreprenur adalah inovasi. Inovasi
peserta yang memiliki karakter inovatif dan imajinati berarti penciptaan nilai sebagai sumber keunggulan
ada sebanyak 2 orang, peserta yang memiliki karakter kompetitif. sudah ada dihancurkan dan diganti dengan
inovatif dan intuitif ada sebanyak 2 orang, peserta yang baru. Oleh karena itu entrepreneuship berkaitan
yang memiliki karakter imajinatif dan inspirational dengan penemuan, pendayagunaan peluang-peluang
ada sebanyak 3 orang yang memiliki karakter yang menguntungkan. Inovasi berarti penciptaan nilai
inspirational dan intuitif ada sebanyak 1 orang. sebagai sumber keunggulan kompetitif. Tanpa inovasi
Penelitian lain menunjukkan bahwa pada cara/metode baru tidak akan pernah ditemukan.
dasarnya setiap orang memiliki kemampuan kreatif Melalui inovasi, para entrepreneur akan terus
lebih dari satu, tapi mungkin sulit menemukan dan melakukan ekspansi memperluas daerah pemasaran,
56
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
menambah jumlah pelanggan meningkatkan penjualan secara sistematis. Hal ini dapat disimpulkan kalau
dan laba (Situmorang , 2015), intuisi sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang
Hampir setiap seorang pebisnis selalu kreatif, karena terkadang ide-ide kreatif datang tanpa
berhadapan dengan sesuatu yang baru. Dalam dunia disadari oleh orang-orang kreatif. Ketika seseorang
bisnis hal seperti ini membuat para pebisnis harus harus mengambil keputusan dengan cepat, dalam
berhadapan dengan ketidakpastian, ketidakberaturan, beberapa situasi intuisi sangat dibutuhkan dan
tekanan dari pasar sampai kompetensi yang semakin membantu memeras pikiran tak sadar yang
ketat. Inovasi juga merupakan kemampuan untuk memproses kekuatan otak. Jadi, pengambilan
menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan keputusan yang intuitif adalah pengambilan keputusan
persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan yang mengakses pengetahuan dimasa lalu untuk masa
dan memperkaya kehidupan. Kreativitas yang dimiliki depan. Karakter intuitif pada peserta dapat dilihat dari
seseorang dapat menimbulkan penemuan-penemuan bisnis yang di lakukan seperti bisnis kuliner dimana
baru (Invention) yang belum ada sebelumnya. Dari kuliner biasanya melihat dari apa yang sudah
sebuah penemuan baru kemudian berkembang dilakukan dimasa lalu untuk dijadikan sesuatu yang
kembali menjadi penemuan baru yang lainnya. Hal ini baru saat ini.
didorong oleh inovasi-inovasi baru yang dilakukan Imajinatif
oleh seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan pada Menurut Rowe (2004) imajinatif merupakan
masanya. Jadi, suatu kreativitas dapat mendorong karakter yang mampu mengidentifikasi peluang
suatu inovasi baru. Dilihat dari gambar 1, karakter potensial dan bersedia mengambil resiko dengan
inovartif adalah salah satu karakter yang mendominasi melanggar tradisi dengan membuka pikiran untuk
dari peserta PMW SEC USU. Bisnis – bisnis yang mendapatkan gagasan yang baru. Albert Einsten
inovatif dari peserta seperti Buquet Hijab, Tas Kecil mengatakan “Imagination is more important than
Hand Made, Garuda Creative, Facebag, Dreishop. knowledge. For knowlwdge is limited to all we now
Intuitif know and understand, while imagination embraces
Menurut Rowe (2004) intuitif merupakan the entire world, and all there ever will be to know
karakter yang menekankan pada pencapaian, kerja and understand”. Imajinasi adalah proses kognitif
keras, dan kemempuan dalam menyelesaikan masalah yang merupakan kompleks kegiatan mental dimana
dengan mengandalkan masa lalu sebagai pedoman unsur-unsur dalam kegiatan mental tersebut lepas
penyelesaian masalah di masa depan. Menurut dari sensasi indrawi. Imajinasi melibatkan sintetis
Rimbowati (2010) intuisi dapat diartikan sebagai yang memadukan aspek-aspek dari ingatan, kenangan
pengamatan, pengenalan atau pemahaman secara atau pengalaman menjadi sebuah konstruksi mental
langsung tanpa langkah-langkah pertimbangan mental yang berbeda dari masa lalu atau menjadi realitas baru
secara sadar sampai pada suatu kesimpulan tidak dimasa sekarang, atau bahkan antisipasi realitas di
berdasarkan analisa dan penalaran. Intuisi merupakan masa yang akan datang. Imajinasi umumnya dianggap
kemampuan untuk memahami sesuatu tanpa melalui sebagai salah satu dari "fungsi mental yang lebih
penalaran rasional dan intelektualitas. Artinya intuisi tinggi," yang sering disebut juga dengan fantasi,
bekerja tanpa diketahui bagaimana dan mengapa angan, atau bentuk pemecahan masalah secara orisinal
solusi bisa datang. Contohnya jika seseorang yang berbeda dari biasanya. Orang yang sering
memikirkan sebuah objek, tiba-tiba muncul sebuah menggunakan imajinasinya dalam berkreatifitas
ide, inilah yang disebut dengan intuisi. Tentunya adalah orang yang mampu mengambil resiko dengan
Intuisi semakin tajam jika mampu meningkatkan menyebrangi batas kebiasaan untuk menemukan
pengembangan diri berdasarkan pengetahuan dan terobosan-terobosan baru.
pengalaman-pengalaman yang akan digunakan untuk Imajinasi sangat dibutuhkan dalam setiap
masa depan. Tetapi intuisi tidak akan tajam jika aktifitas manusia yang sering dihubungkan dengan
seseorang menyibukkan diri dengan rutinitas yang kegiatan seni dan bidang penelitian ilmiah baik dalam
sama setiap harinya, ini disebabkan karena orang bidang teknik atau social. Imajinasi membantu
tersebut selalu mengikuti prosedur yang sudah ada. menemukan solusi-solusi kreatif selain menggunakan
orang-orang kreatif percaya pada perasaan- logika, dengan kata lain imajinasi membantu
perasaannya, pikiran-pikiran pra sadar disamping menemukan ide-ide yang baru tanpa logika atau non
pikiran sadar, sengaja, selangkah demi selangkah konvensional sehingga memunculkan solusi kreatif.
57
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Suatu imajinasi menghasilkan entitas baru yang tersebut. Orang yang inspiratif pada dasarnya adalah
tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Salah satu cara orang yang melakukan perubahan social dan rela
yang mengarah pada solusi kreatif adalah dengan cara berkorban. Menjadi insparatif merupakan bagian dari
berfikir metaforis , yakni menghubungkan berbagai orang yang pantang menyerah dan selalu berusaha
elemen imajinatif dan situasi dengan cara yang tidak keras demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
terduga dan tidak logik, yang mengarah kepada Dimensi ini bergantung pada insting dan perasaan dan
pemahaman baru terhadap suatu fenomena. Imajinasi selalu memikirkan lingkungan disekitarnya. Peserta
juga memiliki sifat yang dinamis. yang melakukan bisnis sesuai dengan karakter
Pada dasarnya imajinasi terbagi menjadi dua inspiratif seperti obat diabetes “Kolagit” dimana obat
bagian yaitu imajinasi reproduksi dan imajinasi yang melawan penyakit dengan sumber penyakit itu
kreatif. Imajinasi reproduksi terdiri dari reproduksi sendiri, dan bisnis lainnya adalah “Evindo”,
benda, peristiwa dan situasi yang pernah terlihat menciptakan alat penghemat BBM dan ramah
sebelumnya yang sangat berhubungan dengan memori lingkungan.
dan daya ingat. Dengan kata lain imajinasi ini
berfungsi untuk merangsang indra terhadap SIMPULAN
pengalaman masa lalu. Imajinasi kreatif terhubung
dengan tranformasi, cara baru, kreatifitas orisinal yang Mayoritas responden penelitian berdasarkan profile
secara social diakui menghasilkan entitas yang creative inteligence berada pada profil intuitif dimana
berharga yang sering terkait kedalam bidang ilmiah tipe creatif intuitif menekankan pada pencapaian,
dan seni serta bidang-bidang kegiatan kreatif kerja keras, dan kemempuan menyelesaikan masalah.
individual. Tipe ini berfokus pada hasil menggunakan akal sehat
Dalam dunia bisnis orang yang imajinatif mampu dan mengandalkan pengalaman masa lalu. Hal ini
mengembangkan pikiran-pikirannya untuk melihat terlihat dari bisnis yang dipilih dan dikembangkan
peluang bisnis yang dapat diraihnya. Orang yang oleh peserta PMW SEC USU masih fokus pada
imajinatif melihat sudut pandang bisnis dari hal yang kebutuhan saat ini. Kedepannya SEC diharapkan
berbeda dari biasanya, dengan kata lain orang-orang untuk terus melatih dan mengembangkan serta
yang imajinatif dapat melihat suatu kesempatan yang memberikan ide-ide kreatif kepada peserta PMW SEC
orang lain tidak dapat melihatnya. Itu sebabnya orang USU agar lebih fokus pada pengembangan bisnis
yang imajinatif mampu untuk mengambil resiko dan yang sifatnya inovatif, imajinatif dan insipiratif. Fokus
berfikir out of the box. Dalam suatu masyarakat ada utama yang akan dikembangkan adalah inovatif.
individu-individu yang memiliki keahlian khusus, Dimana bisnis yang dikembangkan lebih
tetapi keahlian khusus tanpa penggunaan yang kreatif mempertimbangkan peluang-peluang masa depan dan
tidak akan berharga. Dilihat dari bisnis yang menggunakan pada pendekatan yang berdaya cipta
dilakukan oleh peserta yang termasuk dalam karakter sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing peserta.
imajinasi adalah peserta yang memiliki bisnis berupa Hal ini sesuai dengan visi Student Entrepreneurship
kreatif desain, seperti sablon, dan fotografi. Center (SEC) USU bertekad menjadi pusat
Menurut Rowe (2004) inspiratif berfokus pada pengembangan kewirausahaan mahasiswa yang
upaya memperkenalkan perubahan social dan bersedia unggul di Indonesia, serta tagline SEC USU “from lab
menyerahkan diri sendiri demi tercapainya tujuan to the market”.

58
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN
Sayoga, Tut. 2011. Sukses Berbasis Talenta Alami.
Buzan, Tony 2002, The Power Of Creative Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Intelligence, Perfect Bound Harpercollins
Publisher, New York. --------------. 2008. Creative Mind. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.
Dahlan, Dedy. 2011. Passion! Ubah Hoby jadi Duit.
Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. Soripada, R. A. 2013. Kecerdasan Menjual. Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo.
Gardner, Howard. 2013. Mutiple Intelligence
Memaksimalkan Potensi dan Kecerdasan Sugiarto, Iwan. 2011. Mengoptimalkan Daya Kerja
Individu dari Masa Kanak-Kanak hingga Otak dengan Berpikir Holistik dan Kreatif.
Dewasa. Jakarta: Daras Books. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rowe, A.J. 2004. Creative Intelligence: Situmorang, Syafrizal Helmi, 2015, Bisnis : Konsep
Membangkitkan Inovasi Dalam Diri dan dan Kasus, USU Pers, Medan.
Organisasi Anda. Bandung: Kaifa.

59
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
“Entrepreneurship Award” Sebagai Strategi Perguruan Tinggi
Dalam Meningkatkan Minat Wirausaha Mahasiswa

Tatas Ridho Nugroho


Roni Wiranata
Program Studi Pendidikan Ekonomi – STKIP PGRI LUMAJANG
Email: tatasridho14@gmail.com; roniwiranata@yahoo.com

Abstrak: Peran entrepreneur dalam menentukan kemajuan suatu negara telah dibuktikan oleh
beberapa negara maju seperti Amerika, Jepang, plus tetangga terdekat kita yaitu singapura dan
malaysia. Di amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12 persen penduduknya menjadi entrepreneur,
dalam setiap 11 detik lahir entrepreneur baru dan data menunjukkan 1 dari 12 orang Amerika terlibat
langsung dalam kegiatan entrepreneur. Itulah yang menjadikan amerika sebagai negara adi kuasa
dan super power. Berkaca pada kesuksesan negara maju seperti amerika dan eropa yang hampir
seluruh perguruan tingginya menyisipkan materi entrepreneurship dihampir setiap mata kuliahnya,
negara-negara di asia seperti jepang, singapura dan malaysia juga menerapkan materi
materi entrepreneurship minimal di dua semester. Itulah yang menjadikan negara-negara tetangga kita
tersebut menjadi negara maju dan melakukan lompatan panjang dalam meningkatkan pembangunan
negaranya. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyebutkan jumlah
wirausahawan Indonesia hanya 1,9 persen dari 250 juta penduduk. Fenomena di negara Indonesia
Orang lebih bangga bekerja di swasta dari pada menjadi pegawai negeri. Orang lebih suka pensiun
dini dari pada menunggu sampai tua renta. Orang lebih bangga menjadi pengusaha daripada menjadi
orang pekerja kantoran atau buruh pabrikan. Fenomena itu semua sekarang mulai terjadi di sebagian
warga negara berkembang. Di negara kita menjadi wirausaha (pengusaha) menjadi suatu alternatif
yang mulai dilirik oleh sebagian sarjana lulusan perguruan tinggi. Di Indonesia, usaha-usaha untuk
menanamkan jiwa dan semangat kewirausahaan diperguruan tinggi terus digalakan dan ditingkatkan,
tentunya dengan berbagai metode dan strategi yang membuat mahasiswa tertarik untuk berwirausaha.
Salah satu strateginya adalah “Entreprenuership Award” Salah satu pemicu meningkatnya semangat
kewirusahaan dari mahasiswa adalah dilaksanakannya secara rutin perlombaan/kejuaraan
kewirausahaan. Perlombaan kewirausahaan mahasiswa dengan memberikan award bagi mahasiswa
juga dapat menjadi salah satu langkah perguruan tinggi dalam meningkatkan minat wirausaha
mahasiswa. Perlombaan ini dapat berupa bussiness plan atau entrepreneurship expo.

Kata Kunci: Entrepreneurship Award, Strategi Perguruan Tinggi dan Minat Wirausaha.

Entrepreneur (Wirausaha) diartikan sebagai kekayaan melalui inovasi, pusat pertumbuhan


seorang inovator dan penggerak pembangunan. pekerjaan dan ekonomi, dan pembagian kekayaan
Bahkan, seorang wirausaha merupakan katalis yang bergantung pada kerja keras dan
yang agresif untuk mempercepat pertumbuhan pengambilan resiko (Bygrave, 2004). Ini berarti
ekonomi. Wirausaha adalah individu yang bahwa kewirausahaan (entrepeneurship) sangat
memiliki pengendalian tertentu terhadap alat-alat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
produksi dan menghasilkan lebih banyak Pemberian bekal kemampuan berwirausaha
daripada yang dapat dikonsumsinya atau dijual kepada anak didik menjadi kewajiban bagi
atau ditukarkan agar memperoleh pendapatan institusi/lembaga penyelenggara pendidikan di
(McClelland, 1961). Wirausaha adalah pencipta tingkat SMK dan perguruan tinggi. Pendidikan
60
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kewirausahaan juga mulai menjadi mata kuliah power. Selanjutnya Jepang lebih dari 10 persen
wajib bagi mahasiswa. Pembekalan penduduknya sebagai wirausaha dan lebih dari
kewirausahaan diharapkan dapat menjadikan 240 perusahaan jepang skala kecil, menengah dan
peserta didik siap bekerja, baik mengisi lowongan besar bercokol dibumi kita ini. Padahal jepang
pekerjaan yang ada maupun bekerja mandiri mempunyai luas wilayah yang sangat kecil dan
(wiraswasta). Dengan demikian permasalahan sumber daya alam yang kurang mendukung
sosial ekonomi (kemiskinan, pengangguran, akses (kurang subur) namun dengan semangat dan
pekerjaan/pendidikan yang terbatas, dll) dapat jiwa entrepreneurshipnya menjadikan jepang
direduksi. Menimbang pentingnya sebagai negara terkaya di Asia.
kewirausahaan, beberapa organisasi skala Mengintip sedikit jumlah pengusaha tetangga
nasional bahkan internasional memberikan terdekat yang satu rumpun dengan kita yaitu
penghargaan kepada pelaku wirausaha yang singapura dan malaysia, fakta menyebutkan lebih
berhasil, sebagai contoh ITB Entrepreneur dari 7.2 persen pengusaha singapura dan lebih
Award, Program Wirausaha Mandiri, terpilihnya dari 3 persen pengusaha malaysia yang
Mohammad Yunus, pionir sistem kredit mikro menjadikan pertumbuhan berbagai bidang
yang ditujukan kepada para wanita pengusaha terutama pertumbuhan ekonomi semakin jauh
skala mikro, sebagai penerima hadiah Nobel meninggalkan kita. Tahukah rekan-rekan ? kita
perdamaian tahun 2006 lalu, Ashoka Fellows, dan hanya memiliki 0.18 persen pengusaha alias
masih banyak lagi. kurang dari 1 persen dari jumlah penduduk saat
Di sisi lain ternyata tantangan yang dihadapi ini. Padahal untuk membangun ekonomi bangsa,
lembaga penyelenggara pendidikan dalam menjadi bangsa yang maju, menurut sosiolog
pengembangan kewirausahaan tidak sedikit yaitu David McCleiland, sedikitnya dibutuhkan
antara lain: 1) Pembelajaran masih kurang minimal 2 persen wirausaha dari populasi
mendukung dalam pencetak wirausahawan baru, penduduknya, atau dibutuhkan sekitar 4,8 juta
2) pembelajaran kewirausahaan masih wirausaha di Indonesia saat ini. Begitupun
konvensional, 3) Banyak lembaga pendidikan menurut Ciputra setidaknya dibutuhkan minimal
yang sama sekali belum memiliki wadah 2 persen pengusaha untuk menjadikan bangsa ini
pengembangan kewirausahaan, 4) Keberadaan bangkit dari keterpurukan.
wadah pelatihan kewirausahaan belum optimal Bank Indonesia (BI) menilai bahwa
memberikan bekal kemampuan berwirausaha perkembangan wirausaha di Indonesia masih
kepada para siswa/mahasiswa dan lulusannya, 5) terbilang minim. Hal ini tercermin dari populasi
Belum ada model yang baku yang dapat wirausaha baru mencapai angka 1,65 persen dari
diterapkan di seluruh lembaga pendidikan yang jumlah penduduk Indonesia. “Perkembangan
kondisinya sangat variatif dan heterogen. wirausaha Indonesia masih terbatas. Hal ini
Peran entrepreneur dalam menentukan tercermin dari tiga hal. Pertama, Populasi
kemajuan suatu bangsa/negara telah dibuktikan wirausaha baru mencapai angka 1,65 persen dari
oleh beberapa negara maju seperti amerika, jumlah penduduk, jauh tertinggal dibandingkan
jepang, plus tetangga terdekat kita yaitu dengan negara tetangga seperti Malaysia,
singapura dan malaysia. Di amerika sampai saat Thailand, dan Singapura yang sudah mencapai di
ini sudah lebih dari 12 persen penduduknya atas 4 persen," ungkap Deputi Gubernur Bank
menjadi entrepreneur, dalam setiap 11 detik Indonesia, Halim Alamsyah saat membuka acara
lahir entrepreneurbaru dan Data menunjukkan 1 Entrepreneurship Strategic Policy Forum dengan
dari 12 orang Amerika terlibat langsung dalam tema “Policy Recommendation on
kegiatan entrepreneur. Itulah yang menjadikan Entrepreneurship Ecosystem Development in
amerika sebagai negara adi kuasa dan super Indonesia”, Jumat (21/11/2014).
61
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Penting sepertinya kita mencontoh salah satu dalam meningkatkan minat wirausaha
perguruan tinggi di amerika yaitu MIT mahasiswa. Upaya tersebut memerlukan langkah
(Massachusette Institute Technology) dimana yang sistematis dan dukungan berbagai pihak.
dalam kurun waktu tahun 1980-1996 ditengah Dengan adanya Enterprenuership Award ini,
pengangguran terdidik yang semakin meluas dan institusi/lembaga pendidikan mampu melahirkan
kondisi ekonomi, sosial politik yang kurang lulusan yang memiliki perilaku wirausaha dan
stabil, MIT merubah arah kebijakan perguruan minat wirausaha yang tinggi.
tingginya darihigh Learning Institute and
Research University menjadi Entrepreneurial Perkembangan Kewirausahaan
University. Meskipun banyak pro kontra terhadap Kewirausahaan di Amerika mengalami
kebijakan tersebut namun selama kurun waktu perkembangan pesat, terutama dikarenakan
diatas (16 tahun) MIT mampu membuktikan sistem perekonomian negara yang tersebut yang
lahirnya 4 ribu perusahaan dari tangan alumni- mendukung tumbuhnya lapisan ini. Di negara
alumninya dengan menyedot 1.1 juta tenaga kerja maju ada fenomena bahwa orang sekolah di
dan omset sebesar 232 miliar dolar pertahun. swasta lebih bergengsi dari pada sekolah di
Sungguh prestasi yang amat sangat spektakuler negeri. Orang lebih bangga bekerja di swasta dari
sehingga merubah kondisi amerika menjadi pada menjadi pegawai negeri. Orang lebih suka
negara super power. Kebijakan inilah yang pensiun dini dari pada menunggu sampai tua
selanjutnya ditiru dan diikuti oleh banyak renta. Orang lebih bangga menjadi pengusaha
perguruan tinggi sukses didunia ini. daripada menjadi orang pekerja kantoran atau
Pengetahuan kewirausahaan mendukung buruh pabrikan. Fenomena itu semua sekarang
nilai-nilai wirausaha terutama bagi mahasiswa, mulai terjadi di sebagian warga negara
sehingga diharapkan menumbuhkan jiwa usaha berkembang. Menjadi wirausaha (pengusaha)
untuk berwira-usaha. Sikap, motivasi dan minat menjadi suatu alternatif yang mulai dilirik oleh
mahasiswa sangat dibutuhkan bagi mahasiswa sebagian sarjana lulusan perguruan tinggi.
yang berwirausaha agar mampu mengidentifikasi Mereka dengan sadarnya sejak lulus tidak mau
peluang usaha, kemudian mendayagunakan menjadi pegawai pada level apapun, Bayangkan
peluang usaha untuk menciptakan peluang kerja andai saja sebagian kita punya tekat yang seperti
baru. Minat mahasiswa dan pengetahuan mereka itu mungkin negri ini tidak akan tergantung
tentang kewirausahaan diharapkan akan hidupnya dari hutang luar negri. Cukup 2 % saja
membentuk kecenderungan mereka untuk rakyat ini menjadi pengusaha maka Negeri ini
membuka usaha baru di masa mendatang. menjadi negri yang merdeka dalam arti yang
Berdasarkan beberapa permasalahan sesungguhnya. Tetapi pada kenyataannya
kewirausahaan tersebut di atas, maka sebagai sebagian besar orang yang mau menjadi
langkah awal perlu dikaji bagaimana wirausaha diawali dari suatu keterpaksaan
menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan terlebih dahulu. Terpaksa memulai suatu usaha
mengembangkan jiwa kewirausahaan tersebut, karena semua lamaran pekerjaan ditolak dimana-
menimbang upaya dan strategi menumbuhkan mana, ada juga yg memang mempunyai skill
dan mengembangkan jiwa kewirausahaan dengan untuk menjadi pengusaha muda.
menerapkan Enterprenuership Award Bedasarkan TEMPO.CO, Jakarta
dilaksanakannya secara rutin Kementerian Perekonomian mendorong agar
perlombaan/kejuaraan kewirausahaan. pelajar dan mahasiswa menjadi bibit wirausaha.
Perlombaan kewirausahaan mahasiswa dengan Sebab, para generasi muda ini memiliki nilai dan
memberikan award bagi mahasiswa juga dapat posisi yang strategis untuk membangun
menjadi salah satu langkah perguruan tinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
62
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
“Pengembangan kewirausahaan di generasi pendidikan kewirausahaan,hanya sekolah
muda merupakan keharusan untuk membuat yang mempunyai basis dibidang ekonomi
Indonesia lebih maju dan mandiri,” kata yang memberikannya, Sehingga hal ini
Deputi Menteri Perekonomian bidang menyebabkan orang yang berada di luar
Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawadi, bidang pendidikan ekonomi kurang
seusai membuka Kompetisi Ekonomi di bahkan tidak mengetahui sama sekali.
kantor Kementerian Perekonomian, Senin, 18 2. Pola pikir dan budaya masyarakat yang
Februari 2013. Edy menyebutkan, syarat dari mayoritas cenderung ingin menjadi
negara maju salah satunya adalah memiliki pegawai atau karyawan. Terutama
jumlah wirausaha minimal 2 persen dari total menjadi seorang pegawai negeri. Sebab
populasi. “Saat ini, jumlah wirausaha dengan menjadi seorang pegawai negeri
Indonesia masih kurang dari 2 persen atau seseorang akan lebih terpandang dan lebih
sebanyak 700 ribu orang, masih dibutuhkan dihormati dalam lingkungan sosialnya.
sedikitnya 4 juta wirausaha baru,” ujarnya. Memang dengan hanya menjadi karyawan
Dibandingkan dengan negara-negara lain, ataupun pegawai negeri akan terbebas dari
perkembangan kewirausahaan di Indonesia masih resiko dan beban pikiran usaha. Akan
sangat kurang. Sebagai pembanding, tetapi bila menjadi seorang karyawan
kewirausahaan di Amerika Serikat tercatat akan mengalami masalah besar saat
mencapai 11 persen dari total penduduknya, perusahaan tempatnya bekerja kolaps dan
Singapura sebanyak 7 persen, dan Malaysia ancaman PHK di depan mata. Sedangkan
sebanyak 5 persen. “Jadi, pengembangan SDM dengan menjadi pegawai negeri akan
dengan kompetisi semacam ini dari para generasi terbebas dari maslah di atas sebab selama
muda tepat dan relevan untuk membibitkan para negara ini masih berdiri, pegawai negeri
pelajar agar menjadi wirausaha dan menciptakan akan selalu dipakai. Mereka hanya akan
lapangan kerja,” ujarnya. terdepak dari pekerjaannya bila
Pemerintah melihat upaya-upaya melakukan pelanggaran aturan yang berat.
pengembangan SDM ini mampu menekan jumlah Hal inilah yang mendorong ramainya
pengangguran dan kemiskinan. Bibit-bibit pelamar saat seleksi CPNS digelar.
wirausaha ini mendorong terciptanya sumber- 3. Mental yang rendah dalam memulai dan
sumber pekerjaan baru. “Target tahun ini, menanggung resiko usaha. Mayoritas
pengangguran terbuka berkurang menjadi 5 akan berkelit dengan beribu alasan bila
hingga 6 persen dari total penduduk Indonesia,” didorong untuk berwirausaha. Mulai dari
ujar Edy. Tiap tahun masih kita temui alasan tidak memiliki modal sampai
berbondong-bondong anteri puluhan meter alasan tidak memiliki bakat dan jiwa
dipintu loket dibursa kerja. Seandainya setiap seorang wirausaha. Mental jenis inilah
pemuda yang baru saja menamatkat yang memblock keinginan untuk
pendidikannya memiliki jiwa wirausaha yang berwirausaha. Maka tak heran meskipun
tinggi maka pastilah Negara ini semakin berdaya banyak orang yang berminat untuk
saing dengan Negara lain terutama dalam sector memulai berwirausaha akan tetapi niatnya
ekonomi . hanya sebatas dalam pikiran saja dan
Banyak faktor yang menyebabkan jiwa mandeg pada perwujudan menjadi
kewirausahaan di Indonesia rendah diantaranya kenyataan
sebagai berikut 4. Faktor birokrasi yang rumit dalam
1. Pola pendidikan diindonesia yang kurang mengurus segala surat-surat penting,
memberikan porsi yang cukup akan perijinan, dan pajak sehingga menjadikan
63
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
keengganan dalam memulai sebuah usaha ungkit yang terus mengangkat kemajuan
mandiri. Seorang pengusaha harus bolak- kewirausahaan di Indonesia. (AA).
balik kesana kemari .
Sedikit paparan di atas mungkin bisa Usaha-Usaha Perguruan Tinggi Untuk
menggambarkan faktor-faktor mengapa mental Menanamkan Jiwa dan Semangat
berwirausaha di negara kita masih lemah. Kewirausahaan
Membudidayakan perilaku berwirausaha mulai Dalam rangka mendorong tumbuhnya jiwa
sejak dini mulai dari anak-anak yang di bangku kewirausahaan bagi para mahasiswa dan
sekolah. Jadi di bangku pendidikan inilah mulai menciptakan lulusan yang mampu menjadi
ditanamkan mental-mental seorang pencipta lapangan kerja (job creator), maka perlu
wirausahawan. Bagaimana seorang wirausaha diadakan pembinaan bagi mahasiswa agar
bersikap, menyelesaikan masalah, kepemimpinan, mampu melaksanakan wirausaha (entrepreneur).
dan soft skill lain yang berkaitan. Misalnya mahasiswa diarahkan berbagai program
Kewirausahaan makin marak terutama dalam rangka menumbuhkan aktivitas wirausaha
karena banyak wirausaha-wirausaha sukses ikut dalam lingkungan mahasiswa, seperti Kuliah
berusaha untuk berpartisipasi dalam bentuk Kewirausahaan (KWU), Magang Kewirausahaan
pendidikan maupun mentoring langsung ke calon (MKU), Kuliah Kerja Usaha (KKU), dan
wirausaha. Bisa diperhatikan kiprah dari Ciputra, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang
Bob Sadino, Sandiaga Uno, dan lainnya yang akan menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa
memang sudah terkenal dalam keberhasilannya kelak lulus nanti dalam Rosmiati ( jurnal ISSN
membangun bisnis. 1411-1438. Vol 17, N0 1)
Kemajuan Internet dan terbentuknya Tugas perguruan tinggi yang terumus dalam
komunitas-komunitas wirausaha juga turut “Tridarma” perguruan tinggi, yaitu pendidikan,
memberikan dampak pada perkembangan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
kewirausahaan di Indonesia. Komunitas seperti merupakan jalur paling strategik dalam
Tangan di Atas (TDA), Indonesia Young pembinaan dan pengembangan nilai-nilai
Entrepreneur (IYE), atau komunitas yang kewirausahaan yang dapat menjangkau seluruh
terbentuk dari Forum Internet seperti Kaskus lapisan masyarakat. Melalui jalur pendidikan
Entrepreneur Corner (EC) serta komunitas sasaran utamanya adalah menanamkan nilai-nilai
wirausaha dengan industri spesifik misalkan kepribadian dan wawasan kewirausahaan kepada
Forum Web Anak Bandung (FOWAB) yang peserta didik melalui proses pembelajaran. Jalur
merupakan wadah kumpul-kumpul pelaku IT. penelitian merupakan jalur pengembangan
Peran media dan lembaga-lembaga terkait inovasi kewirausahaan yang bermanfaat dalam
pun tak kalah penting. Kerjasama media dalam peningkatan kualitas dan perluasan wilayah
kegiatan-kegiatan penghargaan, ekspo, pameran jangkauan kewirausahaan. Inovasi dalam
bagi wirausaha membuat topik ini menjadi selalu kewirausahaan merupakan jiwa dari keberhasilan
hangat sepanjang tahun. Perusahaan Konsultan berwirausaha, karena inovasi merupakan proses
Manajemen sekelas Earns & Young (EY) nilai tambah dari waktu ke waktu sehingga
misalnya setiap tahun selalu memberikan memungkinkan suatu usaha akan selalu tampil
penghargaan EY Entrepreneurs of The Year berbeda baik dalam bentuk maupun kualitas
kepada wirausaha yang dinilai berhasil dalam dengan usaha lainnya. Pengabdian kepada
bidangnya. Ditambah lagi dengan beragam masyarakat sebagai jalur pembinaan dan
penghargaan lain yang diberikan baik oleh pengembangan kewirausahaan berimplikasi pada
pemerintah secara langsung memberikan daya partisipasi langsung pihak perguruan tinggi
melalui berbagai bentuk program pembinaan dan
64
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pengembangan kewirausahaan yang menyentuh kemungkinan setelah lulus akan melanjutkan
langsung kebutuhan masyarakat. usaha yang sudah dirintisnya. Sehingga semakin
Perguruan tinggi bertanggung jawab dalam berkurangnya jumlah pengangguran di negara
mendidik dan memberikan kemampuan dalam kita, akan tetapi sebaliknya semakin
melihat peluang bisnis serta mengelola bisnis bertambahnya jumlah lapangan pekerjaan yang
tersebut sertacmemberikan motivasi untuk dibuka. Selain motivasi mahasiswa juga perlu
mempunyai keberanian menghadapi resiko bisnis. dibekali keterampilan agar mampu bersaing
Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi para sehingga mampu bertahan dan tidak mudah putus
sarjananya menjadi young entrepreneurs asa apabila terjadi kegagalan.
merupakan bagian dari salah satu faktor Berkaca dari kesuksesan negara maju, seperti
pendorong pertumbuhan kewirausahaan. Amerika Serikat dan Eropa, yang hampir seluruh
Peranan perguruan tinggi dalam perguruan tingginya menyisipkan materi
menyediakan suatu wadah yang memberikan entrepreneurship di setiap mata kuliahnya,
kesempatan memulai usaha sejak masa kuliah negara-negara di Asia, seperti Jepang, Singapura,
sangatlah penting, bisa pada saat masa kuliah dan Malaysia juga menerapkan materi-materi
berjalan, akan tetapi yang lebih penting adalah entrepreneurship minimal di dua semester. Itulah
bagaimana peranan perguruang tinggi dalam hal yang menjadikan negara-negara tetangga kita
memotivasi mahasiswanya untuk tergabung tersebut menjadi negara maju dan melakukan
dalam wadah tersebut. Karena tanpa memberikan lompatan panjang dalam meningkatkan
gambaran secara jelas apa saja manfaat pembangunan negaranya (Darwanto, 2012).
berwirausaha, maka besar kemungkinan para Di Indonesia, usaha-usaha untuk
mahasiswa tidak ada yang termotivasi untuk menanamkan jiwa dan semangat kewirausahaan
memperdalam keterampilan berbisnisnya. di perguruan tinggi terus digalakkan dan
Oleh karena itu, pihak perguruan tinggi juga ditingkatkan, tentunya dengan berbagai metode
perlu mengetahui faktor yang paling dominan dan strategi yang membuat mahasiswa tertarik
memotivasi mahasiswa dalam berwirausaha. untuk berwirausaha. Menurut Heri Kuswara
Hasil penelitian mengatakan bahwa ada 3 faktor (2012), sedikitnya ada enam usaha atau cara
paling dominan dalam memotivasi sarjana dalam meningkatkan gema kewirausahaan bagi
menjadi wirausahawan yaitu faktor kesempatan, mahasiswa, antara lain: (1) Pendirian Pusat
faktor kebebasan, faktor kepuasan hidup. Ketiga Kewirausahaan Kampus; (2) Entrepreneurship
faktor itulah yang membuat mereka menjadi Priority; (3) Pengembangan Program Mahasiswa
wirausahawan. Wirausaha; (4) Program Wirausaha Mandiri
Proses penyampaian ini harus sering untuk Mahasiswa; (5) Program Peningkatan
dilakukan sehingga mahasiswa semakin Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas bagi
termotivasi untuk memulai berwirausaha. Sebab Mahasiswa; serta (6) Program Pemberian Modal
banyak mahasiswa merasa takut menghadapi Usaha untuk Mahasiswa.
resiko bisnis yang mungkin muncul yang Selanjutnya David McClelland (1998:25- 28)
membuat mereka membatalkan rencana bisnis menyatakan bahwa ada tiga sifat baku yang ada
sejak dini. Motivasi yang semakin besar, ada dalam setiap diri manusia, yaitu: need of power,
pada mahasiswa menyebabkan wadah yang need of affi liation, dan need of achievement.
disiapkan oleh pihak perguruan tinggi tidak sia- Ketiga sifat baku tersebut merefl eksikan
sia, melainkan akan melahirkan wirausahawan karakteristik kewirausahaan, sebagai berikut: (1)
muda yang handal. Adanya keinginan untuk berprestasi; (2) Adanya
Dengan semakin banyaknya mahasiswa keinginan untuk bertanggung jawab; (3)
memulai usaha sejak masa kuliah, maka besar Mempunyai preferensi kepada resiko-resiko
65
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
menengah; (4) Mempunyai persepsi pada pengembangan kewirausahaan yang menyentuh
kemungkinan berhasil; (5) Memperhitungkan langsung kebutuhan masyarakat.
umpan balik dan apa yang mereka kerjakan; (6) Menurut B. Hopson & M. Scaly (1990:56-
Mempunyai aktivitas enerjik; (7) Berorientasi 61) dalam Endang Komara (2014) , ada empat
masa depan; (8) Mempunyai keterampilan dalam macam keterampilan pemberdayaan diri sebagai
pengorganisasian; serta (9) Sikap keterampilan hidup (life skills), yaitu:
menomorduakan uang. 1. keterampilan untuk hidup dan
Salah satu sasarannya adalah memajukan berkembang secara umum.
kewirausahaan. Sebagai implementasi dari ketiga 2. keterampilan membangun relasi Aku-
lembaga tersebut, secara fungsional mempunyai Engkau.
peranan yang bersifat komplementer dalam 3. keterampilan membangun relasi Aku-
pembinaan dan pengembangan kewirausahaan Orang Lain.
masyarakat kampus; dalam hal ini peranan 4. keterampilan membangun relasi dalam
Perguruan Tinggi dalam memotivasi lulusan situasi tertentu
sarjananya menjadi seorang wirausahawan muda Strategi yang dapat diimplementasikan oleh
sangat penting dalam menumbuhkan jumlah Perguruan Tinggi dalam menumbuhkan geliat
wirausahawan. Dengan meningkatnya entrepreneurship adalah sebagai berikut:
wirausahawan dari kalangan sarjana akan 1. Menyusun Kurikulum.
mengurangi pertambahan jumlah pengangguran, 2. Peningkatan SDM (Sumber Daya
bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Manusia) Dosen.
Tugas Perguruan Tinggi yang termaktub 3. Membentuk Entrepreneurship Center.
dalam “Tridharma’’ Perguruan Tinggi, yaitu 4. Kerjasama dengan Dunia Usaha.
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada 5. Membentuk Unit Usaha untuk
masyarakat, merupakan jalur paling strategik Mahasiswa.
dalam pembinaan dan pengembangan nilai-nilai 6. Kerjasama dengan Institusi Keuangan.
kewirausahaan yang dapat menjangkau seluruh 7. Entrepreneurship Award.
lapisan masyarakat. Melalui jalur pendidikan,
sasaran utamanya adalah menanamkan nilainilai Implementasi Business Plan dalam
kepribadian dan wawasan kewirausahaan kepada Membentuk Unit Usaha Mahasiswa
para mahasiswa melalui proses pembelajaran. Business Plan merupakan konsep dasar yang
Jalur penelitian merupakan jalur pengembangan tertulis dalam menyatakan keyakinan akan
inovasi kewirausahaan yang bermanfaat dalam kemampuan sebuah bisnis untuk memanfaatkan
peningkatan kualitas dan perluasan wilayah peluang-peluang usaha (business opportunities)
jangkauan kewirausahaan. Inovasi dalam yang terdapat di lingkungan sekitar atau global
kewirausahaan merupakan jiwa dari keberhasilan serta mampu bersaing (competitive) menjual
berwirausaha, karena inovasi merupakan proses barang atau jasa dengan menghasilkan profit yang
nilai tambah dari waktu ke waktu, sehingga memuaskan dan menarik bagi konsumen.
memungkinkan suatu usaha akan selalu tampil Untuk mewujudkan ide usaha menjadi
berbeda, baik dalam bentuk maupun kualitas kenyataan maka ide usaha yang muncul di benak
dengan usaha lainnya. Pengabdian kepada pengusaha harus dirumuskan menjadi konsep
masyarakat, sebagai jalur pembinaan dan usaha. Ada beberapa indicator yang perlu
pengembangan kewirausahaan, berimplikasi pada diperhatikan dalam merencanakan bisnis:
partisipasi langsung pihak Perguruan Tinggi 1. Konsep Usaha
melalui berbagai bentuk program pembinaan dan  penjabaran ide usaha ke dalam
dimensi-dimensi bisnis yang relevan.
66
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
2. Kelayakan Produk  Design organisasi
 Kebutuhan dan keinginan konsumen  Kebutuhan staf
 Ramah lingkungan 7. Finansial
3. Pasar  Kebutuhan modal dan sumber
 Potensi pasar dan market share. pendanaan
 Produk, Harga, distribusi, dan promosi  Proyeksi arus kas, laba rugi
 Segmenting, Targeting, Positioning  Analisis kelayakan berdasarkan kriteria
(STP) Dalam studi kelayakan usaha analisis lebih
4. Strategi Penjualan diarahkan pada melihat layak tidaknya usaha .
 Pemilihan lokasi (plant location) Dalam menyusun business plan pimpinan puncak
 Rencana Tata letak perusahaan sebagai ahli strategi akan meletakkan
5. Operasi produksi usaha baru yang akan dijalankan tersebut di
 Pasokan bahan dalam susunan portofolio usaha yang disesuaikan
 Proses produksi dengan visi,misi dan tujuan yang ingin
 Mesin dan peralatan dicapai.perusahaan dalam jangka panjang.
 Kebutuhan tenaga skill /unskill
6. Management

Gambar 1 : rencana bisnis menuju penghargaan


Sumber : Ilustrasi Penulis dari berbagai sumber

67
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
STRATEGI dan UPAYA PT MISI
INPUT

Menyusun Kurikulum. entrepreneurial campus

Peningkatan SDM Dosen


SMK

Entrepreneurship Center.
SMU
Membentuk
Membentuk Unit Usaha

Kerjasama dengan Institusi

Entrepreneurship Award. entrepreneurship expo

OUTPUT entrepreneur muda sukses

Sumber : Ilustrasi Penulis dari berbagai sumber

Gambar 1. Skema perjalanan terlahirnya entrepreneur muda

Strategi bisnis yang diarahkan untuk meraih dan dicirikan oleh kualitas yang tinggi, pelayanan
mempertahankan pasar pada segmen sempit dari yang prima, maupun rancangan produk yang
seluruh pasar potensial yang ada. Strategi bisnis inovatif, Fokus, strategi bisnis yang diarahkan
yang diarahkan secara agresif untuk meraih pasar dalam segmen pasar yang sempit yang dijalankan
seluas-luasnya melalui inovasi produkproduk melalui fokus dalam kepemimpinan biaya atau
baru., Strategi bisnis yang dijalankan melalui fokus dalam diferensiasi.
imitasi, yaitu meniru apa yang dilakukan
prospektor. Strategi bisnis seperti ini bertujuan “Enterpreunership Award” untuk
meraih keuntungan dengan meminimalkan resiko, Meninggkatkan Minat Wirausaha Mahasiswa
Kepemimpinan dalam biaya, strategi bisnis yang Salah satu tantangan yang dihadapi dunia
diarahkan untuk meraih pasar seluas-luasnya pendidikan di Indonesia pada masa yang akan
melalui harga produk yang semurah-murahnya, datang adalah banyaknya lulusan perguruan
Diferensiasi, strategi bisnis yang diarahkan untuk tinggi (PT) yang tidak mampu menerapkan
meraih pasar seluas-luasnya melalui keunikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
produk yang dihasilkan. Keunikan tersebut bisa Sementara dengan adanya globalisasi, tenaga
68
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kerja asing akan segera masuk ke Indonesia. muda, yang pada akhirnya mampu menjadi
Untuk itu, bangsa Indonesia harus mampu bangsa mandiri, yang tidak banyak tergantung
bersaing. Bangsa Indonesia harus mempersiapkan pada negara asing.
dunia pendidikan yang mampu mempersiapkan Adapu indikator yang perlu diperhatikan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam mentargetkan entrepreneurship award di
yang memiliki kemandirian, kemampuan kerja, lingkup mahasiswa dan global:
mampu beradaptasi, berkompetisi, memiliki a. Quality of product
kecakapan hidup (life skill) dan mampu membuka b. Social Network
usaha/lapangan kerja sendiri. Permasalahan yang c. Selling well/in good demand
dihadapi adalah bagaimana mempersiapkan agar d. Advertising
dunia pendidikan mampu menghasilkan lulusan
yang mampu beradaptasi, berkompetisi, dan Dari skema perjalanan terlahirnya
memiliki kecakapan hidup (life skill) sehingga entrepreneur muda dan sukses mahasiswa dari
mampu membuka usaha sendiri dan mampu input berbagai lembaga pendidikan SMU
menghadapi kompetisi global. Untuk menghadapi sederajat. Strategi yang paling dihandalkan dalam
kompetisi global, pendidikan harus melakukan skema ini lebih menekankan dalam
pembenahan agar mampu mengikuti kemajuan entrepreneurship award yang lebih mudah dalam
dan perkembangan transformasi yang semakin membentuk dan menumbuhkan semangat
canggih. Dengan demikian upaya pembenahan kewirausahaan dalam jiwa mahasiswa agar bisa
dalam bidang pendidikan perlu dilakukan. terlahir entrepreneur muda dan sukses.
Pembenahan atau perubahan ini dimulai dengan Dari sedikit usulan yang cukup sederhana
inovasi dunia pendidikan, yaitu pendidikan dan gagasan yang mungkin tidak baru ini, jika
kewirausahaan. Untuk meningkatkan semangat diimplementasikan oleh perguruan tinggi dengan
dan jiwa kewirausahaan perlu penanaman dan serius dan sungguh-sungguh maka tidak mustahil
pengembangan di dunia pendidikan agar akan banyak lahir entrepreneur-
perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi entrepreneur sukses negeri ini yang mampu
lulusan pencipta lapangan pekerjaan. meningkatkan ekonomi kerakyatan dan
Salah satu pemicu meningkatnya semangat pergerakan pasar lokal sehingga tercipta peluang
kewirausahaan dari mahasiswa adalah pekerjaan bagi generasi bangsa ini yang pada
dilaksanakannya secara rutin perlombaan/ akhirnya mampu menjadi bangsa mandiri yang
kejuaraan kewirausahaan. Perlombaan tidak banyak tergantung pada negara asing.
kewirausahaan mahasiswa, dengan memberikan Untuk meningkatkan minat wirausaha muda
award bagi mahasiswa, juga dapat menjadi salah dari kalangan mahasiswa dengan mengadakan
satu langkah Perguruan Tinggi dalam entrepreneur expo dan memberikan penghargaan
meningkatkan minat wirausaha mahasiswa. bagi mahasiswa yang mampu bersaing di dunia
Perlombaan ini dapat berupa bussines plan atau usaha. Selain itu perlu mengadakan berbagai
entrepreneurship expo. kompetisi-kompetisi dibidang kewirausahaan
Beberapa strategi Perguruan Tinggi dalam untuk meningkatkan semangat bagi calon
mewujudkan entrepreneurial kampus di atas, entrepreneur-entrepreneur muda. Hal itu sangat
apabila diimplementasikan dengan serius dan perlu dilakukan bagi lembaga pendidikan demi
sungguh-sungguh, maka akan banyak lahir terciptanya lulusan yang bisa bersaing dan dalam
entrepreneur-entrepreneur sukses di negara jangka panjang mampu menumbuhkan
Indonesia ini, yang mampu meningkatkan perekonomian negara Indonesia kedepan.
ekonomi kerakyatan dan pergerakan pasar lokal,
sehingga tercipta peluang pekerjaan bagi generasi
69
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
SIMPULAN Untuk melahirkan entrepreneur-entrepreneur
muda sukses tersebut diperlukan kesungguhan
Perguruan Tinggi, sebagai salah satu mediator dan keseriusan dari Perguruan Tinggi dalam
dan fasilitator terdepan dalam membangun mengemban misi entrepreneurial campus.
generasi muda bangsa, mempunyai kewajiban Program-program kewirausahaan perlu
dalam mengajarkan, mendidik, melatih, dan dijalankan oleh berbagai Perguruan Tinggi,
memotivasi mahasiswanya sehingga lahir khususnya di Indonesia, dan patut kiranya
generasi cerdas yang mandiri, kreatif, inovatif, dijadikan sebagai teladan dalam memulai
dan mampu menciptakan berbagai peluang memfokuskan Perguruan Tinggi dalam
pekerjaan (usaha). Untuk itu, sebuah keharusan melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda
bagi setiap Perguruan Tinggi untuk segera sukses. Pembinaan dan pengembangan sikap
mengubah arah kebijakannya dari High Learning mental kewirausahaan di lingkungan masyarakat
University and Research University menjadi kampus dapat melalui program pengembangan
Entrepreneurial University atau kewirausahaan untuk menumbuh-kembangkan
menyeimbangkan kedua arah kebijakan tersebut jiwa kewirausahaan pada para mahasiswa dan
sehingga arah kebijakan keduanya tercapai, baik juga staf pengajar, yang diharapkan menjadi
yang bersifat High Learning University and wahana pengintegrasian secara sinergi antara
Research University maupun yang bersifat penguasaan sains dan teknologi dengan jiwa
Entreprineurial University. Dengan paradigm kewirausahaan. Selain itu, diharapkan pula hasil-
change tersebut, pada akhirnya, akan melahirkan hasil penelitian dan pengembangan tidak hanya
entrepreneur-entrepreneur muda sukses, bernilai akademis saja, namun mempunyai nilai
layaknya “pahlawan-pahlawan muda” yang tambah bagi kemandirian perekonomian bangsa.
mampu membangkitkan bangsa Indonesia ini dari
berbagai keterpurukan.

DAFTAR RUJUKAN Kuswara, Heri. 2012. Strategi Perguruan Tinggi


Mewujudkan Entrepreneurial Campus.
Darwanto. (2012). “Peran Entrepreneurship http://www.dikti.go.id/strategi-
dalam Mendorong Pertumbuhan perguruan-tinggi-mewujudkan-
Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan entrepreneurial-campus/ ( di akses 22
Masyarakat”. Pebruari 2016).

Hopson, B. & M. Scaly. (1990). Life-Skills McClelland, David. (1998). The Achievement
Teaching. New York: McGraw-Hill. Motive. New York, McGraw-Hill
Publishing House.
Komara, Endang. 2014. Strategi Perguruan
Tinggi dalam Mewujudkan Nirmala. 2013. Perkembangan Kewirausahaan
Entrepreneurial Campus. Minda Masagi Di Indonesia Dengan Negara Lain.
Press Bandung, UNSUR Cianjur, and https://nirmalla.wordpress.com/2013/10/
UPI Bandung, Indonesia. ISSN 2088- 07/perkembangan-kewirausahaan-di-
1290 and website: www.atikan- indonesia-dengan-negara-lain/ ( di akses
jurnal.com 22 Pebruari 2016)

70
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pratama. 2013. Jumlah Wirausahawan Hanya 1,9
Persen di Indonesia. Suryana, 2003. Kewirausahaan: Pedoman
http://www.tribunnews.com. ( di akses Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses.
22 Pebruari 2016) Jakarta : Saleba IV.

Rosmiati, dkk. 2015. Sikap, Motivasi, Dan Minat Wahyono, Budi. 2013. Niat Berwirausaha.
Berwirausaha Mahasiswa. Akuntansi http://www.pkwu.web.id. Dan
Politeknik Negeri Kupang : Penfui – http://www.pendidikanekonomi.com/201
Kupang, Nusa Tenggara Timur. ISSN 3/08/negara-maju-vs-negara-
1411-1438 print / ISSN 2338-8234 berkembang.html ( di akses 22 Pebruari
online 2016).
Setyorini. M.Si., Ak, Dhyah. Peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia melalui Yuliana, Lia. (2012). “Peranan Perguruan Tinggi
Pengembangan Model Pembelajaran dalam Mengembangkan Sikap Mental
Kewirausahaan. Jurnal pdf online. Kewirausahaan Mahasiswa”. Tersedia
[online] juga di: www.uny.ac.id ( di
Siswoyo, H. Bambang Banu. 2009. akses 22 Pebruari 2016).
Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di https://suzieitaco.wordpress.com/2013/09/17/pera
Kalangan Dosen dan Mahasiswa. n-wirausaha-dalam-suatu-negara/ ( di
Fakultas Ekonomi: Uni1versitas Negeri akses 22 Pebruari 2016).
Malang. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun
14 Nomor 2. ISSN: 0853-7283.
http://www.tempo.co/read/news/2013/02/18/0904
62035/Minim-Jiwa-Kewirausahaan-di-
Indonesia. ( di akses 22 Pebruari 2016).

71
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Analisis Manfaat Mentoring Pada Start Up Business
(Studi Pada Proyek Bisnis Mahasiswa Universitas Ciputra)

Uki Yonda Asepta


Krismi Budi Sienatra
Universitas Ciputra
Email : uki.yonda@ciputra.ac.id, krismi.budi@ciputra.ac.id

Abstrak : Ketidak sesuaian pencari kerja dengan lowongan pekerjaan yang tersedia
mengakibatkan banyaknya angkatan kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Salah satu
alternatif mengatasi peningkatan angkatan kerja adalah bagaimana dapat menciptakan
lapangan kerja baru dengan menumbuhkan jiwa entrepreneurship. Sebagai negara
berkembang pelaku bisnis di Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan usaha mikro.
Universitas Ciputra sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi mengedepankan
pendidikan entrepreneurship. Program pendidikan entrepreneurship mewajibkan
mahasiswanya untuk menjalankan proyek bisnis yang mereka buat dalam tahapan-
tahapan pencapaian tertentu pada setiap semesternya. Mentoring kewirausahaan
dilakukan dalam membimbing proyek bisnis mahasiswa dalam menjalankan bisnisnya.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dimana obyek
penelitian adalah proyek bisnis mahasiswa Universitas Ciputra yang mengikuti mata
kuliah entrepreneurship dan menerima tahapan mentoring. Tujuan penelitian ini adalah
melihat efektifitas penerapan mentoring pada start up business mahasiswa Universitas
Ciputra. Hasil penelitian menunjukkan mentoring berdampak positif dalam
perkembangan proyek bisnis mahasiswa.

Kata kunci: start up business, entrepreneurship, mentoring

Tingkat pengangguran yang terjadi di mengembangkan entrepreneurship. Salah


Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh satu kompetensi yang dimiliki Universitas
kurangnya jumlah lapangan pekerjaan yang Ciputra khususnya Fakultas Manajemen
tersedia dibandingkan dengan jumlah dan Bisnis yang tertuang dalam visi
pencari kerja. Kualifikasi pencari kerja Universitas Ciputra yaitu: Untuk menjadi
yang tidak sesuai dengan lowongan sebuah Universitas yang
pekerjaan yang tersedia juga menciptakan Entrepreneur kelas dunia
mengakibatkan tidak terserapnya angkatan yang berkarakter dan memberi sumbangsih
kerja. Dari jumlah lowongan pekerjaan bagi nusa dan bangsa. Dalam perkuliahan
yang tersedia hanya sekitar 70% yang yang dilakukan setiap semesternya
mampu menyerap angkatan kerja. Sebagian mahasiswa Universitas Ciputra menempuh
saja dari jumlah angkatan kerja yang mata kuliah entrepreneurship project.
memperoleh perkerjaan. Mentoring adalah salah satu teknik dalam
Masalah kesempatan kerja yang sulit pelatihan kewirausahaan. Teknik ini
didapatkan oleh pencari kerja di Indonesia dikembangkan pada pembelajaran
menjadikan salah satu alasan Universitas entrepreneurship pada mahasiswa Fakultas
Ciputra untuk turut berperan aktif Manajemen dan Bisnis dimana, mentoring

72
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
ini melibatkan dosen dan praktisi pengembangan start-up business pada
profesional pelaku bisnis mulai dari start- proyek bisnis mahasiswa Universitas
up sampai bisnis dengan sekala besar. Ciputra. Mentoring diberikan dalam waktu
Pembelajaran dengan sistem mentoring tujuh semester kepada mahasiswa
bertujuan untuk: Universitas Ciputra. Teknik mentoring
1. Memberikan pembelajaran tentang menggunakan kolaborasi diantara kegiatan
pengetahuan dan pengalaman tentang pengajaran.
bisnis.
2. Mendampingi mahasiswa membangun Start Up Business
sebuah start-up business. Start up business merupakan istilah
yang digunakan untuk perusahan yang baru
Tabel 1. Keadaan Angkatan Kerja di memulai usahanya. Definisi untuk start up
Indonesia business belum didefinisikan secara formal.
Ries (2011) mendefinisikan start up
Jumlah Angkatan Kerja (juta orang) sebagai institusi memproduksi barang atau
Feb Feb Feb jasa baru yang dibentuk dalam
2013 2014 ketidakpastian yang tinggi. Start-up bisnis
2015 merupakan tahapan awal dari
perkembangan sebuah bisnis dimana ada
Angkatan Kerja 123,6 125,3 128,3 beberapa komponen yang memiliki
Bekerja 116,4 118,2 120,8 keterkaitan dengan start-up bisnis
Tidak bekerja 7,2 7,2 7,5 diantaranya: entrepreneur dan
entrepreneurship.
Sumber: BPS (2015)
Karakteristik dari small business/ start-
Tabel 2. Rasio Pekerjaan up berdasarkan pendapat Susanto et al.
(2008) adalah perusahaan yang memenuhi
Prosentase Indikator Tenaga Kerja kriteria diantara lain: umur/ masa
Feb Feb Feb oprasional perusahaan selama 0 – 5 tahun,
2013 2014 karakter organisasinya kecil dan dinamis/
2015 berubah-ubah, tujuannya membuat bisnis
awal ini sukses. Selain dari sisi usia modal
Rasio Jumlah Pekerjaan 65,2 65,2 65,5 awal oprasional dari start-up business juga
relatif kecil tanpa ada batasan minimum
Tingkat Partisipasi 69,2 69,2 69,5 tergantung jenis start-up yang dijalankan.
Ketidakaktifan AK 30,8 30,8 30,5 Kriteria start-up bisnis berdasarkan studi
literatur dinilai sesuai dengan fakta start-up
Sumber: BPS (2015)
business yang dijalankan oleh mahasiswa
Universitas Ciputra.
Mahasiswa Fakultas Manajemen dan
Bisnis Universitas Ciputra Entrepreneurship
mengembangkan start-up business dengan
berbagai bisnis sesuai dengan minat Franky Slamet dkk. (2014) mengutip
mereka. Pembelajaran entrepreneurship pendapat Hisrich et al. (2008)
yang diberikan dalam bentuk perkuliahan mendefinisikan entrepreneur sebagai
dan mentoring entrepreneurship dan bidang ilmu yang telah berkembang selama

73
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
bertahun-tahun dimana memiliki keinginan akan tujuan yang ingin dicapainya.
tiga atau empat kali lebih besar dalam Sebaiknya seorang fasilitator mengawali
memulai usahanya sendiri. Franky Slamet kegiatan mentoring dengan menanyakan
(2014) menyatakan empat fase
potensi yang dimiliki bukan menetapkan
entrepreneurial yaitu:
- Identivikasi dan evaluasi peluang target yang harus dicapai. Mentor
- Pengembangan rencana bisnis merupakan orang yang melakukan kegiatan
- Penentuan sumber daya yang mentoring kepada mentee, dalam hal ini
diperlukan mentor adalah dosen. Mentee adalah pihak
- Pengelolaan usaha yang telah yang menerima nasihat dan target
terbentuk. mentoring.
Beberapa definisi entrepreneur
diutarakan oleh Nugroho (2009) dalam Menurut Flaherty (2011) mentoring
Christian (2013) yang menyatakan adalah sebuah kegiatan untuk mendukung
pendapat seseorang dalam mencapai tujuan atau
a. Peter F. Drucker dimana mengubah seseorang untuk melakukan
entrepreneur adalah kemampuan tindakan tertentu. Kegiatan mentoring
untuk menciptakan sesuatu yang dilakukan untuk menjaga motivasi
baru dan berbeda.
seseorang yang dimentor. Menurut
b. Ciputra mendefinisikan
entrepreneur sebagai mereka yang Sumpeno (2009) motivasi adalah sebuah
mengubah sampah menjadi emas. kondisi yang menggerakkan manusia untuk
c. Zimmerer mendefinisikan mencapai tujuan. Menurut Thompson dan
entrepreneur sebagai penerapan Vance (2001), terdapat dua tipe mentoring,
kreativitas dan keinovasian untuk yaitu mentoring yang natural dan
memecahkan permasalah dan upaya
mentoring yang direncanakan. Mentoring
memanfaatkan peluang-peluang
yang dihadapi orang setiap hari. yang natural disebut pula mentoring
d. Robbin dan Coulter informa) biasanya terjadi melalui proses
entrepreneurship is the process pertemanan, pengajaran, dan konseling.
whereby an individual or a group of Thompson dan Vance (2001) menyatakan
individuals uses organized efforts interaksi secara informal sangat penting
and means to pursue opportunities untuk mempengaruhi etika mahasiswa
to create value and grow by fulfiling
dalam berperilaku, meningkatkan motivasi,
wants and need through innovation
and uniqueness, no matter what mengikat, dan menularkan nilai fakultas.
resources are curently controlled Mentoring yang direncanakan biasanya
lebih sistematis karena secara sengaja
Mentoring
dibuat untuk tujuan tertentu dalam proses
Sumpeno (2009) berpendapat formal (Thompson dan Vance, 2001).
mengenai mentoring dilakukan untuk
membuka potensi yang tersembunyi, Karakteristik mentor yang baik
menelisuri kemampuan dasar seseorang, menurut Cook dan Poole (2011) adalah
dan mengingatkan sesorang untuk sadar positive, enthusiastic, trusting, focused,

74
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sees the big picture, observant, respectful, kepercayaan mahasiswa berkaitan dengan
patient, clear, curious, dan objective. akademik mereka.
Seorang mentor dapat menjadi mentor yang “Mentoring was described by several
efektif bila mampu mengelola waktu, of the respondents as a series of
energi, tujuan, informasi yang akurat dan focused or “strategic” interactions
perhatian. with various individuals about specific
professional issues, rather than a
Thompson dan Vance (2001) formal, longitudinal relationship. We
propose the term “strategic
menyatakan Evaluasi program mentoring
mentorship” for this new variant”
sangat penting untuk menentukan (Taylor, et al, 2009).
efektivitas dari solusi yang ditawarkan. Crips dan Cruz (2009) juga menyatakan
Mentoring yang efektif dapat diukur pula dukungan untuk pengetahuan akademik
melalui laporan individu pihak yang mahasiswa identik dengan hubungan
dimentor (mentee). Menurut Crips dan Cruz mahasiswa dalam kelas secara formal untuk
(2009) evaluasi mentoring dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan dan ketrampilan.
tiga perspektif yaitu bisnis, psikologis, dan
pendidikan. Fungsi mentoring menurut Fungsi role model ini dirasakan mentee
Crips dan Cruz (2009) yaitu dukungan untuk belajar pengalaman mentor dalam
mencapai keberhasilan dan kegagalan
psikologi dan emosional, bantuan untuk
secara personal untuk memotivasi mentee
perencanaan tujuan, dukungan pengetahuan sehingga mentor dijadikan panutan/ role
akademik mahasiswa dan role model. Yang model oleh mentee (Crips dan Cruz, 2009).
tergambarkan dalam fungsi mentoring Role model adalah metode yang efektif
psikologis dan emosional adalah seni untuk menginspirasi seseorang membangun
mendengarkan, memberikan dukungan ketrampilan dan kemampuan mentee
moral, identifikasi masalah dan (Taylor, et al, 2009).
“A “role model” has been defined as a
memberikan dorongan, dan memberikan
“person whose behavior in a
hubungan yang suportif (Crips dan Cruz, particular role is imitated by others”.
2009). Role models can have a powerful effect
on students and residents in training”
Menurut Crips dan Cruz (2009) selama (Taylor, et al, 2009).
memberikan dukungan untuk pilihan
akademik mahasiswa, mentor mampu Menurut St-Jean (2011) fungsi dari
mentor terdiri dari tiga kategori, yaitu
mempresentasikan pada mahasiswa
fungsi psikologis, fungsi keterkaitan
mengenai kekuatan, kelemahan, dengan karir, dan fungsi teladan Beberapa
kemampuan mereka serta mendukung peran mentor yang termasuk dari fungsi
pembuatan perencanaan tujuan pencapaian psikologis:
akademik masing-masing mahasiswa. • Reflektor: Mentee bercerita tentang
Mentor melakukan fungsi ini dengan dirinya, ide, kemajuan proyeknya dan
eksplorasi ketertarikan, kemampuan, dan mentor memberinya umpan balik sebagai
kaca yang bisa mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan.
75
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
• Penghibur: ketika mentee mengalami METODE
masa yang sulit, mentor siap membantu
Penelitian ini menggunakan metode
untuk menghilangkan stress dan
deskriptif kualitatif dimana penelitian ini
memberikan perspektif positif untuk
tidak akan menetapkan penelitiannya hanya
menghadapi permasalahan.
berdasarkan variable penelitian tetapi
• Motivasi: Setelah masalah terselesaikan,
berdasarkan situasi sosial yang diteliti
mentor memotivasi mentee untuk lebih
meliputi aspek tempat, pelaku dan
percaya diri dan lebih persisten.
aktivitasyang berinteraksi secara sinergis
• Percaya diri: seiring berjalannya waktu,
(Sugiono, 2007). Penelitian ini
kepercayaan akan tumbuh, hubungan antara
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif
mentor dan mentee menjadi lebih erat,
karena objek penelitian harus dijabarkan
layaknya teman.
secara detail dan membutuhkan waktu yang
Beberapa peran mentor yang berkaitan relatif lama sehingga dapat menemukan
dengan karir: solusi untuk mengatasi masalah penelitian.
• Integrasi: Mentor membuka peluang bagi Pemahan tentang pengertian kualitatif
mentee untuk memperluas jaringan, deskriptif lebih banyak dipengaruhi oleh
komunitas dan para ahli. Dengan pandangan deduktif-deskriptif (Bungin,
meningkatkan hubungan itu, mentor 2013). Validasi hasil penelitian
membantu mentee untuk mempersiapkan menggunakan teknik trianggulasi dimana,
masa depan ketika hubungan tersebut bisa pengumpulan data yang bersifat
sangat membantu. menggabungkan dari berbagai teknik
• Dukungan informasi: Peran ini dapat penggumpulan data dan sumber data yang
didefinisikan sebagai peralihan ilmu ada (Sugiyono, 2007). Teknik trianggulasi
pengetahuan dari mentor kepada mentee, menggunkan observasi partisipatif,
seperti hukum bisnis, bagaimana cara wawancara dengan teknik mentoring dan
mengatasi stress, bagaimana cara dokumentasi. Populasi penelitian adalah
mendapatkan sumber informasi, dan proyek bisnis mahasiswa Universitas
sebagainya. Ciputra dimana setiap proyek bisnis yang
• Konfrontasi: Mentor dapat menghadapi terpilih sebagai sudah mendapatkan
keyakinan, nilai, dan ide mentee yang mentoring dari fasilitator. Sampel yang
menghalangi untuk menemukan solusi. digunakan adala proyek bisnis mahasiswa
• Pemandu: Memberikan saran dan Fakultas Manajemen dan Bisnis Universitas
masukan untuk membantu mentee Ciputra angkatan 2013.
menemukan solusi. Konteks pembelajaran dan pembahasan
Mentor dapat juga menjadi role model adalah menciptakan sebuah start-up bisnis
ketika mentor membagikan pengalaman dengan tujuan mengarahkan mahasiswa
pribadinya sebagai sumber inspirasi dan menwujudkan bisnis secara mandiri
perbandingan bagi para mentee. Dengan sehingga mahasiswa memperoleh
menteladani mentor, mentee dapat belajar pendapatan sendiri dan menciptakan
untuk mengembangkan perilaku, sikap dan peluang usaha dengan metode mentoring.
kebiasaan mereka. Melalui peran dari Teknis pelaksanaan pembelajaran dan
mentor di atas, mentoring dapat membantu mentoring dilakukan secara lisan,
pengusaha potensial untuk melalui menggunakan tatap muka, media
perjalanan menuju kewirausahaan yang komunikasi berupa email, telephone, dan
sukses. sosial media. Topik yang berkaitan dengan
76
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
start-up bisnis (kendala dan mereka. Tahapan kedua adalah mahasiswa
perkemabangan bisnis) yang sedang diharapkan membentuk kelompok bisnis
dijalankan. yang dikelola secara profesional dan
Mahasiswa membentuk kelompok – menggunakan modal mandiri untuk
kelompok bisnis atau proyek bisnis dan memulai sebuah start up business.
mendapatkan mentoring dari fasilitator. Pembentukan kelompok ini juga memiliki
Durasi mentoring dilakukan minimal satu harapan mahasiswa dapat saling
kali dalam seminggu. dan ketika fasilitator berinteraksi dan melatih kerjasama dalam
melakukan mentoring mahasiswa membuat tim. Tahapan ketiga adalah tahapan
laporan perkembangan dari start-up eksekusi ide yang telah dirancang.
bisnisnya yang berisi tentang: Diharapkan mahasiswa memiliki proyek
perkembangan bisnis/ laba, perkembangan bisnis yang mampu sustain. Mulai
akan di rekap sehingga dapat dijadikan pengurusan legalitas dan mulai tahap
evaluasi keberhasilan pelaksaan bisnis dan memasarkan proyek bisnis mereka. Tahap
juga mentoring. keempat diharapkan setiap proyek bisnis
melakukan inovasi pada bisnisnya. Inovasi
yang dilakukan tidak hanya pada
HASIL & PEMBAHASAN
produknya melainkan pada jalannya bisnis
secara umum bisa pada aktifitas
pemasarannya atau produksinya. Tahapan
Pembelajaran entrepreneurship yang
kelima diharapkan bisnis mahasiswa
dilakukan pada Universitas Ciputra
mampu menembus pasar internasional.
dilakukan pada tujuh tahapan. Setiap
Pameran-pameran di luar negeri dan
tahapan dilakukan dalam waktu satu
penjualan diharapkan mampu menembus
semester. Setiap semester yang dilalui
pasar luar negeri. Tahap keenam dan
mahasiswa yang menempuh mata kuliah
ketujuh diharapkan proyek bisnis
entrepreneurship memiliki target capaian
mahasiswa lebih merencanakan rencana ke
tertentu. Setiap pergantian semester
depan. Evaluasi akan pencapaian-
memungkinkan business project mahasiswa
pencapaian yang telah dilalui dan apa yang
mendapatkan fasilitator yang berbeda.
harus diperbaiki guna mencapai apa yang
Fasilitator yang memberikan mentoring
menjadi tujuan perusahaan. Semua
kepada proyek bisnis mahasiswa adalah
tahapan-tahapan ini diharapkan dilalui
dosen dan beberapa entrepreneurial
mahasiswa dengan baik dan mampu
residence yang merupakan pelaku bisnis
memberikan pengalaman bisnis dan bahkan
yang membantu memberikan
melanjutkan bisnisnya.
bimbingannya terhadap mahasiswa.
Pendidikan entrepreneurship ini
Selama menjalankan proses-proses
dilakukan mulai semester satu sampai
yang harus dijalani mahasiswa menerima
semester tujuh. Pada semester satu
pembelajaran dalam bentuk perkuliahan
merupakan tahapan ground breaking
dan bimbingan dari fasilitator. Beberapa
dimana mahasiswa diberiikan wadah untuk
peran fasilitator diantaranya fungsi
membuat event dan melakukan penjualan.
psikologis yaitu sebagai:
Pada tahapan ini diharapkan mahasiswa
• Reflektor: mahasiswa bercerita tentang
mencoba mengenal karakter lingkungan
karakter dirinya dan mulai menyampaikan
sehingga mereka dapat menentukan siapa-
ide bisnis yang akan dilakukan. Pada fungsi
siapa yang kan menjadi partner bisnis
ini mahasiswa juga menyampaikan
77
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kemajuan proyeknya. Fasilitator mengalami hambatan dalam jalannya
memberikan umpan balik dan berusaha bisnis.
membantu mahasiswa mengidentifikasi “...beberapa kali perkuliahan tamu yang
kekuatan dan kelemahan baik dari internal menghadirkan pelaku bisnis memberikan
maupun eksternal. inspirasi dalam kita menjalankan bisnis..”
• Dukungan informasi: Fasilitator
“...selama proses mentoring kita memberikan transformasi ilmu
melakukan diskusi dengan fasilitator dan pengetahuan baik dalam perkuliahan
menentukan faktor-faktor apa yang harus maupun diskusi yang dilakukan.
diperhatikan serta apa yang harus kita Penyampaian informasi mengenai legalitas,
lakukan...” isu-isu bisnis cara mengahadapi
permasalahan dapat terjadi melalui fungsi
• Penghibur: ketika mahasiswa mengalami ini.
permasalahan dalam menjalankan bisnisnya • Konfrontasi dan pemandu: fasilitator
fasilitator berusaha untuk memberikan dapat memberikan interupsi pada
semangat dan menunjukkan perspektif yang mahasiswa ketika mahasiswa mulai
positif dengan harapan dapat memberikan menghadapi masalah dan berhenti pada
bantuan kepada mahasiswa ketika pertimbangan saja. Fasilitator terkaddang
menghadapi permasalahan. memerankan fungsi mengarahkan pada
• Motivasi: Fasilitator berusahan eksekusi dan berpikir ke arah solusi.
mendorong mahasiswa untuk persisten. Fasilitator dapat juga menjadi role
model ketika membagikan pengalaman
“...kita pernah mengalami penurunan
pribadi dan pengetahuan yang dimiliki
penjualan, ada masukan dari fasilitator
sebagai sumber inspirasi dan perbandingan
untuk melakukan strategi penjualan yang
bagi para mahasiswa. Pembelajaran yang
berbeda bisa meningkatkan penjualan
dilakukan juga beberapa kali menghadirkan
lagi..”
pembicara dari para praktisi bisnis yang
• Percaya diri: komunikasi yang sering menyampaikan pengalaman mereka
dijalankan menjadikan hubungan antara menjalankan bisnis sebagai referensi dan
fasilitator dan mahasiswa menjadi lebih motivasi mahasiswa dalam menjalankan
dekat. Diskusi yang terjadi mengenai bisnisnya. Memberikan teladan dari
permasalahan dan perkembangan proyek fasilitator dan para pelaku bisnis
bisnis menjadi semakin leluasa dan detil. diharapkan mahasiswa mampu menteladani
dan mengembangkan perilaku, sikap dan
“...fasilitator memberikan informasi kebiasaan mereka. Fasilitator diharapkan
dan bantuan relasi ketika kita mencoba membantu mahasiswa menjadi pengusaha
mengurus perijinan...” potensial untuk melalui perjalanan menuju
kewirausahaan yang sukses.
Beberapa peran fasilitator yang
berkaitan dengan karir:
• Integrasi: jalinan relasi dimiliki oleh
fasilitator, baik dari sesama start up
business para ahli, legal dan profesional.
Semakin banyaknya networking yang
terjadi mampu membantu mahasiswa ketika

78
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 3. Jumlah Proyek Bisnis Peran fasilitator juga membimbing
Mahasiswa mahasiswa untuk dapat menghadapi konflik
saat proses start up business yang
Semester Jumlah Bertahan dilakukan mahasiswa. Tingkat bisnis yang
bertahan untuk melanjutkan bisnis dilihat
Ganjil 2014 117 96 juga dari faktor perkembangan bisnis, baik
Genap 2015 136 136 dari perkembangan omset dan bagaimana
Ganjil 2015 136 136 mengatasi permasalah yang terjadi antar
personil dalam proyek bisnisnya.
Sumber: Data Primer diolah (2016)
Setiap proyek bisnis menjalani
Jumlah proyek bisnis mahasiswa mentoring dan bisnis yang mereka jalankan
Fakultas Manajemen angkatan 2013 semakin berkembang seiring perubahan
Fakultas Manajemen dan Bisnis Universitas pola pikir, motivasi, dan pemahaman
Ciputra pada semester ganjil 2014 adalah mahasiswa seputar bisnis. Pengaruh positip
sejumlah 117 business project. Bisnis ini ini memberikan pengalaman bagi
bergerak pada berbagai bidang mulai dari mahasiswa dalam menghadapi tangtangan
food and beverage, jasa dan fashion. bisnis.
Jumlah bisnis yang bertahan setelah
melalui tahap mentoring pada fase start up
business lebih dari 80% yakni sebesar 96 SIMPULAN
proyek bisnis. Sebanyak 20% dari proyek
bisnis ini mampu meberikan keuntungan Mentoring sangat bermanfaat dalam
sebesar UMR Kota Surabaya bagi setiap mensukseskan program pembelajaran
anggotanya. Pada Semester genap 2015 bisnis dan pengembangan start-up bisnis
jumlah bisnis bertambah dikarenakan bagi mahasiswa Universitas Ciputra
anggota bisnis yang tidak melanjutkan Surabaya. Mahasiswa yang pada awalnya
bisnisnya membentuk bisnis baru dan mengalami kesulitan dalam menjalankan
beberapa juga menjalankan family bisnis. start-up business, setelah mendapatkan
Tidak lanjutnya beberapa proyek bisnis mentoring dari fasilitator menjadi memiliki
dikarenakan berbagai hal seperti arah menjalankan bisnisnya. Implikasi
permasalahan dengan anggota tim, merasa positipnya mahasiswa semakin memahami
bisnisnya tidak memberikan keuntungan permasalahan dalam menjalankan bisnis
untuk dijalankan, ketidak cocokan dengan dan memiliki pengalaman memanfaatkan
bidang bisnis yang dijalani, dan juga ada peluang bisnis.
yang ingin melanjutkan bisnis keluarganya.

DAFTAR RUJUKAN Perekonomian Indonesia. Jurnal


Entrepreneur dan
Entrepreneurship.Vol 2. No 1. Hal 29-
Bungin, B. 2013. Penelitian Kualitatif . 42.
Jakarta: Prenada Media Group.
Cook, M.J. dan Poole,L. 2011. Effective
Christian, S. 2013. Penggalaan Coaching. United States: mc.Graw
Entrepreneurship sebagai Langkah Hill Companies.
Awal untuk Peningkatan Kemandirian
79
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Crisp, G. dan Cruz, I. 2009. Mentoring
College Students: A Critical Review of Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian
the Literature Between 1990 and 2007. Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Research in Higher Education. pp
525-545. Sumpeno, W. 2009. Menjadi Fasilitator
Genius. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Flaherty, J. 2010. Coaching: Evoking
Excellence in Others. USA: Routledge. Susanto, A.B. 2008. The Jakarta
Consulting Group on Family Business.
Nugroho, R. 2009. Memahami Latar Jakarta: The Jakarta Consulting Group.
Belakang Pemikiran Entrpreneurship
Ciputra: Membangun Keunggulan Taylor, C., Jay, C.T., dan Stoller,J.K. 2009.
Bangsa dengan Membangun The Influence of Mentorship and Role
Entrepreneur. Jakarta : Elex Media Modelling on Developing Physician–
Komputindo. Leaders: Views of Aspiring and
Established Physician–Leaders.
Ries, E. 2011. The Lean Startup: How .pp.1130-1134.
Today's Entrepreneurs Use Continuous
Innovation to Create Radically Thompson, L.A. dan Vance, L.K. 2001.
Successful Businesses. Crown The Impact of Mentoring on Academic
Publishing Group. Achievement of Risk Youth. Children
and Youth Services Review. Vol 23.
Slamet, F., Tunjungsari, H.K., dan Le, M. No 3 pp 227-242.
2014. Dasar-Dasar Kewirausahaan
Teori & Praktek, Jakarta : PT Indeks. Yuliawati, l. 2013. Quo Vadis: Mentoring
in Entrepreneurship Education. Jurnal
St-Jean, E. 2011. Mentor Functions for Entrepreneur dan
Novice Entrepreneurs. Academy of Entrepreneurship.Vol 2. No 1. Hal 23-
Entrepreneurship Journal. Vol 17. No 28.
1. Hal 37-48.

80
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk
Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi
Antara Harapan Dan Kenyataan

Wardoyo
Universitas Gunadarma, Jakarta
Liana Mangifera
2 Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Email : wardoyo@staff.gunadarma.ac.id; liana.mangifera@ums.ac.id

Abstrak : Perguruan Tinggi sebagai agen perubahan diharapkan dapat melahirkan


banyak wirausahawan.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis antara harapan
dan kenyataan pada pendidikan kewirausahaan yang diselenggarakan Perguruan
Tinggi.Obyek penelitian adalah mahasiswa Perguruan Tinggi yang berada di Jakarta,
Bogor, Bandung, dan Surakarta. Data yang digunakan adalah data primer yang
dikumpulkan melalui kuesioner dari 300 responden. Alat analisis yang digunakan
adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi atau minat
mahasiswa menjadi wirausaha besar, namun kenyataannya tidak didukung dengan
kurikulum dan model pengajaran yang baik sehingga baru sebagian kecil mahasiswa
yang sudah memulai berwirausaha.

Kata Kunci: pendidikan kewirausahaan, wirausaha, mahasiswa

Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah pasti Krueger dan Brazeal (1994)
mempunyai harapan dapat mengamalkan merekomendasikan bahwa pendidikan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kewirausahaan dapat meningkatkan persepsi
telah didapat selama studi sebagai salah satu kelayakan untuk bisnis kewirausahaan
pilihan untuk berprofesi. Secara realistis ada melalui peningkatan pengetahuan dasar
tiga pilihan yang kemungkinan akan dialami mahasiswa, membangun rasa percaya diri
lulusan Perguruan Tinggi setelah dan mempromosikan efikasi diri.Program
menyelesaikan studinya. Pertama, menjadi pendidikan kewirausahaan merupakan
sebagai pegawai atau karyawan swasta, sumber sikap kewirausahaan dan intensi
Badan Usaha Milik Negara atau Pegawai keseluruhan untuk menjadi wirausaha masa
negeri. Kedua, kemungkinan akan menjadi depan (Souitaris et al., 2007).
pengangguran karena sulitnya mendapatkan Tantangan terbesar bagi dunia
pekerjaan dan lapangan pekerjaan pun yang akademisi dalam hubungannya dengan
semakin sedikit, karena banyak perusahaan pendidikan kewirausahaan adalah kelayakan
yang bangkrut akibat krisis moneter yang kurikulum dan program pelatihan (Garavan
pernah melanda Negara Indonesia. Ketiga, dan O’Cinneide, 1994). Menurut Scharg,
menjadi wirausaha yaitu membuka usaha Adele, dan Poland (1987) wirausahawan
sendiri sesuai dengan bidang usaha ilmu merupakan hasil belajar. Menurut jiwa
pengetahuan dan teknologi yang dipelajari wirausahawan mungkin juga diperoleh sejak
selama di Perguruan Tinggi.Atau membuka lahir sebagai bakat , namun juka tidak diasah
usaha sesuai kemampuan dan keinginan melalui belajar dan dimotivasi dalam proses
berwirausaha. pembelajaran, mungkin laksana pisau yang
Pentingnya pendidikan dikemukakan tumpul.
oleh Holt (Rahmawati, 2000) yang Pendidikan kewirausahaan dapat
mengatakan bahwa paket pendidikan membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku
kewirausahaan akan membentuk siswa pada mahasiswa menjadi seorang
untuk mengejar karir kewirausahaan. wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga
Pendidikan formal memberikan pemahaman mengarahkan mereka untuk memilih
yang lebih baik tentang proses berwirausaha sebagai pilihan karir.
kewirausahaan, tentang yang dihadapi para Pendidikan kewirausahaan pada umumnya
pendiri usaha baru dan masalah-masalah mengacu pada program-program yang
yang harus diatasi agar berhasil.Kurangnya mempromosikan kesadaran kewirausahaan
pendidikan kewirausahaan menyebabkan untuk tujuan karir dan memberikan
rendahnya tingkat intensi berwirausaha pelatihan keterampilan untuk penciptaan dan
mahasiswa (Franke dan Luthje, 2004). pengembangan bisnis (Vesper,1990;Bechard
dan Toulouse,1998). Hal ini dibedakan dari
81
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
bentuk-bentuk lain dari pendidikan bisnis berbeda yang selalu termasuk kegiatan pada
yang tujuannya menciptakan produk atau sistem pendidikan secara
jasa baru yang menghasilkan nilai ekonomi keseluruhan.Kesepakatan mereka,
yang lebih tinggi (Hansemark, 1998). pendidikan kewirausahaan harus
Menurut penelitian Ahmad (2003) pada dipertimbangkan sebagai sebuah model
lulusan manajemen sebuah Perguruan pembelajaran sepanjang hidup.
Tinggi Swasta (PTS) di Jakarta Selatan Alberti, Sciascia, dan Poli (2004)
terdapat 19 persen responden yang mendefinisikan pendidikan kewirausahaan
menyatakan berminat untuk menjadi sebagai struktur formal dari kompetensi
wirausahawan. Penelitian yang dilakukan kewirausahaan, yangmana dalam gilirannya
Wardoyo (2012) terhadap 500 mahasiswa di menghubungkan konsep, keterampilan dan
Jakarta yang berminat menjadi wirausaha kesadaran mental yang digunakan oleh
setelah lulus sebesar 40 persen. Berdasarkan individu selama proses memulai dan
penelitian Paulina dan Wardoyo (2012) membangun usaha yang berorientasi
terhadap 200 mahasiswa tingkat akhir pertumbuhan yang digunakan. Referensi
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma untuk membuat usaha yang berorientasi
diperoleh hasil 30 persen mahasiswa pertumbuhan pada definisi ini adalah
berminat menjadi wirausaha. penting untuk diperhatikan bagi manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk pendidikan dan pelatihan sebagai perbedaan
menganalisis antara harapan dan kenyataan dari bekerja sendiri dari kewirausahaan.
pada pendidikan kewirausahaan yang Seperti yang dimaksud oleh Garavan dan
diselenggarakan Perguruan Tinggi. O’Cinneide (1994) semua wirausahawan
adalah bekerja sendiri, namun tidak semua
Pendidikan Kewirausahaan yang bekerja sendiri adalah wirausahawan.
Komponen kritis dari pendidikan
Ketertarikan pada kewirausahaan telah kewirausahaan menurut Alberti et al. (2004)
berkembang sejak tahun 1970an, baik pada dapat dilihat pada Gambar 1.
putaran akademik maupun politik,
pendidikan kewirausahaan juga telah Tujuan Peserta
berpengalaman mengalami peningkatan
yang cepat di seluruh dunia (Loucks, 1988).
Teori-teori terbaru pada pembangunan
ekonomi dan penyesuaian struktural dari
perekonomian termasuk promosi
kewirausahaan merupakan instrumen krusial
mereka (Liñán dan Rodríguez, 2004). Pada
Penilaian Materi/Isi Pedagogi
pengertian ini, pendidikan kewirausahaan
dapat dimaksudkan sebagai sebuah strategi
yang secara potensial sangat efektif. Akan
tetapi ini akan menjadi penting untuk
memperkenalkan sebuah batas tertentu dari
keberadaan jenis-jenis yang berbeda dari
pendidikan kewirausahaan.
Bentuk pendidikan kewirausahaan yang
paling sederhana adalah dengan pelatihan
bagi penciptaan perusahaan. Sebagai contoh,
McIntyre dan Roche (1999) menegaskan Gambar 1 Hubungan diantara lima isu dalam
bahwa proses dari konsep dan keterampilan pendidikan kewirausahaan (Alberti et al.,
yang menyediakan individu-individu untuk 2004).
mengenal peluang-peluang sedangkan yang
lain mengabaikan, dan untuk mempunyai Konsep berikut ini akan menjadi cukup
wawasan dan penghargaan diri untuk luas untuk cakupan yang dimaksud diatas:
melakukan sementara yang lain ragu-ragu. seperangkat kegiatan pendidikan dan
Ini meliputi instruksi-instruksi dalam pelatihan yang mencoba untuk membangun
pengenalan peluang, penyusunan sumber- intensi peserta untuk melakukan perilaku-
sumber dalam keberanian menanggung perilaku kewirausahaan, atau beberapa
risiko, dan memulai sebuah usaha elemen yang memengaruhi intensi tersebut,
bisnis.Konsepsi yang lebih luas meliputi seperti pengetahuan kewirausahaan,
sejumlah tujuan dan langkah-langkah yang
82
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kesenangan akan aktivitas kewirausahaan, aktivitas khusus bagi peserta untuk memulai
atau kelayakannya. Ini termasuk usaha mereka.
pengembangan pengetahuan, kapasitas, Alberti et al. (2004) menegaskan bahwa
sikap dan kualitas pribadi yang diidentifikasi tujuan pendidikan tergantung pada peserta
sebagai kewirausahaan. Khususnya untuk belajar (1); penilaian dapat dikerjakan hanya
usia kerja, pendidikan kewirausahaan akan jika tujuan ditetapkan (2); isi dapat
mencari ciptaan yang mengesankan dari didefinisikan hanya setelah tujuan
perusahaan dan tenaga dinamis mereka yang ditetapkan (3); dan tergantung pada peserta
berikut. (4); pedagogi dapat dipilih tergatung pada isi
Definisi ini memperkenalkan sejumlah (5) dan peserta (6); penilaian tergantung
ciri-ciri karakteristik yang membuat ini pada isi (7); dan pedagogi (8). Alberti et al.
berguna sebagai sebuah kerangka kerja (2004) mengakhiri lima inti dasar isu
untuk analisis dan klasifikasi dari penelitiannya pada pendidikan
keberadaan inisiatif yang berbeda.Pada kewirausahaan dan hubungan mereka
tempat pertama, definisi ini mencoba untuk mempunyai implikasi penting bagi
memasukkan semua aktivitas-aktivitas pengembangan sebuah proses pembelajaran
pendidikan dan tidak hanya pengembangan yang efektif.
dalam sistem pendidikan.Kedua, meliputi Rerangka kerja penelitian pendidikan
tujuan yang besar daripada penyebaran dari kewirausahaan ini meminjam dari isu utama
sebuah iklim kewirausahaan atau dari Niyonkuru(2004) pada pendidikan
pembentukan perusahaan.Ini juga mencoba kewirausahaan yang meliputi isu-isu yang
untuk meningkatkan derajat kedinamisan berhubungan dengan tujuan, isi atau materi
para wirausahawan; yang dikatakan sebagai dari pengajaran kewirausahaan, dan metode
kualitas kewirausahaan (Guzmán dan pengajaran.
Santos, 2001).Ketiga, peran pendidik akan
menjadi diperkenalkan secara jelas. Para Tujuan Pendidikan Kewirausahaan
instruktur harus berkonsentrasi pada Kepustakaan kewirausahaan
penciptaan dan penguatan intensi memberikan bukti kebingungan yang ada
kewirausahaan para peserta (Fayolle, antara kursus-kursus kewirausahaan dan
2003).Apakah intensi ini berubah menjadi kursus-kursus manajemen tradisional (Hills,
aksi atau tidak tergantung pada banyak 1998). Kemudian, banyak orang sebagai
faktor (lingkungan, kesempatan, pemula telah menerima pendidikan
sumberdaya, dan sebagainya) yang manajemen bisnis dengan nama pendidikan
merupakan faktor-faktor diluar jangkauan kewirausahaan. Melalui identifikasi dari
pendidik. tujuan yang beragam dari kursus-kursus
Disamping itu, definisi ini menjelaskan kewirausahaan, kebingungan ini mungkin
sebuah perbedaan yang jelas antara dihindari.Garavan dan O’Cinneide (1994)
pendidikan kewirausahaan dan pelatihan menyarankan hal umum dalam menyebutkan
manajemen.Pelatihan manajemen biasanya pendidikan kewirauasahaan adalah sebagai
tidak berhubungan dengan karakteristik, berikut.
keterampilan, sikap atau intensi dari peserta, a. Memperoleh pengetahuan yang
tetapi sebagian besar dengan pengetahuan berhubungan dengan kewirausahaan;
teknik yang diperlukan untuk adminsistrasi b. Memperoleh keterampilan dalam
bisnis. Pelatihan manajemen tidak akan teknik, dalam menganalisis situasi
tertarik pada proses pembuatan sebuah bisnis dan dalam sintesis rencana
proyek kewirausahaan independen, atau aksi;
secara dinamis tetapi sebagian besar pada c. Mengenali dan menstimulasi
operasi organisasi perusahaan. pendorong kewirausahaan, bakat dan
Pada prisipnya, inisiatif pendidikan keterampilan
kewirausahaan harus sesuai dengan definisi d. Membuka bias risiko antagonis dari
ini, jadi ini menjadi diperlukan untuk beberapa teknik analisis;
membuat beberapa jenis klasifikasi. e. Mengembangkan empati dan
McMullan dan Gillin (1998), menetapkan dukungan untuk aspek-aspek khusus
enam elemen yang berbeda dari proyek dari kewirausahaan;
pendidikan kewirausahaan: a) tujuan yang f. Merancang perubahan sikap ke
diikuti; b) fakultas atau tim guru yang akan depan;
menanamkan pendidikan kewirausahaan; c) g. Mendorong terbentuknya usaha baru;
mahasiswa peserta; d) isi dari kursus; e) dan
metode pengajaran; dan f) dukungan
83
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
h. Menstimulasi elemen sosialisasi penting untuk memahami arti melampirkan
afektif (Alberti et al ., 2004). setiap komponen.
Brown (2000) menegaskan bahwa
Materi Pengajaran Kewirausahaan pengenalan peluang meliputi identifikasi
Menurut Brown (2000) pendidikan dari keinginan yang tidak ditepati dari pasar
kewirausahaan harus “ditinjau pada dan kreasi dari ide untuk jasa atau produk
terminologi keterampilan yang dapat yang sesuai antara kebutuhan dengan harga
ditimbulkan oleh mahasiswa” agar supaya yang dapat diterima. Pengenalan peluang
membantu mereka membangun rencana- mensyaratkan observasi pasar, mengerti
rencana baru dan inovatif. Dalam hal ini keinginan dan kebutuhan konsumen, dan
Brown menyebut bahwa kurikulum harus hasil penemuan dan adaptasi.
fokus pada ciri-ciri yang dibutuhkan untuk
memikirkan dan memulai bisnis baru. Metode Pengajaran Kewirausahaan
Alberti et al. (2004) menyebut empat jenis Berbagai peneliti telah menekankan isu-
pengetahuan yang bermanfat bagi isu yang berhubungan dengan pedagogi
wirausaha: (1) pengetahuan umum tentang untuk pendidikan kewirausahaan. Sexton
bisnis, (2) pengetahuan umum tentang dan Upton (1988) menyarankan agar
usaha, (3) pengetahuan khusus tentang program-program kewirausahaan dirancang
peluang, dan (4) pengetahuan khusus seperti sebuah cara untuk membuat
tentang usaha. wirausahawan potensial menyadari tentang
Mereka mengklaim bahwa pengetahuan hambatan masuk pada aktivitas
khusus tentang peluang dan usaha kewirausahaan dan juga pada kenyataan
merupakan hal paling penting untuk hidup mereka dapat mampu untuk
keberhasilan wirausaha.Oleh karena itu, merencanakan strategi-strategi untuk
program-program pada kewirausahaan harus menguasainya. Intinya adalah bahwa
membantu perkembangan dua kategori pendidik tidak hanya harus menaikkan
pengetahuan terakhir. kesadaran mahasiswa tentang
Kourilsky (1995) mendiskusikan isi apa kewirausahaan tetapi mereka juga harus
yang harus menjadi inti dari pendidikan melibatkan pemula untuk mengalami
kewirausahaan dan dia menyebut tiga atribut frustasi yang dihubungkan dengan aktivitas
yang harus merupakan isi dari apa yang ia kewirausahaan. Untuk menyempurnakan ini,
sebut sebagai pendidikan kewirausahaan Sexton dan Upton (1984) mengajukan
yaitu: sebuah struktur, dalam mana kursus-kursus
a. persepsi dan evaluasi peluang; menekankan aktivitas individu diatas tugas
b. menyusun dan tanggungjawab dari kelompok, secara relatif tidak terstruktur,
sumber-sumber untuk mengejar dan menampilkan masalah-masalah yang
peluang; mensyaratkan sebuah solusi cerita dibawah
c. menciptakan dan mengoperasikan kondisi ambiguitas dan risiko.
bisnis untuk mengimplementasikan Garavan dan O’Cinneide (1994)
motivasi peluang ide bisnis. mendiskusikan proses pengajaran yang
Gorman et al. (1997) mendukung tiga paling tepat dan pedagogi untuk mentransfer
komponen dari pendidikan kewirausahaan keterampilan dan pengetahuan
yang efektif dengan ditunjukkan oleh: kewirausahaan. Mereka maksudkan bahwa
a. kemampuan untuk mendeteksi dan wirausaha, adalah orang yang baru mulai
mengekploitasi peluang bisnis lebih usaha yang membutuhkan gaya pengajaran
cepat; yang berbeda – pengalaman kongkrit,
b. kemampuan untuk merencanakan merefleksikan observasi, konseptualisasi
lebih rinci; dan abstrak dan eksperimen aktif.
c. proyek lebih jauh pada masa depan
dengan membedakan program METODE
kewirausahaan dari program
manajemen tradisional. Sampel dan Data Penelitian
Implikasinya adalah isi dari pendidikan Teknik pengambilan sampel yang digunakan
kewirausahaan harus menekankan dalam penelitian ini adalah simple random
kemampuan mengidentikasi peluang, sampling. Jumlah sampel untuk penelitian
mengejar peluang dan ini diperkirakan sebesar kurang lebih 300
mentransformsikannya ke dalam bisnis yang responden dengan alasan penentuan jumlah
berorientasi pertumbuhan. Oleh karena itu berdasarkan pendapat Sugiyono (2009),
bahwa dalam pengambilan sampel untuk
84
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
populasi yang tidak terhingga dan tidak Untuk menumbuhkembangkan jiwa
diketahui dapat diambil sampel sebanyak kewirausahaan dan meningkatkan aktivitas
100 orang dengan asumsi populasi tersebut kewirausahaan agar para lulusan perguruan
berdistribusi normal. Jumlah sampel 300 tinggi lebih menjadi pencipta lapangan kerja
diperkuat oleh pendapat Roscoe dari pada pencari kerja, maka diperlukan
(Sekaran,2006) yang menyatakan bahwa suatu usaha nyata.Departemen Pendidikan
jumlah sampel lebih besar dari 30 dan Nasional telah mengembangkan berbagai
kurang dari 500 pada kebanyakan penelitian kebijakan dan program untuk mendukung
sudah terwakili. terciptanya lulusan perguruan tinggi yang
Sumber data dalam penelitian ini adalah lebih siap bekerja dan menciptakan
data primer yang diperoleh dari jawaban pekerjaan.Program Kreativitas Mahasiswa
atau tanggapan atas pertanyaan yang (PKM) dan Cooperative Education (Co-op)
diajukan dalam kuesioner,sehingga peneliti telah banyak menghasilkan alumni yang
tidak mempengaruhi jawaban responden terbukti lebih kompetitif di dunia kerja, dan
terhadap kuesioner tersebut. Penelitian hasil-hasil karya invosi mahasiswa melalui
difokuskan pada penyelenggaraan PKM potensial untuk ditindaklanjuti secara
Pendidikan Kewirausahaan. Penelitian ini komersial menjadi sebuah embrio bisnis
tidak menggunakan benchmarking agar berbasis Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
tidak memperluas permasalahan yang Seni (Ipteks).Kebijakan dan program
sedang diteliti, sehingga penelitian lebih penguatan kelembagaan yang mendorong
terfokus kepada intern obyek yang diteliti peningkatan aktivitas berwirausaha dan
yaitu penyelenggaraan Pendidikan percepatan pertumbuhan wirausaha–
Kewirausahaan. wirausaha baru dengan basis IPTEKS sangat
Pengambilan sampel dilakukan diperlukan.
menggunakan kuesioner yang disebarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
kepada 300 responden yang terdiri dari mengembangkan sebuah Program
mahasiswa yang sedang menempuh kuliah Mahasiswa Wirausaha yang merupakan
di wilayah Jakarta, Bandung, Bogor, kelanjutan dari program-program
Depokdan Surakarta. Dari 300 kuesioner sebelumnya untuk menjembatani para
yang disebarkan yang kembali semua, mahasiswa memasuki dunia bisnis riil
sedangkan data yang lengkap dan diolah ada melalui fasilitasi start-up bussines.Program
293. Mahasiswa Wirausaha (PMW), sebagai
Alat analisis yang digunakan dalam bagian dari strategi pendidikan di Perguruan
penelitian ini adalah metode deskriptif Tinggi, dimaksudkan untuk memfasilitasi
kualitatif, yaitu metode penelitian yang para mahasiswa yang mempunyai minat dan
berusaha menggambarkan obyek atau bakat kewirausahaan untuk memulai
subyek yang diteliti sesuai dengan apa berwirausaha dengan basis ilmu
adanya, dengan tujuan menggambarkan pengetahuan, teknologi dan seni yang
secara sistematis, fakta dan karakteristik sedang dipelajarinya.Fasilitas yang
obyek yang diteliti secara tepat. Metode diberikan meliputi pendidikan dan pelatihan
deskriptif menurut Sugiyono (2009) adalah kewirausahaan, magang, penyusunan
metode yang digunakan untuk rencana bisnis, dukungan permodalan dan
menggambarkan atau menganalisis suatu pendampingan usaha.Program ini
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk diharapkan mampu mendukung visi-misi
membuat kesimpulan yang lebih luas. pemerintah dalam mewujudkan kemandirian
Menurut Nasir (2003), metode deskriptif bangsa melalui penciptaan lapangan kerja
adalah suatu metode dalam meneliti status dan pemberdayaan UKM.
kelompok manusia, suatu obyek, suatu set Pada penelitian ini responden terdiri
kondisi, suatu system pemikiran, ataupun atas laki-laki dan perempuan yang
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. kesemuanya adalah mahasiswa yang sudah
Jadi metode penelitian deskriptif adalah mendapatkan matakuliah Kewirausahaan.
suatu penelitian yang menggunakan satu Responden berasal dari mahasiswa yang
variable tanpa menggunakan variabel lain sedang menempuh kuliah di Jakarta,
sebagai pembanding. Bandung, Bogor, dan Surakarta. Tempat
tinggal responden ada di Jakarta, Bandung,
HASIL & PEMBAHASAN Bogor, Depok, Tangerang, dan Surakarta.
Mahasiswa yang menjadi responden
Kewirausahaan Sebagai Sebuah Harapan adalah mahasiswa jurusan atau program
studi Manajemen, Akuntansi, dan
85
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Administrasi Keuangan. Etnografi Gambar 3 menunjukkan jumlah
responden terdiri dari Padang, Jawa, responden yang memilih pekerjaan sebagai
Tionghoa, Sunda, Betawi, dan lainnya. wirausaha adalah 124 (42%) responden yang
Pekerjaan orangtua responden terdiri dari terdiri dari 71 orang jurusan Manajemen, 51
wirausaha atau pengusaha, Pengawai Negeri orang jurusan Akuntansi, dan 2 orang
Sipil, pegawai swasta, dan lainnya. jurusan Administrasi Keuangan. Responden
Pekerjaan yang akan dipilih setelah lulus yang memilih bekerja sebagai PNS
dan dalam jangka panjang meliputi sebanyak 99 (34%) yang terdiri dari 46
wirausaha atau pengusaha, Pengawai Negeri orang jurusan Manajemen, 44 orang jurusan
Sipil (PNS), pegawai swasta, dan pekerjaan Akuntansi, dan 9 orang jurusan Administrasi
lainnya. Keuangan. Reponden yang memilih menjadi
pegawai swasta sebanyak 59 (20%) terdiri
dari 29 orang jurusan Manajemen, 23 orang
Pegawai Lainnya
Swasta 4% Wi rausa jurusan Akuntansi, dan 7 orang jurusan
20% ha Administrasi Keuangan. Sisanya 11 (4%)
42% responden memilih pekerjaan lainnya terdiri
dari 5 orang jurusan Manajemen, 5 orang
PNS jurusan Akuntansi, dan 1 orang jurusan
34% Administrasi Keuangan.
Perbandingan responden yang memilih
pekerjaan sebagai wirausaha atau pengusaha
setelah lulus kuliah berdasarkan jurusan atau
program studi lebih banyak jurusan
Manajemen, yaitu 20 responden atau 28
Gambar 2 Pilihan Pekerjaan Responden
persen. Perbedaan ini dapat dijelaskan
Setelah Lulus
karena jurusan atau program studi
Manajemen lebih banyak mendapatkan
Gambar 2 menunjukkan pekerjaan yang
matakuliah yang mendukung kompetensi
dipilih oleh responden setelah lulus kuliah.
kewirausahaan dibandingkan jurusan
Pekerjaan yang paling banyak dipilih oleh
Akuntansi. Matakuliah pendukung
responden adalah wirausaha sebanyak 124
kompetensi kewirausahaan yang ditawarkan
(42%), disusul Pegawai Negeri Sipil (PNS)
pada jurusan Manajemen tetapi tidak
99 (34%), pegawai swasta 59 (20%), dan
ditawarkan pada jurusan Akuntansi antara
sisanya 11 (4%) memilih pekerjaan lainnya.
lain: Perilaku Konsumen, Riset Pasar, dan
Berdasarkan pekerjaan yang dipilih
Komunikasi Pemasaran.
mahasiswa setelah lulus paling banyak
Gambar 4 menunjukkan jumlah
adalah wirausaha atau pengusaha. Hal ini
responden yang memilih pekerjaan sebagai
berarti ada harapan bagi bangsa Indonesia ke
wirausaha adalah 124 (42%) responden yang
depan untuk menjadi negara maju karena
terdiri dari 77 orang laki-laki dan 57 orang
generasi mudanya paling banyak memilih
perempuan. Responden memilih menjadi
bekerja mandiri sebagai wirausaha daripada
PNS sebanyak 99 (34%) terdiri dari 37
pekerjaan yang lain.
orang laki-laki dan 62 orang perempuan.
Responden yang memilih bekerja sebagai
pegawai swasta sebanyak 59 (20%) terdiri
dari 17 orang laki-laki dan 42 orang
perempuan. Sisanya 11 (4%) responden
memilih pekerjaan lainnya.

Gambar 3 Pilihan Pekerjaan Responden


Berdasarkan Jurusan

86
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
diantaranya berintensi menjadi wirausaha.
Sebanyak 19 (6%) responden tinggal di
Bekasi 6 (42%) diantaranya memilih
menjadi wirausaha. Sisanya 90 (31%)
responden tinggal di Surakarta 49 (54%)
diantaranya memilih menjadi wirausaha.
Berdasarkan pilihan pekerjaan sebagai
wirausaha responden yang berdomisili di
Surakarta menempati peringkat pertama.
Surakarta sebagai kota menengah yang
merupakan pusat bisnis dan budaya menarik
Gambar 4 Pilihan Pekerjaan Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin minat reponden untuk berwirausaha.
Kondisi seperti ini merupakan pasar
potensial untuk berbagai macam produk
Pilihan pekerjaan sebagai wirausaha
atau pengusaha lebih banyak dipilih oleh mulai dari makanan atau kuliner sampai
dengan produk-produk yang mencerminkan
laki-laki daripada perempuan. Laki-laki
gaya hidup seperti butik, aksesoris, barang-
lebih suka mengambil risiko dibandingkan
dengan perempuan. Pengalaman peneliti barang elektronik dan lain-lain. Bagi orang-
orang yang mempunyai intensi berwirausaha
dalam mengampu matakuliah
maka orang tersebut akan menangkap
Kewirausahaan laki-laki lebih memiliki
intensi berwirausaha. Hal ini dibuktikan peluang untuk dijadikan bisnis.
laki-laki lebih banyak yang sudah memiliki
usaha kecil disamping kegiatan perkuliahan.
Perempuan lebih banyak memilih pekerjaan
sebagai PNS. Perempuan lebih senang
kenyamanan dan kepastian dalam pekerjaan
karena menjadi PNS mendapatkan
penghasilan tetap dan relatif aman dari
pemutusan hubungan kerja.

Gambar 6 Pilihan Pekerjaan Responden


Berdasarkan Etnis
Gambar 6 menunjukkan dari 293
responden yang merupakan etnis Padang
sebanyak 17 (6%) responden. Dari jumlah
tersebut 10 (59%) responden memilih
pekerjaan sebagai wirausaha atau pengusaha
setelah lulus kuliah. Etnis Jawa sebanyak
139 (47%) responden, 62 (45%) diantaranya
memilih menjadi wirausaha. Sebanyak 10
Gambar 5 Pilihan Pekerjaan Responden
(3%) responden merupakan etnis Tionghoa
Berdasarkan Tempat Tinggal
3 (30%) responden diantaranya memilih
Gambar 5 menunjukkan responden yang
menjadi wirausaha. Responden beretnis
bertempat tinggal di Jakarta sebanyak 41
Sunda 88 (30%), 38 (43%) diantaranya
(14%) responden. Dari jumlah tersebut 13
memilih menjadi wirausaha. Sebanyak 19
(32%) responden memilih pekerjaan sebagai
(6%) responden merupakan etnis Betawi 5
wirausaha atau pengusaha setelah lulus
(26%) responden diantaranya memilih
kuliah. Sebanyak 80 (27%) responden
menjadi wirausaha. Sisanya 20 (7%)
tinggal di Bandung 29 (36%) diantaranya
responden merupakan etnis lainnya 6 (33%)
berintensi menjadi wirausaha. Sebanyak 37
diantaranya memilih menjadi wirausaha.
(13%) responden tinggal di Bogor 16 (43%)
Budaya kewirausahaan mengandung
diantaranya berintensi menjadi wirausaha.
nilai-nilai seperti pantang menyerah, berani
Sebanyak 11 (4%) responden tinggal di
mengambil risiko, kreatif dan inovatif.
Depok 4 (36%) diantaranya berintensi
Karakter inilah yang dimiliki oleh etnis
menjadi wirausaha. Responden yang tinggal
Padang sehingga lebih dari 50% dari mereka
di Tangerang sebanyak 15 (5%), 5 (33%)
yang menjadi responden memilih pekerjaan
87
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sebagai wirausaha atau pegusaha setelah atau 32% responden memilih menjadi
lulus kuliah. Besarnya persentase etnis wirausaha setelah lulus kuliah. Peringkat
Padang yang memilih pekerjaan sebagai terakhir 41 orang atau 14% responden
wirausaha secara umum belum bisa mempunyai pekerjaan lainnya, dimana 15
mewakili mengingat responden etnis Padang atau 37% responden memilih menjadi
hanya 6%. wirausaha setelah lulus kuliah. Tabel 1
Hasil penelitian Mariska (2008) menunjukkan pekerjaan yang dipilih oleh
menyimpulkan bahwa sifat paling dominan responden setelah lima tahun mereka lulus
pada wirausaha etnis Padang adalah kuliah. Pekerjaan yang paling banyak dipilih
keluwesan bergaul, keyakinan diri, kerja oleh responden adalah wirausaha sebanyak
keras, dan instrumental.Keluwesan bergaul 197 (67%), disusul Pegawai Negeri Sipil
etnis Padang dapat dilihat pada pepatah (PNS) 60 (20%), pegawai swasta 26 (9%),
‘dimana bumi dipijak, disitu langit dan sisanya 10 (3%) memilih pekerjaan
dijunjung’.Artinya kita harus bisa lainnya. Berdasarkan pekerjaan yang dipilih
menyesuaikan diri dimanapun kita mahasiswa setelah lima tahun lulus paling
berada.Berbisnis memerlukan kelenturan banyak adalah wirausaha atau pengusaha.
untuk dapat memahami peraturan yang ada, Hal ini berarti ada harapan bagi bangsa
kebutuhan dan keinginan konsumen, dan Indonesia untuk menjadi negara maju karena
lingkungan sekitar. Sebagai bukti, beberapa generasi mudanya paling banyak memilih
pedagang batik di sepanjang jalan bekerja mandiri sebagai wirausaha daripada
Malioboro dan pasar Beringharjo kota pekerjaan yang lain.
Jogjakarta, dan pedagang batik di pasar
Klewer Surakarta menggunakan bahasa
Jawa adalah etnis Padang.
Gambar 7 menunjukkan pekerjaan atau
profesi orangtua responden sebagai
wirausaha atau pengusaha merupakan
profesi terbanyak dengan jumlah 105 orang
atau 36% dimana 63 atau 60% responden
memilih menjadi wirausaha setelah lulus
kuliah. Disusul kemudian oleh PNS yang
berjumlah 75 orang atau 26% dimana 23
orang atau 31% responden memilih menjadi Gambar 7 Pilihan Pekerjaan Responden
wirausaha setelah lulus kuliah. Peringkat
Berdasarkan Pekerjaan Orangtua
berikutnya adalah pegawai swasta yang
berjumlah 72 orang atau 25% dimana 23

Tabel 1 Pekerjaan Yang Dipilih Responden Masa Yang Akan Datang


Setelah Setelah 5 Perubahan
Piilhan Lulus tahun
Pekerjaan Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Wirausaha 124 42 197 67 73 25
-39 -
PNS 99 34 60 20 13
Pegawai -33 -
Swasta 59 20 26 9 11
Lainnya 11 4 10 3 -1 0
beberapa alumni perguruan tinggi yang
Perubahan pilihan pekerjaan dari PNS sebelumnya bekerja sebagai pegawai swasta
dan pegawai swasta banyak jumlahnya. berpindah menjadi wirausahawan.
Menurut beberapa responden bahwa mereka Tingginya perubahan pilihan pekerjaan
akan bekerja untuk mencari pengalaman, dari PNS ke wirausaha tidak sesuai dengan
mengumpulkan modal, dan membuat penelitian yang dilakukan oleh Mazzarol,
jejaring. Setelah mereka merasa punya Volery, Doss dan Thein, (1999) bahwa
pengalaman, modal, dan jejaring serta seseorang yang pernah bekerja di sektor
kemampuan mengelola usaha maka mereka pemerintahan cenderung kurang sukses
akan mendirikan usaha sendiri. Penjelasan untuk memulai usaha. Namun, Mazzarol et
ini didukung oleh hasil wawancara dengan al., (1999) tidak menganalisis hubungan
88
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
antara pengalaman kerja di sektor swasta 4. Manajemen Universitas Jendral Ahmad
terhadap intensi kewirausahaan. Yani, Bandung dengan visi “Diakui
Berdasarkan hasil wawancara dan sebagai institusi yang memiliki reputasi
pengisian kuesioner dari beberapa responden yang unggul dalam pendidikan
yang sudah bekerja, ada beberapa dari manajemen berbasis kewirausahaan
mereka yang beralih pekerjaan dari PNS dan yang bertaraf internasional, berjiwa
pegawai swasta ke wirausaha. Perpindahan kebangsaan dan berwawasan
pekerjaan dari pegawai swasta menjadi lingkungan.”
wirausahawan dengan alasan: (1) merasa 5. Manajemen Universitas Pakuan, Bogor
ada dorongan dari dalam diri untuk dengan visi “Menjadikan Program Studi
memperoleh kebebasan dalam pekerjaan, (2) Manajemen Fakultas Ekonomi
ingin mengatur sendiri waktu untuk keluarga Universitas Pakuan sebagai Pusat
dan pekerjaan dengan lebih baik, (3) ingin Pendidikan dan Pengembangan Ilmu
membantu orang lain, dengan menciptakan Manajemen yang mengutamakan kepada
lapangan pekerjaan, (4) merupakan cita-cita profesionalisme, mampu berwirausaha,
sejak kecil untuk menjadi seorang jujur dan berakhlak.”
wirausahawan, (5) awalnya sebagai
sambilan akhirnya menjadi pekerjaan utama, Dari kelima program studi tersebut
(6) meneruskan usaha orangtua, dan (7) bahwa matakuliah Kewirausahaan
bekerja untuk mencari pengalaman dan merupakan matakuliah wajib dengan bobot
modal. 3 SKS. Namun dari 10 program studi lain
yang tidak mencantumkan Kewirausahaan
Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan atau wirausaha pada visinya, matakuliah
Tinggi Kewirausahaan juga merupakan matakuliah
Kurikulum Kewirausahaan pada wajib dengan bobot 3 SKS. Beberapa
Perguruan Tinggi ditelusuri melalui situs program studi menambahkan laboratorium
resmi program studi perguruan tinggi yang Kewirausahaan sebagai penunjang
bersangkutan.Penelusuran dimulai dengan perkuliahan matakuliah Kewirausahaan.
melihat visi dari program studi pada Berdasarkan hasil penelusuran dan
Perguruan Tinggi yang mahasiswanya wawancara dapat dijelaskan bahwa
responden.Berdasarkan hasil penelusuri kewirausahaan selama ini hanya sebagai
diperoleh bahwa hanya ada 5 dari 15 matakuliah biasa, dan satuan acara perkuliah
program studi yang mencantumkan kata atau silabus matakuliah tersebut belum
Kewirausahaan atau Wirausaha pada secara tegas meyatakan untuk meningkatkan
visinya. Kelima program studi tersebut intensi berwirausaha.Untuk menumbuhkan
adalah : intesi berwirausaha mahasiswa pendidikan
1. Akuntansi Universitas Negri Jakarta kewirausahaan tidak cukup hanya diadakan
dengan visi “Menjadi program studi di dalam kelas dalam bentuk perkuliahan
yang memiliki kualitas ilmu akuntansi biasa, melainkan harus memberikan
yang dikenalpada level nasional maupun kesempatan kepada peserta didik untuk
Internasional serta menghasilkan lulusan merasakan langsung bagaimana sulitnya
yang memiliki daya saing di pasar memulai suatu usaha, menjalankannya, dan
tenaga kerja dan berwawasan juga memperoleh kesempatan untuk
wirausaha.” mengamati seorang role model. Dalam hal
2. Akuntansi Universitas Langlang Buana, ini Farzier dan Niehm (2008) memberikan
Bandung dengan visi “Mejadi program contoh dengan mengundang praktisi
studi akuntansi yang berdaya saing dan wirausaha sebagai pembicara tamu dalam
menghasilkan SDM profesional di perkuliahan atau menjadi mentor dalam
bidang akuntansi di Jabar dengan pemagangan.
menerapkan semangat kewirausahaan Hal lain yang mungkin dapat mendorong
pada tahun 2020.” mahasiswa untuk berintensi pada
3. Manajemen Universitas Pasundan, kewirausahaan adalah memunculkana figur-
Bogor dengan visi “Menjadi program figur yang bisa menjadi role model bagi
studi yang unggul dalam menghasilkan mereka selama mendapatkan pendidikan
lulusan pada bidang manajemen dan kewirausahaan. Role model ini dapat
kewirausahaan, berwawasan global, terbentuk live model yaitu seseorang yang
islami serta berbudaya sunda di tahun secara langsung menampilkan perilaku, atau
2021.” symbolic model yaitu seseorang atau
perilaku yang muncul secara tidak langsung
89
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
atau melalui suatu media (Ormrod, 1999). kemampuan kewirausahaan dan intensi
Selain melalui proses “modelling” ini, berwirausaha.
seharusnya mahasiswa juga dapat Pendidikan kewirausahaan yang
mempelajari tentang berwirausaha melalui diberikan juga perlu menekankan pada
pengalaman secara langsung melalui transfer of knowledge, sehingga mahasiswa
praktek-praktek yang diadakan pada saat akan terbuka terhadap informasi-informasi
mengikuti mata kuliah kewirausahaan baru di luar pemahaman mereka sebelumnya
tersebut. Pemagangan dan role model mengenai wirausaha. Informasi ini tentu
memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk beragam, mulai dari pengetahuan mengenai
mendorong peserta didik untuk kemudian kewirausahaan secara keseluruhan hingga
menjadi wirausaha. Karena menurut Fazio & strategi berwirausaha.Metode untuk
Zanna (dalam Franzoi, 1996) bahwa sikap mencapai transfer of knowledge secara
yang terbentuk melalui pengalaman maksimal dapat dilakukan dengan
langsung akan lebih kuat daripada yang memberikan tugas kepada mahasiswa untuk
terbentuk tanpa pengalaman. wawancara pada wirausahawan tentang
Hasil wawancara dengan beberapa sejarah terbentuknya usaha, bagaimana ide
responden di Perguruan Tinggi sampel usaha itu bermula, bagaimana usaha tersebut
diperoleh gambaran tentang metode bisa berhasil, berapa modal awal usahanya,
pengajaran yang masih tradisional.Sebagian berapa keuntungannya, dan
besar dosen masih menerapkan perkuliahan sebagainya.Mahasiswa wajib menjelaskan
secara tutorial, diskusi, presntasi, dan hasil wawancara tersebut di kelas baik
memberikan tugas seperlunya. dalam kelompok kecil maupun dalam
Mandatangkan dosen tamu dari kalangan kelompok besar.
wirausahawan sukses yang diharapkan dapat Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
membangkitkan intensi berwirausaha jumlah mahasiswa yang sudah berwirausaha
mahasiswa juga masih jarang dilakukan oleh ada 61 orang dengan jenis usaha terbesar
Perguruan Tinggi. Tugas mencari cerita adalah pakaian sebanya 11 orang, kemudian
sukses wirausahawan yang diberikan dosen Online Shop sebanyak 10 orang,
belum mampu memberikan inspirasi bagi perdagangan sebanyak 9 orang, kuliner dan
mahasiswa untuk berintensi pada makanan masing-masing 6 orang.
kewirausahaan. Selebihnya ada jenis usaha Handphone,
Kondisi ini perlu diperhatikan dan konveksi, percetakan, agrobisnis, bengkel
diperbaiki oleh Perguruan Tinggi untuk motor, game online, grosir snack, jersey,
meningkatkan strategi dan metode jual-beli motor, kerudung, koperasi, laundry,
pengajaran yang tepat dalam rangka les, mebel, modiste, dan salon. Jika
meningkatkan intensi berwirausaha pada dibandingkan dengan banyaknya responden
mahasiswa.Menurut Kuratko (2005) bahwa maka jumlah mahasiswa yang sudah
partisipasi semua pihak diperlukan dalam memulai hanya sebesar 21%.Namun jika
program pelatihan atau pendidikan dibandingkan dengan yang mempunyai
kewirausahaan untuk melakukan perubahan intensi terhadap berwirausaha makan
sikap dalam meningkatkan intensi besarnya 49%.
berwirausaha.Mereka membutuhkan strategi Penelusuran lebih lanjut bahwa dari 61
mengajar yang tepat dengan pendekatan mahasiswa yang sudah memulai
yang berpusat pada siswa.Pihie (2009), berwirausaha 54 mahasiswa memulai usaha
menyarankan bahwa untuk meningkatkan sebelum mengambil matakuliah
intensi berwirausaha mahasiswa, strategi Kewirausahaan, sisanya 7 memulai
mengajar tertentu perlu dilakukan di berwirausaha setelah mengambil matakuliah
samping yang tradisional.Hal ini terkait Kewirausahaan.Artinya bahwa perkuliahan
dengan argumen sebelumnya yang ada Kewirausahaan yang diselenggarakan 15
dalam literatur bahwa pengalaman program studi sampel belum mampu
kewirausahaan dikaitkan dengan meniciptakan instensi berwirausaha pada
mahasiswa.

Tabel 2 Jenis Usaha Mahasiswa


Jenis
No. Jenis Usaha Jumlah No. Jumlah
Usaha
1 Pakaian 11 12 Grosir 1

90
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Snack
2 Online Shop 10 13 Jersey 1
Jual Beli
3 Perdagangan 9 14 1
Motor
4 Kuliner 6 15 Kerudung 1
5 Makanan 6 16 Koperasi 1
6 Handphone 2 17 Laundry 1
7 Konveksi 2 18 Les 1
8 Percetakan 2 19 Mebel 1
9 Agrobisnis 1 20 Modiste 1
Bengkel
10 1 21 Salon 1
Motor
Game
11 1 Total 61
Online

SIMPULAN & SARAN merasakan langsung bagaimana sulitnya


memulai suatu usaha, dan mengelola
Simpulan usaha.Mahasiswa dapat memperoleh
kesempatan untuk berperan aktif dalam
Berdasarkan hasil penelitian dan menjalankan usaha melalui pemagangan.
pembahasandapat disimpulkan bahwa Perguruan tinggi juga dapat mengundang
intensi atau minat mahasiswa menjadi praktisi wirausaha sebagai pembicara tamu
wirausaha besar, namun kenyataannya tidak dalam perkuliahan atau menjadi mentor
didukung dengan kurikulum dan model dalam pemagangan. Wirausahawan sukses
pengajaran yang baik sehingga baru atau dosen tamu dapat dijadikan role model
sebagian kecil mahasiswa yang sudah oleh mahasiswa apabila karakter dan
memulai berwirausaha. pembawaan orang tersebut memberikan
teladan yang sesuai dengan harapan
mahasiswa.Mendirikan inkubator bisnis juga
Saran perlu untuk mewadahi dan mematangkan
jiwa wirausaha mahasiswa.Perbaikan
Berdasarkan hal tersebut, maka sudah kurikulum, materi pengajaran, dan metode
saatnya bagi perguruan tinggi untuk pengajaran juga harus dilakukan guna
meningkatkan metode meningkatkan intensi berwirausaha
pengajaran.Pendidikan kewirausahaan tidak mahasiswa.Perguruan Tinggi mungkin perlu
cukup hanya diadakan didalam kelas dalam membuka bidang peminatan kewirausahaan
bentuk perkuliahan tutorial, presentasi, dan dengan kurikulum dan dukungan sumber
diskusi saja, melainkan harus memberikan daya untuk menciptakan wirausahawan
kesempatan kepada peserta didik untuk baru.

DAFTAR RUJUKAN Entrepreneurship. Journal of Business


Venturing. 134, 317-332.
Ahmad, Basrie,. 2003. Survei Sikap
Mahasiswa Serta Bagaimana Cara Brown, C. 2000. Curriculum for
Memotivasi Mahasiswa Untuk Menjadi Entrepreneurship Education : A Review.
Wirausahawan. Jurnal Manajemen dan Digest number 00-8.
Akuntansi.7-14. http://www.celcee.edu/publications/diges
t/Dig00-8.html Juni, 2009.
Alberti, F., Sciascia, S., dan Poli, A. 2004.
Entrepreneurship Education: Notes on an Farzier Barbara and Linda S Niehm,(2008).
Ongoing debate. Proceedings of the 14th FCS Students' Attitudes And Intentions
Annual IntEnt Conference. University of Toward Entrepreneurial Careers. Journal
Napoli Federico II, Italy. 4-7 July. of Family and Consumer Sciences. April
2008: 100,2, Academic Research Library
Bechard, J.P. & Toulouse, J.M. 1998. pg 17.
Validation of a Didactic Model for The
Analysis of Training Objectives in Fayolle, A., Gailly, B., Kickul, J.,
LassasClerc, N. and Whitcanack. 2005.
91
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Capturing Variations in Attitudes and Entrepreneurship Theory and Practice.
Intentions: a Longitudinal Study to 295: 577-597.
Assess The Pedagogical Effectiveness of
Entrepreneurship Teaching Programs”, Liñán, F. dan Rodríguez, J.C. 2004.
Proceedings of the 50th Annual Entrepreneurial attitudes of Andalusian
Conference of the International Council university students. 44thERSA
for Small Business, Washington D.C. Conference. Porto Portugal, 25-29
June 1520. August.

Franke, N. dan Luthje, C. 2003. The making Loucks, K.E., (1988).Training


of an entrepreneur: Testing a model of Entrepreneurs For Small Business
entrepreneurial intent among Creation. I.L.O., Ginebra.
engineering. Students at MIT, R&D
Management. Vol. 33, No. 2, hal. 135- Mazzarol, T., Volery, T., Doss, N & Thein,
147. V. 1999. Factors Influencing Small
Garavan, T.N. dan O’Cinneide, B., (1994). Business Start up. International Journal
Entrepreneurship Education and of Entrepreneurial Behaviour and
Training Programmes: a Review and Research. Vol. 5, No. 2, pp 48-63.
Evaluation. Journal of European
Industrial Training. vol. 18 8, pp. 3-12. McIntyre, J.R. dan Roche, M., 1999.
University Education For Entrepreneurs
Gorman, G., Hanlon, D., dan King, W. In The United States: A Critical And
1997. Some Research Perspectives on Retrospective Analysis Of Trends In The
Entrepreneurship Education, Enterprise 1990s. Center for International Business
Education and Education for Small Education dan Research, Working Paper
Business Management: A Ten-Year Series 99/00-021. Georgia Institute of
Literature Review. International Small Technology, Atlanta.
Business Journal.153: 56 -77.
McMullan, W.E. dan Gillin, L.M., 1998.
Guzmán, J. dan Santos, F.J., 2001. The Developing technological start-up
Booster Function and The entrepreneurs: a case study of a graduate
Entrepreneurial Quality: an Application entrepreneurship programme at
to The Province of Seville, Swinburne University. Technovation.
Entrepreneurship and Regional vol. 18 4, pp. 275-286.
Development. vol. 133, pp. 211-228.
Niyonkuru, R., 2005. Entrepreneurship
Hansemark, O. C. 1998. The Effects of An Education at Tertiary Institutions in
Entrepreneurship Programme on Need Rwanda: A Situation Analysis. Tesis.
for Achievement and Locus of Control University of the Western Cape, tidak
of Reinforcement. International Journal dipublikasi.
of Entrepreneurial Behaviour and
Research. 41., pp. 28-50. Ormrod, J. E. (1999). Human Learning (3rd
ed). Upper Saddle River, New Jersey:
Hills, G.E. (1988). Variations in University Prentice-Hall.
Entrepreneurship Education: An
Empirical Study of an Evolving Field. Paulina, Irene dan Wardoyo. 2012. Pengaruh
Journal of Business Venturing. 3, 109- Kecerdasan Emosi, Sikap Mandiri, Dan
122. Lingkungan Terhadap Intensi
Berwirausaha Pada Mahasiswa. Jurnal
Krueger, N. & Brazeal, D. Dinamika Manajemen . Volume 3.
1994.Entrepreneurial Potential and Nomor 1. Maret, hal 1-10.
Potential Entrepreneurs.
Entrepreneurship Theory & Practice. Rahmawati. 2000. Pendidikan Wirausaha
192, 91-104. Dalam Globalisasi. Liberty: Yogyakarta.

Kuratko, D. F. 2005. The emergence of Scharg, Adele F dan Robert P. Poland,.


entrepreneurship education: 1987. A System for Teaching Business
development, trends, and challenges. Education. McGraw-Hill Book
Company. New York.
92
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Sexton, D.L., dan Upton, N.B. 1988. Vesper, K.H. 1990. New Venture Strategies.
Validation Of An Innovative Teaching Prentice-Hall. Englewood Cliffs, N.J.
Approach For Entrepreneurship Courses.
American Journal of small business. Wardoyo. 2012. Pengaruh Pendidikan Dan
123: 11-22. Karakteristik Kewirausahaan Terhadap
Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pada
Souitaris, V., Zerbinati, S., & Al-Laham, A. Perguruan Tinggi Swasta Di Jakarta.
2007. Do entrepreneurship programmes Paper dipresentasikan pada Seminar
raise entrepreneurial intention of science Nasional Kewirausahaan dan Inovasi
and engineering students? The effect of Bisnis. II 2012 Universitas
learning, inspiration and resources. Tarumanagara, Jakarta.
Journal of Business Venturin. 22(4):
566-591.

93
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Peran Guru Dalam Menanamkan Sikap Kewirausahaan
Peserta Didik

Bakti Widyaningrum
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Email : baktiwidyaningrum@gmail.com

Abstrak : Pengangguran saat ini masih dijadikan isu Nasional oleh pemegang polizy di Indonesia.
Pengangguran terjadi karena jumlah angkatan kerja yang tidak mampu terserap seluruhnya dalam
dunia kerja. Tingginya tingkat pengangguran bukan disebabkan oleh penduduk yang tidak
menamatkan pendidikan, karena faktanya sebagian besar pengangguran justru telah menyelesaikan
minimal pendidikan dasarnya. Hal ini menjadi masalah yang harus segera mungkin diatasi oleh
pemerintah maupun lembaga pendidikan apabila tidak ingin jumlah pengangguran semakin
bertambah. Salah satu alternatif untuk mengurangi jumlah pengangguran adalah menciptakan
wirausahawan baru sebanyak mungkin. Negara maju di Eropa bahkan telah lama menjadikan
pendidikan kewirausahaan sebagai mata pelajaran wajib bagi seluruh jenjang pendidikan. Di
Indonesia dengan adanya kebijakan baru tentang standar proses kurikulum 2013 juga memungkinkan
guru menanamkan sikap kewirausahaan pada peserta didik melalui pengintegrasian sikap wirausaha di
seluruh mata pelajaran. Pendidikan erat kaitannya dengan sosok guru, guru dalam pendidikan
merupakan figur utama karena dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan mampu membentuk
dan menanamkan sikap kewirausahaan pada peserta didik. Penanaman sikap kewirausahaan dapat
dilakukan dengan cara pengembangan materi atau teori tentang kewirausahaan oleh guru dan
diajarkan kepada peserta didik melalui pendekatan leaarning by doing. Teori dalam pendidikan
kewirausahaan masih relevan untuk diajarkan, karena pemahaman peserta didik yang bersumber dari
teori dapat dikonstruksikan sehingga mampu membentuk dan merubah sikap peserta didik. Apabila
dikaitkan dengan pembelajaran kewirausahaan, teori kewirausahaan yang di kembangkan dengan baik
oleh guru mampu membentuk sikap dan karakter kewirausahaan peserta didik.

Kata Kunci : Sikap Kewirausahaan

Pengangguran sampai saat ini masih dijadikan isu Pendidikan merupakan sebuah standar dasar
Nasional oleh pemangku kebijakan di Indonesia. dalam menciptakan human capital unggul bagi
Pada bulan Agustus tahun 2013 BPS (Badan sebuah Bangsa. Hal ini terdapat dalam undang-
Pusat Statistik) mencatat presentase tingkat undang No 20 Tahun 2003 yang menyebutkan
pengangguran di Indonesia sebesar 6,25% dari beberapa tujuan akhir dari pendidikan diantaranya
total angkatan kerja, atau lebih dari tujuh juta adalah membentuk individu yang cakap, kreatif
penduduk di Indonesia belum memiliki lapangan dan mandiri. Apabila proses pendidikan berjalan
pekerjaan. Jumlah pengangguran di atas dengan baik maka tujuan pendidikan di atas bisa
menunjukkan nominal yang cukup besar, dan tercapai dengan maksimal. Output pendidikan
mungkin masih akan bertambah apabila tidak yang cakap, kreatif dan mandiri diharapkan
segara ditangani dengan baik. Pengangguran mampu menolong dirinya sendiri apabila
hampir selalu dikaitkan dengan dunia pendidikan, dihadapkan pada sebuah relita yaitu sulitnya
karena pada faktanya banyak pengagguran yang memperoleh pekerjaan yang layak.
justru telah menamatkan pendidikan dasar Dalam dunia pendidikan, guru merupakan
sembilan tahunnya. figur sentral yang tidak dapat tergantikan. Guru
sendiri merupakan sosok yang digugu dan ditiru
94
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sehingga seorang guru sangat berperan dalam itu, artikel ini dibatasi pada peran guru dalam
membentuk karakter dan sikap peserta didik menanamkan karakter dan sikap kewirausahaan
menjadi individu yang cakap, kreatif dan mandiri. peserta didik.
Hal ini dijelaskan dalam UUGD nomor 14 pasal 1
desebutkan bahwa guru adalah pendidik Pengertian Kewirausahaan
profesional dengan tugas utama mendidik, Kewirausahaan memiliki arti khusus dalam
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan industri
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada di sebuah Negara. Kewirausahaan juga mampu
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan merubah iklim sosial ekonomi dan budaya di
formal, pendidikan dasar dan pendidikan sebuah Negara dengan cepat. Bahkan telah
menengah. banyak Negara maju yang menyebutkan bahwa
Entrepreneur mempunyai peran yang kewirausahaan merupakan faktor utama
dominan dalam mengentaskan pengangguraan di terciptanya kemajuan di bidang Ekonomi.
banyak Negara. Banyak Negara maju di Eropa (Hannon, 2006; Murphy, 2006; Leino, 2010;
telah menanamkan kewirausahaan kepada peserta Hosseini, 2011; O’Connor, 2015). Kewirausahaan
didik bahkan sejak di bangku sekolah dasar. sendiri merupakan “Proses penciptaan sesuatu
Mereka menanamkan sikap dan karakter yang baru pada nilai menggunakan waktu dan
kewirausahaan melalui entrepreneur education upaya yang diperlukan, menanggung resiko
atau pendidikan kewirausahaan. Pelaksanaan keuangan, fisik serta resiko sosial yang
pendidikan kewirausahaan bukan diajarkan secara mengiringi, menerima imbalan moneter yang
parsial menjadi sebuah mata pelajaran melainkan dihasilkan serta kepuasan pribadi” (Hisrich,
diintegrasikan pada seluruh mata pelajaran, Peters, dan Shepherd, 2008:10). Mamman (2009)
pendidikan kewirausahaan juga ditanamkan menjelaskan bahwa “ Kewirausahaan sebagai
melalui school’s operational culture atau pendekatan organisasi dan manajemen yang
pembudayaan pendidikan kewirausahaan dalam memungkinkan seseorang merespon suatu
kegiatan di sekolah (Leino, 2010: 118). masalah dan memecahkannya dengan inisiatif
Berdasarkan latar belakang di atas jelas sendiri dalam situasi apa pun” (Ememe,
bahwa kewirausahaan merupakan salah satu 2013:242). Lebih lanjut Kasmir (2006)
kunci dalam menekan presentase pengangguran menjelaskan bahwa kewirausahaan merupakan
sebuah Negara. Pembentukan karakter dan sikap sebuah kemampuan dalam menciptakan suatu
kewirausahaan dapat dilakukan pada jenjang usaha. Dalam penciptaan usaha ini terdapat
pendidikan, hal ini dikarenakan tujuan pendidikan sebuah proses kreativitas dan inovasi agar suatu
di Indonesia sejalan dengan pembentukan yang dihasilkan berbeda dengan yang sudah ada
karakter dan sikap kewirausahaan, yaitu sebelumnya.
membentuk pribadi yang cakap, kreatif dan Berdasarkan pengertian kewirausahaan di
mandiri. Dalam proses pendidikan Guru atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan
mempunyai peran strategis dalam upaya merupakan sebuah proses penciptaan sesuatu
menanamkan sikap kewirausahaan peserta didik, yang baru, menggunakan inovasi dan kreatifitas
karena dengan kompetensi dan kualifikasi yang untuk memecahkan dan merespon suatu masalah
dimiliki guru seperti tercantum dalam UUGD dengan berbagai resiko yang amengiringi agar
guru mampu menjadikan pembelajaran yang memperoleh imbalan, baik keuntungan moneter
berlangsung memiliki makna bagi siswa dalam maupun kepuasan pribadi.
mengkonstruksi dan mempraktekkan
pengetahuan yang telah di dapatkan. Oleh karena Pengertian Pendidikan Kewirausahaan

95
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
UNESCO (2008) secara garis mendefinisikan memanfaatkan peluang beserta resiko yang
tiga konsep pendidikan kewirausahaan yaitu: mengiringi sehingga peserta didik dapat dengan
1. Pendidikan kewirausahaan memberikan cepat mengatasi masalah sosial yang ada.
pengalaman, kemampuan dan pandangan Masalah sosial di sini dapat diasumsikan dengan
ke depan kepada peserta didik tentang tingginya tingkat pengangguran.
bagaimana mengakses dan mengubah
sebuah peluang, hal ini tidak hanya Pengertian Sikap Kewirausahaan
sebatas menghasilkan ide bisnis tetapi Karakter dan sikap sering disandingkan
yang lebih penting membuat peserta didik dalam pembahasan tentang kewirausahaan
mampu mengatasi dan merespon maupun pendidikan kewirausahaan. Pada
perubahan sosial. kenyataannya karakter memiliki kaitan erat
2. Pendidikan kewirausahaan merupakan dengan sikap. Sikap merupakan output yang
pendidikan dan pelatihan yang terbentuk dari berkembangnya karakter peserta
memungkinkan peserta didik didik melalui proses learning experience,
mengembangkan kreativitas, berinisiatif, knowledge reproduction, skills dan peran dari
serta bertanggungjawab pada resiko yang guru (teachers competence dan teachers
ada. performance) (Westera, 2010 dan Cheng, 1996).
3. It should be called entrepreneurship Ada tiga dimensi yang harus dimiliki oleh
education (not enterprise education) so seorang wirausaha yaitu attitudes, skills dan
that it does not sound as if it is focusing creativity (Hosseini, 2011). Indikator sikap
on business. seorang wirausahawan menurut Stimpson,
Sejalan dengan konsep pendidikan Robinson dan Hunt (1991) terdiri dari 4 dimensi
kewirausahaan dari UNESCO, Ememe (2013) utama yang disebut dengan Entrepreneurial
menjelaskan bahwa pendidikan kewirausahaan Attitude Orientation (EAO) yaitu need for
fokus pada pembentukan karakter peserta didik achievement, personal control over behavior,
agar mereka lebih bertanggungjawab pada diri innovation, dan self esteem. (Tamizharasi, 2010;
sendiri, fokus tujuan hidup, menjadi lebih kreatif Pihie, 2011; Gibson, 2010). Need for achievement
dalam menemukan peluang serta dapat mengatasi (keinginan untuk berprestasi) dapat direfleksikan
masalah yang kompleks dalam kehidupan sosial. dari merasa mampu untuk menghasilkan hal yang
Buchari (2010) menjelaskan bahwa keberanian baru walaupun keinginan untuk mencoba tersebut
membentuk kewirausahaan didorong oleh guru di belum tentu akan memberikan hasil yang
sekolah, guru harus memberikan tema pendidikan maksimal (berspekulasi). Personal control over
kewirausahaan yang praktis dan menarik, behavior (mengontrol diri) merasa bahwa dirinya
sehingga peserta didik dapat tertarik untuk mampu mengontrol dari hal baru yang telah
menjadi seorang wirausaha. dihasilkan. Innovation (inovasi) yaitu berfikir
Sampai di sini dapat ditarik kesimpulan tentang ide, produk dan metode yang baru serta
tentang pendidikan kewirausahaan, bahwa mengembangkannya agar lebih efektif ketika
pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh guru sudah berjalan, dan Self esteem (penghargaan
melalui pembelajaran di kelas maupun luar kelas terhadap diri sendiri) diindikasikan dari merasa
yang bertujuan untuk membentuk karakter percaya diri terhadap kompetensi kewirausahaan
peserta didik agar mereka lebih yang dimilikinya.
bertanggungjawab, fokus, memiliki daya Buchari (2011) menjelaskan enam sikap yang
kreatifitas, inovasi dan inisiatif yang tinggi serta harus dimiliki oleh seorang wirausaha yaitu
mampu mengambil, menciptakan dan percaya diri, mempunyai inisiatif, memiliki motif

96
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
untuk berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, Fiet (2000) mengungkapkan bahwa masih banyak
berani dalam mengambil resiko, penuh ahli yang mempuyai pendapat bahwa peserta
perhitungan dan yang terakhir orisinalitas. Pihie didik tidak perlu diajari banyak tentang teori
(2011) membagi Sikap wirausaha kewirausahaan, mereka akan lebih memahami
(entrepreneurial attitude) menjadi tiga dimensi esensi kewirausahaan dengan praktek secara
atau komponen untama, yakni dimensi afektif langsung serta belajar dari mengamati
yang menyangkut perasaan dan emosi, dimensi autobiografi pengusaha sukses. Namun demikian
kognitif yang mencakup pikiran dan keyakinan menurut Fiet (2000:1) “Theory is an essential
dan yang terakhir adalah dimensi conation yang part of what we teach because we do not know
mencakup tindakan dan perilaku. Dan kombinasi any other way to help students anticipate the
dari ketiga dimensi di atas, dapat membentuk future, which is a key to entrepreneurial success.
sebuah bangunan sikap kewirausahaan yang Despite the current limitations of our theorizing,
sangat kuat. theory still offers the most promise as course
Berdasarkan pengertian di atas, dapat content for students”.
disimpulkan bahwa sikap kewirausahaan Meskipun masih banyak keterbatasan pada
seseorang dapat terbentuk dengan memproses teori kewirausahaan saat ini, teori kewirausahaan
learning experience, knowledge reproduction, masih menjanjikan sebagai isi dari materi
serta skills yang telah diperoleh selama proses kewirausahaan yang akan diajarkan kepada
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran
seorang guru berperan dengan kompetensi dan akan efektif apabila peserta didik dapat
kinerja yang dimiliki. menggabungkan pengetahuan dan ketrampilan
yang diperoleh selama proses pembelajaran
Hubungan Antara Pendidikan Kewirausahaan menjadi sebuah struktur kognitif yang dapat
dengan Sikap Kewirausahaan. merubah frame berfikir peserta didik. (Fiet, 2000;
Proses pendidikan di Indonesia tidak dapat Mclnerney, 2006).
dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar di Kesimpulan yang dapat di tarik dari pendapat
dalam sebuah institusi yang disebut dengan diatas yaitu materi kewirausahaan yang telah di
sekolah. Faktor penting dalam kegiatan kembangkan oleh guru dari teori yang telah ada
pembelajaran adalah materi pelajaran serta tetap memiliki peran yang penting, karena dengan
pengalaman yang diperoleh melalui proses menyampaikan dan mengembangkan materi
tersebut. Fiet (2000) menjelaskan bahwa dalam kewirausahaan dapat membuat pembelajaran
proses pembelajaran seorang guru harus menjadi lebih bermakna atau effective learning.
mengembangkan teori tentang kewirausahaan, Substansi materi pembelajaran kewirausahaan
teori yang disampaikan kepada peserta didik yang telah di kembangkan, akan memacu
bukan sembarang teori, melainkan teori yang perkembangan struktur kognitif peserta didik,
sarat akan kegiatan learning by doing. perkembangan kognitif dapat terjadi apabila
Pembelajaran yang menekankan pada learning by peserta didik menggabungkan semua
doing dapat mempercepat pemahaman dan pengetahuan yang telah diperoleh, pengetahuan di
penguasaan materi kewirausahaan oleh peserta peroleh dari materi yang telah disampaikan oleh
didik. guru dan dari pengalaman pribadi peserta didik
Seorang guru dituntut mampu (learning by doing).
mengembangkan standar isi dalam teori Perkembangan struktur kognitif dalam
kewirausahaan jika menginginkan perkembangan pembelajaran kewirausahaan erat kaitannya
pengetahuan peserta didik menjadi lebih baik. dengan penanaman sikap kewirausahaan peserta

97
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
didik. Hanson (1999:6) mengemukakan bahwa tinggi tentang peran profesinya dan menjadi
proses pembelajaran merupakan pengembangan warga Negara yang baik.
pengetahuan baru, ketrampilan dan sikap yang Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor
disebabkan interaksi individu dengan informasi 74 tahun 2008 dijelaskan bahwa kompetensi
yang telah didapat oleh peserta didik. Dengan pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
kata lain, sikap peserta didik dapat tumbuh dan pengelolaan pembelajaran sekurang-kurangnya
terbentuk karena mendapatkan pengetahuan baru meliputi pemahaman wawasan atau landasan
yang berasal dari informasi (baik yang kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
disampaikan oleh guru maupun yang diperoleh pengembangan kurikulum atau silabus,
sendiri). perancangan pembelajaran, pelaksanaan
Pembelajaran yang efektif (effective pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
learning) yang dikembangkan dan pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi
diselenggarakan oleh guru dalam proses hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk
pembelajaran dapat membentuk sikap mengaktualisasikan berbagai potensi yang
kewirausahaan dan ketrampilan peserta didik. dimilikinya.
Menurut Calvin (2011) kompetensi
Peran Guru dalam Membentuk Sikap pedagogik merupakan kemampuan dan sikap
Kewirausahaan Peserta Didik guru dalam mengatur dan menghidupkan situasi
Guru erat kaitannya dengan proses pembelajaran, melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran, selama proses pembelajaran pembelajaran dan mampu mengatur kelompok
banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang dalam belajar kompetensi pedagogik guru dapat
guru. Guru dalam hal ini dipandang mampu dan ditingkatkan apabila serta secara periodik dan
berkompetensi untuk menanamkan karakter dan berkesinambungan mengikuti kepelatihan
sikap kewirausahaan kepada peserta didik. Dalam pengajaran (teacher pedagogical training).
Undang-undang Guru dan Dosen jelas Berdasarkan pengertian di atas bisa
dicantumkan bahwa guru dapat menjalankan disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik
perannya dengan baik apabila memiliki empat merupakan kompetensi yanng mencakup
kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, ketrampilan guru dalam mengajar (teaching
kompetensi profesional, kompetensi sosial dan skills) dari persiapan, pembelajaran sampai
kompetensi kepribadian. dengan eveluasi (assesment).
Alnoor (2011:587) menjelaskan bahwa Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 74
kompetensi guru mempunyai empat indikator tahun 2008 tentang guru, yang dimaksud dengan
utama, yakni Knowledge yang mencakup content kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh
knowledge, professional knowledge, emerging guru adalah kemampuan kepribadian yang
dan contemporary knowledge; Teaching skills mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa menjadi
yang mencakup proses pembelajaran, strategi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
pembelajara dan (tehnik mengatur kelas; Kepribadian guru ini penting mengingat dalam
Assessment and evaluation mencakup proses masyarakat Indonesia melekat budaya yang
pengambilan nilai, menganalisis, menafsirkan menempatkan guru sebagai tokoh sentral dalam
hasil analisis nilai, dan mengkomunikasikan masyarakat. Hal ini tercermin dalam pemahaman
informasi tentang nilai peserta didik dengan baik; masyarakat Indonesia yang melihat guru sebagai
dan yang terakhir adalah Professional value and sosok yang “digugu” dan ditiru.
behavior mencakup menjunjung tinggi kode etik Sementara Nanang (2009:105) menjelaskan
guru, memiliki etika, memiliki komitmen yang kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru

98
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
adalah bertindak sesuai dengan norma agama, utama guru harus mampu menyelesaikan konflik
hukum, sosial, dan kebudayaann nasional yang seringkali terjadi di dalam kelas selama
Indonesia; menampilkann diri sebagai pribadi proses pembelajaran. Lebih lanjut diungkapkan
yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi bahwa kompetensi sosial guru juga tercermin
peserta didik dan masyarakat; menampilkan diri dalam tingkah lakunya sehari-hari (Jennings dan
sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif Greenberg, 2009)
dan berwibawa; menunjukkan etos kerja, Kompetensi sosial guru penting untuk
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi mengembangkan dan mendukung hubungan
guru, dan rasa percaya diri; menjunjung tinggi antara guru dan murid selama proses belajar
kode etik profesi guru. mengajar berlangsung. Dengan adanya
Berdasarkan pernyatan diatas, maka dapat kompetensi sosial, guru dapat proaktif dalam
disimpulkan kompetensi kepribadian merupakan menunjukkan skill mengajarnya, sehingga siswa
kompetensi guru dalam berperilaku dan bertindak akan antusias dan menikmati proses belajar
serta bertutur sesuai dengan aturan dan noma- mengajar. Selain itu guru dengan kompetensi
norma yang berlaku guru harus mencerminkan sosial yang tinggi, akan dijadikan role model oleh
kepribadian yang baik agar dapat menjadi siswanya sehingga guru dan siswa dapat
panutan bagi peserta didik. menjalankan proses belajar mengajar dengan
Kompetensi sosial Menurut Eccless dan sangat nyaman dan alami. Hal ini sejalan dengan
Roeser (1999) tidak hanya diaplikasikan guru saat pendapat yang dikemukakan oleh Goddard
berada pada lingkungan sosial saja. Dalam proses (2004) “When teachers experience mastery over
belajar mengajarpun seorang guru harus these social challenges, teaching becomes more
mempunyai kompetensi sosial, kompetensi sosial enjoyable, and they feel more efficacious”.
digunakan guru untuk menjaga dan memberikan Dengan kata lain kompetensi sosial guru akan
tempo selama proses belajar. Selain itu selama membuat iklim belajar menjadi lebih sehat,
proses pembelajaran guru juga harus menjaga sedangkan iklim belajar yang sehat akan
hubungan baik dengan peserta didik, memberikan kontribusi pada keadaan sosial siswa
mengembangkan kemampuan siswapun dan pada akhirnya akan berpengaruh pada
memerlukan kemampuan sosial, dan yang paling academic outcomes.

Sumber: Ikavalko (2014)

Gambar 1 Teacher Executing the Aims of Entrepreneurship Education

99
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Kompetensi professional yang tercantum dalam berpengaruh terhadap pembentukan sikap siswa
PP RI Nomor 74 tahun 2008 merupakan melalui proses belajar mengajar sehingga
kemampuan guru dalam menguasai terciptalah student learning outcomes yang sesuai
pengetahuan yaitu bidang ilmu pengetahuan, dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan
teknologi, dan atau seni dan budaya yang sebelumnya.
diampunya. Berdasarkan pengertian diatas, guru Ikavalko (2014) dalam gambar 1
yang mengajar kewirausahaan harus mampu menjelaskan bahwa outcomes dari
menguasai bidang ilmu kewirausahaan dengan penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan
baik. Guru yang profesional tidak hanya adalah terbentuknya sikap kewirausahaan peserta
mngetahui, tetapi juga melaksanakan apa yang didik, sedangkan proses pembelajaran
menjadi tugas dan perannya. Guru profesional diselenggarakan oleh seorang guru
diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan kewirausahaan yang berkompetensi di bidangnya.
mata pelajaran yang diajarkannya. Guru yang berkualitas disebut sebagai
Kompetensi yang dimiliki oleh guru ini effective teacher atau successful teacher
sering diidentikkan juga dengan keefektifan guru (Westera, 2001; Cheng, 1996; Zuzovsky, 2003).
dalam proses belajar mengajar, seperti yang Dijelaskan lebih lanjut oleh Zuzovsky (2003)
dikemukakan oleh Westera (2001: 81)“When bahwa guru yang berkualitas bukan sekedar
thinking about competences, concepts such as menjadi “a good teacher” dengan menjunjung
performance and effectiveness are involved tinggi standar dan norma guru saja, tetapi juga
because competence is directly linked with harus berkualitas dalam pembelajaran di kelas
effective performance ” saat membahas tentang bersama peserta didik sehingga terciptalah
kompetensi, konsep tentang kinerja dan meaningfull learning.
keefektivan selalu dikaitkan karena kompetensi Dalam gambar 2 Zheng (1996)
berhubungan langsung dengan efektifitas kinerja menggambarkan konsep teacher effectiveness
guru. yang menjelaskan bahwa student learning
Berdasarkan pendapat di atas dapat outcomes yang sesuai dengan tujuan didapat dari
disimpulkan bahwa seorang guru dikatakan hubungan yang erat antara pengalaman belajar
berkualitas apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu dan karakter individual peserta didik. Student
guru yang berkompetensi, guru yang berprestasi learning experience merupakan efek dari
dan guru yang efektif. Sedangkan menurut Cheng perpaduan antara kinerja guru dan faktor internal
dan Tsui (1996) kompetensi guru sangat dalam pembelajaran.

Sumber: Yin Cheong Cheng (1996)

Gambar 2 Konsep Teacher Effectiveness

100
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Teacher performance ditentukan oleh interaksi menekankan pada learning by doing bukan
antara kompetensi guru dan faktor eksternal berarti mengesampingkan pemahaman tentang
dalam pembelajaran. Teacher training and pre- materi dan teori kewirausahaan itu sendiri, oleh
existing teacher characteristics atau disebut juga karena itu dalam mengajarkan kewirausahaan
sebagai kualifikasi guru, dapat menentukan agar tercipta pembelajaran yang bermakna,
bagaimana kompetensi guru. Teacher evaluation seorang guru dalam Undang undang Guru dan
dapat dijadikan sebagai informasi bahkan Dosen di Indonesia wajib memiliki setidaknya
parameter kinerja guru dan hasil belajar siswa kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai kompetensi sosial serta kompetensi profesional.
fasilitas mengembangkan kompetensi. Kompetensi pedagogik berkaitan dengan
kemampuan guru dalam mempersiapkan
SIMPULAN pembelajaran, mengatur dan menyelenggarakan
proses belajar, serta melakukan evaluasi untuk
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di menganalisis kemampuan peserta didik dan
atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan keberhasilan dalam pembelajaran. Kompetensi
merupakan salah satu cara untuk memecahkan kepribadian berkaitan dengan sejauh mana
masalah pengangguran di suatu Negara. seorang guru mampu menjadi contoh dan sauri
Pendidikan kewirauahaan dapat dipergunakan tauladan yang baik untuk peserta didik sehingga
sebagai sarana dalam membentuk karakter serta representasi sikap guru yang baik dalam perilaku
sikap kewirausahaan individu. Pembentukan sehari-hari dapat memberi motivasi dan dorongan
sikap kewirausahaan melalui pendidikan peserta didik untuk mecontoh apa yang dilakukan
kewirausahaan dapat ditanamkan kepada peserta oleh gurunya.
didik jenjang dasar melalui pengintegrasian nilai Kompetensi sosial berkaitan dengan
dasar, konsep, serta teori tentang kewirausahaan kemampuan guru dalam berkomunikasi,
yang telah dikembangkan oleh guru sesuai bersosialisasi dan menyampaikan pembelajaran
dengan tingkat perkembangan siswa. Sedangkan yang baik sehingga dapat diterima oleh seluruh
kewirausahaan pada jenjang pendidikan peserta didik. Sedangkan kompetensi profesional
menengah dapat diajarkan menjadi mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan guru dalam
kewirausahaan yang di ajarkan oleh guru yang memahami dan menyampaikan materi pelajaran
berkompetensi di bidang kewirausahaan. yang sedang diampu.
Pendidikan erat kaitannya dengan proses kompetensi guru melalui proses belajar
belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru mengajar dan berbagai faktor yang mendukung
dalam sebuah institusi sekolah. Guru pembelajaran akan menghasilkan peahaman
kewirausahaan berperan membentuk sikap
terhadap materi pemebelajaran, dan secara
kewirausahaan peserta didik melalui proses
tersebut. Proses belajar mengajar merupakan cara berkesinambungan, learning experiences dan
guru dalam mentransfer ilmu kepada peserta student learning outcomes ini akan membentuk
didik dengan menekankan pada proses learning individual student characteristic yang tercermin
by doing. Walaupun proses belajar tersebut dalam student attitude.

101
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN Fiet, James. O. 2000. The Pedagogical Side Of
Entrepreneurship Theory. Journal of
Alnoor, Abdulghani. M. & Hongyu, Ma. 2011. Business Venturing. 16: 101 –117
Instrument of Primary School Teacher
Competency. Journal of Social Sciences 7 Goddard, R. D., Hoy, W. K., Woolfolk Hoy, A.
(4): 586-589 (2004). Collective Efficacy Beliefs:
Theoretical Developments, Empirical
Buchari Alma. 2011. Kewirausahaan untuk Evidence, and Future Directions.
Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta. Educational Researcher. 33: 3-13

Calvin, J. B dan Chumba, E. N. 2011. Teacher’s Hannon, P. D. 2006 . Teaching pigeons to dance:
Pedagogic Competence And Pupils’ sense and meaning in entrepreneurship
Academic Performance In English In Education. Education + Training. 48 (5):
Francophone Schools. International 296-308.
Research Journals Educational Research 2
(4): 1094-1105. Henson, K. T., dan Ben, F. E. 1999. Educational
Psychology for Effective Teaching.
Cheng , Yin C. and Tsui , Kwok T. (1996). Belmont, CA: Wadsworth Publishing
Total teacher effectiveness: new Company
conception and improvement. International
Journal of Educational Management 10(6): Hisrich, R. D., Peters, M. P, Sheperd, A. D. 2008.
7-17. Entrepreneurship. Jakarta: Salemba Empat.

Ememe, O. N., Ezeh, S. C., Ekemezia, C. A. Hosseini, S. J. F,. Ahmadi, Heidar. 2011.
2013. The Role of Head Teacher in the Affective Factors Contributing to
Development of Entrepreneurship Entrepreneurial Attitudes of University
Education in Primari School. Journal of Students in Iran. Annals of Biological
Social Sciences and Humanities. 2 (01): Research. 2 (2): 366-371.
242 – 249
Ikävalko, M., Ruskovaara, E., Leino, J.S. 2014.
Fiet, James. O. 2000. The Theoritical Side of Rediscovering Teacher’s Role In
Teaching Entrepreneurship. Journal of Entrepreneurship Education. Academy of
Business Venturing. 16: 1 –24 Management Review. 25 (1): 217-226.
Jennings, P. A dan Greenberg, M. T. 1996. The
Prosocial Classroom: Teacher Social and of Educational Research Spring. 79 (1):
Emotional Competence in Relation to 491-525.
Student and Classroom Outcomes. Review
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Edisi 1. Jakarta: teacher?. Education + Training. 52 (2):
Raja Grafindo Persada. 117-127

Leino, J.S., Ruskovaara, E., Ikavalko, M., Mclnerney, D.M., dan Valentina Mclnerney.
Mattila, J., Rytkola, T. 2010. Promoting 2006. Educational Psychology
entrepreneurship education: the role of the (Constructing Learning). New South
Walles: Pearson Educatian Australia.

102
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Motivation, Attitude, Learning Styles, and
Murphy, P. J., Liao, J., Welsch, H. P. 2006. A Achivement. Journal of Agricultural
Conceptual History of Entrepreneurial Education. 42 (04): 12-20
Thought. Journal of Management History.
12 (01): 12-35. Tamizharasi, G., Panchanatham, N. 2010.
Entrepreneurial Attitudes among
Nanang Hanafiah. 2009. Konsep Strategi Entrepreneurs in Small and Medium
Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Enterprises. International Journal of
Innovation, Management and Technology.
O’Connor, A., Stam, A., Acs, Z. J., Audretsch, D. 1(4): 354-356.
B. 2015. Entrepreneurial Ecosystems.
Proceeding on Special Issue of Small Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Business Economics: An Entrepreneurship Guru dan Dosen
Journal30 September 2015.
UNESCO (2008). Inter-Regional Seminar on
Pihie, Z. A. L., Bagheri, A. 2011. Are Teachers Promoting Entrepreneurship Education in
Qualified to Teach Entrepreneurship? Secondary School. Bangkok: UNESCO.
Analysis of Entrepreneurial Attitude and
Self Eficacy. Journal of Aplied Sciences. 11 Westera, Wim. 2001. Competences in Education:
(18): 3308-3314 A Confusion of Tongues. Journal of
Curriculum Studies. 33 (1): 75-88.
Ruskovaara, E., Pihkala, T. 2013. Teachers
Implementing Entrepreneurship Education:
Classroom Practices. Education + Training. Zuzovsky, Ruth. 2003. Teacher’s Qualifications
55 (02): 204 -216 and Their Impact on Student Achievement.
IERI Monograph Series: Issues and
Shih, C. C., Gamon, J. 2001. Web-Based Methodology in Large-scales assessment. 2
Learning: Relationships Among Student (02): 37-62.

103
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Dampak Strategi Pembelajaran pada Spiritualitas Kewirausahaan
Studi Kasus pada Mahasiswa Manajemen di Universitas Kristen Maranatha

Boedi Hartadi Kuslina


Jurusan Manajemen-Universitas Kristen Maranatha
Email: bhkuslina@hotmail.com

Abstrak : Program Studi Manajemen-Universitas Kristen Maranatha dalam visinya ingin


mengembangkan kompetensi dan karakter wirausaha pada peserta didiknya. Dalam pengembangan
kurikulumnya, sejak tahun 2012 telah dibentuk konsentrasi Kewirausahaan untuk para mahasiswa
yang dapat diambil pada semester 6 hingga semester 8. Sejak saat itu dikembangkan suatu strategi
pembelajaran pada konsenterasi tersebut untuk dapat membekali mahasiswa dengan kompetensi dan
karakter wirausaha. Tulisan ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan strategi pembelajaran
yang telah diterapkan dengan melihat dampaknya terhadap jiwa kewirausahaan mahasiswa pada dua
kelompok mahasiswa yaitu mahasiswa semester akhir yang mengambil konsentrasi Kewirausahaan
dengan mahasiswa pada semester lima. Diharapkan terdapat perbedaan yang signifikan dari variabel
spiritualitas kewirausahaan dan hasil dari proses pembelajaran pada kedua kelompok mahasiswa
tersebut. Data diambil dengan menyebarkan kuesioner dan pengolahan data dilakukan dengan uji
beda rata-rata t dengan sampel bebas (independent sample t-test compare means). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada variabel proses pembelajaran menghasilkan perbedaan yang signifikan
secara umum. Namun, pada variabel jiwa kewirausahaan secara umum tidak menghasilkan perbedaan
yang signikan. Hanya pada sub-variabel penanganan pada tekanan (stress) yang memberikan
perbedaan yang signifikan.

Kata Kunci: Spiritual Kewirausahaan, Pembelajaran, Strategi, Proses

Kemampuan wirausaha tersebut tidak dapat


Kewirausahaan dipercaya berbagai pihak dapat terlepas dari karakteristik kewirausahaan. Dana
memberikan dampak untuk pembangunan, (2001) dan Henry et.al (2005) menyebutkan
persentase jumlah wirausaha dalam masyarakat bahwa karakter kewirausahaan
yang tinggi akan memberikan dampak postiif (entrepreneurial characteristics) dapat
dengan semakin tingginya tingkat kemakmuran diajarkan bukan hanya dilahirkan. Mengingat
suatu negara. Kuratko dan Hodgetts (2004) hal tersebut, maka peran pendidikan
memandang bahwa kewirausahaan merupakan kewirausahaan saat ini menjadi suatu hal yang
sebuah proses mengidentifikasi peluang dalam penting dan mendesak (Kuratko, 2005).
berbagai situasi (krisis maupun masa Jones dan English (2004; dalam
kemakmuran/booming) dan memberikan Mwasalwiba, 2010) memandang pendidikan
penyelesaian melalui kemampuan dan kewirausahaan sebagai proses untuk
kapabilitas dalam mengelola sumber-sumber menyiapkan peserta didik dengan kemampuan
secara kreatif dan inovatif pada berbagai mengidentifikasi peluang yang dapat
masalah bisnis dan sosial yang dihadapi. dikomersialkan, kepercayaan diri, pengetahuan,
Kemampuan wirausaha dalam menangkap dan keterampilan dalam mengimplementasikan
peluang dan memberikan penyelesaian yang peluang tersebut. Dalam pengertian tersebut,
bernilai tersebut menjadikan pentingnya Mwasalwiba (2010) menyebutkan bahwa
kewirausahaan untuk pembangunan. pendidkan kewirausahaan berusaha untuk
104
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
memperlengkapi seseorang dengan antara mahasiswa yang mengambil
kemampuan kewirausahaan, baik hardskill konsenterasi Kewirausahaan pada semester
maupun softskill, untuk membangun sebuah delapan dengan mahasiswa yang belum
bisnis dan juga dengan meningkatkan mengambil konsentrasi pada semester lima
kesadaran akan peluang, motivasi, sikap, nilai- yang mengambil mata kuliah Perencanaan
nilai, dan perilaku sebagai seorang wirausaha. Bisnis.
Banyak universitas melakukan dengan
kurikulum yang terpadu dan berbagai metoda Spiritualitas Kewirausahaan
pengajaran. Hills (1998) menyebutkan dalam (Entrepreneurship Spirituality)
risetnya banyak universitas menawarkan mata Pengertian kewirausahaan berkembang dari
kuliah yang didalamnya mendiskusikan masa ke masa, perkembangan awal dari definisi
perencanaan bisnis (business plan), fungsi kewirausahaan menganggap pembentukan
bisnis, dan siklus hidup bisnis, dan dengan perusahaan adalah sebagai hal utama dari
berbagai metoda pengajaran seperti kewirausahaan baru (Chandler, 1990; Gartner,
membangun bisnis melalui perencanaan bisnis, 1990, 1989, 1985; Low and MacMillan, 1988;
mengundang dosen tamu, analisis kasus, McCLelland, 1961; Schumpeter, 1934; Vesper,
diskusi dan pengajaran secara tradisional, dan 1980 dalam Verheul et al., 2005). Dalam
lain sebagainya. Hal yang penting yang perkembangan selanjutnya, pendekatan
dikemukakan adalah pentingnya psikologis, sosiologis dan ekonomi menjadi
melakukan/membangun bisnis baru melalui pendekatan yang paling popular dilakukan
perencanaan bisnis. Sehingga menghasilkan untuk menerangkan pengertian kewirausahaan
pengalaman bagai para peserta didik. (Douglas & Shepherd, 1999). Pendekatan
Program Studi Manajemen-Universitas psikologis mengeksplorasi kewirausahaan dari
Kristen Maranatha menyadari pentingnya konteks kepribadian, sikap dan motivasi para
kewirausahaan dalam pendidikan peserta wirausahawan sehingga muncul karakteristik
didiknya. Dalam pernyataan visinya, salah satu dari wirausaha yang menerangkan
visi yang hendak dicapai adalah kewirausahaan. Terdapat berbagai karakteristik
mengembangkan kompetensi dan karakter kewirausahaan antara lain kemampuan
kewirausahaan. Mata kuliah Kewirausahaan mengidentifikasi peluang dan inovatif
sendiri sudah ada sejak lama, namun untuk (Schumpeter, 1934), kebutuhan untuk
mencapai visinya, sejak tahun 2009 dibentuk berprestasi (McClelland, 1961), toleran
suatu kurikulum yang mengakomodasi adanya terhadap risiko (calculated risk) (Knight,
Konsentrasi Kewirausahaan, sehingga pada 1921), otonom dan butuh kebebasan (Hornday
tahun 2011 terdapat satu Kelompok Bidang & Aboud, 1971), mampu melihat (alert)
Keahlian Kewirausahaan yang terdiri dari para terhadap peluang (Kizner,1973), motivasi yang
dosen yang mengembangkan pengetahuan dan tinggi terhadap insentif ekonomi (profit)
pengajaran bidang Kewirausahaan. Tahun (Boumol, 1990) dan masih banyak karakter lain
2012, terbentuk satu kelas mahasiswa dengan yang diteliti.
Konsentrasi Kewirausahaan dan terus berlanjut Pada pendekatan psikologi, karakter
hingga saat ini. Tulisan ini bertujuan untuk kewirausahaan sering dipergunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dari strategi mengukur kompetensi, kualifikasi dari seorang
pembelajaran yang telah diterapkan sejak tahun wirausaha. Hal ini dilakukan dalam Proyek
2012 hingga saat ini (penelitian dilakukan Leonardo da Vinci di tahun 2005 yang
tahun 2015) dengan melihat adanya perbedaan mengukur dampak dari pendidikan pada
spiritualitas kewirausahaan dan pengetahuan spiritualitas kewirausahaan (entrepreneurship
105
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
spirituality). Sebenarnya belum ada definisi Definisi kondisi lingkungan adalah
formal mengenai spiritualitas kewirausahaan, keadaan eksternal yang dimiliki oleh seseorang
namun pendekatan psikologi yang untuk mendorong dirinya menjadi seorang
menunjukkan karakater kewirausahaan sering wirausaha. Kondisi lingkungan sering
kali dipergunakan untuk menggantikan definisi disamakan dengan norma sosial seseorang,
spiritualitas kewirausahaan (Kao, 1989). Dalam orang tua, keluarga, teman dan lingkungan
Proyek Leonardo da Vinci (2005), spiritualitas secara umum merupakan faktor yang
kewirausahaan dibagi dalam enam kategori mempengaruhi seseorang untuk memiliki jiwa
yaitu karakteristik pribadi (personal traits), kewirausahaan. Bila semakin tinggi dorongan
motivasi terhadap kesuksean (achievement tersebut maka semakin tinggi jiwa
motivation), orientasi pada inovasi (innovation kewirausahaan seseorang.
orientation), kondisi lingkungan (framework Definisi pengetahuan dan kemampuan
condition), pengetahuan dan kemampuan (skills adalah kemampuan dan pengetahuan yang
and knowledge) dan pengalaman kerja (work dimililiki oleh seseorang untuk dapat
experience). mengadaptasi dirinya dengan lingkungan dan
Definisi dari karakteristik pribadi adalah mengubah lingkungannya. Varibel ini dalam
satu set sifat seseorang yang membentuk Proyek Leonardo da Vinci dibagi dalam
perilaku seseorang. Dalam Proyek Leonardo da kesiapan untuk berubah, kemampuan
Vinci, karakteristik pribadi ini dibagi dalam mempengaruhi, kemampuan belajar, dan
keterbukaan, stabilitas emosional, kesadaran, toleransi terhadap tekanan (stress). Semakin
kesukaan terhadap sesuatu, dan ekstroversi. baik pengtahuan dan kemampuan seseorang
Semakin tinggi karakteristik pribadi dari maka semakin tinggi jiwa kewirausahaan
seseorang, maka akan semakin tinggi pula jiwa seseorang.
kewirausahaan yang dimiliki. Definisi pengalaman kerja adalah
Definisi motivasi terhadap kesuksesan pengalaman seseorang dalam pekerjaan baik
adalah tendensi seseorang untuk menghasilkan sebagai pekerja atau sebagai wirausaha baik
sesuatu dengan sebaik mungkin dan melihat secara penuh waktu ataupun paruh waktu pada
kesuksesan adalah sebuah tantangan. Bagi perusahaan ataupun organisasi non-laba.
seorang wirausaha kesuksesan adalah penting Semakin lama pengalaman kerja seseorang
untuk menjadi orientasi (McClelland, 1961) maka akan semakin tinggi jiwa kewirausahaan
bukan menjadi seorang penghindar seseorang.
kegagalan.Semakin tinggi motivasi maka
semakin tinggi pula jiwa kewirausahaan Pendidikan Kewirausahaan
seseorang. Kewirausahaan berkembang pesat dalam
Definisi orietasi pada inovasi adalah beberapa dekade ini, penelitian dari Kuratko
kemauan dan kemampuan untuk berpikir (2005) menunjukkan bahwa terjadi
dengan secara berbeda dalam menyelesaikan peningkatan yang pesat pada generasi muda
sebuah masalah. Inovasi dipercaya sebagai hal untuk menjadi seorang wirausaha. Begitu pula
yang sangat penting dalam kewirausahaan dan dengan pendidikan kewirausahaan, Salomon
merupakan pendorong keberhasilan dalam (2007) mencatat tumbuhnya institusi yang
melakukan aktivitas kewirausahaan untuk menawarkan pendidikan kewirausahaan hingga
mengeksplorasi peluang (Shumpeter, 1934). 1.500 institusi pendidikan yang tersebar di
Semakin tinggi orientasi pada inovasi maka seluruh dunia. Dalam perkembangannya,
akan semakin tinggi pula jiwa kewirausahaan pendidikan kewirausahaan menawarkan
seseorang. berbagai cara dengan tujuan untuk dapat
106
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
mendidik seoerang peserta didik menjadi pemasaran, keuangan dan lainnya, inovasi, dan
seorang wirausaha dengan berhasil. Salomon team building. Mwasalwiba (2010) dalam
(2007) secara spesifik mengungkapkan bahwa penelitiannya pada berbagai universitas
tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah terkemuka di dunia menyarankan mata kuliah
untuk menanamkan dan meningkatkan mengenai manajemen sumber daya, pemasaran,
kemampuan seorang peserta didik untuk keuangan, penjualan, mata kuliah terkait
memproyeksikan/membayangkan arah untuk penemuan dan eksplorasi peluang, perencanaan
membangun bisnis yang baru dengan melalui bisnis dan pengembangan bisnis, manajemen
pengkombinasian informasi dari pengetahuan- risiko, kepemimpinan dan team building, dan
pengetahuan fungsional dalam konteks manajemen usaha kecil. Bisa juga ditambahkan
lingkungan yang tidak pasti dan tidak jelas. sebagai pengetahuan mata kuliah hukum bisnis,
Esensi dari pendidikan kewirausahaan adalah franchise, bisnis keluarga, manajemen inovasi,
untuk menghasilkan dan meningkatkan dan kemampuan komunikasi. Dari sekian
kemampuan tersebut. Sehingga ukuran banyak kurikulum dan mata kuliah yang
keberhasilan dari pendidikan kewirausahaan disarankan, tema dan tujuan pendidikan
adalah bagaimana meningkatkan kemampuan kewirausahaan harus menjadi fokus dari
tersebut. kurikulum tersebut.
Pendekatan institusi pendidikan dalam Metoda pengajaran Kewirausahaan
melaksanakan pendidikan kewirausahaan memiliki berbagai strategi dan pendekatan.
tercermin dalam tema-tema pengembangan Kuratko (2005) menyebutkan salah satu hal
kemampuan yang diharapkan diperoleh peserta yang menjadi permasalahan dalam metoda
didik. Satu institusi mungkin sekali memiliki pengajaran Kewirausahaan adalah tidak adanya
perbedaan dengan institusi lain dalam basis teori yang kuat untuk membangun model
pengembangan tema tersebut, namun diantara dan pendekatan pengajaran Kewirausahaan.
perbedaan tersebut terdapat kesamaan tema Salomon (2007) menyerankan pendekatan yang
yaitu penciptaan bisnis baru, pengembangan lebih bersifat bebas dan mencerminkan situasi
bisnis, inovasi, penciptaan nilai dan bentuk- dari karakter kewirausahaan sehingga peserta
bentuk kepemilikan (Vesper & Gartner, 1997). didik memiliki pengalaman pada hal tersebut.
Biasanya tema tersebut kemudian dibentuk Pengalaman merupakan penekanan dan fokus
dalam kurikulum, mata kuliah, dan cara/metoda dari metoda pengajaran Kewirausahaan.
pengajaran. Namun pendekatan pengajaran yang bersifat
Pendekatan kurikulum untuk tradisional seperti penulisan rencana bisnis,
Kewirausahaan disarankan untuk berbeda diskusi kasus dan lainnya masih merupakan
dengan pendidikan manajemen secara metoda yang populer. Mwasalwiba (2010)
tradisional, maka itu disarankan untuk membagi metoda pengajaran ini dalam dua
menambahkan mata kuliah yang meningkatkan pendekatan yaitu aktif dan pasif. Metoda aktif
kemampuan (skill building) seperti negosiasi, lebih menekankan penemuan sendiri (self
kepemimpinan, berpikir kreatif, dan discovery) dari peserta didik sedangkan fungsi
pengalaman pada inovasi dan pengembangan dari pengajar adalah sebagai pendamping dan
produk (Gorman et.al. 1997). Sedangkan Hills fasilitator seperti interview, kunjungan
(1998) menyarankan dua hal yang harus perusahaan, games, dan lainnya. Sedangkan
dikembangkan yaitu konseptual dan dan metoda pasif menekankan pada pengajaran
praktik, dalam tataran konseptual disarankan secara tradisional berupa lecturing based
untuk memasukkan perencanaan bisnis, seperti pengajaran dalam kelas, pengajan
pengembangan bisnis, fungsional bisnis seperti dengan kasus, dosen tamu dan lainnya. Bennet
107
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
(2006; dalam Mwasalwiba, 2010) menyebutkan kewirausahaan sehingga variabel tersebut
bahwa pendekatan aktif memberikan hasil yang dibagi dalam pengetahuan yang diberikan dan
lebih baik dibandingkan dengan pendekatan pemberian insight sebagai dasar bagi perserta
pasif. didik untuk memiliki cara berpikir seorang
Pengukuran keberhasilan pendidikan wirausaha.
menurut Mwasalwiba (2010) dapat dilakukan Penelitian dilakukan pada dua kelompok
dengan melakukan evaluasi dari dampak mahasiswa yaitu 77 mahasiswa semester lima
pendidikan. Beberapa cara antara lain, melihat yang menempuh mata kuliah Perencanaan
berapa banyak bisnis baru yang dihasilkan oleh Bisnis yang belum/tidak mengambil
para alumni, nilai ujian yang baik, sikap dan konsentrasi Kewirausahaan dan 28 mahasiswa
perilaku sebagai seorang wirausaha, yang mengambil konsentrasi Kewirausahaan
peningkatan kepercayaan diri, motivasi untuk pada semester tujuh sehingga total terdiri dari
berprestasi yang tinggi, dan peningkatan skill 105 orang mahasiswa.
sebagai seorang wirausaha. Karakter Para mahasiswa diminta untuk mengisi 2
kewirausahaan secara implisit juga merupakan set kuesioner yaitu kuesioner yaitu spiritualitas
alat untuk melakukan pengukuran kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan.
keberahasilan dari pendidikan Kewirausahaan, Data yang diperoleh diolah reliabilitas dan
dan termasuk didalamnya jiwa/spiritualitas validitasnya dengan program SPSS versi 20,
kewirausahaan. untuk variabel spiritualitas kewirausahaan
variabel karakteristik pribadi, dan sub-variabel
METODE kemampuan mempengaruhi tidak masuk dalam
kriteria reliabilitas dan validitas. Sedangkan
Penelitian ini dilakukan dengan mengadopsi untuk variabel pengalaman kerja tidak
variabel penelitian yang dilakukan dalam diikutsertakan karena diasumsikan bahwa para
Proyek Leonardo da Vinci (2005) yang mahasiswa belum bekerja. Hasil validitas dan
mengukur spiritualitas kewirausahaan, reliabilitas data dapat dilihat pada tabel 1 di
sedangkan untuk variabel pendidikan bawah:
disesuaikan dengan tujuan pendidikan
kewirausahaan di Jurusan Manajemen –
Universitas Kristen Maranatha yaitu
memberikan kompetensi dan karakter

Tabel 1. Validitas dan Reliabilitas Variable Penelitian

Variabel Item Pertanyaan Loading Cronbach


Factor alpha
Motivasi Kegagalan merupakan bagian dari 0,840 0,647
kesuksesan
Kesuksesan adalah fokus utama, 0,732
sehingga kegagalan harus dihadapi
Orientasi Berpikir diluar logika dan aturan yang 0,735 0,598
terhadap jelas dalam memecahkan masalah
inovasi Ada banyak jawaban untuk suatu 0,561
108
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Variabel Item Pertanyaan Loading Cronbach
Factor alpha
masalah, termasuk di dalamnya
berpikir secara bebas
Masalah dapat didekati dengan 0,759
berbagai cara
Dukungan Lingkungan saya mendukung untuk 0,740 0,814
Lingkungan menjadi wirausaha
Dukungan orang tua 0,868
Dukungan keluarga 0,860
Dukungan masyarakat, menjadi 0,647
wirausaha adalah sebuah tren
Kesiapan Dalam banyak situasi, mudah untuk 0,740 0,753
berubah menarik perhatian audiens
Berhadapan dengan situasi baru 0,609
membuat saya bersemangat
Hal baru bukan merupakan sesuatu 0,835
yang sulit
Memotivasi bukan hal yang sulit 0,607
Kemampuan Suka terhadap hal baru untuk dikuasai 0,684 0,606
belajar Suka dengan keterampilan yang baru 0,727
Suka dengan teknologi yang baru 0,624
Penanganan Ketika stress, masih mampu 0,653 rata0,737
stress mengendalikan diri dan tenang
Tidak masalah bekerja dalam tekanan 0,715
Mampu mengatasi stress dan 0.787
memanfaatkannya
Pengetahuan Memulai sebuah bisnis (start-up 0,765 0,848
business)
Merencanakan bisnis dan 0,765
mengembangkannya
Pengembangan ide bisnis 0,815
Inovasi bisnis dan produk 0,708
Proses pengembangan ide dan 0,671
realisasinya
Menulis perencanaan bisnis 0,617
Insight Belajar gaya hidup seorang 0,713 0,790
entrepreneur
Cara berpikir seorang entrepreneur 0,692
Kepemimpinan 0,640
Penyelesaian masalah secara inovatif 0,657
Sumber: Data kuesioner yang telah diolah, 2016

109
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Data yang telah diuji validitas dan Manajemen Usaha Kecil dan Menengah, dan
reliabilitasnya kemudian diolah dengan uji Bisnis Keluarga; dan terakhir pada semester
beda rata-rata t dengan sampel bebas akhir mahasiswa mengambil mata kuliah
(independent sample t-test compare means), Seminar Kewirausahaan.
sesuai dengan tujuan dari peneitian untuk Metoda pembelajaran untuk mata kuliah
mengetahui adanya perbedaan yang signifikan dalam koordinasi KBK Kewirausahaan yaitu
antara kelompok mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kewirausahaan dan Inovasi,
konsentrasi Kewirausahaan dengan mahasiswa Perencanaan Bisnis dan mata kuliah-mata
yang tidak/belum mengambil konsentrasi kuliah konsentrasi Kewirausahaan diarahkan
Kewirausahaan. untuk mencapai tujuan pembelajaran
Kewirausahaan di Jurusan Manajemen yaitu
HASIL & PEMBAHASAN fokus pada pembangunan cara berpikir,
karakter kewirausahaan, dan memberikan
Jurusan Manajemen – Fakultas Ekonomi pengetahuan dan keterampilan dalam berbisnis
Universitas Kristen Maranatha dalam visinya dalam skala kecil dan menengah. Sehingga
ingin mengembangkan kompetensi dan dalam metoda pembelajaran dilakukan dengan
karakteristik kewirausahaan pada peserta metoda yang bervariasi. Konten pembelajaran
didiknya. Untuk mencapai visi tersebut memiliki tidak kurang dari lima puluh persen
dibentuk Kelompok Bidang Keahlian (KBK) berupa tugas dalam bentuk proyek aplikatif
Kewirausahaan yang terdiri dari para dosen dalam kelompok yang tujuannya memberikan
yang mengembangkan kurikulum, silabus dan pengalaman pada penerapan pengetahuan
metoda pengajaran untuk konsentrasi kewirausahaan yang diajarkan dalam kelas.
Kewirausahaan. KBK Kewirausahaan Aspek ini diharapkan dapat memberikan
menetapkan fokus dari tujuan pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan cara berpikir
pada pembangunan cara berpikir dan karakter yang lebih efektif dibandingkan hanya dengan
kewirausahaan, selain menambahkan pembelajaran secara tradisional dalam tatap
keterampilan dalam berbisnis terutama dalam muka. Misalkan dalam mata kuliah
bisnis skala kecil menengah. Kewirausahaan dan Inovasi, tugas proyek
Kurikulum Jurusan Manajemen secara kelompok adalah menghasilkan sebuah inovasi
umum memasukkan beberapa mata kuliah yang produk yang harus dijual dalam waktu 1 bulan
terkait dengan konsentrasi Kewirausahaan yaitu yang kemudian akan dipresentasikan.
Kewirausahaan dan Inovasi dan Perencanaan Kemudian unutk mata kuliah Tantangan Utama
Bisnis pada semester empat dan lima. Dalam Kewirausahaan dibuat tugas kelompok untuk
kurikulum juga diajarkan berbagai softskill menjual barang-barang yang umum seperti
seperti mata kuliah Kepemimpinan, Negosiasi, beras, kosmetik, sikat gigi, tiket seminar, buku
dan Keterampilan Komunikasi dan Teknik dan lain sebagainya dalam waktu tertentu
Presentasi dan mata kuliah fungsional dengan mencari cara yang inovatif untuk
manajemen seperti Manajemen Pemasaran, menjual produk-produk tersebut dan
Keuangan, Operasional, dan Sumber Daya menginterview seorang wirausaha yang
Insani untuk semua mahasiswa. Khsus untuk berhasil kemudian diakhiri dengan out-bond
mahasiswa yang mengambil konsentrasi untuk menantang karakter pribadi dan karakter
Kewirausahaan (konsentrasi dapat diambil pada kelompok. Contoh lain untuk mata kuliah
semester lima) terdapat mata kuliah wajib Manajemen Usaha Kecil dan Menengah, tugas
yaitu Pengembangan Bisnis, Tantangan Utama kelompok diarahkan untuk mencari usaha kecil
Kewirausahaan, dan Bisnis Terpadu, dan melakukan pemecahan masalah yang
110
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dihadapi oleh usaha kecil yang menjadi obyek Kewirausahaan. Tujuan dari pembelajaran
mereka. Selain tugas kelompok dalam bentuk diharapkan mahasiswa memiliki pengalaman
proyek aplikatif, mahasiswa juga diberikan (experience) yang dirasa lebih memiliki
berbagai pengetahuan dalam bentuk tatap muka penyerapan dan tersimpan lebih lama dalam
secara tradisionil, diskusi kasus, memanggil ingatan para mahasiswa.
dosen tamu, mendiskusikan film, games dan Hasil pengolahan data pada dua kelompok
lain sebagainya. Strategi pembelajaran yang mahasiswa yaitu mahasiwa tingkat akhir
diterapkan oleh KBK Kewirausahaan untuk dengan konsentrasi kewirausahaan dan
konsentrasi Kewirausahaan memang dibedakan mahasiswa pada semester lima (non
dengan pembelajaran yang diterima oleh konsentrasi kewirausahaan) diperoleh nilai
mahasiswa untuk konsentrasi non- mean dan standar deviasi sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Mean dan Deviasi Standar Dua Kelompok Mahasiswa

Variabel Item Pertanyaan Konsentrasi Non-konsentrasi


Kewirausahaan Kewirausahaan
Mean Deviasi Mean Deviasi
standar standar
Motivasi Kegagalan merupakan bagian 4,45 0,51 4,35 0,78
dari kesuksesan
Kesuksesan adalah fokus utama, 4,27 0,63 4,19 0,87
sehingga kegagalan harus
dihadapi
Orientasi Berpikir diluar logika dan 3,50 1,26 2,68 1,15
terhadap aturan yang jelas dalam
inovasi memecahkan masalah
Ada banyak jawaban untuk 4,23 0,92 3,88 1,06
suatu masalah, termasuk di
dalamnya berpikir secara bebas
Masalah dapat didekati dengan 3,45 1,41 2,94 1,13
berbagai cara
Dukungan Lingkungan saya mendukung 4,27 0,83 3,98 1,06
Lingkungan untuk menjadi wirausaha
Dukungan orang tua 4,18 0,73 3,94 1,08
Dukungan keluarga 4,32 0,72 4,02 0,95
Dukungan masyarakat, menjadi 3,95 0,99 3,94 0,82
wirausaha adalah sebuah tren
Kesiapan Dalam banyak situasi, mudah 3,50 1,26 3,466 1,02
berubah untuk menarik perhatian
audiens
Berhadapan dengan situasi baru 3,50 1,26 3,40 1,09
membuat saya bersemangat
Hal baru bukan merupakan 3,43 1,25 3,32 1,18
sesuatu yang sulit
111
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Variabel Item Pertanyaan Konsentrasi Non-konsentrasi
Kewirausahaan Kewirausahaan
Mean Deviasi Mean Deviasi
standar standar
Memotivasi bukan hal yang 3,73 0,98 3,61 1,18
sulit
Kemampuan Suka terhadap hal baru untuk 4,18 0,79 3,98 0,78
belajar dikuasai
Suka dengan keterampilan yang 4,09 0,87 3,98 0,72
baru
Suka dengan teknologi yang 4,09 0,81 4,26 0,73
baru
Penanganan Ketika stress, masih mampu 3,54 1,18 2,86 1,10
stress mengendalikan diri dan tenang
Tidak masalah bekerja dalam 3,68 1,25 3,06 1,19
tekanan
Mampu mengatasi stress dan 3,50 1,50 2,87 1,26
memanfaatkannya
Pengetahuan Memulai sebuah bisnis (start-up 4,41 0,59 3,91 0,87
business)
Merencanakan bisnis dan 4,50 0,59 4,01 0,85
mengembangkannya
Pengembangan ide bisnis 4,14 0,56 3,84 0,92
Inovasi bisnis dan produk 4,32 0,72 3,61 1,02
Proses pengembangan ide dan 4,32 0,48 3,88 0,81
realisasinya
Menulis perencanaan bisnis 4,23 0,69 3,81 0,94
Insight Belajar gaya hidup seorang 4,00 0,76 3,56 0,82
entrepreneur
Cara berpikir seorang 4,45 0,59 3,87 0,98
entrepreneur
Kepemimpinan 4,05 0,72 3,93 0,84
Penyelesaian masalah secara 4,23 0,53 3,60 0,88
inovatif
Sumber: Data kuesioner yang studah diolah, 2016

Dari tabel 2 terlihat bahwa pada kemampuan belajar. Hal ini memperlihatkan
mahasiswa yang mengambil konsentrasi bahwa strategi pembelajaran kewirausahaan
Kewirausahaan memiliki nilai mean yang lebih yang diterapkan memberikan dampak yang
besar secara umum pada setiap variabel lebih besar pada kelompok mahasiswa yang
dibandingkan dengan mahasiswa yang mengambil konsentrasi kewirausahaan pada
tidak/belum mengambil konsentrasi semester akhir dibandingkan dengan kelompok
Kewirausahaan terkecuali pada pertanyaan rasa non-konsenterasi Kewirausahaan yang berada
suka pada teknologi yang baru dalam variabel pada semester lima.
112
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengujian beda rata-rata pada dua sisi (two
perbedaan dampak yang dihasilkan pada dua tail), tabel 3 menunjukkan hasil pengujian dari
kelompok mahasiswa tersebut dilakukan dua kelompok tersebut:

Tabel 3. Hasil Pengujian Beda Rata-rata

Variabel Item Pertanyaan Nilai t- p value


test
Motivasi Kegagalan merupakan bagian dari 0,577 0,565
kesuksesan
Kesuksesan adalah fokus utama, 0,415 0,679
sehingga kegagalan harus dihadapi
Orientasi Berpikir diluar logika dan aturan yang 2,920 0,004*
terhadap jelas dalam memecahkan masalah
inovasi Ada banyak jawaban untuk suatu 1,392 0,167
masalah, termasuk di dalamnya
berpikir secara bebas
Masalah dapat didekati dengan 1,807 0,074
berbagai cara
Dukungan Lingkungan saya mendukung untuk 1,219 0,225
Lingkungan menjadi wirausaha
Dukungan orang tua 0,989 0,325
Dukungan keluarga 1,355 0,178
Dukungan masyarakat, menjadi 0,065 0,948
wirausaha adalah sebuah tren
Kesiapan Dalam banyak situasi, mudah untuk 0,161 0,873
berubah menarik perhatian audiens
Berhadapan dengan situasi baru 0,370 0,712
membuat saya bersemangat
Hal baru bukan merupakan sesuatu 0,382 0,703
yang sulit
Memotivasi bukan hal yang sulit 0,462 0,645
Kemampuan Suka terhadap hal baru untuk dikuasai 1,089 0,279
belajar Suka dengan keterampilan yang baru 0,683 0,527
Suka dengan teknologi yang baru -0,943 0,348
Penanganan Ketika stress, masih mampu 2,562 0,012*
stress mengendalikan diri dan tenang
Tidak masalah bekerja dalam tekanan 2,168 0,032*
Mampu mengatasi stress dan 2,004 0,048*
memanfaatkannya
Pengetahuan Memulai sebuah bisnis (start-up 2,566 0,012*
business)
Merencanakan bisnis dan 2,527 0,013*
mengembangkannya
113
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Variabel Item Pertanyaan Nilai t- p value
test
Pengembangan ide bisnis 1,458 0,148
Inovasi bisnis dan produk 3,077 0,003*
Proses pengembangan ide dan 2,418 0,017*
realisasinya
Menulis perencanaan bisnis 1,932 0,056
Insight Belajar gaya hidup seorang 2,247 0,027*
entrepreneur
Cara berpikir seorang entrepreneur 2,651 0,009*
Kepemimpinan 0,592 0,555
Penyelesaian masalah secara inovatif 3,206 0,002*
Sumber: Data kuesioner yang telah diolah, 2016

Dari hasil pengujian terlihat bahwa menentukan tinggi rendahnya spiritualitas dari
perbedaan dari dua kelompok mahasiswa masing-masing individu; (3) masih belum
tersebut secara umum tidak memperlihatkan efektifnya strategi pembelajaran yang
perbedaan pada variabel spiritualitas dilakukan selama ini.
kewirausahaan, hanya pada kemampuan Namun terdapat satu hasil yang menarik
penanganan stress memiliki perbedaan yang yaitu bahwa kemampuan dalam penanganan
signifikan pada tingkat kepercayaan 5%. stress para mahasiswa menunjukkan perbedaan
Sedangkan pada variabel pendidikan, hasil yang signifikan.Hal ini memberikan
secara umum menunjukkan adanya perbedaan kemungkinan bahwa komposisi tugas yang
dari mahasiswa dari konsentrasi cukup tinggi dalam waktu pembelajaran
Kewirausahaan dibandingkan dengan non- menghasilkan cara berpikir ataupun manajemen
konsentrasi Kewirausahaan, hanya pada item stress yang cukup baik ataupun memberikan
pertanyaan pengetahuan pengembangan ide satu kebiasaan menghadapi tekanan.
bisnis, menulis perencanaan bisnis, dan Dalam sisi pengetahuan dan insight
kepemimpinan yang tidak memiliki perbedaan menunjukkan perbedaaan yang signifikan,
yang signifikan. namun hal ini dapat dikatakan wajar karena
Tidak adanya perbedaan yang signifikan perbedaan mata kuliah yang diajarkan pada
dalam variabel spiritualitas kewirausahaan mahasiswa non-konsentrasi Kewirausahaan
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran memiliki perbedaan. Namun, di sini
yang dilakukan belum memberikan pengaruh memperlihatkan bahwa strategi pembelajaran
yang cukup untuk membuat mahasiwa dengan komposisi lima puluh persen bobot
konsentrasi Kewirausahaan memiliki waktu perkuliahan dalam tugas yang harus
karakteristik kewirausahaan yang lebih superior dipraktikkan memberikan tingkat penyerapan
dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Hal pengetahuan yang cukup efektif yang terlihat
ini terjadi karena berbagai kemungkinan, antara dari nilai mean yang cenderung tinggi dan
lain: (1) lingkungan mahasiswa di Jurusan standar deviasi yang rendah yang menunjukkan
Manajemen secara umum berasal dari keluarga tingkat kepercayaan mahasiswa yang cukup
yang berwirausaha sehingga spriritualiats tinggi dengan pengetahuan yang diperolehnya.
kewirausahaan sudah ada karena didikan dari Diharapkan efek dari pemberian porsi
keluarga; (2) faktor internal mahasiswa pengalaman (experience) dalam pembelajaran
114
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
memberikan pengetahuan yang lebih baik Evaluasi pada strategi pembelajaran
penyerapannya dan memberikan wawasan Kewirausahaan sebaiknya dilakukan dengan
mengenai kewirausahaan pada mahasiswa. melihat kembali sasaran yang ingin dicapai
Walaupun untuk menguji pengetahuan tersebut dalam pembelajaran. Kendala kurikulum yang
harus dibuktikan dengan pengujian materi- ada pada program studi Manajemen yaitu
materi yang diperoleh dengan melihat nilai hanya terdapatnya kurang lebih tujuh mata
hasil ujian yang diperoleh seperti yang kuliah yang terkait dengan pembelajaran
diungkapkan oleh Mwasalwiba (2010). Kewirausahaan harus dipikirkan. Selain pilihan
mata kuliah yang tepat, dibutuhkan juga
metoda pembelajaran yang lebih aktif dan
SIMPULAN penyusunan materi kuliah yang tepat yang
mendorong pada tingginya spiritualitas
Penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan kewirausahaan pada mahasiswa, sehingga
dari strategi pembelajaran yang diterapkan muncul model pembelajaran yang paling tepat.
empat tahun terakhir secara umum masih Keterbatasan penelitian adalah terdapat
belum menunjukkan hasil yang signifikan pada perbedaan semester antara dua kelompok
tingginya spiritualitas kewirausahaan dari mahasiswa yang menjadi sampel. Walaupun
konsentrasi Kewirausahaan dibandingkan metoda pembelajaran yang diterapkan memiliki
dengan mahasiswa yang belum/tidak perbedaan dengan metoda pembelajaran pada
mengambil konsentrasi tersebut, hanya pada semester awal, kedewasaan dari mahasiswa
kemampuan penanganan terhadap stress terjadi dapat mempengaruhi hasil dari penelitian.
perbedaan yang signifikan, walaupun Sehingga, penelitian pada mahasiswa dengan
pengetahuan dan insight/wawasan yang semester yang sama yaitu pada tingkat akhir
diberikan secara signifikan menunjukkan dari beberapa konsentrasi akan mencerminkan
perbedaan di antara kedua kelompok tingkat keberhasilan dari metoda pembelajaran
mahasiswa tersebut. Beberapa hal yang yang dilakukan selama ini. Hal lain yang dapat
mungkin menjadi penyebab adalah faktor dilakukan juga dengan melakukan riset pada
lingkungan keluarga dari mahasiswa secara alumni apakah pembelajaran yang dilakukan
umum yang berlatar belakang wirausaha, faktor telah cukup dapat diterapkan dalam pekerjaan
internal mahasiswa, atau pun memang belum ataupun bisnis yang dikelola oleh para alumni.
efektifnya strategi pembelajaran yang
dilakukan.
DAFTAR RUJUKAN failures. Journal of Business Venturing. 9:
179 – 187.
Douglas, E.J. & Shepherd, D.A. 1999.
Entrepreneurship as a utility maximizing Henry, C, Hill, F & Leitch, C. 2005.
response, Journal of Business Venturing. Entrepreneurship education and training -
15: 231 -251. can entrepreneurship be taught?
Education and Training. 47 (2):98-111.
ECENT. 2005. Leonardo da Vinci pilot Project:
Your future your profit- user guide, Graz. Hills, G. 1998. Variations in university
entrepreneurship education: an empirical
Gartner, W.B. and Vesper, K.H. 1994. study of an
Executive fórum: Experiments in evolving field. Journal of Business
entrepreneurship education: success and Venturing .3:109-22.
116
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
OH; South-Western Publishers.
Karali, S. 2013. The impact of entrepreneurship
education programs on entrepreneurial McClelland, D.C. 1961. The Achieving Society.
intentions: An application of the theory of Princeton, NJ: D. Van Nostrand
planned behaviour.Thesis. Erasmus School Company,Inc.
of Economics. Rotterdam.
Mwasalwiba, E.S. 2010. Entrepreneurship
Kuratko, D. F. 2005. The emergence of education: A reivew of its objectives,
entrepreneurship education: teaching methods, and impact indicators.
Development, trends, and challenges. Education+Training. 52 (1): 20 – 47.
Entrepreneurship Theory and Practice.
29: 577–598. Solomon, G. 2007. An examination of
entrepreneurship education in the United
Kuratko, D.F. & Hodgetts, R.M. 2004. States. Journal of Small Business and
Entrepreneurship: Theory, Process, Enterprise Development. 14 (2): 168 - 182
Practice Mason,

117
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Kewirausahaan Dengan
Pendekatan Experiential Learning Di Perguruan Tinggi

Dumiyati
Program Studi Pendidikan Ekonomi-FKIP Unirow Tuban
Email : dumiyatis@yahoo.co.id

Abstrak : Tujuan penelitian adalah mengembangkan perangkat model pembelajaran kewirausahaan


dengan pendekatan experiential learning yang terdiri atas silabus, RPP, dan bahan ajar serta
mengembangkan seperangkat instrumen yang diperlukan untuk menilai validitas, praktikabilitas, dan
efektivitas model pembelajaran kewirausahaan yang telah dikembangkan. Tahap-tahap pengembangan
model pembelajaran kewirausahaan dengan pendekatan experiential learning ini mengacu kepada
tahap-tahap pengembangan model Plomp yang hanya sampai 4 tahap, yakni: (a) tahap pengkajian
awal, (b) tahap perancangan, dan (c) tahap realisasi (konstruksi), dan (d) tahap pengujian, evaluasi, dan
revisi. Subjek penelitian adalah mahasiswa yang menempuh mata kuliah kewirausahaan di Prodi
Pendidikan Ekonomi Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban. Pengumpulan data dilakukan
dengan angket, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik deskriptif. Hasil penelitian
tahun pertama dari dua tahun yang direncanakan menunjukkan bahwa 1) perangkat pembelajaran
(silabus, RPP, dan bahan ajar) hasil pengembangan termasuk ke dalam kategori baik dan dapat
digunakan dengan sedikit revisi; 2) perangkat instrumen penilaian model pendidikan kewirausahaan
hasil pengembangan (instrumen penilaian silabus, RPP, bahan ajar, penilaian kegiatan mahasiswa, dan
penilaian keterlaksanaan model) termasuk dalam kategori baik dengan sedikit revisi.

Kata Kunci: pengembangan, model pembelajaran kewirausahaan, experiential learning

Dengan diberlakukannya MEA (Masyarakat akan dialami lulusan Perguruan Tinggi setelah
ekonomi Asean) maka persaingan mencari menyelesaikan studinya antara lain menjadi:
kerja semakin kompetitif, harus mampu pegawai, pengangguran intelektual, atau
bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri. berwirausaha.
Sementara itu jumlah lulusan perguruan tinggi Berdasarkan alternatif pilihan diatas,
terus bertambah, sedangkan lapangan pekerjaan alternatif ketiga yaitu berwirausaha merupakan
yang ditawarkan terbatas. Dalam menghadapi pilihan yang memungkinkan dan terbuka bagi
tantangan tersebut pendidikan wirausaha secara lulusan Perguruan Tinggi khususnya. Profesi
formal maupun non formal memiliki peranan wirausaha memiliki peluang yang tidak terbatas
yang signifikan. Pendidikan wirausaha siapapun, kapanpun, dan berapapun manusia
mempersiapkan sumberdaya manusia untuk yang membutuhkan pekerjaan dapat memilih
mandiri, melatih keberanian bersaing, dan profesi wirausaha.
mempersiapkan keunggulan-keunggulan diri Hal ini disebabkan menjadi pegawai
dan produk. Semangat entrepreneurship ini pemerintah atau perusahaan swasta semakin
sudah menjadi tuntutan zaman. Pekerjaan sulit dan kecil peluangnya karena lapangan
wirausaha dapat dijadikan alternatif pilihan kerja tidak sebanding dengan jumlah pencari
profesi saat ini. Hal ini sejalan dengan kerja. Berdasarkan data BPS (2011), jumlah
penelitian Indarti dan Rostiani (2008), secara penduduk Indonesia mencapai 175 juta jiwa.
realitas ada tiga pilihan yang kemungkinan Dari jumlah tersebut yang bekerja pada
118
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Februari 2011 mencapai 111,3 juta orang, wirausaha, kurangnya sarana dan prasarana
bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding untuk melatih keterampilan wirausaha seperti
keadaan pada Agustus 2010 sebesar 108,2 juta inkubator bisnis. Di sisi lain minat
orang atau bertambah 3,9 juta orang dibanding berwirausana lulusan masih rendah. Oleh
dengan keadaan pada bulan Februari 2010 karena pihak perguruan tinggi perlu
sebesar 107,4 jura orang. Hingga Februari 2011 menerapkan pola pembelajaran kewirausahaan
jumlah pengangguran di Indonesia mencapai yang kongkrit berdasarkan masukan empiris
8,12 juta orang. Jumlah ini menurun 470 ribu untuk membekali mahasiswa dengan
orang dibandingkan Februari 2010 yang pengetahuan yang bermakna agar dapat
sebanyak 8,59 juta orang. Berdasarkan data mendorong semangat mahasiswa untuk
tersebut jelas bahwa jumlah pengangguran di berwirausaha (Yohnson 2003, Wu & Wu,
negeri ini masih sangat besar. Dampak yang 2008). Diperlukan model pembelajaran yang
terjadi akibat tingginya jumlah pengangguran menekankan pada aktivitas dan pengalaman
salah satunya adalah tingginya angka belajar mahasiswa secara kontekstual,
kriminalitas. Solusi yang paling tepat untuk menekankan pada keaktifan mahasiswa
keluar dari masalah tersebut adalah dengan (student center) dengan mengurangi dominasi
berwirausaha. Oleh karena itu, pilihan untuk peran dosen.
berwirausaha merupakan pilihan yang tepat dan Permasalahannya adalah bagaimana
logis. Pilihan profesi berwirausaha juga sesuai mendesain model pembelajaran bersifat student
dengan program pemerintah dalam percepatan centered, proses pembelajaran yang lebih
penciptaan pengusaha kecil dan menengah menekankan pada kemampuan penalaran,
yang kuat dan bertumpu pada ilmu memberikan mengalaman langsung pada
pengetahuan dan teknologi sedang digalakkan mahasiswa yang bersifat experiential learning.
(Indarti dan Rostiani, 2008). Experiential Learning adalah suatu model
Perguruan tinggi memegang peranan pembelajaran yang mengaktifkan mahasiswa
penting dalam mencetak lulusan yang memiliki dalam proses belajar mengajar untuk
kemampuan bersaing dan memiliki jiwa membangun pengetahuan dan ketrampilan
wirausaha. Hal ini ditegaskan oleh Zimmerer berwirausaha melalui pengalamannya secara
(2009:12), bahwa faktor pendorong langsung. Dalam model ini menggunakan
pertumbuhan kewirausahaan di suatu negara pengalaman katalisator untuk menolong
terletak pada peranan universitas melalui mahasiswa mengembangkan kapasitas dan
penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Pihak universitas bertanggung jawab dalam Tujuan utama penelitian adalah
mendidik dan memberikan kemampuan mengembangkan model pembelajaran
wirausaha kepada para lulusannya dan kewirausahaan dengan pendekatan experiential
memberikan motivasi untuk berani memilih learning untuk meningkatkan pemahaman
berwirausaha sebagai karir mereka. materi dan keterampilan bewirausaha, yang
Pada kenyataannya masih banyak kritik berkualitas (valid, praktis, dan efektif) yang
yang diberikan pada perkuliahan diselesaikan selama dua tahun.
kewirausahaan di perguruan tinggi, antara lain:
penyajian materi yang cenderung teoritis dan
menekankan pada aspek kognitif, belum
kontekstual, kurangnya kegiatan praktek
119
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
METODE pembelajaran kewirausahaan, (2) silabus,
rencana pembelajaran (RP) sebagai
Rancangan penelitian yang digunakan adalah pedoman dalam mengajarkan materi dan
rancangan pengembangan menurut Plomp pelatihan praktek wirausaha, dan (3)
(1997). Kegiatan penelitian yang akan lembar kerja mahasiswa (LKM) untuk
dilakukan adalah metode penelitian dan memantapkan pemahaman mahasiswa
pengembangan (Research and development) terhadap bahan ajar dan sekaligus melatih
atau R&D. Langkah-langkah umum metode aplikasinya dalam praktek wirausaha, dan
R&D disajikan pada gambar 1 (4) lembar penilaian.
c)TahapRealisasi/Konstruksi
Pada tahap ini disusun Prototipe I1
perangkat pembelajaran yang meliputi: (a)
Silabus, (b) rencana pembelajaran (RPP),
(c) bahan ajar dan (d) instrument/ Lembar
Penilaian. Prototipe I1 meliputi,
perangkat pembelajaran untuk Prodi Pend.
Ekonomi. Prototipe I ini selanjutnya diuji,
dievaluasi, dan direvisi pada tahap
Gambar 1. Langkah-langkah umum
pengembangan selanjutnya.
metode R&D
Pada tahap ini dilakukan uji pakar
Pada tahun pertama dilakukan
terhadap draf perangkat pembelajaran
pengembangan perangkat pembelajaran
kewirausahaan dengan pendekatan experiential
pendukung model pembelajaran dengan
learning. Analisis hasil uji pakar dan revisi draf
pendekatan experiential learning mengacu
terus dilakukan sampat menghasilkan
pada tahap-tahap pengembangan “model
perangkat pembelajaran dengan pendekatan
Plomp”sebagai berikut:
experiential learning yang baik/valid dan dapat
a)Tahap Pengkajian Awal
diimplementasikan. Uji kevalidan dilakukan
Pada tahap ini dilakukan kajian
dengan menentukan kategori validitas setiap
tentang: (1) format perangkat pembelajaran
kriteria atau aspek atau keseluruhan aspek
yang akan dikembangkan, yakni: Rencana
Pembelajaran (RP), Lembar Kegiatan dengan mencocokan rerata kriteria ( K i ) atau
Mahasiswa (LKM), BukuMahasiswa/Dosen, rerata aspek ( A i ) atau rerata total ( X ) dengan
menggunakan kategori sebagai berikut:
3,5  M ≤ 4
dan Lembar Penilaian, (2) sintaks model
sangat valid
2,5  M < 3,5
pembelajaran dengan pendekatan experiential
valid
1,5  M< 2,5
learning sebagai acuan mengembangkan
RP, LKM, Buku Mahasiswa/Dosen, dan cukup valid
Lembar Penilaian, (3) teori-teori M 0,5 tidak valid
pembelajaran kewirausahaan dengan Keterangan:
pendekatan experiential learning. M = X untuk mencari validitas keseluruhan
b)Tahap Perancangan aspek.
Perincian kegiatan pokok pada Pengembangan perangkat Model
tahap ini merancang: (1) buku mahasiswa pembelajaran kewirausahaan dengan
dan buku Dosen tentang pelaksanaan pendekatan experiential learning memiliki
120
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
derajat validitas yang memadai jika (i) nilai X langsung. Alasan inilah yang memperkuat
untuk keseluruhan aspek minimal berada dalam pentingnya model experiential learning dalam
kategori “cukup valid”, dan (ii) nilai A i untuk perkuliahan kewirausahaan. Hal ini diperkuat
setiap aspek minimal berada dalam kategori dengan hasil penelitian Riyanti (2007)
“valid”. Jika nilainya kurang, maka perlu menunjukan bahwa pemberian praktek
dilakukan revisi berdasarkan saran para langsung yang disesuaikan dengan bidang
validator atau dengan melihat kembali aspek- keahlian mahasiswa memudahkan mahasiswa
aspek yang nilainya kurang. Selanjutnya melakukan transferof knowledge, oleh
dilakukan validasi ulang lalu dianalisis kembali karenanya praktek langsung perlu diberikan
sampai memenuhi nilai M minimal berada di porsi yang lebih banyak dalam proses
dalam kategori valid. pendidikan kewirausahaan. Transfer of
3. Pengembangan Instrumen knowledge, menurut Kellet (2006) adalah
Instrumen-instrumen yang pengembangan latihan-latihan intuitif yang
dikembangkan adalah sebagai berikut: a) dapat berlangsung dalam situasi yang
Lembar Penilaian Silabus b) Lembar ditetapkan, yang dapat memberikan
Penilaian RPP, c) Lembar penilaian bahan ketrampilan-ketrampilan dan dapat digunakan
ajar, d) Lembar Pengamatan keterlaksanaan berkreasi dalam usahanya sendiri.
model, e) Angket Respons Mahasiswa Berdasarkan pendapat-pendapat di atas,
tentang Penerapan Model, LKM Buku ajar, f) menunjukkan bahwa penekanan-penekanan
Tes Penguasaan Bahan Ajar, dan g) pada pentingnya fasilitasi dalam proses
Instrumen penilaian praktek keterampilan pendidikan kewirausahaan yang melibatkan
wirausaha. kegiatan praktek langsung yang realistis,
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa direkomendasikan oleh beberapa peneliti. Di
program studi Pendidikan Ekonomi angkatan Universitas PGRI Ronggolawe Tuban mata
2011 yang menempuh mata Kuliah kuliah kewirausahaan telah menjadi mata
Kewirausahaan. Teknik pengumpulan data kuliah wajib pada seluruh program studi.
dilakukan dengan menggunakan angket, Dalam penelitian ini penerapan model
observasi, dan dokumentasi. Data di analisis pembelajaran kewirausahaan dengan
secara diskriptif dengan menggunakan analisis pendekatan experiential learning dilakukan
distribusi frekuensi, rerata, dan presentase. pada mahasiswa program Studi pendidikan
Ekonomi angkatan 2011 yang menempuh mata
HASIL & PEMBAHASAN kuliah Kewirausahaan. Mata kuliah ini
disajikan pada semester 8, dimana sebelumnya
Materi kuliah kewirausahaan menekankan pada mahasiswa telah menempuh beberapa mata
Knowledge (pengetahuan), Skills (ketrampilan), kuliah pendukung keterampilan berwirausaha
dan Attitude (sikap). Peningkatan minat dan antara lain manajemen sumberdaya manusia,
keterampilan berwirausaha dapat tercapai manajemen pemasaran, manajemen keuangan,
apabila ke tiga aspek tersebut dapat dikuasi manajemen produksi, manajemen
oleh mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi. pembelanjaan dan pengantar bisnis.
Menurut Albornoz (2008) keterampilan Pada tahun pertama penelitian Ada tiga
wirausaha dapat diajarkan pelalui proses komponen yang dikembangkan, yakni: (a)
pendidikan melalui teori-teori dan pengalaman Model pembelajaran kewirausahaan dengan
pendekatan experiential learning, (b)
121
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
perangkat pembelajaran untuk mendukung pertama penelitian telah berhasil dikembangkan
model pembelajaran dan (c) instrumen hingga tahap uji coba pakar.
yang akan dipergunakan untuk menilai Untuk mengetahui kevalidan perangkat
kualitas model pembelajaran. pembelajaran, kemudian perangkat
Konsep pengembangan perangkat pembelajaran yang telah dirancang
model pembelajaran kewirausahaan dengan divalidasikan kepada 2 orang dosen/pakar
pendekatan experiential learning pembelajaran, yaitu Dr. Yudi Supiyanto, M.Pd,
diimplementasikan kedalam seperangkat model dan Drs. Suwarno, M.Pd. Hasil validasi
yakni terdiri dari silabus, RPP, materi yang kemudian dianalisis, dan selanjutnya direvisi
berbentuk buku ajar, dan instrument penilaian sesuai masukan dari validator sebagai berikut:
model. Beberapa perangkat tersebut pada tahun Hasil validasi instrumen disajikan dalam tabel
1.

Tabel 1. Analisis Hasil Validasi instrumen


Rataan Penilaian Keterangan
No. Aspek Yang Dinilai
Validator
1. Lembar penilaian silabus 3,0 Valid
2. Lembar penilaian RPP 3,1 Valid
3. Lembar penilaian bahan ajar 3,3 Valid
4. Lembar penilaian kegiatan 3,3 Valid
mahasiswa
5. Lembar penilaian 3,0 Valid
keterlaksanaan model
6. Angket Respon siswa 3,6 Sangat Valid
7. Tes penguasaan bahan ajar 3,7 Sangat Valid
8. Lembar penilaian kegiatan 3,4 Valid
praktek wirausaha
Sumber: data penelitian yang diolah

Silabus
Silabus yang dikembangkan dalam learning. Hasil penilaian silabus nampak pada
penelitian ini adalah mata kuliah Tabel 2.
kewirausahaan dengan pendekatan experiential

Tabel 2. Hasil Analisis Uji pakar Pengembangan Silabus Matakuliah Kewirausahaan

No Uraian Penilaian Rata- Rata/ Ket


Validator Aspek
1 2
1 Perumusan Indikator Keberhasilan 3 3 3 Baik/valid
Belajar
2 Pemilihan dan pengorganisasian 3 3 3 Baik/valid
pembelajaran
122
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
3 Pemilihan metode pembelajaran 3 4 3,5 Sangat baik/valid
4 Pemilihan sumber belajar/media 4 3 3,5 Sangat baik/valid
pembelajaran
5 Skenario pembelajaran 3 3 3 Baik/valid
6 Alokasi waktu 3 3 3 Baik/valid
7 Penilaian hasil belajar 3 3 3 Baik/valid
8 Penggunaan bahasa 3 3 3 Baik/valid
9 Penilaian secara umum Baik Dapat digunakan
dengan sedikit
revisi
Sumber: data penelitian yang diolah

Dari hasil penilaian pakar tentang revisi, maka silabus ini dapat digunakan
silabus pada tabel di atas, secara umum dapat sebagai dasar untuk menyusun RPP.
dikatakan termasuk dalam kategori baik dengan RPP
sedikit revisi. Revisi terletak pada aspek Hasil Analisis Uji Pakar RPP yang
perumusan indikator keberhasilan dan penilaian dikembangkan dalam penelitian ini adalah RPP
hasil belajar. Revisi perumusan indikator matakuliah kewirausahaan dengan pendekatan
keberhasilan belajar lebih diperluas bukan experiential learning yang diarahkan
hanya mengedepankan aspek diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan,
pengetahuan/kognitif saja tetapi juga kreativitas dan keterampilan berwirausaha
pengembangan pada ranah afektif dan mahasiswa melalui pengalaman-pengalaman
psikomotor yang mengarah pada peningkatan yang dialami dalam perkuliahan.
minat dan keterampilan berwirausaha. Revisi RPP ini divalidasi oleh dua orang
terkait dengan penilaian bahan ajar, yakni validator. Hasil penilaian RPP nampak pada
dengan menambahkan rubrik penilaian tentang Tabel 3 sebagai berikut.
nilai sikap. Setelah divalidasi dan dilakukan

Tabel 3. Hasil Analisis Uji pakar Pengembangan RPP Matakuliah Kewirausahaan

No Uraian Penilaian Rata- Ket


Validator Rata/
1 2 Aspek
1 Perumusan Indikator 3 3 3 Baik/valid
Keberhasilan Belajar
2 Pemilihan dan pengorganisasian 3 3 3 Baik/valid
pembelajaran
3 Pemilihan metode pembelajaran 3 3 3 Baik/valid
4 Pemilihan sumber belajar/media 3 3 3 Baik/valid
pembelajaran
5 Skenario pembelajaran 4 3 3,5 Sangat baik/valid
6 Alokasi waktu 4 3 3,5 Sangat baik/valid
7 Penilaian hasil belajar 3 3 3 Baik/valid
123
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
8 Penggunaan bahasa 3 3 3 Baik/valid
9 Penilaian secara umum Baik Dapat digunakan
dengan sedikit
revisi
Sumber: data penelitian yang diolah

Dari hasil penilaian pakar tentang RPP Bahan Ajar


pada tabel di atas, secara umum dapat Bahan ajar yang dikembangkan berupa buku
dikatakan termasuk dalam kategori baik dengan ajar kewirausahaan dengan pendekatan
sedikit revisi. Revisi terletak pada penilaian experiential learning. Dalam proses
hasil belajar, belum memuat penilaian rubrik pengembangan modul divalidasi oleh pakar
terkait kegiatan praktek wirausaha. Setelah disajikan dalam tabel 4 berikut.
divalidasi dan dilakukan revisi, maka RPP ini
dapat digunakan sebagai dasar untuk
pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 4. Rata-Rata Hasil Penilaian Buku Ajar oleh Pakar


No Aspek Yang Dinilai Skor Rerata Prosentase Kategori
Maksimal
1 Aspek Isi/materi 70 61,6 88 Sangat
baik/valid
2 Aspek Penyajian/ 70 52,5 75 Baik/valid
pengorganisasian
materi
3 Aspek Tampilan 50 37,5 75 Baik/valid
4 Aspek Bahasa 50 37,5 75 Baik/valid
Sumber: data penelitian yang diolah

Selanjutnya diuji cobakan pada skala Pendidikan Ekonomi angkatan 2011 A


terbatas yakni kepada mahasiswa Prodi sebanyak 35 mahasiswa.

Tabel 5. Rata-Rata Hasil Penilaian Buku Ajar oleh Mahasiswa


No Aspek Yang Dinilai Skor Rerata Prosentase Kategori
Maksimal
1 Aspek Isi/materi 70 52,4 75 Baik/valid
2 Aspek Penyajian/ 80 68 85 Sangat Baik/
pengorganisasian valid
materi
3 Aspek Tampilan 80 68 85 Sangat Baik
4 Aspek Bahasa 70 52,5 75 Baik/valid
Sumber: data penelitian yang diolah

124
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Berdasarkan tabel 4 dan tabel 5 Sedangkan penilaian dari mahasiswa
menunjukan tidak ada perbedaan signifikan pada aspek penyajian materi dan aspek
antara penilaian pakar dan mahasiswa. tampilan memperoleh skor paling tinggi yaitu
Penilaian setiap aspek bahan ajar meliputi sebesar 85% dari skor ideal termasuk kategori
aspek isi/materi, aspek Sangat Baik. Sedangkan aspek materi dan
penyajian/pengorganisasian materi, aspek aspek penggunaan bahasa sebesar 75%
tampilan dan aspek penggunaan bahasa layak tergolong baik.
digunakan karena lebih dari kategori Baik. Setelah Silabus dan RPP dinilai pakar
Untuk analisis lebih lanjut maka dapat dan bahan ajar dan instrumen dinyatakan dapat
dilakukan perbandingan rerata skor penilaian digunakan, selanjutnya perangkat tersebut
antara ke empat aspek tersebut. Berdasarkan digunakan untuk mengumpulkan data tentang
tabel di atas, menunjukan bahwa penilaian dari keterlaksanaan model perkuliahan
pakar pada aspek materi/isi memperoleh skor kewirausahaan dengan pendekatan experiential
paling tinggi sebesar 88% sangat baik/sangat learning oleh dua orang observer. Observer
valid, ketiga aspek lainnya dalam kategori adalah dosen mata kuliah kewirausahaan. Data
baik. hasil uji coba pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kewirausahaan Dengan pendekatan Experiential


Learning pada Uji Coba terbatas di Prodi Pendidikan Ekonomi 2011 A
No Pengamatan Rerata/aspek Rerata keterangan
kerterlaksanaan model observer
Observer Observer
1 2
1 Pengamatan pertama 3 2,5 2,75 Cukup baik
2 Pengamatan ke dua 3 3 3 baik
3 Pengamatan ke tiga 3,5 4 3,75 Sangat baik
4 Penilaian secara umum Dapat digunakan
dengan sedikt
revisi
Sumber: data penelitian yang diolah

Uji coba terbatas telah dilakukan lembar penilaian RPP (3,1/valid), lembar
sebanyak tiga kali pertemuan di kelas A penilaian bahan ajar (3,3/valid), lembar
angkatan 2011, program studi Pendidikan penilaian kegiatan mahasiswa (3,3/valid),
Ekonomi. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat lembar penilaian keterlaksanaan model
bahwa nilai rata-rata keterlaksanaan model (3,0/valid), angket respon siswa (3,6/sangat
diperoleh skor 3,2, berarti termasuk dalam valid), tes penguasaan bahan ajar (3,7/valid),
kategori baik (dapat dilaksanakan). lembar penilaian kegiatan praktek wirausaha
Berdasarkan hasil analsis validasi (3,4/valid) Artinya perangkat pembelajaran
perangkat pembelajaran yang telah dirancang di yang telah dirancang memiliki validasi adalah
peroleh sebagai berikut: silabus (baik), RPP yang baik. Merujuk pada hasil analisis
(baik), bahan ajar kategori baik. Intrumen yang keterlaksanaan model serta analisis validasi
terdiri dari: lembar penilaian silabus (3,0/valid), perangkat pembelajaran dapat disimpulkan
125
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
bahwa pengembangan perangkat model lain silabus, RPP, dan Bahan ajar
pembelajaran kewirausahaan dengan kewirausahaan dengan pendekatan experiential
pendekatan experiential learning sudah learning. Berdasarkan uji pakar, seperangkat
memenuhi kevalidan model. model yang telah dikembangkan tersebut
termasuk dalam kategori baik dan dapat
SIMPULAN digunakan dengan sedikit revisi.
Seperangkat instrumen penilaian yang
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan dikembangkan meliputi instrumen lembar
bahwa pengembangan model pembelajaran penilaian: silabus, RPP, Bahan Ajar, kegiatan
kewirausahaan dengan pendekatan experiential mahasiswa, tes penguasaan bahan ajar, kegiatan
learning dilakukan dengan terlebih dahulu praktek wirausaha. Berdasarkan hasil penilaian
mengembangkan model secara konseptual, dan pakar, instrumen penilaian model sebagian
kemudian model tersebut digunakan sebagai besar berkategori Baik/valid sehingga dapat
kerangka acuan dalam mengembangkan disimpulkan bahwa perangkat instrument dapat
perangkat untuk mengimplementasikan model dimplementasikan pada uji coba berikutnya di
dan instrumen untuk menilai model. Perangkat tahun ke dua penelitian untuk menguji
model pembelajaran yang dikembangkan antara kepraktisan dan keefektifan model.

DAFTAR RUJUKAN
Kellet, S. 2006. A Picture of Creative
Albornoz, C. A. 2008. Toward A Set of Entrepreneurship: Visual Narrative in
Trainable Content on Entrepreneurship Creative Entreprise Education. (online)
Education: A Review of (http://www.ncge.com/files/biblio
Entrepreneurship Research From 1002.pdf), diakses tanggal 4 April 2013.
Educational Prespective. J. Technol.
Manag. Innov. 2008. Volume 3, Special Plomp, Tjeerd., 1997. Educational and
Issue 1: 86-98. Training System Design. Enschede,
(online)(www.jotmi.org/index.php/GT/a The Netherlands:Univercity of
rticle/viewFile/rev5/131-),diakses Twente.
tanggal 6 April 2014.
Riyanti, BPD. (2007).Metode Experiential
BPS. 2011. Keadaan Ketenagakerjaan Learning Dengan pendekatan Pada
Februari 2011 dalam Berita Resmi Peningkatan Rasa Diri Mampu, Kreatif
Statistik, Badan Pusat Statistik No. & Berani Beresiko dalam
33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011. pembelajaranan Kewirausahaan untuk
SMK (Online)
Indriati, N & Rostiani. 2008. Intensi (www.unesco.or.id/images/pub/89_listo
Kewirausahaan Mahasiswa, Studi funescointhenewsoneducation.doc),
Perbandingan antara Indonesia, diakses 16 maret 2012.
Jepang dan Norwegia dalam Jurnal
Ekonomika dan Bisnis Indonesia Wu, S. & Wu, L. 2008. The Impact of Higher
Volume 23 no 4 Oktober 2008. Education on Entrepreneurial Intentions
126
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
of University Students in China. Entrepreneurs. Jurnal Manajemen dan
Journal of Small Business and Kewirausahaan, 5(2): 97-111.
Enterprise Development, 15(4): 752–
774. Zimmerer, T.W., & Scarborough, N.M., 2008.
Essential of Entrepreneurship and
Yohnson. 2003. Peranan Universitas dalam Small Business Management, Edition 5.
Memo-tivasi Sarjana Menjadi Young New Jersey: Pearson Prentice Hall.

127
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pembelajaran Kewirausahaan Berbasis Karakter

Henny Sri Astuty


PE Unirow Tuban
Email : hennysriastuty@gmail.com

Abstrak : Pengaruh budaya konsumtif pada kebanyakan masyarakat Indonesia harus mendorong
tumbuh dan berkembangnya kegiatan wirausaha pada berbagai jenjang pendidikan. Hal ini tidak
menutup kemungkinan untuk meningkatkan model, strategi, metode dalam pembelajaran, khususnya
pembelajaran kewirausahaan. Wirausaha dalam kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa kebanyakan
hanya berprinsip asal jual dan yang penting laku, dan sering dilakukan tanpa menggunakan etika dan
pelayanan yang baik. Oleh sebab itu perlu adanya pembenahan etika maupun pelayanan yang akan
dilakukan dan hal ini dimulai dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran karakter, yaitu mulai dari proses pembuatan, pengemasan, hingga
proses pelayanan terhadap produk yang terjual.
Kata Kunci : Pembelajaran, Karakter, Kewirausahaan, Pelayanan

Pengaruh budaya konsumtif pada kebanyakan Sehingga proses pembelajaran dalam mata
masyarakat Indonesia harus mendorong kuliah ataupun mata pelajaran kewirausahaan
tumbuh dan berkembangnya kegiatan akan memiliki keterpaduan dan kesatuan, dan
wirausaha pada berbagai jenjang pendidikan. nilai-nilai pokok kewirausahaan yang
Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk diharapkan dapat diinternaslisasi dalam diri
meningkatkan model, strategi, metode dalam peserta didik. Adapun nilai-nilai pokok yang
pembelajaran, khususnya pembelajaran dapat ditemukan ada 6 (enam) yaitu:
kewirausahaan. Permasalahan dalam mandiri, kreatif pengambil resiko,
pembelajaran kewirausahaan baik model, kepemimpinan, orientasi pada tindakan, dan
strategi, maupun metode yang akan digunakan kerja keras (Akhmad Sudrajat, 2011).
apakah dapat merubah sikap, pribadi yang akan Untuk mencapai 6 (enam) nilai pokok
mencerminkan ciri-ciri sebenarnya pada pribadi tersebut tentunya tidaklah mudah yang
wirausaha. tentunya diharapkan adanya langkah-langkah
Pembelajaran wirausaha harus proses pembelajaran yang tepat dan benar
mewujudkan semua kegiatan wirausaha dimana dalam semua kegiatan operasional
ciri-ciri wirausaha tersebut dicontohkan, kewirausahaan sehingga membutuhkan adanya
dengan demikian wirausaha baik secara teoritis pemahaman terhadap (1) ciri-ciri wirausaha, (2)
maupun praktik harus menjadi satu kesatuan. pembelajaran kewirausahaan, (3) penerapan
Untuk itu bagaimana pembelajaran karakter dalam kewirausahaan, (3) manfaat
kewirausahaan yang berbasis karakter dapat nilai karakter dalam kewirausahaan,
terlaksana, hal ini mungkin dapat dilakukan
oleh wirausaha tersebut sejak proses
pembuatan, pengemasan, hingga proses
pelayanan terhadap produk yang terjual.

128
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
HASIL & PEMBAHASAN bukan wirausaha. Adapun menurut Soeparman
Soemahamidjaja (dalam Ahmad
Arti Pentingnya Kewirausahaan Dan Ciri- Sudrajad,2011) bahwa kegiatan wirausaha
Ciri Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik
Seseorang yang memiliki karakter wirausaha karyawan swasta maupun pemerintahan.
selalu tidak puas dengan apa yang telah Demikian pula menurut Prawirokusumo (dalam
dicapainya. Wirausaha adalah orang yang Ahmad Sudrajad,2011) bahwa wirausaha
terampil memanfaatkan peluang dalam adalah mereka yang melakukan upaya-upaya
mengembangkan usahanya dengan tujuan kreatif dan inovatif dengan jalan
untuk meningkatkan kehidupannya. Menurut mengembangkan ide, dan meramu sumber daya
Norman M. Scarborough dan Thomas W. untuk menemukan peluang (opportunity) dan
Zimmerer (dalam Ahmad Sudrajad, 2011) perbaikan (preparation) hidup.
kewirausahaan adalah, “An entrepreneur is one Kewirausahaan (entrepreneurship)
who creates a new business in the face of risk muncul apabila seseorang individu berani
and uncertainty for the purpose of achieving mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide
profit and growth by identifying opportunities barunya. Suryana (dalam Ahmad
and asembling the necessary resources to Sudrajad,2011) bahwa proses kewirausahaan
capitalze on those opportunities”. meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan
Wirausahawan adalah orang-orang yang yang berhubungan dengan perolehan peluang
memiliki kemampuan melihat dan menilai dan penciptaan organisasi usaha. Esensi dari
kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan kewirausahaan adalah menciptakan nilai
sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan tambah di pasar melalui proses
untuk mengambil tindakan yang tepat, pengkombinasian sumber daya dengan cara-
mengambil keuntungan serta memiliki sifat, cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.
watak dan kemauan untuk mewujudkan Menurut Zimmerer (dalam Ahmad
gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara Sudrajad,2011), nilai tambah tersebut dapat
kreatif dalam rangka meraih diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, 1. Pengembangan teknologi baru
seorang wirausaha adalah orang-orang yang (developing new technology),
memiliki karakter wirausaha dan 2. Penemuan pengetahuan baru
mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam (discovering new knowledge),
hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah 3. Perbaikan produk (barang dan jasa)
orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan yang sudah ada (improving existing
inovatif yang tinggi dalam hidupnya. products or services),
Dari beberapa konsep di atas 4. Penemuan cara-cara yang berbeda
menunjukkan seolah-olah kewirausahaan untuk menghasilkan barang dan jasa
identik dengan kemampuan para wirausaha yang lebih banyak dengan sumber daya
dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam yang lebih sedikit (finding different
kenyataannya, kewirausahaan tidak ways of providing more goods and
selalu identik dengan karakter wirausaha services with fewer resources).
semata, karena karakter wirausaha Walaupun di antara para ahli ada yang
kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran
129
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pengusaha kecil, namun sebenarnya pendapatan dalam kegiatan usahanya.
karakter wirausaha juga dimiliki oleh orang- Sedangkan Meredith (dalam Ahmad
orang yang berprofesi di luar wirausaha. Sudrajad,2011), memberikan ciri-ciri
Karakter kewirausahaan ada pada setiap orang seseorang yang memiliki karakter wirausaha
yang menyukai perubahan, pembaharuan, sebagai orang yang (1) percaya diri, (2)
kemajuan dan tantangan, apapun profesinya. berorientasi tugas dan hasil, (3) berani
Dengan demikian, ada enam hakikat mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan,
pentingnya kewirausahaan, yaitu: (5) berorientasi ke depan, dan (6) keorisinalan.
1. Menurut Ahmad Sanusi (dalam Ahmad Jadi, untuk menjadi wirausaha yang
Sudrajad,2011), kewirausahaan adalah suatu berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki
nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang adalah memiliki jiwa dan watak
dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan
tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis. tersebut dipengaruhi oleh keterampilan,
2. Menurut Soeharto Prawiro (dalam Ahmad kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu
Sudrajad,2011), Kewirausahaan adalah sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan
suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai pengalaman usaha. Dan seperti telah
sebuah usaha dan mengembangkan usaha. dikemukakan di atas, bahwa seseorang
3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa
mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan
berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki
memberikan nilai lebih. kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
4. Menurut Drucker (dalam Ahmad baru dan berbeda (ability to create the new and
Sudrajad,2011), kewirausahaan adalah different) atau kemampuan kreatif dan inovatif.
kemampuan untuk menciptakan sesuatu Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut
yang baru dan berbeda. secara riil tercermin dalam kemampuan dan
5. Menurut Zimmerer (dalam Ahmad kemauan untuk memulai usaha (start up),
Sudrajad,2011), kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang
proses penerapan kreatifitas dan keinovasian baru (creative), kemauan dan kemampuan
dalam memecahkan persoalan dan untuk mencari peluang (opportunity),
menemukan peluang untuk memperbaiki kemampuan dan keberanian untuk menanggung
kehidupan usaha risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan mengembangkan ide dan meramu sumber daya.
nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui Pembelajaran kewirausahaan
cara-cara baru dan berbeda untuk Seperti penjelasan sebelumnya bahwa
memenangkan persaingan. jiwa dan watak kewirausahaan tersebut
Berdasarkan keenam pendapat di atas, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan,
dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan atau kompetensi. Sedang kompetensi itu sendiri
adalah nilai-nilai yang membentuk karakter ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman,
dan perilaku seseorang yang selalu kreatif dan untuk memperoleh pengetahuan dapat
berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan dilakukan dalam proses pembelajaran.
berusaha dalam rangka meningkatkan
130
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Adapun proses pembelajaran dalam baik dan bukan pula teori yang tidak bisa apa-
tahapan operasional secara formal, menurut apa, akan tetapi teori dan praktik harus selalu
Piaget (dalam Kemendiknas, 2010) memiliki dipadukan agar terjadi keseimbangan dan
ciri-ciri: mencapai titik temu yang ideal (Edy Zaqeus,
a. Kemampuan berpikir secara abstrak, 2009)
menalar secara logis, dan menarik Penerapan karakter dalam proses
kesimpulan dari informasi yang tersedia. pembelajaran dimulai dari pengetahuan tentang
b. Memahami hal-hal seperti bukti logis, dan nilai-nilai yang akan dikembangkan, dan
nilai. menurut Badan Pengembangan dan Pusat
c. Tidak melihat segala sesuatu hanya dalam Kurikulum dalam Bahan Pelatihan
bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi Pengembangan Pendidikan Budaya dan
abu-abu" di antaranya. Karakter Bangsa diidentifikasi dari sumber-
d. Penalaran moral, dan perkembangan sosial. sumber berikut ini (Kemendiknas, 2010: 7-10):
Dengan demikian sesuai dalam tahapan a. Agama: masyarakat Indonesia adalah
ini sebenarnya pembelajaran kewirausahaan masyarakat beragama. Oleh karena itu,
telah memiliki tahapan operasional secara kehidupan individu, masyarakat, dan
formal dan telah memiliki karakter. bangsa selalu didasari pada ajaran agama
dan kepercayaannya. Secara politis,
Penerapan karakter dalam proses kehidupan kenegaraan pun didasari pada
pembelajaran nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas
Menurut Wynne dalam Darmiyati dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai
Zuchdi (2009), istilah karakter diambil dari pendidikan budaya dan karakter bangsa
bahasa Yunani yang berarti ‘to mark” harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah
(menandai). Istilah ini lebih difokuskan pada yang berasal dari agama.
bagaimana upaya pengaplikasikan nilai b. Pancasila: negara kesatuan Republik
kebaikan dalam bentuk tindakan atau Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
tingkah laku. Berbagai langkah mulai kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
dilakukan untuk membangun nilai karakter, yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat
salah satunya dengan pengembangan karakter pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan
yang terintegrasi dengan mata kuliah ataupun lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat
mata pelajaran misalnya pada kewirausahaan. dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang
Kewirausahaan (entrepreneurship) pada terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-
hakikatnya adalah sifat, ciri, dan watak nilai yang mengatur kehidupan politik,
seseorang yang memiliki kemauan dalam hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya,
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia dan seni. Pendidikan budaya dan karakter
nyata secara kreatif (Suryana, 2006). bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
Pembelajaran kewirausahaan bertujuan untuk didik menjadi warga negara yang lebih
membentuk manusia secara utuh (holistik), baik, yaitu warga negara yang memiliki
sebagai insan yang memiliki karakter, kemampuan, kemauan, dan menerapkan
pemahaman dan ketrampilan sebagai nilai- nilai Pancasila dalam kehidupannya
wirausaha. Sedangkan menurut pandangan Bob sebagai warga negara.
Sadino, praktik bukanlah sesuatu yang paling c. Budaya: sebagai suatu kebenaran
131
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
bahwa tidak ada manusia yang hidup warga negara Indonesia, dikembangkan
bermasyarakat yang tidak didasari oleh oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai
nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan
itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar nasional memuat berbagai nilai
dalam pemberian makna terhadap suatu kemanusiaan yang harus dimiliki warga
konsep dan arti dalam komunikasi negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan
antaranggota masyarakat itu. Posisi pendidikan nasional adalah sumber yang
budaya yang demikian penting dalam paling operasional dalam pengembangan
kehidupan masyarakat mengharuskan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
budaya menjadi sumber nilai dalam Berdasarkan keempat sumber nilai itu,
pendidikan budaya dan karakter bangsa. teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan
d. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini:
rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap

Tabel 1 Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

No Nilai Deskripsi
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
Tahu mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10 Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
Kebangsaan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11 Cinta Tanah Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
132
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
No Nilai Deskripsi
Air kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12 Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
Prestasi sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
komunikatif bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
Damai senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
membaca memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
Lingkungan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
Sosial dan masyarakat yang membutuhkan.
18 Tanggung Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
jawab kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha esa.
Sumber: Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010.

Hasil yang diharapkan dari pendidikan b. Terwujudnya rancangan dan contoh


karakter, budaya bangsa dan kewirausahaan pengintegrasian pendidikan karakter dan
yang terdiri dari 18 karakter antara lain: kewirausahaan pada semua jenjang.
a. Terwujudnya seperangkat pemetaan yang c. Terwujudnya contoh silabus dan perangkat
memuat nilai-nilai pendidikan karakter, pembelajaran lainnya yang memuat
kewirausahaan dan indikator pada semua integrasi pendidikan karakter dan
jenjang persekolahan. kewirausahaan.

Tabel 2 Nilai-nilai Kewirausahaan

No Nilai Deskripsi
1 Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
Mandiri
menyelesaikan tugas
2 Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil berbeda
Kreatif
dari produk/jasa yang telah ada
3 Berani
Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang menantang berani
mengambil
dan mampu mengambil resiko kerja
resiko

133
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
4 Berorientasi Mengambil inisiatif untuk bertindak ,dan bukan menunggu ,sebelum sebuah
pada tindakan kejadian yang tidak dikehendaki terjadi
5 Kepemimpina Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran dan
n kritik,mudah bergaul,bekerjasama dan mengarahkan oranglain
6 Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
Kerja keras
tugas dan mengatasi berbagai hambatan
7 Perilaku yang didasarkan upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
Jujur
selalu dapat dip[ercaya dalam perkataan dan tindakan.
8 Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
Disiplin
ketentuan dan peraturan
9 Kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan
Inovatif persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya
kehidupan
10 Tanggung Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu melaksanakan tugas
jawab dan kewajibannya
11 Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya mampiu menjalin
Kerjasama
hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan dan pekerjaan
12 Pantang
Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah untuk mencapai
menyerah
suatu tujuan dengan berbagai alternatif
(ulet)
13 Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat seseorang ,baik terhadap
Komitmen
dirinya maupun orang lain
14 Kemampuan menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang
Realistis
rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/perbuatan
15 Rasa ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui secara
tahu mendalam dan luas dari apa yang dipelajari,dilihat,dan didengar
16 Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul,dan
Komunikatif
bekerjasama dengan orang lain
17 Motivasi kuat
Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik
untuk sukses
Sumber: Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010

Jika disesajarkan antara nilai karakter dan nilai mengayomi semua karakter yang ada dalam
yang terjadi dalam kegiatan kewirausahaan kewirausahaan dan akan tumbuh dan
akan terlihat sebagai berikut dalam tabel berkembang dalam pribadi wirausaha.
berikunya. Sedangkan nilai karakter Religius

134
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 3 Nilai Karakter dan Kewirausahaan

No Nilai karakter Nilai kewirausahaan


1 Religius
2 Jujur Jujur
3 Toleransi Kerjasama
4 Disiplin Disiplin
5 Kerja keras Kerja keras
6 Kreatif Kreatif
7 Mandiri Mandiri
8 Demokratis Kepemimpinan
9 Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu
10 Semangat Kebangsaan Pantang menyerah (ulet)
11 Cinta Tanah Air Berani mengambil resiko
12 Cinta Damai Komitmen
13 Menghargai Prestasi Motivasi kuat untuk sukses
14 Bersahabat/ komunikatif Komunikatif
15 Gemar membaca Inovatif
16 Peduli Lingkungan Berorientasi pada tindakan
17 Peduli Sosial Realistis
18 Tanggung jawab Tanggung jawab

Kemudian penerapan karakter dalam proses barang, proses pengolahan/ pengemasan,


pembelajaran kewirausahaan yang dimulai dari pelayanan penjualan terhadap produk jadi dapat
proses persiapan, pembelian: bahan atau digambarkan sebagai berikut

Tabel 4 Penerapan Karakter dalam Proses Pembelajaran Kewirausahaan

Bentuk Proses Yang dimunculkan


kegiatan kewirausahaan Karakter Tindakan Dokumen
Teori Persiapan Religius
Jujur
Proses
Gemar membaca pembuatan Perangkat
Disiplin perangkat pembelajaran
pembelajaran
Kerja keras
Peduli Lingkungan
135
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Bentuk Proses Yang dimunculkan
kegiatan kewirausahaan Karakter Tindakan Dokumen
Peduli Sosial
Tanggung jawab
Praktik Persiapan Religius
Jujur
Toleransi
Disiplin
Kerja keras Proses
pembuatan
Kreatif Proposal
proposal
Mandiri kewirausahaa
kewirausahaa
n, Instrumen
Demokratis n dan
penilaian
Rasa ingin tahu instrumen
penilaian
Menghargai Prestasi
Bersahabat/ komunikatif
Peduli Lingkungan
Peduli Sosial
Tanggung jawab
Pembelian Religius
Jujur
Proses
Disiplin
pembuatan Kartu
Kerja keras dokumen persediaan,
Kreatif pembelian surat
Mandiri yang diikuti permintaan
dengan sapa pembelian
Bersahabat/ komunikatif dan salam
Tanggung jawab
Proses Religius
pengolahan/ Jujur
pengemasan Disiplin
Kerjasama Proses
pembuatan SOP
Kerja keras SOP
Mandiri
Bersahabat/ komunikatif

136
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Bentuk Proses Yang dimunculkan
kegiatan kewirausahaan Karakter Tindakan Dokumen
Gemar membaca
Tanggung jawab
Pelayanan Religius
penjualan Jujur
Toleransi
Disiplin
Kerja keras
Kreatif
Pelayanan
Mandiri
prima yang
Demokratis diawali
Rasa ingin tahu dengan Produk sesuai
Pantang menyerah (ulet) senyum, dengan
sapa, dan proposal,
salam dan Instrumen
Berani mengambil resiko proses penilaian
Komitmen pembuatan
instrumen
Menghargai Prestasi penilaian
Bersahabat/ komunikatif

Inovatif
Peduli Lingkungan
Peduli Sosial
Tanggung jawab

Manfaat nilai karakter dalam b. Mengembangkan, menghayati, dan


kewirausahaan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan
Manfaat pembelajaran kewirausahaan cinta tanah air yang telah dikenalinya;
berbasisi karakter baik secara teori yang c. Mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan
dipadukan dengan paraktik dapat diperoleh dan teknologi khususnya sekarang sudah
sebagai berikut : berada pada Masyarakat Ekonomi Asean
a. Mengembangkan, menghayati, dan d. Melatih dan mengembangkan kepekaan dan
mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak kemampuan mengapresiasi serta
mulia, dan kepribadian luhur yang telah mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan
dikenalinya; harmoni terhadap lingkungan dan tanah air.
e. Mengembangkan bakat, kemampuan,
prestasi, dan mengembangkan kesiapan fisik
137
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dan mental untuk hidup mandiri di harus dilakukan secara praktik agar dapat
masyarakat. dilihat hasil keterpaduannya, disamping akan
dapat dilihat kesatuan yang utuh nilai-nilai dari
SIMPULAN karakter tersebut dengan nilai yang ada dalam
kewirausahaan. Berikut ini kesimpulan
Kewirausahaan berbasis karakter yang penggabungan nilai karakter dan nilai
dilakukan dalam proses pembelajaran tidak kewirausahaan yang akan tercermin dalam
hanya dilakukan secara teoritis tetapi juga proses pembelajaran kewirausahaan:

Tabel 5 Uraian Nilai KArakter dan Kewirausahaan

No Nilai karakter Nilai kewirausahaan Uraian


Tercermin dalam proses pembelajaran
1 Religius dan proses kewirausaahaan melalui
kegiatan berdo’a dan ucapan salam.
Tercermin pada perkataan, tindakan, dan
2 Jujur Jujur pekerjaan hingga hasil dari pekerjaan
tersebut.
Terjalinnya sebuah pekerjaan yang
3 Toleransi Kerjasama
didasarkan dari perbedaan kemampuan
Terciptanya keteriban dan kepatuhan
4 Disiplin Disiplin terhadap ketentuan/ peraturan yang telah
dibuat.
Terciptanya upaya untuk mengatasi
5 Kerja keras Kerja keras permasalahan baik dalam pembelajaran
maupun pekerjaan
Terwujudnya hasil media pembelajaran
6 Kreatif Kreatif
ataupun produk yang baru.
Terciptanya perilaku dan sikap ketidak
7 Mandiri Mandiri tergantungan pada teman belajar ataupun
rekan kerja.
Terciptanya sikap dan perilaku untuk
menerima saran dan kritik sebagai
8 Demokratis Kepemimpinan
bentuk jiwa kepemimpinan yang
demokratis dalam menghargai pihak lain
Terciptanya sikap dan perilaku untuk
mengetahui segala sesuatu yang baru
9 Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu
dan menggali sesuatu yang baru tersebut
secara lebih detail.
Terciptanya pola pikir yang tidak
Semangat Pantang menyerah
10 gampang menyerah untuk mendapatkan
Kebangsaan (ulet)
sesuatu yang lebih baik
138
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
No Nilai karakter Nilai kewirausahaan Uraian
Munculnya pola pikir yang tinggi
Berani mengambil terhadap kemanfaatan lingkungan dan
11 Cinta Tanah Air
resiko tertantang untuk menjadikannya lebih
baik.
Munculnya rasa aman dan nyaman
karena selalu menepati ucapan dan
12 Cinta Damai Komitmen
tindakan baik yang dilakukan untuk
dirinya maupun orang lain.
Munculnya sikap dan perilaku untuk
Motivasi kuat untuk menghasilkan yang lebih baik dan
13 Menghargai Prestasi
sukses bermanfaat bagi masyarakat ataupun
dirinya.
Bersahabat/ Terciptanya suasana komunikasi dalam
14 Komunikatif
komunikatif lingkungan.
Kemampuan menyelesaikan masalah
dan mengolah yang tidak bermanfaat
15 Gemar membaca Inovatif
menjadi bermanfaat karena tambahnya
ilmu yang diperoleh
Munculnya rasa empati terhadap
Berorientasi pada
16 Peduli Lingkungan lingkungan yang dibuktikan melalui
tindakan
tindakan
Munculnya rasa empati terhadap orang
17 Peduli Sosial Realistis lain dimana keputusan yang diambil
sesuai kenyataan yang sebenarnya.
Tercermin melalui sikap dan perilaku
18 Tanggung jawab Tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang
dilakukan dapat dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN Pembelajaran Berdasarkan Nilai-


Nilai Budaya untuk Membentuk
Akhmad Sudrajat. 2011. Konsep Daya Saing dan Karakter Bangsa.
kewirausahaan dan pendidikan Jakarta.
kewirausahaan di sekolah.
http://akhmadsudrajat.wordpress.c Chelsy Yessicha. 2012. Opini publik.
om Diunduh pada tanggal 02 http://chelsyyesicha.staff.unri.ac.id
Januari 2016 pk. 11.00 wib. / diunduh pada 02 Januari 2016
pk. 11.00 wib
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas.
2010. Pengenbangan Pendidikan Darmiyati Zuchdi. 2009. Pendidikan
Kewirausahaan; Bahan karakter. Yogyakarta: UNY Press.
Pelatihan Penguatan Metodologi
139
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Edy Zaqeus.2009. Bob Sadino: Mereka
bilang saya gila. Seni berpikir,
bersikap dan bertindak dari
wiraswastawan sejati. Bekasi:
Kintamani Publishing

Suryana. 2006. Kewirausahaan. Pedoman


praktis: kiat dan proses menuju
sukses. Jakarta: SalembaEmpat

140
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Inovasi Pembelajaran Interaktif Kewirausahaan
Dengan Model Patriot di Universitas Nusantara Pgri Kediri

Rr.FORIJATI
Universitas Nusantara Pgri Kediri
Email: rr.fori@gmail.com

Abstrak : Pendidikan kewirausahaan yang diberikan di perguruan tinggi diharapkan akan mampu
mencetak jiwa wirausaha. Dalam pembelajaran Kewirausahaan di perguruan tinggi sebagian besar
yang didominasi dengan preaching method diduga merupakan salah satu faktor ketidak tertarikan
mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Penggunaan Model Pembelajaran PATRIOT yang
digunakan dengan membekali mahasiswa dengan aspek pengetahuan dan teoritik (PAT) dan
pengenalan pada lingkungan usaha nyata (RIO) diperlukan agar mahasiswa mampu memahami dan
dapat memecahkan permasalahan dalam dunia usaha. Kompetensi akhir yang diharapkan adalah
terbentuknya kompetensi kewirausahaan mahasiswa (T Usaha) yang sesuai dengan bidang ilmu yang
dipelajari. Ujicoba dilakukan pada 36 mahasiswa yang terbagi menjadi 6 kelompok dan diberikan
kasus usaha. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dengan Model Pembelajaran PATRIOT dan
pelaksanaan pembelajaran interaktif dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa
akan pengelolaan usaha.

Kata Kunci: Pembelajaran interaktif, model PATRIOT, kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi Disitulah pentingnya jiwa kewirausahaan dan


dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada kemandirian.
mahasiswa agar mahasiswa memiliki pola pikir, Untuk menumbuhkembangkan jiwa
pola sikap dan pola tindak yang mengutamakan kewirausahaan agar para lulusan perguruan
inovasi, kreativitas dan kemandirian. Peran tinggi lebih menciptakan lapangan kerja
Perguruan Tinggi harus mampu memberikan daripada menjadi pencari kerja, maka diperlukan
bekal bagi lulusannya bukan hanya hardskills, suatu usaha nyata. Hasil survey menyebutkan
tetapi juga softskills yang cukup kepada bahwa tingkat pengangguran terbuka di
mahasiswa. Hardskills antara lain terdiri dari Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 7,56 juta
ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang studi orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan
yang ditekuni (knowledge of field) dan dengan periode yang sama tahun 2014 sebanyak
pengetahuan tentang teknologi (knowledge of 7,24 orang. (BPS, 2015). Perkembangan yang
technology). Sementara itu, softskills antara lain terjadi di dunia pendidikan tinggi, ditandai
terdiri dari kemampuan berkomunikasi baik dengan meningkatnya jumlah lulusan sarjana
lisan. Potensi diri mahasiswa itulah yang harus (S1) setiap tahun, apabila peningkatan jumlah
terus menerus diasah dan dikembangkan agar lulusan tersebut tidak diimbangi dengan kualitas
terbentuk jiwa kewirausahaan dan mempunyai serta relevansi pendidikan di perguruan tinggi,
wawasan mandiri sebagai bekal kesuksesannya maka jumlah lulusan yang tidak terserap di pasar
kelak setelah menjadi alumni Perguruan Tinggi. kerja akan meningkat, terutama apabila lulusan

141
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
perguruan tinggi tidak siap untuk menciptakan tentang ide ide usaha. 4) menempatkan
lapangan kerja. pembelajaran berpusat pada diri mahasiswa dan
Perguruan tinggi dapat mengembangkan penilaian yang mampu mencerminkan berfikir
strategi yang paling sesuai dengan kondisinya divergen mahasiswa. Terkait dengan desain
agar program kewirausahaan dapat dilaksanakan pembelajaran, peran dosen adalah mengkreasi
dan memiliki dampak positif terhadap dan memahami model model pembelajaran
peningkatan daya saing lulusannya yang inovatif dan kreatif
diindikasikan dengan kemampuan lulusan sebagai Keberhasilan penanaman jiwa kewirausahaan
job creator dan bukan sebagai job seeker. Atau dalam menciptakan mahasiswa dan lulusan
jika lulusan sebagai job seeker, maka diharapkan perguruan tinggi yang memiliki jiwa wirausaha
mereka memiliki sikap intrapreneur yang tinggi yang mandiri, kreatif dan inovatif salah satunya
sehingga mereka akan menjadi karyawan yang dengan menggunakan model pembelajaran yang
invatif dan kompetitif. (Wiratno, 2012) Semua mengadopsi dari model PATRIOT. Model
mahasiswa harus membuat program bagaimana tersebut di formulasikan dengan struktur
menjadi mahasiswa yang sukses bila selesai matematis untuk menjelaskan bahwa penguasaan
kuliah, dan sejumlah peluang dapat diraih bila suatu pengetahuan didapat dengan teoritis dan
mahasiswa tersebut menjadi seorang pengusaha. dikenalkan dengan kenyataan di lapangan
Pemerintah mendorong mahasiswa untuk menjadi (Suharso, 2004), sehingga timbul pertanyaan
wirausaha pemula atau strat up, jumlah wirausaha bagaimana inovasi pembelajaran interaktif
Indonesia melonjak tajam dari 0,24% menjadi dengan model PATRIOT pada mata kuliah
1,56% (Kompasiana, 2012). Keberhasilan dalam kewirausahaan?
menanamkan jiwa kewirausahaan akan Pembelajaran Kewirausahaan yang di
menciptakan mahasiswa dan lulusan perguruan berikan di perguruan tinggi memberikan
tinggi yang memiliki spirit entrepreneurical pengalaman langsung pada mahasiswa tentang
tampaknya memerlukan strategi pembelajaran seluk beluk pengembangan usaha, yang
dengan menggunakan suatu model pembelajaran diharapkan menjadi stimulus dalam upaya
yang inovatif dan interaktif, sehingga mahasiswa mengembangkan prilaku kemandirian mahasiswa
tertarik untuk lebih mempelajari secara mendalam yang mengarah pada jiwa kewirausahaan.
bagaimana menjadi seorang entrepreneur. Disamping itu untuk menjembatani dan juga
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran mengintegrasikan perguruan tinggi dengan dunia
yang bersifat student centered dan mendasarkan kerja sehingga menumbuhkan dan meningkatkan
diri pada paradigma konstruktivistik yaitu jiwa wirausaha yang mandiri, tangguh, kreatif
membantu mahasiswa menginternalisasi, serta inovatif. Dalam pendidikan Kewirausahaan
membentuk kembali atau mentransformasi di perguruan tinggi, permasalahan yang utama
informasi baru (Gradner, 1991). Dalam adalah bagaima mahasiswa mempunyai
pembelajaran kewirausahaan, setting dari kompetensi berwirausaha setelah mereka
pengajaran konstruktuvistik adalah 1) mengikuti dan menempuh mata kuliah
menyediakan peluang bagi mahasiswa untuk kewirausahaan. Hal tersebut diasumsikan ada
mengembangkan ide bisnis 2) mendukung beberapa faktor yang mempengaruhinya antara
kemandirian mahasiswa dalam berdiskusi, lain kompetensi keahlian dari lulusan mahasiswa
merumuskan kembali ide ide dan menarik yang sesuai dengan pangsa pasar (Hendraman,
kesimpulan sendiri setelah mereka praktek 2011)
kewirausahaan 3) sharing antar mahasiswa
sehingga diperoleh pemahaman mendalam

142
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Karakteristik Kewirausahaan di Perguruan proses penerapan kreatifitas dan keinovasian
Tinggi dalam memecahkan persoalan dan menemuakan
Pendidikan kewirausahaan di perguruan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha 6)
tinggi mempunyai relevansi dengan bidang ilmu kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai
yang dipelajari mahasiswa, dengan demikian tambah adengan jalan mengkombinasikan
dalam perspektif ini yang menjadi fokus sumber-sumber melalui cara-cara baru dan
kewirausahaan adalah upaya menemukan berbeda untuk memenangkan persaingan.
peluang, melakukan kajian dan Pendidikan menyiapkan generasi yang
mengimplementasikan dalam usaha. Hal inilah mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
yang dikenal sebagai inovasi. Kewirausahaan mampu mengatasi permasalahan permasalahan
muncul apabila seseorang individu berani yang baru. Pengembangan pendidikan
mengembangkan usaha usaha dan ide ide kewirausahaan menjadi alternatif yang sesuai
barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua dengan hal tersebut. Selama ini pendidikan di
fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan Indonesia mencetak mindset generasi pencari
dengan perolehan peluang dan penciptaan kerja, bahkan semua lulusan dari beberapa
organisasi usaha (Suryana, 2001). Menurut jenjang pendidikan berlomba lomba untuk
Zimmerer penciptaan inovasi dapat melalui: mencari kerja, sedangkan lapangan kerja terbatas.
1)pengembangan teknologi baru (developing new Mindset atau pola pikir itu sangat penting. Data
technology), 2) penemuan pengetahuan baru Young Biz Indonesia menyebutkan hampir 10%
(discovering new knowledge), 3) perbaikan dari 110 juta tenaga kerja (angkatan kerja) di
produk (barang dan jasa) yang sudah ada Indonesia adalah pengangguran ( Hendro, 2011).
(improving existing productd or services), 4) Lebih lanjut setiap tahun lulusan perguruan tinggi
penemuan cara cara yang berbeda untuk yang berjumlah jutaan, hampir sebagian besar
menghasilan barang dan jasa yang lebih banyak dari lulusan itu berpotensi mencari kerja dan
dengan sumber daya yang lebih sedikit ( finding itupun belum ditambah dengan lulusan
different ways of providing more goods and sebelumnya. Oleh sebab itu, pendidikan
services with fewer resources). kewirausahaan mempunyai peran yang penting
Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang untuk mendorong generasi mandiri di bidang
yang menyukai perubahan, pembaharuan, ekonomi dan merupakan pilihan yang dianggap
kemajuan dan tantangan apapun profesinya. potensial untuk dikembangkan.
Dengan demikian ada enam hakekat pentingnya Entrepreneurship mempunyai spirit dan jiwa
pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi yang terus berkembang dan ingin maju, karena
yaitu : 1) kewirausahaan adalah suatu nilai yang banyak hal yang akan dipelajari dari karakter dan
diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan skill seorang entrepreneur seperti strategi
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, mengatasi masalah, keberanian mengambil
kiat, proses dan hasil bisnis. 2) kewirausahaan resiko, kemampuan berkomunikasi dan
merupakan suatu nilai yang dibutuhkan untuk menciptakan ide ide usaha yang kreatif dan
memulai sebuah usaha dan mengembangkan inovatif. Karakter dan skill seperti itu sangat
usaha 3) kewirausahaan merupakan suatu proses penting untuk dipelajari dan diaplikasikan dalam
dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) semua bidang. Awal dari penumbuhan jiwa
dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam entrepreneur tidak bisa dibangun dalam waktu
memberikan nilai lebih. 4) kewirausahaan adalah yang singkat, tapi melalui sebuat proses. Dan
kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan proses pembelajaran di perguruan tinggi
berbeda 5) kewirausahaan merupakan suatu diharapkan mampu untuk melahirkan lulusan

143
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
yang memiliki perilaku wirausaha, oleh sebab itu Perguruan Tinggi di Singapura, Malaysia,
pembelajaran yang inovatif dan interaktif dengan Australia, Amerika dan Inggris memiliki
model PATRIOT diharapkan mampu kecenderungan yang cukup signifikan untuk
menumbuhkan sikap dan perilaku wirausaha. menuju era baru, yaitu menjadikan
entrepreneurship sebagai mata kuliah wajib. Hal
Kewirausahaan dan Pendidikan inilah yang menyebabkan pertumbuhan sektor
Permasalahan yang di hadapi oleh bangsa usaha kecil menengah berkembang pesat,
Indonesia di dunia pendidikan, salah satunya sehingga tingkat pengangguran dapat di tekan.
adalah banyaknya lulusan dari perguruan tinggi Pertumbuhan UKM tersebut mencapai 100 -20%
yang tidak mampu menerapkan pengetahuan dari para lulusan dari perguruan tinggi.
dalam kehidupan sehari hari, oleh sebab itu perlu Kenyataaan ini tentu saja sangat membantu
kesiapan sumberdaya manusia yng berkualitas, program pemerintah dalam rangka menciptakan
mandiri, memiliki kemampuan kerja, mampu lapangan kerja di sector swasta ( Hendro, 2011).
beradaptasi dan berkompetisi juga memiliki Pertumbuhan semangat berwirausaha yang
kecapakapan hidup (life skill) dan mampu cukup tinggi di negara maju berbanding terbalik
menciptakan kerja. Pengetahuan kewirausahaan dengan di Indonesia. Oleh sebab itu, bila
bertransformasi baik di Indonesia maupun di perguruan tinggi di Indonesia ingin maju harus
negara negara lain, di Indonesia, pengetahuan mengubah visinya yang konvensional menjadi
kewirausahaan diajarkan di sekolah dasar, lebih antisipatif. Artinya perguruan tinggi itu
sekolah menengah, sampai perguruan tinggi. tidak sekedar mengantar para lulusanannya
Wirausaha dapat diajarkan, dengan menanankan mendapatkan nilai yang tinggi untuk mata kuliah
sikap sikap perilaku entrepreneur untuk membuka yang ditempuhnya (parameter keberhasilan studi
bisnis, sehingga akan membuat mereka menjadi pada perguruan tinggi di Indonesia). Akan tetapi
wirausaha yang berbakat (Buchari Alma 2010) yang lebih penting adalah menyiapkan para
Kewirausahaan diakui sebagai elemen kunci lulusan untuk mandiri dan mampu menghadapi
dalam pertumbuhan ekonomi dan penciptaan perubahan perubahan globalisasi ekonomi dunia.
lapangan kerja. Selain itu, sebagai satu set yang Namun, iklim di Indonesia yang saat ini sedang
lebih luas dari sikap dan pendekatan untuk mengalami krisis moneter berkepanjangan telah
mengatasi masalah. dan hal itu dianggap penting memaksa perguruan tinggi untuk berubah arah,
untuk inovasi di luar bisnis dan dalam mau tidak mau para pengelola perguruan tinggi
pemerintahan, sektor sosial, juga seluruh harus mencari solusi dan strategi yang tepat untuk
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah semakin mereposisi merek dan posisinya di pasar. Mereka
rajin mencari cara untuk mempromosikan mulai mencetak lulusan yang tidak sekedar
kewirausahaan, termasuk melalui sistem menjadi job seeker, tetapi mencetak para
pendidikan. Hubungan antara pendidikan dan entrepreneur muda yang berbekal skill,
kewirausahaan bagaimanapun juga adalah jauh knowledge, concept dan strategy yang baik untuk
lebih kompleks. Di satu sisi, pendidikan dapat membuat mereka sukses dikemudian hari.
membantu para pengusaha untuk tidak menyerah
dalam menghadapi tantangan masa depan yang Model Patriot dalam pembelajaran
selalu berubah. Dan disisi lain kewirausahaan kewirausahaan yang inovatif
yang di ajarkan di perguruan tinggi belum Pemberian materi perkuliahan pada
menyentuh akar permasalahan yaitu perubahan mahasiswa dengan menggunakan berbagai model
mindset dari pencari kerja menjadi pencipta kerja. pembelajaran, sehingga tujuan perkuliahan dapat
tercapai secara optimal. Model Pembelajaran

144
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
merupakan cara/teknik penyajian yang digunakan manajemen keuangan, manajemen pemasaran,
pengajar dalam proses belajar mengajar. Model manajemen produksi. Teori, konsep dan strategi,
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara, contoh pengembangan materi materi kewirausahaan
maupun pola yang mempunyai tujuan menyajikan tersebut dilaksanakan dengan diimplementasikan
pesan kepada mahasiswa apa yang harus di luar kelas (lapangan) sehingga realitas,
diketahui, dimengerti dan dipahami. Menurut informasi bisnis dan obyek yang akan di pelajari
Suprijono (2009: 45) “Model adalah bentuk oleh mahasiswa dapat terlihat nyata. Dengan
representasi akurat sebagai proses aktual yang demikian, pada akhirnya belajar lebih
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang difokuskan pada pengembangan kompetensi dan
mencoba bertindak berdasarkan model itu”. latihan latihan studi kasus. RIO (Realitas,
Model merupakan interpretasi terhadap hasil Informasi Bisnis dan Obyek kewirausahaan)
observasi dan pengukuran yang diperoleh dari yang dipelajari mahasiswa dilapangan (luar
beberapa sistem. kelas) dipadukan dengan pembelajaran yang
Dalam Penelitian terdahulu, model teoretik inovatif, sehingga mahasiswa mempunyai
yang sudah diimplementasikan dalam kegiatan kompetensi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran Ekonomi adalah model pembelajaran. Pembelajaran inovatif adalah
pembelajaran PATRIOT yang digunakan sebagai pembelajaran yang bersifat student centerd dan
dasar penstrukturan kegiatan belajar dan mendasarkan diri pada paradigma
pengorganisasian materi kuliah secara terpadu. konstruktivistik yaitu membantu mahasiswa
Model PATRIOT merupakan model menginternalisasi, membentuk kembali atau
pembelajaran yang menggabungkan kegiatan mentransformasi informasi baru (Gradner,
belajar mahasiswa di ruang kuliah dan 1991).
diimplementasikan dengan pembelajaran yang Setting pengajaran kewirausahaan adalah 1)
dilaksanakan di luar kelas (Suharsono, 2004). menyediakan peluang bagi mahasiswa untuk
Pengembangan model pembelajaran PATRIOT mengembangkan ide bisnis 2) mendukuing
untuk mata kuliah kewirausahaan mensyaratkan kemandirian mahasiswa dalam berdiskusi,
mahasiswa harus menguasai seperangkat Prinsip merumuskan kembali ide ide dan menarik
(P), Aturan (A) dan Teori (T) dalam materi- kesimpulan sendiri setelah mereka praktek
materi kewirausahaan dan nantinya akan kewirausahaan 3) sharing antar mahasiswa
dikembangkan dan diimplementasikan di luar sehingga diperoleh pemahaman mendalam
kelas dengan memperhatikan Realitas (R), tentang ide ide usaha. 4) menempatkan
Informasi bisnis yang berkenaan dengan bidang pembelajaran berpusat pada diri mahasiswa dan
yang dipelajari di lapangan (I) dan Obyek (O) penilaian yang mampu mencerminkan berfikir
sehingga kombinasi antara kuliah di ruang kuliah divergen mahasiswa. Terkait dengan desain
dan dilapangan (luar kelas) menghasilkan pembelajaran, peran dosen adalah mengkreasi
kemampuan akademik (kompetensi) mahasiswa dan memahami model model pembelajaran
akan materi perkuliahan tersebut (T). inovatif dan kreatif. Gunter et al (1990:67)
Materi yang dipelajari dalam kewirausahaan mendefinisikan an instructional model is a step-
berupa bahan ajar yang dikembangkan, dan by-step procedure that leads to specific learning
dapat meningkatkan kompetensi dasar tentang outcomes. Joyce & Weil (2011) mendefinisikan
prinsip-prinsip kewirausahaan, kaidah dan model pembelajaran sebagai kerangka
aturan bagaimana seorang wirausaha dapat konseptual yang digunakan sebagai pedoman
mempunyai kompetensi dalam mengelola dalam melakukan pembelajaran. Dengan
usahanya dan teori teori baik mengenai demikian, model pembelajaran merupakan

145
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur ke 6 mahasiswa mempelajari berbagai macam
yang sistematis dalam mengorganisasikan Prinsip, Aturan dan Teori (PAT) kewirausahaan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan dan pertemuan selanjutnya menerapkan di luar
belajar. Jadi model pembelajaran cenderung kelas dengan mengaplikasikan (RIO).
preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan Teknis analisis data yang digunakan adalah
strategi pembelajaran. 1) Pengembangan skenario pembelajaran
interaktif mata kuliah Kewirausahaan 2) Uji
Perbedaan yang dilakukan dengan pre test dan
post tes. Data pre test (tes awal) yaitu ketika
METODE mahasiswa selesai dalam mempelajari
kewirausahaan (PAT) yang dilakukan di dalam
Dalam penelitian ini menggunakan metode kelas. Dan data skor test akhir (post test) setelah
pengembangan. Penelitian pengembangan adalah mereka melaksanakan pembelajaran yang
suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk interaktif dengan membentuk kelompok
yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan kelompok untuk melakukan pengelolaan bisnis
untuk menguji teori (Gay, 1991). Subyek kecil. Uji statistik dengan menggunakan Paired
penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan sample t-test (uji t-test) untuk uji beda, Sebelum
ekonomi akuntansi yang menempuh mata kuliah menggunakan uji t-test terlebih dahulu di analisis
kewirausahaan sebanyak 36 mahasiswa, kenormalan distribusi dan bentuk data dengan
penelitian ini berlangsung selama 1 (satu) menggunakan Kolmogorov-Smirnov sehingga
semester. Dalam 1 (satu) semester terdapat 16 syarat statistik parametik terpenuhi.
pertemuan, dimana pertemuan 1 Sampai dengan

PAT RIO T
 Prinsip +  Realitas
 Aturan  Informasi
= Hasil
Usaha/Tindakan
 Teori Bisnis
 Objek

HASIL & PEMBAHASAN f. Lesson objective (tujuan pembelajaran)


Pada tahap PAT (Prinsip, Aturan dan Teori) yang g. Time Requered (waktu yang dibutuhkan)
dipelajari sebelum mahasiswa melaksanakan h. Bahan dan alat bantu peraga
praktek mikro bisnis secara berkelompok terdiri i. Special Preparation
dari materi : ide bisnis, memulai usaha, j. Procedures (Prosedur dan step step
pengembangan usaha, manajemen pemasaran, pembelajaran)
manajemen keuangan dan pengelolaan usaha k. Kesimpulan
berkesinambungan, dimana tiap tiap materi
dikembangkan dalam skenario pembelajaran yang 1) Skenario pembelajaran ini berupa
terdiri dari : pembelajaran yang interaktif dan inovatif yang
a. Lesson description (latar belakang) melibatkan mahasiswa secara aktif dalam
b. Brief lesson plan (rencana pembelajaran) proses belajar mengajar. Materi yang disajikan
c. Essensial question (pertanyaan penting) dalam outline pembelajaran berupa: 1) Materi
d. Learning concept (Konsep pembelajaran) 2) Skenario Pembelajaran 3) Media dan
e. Content standart (standar conten)

146
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Metode 4) alat bantu pembelajaran 5) Soal di uji kenormalan distribusi dan bentuk data
soal Essay. dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov
sehingga syarat statistik parametik terpenuhi.
2) Analisis Data Hasil Skor Tes Awal Dan Tes Dan hasil dari uji normalitas adalah sebagai
Akhir Pada Uji Coba Lapangan berikut :
Sebelum di uji dengan menggunakan
Paired sample t-test (uji t-test), terlebih dahulu
Tabel 1. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PAT RIO
(SEBELU (SETELA
M) H)
N 36 36
Normal Parametersa,,b Mean 57.08 77.64
Std. Deviation 12.973 7.255
Most Extreme Absolute .092 .114
Differences Positive .056 .114
Negative -.092 -.108
Kolmogorov-Smirnov Z .552 .685
Asymp. Sig. (2-tailed) .921 .736
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan uji normalitas dengan Asymp.sig sebesar 0,921 (sebelum) dan 0,736
Kolmogorov-Smirnov test diperoleh bahwa KSZ (setelah) lebih besar daripada 0,05, maka dapat
sebesar 0,552 (sebelum) dan 0,685 (setelah) dan disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 2 Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Deviatio Error Difference Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair PAT - - 13.405 2.234 -25.091 -16.020 - 35 .000
1 RIO 20.55 9.201
6

Tabel 3 Paired Samples Statistics


147
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 PAT 57.08 36 12.973 2.162
RIO 77.64 36 7.255 1.209

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sehingga mahasiswa lebih memahami materi
hasil tes awal dan akhir uji lapangan materi pengelolaan usaha. Tahap selanjutnya
menunjukkan rerata nilai tes awal 57,08 dan nilai adalah Tahap pengenalan terhadap realitas, tahap
rerata tes akhir sebesar 77,64. Hal ini menunjukan ini dinamakan dengan (RIO) Realitas, Informasi
bahwa hasil tes akhir setelah mahasiswa bisnis dan Obyek. Mahasiswa secara
melakukan pembelajaran dengan PAT (Prinsip, berkelompok mendiskusikan ide bisnis dengan
Aturan, Teori) dalam mata kuliah Kewirausahaan mempelajari realitas dan informasi bisnis
dan dilanjutkan dengan implementasi dilapangan baikmelalui majalah, web ataupun buku buku
(RIO) Realitas, Informasi Bisnis dan Obyek mini bisnis. Ide bisnis tersebut dituangkan dalam
usaha yang dilakukan secara berkelompok, tindakan nyata yaitu dengan mempelajari
terdapat pemahaman yang lebih baik bagaimana pengelolaan bisnis kecil secara nyata. Dan tahap
mengelola bisnis dengan mengeksploitasi selanjutnya adalah (T) Tindakan atau hasil.
kemampuan, kemandirian, kerjasama dan ide Ketiga tahapan tersebut merupakan suatu
bisnis yang dibangun dengan kelompok. rangkaian proses sistematis yang tingkat
Mahasiswa tidak hanya mempelajarai materi keberhasilan implementasinya diukur dari
materi kewirausahaan di dalam kelas, tetapi juga seberapa banyak kompetensi yang dikuasai dan
mempraktekan ide bisnis yang mereka bangun sebarapa tinggi kualitas tindakan yang berhasil
dengan tindakan nyata. ditampilkan oleh setiap subyek belajar
Dan dari analisis diatas dapat disimpulkan (Suharsono, 2005). Dan dari sig = 0,00 (sig <
sebagai berikut : a) Dari Tabel paired samples 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
correlations didapatkan bahwa nilai selisih rata- perbedaan peningkataan pengetahuan dan
rata dari pre test dan post test adalah : 57,08 - pemahaman materi materi kewirausahaan dengan
77,64 = - 20,56, sehingga dapat disimpulkan menggunakan model PATRIOT.
bahwa terdapat peningkatan hasil pembelajaran
sebelum dan sesudah mengikuti perkuliahan
dengan menerapkan model PATRIOT b)Dari SIMPULAN
Tabel Paired Samples Test, didapatkan nilai t-
value diatas nilai kritis 1,96 dan didapatkan nilai t Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
= -9,201 lebih besar dari 1,96 maka dapat sebuah realitas sosial yang harus diakui, bangsa
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara Indonesia dipenuhi oleh banyak pengangguran
sebelum dan setelah mengiktui perkuliahan terdidik, oleh sebab itu pembelajaran
dengan model PATRIOT, karena dengan model kewirausahaan sebagai solusi praktis yang
PATRIOT mahasiswa mempelajari materi materi dibutuhkan oleh Indonesia saat ini. Pendidikan
kewirausahaan dengan tahap tahap: Tahap Kewirausahaan yang dikemas dengan pemberian
pengenalan secara teoritis PAT (Prinsip, Aturan perkuliahan dengan model PATRIOT yang
dan Teori) yang dikemas dengan pembelajaran inovatif dan interaktif akan meningkatkan
yang inovatif dan interaktif dengan menerapkan pemahaman mahasiswa akan pentingnya
skenario pembelajaran tiap tiap pertemuan, kewirausahaan setelah mereka lulus dari
148
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
peguruan tinggi. Kewirausahaan bisa diterapkan pengenalan aspek teoritis (PAT), tahap
di semua bidang pekerjaan dan kehidupan, pengenalan terahadap realitas bisnis yang
dengan demikian kewirausahaan sangat berguna didukung dengan informasi bisnis dan obyek
sebagai bekal mahasiswa dalam berkarir di yang akan ditekuni/ aspek realisitis (RIO), tahap
bidang manapun. Dari analsis data dikembangkan terakhir adalah (T) tindakan atau hasil, yaitu
skenario pembelajaran kewirausahaan tiap materi kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa setelah
sehingga terdapat peningkatan pengetahuan, mengikuti tahapan PAT dan RIO. Dari hasil
ketrampilan dan pemahaman mahasiswa tentang analisis data disimpulkan bahwa terdapat
bagaimana mengelola Usaha. Model PATRIOT perbedaan peningkataan pengetahuan dan
merupakan model pembelajaran yang dapat pemahaman materi materi kewirausahaan dengan
diterapkan pada matakuliah kewirausahaan menggunakan model PATRIOT.
dengan menggunakan tiga tahap yaitu tahap

DAFTAR RUJUKAN Joyce, Bruce, Masha Weil, Emily Calhoun, 2011,


Model of Teaching, Model-Model
Alma Buchari, 2010, Kewirausahaan, Alfabeta, Pengajaran Edisi Kedelapan, Pustaka
Bandung. Pelajar, Yogyakart.

Gardner, H, 1991, The Unschooled Mind: How Kompasiana, 2012, Pelatihan Wirausaha Industri
Children Think And How School Shoulds Inovatif, di unduh 10 April 2016.
Teach, Basic Books, New York.
Marnoko, 2011, Perbedaan Model Pembelajaran
Gay, L.R., 1991, Educational Evaluation and Kooperatif Tipe TEAMS Games
Measurement: Competencies for Analysis Tournament dan Model Pembelajaran
and Aplplication, Second Edition, New Konvensional pada Hasil Belajar Ekonomi
York: Macmillan Publishing Company. Mahasiswa FE UNPAB, Jurnal Ilmiah Abdi
Ilmu Vol 4 No.2 Desember 2011, ISSN
Gunter, M. A., T. H Estes, J. H Schwab, 1990. 1979-5408.
Instruction: A Models Approach, Allyn and
Bacon, Boston. Suharsono, 2005, Model Pembelajaran PATRIOT
dan implementasinya dalam proses
Hendraman, 2011, Kajian Kebijakan PMW pengembangan kompetensi guru ekonomi
(Program Mahasiswa Wirausaha), Jurnal di sekolah, Jurnal Pendidikan dan
Pendidikan dan Kebudayaan Vol 17 No. 8 Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi
Edisi November 2011, Balitbang, khusus th XXXVIII Desember 2005.
Kemendiknas, Jakarta. Suprijono, Agus, 2009, Cooperative Learning
Teori dan Aplikasi Paikem, Pustaka Pelajar,
Hendro, 2011, Dasar-Dasar Kewirausahaan Surabaya.
Panduan bagi Mahasiswa Mengenal,
Memahami dan Memasuki Dunia Bisnis, Suryana, 2003, Kewirausahaan: Pedoman
Penerbit Erlangga, Jakarta. Praktis, Kitat dan Proses Menuju sukses,
edisi revisi, Salemba Empat, Jakarta

149
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Wiratno Siswo, 2012, Pelaksanaan Pendidikan Zimmeree Thomas w, Scarborough , 2005,
Kewirausahaan di Perguruan tinggi, Jurnal Pengantar Kewirausahaan Dan
Pendidikan dan Kebudayaan Vol 18 No. 4, Manajemen Bisnis Kecil, Second Edition,
Desember 2012. Prenhalindo, Jakarta.

150
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pembelajaran pada Mata Kuliah Kewirausahaan di Perguruan Tinggi
dalam Perspektif Teori Rekonstruksi Sosial

Sukardi
Program Studi Pend. IPS FKIP Universitas Mataram
Email: kardi_unram@yahoo.co.id

Abstrak : Salah satu learning outcame pendidikan kewirausahaan adalah terbentuknya


manusia yang memiliki kemampuan berfikir inovatif dan bertindak kreatif. Tuntutan ini
sejalan dengan tuntutan peradaban ekonomi kreatif yang menempatkan kreatifitas sebagai
faktor produksi. Implikasinya adalah perlunya dilakukan pembaharuan pembelajaran
Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Tinggi. Hasil tilikan teoritis dan bukti empiris
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berorientasi rekonstruksi
sosial relevan dengan tuntutan tersebut. Rekonstruksi sosial menempatkan pembelajaran
sebagai kegiatan bersama, interaksi, kerjasama, dan praktik langsung sehingga kompetensi
inovasi dan kreativitas dapat diaktualisasikan/dicapai oleh pebelajar. Tulisan ini
memberikan pencerahan tentang pembelajaran kewirausahaan dalam perspektif teori
rekonstruksi sosial.

Kata Kunci: Pembelajaran, Kewirausahaan, Rekonstruksi Sosial

Badan Pusat Statistik (BPS, 2016) mencatat adanya kewirausahaan untuk mengembangkan peluang
kecenderungan peningkatan jumlah pengangguran usaha yang ada (Sukidjo, 2002) tidak terkecuali
terbuka dikalangan lulusan Pendidikan Tinggi (PT). untuk lulusan SMA/Sederajat (Sukardi dkk., 2012;
Dalam tiga tahun terakhir misalnya telah Sukardi, 2014). Lulusan yang dihasilkan kurang
mengalami peningkatan yang signifikan. Jika pada memiliki keterampilan untuk menciptakan
periode Agustus 2013 mencapai 619.288 orang pekerjaan sendiri dalam mengelola sumber daya di
(8.35%), maka pada periode Agustus 2015 sudah sekitarnya. Kurangnya keterampilan ini menjadi
meningkat menjadi 905.127 orang (11.97%). salah satu penyebab kesenjangan antara kebutuhan
Membengkaknya lulusan PT yang menganggur dengan ketersediaan lapangan kerja.
mencerminkan semakin terbatasnya lapangan kerja Mencermati kondisi tersebut, maka menjadi
(Rosana dkk., 2012). Fakta ini belum termasuk tugas PT untuk meningkatkan mutu dan relevansi
lulusan yang setengah menganggur. Kondisi inilah pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang
disinyalir menjadi pemicu munculnya permasalahan berdaya saing. Salah satunya melalui
sosial yang mengikutinya, seperti kemiskinan, pengembangan pendidikan kewirausahaan di PT.
konflik sosial, menjadi Tenaga Kerja Indonesia Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan
(TKI) yang terkadang sering merendahkan martabat (termasuk pendidikan kewirausahaan) merupakan
bangsa. faktor penting dalam menguak kemajuan bangsa.
Menjadi pertanyaan adalah mengapa Pendidikan (kewirausahaan) sebagai suatu sistem
lulusan PT menganggur atau lebih banyak memberikan pengaruh dalam membentuk sikap
tergantung pada pada kesempatan kerja yang ada? karena pendidikan meletakkan dasar pengertian dan
Mengapa belum semua lulusan mau dan mampu konsep moral dalam diri individu (Azwar, 2009).
menciptakan lapangan kerja sendiri? Kondisi ini Banyak ahli bidang kewirausahaan
disinyalir disebabkan oleh lemahnya kompetensi berdasarkan hasil penelitian juga sepakat bahwa
151
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
wirausahawan dapat dibentuk melalui pendidikan kewirausahaan di PT, rekonstruksi sosial dalam
(Birdthistle dkk., 2007; Packham dkk., 2010; Frank perspektif teoritis, dan aktualisasi teori rekonstruksi
dkk., 2005; Taatila, 2010; Jones dkk., 2008; sosial dalam pembelajaran kewirausahaan di PT.
Sowmya dkk., 2010). Seperti halnya dengan hasil
penelitian, banyak ahli juga sepakat bahwa HASIL & PEMBAHASAN
wirausahawan dapat dibentuk melalui pendidikan
(Hisrich & Peters, 2000; Drucker, 1996; Zimmerer Refleksi Pembelajaran Kewirausahaan
dkk., 2008; Ciputra, 2009). Drucker (1996) Pendidikan Tinggi
misalnya secara eksplisit menyatakan “the Undang-undang No 12 Tahun 2012 tentang
entrepreneurial mystique? It’s not magic, it’s not Pendidikan Tinggi (Pasal 4) menyebutkan fungsi
mysterious, and it has nothing to do with the genes. Pendidikan Tinggi, yaitu: a) mengembangkan
It’s adiscipline. And, like any discipline, it can be kemampuan dan membentuk watak serta
learned”. peradaban bangsa yang bermartabat dalam
Meskipun demikian, tidak semua hasil rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; b)
penelitian mendukung terhadap pembentukan mengembangkan Sivitas Akademika yang
kompetensi wirausaha (Cheng dkk., 2009). Oleh inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya
Cheng dkk. (2009), disebabkan karena adanya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan
perbedaan konten, strategi, media, dan lainnya. Tridharma; dan c) mengembangkan Ilmu
Temuan hasil penelitian jenjang SMA/sederajat Pengetahuan dan Teknologi dengan
juga menemukan hal yang sama bahwa memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.
pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan Mencermati fungsi tersebut, maka sesungguhnya
cenderung teoritis dengan menggunakan ceramah sangat relevan dengan sifat atau watak wirausaha.
sebagai metode utama (Sukardi dkk., 2012). Meredith (Suryana, 2003) memberikan ciri-ciri
Hampir semua sekolah belum mampu seseorang yang memiliki karakter wirausaha
mengembangkan program pendidikan sebagai orang yang percaya diri, berorientasi tugas
kewirausahaan baik melalui mata pelajaran muatan dan hasil, berani mengambil risiko, berjiwa
lokal maupun program lainnya, seperti integrasi kepemimpinan, berorientasi ke depan, dan
pada mata pelajaran, pengembangan diri, keorisinalan. Lebih lengkap David (Dirjen
ekstrakurikuler, terintegrasi pada buku ajar (Sukardi Belmawa Dikti Kemdikbud, 2013) mengidentifiksi
dkk., 2012). beberapa watak wirausahaan, antara lain: inovatif,
Berangkat dari permasalahan tersebut, kreatif, adaptif, dinamik, kemampuan
maka menjadi sangat penting dilakukan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko atas
rekonstruksi mata kuliah pendidikan kewirausahaan keputusan yang dibuat, integritas, daya juang, dan
di PT untuk menyiapkan lulusan berjiwa wirausaha. kode etik. Dari pemikiran-pemikiran di atas,
Dalam konteks tersebut, maka pemikiran teori nampaknya kemampuan berfikir kreatif dan
rekonstruksi sosial relevan diaplikasikan dalam bertindak inovatif menjadi karakter utama
pendidikan kewirausahaan di PT. Teori ini wirausahawan. Muara ini juga sejalan dengan
menempatkan kompetensi sebagai hasil konstruksi gelombang peradaban ekonomi kreatif, yang
sosial terhadap permasalahan sosial. Dalam proses menempatkan kreativitas manusia sebagai faktor
pembelajaran juga ditempatkan sebagai kegiatan produksi utama dalam kegiatan ekonomi (Howkins,
bersama, interaksi, dan kerjasama (McNeil, 2006), 2001). Untuk mencapai karakteristik tersebut, maka
disamping dipadukan dengan kegiatan praktik calon wirausahawan setidaknya harus memiliki
langsung di luar kelas (Sukardi, 2014; Sukardi dkk., kompetensi kewirausahaan, mencakup kemampuan
2014). strategic, conceptual, opportunity, relationship,
Tulisan ini memberikan pencerahaan learning, personal, ethical, and familism (Ahmad
tentang aktualisasi teori rekonstruksi sosial dalam dkk., 2010).
pendidikan kewirausahaan di PT. Tulisan ini Pertanyaannya adalah apakah fungsi
diawali dengan refleksi pembelajaran Pendidikan Tinggi (watak wirausaha) tersebut
152
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sudah mampu diwujudkan? Terhadap pertanyaan pembelajaran yang digunakan tergantung pada
ini, Sukidjo (2002) sudah mensinyalir bahwa keinginan dari setiap dosen pengampu.
sebagian besar PT belum mampu mencapai atau Mengacu pada temuan-temuan tersebut,
membentuk karakter tersebut. Lebih lanjut maka dalam upaya pembentukan karakter seorang
disebutkan bahwa Pendidikan Tinggi lebih banyak wirausaha/enterpreneur, PT sudah seharusnya
mengutamakan peningkatan intelektual dan menciptakan atmosfer yang dapat mendorong
penguasaan ilmu pengetahuan yang umumnya sikap mandiri bagi sivitas akademika. Dirjen
merupakan hasil pemikiran dan aplikasi dari Barat Belmawa Dikti Kemdikbud (2013) menyarankan
yang kondisinya berbeda dengan Indonesia. beberapa strategi berikut, yaitu: a) mengembangkan
Pendidikan semacam ini kurang memperhatikan dan membiasakan unjuk kerja yang mengedepakan
pengembangan kreativitas melainkan hanya ide kreatif dalam berpikir dan sikap mandiri
menyiapkan lulusan menjadai pegawai (Sukidjo, bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran
2002). (menekankan model latihan, tugas mandiri,
Ciputra dalam harian Kompas (2012) problem solving, cara mengambil keputusan,
menyatakan "sekolah (PT) di Indonesia itu menemukan peluang); b) menanamkan sikap dan
kebanyakan teori, kebanyakan menghafal, padahal perilaku jujur dalam komunikasi dan bertindak
Indonesia butuh orang kreatif sehingga tidak dalam setiap kegiatan pengembangan,
diperlukan kebanyakan teori, tapi langsung pendidikan, dan pembelajaran sebagai modal
praktik". Godsell (Dirjen Belmawa Dikti dasar dalam membangun mental entrepreneur
Kemdikbud, 2013) jauh sebelumnya mengingatkan pada diri mahasiswa; dan c) para praktisi
bahwa salah satu orientasi pendidikan adalah pendidikan juga perlu sharing dan memberi
menjadikan peserta didik (mahasiswa) mandiri support atas komitmen pendidikan mental
dalam arti memiliki mental yang kuat untuk entrepreneurship ini kepada lembaga-lembaga
melakukan usaha sendiri, tidak lebih sebagai terkait dengan pelayanan bidang usaha yang
pencari kerja (job seeker) akan tetapi sebagai muncul di masyarakat agar benar-benar berfungsi
pencipta lapangan pekerjaan (job creator). dan benar-benar menyiapkan kebijakan untuk
Kajian yang dilakukan oleh Wahyuningsing mempermudah dan melayani masyarakat.
dan Qamari (2011) menemukan kondisi Praktisi pendidikan penting juga menjalin
pembelajaran kewirausahaan PT dalam perspektif hubungan erat dengan dunia usaha agar benar-
responden. Hasil surveinya menemukan bahwa benar terjadi proses learning by doing.
4,76% responden menyampaikan pendidikan
kewirausahaan bermuatan soft skills (motivasi, Rekonstruksi Sosial dalam Perspektif Teoritis
pengembangan diri, pengembangan kepribadian) Teori rekonstruksi sosial ini menjadi
dan hard skills (rencana bisnis, analisis resiko sandaran sekaligus pisau analisis hasil kajian
bisnis), dan sisanya lebih mengarah pada aspek tentang pendidikan kewirausahaan yang pernah
kognitif. Hasil survei menunjukkan bahwa penulis lakukan sebelumnya (Sukardi, 2014;
kurikulum yang saat ini diberlakukan di program Sukardi dkk., 2014; & Sukardi, 2016). Teori
studi masih lebih berorientasi pada kemampuan pedagogis sosial reconstructionism bersandar pada
kognisi, yang belum memberikan bekal gagasan bahwa sekolah (PT) harus membentuk atau
keterampilan, soft skills, dan penguatan jiwa merekonstruksi masyarakat. Rekonstruksi sosial
kewirausahaan kepada mahasiswa. Hasil kajian merupakan filosofi yang sangat menekankan
lain (Murtini dkk., 2014) menunjukkan bahwa pertanyaan sosial tentang masyarakat itu sendiri
pelaksanaan pembelajaran mata kuliah dalam upaya yang lebih baik untuk menciptakan
kewirausahaan pada Prodi pendidikan ekonomi masyarakat yang lebih sukses di masa depan
belum terintegrasi dalam satu program (Wright, 2012).
pembelajaran praktik. Silabus, strategi Sebagaimana tulisan-tulisan sebelumnya,
pembelajaran, model, media, dan perangkat maka mengupas teori rekonstruksi sosial tidak
lepas dari pemikir utamanya, yaitu Berger dan
153
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Luckmann (1966). Teori ini menempatkan realitas kurikulum di sekolah/PT (pengetahuan dan konsep-
sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh konsep baru yang diperolehnya) harus dapat
individu terhadap dunia sosial di sekelilingnya mengidentifikasi dan memecahkan masalah-
(Berger & Luckmann, 1996). “Pengetahuan dalam masalah sosial. Selain itu, isi pembelajaran
pandangan rekonstruksi sosial merupakan hasil (kurikulum) adalah ke arah peningkatan kualitas
penemuan sosial dan sekaligus juga merupakan hidup, pelestarian sumber daya alam, pemahaman
faktor dalam perubahan sosial” (Berger & terhadap isu-isu sosial, dan lainnya (Wright, 2012).
Luckmann, 1966). “Konstruksi sosial merupakan Hal ini yang ditegaskan oleh Theodore Brameld
suatu proses pemaknaan yang dilakukan oleh (Oliva, 1992; McNeil, 2006) bahwa pendidikan
setiap individu terhadap lingkungan dan aspek diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
diluar dirinya, yaitu makna subjektif dari mahasiswa. Sesuai dengan potensi yang ada dalam
realitas objektif di dalam kesadaran orang yang masyarakat, sekolah (PT) mempelajari potensi
menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari” tersebut dan kemudian mengembangkannya
(Muta’afi & Handoyo, 2015). Dalam karyanya menjadi konten pembelajaran. Sekolah (PT) harus
bersama Luckmann, Berger (Muta’afi & Handoyo, dapat membantu peserta didik untuk mengenali dan
2015) memaparkan bahwa “bagi analisis sosiolog memecahkan permasalahan sosialnya. Tujuannya
hal yang terpenting adalah realitas kehidupan adalah “to teach students and the public not to
sehari-hari, yakni realitas yang dialami atau settle for "what is" but rather to dream about what
dihadapi oleh individu dalam kehidupannya sehari- might be and prepare students to become agents
hari”. Teori konstruksi sosial Berger dan for change” (Wright, 2012).
Luckmann (Muta’afi & Handoyo, 2015) menaruh Pemikiran teori rekonstruksi sosial sangat
perhatian pada kajian mengenai hubungan antara relevan dengan terjadinya permasalahan dan
pemikiran manusia dan konteks sosial tempat perubahan yang sangat cepat dalam masyarakat
pemikiran itu timbul dan berkembang. dewasa ini, seperti terjadinya pengangguran
Proses konstruksinya menurut Berger dan terdidik. Perubahan dalam masyarakat,
Luckman (1966) berlangsung melalui tiga bentuk mengharuskan sekolah (PT) untuk meninjau mata
realitas, yakni subjective reality, symbolic reality kuliahnya agar lebih relevan dengan permasalahan
dan objective reality. a) objective reality, sebagai sosial, perkembangan, dan kebutuhan masyarakat
pemaknaan terhadap realitas tindakan/tingkah laku termasuk melalui pendidikan kewirausahaan. Oleh
yang telah mapan yang dihayati secara umum karenanya, teori rekonstruksi sosial sangat relevan
sebagai fakta; b) symblolic reality, sebagai ekspresi diterapkan pada mata kuliah pendidikan
simbolik dari apa yang dihayati pada objective kewirausahaan.
reality; dan c) subjective reality, sebagai konstruksi Aplikasi pada aspek materi misalnya,
definisi realitas manusia yang dikonstruksi melalui pendidikan kewirausahaan diarahkan pada
proses internalisasi yang kemudian melibatkan kemampuan berfikir inovatif dan kreatif mahasiswa
proses eksternalisasi. (Wennekers & Thurik, 1999), khususnya dalam
Pemikiran Berger dan Luckmann (1966) memanfaatkan dan mengembangkan potensi
menjalar dibidang pendidikan. Rekonstruksi sosial sumber daya ada. Dalam pelaksanaannya, setiap
bidang pendidikan lahir karena berangkat dari PT mempunyai kebebasan untuk menentukan isi
kondisi dimana kewirausahaan yang akan diberikan kepada
sekolah (PT) dan masyarakat terjebak dalam mahasiswa. Substansi pendidikan kewirausahaan
hubungan dualistik yang memisahkan sekolah (PT) seperti ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan,
dari masyarakat (Wright, 2012). Para pemikir perkembangan daerah, serta kemampuan PT.
rekonstruksi sosial ini percaya bahwa apa yang
terjadi di bawah naungan sekolah (PT) tidak
merefleksikan permasalahan sosial di masyarakat,
seperti pengangguran. Oleh karenanya, dalam
pandangan Harold Rugg (McNeil, 2006) bahwa
154
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Aktualisasi Rekonstruksi Sosial dalam dari solusi sosial dalam masyarakat (McNeil, 2006;
Pembelajaran Kewirausahaan Sukardi, 2014).
Berbicara pembelajaran, maka akan terkait Hasil belajar kewirausahaan diarahkan
dengan tiga hal utama, yaitu apa yang mau untuk membangun kesadaran mahasiswa akan
diajarkan, bagaimana mengajarkan, dan bagaimana problematika sosial dan mendorong mereka secara
mengetahui bahwa apa yang diajarkan sudah aktif menjadi bagian dalam solusi permasalahannya
sampai pada mahasiswa? Oleh karenanya, (Sukardi, 2014). Kesadaran sosial (social
aktualisasi pemikiran rekonstruksi sosial dalam consciousness) dapat ditumbuhkan dengan
pendidikan kewirausahaan di PT juga dapat menanamkan keterampilan, sikap, dan daya kritis
ditelusuri dari tiga pertanyaan tersebut. terhadap isu sosial tersebut. Dengan demikian, hasil
belajar ini relevan dengan pandangan rekonstruksi
Kompetensi Pembelajaran Kewirausahaan PT sosial, karena diarahkan pada upaya bagaimana
Jika mencermati pemikiran rekonstruksi mahasiswa belajar mengenali permasalahan sosial
sosial, maka tampak jelas bahwa kompetensi (isi) dan melakukan praktik kewirausahaan sebagai alat
pendidikan rekonstruksi sosial merupakan hasil menjawab permasalahan tersebut. Hasil kajian
rekonstruksi manusia terhadap realitas sosial. penulis sebelumnya (Sukardi, 2014; Sukardi dkk.,
Berger dan Luckmann (1966) menyebutkan bahwa 2014; Sukardi dkk., 2016) meneguhkan pemikiran
“lingkungan, masyarakat, dan dinamika sosial ini, disamping melakukan pembaharuan dengan
adalah pembentuk pengetahuan”. Dengan demikian, menempatkan kompetensi kewirausahaan sebagai
permasalahan sosial, seperti pengangguran terdidik, hasil konstruksi sosial dan sekaligus hasil
kemiskinan, krisis moral, dan lainnya menjadi konstruksi individu.
pembentuk pengetahuan melalui interaksi manusia Implikasinya utamanya dalam pendidikan
dengan realitas tersebut. Harold Rugg dalam kajian kewirausahaan di PT adalah materi kewirausahaan
yang dilakukan Bagenstos (1977) juga bersumber dari sekitar mahasiswa (masyarakat) dan
menyarankan pentingnya kurikulum rekonstruksi kontekstual untuk mengatasi permasalahan sosial
sosial yang menempatkan mahasiswa belajar yang dihadapi, seperti rendahnya skill yang
berfikir dan berinteraksi dengan realitas sosial berdampak pada terjadinya pengangguran. Jha
untuk membangun masyarakat baru. (2012) juga pernah menyebutkan bahwa
Dalam konteks pendidikan kewirausahaan kompetensi diciptakan oleh interaksi dengan
di PT, maka kompetensi kewirausahaan yang individu lain dan lingkungan dalam komunitas
dibentuk adalah dalam rangka membantu sosialnya.
mahasiswa mengenali permasalahan sosialnya dan
selanjutnya menjadi solusi di dalamnya. Proses Pembelajaran Kewirausahaan PT
Penyadaran akan permasalahan sosial seperti Aplikasi teori rekonstruksi sosial dalam
pencari kerja, pengangguran terdidik, rentan putus proses pembelajaran adalah menempatkan
sekolah, dan lainnya harus menjadi bagian tidak pembelajaran sebagai kegiatan bersama, interaksi,
terpisah dalam pembelajaran termasuk solusi dan kerjasama (McNeil, 2006). Dengan demikian,
pemecahannya, seperti pembentukan kemampuan teori ini menekankan pada pembelajaran yang
berfikir kreatif dan bertindak inovatif dalam terfokus pada keaktifan belajar mahasiswa dan di
mengelola potensi sumber daya yang ada di lakukan di luar kampus/kelas. Hal itu dilakukan
sekitarnya. Dengan demikian, belajar dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengkaji,
kewirausahaan bukan berbicara teori, sekedar memahami, dan menempatkan permasalahan sosial
pengenalan karakter wirausaha, dan sejenisnya, dalam konteks masyarakat yang lebih luas (Wright,
melainkan dalam rangka melatih mahasiswa 2012). Dari pemahaman tersebut, maka mahasiswa
mengenali dan menyelesaikan masalah sosialnya. dapat mengambil tindakan atau tanggung jawab
Oleh karenanya, kompetensi kewirausahaan untuk menyelesaikan permasalahannya. Beberapa
berdasarkan pemikiran teori rekonstruksi sosial ini model pembelajaran yang disarankan, antara lain:
ditempatkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan cooperative learning, problem solving, critical
155
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
thinking, project based learning, dan sejenisnya selalu melakukan perubahan dan inovasi
(Wright, 2012). Dalam implementasinya, tercermin pembelajaran, tidak status quo dalam proses
dari pembelajaran kewirausahaan yang di setting pembelajaran, dan terlibat membentuk aliansi
secara kooperatif, sehingga mahasiswa saling dengan masyarakat dan orang tua untuk membantu
berinteraksi dengan sesama, pengajar, dan lainnya. pemecahan permasalahan sosial.
Hasil penelitian Breithorde dan Swiniarski (1999)
menegaskan bahwa “pembelajaran kooperatif atau Evaluasi Pembelajaran Kewirausahaan PT
berkelompok memungkinkan mahasiswa untuk Dalam rekonstruksi sosial, kemampuan
saling berbagi, berinteraksi, dan bekerjasama peserta didik (mahasiswa) dicerminkan dari
sehingga berdampak terhadap perolehan hasil kemampuan berpikir kritis dan dan kemampuan
belajar”. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran dalam praktik (memproduksi barang atau jasa
berorientasi rekonstruksi sosial, mahasiswa saling tertentu). Implikasinya adalah rekonstruksi sosial
berinteraksi dan bekerjasama, baik dengan sesama menentang evaluasi menggunakan tes standar/tes
maupun dengan lingkungan sekitarnya. tertulis (Wright, 2012). Dengan demikian, penilaian
Kajian yang dilakukan Sukardi (2014) dan otentik menjadi relevan digunakan dalam
Sukardi dkk. (2014) juga telah mempertegas bahwa pembelajaran kewirausahaan berorientasi
pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan rekonstruksi sosial. Puskur Balitbang Depdiknas
melalui proses kegiatan bersama, interaksi, dan (2006) menegaskan bahwa penilaian otentik
kerjasama teruji efektif mempengaruhi hasil belajar merupakan “proses yang dilakukan melalui langkah-
kewirausahaan (khususnya kecakapan vokasional). langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian,
Lebih lanjut, hasil kajian Sukardi (2014) dan pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang
Sukardi dkk. (2014) menemukan pembaharuan menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik,
dengan menempatkan praktik langsung sebagai pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil
penciri pembelajaran berorientasi rekonstruksi belajar peserta didik”.
sosial. Temuan ini mendukung kajian Hung (2002) Mengutip pendapat Mardapi (2005),
yang menyebutkan bahwa hasil belajar bukan hanya penilaian otentik bertujuan, antara lain: menuntut
karena pembelajaran dibangun melalui interaksi peserta didik mengembangkan tanggapan (respon);
melainkan kemampuan anak dalam memaknai mendatangkan pemikiran tingkat tinggi; menilai
realita tersebut dalam bentuk praktik sosial. Praktik kemampuan proyek secara langsung dan
di luar kelas dalam pembelajaran kewirausahaan menyeluruh; memadukan penilaian dengan kegiatan
dapat menjadi alat atau solusi terhadap pembelajaran; menggunakan sampel hasil pekerjaan
permasalahan sosial, seperti lemahnya skill yang peserta didik; menggunakan kriteria penilaian yang
berdampak pada pengangguran. Proses ini terbukti diketahui oleh peserta didik; memberikan peluang
dengan perolehan hasil belajar berupa kecakapan mengakomodasikan pemikiran yang berbeda;
vokasional yang tinggi, di samping mendapatkan mengaitkan dengan kegiatan kelas; dan
respon yang positif (Sukardi, 2014; Sukardi dkk., membelajarkan peserta didik untuk dapat menilai
2014). Kontruksi awal berdasarkan tulisan Sukardi pekerjaannya sendiri. Dalam implementasinya,
(2016) juga memperkuat temuan-temuan penilaian otentik memiliki empat strategi utama
sebelumnya yang menempatkan pembelajaran yang dikenal dengan “Empat P” (Four P’s) yaitu:
kewirausahaan pada jenjang SMA dilakukan secara Performasi, Proses, Produk, dan Portofolio (Puckett
interaktif dan praktik dengan melibatkan peserta & Black, 1994). Strategi performasi ialah menilai
didik secara aktif. peserta didik dari segi kemampuannya melakukan
Dengan demikian, praktik menjadi penting sesuatu, misalnya kemampuan presentasi, praktik
untuk memastikan tercapainya kompetensi membuat produk kerajinan, dan lainnya. Strategi
kewirausahaan mahasiswa. Implikasinya bagi proses ialah menilai selama proses belajar,
pengajar (dosen), yaitu mengkritik dan misalnya ketekunannya, rasa ingintahunya,
mengevaluasi kondisi kerja dan memperluas peran antusiasme belajarnya. Strategi produk ialah menilai
pendidikan kewirausahaan di luar kelas, harus dari produk belajar, misalnya produk kerajinan,
156
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
produk ekonomi kreatif, karya ilmiah, desain SIMPULAN
teknologi, dan lainnya. Strategi portofolio ialah
menggunakan portofolio untuk menilai , terutama Berdasarkan pemaparan di atas, beberapa simpulan
dari karya atau prestasi terseleksi yang yang dapat dijadikan bahan refleksi dalam
menggambarkan kemampuannya. Sebagian dari penguatan pembelajaran kewirausahaan PT, yaitu:
tugas penilaian di atas dapat disusun dalam bentuk (1) pembelajaran kewirausahaan PT bagi
portofolio untuk penilaian. pembentukan kompetensi kewirausahaan (termasuk
Hasil kajian yang dilakukan sebelumnya jiwa wirausaha) belum konsisten dan cenderung
juga membuktikan bahwa penggunaan penilaian belum membuahkan hasil yang optimal; (2) kondisi
berbasis otentik efektif dalam mengukur kompetensi tersebut disinyalir akibat beragamnya pemahaman
wirausaha peserta didik (Sukardi, 2014; Sukardi dan perbedaan, baik menyangkut isi, proses
dkk., 2014; & Sukardi, 2016). Penilaian otentik maupun evaluasi pembelajarannya; (3) karena
dapat mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran pembelajaran kewirausahaan menempatkan
dan penilaian proses untuk mengetahui ketercapaian kemampuan kretifitas dan inovatif sebagai muara
efisiensi dan daya tarik pembelajaran. Penilaian utama, maka aktualisasi teori rekonstruksi sosial
otentik menuntut respons berupa keterampilan menjadi relevan (keharusan), karena dalam
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai perspektif teoritis maupun empiris menunjukkan
dengan tuntutan kompetensi. Pada penilaian bahwa rekonstruksi sosial membantu maha
berorientasi otentik menuntut peserta didik untuk mengenali sekaligus memberikan solusi terhadap
melakukan suatu tugas pada situasi yang permasalahan sosialnya; (4) aktualisasinya dapat
sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan diwujudkan dalam bentuk pembaharuan kompetensi
dan keterampilan yang dibutuhkan. (isi) pembelajaran kewirausahaan sebagai
konstruksi sosial dan individu, proses
pembelajarannya menekankan pada kegiatan
bersama, interaksi, kerjasama, dan praktik luar
kelas; dan penggunaan evaluasi berbasis otentik.

DAFTAR RUJUKAN linkTabelStatis/view/id/972). Diakses, 2


April 2016.
Ahmad, N.H., Ramayah, T., Wilson, C., &
Kummerow, L. 2010. ”Is Entrepreneurial Bagenstos, N.T. 1977. “Social Reconstruction: The
Competency And Business Success Controversy Over The Texbooks of Harold
Relationship Contingent Upon Business Rugg”. Theory and Research in Social
Environment? A Study of Malaysian Education, 5 (3): 22-38.
SMEs”. International Journal of
Entrepreneurial Behaviour & Research. 16 Berger, P.L. & Luckman, T. 1966. The Social
(3): 182-203. Construction of Reality A Treatise in The
Sociology of Knowledge. Garden City, NY:
Azwar, S. 2009. Sikap Manusia: Teori dan Anchor Books.
Pengukurannya (3th ed). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Breithorde, M.L. & Swiniarski, L. 1999.
“Constructivisme and Reconstructionism:
Badan Pusat Statistik/BPS. 2016. “Pengangguran Educating Teachers for World Citizenship”.
Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Australian Journal of Teacher Education,
yang Ditamatkan 1986 - 2015”. (Online). 24 (1): 1-16.
(https://www.bps.go.id/

157
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Cheng, M.Y., Chan, W.S. & Mahmood, A. 2009. Impact”. Education+Training, 50 (7): 597-
“The Effectiveness of Entrepreneurship 614.
Education in Malaysia”. Education +
Training, 51 (7): 555-566. Mardapi, D. 2005. “Pengembangan sistem penilaian
Ciputra. 2009. Entrepreneurship: Mengubah Masa berbasis kompetensi” dalam Rekayasa
Depan Bangsa dan Masa Depan Anda. Sistem Penilaian dalam Rangka
Jakarta: PT Gramedia. Meningkatkan Kualitas Pendidika.
Yogyakarta: HEPI.
Ciputra. 2012. Ciputra: Indonesia Butuh Orang
Kreatif. (Online). McNeil, J.D. 2006. Contemporary Curriculum: In
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/20 Thought and Action. NJ: John Wiley and
12/09/03/11580773/ciputra.indonesia.butuh Sons, Inc.
.orang.kreatif). Diakses 2 April 2016.
Murtini, W., Sumaryati, S. & Noviani, L. 2014.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan “Pengembangan Laboratorium
Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Tinggi Kewirausahaan Terpadu Prodi Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Ekonomi”. Cakrawala Pendidikan, 33 (2):
Kebudayaan/Dirjen Belmawa Dikti 296-306.
Kemdikbud. 2013. Modul Pembelajaran
Kewirausahaan. Jakarta: Dirjen Belmawa Muta’afi, F. & Handoyo, P. 2015. “Konstruksi
Dikti Kemdikbud. Sosial Masyarakat Terhadap Penderita
Kusta”. Paradigma, 3 (3): 1-7.
Drucker, P.F. Inovasi dan Kewiraswastaan:
Praktek dan Dasar-dasar. Terjemahan Oliva, P.F. 1992. Developing the Curriculum (3rd
Rusjdi Naib. 1996. Jakarta: Erlangga. ed.). New York: Harper Collins Publishers
Inc.
Frank, H, Korunka, C., Lueger, M. & Mugler, J.
2005. “Entrepreneurial Orientation and Packham, G., Jones, P., Miller, C., Pickernell, D. &
Education in Austrian Secondary Schools: Thomas, B. 2010. “Attitudes Towards
Status Quo and Recommendations”. Entrepreneurship Education: a Comparative
Journal of Small Business and Enterprise Analysis”. Education +Training, 52 (8):
Development, 12 (2): 259-273. 568-586.

Hisrich, R & Peters, M. 2000. Entrepreneurship (4th Puckett, M.B. & Black, J.K. 1994. Authentic
ed.). Singapore: McGraw-Hill Companies, Assessment of The Young Childc &
Inc. Celebrating Development and Learning.
New York: Macmillan Publishing College
Howkins, J. 2001. The Creative Economy: How Company.
People Make Money from Ideas. New
York: Penguin. Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan
Jha, A. K. 2012. “Epistemological and Pedagogical Nasional/Puskur Balitbang Depdiknas.
Concerns of Constructionism: Relating to 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta;
the Educational Practices”. Creative Puskur Balitbang Depdiknas.
Education, 3 (2): 171-178.
Jones, P., Jones, A., Packham, G. & Miller, C. Rosana, D., Suwarna, & Tiarani, V.A. 2012. “Five
2008. “Student Attitudes Towards Strategies of Entrepreuneurship Learning
Enterprise Education in Poland: a Positive untuk Menghasilkan Real Entrepeuneur
158
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
(Model Pendidikan Entrepreuneurship)”.
Cakrawala Pendidikan, 31 (1): 82-96. Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis,
Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:
Sowmya, D.V., Majumdar, S. & Gallant, M. 2010. Salemba Empat
“Relevance of Education for Potential
Entrepreneurs: an International Taatila, V.P. 2010. “Learning Entrepreneurship in
Investigation”. Journal of Small Business Higher Education”. Education + Training,
and Enterprise Development, 17 (4): 626- 52 (1): 48-61.
640.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Sukardi, Ismail, M., & Suryanti, N.M. 2014. Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
“Model Pendidikan Kewirausahaan Wahyuningsih, S.H & Qamari, I.N. 2011.
Berbasis Keterampilan Lokal Bagi Anak “Eksplorasi Urgensi Pembelajaran
Putus Sekolah pada Masyarakat Marginal”. Kewirausahaan di Perguruan Tinggi.
Cakrawala Pendidikan, 33 (3): 402-412. Prosiding dalam Seminar Internasional
dan Call for Papers “Towards Excellent
Sukardi, Syafruddin, & Burhanuddin. 2012. Small Business” tanggal 27 April.
“Penelusuran Permasalahan dan Potensi Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Pendidikan Menengah Umum untuk Yogyakarta.
Mengukur Peluang Pengembangan
Pendidikan Kewirausahaan Berbasis Wennekers & Thurik, R. 1999. “Linking
Keterampilan Daerah di Kota Mataram Entrepreneurship and Economic Growth”.
NTB”. Jurnal Penelitian Kependidikan, 22 Journal Small Business Economics, 13 (2),
(1): 74-89. hml 27-55.

Sukardi. 2014. Pengembangan Model Mulok Wright, L. (2012). Theories of Education:


Kewirausahaan Berbasis Keunggulan Social Reconstructionism. (Online)
Lokal untuk Meningkatkan Kecakapan (http://education101intrototeaching.pbwork
Vokasional SMA di Kota Mataram s.com/w/page/10077173/Theories%20of%2
(Disertasi). Malang: Pascasarjana UM. 0Education%3A%20%20Social%20Recons
tructionism). Diakses tanggal 2 April 2016.
Sukardi. 2016. “Design Model Prakarya dan
Kewirausahaan Berbasis Ekonomi Kreatif Zimmerer, T.W., Scarborough, N.M. & Widson, D.
Berdimensi Industri Keunggulan Lokal”. 2008. Essentials of Entrepreneurship and
Cakrawala Pendidikan, 35 (1): 11-124. Small Business Management (5th ed). Upper
Saddle rever, NJ: Pearson Education, Inc.
Sukidjo. 2002. “Peran Perguruan Tinggi dalam
Membudayakan Kewirausahaan”.
Cakrawala Pendidikan, 21 (1): 1-16.

159
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
The Implementation of Student Center Learning on the Subject of
Entrepreneurship for Developing Student Business Owner at Management
Department

Titiek Ambarwati
Uci Yuliati
Triningsih S.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Muhammadiyah Malang
Email : Ambarwati.titiek@gmail.com; uci.yuliati@yahoo.cpm; triningsih57@gmail.com

Abstract : The aim of this research is to implement one of the teaching and learning
model, that is “student Center Learning Model-Project Based Learning”. This model
will be carried out in the class of Management Department, at the subject of
Entrepreneurship. This model is very important to be implement because the program
of Economics and Business Faculty want to motivated all the students more creative.
By using SCL-PBL model at the subject of Entrepreneurship, the student should follow
and do all the process of teaching and learning. First, all student follow their class
meeting, second making business plan, third doing/ practice their business, forth
presentation, fifth making business report. This mechanism is explained at silaby and
in detail is explained at the entrepreneurship subject planning program (RPPS).
Finally, after joining the class as whole in one semester all the students are expected
to continue their business individually or collectively as long as their study or after
graduating from their study. They can be business owner or business-man.

Keywords: student, entrepreneurship, business plan, business practice, student


business owners/ business-man.

Matakuliah kewirausahaan merupakan salah demikian kenyataan menunjukkan bahwa


satu matakuliah yang ada pada Prodi mahasiswa yang sudah lulus mengikuti
Manajemen pada semester genap 2015/2016. matakuliah kewirausahaan hanya sedikit (satu
Matakuliah ini bertujuan untuk memberikan atau dua mahasiswa dari satu kelas) yang
wawasan kewirausahaan dan peningkatan jiwa mampu melanjutkan usaha yang dirintisnya
kewirausahaan sekaligus dapat menciptakan bahkan ada dari satu kelas mahasiswa tidak
mahasiswa yang mampu menjalankan suatu satupun yang mampu. Apabila dilihat dari
usaha atau bisnis sesuai dengan ketrampilan dan produk yang dibuat mahasiswa sebagian besar
keahliannya. Apabila mahasisiiwa sudah mahasiswa hanya mampu memodifikasi produk
menguasai konsep kewirausahaan diharapkan lama yang sudah ada, walaupun mereka
mampu mengembangkan ide kreatif dan mengatakan sebagai produk baru (Triningsih,
menangkap peluang usaha kemudian 2015:29). Dengan demikian dapat dikatakan
menerapkan konsep teori kewirausahaan bahwa tujuan pembelajaran matakuliah
tersebut dan mempraktekkannya. Namun
160
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kewirausahaan belum mampu menciptakan abstrak) kepada mereka. Dengan model
mahasiswa menjadi mahasisiwia wirausaha. pembelajaran ini, mahasiswa akan bekerja
Oleh karena itu penting dilakukan secara tim (berkelompok) kooperatif dan
perbaikan model pembelajaran baru yang dapat mengubah pemikiran faktual semata menjadi
merubah sikap dan perilaku mahasiswa ke arah pemikiran yang lebih kritis dan analitis.
yang lebih banyak praktek. Dengan demikian Saat ini model pembelajaran masih lebih
penerapan penelitian tindakan kelas penting terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan
dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal,
dengan diawali oleh suatu kajian terhadap hanya sampai pada tingkatan ingatan dan
masalah secara sistematis. Dalam proses pemahaman dan belum banyak menyentuh
pelaksanaan rencana yang telah disusun aspek aplikasi. Ini berarti pada umumnya,
kemudian dilakukan suatu observasi dan pembelajaran belum mengajak mahasiswa
evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk untuk menerapkan, mengolah setiap unsur-
melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada unsur konsep yang dipelajari dan belum
tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini mengajak mahasiswa berpikir kritis terhadap
kemudian melandasi upaya perbaikan dan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah
peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. dipelajarinya. Sementara itu, aspek
Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang- keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude)
ulang dan berkesinambungan sampai suatu juga banyak terabaikan. Pendekatan ini kurang
kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai. efektif dalam mendorong mahasiswa untuk
Penelitian Tindakan Kelas sangat terlibat aktif dalam membangun pengetahuan,
bermanfaat bagi dosen untuk meningkatkan sikap dan perilaku (Afiatin,2007) atau menurut
mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Widjanarko, dkk, 2012) sulit untuk memenuhi
Dengan melaksanakan tahap-tahap Penelitian kompetensi softskill mahasiswa.
Tindakan Kelas, dosen dapat menemukan solusi Model pembelajaran berbasis proyek
dari masalah yang timbul di kelas, dengan (Project Based Learning) merupakan salah satu
menerapkan berbagai ragam teori dan teknik model pembelajaran yang dapat digunakan oleh
pembelajaran yang relevan secara kreatif. pendidik sehingga secara otomatis juga
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu menggunakan pendekatan saintifik (scientific
penelitian yang mengangkat masalah-masalah approach) dalam pembelajarannya. Pendekatan
aktual yang dihadapi oleh dosen di lapangan. saintifik adalah pendekatan pembelajaran
Dengan melaksanakan Penelitian Tindakan dimana mahasiswa memperoleh pengetahuan
Kelas, dosen mempunyai peran ganda : praktisi berdasarkan cara kerja ilmiah. Melalui
dan peneliti. pendekatan saintifik ini mahasiswa akan diajak
Berbagai model pembelajaran student meniti jembatan emas sehingga ia tidak hanya
center learning dapat diterapkan salah stunya mendapatkan ilmu pengetahuan (knowledge)
Model pembelajaran berbasis proyek (project semata tetapi juga akan mendapatkan
based learning) yang merupakan model keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan
pembelajaran yang mampu mengakomodasi dalam kehidupannya kelak. Saat belajar
alasan tersebut di atas. Selain itu pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis
harus diubah dari kecenderungan lama (satu proyek ini, mahasiswa dapat berlatih menalar
arah) agar menjadi lebih interaktif (multi-arah). secara induktif (inductive reasoning). Sebagai
Melalui model pembelajaran ini, mahasiswa salah satu model pembelajaran dalam
juga diharapkan menjadi aktif menyelidiki pendekatan saintifik, project based
(belajar) dengan menyajikan dunia nyata (bukan learning (model pembelajaran berbasis proyek)

161
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sangat sesuai dengan Permendikbud Nomor 81 lebih mendalam kepada mahasiswa,
A Tahun 2013 yang memuat 5M, yaitu: (1) Menciptakan mahaiswa wirausaha yang
mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan berkompetensi kewirausahaan.
informasi; (4) mengasosiasi; dan (5)
mengkomunikasikan. 1. Project Based Learning
Implikasi pendekatan pembelajaran Model pembelajaran berbasis proyek (project
Project Based Learning dengan melibatkan based learning) adalah sebuah model
mahasiswa peserta mata kuliah kewirausahaan pembelajaran yang menggunakan proyek
secara maksimal diharapkan dapat menciptakan (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam
pembelajaran yang efektif serta dapat kegiatan ini, mahasiswa melakukan eksplorasi,
meningkatkan kompetensi kognitif, kompetensi penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi
afektif dan kompetensi psikomotorik Apakah untuk memperoleh berbagai hasil belajar
Penerapan Metode Project Based Learning akan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Model
meningkatkan kompetensi kewirausahaanp pada pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai
mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang. mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar
Apakah Peningkatan Kompetensi untuk memberikan tugas proyek bagi
Kewirausahaan Berbasis Project BaseLearning mahasiswa untuk melakukan aktivitas.
pada Mahasiswa akan mampu menciptakan Selanjutnya dengan dibantu dosen, kelompok-
mahasiswa wirausaha pada mahasiswia Prodi kelompok mahasiswa akan merancang aktivitas
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang akan dilakukan pada proyek mereka
Universitas Muhammadiyah Malang. masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan
Sedangkan tujuan penelitian ini Untuk ide-ide kelompok mahasiswa yang digunakan
menerapkan model pembelajaran student center dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa
learning-Project Based Learning dalam upaya memiliki mereka terhadap proyek tersebut.
meningkatkan kompetensi kewirausahaan pada Selanjutnya, dosen dan mahasiswa menentukan
mahasiswa Prodi manajemen Fakultas Ekonomi batasan waktu yang diberikan dalam
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.
Malang, Untuk mempelajari hubungan Dalam berjalannya waktu, mahasiswa
peningkatan kompetensi kewirausahaan melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari
BerbasisProject Based Learning pada persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga
mahasiswa dengan jumlah mahasiswa melaporkannya sementara dosen memoni-tor
wirausaha pada Prodi Manajemen Fakultas dan memantau perkembangan proyek
Ekonomi dan Bisnis Universitas kelompok-kelompok mahasiswa dan memberi-
Muhammadiyah Malang. Adapun manfaat yang kan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada
dapat diraih melalui penelitian penerapan model tahap berikutnya, setelah mahasiswa
pembelajaran berbasis proyek (Project Based melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan,
Learning) adalah : Mahasiswa menjadi dosen menilai pencapaian yang mahasiswa
pembelajar aktif, Pembelajaran menjadi lebih peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge
interaktif dan student centred, Dosen berperan terkait konsep yang relevan dengan topik),
sebagai fasilitator, emberikan kesempatan hingga keterampilan dan sikap yang
mahasiswa mengelolasendiri kegiatan atau mengiringinya. Terkahir, dosen memberikan
aktivitaspenyelesaian tugas sehingga melatih kesempatan kepada mahasiswa untuk
mereka menjadi lebih mandiri, Memberikan merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam
pemahaman konsep atau pengetahuan secara pembelajaran berbasis proyek yang telah

162
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
mereka lakukan agar di lain kesempatan dan kerja sama antar anggota kelompok.
pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek Peserta
menjadi lebih baik lagi. didik di bawah pendampingan guru melakukan
penjadwalan semua kegiatan yang telah
2. Penilaian Dalam Model dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus
Pembelajaran Project Based Learning diselesaikan tahap demi tahap. Penyelesaian
Pembelajaran berbasis proyek dapat proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru
memberikan hasil belajar dalam bentuk Langkah ini merupakan langkah
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill pengimplementasian rancangan proyek yang
atau psikomotor), dan sikap (attitude atau telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan
afektif), maka penilaiannyapun dilakukan untuk dalam kegiatan proyek di antaranya adalah
ketiga ranah ini. Bentuk penilaian dapat berupa dengan a) membaca, b) meneliti, c) observasi, d)
tes atau nontes. Sebaiknya penilaian yang interview, e) merekam, f) berkarya seni, g)
dilakukan untuk model pembelajaran berbasis mengunjungi objek proyek, atau h) akses
proyek ini lebih mengutamakan aspek internet. Guru bertanggung jawab memonitor
kemampuan mahasiswa dalam mengelola aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas
aktivitas-aktivitas mereka dalam penyelesaian proyek mulai proses hingga penyelesaian
proyek yang dipilih dan dirancangnya, relevansi proyek. Pada kegiatan monitoring, guru
atau kesesuaian proyek dengan topik membuat rubrik yang akan dapat merekam
pembelajaran yang sedang dipelajari hingga aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan
keaslian (orisinalitas) proyek yang mereka tugas proyek.
garap. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi
hasil proyek Hasil proyek dalam bentuk produk,
2. Langkah Langkah Pembelajaran baik itu berupa produk karya tulis, karya seni,
Berbasis Proyek atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan
Adapun langkah-langkah Pembelajaran
berbasis proyek (PBP) dapat dijelaskan sebagai dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik
berikut : Penentuan proyek Pada langkah ini, yang lain dan guru atau masyarakat dalam
peserta didik menentukan tema/topik proyek bentuk pameran produk pembelajaran. Evaluasi
berdasarkan tugas proyek yang diberikan oleh proses dan hasil proyek Guru dan peserta didik
guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk pada akhir proses pembelajaran melakukan
memilih/menentukan proyek yang akan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas
dikerjakannya baik secara kelompok ataupun
proyek. Proses refleksi pada tugas proyek dapat
mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari
tugas yang diberikan guru. Perancangan dilakukan secara individu maupun kelompok.
langkah-langkah penyelesaian proyek Peserta Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi
didik merancang langkah-langkah kegiatan kesempatan mengemukakan pengalamannya
penyelesaian proyek dari awal sampai akhir selama menyelesaikan tugas proyek yang
beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki
proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan kinerja selama menyelesaikan tugas proyek.
tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat
Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik
mendukung tugas proyek, pengintegrasian
berbagai kemungkinan penyelesaian tugas terhadap proses dan produk yang telah
proyek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dihasilkan.
dapat mendukung penyelesaian tugas proyek,

163
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
3. Kompetensi bagaimana peserta didik mampu
mengaplikasikan pemahamannya dalam
Kompetensi yang akan dicapai meliputi tiga kehidupan sehari-hari melalui perbuatan atau
aspek yaitu Aspek Kognitif, Afektif dan tindakan.Ketiga domain di atas yang lebih
Psikomotorik. Domain kognitif, afektif dan dikenal dengan istilah domain head,
psikomotorik merupakan pengklasifikasian heart, dan hand merupakan kriteria yang dapat
hasil belajar yang berupa perubahan perilaku digunakan oleh pendidik untuk mengetahui serta
individu. Kawasan kognitif merupakan kawasan mengevaluasi tingkat keberhasilan proses
yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual pembelajaran.
atau berpikir/nalar. Di dalamnya mencakup
pengetahuan (knowledge), pemahaman 4. Pengukuran Aspek Kognitif, Afektif, dan
(comprehension), penerapan (application), Psikomotorik
penguraian (analyze), pemaduan (synthesis),
dan penilaian (evaluation). Dalam aspek 1) Pengukuran Aspek Kognitif
kognitif, sejauh mana peserta didik mampu Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980)
memahami materi yang telah diajarkan oleh sebagaimana dikutip Mimin Haryati,
pendidik, dan pada level yang lebih atas seorang kemampuan kognitif adalah kemampuan
peserta didik mampu menguraikan kembali berfikir secara hirarkis yang terdiri dari
kemudian memadukannya dengan pemahaman pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
yang sudah ia peroleh untuk kemudian diberi sintesis dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan,
penilaian/pertimbangan. peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan
Sedangkan kawasan afektif yaitu hapalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta
kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek didik dituntut untuk menyatakan masalah
emosional seperti perasaan, minat, sikap, dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh
kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Di suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat
dalamnya mencakup penerimaan aplikasi, peserta didik dituntut untuk
(receiving/attending), sambutan (responding), menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi
tata nilai (valuing), pengorganisasian yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik
(organization), dan karakterisasi diminta untuk menguraikan informasi ke dalam
(characterization). Dalam aspek ini peserta didik beberapa bagian, menemukan asumsi,
dinilai sejauh mana ia mampu membedakan fakta dan pendapat serta
menginternalisasikan nilai-nilai pembelajaran menemukan hubungan sebab akibat. Pada
ke dalam dirinya. Aspek afektif ini erat tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk
kaitannya dengan tata nilai dan konsep diri. menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis
Kawasan psikomotorik yaitu kawasan atau teorinya sendiri dan mensintesiskan
yang berkaitan dengan aspek-aspek pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta
keterampilan yang melibatkann fungsi sistem didik mengevaluasi informasi seperti bukti,
syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan sejarah, editorial, teori yang termasuk di
berfungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari dalamnya judgement terhadap hasil analisis
kesiapan (set), peniruan (imitation), untuk membuat kebijakan.
membiasakan (habitual), menyesuaikan Untuk mengukur keberhasilan aspek
(adaptation), dan menciptakan (origination). kognitif ini, maka pengajar harus membuat alat
Ketika peserta didik telah memahami dan penilaian (soal) dengan formulasi perbandingan
menginternalisasikan nilai-nilai mata pelajaran sebagai berikut:
dalam dirinya, maka tahap selanjutnya ialah
164
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
 40% untuk soal yang menguji tingkat Dengan menggunakan formulasi perbandingan
pengetahuan peserta didik. soal di atas, mempermudah seorang
 20% untuk soal yang menguji tingkat pengajar/guru untuk memperjelas cara
pemahaman peserta didik. berfikirnya dan untuk memilih soal-soal yang
 20% untuk soal yang menguji tingkat akan diujikan, selain itu juga dapat membantu
kemampuan dalam penerapan seorang guru agar terhindar dari kekeliruan
pengetahuan. dalam membuat soal. Adapun bentuk tes
 10% untuk soal yang menguji tingkat kognitif diantaranya; tes lisan di kelas, pilihan
kemampuan dalam analisis peserta ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif atau
didik. uraian bebas, jawaban atau isian singkat,
 5% untuk soal yang menguji tingkat menjodohkan, portopolio, dan performans.
kemampuan sintesis peserta didik.
 5% untuk soal yang menguji tingkat
kemampuan petatar dalam mengevaluasi

2) Pengukuran Aspek Afektif


Penilaian afektif (sikap) sangat pembelajaran, sehingga pencapaian hasil
menentukan keberhasilan peserta didik untuk belajar bisa maksimal. Hal ini kembali
mencapai ketuntasan dan keberhasilan dalam kepada guru untuk pandai-pandai
pembelajaran. Seorang peserta didik yang tidak mencari metode yang kira-kira dapat
memiliki minat terhadap mata pelajaran merangsang peserta didik untuk belajar
tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai serta tidak merasa jenuh.
ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan  Penilaian sikap yang berkaitan dengan
peserta didik yang memiliki minat terhadap nilai atau norma yang berhubungan
mata pelajaran, maka akan sangat membantu dengan suatu materi pelajaran.
untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara Untuk mengukur sikap dari beberapa aspek
maksimal.Secara umum aspek afektif yang yang perlu dinilai, dapat dilakukan dengan
perlu dinilai dalam proses pembelajaran beberapa cara, antara lain: observasi perilaku,
terhadap berbagai mata pelajaran mencakup pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan
beberapa hal, sebagai berikut: penggunaan skala sikap. Pertanyaan langsung
 Penilaian sikap terhadap materi dapat dilakukan dengan menanyakan secara
pelajaran. Berawal dari sikap positif langsung tentang sikap seseorang berkaitan
terhadap mata pelajaran akan dengan suatu hal, Sedangkan penggunaan skala
melahirkan minat belajar, kemudian sikap, baik menggunakan Skala Diferensiasi
mudah diberi motivasi serta lebih mudah Semantik. Kemudian hasil penilain sikap dapat
dalam menyerap materi pelajaran digunakan sebagai umpan balik untuk
 Penilaian sikap terhadap guru. Peserta melakukan pembinaan terhadap peserta didik.
didik perlu memilki sikap positif Guru dapat memantau setiap perubahan perilaku
terhadap guru, sehingga ia mudah yang dimunculkan peserta didik dengan
menyerap materi yang diajarkan oleh melakukan pengamatan.
guru. 3) Pengukuran Aspek Psikomotorik
 Penilaian sikap terhadap proses Menurut singer (1972) sebagaimana
pembelajaran. Peserta didik perlu dikutip oleh Mimin Haryati, bahwa mata ajar
memiliki sikap positif terhadap proses yang termasuk kelompok mata ajar psikomotor
165
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada setelah proses belajar selesai dan kelak dalam
gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi lingkungan kerjanya. Dengan demikian,
fisik. Menurut Ryan (1980) sebagaimana penilaian hasil belajar psikomotor atau
dikutip oleh Mimin Haryati, penilaian hasil keterampilan harus mencakup persiapan, proses,
belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga dan produk.
cara yaitu, pertama melalui pengamatan
langsung serta penilaian tingkah laku siswa 5. Kompetensi Kewirausahaan
selama proses belajar mengajar. Kedua, setelah Mantyneva (1996) menyarankan kompetensi –
proses belajar yaitu dengan cara memberikan tes kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi
kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, wirausaha, yaitu sebagaimana tersaji pada Tabel
keterampilan dan sikap. Ketiga, beberapa waktu 1.

Tabel 1. Kompetensi Wirausaha


Level of Abilities The Context
Learning
Know – why Internal strength Self confidence; Working under pressure;
Flexibility; Courage to take risks; Commitment
Know – how Ability to perform Energy; Initiative; Innovativeness; Persistency
Planning and Analytical thinking; Systematical approach;
organizing Ability in organizing
Know – who Ability to cooperate Networking abilities; Cooperativenss; Ability to
communicate and listen; Customer focus;
Supporting others
Know – Understanding the Instinct for business; Intuitiveness; Anticipation
when core issues
Know – what Managerial abilities Understanding people; Mentoring leadership;
Information Guiding people’ Expertise; Wide – coverage;’
management Learning dan managing; information;
Understanding organizational aspects

Variabel – variabel pengukur penumbuhan  Know – who, merupakan kemampuan


kompetensi kewirausahaan yang disarankan mahasiswa untuk bekerjasama.
oleh Mantyneva (1996), pada tingkat  Know – when, merupakan kemampuan
Pembelajaran sebagai berikut: untuk memahami masalah (isu) utama.
 Know - why, merupakan pemahaman akan  Know-what,merupakan kemampuan
kekuatan internal yang dimiliki oleh manajerial mahasaiswa dan pengelolaan
mahasiswa informasi.
 Know – how, merupakan kemampuan
mahasiswa untuk menghasilkan kinerja,
perencanan dan pengorganisasian.

Kondisi Prosespembelajarant Suasanabelajarkurangk


166
Awal erpusatdidosen ondusif
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pelaksanaan Metodepembelaja
Perlumetodepembela
-Mengorientasi ranprojectbasedle
jaranyangmelibatka
mahasiswa nperansertamahasis
arning
- Membentuk wa
Jumlah mahasiswa wirausaha

Bagan 1 : Kerangka Pikir

METODE dianalisis secara deskriptif kualitatif. Prosedur


Pada penelitian ini, teknik pengumpul data yang penelitian ini dilakukan dengan prosedur yang
digunakan adalah: teknik tes dan teknik non tes. mengacu pada langkah-langkah sebagai berikut,
Teknik tes digunakan ketika pengumpulan data yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan
tentang tingkat pemahaman kognitif peserta (acting), observasi (observing), dan refleksi
mata kuliah kewirausahaan. Sedangkan teknik (reflecting).
non tes digunakan sebagai sarana pengumpulan Planning menentukan arah dan tujuan
data tentang perubahan sikap/ perilaku yang pembelajaran dan tahap-tahap pelaksanaan serta
terjadi seperti, ketepatan waktu dalam jadwal. Pelaksanaan melakukan apayang sudah
pengumpulan tugas, presentasi makalah dan direncanakan dan observasi adalah melakukan
tingkat partisipasi pada saat diskusi. pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan
Pengumpulan data dengan teknik tes, alat yang pembelajaran dan menilai serta mengukur hasil-
digunakan adalah soal tes, sedangkan hasilnya. Sedangkan reflecting adalah
pengumpulan data dengan teknik non tes, alat melakukan evaluasi atas hasil yang dicapai
yang digunakan adalah lembar/pemandu dibandingkan dengan perencanaannya serta
observasi. melakukan upaya perbaikan guna mencapai
Adapun analisis data dengan standar kompetensi yang diharapkan. Kemudian
menggunakan deskriptif komparatif, yaitu menghitung jumlah mahasiswa yang berhasil
membandingkan nilai tes pada kondisi awal, menjadi wirausaha dengan kompetensi
nilai tes setelah siklus 1, dan nilai tes setelah kewirausahaan yang sudah dimilikinya.
siklus 2. Sedangkan data hasil observasi

Pelaksanaan
Perencanaan Pengamatan

Siklus 1

Refleksi 167
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Pelaksanaan
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

Perencanaan Siklus 2 Pengamatan


Bagan 2 : Siklus Pembelajaran

HASIL & PEMBAHASAN Tahap berikutnya setelah mahasiswa


diberi perlakuan dengan metode pembelajdaran
Untuk mengetahui ada atau tidaknya yang berbasis pada keaktifan mahasiswa adalah
peningkatan kompetensi mahasiswa terhadap mahasiswia mengikuti ujian tengah semester
mata kuliah Kewirausahaan terlebih dahulu (UTS) untuk dievaluasi tingkat pemahaman
dilakukan pre-test pada mahasisiwa peserta yang pertama. Setelah ujian tengah semester
matakuliah kewirausahaan. Kemudian kepada mahasiswa diberikan pembelajaran SCL lagi
mahasiswa diberikan pembelajaran matakuliah dimana mahasiswa mempresentasikan proposal
Kewirausahaan yang berbasis pada student bisnisnya secara kelompok sebelum akhornya
learning center. Mahasiswa diminta merancang mempraktekkan melaksanakan ide bisnisnya
suatu usaha secara kelompok dengan terlebih dengan membuat produk, menjual dan
dahulu pelakukan pengamatan terhadap melaporkan hasilnya (berapa keuntungannya)
lingkungan usaha khususnya di sekitar kampus. serta melakukan evaluasi diri. Setelah tahap
Setelah diberikan perkuliahan dengan tersebut selesai mahasiswa diarahkan untuk
model pembelajaran student center learning memperbaiki proposal bisnisnya dan mengikuti
dimana mahasiswa diarahkan untuk ujian akhir semester untuk melihat kembali
mengerjakan proyek bisnis per kelompok. kompetensi kewirausahaannya setelah praktek
Mahasiswa mulai merancang suatu usaha bisnisnya.
dengan membuat proposal bisnis yang meliputi Adapun hasil pre-test dan ujian tengah
analisis situasi, merancang proses produksi, semester pada mahasiswia yang aktif sejumlah
menetapkan bahan baku dan menghitung harga 317 mahasiswa meliputi 3 aspek yaitu aspek
pokok produksi, merancang rencana penjualan, kognifif, aspek afektif dan aspek motoric.
dan memprediksi keuntungan. Secara terperinci hasil ketiga aspek tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Pre-Test pada Matakuliah Kewirausahaan – Aspek Kognitif (X11 s/d X16)
No Jawaban
Sangat Tidak Setuju Sangat
Item Pertanyaan/ Pernyataan Tidak Setuju Setuju
Setuju
1 Pada awal perkuliahan saya sudah mengetahui 4 (1,3%) 47 245 21
tentang kewirausahaan (14,8%) (77,3%) (6.6%)
168
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
2 Pada awal perkuliahan saya sudah memahami 4 (1,3%) 159 148 6
tentang kewirausahaan (50,2%) (46,7%) (1,9%)
3 Pada awal perkuliahan saya sudah mampu 2 (0,6%) 85 216 14
menyebutkan contoh tentang kewirausahaan (26,8%) (68,1%) (4,4%)
4 Pada awal perkuliahan saya sduah mampu 12 229 73 3
menguraikan pengetahuan tentang (3,8%) (72,2%) (23,0%) (0,9%)
kewirausahaan
5 Pada awal perkuliahan saya sudah mampu 29 240 48 0
memadukan materi-materi kewirausahaan (9,1%) (75,7%) (15,1%)
6 Pada awal perkuliahan saya sudah mampu 28 243 44 1
menerangkan konsep-konsep kewirausahaan (8,8%) (76,7%) (13,9%) (0,3%)

Hasil pre-test terhadap mahasiswa yang mahasiswa dalam memadukan pemahaman


berkaitan dengan aspek kognitif antara lain materi yang satu dengan yang lainnya. Namu
tentang pengetahuan kewirausahaan, demikian di awal perkuliahan ternyata 84,9%
pemahaman kewirausahaan dapat dilihat pada mahasiswa belum memiliki kemampuan
tebel 2 di atas. Dari 317 mahasiswa yang memadukan materi yang satu dengan yang
menjawab tentang pengetahuan kewirausahaan lainnya. Hal ini juga dilihat dari kemampuan
di awal perkuliahan menunjukkan 83,9% menerangkan konsep kewirausahaan yang
(77,3% + 6,6%) sudah mengetahui dan hanya belum dimiliki oleh banyak mahasiswa.
sedikit yang belum mengetahui 16,1%. Dilihat Ternyata hanya 14,2% saja yang memiliki
dari pemahaman kewirausahaan ternyata 51,5% kemampuan menerangkan konsep
(50,2% + 1,3%) belum memahami kewirausahaan dan sisanya yang 85,8%
kewirausahaan dan sisanya 48,5% (46,7% + mahasiswa belum memiliki kemampuan
1,9%) sudah memahami kewirausahaan. menerangkan konsep kewirausahaan di awal
Apabila dilihat dari kemampuan perkuliahannya.
menyebutkan contoh tentang kewirausahaan Tabel 3 menunjukkan hasil pre-test
ternyata 72,5% sudah mampu menyebutkan tentang aspek afektif. Aspek afektif meliputi
contoh dan sisanya 27, 55 belum memiliki bahwa mahasiswa pada awal perkuliahan
kemampuan menyebutkan contoh memilih matakuliah Kewirausahaan, memiliki
kewirausahaan. DIlihat dari kemampuan minat terhadap materi kewirausahaan,
menguraikan kewirausahaan ternyata 76% termotivasi materi kewirausahaan, senang
mahasiswa di awal perkuliahan belum memiliki terhadap dosen kewirausahaan, mendukung
kemampuan menguraikan kewirausahaan dan proses pembelajaran kewirausahaan dan
sisanya 24% sudah memiliki kemampuan menyetujui aturan yang berlaku pada
menguraikan kewirausahaan. perkuliahan kewirausahaan.
Materi kewirausahaan yang banyak
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

Tabel 3. Hasil Pre-Test pada Matakuliah Kewirausahaan – Aspek Afektif (X21 s/d X26)
No Jawaban
Sangat Tidak Setuju Sangat
Item Pertanyaan/ Pernyataan Tidak Setuju Setuju
Setuju

169
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
1 Pada awal perkuliahan saya memilih materi 3 55 227 32
kuliah kewirausahaan (0,9%) (17,4%) (71,6%) (10,1%)
2 Pada awal perkuliahan saya memiliki minat 4 39 226 48
terhadap materi kewirausahaan (1,3%) (12,3%) (71,3%) (15,1%)
3 Pada awal perkuliahan saya termotivasi 3 56 213 45
terhadap materi kuliah kewirausahaan (0,9%) (17,7%) (67,2%) (14,2%)
4 Pada awal perkuliahan saya senang terhadap 1 35 214 67
dosen matakuliah kewirausahaan (0,3%) (11,0%) (67,5%) (21,1%)
5 Pada awal perkuliahan saya mendukung proses 2 35 229 51
pembelajaran mata kuliah kewirausahaan (0,6%) (11,0%) (72,2%) (16,1%)
6 Pada awal perkuliahan saya menyetujui aturan/ 2 37 226 52
norma yang berlaku pada mata kuliah (0,6%) (11,7%) (71,3) (16,4%)
kewirausahaan

Hasil pre-test tentang aspek afektif dosen yang mengajar matekuliah


menunjukkan bahwa mahasiswa pada awall Kewirausahaan (88,6%) dan sisanya (11,4%)
perkuliahan memilih mata kuliah menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju
kewirausahaan karena ditawarkan pada kalau mereka senang dengan dosennya.
semester genap ini. Sebagian besar (81,7%) Pada awal perkuliahan sebagian besar
memilih mata kuliah ini dan hanya sedikit yang mahasiswa mendukung proses pembelajaran
menyatakan tidak memilih (18,3%). Dari 317 matakuliah Kewirausahaan ((88,3%) dan
mahasiswa peserta matakuliah Kewirausahaan menyetujui aturan perkuliahan matakuliah
ternyata sebanyak 274 atau 86,4% menyatakan Kewirausahaan (87,7%). Namun demikian
memiliki minat pada materi kewirausahaan masih ada mahasiswa yang tidak setuju dan
namun sisanya 43 mahasiswa atau 13,6% tidak sangat tidak setuju mendukung prose
memiliki minat terhadap materi matakuliah pembelajaran matakuliah ini (11,7%) dan tidak
Kewirausahaan. setuju dan sangat tidak setuju dengan aturan
Seiring dengan berjalannya waktu perkuliahan ini (11,7%).
perkuliahan ternyata masih ada mahasiswa yang
tidak setuju dan sangat tidak setuju (18,6%) Tabel 4 berikut merupakan hasil pre-test
kalau mereka termotivasi materi matakuliah terhadap aspek motoric yang meliputi
Kewirausahaan pada awal perkuliahannya. merancang proposal, mulai menyusun desain
Sebagian besar mahasiswa (81,4%) menyatakan proposal bisnis, memilah jadwal membuat
setuju dan sangat setuju kalau mereka proposal bisnis, memperbaiki penyusunan
termotivasi materi kewirausahaan. Sebagian proposal bisnia, membuat draf proposal bisnis
besar mahasiswa menyatakan senang dengan dan mendiskusikan draf proposal bisnis.

Tabel 4. Hasil Pre-Test pada Matakuliah Kewirausahaan – Aspek Motorik (X31 s/d X36)
No Jawaban
Sangat Tidak Setuju Sangat
Item Pertanyaan/ Pernyataan Tidak Setuju Setuju
Setuju
1 Pada awal perkuliahan saya mulai merancang 34 210 70 3 (0,9%)
proposal bisnis (10,7% (66,2% (22,1%
) ) )
170
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
2 Pada awal perkuliahan saya mulai menyusun 29 218 66 4 (1,3%)
kerangka/ desain proposal bisnis (9,1%) (68,8% (20,8%
) )
3 Pada awal perkuliahan saya sudah memilah 34 217 62 4 (1,3%)
jadwal pembuatan proposal bisnis (10,7% (68,5% (19,6%
) ) )
4 Pada awal perkuliahan saya sudah melengkapi/ 39 248 27 3 (0,9%)
memperbaiki penyusunan proposal bisnis (12,3% (78,2% (8,5%)
) )
5 Pada awal perkuliahan saya mebuat draft 36 238 39 4 (1,3%)
proposal bisnis (11,4% (75,1% (12,3%
) ) )
6 Pada awal perkuliahan saya mendiskusikan 35 204 74 4 (1,.3)
draft proposal bisnis (11,0% (64,4% (23,3%
) ) )

Ternyata pada awal perkuliahan sebagian besar banyak mahasiswa yang belum memperbaiki
mahasiswa peserta matakuliah Kewirausahaan penyusunan proposal bisnis (90,5%), dan belum
masih banyak yang belum merancang proposal membuat draf proposal bisnis (86,4%) sehingga
bianis 244 orang (77,0%) dan sisanya 73 mereka juga belum bendiskusikan draf proposal
mahasiswa (23%) menyatakan setuju (22,1%) bisnis (75,4%). Namun demikian sudah ada
dan sangat setuju (0,9%) merancang proposal mahasiswa yang sudah memiliki jadwal
bisnis. Seiring dengan merancang proposal membuat proposal bisnis sehingga mereka juga
bisnis ternyata pada awal perkuliahan masih mulai memperbaiki penyusunan proposal
banyak mahasisiwa (77,9%) yang belum bisnisnya (9,5%) dan mulai membuat draft
memulai menyusun desain proposal bisnis. proposalbisnis (13,6%) dan mendiskusikannya
Namun sebanyak 70 mahasiswa (21,9%) dengan teman kelompok (24,6%).
menyatakan sudah mulai menyusun desain Setelah mahasila diberi perlakuan pre-
proposal bisnis. Hal ini nampak dari adanya test kemudian dinilai hasil ujiannya. Setelah
beberapa mahasisiwa yang sudah berjualan ujian pertama (Ujian Tengah Semester)
seiring dengan perkuliahannya. mahasiswa diminta mempertanggungjawabkan
Pada awal perkuliahan juga masih tugasnya dengan melaporkan sejauh mana
banyak mahasiswa yang belum memiliki jadwal proposal yang sudah dirancang sampai
membuat proposal bisnis (79,2%) dan sisanya didiskusikan dengan anggota kelompok untuk
20,8% sudah mulai memiliki jadwal membuat disepakati dijalankan bersama.
proposal bisnis. Dengan demikian juga masih Hasil ujiann tengah semester sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Ujian Tengah Semester Mahasiswa Kewirausahaan Smester genap 2015/2016
Nilai Ujian Tengah Semester Jumlah Mahasiswa Persentase
Lebih Rendah dari 40 (E)
Nilai 40,9 s/d 50,9 ( D )
Nilai 51 s/d 60,9 ( C )
Nilai 61 s/d 70,9 ( C+ )
Nilai 71 s/d 74,9 ( B )
Nilai 75 s/d 79,9 ( B+ )
171
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Nilai 80 s/d 100 ( A )

SIMPULAN Demikian juga pada aspek afektif dan motorik.


Setelah perlakuan tahap pertama, hasil evaluasi
Penerapan metode SCL pada matakuliah menunjukkan terdapat peningkatan kompetensi
Kewirausahaan sudah dilaksanakan namun pada mahasiswa pada tahap kognitif dan afektif.
sampai bulan April 2016 belum tuntas karena Penerapan metode pembelajaran SCL berbasis
mahasiswa masih perlu dievaluasi lagi (UAS). proyek ini masih perlu evaluasi sampai hasil
Hasilnya sudah mampu meningkatkan akhir semester ini sehingga nanti dapat
kompetensi kewirausahaan pada aspek kognitif diketahui kompetensi kewirausahaan
dan afektif, namun aspek motorik belum mahasiswa secara menyeluruh (aspek kognitif,
optimal. Tingkat pemahaman mahasiswa prodi afektif dan motorik). Sampai hasil UTS masih
Manajemen pada matakuliah Kewirausahaan sedikit mahasiswa yang tergerak untuk
pada awal semester masih tergolong rendah. melakukan bisnis.

DAFTAR RUJUKAN
Masmur Muslich, 2011 : Melaksanakan PTK itu
Daryanto, 2011 : Penelitian Tindakan Kelas dan Mudah (Classroom Action Research)
Penelitian Tindakan Sekolah Jakarta, Bumi Aksara.
Yogyakarta,Gava Media.
Triningsih, 2015: Model Wirausaha Mahasiswa
M. Hosnan,2013: Pendekatan Saintifik Dan dalam Membangun Budaya
Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad Enterpreneur.
21, Ghalia Indonesia

172
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Prestasi Belajar Dan Praktik Kewirausahaan
Di Sekolah Mempengaruhi Minat Berwirausaha Siswa Setelah Lulus SMK

Suwarni
Program Studi Manajemen – Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No 5. Hp. 085855987775

Abstrak Untuk membentuk siswa yang memiliki semangat wirausaha, terlebih dahulu perlu
ditanamkan minat berwirausaha dalam diri mereka. Minat juga memegang peranan penting dalam
menentukan arah dan pemikiran seseorang dalam segala tindakannya termasuk juga dalam belajar dan
berprestasi. Siswa SMK diharapkan meningkatkan belajar dan meningkatkan prestasi pada mata
pelajaran kewirausahaan dan bersungguh-sungguh melaksanakan praktik kewirausahaan, bagi guru
SMK senantiasa lebih berinovasi dalam melakukan pengajaran kewirausahaan untuk merangsang
minat berwirausaha siswa. Tujuan dibelajarkannya pendidikan kewirausahaan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya,.sedangkan tujuan pendidikan
kewirausahaan melalui beberapa mata pelajaran di SMK. Prestasi belajar dan praktik kewirausahaan
berpengaruh yang signifikan terhadap minat berwirausaha. Sehingga siswa harus (a). Meningkatkan
belajar dan prestasi pada mata pelajaran kewirausahaan dengan cara memperhatikan penjelasan guru
di kelas, mengerjakan tugas , dan rajin belajar serta disiplin sesuai tata tertib yang ada. (b)
Mengikuti praktik kewirausahaan dan membawa alat-alat praktik kewirausahaan sesuai yang
diperintahkan guru untuk memudahkan siswa dalam melaksanakan praktik kewirausahaan agar dapat
pengalaman yang maksimal. (c) Lebih aktif mengikuti seminar dan pelatihan kewirausahaan, praktik-
praktik kewirausahaan untuk memacu semangat berwirausaha agar termotivasi untuk menjadi
wirausaha.

Kata Kunci: Prestasi Belajar, Praktik Kewirausahaan, dan Minat Berwirausaha.

Belajar merupakan suatu proses usaha yang di kecakapan/ketrampilan yang di nyatakan


lakukan seseorang untuk memperoleh suatu sesudah hasil penilaian (Djamarah, 2012:24).
perubahan tingkah laku yang baru secara Prestasi belajar merupakan hasil penilaian dari
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya proses belajar, usaha untuk belajar yang
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. meliputi pemahaman pengetahuan,
Sedangkan menurut (Djamarah, 2011:13) pengaplikasian keterampilan, dan sikap yang di
belajar merupakan suatu proses sesorang untuk kuasai peserta didik dalam memahami mata
melakukan perubahan tingkah laku sebagai pelajaran yang di ujikan melalui tes dan
hasil pengalamannya yang menyangkut hasilnya dapat di lihat di buku rapor.
kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi belajar Menurut Arifin (2012: 12) prestasi
merupakan suatu proses perubahan tingkah belajar merupakan suatu masalah yang bersifat
laku seseorang baik secara kognitif, afektif, dan perenial dalam sejarah kehidupan manusia,
psikomotor untuk melakukan perubahan karena sepanjang rentang kehidupannya
tingkah laku menjadi lebih baik di masa yang manusia selalu mengejar prestasi menurut
akan datang. bidang dan kemampuan masing-masing.
Prestasi belajar merupakan penilaian Prestasi belajar semakin terasa penting untuk di
pendidikan tentang kemajuan siswa dalam bahas, karena mempunyai beberapa fungsi
segala hal yang di pelajari di sekolah yang utama, antara lain: (a). Prestasi belajar sebagai
menyangkut pengetahuan atau indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

173
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
yang telah di kuasai peserta didik. (b). Prestasi menyuruh. Lebih lanjut Djaali menambahkan
belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin bahwa minat pada dasarnya merupakan
tahu para ahli psikologi biasanya menyebut hal penerimaan akan suatu hubungan antara diri
ini sebagai “tendensi keingin tahuan dan sendiri dengan sesuatu yang di luar diri,
merupakan kebutuhan umum manusia. (c). semakin kuat atau dekat hubungan tersebut
Prestasi belajar sebagai indikator intern dan maka semakin besar minatnya. Dari pendapat
ekstern dari suatu intuisi pendidikan. (d). para ahli di atas dapat di tarik kesimpulan
Prestasi belajar sebagai indikator intern dan bahwa minat merupakan rasa suka dan
ekstern dari suatu institusi pendidikan. (e). ketertarikan yang tumbuh dalam diri seseorang
Presrasi belajar dapat di jadikan indikator daya untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas
serap (kecerdasan) peserta didik. tanpa ada yang menyuruh. Semakin besar rasa
Pembelajaran praktik merupakan suatu suka atau ketertarikan individu terhadap
proses untuk meningkatkan ketrampilan peserta sesuatu semakin besar pula minat yang akan di
didik dengan menggunakan berbagai metode timbulkan.
yang sesuai dengan keterampilan yang di Wirausaha menurut kamus besar bahasa
berikan dan peralatan yang di gunakan. Selain Indonesia, merupakan orang yang pandai atau
itu pembelajaran praktik merupakan suatu berbakat mengenali produk baru, menentukan
proses pendidikan yang berfungsi membimbing cara produksi baru mengatur permodalan
peserta didik secara sistematis dan terarah operasinya serta memasarkannya.
untuk dapat melakukan suatu ketrampilan. Sedangkan Suryana (2003:3)
Praktik merupakan praktik-praktik yang di mengemukakan bahwa Secara umum,
lakukan di luar lingkungan sekolah (Fuad dan wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai
Ahmad, 2009:153). Kewirausahaan merupakan penemu (inovator) yaitu menciptakan produk
sebuah ilmu, seni dan keterampilan untuk baru, teknologi dan cara-cara baru, serta
mengelola semua keterbatasan sumber daya, sebagai perencanaan (planner) yaitu berperan
informasi, dan dana yang ada guna merancang usaha baru, merencanakan strategi
mempertahankan hidup, mencari nafkah, atau perusahaan baru, merencanakan ide-ide dan
meraih posisi puncak dalam karir (Hendro peluang dalam perusahaan, dan menciptakan
2011:5). Jadi kesimpulan dari pendapat tentang organisasi perusahaan baru.
praktik kewirausahaan merupakan penerapan Dari paparan pendapat para ahli di atas
ilmu atau kegiatan menjual barang atau produk dapat di simpulkan bahwa wirausaha
dengan menggunakan seni, keterampilan, merupakan seorang yang membuat atau
pengetahuan, sikap, serta mengelola sumber menciptakan sebuah produk yang menarik
daya yang telah di pelajari sebelumnya secara minat konsumen, selain itu seorang wirausaha
bersamaan dalam rangka proses berwirausaha merupakan seorang pembuat keputusan yang
untuk mencari peluang menuju sukses berani mengambil resiko atas ide-ide baru atau
mencapai karir. inovasi yang ia ciptakan.
Pengertian minat menurut Slameto Menurut Hendro (2011:4)
(2010: 180) “minat adalah suatu rasa lebih suka kewirausahaan merupakan kemampuan untuk
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau merangkai dan memberdayakan semua yang di
aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.” miliki. Sedangkan menurut Kasmir (2006: 18)
,sedangkan menurut Djaali (2009: 121) minat mengemukakan bahwa “kewirausahaan
adalah “rasa lebih suka dan rasa ketertarikan merupakan suatu kemampuan dalam hal
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menciptakan kegiatan usaha”. Lebih lanjut

174
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kasmir mengemukakan bahwa kemampuan kesediaan untuk kerja keras atau berkemauan
menciptakan memerlukan adanya kreativitas keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi
dan inovasi yang terus menerus untuk kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan
menemukan sesuatu yang berbeda dari yang resiko yang akan terjadi, serta senantiasa
sudah ada sebelumnya. Menurut Hendro belajar dari kegagalan yang di alami, Haris
(2011:165-166), sikap seorang wirausaha (2013:01) yang dapat di ukur melalui: (a).
adalah: (1) Sikap selalu berpikir positif dalam Memiliki rasa percaya diri (b). Dapat
menghadapi segal hal (positive thinking) (2) mengambil resiko (c). Kreatif dan inovatif (d).
Respon yang positif dari individu terhadap Disiplin dan bekerja keras (e). Berorientasi ke
informasi, kejadia, kritikan, cercaan, tekanan, masa depan (f) Jujur dan mandiri
tantangan, cobaan dan kesulitan (3) Sikap yang
berorientasi jauh ke depan, berpikiran maju, HASIL & PEMBAHASAN
bersifat prestatif dan tidak mudah terlena oleh
hal-hal yang usdah berlalu .(4) Sikap tidak Menurut Alma (2013:7) keberanian
gentar saat melihat pesaing(competitor).(5) membentuk kewirausahaan di dorong oleh guru
Sikap yang selalu ingin tahu, selalu mencari sekolah, sekolah yang memberikan mata
jalan keluar bila ingin maju (6) Sikap yang pelajaran kewirausahaan yang praktis dan
selalu ingin memberi yang terbaik buat orang menarik dapat membangkitkan minat siswa
lain .(7) Sikap yang penuh semangat dan untuk berwirausaha. Sedangkan menurut
berjuang keras (pantang menyerah) sehingga Suryana (2003:32) seseorang memiliki minat
menimbulkan dampak yang baik untuk dunia berwirausaha karena adanya suatu motif
sekelilingnya (8) Punya komitmen yang kuat, tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement
integritas yang tinggi dan semangat yang kuat motive).
untuk meraih impian. Pada pendidikan kejuruan di SMK telah
di masukkan mata pelajaran kewirausahaan.
Minat berwirausaha merupakan Fungsi dari mata pelajaran kewirausahaan
kesediaan untuk bekerja keras tekun untuk adalah memberikan pengetahuan terhadap
mencapai kemajuan usahanya, kesediaan untuk peserta didik untuk dapat memiliki
menanggung macam-macam resiko berkaitan keterampilan dalam mengelola produk yang
dengan tindakan berusaha yang di lakukannya, layak jual, selain itu dalam pembelajaran
bersedia menempuh jalur dan cara baru, kewiraushaan di sekolah secara langsung
kesediaan untuk hidup hemat, kesediaan belajar menumbuhkan minat siswa dalam minat
dari yang dialaminya (Fu’adi, 2009:92). Jadi berwirausaha karena pembelajaran
yang di maksud dengan minat berwirausaha kewirausahaan secara langsung menuntut
merupakan ketertarikan, keinginan, serta kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotor.
kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan Dengan demikian mata pelajaran
keras untuk menciptakan sebuah peluang kewirausahaan yang telah dipelajari pada waktu
usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan di sekolah merupakan titik awal untuk
kesejahteraan hidupnya tanpa merasa takut merangsang minat berwirausaha. Secara umum
akan resiko yang terjadi dan yang akan di mata pelajaran ini membekali siswa untuk
hadapi, serta berkemauan keras untuk belajar menggali pengetahuan tentang produk baru ,
dari kesalahan. menentukan bagaimana cara memproduksi
Mengukur minat berwirausaha produk baru, menyusun strategi untuk
merupakan keinginan, ketertarikan serta mengadakan produk baru dan memasarkan

175
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
serta mengatur pemodalan. Hal ini di harapkan sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
agar lulusan SMK yang tidak terserap dalam Kegiatan praktik kewirausahaan di sekolah
lapangan kerja dapat menciptakan suatu secara langsung memberikan bekal untuk
lapangan kerja atau membuka usaha sendiri menjadi wirausahawan yang tangguh dan
untuk mengurangi pengangguran. berbakat dalam melakukan pemasaran barang
Keberanian untuk membentuk mindset dan jasa, menerapkan prinsip profesional
berwirausaha merupakan tugas dari seorang bekerja, melaksanakan komunikasi bisnis,
pendidik atau guru, sekolah yang memberikan mengolah produk dan menciptakan ketrampilan
mata pelajaran praktis dan menarik dapat yang layak jual. Berdasarkan hal di atas,
membangkitkan minat siswa berwirausaha. diharapkan agar lulusan SMK nantinya dapat
Prestasi belajar kewirausahaan dapat menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru
diharapkan berakibat pada perubahan tingkah untuk mengurangi pengangguran
laku siswa untuk mulai mengenali dan Pentingnya prestasi kewirausahaan
mempraktekkan kewirausahaan dalam dan praktek kewirausahaan dapat membantu di
kehidupan sehari-hari. Semakin berani siswa dalam menghadapi kenyataan hidup yang
untuk mencoba berwirausaha maka akan penuh dengan permasalahan, sehingga dapat
semakin banyak ide-ide yang di dapat sehingga mencapai kehidupan yang lebih maju dan lebih
akan mempengaruhi minatnya untuk berhasil. Untuk mencapai kemajuan hidup
mengembangkan ide-idenya ke dalam inisiatif manusia harus belajar, dan agar kehidupan
dan kreativitas untuk menghadapi persaingan di manusia mencapai keberhasilan seseorang
dunia usaha. Minat berwirausaha merupakan harus bekerja dan bekreasi. Hal bekerja dan
suatu rasa ketertarikan seseorang atau siswa berkreasi siswa perlu ditunjang dengan
yang di ikuti usaha aktif untuk mempelajari dan pendididikan dan pembelajaran kewirausahaan
mendapatkan pengalaman berwirausaha. yang mantap.
Menurut Hendro (2011), setiap Konsep berpikir untuk mrncari kerja
wirausaha yang sukses memiliki empat unsur setelah lulus sekolah perlu diubah menjadi
pokok seperti kemampuan (yang berhubungan menciptakan pekerjaan. Di sinilah pentingnya
dengan IQ dan keterampilan), keberanian (yang prestasi kewirausahaan dan praktek
berhubungan deengan EQ dan mental), kewirausahaan yang diharapkan dapat
keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi memberikan bekal pengetahuan kewirausahaan
diri) dan kreativitas yang menelurkan sebuah di kalangan siswa. Prestasi kewirausahaan dan
inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk praktek kewirausahaan diharapkan memberikan
menemukan peluang berdasarkan intuisi landasan teoritis tentang konsep
(hubungan dengan pengalaman). Dari pendapat kewirausahaaan, membentuk pola pikir, sikap,
tersebut dapat disimpulkan siswa yang dan perilaku seorang wirausahawan.
memiliki motif berprestasi dalam dirinya akan Prestasi kewirausahaan dan praktek
mendorong minat berwirausaha dalam diri kewirausahaan sangat diperhiungkan dalam
siswa tersebut untuk memulai berwirausaha. minat berwirausaha. Dua faktor tersebut di atas
Pengalaman yang diperoleh di sekolah dipercaya mempengaruhi minat berwirasusaha
seperti praktik kewirausahaan akan yaitu akses mereka kepada modal, informasi,
menentukan minat siswa untuk berwirausaha, dan kualiatas kewirausahaan yang dimiikinya..
karena didalam dunia industri dan praktik Prestasi kewirausahaan dan praktek
kewirausahaan di sekolah siswa diajarkan kewirausahaan dapat dipercaya bisa
bagaimana bekerja dan memulai berusaha mengembangkan berbagai potensi yang

176
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dimiliki oleh manusia. Dengan prestasi memperhatikan penjelasan guru di kelas,
kewirausahaan dan praktek kewirausahaan mengerjakan tugas , dan rajin belajar serta
kekuatan intelektual, daya sosial dapat disiplin sesuai tata tertib yang ada. (b)
dikembangkan. Selain itu melalui prestasi Mengikuti praktik kewirausahaan dan
kewirausahaan dan praktek kewirausahaan membawa alat-alat praktik kewirausahaan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan dapat sesuai yang diperintahkan guru untuk
ditingkatkan. Prestasi kewirausahaan dan memudahkan siswa dalam melaksanakan
praktek kewirausahaan merupakan pelajaran praktik kewirausahaan agar dapat pengalaman
yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku yang maksimal. (c) Lebih aktif mengikuti
seseorang, sehingga pembelajaran seminar dan pelatihan kewirausahaan, praktik-
kewirausahaan perlu dirancang, diatur, praktik kewirausahaan untuk memacu
dimonitor, sedemikian rupa dan dievaluasi agar semangat berwirausaha agar termotivasi untuk
mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan. menjadi wirausaha.
Prestasi kewirausahaan dan praktek Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru
kewirausahaan memiliki peran penting bagi SMK untuk meningkatkan prestasi belajar
timbulnya minat berwirausaha. Pembelajaran siswa dengan mengetahui minat berwirausaha
kewirausahaan juga memiliki tujuan untuk siswa secara dini , serta sering mengadakan
meningkatkan hasil belajar yang memadai praktik kewirausahaan dengan di fasilitasi
tentang kewirausahaan. Pembelajaran dengan peralatan yang mendukung untuk
kewirausahaan juga mengarahkan ke satu kebutuhan praktik kewirausahaan agar siswa
elemen yang menentukan minat kewirausahaan bersemangat dalam melaksanakan praktik
misalnya, pengetahuan, keinginan maupun berwirausaha. Selain itu guru lebih berinovasi
kemungkinan untuk melakukan kegiatan dalam program pengajaran, seperti lebih
kewirausahaan. banyak media pembelajaran untuk
menampilkan profil wirausaha sukses dan
SIMPULAN memberikan serta mengadakan seminar –
seminar kewirausahaan kepada siswa sehingga
Prestasi belajar dan praktik kewirausahaan dapat merangsang siswa agar giat belajar agar
berpengaruh yang signifikan terhadap minat prestasi belajar dan praktik kewirausahaan yang
berwirausaha. Sehingga siswa harus (a). diadakan mendapatkan hasil yang lebih baik
Meningkatkan belajar dan prestasi pada mata lagi.
pelajaran kewirausahaan dengan cara

DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, S.B. 2012. Prestasi Belajar Dan
Alma, B.2013. kewirausahaan. Bandung: Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Alfabeta. Nasional.

Arifin, Z.2012. Evaluasi pembelajaran. Djaali. 2009. psikologi pendidikan. Jakarta:


Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Bumi Aksara.

Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

177
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Direktorat PSMK.2008. Pelaksanaan Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII
Prakerin. Jakarta: Dinas Pendidikan Teknik Audio Video SMK
Nasional. Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2011/2012. Skripsi tidak
Fuadi, Isky F, dkk. 2009. Hubungan Minat diterbitkan. Skripsi tidak diterbitkan.
Berwirausaha Dengan Perstasi Praktik Ogyakarta: UNY.
Kerja Industri Siswa Kelas XII Teknik
Otomotif SMK Negeri 1 Adiwerna Lestari, D.I & Harmanik, S.H. 2012. Pengaruh
Kabupaten Tegal Tahun Ajaran Prakerin, Prestasi Belajar,
2008/2009, jurnal PTM, (online), 9(2): Lingkungan Keluarga Terhadap Minat
92-98, Berwirausaha Siswa, Economic
(journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JP Education Analysis Journal EEAJ,
TM/article/ (Online), 1(2): 1-6 (2012),
download/205/213), diakses 23 (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p
januari 2012. hp/eeaj), diakses 9 Oktober 2013.

Fuad, N & Ahmad, G. 2009. Integrade Human Nugroho,S.E.A. 2013 Kontribusu Prestasi
Resource Development Jakarta: Praktik Kewirausahaan Terhadap
Kompas Gramedia. Minat Berwirausaha Kelas XII Busana
Butik SMK Negeri 1 Wonosari,
Haris Nst. 2013 angket minat (Online),
berwirausaha.(online),(http://harisnst3 (eprints.uny.ac.id/10370/1/JURNAL%
3.blogspot. com/2013/01/angket- 202.pdf) diakses tahun 2013.
minatberwirausaha5447.html), diakses
04 maret 2014. Putra, A.I 2009. Pengaruh Pengalaman
Prakerin Terhadap Minat
Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Berwirausaha Pada Siswa Kelas XII
Jakarta: Erlangga. Program Keahlian Teknik Mekanik
Otomotif SMK Texmaco Pemalang.
Hurlock, E. 1990. Perkembangan Anak. Jurnal PTM, (Online), 9 (1): 1-5,
Jakarta: Erlangga. (http://journal.unnes.ac.id),diakses2
Desember 2013.
Kasmir.2006. Kewirausahaan.jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Rahmi, A.2013. Pengaruh Latar Belakang
Ekonomi Keluarga dan Pengalaman
Kuncoro, M. 2004. Metode Kuantitatif: Teori Praktik Kerja Industri Terhadap
Dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan Minat Berwirausaha Siswa Program
Ekonomi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Studi Bisnis Manajemen SMKN 2
Unit Penerbit Dan Percetakan AMP Bukittinggi, (Online),
YKPN. (ejournal.unp.ac.id/students/index.php
/pek/article/download/421/243),
Kusumawardani, M.S 2012. Pengaruh Prestasi diakses tahun 2013.
Praktik Kerja Industri Dan Praktik
Belajar Kewirausahaan Terhadap

178
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Sari, A. S. 2012. Kesiapan Berwirausaha Pada (http://www.sciencedirect
Siswa SMK Kompetensi Keaqhlian .com/science/article/pii/S01664972020
Jasa Boga. Jurnal Pendidikan Vokasi. 00160), diakses 12 maret 2007.
(online), 2 (2): 154-168,
(http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/ Wibowo, 2011. Pembelajaran Kewirausahaan
article/view/1025), diakses 22 agustus dan Minat Berwirausaha Lulus SMK,
2014. Jurnal Eksplanasi (online).6(2): 109-
122, (http://www.muladi-
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor wibowo.blogspot.com), diakses
yang Mempengaruhinya. Jakarta: september 2011.
PT Rineka Cipta.
Wingkel. W.S. 1999. Psikologi Pengajaran.
Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Jakarta. PT Grasindo.
Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Winarno, A 2011. Pendidikan Kewirausahaan
Sukses jakarta:Salemba Berbasis Nilai:Dilengkapi Pedoman
Empat. Pembelajaran Model Internalisasi.
Malang. CV. Putra Media Nusantara.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Wiyono, G. 2011. Merancang Penilaian Bisnis:
Alfabeta. Dengan Alat Analisis SPSS 17.0 &
Smart PLS 2.0. Yogyakarta: Unit
Soemanto, W.2002. Sekuncup Ide Operasional Penerbit Dan Percetakan STIM
Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: PT Yogyakarta.
Bumi Aksara.
Yanti, P. E. D., Nuridja, i made, & dunia, i
Sudira, P.2006. kurikulum Tingkat Satuan ketut . 2014. Pengaruh lingkungan
Pendidikan SMK, Jakarta: Direktorat keluarga terhadap minat berwirausaha
Pembinaan Sekolah Menengah siswa kelas XI SMK negeri 1
Kejuruan. singaraja, (online), (4): 1-11,
(http://ejournal.undiksha.ac.id /index.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman php/JJPE/article/view1902), diakses
Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, 22 agustus 2014.
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah,
Laporan Penelitian: Edisi Kelima. Yulianto, A. 2013, pengaruh prestasi kerja
Malang: Universitas Negeri Malang. industri terhadap minat berwirausaha
siswa gardan, (Online), 4 (1): 1-11,
Wang, K. C. & Wong, P. K. 2004. (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.
Entrepreneurial interest of university php/JJPE/article/view/1902, diakses
students in Singapore, (Online), 24 22 agustus 2014.
(2): 163 – 172,

179
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
ANTARA KARAKTER DAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL
(Menggali Hubungan Kewirausahaan Sosial Berbasis Karakter)

Diah Ayu Septi Fauji


Ema Nurzainul Hakimah
Universitas Nusantara PGRI Kediri1
Email : dseptifauzi@gmail.com, Ema_hakimah@gmail.com

Abstrak : Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan karakter dalam pembelajaran
kewirausahaan khususnya kewirausahaan sosial, melalui nilai – nilai karakter yaitu ketaatan
beribadah, kejujuran baik dibidang akademik maupun non akademik, disiplin, tanggung jawab,
hormat, peduli dan kemampuan bekerjasama. Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian
tindakan kelas dengan mendasarkan pada pembelajaran berdasarkan proyek(Project Based
Learning)dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Subyek pada penelitian ini adalah mahasiswa
jurusan Manajemen FE UNPGRI yang menempuh mata kuliah kewirausahaan sebanyak 45 orang.
Sedangkan obyek penelitian yaitu ketaatan beribadah, kejujuran, kedisiplinan,tanggung jawab,
hormat, peduli dan kemampuan bekerjasama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa
dengan ciri ciri yang sesuai obyek penelitian memiliki orientasi untuk berwirausaha khususnya dalam
bidang sosial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak fakultas
untuk mengembangkan model pembelajaran kewirausahaan berbasis karakter.

Kata Kunci : Kewirausahaan Sosial, Karakter

Berwirausaha menjadi trendsetter pekerjaan professional, menguasai pengembangan ilmu


akhir – akhir ini. Mengingat lapangan pengetahuan dan teknologi dibidang ekonomi,
pekerjaan yang ada tidak mampu menampung akuntansi,manajemen dengan berbasis etika,
lulusan –lulusan dari perguruan tinggi, kesadaran ketuhanan,kemanusiaan, lingkungan,
SMK,SMA dan lain – lainnya. Materi – materi dan berjiwa wirausaha serta berdaya saing
tentang kewirausahaan sudah diajarkan pula memiliki kepedulian terhadap pembentukan
sejak dibangku sekolah menengah maupun karakter bangsa. Artinya, lulusan FE UNPGRI
perguruan tinggi. Berwirausaha sampai dengan dituntut tidak hanya cerdas secara intelektual
saat ini memang masih menjadi pioner bagi tetapi juga memiliki akhlak mulia dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Para pelaku berkarakter yang baik.
usaha baik kecil, menengah maupun besar Pembelajaran dalam mata kuliah
menjadi pahlawan bagi negara di era kewirausahaan pada umumnya masih
Masyarakat Ekonomi ASEAN saat ini. menggunakan metode lama yaitu perkuliahan
Namun saat ini berwirausaha masih klasikal/konvensional sehingga mahasiswa
dipahami sebagai usaha yang berorientasi pada kurang memiliki daya tanggap (respon)
profit semata dan belum sampai pada tahap terhadap permasalahan – permasalahan yang
wirausaha sosial. Universitas Nusantara PGRI ada didunia bisnis secara nyata terutama terkait
Kediri (UNPGRI)sebagai salah satu perguruan dengan kewirausahaan
tinggi melalui visinya Menjadi fakultas yang sosial(Sociopreneurship). Sehingga dalam
menghasilkan sumber daya manusia kesempatan ini, penulis tertarik mengangkat
180
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
masalah karakter dan hubungannya dengan diinginkan. Kewirausahaan sosial adalah
kewirausahaan sosial. kewirausahaan yang ditujukan untuk
Kewirausahaan sosial adalah kepentingan masyarakat bukan sekadar
kewirausahaan yang ditujukan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.
kepentingan masyarakat bukan sekedar Kewirausahaan sosial biasa disebut
memaksimalkan keuntungan pribadi. 'pengembangan masyarakat' atau “organisasi
Kewirausahaan sosial biasa disebut dengan bertujuan sosial' (Tan, 2005).
“pengembangan masyarakat” atau”organisasi Bentuk Wirausaha Sosial
bertujuan sosial”(Tan,2005). Oleh karenanya Ada beberapa bentuk wirausaha sosial (Tan,
dirasa penting mengetahui hubungan karakter 2005)
dengan kewirausahaan sosial untuk nantinya
dapat dibuat sebuah model pembelajaran yang
lebih inovatif yang memadukan antara a. Organisasi berbasis komunitas
penanaman nilai – nilai moral yang Organisasi semacam ini biasanya dibuat
menyangkut baik dan buruk dan pemahaman untuk mengatasi masalah tertentu dalam
kewirausahaan sosial. komunitas (kelompok masyarakat), misalnya
Dari latar belakang tersebut ,maka menyediakan fasilitas pendidikan untuk anak-
rumusan masalah yang akan dibahas pada anak miskin, panti sosial untuk anak terlantar
penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan dsb. Biasanya dukungan finansial didapatkan
karakter dengan pembelajaran kewirausahaan dari sedekah, amal jariyah, sumbangan donatur.
khususnya kewirausahaan sosial. Untuk menjalankan organisasi, tenaga
Sedangkan untuk tujuan pada penelitian sukarelawan (tenaga profesional, remaja,
ini adalah untuk mengetahui hubungan karakter masyarakat umum) direkrut untuk memberikan
dengan pembelajaran kewirausahaan dan tujuan pelayanan. Terkadang organisasi keagamaan
khususnya adalah untuk mendapatkan model melakukan wirausaha sosial semacam ini.
pembelajaran yang lebih inovatif yang Organisasi ini sangat tergantung pada
memadukan antara penanaman nilai – nilai dukungan masyarakat lokal. Contoh: Panti
moral yang menyangkut baik atau buruk dan Asuhan Sayap Ibu (Yogyakarta), Sekolah
pemahaman kewirausahaan sehingga dapat Darurat Kartini (Jakarta) dan sebagainya.
memberikan kontribusi kepada pihak fakultas b. Socially responsible enterprises
untuk mengembangkan model pembelajaran Wirausaha sosial ini berbentuk
kewirausahaan berbasis karakter. perusahaan yang melakukan usaha komersial
Kewirausahan Sosial untuk mendukung/membiayai usaha sosialnya.
Germak & Singh (2010:80) menyatakan Wirausaha mendirikan dua organisasi sekaligus.
bahwa kewirausahaan sosial Satu organisasi berwatak profit sedangkan satu
memgkombinasikan ide-ide inovatif untuk lagi berwatak non-profit. Sebagian keuntungan
perubahan sosial, yang dilakukan dengan yang didapatkan dari organisasi profit
mengaplikasikan strategi dan keterampilan ditujukan untuk mendukung/membiayai usaha
bisnis. Lebih dalam dari pemahaman tersebut, sosialnya. Contoh: Kedai Kebun dan Kedai
Dhewanto (2013:47) menjelaskan bahwa Kebun Forum (Yogyakarta), Banyan Tree
kewirausahaan sosial bekerja dengan Holiday Resorts dan Banyan Tree Gallery
mendefinisikan masalah sosial tertentu dan (Singapura)
kemudian mengatur, membuat dan mengelola c. Socio-economic atau dualistic enterprises.
usaha sosial untuk mencapai perubahan yang
181
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Wirausaha sosial ini berbentuk pada pemegang saham. Sedangkan hasil sosial
perusahaan komersial yang menjalankan yang diharapkan adalah masalah sosial teratasi
usahanya berdasarkan prinsip-prinsip sosial. atau setidaknya berkurang.
Misalnya perusahaan yang melakukan daur Karakteristik yang dimiliki social
ulang sampah rumah tangga, organisasi yang entrepreneur (Borstein, 2006,)
mempekerjakan orang cacat, kredit mikro a. Orang-orang yang mempunyai visi untuk
untuk masyarakat pedesaaan. Contoh: Lunar memecahkan masalah - masalah
Media Kreasi (Yogyakarta), Grameen Bank kemasyarakatan sebagai pembaharu
(Bangladesh). masyarakat dengan gagasan - gagasan yang
sangat kuat untuk memperbaiki taraf hidup
Perbedaan wirausaha sosial dan wirausaha masyarakat.
bisnis. b. Umumnya bukan orang terkenal, misal :
Selama ini istilah wirausaha dokter, pengacara, insinyur, konsultan
diidentikkan dengan wirausaha bisnis yang manajemen, pekerja sosial, guru dan wartawan.
tujuannya melakukan inovasi untuk kekayaan c. Orang-orang yang memiliki daya
individu. Oleh karena itu perlu membedakan transformatif, yakni orang-orang dengan
wirausaha bisnis dengan wirausaha sosial: gagasan baru dalam menghadapi masalah
a. Biasanya wirausaha bisnis juga melakukan besar, yang tak kenal lelah dalam mewujudkan
tindakan tanggungjawab sosial seperti: misinya, menyukai tantangan, punya daya
menyumbangkan uang untuk organisasi nirlaba, tahan tinggi, orang-orang yang sungguh-
menolak untuk terlibat dalam jenis usaha sungguh tidak mengenal kata menyerah hingga
tertentu; menggunakan bahan yang ramah mereka berhasil menyebarkan gagasannya
lingkungan dan praktek; mereka sejauh mereka mampu.
memperlakukan karyawannya baik dan layak. d. Orang yang mampu mengubah daya kinerja
Wirausaha sosial bekerja lebih dari itu, masyarakat dengan cara terus memperbaiki,
berusaha mengatasi akar masalah sosial, memperkuat, dan memperluas cita-cita.
pengahasilannya didapatkan dari menjalankan e. Orang yang memajukan perubahan sistemik :
misinya tersebut misalnya: mempekerjakan bagaimana mereka mengubah pola perilaku dan
orang cacat fisik atau mental, miskin atau pemahaman.
penyandang masalah sosial tertentu (PSK, anak f. Pemecah masalah paling kreatif.
jalanan, tuna wisma); menjual produk atau jasa g. Mampu menjangkau jauh lebih banyak orang
untuk mengatasi masalah sosial (memproduksi dengan uang atau sumber daya yang jauh lebih
alat bantu untuk orang cacat, bank masyarakat sedikit, dengan keberanian mengambil resiko
miskin, panti sosial, balai latihan kerja, sehingga mereka harus sangat inovatif dalam
pendidikan untuk kelompok marjinal). mengajukan pemecahan masalah.
b. Ukuran keberhasilan wirausaha bisnis adalah h. Orang-orang yang tidak bisa diam, yang
kinerja keuangan (nilai perusahaan, keuntungan ingin memecahkan masalah masalah yang telah
bagi pemegang saham/pemilik). Ukuran gagal ditangani oleh pranata (negara dan
keberhasilan wirausaha sosial adalah hasil mekanisme pasar) yang ada.
keuangan dan sosial. Ukuran keuangannya i. Mereka melampaui format-format lama
adalah pendanaan yang terus menerus sehingga (struktur mapan) dan terdorong untuk
menjamin keberlangsungan organisasi. menemukan bentuk-bentuk baru organisasi.
Keuntungan finansial diarahkan untuk
meningkatkan skala kegiatan bukan dibagikan
182
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
j. Mereka lebih bebas dan independen, lebih mahasiswa dalam melakukan insvestigasi dan
efektif dan memilih keterlibatan yang lebih memahaminya.
produktif. Model pembelajaran proyek adalah
Karakter langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai
Karakter merupakan sikap moral tujuan pembelajaran tertentu, yang dilakukan
seseorang. Sedangkan Pendidikan karakter melalui suatu proyek dalam jangka waktu
secara psikologis mencakup dimensi moral tertentu dengan melalui langkah-langkah
reasoning, moral feeling, dan moral behavior. sebagai berikut: (1) persiapan/perencanaan; (2)
Secara praktis, pendidikan karakter adalah pelaksanaan; (3) pembuatan laporan; dan (4)
suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku mengkomunikasikan hasil kegiatan serta
(karakter) kepada warga sekolah atau kampus evaluasi. Proyek membantu mahasiswa untuk
yang meliputi komponen pengetahuan, melibatkan keseluruhan mental dan fisik,
kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk syaraf, indera termasuk kecakapan sosial
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap dengan melakukan banyak hal sekaligus.
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, Pembelajaran proyek ini merupakan salah satu
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga bentuk pendekatan Contextual Teaching and
menjadi manusia paripurna (insan kamil). Learning/CTL). Kontekstual dalam proyek ini
Karakter dibentuk dari pembiasaan- adalah menghubungkan antara materi teori
pembiasaan (habituation). Pembiasan dengan kenyataan di lapangan serta dapat
dimaksud dapat dilakukan di kampus dengan mempraktikkan hal-hal yang terkait dengan
berbagai cara dan menyangkut banyak hal teori kewirausahaan sosial dalam kehidupan
seperti disiplin waktu, etika berpakaian, etika sehari-hari, sehingga mahasiswa tidak hanya
pergaulan, perlakuan mahasiswa kepada sekedar tahu teori kewirausahaan sosial tetapi
karyawan, dosen, dan pimpinan fakultas, dan juga melihat dari dekat bagaimana usaha yang
sebaliknya. Untuk pembentukan karakter dijalankan dengan prinsip sosial tersebut.
diperlukan pula lingkungan yang sehat dan Sedangkan Penelitian terdahulu yang menjadi
kondusif. inspirasi bagi penulis berjudul “Pengembangan
Nilai-nilai karakter utama yang akan Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter
dibahas kali ini adalah: (1) ketaatan beribadah; Melalui Kewirausahaan Sosial
(2) kejujuran; (3) disiplin dan tanggung jawab, (Sociopreneurship) karya Penny Rahmawaty,
(4) rasa hormat dan peduli serta (5) kerjasama. Dyna Herlina Suwarto, M.Lies Endarwati.
Pembelajaran Berbasis Proyek
Project based Learning (Pembelajaran METODE
Berbasis Proyek) merupakan metoda belajar
yang menggunakan masalah sebagai langkah Penelitian mengenai hubungan karakter dengan
awal dalam mengumpulkan dan kewirausahaan sosial ini dirancang dalam
mengintegrasikan pengetahuan baru bentuk Penelitian Tindakan kelas (Classroom
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas Action Research) dengan mengadaptasi model
secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan Kemmis & Taggart. Metode penelitian ini
pada permasalahan komplek yang diperlukan terdiri dari beberapa siklus seperti yang
digambarkan pada gambar berikut ini:

183
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 1
Model pembelajaran yang dijadikan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan
sebagai bahan penelitian tindakan kelas adalah pada mata kuliah Kewirausahaan dengan
model pembelajaran berbasis proyek (Project mengambil topik bahasan Kewirausahaan
Based Learning). Mahasiswa diberi tugas untuk Sosial. Nilai – nilai karakter yang
mengamati beberapa bisnis yang berwawasan dikembangkan adalah ketaatan beribadah,
sosial di sekitar mereka dan membandingkan kejujuran, disiplin dan tanggung jawab, hormat
dengan bisnis yang berorientasi keuntungan dan peduli serta kerjasama. Pelaksanaannya
(profit). Setelah melalui pembelajaran di kelas dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I
untuk memberikan pemahaman mengenai dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yang
kewirausahaan sosial maka mahasiswa yang meliputi pengertian kewirausahaan dan
dibagi kedalam kelompok-kelompok kewirausahaan sosial dan pembagian kelompok
tugas/proyek diajak untuk melakukan studi tugas dalam bentuk proyek kegiatan
lapangan melihat dari dekat usaha yang kewirausahaan sosial. Siklus II dilaksanakan
berbentuk social entrepreneurship. Setelah dalam tiga kali pertemuan meliputi kajian
kunjungan lapangan tersebut kelompok diberi secara teoritis dan studi lapangan dengan
waktu untuk membuat laporan dan mengunjungi sebuah usaha yang melakukan
mempresentasikan di depan kelas hasil prinsip kewirausahaan sosial
kunjungan lapangan dan dikaitkan dengan teori (sociopreneurship) yaitu Desa Wisata Temas
yang telah mereka peroleh. yang berlokasi di desa Temas Batu Malang.
Penelitian ini dilaksanakan di semester Penjabaran nilai – nilai karakter yang diamati
gasal tahun akademik 2015/2016. Subjek adalah selama melakukan kunjungan lapangan
penelitian adalah mahasiswa semester tiga dan presentasi kelompok dikelas. Metode
Program Studi Manajemen yang mengambil pembelajaran dalam topik kewirausahaan sosial
mata kuliah Kewirausahaan kelas regular ini menggunakan pendekatan/metode Project
(bersubsidi) yang berjumlah 45 orang Based Learning dimana masing – masing
mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan kelompok membuat suatu proyek yang
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dikembangkan berdasarkan kebutuhan sosial
yaitu analisis yang didasarkan pada hasil masyarakat.
pengolahan data. 1. Data Responden
Dari jumlah mahasiswa yang mengikuti
HASIL & PEMBAHASAN perkuliahan kewirausahaan yang
mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
184
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
topik kewirausahaan sosial sebanyak 45 orang M s/d M + 1,5 SD = Sedang
dengan rincian laki – laki sebanyak 15 orang M – 1,5 SD s/d M = Cukup
(33%) dan perempuan 30 orang (67%). M – 1,5 SD kebawah = Kurang
2. Analisis Deskriptif M Ideal (Mi) dan standar Deviasi Idel (Sdi)
Penelitian ini menggunakan lima data diperoleh berdasarkan norma sebagai berikut :
yang digunakan untuk mengukur indikator nilai M = ½ (skor tertinggi – skor terendah)
– nilai karakter yang dikembangkan yaitu SD = ¹/6 (skor tertinggi – skor terendah)
ketaatan beribadah, kejujuran, disiplin dan a. Nilai Karakter Ketaatan Beribadah
tanggung jawab, hormat dan peduli serta Data nilai karakter ketaatan beribadah
kerjasama. Selain itu juga digunakan data menunjukkan skor tertinggi yang
mengenai kesiapan mahasiswa menerima dicapai adalah 25 dan skor terendah
pelajaran/ materi dan proses belajar mengajar. yang dicapai adalah 3. Hasil analisis
Deskripsi data yang disajikan meliputi Mean yang diperoleh adalah nilai mean
(M),Median (Me), Modus (Mo), dan Standar sebesar 24 dan standar deviasi 5,33.
Deviasi (SD). Perhitungan kelas mengacu pada Pengkategorian penilaian nilai ketaatan
rumus Sturgess yaitu nilai k = 1 +3,332 Log n, beribadah terhadap minat
kemudian dilanjutkan dengan kewirausahaan sosial dapat dilihat pada
pengidentifikasian kecenderungan variabel dan tabel :
memperhitungkan empat kategori berikut :
M + 1,5 SD keatas = Tinggi

Tabel 1 Pengkategorian Nilai Ketaatan Beribadah


Interval Keterangan Jumlah Prosentase
≥ 32 Tinggi 1 2,22
24 - 31 Sedang 29 64,44
16 - 23 Cukup 15 33,34
≤ 15 Kurang 0 0
Jumlah 45 100
pembiasaan (habit) bagi pembentukan
Nilai karakter ketaatan beribadah karakter mahasiswa dan menghasilkan
berdasarkan pengkategorian yang mahasiswa memiliki kepekaan terhadap
dibuat menunjukkan skor sedang hal – hal sosial.
sebesar 64,44% dan cukup taat b. Nilai Karakter Disiplin Dan Tanggung
beribadah sebesar 33,34%. Ketaatan Jawab
beribadah ini diwujudkan dalam Nilai karakter disiplin dan tanggung
kebiasaan mahasiswa berdoa ketika jawab terhadap minat kewirausahaan
memulai suatu kegiatan dan selesai sosial menunjukkan skor tertinggi yang
melakukan kegiatan. Mahasiswa sudah dicapai adalah 24 dan skor terendah
terbiasa dengan melakukan kegiatan yang dicapai adalah 11. Hasil analisis
tersebut. Hal ini menjadikan yang diperoleh adalah nilai mean
185
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sebesar 15 dan standar deviasi sebesar disiplin dan tanggung jawab dapat
3,67. Pengkategorian penilaian terhadap dilihat pada tabel :

Tabel 2 Pengkategorian penilaian terhadap disiplin dan tanggung jawab


Interval Keterangan Jumlah Prosentase
≥ 20 Tinggi 29 64,45
15 – 19 Sedang 14 31,11
10 – 14 Cukup 2 4,44
≤9 Kurang 0 0
Jumlah 45 100

Nilai karakter disiplin dan tanggung tertinggi yang dicapai adalah 24 dan
jawab terhadap kewirausahaan sosial skor terendah yang dicapai adalah 14.
berdasarkan pengkategorian Hasil analisis yang diperoleh adalah
menunjukkan skor tinggi sebesar nilai mean sebesar 18 dan standar
64,45%. deviasi sebesar 4. Pengkategorian
c. Nilai Karakter Kejujuran penilaian kejujuran terhadap
Nilai karakter kejujuran terhadap kewirausahaan sosial dapat dilihat pada
kewirausahaan sosial menunjukkan skor tabel berikut :

Tabel 3 Pengkategorian penilaian kejujuran terhadap kewirausahaan sosial

Interval Keterangan Jumlah Prosentase


≥ 24 Tinggi 22 4,44
18 – 23 Sedang 31 68,89
12 – 17 Cukup 12 26,67
≤ 11 Kurang 0 0
Jumlah 45 100

Nilai karakter kejujuran terhadap menunjukkan skor tertinggi yang


kewirausahaan sosial berdasarkan dicapai adalah 33 dan skor terendah
pengkategorian menunjukkan skor yang yang dicapai adalah 17. Hasil analisis
sedang sebesar 68,89% dan cukup yang diperoleh adalah nilai mean
sebesar 26,67%. sebesar 21 dan standar deviasi sebesar
d. Nilai Karakter Hormat dan Peduli 4,67. Pengkategorian penilaian terhadap
Data nilai karakter hormat dan peduli hormat dan peduli dapat dilihat pada
terhadap kewirausahaan sosial tabel :

Tabel 4 Pengkategorian penilaian terhadap hormat dan peduli


Interval Keterangan Jumlah Prosentase
≥ 28 Tinggi 22 48,89
21 – 27 Sedang 21 46,67
14 – 20 Cukup 2 4,44
186
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
≤ 13 Kurang 0 0
Jumlah 45 100

Nilai karakter hormat dan peduli tertinggi yang dicapai adalah 34 dan
terhadap kewirausahaan sosial skor terendah yang dicapai adalah 16.
berdasarkan pengkategorian Hasil analisis yang diperoleh adalah
menunjukkan skor tinggi sebesar nilai mean sebesar 21 dan standar
48,89% dan sedang sebesar 46,67%. deviasi sebesar 4,67. Pengkategorian
e. Nilai Karakter Kerjasama penilaian terhadap kerjasama dapat
Data nilai kerjasama terhadap dilihat pada tabel :
kewirausahaan sosial menunjukkan skor

Tabel 5 Pengkategorian penilaian terhadap kerjasama


Interval Keterangan Jumlah Prosentase
≥ 28 Tinggi 31 68
21 – 27 Sedang 12 68,89
14 – 20 Cukup 2 26,67
≤ 13 Kurang 0 0
Jumlah 45 100

Nilai karakter kerjasama terhadap kuat antara karakter dan kewirausahaan sosial
kewirausahaan sosial berdasarkan dilingkungan FE UNPGRI Kediri diharapkan
pengkategorian menunjukkan skor tinggi dapat menjadi masukan dalam pengembangan
sebesar 68,89 %. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran praktik kewirausahaan khususnya
mahasiswa yang memiliki karakter kerjasama kewirausahaan sosial. Praktik kewirausahaan
yang tinggi memiliki ketertarikan terhadap yang berkarakter dan sehat seyogyanya akan
kewirausahaan sosial. mampu mengakselerasi program pembangunan,
menambal lubang – lubang permasalahan sosial
SIMPULAN yang belum mampu diselesaikan oleh
pemerintah.
Kewirausahaan sosial merupakan salah satu Penanaman nilai – nilai karakter yang
bentuk kewirausahaan yang bertujuan untuk baik menjadi sangat penting ketika
membantu masyarakat. Wirausaha sosial perkembangan dan dinamika masyarakat yang
adalah inisiatif yang inovatif. Penanaman nilai berkembang. Pelaksanaan implementasi
– nilai karakter yang baik menjadi sangat pendidikan karakter dalam bentuk
penting ketika perkembangan dan dinamika pengembangan metode pembelajaran yang
masyarakat yang berkembang akhir – akhir ini terintegrasi sebaiknya direncanakan secara
cenderung berdampak pada hal – hal yang matang dan mendalam sehingga hasil yang
kurang positif. Jika dahulu orang berfikir upaya dicapai dapat sesuai dengan tujuan yang
untuk menyelesaikan masalah sosial adalah diharapkan. Pengukuran nilai – nilai karakter
dengan meminta sumbangan,maka sekarang yang diintegrasikan dalam model pembelajaran
upaya penyelesaian masalah dapat dilakukan belum memilii bentuk standar sehingga
dengan kreatif. Dengan adanya hubungan yang dimungkinkan memperoleh hasil yang berbeda
187
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
jika dilakukan oleh orang yang berbeda. Oleh implementasi pendidikan karakter di
karenanya diharapkan penelitian ini dapat universitas.
diperoleh suatu bentuk standar mengenai

DAFTAR RUJUKAN Mengembangkan Habits of Mind Studi


Kasus Di SMP KPS Nasional
Appanah, S. Dev., dan Estin, Brooke. (2009). Balikpapan, Jurnal Pendidikan Inovatif,
‘Social Entreprenuership Definition Volume 1, Nomor 2.
Matrix’. Artikel diunduh dari
www.changefusion.com, 17-08-2015. Rahmawaty,Penny dkk . Pengembangan
Metode Pembelajaran Pendidikan
Borstein, David.2006. Mengubah Karakter Melalui Kewiirausahaan
Dunia:Kewirausahaan Sosial dan Sosial (Sociopreneurship).Fakultas
Kekuatan Gagasan Baru.InsistPress- Ekonomi Universitas Negeri
Nurani Dunia. Yogyakarta. Diunduh pada tanggal
9/2/2015.
Boschee,Jerr., dan McClurg, Jim.
(2003).‘Toward a Better Understanding Tan, Wee-Ling., Williams, John., dan Tan,
of Social Entreprenuership’.Artikel Teck-Meng. (2005). ‘Defining the
diunduh dari http://www.se- ‘Sosial’ in ‘Sosial Entrepreneurship’:
lliance.org/better_understanding.pdf, Altruism and Entrepreneurship’.
17-08-2015. International Entrepreneurship and
Management Journal 1, pp 353-365.
Purworini, Stevani Endah (2006) Pembelajaran
Berbasis Proyek Sebagai Upaya

188
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pentingnya Diklat Laboratorium Inovasi Kepemimpinan
Untuk Meneguhkan Entrepreuner Agen Perubahan Pada Instansi Pemerintah

Hary Wahyudi
Widyaiswara Madya Badan Diklat Jatim
Email : hary_wahyudi2003@yahoo.com

Abstrak : Salah satu kompenen dalam penilaian akreditasi A adalah peran tenaga pengajar
kediklatan (widyaiswara) yang mampu menunjukan pengalaman yang mendukung penguasaan
substansi, yang berperan sebagai konsultan, riset dan praktisi diluar lembaga diklat. Serta kapasitas
widyaiswara dalam pengembangan profesi melalui penerbitan karya tulis ilmiah dalam bentuk buku,
proceeding maupun jurnal ilmiah.Serta hasil penyelenggaraan diklat berupa produk yang dihasilkan
oleh penyelenggara diklat, yakni yang dinilai dari kualitas produk yang dihasilkan oleh seluruh
peserta diklat kepemimpinan dan diklat prajabatan dalam mengimplementasikan proyek perubahan
maupun aktualisasi nilai-nilai diinstansinya.Widyaiswara sebagai agen perubahan adalah
individu/kelompok terpilih yang menjadi pelopor perubahan dan sekaligus dapat menjadi contoh dan
panutan dalam berperilaku yang mencerminkan integritas dan kinerja yang tinggi di lingkungan
organisasinya. Widyaiswara agen perubahan bertanggung jawab untuk selalu mempromosikan dan
menjalankan keteladanan mengenai peran tertentu yang berhubungan dengan pelaksanaan peran,
tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya.

Keywords: Inovasi, Kepemimpinan, Widyaiswara, Agen Perubahan

Pada awal tahun 2016 Lembaga Administrasi Serta hasil penyelenggaraan diklat berupa
Negara memberikan Akreditasi kepada seluruh produk yang dihasilkan oleh penyelenggara
lembaga diklat instansi pemerintah dan Badan diklat, yakni yang dinilai dari kualitas produk
Diklat Jatim mendapatkan nilai akreditasi A yang dihasilkan oleh seluruh peserta diklat
(sangat baik). Akreditasi merupakan penilaian kepemimpinan dan diklat prajabatan dalam
dan kelayakan lembaga dalam mengimplementasikan proyek perubahan
menyelenggarakan diklat kepemiminan II, III, maupun aktualisasi nilai-nilai diinstansinya.
IV dan diklat prajabatan III , II dan I. Tujuan Output (hasil) produk pembelajaran
akreditasi adalah untuk meningkatkan mutu, peserta diklat juga dilakukan diseminasi
efisiensi, akuntabilitas penyelenggaraan kepada user (instansi peserta) dan kepada
pendidikan dan pelatihan. stakeholder yang lebih luas, diseminasi
Salah satu kompenen dalam penilaian dilakukan dengan cara display, koleksi dan
akreditasi A adalah peran tenaga pengajar dokumentasi pada perpustakaan, upload
kediklatan (widyaiswara) yang mampu website, pameran dan alumni gathering.
menunjukan pengalaman yang mendukung Penelitian/pengkajian karya tulis ini
penguasaan substansi, yang berperan sebagai didasarkan pada agumentasi tentang pentingya
konsultan, riset dan praktisi diluar lembaga meneliti/mengkaji promosi dan inovasi yang
diklat. Serta kapasitas widyaiswara dalam dilakukan oleh peserta Diklat Kepemimpinan
pengembangan profesi melalui penerbitan Tingkat III dan Tingkat IV sebagai peneguhan
karya tulis ilmiah dalam bentuk buku, Badan Diklat Jawa Timur sebagai pencetak
proceeding maupun jurnal ilmiah agen perubahan.
189
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri kepemimpinan, tetapi juga mampu
bahwa kemauan berinovasi (willingness to menunjukkan kinerjanya dalam memimpin
innovate) dan kemampuan berinovasi (ability perubahan dan menyebar semangat kebaruan
to innovate) di lingkungan birokrasi dirasakan melalui promosi hasil inovasi yang telah
masih rendah. Inovasi masih merupakan hal dirancang dan diimplementasikan selama
yang aneh, tidak disukai, bahkan cenderung diklat. Seorang pemimpin perubahan dituntut
dihindari karena pandangan yang keliru bahwa untuk mampu menyebar semangat kebaruan
inovasi merupakan sesuatu yang tidak sejalan dalam berinovasi di sektor publik yaitu
dengan kebijakan. willingnes to inovate dan ability to innovate.
Kondisi ini tentu tidak dapat dibiarkan Sebagaimana acuan/pedoman Lembaga
berjalan terus namun harus dihentikan dan Administrasi Negara perihal pengelolaan
bahkan perlu dibalik. Kalangan birokrasi laboratorium inovasi, ditegaskan bahwa
pemerintah perlu diyakinkan bahwa berinovasi pengelolaan laboratorium inovasi ditempuh
di sektor publik itu menyenangkan dan mudah melalui lima tahap yaitu tahap drum up,
dilakukan oleh pemimpin (pejabat) diagnose, design, deliver dan display
pemerintahan. (promosi).
Dalam sistem manajemen kepegawaian, Dalam kajian/penelitian ini yang hendak diteliti
pejabat struktural memainkan peranan yang dibatasi pada tahap akhir, yakni display
sangat menentukan dalam membuat (promosi) dengan menyodorkan permasalah
perencanaan pelaksanaan kegiatan instansi dan “Bagaimana Diseminasi Inovasi Hasil
memimpin bawahan dan seluruh pemangku Produk Peserta Diklat Kepemimpinan dalam
kepentingan stratejik untuk melaksanakan upaya meneguhkan Badan Diklat Jatim
kegiatan tersebut secara efektif dan efisien. Sebagai Agen Perubahan?”
Tugas ini menuntutnya memiliki kompetensi
kepemimpinan,yaitu kemampuan dalam METODE
mempengaruhi serta memobilisasi bawahan
dan pemangku kepentingan strategisnya dalam Metodologi penelitian yang digunakan
melaksanakan kegiatan yang telah merupakan pilihan strategi dalam rangka
direncanakan. pengumpulan dan proses analisis terhadap
Untuk dapat membentuk sosok pejabat bukti empiris. Oleh sebab itu, metode
struktural seperti tersebut di atas, penelitian yang digunakan dapat berupa metode
penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan kualitatif atau kuantitatif dengan teknik
Kepemimpinan (Diklatpim) bertujuan pengumpulan data, baik melalui eksperimen,
membekali peserta dengan kompetensi yang studi lapangan, maupun studi pustaka.
dibutuhkan menjadi pemimpin yang inovatif, Namun dari dua piilihan metodologi
yaitu penyelenggaraan Diklat yang tersebut, dipilih metodologi penelitian kualitatif
memungkinkan peserta mampu menerapkan dalam melakukan penelitian/kajian, fakta
kompetensi yang telah dimilikinya. diungkap secara obyektif, tidak bias pada suatu
Dalam penyelenggaraan Diklatpim seperti kepentingan tertentu. Setelah itu hasil
ini, peserta dituntut untuk menunjukkan penelitian/kajian tersebut diklasifikasikan
kinerjanya dalam merancang suatu perubahan secara sistematis.
di unit kerjanya dan memimpin perubahan Metode pendekatan dalam penulisan
tersebut sehingga memberikan hasil yang naskah ini merupakan totalitas cara kerja yang
signifikan. dipakai dalam mendeskripsikan permasalahan
Dengan demikian, pembaharuan sebagaimana yang telah ditetapkan diatas.
diharapkan dapat menghasilkan alumni yang Metodologi dalam kajian/penelitian karya tulis
tidak hanya memiliki kompetensi ilmiah ini adalah metode penelitian kualitif
193
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
yang didasarkan pertanyaan penelitian yang dibentuk untuk pemahaman, Akurasi dan
telah dirumuskan. reliabilitasdibentuk melalui verifikasi (Sumber:
Metodologi penelitian/kajian tentang John W. Creswell, Research Design:
promosi dan inovasi proyek perubahan peserta Qualitative and Quantitative Approaches,
diklat dilakukan dengan pendekatan kajian (California: Sage Publications, Inc, 1994), hlm.
kualitatif, yakni cara sistematik yang digunakan 5.
peneliti dalam pengumpulan data yang
diperlukan dalam proses analisa deskriptif. HASIL & PEMBAHASAN
Setidaknya, ada enam jenis metode penelitian
kualitatif yang dipergunakan dalam menyusun Analisa Fokus Hasil Inovasi
karya tulis ilmiah ini, yaitu: Analisa karya tulis ini difokuskan untuk
1.Observasi terlibat diskusi secara langsung menjawab permasalahan, yakni
dengan peserta diklat; mendeskripsikan tentang bagaimana promosi
2.Deskripsi dan analisa percakapan dalam hasil inovasi perubahan peserta diklat
coaching, konseling dengan peserta diklat; kepemimpinan tingkat III dan tingkat IV,
3.Deskripsi dan analisa penggalian ide dan sebagaimana yang telah dilakukan dilakukan
pilihan gagasan rancangan inovasi dengan oleh peserta, penyelenggara dan coach.
peserta; Fokus yang hendak dikaji adalah dipilih
4.Deskripsi dan analisa isi implementasi sebanyak 83 buah kertas kerja yang disusun
inovasi dengan peserta dan mentor; oleh 83 peserta diklat kepemimpinan tingkat III
5.Pengambilan data pembuktian hasil-hasil dan tingkat IV yang dilaksanakan pada tahun
inovasi yang telah dipromosikan, dan 2015, baik yang diselenggarakan di kampus
6.Analisa penyusunan rekomendasi dan Badan Diklat Surabaya dan kampus Badan
komitmen tindak lanjut yang hendak Diklat Malang yang diikuti peserta dari
dilanjutkan secara berkelanjutan. berbagai SKPD pemerintah provinsi jawa timur
“Gaya” penelitian kualitatif dalam karya dan SKPD dari kabupaten/kota provinsi jawa
tulis ini mengkonstruksikan realitas dan makna, timur serta peserta dari berbagai
menjalin fokus pada proses dan peristiwa pemerintah/kota luar provinsi jawa timur.
secara interaktif, otentisitas/orisinalitas adalah Analisa datan penelitian/kajian karya tulis
kunci, hadirnya nilai secara eksplisit, Dibatasi ilmiah ditujukan untuk mendapatkan deskripsi
situasi, Sedikit kasus dan subjek, Analisis penyebaran semangat kebaruan melalui
tematik, Peneliti terlibat, Sumber: W. Lawrence promosi hasil inovasi diklat kepemimpinan,
Neuman, Social Research Methods: Qualitative sebagai berikut :
and Quantitative Approaches,(Needham 1. Jenis-jenis hasil inovasi yang telah
Heights, MA: Allyn& Bacon, 1997), hlm. 14 dihasilkan 83 peserta, yang terdiri dari
Asumsi Paradigmatik Penelitian peserta diklat kepemimpian tingkat III dan
Kualitatif dalam karya tulis ini dengan tingkat IV tahun 2015;
mendasarkan pada realitas bersifat subjektif 2.Hasil inovasi peserta diklat yang telah
dan ganda sebagaimana terlihat oleh partisipan dipromosikan, baik yang dilakukan oleh
dalam studi, Peneliti berinteraksi dengan yang peserta, penyelenggara dan coach.
diteliti, Sarat nilai dan bias, Informal, 3. Media media massa cetak, elektronik dan
Mengembangkan keputusan-keputusan alat publikasi hasil inovasi yang telah
Personal, Menggunakan bahasa kualitatif, digunakan untuk menyebarkan semangat
Proses induktif, Faktor-faktor dibentuk,secara kebaruan;
simultan, Desain 4. Deskripsi tentang hambatan dan dukungan
berkembangkategori,diidentifikasiselama yang dihadapi dan upaya mengatasinya
proses penelitian, Ikatan konteks, Pola dan teori dalam menyebar semangat kebaruan melalui
194
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
promosi hasil inovasi diklat kepemimpian. mencapai efektivitas dengan beralih dari satu
alat promosi ke alat promosi yang lain karena
Analisa Teoritik nilai capaiannya lebih baik, atau mungkin saja
Diseminasi (Bahasa Inggris: suatu perusahaan ingin mencapai tingkat
Dissemination) adalah suatu kegiatan yang penjualan tertentu dengan beragam bauran
ditujukan kepada kelompok target atau individu promosi.
agar mereka memperoleh informasi, timbul Dalam berpromosi ada beberapa hal yang
kesadaran, menerima, dan akhirnya diutamakan. Hal-haltersebut mencakup
memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi informasi mengenai apa yang dipromosikan
adalah proses penyebaran inovasi yang dengan meyakinkan atas kelebihan dari sebuah
direncanakan, diarahkan, dan produk, juga memiliki sifat mempengaruhi,
dikelola.Diseminasi merupakan tindak inovasi sehingga mendorong sasaran untuk mengenal
yang disusun menurut perencanaan yang atas produk yang dipromosikan adalah hal
matang, melalui diskusi atau forum lainnnya utamadalam melakukan kegiatan promosi.
yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat Promosi merupakan kegiatan promosi
kesepakatan untuk melaksanakan inovasi. dilakukan dalam rangka mempromosikan
Kata diseminasi memang jarang sebuah produk yang bersifat
digunakan dalam percakapan atau penulisan informatif,persuasif dan komersial.
sehari-hari. Kata diseminasi lebih banyak Dilihat dari deskripsi mengenai promosi yang
digunakan atau menjadi "jargon" di kalangan telah diuraikan, maka maksud dari promosi ini
akademis (perguruan tinggi), misalnya adalah suatu kegiatan dengan
"diseminasi hasil penelitian", atau di kalangan menginformasikan kepada khalayak mengenai
instansi pemerintah (birokrasi), misalnya produk yang disampaikan.
"diseminasi hasil pelatihan", yakni Kegiatan promosi memiliki tujuan tertentu
menyebarkan hasil atau materi pelatihan yang pada akhirnya dapat menyelesaikan
kepada pegawai/karyawan lain. permasalahan yang ada pada hal yang
Diseminasi secara khusus diartikan dipromosikan.
sebagai penyebarluasan informasi, pemikiran, Dalam buku Strategi Promosi Yang Kreatif
kebijakan, dan hasil penelitian. (Rangkuti,2009:51),ada empat tujuan dasar
Ada juga yang mendefinikan diseminasi dalam sebuah kegiatan promosi yakni;
sebagai "suatu kegiatan yang ditujukan kepada 1.Modifikasi Tingkah laku
kelompok target atau individu agar mereka Tujuan dari promosi ini merupakan usaha
memperoleh informasi, timbul kesadaran, mengubah tingkah laku dan isu-isu
menerima, dan akhirnya memanfaatkan didalam masyarakat tertentu, dari tidak
informasi tersebut. menerima produk menjadi setia terhadap
produk.
Teori Promosi 2.Memberitahu
Penjelasan mengenai arti promosi diantaranya Kegiatan ini memiliki sifat yang
adalah Philip Kotler (2002) mengemukakan informative kepada pasar mengenai produk
lima jenis promosi yang biasa disebut sebagai tersebut berkaitan dengan harga,kualitas,
bauran promosi adalah iklan (advertising), syarat pembeli, kegunaan, keistimewaan
penjualan tatap muka (personal selling), dan sebagainya.
Promosi penjualan (sales promotion), 3.Mempengaruhi
hubungan masyarakat (sosialization relation) Promosi ini dimaksudkan untuk memberi
dan publikasi (publlicity). Semua alat promosi pengaruh atau dorongan kepada pasar agar
ini bekerja sama untuk mencapai sasaran membeli produk yang dipromosikan.
komunikas, juga selalu mencari cara untuk bisa 4.Mengingatkan
195
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Hal ini ditujukan untuk mempertahankan Kemampuan administratif : persyaratan
suatu merk produk dihati masyarakat, agar administratif dasar dan elementary, Hubungan
produk bertahan dipasar secara terus antar pribadi : empati ; kemampuan
menerus. mengidentifikasi diri dengan orang lain,
berbagi perspektif dan perasaan.
Teori Inovasi Fungsi Agen Perubahan adalah sebagai mata
Hand Book Inovasi Administrasi Negara yang rantai komunikasi antar dua atau lebih sistem
diterbitkan Lembaga Administrasi Negara yang mempelopori dengan sistem sosial yang
(2014), inovasi bukan lagi alternatif tetapi menjadi klien dalam usaha perubahan.
menjadi jalan utama yang harus ditempuh Peranan Utama Widyaiswara sebagai
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Agen Perubahan yakni Katalisator :
daya saing nasional, dan meningkatkan menggerakkan masyarakat untuk melakukan
kesejahteraan bangsa. Inovasi merupakan kunci perubahan, Pemberi Pemecahan Persoalan :
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kreatif dan inovatif dalam mencari solusi,
daya saing nasional, dan meningkatkan Pembantu Proses Perubahan : Membantu
kesejahteraan bangsa. Pemecahan masalah, penyebaran inovasi,
Teori inovasi dikemukakan oleh Djamaludin memberikan petunjuk dalam hal :Merumuskan
Ancok dalam bukunya Psikologi kebutuhan, Mendioagnosa, Mendapatkan
Kepemimpinan & Inovasi (2007) sebagaimana sumber yang relevan, Menciptakan pemecahan
dikutib dalam Hand Book Inovasi Administrasi masalah, Merencanakan pentahapan
Negara (LAN,2014). Menurutnya, inovasi penyelesaian,Penghubung (linker) dengan
terdiri atas 8 jenis inovasi yakni proses, sumber-sumber yang berkaitan untuk
metode, teknologi, produk, konsep, struktur, pemecahan masalah
hubungan, pengembangan SDM dan jenis Dalam menjalankan peranannya
inovasi lainnya. kelompok Agen Perubahan berupa :Laten :
Peran yang tidak di nampakkan, Sebagai
Widyaiswara sebagai Agen Perubahan Pengembang Kepemimpinan, Penganalisa,
Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Pemberi Informasi, Penhubung, Organizer dan
Nasution (2014), agen perubahan dalam pemantap hasil. Manifest : Peran yang
orang/lembaga yang melaksanakan tugasnya kelihatan “ Dipermukaan” dilakukan secara
mewujudkan perubahan pada lingkungannya. sadar dan dipersiapkan sebelumnya yang
Mereka mempelopori, mengerakkan dan meliputi perannya sebagai pengerak (fungsi
menyebarluaskan proses perubahan. fasilitator, penganalisa, pengembang
Agen Perubahan berkewajiban untuk kepemimpinan), perantara ( Pemberi Informasi
mempromosikan agar yang lain paham dan dan Penhubung) dan penyelesai (Pengoranisir,
tahu atas rancanan perubahan yang telah evaluator dan penetap hasil).
disiapkan, selanjutnya menjelaskan agar yang Widyaiswara sebagai agen perubahan
lain berminat, mencari Informasi, memiliki tugas utama, yakni : Menumbuhkan
mendemonstrasikan dan melatih agar yang lain keinginan untuk melakukan perubahan,
mau mencoba. Sekaligus mambantu, melayani, Membina hubungan dalam rangka perubahan,
mendampingi agar yang lain bisa menerima Mendiagnosa permasalahan, Menciptakan
dan menjadi bagiannya. Kemudian secara keinginan perubahan, Menerjemahkan
perlahan menarik diri agar dilanjutkan yang keinginan perubahan menjadi tindakan nyata,
lain secara mandiri dan berkelanjutan. Menjaga kestabilan perubahan, Mencapai
Kualifikasi agen perubahan memiliki terminal target yang telah ditetapkan.
beberapa kualifikasi, antara lain : Kualifikasi Secara normatif yang mengatur tentang
teknis : tugas spesifik dari proyek perubahan, agen perubahan dapat mempedomani
196
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
PermenPAN dan RB No 27 Tahun 2014 contoh dan panutan dalam berperilaku yang
tentang Pedoman Pembangunan Agen mencerminkan integritas dan kinerja yang
Perubahan di Instansi Pemerintah, tinggi di lingkungan organisasinya.
bahwasannya diperlukan individu atau Individu yang ditunjuk sebagai Agen
kelompok anggota organisasi dari tingkat Perubahan bertanggung jawab untuk selalu
pimpinan sampai dengan pegawai untuk dapat mempromosikan dan menjalankan keteladanan
menggerakkan perubahan pada lingkungan mengenai peran tertentu yang berhubungan
kerjanya dan sekaligus dapat berperan sebagai dengan pelaksanaan peran, tugas dan fungsi
teladan (role model) bagi setiap individu yang menjadi tanggung jawabnya.
organisasi yang lain dalam berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai yang dianut organisasi. Hasil Analisa Subjek Kajian/Penelitian
Individu atau kelompok anggota ini disebut Praktik Implementasi Teori Promosi dan
dengan Agen Perubahan. Inovasi Peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat
Agen Perubahan adalah III dan Tingkat IV Tahun 2015, dapat disajikan
individu/kelompok terpilih yang menjadi (sebagian) sebagai berikut :
pelopor perubahan dan sekaligus dapat menjadi

Tabel 1 Diklat Kepemimpian Tingkat Iii Angkatan Xxxv (Apbd Prov Jatim),
Seminar 17 Nopember 2015

No Nama Jabatan/ Judul Proper Jenis Jenis Promosi


Instansi Inovasi
1 2 3 4 5 6
1. R. Biro Percepatan Teknologi Sosialisasi Indoor,
Henggar Administrasi Pelaksanaan Aplikasi Bimbingan Teknis
Sulistiarto, Pembangunan Pengadaan Sofware
SH, MM Setda Jatim Barang/Jasa melalui Lelang
Aplikasi Elektronik
Pengadaan
Langsung (E-PL)

2. Kartono UPT Pelabuhan Peningkatan Metode Sosialisasi Indoor,


Umar, Tamperan Pelayanan di UPT Perbaikan door to door
S.Pi, MAP Pacitan Pelabuhan Perikanan Kapal
Dinas Perikanan Tamperan Pacitan Nelayan
dan Kelautan melalui
Prov Jatim Pembangunan
Docking Kapal

3. Riyama Dinas Perikanan Program Sertifikasi Proses Sosialisasi indoor,


Budiawati dan Kelautan Cara Budidaya Ikan Layanan door to door
Prov Jatim Yang Baik (CBIB) Jemput bimbingan teknis,
melalui Layanan Bola spanduk, benner,
Jemput Bola leafet, media massa
cetak/koran

197
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
No Nama Jabatan/ Judul Proper Jenis Jenis Promosi
Instansi Inovasi
4. Endah UPT Peningkatan Kaji Teknologi Sosialisasi indoor,
Kristiarni Pengembangan Terap dan Aplikasi door to door
Budidata Laut Desiminasi Campuran bimbingan teknis,
Situbondo Teknologi Perikanan Pakan spanduk, benner,
Dinas Perikanan Budidaya Laut leafet,
dan Kelautan melalui Aplikasi
Prov Jatim Imunostimulan pada
Pakan Pembenihan
Ikan Kerapu Macan
5. Hari UPT Pembibitan Percepatan Metodolog Sosialisasi indoor,
Susilo, SP, Hortikultura Penjuangan Bibit i Bauran door to door
MP Dinas Pertanian Hortikultura melalui Pemasaran bimbingan teknis,
Prov Jatim Marketing Mix Produk spanduk, benner,
leafet, media massa
cetak/koran, radio,
pameran, web site
6 Fachrudin Dinas PU Program Penguatan Metode Sosialisasi indoor,
Pengairan Prov Tebing Tanggul Ramah door to door
Jatim Saluran Induk Lingkunga bimbingan teknis,
UPT Sungai Bondoyudo n
Pengelolaan Melalui Metode
Sumber Daya Vegetatif
Air di Lumajang (Penanaman Rumput
Vetiver)

7 Moch.Jusr Biro Program Revitalisasi Teknologi Sosialisasi in door


on, S.Sos, Administrasi Perpustakaan Aplikasi dan bimbingan
Msi Kesmas Setda Islamic Center Sofware teknis
Jatim Berbasis IT Perpusta-
kaan
8 Dra. Biro Humas dan Peningkatan Teknologi Sosialisasi in door
Endang Protokol Setda Kualitas Pelayanan Dokument dan bimbingan
Sekar Jatim Informasi Melalui asi dan teknis
Wulan, Penyebaran Kliping Informasi
MM Media Cetak kepada
SKPD dengan
Sistem Digiltalisasi

198
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
No Nama Jabatan/ Judul Proper Jenis Jenis Promosi
Instansi Inovasi
9 Imam UPT Program Promosi Proses Sosialisasi indoor,
Asy’ari, Laboratorium Layanan Jemput Layanan bimbingan teknis,
MT Uji Kualitas Air Bola Laboratorium Jemput spanduk, benner,
dan Mineral Dinas ESDM Bola leafet, gathering,
Dinas ESDM web site
Prov Jatim

Tabel 2 Diklat Kepemimpian Tingkat Iii Angkatan Xxxi (Kabupatan/Kota)


Seminar 6 Oktober 2015

No Nama Jabatan/Instansi Judul Proper Jenis Jenis Promosi


Inovasi
1 2 3 4 5 6
10 Amiruddin, Kecamatan 10 Menit Pelayanan Proses Sosialisasi indoor,
S.Sos, M.Si Proppo Adiministrasi layanan spanduk, banner
Kabupaten Terpadu Kecamatan Paten
Pamekasan (PATEN) dan Tanpa maks. 10
Biaya (Gratis) Menit

11 Sri Puja Badan Program Pelayanan Proses Sosialisasi indoor,


Astutik, SE Kepegawaian Administrasi layanan spanduk, banner
Daerah Kepegawaian Pegawai
Kabupaten Daerah Terpencil Terpencil
Pamekasan
12 Ulung Balitangda Penanganan Limbah Teknologi Sosialisasi indoor,
Sedjati Kabupaten Batik di Desa Tepat outdoor, spanduk,
Wirjawan, Pasuruan Klampar Kec Proppo Guna banner
ST Kab Pamekasan Limbah

13 Ir.Moh. Dinas Perikanan Teknologi Teknologi Sosialisasi indoor,


Istamam, dan Kelautan Geoisolator untuk Tepat outdoor, spanduk,
Msi Kabupaten Mewujudkan Guna banner
Pamekasan Swasembada Petani Pengolahan
Garam di Pamekasan Garam

199
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
No Nama Jabatan/Instansi Judul Proper Jenis Jenis Promosi
Inovasi
14 Arifani Dinas Program Extra Proses Sosialisasi indoor,
Yahya, SH Pendapatan, Service dalam Pelayanan outdoor, spanduk,
Pengelolaan rangka Percepatan Publik banner, Koran,
Keuangan dan Pencairan secara Mobil keliling,
Aset Kota Tunggakan Pajak Extra Konfrensi Pers
Mojokerto dan Bangunan di berupa
Kota Mojokerto pembebasa
n denda
administras
i
15 Dra. Ec. RSUD Ibnu Sina Smart Card Teknologi Sosialisasi indoor,
Anna Sri Kabupaten Pelayanan Kartu spanduk, bimbingan
Asih, M.Ak Gresik Kesehatan di RSUD Pembayara teknis
Ibnu Sina Kabupaten n
Gresik
16 Hidayatul Badan KB dan Mewujudkan Best Hubungan Sosialisasi indoor,
Muslimah, PP Practices Kelompok sumber spanduk
SKM, MM Kabupaten Bina Keluarga Balita daya secara
Gresik Holistik Integratif di holistik
Kabupaten Gresik integratif

17 Drs. Nur Badan Pelayanan Teknologi Sosialisasi indoor,


Hariyanto Kepegawaian Kepegawaian secara Aplikasi spanduk, bimbingan
Daerah Kota On Line Software teknis
Mojokerto on line
18 Moh. Kecamatan Implementasi Desa Metode Sosialisasi indoor,
Nadlelah, Manyar Model Penerapan penyusuna spanduk, bimbingan
SP, M.Si Kabupaten APBD Desa sesuai n APBD teknis
Gresik UU Desa Desa

19 dr. Dinas Kesehatan Menggali Potensi Hubungan Sosialisasi indoor,


Mukhibatul Kabupaten dan Partisipasi sumber door to door
Khusnah, Gresik Masyarakat dalam daya bimbingan teknis,
MM upaya Promosi pembentu- spanduk, benner,
Preventif kan leafet, media massa
Pengendalian kelompok cetak/koran, radio
Penyakit Tidak partisipatif
Menular

200
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 3 Diklat Kepemimpian Tingkat Iii Angkatan Xxxvii (Kota Pasuruan)
Seminar 1 Desember 2015

No Nama Jabatan/Insta Judul Proper Jenis Jenis Promosi


nsi Inovasi
1 2 3 4 5 6
20 Yudhi Bagian Hukum Penerbitan Produk Sosialisasi
Harnendr Setda Kota Peraturan Peraturan indoor, spanduk,
o, SH, Pasuruan Walikota Perundan bimbingan teknis
Msi Pasuruan Tentang g- legal drating
Pedoman undangan
Pembentukan Daerah
Peraturan
Walikota dan
Keputusan
Walikota
21 dr. Dinas Model Poliklinik Pembent Sosialisasi
Hendra Kesehatan Terpadu Empati ukan indoor, spanduk
Romodho Kota Pasuruan (Empat Upaya struktur
n Sehat Jiwa) di organ
Puskesmas Poliklinik
22 dr.Sudar RSUD Peningkatan Teknolog Sosialisasi indoor
manto dr.R.Soedarson Pelayanan RSUD i Aplikasi
o dr. R.Soedarsono Sofware
Kota Pasuruan melalui RS
Pengembangan
Sistem Informasi
Manajemen RS
23 Mansur, Dinas Pemuda Penyampaian Teknolog Sosialisasi
S.Pt Olah Raga dan Informasi Cagar i website indoor, spanduk,
Kebudayaan Budaya Berbasis banner, televisi,
Kota Pasuruan Menu/Kontain media masa
pada Website cetak/koran,
Pemerintah Kota leafet
Pasuruan
24 Imam Badan Percepatan Proses Teknolog Sosialisasi
Subekti, Penanaman Penyelesaian i Aplikasi indoor, spanduk,
S.Sos, Modal dan Perijinan melalui Software banner,
MM Pelayanan Software Aplikasi perijinan cetak/koran,
Perijinan Si-Cepat leafet
Terpadu Kota
Pasuruan

201
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
No Nama Jabatan/Insta Judul Proper Jenis Jenis Promosi
nsi Inovasi
25 Sunarno, Dinas Pemuda Penanganan Anak Hubunga Sosialisasi
SH Olah Raga dan Jalanan melalui n sumber indoor, spanduk
Kebudayaan Pendekatan daya
Kota Pasuruan Persuasif dan secara
Pendampingan persuasif
26 Fendi Dinas Fasilitasi Teknolog Sosialisasi
Krisdiyon Pendapatan Pembukuan dan i Aplikasi indoor, spanduk,
o, SP, MP Kota Pasuruan Pelaporan Software banner, door to
Pembayaran pembayar door, media masa
Pajak Restoran an pajak cetak/koran,
secara On Line di daerah on leafet
Kota Pasuruan line
27 Sri Rejeki Dinas Penyampaian Metode Spanduk, SMS,
Andayani Pendapatan Informasi Penyamp WA, Website,
, S.Sos Kota Pasutuan Pelayanan Bea aian Koran, Sosialisasi
Perolehan Hak Informasi indoor
atas Tanah dan Pajak
Bangunan Daerah
(BPHTB) melalui
Media Sosial
Masyarakat
28 dr.Shierly Dinas Pembentukan Pembetu Spanduk,
Marlena Kesehatan Pilot Project kan Sosalisasi indoor,
Kota Pasuruan Poliklinik struktur outdoor
Sanitasi di organ
Puskesmas Puskesm
as
29 Drs. Dinas Pemuda Peningkatan Metode Sosialisasi
Yohanes Olah Raga dan Peran Pemuda Worsksh outdoor, koran,
Kasirin, Kebudayaan dalam op plus spanduk
S.Pd, Kota Pasuruan Pembangunan aktualisas
MM melalui i nilai
Workshop kebangsa
Wawasan an
Pemuda pada
Siswa SLTA di
Kota Pasuruan

202
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 4 Diklat Kepemimpian Tingkat I Angkatan l (Nasional)
Seminar 29 Sep 2015

No Nama Jabatan/Insta Judul Proper Jenis Jenis Promosi


nsi Inovasi
1 2 3 4 5 6
30 Zulkifli, Inspektorat Peningkatan Sosialisasi indoor
Metode
S.Sos Provinsi Pelayanan Layanan
Kalimantan Konsultasi Online
Utara melalui Layanan
Online pada Blog
Inspektorat
Kaltara.Blogspot.
Com
31 Anang DPU dan TU Peningkatan Hubunga Sosialisasi indoor,
Dwi Provinsi Partisipasi n Sumber spanduk, banner,
Candra, Kalimantan Swasta/BUMN/B Daya door to door
ST Utara UMD dalam antar
Memaksimalkan Governan
Fungsi Ruang ce
Terbuka Hijau
Kota Tanjung
Selor melalui
Kemitraan
dengan DPU dan
TU Kaltara dan
Dinas Kebersihan
Pertamanan
Pemakaman PMK
Kabupaten
Bulungan
32 M. Bappeda Meningkatkan Proses Sosialisasi indoor
Faizal, Kabupaten Kualitas Layanan
ST Paser Prov Penyusunan sesuai
Kalimantan Anggaran melalui Juknis
Utara Juknis Sistem
Evaluasi
Perencanaan
Infrastruktur
33 Brimadi, DPU Kota Manual Operasi Proses Sosialisasi
ST Waringin Barat Pemeliharaan Pemeliha indoor, outdoor,
Jaringan raan spanduk, banner
Reklamasi Rawa sesuai
Pasang Surut Manual
Operasi

203
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
No Nama Jabatan/Insta Judul Proper Jenis Jenis Promosi
nsi Inovasi
34 Herman, Badan Penyusunan SOP Proses Sosialisasi
ST Lingkungan Pengelolaan Pengeloa indoor, outdoor,
Hidup Provinsi Barang dalam an spanduk, banner
Kalimantan rangka Barang
Utara Meningkatkan sesuai
Efektifitas SOP
Pengelolaan
Barang

Penerapan Teori Promosi Hal tersebut dilakukan untuk mencapai empat


Dalam teori promosi dikenal beberapa jenis tujuan dasar.
promosi, yakni jenis : 1.Modifikasi Tingkah laku
1.Iklan (advertising); 2.Memberitahu
2.Penjualan tatap muka (personal selling); 3.Mempengaruhi
3.Promosi penjualan (sales promotion); 4.Mengingatkan
4.Hubungan masyarakat (sosialization
relation); dan 5.Publikasi (publlicity).

Penerapan promosi/diseminasi yang dilakukan 83 peserta diklat :


NO JENIS PROMOSI JUMLAH % PERWUJUDAN
1 Iklan 2 2.4 Kolom Koran
2 Tatap Muka 12 14.4 Door to door
3 Penjualan 2 2.4 Pameran, pemesanan
4 Sosialisasi 43 51.9 Pertemuan
5 Publikasi 24 28.9 Televisi, radio, spanduk,
koran, website
JUMLAH 83 100%

Promosi yang dilakukan oleh peserta diklat Penerapan Teori Inovasi


kepemimpinan dilakukan secara berbauran Penerapan teori inovasi yang dilakukan peserta
antar jenis promosi, kemudian dilakukan yang diklat, sebagai berikut :
paling nampak dilakukan pemilihan dan
disesuaikan dengan kontensi proyek perubahan
yang dilakukan.

NO JENIS INOVASI JUMLAH % PERWUJUDAN


1 Proses 23 27.7 SOP, Pedoman
2 Metode 16 19.3 Jemput bola
3 Produk 1 1.2 Hasil
4 Konseptual -
5 Teknologi 27 32.5 Aplikasi
6 Struktur Organisasi 2 2.4 Penambahan organ

204
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
7 Hubungan 13 15.7 Pendampingan
8 Pengembangan SDM 1 1.2 Worskshop
9. Lainnya -
JUMLAH 83 100%

Inovasi yang dilakukan oleh peserta diklat berperan sebagai role model bagi setiap
kepemimpinan dilakukan secara berbauran individu organisasi dalam melakukan inovasi
antar jenis inovasi, kemudian dilakukan pembaharuan.
pemilihan yang paling nampak dilakukan dan Widyaiswara dan institusi lembaga kediklatan
disesuaikan dengan kontensi proyek perubahan sebagai agen perubahan berperanan untuk :
yang dilakukan. 1. Menggali ide-ide inovasi baik yang
berangkat dari permasalahan yang
dihadapinya.
SIMPULAN & SARAN 2. Merancang rencana aksi inovasi yang
komprehensif
Simpulan 3. Melaksanakan coaching inovasi secara
fokus dan konsisten
Pemimpin inovatif merupakan agen Perubahan 4. Menyampaikan display progres dan
yang dilakukan melalui laboratorium inovasi manfaat inovasi kepada stakeholder atau
yang betangkat dari individu atau kelompok lingkungannya .
anggota organisasi dari tingkat pimpinan Untuk mendukung peran tersebut, widyaiswara
sampai dengan staf yang dapat dapat hendaknya senantiasa :
menggerakan perubahan pada lingkungan 1. Mengembangkan pola berpikir yang positif,
kerjanya dan sekaligus dapat berperan sebagai kreatif, inovatif, rasional, dan objektif, baik
teladan bagi setiap individu organisasi yang didalam proses pembelajaran dikelas
lain dalam berperilaku sesuai dengan nilai-nilai maupun diluar kelas.
yang dianut organisasi. 2. Meningkatkan kompetensi kajian inovasi
Individu yang ditunjuk sebagai Agen dalam bentuk penulisan dan lisan yang
Perubahan bertanggung jawab untuk selalu relevan, memiliki wawasan, pengetahuan,
mempromosikan dan menjalankan keteladanan keahlian, dan keterampilan sesuai dengan
mengenai peran tertentu yang berhubungan perannya dalam mempromosikan inovasi
dengan program yang menjadi tanggung perubahan;
jawabnya. 3.Menyusun direktori inovasi sebagai
instrumen untuk menjaring inovasi secara
Saran lebih luas yang menyediakan bank data
(koleksi rujukan/ kebijakan/ pedoman/
Beranjak dari hasil identifikasi inovasi tersebut, model) inovasi pemerintahan yang
maka dapat dinyatakan bahwa salah satu faktor selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
penting penentu keberhasilan perubahan inisiasi, imitasi dan replikasi inovasi.
lingkungan suatu organisasi adalah adanya 4.Semakin beragam dalam mencari dan
komitmen dan keteladanan yang nyata dari menemukan jenis inovasi untuk melakukan
individu sebagai project leader. Project Leader perubahan instansional serta semakin
sebagai Agen Perubahan yang merupakan beragam cara dan insentif dalam melakukan
individu atau kelompok anggota organisasi dari promosi atas inovasi dan keberhasilan
tingkat pimpinan sampai dengan staf yang perubahan yang dilakukan
dapat dapat menggerakan perubahan pada Sementara untuk diklat sebagai lembaga agen
lingkungan kerjanya dan sekaligus dapat perubahan untuk dapat :
205
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
1.Senantiasa memberikan fasilitasi dan berbagai pameran, kompetisi, festival,
dorongan bagi pejabat fungsional promosi atas perubahan yang telah
widyaiswara, baik berupa sarana, prasarana, dilakukan selama proses kediklatan maupun
kesemaptan dan penganggaran. sesudahnya.
2. Memberikan ruang dan kesempatan atas
hasil proyek perubahan peserta diklat dalam

DAFTAR RUJUKAN Vol. 8, No. 1, hal. 1-22.

Ancok, Djamaludin. 2012. Psikologi Windrum, Paul. 2008, “Innovation and


Kepemimpinan & Inovasi. Jakarta: Entrepreneurship in Public Services”,
Erlangga. dalam Paul Windrum & Per Koch (eds).
Innovation in Public Sector Services:
Anthony, Scott D. 2013. The Little Black Book Entrepreneurship, Creativity &
of Innovation: Bagaimana Inovasi Management. Cheltenham &
Bekerja, Bagaimana Kita Melakukannya. Northampton, MA: Edward Elgar.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
W. Lawrence Neuman, Social Research
Bekkers, Victor, Jurian Edelenbos & Bram Methods: Qualitative and Quantitative
Steijn. 2011. Innovation in the Public Approaches,(Needham Heights, MA:
Sector: Linking Capacity and Leadership. Allyn& Bacon, 1997).
Hampshire & New York: Palgrave
Macmillan. John W. Creswell, Research Design:
Qualitative and Quantitative Approaches,
Denhardt, Janet V. & Robert B. Denhardt. (California: Sage Publications, Inc,
2007. The New Public Service: Serving, 1994), hlm. 5.
Not Steering (Expanded Edition).
Armonk, NY & London: M.E. Sharpe. Djamaludin, Ancok. 2012. Psikologi
Kepemimpinan & Inovasi. Jakarta:
O’Sullivan, David dan Lawrence Dooley. 2009. Erlangga.
Applying Innovation. Thousand Oaks,
CA: Sage. Handbook Inovasi Administrasi Negara, LAN
Raadschelders, Jos C.N. 2012. Public 2014, Penulis Tim Pusat Inovasi Tata
Administration: The Interdisciplinary Pemerintahan, Lembaga Administrasi
Study of Government. New York: Oxford Negara, Jakarta.
University Press.
PermenPAN dan Reformasi Birokrasi ( Permen
Vigoda, Eran. 2002. Public Administration: An PAN & RB ) Nomor 11 Tahun 2015
Interdisciplinary Critical Analysis. New tentang Road Map Reformasi Birokrasi
York: Marcel Dekker. 2015-2019.

___________. 2003. “Rethinking the Identity PermenPAN dan RB No 27 Tahun 2014


of Public Administration: tentang Pedoman Pembangunan Agen
Interdisciplinary Reflections and Perubahan di Instansi Pemerintah.
Thoughts on Managerial
Reconstruction”, Public Administration Peraturan Kepala Lembaga Administrasi
& Management: An Interactive Journal, Negara Nomor 19 Tahun 2015 Tentang
206
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Tentang Pedoman Penyelenggarjaan
Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Tingkat IV.
Negara Nomor 20 Tahun 2015.

207
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Dukungan Sosial Peer Group, Kontrol Diri
Dan Komitmen Mahasiswa Pada Tugas Perkuliahan Kewirausahaan

Tri Siwi Agustina


Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Airlangga
Email : agustina2772@gmail.com

Abstrak : Mata kuliah Kewirausahaan bertujuan memberikan wawasan mendalam dan pengalaman
langsung (first-hand experience) tentang bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan jiwa
kewirausahaan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dalam proses pembelajarannya, mahasiswa
wajib menyelesaikan suatu project bertema yang dikerjakan secara berkelompok. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui komitmen mahasiswa yang memprogram mata kuliah Kewirausahaan
pada tugas yang diperolehnya dengan melibatkan dukungan sosial peer group dan kontrol diri.
Penelitian dilakukan pada mahasiswa Program studi Manajemen semester 3 yang mengikuti Mata
Kuliah Kewirausahaan. Jumlah subyek yang terlibat dalam pengisian kuesioner penelitian ini adalah
150 orang. Penelitian dilakukan dalam periode akademik semester Genap 2015 / 2014. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa melibatkan dukungan sosial peer group dan kontrol diri secara
bersama – sama dapat mempengaruhi komitmen mahasiswa pada tugas perkuliahan Kewirausahaan.
Namun secara parsial didapatkan hasil yang berbeda dimana, dukungan sosial peer group dapat
mempengaruhi komitmen mahasiswa pada tugas perkuliahan Kewirausahaan., sedangkan control diri
tidak berpengaruh pada komitmen mahasiswa pada tugas perkuliahan Kewirausahaan.

Kata Kunci : Dukungan sosial peer group, Kontrol diri, Komitmen mahasiswa pada tugas
perkuliahan, mata kuliah Kewirausahaan.

Penelitian ini mengambil objek mahasiswa ditawarkan sebagai souvenir atau oleh-oleh
yang menempuh mata kuliah Kewirausahaan di khas Surabaya.
program studi Manajemen Fakultas Ekonomi Sekalipun dikerjakan secara
Universitas Airlangga. Mata kuliah berkelompok, tugas merancang ide hingga
Kewirausahaan bertujuan memberikan mewujudkan menjadi suatu produk yang
wawasan mendalam dan pengalaman langsung bernilai jual tentunya menuntut keterampilan
(first-hand experience) tentang bagaimana individu ,menuntut beban waktu yang tinggi
menumbuhkan dan mengembangkan jiwa serta komitmen individu yang tinggi untuk
kewirausahaan yang lekat dengan menghadapi menyelesaikannya agar dapat diselesaikan tepat
resiko, kreatif dan inovatif melalui waktu dan berkualitas.
perancangan dan pengelolaan produk baru. Tantangan lain dalam tugas yang
Berkaitan dengan hal tersebut, secara dikerjakan secara kelompok adalah munculnya
berkelompok, mahasiswa ditugaskan groupthink yaitu kecenderungan individu
mengerjakan suatu project untuk mendapatkan untuk mengurangi kontribusinya pada tugas
penilaian prestasi belajar. Pada semester ini, kelompok. Tuntutan untuk dapat menyesuaikan
mahasiswa peserta kuliah Kewirausahaan jadwal kerja pribadi dengan jadwal kerja
diminta merancang ide produk yang dapat kelompok. Kecenderungan untuk mengurangi
208
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kontribusi individu pada kelompok dapat tugas yang dituntut pada mata kuliah
berupa penundaan memulai pekerjaan, Kewirausahaan.
terlambatnya mengumpulkan tugas kelompok, Rumusan masalah yang diajukan pada
kurang mampu membuat skala prioritas penelitian ini adalah : (1) Apakah terdapat
pekerjaan antara tugas kelompok dengan tugas pengaruh dukungan sosial peer group dan
individu. Untuk mengatasi hal tersebut maka kontrol diri secara simultan pada Komitmen
kemampuan untuk mengendalikan diri (self Mahasiswa pada Tugas Perkuliahan ; (2)
control) sangat berperan. Apakah terdapat pengaruh dukungan sosial
Dukungan interpersonal yang positif dari peer group dan Kontrol Diri secara parsial pada
teman sebaya, pengaruh keluarga dan proses komitmen mahasiswa pada tugas perkuliahan
pembelajaran yang baik dapat meminimalkan Manfaat dari penelitian ini adalah : (1)
faktor – faktor penyebab kegagalan prestasi Mendapatkan gambaran tentang dukungan
belajar. (Santrock, 2007 : 167). Mahasiswa sosial peer group, kontrol diri dan komitmen
yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi mahasiswa pada tugas yang mengikuti mata
dari teman sebayanya (peer) akan merasa kuliah Kewirausahaan, (2) Memberikan
dirinya diterima, diperhatikan sehingga masukan pada dosen pengampu berikut
meningkatkan rasa harga diri mereka. perusahaan mitra departemen terhadap
Seseorang dengan harga diri tinggi cenderung pelaksanaan mata kuliah Kewirausahaan
memiliki kepercayaan diri, keyakinan diri sehingga dapat dilakukan metode pembelajaran
bahwa mereka menguasai situasi dan yang efektif bagi mahasiswa sebagai sarana
memberikan hasil yang positif, dalam hal ini pembelajaran serta menyusun langkah –
keyakinan diri dalam memenuhi tuntutan tugas langkah perbaikan pada pelaksanaan periode
mata kuliah. berikutnya.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat Kreitner dan Kinicki (2005)
diasumsikan bahwa jika mahasiswa peserta mendefinisikan sebagai “ Jumlah bantuan yang
mata kuliah Kewirausahaan mendapatkan dirasakan diperoleh dari hubungan sosial ”.
dukungan dari teman sebaya ( peer group) nya Saroson, et al (1987) “ Dukungan sosial dapat
dan kontrol diri yang kuat maka cenderung dianggap sebagai sesuatu keadaan yang
memiliki komitmen terhadap tugas dengan bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari
baik. Sebaliknya, jika mahasiswa tidak orang lain yang dapat dipercaya, dari keadaan
mendapatkan dukungan dari teman sebaya ( tersebut individu akan mengetahui bahwa
peer group) nya dan kontrol diri yang kuat orang lain memperhatikan, menghargai dan
maka cenderung berkurang komitmennya mencintainya”.
terhadap tugas mata kuliah Kewirausahaan Menurut Saroson, et al (1987)
dengan baik mengingat pada semester gasal ini dukungan sosial memiliki peranan penting
pada umumnya mahasiswa semester 3 juga untuk mencegah dari ancaman kesehatan
harus bertanggung jawab untuk mengikuti dan mental. Individu yang memiliki dukungan
menyelesaikan tugas – tugas mata kuliah lain sosial yang lebih kecil, lebih memungkinkan
selain mata kuliah Kewirausahaan. mengalami konsekuensi psikis yang negatif.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik Keuntungan individu yang memperoleh
membuktikan asumsi bahwa terdapat pengaruh dukungan sosial yang tinggi akan menjadi
dukungan sosial peer group, kontrol diri individu lebih optimis dalam menghadapi
terhadap komitmen mahasiswa pada tugas – kehidupan saat ini maupun masa yang akan
datang, lebih terampil dalam memenuhi

209
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kebutuhan psikologi dan memiliki sistem yang Kontrol diri diartikan oleh Kartono dan
lebih tinggi, serta tingkat kecemasan yang lebih Gulo (2003) sebagai mengatur sendiri tingkah
rendah, mempertinggi interpersonal skill laku yang dimiliki. Kontrol diri adalah
(keterampilan interpersonal), memiliki kemampuan untuk membimbing tingkah laku
kemampuan untuk mencapai apa yang sendiri dan kemampuan untuk menekan atau
diinginkan dan lebih dapat membimbing merintangi impuls – impuls atau tingkah laku
individu untuk beradaptasi dengan stres. House impulsif (Chaplin, 2005).
dalam Daalen, Willemsen dan Sanders (2006) Thompson dalam Smet (1994)
berpendapat bahwa terdapat empat aspek mengatakan bahwa seseorang merasa memiliki
dukungan sosial yaitu dukungan emosional, kontrol diri ketika mereka mampu mengenal
dukungan instrumental, dukungan informatif apa yang dapat dan tidak dapat dipengaruhi
dan dukungan penilaian. lewat tindakan pribadi dalam sebuah situasi,
Teman sebaya (peer) yang dimaksud ketika mereka memfokuskan pada bagian yang
adalah adalah anak – anak atau remaja yang dapat dikontrol lewat tindakan pribadi, dan
memilik usia atau tingkat kematangan yang ketika mereka yakin bahwa mereka memiliki
kurang lebih sama ( Santrock, 2007). kemampuan agar supaya berperilaku dengan
Hubungan pribadi yang berkualitas sukses. Rodin (dalam Sarafino, 1990)
memberikan stabilitas, keercayaan dan mengatakan bahwa kontrol diri merupakan
perhatian dapat meningkatkan rasa kemampuan seseorang untuk membuat
kepemilikan, harga diri dan penerimaan diri keputusan dan mengambil langkah - langkah
siswa, serta memberika suasana positif untuk yang efektif untuk mendapatkan hasil yang
pembelajaran. Di masa remaja, kelompok diinginkan dan menghindari hasil yang
teman sebaya memiliki peran yang sangat diinginkan.
pening bagi perkembangan remaja baik secara Averill (dalam Sarafino, 1990)
emosional maupun secara sosial. Burchmester mengungkapkan beberapa aspek yang terdapat
dalam Papalia (2008) menyatakan bahwa dalam kontrol diri meliputi aspek kontrol
kelompok teman sebaya merupakan sumber perilaku (behavioral control) , aspek kontrol
afeksi, simpati, pemahaman dan panduan stimulus (cognitive control), aspek kontrol
moral, tempat bereksperimen dan setting untuk peristiwa (informational control), aspek konrol
mendapatkan otonomi dan independensi dari retrospektif (retrospective control) dan aspek
orang tua. kontrol keputusan (decision control).
Calhoun dan Acocella (1995) Pendapat lain diungkapkan oleh
mendefinisikan kontrol diri sebagai pengaruh Tangney, Bauneister dan Boone (2004) yang
seseorang terhadap , dan peraturan tentang mengusulkan bahwa self-control terdiri dari
fisiknya, tingkah lakunya dan proses – proses lima aspek berikut : Self-discipline,
psikologisnya. Kemudian Averill (dalam Deliberate/non impulsive, Healthy habit, Work
Sarafino, 1990) mendefinisikan kontrol diri ethic, Realibility,.
sebagai variabel psikologis yang mencakup Komitmen pada tugas (task
kemampuan individu untuk memodifikasi commitment) didefinisikan oleh Sutisna (2010 :
perilaku, kemampuan individu dalam 58) sebagai suatu energi dalam individu untuk
mengelola informasi yang tidak diinginkan, dan tekun dan ulet dalam mengerjakan tugasnya
kemampuan individu utuk memilih suatu meskipun mengalami macam – macam
tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini. rintangan dalam menyelesaikan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya karena individu

210
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut Berkembangnya remaja menuju
atas kehendak sendiri. kedewasaan, menjadikan remaja harus
Menurut Renzulli (2005 : 8) komitmen berhadapan dengan lingkungan masyarakat
pada tugas (task commitment) merupakan suatu yang lebih luas. Namun ketika sisi originalitas
bentuk yang lebih halus dari motivasi. Apabila remaja timbul, hal pertama yang ditunjukkan
motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu remaja adalah adanya penolakan batin dari
proses energi umum yang merupakan faktor remaja, meski beberapa remaja pada akhirnya
pemicu pada organisme, tanggung jawab energi tetap melaksanakan aturan sesuai norma yang
tersebut ditampilkan pada tugas tertentu yang berlaku (Monks, dkk 2006). Dalam kontes
lebih spesifik. Dalam hal ini, tugas tertentu penelitian ini, konflik yang timbul dari adanya
yang spesifik adalah tugas – tugas pada mata pertentangan antara harapan pribadi remaja
kuliah Kewirausahaan yang diterima oleh dengan kenyataan dalam masyarakat ini
mahasiswa. berpotensi menimbulkan penurunan komitmen
Motivasi yang terlibat hanya dalam satu terhadap penyelesaian tugas.
kegiatan terutama untuk kepentingan diri Mengacu pada pendapat Eisenberger,
sendiri disebut dengan Motivasi Intrinsik. dkk (2001), dalam usaha pembentukan pribadi
Ketika seseorang merasa, baik penentuan diri yang memiliki tanggung jawab maka
maupun kompetensi dalam mengerjakan tugas. diperlukan kehadiran orang lain dalam
Motivasi instrinsik muncul dan mengarah pada memberikan dukungan yang positif. Wade
suatu tindakan. Amabile dalam Renzulli (2005 dalam Tavris (2007) menjelaskan bahwa ketika
: 19) menyatakan bahwa individu yang subjek bekerja dengan teman – teman dekatnya
memiliki komitmen pada tugas (Task atau berada pada lingkungan yang sama dengan
Commitment) merupakan hasil dari efek peer group, maka biasanya subyek akan
sinergis antara motivasi ekstrinsik dan motivasi melakukan apa yang dilakukan pula oleh teman
intrinsik. – temannya.
Komitmen pada tugas (Task Pada masa remaja, individu seringkali
Commitment) dapat digambarkan sebagai menghadapi benturan antara tuntutan diri dan
ketekunan, keuletan, kerja keras, latihan terus tuntutan lingkungan. Konflik berupa benturan
menerus, percaya diri, dan suatu keyakinan dari antara tuntutan lingkungan dengan kebutuhan
kemampuan seeorang untuk menyelesaikan dalam diri remaja ini akan menimbulkan emosi
pekerjaan penting (Renzulli (2005 :4). Menurut – emosi negatif. Remaja dengan kontrol diri
Fahruddin (2010 : 12) ciri – ciri siswa yang yang rendah akan cenderung sulit mencari
memiliki Komitmen pada tugas (Task pemecahan masalah dan cenderung mengambil
Commitment) yang tinggi adalah : (a) tangguh jalan pintas yang berujung pada berkurangnya
dan ulet (tidak mudah menyerah), (b) mandiri komitmen dalam menyelesaikan tugas –
dan bertanggung jawab, (c) menetapkan tujuan tugasnya. Synder dan Gangestad (Zulkarnain,
aspirasi yang realistis dengan resiko sedang, (d) 2002) mengungkapkan bahwa konsep
suka belajar dan mempunyai orientasi pada mengenai kontrol diri secara langsung sangat
tugas yang tinggi, (e) berkonsentrasi baik (f) relevan untuk melihat hubungan antara pribadi
mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri (g) dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur
mempunyai hasrat untuk bekerja sebaik – kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat
baiknya, (h) mempunyai hasrat untuk berhasil situasional dalam bersikap dan berpendirian
dalam bidang akademis. yang efektif. Berdasarkan pemaparan tersebut

211
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
diatas, dapat diturunkan hipotesis sebagai H2 : Dukungan sosial peer group dan
berikut : Kontrol Diri berpengaruh secara
H1 : Dukungan sosial peer group dan parsial pada Komitmen Mahasiswa
Kontrol Diri berpengaruh secara pada Tugas Perkuliahan
simultan pada Komitmen Mahasiswa
pada Tugas Perkuliahan

DUKUNGAN
SOSIAL PEER
GROUP KOMITMEN PADA
TUGAS

KONTROL DIRI

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

METODE mengerjakan tugas kelompok meskipun


mengalami macam – macam rintangan dalam
Dukungan sosial peer group dalam penelitian menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung
merupakan variabel bebas pertama (X1) jawabnya karena individu telah mengikatkan
didefinisikan sebagai bentuk dukungan yang diri terhadap tugas tersebut.
dapat berupa emosi, informasi, penghargaan Subyek dalam penelitian ini adalah
dan materi yang diberikan oleh teman sebaya mahasiswa Program studi Manajemen semester
(peer) dalam satu kelompok pada mahasiswa 3 yang mengikuti Mata Kuliah Kewirausahaan.
yang mengikuti mata kuliah Kewirausahaan. Jumlah subyek yang terlibat dalam pengisian
Kontrol Diri dalam penelitian kuesioner penelitian ini adalah 150 orang.
merupakan variabel bebas kedua (X2) Penelitian dilakukan dalam periode akademik
didefinisikan sebagai kemampuan mahasiswa semester Genap 2015 / 2014.
yang mengikuti mata kuliah kewirausahaan Data dikumpulkan dengan menggunakan
secara individu mengendalikan diri dalam kuesioner dan dilengkapi dengan tanya jawab
menentukan prioritas yang telah dibuat dan dalam kurun waktu 4 bulan. Teknik
mengarahkan perilakunya ke arah yang positif pengumpulan data menggunakan skala Likert
dengan memperhitungkan konsekuensi jangka atas tanggapan responden terhadap pernyataan
panjang terkait bidang akademik. Aspek Dukungan Sosial Peer Group (didasarkan pada
kontrol diri yang diacu dalam penelitian ini teori bentuk dukungan sosial dari House (dalam
adalah aspek kontrol diri yang dijelaskan oleh Smet, 1994), Kontrol Diri (yang didasarkan
Tangney, Bauneister dan Boone (2004). pada aspek kontrol diri oleh Tangney,
Komitmen Terhadap Tugas dalam Bauneister dan Boone) dan Komitmen pada
penelitian merupakan variabel terikat (Y) Tugas ( didasarkan pada Renzulli, 1978) . Skor
adalah : suatu energi dalam diri mahasiswa untuk tiap –tiap item bergerak dari 1 – 5
yang mengikuti mata kuliah Kewirausahaan dengan memperhatikan sifat item favorable
secara individu untuk tekun dan ulet dalam hingga un-favorable
212
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Uji validitas internal dalam penelitian ini perempuan 43 orang. Sedangkan dari sisi usia
menggunakan teknik korelasi product moment responden berada pada rentang 19 tahun hingga
Pearson. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan lebih dari 21 tahun, dengan komposisi 19 tahun
dengan menggunakan formula Alpha (63 orang), 20 tahun (35 orang), 21 tahun (3
Cronbach. Metode yang digunakan untuk orang) dan lebih dari 21 tahun (2 orang).
menganalisis data pada penelitian ini adalah Ditinjau dari status memprogram mata kuliah
metode analisis statistik dengan menggunakan Kewirausahaan mayoritas (98 orang) berstatus
analisis regresi berganda. BARU dan sisanya (5 orang) berstatus
ULANG.

HASIL & PEMBAHASAN Hasil uji simultan dengan uji F adalah sebagai
berikut:
Responden pada penelitian ini berjumlah 103
orang dengan rincian laki-laki 60 orang dan

Tabel 1 Hasil Uji F


ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .044 2 4.522 25.185 .000a
Residual 17. 56 100 .180
Total 27.000 102
a. Predictors: (Constant), Kontrol Diri, Dukungan Sosial
b. Dependent Variable: Komitmen

Dari hasil uji F diketahui bahwa kontrol diri secara bersama-sama memiliki
pengaruh simultan antara dukungan sosial dan pengaruh yang signifikan terhadap komitmen
kontrol diri terhadap komitmen diperoleh nilai mahasiswa menjalankan tugas kelompok. Hasil
F hitung 25.185 dengan nilai signifikansi 0.000 uji parsial dengan uji t adalah sebagai berikut :
yang berarti bahwa dukungan sosial dan

Tabel 2 Hasil Uji t

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.660 .334 4. 74 .000
Dukungan Sosial .4 0 .0 4 .502 5.226 .000
Kontrol Diri .108 .082 .126 1.316 .1 1
a. Dependent Variable: Komitmen

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa diperoleh nilai t hitung 5.226 dengan nilai
pengaruh antara dukungan sosial terhadap signifikansi 0.000 yang berarti bahwa
komitmen menjalankan tugas kelompok dukungan sosial memiliki pengaruh yang
213
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
signifikan terhadap komitmen mahasiswa tinggi komitmennya pada tugas, demikian pula
menjalankan tugas kelompok. sebaliknya apabila dukungan sosial dari peer
Berdasarkan hasil olah statistik uji F, groupnya pada mahasiswa berkurang, maka
dapat diketahui bahwa hipotesis yang komitmennya pada tugas juga akan berkurang.
menyatakan bahwa terdapat pengaruh Adanya dukungan tersebut menjadikan remaja
dukungan sosial peer group dan kontrol diri merasa nyaman dalam kelompoknya, mereka
secara bersama-sama terhadap komitmen bebas mengeluarkan pendapat dan perasaan
mahasiswa menjalankan tugas kelompok nya atau mengurangi kecemasan pada rekan
terbukti atau dapat diterima. Individu yang sebayanya dalam menghadapi tugas yang
mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari dihadapinya. Sebenarnya dalam membentuk
peer group-nya disertai dengan kontrol diri perilaku remaja dukungan orang tua juga
yang tinggi akan cukup memiliki komitmen berperan penting, namun karena dalam hal ini
terhadap penyelesaian tugas kelompok mata berkaitan dengan penyelesaian tugas mata
kuliah Kewirausahaan. kuliah yang sama – sama dihadapi oleh rekan
Hipotesis kedua yang menyatakan sebaya nya yang merupakan rekan satu
bahwa terdapat pengaruh dukungan sosial peer kelompok, maka perasaan nyaman, perasaan
group dan kontrol diri secara parsial terhadap senasib tersebut mereka rasakan ketika
komitmen mahasiswa menjalankan tugas mendapatkan dukungan dari rekan sebayanya
kelompok tidak dapat terbukti atau tidak dapat dalam satu kelompok.
diterima sepenuhnya, karena berdasarkan hasil Hasil lain yang dapat dilihat pada Tabel
uji t, hanya dukungan sosial peer group yang 3.2 juga dapat diketahui bahwa pengaruh
memiliki pengaruh pada komitmen mahasiswa kontrol diri terhadap komitmen menjalankan
untuk menyelesaikan tugas kelompok mata tugas kelompok menunjukkan nilai t hitung
kuliah Kewirausahaan. Hal ini disebabkan 1.316 dengan nilai signifikansi 0.191 yang
karakteristik remaja yang masih membutuhkan berarti bahwa kontrol diri tidak memiliki
dukungan orang lain sebagai bentuk pemberian pengaruh yang signifikan terhadap komitmen
motivasi yang dapat memperkuat perilaku mahasiswa menjalankan tugas kelompok.
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas. Berdasarkan definisi operasional yang
Dukungan dalam hal ini adalah dukungan telah disebutkan dibagian sebelumnya, kontrol
emosional, material dan instrumental yang diri didefinisikan sebagai kemampuan
diberikan oleh rekan sebaya nya di luar mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
dukungan orang tua. kewirausahaan secara individu mengendalikan
Hasil uji t pada Tabel 2 menunjukkan diri dalam menentukan prioritas yang telah
bahwa secara parsial dukungan sosial peer dibuat dan mengarahkan perilakunya ke arah
group memiliki nilai korelasi yang lebih tinggi yang positif dengan memperhitungkan
daripada kontrol diri, hal ini dapat dimaknai konsekuensi jangka panjang terkait bidang
bahwa dukungan sosial peer group yang berupa akademik. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa
dukungan emosional, instrumental dan material sekalipun kontrol diri yang dimiliki mahasiswa
memiliki fungsi yang lebih besar dalam yang mengambil mata kuliah Kewirausahaan
mengarahkan komitmen mahasiswa tergolong tinggi, yang artinya mereka memiliki
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah kendali yang tinggi dalam mengontrol situasi
Kewirausahaan. yang tidak sesuai dengan harapan nya namun
Semakin tinggi dukungan sosial yang hal tersebut tidak memiliki pengaruh pada
diterima dari peer groupnya, maka semakin

214
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
komitmen menyelesaikan tugas mata kuliah pengaruh simultan dari dukungan sosial peer
Kewirausahaan. group dan kontrol diri terhadap komitmen tugas
Analisis lain yang dapat didasarkan pada mahasiswa ; (2) terdapat pengaruh secara
pada Tabel 3.2 , diketahui bahwa dukungan parsial dari dukungan sosial peer group
sosial peer group memiliki nilai korelasi yang terhadap komitmen tugas pada mahasiswa,
lebih tinggi daripada kontrol diri, hal ini dapat namun tidak disertai dengan pengaruh parsial
dimaknai bahwa dukungan sosial peer group kontrol diri terhadap komitmen tugas pada
yang berupa dukungan emosional, instrumental mahasiswa.
dan material memiliki fungsi yang lebih besar
dalam mengarahkan komitmen mahasiswa Saran
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Mahasiswa semester 3 umumnya berada pada
Kewirausahaan. rentang usia remaja yaitu 19 tahun yang
Semakin tinggi dukungan sosial yang merupakan masa peralihan, perubahan yang
diterima dari peer groupnya, maka semakin terjadi di masa remaja akan mempengaruhi
tinggi komitmennya pada tugas, demikian pula perilaku remaja sehingga mengakibatkan
sebaliknya apabila dukungan sosial dari peer mereka melakukan penilaian kembali terhadap
groupnya pada mahasiswa berkurang, maka penyesuaian diri terutama dalam melaksanakan
komitmennya pada tugas juga akan berkurang. tugas – tugas perkuliahan yang dilaluinya
Adanya dukungan tersebut menjadikan remaja sebagai remaja. Proses penyesuaian
merasa nyaman dalam kelompoknya, mereka membutuhkan dukungan sosial peer group
bebas mengeluarkan pendapat dan perasaan karena mereka akan merasa nyaman, bebas
nya atau mengurangi kecemasan pada rekan menyampaikan pendapat serta dapat berbagi
sebayanya dalam menghadapi tugas yang dengan peer-grupnya dalam menghadapi
dihadapinya. Sebenarnya dalam membentuk tuntutan tugas perkuliahan yang mereka hadapi.
perilaku remaja dukungan orang tua juga Oleh karena itu, untuk meningkatkan komitmen
berperan penting, namun karena dalam hal ini mahasiswa terhadap tugas perkuliahan,
berkaitan dengan penyelesaian tugas mata pembentukan kelompok dinilai efektif untuk
kuliah yang sama – sama dihadapi oleh rekan dilakukan dan dapat dilanjutkan.
sebaya nya yang merupakan rekan satu Untuk meningkatkan komitmen pada
kelompok, maka perasaan nyaman, perasaan tugas yang dikerjakan secara berkelompok,
senasib tersebut mereka rasakan ketika perlu adanya disepakati adanya norma – norma
mendapatkan dukungan dari rekan sebayanya kelompok agar masing-masing individu dalam
dalam satu kelompok. kelompok memiliki tanggung jawab terhadap
kelompoknya dan merasa dirinya memiliki arti
SIMPULAN penting dalam kelompok serta menghindari
terjadinya free rider ataupun groupthink dalam
Simpulan kelompok.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan
pembahasan disimpulkan bahwa : (1) terdapat

215
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN Perkembangan), Jakarta, Kencana
Prenada Media Group.
Calhoun, James F dan Acocella, J.R. 1995.
Psikologi Tentang Penyesuaian dan Renzulli, J.S., ,1978, The three ring concept of
Hubungan Kemanusiaan (terjemahan RS giftedness : A development model for
Satmoko). Semarang: IKIP Semarang promoting creative productivity, Diunduh
Press. pada 19 April 2014, dari
www.gifted.uconn.edu.
Daalen G.V., Willemsen T.M., & Sanders K.,
2006, Reducing Work Family Conflict Renzulli, J.S. 2003, Conception of giftedness
through Different Sources of Social and its relationship to the development of
Support, Journal of Vocational Behavior, social capital. In N Colangelo & G.A
Vol. 69, pp. 462 – 476. davis (Eds), Handbook of gifted
education (3rd ed.,pp 75 – 87) Boston :
Eisenberger, N.I.,Carrie, L.M., Pfeiffer, J.H., Allyn & Bacon.
Dapretto M., Witnessing Peer Rejection
durng early adolescence : Nerual Santrock, J.W.,2007, Psikologi Pendidikan,
Corelates of Empathy for Experience of Terjemahan : Wibowo, T., Jakarta,
Social Exclussion. Kencana Prenada Media Group.

Gibson, James L; John Ivancevich & James H. Sarason, I.G., Saroson B.R, Shearin E.H., &
Donnely, Jr. , 2005, Organisasi, Jilid 1, Pierce, G.R.,1987, A Brief Measure Of
Terjemahan, Penerbit Binarupa Aksara, Social Support : Practical And
Tangerang. Theoretical Implications, Journal of
Social and Personal Relationship, Vl. 4,
Ivancevich, John M; Konopaske R., & hal. 497 – 510.
Matteson. M, 2007, Perilaku dan
Manajemen Organisasi, Terjemahan Smet, B.,1994, Psikologi Kesehatan, Jakarta,
Gina Gania, Penerbit Erlangga, Jakarta Gramedia.
Kreitner, R. & Kinicki A., 2005, Perilaku Wade C and Tavris D., 1993., Psychology
Organisasi, Edisi 5, Buku 2, Terjemahan (3rd,ed) NY Harper Collins College.
Erly Suandy, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta. Nazir, 2005, Metode Penelitian, Bogor, Ghalia
Indonesia.
Papalia D.E, Ols.,SW.,& Feldman, R.D., 2008,
Human Development, (Psikologi

216
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Peran Locus Of Control, Kebutuhan Berprestasi Dan
Entrepreneurship Dalam Mencapai Keunggulan Kompetitf
Usaha Kecil Dan Menengah(Ukm) Kabupaten Bangkalan

S Anugrahini Irawati
Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura
Email : s_anugrahin@yahoo.co.id

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ciri-ciri kepribadian (locus ofcontrol),
kebutuhan berprestasi dan enterprenurship mencapai keunggulan kompetitifUsaha Kecil dan
menengah (UKM). Jumlah responden sebanyak 36 orang, sedangkan hasil penelitian ini dapat
diketahui bahwa: 1. Pada Internal locus of control ditemukan bahwa, sebagian besar dari responden
percaya pada penentuan kemampuan diri sendiri; percaya pada kontrol atas rencana sendiri; percaya
pada kontrol atas kehidupan sendiri; percaya pada kesuksesan karena kemampuan dan keterampilan
sendiri; dan percaya pada perlindungan ataskepentingan diri sendiri; 2. Pada kebutuhan untuk
berprestasi, menyatakan bahwa: sebagian besar respondenmenikmati dalam melakukan pekerjaan
yang menantang, sebagian besar dari respondenmenyatakan tetap melakukan pekerjaannya meskipun
orang lain telah menyerah, dansenang melakukan pekerjaan yang menantang, dan sebagian besar
respondenmenyatakan menikmati pekerjaannya; 3. Bagi pengusaaha perlu diperkuat jiwa
entrepreneurship agar dapat memperkuat ciri-ciri kepribadian dan kebutuhan berprestasi sangat
penting untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi UKM Kabupaten Bangkalan.

Kata Kunci : kebutuhan untuk berprestasi, locus of control internal, pengusaha, UKM

Penelitian kewirausahaan seringkali sebagaipembelajaran penting yang diajarkan


mengangkat masalah ciri-ciri padasebagian besar studi kewirausahaan.Akan
kepribadian,terutama pada usaha-usaha tetapi, beberapa temuan empiris menyebabkan
kecil(UKM), karena merupakan halyang kegagalan untukmenyimpulkan peran ciri-ciri
penting dan berpengaruh secara menyeluruh. kepribadian dalambidang kewirausahaan.
Namundemikian terdapat inkonsistensi antara Beberapa alasan telah diutarakan
teori dengantemuan empiris mengenai studi untukmeyakinkan ciri-ciri kepribadian
ciri-cirikepribadian pada akhir 1980, dalamstudi kewirausahaan yang
yangmenyebabkan adanya rekomendasi meliputi,inkonsistensi pengertian pengusaha
untukmengganti minat peneliti padapendekatan dankewirausahaan, serta
yang lebih berorientasi pada permasalahankonsistensi internal dari konsep
perilakulebihproduktif. Kurangnya dukungan yangdigunakan dalam penelitian yang
empiris akan membawa dampak terhadap berbeda.Oleh karenanya, penelitian ini
kepentinganpenelitian dengan pendekatan yang bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek
lebih peka terhadap lingkungan dan menolak yangmengasosiasikan ukuran hasil
konsep ciri-cirikepribadian.Keadaan ini tidak yangdigunakan dalam ciri-ciri kepribadian
membatasimasalah ciri-ciri kepribadian dankebutuhan untuk berprestasi dalam
dalampenelitian kewirausahaan. Penelitian mencapai keunggulan kompetitif. Secara
tentang ciri-ciri kepribadian tetap umum ciri kepribadian dapat diterapkanpada
217
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
studi kewirausahaan adalah mempercayaibahwa perilaku kerja dan
untukmengasosiasikan ciri-ciri keberhasilantugas lebih dikarenakan faktor
kepribadiandengan kinerja perusahaan. Pada di luar diriyaitu organisasi.Locus of control
berbagaistudi telah digunakan berbagai merupakan salah satuvariabel kepribadian
langkahyang berbeda untuk kinerja (personality), yangdidefinisikan sebagai
perusahaan.Litunan & Storhammar keyakinan individuterhadap mampu
menggunakan dalampertumbuhan perusahaan, tidaknya mengontrol nasib(destiny) sendiri
profit marginperusahaan, dan penilaian (Kreitner dan Kinicki, 2005:108).
keberhasilan diripengusaha pada keberhasilan Sedangkan Lokus kendali sebagai tingkat
perusahaan. dimanaindividu yakin bahwa mereka
Lee dan Tsang mengukur kinerjaperusahaan adalahpenentu nasib mereka sendiri.
melalui pertumbuhan usaha,sedangkan Jaafar Internaladalah individu yang yakin bahwa
dan Azis mengukur kinerjaperusahaan dengan merekamerupakan pemegang kendali atas
menggunakan kinerjasecara keseluruhan. apapunyang terjadi pada diri mereka,
Berdasarkan i beberapa studitersebut maka sedangkaneksternal adalah individu yang
terlihat adanya ketidak konsistenan hasil yang yakin bahwaapapun yang terjadi pada diri
dicapai.Isu yang lebih penting adalah merekadikendalikan oleh kekuatan luar
akurasipengukuran kinerja perusahaan pada sepertikeberuntungan dan kesempatan
dayasaing aktual perusahaan. Permasalahan (Robbins &Judge, 2007:79).Kreitner dan
ciri-cirikepribadian ini disebabkan karena hal Kinichi (2005:112)menyatakan bahwa hasil
yang berkaitan dengan ciricirikepribadian atau yang dicapai locusof control internal
karena ketidaktelitianvariabel dependen yang dianggap berasal dariaktifitas dirinya.
ditetapkan. Oleh karena itupenting untuk Sedangkan pada individulocus of control
meneliti fenomena ini danmengusulkan eksternal menganggapbahwa keberhasilan
penggunaan pandanganberbasis sumber daya di yang dicapai dikontroldari keadaan
dalam manajemenstrategis untuk mempelajari sekitarnya. Seseorang yangmempunyai
peran ciri-cirikepribadian dalam internal locus of control akanmemandang
menghasilkankeunggulan kompetitif dunia sebagai sesuatu yangdapat
perusahaan kecil danmenengah (UKM). diramalkan, dan perilaku individuturut
berperan di dalamnya. Pada individuyang
Locus of Control (Lokus Kendali) mempunyai external locus of controlakan
memandang dunia sebagai sesuatuyang
Locus of control adalah istilah yang tidak dapat diramalkan, demikian jugadalam
digunakan untuk mengacu kepada persepsi mencapai tujuan sehingga perilakuindividu
individu tentang pengendalian pribadi, tidak akan mempunyai peran didalamnya.
khususnya berkaitan dengan kontrol atas hasil- Individu yang mempunyaiexternal locus of
hasil yang penting. Sedangkan control diidentifikasikanlebih banyak
Lokuspengendalian ini terbagi menjadi dua menyandarkan harapannyauntuk bergantung
bagian yaitu : pada orang lain dan lebihbanyak mencari
1. Lokus pengendalian internal dan memilih situasi yangmenguntungkan.
yangmencirikan seseorang memiliki Sementara itu individuyang mempunyai
keyakinanbahwa mereka bertanggung jawab internal locus of controldiidentifikasikan
atasperilaku kerja mereka pada organisasi. lebih banyakmenyandarkan harapannya
2. lokus pengendalian eksternal pada diri sendiridan diidentifikasikan juga
yangmencirikan individu yang lebih menyenangikeahlian-keahlian
218
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dibandingkan hanya padasituasi yang diselesaikan dengan efektif. Parapemimpin
menguntungkan. yang efektif memberdayakanorang lain yang
menggunakan kekuatanitu untuk
Pendekatan Tiga Kebutuhan memberlakukan dan menjadivisi pemimpin
dariMcClelland bagi organisasi tau perushaan yang
Pendekatan McClelland dipimpinya.
(1961:215),mengidentifikasi tiga kebutuhan
penting ditempat kerja. Kebutuhan ini dapat b. Kebutuhan Berprestasi (Nach)
dilihatdari berbagai cara yaitu: Prestasi internal biasanya dapat dilihat
bagaimana seseorang mencapai tujuan yang
a. Kebutuhan kekuasaan (nPO ). menantang,membuat rekor baru,
Setiap manusia pada dasarnya mempunyai berhasilmenyelesaikan tugas yang sulit,
keiginan untuk menguasai seberapapun danmelakukan sesuatu yang tidak
volume yang dimiliki.. seperti halnya Yukl dilakukansebelumnya. Berprestasi tinggi
(1989:76) menelaah hasil teoriMcClelland perlu ditunjukkan dengan memilih pekerjaan
dalam memprediksikepemimpinan. Orang di manakesuksesan tergantung pada usaha
dengan kebutuhan kekuasaan yang dankemampuan pribadi, bukan pada
rendah,mungkin tidak memiliki kesempatandan faktor-faktor di luar kendali
kepercayaandiri dan ketegasan yang mereka (locus of control). Biasanya mereka
diperlukanuntuk mengatur kegiatan lebih memilihpekerjaan-pekerjaan yang
kelompoksecara efektif. Kebutuhan akan memungkinkan dapat meningkatkan
kekuasaan yang tinggi dapat dikatakan keterampilandaninisiasi mereka dalam
sebagaikekuatan pribadi untuk berprestasi. pemecahanmasalah. Pada prinsipnya
Sedangkan orang-orang dengankekuatan Mereka ingin sering dansecara spesifik
pribadi tinggi mungkinmemiliki sedikit memperoleh umpanbalik dari kinerjanya
hambatan atau kontroldiri, dan mereka yang dicapai, sehingga merekadapat
menjalankankekuasaan secara impulsif. mengetahui dan memilikipengalaman yang
Apabila mereka memberikan saran membuat kemajuan dalam pencapaian
ataudukungan kepada kkekuatan tersebut, tujuan yang ditetapkan. Skor tinggi
hal itu dinamakan strategiagar lebih seringditemukan pada pekerjaan
meningkatkan status merekasendiri. sepertiperwakilan penjualan, agen real
Biasanya mereka menuntut kesetiaan estate,produser acara hiburan, dan pemilik -
darikepemimpinan mereka di manajer usaha kecil. Bagi manajerdalam
dalamorganisasisehingga efektif. organisasi besar, keinginanberprestasi tinggi
Pada umumnya kebutuhan kekuasaan secara moderatadalah kebutuhan kekuasaan
palingsering dikaitkan dengan yang lebihtinggi. Jika prestasi
kepemimpinanyang efektif dalam suatu merupakankebutuhan yang dominan,
organisasi. Untuk mencapai hal itu maka manajer akanmencoba untuk mencapai
para pemimpin inimengarahkan tujuannyasendiri daripada
kekuatannya dengan carayang positif yang melaluipengembangan tim.
menguntungkan orang lain dan
organisasi/perusahaan daripada c. Kebutuhan Afiliasi (Naff)
untukkepentingannya sendiri. Oleh karena Afiliasi merupakan upaya
itu mereka mencarikekuasaan, karena memulihkanhubungan dekat dan ramah,
melalui kekuasaansemua tugas dapat bergabungdengan kelompok, berpartisipasi
219
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dalamkegiatan sosial yang
menyenangkan,dan menikmati kegiatan Pada dasarnya orang akan termotivasi untuk
bersamadengan keluarga atau teman. berprestasimaka akan melakukan pekerjaan
Tentunya hal ini pelu dicerminkan dalam dantanggung jawab yang dihadapi. Secara
perilaku terhadap oranglain yang kooperatif, alami mereka dapatmemenuhi kebutuhan
mendukung, danramah dan yang memiliki mereka karena dapat bekerja keras dan
nilai dankesesuaian dengan kelompok. selalu ada dorongan untuk bepresta.
Kondisi ini akan membuat mereka puas McClelland juga menyatakan bahwaorang
karena mmereka disukai dan diterima oleh yang memiliki motivasi berprestasipada
orang disekitarnya dan mereka memilih umumnya adalah orang yang
untuk bekerja denganorang lain yang lebih membuatsesuatu terjadi dan mendapatkan
memilih kelompokharmoni dan kohesi. hasil, danlebih luas lagi untuk mendapatkan
Orang yang mempunyai rasa berafiliasi hasilmelalui sumber daya dan orang
rendah cenderungmenjadi penyendiri yang lain,meskipun mereka sering menuntut
tidak nyamanbersosialisasi dengan orang terlalubanyak dari staf karena
lain kecualiteman dekat memprioritaskanpada pencapaian tujuan di
ataukeluarga.Sedangkan seorang manejer atas banyakkepentingan dan kebutuhan
membutuhkan semangat untuk berafiliasi lingkungandimana mereka bekerja secara
tinggi yang dapat memotivasi kerja umum.
bawahannya untuk berprestasi. METODE

Need for Achievement Populasi dan sampel


Ada beberapa karakteristik dan sikap orang Pengusaha UKM diKabupaten Bangkalan
memilikimotivasi berprestasi mmerupakan Populasi dalam penelitian ini.
menurutMcClelland seperti:Peran Locus of Sampel dalam penelitian iniadalah
Control, Kebutuhan Berprestasi: pengusaha, manajer dan staf UKMyang bisa
a. Prestasi lebih penting daripada materiatau ditemui dan bersedia sebagairesponden.
imbalan keuangan. Teknik pengambilan sampeladalah dengan
b. Mencapai tujuan atau tugas metode non probability sampling yaitu
memberikankepuasan pribadi yang lebih dengan Convenience sampling.
besardaripada menerima pujian
ataupengakuan. Instrumen Penelitian dan Pengukuran
c. Imbalan keuangan dianggap Variabel Penelitian
sebagaiukuran keberhasilan, bukan tujuan Untuk mengumpulkan data primer maka
itusendiri. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
d. Keamanan bukan motivator penting, dari pengusaha, manajer dan staf di UKM.
jugabukan status. Kuesioner kebutuhan berprestasi diadop dari
e. Umpan balik sangat penting, Green (1973:47), ada 6 (enam) butir
karenamemungkinkan untukmenilai pretasi pengusaha dalam
pengukurankeberhasilan, bukan karena menghadapitantangan kerja, semangat dan
alasanpujian atau pengakuan. berusahakeras untuk sukses, dan
f. Orang memiliki motivasi pengorbanan kehidupan pribadi dalam
berprestasimencari perbaikan terus- mencapai kesuksesan.Sedangkan kuestioner
menerus danmelakukan sesuatu dengan internal locus of control diambil dari
cara yanglebih baik. Kaufman et al (1996:59), yang terdiridari 4
220
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
item pertanyaan untuk mengukurseberapa item-to-total correlation dan Cronbach’s
jauh seseorang percaya bahwakesuksesan. Alpha dengan bantuan program komputer
kehidupan, perencanaan dantingkat kontrol SPSS 15.0. Menurut Hair et al., (2006) suatu
pada dirinya sendiri, danditentukan oleh instrumen dinyatakan reliabel jika hasil
kemampuan diri sendiri.Instrumen untuk koefisien Cronbach’s Alpha menunjukkan
keunggulan kompetitif diri(kebutuhan nilai > 0,70 dan butir-butir pertanyaan yang
berprestasi) diadopdari Wei dan Ismail ditanyakan reliabel mempunyai item-to-total
(2008:46). Sedangkan sluruh item diukur correlation > 0,50. Meskipun begitu,
dengan menggunakan 6 titikrentang skala koefisien Cronbach’s Alpha yang berada
interval mulai dari sangat tidaksetuju sampai diantara range 0,6-0,7 masih dapat diterima
dengan sangat setuju. dan item-to-total correlation > 0,30 sudah
dapat diterima (Sekaran, 2003:311).
Pengujian dan Analisis Data Item-to-total correlation digunakan untuk
a. Uji Validitas memperbaiki pengukuran dan
Uji validitas yang digunakan dalam mengeliminasi item-item pertanyaan yang
penelitian ini adalah teknik Factor Analysis. keberadaannya akan memperkecil koefisien
Secara lebih spesifik, dikarenakan konstruk Cronbach’s Alpha. Skor itemto-total
yang hendak diuji merupakan pengujian correlation yang lebih kecil dari 0,50 tetap
kembali daripenelitian yang telah dilakukan dapat diterima jika butir-butir yang
sebelumnya, dimana pada penelitian dieliminasi akan menghasilkan koefisien
sebelumnya telah berhasil Cronbach’s Alpha yang lebih kecil.
mengidentifikasikan faktor-faktor yang
membentuk konstruk, maka dalampenelitian c. Analisis Deskriptif
ini teknik analisis yang dipakai adalah Analisis Deskriptif adalah metode analisis
menggunakan Confirmatory Factor Analysis data dengan cara mengubah data mentah
(CFA). Dalam penelitian ini CFA diuji menjadi bentuk yang lebih mudah dipahami
dengan bantuan paket perangkat lunak dan diintrepretasikan (Zikmund, 2000:45).
program SPSS 15.0 for Windows. Hair et al., Dalam penelitian ini, analisis deskriptif
(2006:89) menyatakan bahwa suatu analisis digunakan untuk menganalisis profil
faktor dinyatakan feasible bila memenuhi responden dan tanggapan responden
syarat uji KMO dan Bartlet’s Test di atas 0,5 terhadap setiap item pertanyaan yang
dan signifikansi di bawah 0,05 mengkaji mengenai ciri-ciri kepribadian dan
kebutuhan berprestasi dari para pengusaha,
manajer/staf perusahaan UKM dalam
b. Uji Reliabilitas mencapai keunggulan kompetitif di
Sekaran (2006:112), reliabilitas adalah Kabupaten Bangkalan.
indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
ukur dapat dipercaya dan sejauh mana hasil HASIL & PEMBAHASAN
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap Hasil
gejala yang sama. Hasilnya ditunjukkan oleh
sebuah indeks yang menunjukkan seberapa Karakteristik Responden
jauh alat ukur dapat diandalkan (Arikunto, Adapun gambaran tentang karakteristik
1996:191). Untuk mengukur reliabilitas dari respondendiperoleh dari data diri identitas
instrumen penelitian ini dilakukan dengan respondenyang meliputi antara lain
221
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
a. Jenis Kelamin, e. Anak ke dalamkeluarga,
b. Usia/umur responden, f. Pekerjaan orang tua dapat dilihat dalam
c. Masakerja, tabel berikut.
d. Pendidikan terakhir,

a. Jenis Kelamin Responden


Tabel 1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase


Pria 20 56%
Wanita 16 44%
Jumlah 36 100%
Sumber: Data Primer yang diolah

Berdasarkan tabel 1 diatas maka dapat kelaminwanita. Sehingga jumlah sampeldalam


diketahuibahwa dari 36 responden, 56 % atau penelitian ini terbanyak adalah berjenis
20 responden berjenis kelamin laki-laki, kelamin pria.
sedangkan44 % atau 16 responden berjenis

b. Umur Responden

Tabel 2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur


Usia (tahun) Frekuensi Persentase
21 – 30 23 66%
31 – 40 6 16%
 41 7 18%
Jumlah 36 100%
Sumber: Data Primer yang diolah.

Dengan melihat tabel 2 di atas diketahuibahwa di atas41 tahun sebanyak 7 orang atau 18 %.
responden yang mmpunyai usia antara 21 Sehingga dapat disimpulkanbahwa responden
sampai 30 tahun sebanyak 23 orang atau66 %, terbanyak yaitu antara usia 21 sampai 30 tahun
sedangkan yang berusia antara 31 sampai 40 (23 orang atau 66%).
tahun ada 6 orang atau 16 %, dan yang berusia

222
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
c. Urutan Anak dalamKeluarga Responden

Tabel 3. Deskripsi Responden Berdasarkan Urutan dalamKeluarga

Anak ke Frekuensi Persentase


1 13 41%
2 6 19%
3 6 19%
4 3 6%
5 4 9%
6 2 3%
7 2 3%
Jumlah 36 100%
Sumber: Data Primer yang diolah

Berdasarkan tabel 3 diatas maka dapat dan ke-3; masing-masing 6 orang (19%) ke-5;
diketahuibahwa jumlah responden yang berada ada 4 orang (9%) ke-4; 3 orang (6%) serta ke-6
pada urutan anak dalam keluarga,dapat diurut ; 2 orang (2 orang) dan ke-7; juga 2 orang
mulai dari jumlah yangpaling banyak masing- (3%).
masingadalah: anak ke-1; 13 orang (41%) ke-2

d. Pekerjaan Orang tua Responden

Tabel 4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua


Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Persentase
Swasta 9 25%
Wirausaha 9 25%
Pensiunan 6 17%
Petani 1 3%
Pegawai Negeri Sipil 11 30%
Jumlah 36 100%\
Sumber: Data Primer yang diolah

Dengan melihat tabel 4 diatas maka dapat Tanggapan Responden


diketahuibahwa dari 36 responden, 25 % atau
9responden sebagai pekerjaSwasta dan Dalam Analisis ini akan diuraikanmengenai
Wirausaha, 17 % atau 6 orangresponden orang kecenderungan pendapat dantanggapan dari
tuanya sebagai Pensiunan, 30 %atau 11 orang manajer dan staf UKM (Usaha Kecil
responden orang tuanya menjadi PNS, 3%atau Menengah) sebagai responden. Pernyataan-
1 orang responden orang tuanya bekerja pernyataanresponden mengenai variabel
sebagai Petani. penelitiandapat dilihat pada jawaban
respondensesuai kuesioner yang disiapkan

223
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
peneliti, pernyataan yang dimaksud item. Dari data kuesioneryang terdapat pada
menggunakan skalaLikert. lampiran dapat dilihatdeskripsi tanggapan
Tanggapan Responden MengenaiInternal responden padasetiap item pertanyaan adalah
Locus of Control dalam Tabel 6 dibawah ini.
Deskripsi tanggapan respondensebanyak 36
orang terhadap itempertanyaan sebanyak 4

Tabel 5. Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Internal Locus of Control


No PERNYATAAN JAWABAN ESPONDEN (JUMLAH &
PERSENTASE)
SS S N TS STS
1. Percaya pada penentuan 9 (25%) 20 6(14%) 1 (2%) 0
kemampuan dirisendiri (59%)
2. Percaya pada 11 (31%) 15 4 (12%) 4(11%) 0
kesuksesan karena (47%)
kemampuan dan
keterampilan sendiri.
3. Percaya pada kontrol 9 (25%) 22(63%) 3(9%) 2(3%) 0
atas rencana sendiri
4. Percaya pada kontrol 6(15%) 22(63%) 5(13%) 3(9%) 0
atas kehidupan sendiri
Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atasterlihat bahwa dan 9 (25%)sangat setuju atasitem pernyataan


sebagian besar responden sebanyak 20 orang “Percaya pada kontrolatas rencana sendiri”. Hal
atau 59%menjawab setuju dan sangat setuju9 ini berartipemilik usaha/manajer/staf
(25%) atasitem pernyataan “Percaya perusahaanmerasa bahwa mereka
padapenetuan kemampuan diri sendiri”. Halini memilikikepercayaan pada manajemen diri
berarti para pemilik/manajer/stafmerasa bahwa ataspekerjaan mereka sendiri.
di dalam melaksanakanpekerjaannya mereka Berdasarkan data dari tabel di
merasa percayapada kemampuan dirinya. atasmenunjukkan bahwa mayoritasresponden
Berdasarkan data dari tabel di sebanyak 22 orang atau 63 %menjawab setuju
atasmenunjukkan bahwa mayoritasresponden dan 6 orang (15%) menjawab sangat setuju
sebanyak 15 orang atau 47%menjawab setuju atas item pernyataan“Percaya pada
dan sangat setuju 11 (31%)atasitem pernyataan perlindungan ataskepentingan diri sendiri”. Hal
“Percaya padakesuksesan karena kemampuan ini berartipara pemilik/ manajer/ staf
danketerampilan sendiri”. Hal ini berartipara perusahaanmerasa bahwa di dalam
pemilik usaha/ manajer/stafperusahaan merasa melakukanpekerjaannya, mereka percaya
bahwa keberhasilanyang telah mereka capai bahwaapa yang mereka lakukan dipekerjaannya
adalah hasildari jerih payah mereka sendiri. adalah benar dan sesuaidengan kepentingan
Berdasarkan data dari tabel di dan tanggungjawabnya.
atasmenunjukkan bahwa mayoritasresponden
sebanyak 22orang atau 63 %menjawab setuju
224
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
b. Tanggapan Responden kebutuhan berprestasi sebanyak 6 item. Dari
MengenaiKebutuhan untuk Berprestasi data kuesioner dapat dilihat deskripsi
tanggapan responden pada setiap item
Hasil deskripsi dari tanggapan responden pernyataan adalah dalam Tabel 5.
sebanyak 36 orang terhadap item pernyataan

Tabel 6. Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Kebutuhan untuk Berprestasi

JAWABAN RESPONDEN
N PERNYATAAN (JUMLAH dan PERSENTASE)
O SS S N TS STS
1. Menikmati di dalam 26 7
3 (9%)
melaku-kan hal-halyang (72%) (19%) 0 0
menantang
2. Tetap bekerja meskipun 18 13
5 (12%)
orang lain telah (50%) (38%)
menyerah
3. Senang melakukan 19 12 5
pekerjaan (54%) (34%) (12%)
yangmenantang
4. Menetapkan tujuan yang 12 8 5
3 (9%) 8
sulit (34%) (22%) (12%)
(22%)
5. Tidak berkeberatan untuk 8 12 6 2
bekerja,sementara yang (22%) (34%) 8 (22%) (16%) (6%)
lain bersenang-senang
6. Menikmati Pekerjaan 20 9
7(20%)
(55%) (25%)
Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan data dari tabel di atas telah menyerah”. Hal ini berarti para pemilik,
menunjukkan bahwa mayoritas responden manajer dan staf UKM memiliki daya juang
sebanyak 7 orang atau 19 % menjawab setuju yang sangat tinggi di dalam melaksanakan
dan sangat setuju 26 orang atau 72% atas item pekerjaannya. Berdasarkan data dari tabel di
pernyataan “ Menikmati dalam melakukan atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
pekerjaan yang menantang”.Hal ini berarti para banyak 12 orang atau 34 % menjawab setuju
manajer, pemilik dan staf sangat menikmati dan sangat setuju 19 0rang atau 54% atas item
pada pekerjaan yang sangat menantang bagi pernyataan “Senang melakukan pekerjaan yang
mereka. Berdasarkan data dari tabel di atas menantang”. Hal ini berarti para pemilik,
menunjukkan bahwa mayoritas responden manajer dan staf UKM merasa menikmati dan
sebanyak 13 orang atau 38 % menjawab setuju menyukai pekerjaan-pekerjaan yang menantang
dan sangat setuju18 orang atau 50% atas item bagi mereka. Berdasarkan data dari tabel di
pernyataan “Tetap bekerja meskipun orang lain atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
225
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sebanyak 12 orang atau 34 % menjawab setuju pemilik/Manajer/ staf perusahaan,
dan sangat setuju 3 orang atau 9% atas item merekamerasa melakukan pekerjaan atas
pernyataan “Menetapkan tujuan yang sulit”. kemauan sendiri, walaupun orang lain
Hal ini berarti para pemilik, manajer dan staf bersenang- senang, walaupun jumlahnya hanya
UKM di dalam bekerja mereka menetapkan masih dibawah 50% yang menjawab setuju dan
tujuan yang sulit bagi mereka. Walaupun sangat setuju. Berdasarkan data dari tabel di
jumlahnyamasih di bawah 50%.dari atas menunjukkan bahwa seluruh responden
keseluruhan responden. Berdasarkan data dari sebanyak 8 orang atau 22 % menjawab setuju
tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas dan sangat setuju dan sangat setujua 28 atau
responden sebanyak 12 orang atau 34 % 78% atas item pernyataan “Menikmati
menjawab setuju dan sangat setuju 8 orang atau pekerjaannya”.Hal ini mmenunjukkan bahwa
22% atas item pertanyaan “Tidak berkeberatan para pemilik/ manajer maupun staf perusahaan
untuk bekerja, sementara yang lain merasa nyaman dan menikmati di dalam
bersenangsenang”.Hal ini berarti para melakukan pekerjaannya.

Tabel 7: Tanggaapan Responden Terhadap Jiwa Bewirausawa (Entrepreneurship)


JAWABAN RESPONDEN (JUMLAH &
N PERNYATAAN PERSENTASE)
O
SS S N TS STS
1. Berdasarkan keturunan 9 27
(25%) (75%)

2. Kemauan Sendiri 28 8
(78%) (22%)

3. Pengaruh Lingkungan 13 18 5 (12%)


(38%) (50%)

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan data dari tabel di atas dan sangat setuju dan sangat setujua 28 atau
menunjukkan bahwa mayoritas responden 78% atas item pernyataan “kemauan
sebanyak 27 orang atau 75 % menjawab setuju sendiri”.Hal ini mmenunjukkan bahwa para
dan sangat setuju 27 orang atau 75% atas item pemilik/ manajer maupun staf perusahaan
pertanyaan “Berdasarkan Keturunan”.Hal ini merasa bahwa berwirausaha adalah datang dari
berarti para pemilik/Manajer/ staf perusahaan, dirinya sendiiri nyaman dan menikmati di
mereka merasa melakukan pekerjaan bersarkan dalammelakukan pekerjaannya.”. Hal ini
turun temurun. walaupun jumlahnya hanya berarti para pengusaha, manajer dan staf UKM
masih dibawah 50% yang menjawab sangat di dalam bekerja dapat berpengaruh terhadap
setuju. Berdasarkan data dari tabel di atas pencapaian keunggulan berkompetitif.
menunjukkan bahwa seluruh responden Berdasarkan data dari tabel di atas
sebanyak 8 orang atau 22 % menjawab setuju menunjukkan bahwa mayoritas responden
226
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sebanyak 13 orang atau 38 % menjawab setuju kompetitifperusahaan. Hasil penelitian ini
dan sangat setuju 18 orang atau 50% atas item merupakan awal adanyadukungan empiris
pertanyaan “berusaha karena pengaruh untuk meningkatkanpenelitian ini terhadap
Lingkungan”.Hal ini berarti para konsep internal locus of control tersebut..
pemilik/Manajer/ staf perusahaan, sedangkan bukti empiris dari hasil penelitianini
merekamerasa berusaha karena pengaruh yang mendasari kesimpulan yang akan
lingkungan walaupun jumlahnya hanya masih diperoleh nantinya untuk penelitian yang akan
50% yang menjawab setuju. datang.Tentunya ketiga variabel diatas yaitu:
lucos of conrol, kebutuhan berprestasi dan
Pembahasan ntrepreneurship dalam mencapai keunggulan
komptitif merrupakan konsep yang menarik
Penelitian yang telah dilakukan olehSteffi khususnya apabila diterapkan pada usaha kecil
Alfiyanti(200), menunjukkan adanyapenetapan menengah (UKM0 secara umum. Pola
dasar dan penggiatan kembaliperan ciri hubungan semacam ini sangat dibutuhkan
kepribadian dalam penelitian dalam memotivasi pertumbuhan usaha kecil
masalahkewirausahaan. Berdasarkan menengah (UKM) dalam era masyarakat
beberapaliteratur menemukan bahwa ekonomi asia (MEA).
terdapatinkonsistensi hasil empiris tentang ciri-
cirikepribadian pada studi SIMPULAN
kewirausahaanmungkin disebabkan karena
pemilihanvariabel dependen yang berbeda Berdasarkan hasil deskripsi responden
dalam penelitianyang berbeda pula.. penelitian maka dapat diambil kesimpulan
Keakuratan kinerjaperusahaan dalam mengukur sebagai berikut : 1).Pada penelitian locus of
dampakkewirausahaan dimungkinkan dalam control ditemukan bahwa, percaya pada
mencapai keunggulan kompetiitif, karena penentuan kemampuan diri sendiri, percaya
adanya dasar seseorang bewirausaha yaitu pada kesuksesan karena kemampuan dan
berdasarkan ketuurunan, karena kemauan keterampilan sendiri, percaya pada kontrol atas
sendiri dan pengaruh lingkungan dimana yang rencana sendiri, percaya pada kontrol atas
berpepengaruh secara positif adalah kemauan kehidupan sendiri menjadi faktor yang penting
berusaha sendiri yaitu sebayak 28 orang dapat mendukung pencapaian keunggulan
responden atau 78% sangat setuju.Hal kompetitif. 2). Padakebutuhan untuk
inimenyebabkan tercapainya berprestasi menyatakan: menikmati dalam
keunggulankompetitif sebagai hasil yang lebih melakukan pekerjaanyang menantang, tetap
tepatuntuk bberusaha karena berdasarkan melakukan pekerjaannyameskipun orang lain
keturunan dan berusaha karena dipengaruhi telah menyerah, dansenang melakukan
oleh lingkungan. Penelitian ini jugamenemukan pekerjaan yangmenantang, menyatakantidak
dan mmendukung bahwakemungkinan berkeberatan untuk bekerja,sementara yang lain
terdapat hubungan antara ciri-cirikepribadian bersenang-senang dan menikmati
dan kemauan untuk berprestasi serta pekerjaannya.Dari deskripsi responden
kewirausahaan (entrpreneurship) dengan terhadap kebutuhan berprestasi sangat
konsep keunggulankompetitif. Selain itu ada memotivasi dalam mencapai keunggulan
dua konsep kepribadianyaitu internal locus of kompetitif. 3). Pada faktor kewirausahaan
control dan kebutuhanuntuk berprestasi, sangat penting untuk mencapai keunggulan
ditemukanada hubungan dengan keunggulan kompetitif bagi UKM yang terdiri
dari:kemauan untuk berwirausaha sendiri
227
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sangat dominan bila dibandingkan dengan penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
berwirausaha berdasarkan keturnan dan mengevaluasi kompetensi diri dan para
beruwirausaha karena pengaruh pengusaha perlu memiliki kesadaran diri atas
lingkungan.Bagi para pengusaha/UKM, serta ciri-ciri kepribadian mereka sendiri.
yang ingin menjadi pengusaha, temuan

DAFTAR RUJUKAN Kreitner & Kinicki. 2005. Perilaku


Organisasi.Jakarta. Salemba Empat.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Kroeck, Bullough, & Reynold.
SuatuPendekatan Praktek. Edisi Revisi 2010.Entrepreneurship & Differences
V.Jakarta. Rineka Cipta. inLocus of Control. The Journal of
AppliedManagement &
Farid, Mamdouh. 2007. The Relevance Entrepreneurship.Vol.15, No.1, pp.21-
ofTransition to Free Market, 50.Peran Locus of Control, Kebutuhan
AttitudeTowards Money, Locus of Berprestasi... Asri Laksmi Riani
Control, andAttitude Towards Risk
toEntrepreneurs: A Cross McClelland. 1961. The Achieving Society.Van
CulturalEmpirical Comparison. Nostrand Reinhold. Princeton.
InternationalJournal of NewJersey.
Entrepreneurship. 11, pp.75-90. Robbins & Judge. 2007.
OrganizationalBehavior. Prentice Hall
Green, JB. 1973. Need for Achievement, Inc.
Needfor Affiliation and The Adjustment of
High School Students. Tasler Sekaran, Uma. 2006. Metodologi
Thesis:University ofWindsor. Penelitianuntuk Bisnis 2. Edisi 4. Jakarta.
SalembaEmpat.
Hair; Anderson; Tatham and Black.
2006.Multivariate Data Analysis. Six Wei & Ismail. 2008. Revisiting
Edition,New Jersey: Pearson Educational, PersonalityTraits in Entrepreneurship
Inc. Study fromResource Based Perspective.
BusinessRenaissance Quarterly. 3
Kaufmann,PJ; Welsh, RHB; Bushmarin, (1).p.97.
NV.1996. Locus of Control
andEntrepreneurship in the Yukl, Gary. Leadership in Organization.
RussianRepublic. Entrepreneurship 8edition.Zikmund, WG. 2000. Business
Theory &Practice. Research Method. Fourth Edition. The
DrydenPress. Harcourt College Publisher.

228
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Penerapan Siklus Akuntansi Pada Usaha Kecil Dan Menengah Di Kelurahan
Karangbesuki Kecamatan Sukun Kota Malang
Lulu Nurul Istanti
Program Studi Manajemen - Universitas Negeri Malang
Email : luluistanti@yahoo.com

Abstrak: Pengelolaan keuangan melalui penerapan kaidah-kaidah akuntansi yang baik dan benar
terkadang diabaikan para pelaku UKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para
pelaku UKM menerapkan pengelolaan keuangan melalui siklus akuntansi yang dapat digunakan sebagai
alat untuk menilai kinerja dan kesehatan UKM. Penelitian ini menggunakan metode survei yang
dilakukan di Kelurahan Karangbesuki Kecamatan Sukun Kota Malang, dengan responden sebanyak 17
UKM dengan menggunakan analisis deskriptif sebagai alat analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan
pengelolaan keuangan UKM yang ada masih jauh dari kaidah dan siklus akuntansi yang benar. Hanya
melakukan pembukuan sederhana yang mencatat transaksi bertambah dan berkurangnya kas perusahaan
karena penerapan siklus akuntansi dianggap sulit dan rumit untuk diterapkan dalam pengelolaan
keuangan UKM.

Kata kunci: Siklus Akuntansi, UKM

Globalisasi perdagangan seperti sekarang ini, pertumbuhan rata-rata sekitar 8,16% per tahun.
peranan sektor swasta mengalami peningkatan Adapun jumlah pelaku UKM pada 2012
di berbagai negara berkembang. Secara paralel mencapai 4.479.132 unit. Estimasi pertumbuhan
maupun sebagai bagian dari perubahan. Ini, pelaku usaha tersebut mencerminkan bahwa
munculnya sektor usaha kecil dan menengah setiap pertumbuhan 1% PDB akan menciptakan
(UKM) merupakan bagian yang signifikan 42.797 pelaku usaha baru di Indonesia. Dan dari
dalam pengembangan ekonomi dan penciptaan sisi lapangan usaha, pelaku UKM mendominasi
lapangan pekerjaan (Richardson etc, 2004). sektor pertanian, jasa-jasa, dan perdagangan.
Sebagian besar komunitas riset berbagi Survei dari BPS mengidentifikasikan
pandangan bahwa pertumbuhan UKM sangat berbagai masalah dan kelemahan yang dihadapi
penting dalam ekonomi (Storey, 1994). UKM meliputi pemasaran produk, teknologi,
Indonesia sebagai negara berkembang permodalan, kualitas sumber daya manusia,
yang juga menitikberatkan pertumbuhan dan persaingan usaha yang ketat, kurang teknis
perkembangan ekonominya ke arah yang lebih produksi dan keahlian dan masalah manajemen
baik. Salah satu bentuk usaha yang memberikan termasuk didalamnya pengelolaan keuangan dan
kontribusi pada pertumbuhan ekonomi adalah akuntansi. Pengelolaan keuangan menjadi salah
UKM. Saat ini, kontribusi UKM terhadap satu masalah yang seringkali terabaikan oleh
perekonomian nasional telah melebihi separuh para pelaku bisnis UKM, khususnya berkaitan
dari PDB. Data BPS menunjukkan, pada 2009, dengan penerapan kaidah-kaidah pengelolaan
komposisi PDB nasional tersusun dari UKM keuangan dan akuntansi yang benar. Masalah ini
sebesar 53,32%, kemudian usaha besar 41,00%, biasanya timbul dikarenakan pengetahuan dan
dan sektor pemerintah 5,68%. Sebagai informasi pelaku UKM mengenai akuntansi
perbandingan, survei oleh Citibank sangat terbatas, latar belakang pendidikan para
mendapatkan angka kontribusi sektor UKM pelaku UKM juga mempengaruhi pengetahuan
terhadap PDB 2009 mencapai 55,56%. Riset para pelaku UKM.
Citibank selama periode 2005-2008 juga Penerapan kaidah-kaidah akuntansi
menunjukkan jumlah unit UKM meng-alami dalam suatu usaha memiliki peranan penting.
229
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Kaidah ini sering terjabarkan dalam sebuah pemikiran bagaimana akuntansi diterapkan
urutan atau sering disebut dengan siklus sejalan dengan (atau sebagai bentuk
akuntansi. Siklus akuntansi (accounting cycle) pengamalan) ajaran agama. Bila dihubungkan
adalah proses akuntansi yang dimulai dengan dengan kelompok usaha kecil dan menengah
menganalisa dan membuat jurnal untuk tampaknya pemahaman terhadap akuntansi
transaksi-transaksi dan diakhiri dengan masih berada pada tataran pertama dan kedua
menyiapkan catatan akuntansi untuk transaksi- yaitu sebagai alat hitung-menghitung dan
transaksi periode berikutnya (Reeve dkk, sebagai sumber informasi untuk pengambilan
2009:171). keputusan.
Siklus akuntansi dimulai dari terjadinya Berdasarkan uraian tersebut jelas terlihat
transaksi, sampai penyiapan laporan keuangan bahwa industri kecil dan menengah banyak
pada akhir suatu periode (Sinuraya, 1990). mengalami kesulitan dalam memahami
Walaupun dampak dari diabaikannya informasi akuntansi dengan baik, sedangkan
pengelolaan keuangan mungkin tidak terlihat penggunaan informasi akuntansi dalam sebuah
secara jelas, namun tanpa penerapan siklus usaha merupakan salah satu faktor penunjang
akuntansi yang efektif, usaha yang memiliki keberhasilan suatu usaha. Mengingat kondisi
prospek yang cerah dapat menjadi bangkrut. ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi
Melalui penerapan siklus akuntansi yang baik, ekonomi dewasa ini, setiap usaha dituntut untuk
diharapkan sebuah UKM dapat mengetahui memiliki keunggulan kompetitif yang akan
bagaimana perkembangan dan kesehatan mampu memenangkan persaingan.
usahanya, bagaimana struktur modalnya, berapa Melihat begitu pentingnya peranan
keuntungan yang diperoleh usahanya pada suatu penerapan siklus akuntansi bagi sebuah UKM
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar untuk pengukuran kinerja keuangannya, maka
pelaku UKM dapat menilai secara pasti kinerja penelitian ini berusaha untuk melakukan kajian
dan kesehatan usahanya. terhadap penerapan siklus akuntansi dalam
Hasil akhir dari siklus akuntansi adalah operasional usaha skala kecil dan menengah.
laporan keuangan yang dibuat untuk periode Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
tertentu. Laporan keuangan memberi banyak tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang penerapan siklus akuntansi pada Usaha Kecil
berkepentingan terhadap suatu usaha dan Menengah untuk mengukur kinerja
(Soemarso, 2004). Laporan keuangan dapat keuangannya.
menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan Beberapa penelitian sebelumnya
penting seperti berikut ini: Seberapa besar menunjukkan bahwa sebagian besar UKM telah
perusahaan? Apakah perusahaan mengalami menerapkan pembukuan, dan dari hasil
pertumbuhan? Apakah perusahaan pembukuan tersebut dijadikan sebagai dasar
mendapatkan atau kehilangan uang? Dan dalam pengambilan keputusan usaha. Dan
sebagainya (Brigham & Houston, 2010). tujuan utama dari UKM menyusun laporan
Sehingga dapat mempermudah kreditur untuk keuangan adalah untuk tujuan perencanaan dan
menganalisa kelayakan pemberian pinjaman pengambilan keputusan,sedangkan UKM
modal. mengalami kendala-kendala bila harus
Bila dihubungkan dengan akuntansi itu mengikuti prinsip-prinsip standar akuntansi
sendiri, pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang diterima umum dalam menyusun laporan
yang sekedar memahami akuntansi sebagai: 1) keuangan karena standar akuntansi tersebut
alat hitung menghitung; 2) sumber informasi lebih diperuntukkan bagi perusahaan-
dalam pengambilan keputusan; 3) sampai ke perusahaan besar. Biaya untuk menyiapkan
230
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
informasi yang sesuai dengan standar akuntasi Instrumen penelitian adalah alat untuk
yang berlaku umum melebihi potensi menghimpun data, yang dalam penelitian ini
keuntungan yang dapat dicapai melalui menggunakan kuesioner. Kuesioner terdiri dari
peningkatan laporan keuangan. Dan UKM 2 bagian yaitu bagian pertama adalah data
memandang akuntansi dan prosedur semata- responden, bagian kedua adalah aspek
mata sebagai beban bagi mereka. penerapan siklus akuntansi. Format kuesioner
Penelitian Srikandi dan Setyawan (2007) yang digunakan adalah:
menunjukan alasan kurang diterapkannya siklus 1. Pertanyaan terbuka, yaitu kemungkinan
akuntansi di UKM di daerah Yogyakarta adalah jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu
masih menganggap penerapan siklus akuntansi dan responden bebas memberikan jawaban.
adalah hal yang sulit sekali dan rumit mengingat 2. Pertanyaan tertutup, yaitu kemungkinan
latar belakang pendidikan pelaku UKM yang jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu
tergolong rendah. Diketahui pula bahwa saling dan responden tidak diberi kesempatan
tergantung yang signifikan antara latar belakang memberikan jawaban yang lain. Bentuk
pendidikan, lamanya usaha serta jenis usaha pertanyaan yang diberikan menggunakan
terhadap penerapan siklus akuntansi. alternative jawaban “Ya” dan “Tidak”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Analisis data adalah proses
mengetahui penerapan siklus akuntansi di UKM penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
di desa Karangbesuki sudah sesuai dengan lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data
kaidah siklus akuntansi yang benar. yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan teknik Analisis
METODE Deskriptif.

Objek penelitian adalah pelaku usaha kecil dan HASIL DAN PEMBAHASAN
menengah (UKM) yang berada desa Karang
Besuki Kotamadya Malang, dengan Hasil
menitikberatkan terhadap kegiatan pengelolaan
(siklus) akuntansinya, sehingga dapat diketahui Karangbesuki adalah sebuah kelurahan di
sejauh mana para pelaku usaha kecil dan wilayah Kecamatan Sukun Kotamadya Malang.
menengah menerapkan kaidah-kaidah siklus Kelurahan ini terletak sekitar 10 km arah barat
akuntansi dalam usahanya. dari pusat Kota Malang. Oleh karena itu
Terdapat dua data yang digunakan dalam kelurahan ini mengalami perkembangan
penelitian ini adalah data primer dan data ekonomi yang sangat cepat.
sekunder, data primer yaitu data yang diperoleh Kelurahan Karangbesuki dikelilingi oleh
langsung dari responden yang dijadikan universitas dan lembaga tinggi lainnya. Yaitu,
sumbernya. Untuk memperoleh data primer ini Universitas Negeri Malang (UM), Institut
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner Teknologi Nasional (ITN), Universitas Islam
kepada responden. Data sekunder (secondary Negeri (UIN), Universitas Brawijaya (UB),
data) merupakan data yang diperoleh dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),
digunakan sebagai data penunjang. Teknik Sekolah Tinggi Ilmu Komputer dan Informatika
pengumpulan data yang digunakan penelitian ini (STIKI), dan Universitas Machung. Sehingga
adalah dengan penelitian lapangan (Field bermunculan usaha-usaha rumahan yang dapat
Research) dan penelitian kepustakaan (Library meningkatkan ekonomi masyarakatnya.
Research) Beberapa usaha kecil dan manengah (UKM)
yang berkembang antara lain, kost-kostan,
231
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
rumah makan, laundry, toko kelontong dan lain yang dihasilkan sangat membantu perusahaan
sebagainya. dalam menganalisa kinerja keuangan mereka.
Ada bidang usaha yang sudah ada sejak Selain itu ada pihak-pihak di luar perusahaan
dulu dan dilakukan secara turun temurun, yaitu yang sangat berkepentingan terhadap laporan
usaha kerajinan sanitair. Ketika memasuki desa keuangan.
Karangbesuki dari arah timur yaitu Jalan Raya Salah satu pentingnya laporan keuangan
Candi, kurang lebih 1 km sepanjang jalan adalah dalam usaha untuk memperoleh modal
berjajar produk sanitair ditata dengan apik. perusahaan. Para kreditur, dalam hal ini bank,
Beberapa contoh produk sanitair yaitu, kijing dalam pemberian kreditnya sangat memerlukan
makam, nisan, tempat cuci piring beton, pot informasi keuangan perusahaan dalam
bunga, ornamen taman, relief dan air mancur. penyaluran dananya. Dengan menganalisis
Penelitian ini hanya terbatas laporan keuangan, kreditur dapat lebih mudah
membedakan usaha berdasarkan jenis usahanya untuk mengambil keputusan penyaluran
yaitu, usaha jasa, usaha dagang dan usaha dananya. Sehingga UKM dirasa sangat penting
industri. Dari hasil observasi lapangan diperoleh untuk mengelola keuangannya dimulai dengan
17 respoden, yaitu: penerapan siklus akuntansi yang benar.
a. bidang usaha jasa 3 responden Penerapan siklus akuntansi yang benar
b. bidang usaha dagang 8 responden akan menghasilkan laporan keuangan yang
c. bidang usaha manufaktur 6 responden benar. Tetapi dari hasil penelitian ini semua
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden tidak melakukan pengelolaan
semua responden tidak ada yang menerapkan keuangan dengan tidak menerapkan siklus
siklus akuntansi secara lengkap. Tetapi ada 9 akuntansi. Sebagian besar dari mereka besar dari
reponden yang menyatakan bahwa mereka responden hanya melakukan pembukuan
melakukan kegiatan penjurnalan. Setelah diteliti sederhana dengan mencatat transaksi yang
secara mendalam, responden yang menyatakan menyebabkan uang mereka bertambah atau
telah melakukan penjurnalan ternyata hanya berkurang. Yang dalam akuntansi disebut
membuat pembukuan sederhana yang mencatat sebagai pencatatan arus kas, yaitu pencatatan
keluar masuknya kas meraka. terhadap bertambahnya dan berkurangnya kas.
Berdasarkan hasil jawaban responden Tidak diterapkannya siklus akuntansi
didapat alasan mereka belum menerapkan siklus maka untuk menganalisa kinerja keuangan
akuntansi dalam usaha mereka dimana mereka UKM sangat sulit. Sehingga banyak UKM yang
beranggapan bahwa pengetahuan mereka yang tidak bisa memprediksi pertumbuhan dan
terbatas mengenai akuntansi menjadikan para perkembangan usaha mereka di masa datang.
pelaku UKM menganggap menerapkan siklus Karena salah satu manfaat dari laporan
akuntansi kedalam usaha mereka adalah hal keuangan adalah untuk menganalisa prospek
yang rumit dan sulit. usaha di masa datang.
Berdasarkan hasil penelitian didapat
bahwa UKM tidak menerapkan siklus akuntansi
Pembahasan karena menganggap pengelolaan keuangan
dengan penerapan siklus akuntansi yang benar
Siklus Akuntansi adalah kegiatan pengelolaan adalah sesuatu yang yang sulit dan rumit. UKM
keuangan yang dimulai dengan pencatatan tidak mempunyai pengetahuan yang memadai
transaksi keuangan perusahaan, penggolongan, tentang pengelolaan keuangan yang benar.
peringkasan sampai pembuatan laporan Karena keterbatasan peneliti maka
keuangan (Jusup, 2010). Laporan keuangan faktor-faktor yang dapat menyebabkan UKM di
232
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
desa Karangbesuki tidak menerapkan siklus karena kompleksitas usaha juga semakin tinggi.
akuntansi belum terdeteksi. Ada beberapa faktor (Srikandi dan Setyawan: 2007)
yang dapat menyebabkan UKM merasa Penelitian Holmes dan Nicholls (1988),
kesulitan dalam pengelolaan keuangan dengan dimana hasil penelitian memperlihatkan bahwa
penerapan siklus akuntansi, yaitu: sektor usaha mempengaruhi jumlah informasi
a. Latar belakang pendidikan akuntansi yang disiapkan dan digunakan oleh
b. Lamanya usaha jenis usaha. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis
c. Jenis usaha usaha manufaktur membutuhkan jenis informasi
Terjadinya permasalahan dalam akuntansi dimana termasuk di dalamnya siklus
penerapan akuntansi karena kurangnya akuntansi yang lebih lengkap dan menyeluruh
pengetahuan pemilik usaha tentang akuntansi. dibanding jenis usaha yang lain. (Srikandi dan
Dan rendahnya pengetahuan akuntansi pemilik Setyawan: 2007)
usaha menyebabkan banyak usaha yang
mengalami kegagalan. Pengetahuan akuntansi SIMPULAN & SARAN
wirausaha mempunyai pengaruh positif
terhadap penggunaan informasi akuntansi. Simpulan
Hasil–hasil penelitian tersebut menggambarkan
bahwa rendahnya tingkat pendidikan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
menjadikan akuntansi sebagai hal yang sulit yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
diterapkan pelaku UKM ke dalam usaha yang bahwa pengelolaan keuangan UKM-UKM yang
dijalankannya. (Srikandi dan Setyawan: 2007) ada di desa Karangbesuki Kecamatan Sukun
Semakin lamanya suatu usaha berjalan Kotamadya Malang masih jauh dari kaidah dan
dapat dijadikan satu acuan untuk melihat siklus akuntansi yang benar. Hanya melakukan
perkembangan usahanya. Pengalaman usaha pembukuan sederhana yang mencatat transaksi
bagi para pelaku UKM dapat dijadikan sebagai bertambah dan berkurangnya kas perusahaan
upaya pembelajaran tentang informasi apa yang karena penerapan siklus akuntansi dianggap
dibutuhkan dan digunakan dalam pengambilan sulit dan rumit untuk diterapkan dalam
keputusan menyangkut usaha yang pengelolaan keuangan UKM.
dijalankannya. Dari lamanya usaha berjalan,
seharusnya para pelaku UKM dapat menilai hal- Saran
hal yang kurang dan perlu diperbaiki termasuk
perlunya penerapan siklus akuntansi dalam Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan
menjalankan usahanya mengingat tingkat penelitian maka dapat disampaikan saran-saran
persaingan usaha yang semakin kompetitif dan untuk beberapa pihak, yaitu:
kebutuhan akan akses informasi akuntansi 1. UKM
termasuk didalamnya penerapan siklus a. Dalam upaya mempermudah para pelaku
akuntansi sebagai salah satu indikator kesehatan UKM untuk mengetahui perkembangan
usaha semakin meningkat. Menurut hasil dan kesehatan usaha yang
penelitian Nichols dan Holmes (1988), lamanya dijalankannya, sebaiknya para pelaku
suatu usaha beroperasi berdasarkan pada bisnis UKM lebih memperhatikan sistem
yang sudah dijalankan akan mengindikasikan pengelolaan keuangan yang telah ada
kebutuhan akan informasi akuntansi sangat dengan memasukkan penerapan siklus
diperlukan, semkin lama sebuah usaha berjalan, akuntansi sebagai salah satu alat untuk
informasi akuntansi akan semakin dibutuhkan mengukur kinerja dan kesehatan
usahanya.
233
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
b. Diharapkan, para pelaku UKM dapat dikembangkan atau melalui perwujudan
lebih terbuka dan mengupayakan adanya rencana untuk membuat software
kerja sama dengan pihak terkait dalam accounting sederhana yang ditujukan untuk
hal ini agar dapat membantu pemilik para pelaku UKM yang berlatar pendidikan
UKM menjalankan usahanya melalui rendah dan mengalami kesulitan dalam hal
upaya pengelolaan keuangan dengan pengelolaan keuangan, yang diharapkan
menerapkan standar akuntansi melalui mampu menjadi jalan keluar bagi para
penerapan siklus akuntansi di dalamnya, pelaku UKM.
mengingat dewasa ini banyak tersedia 3. Peneliti Selanjutnya
jasa penyusunan laporan keuangan untuk Terkait dengan keterbatasan penelitian ini
usaha skala kecil dan menengah. maka untuk peneliti selanjutnya diharapkan
2. Pemerintah dan LSM lebih menggali faktor-faktor yang
Pemerintah terkait, LSM, atau pihak lain menyebabkan tidak diterapkannya siklus
yang menaruh perhatian terhadap akuntansi di desa Karangbesuki. Misalnya
perkembangan UKM yang diharapkan dengan meneliti faktor latar belakang
mampu secara konkret memberikan bantuan pendidikan, lamanya usaha dan jenis usaha.
terhadap para pelaku UKM dalam Dan dilakukan penelitian lebih lanjut
menghadapi permasalahan pengelolaan tentang pengembangan pengelolaan
keuangan, baik melalui pelatihan-pelatihan keuangan sederhana yang mampu dipahami
akuntansi yang telah ada agar yang lebih dan diterapkan oleh UKM.

DAFTAR RUJUKAN Skousen, S., 2004. Intermediate Accounting,


Edisi I, Salemba Empat, Jakarta.
Basuki, 2000. Sosialisasi Profesi Akuntan
dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Soemarso, A.R., 2004. Akuntansi Suatu
Menengah: Suatu Pendekatan Teoritis Pengantar, Salemba Empat, Jakarta.
dan Historis, Majalah Ekonomi, Tahun
X, No. 3. Srikandi, C & Setyawan, A.B, 2007. Analisis
Penerapan Siklus Akuntansi pada Usaha
Brigham, E.F. & J.F. Houston, 2010, Essential Kecil dan Menengah di Daerah
of Financial Management, Buku 1, Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta
Salemba Empat, Jakarta.
Storey, D., 1994. Understanding the small
Jusup, A. H., 2010. Dasar-dasar Akuntansi, business sector, Routledge, London.
SYIE YKPN, Yogyakarta.
Reeve, J.M., 2009. Pengantar Akuntansi:
Sinuraya, S., 1990. Pengantar Ilmu Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 1, Salemba
Jilid 1, Adeputera, Medan. Empat Jakarta.

234
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pendekatan Experiential Learning Pada Pembelajaran Kewirausahaan
Di STIE Surakarta

Ginanjar Rahmawan
Elia Ardyan
Program Studi S1 Manajemen, STIE Surakarta
Email : rahmawan@stiesurakarta.ac.id

Abstrak : Experiential learning adalah adalah proses dimana pengetahuan diciptakan melalui
transformasi pengalaman, refleksi, pemikiran dan aksi. Experiential learning akan lebih mampu untuk
membuat mahasiswa secara langsung bersentuhan dengan realitas bisnis yang dipelajarinya. Dengan
membuat kontak langsung, mahasiswa diharapkan mampu membangun aspek kognitif, afektif, dan
psikomotik yang akan meningkatkan kompetensinya sebagai wirausaha. Tujuan studi ini adalah
menganalisis experiential learning pada pembelajaran kewirausahaan di STIE Surakarta. Analisis di
dalam penelitian ini adalah dengan studi kasus dan analisis diskriptif. Kesimpulan di dalam penelitian
ini adalah sebagian jawaban mahasiswa menyatakan setuju dengan tiap item pertanyaan. Oleh sebab
itu, experiential learning yang diterapkan pada pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Tinggi lmu
ekonomi Surakarta telah diterima baik oleh mahasiswa.

Kata Kunci: experiential learning, pembelajaran, dan kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan merupakan salah mahasiswa untuk dalam berwirausaha


satu topik penelitian yang sangat berkembang. (Brancua, Munteanub, & Gligorc, 2012).
Berbagai riset meneliti tentang pendidikan Tidak mudah untuk mengembangkan
kewirausahaan di perguruan tinggi (Ali, 2013; minat mahasiswa dalam pendidikan
Blenker, Elmholdt, Frederiksen, Korsgaard, & berwirausaha. Banyak kegagalan perguruan
Wagner, 2014; Cotoi, Bodoasca, Catana, & tinggi dalam menerapkan pendidikan
Cotoi, 2011; Ismail, Zain, & Zulihar, 2015; kewirausahaan. Banyak perguruan tinggi
Maritz, Jones, & Shwetzer, 2015; Packham, meletakkan kata kewirausahaan di dalam
Jones, Miller, Pickernell, & Thomas, 2010; Visinya. Namun gagal dalam menerapkan
Støren, 2014; Yurtkoru, Acar, & Teraman, kewirausahaan sebagai landasan perguruan
2014; Yurtkoru, Kuscu, & Doganay, 2014) dan tinggi tersebut. Semuanya terjadi
banyak peneliti meneliti bagaimana dimungkinkan karena sistem pembelajaran
membentuk model agar minat mahasiswa yang kurang tepat. Sistem pembelajaran masih
terhadap kewirausahaan meningkat (Ali, 2013; menggunakan cara tradisional, yaitu tatap muka
Hattab, 2014; Kim, Ham, Yang, & Choi, 2013; di kelas tanpa ada imajinasi, kreatifitas, dan
Maina, 2011; Mohamad, Lim, Yusof, & Soon, inovasi (O'Neill, 2004). Studi yang dilakukan
2015; Ozgul & Kunday, 2015; Solesvik, oleh Co and Mitchell (2006) menunjukkan
Westhead, & Matlay, 2014; Souitaris, bahwa universitas di Afrika menggunakan 80%
Zerbinati, & Al-Laham, 2007; Wei-Loon, waktu pembelajaran di kelas, sedangkan 20%
Sa'ari, Majid, & Ismail, 2012; Wilson, Kickul, di luar kelas. Ada juga perguruan tinggi yang
& Marlino, 2007; Yildirim & Askun, 2012). hanya berfokus pada pembuatan bisnis Plan.
Ada juga yang meneliti tentang motivasi Namun sayangnya, bisnis yang berkembang
tidak selalu sesuai dengan yang direncanakan
235
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
(Kuratko, 2005). Hanya pengetahuan yang Politis (2005) menjelaskan bahwa pengetahuan
difokuskan dibandingkan memberikan bukan hanya diciptakan dari pengalaman saja
pengalaman yang mampu meningkatkan minat tetapi juga refleksi, pemikiran dan aksi.
mahasiswa dalam memilih wirausaha sebagai Experiential learning dikembangkan ke
kariernya. dalam berbagai disiplin ilmu (Veselsky, Poslt,
Studi ini menjelaskan tentang pentingnya Majewska, & Bolckova, 2013), salah satunya
pembelajaran berbasis pengalaman. Rae (2006) digunakan dalam pembelajaran kewirausahaan
menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan di perguruan tinggi. Bentuk umum dari
bagian paling penting dalam proses experience learning dalam sekolah bisnis
kewirausahaan. Riset menjelaskan bahwa adalah latihan tim, simulasi, pembicara tamu
orientasi pembelajaran akan mampu dan magang (Baden & Parkes, 2013). Gundlach
meningkatkan kinerja kewirausahaan dan and Zivnuska (2010) mengembangkan konsep
kompetensi mahasiswa secara signifikan (Bell PROBE (Practical Organization Behavior
& Kozlowkski, 2008; Christina, Purwoko, & Education) yang memberikan porsi praktek
Kusumowidagdo, 2015). lebih besar dan memberikan pengalaman di
Studi ini membahas tentang praktek dunia bisnis secara riil. Universitas Ciputra
pembelajaran di Sekolah tinggi Ilmu Ekonomi mengembangkan EiR (Entrepreneur in
(STIE) Surakarta. Tujuan studi ini adalah Residence) agar mahasiswa dapat berinteraksi
menganalisis experiential learning pada dan dimentor, khususnya pada hari rabu
pembelajaran kewirausahaan di STIE (Christina et al., 2015). Riset lain juga
Surakarta. menerapkan pembelajaran berbasis praktek
untuk mengembangkan keterampilan
Experiential learning dan Pendidikan berwirausaha (Hynes, Costin, & Birdthistle,
Kewirausahaan 2010).
Dewey (1938) merupakan pioner dalam Dalam Bukunya, Kolb (1984) membuat
teori experiential learning. Dewey (1938) model pembelajaran berbasis pengalaman
menjelaskan tentang pembelajaran melalui dimana ada 4 variabel utama yaitu concrete
pengalaman, dimana pembelajaran jenis experience, reflextive experience, formation of
tersebut dapat terdiri dari 3 tingkatan, yaitu (1) absctrxt dan generalization (lihat gambar 1).
melakukan observasi di lingkungan sekitar Concret experience dapat dilakukan dengan
setelah mendapatkan rangsangan, (2) memberikan mahasiswa pengalaman yang
mengumpulkan kembali pengetahuan dan nyata mulai dari membangun usaha sampai
pengalaman sebelumnya pada saat menghadapi mengembangkan usahanya. Reflective
kejadian yang sama di masa lalu, (3) menilai observation dapat dilakukan dengan membawa
secara bersama-sama apa yang diamati dan apa mahasiswa kunjungan ke berbagai usaha baik
yang tercermin dan ingat. Lalu pada tahun yang sukses ataupun yang pernah gagal. Selain
1980an, Kolb (1984) membuat teori tentang itu, perguruan tinggi akan mendatangkan
experiential learning. berbagai ahli di bidang kewirausahaan dan juga
Berbagai ahli mendefinisikan tentang wirausaha sukses untuk meng-coach
experiential learning. Experiential learning mahasiswa. Abstract conceptualization
adalah proses dimana pengetahuan diciptakan cenderung pada pembelajaran di kelas secara
melalui transformasi pengalaman (Kolb, 1984). formal. Materi yang diberikan berupa teori
Shon dalam Bevan and Kipka (2012) ataupun studi kasus. Active experimentation
menjelaskan bahwa pengalaman yang dijadikan cenderung memberikan pengalaman kepada
refleksi akan mampu mendorong pembelajaran.
236
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
mahasiswa agar mampu membuat berbagai keputusan dalam menjalankan usahanya.

METODE nyata mulai membangun usaha sampai


dengan mengembangkannya. Ada
Pada studi ini, analisis yang digunakan adalah beberapa hal yang diberikan agar
Studi Kasus. Studi kasus ini merupakan mahasiswa mengalami concrete
pengalaman STIE Surakarta dalam experience:
mengembangkan pembelajaran berbasis Pertama, Memperkenalkan
experiential learning. Pembahasan di dalam perencanaan bisnis/business plan.
studi ini akan mencoba menjelaskan penerapan Perencanaan bisnis diberikan kepada
experiential learning pada pembelajaran mahasiswa supaya mahasiswa mampu
kewirausahaan di STIE Surakarta. membuat perencanaan bagi bisnis yang
Studi ini juga menganalisis dengan akan mereka bangun.
menggunakan analisis deskriptif. Ada 128 Kedua, membuat prototipe produk.
mahasiswa yang menjadi responden di dalam Langkah tahapan berikutnya setelah
studi ini. Kuesioner diberikan kepada melalui presentasi bisnis adalah,
mahasiswa sebagai hasil penilaian pelaksanaan pembuatan prototype. Mahasiswa perlu
pembelajaran experiential learning. membuat produk yang mereka
presentasikan, karena pada kondisi saat ini,
HASIL & PEMBAHASAN mereka baru membuat gambaran umum,
belum memproduksi sehingga belum tahu
Ada 4 jenis pengalaman yang diberikan kepada seperti apakah produk sesungguhnya yang
mahasiswa, dimana pengalaman tersebut bisa diproduksi sesuai dengan
merupakan bagian dari experiential learning. perencanannya dan sebagai perhitungan
Berikut penerapan experiential learning di harga produksi. Produk prototype ini
STIE Surakarta: menjadi acuan awal untuk produksi yang
1. Concrete Experience lebih banyak guna terjun langsung
Concrete experience berkenaan berwirausaha. Pembuatan prototype ini
dengan memberikan pengalaman secara tidak bisa sekali jadi, perlu beberapa kali
237
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pembuatan produk untuk menghasilkan  84,10% mahasiswa setuju bahwa
produk yang susai dengan keinginan pasar mereka akan selalu mengikuti
baik untuk bentuk nya maupun biaya kegiatan baru yang berkaitan
produksinya. Selain itu juga mengenai dengan kegiatan bisnis.
pengemasannya, mahasiswa perlu  59,40% mahasiwa sangat setuju
mengetahui kemasan yang sepeti apa yang bahwa mereka mendapat
diinginkan konsumen baik dari sisi logo pengalaman baru dalam memulai
maupun desainnya. berbisnis
Ketiga, mahasiswa mampu menjual  67,2% mahasiswa sangat setuju
produk yang mereka buat. Mahasiswa bahwa pengalaman baru yang
melakukan pameran bisnis bersama antar mereka peroleh sangat berguna
kelas, dengan tujuan untuk berjualan bagi mereka.
secara langsung. Persiapannya adalah Dari jawaban tersebut dapat
mulai membuat stand yang menarik, disimpulkan bahwa mahasiswa sangat
mempersiapkan produk, mempersiapkan senang dan memperoleh pengalaman baru
cara marketingnya, mempersiapkan dimana pengalaman yang mereka dapat
pencatatan keuangannya. Pameran bisnis sangat berguna bagi mahasiswa.
ini memiliki beberapa poin kriteria
penilaian, yaitu pendapatan penjualan 2. Reflective Observation
selama pameran, cara marketing yang Reflektif observation dapat dilakukan
dilakukan di lapangan, serta kekompakan dengan membawa mahasiswa kunjungan
team bisnis mahasiswa. Secara nyata ke berbagai usaha baik yang sukses
pameran bisnis tersebut merupakan ataupun yang pernah gagal. Untuk
langkah awal mereka untuk membuat memberikan pembelajaran reflective
perusahaan bisnis, karena di pameran observation pada mahasiswa, maka
tersebut murupakan miniature lingkungan mahasiswa diajak untuk mengunjungi baik
bisnis secara nyata berhubungan dengan UKM, Bisnis, ataupun perusahaan.
beberapa pihak seperti supplier dan Tujuannya adalah mahasiswa belajar
konsumen langsung. Untuk kelompok bagaimana seorang entrepreneur bisa
bisnis yang memiliki poin tertinggi, kami sukses. Fokus dari kegiatan ini adalah
memberikan penilaian untuk tugas akhir memberikan pengetahuan kepada
serta hadiah berupa piala dan uang tunai. mahasiswa bagaimana seseorang memulai
Untuk melakukan evaluasi, maka usaha, mengembangkan dan sukses di
mahasiswa harus menjawab 4 pertanyaan dalam bisnisnya.
yang berkaitan dengan pengalaman nyata Selain kunjungan bisnis, kami juga
tersebut. Pengalaman tersebut merupakan mendatangkan pakar bisnis untuk
pengalaman yang baru bagi mahasiswa. memberikan pengalaman mereka selama
Hasil dari jawaban dapat dilihat pada berbisnis. Pengalaman para pebisnis ini
apendik 1. Hasilnya adalah sebagai menjadi bahan pengamatan bagi bisnis
berikut:
 67% mahasiswa setuju bahwa
masing-masing mahasiswa. Kelas dengan
mendatangkan pakar kami sebut dengan
mereka senang terlibat pada “Master Class”.
kegiatan baru dalam bisnis. Untuk melakukan evaluasi, maka
mahasiswa harus menjawab 4 pertanyaan
238
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
yang berkaitan dengan pengalaman nyata mahasiswa kedepan mengenai
tersebut. Hasil dari jawaban dapat dilihat berwirausaha.
pada apendik 2. Hasilnya adalah sebagai Pendekatan pertama yaitu
berikut: Pendekatan Kelas, dengan pembahasan
 75,8% mahasiswa menyatakan mengenai bisnis didalam kelas yang
setuju kalau mereka mengamati memberikan pemahaman dan gambaran
setiap pengalaman baru di dunia mengenai apa itu bisnis, bagaimana cara
bisnis. memunculkan ide bisnis, bagaimana cara
 57,8% mahasiswa menyatakan mengesekusi bisnis, bagaimana cara
setuju kalau mereka mengamati menghitung laba, dan cara mengevaluasi
bagaimana cara membuat suatu bisnis tersebut.
bisnis dengan benar. Pendekatan kedua yaitu penggunaan
 71,9% mahasiswa menyatakan berbagai teknik yang digunakan dalam
setuju kalau mereka mengamati bisnis. Teknik penyelesaian masalah,
bagaimana orang lain melakukan teknik berpikir kreatif, teknik komunikasi,
bisnisnya. teknik analisa bisnis yang semuanya
 48,4% mahasiswa menyatakan penting digunakan dalam menjalankan
sangat setuju bahwa mereka bisnis mereka.
mengamati bisnis yang sukses. Untuk melakukan evaluasi, maka
Dari hasil tersebut, dapat mahasiswa harus menjawab 4 pertanyaan
disimpulkan bahwa mahasiswa belajar dari yang berkaitan dengan pengalaman nyata
bisnis lain (bagaimana bisnis dibangun tersebut. Hasil dari jawaban dapat dilihat
sampai sukses). pada apendik 3. Hasilnya adalah sebagai
berikut:
3. Abstract Conceptualization  66,4% mahasiswa setuju bahwa
Abstract conceptualization mereka mampu berpikir dengan
cara terbaik untuk memulai bisnis.
 71,9% mahasiswa setuju bahwa
cenderung pada pembelajaran di kelas
secara formal. Materi yang diberikan
berupa teori ataupun studi kasus. mereka mampu mengintegrasikan
Pada saat awal pertemuan, perlu yang mreka amati.
adanya pemahaman tentang pentingnya  79,7% mahasiswa setuju bahwa
menumbuhkan semangat berwirausaha mereka mampu membuat konsep
bagi mahasiswa semester satu. Entry bisnis secara efektif.
behavior mahasiswa pertama kuliah masih  75,6% mahasiswa setuju bahwa
belum banyak yang belum melakukan merak mampu merefleksikan hasil
bisnis, belum memiliki pengalaman pengamatan dalam keputusan
berwirausaha dan tidak tahu bagaimana bisnis.
langkah untuk memulai berwirausaha.
Namun, keinginan untuk berusaha sudah 4. Active Experience
cukup tinggi, ditunjukkan dengan hasil Active experimentation cenderung
wawancara awal dengan mahasiswa memberikan pengalaman kepada
tentang harapan mahasiswa ketika kuliah mahasiswa agar mampu membuat berbagai
di STIE Surakarta. Hal ini poin awal yang keputusan dalam menjalankan usahanya.
bagus untuk pembentukan karakter Ada beberapa cara untuk mengajarkan
239
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kepada mahasiswa bagaimana mereka pada apendik 4. Hasilnya adalah sebagai
mampu membuat keputusan bisnis. berikut:
Pertama, setiap keputusan diserahkan  75,8% mahasiswa setuju bahwa
kepada mahasiswa. Mahasiswa diberikan mereka mampu membuat
kebebasan untuk mengembangkan ide keputusan bisnis dari apa yang
sampai dengan ide tersebut menjadi sebuah diajarkan.
produk. Pengembangan usaha juga  82% mahasiswa setuju bahwa
diserahkan sepenuhnya kepada mahasiswa. mereka mampu memecahkan
Dosen sebagai fasilitator saja. Dosen tidak permasalahan bisnis dengan teori
boleh memaksakan idenya agar dilakukan yang diajarkan.
oleh mahasiswa.  48,5% mahasiswa sangat setuju
Tugas dosen hanya sebagai bahwa mereka bisa menerapkan
fasilitator/coach. Memberikan pelatihan teori bisnis pada bisnis yang
pada beberapa bisnis yang sudah siap dijalankan
untuk terjun ke lapangan, dengan melatih  78,9% mahasiswa setuju bahwa
mereka pada marketing, produk, dll. Pada mereka bisa memecahkan
tahap ini, mahasiswa sudah siap untuk permasalahan yang ada meskipun
terjun di dunia bisnis sesungguhnya memiliki keterbatasan dalam
dengan produk masing-masing kelompok. memulai bisnis.
Biasanya, mahasiswa akan mengalami Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
berbagai masalah karena berbeda kondisi bahwa mahasiswa mampu memecahkan
bisnis pameran dengan kondisi bisnis berbagai masalah yang ada di bisnis.
kesehariannya. Masalah-masalah yang
timbul diantaranya seperti, kemasan. Pada SIMPULAN
dunia bisnis sesungguhnya, kemasan yang
dipakai oleh mahasiswa ternyata tidak Dari hasil riset ini, dapat disimpulkan bahwa
memenuhi keinginan sekelompok sebagian besar jawaban mahasiswa menyatakan
konsumen yang ingin membeli produk setuju dan sangat setuju dengan tiap item
satuan. Masalah yang lain seperti supplier pertanyaan. Oleh sebab itu, experiential
produk yang belum bisa mensupply secara learning yang diterapkan pada pembelajaran
rutin kuantitasnya dan kualitas yang selalu kewirausahaan di Sekolah Tinggi lmu ekonomi
sama. Surakarta telah diterima baik oleh mahasiswa.
Kedua, memberikan berbagai macam Keterbatasan penelitian ini adalah tidak
studi kasus kepada mahasiswa. Tujuan menghubungkan antara experiential learning
pemberian studi kasus adalah agar dengan outcomenya yaitu berupa kinerja
mahasiswa mampu menganalisis dan mahasiswa khususnya dalam pembuatan bisnis.
membuat keputusan bisnis pada kasus Untuk penelitian yang akan datang, carilah
tersebut. pengaruh tiap-tiap dimensi dari experiential
Untuk melakukan evaluasi, maka learning pada minat mahasiswa dalam
mahasiswa harus menjawab 4 pertanyaan membangun usaha ataupun kinerja mahasiswa
yang berkaitan dengan pengalaman nyata dalam membangun usaha.
tersebut. Hasil dari jawaban dapat dilihat

240
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN
Co, M. J., & Mitchell, B. (2006).
Ali, D. F. (2013). The process of impact of Entrepreneurship education in South
entrepreneurship education and training on Africa: A nationwide survey.
entrepreneurship perception and intention. Education+Training, 48(5), 348-359.
Education+Training, 55(8/9), 868-885.
Cotoi, E., Bodoasca, T., Catana, L., & Cotoi, I.
Baden, D., & Parkes, C. (2013). Experiential (2011). Entrepreneurship European
learning : inspiring the business leaders of development strategy in the field of
tomorrow. Journal of Management education. Procedia-Social and Behavioral
Development, 32(3), 295-308. Sciences, 15, 3490-3494.

Bell, B. S., & Kozlowkski, S. W. J. (2008). Dewey, J. (1938). Experience and Education.
Active learning: Effect of Core Training New York: Kappa Delta Pi.
Design Elements: Self Regulatory
Processes, Learning and Adaptability. Gundlach, M. J., & Zivnuska, S. (2010). An
Journal of Applied Psychology, 93(2), 296- experiential learning approach to teaching
316. social entrepreneurship, triple bottom line,
and sustainability: Modifying and
Bevan, D., & Kipka, C. (2012). Experiential Extending Practical Organizational
learning and Management education. Behavior Education (PROBE). American
Journal of Management Development, Journal of Business Education, 3(1), 19-
31(3), 193-197. 28.

Blenker, P., Elmholdt, S. T., Frederiksen, S. H., Hattab, H. W. (2014). Impact of


Korsgaard, S., & Wagner, K. (2014). Entrepreneurship education on
Methods in entrepreneurship education entrepreneurial intentions of University
research: a review and integrative student in Egypt. The Journal of
framework. Education+Training, 56(8/9), Entrepreneurship, 23(1), 1-18.
697-715.
Hynes, B., Costin, Y., & Birdthistle, N. (2010).
Brancua, L., Munteanub, V., & Gligorc, D. Practice-based learning in entrepreneurship
(2012). Study of student motivations for education. Higher Education, Skill, and
entrepreneurship in Romania. Procedia- Work-Based Learning, 1(1), 16-28.
Social and Behavioral Sciences, 62, 223-
231. Ismail, V. Y., Zain, E., & Zulihar. (2015). The
portrait of entrepreneurial competence on
Christina, W., Purwoko, H., & student entrepreneurs. Procedia-Social and
Kusumowidagdo, A. (2015). The role of Behavioral Sciences, 169, 178-188.
entrepreneur in Residence toward the Kim, E., Ham, S., Yang, I. S., & Choi, J. G. C.
students' entrepreneurial performance: A (2013). The roles of attitude, subjective
study of entrepreneurship learning process norm, and perceived behavioral control in
at Ciputra University, Indonesia. Procedia- the formation of consumers’ behavioral
Social and Behavioral Sciences, 211, 972- intentions to read menu labels in the
976.
241
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
restaurant industry. International Journal Framework. Entrepreneurship Theory and
of Hospitality Management, 35, 203-213. Practice, 29(3), 399-424.

Kolb, D. A. (1984). Experiential learning . Rae, D. (2006). Entrepreneurial learning: A


Englewood Cliffs, N. J.: Prentice-Hall. Conceptual framework for technology-
based enterprise. Technology Analysis &
Kuratko, D. F. (2005). The emergency of Strategic Management, 18, 39-56.
entrepreneurship education: development,
trends and challenges. Entrepreneurship Solesvik, M., Westhead, P., & Matlay, H.
Practice and Theory, 29(3), 577-596. (2014). Cultural factors and entrepreneurial
intention: The role of entrepreneurship
Maina, R. W. (2011). Determinants of education. Education+Training, 56(8/9),
entrepreneurial intentions among Kenyan 680-696.
college graduates. Journal of Business
Management, 3(2), 1-18. Souitaris, V., Zerbinati, S., & Al-Laham, A.
(2007). Do entrepreneurship programmes
Maritz, A., Jones, C., & Shwetzer, C. (2015). raise entrepreneurial intention of science
The status of entrepreneurship education in and engineering students? The effect of
Australian universities. learning, inspiration and resources. Journal
Education+Training, 57(8/9), 1020-1035. of Business Venturing, 22(4), 566-591.

Mohamad, N., Lim, H.-E., Yusof, N., & Soon, Støren, L. A. (2014). Entrepreneurship in
J.-J. (2015). Estimating the effect of higher education. Education+Training,
entrepreneur education on graduates’ 56(8/9), 795-813.
intention to be entrepreneurs.
Education+Training, 57(8/9), 874-890. Veselsky, P., Poslt, J., Majewska, P., &
Bolckova, M. (2013). Addressing spiritual
O'Neill, R. C. (2004). Entrepreneurship as a in experiential learning . Procedia-Social
subject at university. The South African and Behavioral Sciences, 106, 328-337.
experience.

Ozgul, U., & Kunday, O. (2015). Conceptual Wei-Loon, K., Sa'ari, J. R., Majid, I. A., &
development of Academic Entrepreneurial Ismail, K. (2012). Determinants of
Intention Scale. Procedia-Social and entrepreneurial intention among millennial
Behavioral Sciences, 195, 881-887. generation. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 40, 197-208.
Packham, G., Jones, P., Miller, C., Pickernell, Wilson, F., Kickul, J., & Marlino, D. (2007).
D., & Thomas, B. (2010). Attitudes Gender, entrepreneurial self-efficacy, and
towards entrepreneurship education: A entrepreneurial career intentions:
comparative analysis. Implications for entrepreneurship
Education+Training, 52(8/9), 568-586. education. Entrepreneurship Theory and
Practice, 31(3), 387-406.
Politis, D. (2005). The process of
entrepreneurial learning: A Conceptual Yildirim, N., & Askun, O. B. (2012).
Entrepreneurship intentions of Public
242
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Universities in Turkey: Going beyond Social and Behavioral Sciences, 150, 834-
education and research? . Procedia-Social 840.
and Behavioral Sciences, 58, 953-963.
Yurtkoru, E. S., Kuscu, Z. K., & Doganay, A.
Yurtkoru, E. S., Acar, P., & Teraman, B. S. (2014). Exploring the antecedents of
(2014). Willingness to take risk and entrepreneurial intention on Turkish
entrepreneurial intention of university university students. Procedia-Social and
students: An empirical study comparing Behavioral Sciences, 150, 841-850.
private and state universities. Procedia-

243
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Model Kewirausahaan Berbasis Karakter Bagi Guru Sekolah Binaan
Persit Kartika Candra Kirana Di Wilayah Malang

Heny Kusdiyanti
Program Studi Manajemen - Universitas Negeri Malang
Email : henykusdiyanti@yahoo.com

Abstrak : Diantara fakta yang ada seseorang menjadi berwirausaha karena (1) kerasnya persaingan di luar sana
yang membuat dia tidak bisa menemukan pekerjaan yang lebih layak, (2) adanya sistem kontrak yang membuat
Bang Black kehilangan pekerjaan, dan ditambah lagi susahnya mencari pekerjaan disebabkan karena lapangan
pekerjaan yang sedikit disediakan pemerintah. Kondisi saat ini tidak boleh dibiarkan, dengan demikian perlu
adanya upaya serius untuk pemberdayaan guru kewirausahaan terutama untuk meningkatkan kemampuan
sumberdaya manusia. Diharapkan pula guru mampu memberikan sumbangan untuk peningkatan kualitas SDM
dan produktifitas kerja wirausaha muda di wilayah Malang Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
Model kewirausahaan berbasis karakter. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan dengan langkah-
langkah sebagai berikut: (1) Analisis situasi (lingkungan), (2) Identifikasi karakteristik responden, (3)
Identifikasi kebutuhan riil responden, (4) berdasarkan analisis situasi, identifikasi karakteristik dan kebutuhan riil
responden, maka disusunlah model kewirausahaan berbasis karakter wilayah Malang Raya. Dengan mengikuti
program kewirausahaan di wilayah Malang Raya dapat memperoleh pengetahuan, kemampuan kewirausahaan,
kemampuan dalam bidang produksi (Product Knowledge), pengetahuan dan kemampuan pasca panen
(pemasaran), dan pada akhirnya kualitas SDM dan produktifitas bisa meningkat. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif-kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah emik (emik view) (Pelto dan Pelto,
1978:54-66). Hasil penelitian ini adalah tersusunnya Panduan Model pe kewirausahaan berbasis karakter .
Bentuk panduan adalah buku yang berisi tentang:1) Prosedur Pendampingan dan Konsultasi Bisnis; 2) Materi-
materi untuk pembekalan antara lain berisi tentang tehnis, pembukuan untuk kewirausahaan, Tehnik pemasaran
dan pembiayaan dan pembinaan keuangan oleh lembaga keuangan. 2). Hasil analisis atau evaluasi kinerja
keuangan menunjukkan bahwa a). dapat mengembangkan usaha ditunjukkan oleh omset pejualan yang
mengalami peningkatan. b)terdapat kendala yang dihadapi yaitu permasalahan pemasaran. c ) tidak mengalami
permasalah utama pada modal, justru pada kurang kondusifnya dukungan keluarga untuk berwirausaha.

Kata Kunci : Kewirausahaan, berbasis karakter

Dalam panduan Keluarga Sejahtera (1996:10) berkelanjutan. Alternatif pendidikan


kemiskinan adalah suatu keadaan dimana kewirausahaan melalui pendekatan
seorang tidak sanggup memelihara dirinya pemberdayaan peran kompetensi
sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki kewirausahaan merupakan tawaran yang patut
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mendapat apresiasi dan respon secara positif.
mental maupun fisiknya dalam memenuhi Permasalahan yang ada di masyarakat
kebutuhannya. (Panduan IDT 1993:26). menunjukkan bahwa kemiskinan yang sudah
Permasalahan Kemiskinan kemanusiaan yang mengakar di kalangan masyarakat pemulung
telah lama diperbincangkan karena berkaitan termasuk kategori kemiskinan struktural.
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan Beberapa faktor penyebab kemiskinan
upaya penanganannya masyarakat pemulung pada umumnya
Dalam kondisi demikian, perlu konsep dikarenakan oleh ketergantungan pada sumber
dan perencanaan penanganan yang jelas dan daya alam sangat tinggi, tidak memiliki
244
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
peluang untuk bekerja di sektor lain, memiliki wawasan, pengetahuan, demi
kelangkaan sumber daya usaha khususnya keterampilan kewirausahaan yang memadai.
sektor kewirausahaan, pranata bagi hasil dan Permasalah Sumber Daya Manusia adalah
pemasaran yang eksploitasi dan rendahnya permasalahan yang kedua menyangkut
kualitas sumber daya kaum miskin. persoalan sumberdaya manusia dalam
Faktor pendidikan bukan merupakan hal pemberdayaan wirausahawan di wilayah
penting bagi wirausaha (entrepreneurship). Malang Raya, masih banyak ditemukan adanya
Keberhasilan usaha kecil wirausahawan di keterbatasan pengetahuan dan pemahaman
wilayah Malang Raya, sering kali dikaitkan mendalam tentang berbagai hal yang
dengan bakat yang dimiliki oleh seseorang, menyangkut profesionalisme bisnis.. Hal
bukan oleh faktor-faktor lain. Hal ini kiranya sedemikian berdampak kurang baik terhadap
tidak berlebihan karena kenyataan perkembangan dan kinerja wirausahawan di
menunjukkan bahwa mayoritas wirausahawan wilayah Malang Raya. Oleh sebab itu,
di wilayah Malang Raya tidak berpendidikan peningkatan kualitas sumberdaya manusia
tinggi. terutama yang terampil, pengetahuan dan
Kemandirian wirausahawan di wilayah memiliki etos, serta komitmen moral yang
Malang Raya terkait juga dengan peningkatan tinggi, perlu dilakukan secara terus-menerus,
kualitas sumberdaya manusia, akses pasar, sehingga mencapai hasil yang optimal.
akses modal dan sebagainya. Masalah Hampir keseluruhan fungsi manajemen,
kemandirian adalah masalah pertama di belum dilakukan secara optimal dan kurang
wirausahawan di wilayah Malang Raya. Dalam diperhatikan. Sehingga terkesan kegiatan
hal kemandirian, wirausahawan di wilayah usaha, dilakukan dengan apa adanya tanpa
Malang Raya kerap terbentur pada persoalan inovasi, yang berakibat langsung pada
keterbatasan sumberdaya manusia, sumberdaya perkembangan dan kinerja wirausahawan di
alam, pemasaran dan permodalan. Di samping wilayah Malang Raya. Permasalahan yang
itu, pola pembinaan telah dilakukan oleh ketiga adalah manajemen keterbatasan
pemerintah , sebagian diantaranya dianggap sumberdaya manusia, terutama aspek
telah menimbulkan berbagai ketergantungan, kualitasnya, berpengaruh pada tingkat
yang berakibat pada rendahnya tingkat profesionalitas manajemen wirausahawan di
kompetisi diantara mereka. Karena itu upaya wilayah Malang Raya yang rata-rata perlu
peningkatan kemandirian harus terus dilakukan perhatian lebih lanjut.
dengan mengurangi berbagai intervensi Pemberdayaan usaha kecil tradisional
pemerintah daerah, dengan menjadikan tidak lagi mengejar target jangka pendek atau
wirausahawan di wilayah Malang Raya sebagai hanya menutupi kekurangan modal semata
mitra. Kemandirian wirausahawan di wilayah yang terbukti sangat tidak efektif. Sebagai
Malang Raya terkait juga dengan peningkatan upaya peningkatan kompetensi usaha kecil
kualitas sumberdaya manusia, akses pasar, tradisional dan menengah di kota Malang,
akses modal dan sebagainya. kiranya perlu dipertimbangkan pemberdayaan
Etos kewiraswastaan dan penguasaan usaha kecil dan menengah tradisional melalui
teknis produksi dan penanganan aspek proses pembelajaran (learning process),
manajerial, masih terlihat lemah. Dengan kata dimana para pengusaha kecil diajak untuk
lain, pengelolaan wirausahawan di wilayah berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan
Malang Raya kebanyakan masih belum usaha mandiri melalui berbagai kegiatan
ditangani oleh sumberdaya manusia yang pendidikan dan pelatihan. Tiga persoalan di
245
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
atas mengisyaratkan bahwa pemberdayaan faktor pembelajaran kewirausahaan upaya
usaha kecil tradisional mestinya diarahkan pada peran kompetensi keberlangsungan usaha
upaya peningkatan kompetensi usaha yang wirausahawan di wilayah Malang Raya. Hasil
mengarah pada keberlangsungan usaha yang pengamatan permasalahan diatas tersebut dapat
tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi dikemukakan bahwa proses pembelajaran
pada perekonomian secara menyeluruh (makro sangat diperlukan oleh seorang wirausahawan
ekonomi). guna mengembangkan kemampuan dan
Berkenaan dengan fenomena tersebut mengembangkan usahanya.
peneliti ingin mengetahui lebih lanjut faktor-

1. Tahapan Pengembangan Model

Analisis Karakteristik dan Kebutuhan responden


tentang pengetahuan kewirausahaan, rancangan
bisnis dan sekolah

Evaluasi proses Umpan balik perencanaan Penetapan tujuan


perencanaan sampai dan pelaksanaan KWU kewirausahaan,
pelaksanaan perancangan bisnis dan
pembinaan

Implementasi model KWU Validasi ahli Mendesain model KWU


kewirausahaan dan kewirausahaan rancangan dan pengembangan model
rancangan bisnis bisnis dan pembukuan KWU dalam bentuk buku
panduan

Gambar 1. Model Kewirausahaan di wilayah Malang Raya

Strata atau derajat kemiskinan adalah sumber daya yang menimbulkan distribusi
kemiskinan sementara dan kemiskinan kronis. pendapatan timpang, penduduk miskin hanya
Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang memiliki sumber daya dalam jumlah yang
terjadi akibat adanya bencana alam dan terbatas dan kualitas rendah, (2) Kemiskinan
kemiskinan kronis yaitu kemiskinan yang muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya
terjadi pada mereka yang kekurangan manusia karena kualitas sumber daya manusia
ketrampilan, aset, dan stamina karena kualitas sumber daya manusia rendah
(Aisyah,2001:151). Kuncoro (2000:107) berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun
mengatakan bahwa kemiskinan sebagai berikut: rendah, (3) Kemiskinan muncul sebab
(1) Secara makro, kemiskinan muncul karena perbedaan akses dan modal.
adanya ketidaksamaan pola kepemilikan

246
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Logika berfikir yang dikemukakan menyebabkan rendahnya produktivitas.
Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000:7) yang Rendahnya produktivitas mengakibatkan
mengemukakan bahwa negara miskin itu rendahnya pendapatan yang mereka terima.
miskin karena dia miskin (a poor country is Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada
poor because it is poor) seperti digambarkan rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya
sebagai berikut: Adanya keterbelakangan, investasi akan berakibat pada keterbelakangan
ketidaksempurnaan pasar, kurangnya modal dan seterusnya.

Ketidaksempurnaan pasar
keterbelakangan ketinggalan

Kekurangan Modal
Investasi Rendah
Produktivitas rendah

Tabungan Rendah Pendapatan Rendah

Gambar 2. Lingkaran Setan Kemiskinan ( The Vicious Circle of Poverty)

Efek persoalan di atas adalah khususnya masalah kemiskinan dan kesulitan-


terganggunya akses sosial ekonomi, dan kesulitan ekonomi lainnya, hal ini merupakan
teknologi masyarakat pinggiran, sehingga alasan atau latar belakang yang patut
menurunnya kualitas SDM, optimalisasi dipertimbangkan secara seksama tentang
pengelolaan sumber daya lingkungan terbatas, diperlukannya program-program pemberdayaan
dan kawasan pinggiran belum mampu menjadi wirausahawan di wilayah Malang. Melalui
basis pertumbuhan pendorong dinamika program demikian diharapkan terbangun
ekonomi wilayah. Berbagai kebijakan wawasan visioner dan kemampuan
pemerintah untuk mengatasi persoalan sosial wirausahawan di wilayah Malang dalam
yang sudah cukup lama, mulai dilakukan secara mengelola potensi sumber daya lingkungannya
intensif. Pembelajaran kemiskinan khususnya secara lestari dan berkelanjutan, (Menurut
masyarakat pesisir, di berbagai wilayah Kusnadi dan Rudito,2003) paradigma program
Indonesia telah memberikan gambaran yang pemberdayaan masyarakat miskin didasari oleh
jelas bahwa persoalan kerawanan sosial- unsur-unsur yang relevan dengan karakteristik
ekonomi, seperti kemiskinan, kesenjangan budaya dan kebutuhan sosial ekonomi. Unsur-
sosial, keterbatasan akses pendidikan dan unsur yang harus dipertimbangkan adalah
kesehatan, kelembagaan sosial yang lemah, sebagai berikut:
serta kesulitan akses modal usaha, teknologi, Semua pihak harus ikut menjaga
dan pasar, merupakan masalah-masalah serius kelangsungan program. Adanya sikap empati-
yang perlu diatasi (Mubyarto dkk.1984, simpati artinya adalah adanya kesadaran nasib
Masyuri, 1999; Kusnadi,2002: Masyuri masyarakat, baik dari pelaksanaan program,
Imron,2003). maupun masyarakat. Sikap ini penting sebagai
Masyarakat menghadapi secara modal budaya untuk membangun kesadaran
langsung permasalahan kewirausahaan, berbagai pihak bahwa suatu program

247
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pemberdayaan benar-benar diarahkan untuk sehingga tidak ada rencana menambah kegiatan
meningkatkan derajat kesejahteraan. usaha dalam bentuk yang berbeda dengan yang
Merekalah yang paling tahu terhadap sudah ada (Kusdiyanti, 2015).
masalah kebutuhan hidupnya. Mereka juga Meski bagi sebagian pelaku usaha kecil,
mengerti apakah suatu program berhasil atau istilah diversifikasi usaha tidak semua orang
gagal berdasarkan parameter yang kontekstual- mengenalnya, tetapi banyak yang
lokal. Bersifat terfokus kepada kelompok sosial melakukannya. Hanya mereka tidak terpaku
yang paling rentan secara ekonomis. Hal ini pada istilah-istilah semacam itu. Pada
dilakukan agar program pemberdayaan tidak prinsipnya bagaimana bisa menemukan
jatuh kepada pihak-pihak yang tidak berhak. peluang usaha baru dan meningkatkan
Berorentasi partisipatif, artinya masyarakat penghasilan dari usahanya.(Kusdiyanti, 2015).
harus dilibatkan kegiatan perencanaan, Perkembangan dan peningkatan bisnis yang
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi baik merupakan harapan bagi setiap pelaku
program. Hal ini penting agar masyarakat usaha. Upaya dan langkahpun selalu dilakukan
benar-benar menjadi subyek pemberdayaan. untuk meningkatkan usahanya, misalnya
Para birokrat, LSM. PT, dan pihak-pihak lain dengan menambah jumlah outlet,
yang terlibat dalam proses pemberdayaan harus meningkatkan kapasitas produksi dan
mengambil peran sebagai mediator, fasilitataor, pemasaran, serta memperbesar skala usaha.
dan katalisator. Bahkan ada yang melakukan diversifikasi
Sebagai salah satu pendekatan dalam usaha atau perluasan bisnis pada bidang usaha
pembangunan masyarakat atau komuniti, yang baru.
kelembagaan sosial ekonomi memiliki nilai Pelaksanaan pembinaan terhadap usaha
yang strategis karena beberapa hal, yaitu (1) kecil dalam bentuk pelatihan (training)
menjadi wadah penampung harapan dan biasanya dilakukan untuk pengembangan SDM
pengelola aspirasi kepentingan pembangunan bagi usaha yang telah berdiri, dengan maksud
warga, (2) menggalang seluruh potensi sosial, untuk meningkatkan kinerja para pelaku usaha.
ekonomi, politik, dan budaya masyarakat (Kusdiyanti, 2011). Dalam usaha membina
sehingga kemampuan kolektivitas, sumber berwirausaha masyarakat secara teknis dapat
daya, dan akses masyarakat meningkat, (3) melalui berbagai usaha diantaranya dengan
memperkuat solidaritas dan kohesivitas sosial pelatihan, konsultasi, pendampingan,
sehingga kemampuan bergotong royong bimbingan dan sebagainya. Masing-masing
masyarakat berkembang, (4) memperbesar dari usaha atau cara tersebut harus disesuaikan
kemampuan bargaining position masyarakat dengan karakteristik dan kondisi masyarakat.
dengan pihak-pihak atas desa, dan (5)
mengembangkan tanggung jawab kolektif 2. Model Pembinaan Kewirausahaan
masyarakat atas pembengunan wilayah Leonarde (2002) mendefinisikan (1)
(Syafullah dkk.2003). pendampingan dan konsultasi bisnis sebagai
Berdasarkan hasil penelitian yang aktivitas untuk mencocokan individu dengan
dilakukan terdahulu, Recana Pengembangan pekerjaan dan organisiasi (2) pendampingan
Usaha wirausahawan sebagian renponden 53% dan konsultasi bisnis adalah salah satu proses
menyatakan berkeinginan mengembangan yang dibutuhkan untuk mengubah anggota baru
usaha dengan harapan dapat menambah dalam organisasi menjadi “orang dalam” yang
pendapatan, sedangkan 47% kesulitan produktif (3) Proses menjadikan diri menjadi
pengelolaan kegiatan usaha yang sudah ada lebih baik dari kondisi sebelumnya (4)
248
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pendampingan dan konsultasi bisnis: proses kondisi ekonomi, aktivitas ekonomi
pengalaman belajar yang terstruktur untuk wirausahawan di wilayah Malang, dan perilaku
mengingkatkan pengetahuan, sikap dan sosial wirausahawan di wilayah Malang. Data
keterampilan (terstruktur: jadwal, materi, sekunder dengan mengambil data-data statistik,
metode, evaluasi, dll). Sebelum membahas dokumen resmi, literatur yang relevan, dan
lebih mendalam tentang bagimana sebagainya yang bisa diperoleh dari berbagai
pengembangan model pembinaan sumber. Data-data tersebut akan dikumpulkan,
kewirausahaan maka terlebih dahulu perlu dikategorisasi, dan diinterprestasi atau
dibahas tentang definisi pendampingan dan dianalisis maknanya secara integratif antar
konsultasi bisnis. pendampingan dan konsultasi komponen subyek. Hasil analisis akan disajikan
bisnis menurut (Satmoko dan Irmim, 2004) dalam bentuk deskripsi kualitatif yang
usaha untuk membekali pengetahuan, komprehensif dengan memperhatikan kerangka
pengembangan kompetensi kerja, teori dan konsep-konsep yang menjadi
meningkatkan kemampuan, meningkatkan referensi penelitian ini.
produktivitas dan meningkatkan kesejahteraan Tingkat pendidikan responden, jumlah
bagi peserta pendampingan dan konsultasi anak yang ditanggung responden, tingkat
bisnis.. Dari kedua definisi di atas dapat pendapatan responden merupakan data
disimpulan bahwa kegiatan pelatihan karakteristik responden, keikutsertaan
kewirausahaan sesungguhnya bertujuan untuk responden dalam sebuah pelatihan untuk
meningkatkan kualitas daya guna seseorang mendukung usahanya, tingkat pengetahuan
dalam pekerjaannya sehingga ia menjadi lebih responden tentang masalah kewirausahaan dan
produktif. perancangan bisnis, dan selanjutnya Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan
METODE analisis deskriptif , meliputi kegiatan
menganalisis situasi (lingkungan), menganalisis
Pendekatan ini menempatkan wirausahawan di karakteristik responden dan analisis kebutuhan
wilayah Malang. Penelitian ini adalah responden akan model kewirausahaan yang
penelitian deskriptif-kualitatif. Pendekatan akan dilakukan. Analisis karakteristik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden.
emik (emik view) (Pelto dan Pelto, 1978:54- Langkah selanjutnya adalah melakukan
66). Sebagai subyek yang otonom dalam analisis hasil dari implementasi atau penerapan
memberikan persepsi dan penilaian tentang model yang telah diujicobakan dengan skala
pemberdayaan kompetensi kewirausahaan kecil, kemudian diadakan evaluasi oleh para
terhadap keberlangsungan usaha terhadap ahli dan peneliti, juga diadakan proses revisi
dinamika dan kehidupan perekonomian dan akhirnya diadakan validasi untuk diadakan
mereka. ujicoba untuk tahap berikutnya yaitu tahapan
dengan skala besar.
1. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan data primer HASIL & PEMBAHASAN
dengan didukung dengan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui serangkaian Model Pendidikan Berbasis Karakter
wawancara mendalam (indepth interview) Hasil ini juga didukung oleh penelitian
dengan informan dan pengamatan terlibat sebelumnya oleh Koh (1996), Meredith (1996)
(participant observation) terhadap kondisi- dan Zimmerer yang menemukan bahwa
249
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
seorang wirausaha harus memiliki sifat kreatif (2002) juga menemukan bahwa faktor motivasi
yang ditunjukan dengan menyukai cara-cara dan ambisi merupakan karakteristik dari jiwa
baru. Berdasarkan temuan diatas, terlihat kewirausahaan. Seorang wirausaha juga harus
untuk beberapa karakteristik ternyata sudah memiliki daya juang yang tinggi, karena dalam
dimiliki secara lebih baik oleh responden dalam menghadapi kondisi persaingan dibutuhkan
penelitian ini, seperti kebutuhan berprestasi semangat dan daya juang yang tinggi serta
yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa tidak mudah putus asa. Seorang wirausaha juga
responden adalah orang-orang yang ingin harus memiliki motivasi yang kuat untuk
berprestasi, ini sesuai dengan temuan Koh berhasil. Berdasarkan temuan dinilai guru
(1996) yang menyatakan salah satu Sekolah sudah memilikinya.
karakteristik dari wirausaha adalah memiliki Kurangnya kepercayaan diri responden
kebutuhan berprestasi yang tinggi. berkemungkinan disebabkan oleh belum
Meskipun demikian masih ada yang adanya praktek lapangan yang dilakukan,
ragu dengan kemampuan mereka untuk sehingga responden cenderung takut gagal
mengarahkan orang lain. Seorang wirausaha Beberapa karakteristik lain belum lagi dimiliki
harus berorientasi ke masa depan, berdasarkan secara utuh oleh guru sekolah. Hal ini terlihat
karakteristik ini, responden dinilai sudah pada karakteristik seorang wirausaha haruslah
berorientasi ke masa depan. Karakteristik sangat percaya diri, ternyata sebagian guru
berorientasi pada tugas dan hasil/locus control masih ragu dengan kondisi mereka dan hanya
dinilai telah dimiliki oleh guru sekolah. sedikit yang sangat yakin dengan kepercayaan
Penelitian yang dilakukan oleh Hansemark diri mereka. Berdasarkan temuan Koh (1996),
(19100) menemukan locus control dan Meredith (1996) dan Zimmerer dalam Suryana
kebutuhan berprestasi sebagai karakteristik (2000), seorang wirausaha harus memiliki
kewirausahaan. Karakteristik suka mencoba kepercayaan diri yang tinggi, karena untuk
cara-cara baru/ kreatif juga terlihat sudah memulai melakukan suatu usaha dibutuhkan
dimiliki oleh responden. Karakteristik kepercayaan diri yang tinggi. Kepercayaaan
berikutnya adalah mampu mengarahkan orang diri akan memberi keyakinan kepada wirausaha
lain untuk melakukan pekerjaan, responden untuk memulai usahanya sekaligus bisa
dinilai cukup memiliki karakteristik ini. berguna untuk meyakinkan orang lain.
Karakteristik mempunyai ambisi yang Meskipun responden punya
kuat untuk melakukan pekerjaan ternyata juga pengetahuan yang cukup namun belum pernah
sudah cukup dimiliki. Wirausaha juga dituntut menerapkannya dalam usaha riil, bisa
harus memiliki karakteristik memerlukan menyebabkan responden tidak dapat
umpan balik yang cepat atas pekerjaan yang memikirkan ide-ide baru untuk pengembangan
dilakukan, responden dalam penelitian ini usaha.Karakteristik inovatif juga
dinilai sudah memiliki sifat tersebut. memperlihatkan tingkat keraguan yang cukup
Karakteristik memiliki ambisi yang kuat dan tinggi, hal ini berarti masih banyak responden
memerlukan umpan balik akan sangat belum yakin dengan kemampuannya
dibutuhkan oleh seorang wirausaha ketika untukmenciptakan ide-ide yang inovatif. Hal
menghadapi sebuah peluang dan menyikapi ini juga berkaitan dengan kepercayaan diri dan
tantangan yang muncul. keberanian untuk mencoba ide-ide baru.
Karakteristik selalu belajar dari Kondisi-kondisi diatas memperlihatkan
kesalahan yang dilakukan juga dinilai telah bahwa ke empat belas karakteristik
dimiliki oleh mahasiswa. Galloway dan Brown kewirausahaan telah dimiliki oleh responden,
250
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
namun ada beberapa karakteristik yang belum yang menjawab ragu-ragu adalah perempuan
cukup kuat dimiliki, yaitu berupa kepercayaan yang kemudian diikuti oleh laki-laki. Hal diatas
diri yang tinggi dan kemampuan mengambil menunjukan rata-rata setiap wirausahawan
risiko yang moderat serta kemampuan dalam tiga karakteristik diatas yaitu
menciptakan ide-ide yang inovatif. Ini karakteristik percaya diri, menyukai risiko yang
diperlihatkan dengan masih banyaknya moderat dan inovatif, meskipun memiliki
responden yang menjawab netral/ragu-ragu kebutuhan berprestasi yang cukup tinggi.
dengan kemampuan mereka untuk tiga Ekplorasi lebih lanjut, ternyata dari 100
karakteristik tersebut. Seorang wirausaha juga responden ada 15 responden yang telah
harus menyukai risiko yang moderat, temuan mengikuti program kewirausahaan yang
menunjukan guru kurang menyukai risiko dilakukan oleh sekolah, kegiatan itu berupa
moderat. Memang sebagian besar orang lebih Pelatihan Kewirausahaan di tambah dengan
suka menghindari risiko, namun seorang mengikuti matapelajaran kewirausahaan di
wirausaha harus menyukai risiko yang moderat, sekolah. Penilaian dari 15 responden tersebut,
hal ini juga ditemukan dalam penelitian Koh 11 orang menyatakan bahwa program
(1996). kewirausahaan yang dilakukan sekolah belum
Kegiatan yang bisa dilakukan adalah berjalan secara baik karena terputus hanya pada
dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang pemberian materi, sedangkan praktek lapangan
lebih intensif tetapi harus diikuti dengan masih kurang. Hal ini yang menjadi salah satu
praktek lapangan seperti magang, ataupun penyebab mengapa mereka tidak berani untuk
diminta membuka usaha sendiri. Kondisi diatas membuka usaha sendiri.
diperkuat dengan jawaban pertanyaan lanjutan Karakter mengacu kepada serangkaian
tentang rencana responden setelah pelatihan, sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
ternyata sebagian besar masih ingin mencari (motivations), dan keterampilan (skills).
pekerjaan , hanya 25 orang responden yang Karakter berasal dari bahasa Yunani yang
ingin berwirausaha. Agar kondisi ini bisa berarti “to mark” atau menandai dan
diatasi perlu dilakukan pembinaan-pembinaan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan
untuk meningkatkan kepercayaan diri, berani nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
mengambil risiko yang moderat dan tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
memunculkan ide-ide yang inovatif tanpa kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
mengabaikan karakteristik lain. dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya,
Kegiatan tabulasi silang dapat orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah
disimpulkan bahwa antara laki-laki dan moral disebut dengan berkarakter mulia.
perempuan dalam penelitian ini tidak ada Reflektif, Faktor Performer, rasional,
perbedaan yang signifikan dalam jiwa logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif,
kewirausahaan. Berdasarkan hal itu ternyata mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta
untuk karakteristik memiliki kebutuhan ilmu, sabar, berhati- hati, rela berkorban,
berprestasi yang tinggi, paling besar dimiliki pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati
oleh perempuan dan kemudian diikuti oleh janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah,
laki-laki . Jawaban ragu-ragu yang terbesar pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras,
untuk karakteristik menyukai risiko yang tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir
moderat juga dimiliki oleh perempuan yang positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner,
kemudian diikuti oleh laki-laki. Sedangkan bersahaja, bersemangat, dinamis,
untuk karakteristik inovatif, paling banyak hemat/efisien, menghargai waktu,
251
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, aktivitas atau kegiatan kokurikuler,
produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan,
sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga dan etos kerja seluruh warga sekolah/
memiliki kesadaran Merupakan karakter mulia lingkungan. pendidikan karakter dimaknai
berarti individu memiliki pengetahuan tentang sebagai suatu perilaku warga sekolah yang
potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai dalam menyelenggarakan pendidikan harus
karakter. berkarakter sebagaimana dijelaskan di atas.
Individu yang berkarakter baik atau Menurut David Elkind & Freddy Sweet
unggul adalah seseorang yang berusaha Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan sebagai berikut: “character education is the
YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan deliberate effort to help people understand,
negara serta dunia internasional pada umumnya care about, and act upon core ethical values.
dengan mengoptimalkan potensi When we think about the kind of character
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan we want for our children, it is clear that we
kesadaran, emosi dan motivasinya want them to be able to judge what is right,
(perasaannya). care deeply about what is right, and then do
Untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan what they believe to be right, even in the face
individu juga mampu bertindak sesuai potensi of pressure from without and temptation from
dan kesadarannya tersebut. Itulah karakter within”.
individu yang mulia yang dapat ditandai Menurut para ahli psikolog, beberapa
dengan nilai-nilai ketiga aspek tersebut nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta
sehingga dikatakan sebagai karakteristiknya. kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan
Karakteristik adalah realisasi perkembangan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan
positif sebagai individu (intelektual, emosional, santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama,
sosial, etika, dan perilaku). percayadiri, kreatif, kerja keras, dan pantang
Pendidikan karakter adalah suatu sistem menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik
penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan
kepada warga sekolah yang meliputi komponen persatuan. Pendidikan karakter berpijak dari
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, karakter dasar manusia, yang bersumber dari
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai nilai moral universal (bersifat absolut) yang
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa bersumber dari agama yang juga disebut
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, sebagai “the golden rule”. Pendidikan karakter
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila
insan kamil. Pendidikan karakter dapat berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut.
dimaknai sebagai “the deliberate use of all Penyelenggaraan pendidikan karakter
dimensions of school life to foster optimal di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai
character development”. karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan
Dalam pendidikan karakter di sekolah, menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih
semua komponen (stakeholders) harus tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat
dilibatkan, termasuk komponen-komponen relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, lingkungan sekolah itu sendiri. Karakter dasar
proses pembelajaran dan penilaian, kualitas manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa
hubungan, penanganan atau pengelolaan mata hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan

252
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
jawab, kewarganegaraan, ketulusan, berani, 37) Menghargai waktu 38)
tekun, disiplin, visioner, adil, dan integritas. Pengabdian/dedikatif
Berdasarkan pembahasan di atas dapat 39) Pengendalian diri 40) Produktif 41) Ramah
ditegaskan bahwa pendidikan karakter 42) Cinta keindahan (estetis) 43) Sportif
merupakan upaya-upaya yang dirancang dan 44) Tabah 45) Terbuka 46) Tertib 11) Berhati-
dilaksanakan secara sistematis untuk hati 12) Rela berkorban 13) Pemberani
membantu guru memahami nilai-nilai perilaku 14) Dapat dipercaya 15) Jujur 16) Menepati
manusia yang berhubungan janji 29) Disiplin 30) Antisipatif 31) Inisiatif
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, 32) Visioner 33) Bersahaja 34) Bersemangat
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, c . Nilai-nilai perilaku manusia terhadap
perkataan, dan perbuatan berdasarkan sesama
norma-norma agama, hukum, tata krama, 1) Taat peraturan 2) Toleran 3) Peduli 4)
budaya, dan adat istiadat. Kooperatif 5) Demokratis 6) Apresiatif 7)
A. . Nilai-nilai Karakter yang Terbentuk Santun
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, 8) Bertanggung jawab 9) Menghormati orang
norma-norma sosial, peraturan/ hukum, etika lain 10) Menyayangi orang lain11) Pemurah
akademik, telah teridentifikasi 80 butir nilai (dermawan) 12) Mengajak berbuat baik 13)
yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu nilai- Berbaik sangka 14) Empati 15) Konstruktif
nilai perilaku manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, d. Nilai-nilai perilaku manusia terhadap
sesama manusia, dan lingkungan serta lingkungan
kebangsaan. Berikut adalah daftar nilai-nilai 1) Peduli dan bertanggung jawab terhadap
yang dimaksud. Menurut buku panduan pelestarian tumbuhan, binatang, dan
pendidikan karakter dari Direktorat PSMP lingkungan alam sekitar. 2) Peduli dan
nilai-karakter meliputi: bertanggung jawab terhadap pemeliharaan
a Nilai-nilai perilaku manusia terhadap Tuhan tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam
1) Taat kepada Tuhan YME, 2) Syukur sekitar 3) Peduli dan bertanggung jawab
(berterima kasih). 3) Ikhlas 4) Sabar (kepada terhadap pemanfaatan tumbuhan, binatang, dan
Tuhan) lingkungan alam sekitar.
5) Tawakkal (berserah diri kepada Tuhan) e Nilai-nilai kebangsaan
1) Cinta tanah air 2) Cinta damai 3) Tidak rasis
b Nilai-nilai perilaku manusia terhadap diri 4) Menjaga persatuan 5) Memiliki semangat
sendiri membela bangsa/Negara 6) Berbahasa
1) Reflektif. 2) Faktor Performer. 3) Rasional. Indonesia dengan baik dan benar 7) Bangga
4) Logis, kritis,analitis sebagai bangsa Indonesia 8) Mencintai produk
5) Kreatif dan Inovatif. 6) Mandiri.7) Hidup sendiri 9) Mencintai seni sendiri 10) Mencintai
sehat/8) Bertanggungjawab.9) Cinta ilmu budaya sendiri 11) Memiliki semangat untuk
10) Sabar.11) Adil 18) Rendah hati 19) Malu berkontribusi kepada bangsa/Negara
berbuatsalah 20) Pemaaf 21) Berhati lembut
22) Setia 23) Bekerja keras 24) Tekun 25)
Ulet/gigih 26) Teliti 27) Berinisiatif 28)
Berpikir Positif 35) Dinamis 36) Hemat/efisien

253
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
C. Pendidikan Kewirausahaan Berbasis Berfikir ke arah yang asli
Karakter di Sekolah 1. Kreatif dan Inovatif
Sampai saat ini konsep kewirausahaan 2. Luwes dalam melaksanakan pekerjaan
masih terus berkembang. Secara 3. Mempunyai banyak sumberdaya
etimologis, wiraswasta merupakan suatu istilah 4. Serba bisa dan berpengetahuan luas
yang berasal dari kata-kata “wira” dan
“swasta”. Wira berarti berani, utama, atau Keorisinilan
perkasa. Swasta merupakan paduan dari dua 1. Berfikiran menatap ke depan
kata: “swa” dan “sta”. Swa artinya sendiri, 2. Perspektif
sedangkan sta berarti berdiri. Swasta dapat
diartikan sebagai berdiri menurut kekuatan B. Kualitas Pendidikan Karakter
sendiri. Meredith dalam Suprojo Kewirausahaan Guru di sekolah
Pusposutardjo(1999), memberikan ciri-ciri
seseorang yang memiliki jiwa wirausaha Pendidikan karakter bertujuan untuk
(entrepeneur) sebagai orang yang a). Faktor membentuk manusia secara utuh (holistik),
Performer, b).berorientasi tugas dan hasil, c). insan
berani mengambil risiko, d). berjiwa kamil,atau insan paripurna yang berkarakter,
kepemimpinan, e).berorientasi ke depan, dan f). yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi,
keorisinal. sosial, kreativitas, spiritual, dan intelektual
guru secara optimal. Pada dasarnya,
Ciri-Ciri Seorang yang Memiliki Jiwa pendidikan karakter dapat diimplementasikan
Wirausaha secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan
Faktor Performer pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan hal
1. Bekerja penuh keyakinan tersebut, pendidikan karakter dan pendidikan
2. Tidak berketergantungan dalam melakukan kewirausahaan di sekolah dapat dilaksanakan
pekerjaan melalui tiga jalur, yaitu:
3. Individualistis dan optimis 1. Pendidikan karakter yang terpadu dalam
Pembelajaran
Berorientasi pada tugas dan hasil 2. Pendidikan karakter yang terpadu dalam
1. Memenuhi kebutuhan akan Prestasi kegiatan Ekstra Kurikuler
2. Orientasi pekerjaan berupa laba, tekun dan 3. Pendidikan karakter yang terpadu dalam
tabah, tekad kerja keras. kegiatan Pengembangan Diri
3. Berinisiatif ` Strategi yang dapat ditempuh oleh
sekolah dalam pendidikan karakter melalui tiga
Pengambil risiko jalur tersebut antara lain dengan:
1. Berani dan mampu mengambil risiko kerja 1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan
2. Menyukai pekerjaan yang menantang partisipasi aktif guru, yaitu metode
yang dapat meningkatkan motivasi guru
Kepemimpinan karena seluruh dimensi manusia terlibat
1. Bertingkah laku sebagai pemimpin yang secara aktif dengan diberikan materi
terbuka thd saran dan kritik. pelajaran yang kongkret, bermakna, serta
2. Mudah bergaul dan bekerjasama dengan relevan
orang lain dalam konteks kehidupannya (student active
learning, contextual teaching and learning,
254
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
inquiry based learning, integrated learning); keterampilan sosial-emosional, seperti
2. Menciptakan lingkungan belajar yang mendengarkan ketika orang lain bicara,
kondusif (conductive learning community) mengenali dan mengelola emosi,
sehinga menghargai perbedaan, dan menyelesaikan
guru dapat belajar dengan efektif di dalam konflik
suasana yang memberikan rasa aman, melalui cara lemah lembut yang mengharagi
penghargaan, tanpa ancaman, dan kebutuhan (kepentingan) masing-masing;
memberikan semangat; 10. Melibatkan guru dalam wacana moral. Isu
3. Memberikan pendidikan karakter secara moral adalah esensi pendidikan anak
eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan untuk menjadi prososial, dan moral
dengan melibatkan aspek knowing the good, manusia;
loving the good, dan acting the good; 11. Membuat tugas pembelajaran yang penuh
4. Metode pengajaran yang memperhatikan makna dan relevan untuk guru;
keunikan masing-masing guru, yaitu 12. Tidak ada guru yang terabaikan. Tolok ukur
menerapkan kurikulum yang melibatkan yang sesungguhnya dari
aspek-aspek kecerdasan manusia; kesuksesan sekolah termasuk pendidikan
5. Seluruh pendekatan di atas menerapkan untuk semua bagi anak dalam upaya
prinsip-prinsip developmentally appropriate mewujudkan seluruh potensinya dengan
practices; membantu mengembangkan bakat khusus dan
6. Membangun hubungan yang supportive dan kemampuan mereka, dan dengan
penuh perhatian di kelas dan seluruh membangkitkan pertumbuhan intelektual,
sekolah. Lingkungan sekolah harus etika, dan emosi guru.
berkarakteristik aman serta saling percaya,
hormat, SIMPULAN & SARAN
dan perhatian pada kesejahteraan lainnya;
7. Model atau contoh perilaku positif. Bagian Simpulan
terpenting dari penetapan lingkungan yang
supportive dan penuh perhatian di kelas Berdasarkan hasil sebelumnya, maka hasil
adalah teladan perilaku penuh perhatian dan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
penuh penghargaan dari guru dan Berdasarkan target kegiatan penelitian adalah
interaksinya dengan guru tersusunnya Panduan Model pembinaan
8. Menciptakan peluang bagi guru untuk kewirausahaan Kewirausahaan. Bentuk
menjadi aktif dan penuh makna termasuk panduan adalah buku yang berisi tentang:1)
dalam kehidupan di kelas dan di sekolah. Prosedur Pendampingan dan Konsultasi Bisnis;
Sekolah harus menjadi lingkungan yang lebih 2) Materi-materi untuk pembekalan antara lain
demokratis sekaligus tempat bagi guru untuk berisi tentang tehnis, pembukuan untuk
membuat keputusan dan tindakannya, serta kewirausahaan, Tehnik pemasaran dan
untuk merefleksi atas hasil tindakannya pembiayaan dan pembinaan keuangan oleh
9. Mengajarkan keterampilan sosial dan lembaga keuangan. Hasil analisis atau
emosional secara esensial. Bagian terpenting evaluasi kinerja keuangan menunjukkan
dari bahwa: 1) Dapat mengembangkan usaha
peningkatan perkembangan posisitf guru menunjukkan omset pejualan yang mengalami
termasuk pengajaran langsung peningkatan. 2) Dapat mengembangkan usaha
dan tidak menunjukkan omset penjulan
255
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
meningkat, kendala yang dihadapi adalah peserta dan perolehan kredit untuk
pemasaran. c). tidak mengalami permasalah pengembangan usaha sebagai berikut:
utama pada modal, justru pada kurang Pemerintah Daerah seharusnya ikut membantu
kondusifnya dukungan keluarga untuk atau memvasilitasi kegiatan-kegiatan pihak lain
berwirausaha.d) Barang yang diperjual belikan yang ingin berupaya memberdayakan
lebih dominan pada fashion dan aksesoris kewirausahaan di daerahnya. Seperti dalam
dengan pemasaran menggunakan IT yang ada. kegiatan penelitian ini, seharusnya pemerintah
Dengan adanya model kewirausahaan berbasis melaui Dinas Perindustrian dan Perdagangan
karakter ini dapat membentuk karakter dapat mengirim tenaganya untuk ikut
kewirausahaan yang memiliki ketangguhan memberikan materi sehingga kewirausahaan
dalam berwirausahan dengan menjalankan merasa dapat perhatian dari penerintah.
koansep kewirausahaan berbasis karakter yang Pengelola keuangan dari Kelurahan seharusnya
baik dan memiliki keyakinan terhadap tidak mempersulit kewirausahaan untuk
pemberian Tuhan yang Maha Esa untuk memperoleh hak mereka, yaitu untuk menerima
keberlangsungan usahanya sebagai motivasi bantuan kredit lunak dari pemerintah untuk
diri dalam berwirausaha. mengembangkan usaha mereka. Peranan
keluarga lebih diciptakan sebagai upaya
Saran pendukung utama dalam berwirausaha yang
Berdasarkan kendala yang ditemukan pada berkarakter, agar memiliki semangat juang.
pelaksanaan kegiatan yaitu kesulitan rekrutmen

DAFTAR RUJUKAN _______________2015. Eksplorasi Potensi dan


Kompetensi Kewirausahaan ibu-ibu
Kusdiyanti Heny.2009.Peningkatan Persit Kartika Chandra Kirana . Malang.
Kompetensi Usaha Sebagai Peluang
Kewirausahaan UKM Tradisional. Kusnadi dkk. 2004. Evaluasi Program PEMP
Malang TA 2003 di Propinsi Jawa Timur untuk
Kabupaten: Lumajang, Malang, Jember,
_____________ 2009. Peran Kompetensi Tulungagung, Situbondo, dan Sumenep.
Kewirausahaan UKM Tradisional Pada Surabaya: Konsorsium Kemitraan Bahari
Keberlangsungan Usaha. Malang Regional Centre Jatim.

______________2010. Pemberdayaan dan ______. 2006. 6 Tahun “Pemberdayaan


Konsultasi Bisnis Pengepul Sampah. Masyarakat Pesisir: Penguatan
Malang Kelembagaan Sosial Ekonomi dan
Dinamika Pembangunan Kawasan
______________ 2011. Pemberdayaan Pesisir”, Makalah diskusi yang
mahasiswa dalam program PKM-K di disampaikan di hadapan staf Direktorat
Universistas Negeri Malang. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Ditjen
Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil,
DKP, Jakarta, 17 Mei 2006.

256
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Masyhuri. 1999. Pemberdayaan Nelayan
Tertinggal dalam Mengatasi Krisis Prawiraranegara, A. Sidik. 1994. “Pokok-
Ekonomi. Jakarta: LIPI. pokok Kebijaksanaan Pemerintah dalam
Pembinaan dan Pengembangan
Masyhuri Imron. 2003. “Kemiskinan dalam Pengusaha Kecil”, dalam Djabaruddin
Masyarakat Nelayan”, dalam Jurnal Djohan dan Husni Rasyad (Peny.).
Masyarakat dan Budaya 5 (1): 63-81. Mencari Bentuk dan Metoda Pembinaan
dan Pengembangan Usaha Kecil dan
Mubyarto dkk. 1984. Nelayan dan Kemiskinan: Sektor Informal. Jakarta: Friedrich Ebert
Studi Ekonomi Anthropologi di Dua Desa Stiftung, hal. 1-13.
Pantai. Jakarta: Rajawali Pers.
Spradley, James P. 1979. Participant
Pelto, Pertti J. Dan Gretel H. Pelto. 1978. Observation. New York: Holt, Rinehart
Anthropological Research. Cambridge: and Winston.
Combridge University Press.
Yustika, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan
Rudito, Bambang dan Arif Budimanta. 2003. dan Krisis: Memetakan Perekonomian
Metode dan Teknik Pengelolaan Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Community Development. Jakarta: ICSD.
______. 2003. Negara vs Kaum Miskin.
Syaefullah, Budiyana dkk. 2003. Organisasi Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Berbasis Masyarakat. Jakarta: INCIS.

257
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Peranan Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi
Guna Pengembangan Kreativitas Siswa

Susiana
Universitas Andalas Padang-Sumatera Barat
Vita Dhameria
Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penerapan pendidikan
kewirausahaan bagi siswa di perguruan tinggi, dengan mengadopsi beberapa hasil penelitian mengenai
peran kewirausahaan di perguruan tinggi dari beberapa negara di dunia. Untuk mengetahui bagaimana
siswa dapat mengimplementasikan pengetahuan yang mereka dapat mengenai pendidikan
kewirausahaan dan bagaiamana pola fikir dan minat siswa dalam memutuskan serta memanfaatkan
peluang kewirausahaan. Dengan adanya pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi diharapkan
dapat mengurangi angka pengangguran bagi tenaga terdidik seperti sarjana dan diploma.

Kata Kunci: Kewirausahaan, Pola Fikir Wirausaha, Kinerja Perguruan Tinggi.

Lingkungan ekonomi dunia mengalami yang relatif baru di perguruan tinggi, sebagian
perubahan yang tadinya tradisional sekarang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lebih modern, perubahan tersebut terjadi secara yang barkaitan dengan kewirausahaan di
dramatis dari waktu ke waktu. Dengan adanya perguruan tinggi (Mars dan Garrison, 2009).
perubahan tersebut menimbulkan Dari berbagai penelitian mengatakan
ketergantungan pada dunia kerja terutama bahwa orientasi kewirausahaan itu berpengaruh
mereka yang memang dituntut untuk positif terhadap kinerja perusahaan. Wiklund
memanfaatkan peluang yang ada, bagaimana dan Shepherd (2005) mengatakan bahwa
mereka mendapatkan pekerjaan ataupun orientasi kewirausahaan berpengaruh positif
membuka usaha dan bisnis sendiri. Untuk dapat terhadap kinerja bisnis. Berbeda dengan
menghasilkan dan memanfaatkan pengetahun pendapat Frank et al (2010) yang menyatakan
baru, imajinasi, kreativitas, inovasi dan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh
teknologi sangat dibutuhkan. Kita juga dituntut negatif terhadap kinerja bisnis. Hal tersebut
untuk dapat memanfaatkan peluang dari waktu didukung dengan pendapat Lumpkin dan Dess
ke waktu. Dalam beberapa penelitian masih (2001) yang mengatakan bahwa hubungan
terdapat perdebatan mengenai implementasi antara orientasi kewirausahan dengan kinerja
kewirausahaan di perguruan tinggi. bisnis adalah lemah. Untuk itu kita mencoba
Sebagian besar program di tingkat untuk mengamati apa dampak yang terjadi dari
universitas mengajarkan kewirausahaan dalam orientasi kewirausahaan terhadap kinerja bisnis,
cara yang mirip dengan bisnis lainnya. dan cara bagaimana pelaksanaan program
Program pendidikan kewirausahaan kewirausahaan diaplikasian pada perguruan
menyediakan rancangan yang layak untuk tinggi.
pertumbuhan ekonomi dan harus menjadi
prioritas utama dalam kurikulum
pengembangan ekonomi (Shinnar et al, 2009).
Meskipun kewirausahaan merupakan fenomena
258
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
HASIL & PEMBAHASAN Pendidikan kewirausahaan di Inggris
berkembang seiring dengan berkembangnya
Menurut Kao (1990) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi (Matlay, 2009).
kewirausahaan merupakan sebagai penciptaan Program yang disampaikan sangat bervariasi
nilai tambah dengan memperhitungkan resiko yaitu ada yang fokus pada pengajaran siswa
dari berbagai peluang usaha dan tentang kewirausahaan melalui pendidikan
memberdayakan sumber daya yang ada dengan formal (seperti: kuliah, makalah, ujian).
kemampuan managerial yang sesuai guna Pelaksanaan pemberian program
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan kewirausahaan juga dilaksanakan pada lembaga
sebelumnya. Disamping itu ada yang penelitian besar yang dibentuk oleh instansi.
mengatakan kewirausahaan berkaitan dengan Ada cara lain yang dilakukan yaitu dengan cara
seluruh kegiatan manusian yang lebih bersifat mengambil pendekatan yang lebih aktif yang
eksternal dibandingkan kegiatan sosial. Oleh langsung memungkinkan siswa untuk
karen itu, manusia memiliki kreativitas dan mengalami persoalan yang berdampak bagi
inovasi yang akan dijadikan sebagai modal siswa untuk mampu berusaha (Nabi et
dalam pengambilan keputusan untuk belajar al.,2006).
dalam berwirausaha dan menjadi Namun, sistem pendidikan tinggi di
wirausahawan. Wirausahawan diharapkan Inggris melakukan beberapa perbedaan dalam
mampu untuk mencari peluang dan perubahan, hal yang berkaitan dengan kreativitas dan
yaitu dengan memanfaatkan perubahan dan inovasi, tujuannya adalah untuk pengembangan
peluang tersebut agar menjadi sesuatu yang usaha baru. Dari beberapa peneliti
lebih menghasilkan (Drucker, 1998). Hal mendifinisikan kewirausahaan merupakan
tersebut dirasakan penting bagi setiap siswa kemampuan untuk mengembangkan beberapa
untuk mempelajari pendidikan kewirausahan, ide-ide dan peluang yang dapat diwujudkan
oleh karena itu di beberapa perguruan tinggi dalam langkah yang nyata, ada yang megatakan
pendidikan kewirausahaan di terapkan bahwa kewirausahaan didefinisikan sebagai
diberbagai fakultas. Penerapan program pengembangan ketajaman bisnis dengan
kewirausahaan pada berbagai fakultas menggali potensi yang dimiliki. Hal ini
dikarenakan pada konteks kewirausahaan memungkinkan perguruan tinggi di Inggris
cukup luas, mencakup di berbagai bidang untuk dapat menawarkan kurikulum
seperti: pertanian, teknik, kedokteran dan kewirausahaan. Komisi di Eropa menetapkan
bidang lainnya (Hisrich dan Peters, 1992). serangkaian hasil belajar guna memenuhi
kebutuhan presepektif Eropa lebih luas,
Terdapat beberapa gambaran tentang bagaimana pembelajar tersebut harus di
perkembangan program pendidikan evaluasi. Dengan memperhatikan akan
kewirausahaan. kebutuhan untuk pengembangan di semua
Di Amerika Serikat, lebih dari dua- tingkat.
pertiga perguruan tinggi dan universitas Di Indonesia pendidikan kewirausahaan
menawarkan program kewirausahaan, dan diberikan di perguruan tinggi dengan
dengan berbagai macam cara dan metode yang menjadikan kewirausahaan sebagai mata kuliah
digunakan untuk mengembangkan program yang diterapkan pada semua fakultas. Pada
tersebut. Cara penyampaian yang berbeda, Sekolah Menengah Atas (SMA) diberikan pada
dirancang untuk meningkatkan keterampilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
kewirausahaan bagi lulusan mereka (Cone, Pendidikan kewirausahaan sebenarnya sudah
2007). mulai diperkenalkan pada kita masih sekolah
259
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pada Sekolah dasar (SD), SMP tapi tidak (2) Apa yang mereka fikirkan dalam
dimasukkan dalam mata pelajaran khusus. memberikan pengetahuan bagi mereka
Sebenarnya pada sekolah dasar juga telah tentang kewirausahaan yang nantinya
diperkenalkan secara tidak langsung dengan mereka dapat memanfaatkan peluang dari
mata pelajaran keterampilan yang melatih berwirausaha?
siswa untuk dapat berkreasi dengan membuat (3) Seberapa besar kepuasan yang mereka
beberapa kerajinan yang nantinya dapat dapatkan dalam kegiatan bisnis
menigkatkan daya imajinasi siswa untuk lebih kewirausahaan dan pengalaman yang
kreatif dan nantinya akan dapat membuka mereka dapatkan?
peluang untuk berbisnis. (4) Menggali lebih dalam, apakah pola pikir
Meskipun hubungan antara pendidikan kewirausahaan seseorang dan kebutuhan
kewirausahaan dan kewirausahaan adalah tidak pendidikan kewirausahaan berbeda sesuai
sepenuhnya dipahami tetapi disini masih dengan gender dan kelas mereka?
terdapat perdebatan. Ada beberapa konsensus
bahwa metode pembelajaran berbasis kelas Disini dalam kewirausahaan di
tradisional saja yang cukup memadai perguruan tinggi memberikan tiga hal penting
mempersiapkan siswa untuk menghadapi yang saling berkaitan yaitu kewirausahaan
kompleksitas menciptakan dan menjalankan program pendidikan, pola fikir kewirausahaan,
usaha bisnis baru (Honig, 2004). Akibatnya, dan pemasaran bisnis kewirausahaan. Dalam
metode pengajaran tradisional harus kegiatan pendidikan kewirausahaan dapat
dilengkapai dengan cara berfikir inovatif, menciptakan lingkungan yang mampu
beragam keterampilan dan mode perilaku baru mempengaruhi pengalaman belajar siswa dan
yang pada akhirnya dapat dikembangkan akhirnya akan timbul keinginan untuk menjadi
metode kewirausahaan untuk pendidikan pengusaha (Cone, 2007). Teczke dan Gawlik
(Gibbs, 2002). Pendekatan ini secara logis (2004) mengatakan bahwa tujuan utama dari
mencakup pembelajaran dan berikir kritis, sebuah universitas yang menerapkan
dimana kegiatan ini memberikan kesempatan pendidikan kewirausahaan adalah untuk
bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dan dapat merangsang perkembangan inisiati pribadi
dikontrol dalam situasi belajar (Peltier et al, mereka sendiri. Mereka memiliki potensi
2008;. Schlee et al., 2007). Dalam hal ini untuk mampu memimpin sebagai contoh dalam
metode kuliah tradisional mungkin sudah kegiatan orientasi kewirausahaan mampu
tertinggal dan bukan metode yang paling efekti membangkitkan inisiatif siswa yang kemudian
karena mengabaikan ambiguitas dan mereka terpacu untuk berfikir kreatif dan
ketidakpastian dalam proses kewirausahaan inovatif melalui kegiatan sekolah musim panas,
(Kirby, 2004). pendidikan online, penyediaan hibah bantuan
Mengingat kebutuhan untuk pemerintah dalam membangkitkan minat
memperluas pendidikan kewirausahaan dalam wirausaha siswa (Doane dan Pusser, 2005;
kurikulum pemasaran bisnis, survei Peltier et al, 2007). Pendanaan dan kegiatan
multinasional skala besar mahasiswa dengan inovasi, perumahan merupakan salah satu cara
minat dalam pemasaran bisnis dilakukan untuk universitas dalam mendorong perkembangan
membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan baru dalam bidang teknologi dan kegiatan
penelitian sebagai berikut: kewirausahaan (Drori dan Yue, 2009).
(1) Apakah pola pikir kewirausahaan yang Perumahan dan kegiatan inovasi lainnya
menarik bagi siswa dalam kegiatan bisnis? sebagai inkubator untuk ide-ide bisnis baru,
mereka membantu membangun basis alumni
260
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
yang menjadi pekerjaan pencipta, yang pada kewirausahaan pemasaran bisnis dibidang
gilirannya menawarkan nilai tambah dalam pendidikan yaitu gambaran psikologis siswa
bentuk pekerjaan untuk lulusan mereka, dan yang memiliki sifat-sifat tertentu yang terkait
merupakan dukungan bagi mereka dalam dengan orientasi kewirausahaan (Vab Eeden et
pengelolaan keuangan di masa depan. al, 2005). Faktor yang mempengaruhi
Di beberapa perguruan tinggi dalam pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan
meningkatkan dukungan keuangan bagi siswa bukan hanya dari segi program tetapi juga
di masa depan, mereka membuat mekansisme dalam diri siswa itu sendiri (Foster dan Lin,
bagi pengusaha dan siswa untuk berinteraksi 2003; Mitchell, 2007). Salah satu cara yang
satu sama lainnya (Bindley dan Ritchie, 2000), digunakan untuk mengukur pola fikir
kemudian memberikan kesempatan untuk kewirausahan dengan self efficacy
memperluas jaringan atau networking (Wee, entrepreneurship yang didefinisikan sebagai
2004). Dengan begitu siswa secara konsisten ukuran keyakinan seseorang dalam
dan dapat memperkuat jaringan dan dapat kemampuannya bagi keberhasilan
mengembangkan jaringan (Elenurm, 2008;. kewirausahaan (McGee et al, 2009).
Peterson et al, 2001; Sullivan et al, 2006). Sebagai seorang wirausahawan harus
Pengusaha membutuhkan satu set memiliki kepribadian dan kemampuan untuk
keterampilan yang memungkinkan mereka meyakinkan orang lain untuk mau bergerak
untuk memanfaatkan pengetahunan dasar dalam arah tertentu yang sudah ditetapkan
mereka untuk mengidentifikasi, mengevaluasi sebelumnya. Kesuksesan pengusaha memiliki
dan memanfaatkan peluang (Ackerman et al., kecenderungan lebih kooperatif, bijaksana dan
2003). Keberhasilan usaha dalam bersemangat dalam menjalankan semua
kewirausahaan meliputi komunikasi (terutama usahanya (Frank et al, 2007; Hot et al, 2007).
persuasi), kreativitas, berfikir kritis dan Rasa percaya diri merupakan keyakinan dan
penilaian, kepemimpinan, negosiasi, kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
pemecahan masalah, manajemen waktu, dan yang sudah ditetntukan sendiri (Frank et al,
kerjasama tim, keterampilan (Anderson et al, 2007; Kirby, 2004). Seorang pengusaha harus
2008;. Fayolle et al., 2006; Roodt, 2005). mampu dalam mengambil resiko dimana
Pengembangan keahlian membutuhkan pengambilan resiko adalah kecenderungan
konten yang kuat, karena disini ada beberapa untuk menerima resiko yang telah
resiko utama dalam kewirausahaan yaitu diperhitungkan asalkan mereka mau
kurangnya metodologi untuk belajar dan menawarkan kesempatan yang wajar untuk
melakukan kegiatan yang diperlukan dalam sukses (Miclea, 2004).
usaha kewirausahaan. Konten pendidikan Pola pikir kewirausahaan juga
kewirausahaan mencakup spektrum topik yang tampaknya dipengaruhi oleh jenis kelamin
luas, basis pengetahun dari berbagai disiplin menunjukkan bahwa laki-laki dua kali lebih
ilmu bisnis dan beberapa paket keterampilan. mungkin sebagai pengusaha dibandingkan
Penemuan, pemasaran bisnis, ekonomi, perempuan, disini terlihat dari perbedaan yang
keuangan, akuntansi, manajemen, pasar global, konsisten di 43 negara-negara (Bosma et al.,
rencana hukum dan bisnis. 2008).
Pendekatan yang lebih terintegrasi Universitas menyediakan fasilitas di
dalam membangun dasar pengetahuan untuk mana pendidikan kewirausahaan dapat
dapat memecahkan masalah dalam kegiatan berlangsung. Fasilitas tersebut mungkin
kewirausahaan. Kewirausahaan bukan hanya program pendidikan kewirausahaan yang
tentang memulai bisnis baru tetapi juga merupakan pusat inovasi atau sejenisnya.
261
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Komponen yang paling mendasar dalam (Kocak dan Abimbola, 2009). Orientasi pasar
pendidikan kewirausahaan yaitu mencakup telah didefinisikan sebagai sejauh mana
dasar pengetahuan dari berbagai disiplin bisnis, perusahaan memiliki budaya organisasi yang
sekumpulan keterampilan yang seragam, menempatkan nilai pelanggan dan
maupun fasilitas dimana pendidikan pemeliharaan positif hubungan pembeli dengan
kewirausahaan berlangsung. Daya tangkap penjual sebagai mekanisme utama untuk
masing-masing orang mengenai konten mengendalikan kinerja bisnis (Narver dan
kewirausahaan memiliki dampak dalam proses Slater, 1990).
belajar dan pembangunan pola fikir Kewirausahaan juga sedang
kewirausahaan yaitu meliputi ciri-ciri dikembangkan sebagai cara dalam
kepribadian dan gender. Pendidikan pengembangan keterampilan seperti
kewirausahaan tidak terbatas pada manajemen, pengambilan risiko dan pemecahan masalah
keuangan, pendanaan, hukum, sumberdaya yang memfasilitasi pencapaian tujuan
manusia, dan pemasaran bisnis. Meskipun perusahaan dan pendidikan. Pemanfaatan
banyak literatur tentang kewirausahaan peluang dan penciptaan nilai sangat penting
menyingkat topik pemasaran bisnis yang lebih untuk bisnis baru dan kecil yang memiliki
sempit mengenai rencana pemasaran bisnis, sumber daya yang relatif terbatas baik segi
strategi bauran pemasaran bisnis dan taktik, e- keuangan dan sosial, karyawan, modal (Hills et
commerce/internet marketing (Zimmerer et al, al., 2005).
2008).
Tujuan diterapkannya pendidikan SIMPULAN
kewirausahaan antara lain:
1. Dapat meningkatkan kesadaran dan Dari hasil review beberapa penelitian dapat
motivasi siswa dengan pengembangan disimpulkan bahwa daya saing, inovasi dan
kewirausahaan di tempat mereka belajar. pertumbuhan ekonomi bergantung kepada
2. Memberikan pengetahuan bagi siswa bagaimana perguruan tinggi mampu
bagaimana mengidentifikasi dan menghasilkan pemimpin masa depan dengan
memanfaatkan peluang. keterampilan dan karakter untuk mejadi
3. Memberikan pelatihan dan keterampilan wirausahawan yang mampu bertanggung jawab
yang dibutuhkan siswa dalam memulai dan secara sosial. Kegiatan kewirausahaan tidak
mengelola pertumbuhan bisnis. cukup hanya dengan membuat usaha maupun
rencana bisnis. Disini bagaimana kreativitas
Kewirausahaan pemasaran bisnis adalah dan inovasi, cara berfikir dan bertindak para
bagaiman membangun lebih luas pemanfaatan pengusaha yang relevan dengan semua bagian
strategi pemasaran bisnis dan taktik dan bukan dari kegiatan ekonomi dan masyarakat.
mencerminkan sejauh mana perusahaan Kegiatan pengembangan kewirausahaan
mengadopsi orientasi pemasaran bisnis ketika di perguruan tinggi memiliki peranan yang
meluncurkan dan mengelola bisnis baru dan sangat penting. Untuk itu pendidikan
kecil, dan terutama yang berkenaan bagaimana kewirausahaan sangat penting di terapkan baik
perusahaan kewirausahaan menciptakan dan pada tingkat pendidikan formal ataupun
mempertahankan nilai proposisi mereka informal.

262
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN Education Integration Using An
Entrepreneurial Education Approach”.
Anderseck, K. 2004. “Institutional and Journal of Marketing Education, Vol. 17
Academic Entrepreneurship: Implications No. 2, pp. 59-70.
for University Governance and
Management”. Higher Education in Fuchs, K., Werner, A. and Wallau, F. 2008.
Europe, Vol. 29 No. 2, pp. 193-200. “Entrepreneurship Education in Germany
And Sweden: What Role Do Different
Doane, D.J. and Pusser, B. 2005. School Systems Play?”. Journal of Small
“Entrepreneurial Organization at the Business Andenterprise Development.
Academic Core: The Case Ofsummer Vol. 15 No. 2, pp. 365-81.
Sessions”. New Directions for Higher
Education, Vol. 129 No. 1, pp. 43-54. Gibbs, A.A. 2002. In Pursuit of A New
Enterprise and Entrepreneurship
Gorman, G., Hanlon, D. and King, W. 1997. Paradigm For Learning: Creative
“Some Research Perspectives on Destruction, New Values, New Ways of
Entrepreneurship Education, Enterprise Doing Things and New Combinations of
Education And Education for Small Knowledge”. International Journal of
Business Management: A Ten-Year Management Review, Vol. 4 No. 3, pp.
Review”. International Small Business 233-69.
Journal, Vol. 15 No. 3, pp. 56-78.
Gorman, G., Hanlon, D. and King, W. 1997.
James W. Peltier and Carol Scovotti. 2010. “Some Research Perspectives on
“Enhancing entrepreneurial marketing Entrepreneurship Education, Enterprise
education: the student perspective”. Education And Education for Small
Journal of Small Business and Enterprise Business Management: A Ten-Year
Development. Vol. 17 No. 4, 2010 pp. Review”. International Small Business
514-536. Journal. Vol. 15 No. 3, pp. 56-78.

Joern H. Block, Lennart Hoogerheide and Roy Gupta, V.K., Turban, D.B., Wasti, S.A. and
Thurik. 2013. Education and Sikdar, A. 2009. “The Role of Gender
entrepreneurial choice: An instrumental Stereotypes In Perceptions of
variables analysis. Small Business Entrepreneurs and Intentions to Become
Journal. 31(1) 23–33. an Entrepreneur”. Entrepreneurship
Theory and Practice. Vol. 34 No. 3, pp.
Peltier, J.W., Schibrowsky, J.A. and Drago, W. 397-417.
2007. “The Interdependence Of The
Factorsinfluencing The Perceived Quality Lodish, L.M., Morgan, H. and Archambeau, S.
Of The Online Learning Experience: A 2007. Marketing that Works: How
Causal Model”. Journal of Marketing Entrepreneurial Marketing Can Add
Education, Vol. 29 No. 2, pp. 140-53. Sustainable Value to Sixed Company,
Wharton School Publishing/Pearson
Peltier, J.W., Schibrowsky, J.A. and Education, Inc., Upper Saddle River, NJ.
Kleimenhagen, A. 1995. ”Student-
Faculty Research Agencies: Marketing
263
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Lodish, L.M., Morgan, H. and Kallianpur, A. Raise Entrepreneurial Intentions of
2001. Entrepreneurial Marketing: Science and Engineering Students? The
Lessons from Wharton’s Pioneering Effect Of Learning, Inspiration and
MBA Course, John Wiley & Sons, Inc., Resources”. Journal of Business
New York, NY. Venturing. Vol. 22 No. 4, pp. 566-91.

Shane, S. and Venkataraman, S. 2000. “The Teczke, J. and Gawlik, R. 2004. “The
promise of entrepreneurship as a field of Implications Of Academic
research”. Academy of Management Entrepreneurship For University
Review. Vol. 25 No. 1, pp. 217-26. Administration”. Higher Education in
Souitaris, V., Zerbinati, S. and Al-Laham, A. Europe, Vol. 29 No. 2, pp. 201-4.
2007. “Do Entrepreneurship Programmes

264
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pengaruh Efikasi Diri, Locus Of Control, Dan Motivasi Terhadap Minat
Berwirausaha Mahasiswa Akuntansi

Esti Patria
Nugraheni Rintasari
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Email : nugraheni.rintasari@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini menguji pengaruh efikasi diri, locus of control, dan motivasi terhadap minat
berwirausaha yang dilakukan terhadap 93 mahasiswa di Universitas Ahmad Dahlan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa efikasi diri tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian sebelumnya. Selanjutnya locus of control berpengaruh terhadap minat
berwirausaha. Dan motivasi berpengaruh tehadap minat berwirausaha. Dari hasil penelitian tersebut
diharapkan menjadi pertimbangan bagi penyusunan kurikulum untuk mata kuliah kewirausahaan

Kata kunci: efikasi diri, locus of control, minat berwirausaha

Masalah pengangguran merupakan salah satu pendorong pertumbuhan kewirausahaan di


permasalahan besar bidang ketenagakerjaan di suatu negara terletak pada peranan universitas
Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melalui penyelenggara pendidikan
mencatat jumlah pengangguran terdidik lulusan kewirausahaan. Pihak universitas bertanggung
perguruan tinggi tahun 2014 sebanyak 495.143 jawab dalam mendidik dan memberikan
jiwa atau sebesar 6,8% dari total penganguran motivasi untuk berani memilih berwirausaha
terdidik. Hal ini disebabkan jumlah tenaga sebagai karier mereka sehingga mampu
kerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan mengubah orientasi mahasiswa dari pencari
lapangan kerja yang tersedia. Setiap tahun kerja menjadi penyedia lapangan kerja. Saat ini
beratus-ratus atau berjuta-juta orang ingin pendidikan kewirausahan merupakan salah satu
bekerja atau mendapatkan pekerjaan. Hanya mata kuliah konsentrasi di Universitas Ahmad
sedikit yang berpikir untuk menciptakan Dahlan. Dengan adanya pendidikan
lapangan pekerjaan dan hanya berharap kewirausahaan diharapkan dapat
menjadi karyawan, pegawai, buruh atau menumbuhkan minat mahasiswa untuk menjadi
menjual tenaganya begitu saja sekadar wirausahawan. Jadi dapat dikatakan
mengharapkan imbalan jasa. pengangguran akan teratasi apabila individu
Menjadi wirausahawan merupakan tersebut mempunyai minat untuk menciptakan
salah satu pendukung yang menentukan maju lapangan pekerjaan sendiri dengan bekerja
mundurnya perekonomian dan mengatasi serta sesuai keterampilan dan pengetahuan yang
mengurangi jumlah pengangguran karena dimiliki.
wirausahawan inilah yang mampu menciptakan Minat merupakan faktor pendorong yang
lapangan pekerjaan baru dan menyerap tenaga menjadikan seseorang lebih giat bekerja dan
kerja. Zimmerer (2002) dalam Sholikhah memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan
(2013) menyatakan bahwa salah satu faktor mengoptimalkan potensi yang tersedia. Minat
265
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
tidak muncul begitu saja tetapi tumbuh dan mempunyai efikasi diri positif akan berkreasi
berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang membuka sebuah usaha baru.
mempengaruhinya (Walgito, 2003 dalam Menurut Robins (2006) dalam Mubarok
Lukmayanti, 2012). Mahesa & Rahardja (2012) (2014) Locus of control mengandung arti
menguraikan bahwa minat berwirausaha adalah seberapa jauh individu yakin bahwa mereka
kecenderungan hati dalam diri subjek untuk menguasai nasib mereka sendiri dan cenderung
tertarik menciptakan suatu usaha yang menganggap bahwa keterampilan (skill),
kemudian mengorganisir, mengatur, kemampuan (ability), dan usaha (effort) lebih
menanggung risiko dan mengembangkan usaha menentukan apa yang mereka peroleh dalam
yang diciptakannya sendiri. Selain minat faktor hidup mereka. Wirausaha yang unggul
psikologis menjadi hal yang sangat penting memiliki kemampuan untuk mengendalikan
untuk menentukan seseorang berani mengambil diri dalam dirinya sendiri. Pemikiran seperti
pilihan untuk menjadi seorang wirausahawan. seorang wirausahawan lebih cenderung
Mereka harus dapat mengenali dahulu diri memiliki internal locus of control. Apabila
mereka sendiri berikut dengan keahlian yang seseorang memiliki internal locus of control
dimiliki dan yang pasti kepercayaan diri untuk maka akan tumbuh kepercayaan bahwa dirinya
menjalankan semua kegiatan yang mampu mengendalikan lingkungan dengan
direncanakan agar sukses sesuai tujuan. kemampuan yang ia miliki. Peningkatkan
Banyak peneliti percaya bahwa efikasi diri pelatihan-pelatihan kewirausahaan kepada
terkait erat dengan pengembangan minat karier mahasiwa dapat menjadikan mahasiwa
khususnya dalam berwirausaha. Efikasi diri memiliki internal locos of control yang tinggi
dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap sehingga mahasiswa akan lebih memiliki
sesuatu hal yang dipercaya. Keyakinan efikasi kesadaran dan tanggung jawab bahwa masa
diri dapat membantu sesorang daalm depan dapat berubah ditangan masing-masing.
menentukan usaha untuk melakukan suatu Motivasi berwirausaha menurut Handoko
tindakan. Efikasi diri juga dapat mempengaruhi (1998) dalam Firda (2011) “suatu keadaan
pola pikir dan reaksi emosional seseorang. dalam pribadi orang yang mendorong individu
Dalam penelitian Mubarok (2014) untuk melaksanakan aktivitas. Motivasi
menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh merupakan hal yang melatar belakangi individu
terhadap minat bewirausaha. Membuka sebuah berbuat untuk mencapai tujuan tertentu sejalan
usaha memerlukan kepercayaan terhadap dengan hasil penelitian Koranti (2013) yang
kemampuan diri sendiri bahwa usahanya akan menunjukan bahwa motivasi mempengaruhi
berhasil. Apabila seseorang tidak percaya akan minat berwirausaha.
kemampuan yang dimiliki, kecil kemungkinan
orang tersebut akan berminat dalam 1. Efikasi diri
berwirausaha. Berdasarkan konsep Hisrich Menurut Bandura (1997: 3)
Robert D., Michael Peter P. & Shepherd menjelaskan “Perceived self efficacy refers
Dean A. (2008) dalam Feridiyanto (2012) di to beliefs in one’s capabilities to organize
dalam diri seorang wirausaha yang mempunyai and execute the course of action required to
sifat efikasi diri tinggi, orang yang percaya produce given attainments”. Efikasi diri
akan kemampuannya menunjukkan pencapaian merupakan persepsi individu akan
hasil yang baik. Hal ini menunjukkan pengaruh keyakinan kemampuannya melakukan
efikasi diri menentukan kesuksesan pencapaian tindakan yang diharapkan. Keyakinan
seseorang. Seorang wirausaha yang efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan
266
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
yang akan dilakukan, besarnya usaha dan pada serangkaian aktivitas dan situasi
ketahanan ketika berhadapan dengan yang lebih luas dan bervariasi.
hambatan atau kesulitan. Sedangkan apabila Menurut Bandura (1994) dalam
efikasi diri diaplikasikan ke dalam dunia Wulandari (2013) terdapat empat sumber
kerja, maka menurut Stajkovic & Luthans penting yang dapat digunakan untuk
(1998) efikasi diri dapat didefinisikan membangun efikasi diri seseorang yaitu:
sebagai keyakinan seseorang tentang
kemampuannya untuk mengerahkan 1. Pengalaman-pengalaman tentang
motivasi, sumber daya kognitif dan penguasaan (mastery experiences)
tindakan yang diperlukan untuk berhasil Mastery experiences yaitu sumber
melaksanakan tugas dan dalam konteks ekspektasi self-efficacy yang penting,
tertentu (Luthans, 2006: 338). karena berdasar pengalaman individu
Knether dan Kinicki (2005: 168) secara langsung. Individu yang pernah
menguraikan efikasi diri merupakan memperoleh suatu prestasi, akan
keyakinan seseorang mengenai peluangnya terdorong meningkatkan keyakinan dan
untuk berhasil mencapai tugas tertentu. penilaian terhadap self-efficacy nya.
Efikasi diri dapat dikatakan bagaimana Pengalaman keberhasilan individu ini
seseorang melihat dan menginterpretasi meningkatkan ketekunan dan kegigihan
suatu kejadian. dalam berusaha mengatasi kesulitan,
Dari uraian di atas dapat sehingga dapat mengurangi kegagalan.
disimpulkan bahwa efikasi diri adalah 2. Pemodelan social (vicarious
keyakinan individu akan kemampuan yang experiences)
dimilikinya sehingga dengan keyakinan Vicarious experiences yaitu mengamati
tersebut dapat mengoptimalkan pengetahuan perilaku dan pengalaman orang lain
dan kreativitasnya. sebagai proses belajar individu. Melalui
Bandura (1977) dalam Wulandari model ini self-efficacy individu dapat
(2013) mengungkapkan bahwa dimensi meningkat, terutama jika ia merasa
efikasi diri terletak pada memiliki kemampuan yang setara atau
1. Tingkat kesulitan (Magnitude) adalah bahkan merasa lebih baik dari pada
kemampuan seseorang untuk orang yang menjadi subyek belajarnya.
menyelesaikan tugas yang tingkat Ia akan mempunyai kecenderungan
kesulitannya berbeda. merasa mampu melakukan hal yang
2. Kekuatan (Strength) berkaitan dengan sama.
kekuatan pada keyakinan individu atas 3. Persuasi sosial (social persuasion)
kemampuannya. Individu mempunyai Persuasi sosial (social persuasion) yaitu
keyakinan yang kuat dan kegigihan individu mendapat bujukan atau sugesti
dalam usaha yang akan dicapai untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi
meskipun terdapat kesulitan dan masalah-masalah yang akan
rintangan. dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat
3. Generalitas (Generality) Individu dapat mengarahkan individu untuk berusaha
merasa yakin terhadap kemampuan lebih gigih untuk mencapai tujuan dan
dirinya tergantung pada pemahaman kesuksesan.
kemampuan dirinya yang terbatas pada
suatu aktivitas dan situasi tertentu atau
267
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
4. Kondisi fisik dan emosi (physical and Menurut Rotter (1966 ) locus of
emotional states) control merupakan dimensi dimana orang
Physical and emotional states adalah cenderung menghubungkan penyebab dari
situasi yang menekan kondisi emosional prilaku terutama pada diri mereka sendiri
dapat mempengaruhi self-efficacy. atau faktor lingkungan (Krether dan Kincki,
Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan 2005: 179). Dalam literatur akuntansi, locus
yang mendalam dan keadaan fisiologis of control adalah cara pandang seseorang
yang lemah yang dialami individu akan apakah dia dapat mengendalikan (control)
dirasakan sebagai suatu isyarat akan peristiwa yang terjadi pada dirinya (Rotter
terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, dalam Pratiwi dalam Utami, 2013). Locus
maka situasi yang menekan dan of control menggambarkan seberapa jauh
mengancam akan cenderung dihindari. seseorang memandang hubungan antara
Individu yang memiliki efikasi diri perbuatan yang dilakukan dengan akibatnya
yang rendah dengan mudah yakin bahwa atau hasilnya.
usaha yang mereka lakukan dalam Dari beberapa pengertian di atas
menghadapi tantangan yang sulit akan sia- dapat ditarik simpulan bahwa locus of
sia sehingga mereka cenderung untuk control adalah bagaimana individu
mengalami gejala negatif dari stres. mempunyai keyakinan dan prilaku sendiri
Individu yang memiliki efikasi diri yang mengenai sumber penyebab dari peristiwa-
tinggi akan cenderung untuk melihat peristiwa yang terjadi pada dirinya. Locus
tantangan sebagai sesuatu yang dapat di Of Control terbagi menjadi dua yaitu
atasi yang diberikan oleh kompetensi dan internal locus of control dan eksternal locus
upaya yang cukup. Individu dengan efikasi of control.
diri tinggi memilih melakukan usaha lebih
besar dan pantang menyerah. Apabila 1. Internal Locus of control
seseorang memiliki efikasi diri yang tinggi Internal locus of control adalah
maka mempunyai potensi untuk dapat individu yang percaya bahwa mereka
mengubah kejadian di lingkungannya. merupakan pemegang kendali atas apa pun
Efikasi diri yang tinggi dapat membantu yang terjadi pada diri mereka. Individu
menciptakan perasaan tentram bagi dengan internal locus of control
seseorang dalam menghadapi tugas dan mempunyai persepsi bahwa lingkungan
aktifitas yang sulit karena efikasi diri yang dapat dikontrol oleh dirinya sehingga
tinggi mendorong seseorang untuk segera mampu melakukan perubahan-perubahan
bangkit dari kegagalan dan meningkatkan sesuai dengan keinginannya, termasuk
kepercayaan untuk memenuhi tugas dalam menerapkan hasil pelatihan yang
sehingga mampu memberikan hasil yang diperoleh ke dalam pekerjaannya.
terbaik. 2. Eksternal locus of control
2. Locus of control Individu yang berkeyakinan bahwa
Locus of control merupakan apa pun yang terjadi pada diri mereka
konsep yang dikemukaan oleh Rotter Jones dikendalikan oleh kekuatan luar seperti
dan Kavangh (1996), Fauzi (2001) dalam keberuntungan atau kesempatan, dikatakan
Kais (2013) untuk menjelaskan presepsi sebagai individu yang memiliki eksternal
seseorang terhadap siapa yang menentukan locus of control. Mereka yang sering kali
nasibnya. menyalahkan atau bersyukur atas
268
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
keberuntungan, petaka, keadaan dirinya, Suryana (2013: 84) mengukapkan
atau kekuatan-kekuatan lainnya di luar bahwa motivasi merupakan dorongan atau
dirinya. Individu dengan eksternal locus of semangat untuk maju. Stevenson (2001)
control tinggi cenderung akan pasrah dalam Mahesa (2012) mendefinisikan
terhadap apa yang menimpa dirinya tanpa motivasi sebagai insentif, dorongan, atau
usaha untuk melakukan perubahan stimulus untuk bertindak, motivasi adalah
sehingga cenderung untuk menyukai semua hal verbal, fisik atau psikologis
perilaku penyesuaian diri terhadap yang membuat seseorang melakukan
lingkungan agar tetap bertahan dalam sesuatu sebagai respon.
situasi yang ada. Menurut Mahmud dalam Kais
Konsep dasar locus of control yang (2013) motivasi ada dua yaitu motivasi
digunakan Rotter dalam lefcourt (1982) internal dan eksternal. Motivasi internal
dalam Prastiwi 2011 memiliki 4 konsep adalah segala sesuatu yang dapat
dasar, yaitu: mendorong seseorang yang dipengaruhi
1) Potensi prilaku yaitu setiap faktor dari dalam dirinya guna memenuhi
kemungkinan yang secara relative muncul kebutuhan seperti kebutuhan berprestasi,
pada situasi tertentu, berkaitan dengan aktualisai diri dan kebutuhan afiliasi atau
hasil yang diaanginkan dalam kehidupan social. Kedua adalah motivasi eksternal
sesesorang. yaitu kekuatan–kekuatan yang ada dalam
2) Harapan, merupakan suatu dirinya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
kemungkinan daro berbagi kejadian yang dari luar dirinya yang dapat mendorong
muncul dan dialami oleh sesesorang. seseorang melakukan suatu perbuatan
3) Nilai unsur penguat, adalah pilihan seperti keluarga, motif ekonomi, kebutuhan
terhadap berbagai kemungkinan penguatan akan kekuasaan, adanya role models, dan
atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil faktor lingkungan.
yang muncul pada situasi serupa. Teori yang dikembangkan oleh
3. Suasana psikologis, adalah bentuk Abraham H Maslow dalam Nurhidayah
rangsangan baik secara internal (2014), manusia mempunyai 5 tingkat
maupun eksternal yang diterima kebutuhan yaitu:
seseorang pada suatu saat tertentu, 1. Kebutuhan fisilogikal (psikologikal
yang meningkatkan dan menurunkan needs) seperti sandang, pangan dan
harapan terhadap munculnya hasil papan.
yang sangat diharapkan. 2. Kebutuhan rasa aman (safety neds)
4. Motivasi seperti perlindungan fisik, mendapat
Dalam Kamus Besar Bahasa pekerjaan, jaminan hari tua.
Indonesia (2010: 756) motivasi adalah 3. Kebutuhan sosial (social needs) seperti
kecenderungan yang timbul pada diri kebutuhan bergaul, diakui masyarakat.
seseorang secara sadar atau tidak sadar 4. Kebutuhan akan harga diri (esteem
melakukan tindakan dengan tujuan tertentu needs) seperti berpakaian indah,
usaha-usaha yang menyebabkan seeorang berprestasi, berstatus sosial tinggi.
atau sekelompok melakukan sesuatu 5. Kebutuhan aktualisai diri (self
karena ingin mencapai tujuan yang aktualization) sepeti kesempatan bagi
dikehendaki atau mendapat kepuasan seseorang untuk mengembangkan
dengan perbuatannya.
269
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
potensi, bakat-bakat dan kemampuan, Mappiare (1982) dalam Mubarok
berkerja, berkarya, berkreasi. (2014) minat merupakan perangkat mental
Berdasarkan atas uraian di atas yang terdiri dari suatu campuran dari
maka dapat disimpulkan bahwa motivasi perasaan, harapan, pendirian, prasangka,
adalah suatu dorongan dari dalam diri rasa takut dan kecenderungan-
manusia maupun dorongan dari pihak luar kecenderungan lain yang mengarahkan
untuk mencapai suatu tujuan yang individu pada suatu pilihan tertentu.
diinginkan. Menurut Meichati (1998) dalam Siswandi
(2013) mengartikan minat sebagai
Menurut Tuskeroh (2013) dalam perhatian yang kuat, intensif dan
Fengyu (2015) faktor–faktor yang menguasai individu secara mendalam
mempengaruhi motivasi berwirausaha untuk tekun melakukan suatu aktivitas.
sebagai berikut: Jadi dapat disimpulkan bahawa
1. Rasa percaya diri yaitu memiliki minat adalah kecenderungan hati untuk
keyakinan yang kuat atas kekuatan yang merasa tertarik pada bidang atau hal
ada pada dirinya. tertentu.
2. Inovatif merupakan suatu kreatifitas b. Wirausaha
yang diimplementasikan dan Zimmer dan Sacrborogh (2004)
memberikan nilai tambah atas sumber dalam Kristianto (2013: 2) wirausahawan
daya yang kita miliki. Kreatif merupakan adalah orang yang menciptakan sebuah
hal-hal yang belum difikirkan orang lain. bisnis baru dengan mengambil risiko dan
3. Memiliki jiwa kepemimpinan yang ketidakpastian demi mencapai keuntungan
menjadi faktor penting dalam dan pertumbuhn dengan cara
mempengaruhi kinerja. mengidentifikasi peluang dan
4. Efektif dan efesien, efektif adalah salah menggabungkan sumber daya yang
satu pekerjaan yang dapat diselesaikan dimiliki. Menurut Kasmir (2008: 16)
tepat waktu, sesuai dengan rencana yang secara sederhana wirausahawan adalah
telah ditetapkan. Efisien adalah segala orang yang berjiwa berani mengambil
sesuatunya dapat diselsaikan dengan risiko untuk membuka usaha dalam
hemat cepat dan selamat. berbagai kesempatan.
5. Berorientasi masa depan artinya individu Menurut Steinhoff dan Burgess
mampu melihat peluang dan melihat (1993) dalam Suryana (2003: 11)
kedepan. wiarusaha adalah orang yang
5. Minat berwirausaha mengorganisir, mengelola dan berani
a. Minat menanggung risiko untuk menciptakan
Menurut Kamus Besar Bahasa lapangan pekerjaan. Menurut Meridith
Indonesia (2010: 744) minat adalah (1996) dalam Suryana (2003: 12)
keinginan yang kuat gairah, kecenderungan berwirausaha memerlukan watak pribadi ,
hati yang sangat tinggi terhadap suatu hal. keuangan, dan sumber daya sehingga
Minat adalah kecenderungan yang agak berwirusaha merupakan pekerjaan atau
menetap dalam subyek untuk merasa berkarier yang harus bersifat fleksibel dan
tertarik pada bidang atau hal tertentu atau imanjinatif, mampu merencanakan,
merasa senang berkecimpung dalam mengambil risiko, mengambil keputusan-
bidang itu (Winkel, 1984).
270
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
keputusan dan tindakan- tindakan untuk Perasaan erat hubungannya dengan
mencapai tujuan. pribadi seseorang, maka tangggapan
Zimmerer (2004) dalam Kasmir (2008: perasaan seseorang terhadap sesuatu hal
17) mengartikan kewirausahaan prosoes yang sama tidaklah sama antara orang yang
penerapan kreativitas dan inovasi dalam satu dengan yang lain. Rasa senang
memecahkan persoalan dan menemukan berwirausaha akan diwujudkan dengan
peluang untuk memperbaiki kehidupan. Jadi perhatian, kemauan, dan kepuasan dalam
wirausaha itu mengarah kepada orang yang bidang wirausaha. Hal ini berarti rasa
melakukan usaha atau kegiatan sendiri senang terhadap bidang wirausaha akan
dengan segala kemampuan yang menimbulkan minat berwirausaha.
dimilikinya. Faktor-faktor ekstrinsik yang
Darpujianto (2010) dalam Mubarok (2014) mempengaruhi minat berwirausaha adalah
menyatakan bahwa faktor yang sebagai berikut:
mempengaruhi minat secara garis besar 1. Lingkungan keluarga
dapat dikelompokkan menjadi faktor Keluarga merupakan peletak dasar bagi
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor pertumbuhan dan perkembangan anak,
intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul disinilah yang memberikan pengaruh awal
karena pengaruh rangsangan dari dalam diri terhadap terbentuknya kepribadian. Minat
individu itu sendiri. Faktor ekstrinsik adalah berwirausaha akan terbentuk apabila
faktor-faktor yang mempengaruhi individu keluarga memberikan pengaruh positif
karena pengaruh rangsangan dari luar. terhadap minat tersebut, karena sikap dan
Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong aktifitas sesama anggota keluarga saling
minat berwirausaha adalah sebagai berikut mempengaruhi baik secara langsung
1. Kebutuhan akan pendapatan maupun tidak langsung.
Pendapatan adalah penghasilan 2. Lingkungan masyarakat
yang diperoleh seseorang baik berupa uang Lingkungan Masyarakat merupakan
maupun barang. Berwirausaha dapat lingkungan di luar lingkungan keluarga
memberikan pendapatan yang dapat baik di kawasan tempat tinggalnya maupun
digunakan untuk memenuhi hidupnya. di kawasan lain.
Keinginan untuk memperoleh pendapatan 3. Peluang
itulah yang akan menimbulkan minat Peluang merupakan kesempatan
seseorang untuk berwirausaha. yang dimiliki seseorang untuk melakukan
2. Harga diri apa yang dinginkannya atau menjadi
Harga diri menyebabkan manusia harapannya. Suatu daerah yang memberikan
merasa butuh dihargai dan dihormati orang peluang usaha akan menimbulkan minat
lain. Berwirausaha dapat digunakan untuk seseorang untuk memanfaatkan peluang
meningkatkan harga diri seseorang karena tersebut.
dengan usaha tersebut seseorang akan Dari uaraian di atas dapat
memperoleh popularitas, menjaga gengsi, disimpulkan bahwa minat berwirausaha
dan menghindari ketergantungan terhadap adalah kecenderungan hati dalam diri
orang lain. Keinginan untuk meningkatkan individu untuk tertarik menciptakan suatu
harga diri tersebut akan menimbulkan usaha yang kemudian mengorganisir,
seseorang berminat untuk berwirausaha. mengatur, menanggung risiko dan
3. Perasaan senang
271
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
mengembangkan usaha yang diciptakannya Penelitian tentang motivasi juga
tersebut. dilakukan oleh Fengyu (2015) metode yang
Penelitian mengenai efikasi diri telah digunakan dalam penelitiannya adalah regresi
dilakukan oleh peneliti terdahulu, penelitian ini berganda. Variabel independen yang digunakan
telah dilakukan oleh Wulandari (2013) metoda motivasi, dan mental berwirausaha. Variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitiannya dependen yaitu minat berwirausaha, hasil
adalah menggunakan pendekatan kuantitatif menunjukan motivasi dan mental berwirausaha
dan data primer diperoleh dari responden berpengaruh terhadap minat berwirausaha.
melalui penyebaran kuisioner dan dianalisis
dengan metode regresi linier sederhana. Hasil Berdasarkan latar belakang masalah,
menunjukan bahwa efikasi diri memiliki landasan teori dan kajian penelitian terdahulu
pengaruh yang signifikan terhadap maka model rerangka penelitian ini dapat
minat berwirausaha. ditampilkan dalam bentuk gambar berikut
Penelitian mengenai Self Efficacy,
Locus Of Control (LOC) Minat Berwirausaha
dilakukan oleh Mubarok (2014) hasil penelitian Efikasi diri
menunjukkan bahwa variabel self efficacy dan (X1)
self concept berpengaruh signifikan terhadap
minat berwirausaha, sedangkan variabel locus Locus of control Minat
of control berpengaruh tidak signifikan berwirausaha
(X2)
terhadap minat berwirusaha.
Penelitian mengenai locus of control Motivasi
telah dilakukan oleh Utami (2013) data primer (X3)
diambil berdasarkan purposive sampling dan
dianalis dengan metode regresi berganda. Gambar 2.1
Variabel independen yang digunakan yaitu Rerangka penelitian
pendidikan kewirausahaan, kecenderungan
pemngambilan resiko, dan locus of control. Gambar diatas dapat dijelaskan bahwa
Variabel dependen yaitu intensi berwirausaha. efikasi diri, locus of control, dan motivasi
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel dalam penelitian ini sebagai variabel
locus of control berpengaruh terhadap intensi independen yang akan mempengaruhi minat
berwirausaha. berwirausaha sebagai variabel dependen.
Penelitian mengenai motivasi telah 1. Efikasi diri
dilakukan oleh peneliti terdahulu, penelitian ini Menurut Stajkovic & Luthans (1998)
telah dilakukan oleh Koranti (2013) metoda dalam Luthans (2006: 338) efikasi diri dapat
penelitian yang digunakan dalam penelitiannya didefinisikan sebagai keyakinan seseorang
adalah survey eksplenatory dan sampel diambil tentang kemampuannya untuk mengerahkan
dengan teknik sampel acak sederhana. motivasi, sumber daya kognitif dan tindakan
Variabel independen yang digunakan yaitu yang diperlukan untuk berhasil melaksanakan
lingkungan keluarga, lingkungan sekitar, tugas dan dalam konteks tertentu.
kepribadian, dan motivasi. Variabel dependen Menurut Lutnans (2008) dalam
yaitu minat berwirausaha, hasil menunjukan Wulandari (2013) efikasi dapat mendorong
bahwa variabel yang paling berpengaruh pada kinerja seseorang dalam berbagai bidang
minat berwirausaha adalah motivasi. termasuk minat berwirausaha. Semakin tinggi
272
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
efikasi diri dalam individu maka semakin tinggi METODE
minat berwirausaha.
Penelitian yang dilakukan oleh Obyek penelitian ini adalah mahasiswa
Mubarok (2014) membuktikan bahwa Self akuntansi Universitas Ahmad Dahlan yang
efficacy berpengaruh signifikan terhadap minat telah lulus mata kuliah Kewirausahan Dasar 1.
berwirausaha. Maka dari uraian di atas dapat Metoda pengumpulan data yang digunakan di
ditarik hipotesis sebagai berikut: dalam penelitian ini adalah direct survey yaitu
H1: Efikasi diri berpengaruh terhadap minat survei secara langsung dengan menggunakan
berwirausaha mahasiswa akuntasi angket (kuisioner. Dalam penelitian ini
2. Locus Of Control menggunakan data primer yaitu data yang
Locus of control merupakan konsep didapat dari penyebaran angket yang berisi
yang dikemukaan oleh Rotter Jones dan kuesioner kepada mahasiwa akuntansi di
Kavangh (1996) dalam Fauzi (2001) dalam Universitas Ahmad Dahlan Jumlah kuisioner
Kais (2013) untuk menjelaskan presepsi disebar sebanyak 110 eksemplar, total
seseorang terhadap siapa yang menentukan kuisioner yang kembali sebanyak 99
nasibnya. Individu yang memiliki kemampuan eksemplar, sebanyak 6 eksemplar tidak dapat
menghadapi rintangan akan memiliki locus of diolah karena jawaban responden tidak
control yang tinggi sehingga berpotensi dalam lengkap. Dengan demikian kuisioner yang
berwirauaha (Kristiansen, 2001 dalam dapat diuji sebanyak 93 ekslempar.
kurniawan, 2011 dalam Utami, 2014). Utami
(2013) membuktikan bahwa variabel locus of HASIL & PEMBAHASAN
control berpengaruh terhadap intensi
berwirausaha. Maka dari uraian di atas dapat Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai
ditarik hipotesis sebagai berikut: alat ukur yang baik dan mampu memberikan
H2: Locus of control berpengaruh terhadap informasi yang jelas dan akurat apabila telah
minat berwirausaha mahasiswa akuntansi memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh
para psikometri, yaitu valid dan reliabel.
3. Motivasi 1. Validitas
Motivasi yang ada pada seseorang akan Uji validitas dalam penelitian
mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan dilakukan dengan Pearson Coleration Alat
pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. ukur dinyatakan valid jika skor pertanyaan
Motivasi merupakan hal yang melatar yang telah disusun berkorelasi positif
belakangi individu berbuat untuk mencapai dengan skor totalnya dan peluang ralat
tujuan tertentu. Koranti (2013) membuktikan maksimumnya (signifikansi) > 0,05. Uji
bahwa motivasi berpengaruh signifikan dilakukan dengan membandingkan r tabel
terhadap minat berwirausaha. Maka dari uraian dengan r hitung untuk degree of freedom
di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai (df)= n-2, dalam hal ini adalah jumlah
berikut: sampel. Pada penelitian ini jumlah sampel
H3: Motivasi berpengaruh terhadap minat (n)= 99 dan besar df yang dihitung 99-2=
berwirausaha mahasiswa akuntansi. 97, dengan df sebesar 97 dan alpha sebesar
0,05 didapat r tabel= 0,198. Jika r hitung
lebih besar dari r tabel dengan nilai positif
maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid
dan sebaliknya. Berdasarkan hasil validitas
273
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
terlihat bahwa masing-masing item model regresi dikatakan baik jika tidak ada
pertanyaan dalam kuisioner dari setiap autokolerasi yang masuk dalm fungsi regresi,
variabel mempunyai nilai sig (2-tailed) < tidak terdapat multikoleniaritas di antara
0,05. Nilai sig (2-tailed) tertinggi maupun variabel independen yang masuk kedalam
terendah yaitu 0,000 dengan tingkat fungsi regresidan tidak ada heterokedasitas
signifikansi< 0,05. Dari tabel dapat dimana semua gangguan memiliki varian yang
diperoleh bahwa tidak ada satupun indikator berbeda, Gujarati (1999) dalam Kurniawati
pertanyaan dengan nilai kolerasi dibawah r (2006).
tabel 0,198, dengan demikian masing- 1. Uji Normalitas
masung item pertanyaan kuisioner Uji normalitas data digunakan
dinyatakan valid sehingga layak digunakan untuk mengetahui signifikansi dari nilai
sebagai alat ukur dalam pengujian statistik. residual apakah terdistribusi secara normal
2. Reliabilitas atau tidak. Peneliti menggunakan analisis
Uji reliabilitas digunakan untuk statistik non-parametik Kolmogorof-
menguji sejauh mana keandalan suatu alat Smirnof Z (K-S), yaitu apabila nilai
pengukur untuk dapat digunakan lagi untuk signifikansi> 0,05 maka residual
penelitian yang sama. Pengujian reliabel berdistribusi normal sehingga model
dalam penelitian ini adalah dengan melihat regresi layak digunakan. Untuk hasil
tingkat Cronbach’s Alpha. Hasil pengujian pengujian dapat dilihat pada tabel berikut
untuk masing-masing variabel diringkas ini:
pada tabel berikut ini dan informasi Tabel 6
selengkapnya ada di lampiran. Uji Normalitas
Tabel 5 Unstrandardi
Keterangan Tingkat
Analisis Uji Reliabilitas zed Residual Kepercay
Variabel Cronbac N Simpul aan (α)
h’s Of an N 99
Alpha Ite 0,05
ms Kolmogorov 1,073
Efikasi diri 0,639 7 Reliab -Smirnov Z
(XI) el Asymp. Sig. 0,2
Locus of 0,667 8 Reliab (2-tailed)
control (X2) el Sumber: Data Primer diolah (2015)
Motivasi (X3) 0,730 8 Reliab Berdasarkan tabel 4.9 besarnya
el nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,073
dan signifikan pada 0,2. Hal ini berarti Ho
MinatBerwira 0,775 8 Reliab
diterima karena nilai signifikan 0,2 > 0,05
usaha (Y) el
yang berarti data terdistribusi normal.
Sumber: Data Primer diolah (2015)
2. Multikolenieritas
Hasil pengujian reliabilitas pada tabel 4.8 diatas
Multikoliniearitas adalah suatu
menunjukan nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,6.
keadaan di mana terdapat
Dengan demikian masing-masing variabel
hubungan/korelasi linier yang sempurna
tersebut reliabel sehingga layak digunakan
diantara variabel–variabel independen
sebagai alat ukur pengujian statistik.
dalam suatu model regresi.
Uji asumsi klasik merupakan asumsi
Multikolinieritas juga dapat dilihat dari
yang mendasai suatu analisis regresi. Suatu
274
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
nilai tolerance dan Variance Inflation dilakukan dengan pengujian statistik yaitu
Factor atau VIF. Nilai cut-off yang umum uji glejser. Uji glejser dapat dilakukan
dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau dengan meregresi nilai absolut residual
sama dengan nilai VIF diatas 10 sehingga terhadap variabel independen. Jika variabel
data yang tidak terkena mulkolinearitas independen secara signifikan
nilai toleransinya harus lebih dari 0,10 atau mempengaruhi variabel dependen, maka
VIF kurang dari 10. Teknik pengambilan ada indikasi terdapat heteroskedastisitas.
keputusan menggunakan Variance Untuk hasil pengujian dapat dilihat pada
Inflation factor (VIF) yaitu jika VIF<10 tabel berikut ini:
maka tidak ada multikolinearitas. Untuk
hasil pengujian dapat dilihat pada tabel Tabel 8
berikut ini: Uji Heteroskedastisitas
Keteranga Signifikans Tingkat
Tabel 7 n i Kepercayaa
Uji Multikolinieritas n (α)
Variabel Colinearity statistiks Efikasi diri 0,587 0,05
Tolerance VIF Locus of 0,763 0,05
Efikasi Diri 0,666 1,502 control
Locus Of 0,602 1,662 Motivasi 0,976 0,05
Control Sumber: Data Primer diolah (2015)
Motivasi 0,570 1,753 Hasil dari tabel 4.11 menunjukkan
Sumber: Data Primer diolah (2015) nilai signifikansi yang diatas tingkat
Hasil dari perhitungan nilai tolerance kepercayaan 0,05 atau 5%, sehingga dapat
pada tabel 4.10 menunjukkan tidak dikatakan bahwa tidak ada satupun
terdapat variabel independen yang variabel independen yang signifikan secara
memiliki nilai tolerance ≤ 0,10 yang statistik mempengaruhi variabel dependen
berarti tidak ada korelasi antara variabel nilai absolut residual. Dapat disimpulkan
independen. Hasil perhitungan nilai model regresi tidak mengandung adanya
variance inflation factor (VIF) juga heteroskedastisitas.
menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak
terdapat variabel independen yang 4. Autokolerasi
memiliki nilai VIF > 10 sehingga dapat Autokorelasi adalah
disimpulkan tidak ada multikolinieritas hubungan/korelasi antara data yang satu
antara variabel independen dalam model dengan data yang lain dalam satu variabel.
regresi. Teknik pengujian autokorelasi adalah
Durbin Watson Test pengambilan
3. Heteroskedasitas keputusan dalam uji ini adalah du<d<4-du.
Heteroskedastisitas adalah Untuk hasil pengujian dapat dilihat pada
ketidaksamaan varian residual dari suatu tabel berikut ini:
model regresi. Uji heteroskedastisitas ini
untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian residual dari
satu observasi dengan yang lain. Dalam
penelitian ini uji heteroskedastisitas
275
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 9 Variabel efikasi diri (X1) tidak
Uji Autokolerasi berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Hal
Durbin Du 4-Du ini karena variabel efkasi diri memiliki nilai
Watson signifikansi 0,232 diatas nilai sebesar 0,05.
(DW) Variabel locus of control (X2)
1,814 1,7355 2,2645 mempunyai pengaruh yang positif terhadap
Sumber: Data Primer diolah (2015) minat berwirausaha. Hal ini ditunjukan dengan
Berdasarkan hasil pengujian yang koofesien regresi sebesar 0,628 Pengaruh
tealah dilakukan, diperoleh nilai Durbin positif ini berati bahwa locus of control dan
Watson (DW) sebesar 1,814 lebih besar dari minat berwirausaha menunjukan pengaruh
nilai Du 1,7355 dan kurang dari dari 4-Du yang searah (sama). Jika locus of control naik
2,2645 sehingga dapat disimpulkan tidak sebesar 1% maka minat berwirausaha akan naik
terdapat autokolerasi positif maupun negatif sebesar 0,628 begitu juga sebaliknya.
pada model regersi. Variabel motivasi (X3) mempunyai
pengaruh yang positif terhadap minat
Pengujian analisis regresi berganda berwirausaha. Hal ini ditunjukan dengan
digunakan untuk mengetahui pengaruh koofesien regresi sebesar 0,489. Pengaruh
antara variabel independen dan variabel positif ini berati bahwa motivasi dan minat
dependen. Dalam penelitian ini berwirausaha menunjukan pengaruh yang
menggunakan rumus regresi berganda searah (sama). Jika motivasi naik sebesar 1%
sebagai berikut maka minat berwirausaha akan naik sebesar
Min = α + β1EF + β2LOC+ β3MTV + 0,489 begitu juga sebaliknya.
ε
Untuk hasil perhitungan regresi tersebut Uji determinasi
dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini Dari tabel 4.14 diketahui R square
Tabel 10 sebesar 0,624 maka dapat diartikan bahwa
Uji Analisis Regresi Berganda 62,4% minat berwirausaha dapat dijelaskan
Keteranga Unstandardize Tingkat oleh ketiga variabel efikasi diri, locus of
n d Coefficients Kepercayaa control, dan motivasi sedangkan sisanya
n (α) sebesesar 37,6% dipengaruhi oleh variabel
Constant 0,294 lain yang tidak dimasukan dalam variabel
Ef -0,121 0,232 penelitian.
Loc 0,628 0,00 Tabel 11
Mtv 0,489 0,00 Hasil koefisien determinasi
Sumber: Data Primer diolah (2015) R R square adjusted R
Dengan memperhatikan hasil regresi square
linier berganda tersebut maka didapat model 0,790 0,624 0,613
regresi linier berganda sebagai berikut: Sumber: Data Primer diolah (2015)
Min = 0,294 -0,121+0,628+0,489
Tabel 4.13 menunjukan bahwa nilai Uji F
constant sebesar 0,294 Hal ini berati bahwa jika Penelitian menggunakan significance
tanpa dipengaruhi variabel bebas yaitu efikasi 0,05 hasil uji F pada tabel 4.15 didapat dari
diri, locus of control dan motivasi maka minat nilai f hitung sebesar 52,662 dengan nilai
berwirausaha mempunyai nilai sebesar 0,294. signifikansi 0,000 maka dapat disimpulkan
276
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
bahwa salah satu dari tiga variabel ditolak. Ini berati efikasi diri tidak
independen berpengaruh terhadap variabel berpengaruh terhadap minat berwirausaha.
dependen. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tabel 12 Mubarok (2014) tentang pengaruh efikasi
diri, locus of control dan konsep diri
Hasil uji F
terhadap minat berwirausaha hasil
F Nilai signifikansi menunjukan bahwa efikasi diri berpengaruh
terhadap minat berwirausaha.
52,662 0,000 2. Pengaruh Locus Of Control Terhadap
Minat Berwirausaha
Sumber: Data Primer diolah (2015) Hasil penelitian ini mendapatkan
1. Uji t bahwa variabel Locus Of Control
Hasil perhitungan pada regresi menunjukan bahwa tingkat signifikansi
linier berganda pada variabel efikasi diri di 0,000 karena tingkat signifikansi 0,000<
tabel 4.13 menunjukan bahwa tingkat 0,05 maka H2 diterima. Ini berati Locus Of
signifikansi 0,232 karena tingkat Control berpengaruh terhadap minat
signifikansi 0,232> 0,05 maka H1 ditolak. berwirausaha.
Ini berarti variabel efikasi diri tidak 3. Pengaruh Motivasi terhadap Minat
berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Berwirausaha
Hasil perhitungan pada regresi linier Hasil penelitian ini mendapatkan
berganda pada variabel locus of control di bahwa variabel motivasi menunjukan
tabel 4.13 menunjukan bahwa tingkat bahwa tingkat signifikansi 0,000 karena
signifikansi 0,000 karena tingkat tingkat signifikansi 0,000< 0,05maka H3
signifikansi 0,000< 0,05 maka H2 diterima. Ini berati motivasi berpengaruh
diterima. Ini berarti variabel locus of terhadap minat berwirausaha.
control berpengaruh terhadap minat Hasil penelitian ini mendukung hasil
berwirausaha. penelitian yang dilakukan oleh Koranti
Hasil perhitungan pada regresi linier (2013) bahwa variabel motivasi
berganda pada variabel motivasi di tabel berpengaruh terhadap minat berwirausaha.
4.13 menunjukan bahwa tingkat
signifikansi 0,000 karena tingkat SIMPULAN
signifikansi 0,000< 0,05 maka H3
diterima. Ini berarti variabel motivasi Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
berpengaruh terhadap minat berwirausaha. maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Efikasi diri tidak berpengaruh terhadap minat
berwirausaha 2. Locus of control berpengaruh
1. Pengaruh Efikasi Diri terhadap Minat terhadap minat berwirausaha 3. Motivasi
Berwirausaha
berpengaruh terhadap minat berwirausaha.
Hasil penelitian ini mendapatkan
bahwa variabel efikasi diri menunjukan
bahwa tingkat signifikansi 0,232 karena
tingkat signifikansi 0,232> 0.05 maka H1

277
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN PESAT vol 5. Universitas Gunadarma.
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index/ph
Bandura, Albert. 1997. Self Efficay The p/pesat/article /download/801/713.
Exercise of Control. W.H Freeman and Diunduh 5 febuari 2015
Company. New York.
Kristianto, R Heru HC. 2013. Kewirausahaan
Departement Pendidikan Nasional. 2010. Entreneurship Pendekatan Manajemen
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai dan Pratik. Graha ilmu.
Pustaka. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk
Feridiyanto, Eko. 2012. Pengaruh Efikasi Diri Bisnis & Ekonomi. Erlangga.
(Self Efficacy) dan Prestasi Belajar
Kewirausahaan terhadap Motivasi Kurniawati, Indah. 2006. Pengolahan Data
Bertechnopreneurship siswa jurusan Elektronik Dengan SPSS 11.5.
Teknik Instalasi Tenaga Listrik Smk 1 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Sedayu. Jurnal tugas akhir skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta. Lukmayanti, Arista. 2012. Hubungan Efikasi
diri dengan Minat Berwirausaha siswa
Fengyu, Long. 2015. Pengaruh Motivasi dan kelas xii program keahlian jasa boga di
Mental Berwirausaha Terhadap Minat Smk Negeri 6 Yogyakarta. Skripsi
Mahasiswa Akuntansi untuk Universitas Negeri Yogyakarta.
Berwirausaha. Skripsi Universitas http://eprints.uny.ac.id/9625. Diunduh
Ahmad Dahlan tidak dipublikasikan. 06 febuari 2015

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Luthans, Fred. 2006. Prilaku organisasi. ANDI.
Multivariet Dengan Progam Spss. Edisi Yogyakarta.
IV. Badan Penerbit Universitas
Dipenegoro. Semarang. Mahesa, Aditya Dion dan Edy Rahardja. 2012.
Analisis Faktor-Faktor Motivasi Yang
Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Mempengaruhi Minat Berwirausaha.
Metodelogi Penelitian Bisnis untuk Diponegoro Journal Of Management
Akuntansi dan Manajemen. BPFE- Volume 1, No 1 hal 130-137.
Yogyakarta. Yogyakarta.
Mubarok, Zakki. 2014. Pengaruh Self Efficacy,
Kasmir. 2008. Kewirausahaan. Raja Grafindo Locus Of Control (LOC), dan Self
Perkasa. Jakarta. Concept terhadap Minat Berwirausaha
(studi pada anggota koperasi wanita
Knether, Robert And Angelo Kinicki. 2005. MELATI di Lampung Utara). Skripsi
Prilaku Organisasi. edisi 5. Salemba FISIP Universitas Lampung.
Empat.
Nurhidayah. 2014. Pengaruh Efikasi Diri
Koranti, Kosmi. 2013. Analisis Pengaruh terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiwa
Faktor Eksternal dan Faktor Internal Program Studi Pendidikan Administrsai
terhadap Minat Berwirausaha. Proceding Perkantoran Angkatan 2010-2012
278
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Fakultas Ekonomi Univesitas Negeri Suryana. 2013. Kewirausahaan Pedoman
Yogyakarta. Skripsi Universitas Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Yogyakarta tidak dipublikasikan. Salemba Empat. Jakarta.

Robins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi. Suryana. 2003. Kewirausahaan. Salemba


Salemba Empat. Jakarta. Empat. Jakarta.

Siswandi, Yudi. 2013. Analisis Faktor Internal, Utami, Budi Barata Kusuma. 2013. Pengarauh
Faktor Eksternal Dan Pembelajaran Faktor Kepribadian Wirausaha Terhadap
Kewirausahaan Yang Mempengaruhi Intensi Berwirausha Pada Mahasiswa
Minat Mahasiswa Dalam Berwirausaha. Akuntansi. Skripsi Universitas Ahmad
Jurnal manajemen & bisnis vol 13 no 1. Dahlan tidak dipublikasikan.
Jurnal.
Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan Dan
Sholikhah, Tsalis Nur. 2013. Analisis Faktor- Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta.
Faktor Yang Memotivasi Mahasiswa
Untuk Menjadi Enterprenuer (studi pada Wulandari, Suci. 2013. Pengaruh Efikasi Diri
universitas swasta se DIY).Skripsi Terhadap Minat Berwirausaha pada
Universitas Ahmad Dahlan. Skripsi Siswa Kelas Xii Di Smk Negeri 1
Universitas Ahmad Dahlan tidak Surabaya. Jurnal Pendidikan Tata
dipublikasikan. Niaga vol 1 no 1.
www.bps.co.id .diunduh 5 febuari 2015.

279
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Experential learning untuk pendidikan Entrepreneurship
di Universitas Ciputra
Cliff Kohardinata
Universitas Ciputra
Email : ckohardinata@ciputra.ac.id

Abstrak : Entrepreneurship merupakan jawaban bagi Negara Indonesia untuk


memajukan dan mensejahterakan masyarakat Indonesia, oleh karena itu pemerintah
sangat mendukung dengan terlaksananya gerakan kewirausahaan nasional. Universitas
sebagai lembaga pendidikan menyambut dengan baik melalui berkembangnya
pendidikan entrepreneurship. Seorang entrepreneur sejati ditempa melalui
pengalaman, oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang dilakukan tidak
hanya metode tatap muka atau praktik di 1 semester (2/3 sks), tetapi diperlukan metode
pembelajaran yang berbasis experiential learning yang berkesinambungan di semua
semester hingga selesai kuliah. Universitas Ciputra merupakan Universitas yang telah
melaksanakan dan terus memperbaharui (inovasi) sistem pendidikan
entrepreneurship dengan pendekatan experiential learning yang berkelanjutan si
setiap semester, sehingga melalui penulisan ini diharapkan bisa menjadi wacana atau
masukan bagi penerapan pendidikan entrepreneurship.

Kata Kunci : Entrepreneur, Entrepreneurship, Experential learning

Ir. Ciputra pada tahun 2014 menyampaikan pada tahun 2014” (perindustrian, 2012). Gerakan
bahwa “ahli sosiologi, David McClelland kewirausahaan nasional disambut dengan baik
mengatakan sebuah negara membutuhkan oleh kalangan akademik (perguruan tinggi)
setidaknya 2% wirausaha dari total populasi untuk sehingga pada tahun-tahun terakhir ini hampir
mempertahankan pertumbuhan optimal seluruh perguruan tinggi di Indonesia telah me-
perekonomiannya. Ini berarti bahwa Indonesia nyelenggarakan pendidikan kewirausahaan.
masih membutuhkan setidaknya 4,8 juta Pendidikan kewirausahaan di peguruan
entrepreneur lagi” (Yeri, 2014). Pemerintah tinggi seringkali dilaksanakan di satu semester
Indonesia telah menyadari bahwa kewirausahaan dengan beban sks sebesar 2-3 sks, tetapi dalam
sangatlah penting bagi pertumbuhan Negara pelaksanaannya sering terjadi permasalahan yaitu
Indonesia, hal ini terbukti dari munculnya gerakan pendidikan kewirausahaan belum mampu
kewirausahaan nasional yang bertujuan untuk mengubah pola pikir seorang mahasiswa menjadi
“meningkatkan jumlah wirausaha yang kini baru pola piker atau semangat seorang wirausaha yang
sekitar 0,24% dari populasi menjadi sekurangnya inovatif, tahan uji dan menciptakan lapangan
1% dari populasi penduduk Indonesia pekerjaaan. Murtini menyampaikan bahwa

280
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
“Untuk menumbuhkan jiwa dan semangat (https://twitter.com/ciputraway/status/296396211
kewirausahaan apalagi sampai menghasilkan 366289408, n.d.)
lulusan yang mampu menciptakan lapangan Kajian ini belum mencakup semua aspek
pekerjaan tidak bisa dilakukan hanya dalam dalam pendidikan kewirausahaan di perguruan
jangka pendek (satu atau dua semester ) apalagi tinggi, tetapi kajian ini dapat memberikan
hanya 2-3 sks, tetapi harus secara terus menerus wawasan dalam melakukan evaluasi dan
melalui kegiatan pendidikan dan pengembangan perbaikan berkesinambungan bagi perguruan
yang berkesinambungan” (Murtini, 2008). Hal ini tinggi, terutama bagi pengambil kebijakan di
menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan perguruan tinggi.
yang telah diterapkan di Universitas tidaklah
mudah dan tidak sederhana, sehingga peguruan HASIL & PEMBAHASAN
tinggi perlu senantiasa melakukan evaluasi dan
perbaikan secara terus menerus. Oleh karena itu, 1. Wirausaha / Entrepreneur dan
penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut kewirausahaan / Entrepreneurship
mengenai pelaksanaan pendidikan kewira- Sebelum membahas lebih lanjut mengenai
usahaan di peguruan tinggi di Universitas Ciputra. pendidikan entrepreneurship, penulis akan
Universitas Ciputra merupakan menyampaikan terlebih dahulu mengenai konsep
Universitas yang sangat mengedepankan atau hal hal yang berkaitan dengan Wirausaha /
kewirausahaan/entrepreneurship, hal ini sejalan Entrepreneur dan kewirausahaan /
dengan mimpi dari Ir. Ciputra yaitu “menciptakan Entrepreneurship.
4 juta entrepreneur untuk Indonesia“
(http://www.ciputra- 1.1. Wirausaha / Entrepreneur
uceo.net/blog/2016/3/7/bisnis-dan-tujuan- Menurut Ir Ciputra, wirausaha atau
kewirausahaan, n.d.) entrepreneur adalah “mereka yang mengubah
Dalam pelaksanaan pendidikan sampah menjadi emas. Mereka yang selalu
kewirausahaan / entrepreneurship, Universitas berjuang mengkontribusikan kebaikan dan
Ciputra menerapkan pengalaman atau metode kesejahteraan kepada masyarakat dan tidak mau
pendidikan experiential learning yang dilakukan berhenti untuk menyerah, meski mereka masih
secara berkelanjutan di semua semester dengan muda, belum berpengalaman, meski mereka
tahapan yang berbeda-beda, sehingga diharapkan sudah berkali-kali jatuh dalam kegagalan, bahkan
akan membentuk seorang wirausaha / meski mereka sudah berada di ujung senja usia.
entrepreneur yang holistik, baik karakter, mindset Entrepreneur is never die, and neither fade away”
dan skill. Ir Ciputra sebagai seorang entrepreneur (Nugroho, 2009).
yang suksespun selali belajar dan dibentuk dari Berdasarkan penelitian, seorang wirausaha/
pengalaman, melakukan refleksi dan entrepreneur untuk memperoleh pencapaian yang
memperbaiki atau selalu melakukan inovasi tinggi mempunyai karakteristik yaitu:
dalam bisnis grup Ciputra, tag line di twitter “The ability to learn from others – entrepreneurs
beliau menyiratkan arti pentingnya pengalaman tend to be good at networking, Self confidence –
yang akan membentuk seorang entrepreneur yang a belief in their own abilities and ideas, Being
holistik yaitu “Entrepreneur jatuh 10 kali, innovative/inventive – being able to generate
bangkit 11 kali” ideas, either for new products/services or new
281
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
ways of applying them, Self motivation and science nor an art. It is a practice” (Nugroho,
determination – the drive to keep going and see 2009, p. 103). Antonius Tanan menyampaikan
things through., Showing initiative – it is bahwa untuk menjadi seoramg wirausaha /
necessary to have not only the ideas for the entrepreneur yang sejati / holistik “bukan sekedar
business, but also the detailed plans to achieve mendidik untuk tahu tentang teori kewirausahaan
objectives (both thinking and doing)”. (to know) atau memiliki kecakapan-kecakapan
(http://businesscasestudies.co.uk/iet/entrepreneur seperti yang dilakukan para entrepreneur (to do)
ship-in-engineering/characteristics-of-an- namun harus bisa mendorong seseorang berjiwa
entrepreneur.html#axzz46QUb5ARI, n.d.) entrepreneur sehingga dengan penuh keyakinan
Berdasarkan pengertian dan karakteristik memilih profesi entrepreneur (Ciputra, 2008, p.
dari seorang wirausaha / entrepreneur, dapat 86). Oleh karena itu, pendidikan kewirausahaan /
disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang entrepreneurship bukanlah bakat, tetapi suatu
wirausaha/entrepreneur memerlukan lebih dari ilmu yang dapat diajarkan melalui pengalaman
sekedar ilmu saja, tetapi seorang hidup (praktik) yang berkesinambungan.
wirausaha/entrepreneur memerlukan
pembentukan secara holistik dalam karakter, skill 2. Experiental learning
dan mind set, sehingga menjadi seorang Ir Ciputra mempunyai pandangan
wirausaha / entrepreneur tidak dapat diajarkan mengenai model pembelajaran kewirausahaan /
hanya dalam waktu sehari atau satu semester saja entrepreneurship, yaitu “pembelajaran ber-
dengan pendekatan tatap muka, tetapi sebaiknya dasarkan pengalaman (educative experiental
diajarkan melalui pengalaman riil selama learning) yang dirancang dalam siklus belajar dan
berkuliah. mengikutkan setting dunia nyata para
entrepreneur adalah pendekatan yang tepat untuk
2.2 Kewirausahaan / Entrepreneurship membangun sosok holistic entrepreneur”
(Ciputra, 2008, p. 134).
Banyak pakar berpendapat bahwa seorang
wirausaha / entrepreneur merupakan bakat 3.1. Experiental learning dan Experiental
sehingga tidak dapat dilatih, tetapi sebenarnya learning cycle
kewirausahaan / Entrepreneurship bisa diajarkan Viljo Kohonen menyampaikan bahwa
dan dilatih dengan menggunakan metode yang experiential learning adalah “an educational
sesuai, hal ini sejalan dengan pendapat Peter orientation which aims at integrating theoretical
Drucker bahwa “the entrepreneurial mystique? and practical elements of learning for a whole
It’s not magic, it’s not mysterious, and is has person approach, emphasizing the significance of
nothing to do with the genes. It’s a discipline. And experience for learning” (Kohonen, n.d.).
like any discipline, it can be learned” (Ciputra, Menurut Wurdinger dan Carlson, Experiential
2008, p. 71). Oleh karena itu, pendidik learning yaitu “any learning that supports
kewirausahaan / entrepreneurship perlu students in applying their knowledge and
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai conceptual understanding to real-world problems
untuk mendidik seorang wirausaha/ entrepreneur, or situations where the instructor directs and
Peter Drucker menyampaikan dengan sangat facilitates learning. The classroom, laboratory, or
sederhana, bahwa “entrepreneurship is neither a studio can serve as a setting for experiential
282
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
learning through embedded activities such as case Meaning/Teaching-and-learning-
and problem-based studies, guided inquiry, approaches/Experiential-learning-cycle, n.d.).
simulations, experiments, or art  “Teachers select one or more activities
projects” (Wurdinger & Carlson, 2010). Dari (experiences) in order to demonstrate a
pendapat Ciputra, Viljo Kohonen dan Wurdinger concept or raise questions. The experience
& Carlson, dapat disimpulkan bahwa salah satu should enable students to engage with the
metode dalam membentuk topic in as many ways as possible”.
wirausaha/entrepreneur yang holistik sebaiknya  “In the reflection phase, students query and
menggunakan experiential learning, dimana review what they have done.
metode tersebut akan membawa calon  “In the generalising and abstracting phase,
wirausaha/entrepreneur aktif atau terlibat dalam students are able to examine the experience
kasus nyata / masalah nyata, sehingga akan at a deeper level. They think about the
meningkatkan kemampuan critical thinking, meaning of the factual information they
problem solving dan decision making, selain itu gathered from the questions they used in the
experiential learning akan mengurangi gap antara reflecting phase. Students are encouraged to
teori dengan parktek entrepreneurship. examine abstract concepts and make
Menurut Kolb terdapat 6 karakteristik connections between ideas and their actual
utama untuk metode experiential learning experience. They also look at what they have
(http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/styles/ko learned and hypothesise about where to go to
lb.html, n.d.), yaitu: next”.
1. “Learning is best conceived as a process,  “The transfer phase is when students begin to
not in terms of outcomes”. apply the knowledge they have gained to the
2. “Learning is a continuous process next activity or to their daily lives”.
grounded in experience”. Dalam penulisan ini, pendekatan yang dilakukan
3. “Learning requires the resolution of dalam meneliti experiential learning adalah studi
conflicts between dialectically opposed kasus yang bertujuan untuk mennyelidiki
modes of adaptation to the world (learning fenomena, kegiatan dalam konteks pendidikan
is by its very nature full of tension)”. entrepreneurship.
4. “Learning is a holistic process of
adaptation to the world”. 4. Experiental learning untuk pembelajaran
5. “Learning involves transactions between Entrepreneurship di Universits Ciputra
the person and the environment”. Universitas Ciputra sangat menekankan
6. “Learning is the process of creating pendidikan Entrepreneurship, oleh karena itu visi
knowledge that is the result of the dari Universitas Ciputra adalah:
transaction between social knowledge and “To be a University that creates world class
personal knowledge”. entrepreneurs with excellent character and give
great impact to the nation”
Experiential learning mempunyai 4 tahap yaitu: (http://www.uc.ac.id/tentang-uc/visi-misi/, n.d.).
(http://health.tki.org.nz/Key- Untuk mencapai visi tersebut, Universitas Ciputra
collections/Curriculum-in-action/Making- terus mengembangkan dan menerapkan
pendekatan experiental learning untuk mendidik
283
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
calon entrepreneur. Pembahasan experiental semester 7 dengan tantangan yang berbeda sama
learning pada tulisan ini adalah experiental seperti gambar 3.2 yang menunjukkan tahapan
learning dalam bentuk project yang pernah semakin meningkat. Pembahasan pada penulisan
diterapkan di Universitas Ciputra khususnya ini, akan disampaikan garis besar penerapan
International business Management. Untuk experiental learning dari semester 2-7, dimana
membentuk karakter, mind set dan skill wirausaha garis besar pembelajaran terdiri dari proses ideasi
/ entrepreneur, maka pembelajaran bisnis, start up business, mempertahankan bisnis.
kewirausahaan / entrepreneurship di Universitas Untuk semester 1, pembelajaran tetap bertema
Ciputra khususnya International business entrepreneurship tetapi lebih ke arah
management untuk membuat bisnis dilaksanakan pembentukan karakter, mind set dan skill melalui
secara berkesinambungan dari semester 2 sampai pengalaman dalam membuat event.

Gambar 4.1 experential earning spiral (http://health.tki.org.nz/Key-collections/Curriculum-in-


action/Making-Meaning/Teaching-and-learning-approaches/Experiential-learning-cycle, n.d.)

284
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
(biasanya dipresentasikan di hadapan 2-3
4.1. Experiential learning untuk ideasi bisnis fasilitator), jika mahasiswa mampu
Pembelajaran menciptakan ideasi bisnis di mempertahankan business plan nya dengan alasan
Universitas Ciputra di laksanakan di semester 2, yang jelas, maka ideasi bisnis tersebut dapat di
dosen berperan sebagai fasilitator dalam jalankan.
membantu mahasiswa melakukan ideasi bisnis, Ide bisnis akan menjadi impian saja jika
dimana fasilitator berkewajiban memberikan tidak diuji dalam kehidupan riil, maka mahasiswa
panduan, dan menyampaikan kriteria ide bisnis yang business plan nya telah di setujui di hadapan
yang baik yaitu unik, bisa diterma pasar, fasilitator wajib untuk menyiapkan produk
menguntungkan dan dapat bertahan untuk jangka tersebut, kemudian produk tersebut akan diuji
waktu yang panjang. langsung dijual di pasar riil / test market seperti
Pada tahap ini, mahasiswa diminta gambar 4.2. Pengalaman test market ini sangatlah
membuat kelompok bisnis yang dalam dunia riil baik bagi mahasiswa untuk dilaksanakan sebelum
sering disebut partner business, kemudian melakukan start up business sesungguhnya, dari
kelompok bisnis mahasiswa tersebut akan test market ini akan mendapatkan banyak
melakukan pengalaman riil dengan langsung masukan dari banyak segi, baik dari fasilitator
terjun ke pasar untuk melakukan observasi lain, calon konsumen dan pengunjung yang hadir,
mengenai kebutuhan pasar atau berempati selain itu mahasiswa dapat melihat respon pasar
terhadap kebutuhan masyarakat, pada umumnya terhadap produk tersebut, dan test market akan
kebutuhan masyarakat ini bisa dimulai dari mengurangi resiko kegagalan bisnis di kemudian
explore masalah yang dihadapi oleh masyarakat. hari atau mengurangi resiko kehilangan modal
Setelah mahasiswa melakukan eksplorasi, dalam jumlah besar.
mahasiswa diminta untuk merefleksikan hasil dari Setelah melakukan test market, mahasiswa
eksplorasi dalam bentuk paper dan melakukan refleksi terhadap produk masing-
mengkonsultasikan hasil temuannya dengan masing terutama berkaitan dengan masukan dari
fasilitator yang sudah ditetapkan. target pasar, dan respon pasar, kemudian
Pada tahap berikutnya, mahasiswa mahasiswa dapat memikirkan langkah-langkah
berusaha membuat ideasi bisnis yang mampu perbaikan untuk memenuhi kebutuhan dari pasar
memenuhi kebutuhan pasar dan ide tersebut wajib yang reasonable, kemudian mahasiswa
dikonsultasikan dengan fasilitator. Pada tahap ini, mengaplikasikan pemikirannya mengenai
mahasiswa harus mampu menjelaskan secara perbaikan terhadap produk nya. Di akhir semester
logis mengenai ide bisnis dan kesanggupan tersebut, mahasiswa tetap melakukan refleksi
mahasiswa (termasuk resources) dalam kembali dan memikirkan untuk rencana bisnis
menjalankan ide bisnis tersebut. Ide bisnis yang semester depan, apakah ide tersebut akan berjalan
sudah didapat, biasanya di perlengkapi dengan atau berganti ide bisnis atau mungkin pecah
membuat business plan berdasarkan template kongsi dengan kelompok bisnisnya. Peran
yang sudah disediakan untuk memastikan ideasi fasilitator untuk melakukan monitoring progress
mahasiswa tersebut feasible. Business plan yang di setiap minggunya merupakan poin yang kritikal
sudah dipersiapkan harus dapat untuk menjaga motivasi mahasiswa.
dipertanggungjawabkan di depan fasilitator

285
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 4.2. Contoh pameran/ test market di plaza Universitas Ciputra

dengan refleksi mengenai apa yang sudah


4.2.Experiential learning untuk Start up dilakukan? Kendala apa yang dihadapi? Solusi
business apa untuk mencapai target yang sudah ditetapkan?
Semester berikutnya, mahasiswa sudah Refleksi ini wajib didiskusikan dengan fasilitator
mempersiapkan untuk menjalankan start up untuk mendapat masukan, setelah mahasiswa
business, dosen tetap berperan sebagai fasilitator mampu menemukan kendala dan solusi yang
yang membimbing dan memberi saran bagi bisnis sesuai, maka mahasiswa kembali menerapkan
mahasiswa, dan fasilitator memulai dengan solusi tersebut dalam bisnis masing-masing,
memberikan dan men-diskusikan target biasanya mahasiswa mempunyai log book yang
pencapaian dengan mahasiswa, baik target secara me-nunjukkan kegiatan yang sudah dijalankan
penjualan maupun target progress persiapan start dan rencana yang akan dilaksanakan ke depan.
up business. Berikutnya, mahasiswa mendapatkan Gambar 4.2 merupakan contoh kegiatan start up
pengalaman riil dalam menjalankan start up business yang dilakukan oleh mahasiswa
business dalam satu semester, dan mahasiswa Universitas Ciputa, mulai membuat pameran
wajib menyampaikan refleksi mengenai progress hingga mempunyai booth riil di mall.
bisnisnya setiap minggu kepada fasilitator disertai

286
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 4.2. Contoh business start up

Semester ini berakhir, dengan refleksi tahap ini, dosen tetap menjalankan fungsi sebagai
kembali mengenai rencana bisnis semester depan, fasilitator yang memberikan arahan, fasilitator
apakah akan terus berjalan atau berganti bisnis akan meminta mahasiswa untuk mencari sister
atau mungkin pecah kongsi di dalam kelompok company dengan kriteria tertentu misal: harus
bisnisnya. Dalam tahap start up business pun, menjalankan bisnis yang sejenis, telah
Peran fasilitator untuk melakukan monitoring di menjalankan bisnis lebih dari 5 tahun,
setiap minggunya adalah hal yang sangat krusial mengalami progress yang baik dalam bisnisnya
untuk menjaga motivasi mahasiswa dan dan lain sebagainya.
mengarahkan pada target yang ditetapkan. Selanjutnya, mahasiswa akan mulai
explore / mencari sister company tersebut dan
4.3.Experiential learning untuk setelah menemukan sister companynya,
mempertahankan bisnis mahasiswa wajib menyampaikan kepada
Di jurusan Universitas Ciputra, dalam fasilitator dengan alasan (refleksi) mengenai
mempertahankan bisnis di bagi dalam beberapa mengapa mengambil sister company tersebut
semester dengan tahapan yang berbeda beda untuk melaksanakan benchmarking?, pemb-
antara lain tahap inovasi, benchmarking, elajaran apa saja yang akan dipelajari di sister
kemudian berkembang ke skala global, secara company? (misal: marketing, operasional,
umum kegiatan pembelajaran yang dilakukan promosi, finance dan lain sebagainya) yang dapat
tidak jauh berbeda dengan 2 tahapan sebelumnya, membantu mahasiswa dalam menyelesaikan
yang membedakan hanyalah target pencapaian permasalahan di bisnis masing-masing. Setelah
pembelajaran. fasilitator menyetujui sister company tersebut,
Pada tahap ini, mahasiswa diharapkan maka mahasiswa diminta untuk mulai membuat
sudah mulai melakukan expand usaha nya baik pertanyaan-pertanyaan sebanyak- banyaknya
dalam skala lokal maupun nasional diharapkan yang mengarah pada permasalahan yang dihadapi
internasional. Pada penulisan ini akan dibahas dalam menjalankan bisnis masing-masing, fungsi
satu tahap untuk belajar mempertahankan bisnis dosen saat ini sebagai reviewer terutama berkaitan
yaitu dengan pendekatan benchmarking untuk mengenai apakah pertanyaan tersebut sudah
belajar dari best practice bisnis sejenis. Pada cukup menjawab permasalahan bisnis mahasiswa,
287
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
diharapkan pertanyaan yang dibuat mengarah SIMPULAN
pada pertanyaan penggalian seperti Why, How ?
bukan sekedar what atau when? Seorang wirausaha/entrepreneur ditempa dari
Pada tahap selanjutnya, mahasiswa pengalaman riil, oleh karena itu metode
melakukan wawancara dan kunjungan secara riil pembelajaran yang sesuai adalah menggunakan
ke sister company untuk melakukan pengalaman riil. Experential learning merupakan
benchmarking, dan tentu saja wawancara atau salah satu metode untuk mendidik mahasiswa
kunjungan tersebut di dokumentasikan sebagai untuk bisa mengalami pengalaman riil, dalam hal
bukti telah melakukan benchmarking. Setelah ini adalah pengalaman riil menjadi seorang
melakukan benchmarking, mahasiswa wajib wirausaha/entrepreneur. Secara garis besar,
membuat report / refleksi mengenai hasil Universitas Ciputra khususnya International
benchmarking yang disampaikan kepada Business Management menggunakan pengalaman
fasilitator, kemudian fasilitator melakukan review riil untuk melatih mahaasiswa dalam melakukan
terhadap hasil benchmarking, jika hasil ideasi bisnis, kemudian ideasi bisnis itu
benchmarking belum baik atau belum mencapai dilaksanakan menjadi pengalaman startup
target sasaran, maka fasilitator berhak untuk business, selanjutnya mahasiswa wajib
meminta mahasiswa melakukan benchmarking mengalami proses mempertahankan bisnis secara
ulang atau menambahkan sister company lain. riil, ketiga proses itu sangat berkaitan erat dengan
Kemudian, mahasiswa wajib menerapkan hasil metode pembelajaran experiential learning
benchmarking pada bisnis mahasiswa, setelah dimana mahasiswa mengalami pengalaman riil,
menerapkan hasil benchmarking tersebut, kemudian melakukan refleksi atas observasi yang
mahasiswa wajib melakukan refleksi lagi didapat, dilanjutkan dengan konklusi hasil refleksi
terutama mengenai kekurangaan, kendala dan dari mahasiswa tersebut dibantu oleh fasilitator
memikirkan solusi dalam menerapkan untuk membantu mahasiswa memahami
benchmarking untuk dapat diperbaiki di semester hubungan pembelajaran dengan pengalaman,
selanjutnya. Peran fasilitator untuk monitoring di kemudian mahasiswa kembali menerapkan
setiap minggunya tetap menjadi hal yang sangat konklusi yang disepakati. Pembelajaran
penting untuk memotivasi dan menjaga experiential learning yang dilakukan tidak
mahasiswa melaksanakan kegiatannya. sekedar dilaksanakan di 1 semester saja, tetapi
dilaksanakan di semua semester secara
berkesinambungan sehingga diharapkan akan
membentuk wirausaha / entrepreneur secara
holistik.

288
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN http://businesscasestudies.co.uk/iet/entrepreneur
ship-in-engineering/characteristics-of-an-
Retrieved from entrepreneur.html#axzz46QUb5ARI. (n.d.).
http://businesscasestudies.co.uk/iet/entrepr
eneurship-in-engineering/characteristics- Kohonen, V. (n.d.). Retrieved from
of-an-entrepreneur.html#axzz46QUb5ARI. http://archive.ecml.at/mtp2/Elp_tt/Results/
DM_layout/00_10/05/Supplementary%20t
Retrieved from ext%20E.pdf.
http://businesscasestudies.co.uk/iet/entrepr
eneurship-in-engineering/characteristics- Mcleod, S. (2013). Retrieved from
of-an-entrepreneur.html#axzz46QUb5ARI. http://www.simplypsychology.org/learning
-kolb.html.
Retrieved from
http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/styl Murtini, W. (2008). Sucess story sebagai
es/kolb.html. pendekatan pembelajaran kewirausahaan.
Varia Pendidikan, volume 20, No.2, 173-
Retrieved from http://health.tki.org.nz/Key- 183.
collections/Curriculum-in-action/Making-
Nugroho, R. (2009). Entrepreneurship Ciputra.
Meaning/Teaching-and-learning-
approaches/Experiential-learning-cycle. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
perindustrian, P. k. (2012, April 10). Retrieved
Retrieved from http://www.uc.ac.id/tentang- from
uc/visi-misi/.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/3241/
Kemenperin-Mengembangkan-Wirausaha-
Retrieved from http://www.ciputra-
Baru-yang-Berdaya-Saing-Global.
uceo.net/blog/2016/3/7/bisnis-dan-tujuan-
kewirausahaan. Wurdinger, S. D., & Carlson, J. A. (2010).
Teaching for Experiential Learning: Five
Retrieved from Approaches That Work. Lanham: Rowman
https://twitter.com/ciputraway/status/29639 & Littlefield Education.
6211366289408.
Ciputra. (2008). Ciputra Quantum leap. Jakarta: Yeri. (2014, November 24). Retrieved from
http://www.ayopreneur.com/on-
PT EleX Medi Computindo.
press/ciputra-indonesia-butuh-48-juta-
entrepreneur-lagi.

289
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Adaptasi Penerapan Lean Startup
Sebagai Upaya Meningkatkan Kesuksesan Kewirausahaan Akademik
Studi kasus : Bandung Techno Park, Telkom University

Iwan Iwut Tritoasmoro


Fakultas Teknik Elektro - Telkom University
Email : iwan@btp.or.id

Abstrak : Kewirausahaan akademik (academic entrepreneurship) merujuk pada


sebuah upaya dari civitas akademik dalam mensukseskan komersialisasi produk
teknologi civitas akademik, yang memberikan kesejahteraan bagi civitas perguruan
tinggi dan mitra-mitra terkaitnya secara berkesinambungan. Telkom University telah
mendirikan Bandung Techno Park (BTP) sebagai lembaga intermediasi dengan salah
satu perannya incubator bisnis teknologi. BTP telah menerapkan berbagai model
pendampingan startup teknologi (perusahaan pemula berbasis teknologi - PPBT), yang
salah satunya adalah Lean Startup. Melalui adaptasi Lean Startup sesuai situasi dan
kondisi lokal, diharapkan mencapai hasil penumbuhan startup yang lebih baik.
Penelitian ini dilaksanakan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan evaluasi atas
pilihan model yang telah diterapkan. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi
acuan bagi perbaikan pembinaan startup pada masa mendatang khususnya di
lingkungan Universitas Telkom dan perguruan tinggi di Indonesia pada umumnya.

Kata kunci : Startup, Lean Startup, Kewirausahaan Akademik

melengkapi dirinya dengan lembaga


Situasi globalisasi dan ekonomi inovasi saat ini intermediasi Bandung Techno Park pada tahun
telah membawa peran baru perguruan tinggi 2010. Sebagai lembaga intermediasi, BTP
pada tingkat yang lebih signifikan khususnya mengemban tugas pokok antara lain sebagai
dalam pengembangan ekonomi inovasi. inkubator bisnis teknologi, unit transfer
Entrepreneurial University telah menjadi tujuan teknologi (TTO- Transfer Technology Office),
ideal dari banyak perguruan tinggi. Dalam dan juga menyediakan ekosistem yang kondusif
babak baru pengelolaan perguruan tinggi saat bagi pelaku bisnis dan industri ICT, seperti
ini, Entrepreneurial university yang ditandai laboratorium industry, jejaring dan sewa ruang
salah satunya oleh kekuatan perguruan tinggi kantor/ fasilitas penunjang.
dalam eksplorasi hasil riset dan Belum adanya model yang valid yang dapat
entrepreneurship, telah menjadi tujuan jangka menjamin tingginya keberhasilan pembangunan
panjang sejumlah perguruan tinggi di dunia. [11] startup berbasis teknologi hasil riset perguruan
Dalam upaya mewujudkan sasaran jangka tinggi dan situasi-kondisi lokal yang unik,
panjangnya sebagai research university dan merupakan alasan perlunya dilakukan eksplorasi
entrepreneurial university, Institut Teknologi untuk menemukan model yang paling sesuai
Telkom (sekarang : Universitas Telkom) telah
290
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dalam membangun startup teknologi di System
perguruan tinggi. Modegi Smart Home
Sementara, dalam perkembangan terakhir Pasarlaut.com Portal Market place
dalam pesatnya pertumbuhan startup teknologi FishOn Sosial Media Advertiser
di dunia, peran metoda Lean Startup mendapat TransTech GPS, Android, dan
sorotan yang besar. Dalam kaitannya dengan Embedded System
U-Kit Electronik
dengan kewirausahaan akademik, telah

dilakukan penelitian penerapan Lean Startup di
dalam pengembangan startup universitas [?], Unsur startup bervariasi. Unsur anggota
dengan hasil yang sangat memuaskan. grup startup terdiri atas berbagai latar
Berbeda dengan pendekatan pengembangan belakang profesi, baik civitas akademik
produk dengan metoda water fall yang (mahasiswa, dosen, peneliti), mitra (alumni
perguruan tinggi, entreprenur, industri).

cenderung mengisolasi peneliti dari kebutuhan
nyata pengguna akhir, pendekatan Lean Startup Waktu mulainya pembangunan masing-
justru mengedepankan adanya konektifitas masing startup ini tidak serempak. Proses
dengan calon konsumen potensial sejak awal pengamatan juga tidak dalam waktu yang
pengembangan produk dan bisnisnya. serempak.
Bagaimana peneliti civitas akademis
Berdasarkan alasan-alasan tersebut,
diputuskan untuk melakukan pengamatan atas METODE
adaptasi penerapan Lean Startup di lingkungan
bandung Techno Park, Telkom University. Startup yang ada dalam pengamatan ini telah
Tujuan penelitian ini adalah : Mengamati memahami dan bersedia menjalankan prinsip
efektifitas penerapan metoda Lean Startup Lean Startup dalam membangun rintisan
melalui pengamatan pada prinsip-prinsip bisnisnya. Untuk itu, fokus pengamatan
utamanya dalam pembangunan startup teknologi diarahkan pada pengukuran prinsip-prinsip dasar
di lingkungan perguruan tinggi. Mendapatkan dalam Lean Startup, yang mengharuskan adanya
validasi atas faktor-faktor penentu kesuksesan :
dalam kerangka kerja Lean Startup pada kondisi
lokal. Menemukan model komersialisasi a) Proses Pembelajaran Tervalidasi
teknologi melalui pembangunan startup (validated learning) selama proses
teknologi yang memberikan hasil optimal, membangun bisnis, sebagai prinsip
dengan berbasis situasi dan kondisi lokal. utama dalam Lean Startup.
b) Umpan Balik, sebagai penjamin
Penelitian ini dilaksanakan dengan ruang efektifitas pembelajaran
lingkup dan situasi sebagai berikut : c) Minimum Viable Product (MVP),
sebagai wujud langkah nyata
 Masa pengamatan 3 tahun, 2013-2015 pengelolaan sumber daya startup secara
 Dilakukan pada 8 grup startup yang efisien.
mendapatkan seed funding mulai dari Rp 20 d) Early Adopter / Pengguna awal
jt s.d Rp 300 jt secara tidak merata Sebagawai pihak utama pemberi umpan
bergantung pada kondisi dan kebutuhan. balik yang autentik.
 Nama Startup dan Bidang Technologi kunci e) Agile Development, yang ditunjukkan
dengan komposisi tim startup dengan
Nama Startup Teknologi Kunci kapasitas dan skill yang memadai.
IDSys Smart Parking System f) Customer Develoment
MetaVision Computer vision Proses pembelajaran secara tervalidasi
Scripthink GPS dan Embedded dengan umpan balik, pivot, tahap-tahap
291
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
yang terukur dalam membangun
perusahaan baru.

2.1 Prinsip Pendekatan Lean Startup

Startup dalam hal ini adalah kelompok


(institusi) orang yang akan membangun
teknologi dan bisnis dalam lingkungan yang
sangat tidak pasti. [8]
Konsep Lean Startup pertama kali diusung
oleh Steve Blank dalam metoda Customer
Development.[5] Kemudian dilengkapi dan
dipopulerkan oleh Eric Ries. [10]
Gambar 1, Siklus Pembalajaran Tervalidasi
Prinsip utama Lean Startup adalah proses Lean Startup [10]
pembelajaran tervalidasi. Dimana, startup dapat Prinsip utama dari lean startup adalah untuk
meningkatkan kesuksesan dan mengurangi mengurangi pemborosan. Proses Lean Startup
pemborosan dalam merintis bisnisnya dengan
mengurangi pemborosan dengan meningkatkan
sesegera mungkin terhubung kepada calon frekuensi kontak dengan konsumen, sehingga
konsumen potensial untuk mempercepat proses
pengujian dapat dilakukan dan menghindari
pembelajaran tervalidasi melalui siklus umpan
asumsi pasar yang tidak benar sedini mungkin.
balik yang berulang-ulang.
Untuk itu diperlukan kelengkapan prinsip
Metoda Lean Startup merumuskan ulang tersebut sebagai berikut :
aktivitas-aktivitas startup sebagai serangkaian
eksperimen untuk menguji strateginya, dalam

rangka mencari tahu mana aktivitas yang
cemerlang dan mana yang tidak. Eksperimen,
Rapid Build-Measure-Learn Cycles
sejatinya sejalan dengan metoda ilmiah. Semakin cepat memulai proses
Awalnya adalah pembuatan hipotesis yang jelas pembelajaran bersama calon konsumen
untuk memprediksi apa yang kira-kira akan potensial, akan meningkatkan
terjadi. Langkah berikutnya adalah menguji kesuksesan dalam membangun bisnis
prediksi itu secara empiris. Sama seperti startup. Pendekatan ini sangat bertolak
eksperimen ilmiah yang dipandu oleh teori, belakang dengan metoda pengembangan
eksperimen startup juga mesti dipandu oleh visi produk water flaw yang sangat
startup yang bersangkutan. Tujuan eksperimen menekankan proses yang linier dimana
startup adalah untuk menemukan cara interaksi dengan calon konsumen berada
membangun bisnis berkesinambungan
di ujung lini. Hal ini yang menjadi
berlandaskan visi tersebut.
Eksperiment itu memberi peluang bagi persoalaan pokok sebab kegagalan
startup teknologi untuk mengamati, berinteraksi komersialisasi teknologi di perguruan
dengan dan memetik pelajaran dari konsumen tinggi.


dan mitra kerja di lapangan. Pembelajaran
kualitataif ini merupkan pelengkap penting bagi Minimum Viable Product (MVP)
uji kuantitatif. Untuk menghindari proses
Siklus pembalajaran tervalidasi dengan pengembangan produk berkepanjangan
umpan balik digambarkan sebagai berikut. dan sangat beresiko, tersebut dibutuhkan
292
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pendekatan lain. Pendekatan Lean
startup dan Customer Development
memilih menggunakan Produk Layak
Minimum (Minimum Viabel Product)
sebagai alat yang efektif untuk menimba
umpan balik dari calon pelanggan.
Dengan demikian proses pembalajaran
yang tervalidasi dapat segera dilakukan
dan efektif.
Bagi situasi startup pembelajaran
adalah hal yang sangat berharga Gambar 2. Proses Customer Development [6]
dibanding asset. Dalam hal ini,
pendekatan Lean Startup menekankan Untuk menjalankan proses cuctomer
pada investasi dalam pembelajaran lebih development, selain startup harus membuat
penting, bukan dalam asset. hipotesis di awal, mereka juga harus membuat
model bisnis. Model bisnis yang dapat

mengakomodasi dinamika startup yang syarat
Customer Development ketidkpastian adalah model bisnis kanvas, dari
Diuraikan lebih lanjut dalam sub bab2.2. Alex Osterwalder dan Yves Pigneur. [9].

1.2 Customer Development 1.3 Business Model Canvas


Steve Blank pertama kali memperkenalkan Berikut adalah model bisnis kanvas Osterwalder
konsep Customer Development dalam buku, yang sangat dinamis :
“The Four Steps to the Epiphany” [3]. Buku ini
menyatakan bahwa sebagian besar startup gagal
bukan karena mereka tidak mengembangkan
produk mereka, tetapi karena mereka tidak
mengembangkan pasar mereka.
Customer Development adalah tentang
mempertanyakan asumsi bisnis inti Anda, suatu
kerangka kerja empat langkah untuk
menemukan dan memvalidasi bahwa Anda telah
mengidentifikasi pasar untuk produk Anda,
membangun fitur produk yang tepat yang
memecahkan kebutuhan pelanggan, menguji
metode yang benar untuk memperoleh dan
mengkonversi pelanggan, dan menggunakan
sumber daya yang tepat untuk memperbesar
skala bisnis.
Proses Customer Development digambarkan Gambar 3. Bisnis Model Kanvas Alexander
dalam diagram di bawah ini. Osterwalder [9]

293
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Namun untuk keperluan peningkatan Pendekatan ini cenderung mengabaikan umpan
keberhasilan identifikasi masalah calon balik konsumen, dan hasilnya sangat tidak
konsemen (problem-solution fit), selain memuaskan.
menggunakan BM Canvas standar dari Alex Dengan menggunakan pendekatan MVP,
Ostewalder, juga menggunakan Running Lean tim peneliti dan startup dapat segera membawa
Canvas dari Ash Maurya. produk ke pasar meskipun masih dalam tahap
low-fidelity dan segera mendapatkan umpan
balik. Respon atas umpan balik konsumen
(pivot) inilah yang merupakan kunci utama
dalam membangun kesuksesan komersialisasi
teknologi, dengan catatan harus mampu
ditanggapi secara tangkas (agile) oleh tim
startup.
Peserta inkubasi wajib menyiapkan produk
skala MVP low fidelity dan MVP Hi-fidelity.
Selain itu, pendekatan MVP juga menghemat
sumberdaya civitas yang terbatas. Dimana
keterbukaan pada pivot mengurangi resiko
kegagalan dan keharusan investasi besar di awal.
Secara umum produk yang akan
dikomersilkan dari Perguruan Tinggi tidak
benar-benar mulai dari nol karena umumnya
adalah hasil riset civitas yang telah dijalankan,
dan juga umumnya belum berada dalam kondisi
Gambar 4. Bisnis Model Kanvas Ash Maurya yang mapan siap komersil. Oleh karena itu
[8]
dalam prakteknya, MVP di dalam lingkungan ini
didekati dengan kriteria Technology Readiness
Level (TRL) 5. Technology Readiness Level 5
HASIL & PEMBAHASAN
adalah status pengembangan produk teknologi
dimana layak uji simulasi dengan komponen
Bab ini melaporkan hasil pengamatan dengan
yang telah sesuai dengan lingkungan/ lapangan.
penekanan dan fokus pada dampak dan Pada pengamatan 8 startup telah
efektifitas penerapan prinsip—prinsip Lean
menelesaikan MVP sesuai rencana dan siap
Startup dalam mengembangkan starup di civitas untuk memperoleh umpan balik.
akademis.
3.2 Umpan Balik
3.1 Minimum Viable Product (MVP)
Kunci pembelajaran adalah umpan balik.
MVP adalah produk layak minimum, yang
Tanpa umpan balik, pembelajaran berjalan tidak
akan digunakan startup sebagai media untuk
efektif. Dalam pengamatan tingkat
mencari umpan balik dari konsumen. pertumbuhan 8 startup, kehadiran konsumen
Pendekatan ini relatif baru bagi civitas
awal yang bersedia menjadi mitra, terbukti
perguruan tinggi yang lebih terbiasa dengan sangat berdampak pada kelangsungan bisnis
model pengembangan produk secara linier atau
startup di masa selanjutnya. Startup yang tidak
water fall model. Dimana proses pengembangan
kunjung menemukan calon pengguna awal dan
produk biasanya bermula dari mendefinisikan
berinteraksi, lebih boros dalam menemukan
requirement, design, execution, testing, release,
sebagai langkah pengenalan produk ke pasar.
294
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kepastian bisnis model dan juga lebih lambat  Memberikan dampak psikologis pada tim
dalam kecepatan pematangan produk. startup karena merasa terhubung dengan
Pengelolaan umpan balik juga menjadi ujung akhir bisnis, yaitu pengguna akhir.
kunci keberhasilan customer development. Hal
ini pun sebaliknya berlaku, tanpa customer Pada kasus dimana startup tidak berhasil
development, tidak dapat diperoleh umpan balik menemukan pengguna awal berbayar, dalam
yang memadai untuk pembelajaran tervalidasi. perjalannanya cenderung lebih cepat
Pada penelitian ini, kualitas proses umpan menghentikan pengembangan bisnisnya.
balik tidak sama untuk setiap startup.
Khususnya bagi startup yang lebih lambat atau
tidak berhasil mendapatkan calon pengguna
potensial atau bahkan pengguna awal (lihat 3.3 3.4 Agile Development Team
early adopter) cenderung lebih lambat dalam
pematangan produk dan pematangan model Namun, ada tantangan besar yang harus
bisnis. diselesaikan oleh startup dalam menajwab
umpan balik dari konsumen awal ini. Dalam
3.3 Early Adopter skala produk yang belum mapan, fitur yang
Adalah pengguna awal atas produk/ layanan belum lengkap, dan mungkin solusi yang belum
yang dikembangkan startup. Pengguna pertama tepat, meraka tetap harus dapat mengadaptasi
disini adalah konsumen pertama yang rela kebutuhan atau masukan dari konsumen awal
membayar untuk mendapatkan solusi yang atas produk atau layanannya.
ditawarkan startup. Tidak termasuk pihak Untuk itu, startup seharusnya memiliki
pengguna yang dalam kategori free/ gratis. komposisi tim yang lengkap yang mampu
Alasan dibalik ini adalah bahwa konsumen melakukan pengembangan produk secara cakap.
yang bersedia membayar cenderung Pada akhirnya, faktor yang tidak kalah penting
memberikan umpan balik yang autentik (murni), adalah kesigapan dan kelengkapan ketrampilan
dibanding konsumen yang tidak membayar. tim dalam menyikapi hasil umpan balik tersebut.
Selain itu kesepakatan antara konsumen yang
mau membayar dan startup adalah pertanda 3.5 Proses Customer Development
mulainya bisnis, hal ini sangat baik untuk
mendongkrak semangat tim startup. Secara umum, delapan startup dalam
Salah satu tugas utama lembaga penelitian ini mampu menajalankan dasar-dasar
intermediasi (dalam hal ini BTP) adalah mencari Lean Startup. Namun untuk menjalankan
dan mempertemukan minimal satu calon keseluruhan proses Customer Development
pengguna dengan startup. Untuk tugas ini, hingga building company, masih banyak
dibentuklah tim Customer Development yang kendala.
pekerjaan pertamanya mencari early adopter, Kendala yang sangat mendasar untuk
mendapatkan kontrak kesepakatan antara startup melewati tahap demi tahapnya sangat beragam.
dan pengguna pertama. Sebagai contoh, startup U-Kit, Metavision dan
Kehadiran konsumen pertama (awal) ini IDSys telah menuntaskan proses validasi
lebih sebagai mitra, yang sangat memberikan customer validation dengan baik, telah
manfaat, antara lain : mekakukan beberapa kali pengulangan order,
 Memberikan umpan balik yang cepat dalam namun untuk menuju ke tahap customer creation
pembelajaran startup dalam merintis dengan skala jumlah konsumen yang lebih
pembangunan bisnis, khususnya dalam banyak masih mebutuhkan penguatan kapasitas
pengembangan produk, model bisnis dan organisasi maupun sumberdaya.
pembagian peran tim.
295
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Sementara, beberapa startup yang lain, process, memberikan pengaruh yang efektif
meskipun telah mendapatkan pengalaman dalam proses pengembangan startup.
mendapatkan konsumen, masih menemukan Kelengkapan keberadan dan pencapaian atas
kendala dalam menjamin kontinuitas untuk prinsip-prinsip tersebut sangat mempengaruhi
mendapatkan konsumen oleh karena belum tinggkat kematangan startup yang dihasilkan.
tuntasnya validasi produk dan atau model bisnis. Lean Startup secara umum memberkan dampak
yang sangat positif pada pengembangan startup
dalam hal : kecepatan menemukan model bisnis,
SIMPULAN & SARAN kematangn produk dan keswiapan tim dalam
menajwab pasar.
Simpulan
Saran
Berdasarkan hasil penelitain atas adaptasi
penerapan Lean Startup untuk meningkatkan Lean Startup dan Customer Development, telah
kesuksesan kewirauhsaan akademis di menjadi fenomena global dalam pengembangan
lingkungan civitas akademis Telkom University, startup, dan juga terbukti efektif dalam beberpa
dalam lembaga intermediasi dan Inkubator penelitian untuk diterapkan di lingkungan
bisnis Bandung Techno Park, dapat ditarik akademis. Dibutuhkan penelitian yang lebih
kesimpulan sebagai berikut : Komponen- intensif untuk menemukan model adaptasi Lean
komponen prinsip dalam Lean Startup yaitu Startup di lingkungan lokal Indonesia, yang
MVP, adanya umpan balik, early adopter, agile penerapannya lebih sesuai dan efektif.
development team dan customer development

DAFTAR RUJUKAN

Advanced Research Projects Agency-Energy. national-science-foundation-innovation-


(2012). I-Corps at ARPA-E. Retrieved corps/
from http://arpa-e. energy.gov/?q=arpa-e-
site-page/i-corps-arpa-e Blank, S. (2012) The Startup Owner Manual :
The Step-by-step Guide for Building a
Association of University Technology Great Company, CA: K&S Ranch.
Managers. (2014). AUTM licensing Blank, S. (2012). Making a dent in the universe
activity survey: FY2012 [Data file]. – Results from the NSF I-Corps [Blog
Retrieved from entry]. Retrieved from
http://www.autm.net/FY2012_Licensing_ http://steveblank.com/2012/06/11/making
Activity_Survey/12351.htm -a-dent-in-the-universe-results-from-the-
nsf-i-corps/
Blank, S. (2005). The four steps to the epiphany.
Pescadero, CA: K&S Ranch. Blank, S. (2013a). Why the lean start-up
changes everything. Harvard Business
Blank, S. (2011). The government starts an Review, 91(5), 64–72. Blank, S. (2013b).
incubator: The National Science It’s time to play moneyball: The
Foundation Innovation Corps [Blog investment readiness level [Blog entry].
entry]. Retrieved from Retrieved
http://steveblank.com/2011/12/20/the-
government-starts-an-incubator-the-
296
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Maurya, Ash. (2012), Running Lean, O’Reilly
Media Wissema, J.G. (2009) Towards the Third
Generation University: Managing the
Oestewalder, A; Pignur, Y. (2010), Business University in Transition, Edward Elgar
Model Generation, John Wiley & Sons Publishing.

Ries, Eric (2011) The Lean Start Up, Crown


Business Book

297
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk
Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pengembangan Aspek Belajar Sebagai Isi Kurikulum
Pendidikan Kewirausahaan Dan Pembelajarannya

Wahidmurni
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email : wahidmurni@yahoo.co.id

Abstrak : Mempelajari Pendidikan Kewirausahaan diyakini mampu menghasilkan lulusan


yang mumpuni dalam menghadapi kehidupan yang semakin kompetitif. Untuk itu, kurikulum
Pendidikan Kewirausahaan seharusnya dirancang dengan mempertimbangkan ranah sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan yang dimiliki oleh para pengusaha sukses. Hasil-hasil
penelitian yang mengkaji perilaku pengusaha sukses di berbagai negara penting untuk
diidentifikasi dan dijadikan rujukan dalam pengembangan kurikulum. Selajutnya perlu dicari
strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, sehingga
tujuan pembelajaran yang tertuang dalam kurikulum dapat dicapai secara optimal. Namun
demikian, pembelajaran di kelas saja tidak cukup untuk menjamin keberhasilan program
pendidikan kewirausahaan; diperlukan keterlibatan stakeholders pendidikan, seperti pendidik,
tenaga pendidikan, orang tua dan masyarakat luas. Lebih-lebih untuk menginternalisasikan
sikap dan ketrampilan kewirausahaan pada diri peserta didik, diperlukan kerja sama seluruh
warga sekolah khususnya guru atau dosen seluruh mata pelajaran/mata kuliah untuk
menerapkan suatu pendekatan, model, strategi, metode, teknik pembelajaran yang
memungkinkan nilai-nilai karakter atau ketrampilan kewirausahaan dialami dan diamalkan
oleh seluruh peserta didik. Sebab salah satu syarat dari pendidikan karakter yang efektif adalah
jika semua staf (pendidik dan tenaga kependidikan) di sekolah/perguruan tinggi memiliki
tanggung jawab sebagai model dan mempromosikan karakter yang baik.

Kata Kunci: aspek belajar, isi kurikulum, pembelajaran pendidikan kewirausahaan

Persoalan pengangguran di Indonesia masih menjadi Indonesia akan mulai memasuki Masyarakat Ekonomi
momok menakutkan. Pasalnya, tingkat pengangguran ASEAN (MEA). Ini artinya, SDM Indonesia tidak
di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. hanya bersaing dengan sesama anak bangsa saja, tapi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dalam kurun juga dengan bangsa lain. Perguruan Tinggi (PT),
waktu satu tahun, tingkat pengangguran di Indonesia termasuk universitas sebagai pencetak calon tenaga
mengalami penambahan sebanyak 300 ribu jiwa. kerja mendapatkan tantangan untuk melahirkan SDM
Bahkan, dalam Februari 2015 saja sudah mengalami berstandar kompetensi global (Indopos, 2015).
peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2014, Kondisi demikian jika tidak segera dicarikan
sebanyak 210 ribu jiwa. Sementara, jika dibandingkan solusi pemecahan, akan semakin memberatkan
dengan Februari tahun lalu bertambah 300 ribu jiwa. kehidupan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
BPS juga mencatat, ada 7,4 juta pengangguran terbuka Oleh karena masalah pengangguran merupakan
per Februari 2015. Ironisnya, kenaikan tersebut masalah sosial yang kompleks, berkaitan dan
sebagian disebabkan sarjana yang menganggur. mengakibatkan masalah sosial yang lain seperti:
Kondisi ini mengkhawatirkan. Apalagi, akhir tahun ini, meningkatnya angka kriminalitas, meningkatnya angka

298
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kemiskinan, meningkatnya jumlah orang sakit Melalui jalur pendidikan formal berarti
jiwa/stress, kemungkinan terjadinya disintegrasi penyelenggara program pendidikan seperti
bangsa dan sebagainya. sekolah/madrasah dan perguruan tinggi hendaknya
Salah satu upaya yang dianggap manjur untuk merancang kurikulum yang memuat karakter
mengatasi masalah ini adalah melalui jalur pendidikan, kewirausahaan untuk membekali para peserta didik
baik pendidikan formal, pendidikan informal, maupun akan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
pendidikan non formal. Kolaborasi antara ketiga jalur dibutuhkan calon-calon wirausaha yang handal sesuai
pendidikan ini akan mampu menghasilkan orang-orang dengan bidang keahliannya, di samping keahlian lain
yang tangguh dalam menghadapi hidup dan kehidupan sebagai alternatif mengembangkan diri dalam
di masyarakat. Artinya apa yang ditanamkan dalam diri masyarakat. Pentingnya memasukkan karakter
anak dari keluarga dan sekolah/madrasah mendapat kewirausahaan dalam kurikulum pendidikan ini
dukungan dari masyarakat. Intinya bahwa setiap didukung oleh hasil penelitian Zaman (2013) yang
lembaga pendidikan hendaknya mampu menghasilkan menunjukkan bahwa siswa entrepreneurially
lulusan yang tidak hanya mengandalkan diri untuk cenderung relatif lebih inovatif, memiliki sikap
mencari pekerjaan melainkan profil lulusan yang mengambil resiko, termotivasi untuk berprestasi, lebih
mampu memanfaatkan peluang untuk berwirausaha. percaya diri, dengan internal locus kontrol yang tinggi.
Tujuan jangka panjang pendidikan adalah
mencetak dan menyiapkan peserta didik menjadi insan HASIL & PEMBAHASAN
yang cerdas, beriman, dan berakhlak mulia. Di atas
semua atribut kecerdasan, harus dibangun fondasi Karakter Wirausaha Sukses sebagai Aspek
“akhlak mulia dan karakter” karena memang Pengembangan Sikap dalam Kurikulum
pendidikan itu memiliki tujuan utama “character Terdapat banyak penelitian yang berhasil
formation” seperti halnya disampaikan seorang filsuf mengungkap berbagai konsep karakter yang dimiliki
Inggris Helberth Specer. Pendidikan dikatakan gagal oleh para pengusaha yang sukses. Misalnya hasil
apabila tidak mampu membangun karakter peserta penelitian Rose, Kumar, dan Yen (2006:14)
didiknya. Kecerdasan akan menjadi “bencana” apabila menunjukkan sejumlah besar pengusaha menegaskan
tidak diikuti karakter – kejujuran dan integritas – yang bahwa inisiatif pribadi merupakan salah satu kunci
kuat. Memang pendidikan harus dilihat dalam konteks utama untuk sukses. Hal ini juga menggambarkan
luas, mencakup pendidikan di lingkungan keluarga, bahwa pengusaha dengan inisiatif pribadi yang tinggi
masyarakat dan pendidikan formal melalui sekolah akan lebih meningkatkan manajemen mereka,
(Sastroatmodjo, 2012). meningkatkan keterampilan operasi bisnis, dan mulai
Pentingnya peran ketiga lembaga pendidikan di belajar megembangkan sikap yang berkesinambungan.
atas, sebagaimana hasil penelitian tentang wirausaha, Pengusaha yang memiliki inisiatif pribadi yang tinggi
misalnya Rahayu (2012:103) menunjukkan bahwa merupakan ciri khas dari orang yang rajin dan giat dan
“lingkungan tempat tinggal, itensitas pendidikan akan bertahan dalam semua pekerjaan mereka sampai
ekonomi keluarga, memiliki peran dalam membangun pada hasil yang dicapai. Sikap ini menjadikan mereka
sikap kewirausahaan siswa. Selain itu, motivasi usaha dengan baik mendapakan dana dan dukungan, serta
memperkuat pengembangan sikap kewirausahaan”. menjaga motivasi diri. Kekurangan di dalamnya akan
Hasil penelitian Wahidmurni (2013:87) juga diatasi dengan kepribadian proaktif dan self-starter
menunjukkan bahwa “secara simultan terdapat (cukup termotivasi dan ambisius dalam bisnis tanpa
pengaruh positif signifikan pendidikan kewirausahaan bantuan orang lain).
yang mencakup domain kognitif, afektif, dan Hasil penelitian Kouzes dan Posner yang
psikomotor pada pembentukan watak wirausaha melibatkan responden sebagai sampel dari enam benua
mahasiswa. Ini berarti bahwa pembentukan watak Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa,
wirausaha dapat dilakukan melalui program dan Australia, dimana setiap responden menilai dan
pendidikan yang sengaja dirancang untuk membekali memilih tujuh karakter Chief Executive Officer (CEO)
mahasiswa nilai-nilai wirausaha untuk dapat ideal mereka, hasilnya sebagaimana disajikan dalam
diterapkan pada kehidupannya di masa yang akan tabel berikut:
datang”.
299
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 1. Peringkat Karakteristik Karakter Chief Sementara itu, Direktorat Jenderal Pembelajaran
Executive Officer (CEO) Perusahaan dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi,
Dunia yang Sukses dan Pendidikan Tinggi (2013:3) mengungkapkan ciri-
Rank Katarteristik Tahun ciri seorang wirausaha meliputi:
1. Memiliki rasa percaya diri dan mampu bersikap
2002 1995 1987 positif terhadap diri dan lingkungannya;
2. Berperilaku pemimpin;
1. Honest 88 88 83 3. Memiliki inisiatif, keuletan, kegigihan dan
dorongan berprestasi;
2. Forward looking 71 75 62 4. Kreatif dan inovatif;
5. Mampu bekerja keras;
3. Competent 66 63 67 6. Berpandangan luas dan memiliki visi ke depan;
7. Berani mengambil risiko yang diperhitungkan;
4. Inspiring 65 68 58 8. Tanggap terhadap saran dan kritik.
Karakteristik karakter yang menjadi ciri-ciri
5. Intelligent 47 40 43 wirausaha sukses di atas, jika dicermati masih
didominasi oleh karakter aspek sikap sosial, sementara
6. Fair minded 42 49 40 karakter dari aspek spiritual sebagai perwujudan dari
karakter yang harus dimiliki oleh orang yang beragama
7. Broad minded 40 40 37 (mempercayai Tuhan yang mengatur jagad raya beserta
isinya) belum ada. Untuk itu, perlu adanya
8. Supportive 35 41 32 penambahan dengan memunculkan sikap spiritual
dalam pengembangan aspek sikap dalam
9. Straight forward 34 33 34
pengembangan kurikulum. Puncak dari karakter sikap
spiritual adalah mengamalkan ajaran agama dan
10. Dependable 33 32 33
kepercayaan yang dianutnya. Meskipun pada akhirnya
11. Cooperative 28 28 25 perwujudan pengamalan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianutnya, sebagian besar juga
12. Determined 24 17 17 tercermin pada pengamalan aspek sikap sosial yang
merupakan ciri dari para wirausahawan sukses.
13. Imaginative 23 28 34 Demikian akan dapat dilahirkan calon-calon
wirausahawan yang beretika atau bermoral.
14. Ambitious 21 13 21 Pertanyaannya adalah bagaimana membelajarkan
karakter atau nilai-nilai yang menjadi ciri atau
15. Courageous 20 29 27 karakteristik dari pengusaha sukses tersebut kepada
peserta didik? Dalam kurikulum 2013,
16. Caring 20 23 26 pembelajarannya dilakukan secara tidak langsung atau
disebut sebagai pembelajaran tidak langsung, artinya
17. Mature 17 13 23 bahwa nilai-nilai atau karakter yang termasuk dalam
domain sikap (baik sikap spiritual dan sikap sosial)
18. Loyal 14 11 11 tidak diajarkan secara langsung berupa pembelajaran
tentang pemahaman secara konseptual (aspek
19. Self Controlled 8 5 13 pengetahuan), melainkan dampak dari pembelajaran
langsung yakni dengan membelajarkan teori-teori
20. Independent 6 5 10 kewirausahaan (aspek pengetahuan) melalui cara-cara
yang terampil dalam memperoleh pengetahuan itu
(Sumber: Antonio, 2010:165) (aspek ketrampilan). Sebagai contoh, dalam
pembelajaran langsung tentang kompetensi memahami
bauran pemasaran (aspek pengetahuan), siswa
300
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, Beberapa tahun yang lampau National Character
selanjutnya dengan menerapkan model pembelajaran Education Partnership menerbitkan dokumen berjudul
investivigasi kelompok, siswa diberi tugas untuk Sebelas Prinsip Pendidikan Karakter Efektif (Lickona,
meneliti bagaimana suatu perusahaan menjalankan Schaps, & Lewis, dalam Lickona, -). Sebelas prinsip
konsep itu hingga menyampaikan hasil tugasnya di pendidikan karakter yang efektif tersebut adalah:
muka kelas (pelaksanaan dari aspek ketrampilan 1. Pendidikan karakter mempromosikan nilai-nilai
abstrak); dampak dari aktivitas pembelajaran semacam etika inti.
ini akan mencapai beberapa karakter kewirausahaan 2. "Karakter" didefinisikan secara komprehensif
seperti: kerjasama, belajar berperilaku sebagai mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.
pemimpin dalam kelompok, tanggap terhadap saran 3. Pendidikan karakter ini disengaja, proaktif, dan
dan kritik. komprehensif.
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi 4. Sekolah adalah sebuah komunitas peduli.
agar nilai-nilai atau karakter kewirausahaan dapat 5. Siswa memiliki peluang untuk tindakan moral.
terinternalisasi dengan baik pada diri peserta didik. 6. kurikulum akademik menantang semua peserta
Menurut Likcona (-) ada sepuluh kriteria pendidikan didik dan membantu mereka untuk berhasil.
karakter yang efektif, yakni: 7. Program ini mengembangkan motivasi intrinsik
1. Pendidikan karakter adalah efektif jika mampu siswa untuk belajar dan melakukan hal yang
mengimplementasikannya secara luas prinsip- benar.
prinsip yang diterima dari pendidikan karakter. 8. Semua staf sekolah memiliki tanggung jawab
2. Pendidikan karakter adalah efektif jika memberi sebagai model dan mempromosikan karakter yang
manfaat yang lebih besar pada siswa yang baik.
mengalami program, dibandingkan dengan siswa 9. Ada kepemimpinan dari staf dan mahasiswa.
yang tidak. 10. Orang tua dan anggota masyarakat adalah mitra
3. Pendidikan karakter adalah efektif jika memperkuat penuh dalam upaya membangun karakter.
arti sekolah dari masyarakat. 11. Mengevaluasi karakter sekolah, staf sekolah
2. Pendidikan karakter adalah efektif jika berfungsi sebagai pendidik karakter, dan sejauh
menggunakan praktek-praktek yang berbasis mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
penelitian. Memperhatikan berbagai kriteria pendidikan
3. Pendidikan karakter adalah efektif jika kelas atau karakter yang efektif di atas dapat disimpulkan bahwa
sekolah menjadi lebih membaik setelah diperlukan keterlibatan dan kerjasama semua
melaksanakan program, bahkan jika tidak ada pihak/stakehoders pendidikan seperti para pendidik,
kelompok kontrol. tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. Oleh
4. Pendidikan karakter yang efektif jika dapat karena, internalisasi nilai-nilai atau karakter akan dapat
membuat perbedaan yang teramati dalam individu dengan cepat atau mudah dihayati dan diamalkan oleh
siswa. siswa, jika nilai-nilai atau karakter tersebut
5. Pendidikan karakter adalah efektif jika siswa diimplementasikan atau sudah menjadi budaya di
bersaksi bahwa itu memiliki efek positif pada lingkungan pendidikan dan/atau di masyarakat.
mereka.
6. Pendidikan karakter adalah efektif jika Teori Entrepreneurships sebagai Aspek
memobilisasi budaya sesama (peer culture) dari sisi Pengembangan Pengetahuan dalam Kurikulum
kebajikan. Dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
7. Pendidikan karakter efektif jika membantu siswa Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19 dinyatakan bahwa
menjadi orang tua efektif ketika mereka menjadi “kurikulum adalah seperangkat rencana dan
orang tua untuk mendidik anak-anak sendiri. pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta
8. Pendidikan karakter efektif jika membantu siswa cara yang digunakan sebagai pedoman
untuk memanfaatkan semua sumber daya penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
intelektual dan budaya mereka, termasuk tradisi mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Isi dalam
iman mereka, ketika mereka membuat keputusan pengertian ini dapat dimaknai sebagai sekumpulan
moral. materi/kompetensi yang berisi aspek sikap,
301
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pengetahuan dan ketrampilan yang harus dikuasai oleh sukses dan kegagalan yang tak terduga, adanya
para peserta didik. Aspek pengetahuan berisi kumpulan peristiwa di luar dugaan, (2) adanya ketidaksesuaian
teori-teori dari satu atau lebih disiplin ilmu, tergantung antara apa yang seharusnya dan apa yang
dari mata pelajaran/matakuliah yang dikembangkan. sesungguhnya, (3) inovasi berdasarkan proses analisis
Menurut Drucker terdapat tiga tahapan dalam kebutuhan, (4) perubahan struktur industri atau struktur
perkembangan teori kewirausahaan, yakni: pasar yang tidak semua orang siap mengambil peluang;
1. Teori yang mengutamakan peluang usaha. Teori ini dan tiga sumber kesempatan inovatif melibatkan
disebut teori Ekonomi, yaitu perilaku wirausaha perubahan di luar perusahaan atau industri adalah: (1)
akan muncul dan berkembang apabila ada peluang demografi (perubahan populasi), (2) perubahan
ekonomi. persepsi, suasana hati, dan makna, (3) adanya
2. Teori yang mengutamakan tanggapan orang pengetahuan baru, baik ilmiah dan nonilmiah.
terhadap peluang yaitu: Ada tiga hal yang berkaitan dengan inovasi, yakni:
a. teori Sosiologi mencoba menerangkan mengapa 1. Inovasi adalah pekerjaan. Hal ini membutuhkan
beberapa kelompok sosial menunjukkan pengetahuan dan kecerdasan tinggi. Inovator lebih
tanggapan yang berbeda terhadap peluang usaha, berbakat dan jarang bekerja di lebih dari satu
dan wilayah.
b. teori Psikologi mencoba menjawab karakteristik 2. Untuk sukses, inovator harus membangun
perorangan yang membedakan wirausaha dan kekuatannya. Inovator yang sukses melihat peluang
bukan wirausaha dan karakteristik perorangan atas berbagai keadaan. Kemudian bertanya, mana
yang membedakan wirausaha berhasil dan tidak yang sesuai atau cocok untuk saya.
berhasil. 3. Inovasi adalah efek dalam ekonomi dan masyarakat,
3. Teori yang mengutamakan hubungan antara sebuah perubahan perilaku pelanggan atau orang-
perilaku wirausaha dengan hasilnya. Disebut orang pada umumnya. Atau proses perubahan
dengan teori perilaku, yaitu yang mencoba dalam dalam bekerja dan menghasilkan sesuatu.
memahami pola perilaku wirausaha. Oleh karena itu inovasi selalu dekat dengan pasar
Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, dan berfokus pada pasar (Drucker, 1984:138).
karena kewirausahaan pilihan kerja dan pilihan karir
(Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Skill Entrepreneurships sebagai Aspek
Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pengembangan Ketrampilan dalam Kurikulum
Pendidikan Tinggi, 2013:3). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Dengan mempelajari teori Ekonomi, teori Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Sosiologi, dan teori Psikologi yang menjadi sumber Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan
keilmuan kewirausahaan, kita dapat mematahkan Dasar dan Pendidikan Menengah membagi dua jenis
asumsi yang menyatakan bahwa untuk menjadi aspek ketrampilan dalam penilaian hasil belajar peserta
pengusaha/wirausahawan yang sukses sangat didik, yakni ketrampilan abstrak dan ketrampilan
ditentukan oleh faktor bawaan atau keturunan. Sebab kongkret. Ketrampilan abstrak merupakan ketrampilan
untuk menjadi wirausaha atau pemimpin bisnis yang yang berkaitan dengan proses tentang bagaimana
handal dapat dicapai melalui program pendidikan dan mendapatkan pengetahuan, yang selanjutnya disebut
pelatihan. Drucker (1984) menyatakan bahwa untuk dengan suatu pendekatan saintifik dalam kegiatan
menjadi pengusaha yang sukses dibutuhkan pembelajaran. Ketrampilan abstrak tersebut
pengetahuan dan kecerdasan yang tinggi, sebagai menyangkut kegiatan mengamati, menanya,
syarat seseorang dapat berinovasi. mengumpulkan informasi atau mencoba, menalar atau
Drucker (1984:35) menyatakan secara khusus, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Sedangkan
inovasi sistematis berarti memantau tujuh sumber yang ketrampilan kongkret berkaitan dengan ketrampilan
memberikan peluang atau kesempatan untuk memanfaatkan gerakan otot atau fisik yang
berinovasi. Empat sumber yang pertama terletak dalam menunjukkan bahwa peserta didik memiliki
perusahaan atau lembaga bisnis/publik yang bergerak kompetensi gerak yang baik/sempurna.
di bidang industri, perdagangan atau jasa. Keempat Berkaitan aspek ketrampilan dalam
sumber yang berasal dari dalam perusahaan adalah: (1) pembelajaran Pendidikan Kewirausahaan tentunya
302
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
aspek ketrampilan abstrak yang menjadi tujuan Murwani (2016) merangkum pendapat berbagai
pengembangan dalam kurikulumnya. Hal demikian para pakar (seperti: Fayolle, 2008; Co and Mitchell,
sangat wajar, sebab sebagai calon wirausahawan 2006; Heinonen and Poikkijoki, 2006; Kirby, 2007; ...)
dituntut untuk terampil dalam mendapatkan tentang tiga wilayah/domain pendidikan
pengetahuan melalui kegiatan mengamati sampai entrepreneurship, yakni: (1) ‘teaching abaout
dengan kegiatan mengkomunikasikan pengetahuan entrepreneurship’ disingkat ‘t-about-ent’, (2)
yang ditemukannya. Ketrampilan ini penting bagi ‘teaching for entrepreneurship’ disingkat ‘t-for-ent’,
calon wirausahawan sebagai bekal untuk terampil dan (3) ‘teaching through entrepreneurship’ disingkat
dalam mengkomunikasikan gagasan, terampil ‘t-through-ent’. Fokus ‘t-about-ent’ berkaitan dengan
berkomunikasi untuk menyakinkan pelanggan, dan bagaimana meningkatkan kesadaran pebelajar
terampil dalam mengkomunikasikan segala yang mengenai entrepreneurship, serta apa dan bagaimana
dipikirkankannya secara lisan, tulisan, dan dalam peran entrepreneurship bagi perekonomian dan
bentuk apapun dan/atau menggunakan media apapun. masyarakat, fokusnya adalah memahami teori-teori
Lebih luas Chell (dalam Departement for mengenai entrepreneur dan entrepreneurship, dan
Bussiness Inovation and Skill, 2015:12) mencatat mengenali entrepreneurship sebagai fenomena, serta
bahwa “... skill mengacu pada kemampuan dalam membangun kesadaran ber-entrepreneur, atau
kinerja dan dapat ditingkatkan dengan praktek dan kesadaran menganai entrepreneur sebagai pilihan karir
pelatihan'. Lebih lanjut dinyatakan bahwa: di masa yang akan datang. Fokus ‘t-for-ent’, adalah ‘to
keterampilan adalah konstruksi multidimensi; terdiri be an entrepreneurship’ dan memulai bisnis baru atau
dari kognitif – pengetahuan dan apa yang dipelajari; menjalankan bisnis secara terprogram dengan
afektif - ekspresi emosional dan apa yang dialami; mengintegrasikan pengalaman, ketrampilan, dan
perilaku - aksi di tingkat strategis, taktis dan pribadi; pengetahuan yang diperlukan untuk mengenali peluang
dan konteks - sektoral, kerja, kerja dan tingkat tugas ... bisnis, menemukan wawasan pelanggan, jaringan dan
“. memahami kebutuhan pasar, mengkreasi/menciptakan
Beberapa jenis keterampilan kewirausahaan yang ide, mengembangkan rencana bisnis, menjalankan
dibutuhkan untuk menjadi wirausaha sukses bisnis serta mengevaluasi isu-isu politik, institusi dan
sebagaimana diuangkapkan oleh banyak literatur lingkungan”. Fokus ‘t-through-ent’, adalah
antara lain: (1) mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan sejumlah kompetensi pebelajar
peluang teknis dan peluang pasar, seperti yang menjadi ‘an entrepreneurial person’ dengan
dirangkum oleh Hayton, (2) penciptaan peluang baru melibatkan pebelajar dalam proses mengkreasi atau
seperti yang dirangkum Alvarez & Barney, (3) menciptakan bisnis baru atau projek bisnis. Sejumlah
mengenali kebutuhan sosial/pasar seperti yang kompetensi yang berhasil diraih pebelajar dalam
dirangkum Hunter, (4) menemukan (atau membuat) proses mengkreasi atau menciptakan bisnis baru atau
kesempatan dan kemudian mengembangkan untuk projek bisnis tersebut merupakan transferable
memanfaatkan kesempatan; dan Michelmore dan competencies yang dimilikinya, pebelajar menjadi
Rowley menambahkan enam kompetensi lebih entrepreneurial (misalnya lebih inovatif) dalam
kewirausahaan yang utama yakni (1) identifikasi dan bisnisnya sekarang atau di tempat kerjanya.
definisi ceruk pasar yang layak, (2) pengembangan Pada perguruan tinggi dapat ditawarkan
produk atau jasa yang sesuai dengan ceruk matakuliah Pendidikan Kewirausahaan sebagai
pasar/produk inovasi, (3) ide generasi, (4) pemindaian matakuliah wajib seluruh program studi, hal ini berarti
lingkungan, (5) mengakui dan membayangkan untuk membekali calon lulusan perguruan tinggi tentang
mengambil keuntungan dari peluang, dan (6) pengetahuan, sikap, dan ketrampilan wirausaha.
merumuskan strategi untuk mengambil keuntungan Sehingga setiap lulusan perguruan tinggi minimal
dari peluang (Departement for Bussiness Inovation and memiliki kompetensi untuk mengembangkan diri
Skill, 2015:13). sesuai dengan bidang keahlian keilmuannya di samping
mampu memanfaatkan peluang yang masih berkaitan
Model Pengembangan Isi Kurikulum dan dengan bidang ilmu yang dimiliki. Sebagai contoh,
Pembelajaran Pendidikan Kewirausahaan di seorang lulusan program studi Pendidikan Akuntansi
Perguruan Tinggi kemungkinan peluang kerjanya menjadi guru mata
303
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pelajaran Akuntansi di sekolah/madrasah, tetapi jika kepada juri yang terdiri dari 4 orang dan semuanya
kondisi tidak memungkinkan ada pengangkatan guru, pengusaha sukses.
ia dapat memanfaatkan potensinya untuk membuka
pelayanan jasa kursus Akuntansi atau membuka
layanan jasa konsultan laporan keuangan atau
perpajakan. Dalam konteks ini berarti masih
menyajikan Pendidikan Kewirausahaan pada domain
pertama dari tiga domain yang ada, yakni domain
‘teaching abaout entrepreneurship’ disingkat ‘t-about-
ent’.
Namun demikian, di samping mewadahi dalam
mata kuliah Pendidikan Kewirausahaan, hendaknya
perguruan tinggi juga dapat memberikan pelayanan
pengembangan karir mahasiswa melalui Laboratorium
Kewirausahaan atau program dengan nama lainnya
yang memberikan layanan domain kedua ‘teaching for Gambar 1. Model Triadic Pembelajaran
entrepreneurship’ disingkat ‘t-for-ent’dan/atau domain Kewirausahaan
yang ketiga ‘teaching through entrepreneurship’
disingkat ‘t-through-ent’. Dalam laboratorium ini Gambar 1 di atas merupakan model konseptual
dapat dirancang kurikulum kewirausaan yang lebih pembelajaran kewirausahaan yang diusulkan Rae
komprehensif, sebab program pendidikan (2005:236) merupakan suatu kerangka kerja
kewirausahaan di laboratorium ini diberikan kepada konseptual pembelajaran kewirausahaan sebagai
para mahasiswa yang benar-benar ingin menjadi model Triadic yang ia kembangkan dari hasil
berkarir sebagai wirausaha atau pengusaha yang penelitian terhadap kisah hidup tiga pengusaha bidang
mungkin bisnis/usaha yang akan ditekuninya industri kreatif dengan tema utamanya kemunculan
melenceng dari program studi yang ditempuh. pribadi dan sosial, pembelajaran kontekstual, dan
Berikut adalah beberapa pemikiran dari beberapa negosiasi perusahaan serta sebelas sub tema yang
ahli terkait dengan isi kurikulum pendidikan terkait.
kewirausahaan yang dapat dijadikan rujukan untuk Spinelli (2010:17) mendesain kurikulum
mengembangkan kurikulum wilayah/domain kewirausahaan sebagaimana disajikan dalam tabel
pendidikan entrepreneurship baik untuk domain berikut,
kesatu, domain kedua, atau domain ketiga sebagaimana Tabel 2. Desain Kurikulum Kewirausahaan Setiap
diungkapkan oleh Murwani (2016). Untuk Tingkatan Pada Level Undergraduate
mengembangkan program pendidikan kewirausahaan Curriculum dan Graduate Curriculum
Undergraduate Graduate
Harkema dan Popescu (2015:216) terinspirasi oleh
Curriculum Curriculum
kerangka konseptual Rae untuk membantu para
siswa/mahasiswa agar memiliki ketertarikan pada
Freshman Pre- Integrated Core
pendidikan kewirausahaan, yakni (1) kemunculan ide
Entrepreneurship Work Curriculum
wirausaha dari pribadi dan kondisi sosial, (2)
Exp.
pembelajaran kontekstual, dan (3) mendiskusikan
perusahaan. Adapun topik-topik yang menjadi bagian Entrepreneurship Founda Entrepreneurship &
dari program pendidikan kewirausahaan adalah: (1)
& Business Plan tion Business Plan
ketegasan dan bekerja dalam lingkaran pengaruh, (2)
Classes
perilaku wirausaha dan citra pribadi: bagaimana cara Entrepreneurial Entrepreneurial
memposisikan diri di pasar, (3) belajar dari pengusaha Finance Finance
sukses, (4) sebuah permainan kewirausahaan, (5)
kreativitas, (6) mempersiapkan untuk berdagang, dan
(7) sebagai hasil dari program ini, peserta harus
menyiapkan proposal bisnis untuk dipresentasikan
304
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Managing A Venture Growth Modul Kewirausahaan untuk Program Strata satu yang
Growing Business Strategies dikembangkan oleh para dosen pada enam perguruan
tinggi besar di Indonesia seperti: Universitas Indonesia,
Managing A ITS Surabaya, UGM Yogyakarta, CIEL-SBM ITB
Growing Business Bandung, IPB Bogor, Universitas Padjadjaran
Bandung, yakni: (1) Menjadi Wirausaha, (2) Berpikir
Living The Special Family Enterprising Perubahan, (3) Berpikir Kreatif, (4) Berorientasi pada
Entrepreneurial ty Tindakan, (5) Pengambilan Resiko, (6)
Experience Classes Social
Kepemimpinan, (7) Etika Bisnis, (8) Faktor “X”, (9)
Entrepreneurship Mencari Gagasan Usaha, (10) Pemasaran, (11)
Family Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Usaha, (12)
Enterprising Franchising &
Memulai Sebuah Usaha Baru, (13) Perencanaan Bisnis,
Distributorships
dan (14) Studi Kasus: Kedai Kopi Republik (Kasali
Social Enterprise
MBO/MBI dkk., 2010:8).
Management

Franchising & Corporate Pengembangan Proses Pembelajaran Pendidikan


Entrepreneurship Kewirausahaan di Perguruan Tinggi
Distributorships
Sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia
VC’s, Angels, & Corporate menetapkan mata kuliah Pendidikan Kewirausahaan
Incubators Venturing & sebagai bagian dari kurikulum program studi. Mata
Harvest kuliah ini dirancang dengan tujuan membekali para
Entrepreneurship calon lulusan untuk dapat mencari alternatif-alternatif
Within jenis pekerjaan yang dapat ditekuni dalam masyarakat,
Organizations khususnya untuk berwirausaha. Baik wirausaha yang
berkaitan langsung dengan bidang ilmu yang
Equity and Suport Equity and Venture ditekuninya maupun bidang lainnya yang bahkan tidak
Venture Capital Classes Capital berkaitan dengan bidang ilmunya. Sebab, tidak semua
lulusan perguruan tinggi berkesempatan untuk bekerja
Business and Tax Business and Tax sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuninya.
Planning Planning Pertanyaannya adalah bagaimana proses
pembelajaran yang harus dilakukan agar mata kuliah
Marketing for Marketing for Pendidikan Kewirausahaan yang hanya memiliki
Entrepreneurs Entrepreneurs beban belajar 2 sks atau 3 sks ini dapat berhasil secara
efektif untuk meningkatkan kesadaran mengenai
Independent Independent entrepreneur sebagai pilihan karir para mahasiswa di
Research Research masa yang akan datang? Jawabannya terletak pada
bagaimana desain isi kurikulum yang menyangkut
pengorganisasian aspek sikap, aspek pengetahuan dan
Berdasar alternatif-alternatif desain kurikulum aspek ketrampilan kewirausahaan, serta bagaimana
Kewirausahaan di atas, dapat dikembangkan isi proses pembelajaran akan dilaksanakan.
kurikulum untuk program matakuliah Pendidikan Dari aspek sikap, oleh karena sikap mental
Kewirausahaan yang hanya berisi 2 sks/3 sks saja, atau entrepreneurship bukanlah suatu sikap yang dapat
isi kurikulum untuk program laboratorium timbul hanya dengan pembelajaran satu mata kuliah
kewirausahaan, atau program Pendidikan saja, namun menumbuhkan sikap mental memerlukan
Kewirausahaan sebagai program studi yang berdiri proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dengan
sendiri. Penentuan kurikulum untuk masing-masing demikian kehadiran satu mata kuliah saja dirasa kurang
program tentunya membutuhkan proses yang sangat memadai. Untuk itu, pembelajaran mata kuliah lainnya
panjang dalam penetapannya. Berikut adalah contoh hendaknya disajikan dengan menggunakan strategi
daftar isi yang menggambarkan isi kurikulum dari pembelajaran yang menantang dan menarik bagi diri
305
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
peserta didik, dalam arti mampu menginternalisasi karakter/nilai- (pendidik dan
nilai-nilai kewirausahaan dalam pencapaian tujuan nilai yang tenaga
pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran dibutuhkan oleh kependidikan)
yang diterapkan adalah pembelajaran yang berorientasi seseorang untuk 3. Pembelajaran
menjadi Tidak Langsung
pada pembentukan jiwa entrepreneurship, baik dari sisi
wirausahawan (dampak dari
sikap sosial maupun sikap spiritual. yang sukses. proses
Dari aspek pengetahuan dan ketrampilan, pembelajaran di
hendaknya proses pembelajaran menerapkan kelas)
model/pendekatan/strategi/metode/teknik 4. Magang
pembelajaran yang memungkinkan para mahasiswa P Memiliki 1. Penerapan
menemukan pengetahuan sendiri secara bermakna. E pengetahuan pendekatan
Pendekatan pembelajaran yang ditawarkan adalah N faktual, saintifik,
pendekatan saintifik, yakni suatu pendekatan yang G konseptual, 2. Penerapan
memungkinkan para mahasiswa untuk terlibat aktif E prosedural, dan strategi
dalam menemukan pengetahuannya melalui kegiatan T meta kognitif kontekstual;
A dalam bidang 3. Penerapan model
mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan H ilmu research based
informasi, menalar/mengasosiasi, dan U kewirausahaan learning model,
mengkomunikasikan pengetahuan yang diperolehnya A yang discovery
(sebagai implikasi dari aspek ketrampilan abstrak). N dikembangkan learning, project-
Dalam penerapan pendekatan saintifik ini dapat dari berbagai based learning,
menggunakan penerapan strategi pembelajaran disiplin ilmu problem-based
kontekstual sebagaimana yang disarankan oleh Rae ekonomi, ilmu learning, inquiry
(2005); dapat menerapkan pula model pembelajaran psikologi dan learning.
berbasis penelitian/research based learning ilmu sosiologi 4. Testimony
sebagaimana saran dari Lickona (-), dan Spinelli serta sumber dari pengusaha sukses
kitab suci (agama) 5. Magang
(2010); atau model pembelajaran lainnya seperti untuk
discovery learning, project-based learning, problem- diintegrasikan.
based learning, inquiry learning. Bahkan ada K Memiliki Melibatkan peserta
perguruan tinggi yang menjadikan research sebagai E kemampuan pikir didik secara aktif
branchmark, sehingga ada istilah Research University, T dan tindak yang dan memberikan
secara khusus ada perguruan tinggi yang menjadikan R menunjukkan ciri- kesempatan yang
research based learning sebagai model pembelajaran A ciri kemampuan merata kepada
unggulan yang diterapkan di perguruan tingginya. M wirausahawan mereka untuk
Secara ringkas pengembangan program P sukses, seperti berpatisipasi aktif
pembelajaran aspek/domain/ranah hasil belajar I inovatif, efektif dalam setiap proses
L dan kreatif pembelajaran.
Pendidikan Kewirausahaan dapat dijabarkan dalam
A sebagai hasil
tabel berikut, N pengembangan
Tabel 3. Pengembangan Proses dari apa yang
Pembelajaran Domain Hasil Belajar dipelajari.
Pendidikan Kewirausahaan
Kualifikasi SIMPULAN
Aspek Kegiatan Belajar
Kemampuan
S Memiliki perilaku 1. Program Faktor bawaan atau turunan dari orang tua bukan
I yang pembiasaan merupakan satu-satunya faktor yang dapat menjadikan
K mencerminkan dengan
A pengamalan penciptaan
seorang menjadi wirausawahan atau pengusaha yang
P ajaran agama suasana religius sukses, melainkan masih ada cara lain yang dapat
yang dianutnya 2. Keteladanan dari dilakukan yakni melalui program pendidikan dan
dan pengamalan seluruh staf program pelatihan. Program pendidikan yang sengaja
306
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dirancang untuk menghasilkan calon lulusan yang proses pembelajaran untuk menemukan pengetahuan.
memiliki sikap, pengetahuan, dan ketrampilan Keterlibatan aktif peserta didik dalam pelaksanaan
kewirausahaan dapat menjadikan temuan-temuan proses pembelajaran akan memberikan pengalaman
penelitian tentang perilaku pengusaha sukses di belajar yang bermakna dalam perolehan sikap,
belahan dunia sebagai rujukan dalam menetukan isi pengetahuan dan ketrampilan kewirausahaan. Proses
kurikulum mata kuliah/mata diklat/program studi pembelajaran dan pendidikan semacam ini pada
kewirausahaan. Dalam implementasi program akhirnya akan memudahkan para lulusan untuk
pembelajaran, hendaknya dipilih suatu pendekatan, beradaptasi dalam kehidupan di masyarakat di masa
model, strategi, metode, teknik pembelajaran yang yang akan datang.
memungkinkan para peserta didik terlibat aktif dalam

DAFTAR RUJUKAN Kasali, R., Nasution, A. H., Purnomo, B. R.,


Ciptarahayu, A., Larso, D., Mirzanti, I. R. M., Rustiadi,
Antonio, M. S. 2010. Ensiklopedia Leadership & S., Daryanto, H. K., dan Mulyana A. 2010. Modul
Manajemen Muhammad SAW, “The Super Leader Kewirausahaan untuk Program Strata 1. Hikmah.
Super Manager, Bisnis dan Kewirausahaan, Business Jakarta.
& Entrepreneurship.”. Tazkia Publishing. Jakarta.
Likcona, T. Tanpa Tahun. What is Effective Character
Departement for Bussiness Inovation and Skill. 2015. Education?
Entrepreneurship Skills: Literature and Policy http://www.mtsm.org/pdf/What%20is%20Effective%
Review. www.nationalarchives.gov.uk/doc/open- 20Character%20Education.pdf. Diakses tanggal 11
government-licence. Diakses tanggal 18 April 2016. April 2016.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Murwani. D. 2016. Model Pendidikan


Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Entrepreneurship di Perguruan Tinggi: Upaya
2013. Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha Menumbuhkan Entrepreneur dan Intrapreneur dalam
(PMW). Wadah Entrepreneurial University. Pidato
Pengukuhan Jabaran Guru Besar dalam Bidang Ilmu
Drucker, P. F. 1984. Innovation and Entrepreneurship, Pendidikan Ekonomi pada Fakultas Ekonomi,
Practice and Principles. (online) disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
http://www.untag- Negeri Malang. 14 April 2016. Malang, Indonesia. Hal.
smd.ac.id/files/Perpustakaan_Digital_1/ENTREPREN 1-87.
EURSHIP%20Innovati on
%20and%20entrepreneurship.PDF. Diakses tanggal 7 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
April 2016. Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Harkema, S. and Popescu, F. 2015. Entrepreneurship pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Education for Adults: a Case-Study. International
Menengah.
Conference “Education, Reflection, Development”,
ERD. 2015, 3-4 July 2015, Cluj-Napoca, Romania.
Rae, D. 2005. Entrepreneurial Learning: a Narrative-
Hal. 213-220.
Based Conceptual Model. Journal of Small Business
and Enterprise Development. 12 (3): 323-335.
Indopos. 2015. Tingkat Pengangguran Sarjana di
Indonesia Terus Naik.
Rahayu, W. P. 2012. Sikap Kewirausahaan Siswa
http://www.indopos.co.id/2015/06/tingkat-
Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Ilmu Pendidikan.
pengangguran-sarjana-di-indonesia-terus-naik.html.
18 (1): 98-104.
Diakses tanggal 11 April 2016.

307
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Rose, R. C.; Kumar, N. and Yen. L. L. 2006. The Empreendedorismo Empreende/Elsevier. 24 de Junho
Dynamic of Entrepreneurs’ Success Factors in de 2010, Sao Paulo. Hal. 1-18.
Influencing Venture Growth. Journal of Asia
Entrepreneurship and Sustainability. Udang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
www.asiaentrepreneurshipjournal.com II (2): 1-23. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sastroatmodjo, S. 2012. Menanamkan Nilai-Nilai Wahidmurni. 2013. Kontribusi Pendidikan


Karakter Generasi Emas: Menyongsong Indonesia Kewirausahaan pada Pembentukan Watak Wirausaha
2045. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia VII. 31 Mahasiswa. Jurnal Ekonomi Bisnis. 18 (1): 81-88.
Oktober s.d. 3 November 2012, Yogyakarta, Indonesia.
Hal. 3-15. Zaman, M. 2013. Entrepreneurial Characteristics
among University Students: Implications for
Spinelli, S. Jr. 2010. Entrepreneurship Curriculum Entrepreneurship Education and Training in Pakistan.
Design. Workshop Internacional de AJBM African Journal of Business Management. 7
(39): 4053-4058.

308
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi

Y. Lilik Rudianto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga
Email : lilik999@yahoo.com

Abstrak : Tujuan dari paper ini adalah untuk menjabarkan berbagai aspek tentang kewirausahaan dan
mengajukan sebuah kurikulum kewirausahaan di perguruan tinggi. Paper ini menjelaskan tentang
berbagai definisi kewirausahaan; karakter dari seorang pengusaha yang kompeten; faktor-faktor
lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap perilaku pengusaha; topik-topik utama karakteristik dan
perilaku pengusaha; dan model VCP (value creation performance); serta usulan kurikulum
kewirausahaan di perguruan tinggi.

Kata Kunci : Definisi kewirausahaan, Proses kewirausahaan, Karakter pengusaha, Model value
creation performance (VCP), Kurikulum pengusaha.

Analisis tentang kewirausahaan tidak terlepas menggambarkan ringkasan dari berbagai


dari masalah ekonomi. Terdapat banyak definisi dan pendekatan tentang kewirausahaan.
definisi tentang kewirausahaan. Tabel 1

TABEL 1
KEWIRAUSAHAAN: DEFINISI DAN PENDEKATAN
Approaches Features
Economic function  Personal initiative of entrepreneur
 Risk-bearing function
 Harnessing of factors of production

Ownership structure  Creation of business with entrepreneur as founder

Degree of entrepreneurship  Size of firm


 Personal financial risk
 Creativity and innovation
 Growth realization

Resource base  Primordial to potential production process

Size and life-cycle of firm  Association with young start-up firm

Consolidation approach  Conditions of uncertainty and competition


 Entrepreneurial management and strategy
 Initiation of change
 Innovatory process
 Ownership, structure and size of firm irrelevant
 Personal initiative through the spirit of enterprise
Sources: Kirzner (1979); Kirzner (1980) Curran and Burrows (1986); Drucker (1986); Dale (1991)

310
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pengusaha itu terlahir atau dibentuk? diperhatikan adalah karakter dari pengusaha
Dalam hubungannya dengan pernyataan tersebut. Karakter dari seorang pengusaha yang
di atas, bahwa untuk menciptakan seorang kompeten dapat diilustrasikan pada table 2 di
pengusaha yang kompeten biasanya faktor yang bawah ini.

TABEL 2
KARAKTER PENGUSAHA
Alert to opportunities
Anxiety/Neuroticism
Creativity
Decisive
Easily bored
Flair and vision
Independent nature
Inner locus of control
Innovatory tendency
Leadership aspiration
Need to achieve
Risk-taking propensity
Self-confidence
Self-motivation
Self-realization through action
Versatile

Sources : Baty (1990); Brockhaus and Horwitz (1986); Chell, Haworth and Brearley (1991)

merupakan ringkasan tentang faktor-faktor


Terbentuk oleh Pengaruh Sosial? lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap
Pengusaha banyak dipengaruhi oleh perilaku pengusaha.
karakteristik dari lingkungannya. Tabel 3

TABEL 3
PENGARUH SOCIAL TERHADAP PERILAKU PENGUSAHA
Availability of appropriate role models
Career experience over life-cycle
Deprived social upbringing
Family background
Family position
Inheritance of entrepreneurial tradition
Level of educational attainment
Negative/positive peer influence
Social marginality
Uncomfortable with large bureaucratic organizations
Source : Kets de Vries (1977); Chell et al. (1991); Timons (1994); Deakins (1996).
311
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Agen Perubahan Ekonomi – Terlahir Atau yang mempengaruhi perilaku pengusaha yaitu:
Dibentuk? antecedent influences; incubator organization;
Banyak factor yang mempengaruhi and environment factors. Faktor-faktor tersebut
perilaku pengusaha. Terdapat tiga hal utama diilustrasikan di table 4 di bawah ini.

TABEL 4
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PENGUSAHA
Category Factors
Antecedent influences  Genetic
 Family
 Educational choices
 Previous career experience

Incubator organization  Geographic location


 Nature of skills and knowledge acquired
 Contact with possible fellow founders
 Experience within a ‘small business’ setting

Environment factors  Economic conditions


 Accessibility and availability of venture capital
 Examples of entrepreneurial action
 Opportunities for interim consulting
 Availability of personnel, supporting services,
and accessibility of customers
Source: Cooper (1996).
Karakteristik dan Perilaku Pengusaha tabel 5 merupakan ringkasan tentang topic-
Berdasar diskusi di atas, terdapat enam topik utama karakteristik dan perilaku
topik utama yang berkaitan dengan pengusaha.
karakteristik dan perilaku pengusaha. Pada

TABEL 5
TOPIK KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PENGUSAHA
Theme Attitude Or Behavior

Commitment and determination  Tenacity and decisiveness, able to recommit/


commit quickly
 Discipline
 Persistence in solving problems
 Willingness to undertake personal sacrifice
 Total immersion
Leadership  Self-starter; high standards but not perfectionist
 Team builder and hero maker; inspires others
 Treat others as you want to be treated
 Share the wealth with all the people who helped
to create it
 Integrity and reliability; builder of trust; practices
312
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
fairness.
 Not a lone wolf
 Superior learner and teacher
 Patience and urgency
Opportunity obsession  Having intimate knowledge of customer’s needs
 Market driven
 Obsessed with value creation and enhancement

Tolerance of risk, ambiguity, and  Calculated risk-taker


Uncertainty  Risk minimiser
 Risk sharer
 Manages paradoxes and contradictions
 Tolerance of uncertainty and lack of structure
 Tolerance of stress and conflict
 Ability to resolve problems and integrate
solutions

Creativity, self-reliance and ability to  Non-conventional, open-minded, lateral thinker


adapt  Restlessness with status quo
 Ability to adapt and change; creative problem-
solver
 Ability to learn quickly
 Lack of fear of failure
 Ability to conceptualize

Motivation to excel  Goal-and-results orientation; high but realistic


goals
 Drive to achieve and grow
 Low need for status and power
 Interpersonally supporting
 Aware of weakness and strengths
 Having perspective and sense of humor

Source : Timmons (1994, p.191)

Model Kewirausahaan diperoleh dari berbagai penulis. Salah satu


Pemahaman tentang model yang model yang paling komprehensif adalah model
melahirkan seorang pengusaha yang VCP (value creation performance). Model
menghubungkan antara karakteristik dan VCP dapat dilihat pada gambar 1.
perilaku serta hasil yang diperoleh dapat

313
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 1
VCP MODEL

Strategy

Personality Traits

Apti.

Motivation
Context

Skill Behavior VCP

Train. External Environmental


ng Structure
Note: Apti.= Aptitude
Train.= Training

Source: Hollenbeck-Whitner (1988); Sandberg (1986); Drucker (1985); Maier (1965); Bandura
(1982); Szilagyi and Schweiger (1984).

HASIL & PEMBAHASAN mata kuliah utama program kewirausahaan


yang baik harus meliputi mata kuliah- mata
Usulan kurikulum kewirausahaan di kuliah di bawah ini.
perguruan tinggi Mata kuliah utama program
Mata kuliah kewirausahaan seharusnya kewirausahaan meliputi:
merupakan suatu konsep pembelajaran yang
terpadu yang dirancang bagi mahasiswa untuk 1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
mempelajari konsep, strategi, taktik, dan Deskripsi Mata Kuliah
pengetahuan mengenai cara memulai bisnis, Mata kuliah ini merupakan mata kuliah dasar
mengubah pola pikir serta tahan terhadap dan pengantar Usaha Kecil dan Menengah yang
segala macam terpaan hidup selama mempelajari karakteristik Usaha Kecil dan
menjalankan bisnisnya. Karena cakupan yang Menengah serta perkembangan dari Usaha
luas dan terintegrasi antara satu konsep dengan Kecil dan Menengah di Indonesia dan Dunia.
konsep yang lain, maka materi mata kuliah
yang disajikan harus komprehensif. Sedangkan

314
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Robert Hisrich, Michael Peters, Dean
Shepherd, 2009, Entrepreneurship, 8 edition,
Metode Kuliah McGraw-Hill/Irwin.
Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah 3. MIS untuk Usaha Kecil dan Menengah
klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan
presentasi hasil penelitian lapangan Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan
Bacaan kepada mahasiswa tentang aplikasi dan
BUKU WAJIB: pengembangan mikrokomputer untuk usaha
Justin G. Longenecker, J. William Petty, Leslie baru.
E. Palich, Frank Hoy, 2011, Small Business
Management: Launching and Growing Metode Kuliah
Entrepreneurial Ventures, 16 edition, New Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah
Jersey: Cengage Learning. klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan
Justin G. Longenecker, J. William Petty, Leslie presentasi hasil penelitian lapangan
E. Palich, Carlos W. Moore, 2009, Small
Business Management, 15 edition, Cengage Bacaan
Learning BUKU WAJIB:
Cynthia Gardner, Eugene Rathswohl, 2012,
Justin G. Longenecker, Carlos W. Moore, J. MIS Cases: Solving Small Business Scenarios
William Petty, Leslie E. Palich, 2007, Small Using Application Software, 2 edition, Wiley.
Business Management: Launching and
Growing Entrepreneurial Ventures, 14 Gurpreet Dhillon, Bernd Carsten Stahl, Richard
edition, South-Western College Pub. Baskerville, 2010, Information Systems --
Creativity and Innovation in Small and
2. Kewirausahaan Medium-Sized Enterprises: IFIP WG 8.2
International Conference, CreativeSME 2009,
Deskripsi Mata Kuliah ... in Information and Communication
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan Technology), Springer.
kepada mahasiswa tentang teori kewirausahaan
dengan penekanan pada semua aspek Robert MacGregor, Lejla Vrazalic, 2007, E-
penyusunan rencana bisnis (business plan) dan commerce in Regional Small to Medium
pengembangannya. Enterprises, IGI Publishing.

Metode Kuliah
Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah 4. Aspek Hukum untuk Usaha Kecil dan
klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan Menengah
presentasi hasil penelitian lapangan
Deskripsi Mata Kuliah
Bacaan Mata kuliah ini memberikan pengetahuan
BUKU WAJIB: kepada mahasiswa tentang lingkungan hukum
William D. Bygrave, Andrew Zacharakis, yang berkaitan dalam memulai dan memiliki
2010, Entrepreneurship, 2 edition, Wiley bisnis kecil dan menengah.

315
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Metode Kuliah Mata kuliah ini memberikan pengetahuan
Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah kepada mahasiswa tentang studi yang
klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan mendalam dari strategi dalam kewirausahaan
presentasi hasil penelitian lapangan dan inovasi perusahaan.

Bacaan Metode Kuliah


BUKU WAJIB: Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah
Kenneth W. Clarkson, Roger LeRoy Miller, klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan
Frank B. Cross, 2010, Business Law: Text and presentasi hasil penelitian lapangan
Cases: Legal, Ethical, Global, and Corporate
Environment, 12 edition, Cenage Learning. Bacaan
BUKU WAJIB:
-------------------, 2012, Hukum Perusahaan Howard W. Oden, 2004, Managing Corporate
dan Perburuhan Indonesia. Culture, Innovation, and Intrapreneurship,
Praeger.
Robert Hisrich, Claudine Kearney, 2011,
5. Konsultasi Bisnis untuk UKM Corporate Entrepreneurship: How to Create a
Thriving Entrepreneurial Spirit Throughout
Deskripsi Mata Kuliah Your Company, 3 edition, Wiley
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan 7. Bisnis Keluarga
kepada mahasiswa tentang bagaimana
membentuk tim mahasiswa untuk membantu Deskripsi Mata Kuliah
usaha kecil. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan
kepada mahasiswa tentang evaluasi dinamika
Metode Kuliah pengembangkan bisnis milik keluarga yang
Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah sukses yang meliputi pertimbangan psikologis,
klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan sosiologis, dan bisnis.
presentasi hasil penelitian lapangan
Metode Kuliah
Bacaan Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah
BUKU WAJIB: klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan
Lisa K. Gundry, Aaron Buckho, 2005, Field presentasi hasil penelitian lapangan
Casework: Methods for Consulting to Small
and Startup Businesses (Entrepreneurship & Bacaan
the Management of Growing Enterprises), 6 BUKU WAJIB:
edition, SAGE Publications, Inc. Carl Weber, Eric Pete, 2012, The Family
Business, 1 edition, Urban Books.
Alan Weiss, 2011, Getting Started in
Consulting, Wiley. Ernesto J. Poza, 2009, Family Business, 3
edition, Cengage Learning.

6. Intrapreneurship
8. Pembiayaan Kreatif untuk Usaha Baru
Deskripsi Mata Kuliah
316
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan Marc H. Meyer, Frederick G. Crane, 2013,
kepada mahasiswa tentang pengembangan dan New Venture Creation: An Innovator's Guide
pembiayaan paket keuangan kontemporer yang to Entrepreneurship, Second Edition edition,
berlaku untuk berbagai jenis usaha-usaha baru. SAGE Publications, Inc

Metode Kuliah 10. Teori Kewirausahaan


Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah
klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan Deskripsi Mata Kuliah
presentasi hasil penelitian lapangan Mata kuliah ini memberikan pengetahuan
kepada mahasiswa tentang penelitian yang
Bacaan berbasis pada evaluasi dalam evolusi
BUKU WAJIB: kewirausahaan.
Ralph Alterowitz, Jon Zonderman, 2006,
Financing Your New or Growing Business: Metode Kuliah
How to Find and Get Capital for Your Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah
Venture, 3 edition, Entrepreneur Press. klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan
presentasi hasil penelitian lapangan
Steven D. Strauss, 2011, Get Your Business
Funded: Creative Methods for Getting the Bacaan
Money You Need, 1 edition, Wiley. BUKU WAJIB:
Daniel F. Spulber, 2009, The Theory of the
Firm: Microeconomics with Endogenous
9. Pembentukan Usaha Baru Entrepreneurs, Firms, Markets, and
Organizations, 1 edition, Cambridge
Deskripsi Mata Kuliah University Press.
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan
kepada mahasiswa tentang pengembangan Donald F. Kuratko, 2008, Entrepreneurship:
rencana bisnis yang mendalam untuk usaha Theory, Process, and Practice, 8 edition,
baru mereka sendiri. Rencana ini disajikan dan Cengage Learning.
dievaluasi oleh dewan profesional di bidang
kewirausahaan.
11. Corporate Entrepreneurship
Metode Kuliah
Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah Deskripsi Mata Kuliah
klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan Mata kuliah ini memberikan pengetahuan
presentasi hasil penelitian lapangan kepada mahasiswa tentang studi yang
mendalam tentang strategi dalam
Bacaan kewirausahaan perusahaan dan inovasi yang
BUKU WAJIB: menjadi signifikan dalam perusahaan besar.
Stephen Spinelli, Rob Adams, 2011, New
Venture Creation: Entrepreneurship for the Metode Kuliah
21st Century, 9 edition, McGraw-Hill/Irwin

317
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah
klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan Michael Russo, 2010, Companies on a
presentasi hasil penelitian lapangan Mission: Entrepreneurial Strategies for
Growing Sustainably, Responsibly, and
Bacaan Profitably, 1 edition, Stanford Business Books.
BUKU WAJIB:
Michael H. Morris, Donald F. Kuratko , Jeffrey Lisa K. Gundry, Jill R. Kickul, 2006,
G Covin, 2010, Corporate Entrepreneurship Entrepreneurship Strategy: Changing
& Innovation, 3 edition, Cengage Learning. Patterns in New Venture Creation, Growth,
and Reinvention, SAGE Publications, Inc
Robert Hisrich, Claudine Kearney, 2011,
Corporate Entrepreneurship: How to Create a 13. Softskill Kewirausahaan
Thriving Entrepreneurial Spirit Throughout
Your Company, 1 edition, McGraw-Hill. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan
12. Strategi Kewirausahaan kepada mahasiswa tentang kemampuan dalam
menghadapi hambatan dalam mengejar cita-cita
Deskripsi Mata Kuliah mereka. Dalam kehidupan adalah banyak sekali
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan rintangan dan hambatan. Apakah hal itu
kepada mahasiswa tentang pedoman kebijakan berkaitan dengan memulai usaha baru, menjual
yang dirancang untuk mengkaji ulang strategi sesuatu, meningkatkan pendapatan, atau
usaha saat ini dan mengembangkan rencana membuat sesuatu menjadi kenyataan dan masih
usaha yang sebenarnya. banyak lagi. Untuk mencapai impian tersebut
tidak mudah, tetapi ketika pikiran fokus dan
terus bertindak melakukan apa yang harus
dilakukan, segala sesuatu akan dapat tercapai.

Metode Kuliah Metode Kuliah


Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah Pengajaran diberikan dalam bentuk kuliah
klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan klasikal, penugasan klasikal, diskusi dan
presentasi hasil penelitian lapangan presentasi hasil penelitian lapangan

Bacaan Bacaan
BUKU WAJIB: Buku wajib:
Steven Rogers, 2009, Entrepreneurial Rudianto, Y. Lilik, 2014, Kewirausahaan
Finance: Finance and Business Strategies for Pendekatan “Success Story,” edisi 1, Zifatama
the Serious Entrepreneur, 2 edition, McGraw- Publisher.
Hill.

SIMPULAN usulan kurikulum kewirausahaan di perguruan


tinggi. Paper ini menjelaskan tentang berbagai
Paper ini telah menjabarkan secara ringkas definisi kewirausahaan; karakter dari seorang
tentang teori dan model kewirausahaan serta pengusaha yang kompeten; faktor-faktor

318
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap akan sangat berpengaruh pada keberhasilan dari
perilaku pengusaha; topik-topik utama pengusaha tersebut. Disamping itu, seorang
karakteristik dan perilaku pengusaha; dan individu ingin menjadi seorang pengusaha
model VCP (value creation performance); serta mungkin disebabkan oleh faktor sosial
usulan kurikulum kewirausahaan di perguruan lingkungannya, seperti banyaknya
tinggi.Selanjutnya, pengusaha adalah produk pengangguran, tradisi keluarga, ingin mandiri,
dari lingkungannya. Jadi sistem nilai yang dan kekurangan keamanan dari segi finansial
berlaku di lingkungan, pengalaman awal pada maupun personal.
waktu jadi pengusaha dan karakteristik individu

DAFTAR RUJUKAN Chell, E., Haworth, J. and Brearley, S. 1991,


The Entrepreneurial Personality,
Routledge, London.
Bandura, A. 1982, ‘Self-efficacy mechanism in
human agency’, American Psychologist, Cooper, A.. 1966, Small Business
vol. 37 (2), pp. 122-147. Management: A Casebook, Irwin,
Homewood.
Barkham, R.J. 1994, ‘Entrepreneurial
characteristics and the size of the new Cooper, A.C., and Gascon, F.J.G. 1992,
firm: a model and an econometric test’, ‘Entrepreneurs, processes of founding,
Small Business Econ., vol. 6 (2), pp. 117- and new firm performance, In: Sexton,
125. D.L., Kasarda, J.D (Eds), The State of the
Art of Entrepreneurship, pp. 301-340.
Baty, G. 1990, Entrepreneurship for the
nineties, Prentice-Hall, New Jersey. Cooper, A.C., and Gascon, F.J.G. 1992,
‘Entrepreneurs, processes of founding,
Baum, J.R. 1994, The relationship of traits, and new firm performance, In: Sexton,
competencies, motivation, strategy and D.L., Kasarda, J.D (Eds), The State of the
structure to venture growth, PhD Art of Entrepreneurship, pp. 301-340.
dissertation, University of Maryland,
MD, USA.. Curran, J. and Burrows, R. 1986. ‘The
sociology of petit capitalism: a trend
Brockhaus, R. and Horwitz, P. 1986, ‘The report’ Sociology, vol. 20 (2), pp. 14-27.
psychology of the entrepreneur’, In D.
Sexton and R. Smilor, The Art and Dale, A. 1991, ‘Self-employment and
Science of Entrepreneurship, pp. 25-48, entrepreneurship’, in R. Burrows (ed.)
Ballinger Publishing Company, Deciphering the Enterprise Culture,
Cambridge. Routledge, London.

Carter, S. and Cachon, J. 1988, The Sociology Dalton, G.W. 1970, Influence and
of Entrepreneurship, Stirling University, Organizational Change, Richard D. Irwin
Stirling. Inc.

319
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Davis, J. and Goldberg, R. 1957, A concept of
Agribusiness, division of Research, Katz, R.L. 1974, 'Skills of an effective
Harvard University, Boston. administrator,' Harvard Business Review,
Vol. 52(5), pp. 90 - 102.
Deakin, D. 1996, Entrepreneurs and Small
Firms, McGraw-Hill, London. Keats, B.W. and Bracker, J.S. 1987, 'Towards a
theory of small firm performance: a
Drucker, P. 1986, Innovation and conceptual model,' American Journal
Entrepreneurship, Heinemann, London. Small Business, vol. 12(4), pp. 41¬- 58.

Dyke, L.S., Fischer, E.M. and Reuber, A.R. Kets de Vries, M. 1977, 'The entrepreneurial
1992, ‘An inter-industry examination of personality: a person at the crossroads,'
the impact of owner experience on firm Journal of Management Studies,
performance’ Journal small business February, pp. 34-37.
management, vol. 30 (4) pp. 72-87.
Kirzner, I. 1979, Perception, Opportunity and
Fass, M. and Scot home R. 1990, The Vital Profit Studies in the Theory
Economy, Abbey strand Publishing, Entrepreneurship, University of Chicago
Edinburgh. Press, Chicago.

Guilford, J.P. 1967, The Nature of Human Kirzner, I. 1980, The primacy of
Intelligence, McGraw-Hill, New York. entrepreneurial discovery. The Prime
Mover of Progress: The Entrepreneur in
Herron, L and Robinson, R.B. 1993. ‘A Capitalism and Socialism, Institute of
structural model of the effects of Economic Affairs, London.
entrepreneurial characteristics on venture
performance, ‘Journal Business Lau, T., Chan, K.F., Man, T.W.Y. 1999.
Venturing, vol. 8 (3), pp. 281-294. 'Entrepreneurial and managerial
competencies: small business owner-
Hofer, C.W. and Sandberg, W.R. 1987, managers in Hong Kong,' In: Fosh, P.,
‘Improving new venture performance: Chan, A.W., Chow, W.W.S., Snape, E.,
some guidelines for success,’ American Westwood, R. (Eds.), Hong Kong
Journal Small Business, Vol. 12 (1), pp. Management and Labour: Change and
11-25. Continuity, Routledge, London.

Hollenbeck, J. and Whitener, E . 1988. Learner, M., Brush, C. and Hisrich, R. 1997,
‘Reclaiming personality traits for 'Israeli women entrepreneurs: an
personnel selection,’ Journal of examination of factors affecting
management, vol. 14 (1), pp 81-91. performance,' Journal Business
Venturing,
Ibrahim, A.B. and Goodwin, J.R.. 1986,
‘Perceived causes of success in small Maier, N. 1965, Psychology in Industry (3rd
business,’ American Journal Small ed.), Houghton Mifflin Co., Boston.
Business, vol. 11 (2), pp. 41-50.

320
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Morrison, A., Rimmington, M. and
Williamson, C. 1998, Entrepreneurship in Schumpeter, J.A. 1934, 'The fundamental
the Hospitality, Tourism and Leisure phenomenon of economic development.'
Industries, Butterworth-Heinemann, In P. Kilby, Entrepreneurship and
Oxford. Economic Development (1971), pp. 43-
¬70. The Free Press, New York.
Sandberg, W.R. 1986, New Venture
Performance: The Role of Strategy and Szilagyi, A.D. and Schweiger, D.M. 1984,
Industry Structure, Heath & Co., 'Matching managers to strategies: A
Lexington. review and suggested framework,'
Academy of Managernent Review, vol
Sandberg, W.R. and Hofer, C.W. 1987. 9(4), pp. 626-637.
'Improving new venture performance: the
role of strategy, industry structure, and Timmons, J. 1994, New Venture Creation,
the entrepreneur, Journal Business Irwin, Boston.
Venturing, vol. 2 (1), pp. 5-28.

321
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
The Use Of Carousel Feedback In Order To Improve Student Personal
Relationships Taking Part A Village Vocational Programme Concerned With
Starfruit Farming In Depok (A District Of West Java)

Saiful Anwar
Soffi Soffiatun
Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Pamulang
Email : saiful_anwar44@yahoo.com; dosen00902@unpam.ac.id

Abstrak: Carousel feedback is a method of teaching that focuses on developing personal relation-
ships (social & communication skills) as well as akademic skills (analytical, knowledgebuilding &
presenting skills). It is used to solve problems of “the shringking violets & bulles” in entrepreneur-
ship classes. This research employed a qualitative in classroom action research. Data was collected by
using observation sheets, questionaires, fields notes and photos, the subjects were 20 undergra-duates
of the S1 Economic Education Program FKIP Universitas Pamulang (especially those en-rolled in the
vocational village programme at Rangkapan Jaya subdistric, and Pancoran Mas distrik, Depok, West
Java). Analyses of the data obtained indicated that: 1) Carousel feedback method could be used to
instil entrepreneurship; 2) students response was varied; 3) social and communica-tion skills
improved. Study problems: 1) coordinating time schedules between village and univer-sity; 2) lack of
self confidence in students especially in those from Java.

Kata Kunci : Carousel feedback, social skills, communication skills, analytical skills, vocational
village

Mahasiswa merupakan makhluk indi-vidual, dilakukan seorang dosen untuk me-


berbeda satu sama lain. Karena sifat-nya yang numbuhkembangkan rasa saling asah, asih dan
individual maka mahasiswa yang satu asuh antar mahasiswa yaitu dengan pem-
membutuhkan mahasiswa lainnya se-hingga belajaran kooperatif.
sebagai konsekuensi logisnya maha-siswa Pembelajaran kooperatif adalah pem-
harus menjadi makluk sosial, makhluk yang belajaran yang secara sadar dan sengaja me-
berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu ngembangkan interaksi yang silih asuh untuk
sama lain saling membutuhkan maka ha-rus menghindari ketersinggungan dan kesalahpa-
ada interaksi yang silih asih (saling me- haman yang dapat menimbulkan permusuh-an.
nyayangi atau saling mencintai). Selain itu Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro
mahasiswa memiliki derajat potensi, latar (dalam Nurhadi, 2004: 61) mengata-kan bahwa
belakang historis serta harapan masa depan ”pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang berbeda-beda. Karena adanya perbeda-an, yang secara sadar dan sistema-tis
mahasiswa dapat silih asah (saling men- mengembangkan interaksi yang silih asah, silih
cerdaskan). Perbedaan antar mahasiswa yang asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai
tidak terkelola secara baik dapat menimbul-kan latihan hidup didalam mayarakat nyata.”
ketersinggungan dan kesalahpahaman antar Lebih lanjut dijelaskan Johson & Joh-son,
sesamanya. Agar mahasiwa terhindar dari 1989 (dalam Anita Lie, 2005:7) pada umumnya
ketersinggungan dan kesalahpahaman maka hasil penelitian dari penggunaan metode
diperlukan interaksi yang silih asuh (saling pembelajaran kooperatif akan meng-hasilkan
tenggang rasa). Salah satu cara yang dapat prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih
322
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
positif, dan penyesuaian psikolo-gis yang lebih dengan mahasiswa usia dibawahnya, selain itu
baik daripada suasana belajar yang penuh terdapat beberapa mahasiswa yang tidak bisa
dengan persaingan dan memisah-misahkan bergaul dengan mahasiswa yang lain sehingga
siswa. sepanjang pembelajaran cende-rung diam dan
Pembelajaran kooperatif adalah suatu ketika giliran berbicara selalu tidak terdengar
sistem yang didalamnya terdapat elemen ele- suaranya atau mengecilkan volume suaranya.
men yang saling terkait. Adapun berbagai Berdasarkan fakta di atas, dalam pene-
elemen dalam pembelajaran kooperatif ada-lah litian ini peneliti tertarik untuk menerapkan
adanya: (1) saling ketergantungan positif; (2) model pembelajaran Carousel Feedback da-
akuntabilitas individual dan pertanggung- lam matakulah kewirausahaan. Dengan pene-
jawaban pribadi; (3) interaksi promotif; (4) rapan pembelajaran tersebut di dalam kelas
penggunaan keterampilan sosial yang mema- akan tercipta suasana kooperatif dimana ma-
dai , dan (5) pemrosesan kelompok. Soetjipto , hasiswa akan saling berkomunikasi, saling
(2010: 6-17). mendengarkan, saling berbagi, saling mem-beri
Pembelajaran mata kuliah Kewirausa- dan menerima, yang mana keadaan ter-sebut
haan Di Program Studi Pendidikan Ekonomi akan memupuk jiwa, sikap, dan perila-ku yang
FKIP UNPAM, pelaksanaan pembelajaran memungkinkan adanya ketergan-tungan yang
matakuliah kewirausahaan seringkali masih positif (interdependensi positif) dan yang
disampaikan di dalam kelas. Hal ini diindi- menjadi sesuatu yang lebih urgent adalah
kasikan dengan kurang terlibatnya mahasis-wa dengan penggunaan model pembela-jaran
dalam proses pembelajaran. Proses bela-jar carousel feedback ini diharapkan pro-
mengajar hanya terjadi di dalam kelas yang fesionalitas dosen dan kualitas proses pembe-
mengakibatkan penyampaian teori dan konsep lajaran yang dialami mahasiswa meningkat,
kewirausahaan terkesan kurang riil. Padahal yang pada akhirnya juga mampu membawa
jika kita mengacu pada tuntutan ide-al sebuah ekses positif berupa peningkatan hasil belajar
matakuliah kewirausahaan maha-siswa sebagai salah satu indikator keberhasilan yang
setidaknya harus mengalami secara riil dilakukan.
bagaimana berwirausaha sekurang-kurang-nya Model pembelajaran carousel feed-
satu kali dalam satu semester selama me- back merupakan salah satu dari sekian ba-nyak
nempuh matakuliah kewirausahaan. model pembelajaran kooperatif yang diciptakan
Kelas 04PIEMA merupakan salah satu dan dikembangkan oleh Spencer Kagan.
kelas yang memprogram matakuliah Kewira- Teknik ini menekankan pada kemam-puan
usahaan, kelas ini memiliki keunikan diban- berkomunikasi dan berbagi informasi antar
dingkan dengan kelas-kelas yang lain. Selain siswa di kelas. Langkah-langkah pem-belajaran
rentang usia yang sangat lebar diantara ma- dengan model carousel feedback adalah
hasiswa dalam satu kelas, kelas ini memiliki sebagai berikut: 1) Teams stand in front of their
perilaku yang sangat kompleks dan bermasa- assigned project; 2) Teams rotate clockwise to
lah menurut peneliti, dimana di kelas ini me- the next project; 3) For a specified time, teams
mang sudah terbiasa dengan diskusi kelom- discuss their reactions to the other team’s
pok, tetapi setelah peneliti amati ada suatu project – no writing at this time; 4) Person #1
kejanggalan dalam proses diskusi kelompok di records feedback on feedback form; 5) Teacher
kelas, dalam berdiskusi hanya beberapa siswa calls time; 6) Teams rotate, observe, discuss,
yang aktif dalam tanya jawab, bahkan sering and give feedback on next project. A new
terjadi kasus bullyng di dalam kelas antara recorder is selected each round; 7) Teams
mahasiswa dengan usia yang cukup matang continue until each team rotates back to its own
323
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
project or until the teacher calls time; 8) Teams data, menganalisis data, menarik kesim-pulan
review the feedback they received from the dan membuat laporan oleh karena itu
other teams.(Kagan, S & Kagan, M, 2009) pendekatan yang digunakan dalam penelitian
Tujuan penelitian ini adaah untuk ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini
mengatasi mengatasi permasalahan kemam- menggunakan jenis penelitian tindakan kelas
puan sosial dan komunikasi mahasiswa de- (PTK) dengan sistem kolaboratif yang
ngan terutama tipe the shringking violet & the melibatkan beberapa pihak yakni dosen dan
bully di kelas serta menambah variasi teman sejawat sebagai observer pembelajaran
pembelajaran kewirausahaan ditingkat Pergu- Carousel Feedback,
ruan Tinggi. Subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa kelas 04PIEMA yang mengikuti
matakuliah kewirausahaan dengan program
METODE desa vokasi pengelolaan buah belimbing kel.
Rangkapan Jaya Kec. Pancoran Mas Kota
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian Depok Jawa Barat.
ini adalah pendekatan kualitatif, bahwa Rancangan Penelitian dalam peneli-tian
pendekatan kualitatif adalah peneliti-an yang ini terdiri dari 4 tahapan besar: (1) Mere-
pengambilan datanya dilakukan se-cara alami ncanakan tindakan meliputi: menyusun ske-
dimana hasil dari penelitian terse-but nario pembelajaran; (2) Mengumpulkan data,
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan meliputi: pengamatan kegiatan pembelajaran
bahasa. Peneliti mengumpulkan data be-rupa dan pelaksanaan wawancara. Didalam kegi-
uraian-uraian atau kalimat dan bukan angka- atan ini peneliti dibantu dua orang teman se-
angka dimana data yang terkumpul tersebut jawat dosen Pendidikan Ekonomi FKIP UN-
akan dipaparkan sesuai dengan keja-dian yang PAM, dimana peran adalah sebagai mitra
sebenarnya, selain itu peneliti sebagai observasi dalam pengumpulan data; (3) Me-
instrumen utama karena peneliti yang nganalisis data; (4) Membuat laporan hasil
merencanakan, melaksanakan, mengumpul-kan penelitian.

324
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 1: Diagram Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif
dengan Teknik Carousel Feedback

Penelitian ini dilaksanakan di Prodi mendapatkan data tentang aktivitas belajar


Pendidikan Ekonomi FKIP UNPAM yang mahasiswa selama proses belajar mengajar.
beralamatkan di Jalan Surya Kencana No 1 Disamping itu, lembar observasi juga
Pamulang. Sedangkan subjek penelitian ini digunakan untuk menilai ketepatan dosen
adalah mahasiswa kelas 04PIMA yang dalam menerapkan rencana pembelajaran
berjumlah 20 orang. Subjek penelitian dibagi mahasiswa selama proses pembelajaran
menjadi 4 kelompok projek yang setiap projek berlangsung; (2) Catatan Lapangan digunakan
nya bekerja sama dengan petani belimbing untuk mengumpulkan data yang berkaitan
Desa Vokasi pengelolaan buah belimbing di dengan situasi kelas atau obyek penelitian yang
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan tidak dapat terekam selama proses
Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat. pembelajaran berlangsung. Dengan demikian
Prosedur pengumpulan data yang diharapkan tidak ada data penting yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar terlewatkan dalam kegiatan penelitian ini.
observasi, catatan lapangan, dan wawancara. Catatan lapangan juga digunakan untuk
Masing-masing dari prosedur pengumpulan mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi
data di atas akan dijelaskan sebagai berikut (1) dalam pembelajaran model Carousel Feedback
Lembar Observasi yang digunakan untuk ; (3) Wawancara dilakukan terhadap dosen dan
325
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
mahasiswa untuk mengetahui kondisi awal dari pelaksanaan tindakan; (b) perlunya perubah-an
mahasiswa dan menentukan masalah yang akan tindakan; (c) alternatif tindakan yang dianggap
diteliti yang dilakukan pada saat observasi awal tepat; (d) persepsi pe-neliti, teman sejawat dan
sebelum tindakan diberikan. Wawancara dosen yang terlibat dalam pe-ngamatan dan
terhadap dosen dan mahasiswa juga dilakukan perencanaan lapangan terha-dap tindakan yang
setelah tindakan diberikan dengan tujuan untuk telah dilakukan; (e) ham-batan yang dihadapi
mengetahui respon dari pembelajaran carousel dan mengapa hambatan itu muncul dan
feedback yang telah dilaksanakan. sebagainya; (3) Penarikan Kesimpulan adalah
Analisis data Bogdan & Biklen (dalam memberikan kesimpulan terhadap hasil
Moleong, 2005:248) merupakan upaya yang penafsiran dan evaluasi. Kegi-atan ini
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mencakup makna data serta memberi
sehingga pada akhirnya akan menemukan apa penjelasan. Verifikasi tersebut merupakan
yang penting dan apa yang dipelajari dan validitas dari data yang disimpulkan, selan-
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada jutnya dilakukan kegiatan verifikasi yaitu
orang lain. (Moleong, 2005:247) menyatakan menguji kebenaran, kekokohan, dan keco-
bahwa ”proses analisis data dimulai dengan cokan makna-makna yang muncul dari kegi-
menelaah seluruh data yang tersedia dari atan ini dapat dikatakan sebagai pengambilan
berbagai sumber, yaitu dari wawancara, inti sari dari sajian data yang telah terorgani-
pengamatan yang sudah dituliskan dalam sasi dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen singkat, padat, dan bermakna.
resmi, gambar, foto, dan sebagainya”.
Proses menganalisis data yang terdiri HASIL & PEMBAHASAN
dari tiga tahap (Tantra, 2006:14) yaitu (1)
Mereduksi Data adalah suatu kegiatan Berdasarkan observasi awal yang dilakukan
penyeleksian, pemfokusan, dan penyederha- peneliti, mahasiswa kelas 04PIEMA Prodi
naan data yang dimulai sejak pengumpulan Pendidikan Ekonomi cende-rung selalu duduk
data sampai penyusunan laporan penelitian. berkelompok dalam me-ngikuti kegiatan
Data yang dimaksud meliputi transkip pe- belajar mengajar pada mata Kewirausahaan.
laksanaan pembelajaran pada mata kewira- Hal ini mungkin disebabkan mahasiswa terlalu
usahaan, rekaman wawancara, hasil observa-si kompleksnya asal daerah mahasiswa, sehingga
maupun catatan lapangan. Kegiatan pe- mereka hanya mau du-duk didekat mahasiswa
nyederhanaan data yang telah terkumpul di- lain sedaerah, selalin itu jika terdapat
maksudkan untuk mendapatkan informasi yang mahasiswa diluar kelompok-nya mengeluarkan
jelas dan ber-makna sehingga dapat pendapat pasti akan terjadi bullying entah
dipertanggungjawab-kan; (2) Penyajian Data terhadap logat ataupun jawa-ban yang
dilakukan dengan cara menyusun secara naratif dikemukakan. Seperti terlihat dalam tabel di
informasi-informasi yang telah dipe-roleh dari bawah ini terlihat asal daerah mahasiswa
hasil reduk-si sehingga dapat memberikan dengan jumlah 20 mahasiswa terdiri dari 8
penarikan kesimpulan dan pe-ngambilan pengelompokkan daerah yang terdiri dari Jawa
tindakan. Data yang telah disaji-kan Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur,
selanjutnya dibuat penafsiran kesimpulan dan Kepualauan Nias, Sumatera Utara, Jogjakarta,
pengambilan tindakan. Data yang telah Jakarta dan Nusa Tenggara Barat.
disajikan selanjutnya dibuat penafsiran, dan
evaluasi ini dapat berupa penyelesaian ten-
tang: (a) perbedaan antara rancangan dan
326
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
untuk semakin lebih aktif lagi dalam pro-ses
pembelajaran. Peran dosen sebagai orang
sumber sedapat mungkin direduksi. Mahasis-
wa dituntut lebih aktif berinteraksi dengan
petani belimbing dalam hal berdiskusi ke-
mungkinan-kemungkinan olahan buah belim-
bing yang belum ada didaerah sekitar Kota
Gambar 2: Tabel Asal Daerah Mahasiwa depok, Setiap kelompok memiliki kecen-
derungan tipe mahasiswa yang hampir sama
Jika ditinjau dari rentangan usia, mahasiswa yang terdiri dari 4 kelompok dengan nama
04PIEMA memiliki rentangan usia cukup sesuai sifat dominan yang dimiliki kelompok
panjang dari yang termuda 21 Tahun sampai tersebut yaitu: 1) Tim DB yang terdiri dari The
dengan 37 Tahun. Sedangkan jika ditinjau dari bully (the bully is the student who dispays
status pekerjaan yang diker-jakan oleh aggressive behavior toward other stuents) dan
mahasiswa 04PIEMA terdapat 3 status The Dominator (the dominator controls the
pekerjaan yaitu mahasiswa dengan pe-kerjaan team with a forceful personality. The
formal dimana tipe pekerjaan ini me-nuntut dominator hogs team time and may have an
karyawan bekerja sesuai kontrak per-janjian undue influence on team decision making. ; 2)
dengan waktu yang jelas, tugas yang jelas pula Tim SV yang terdiri dari The Shringking Violet
tetapi konsekuensi segala jenis kompensasi (is the student who is too shy to fully
yang akan diterima jelas dan diatur sesuai participate in social situations); 3) Tim OS
kontrak perjanjian kerja. Tipe yang kedua ada yang terdiri dari The Online Student (maha-
mahasiswa dengan pekerjaan informal dimana siswa yang tidak pernah lepas dari gadget
jenis pekerjaan ini tidak ada kontrak perjanjian dimanapun dia berada); 4) Tim N yang terdiri
yang riil, hanya berdasar-kan kepercayaan dari mahasiswa yang tidak bermasalah.
tetapi dengan konsekuensi jam kerja dan Seluruh mahasiswa dalam selama
kompensasi yang tidak pasti. Tipe yang ketiga proses pembelajaran sampai akhir proses
adalah mahasiswa yang me-miliki usaha sendiri pembelajaran mahasiswa juga masih tetap
dengan keleluasaan me-ngatur usahanya harus aktif memberi masukan dalam bentuk
sendiri. Berikut ini sebaran mahasiswa tertulis terhadap proses refleksi maupun pro-ses
04PIEMA berdasarkan 3 tipe pe-kerjaan yang pembuatan kesimpulan akhir atas materi yang
ada di kelas. telah dipelajari. Hal ini disebabkan ma-
hasiswalah yang mengalami proses pembela-
jaran. Untuk memperkuat pemahaman maha-
siswa atas materi yang telah dipelajari maha-
siswa memang harus dilibatkan baik dalam
proses sintesis kesimpulan akhir maupun da-
lam tahap refleksi.
Secara garis besar aktivitas mahasiswa
dalam pembelajaran model carousel feedback
Gambar 3: Tabel Status Sebaran Pekerjaan adalah terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap
pra pembelajaran, proses pembelajaran dan
Pada saat pelaksanaan pembelajaran hasil pembelajaran. Pada tahap pra
carousel feedback mahasiswa akan distimu-lus pembelajaran memberikan pengenalan terhadap
pembelajaran carousel feedback termasuk
327
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
langkah-langkah pembelajaran yang akan tersebut cenderung hafalan, sebagian yang lain
dilakukan, penempatan kelompok pada RT sudah bisa me-ngemukakan idenya tetapi masih
yang telah diajak berkerja sama dimana RT 6 cenderung kurang logis. Pada post test yang
untuk Tim DB dan Tim OS pada hari Senin- dilakukan peneliti diperoleh peningkatan skor
Rabu dan Tim SV dan Tim N pada hari Kami- yang cukup signifikan yaitu sebesar 79.85%
Sabtu pada RT 7. yang mana setelah melakukan tes lisan post test
Tahap kedua adalam tahap proses 16 siswa memiliki nilai diatas 80 sedangkan
pembelajaran, tahap ini memberi peluang sisanya masih dibawah 80.
mahasiswa untuk terjun langsung ke project- Kemampuan interpersonal yang terdiri
project yang telah direncanakan. Pada dasarnya dari kemampuan sosial dan komuni-kasi
pada tahap ini bertujuan untuk membangkitkan mahasiswa berubah kearah yang lebih baik,
minat dan rasa ingin tahu mahasiswa sehingga tiap-tiap kelompok dalam penelitian ini
kemampuan social skills, communication diberikan penekanan dan pengalaman yang
skills, analytical & knowledgebuilding terasah. berbeda, serta dihadapkan kepada pemilik
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh petani- perkebunan yang berbeda-beda pula sehingga
petani lokal yang sebelumnya pernah pengalaman sosial dan komunikasi antar
bekerjasama dengan peneliti pada project kelompok berbeda pula. Untuk 1) Tim DB
sebelumnya. yang terdiri dari The bully dan The Domina-tor
Pada tahap selanjutnya yaitu tahap seperti pengamatan peneliti beberapa pe-rilaku
pemberian umpan balik dari masing-masing berubah, untuk kelompok ini perilaku sosial
kelompok dimana umpam balik ini dilakukan yang meningkat adalah rasa tolerasi terhadap
pada hari minggu di desa vokasi, seluruh kelas orang lain, rasa mau berbagi pen-dapat dengan
akan memperoleh keuntungan dalam bentuk orang lain, tingkat kejujuran, pengendalian diri
mendengarkan berbagai ungkapan mengenai ketika ada orang lain berpendapat sedangkan
konsep yang sama di-tanggapi dengan cara beberapa perilaku sosial menurun seperti
yang berbeda oleh individu yang berbeda. Hal perilaku mengkritik orang sudah mulai
ini terjadi karena mahasiswa memiliki cara ditinggalkan, mahasiswa dalam kelompok ini
penyampaian jawaban yang unik. Lebih lanjut sudah dapat memilah kapan harus melakukan
lagi konsep-konsep yang digunakan dalam kritikan kepada ide dan bukan secara personal,
jawaban mahasiswa meng-gunakan bahasa dalam mengeks-presikan opini mereka selama
mahasiswa yang tentu lebih komunikatif diban- penelitian juga cenderung tertata dan tidak
ding bahasa buku teks atau bahasa dosen meledak-ledak; 2) Tim SV yang terdiri dari The
(Susilo, 2005:5). Shringking Violet terdapat perilaku komunikasi
Untuk aspek kognitif peneliti melihat dan sosial yang meningkat antara lain
peningkatan hasil belajar mahasiswa hal ter- mahasiswa dalam kelompok tersebut sudah
sebut terlihat dari ide-ide yang dilontarkan dan dapat ber-bagi ide, dapat menyakinkan orang
ditulis tiap-tiap kelompok semakin logis dan lain bah-wa idenya logis, sudah bisa
rasional, gaya penuangan ide didalam tulisan- mengekspresikan opininya meskipun
tulisan kelompok juga lebih beragam dengan cenderung terbata-bata serta sudah dapat
tipe penulisan paragaraf-paragraf panjang memimpin secara bergilir-an ; 3) Tim OS yang
setelah poin-poin inti. Peneliti mela-kukan tes terdiri dari The Online Student beberapa
lisan perindividu pada pre test diperoleh rata- kemampuan socialnya juga berubah antara lain
rata 65,56 hal ini terjadi kare-na sebagian siswa dalam kelompok ini selu-ruh mahasiswa sudah
belum terbiasa mengemu-kakan ide-nya secara bisa bekerja sama, me-miliki tanggung jawab,
lisan maupun tertulis karena gaya belajar siswa sudah bisa mengung-kapkan ekspresi
328
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
ketidaksetujuan dengan ekspresi yang lebih terbiasa dengan kelompok yang dibentuk
perduli serta jujur ter-hadap apapun yang peneliti, hal ini disebabkan mahasiswa terbiasa
dilakukannya; 4) Tim N yang menurut peneliti belajar dengan teman sedaerahnya dan untuk
merupakan kelompok normal dan tidak mengatasi hal ini peneliti selalu memberikan
memerlukan penanganan khusus beberapa penjelasan bahwa mereka harus bisa
kemampuan sosial mening-kat diantaranya menyesuaikan dengan orang-orang baru yang
lebih memiliki toleransi ter-hadap perilaku mungkin membuat mereka tidak nyaman,
orang lain, sudah bisa me-mimpin secara karena nantinya ketika menjadi guru setiap
bergiliran, kompak dalam bekerja sama. tahun akan ada siswa yang berbeda demikian
Respon yang diberikan mahasiswa pula dengan wali muridnya.. Hambatan lain
terhadap pembelajaran carousel feedback yang muncul adalah waktu yang tersedia tidak
sangat komplek karena memang model sesuai dengan rencana pembelajaran semula,
pembelajaran ini baru dalam kegiatan untuk mengatasi ini solusi yang ditempuh
pembelajaran di UNPAM. Ada sebagian peneliti adalah dengan menyesuaikan dengan
peserta didik yang belum memahami model alokasi waktu yang disediakan oleh pemilik-
pembelajaran ini dan ada sebagian peserta didik pemilik perkebunan seseai kelonggaran waktu
yang memahami pembelajaran ini. Meskipun mereka. Hambatan yang paling sulit diatasi
respon mahasiswa sangat komplek tetapi jika adalah rasa percaya diri yang rendah
ditinjau dari segi penilaian kognitif, afektif dan mahasiswa dalam mengungkapkan gagasan dan
psikomotorik cenderung mengalami pendapatnya secara lisan, dan untuk mengatasi
peningkatan. Seperti yang telah peneliti hal ini peneliti selalu memberikan dorongan
jabarkan sebelumnya respon yang komplek dan motivasi kepada mahasiswa agar berani
tersebut diakibatkan karena pola pembelajaran mengungkapkan argumennya.
carousel feedback belum pernah diterapkan
secara langsung di FKIP UNPAM terlebih lagi SIMPULAN & SARAN
dalam pembelajaran ini dilaksanakan diluar
kelas pada tempat kerja yang nyata. Dan Simpulan
memang peneliti tidak memberi tahu
sebelumnya tentang model pembelajaran ini Berdasarkan hasil analisis data dan
karena unsur kesengajaan, dikarenakan peneliti pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
ingin mengkondisikan semua siswa memiliki berikut: 1) pembelajaran kewirausahaan dapat
respon secara alami sehingga diketahui dilakukan dengan metode Carousel feedback;
bagaimana respon siswa ketika ada sebuah 2) respon yang diberikan mahasiswa terbilang
pembelajaran yang baru dalam dunia kompleks; 3) terdapat peningkatan kemampuan
pendidikan. Hal ini sangat penting karena nanti sosial dan kemampuan berkomunikasi selama
ketika mereka sudah terjun ditengah-tengah proses berlangsung. Terdapat beberapa
masyarakat sebagai seorang guru mereka akan hambatan yang ditemui peneliti dalam
menghadapi situasi yang serba berubah-ubah pelaksanaan penelitian ini antara lain: 1)
setiap saat yang mengharuskan mereka harus koordinasi waktu antara jadwal perkuliahan di
pandai menyesuaikan diri dan mengambil kampus dengan jadwal kegiatan di desa vokasi;
bagian-bagian positif dari perubahan itu 2) rasa percaya diri yang cenderung rendah
sendiri. terutama mahasiswa yang berasal dari pulau-
Ada beberapa hambatan yang ditemui pulau kecil di Indonesia serta kawasan Timur
peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran Indonesia.
carousel feedback antara lain mahasiswa belum
329
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Saran mengalokasikan waktu secara tepat untuk
setiap tahap rencana pembelajaran yang akan
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, disusun dan melakukan ketentuan tersebut
beberapa saran yang dapat diberikan adalah: (1) sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia;
Dalam penerapan pembelajaran carousel (3) Dalam pengelolaan pembelajaran di kelas
feedback perlu persiapan yang baik sehingga dosen harus selalu memberi arahan dan
perlu dipertimbangkan kesiapan mahasiswa, motivasi kepada seluruh mahasiswa, terutama
sarana prasarana yang mendukung kegiatan mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih
pembelajran dan yang terlebih penting lagi rendah perlu mendapatkan perhatian yang
adalah kesiapan dosen yang akan menerapkan lebih, agar mereka termotivasi dan lebih aktif
model pembelajaran ini di universitas; (2) Bagi dalam mengemukakan gagasannya; (4) Bagi
dosen mata kuliah kewirausahaan dianjurkan peneliti berikutnya, disarankan untuk
menggunakan pembelajaran carousel feedback melakukan penelitian tentang pembelajaran
untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. carousel feedback pada pengajaran mata kuliah
Dalam menerapkan pembelajaran ini dosen yang sama atau mata kuliah lainnya di tempat
hendaknya dapat mengorganisir waktu dengan yang berbeda untuk mengembangkan dan
baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat menerapkan pembelajaran kooperatif dengan
tercapai secara maksimal, dosen harus model carousel feedback

DAFTAR RUJUKAN
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Remaja Rosdakarya.
Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurhadi dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual
Budiningsih, C, A. 2005. Belajar dan (Contextual Teaching and Learning/CTL)
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Penerbit Universitas Negeri Malang.
Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Departemen Soetjipto, E, B. 2010. Pembelajaran
Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama Kooperatif dan Beberapa Hasil Penelitian
dengan Rineka Cipta. di Bidang Manajemen & Ekonomi. Malang:
Jurusan Manajemen FE UM.
Kagan, S & Kagan, M. 1998. Multiple
Intelegences: The Complete MI Book. Tantra, Dewa Komang. 2006. Konsep Dasar
(Online), (http://www.KaganOnline.com, Dan Karakteristik Penelitian Tindakan
diakses 1 Januari 2016) Kelas (PTK). Jakarta: Pelatihan
Metodelogi Penelitian Untuk Peningkatan
Kagan, S & Kagan, M. 2009. Kagan Kualitas Pembelajaran (PPKP) Dan
Cooperative Learning. San Clemente: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi
Kagan Publishing. Dosen-Dosen LPTK se-Indonesia pada
Lie, A. 2005. Cooperatif Learning. Jakarta: PT tanggal 17-21 April 2006 di Makassar dan
Gramedia. Surabaya, Departemen Pendidikan
Nasional.
330
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Edisi keempat. Malang: Biro Administrasi
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Akademik, Perencanaan dan Sistem
Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Informasi bekerja sama dengan Penerbit
Disertasi, Makalah, Laporan Penelitian, Universitas Negeri Malang.

329
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Peran Strategi Pembelajaran Kewirausahaan
Dalam Membentuk Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa.
Studi Pada Mahasiswa Universitas Widyatama Bandung

Yenny Maya Dora


Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung
Email : yenny.maya@widyatama.ac.id

Abstrak : Tujuan makalah ini untuk mengetahui bagaimana peran strategi


pembelajaran kewirausahan dalam membentuk jiwa kewirausahaan mahasiswa.
Sehingga menghasilkan cara/strategi yang cukup efektif dalam upaya membentuk jiwa
kewirausahaan mahasiswa . Rumusan masalah makalah ini dengan menganalisa
informasi yang didapat dari hasil wawancara dan memberikan kuisioner yang
dilakukan pada para mahasiswa. Pendekatan yang digunakan yaitu menggunakan
metode analisa SWOT untuk mendapatkan strategi yang tepat untuk pembelajaran
yang efektif untuk membentuk jiwa kewirausahaan para mahasiswa. Implikasi yang
akan diperoleh dari studi ini adalah strategi pembelajaran kewirausahaan dalam
membentuk jiwa kewirausahaan mahasiswa.

Kata Kunci : Strategi Pembelajaran, Jiwa Kewirausahaan, Mahasiswa, dan Analisa


SWOT.

Negara Indonesia merupakan Negara membuatkan performa dan membentuk watak


berkembang yang terus berusaha untuk dan kebudayaaan bangsa yang bermartabat
meningkatkan tarat hidup masyarakatnya. dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Adapun salah satu cara untuk meningkatkan Fungsi lain ialah membuatkan sivitas akademika
taraf hidup masyarakatnya adalah melalui yang inovatif, responsif, kreatif, terampil,
pendidikan. Hal ini dikarenakan melalui berdaya saing, dan kooperatif melewati
pendidikan masyarakat mendapat kesempatan pelaksanaan Tridharma. Pendidikan tinggi juga
untuk mengembangkan diri. bertujuan untuk membuatkan ilmu pengetahuan
Selain itu melalui pendidikan merupakan slaah dan teknologi dengan memperhatikan dan
satu solusi untuk mengurangi jumlah menerapkan nilai-nilai humaniora. Dan UUD
pengangguran serta meningkatkan pendapatan 1945 Pasal 27 yang berbunyi, Tiap-tiap warga
masyarakat Indonesia. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
Adapun tujuan pembangunan nasional adalah yang layak bagi kemanusiaan
untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Itulah yang menegaskan bahwa negara
bangsa Indonesia khususnya mencerdaskan menjamin setiap penduduk untuk mampu
kehidupan bangsa sehingga menjadi bangsa mendapat pekerjaan dan penghidupan yang
yang cerdas, beradab dan mandiri serta dapat layak.
bersaing di dunia International. Tapi dari data Badan Pusat Statistik Februari
Dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 2014 mencantumkan pengangguran terbuka
mengenai Pendidikan Tinggi, menyatakan lulusan universitas di Indonesia berjumlah
bahwa: pendidikan tinggi bertujuan 398.298 orang. Jumlah itu setara dengan 4,31
330
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
persen dari total pengangguran terbuka bahwa pendidikan kewirausahaan tidaklah
sebanyak 7.147.069 orang. Saat ini, lebih dari sesederhana yang kita bayangkan. Untuk
600.000 lulusan perguruan tinggi Indonesia menumbuhkan jiwa dan semangat
menganggur. Penganggur intelektual itu kewirausahaan apalagi sampai menghasilkan
sebagian besar lulusan S-1, yakni 420.000 lulusan yang mampu menciptakan lapangan
orang, dan sisanya lulusan diploma. pekerjaan tidak bias dilakukan hanya dalam
Hal ini membuktikan bahwa Jumlah lapangan jangka pendek (satu atau dua semester ) apalagi
pekerjaan di Indonesia terbukti tak terlalu hanya 2- pekerjaan tidak bias dilakukan hanya
banyak. Sehingga berdampak pada tingginya dalam jangka pendek (satu atau dua semester )
angka pengangguran sarjana telah menjadi salah apalagi hanya 2-3 sks, tetapi harus secara terus
satu penyakit di negara Indonesia yang besar ini. menerus melalui kegiatan pendidikan dan
Hal ini disebabkan karena sebagian besar pengembangan yang berkesinambungan
lulusan perguruan tinggi hanyalah bercita-cita (Murtini, 2008).
menjadi pencari kerja dan jarang yang bercita- Berdasarkan uraian di atas permasalahan penulis
cita menenciptakan kesempatan kerja. tertarik untuk menyusun suatu strategi untuk
Terbatasnya lapangan kerja akibat laju pembelajaran kewirausahaan agar mampu
pertumbuhan angkatan kerja yang tidak mengubah mindset mahasiswa yang tadinya bila
dibarengi dengan laju pertumbuhan ekonomi, lulus kuliah akan menjadi pekerja berubah
penyebaran tenaga kerja yang tidak merata dan menjadi pengusaha. Bahkan kalau
sikap mental wirausaha para lulusan perguruan memungkinkan sebelum mereka menyelesaikan
tinggi yang tidak terbina dengan baik, kuliahnya mereka sudah memiliki usaha.
memerlukan pemecahan yang cukup serius. Sehingga selesai kuliah mereka tinggal
Salah satu alternatif yang menarik untuk meneruskan dan mengembangkan usahanya.
memecahkan masalah ketenagakerjaan ini Dengan demikian bagaimana Peran Strategi
adalah menumbuhkan sikap mandiri, Pembelajaran Kewirausahaan Dalam
mengembangkan pengetahuan, menumbuhkan Membentuk Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa
motivasi dan menanamkan minat berwirausaha sehingga mampu menjadikan perguruan tinggi
terhadap mahasiswa. sebagai pencetak wirausaha baru di Indonesia.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah diatas Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
bertujuan untuk menumbuhkan jiwa dan sebagai berikut: Untuk mengetahui peran
semangat kewirausahaan sejak dini dikalangan strategi pendidikan dalam pembentukan minat
pelajar dan mahasiswa agar berminat menjadi dan jiwa wirausaha pada mahasiswa.
wirausaha. Namun persolan yang muncul adalah Konsep Kewirausahaan
gerakan pendidikan kewirausahaan di perguruan Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih
tinggi yang telah dilakukan ternyata belum terus berkembang. Kewirausahan adalah suatu
memberikan hasil seperti yang diharapkan. sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan
Pendidikan kewirausahaan belum mampu sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan
mengubah mind-set lulusan perguruan tinggi berguna bagi dirinya dan orang lain.
dari mencari pekerjaan (job seeker) menjadi Kewirausahaan merupakan sikap mental dan
pencipta lapangan kerja (job creator). Meskipun jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya,
telah menyelesaikan mata kuliah kewirausahaan bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha
ternyata sebagian besar lulusan masih dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam
berorientasi mencari pekerjaan dan mengalami kegiatan usahanya. Seseorang yang memiliki
masa tunggu kerja yang cukup lama (Handriani, karakter wirausaha selalu tidak puas dengan apa
2011; Yuniza, dkk, 2012) ini menunjukkan yang telah dicapainya. Wirausaha adalah orang

331
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
yang terampil memanfaatkan peluang dalam dengan perolehan peluang dan penciptaan
mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari
meningkatkan kehidupannya. kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah
(Norman:2009), “An entrepreneur is one di pasar melalui proses pengkombinasian
who creates a new business in the face of risk sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda
and uncertainty for the purpose of achieving agar dapat bersaing.
profit and growth by identifying opportunities Nilai tambah tersebut dapat diciptakan
and asembling the necessary resources to melalui cara-cara sebagai berikut:
capitalze on those a. Pengembangan teknologi baru (developing
opportunities”. Wirausahawan adalah orang- new technology),
orang yang memiliki kemampuan melihat dan b. Penemuan pengetahuan baru (discovering
menilai kesempatan-kesempatan bisnis; new knowledge),
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang c. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang
dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang sudah ada (improving existing products
tepat, mengambil keuntungan serta memiliki or services),
sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk
gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara menghasilkan barang dan jasa yang lebih
kreatif dalam rangka meraih banyak dengan sumber daya yang lebih
sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, sedikit (finding different ways of providing
seorang wirausaha adalah orang-orang yang more goods and services with fewer
memiliki karakter wirausaha dan resources).
mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam Walaupun di antara para ahli ada yang
hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah lebih menekankan kewirausahaan pada peran
orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan pengusaha kecil, namun sebenarnya
inovatif yang tinggi dalam hidupnya. karakter wirausaha juga dimiliki oleh orang-
Dari beberapa konsep di atas menunjukkan orang yang berprofesi di luar wirausaha.
seolah-olah kewirausahaan identik Karakter kewirausahaan ada pada setiap orang
dengan kemampuan para wirausaha dalam yang menyukai perubahan, pembaharuan,
dunia usaha (business).Padahal, dalam kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.
kenyataannya, kewirausahaan tidak Dengan demikian, ada enam hakikat
selalu identik dengan karakter wirausaha pentingnya kewirausahaan, yaitu:
semata, karena karakter wirausaha a) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
bukan wirausaha. Wirausaha mencakup semua sumber daya, tenaga penggerak, tujuan,
aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun. siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.
Wirausaha adalah mereka yang melakukan b) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha
mengembangkan ide, dan meramu sumber daya dan mengembangkan usaha.
untuk menemukan peluang(opportunity) dan c) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam
perbaikan (preparation) hidup. mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan
Kewirausahaan (entrepreneurship) berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam
muncul apabila seseorang individu berani memberikan nilai lebih.
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide d) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk
barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan

332
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
e) Kewirausahaan adalah suatu proses keberanian untuk menanggung risiko (risk
penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam bearing) dan kemampuan untuk
memecahkan persoalan dan menemukan mengembangkan ide dan meramu sumber daya.
peluang untuk memperbaiki kehidupan Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
usaha. Beberapa puluh tahun yang lalu ada
f) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan pendapat yang mengatakan bahwa
nilai tambah dengan jalan kewirausahaan tidak dapat diajarkan. Akan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui tetapi sekarang ini Enterpreneurship
cara-cara baru dan berbeda untuk (kewirausahaan) merupakan mata pelajaran
memenangkan persaingan. yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah dan
Berdasarkan keenam pendapat di atas, telah bertumbuh sangat pesat.Transformasi
dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan pengetahuan kewirausahaan telah berkembang
adalah nilai-nilai yang membentuk karakter dan pada akhir-akhir ini. Demikian pula di negara
perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, kita pengetahuan kewirausahaan diajarkan di
bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan
dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam tinggi di berbagai kursus bisnis. Jadi
kegiatan usahanya. Meredith memberikan ciri- kesimpulannya kewirausahaan itu dapat
ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha diajarkan. Berikanlah para siswa penanaman
sebagai orang yang: sikap-sikap perilaku untuk membuka bisnis
a) Percaya diri kemudian kita akan membuat mereka menjadi
b) Berorientasi tugas dan hasil seorang wirausaha yang berbakat (Buchari
c) Berani mengambil risiko Alma 2000:5).
d) Berjiwa kepemimpinan Pendidikan kewirausahaan merupakan
e) Brorientasi ke depan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia
f) Keorisinalan. pendidikan terhadap kemajuan bangsanya. Di
Jadi, untuk menjadi wirausaha yang dalam pendidikan kewirausahaan diperlihatkan
berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki di antaranya adalah nilai dan bentuk kerja untuk
adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. mencapai kesuksesan. Menurut Suparman
Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut Suhamidjajabahwa:”Pendidikan kewirausahaan
dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, adalah pendidikan yang bertujuan untuk
atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri menempa bangsa Indonesia sesuai dengan
ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman kepribadian Indonesia yang berdasarkan
usaha. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa Pancasila”. Dalam arti yang lebih luas bahwa
seseorang wirausaha adalah seseorang yang pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan
memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam untuk membelajarkan manusia Indonesia
berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi
yang memiliki kemampuan untuk menciptakan yang dinamis dan kreatif sesuai dengan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan
the new and different) atau kemampuan kreatif pancasila.
dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan
tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang
dan kemauan untuk memulai usaha (start up), independen atau terpisah dari ilmu-ilmu yang
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang lain:
baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk a. kewirausahaan berisi body of
mencari peluang (opportunity), kemampuan dan knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada
333
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
teori, konsep dan metode ilmiah yang ketinggalan atau menyamai negara yang
lengkap sudah maju.
b. kewirausahaan memiliki dua konsep yaitu k. Untuk menumbuhkan cara berpikir yang
posisi venture start-up danventure-growth. rasional dan produktif dalam memanfaatkan
Ini jelas tidak masuk dalam frame work waktu dan faktor-faktor modal yang dimiliki
general management cources yang oleh wirausaha tradisional pribumi.
memisahkan management dan Perlunya Pendidikan Kewirausahaan
businessownership Kewirausahaan tidak muncul secara
c. kewirausahaan merupakan disiplin ilmu mendadak, akan tetapi melalui proses
yang memiliki objek tersendiri, yaitu pembelajaran. Perlunya pendidikan
kemampuan untuk menciptakan sesuatu kewirausahaan bagi setiap orang antara lain
yang baru dan berbeda sebagai berikut :
d. kewirausahaan merupakan alat untuk a) Tenaga-tenaga wirausaha mempunyai
menciptakan pemerataan berusaha dan kemampuan luar biasa. Oleh karena itu,
pemerataan pendapatan atau kesejahteraan sudah sewajarnya memberikan kesempatan
rakyat yang adil dan makmur. kepada setiap manusia memiliki kepribadian
e. Dari uraian konsep pendidikan wirausaha. Ilmu kewirausahaan dapat
kewirausahaan di atas, dapat disimpulkan dibentuk, dilatih, dididik, dikembangkan
bahwa kewirausahaan pada dasarnya dan ditingkatkan jumlahnya.
terfokus pada upaya untuk mempelajari b) Seorang yang berjiwa wirausaha, diri
tentang nilai, kemampuan dan perilaku sendirilah yang menjadikan seorang
seseorang dalam berkreasi dan inovasi. Oleh manusia yang berkepribadian dan berwatak
sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah unggul, memberikan kemampuan untuk
nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang membersihkan sikap mental negatif, serta
diwujudkan dalam bentuk sikap. meningkatkan daya saing dan daya juang
f. Adapun perlunya pendidikan kewirausahaan untuk mencapai kemajuan.
di Indonesia menurut R. Djatmiko c) Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu
Danuhadimedjo (1998:77) adalah: bekal bagi seseorang dalam menjalani
g. Untuk mengembangkan , memupuk dan kehidupan.
membina bibit atau bakat pengusaha d) Kewirausahaan adalah sumber peningkatan
sehingga bibit tersebut lebih berbobot dan mutu kepribadian dan kemampuan usaha.
selalu mengikuti perkembangan ilmu Usaha penggalian kewirausahaan sangat
pengetahuan yang mutakhir. mutlak diharapkan oleh setiap orang.
h. Untuk memberikan kesempatan kepada Ada beberapa manfaat yang dapat
setiap manusia supaya sedapat mungkin dan diperoleh oleh suatu masyarakat dan negara
menumbuhkan kepribadian wirausaha. dengan adanya orang-orang yang berjiwa wira-
i. Pendidikan kewirausahaan menjadi manusia usaha, antara lain sebagai berikut :
berwatak dan unggul, memberikan a. Sebagai generator dan sumber penciptaan
kemampuan untuk membersihkan sikap serta perluasan kesempatan kerja.
mental negatif meningkatkan daya saing dan b. Sebagai pelaksanaan pembangunan yang
daya juang. dapat dipercaya integritasnya dan
j. Dengan demikian apabila kepribadian berdedikasi memajukan lingkungannya.
wirausaha kita miliki, maka negara kita yang c. Sebagai penolong orang lain agar orang lain
sedang berkembang ini akan dapat menyusul mampu membantu dan menolong dirinya.
d. Sebagai pembayar pajak yang teratur.
334
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
e. Sebagai sumber tenaga manusia yang ideal. membentuk para wirausahawan atau pebisnis
Kecenderungan yang terjadi pada yang handal dan tangguh. Siap menghadapi
masyarakat, kebanyakan dari mereka lebih tantangan yang akan mereka hadapi. Besar
menginginkan pekerjaan yang mapan setelah kecilnya resiko akan mereka pertinmbangkan
menyelesaikan pendidikannya. Mereka tidak matang-matang, melakukan segala hal dengan
mau mengawali kehidupan setelah lulus dengan petunjuk yang mereka ketahui tanpa adanya
memulai suatu usaha. Kesuksesan seseorang kebimbangan yang tidak pasti.
mereka lihat dari ukuran seberapa makmur
kehidupan orang tersebut, berapa besar gaji Analisis SWOT
yang diperolehnya, apakah ia sudah memiliki Analisis SWOT (Strength, Weakness,
mobil mewah atau rumah yang indah. Padahal, Opportunity, Threat) merupakan alat analisis
sukses tidaknya seorang wirausahawan bukan yang digunakan untuk mengidentifikasi
dilihat dari sudut pandang kemakmuran dan berbagai faktor yang berpengaruh dalam
kesejahteraan seseorang. Namun lebih dinilai merumuskan strategi perusahaan (Lipinski,
dari usaha apa yang telah diperbuat dalam 2002; Rangkuti, 2006). Berbagai faktor
pekerjaannya, baik itu dengan memulai suatu lingkungan eksternal yang mempengaruhi
usaha sendiri atau lewat pekerjaan yang perusahaan dibandingkan dengan faktor
digelutinya. lingkungan internal yang dimiliki perusahaan
Pendidikan kewirusahaan sekarang ini untuk mendapatkan berbagai alternatif strategi
cenderung kepada bagaimana memulai suatu sesuai dengan hasil formulasi pada matriks
usaha dan mengelola usaha tersebut dengan SWOT (Rangkuti, 2003; Dyson, 2004; Rangkuti
baik. Wirausaha bukan berarti harus memiliki 2006).
suatu usaha. Wirausahawan secara umum adalah
orang-orang yang mampu menjawab tantangan- METODE
tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang
yang ada. Bekerja keras unutk menjawab Pengumpulan data dengan menyebarkan angket
tantanga-tatangan yang ada dan memanfaatkan kepada para mahasiswa Fakultas Bisnis dan
peluang-peluang yang ada dengan sebaik- manajemen yang telah mengikuti perkulahan
baiknya tanpa harus melanggar aturan dan etika kewirausahan 1 dan Kewirausahaan 2. Adapun
yang ada. jumlah mahasiswa yang diminta mengisi angket
Pendidikan kewirausahaan sangatlah ini dari 3 angkatan yang berbeda (Angkatan
penting bagi wirausaha, agar mereka tidak 2011, Angkatan 2012 dan Angkatan 2013).
meraba-raba dalam melakukan bisnis mereka. Masing-masing angkatan sebanyak 100
Dengan adanya pendidikan maka mereka akan mahasiswa. Jadi total mahasiswa yang diminta
mempertimbangkan semua yang akan mereka mengisi angket sebanyak 300 orang
lakukan dengan matang. Pendidikan akan

335
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 1. Hasil Evaluasi Lingkungan Internal Universitas Widyatama

Factor Strategis Bobot Rating Skor


Kekuatan
Staf pengajar mata kuliah kewirausaahan 0,120 4 0,464
SAP dan GBPP mata kuliah kewirausahaan 0,116 3 0,354
Sarana dan prasarana pendidikan 0,109 2 0,327
Kegiatan-kegiatan penunjang kewirausahaan 0,107 1 0,324
Kelemahan
Jalinan kerjasama yang terbatas 0,101 4 0,303
Sumber daya para pelatih 0,099 3 0,294
Informasi kondisi pasar 0,127 2 0,234
Minat dan ketrampilan mahasiswa 0,106 3 0,212
Ketersediaan modal usaha 0,135 1 0,127
TOTAL 2,641
Sumber : data primer dioleh 2016

HASIL & PEMBAHASAN Ketersediaan modal merupakan kelemahan


utama yang mempunyai pengaruh paling besar
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa terhadap pendidikan kewirausahaan. Hal ini
terdapat empat faktor kunci kekuatan yang ditunjukkan dengan nilai skor yang diperoleh
pendidikan kewirausahaan . Adapun faktor dari matriks IFE sebesar 0,135 dengan nilai
kekuatan tersebut meliputi tersedianya Staf rating 1. Sesuai dengan yang disampaikan
Pengajar mata kuliah Kewirausahaan, SAP dan Tambunan (2003) bahwa, lemahnya modal yang
GBPP mata kuliah Kewirausahaan, Sarana dan dimiliki para pengusaha berdampak buruk pada
Prasarana pendidikan Kewirausahaan, dan keberlanjutan serta pengembangan usaha.
Kegiatan-kegiatan penunjang Kewirausahaan. Keberadaan jumlah modal yang terbatas, akan
Dari keempat faktor tersebut, tersedianya Staf sulit bagi suatu industri untuk mencukupi
Pengajar mata kuliah Kewirausahaan kebutuhan pembiayaan produksi mulai dari
merupakan faktor kunci kekuatan yang memiliki pembiayaan bahan baku, pembiayaan tenaga
nilai skor tertinggi sebesar 0,465 dengan rating kerja, maupun pembiayaan produksi. Dengan
bernilai 4. Hal ini menunjukkan bahwa demikian dibutuhkan adanya sumberdaya modal
ketersediaan staf pengajar yang tepat merupakan yang dapat mendukung baik dari kelembagaan
faktor kekuatan yang paling berpengaruh dalam permodalan swasta maupun lembaga
mendukung upaya pendidikan kewirausahaan. permodalan pemerintah seperti koperasi simpan
Terdapat lima elemen kunci faktor kelemahan pinjam, Bank Perkreditan Rakyat yang dapat
yang mempengaruhi pendidikan kewirausahaan, menjamin keberlangsungan industri. Dalam
diantaranya adalah Jalinan kerjasama yang pelaksanaannya, juga dibutuhkan dukungan
terbatas, Sumber daya para pelatih, Informasi pemerintah yang mengatur perundang-
kondisi pasar, Minat dan Ketrampilan undangan serta peraturan yang jelas mengenai
mahasiswa, dan ketersediaan modal usaha, peminjaman modal bagi industri kecil.
336
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
ancaman. Faktor-faktor tersebut kemudian
Hasil Evaluasi Lingkungan Eksternal dievalusi menggunakan Matrix External Factor
Industri Evaluation (EFE). Dengan melakukan evaluasi
Identifikasi yang dilakukan terhadap lingkungan terhadap faktor-faktor tersebut, dapat ditentukan
pendidikan kewirausahan di Universitas strategi yang tepat dalam melakukan Pendidikan
Widyatama menunjukkan adanya beberapa Kewirausahan. Hasil Perhitungan EFE dapat
faktor berpengaruh yang terdiri dari peluang dan dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Matrik Hasil Perhitungan External Factor Evaluation (EFE)

Factor Strategis Bobot Rating Skor


Kekuatan
Dukungan dari pemerintah 0,130 4 0,521
Ketrampilan para pelatih 0,127 4 0,508
Tempat pelatihan kewirausahaan 0,116 3 0,347
Bahan baku yang tersedia 0,114 3 0,312
Pangsa pasar 0,111 2 0,221
Ancaman
Harga produk 0,112 2 0,337
Hokum dan perundangan 0,069 4 0,277
Daya beli masyarakat 0,106 3 0,211
Pengusaha sejenis 0,125 1 0,211
TOTAL 1 2,860
Sumber : data primer dioleh 2016

Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal, Prioritas Strategi pendidikan kewirausahaan,


diketahui bahwa dukungan dari pemerintah setelah ditentukan hubungan keterkaitan
merupakan faktor eksternal yang memiliki nilai diantara tiap alternatif yang diperoleh, maka
skor paling tinggi sebesar 0,521 dengan rating 4. dilakukan pembobotan menggunakan metode
Hal ini menunjukkan bahwa dukungan dari Analytical Network Process untuk menentukan
pemerintah merupakan faktor peluang yang nilai prioritas dari setiap alternatif strategi.
sangat berpengaruh dan dapat dimanfaatkan Setiap alternatif strategi memiliki bobot
dengan sangat baik oleh pihak perguruan tinggi prioritas yang berbeda-beda. Dasar pemilihan
dalam pelaksanaan dan pengembangan strategi penciptaan nilai yaitu berdasarkan nilai
pendidikan kewirausahan di perguruan tinggi. bobot yang telah disesuaikan. Berdasarkan hasil
pembobotan yang ada pada Tabel 4.3, dapat
Alternatif Strategi Pengembangan Industri diketahui urutan alternatif strategi mulai dari
Dari hasil perhitungan matrix IFE dan EFE, bobot yang tertinggi hingga terendah.
didapatkan fomulasi strategi yang tepat untuk
diterapkan pada pendidikan kewirausahaan.

337
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Bobot Alternatif Strategi
Factor Strategis Bobot Rating Skor
Kekuatan
Dukungan dari pemerintah 0,130 4 0,521
Ketrampilan para pelatih 0,127 4 0,508
Tempat pelatihan kewirausahaan 0,116 3 0,347
Bahan baku yang tersedia 0,114 3 0,312
Pangsa pasar 0,111 2 0,221
Ancaman
Harga produk 0,112 2 0,337
Hokum dan perundangan 0,069 4 0,277
Daya beli masyarakat 0,106 3 0,211
Pengusaha sejenis 0,125 1 0,211
TOTAL 1 2,860
Sumber : data primer dioleh 2016

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa strategi tinggi dalam upaya menciptakan para
Ikatan kerjasama dengan lembaga lulusan yang memiliki minat dan jiwa serta
pengembangan kewirausahaan merupakan kesiapan menjadi para wirausaha.
strategi dengan nilai bobot tertinggi sebesar 2. Menyiapkan para staf pengajar yang handal
0.226. Melakukan ikatan kerjasama dengan dimana tidak hanya mengerti soal teori tetapi
lembaga kewirausahaan akan memberikan mampu mempraktekkan bagaimana menjadi
dukungan yang kuat terhadap kinerja usaha seorang wirausaha yang sukses.
kewirausahan dan itu merupakan hal yang harus 3. Mengajarkan kepada para mahasiswa
dikuasai oleh mahasiswa. Menjalin kerjasama bagaimana cara untuk menjalin kerjasama
dengan lembaga pengembangan kewirausahaan dengan lembaga penembangan
memberikan dampak yang baik dalam hal kewirausahaan. Agar para lulusan dapat
perbaikan mutu dan kualitas produk (Assauri, menjalin kerjasama dengan semua pihak
2004). dalam upaya pengembangan usahanya.

SIMPULAN & SARAN Saran

Simpulan Untuk meningkatkan kesiapan para mahasiswa


sebagai wirausaha muda, maka selama kulaih
Dari hasil olah data didapat bahwa agar para mahasiswa harus:
perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan 1. Diwajibkan mencoba satu jenis bisnis.
yang memiliki minat dan jiwa kewirausahan, 2. Diwajibkan mencari informasi untuk
maka strategi yang harus dilakukan adalah : pengembangan usahanya dan menjalin
1. Menggunakan kesempatan yang telah kerjasama dengan Bank, dan Koperasi
disediakan oleh pemerintah sebagai dalam upaya pengembangan bisnisnya.
dukungan pemerintah kepada perguruan

338
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN Norman, C. 2009. Konsep Kewirausahaan.
(Online). (http://ciptonorman.com),
Badan Pusat Statistik. 2007. Jumlah wiraswasta diakses 8 Mei 2012.
Indonesia . (Online),
(http://www.bps.go.id), diakses 8 Maret Suryana. 2001. Konsep Kewirausahaan Dalam
2012. Mengembangkan Ide-ide Usaha.
(Online).
Hasibuan. 2005. Pengertian Motivasi. (Online). (http:// www.blogekonomi.com) diakses
(http://hasibuan.go.id), diakses 9 Mei 8 Mei 2012.
2012.
Taufik, R. 2011. Mendidik Jiwa Wirausaha
Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Anak Sejak Dini. Online)
Panduan bagi Mahasiswa untuk ,(http://www.smkdarunnajah.sch.id/2011
Mengenal, Memahami, dan Memasuki /09/21/mendidik-jiwa-wirausaha-anak-
Dunia Bisnis. Jakarta: Erlangga. sejak-dini/), diakses 7 Mei 2012.

Iskandar. 2012. Peran Motivasi Dalam Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman
Wirausaha. (Online), Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis,
(http://blogpendidikan.com/2012/01/01/p Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir,
eran-motivasi-dalam-wirausaha/), Laporan Penelitian. Edisi Kelima.
diakses 9 Mei 2012. Malang: Universitas Negeri Malang.

Munford, A. 1995. Learning Style and Wordprees. 2011. Konsep Kewirausahaan Dan
Mentoring. (Online), Pendidikan
(http://gstandi.myflexiland.com/1995/05/ Kewirausahaan. (Online),(http://
23/learning-style-and-mentoring/), khmadsudrajat.wordpress.com/2011/06/2
diakses 9 Mei 2012. 9/konsep-kewirausahaan-dan-
pendidikan-kewirausahaan/),
diakses 8 Mei 2012.

339
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan Kampus Melalui Inkubator Bisnis
Berbasis Sinergi Akademisi, Pemerintah Dan Dunia Usaha

Faidal
Program Studi D3 Entrepreneurship FEB UTM
Email : faidalmubarok@gmail.com

Abstrak : Selama ini pembelajaran mata kuliah kewirausahaan di beberapa perguruan tinggi masih
lebih banyak menekankan pada peningkatan aspek pengetahuan (kognitif), hal ini diketahui dari
kompetensi yang ingin dicapai pada tataran memahami, menjelaskan dan mengidentifikasi
kewirausahaan, masih belum banyak diberikan kesempatan oleh pihak kampus sebagai agent
kewirausahaan dan pada tahap evaluasipun masih mengandalkan ujian tulis, tugas paper tentang
kewirausahaan. kurangnya sinergi akademisi, pemerintah dan dunia usaha juga menjadi kendala
utama tidak efektifnya kurikulum kewirausahaan di perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan kurikulum kewirausahaan yang efektif, sinergis yaitu modul kewirausahaan melaui
FGD dan lokakarya kewirausahaan, Pemberian pendampingan pada tenan (Mahasiswa dan alumni),
dan akses jaringan dan finansial dengan pihak pembiayaan baik perbankan, program pemerintah
ataupun BUMN. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah
primer dan sekunder. Responden dalam penelitian ini adalah para pengajar kewirausahaan di masing-
masing program studi, pengelola program mahasiswa wirausaha DIKTI, pengelola Inkubator Bisnis
dan para dosen D3 kewirausahaan di fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura. pengumpulan
data dilakukan dengan survey, observasi, kuisioner, indept interview, FGD dan lokakarya.

Kata Kunci : Kewirausahaan, Inkubator bisnis, Sinergi

Dengan hadirnya Masyarakat Ekonomi Dalam dunia wirausaha tak hanya


ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015, memerlukan niat untuk membuka dan
Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan usaha tapi juga memberikan
memanfaatkan keunggulan skala ekonomi inovasi baru dalam dunia wirausaha yang
dalam negeri sebagai basis memperoleh tujuannya bukan untuk mencari laba melainkan
keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih mencari dan memperdalam pengalaman dalam
memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko berwirausaha. Universitas Trunojoyo Madura
yang akan muncul bila MEA telah berperan tinggi dalam menyokong
diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk terbentuknya wirausaha-wirausaha baru yang
professional diharapkan dapat lebih peka sukses dan berdaya saing. Dan ini semua
terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat sejalan dengan visi dan misi Universitas
mengantisipasi risiko-risiko yang muncul Trunojoyo Madura yang kemudian diturunkan
dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang baik ke dalam Program Kerja Universitas Trunojoyo
antara otoritas negara dan para pelaku usaha Madura. Bagi kita untuk mengaplikasikan
diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan inkubasi bisnis tidak hanya dibutuhkan
sosial (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, kreatifitas semata. Tetapi juga dibutuhkan
serta perlu adanya peningkatan kemampuan ketekunan, keseriusan dalam membangun,
serta daya saing tenaga kerja (SDM) dan semangat pantang menyerah, dan kemampuan
perusahaan di Indonesia. Jangan sampai berpikir jauh kedepan (visioner).
Indonesia hanya menjadi penonton di negara Pendidikan kewirausahaan sebagai
sendiri di tahun-tahun mendatang. bagian dari pengembangan kewirasuahaan
340
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
nasional merupakan suatu upaya yang a. UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem
sistematis dan kompleks, hal ini dikarenakan Nasional Penelitian, Pengembangan dan
kewirausahaan merupakan hasil interaksi, Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
integrasi dan refleksi ide, ekepektasi dan Teknologi
aktivitas satu orang dengan orang lain b. UU No. 17 Tahun 2007 tentang
(Priyanto, 2009); di sisi lain, kewirasuahaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
juga dipengaruhi oleh banyak aspek Nasional Tahun 2005 – 2025
lingkungan, seperti budaya, karakter dan c. Perpres No.35 Tahun 2007 tentang
kebijakan mengenai kewirausahaan itu Pengalokasian Sebagian Pendapatan
sendiri. Sehingga upaya untuk pengembangan Badan Usaha Untuk Peningkatan
budaya kewirausahaan dikalangan mahasiswa Kemampuan Perekayaan, Inovasi dan
tidak dapat dilakukan atau dibebankan pada Difusi Teknologi
salah satu unsur saja yaitu lembaga pendidikan d. Perpres No.32 Tahun 2011 tentang
tinggi. Lebih lanjut, hal ini memerlukan Masterplan Percepatan dan Perluasan
sinergitas dari multi pihak, sehingga Pembangunan Ekonomi Indonesia
pendekatan sinergi yang melibatkan kerjasama 2011-2025.
diantara tiga unsur perguruan tinggi, e. PP No. 20 Tahun 2005 Tentang Alih
pengusaha, pemerintah dapat dipergunakan Teknologi Kekayaan Intelektual serta
untuk menanggulangi masalah kompleksitas Hasil Kegiatan Penelitian dan
tersebut sehingga dapat menghasilkan sistem Pengembangan oleh Perguruan Tinggi
dan pendidikan kewirausahaan yang dan Lembaga Litbang Kewajiban
komprehensif. melakukan alih teknologi kekayaan
Sinergi positif antara tiga aktor yang intelektual/ hasil litbang. Dalam
berbeda dalam membahas pengembangan pelaksanaan alih teknologi lemlitbang
inovasi yang diperkenalkan oleh Etzkowitz & perguruan tinggi wajib membentuk
dan Leydesdorff. Model ini sebagaimana yang unit kerja pengelola alih teknologi.
diungkapkan oleh Taufik (2010) menekankan f. Peraturan Menteri Negara Riset dan
bahwa interaksi antara universitas (akademisi), Teknologi Nomor 1 Tahun 2012 tentang
industri dan pemerintah merupakan kunci bantuan teknis Penelitian dan
utama bagi peningkatan kondisi yang kondusif Pengembangan Kepada Badan Usaha
bagi inovasi. Irawati (2007) mengemukakan g. Perpres No.27 Tahun 2013 tentang
model ini melibatkan universitas sebagai Pengembangan Inkubator Wirausaha
centre of excellence melalui aktivitas
akademik berbasis penelitian dan Inkubasi adalah Proses Pembinaan bagi
pengembangan, industri sebagai penyedia UKM dengan cara pendampingan dari hari ke
permintaan pelanggan berbasis aktivitas hari disertai penyediaan sarana dan prasarana
komersial serta penelitian dan pengembangan, usaha, pengembangan usaha dan dukungan
dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan manajemen serta teknologi.Sesuai dengan Surat
dimana intergrasi dari ketiga aktor yang keputusan Menteri Koperasi dan UKM No.
berbeda ini secara ideal akan meningkatkan 81.3/Kep/M.KUKM/VIII/2002 Lembaga yang
keberlimpahan pengetahuan dalam suatu bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan
wilayah dan pada gilirannya meningkatkan pengembangan usaha, dukungan manajemen
pengembangan daya saing ekonomi baik di maupun teknologi bagi Usaha Kecil dan
tingkat lokal maupun nasional. Menengah untuk meningkatkan dan
mengembangkan kegiatan usahanya dan atau
341
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pengembangan produk baru agar dapat wirausaha baru dengan semangat tinggi.
berkembang menjadi wirausaha yang tangguh, Kalangan BUMN, perusahaan swasta dan
mandiri dan berkembang melalui kegiatan berbagai lembaga swadaya masyarakat
pendampingan (inkubasi) dalam jangka waktu telah memberi perhatian besar pada
tertentu (masa inkubasi). program pembenihan kewirausahaan.
Tenant : wirausaha binaan yang membentuk
produk baru berbasis IPTEK sbg 2. Tahap Penempaan
penyewa/pengguna fasilitas inkubasi dalam Pada kebanyakan calon wirausaha yang
jangka waktu tertent sudah punya tekad berwirausaha,
Dalam konteks program diperlukan program penempaan dalam
pengembangan budaya kewirausahaan, bentuk pelatihan teknis dan praktis untuk
upaya bersama ini dapat tergambar pada Tim memulai bisnis baru. Para penyelenggara
Koordinasi Nasional Pengembangan pelatihan dan kursus di pemerintahan,
Wirausaha Kreatif di Kementerian perusahaan dan masyarakat perlu
Koordinator Perekonomian RI, mendorong memberi porsi lebih besar pada
pengembangan kewirausahaan nasional penyelenggaraan program penempaan
melalui tiga jalur terpadu Tri Tunggal wirausaha. Kegiatan mentoring dalam
Kewirausahaan yaitu Pembenihan, Penempaan bentuk konsultasi bisnis baru, conselling
dan Pengembangan, Joewono (2011) : dan pendampingan sangat diperlukan oleh
para calon wirausaha agar berani dan bisa
1. Tahap Pembenihan memulai bisnis barunya.
Pembenihan kewirausahaan dimaksudkan
untuk menanamkan atau mencangkokkan 3. Tahap Pengembangan
benih kewirausahaan pada target group Bagi wirausaha yang sudah memulai
yang potensial menjadi wirausaha. bisnisnya dan membutuhkan, perlu
Pembenihan dilakukan melalui kampanye disediakan fasilitasi untuk memperlancar
terpadu above the line dan below the line pengembangan bisnisnya agar tercipta
menggunakan media massa dan beragam wirausaha-wirausaha baru yang berdaya
pertemuan dengan audien berjumlah saing global. Fasilitasi yang diberikan di
banyak. Pembenihan dimaksudkan untuk tahap pengembangan antara lain
meningkatkan minat dan tekad para calon peningkatan akses permodalan,
wirausaha agar termotivasi untuk memulai pemanfaatan teknologi, akses pasar, dan
bisnis baru. pengembangan daya saing. Pendayagunaan
Kegiatan pembenihan kewirausahaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
yang dilakukan antara lain mendorong inovasi perlu dioptimalkan
penyelenggaraan Creative Entrepeneur dalam pengembangan kewirausahaan
Dialog pada bulan Desember 2010 dan nasional, termasuk didalamnya
Pencanangan Gerakan Kewirausahaan pengembangan lembaga dan fasilitas
Nasional pada bulan Februari 2011 inkubator bisnis dan teknologi.
bertempat di SMESCO. KADIN dan
DIKTI pada beberapa tahun terakhir ini Pengembangan Inkubator Bisnis
juga mengadakan seminar dan pelatihan Relevansi pendidikan tinggi dengan
dan dosen di belasan kota untuk kebutuhan dunia industri dan masyarakat luas
mengobarkan semangat berwirausaha di masih dipertanyakan. Efisiensi
kampus yang diikuti ribuan calon penyelenggaraan pendidikan tinggi masih
342
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dicari solusi terbaiknya. Ketiga isu tersebut Mekanisme Pengembangan Inkubator
kemungkinan menjadi penyebab tingginya Bisnis Perguruan Tinggi
tingkat pengangguran bagi lulusan Dalam rangka mengembangkan
pendidikan tinggi yang terjadi dari tahun ke Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi, maka
tahun (DGHE, 2002). Temuan dari hasil beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan
penelitian yang dilakukan melalui adalah: (1) Memanfaatkan secara optimal
Technological and Professional Skills sumberdaya manusia, sarana dan prasarana
Development sector Project,TPSDP berikut yang ada pada perguruan tinggi, (2)
ini (DGHE, 2002) dapat dijadikan ‘lessons Menselaraskan kepentingan akademik dan
learned’ bagi semua pihak yang concern bisnis, (3) Penyempurnaan dan memasarkan
dengan peningkatan kualitas penyelenggaraan hasil riset (IPTEKS) agar marketable, (4)
pendidikan tinggi. Mengembangkan jiwa kewirausahaan, inovasi
Model Inkubator Bisnis dan mandirian, (5) Pencapaian tujuan
Perguruan Tinggi dilakukan secara profesional, (6) Basis unit-
Inkubator Bisnis yang ada saat ini unit bisnis diutamakan berbasis IPTEKS,
pada umumnya dicirikan dengan : (a) (7) Dilaksanakan bertahap dan
bersifat sosial, (b) kegiatannya tidak rutin, berkelanjutan, (8) Hasil dari unit bisnis untuk
(c) merupakan kegiatan Lembaga Pengabdian pengembangan PT, dan (9) Mengunakan
Pada Masyarakat, (d) berorientasi eksternal mekanisme reward sharing.
perguruan Tinggi khususnya untuk Pengembangan INBIS perlu
pengembangan bisnis skala kecil, (e) kurang dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya perguruan kesiapan dan kemampuan Perguruan Tinggi.
Tinggi. Oleh karena itu dipandang perlu
pengembangan inkubator Bisnis Perguruan HASIL & PEMBAHASAN
Tinggi sesuai dengan kondisi yang ada. Model
pengembangan Inkubator Bisnis Perguruan Universitas Trunojoyo Madura
Tinggi (INBIS PT) perlu diarahkan pada memberdayakan lulusannya serta masyarakat
suatu lembaga fungsional yang ada di Madura dengan program inkubasi bisnis.
perguruan tinggi yang berfungsi sebagai Inkubator bisnis juga menjadi sumber
wadah inkubasi bisnis untuk mengembangkan pendapatan bagi Universitas Trunojoyo
bisnis di perguruan tinggi baik potensi Madura. Tentunya keberagaman ide, usaha,
akademik dan non-akademik, maupun pihak serta komitmen menjadi latar belakang
luar (dunia usaha) secara profesional. didirikanya Inkubator Bisnis Universitas
Fungsi yang dapat diperankan Inkubator Trunojoyo Madura (INBIS UTM) ini. Tidak
Bisnis Perguruan Tinggi adalah: (1) Penyiapan semata hanya berorientasi pada hasil akhir,
potensi bisnis perguruan tinggi untuk yakni uang. Jika masih terdapat beberapa
menjadi unit-unit bisnis Perguruan tinggi, (2) kekurangan pada lulusan Universitas
Wadah inkubasi potensi Bisnis Perguruan Trunojoyo Madura, hal ini harus segera
Tinggi, (3) Pengembangan kewirausahaan dibenahi. INBIS UTM tidak bisa bangkit hanya
mahasiswa, (4) Wadah inkubasi potensi Bisnis dengan dorongan dari Universitas Trunojoyo
Masyarakat, (4) Profit center, dan (5) Madura. Dibutuhkan peran pemerintah sebagai
Penguatan networking dalam rangka pembuat regulasi dan pihak BUMN dan swasta
pembentukan sistem informasi dan teknologi. yang bisa menjadi investor memberikan
suntikan modal. Peluang bisnis seperti ini
diharapkan bisa mendatangkan penanaman
343
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
modal dalam jumlah besar. Sehingga kewirausahaan akan lebih berkembang dan
kedepannya setiap lulusan Universitas mampu menghasilkan wirausaha-wirausahawan
Trunojoyo Madura dan masyarakat Madura muda yang tangguh yang dapat menciptakan
tidak lagi menganggur dan negara bisa lapangan pekerjaan sendiri. Melalui PMW
mengatur kepentingan lain yang lebih tahun 2009 telah di hasilkan 23 kelompok
diprioritaskan. wirausaha baru dengan total jumlah
Research, University, Technology- mahasiswaadalah 90 mahasiswa dan menyerap
based Business Incubator yang telah menjelma dana sebesar Rp 701.168.483,-. Untuk PMW
menjadi INBIS UTM, yang dasar tahun 2010, dilakukan proses seleksi yang
pengembangannya pada riset dan berbasis sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya,
sumberdaya lokal, fokus programnya adalah yaitu dengan membuka seluas-luasnya
menyediakan pelayanan untuk personil yang kesempatan untuk mengikuti program kepada
terlatih guna menjadi seorang entrepreneur seluruh mahasiswa UTM. Dari proses pertama,
yang melakukan ekstrak sains dan teknologi yaitu seminar kewirausahaan diikuti oleh 402
untuk memenuhi pasar dan berbagai peluang mahasiswa dari lima (5) fakultas yang ada di
yang tersedia. INBIS UTM akan menjadi UTM. Dari seminar ini terkumpul 89 ide usaha
wadah para pegiat kewirausahaan, mahasiswa, dari 304 mahasiswa dan yang lolos seleksi ide
alumni dan masyarakat Madura untuk usaha berjumlah 58 ide usaha dari 188
mengembangkan jiwa kewirausahaan. Dalam mahasiswa. Selanjutnya dari 58 ide usaha
hal ini adalah sebuah kewajiban dan tugas disusun proposal usaha. Proposal usaha yang
mulia bagi Universitas Trunojoyo Madura terkumpul sebanyak 47 proposal. Seleksi akhir
untuk memfasilitasi dan mengembangkan menghasilkan 29 kelompok usaha yang akan
INBIS UTM ke depan. didanai di tahun 2010 dengan total dana
Universitas Trunojoyo Madura (UTM) sebesar Rp. 700.000.000,-.
sebagai salah satu perguruan tinggi negeri Untuk lebih memaksimalkan peran TEC
penerima Program Mahasiswa Wirausaha bagi mahasiswa dan lulusan Universitas
(PMW) yang diadakan oleh DIKTI semenjak Trunojoyo Madura dalam hal penciptaan
tahun 2009. Untuk lebih meningkatkan dan lapangan kerja, selanjutnya pada bulan Januari
menumbuh kembangkan pengelolaan tahun 2013 berdasarkan surat keputusan rektor
kewirausahaan bagi mahasiswa di lingkungan Universitas Trunojoyo Madura maka nama
Universitas Trunojoyo Madura telah dibentuk “Trunojoyo Enterpreneurship Centre” (TEC)
sebuah lembaga yang diberi nama “Trunojoyo dirubah menjadi “Career Development and
Enterpreneurship Centre” (TEC). TEC Entrepreneurship Centre”(CDEC) yang
didirikan berdasarkan Surat Keputusan Rektor mempunyai tugas dan fungsi :
Universitas Trunojoyo Madura No. 1. Mengelola program Pengembangan
022/H46/2009 tanggal 11 Maret 2009. Kewirausahaan bagi mahasiswa.
Lembaga ini dibentuk dengn tujuan: 2. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada
1. Mengelola Program Pengembangan mahasiswa.
Kewirausahaan bagi mahasiswa 3. Membina dan mengembangkan wirausaha
2. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi bagi mahasiswa.
mahasiswa 4. Mengakses dan memberikan informasi
3. Membina dan mengembangkan wirausaha lapangan pekerjaan bagi para alumni
bagi mahasiswa Universitas Trunojoyo.
Melalui TEC diharapkan program- Kegiatan-kegiatan TEC yang
program pengembangan dan pengelolaan sebelumnya hanya tentang menumbuh
344
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kembangkan jiwa kewirausahaan mahasiswa, Perekonomian Setda, Bidang Ekonomi
maka setelah berganti menjadi CDEC Bappeda bangkalan.
kegiatannya bertambah dengan penyiapan (4) Sosialisasi Pedoman Umum Model
calon lulusan Universitas Trunojoyo Madura Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi.
dalam memasuki dunia kerja, memberikan (3) Penyusunan Modul untuk pelaksanaan
akses informasi lowongan kerja, serta inkubasi.
mengundang perusahaan mitra CDEC dalam (4) Penyusunan pedoman operasional
kegiatan bursa kerja di kampus. Hingga saat dalam implementasi pengembangan
ini CDEC telah mendanai lebih dari 150 Model Inkubator Bisnis Perguruan
kelompok-kelompok usaha mahasiswa, dan Tinggi secara partisipatif.
telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 20 (5) Uji Coba Modul.
instansi untuk memberikan akses informasi dan (6) Evaluasi pedoman operasional Model
perekrutan kerja bagi lulusan Universitas Inkubator Bisnis
Trunojoyo Madura.
Kemudian sejalan dengan perkembangan Penyusunan Modul untuk Proses
pemikiran maka pada awal September 2015 Inkubasi
dengan diinisiasi oleh para pegiat Sebelum kaji tindak dilakukan khususnya
kewirausahaan dan Pembantu Rektor 1 UTM untuk proses pelatihan dan pendampingan,
dimunculkanlah ide untuk mensinergikan maka penyia- pan modul harus dipersiapkan
seluruh potensi yang ada di UTM (termasuk terlebih dahulu. Modul yang dipersiapkan
CDEC) untuk meningkatkan peran UTM di adalah Pedoman Umum IINBIS Perguruan
bidang kewirausahaan dan proses hilirisasi Tinggi, serta dilengkapi dengan modul lainnya
sains dan teknologi. Dengan diikuti oleh yang meliputi : (1) Teknik inkubasi bisnis, (2)
beberapa kegiatan Focus Group Discussion Cara mengevaluasi kelayakan ide bisnis dari
(FGD). Kemudian muncullah gagasan calon unit bisnis, (3) Cara mengevaluasi
pendirian atau pembentukan Inkubator Bisnis kelayakan business plan, (4) Teknik
Universitas Trunojoyo Madura disingkat INBIS memfasilitasi investasi bagi calon unit bisnis,
UTM. Otomatis dengan berdirinya INBIS (5) Pengorganisasian bisnis, (6) Manajemen
UTM, maka CDEC otomatis melebur ke dalam pemasaran, (7) Manajemen keuangan, (8)
dan menjadi INBIS UTM. Pada tanggal 19 Teknik memenangkan persaingan dalam
Nopember 2015, INBIS UTM resmi berdiri dan bisnis, (9) Rakitan (Paket) teknologi, dan
dilaunching oleh Rektor Universitas Trunojoyo (10) Teknik pengendalian, pengawasan dan
Madura. evaluasi.
Tahapan yang sudah dilakukan diuraikan
sebagai berikut: Penyusunan Pedoman Operasional dalam
(1) Studi Banding ke Perguruan Tinggi Implementasi Pengembangan Model
yang sudah mengembangkan Inkubator Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi Secara
Bisnis secara professional seperti LPIK Partisipatif
ITB, InBiS Polban dan Incube IPB. Kegiatan ini dilakukan untuk
(2) K u n j u n g a n ol eh Ko menk o mempersiapkan implementasi pengembangan
Ekonomi Bidang Inkubator INBIS Perguruan Tinggi secara partisipatif.
Bisni s k e I nbi s UT M Pedoman operasional didasarkan pada
(3) Koordinasi dengan Pemkab Bangkalan pengelolan sumberdaya dalam pengelolaan
khususnya intansi terkait seperi Dinas INBIS Perguruan Tinggi meliputi : (a)
Koperasi UMKM, Disperindag, Bagian sumberdaya manusia, (b) sumberdaya fisik
345
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
(b) sumberdaya keuangan, (d) modul
pelatihan. Saran
Sumberdaya fisik meliputi : (a) sarana dan
prasarana perkantoran, (b) sarana fisik untuk Rekomendasi yang dapat disampaikan
proses inku- basi seperti laboratorium, berdasarkan kesimpulan studi ini adalah
bengkel, studio, dsb. Pedoman operasional sebagai berikut: (1) Mengingat salah satu
pengembangan Inkubator Bisnis Perguruan prasyarat terbentuknya jiwa kewirausahaan
Tinggi diarahkan dengan 5 tahap adalah adanya perubahan orientasi perguruan
pengembangan, yakni : (1) Tahap Persiapan, (2) tinggi, dari teaching university ke research
Tahap pembentukan, dan (3) Tahap university dan kemudian ke taraf
Implementasi, (4) Tahap Sosialisasi, dan (5) entrepreneurial university, maka harus sejak
Tahap Evaluasi. awal pemerintah mendorong dan memfasilitasi
perguruan tinggi untuk menjadi
SIMPULAN & SARAN entrepreneurial university. Langkah yang
perlu ditempuh untuk mengubah orientasi
Simpulan tersebut adalah sejak awal perguruan tinggi
mengembangkan INBIS dan mengembangkan
Kemandirian organisasi inkubator bisnis dalam budaya kewirausahaan kepada civitas
struktur organisasi kampus akan memberikan akademika. (2) Pemerintah berkewajiban
keleluasaan kepadanya untuk mengembangkan menyediakan sarana dan prasarana dan
jiwa kewirausahaan, sambil secara operasional mendorong perguruan tinggi untuk
mengembangkan unit-unit bisnis yang mengembangkan riset yang
potensial di lingkungan kampusnya. Pedoman mampu menghasilkan paket teknologi. (3)
Operasional yang disusun merupakan Pemerintah perlu mendorong tumbuhnya
penjabaran dari pedoman umum yang telah inkubator bisnis perguruan tinggi dengan
terlebih dahulu dibuat. Untuk menyiapkan dana awal, serta pelatihan
mengoperasionalkan pedoman ini, maka dan pembinaan secara partisipatif. Berbagai
diperlukan seperangkat modul, yang tediri pelatihan tentang pembentukan dan
dari: (a) Teknik Inkubasi, (b) Strategi bersaing pengembangan INBIS dan unit bisnis di
dalam bisnis, (c) Paket Teknologi, (d) perguruan tinggi yang belum berjalan
Manajemen Keuangan, (e) Managemen dengan baik harus dilakukan. (4) Perguruan
Pemasaran, (f) Bisnis Plan, (g) tinggi perlu memperkuat jejaring dengan
Pengorganisasian Bisnis, (h) Fasilitasi sesama perguruan tinggi untuk meningkatkan
Investasi, dan (i) Teknik Pengawasan dan kemampuannya di dalam
Evaluasi Bisnis. Berbagai faktor yang dapat mengimplementasikan kewirausahaan dalam
diidentifikasi sebagai faktor pelancar dan mengembangkan inkubator bisnis maupun
pembatas dalam implementasi pengembangan pengembangan unit bisnis. Pada taraf awal
INBIS Perguruan Tinggi sesuai dengan dapat dilakukan dalam kerjasama dalam
tipologi INBIS dan Satuan Usaha Komerisal bidang kependidikan kewirausahaan.
Tinggi.

346
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN Litbang Kewajiban melakukan alih
teknologi kekayaan intelektual/ hasil
Irawati, Dessy, 2007, Understanding The litbang. Dalam pelaksanaan alih
Triple Helix Model from The teknologi lemlitbang & perguruan
Perspective of the Developing tinggi wajib membentuk unit kerja
Country: A Demand or A Challange pengelola alih teknologi.
for Indonesian Case Study?, MPRA
Paper no.5829,pp.1-16. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi
Nomor 1 Tahun 2012 tentang bantuan
Joewono, Handito, 2011, Strategi teknis Penelitian dan Pengembangan
Pengembangan Kewirausahaan Kepada Badan Usaha.
Nasional Sebuah Rekomendasi
Operasional, INFOKOP Vol. 19 – Perpres No.27 Tahun 2013 tentang
JULI, pp. 1 – 23. Pengembangan Inkubator Wirausaha.

Perpres No.35 Tahun 2007 tentang Taufik, Tatang Ahmad, 2010, Kemitraan
Pengalokasian Sebagian Pendapatan dalam Pengusatan Sistem Inovasi
Badan Usaha Untuk Peningkatan Nasional, Dewan Riset nasional,
Kemampuan Perekayaan, Inovasi dan Jakarta.
Difusi Teknologi.
UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Perpres No.32 Tahun 2011 tentang Masterplan Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Ekonomi Indonesia 2011-2025. Teknologi.

PP No. 20 Tahun 2005 Tentang Alih Teknologi UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Kekayaan Intelektual serta Hasil Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan 2005 – 2025.
oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga

347
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Analisis Dampak Program Community Development Universitas Prasetiya Mulya
bagi Pengembangan Kemampuan Pembuatan Rencana Bisnis
oleh Mahasiswa : Pendekatan Kualitatif

Muhammad Setiawan Kusmulyono


Faizal Ahmad
Prasetiya Mulya School of Business and Economics – Universitas Prasetiya Mulya

ABSTRACT: This paper, that using a qualitative approach, aims to discuss the methods of learning
experiential learning that inherent in Community Development Program of Prasetiya Mulya University
and also its impact on student’s ability to create a business plan. Experiential learning is learning method
where students are plunged into the field to get direct experience in managing a business in a real
situation. This enables students to improve insight and technical skill in creating a business plan.

Keywords: Experiential Learning, Practical Learning, and Business Plan

Perkembangan kewirausahaan sebagai salah wirausaha (Barringer, Bruce dan Ireland, 2012,
satu peran utama dalam menggerakkan hal. 32).
perekonomian dunia selalu menjadi topik Walaupun Di Indonesia sendiri, dapat
menarik untuk dibahas. Beberapa praktik dikatakan perkembangan kewirausahaan masih
maupun studi bermunculan untuk dapat terbatas. “Perkembangan wirausaha Indonesia
menyajikan pengalaman dan wawasan baru masih terbatas. Hal ini tercermin dari tiga hal.
dalam berjalannya waktu. Peminatan terhadap Pertama, Populasi wirausaha baru mencapai
kewirausahaan sendiri terlihat dari beberapa angka 1,65 persen dari jumlah penduduk, jauh
riset yang dikembangkan oleh beberapa tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga
organisasi penggerak atau pemerhati bidang seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura yang
kewirausahaan. Salah satunya adalah Global sudah mencapai di atas 4 persen," ungkap
Entrepreneurship Monitor (GEM) yang Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim
melakukan survei di 59 negara dimana sekitar Alamsyah (Pertumbuhan Wirausaha, 2014, par.
110 juta orang diantara usia 18 sampai 64 tahun 2).
baru memulai bisnis dan sekitar 140 juta sudah Akan tetapi kemunculan beberapa start-
menjalankan bisnis kurang lebih 3,5 tahun up seperti mampu mencuri perhatian orang
(Barringer, Bruce dan Ireland, 2012, hal. 139). banyak karena ide serta pengembangan idenya
Hal tersebut memperlihatkan bahwa yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat.
kewirausahaan menunjukkan perkembangan Beberapa literatur juga menggaris bawahi
yang cukup signifikan di seluruh dunia tidak kebutuhan yang muncul di masyarakat menjadi
terkecuali di negara maju ataupun berkembang. penting untuk dianggap sebagai peluang
Banyak orang juga mulai memandang wirausaha. Peluang dapat diartikan sebagai
berwirausaha sebagai pilihan karir yang suatu kondisi dimana muncul kebutuhan untuk
menarik, dapat dilihat disekitar kita seperti membuat layanan, produk atau bisnis baru
teman atau orang yang kita kenal paling tidak (Barringer, Bruce dan Ireland, 2012, hal. 69).
satu atau dua orang menginginkan menjadi Faktor-faktor yang mampu memunculkan
348
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
peluang bisa dari segi tren perubahan mikro baik di level rumah tangga ataupun
lingkungan baik ekonomi, sosial, teknologi dan komunitas. Sebagaimana salah satu misi dari
politik atau kebutuhan akan pemecahan suatu Program Community Development adalah
masalah. meningkatkan kapasitas dan pengetahuan bisnis
Salah satunya adalah Gojek dimana masyarakat pedesaan.
muncul dari obrolannya dengan tukang ojek Bentuk pembelajaran praktis yang
langganannya ia mengetahui bahwa sebagian diberikan kepada mahasiswa dalam Program
besar waktu tukang ojek justru dihabiskan untuk Community Development adalah memulai
menunggu penumpang dan menunggu giliran dengan melakukan perencanaan, implementasi,
dengan tukang ojek lainnya. Di sisi lain ia pun monitoring dan evaluasi pengembangan usaha
menyadari bahwa ojek selama ini belum yang dilakukan bersama mitra. Memang untuk
memberikan kenyamanan dan keamanan (Kisah menjadi wirausaha yang secara baik terencana,
Sukses, 2015, par. 2). Dan seiring diperlukan rencana bisnis untuk dapat
perkembangan waktu, Gojek menjadi salah satu menjalankan usaha dengan lebih sistematis dan
usaha yang sangat familiar di kalangan tersiapkan.
masyarakat luas di Indonesia. Perkembangan kewirausahaan menuntut
Perkembangan wirausaha tersebut adanya persaingan yang nyata bagi para pelaku
kemudian juga membuka peluang bagi banyak wirausaha itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan
Perguruan Tinggi di seluruh dunia untuk mulai suatu strategi dan perencanaan yang matang dari
membuka sekolah bisnis sebagai suatu media para perlaku wirusaha itu sendiri. Banyak para
pusat pembelajaran, pengkajian dan wirausaha yang tidak memiliki rencana usaha
pengembangan kewirausahaan. Di dunia sendiri ketika memulai, ada juga yang memulai usaha
banyak bermunculan sekolah-sekolah tinggi dengan rencana yang cukup baik namun tidak
seperti Harvard Business School, Stanford didokumentasikan dan ada juga wirausaha yang
Graduate School of Business, London Business memulai usaha dengan membuat dokumen
School dan lain-lain (10 Fakultas Bisnis, 2015, rencana usaha terlebih dahulu.
par. 1-3). Bahkan di negara maju seperti Amerika
Universitas Prasetiya Mulya, sebagai pun hanya sekitar 31 persen dari 600 wirausaha
salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang diriset oleh Wells Fargo/Gallup Small
bernuansa kewirausahaan, memiliki perhatian Business Study yang memutuskan untuk
yang sangat kuat terhadap perkembangan memulai suatu usaha dengan membuat dokumen
kewirausahaan baik secara kurikulum maupun rencana usaha terlebih dahulu (Barringer, Bruce
aktivitas di luar kurikulum. Salah satu yang dan Ireland, 2012, hal. 137).Beberapa manfaat
menjadi ciri khas dari Universitas Prasetiya dapat dirasakan bagi para wirausaha yang baru
Mulya adalah keseimbangan yang diberikan memulai atau yang sudah mulai berjalan. Salah
antara pengetahuan teoritis dan juga praktik. satunya adalah ketika menulis rencana bisnis
Bentuk nyata dari kegiatan yang dapat dapat juga mendorong kita untuk mempelajari
menunjang ciri khas tersebut adalah Program seluruh aspek dari bisnis kita sendiri, suatu
Community Development Project yang sudah proses yang akan sulit untuk diaplikasikan
hampir 9 tahun diadakan di berbagai desa di dengan cara yang lain (Barringer, Bruce dan
wilayah Jawa Barat. Kegiatan tersebut bertujuan Ireland, 2012, hal. 140).
untuk mendekatkan mahasiswa dalam Begitu juga di Universitas Prasetiya
mempraktikkan ilmu-ilmu yang sudah dipelajari Mulya sebagai salah satu perintis sekolah bisnis
di kampus dan di sisi lain dapat memberikan di Indonesia. Mahasiswa (khususnya mahasiswa
kontribusi positif dalam mengembangkan usaha jurusan bisnis), dirancang untuk pada akhirnya
349
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
mampu membuat proyek bisnis untuk mereka memperkenalkan bisnis kita kepada investor
sendiri. Hal tersebut sesuai dengan salah satu atau pemangku kepentingan lain yang menjadi
tujuan diadakannya Program Studi Manajemen subjek penting dalam peluang pengembangan
Bisnis yaitu untuk menghasilkan wirausahawan usaha (Barringer, Bruce dan Ireland, 2012, hal.
terdidik yang mampu mengaplikasikan konsep 138).
bisnis ke dalam praktik bisnis yang nyata. Dengan demikian, tujuan penelitian ini
Kemudian, program ini juga dirancang adalah untuk mengetahui gambaran proses
untuk menumbuhkan karakter entrepreneurial pembelajaran yang diterima oleh mahasiswa S1
dan kepekaan sosial dari lulusannya dengan Universitas Prasetiya Mulya angkatan 2013
selalu membiasakan mahasiswa untuk melalui pengalaman mengikuti Program
mendesain konsep bisnis inovatif yang mampu Community Development 2015 dan dampak
menjadi solusi bagi permasalahan sosial Program Community Development 2015 bagi
maupun lingkungan. Untuk bisa menunjang pengembangan kemampuan mahasiswa
kemampuan dalam memahami teori dan praktik, angkatan 2013 dalam membuat rencana bisnis.
Universitas Prasetiya Mulya memiliki satu
program yang juga merupakan salah satu bentuk Program Community Development
pengamalan dari Tri Darma Perguruan Tinggi Universitas Prasetiya Mulya
yaitu pengabdian. Pengabdian Universitas Program Community Development menjadi
Prasetiya Mulya yang paling besar adalah media bagi Universitas Prasetiya Mulya dalam
melalui Program Community Development mewujudkan salah satu dari tiga dharma
dimana mahasiswa dan dosen ikut serta turun ke Perguruan Tinggi yaitu pengabdian. Program ini
desa membantu mengembangkan usaha mikro bertujuan untuk mendukung pengembangan
yang ada di sana. kewirausahaan secara lebih menyeluruh
Dalam Program Community sekaligus sebagai sebuah program kuliah kerja
Development itu, mahasiswa diharapkan nyata (KKN) berbasis kewirausahaan di
mampu mempraktikkan pelajaran yang sudah pedesaan. Jadi selain sebagai program
didapat di kelas untuk mengembangkan usaha kewirausahaan bagi masyarakat, Program
mitra. Mahasiswa juga perlu menyelesaikan Comdev menjadi salah satu sarana Prasetiya
tugas-tugas yang Program Community Mulya untuk melakukan revitalisasi program
Development sudah siapkan. Tugas tersebut KKN nasional agar lebih berdaya guna dan tepat
meliputi beberapa fase mulai dari rancangan manfaat bagi kemandirian masyarakat desa.
perencanaan pengembangan usaha, monitoring Program Community Development
dan evaluasi serta pelaporan hasil memiliki visi “Mewujudkan desa mandiri yang
perkembangan usaha. Perencanaan sebagai fase memiliki keterampilan berwirausaha”.
yang cukup krusial didesain dengan format- Sedangkan misinya adalah (1) Meningkatkan
format yang lengkap dan merangkum pelajaran- kapasitas dan pengetahuan bisnis masyarakat
pelajaran yang sudah di pelajari ketika di kelas pedesaan, (2) Menstimulasi semangat dan
(lihat Lampiran 1 dan 2). motivasi masyarakat pedesaan untuk
Selain itu terdapat juga manfaat lain dari menjalankan dan mengembangkan usaha, (3)
pembuatan perencanaan bisnis tersebut yaitu Meningkatkan hubungan kerjasama antara
bagi internal usaha dapat berguna untuk masyarakat perdesaan, aparatur pemerintah, dan
mengembangkan ‘roadmap’ yang dijadikan pelaku usaha di desa, dan (4) Meningkatkan
sebagai dokumen navigasi dalam menjalankan pemanfaatan potensi lokal pedesaan.
rencana dan strategi Di sisi lain, rencana bisnis Program Comdev terbagi ke dalam 3
juga dapat dijadikan sebagai dokumen untuk tahap, pembekalan, living in village, dan
350
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pendampingan. Tahap kritikal berada di tahap selama 4 (empat) bulan untuk presentasi
living in village dimana mahasiswa selama 1 perkembangan usaha mitra. Hingga pada
bulan penuh akan tinggal bersama mitra di desa. akhirnya diharapkan mitra sudah mampu
Selama 1 bulan, mahasiswa tersebut akan mandiri untuk dapat menjalankan ide-ide atau
menjalankan bisnis yang ide bisnisnya sudah rencana aksi yang sudah dibuat atau
disepakati bersama dengan para mitra. dilaksanakan bersama dengan mahasiswa.
Pada tahap persiapan, mahasiswa akan Ketiga tahap tersebut dikaitkan dengan
diberikan pembekalan mengenai wilayah yang tugas-tugas yang diberikan oleh tim pelaksana
akan dijadikan lokasi Live-In serta mereka akan Program Comdev. Tugas-tugas tersebut
diikutsertakan dalam kegiatan lelang mitra. disesuaikan dengan tahapan-tahapan Program
Kegiatan lelang mitra bertujuan untuk baik mulai dari persiapan, live-in dan
menghubungkan entrepreneurial capital yang pendampingan. Tugas-tugas tersebut didesain
dimiliki oleh kelompok mahasiswa dan juga untuk membantu mahasiswa dalam menyusun
mitra usaha. Pada tahap ini pula mahasiswa akan bahan perencanaan pengembangan usaha yang
mahasiswa akan dihadapkan pada tugas-tugas akan dilakukan bersama mitra.
yang berkaitan dengan pengamatan, Experiential Learning
pengidentifikasian, pembuatan rencana dan Experiential Learning Theory (ELT),
pengajuan rencana. yang menjadi dasar model experiential learning,
Pada tahap Live-In, mahasiswa menekankan pada model pembelajaran yang
melaksanakan perencanaan yang telah diajukan holistik dalam proses belajardimana
dan transfer pengetahuan bisnis secara pengalaman mempunyai peran sentral dalam
sederhana kepada mitra, meliputi pengetahuan proses belajar. Experientiallearning disini untuk
berbisnis (keuangan, produksi, pemasaran, dan membedakan antara teori belajar kognitif yang
sumber daya manusia) dan pengetahuan cenderung menekankan kognisi lebih daripada
manajerial. Kunci pendampingan usaha intensif afektif, dan teori belajar behavior yang
yang dilakukan mahasiswa kepada mitra adalah menghilangkan peran pengalaman subyektif
melalui konsep kemitraan dan orang tua asuh. dalam proses belajar Kolb (1984) dalam
Dimana mahasiswa tinggal bersama mitra untuk Baharuddin dan Esa (2008, hal. 164).
bersama-sama membuat perencanaan, Prosedur Model Experiential
mengimplementasikan rencana, memonitor, Learning.Prosedur pembelajaran dalam
mengevaluasi hingga membuat rencana kembali experiential learning terdiri dari 4tahapan, yaitu
bersama-sama. Pada akhir tahap live-in, bisnis (1) tahap pengalaman nyata, (2) tahap observasi
akan diserahkan secara resmi kepada mitra refleksi, (3) tahap konseptualisasi, dan (4) tahap
untuk dijalankan secara mandiri. Kesuksesan implementasi. Dalam tahap di atas, proses
bisnis yang dijalankan akan lebih banyak belajar dimulai dari pengalaman konkrit yang
didominasi oleh ketekunan mitra dalam dialami seseorang. Pengalaman tersebut
mengelola bisnis tersebut, dapat sukses, dapat kemudian direfleksikan secara individu. Dalam
juga gagal. proses refleksi seseorang akan berusaha
Kemudian tahap terakhir adalah tahap memahami apa yang terjadi atau apa yang
pendampingan dimana mahasiswa mengurangi dialaminya. Refleksi ini menjadi dasar proses
intensitas pendampingan dengan hanya 2 (dua) konseptualisasi atau proses pemahaman prinsip-
kali satu bulan datang ke desa untuk memonitor, prinsip yang mendasari pengalaman yang
evaluasi dan memecahkan permasalahan yang dialami serta prakiraan kemungkinan
dialami oleh usaha mitra. Pada masa ini, aplikasinya dalam situasi atau konteks yang lain
mahasiswa juga akan masuk ke kelas tiap bulan (baru). Proses implementasi merupakan situasi
351
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dan konteks yang memungkinkan penerapan McGuire, 2010, hal. 95). Di satu sisi, rencana
konsep yang sudah dikuasai. bisnis berguna untuk memandu pemilik bisnis
Kemungkinan belajar melalui bagaimana mengembangkan dan
pengalaman-pengalaman nyata kemudian mengoperasikan bisnis. Di sisi lain, rencana
direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang bisnis berguna untuk menarik pemberi pinjaman
telah dilakukannya tersebut. Pengalaman yang atau investor untuk membiayai start-up atau fase
telah direfleksikan kemudian diatur kembali berikutnya dari bisnis.
sehingga membentuk pengertianpengertian baru Rencana bisnis Anda harus mencakup
atau konsep-konsep abstrak yang akan menjadi bagian berikut (Nunn and McGuire, 2010, hal.
petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau 95): rencana bisnis yang baik termasuk bagian
perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan dari (1) Judul Halaman, (2) Daftar Isi, (3)
refleksi dikategorikan sebagai proses penemuan Ringkasan Eksekutif, (4) Deskripsi Bisnis, (5)
(finding out), sedangkan proses konseptualisasi Manajemen (6) Analisis Bisnis dan Pasar, (7)
dan implementasi dikategorikan dalam proses Pengembangan Bisnis dan Pasar, (8) Pemasaran
penerapan (taking action). dan Penjualan, (9) Data Keuangan, (10)
Dalam proses belajar model Kolb ini Pengajuan Pendanaan, dan (11) Lampiran.
terdapat dua dimensi (Baharuddin dan Esa, Selain itu, akan mengambil sekitar dari dua
2008, hal. 165). Pertama, pengalaman langsung minggu sampai enam bulan untuk
yang konkrit pada satu pihak dan menyelesaikan proses perencanaan. Namun,
konseptualisasi abstrak pada pihak lain. Kedua, sangat penting bahwa Anda melakukan
eksperimen aktif pada satu pihakdan observasi perencanaan ini. Setelah melakukan
refleksi pada pihak lain. Individu selalu mencari perencanaan dengan cermat, akan mungkin
kemampuan belajar tertentu dalam situasi menemukan bahwa bisnis impian anda tidak
tertentu. Jadi, individu dapat beralih dari pelaku akan berjalan baik secara finansial.
menjadi pengamat dan dari keterlibatan
langsung menjadi analisis abstrak. METODE
Rencana Bisnis Penelitian ini menggunakan metode penelitian
Beberapa penelitian telah secara yang terdiri dari pendekatan kualitatif dan jenis
konsisten menunjukkan bahwa mayoritas usaha penelitian deskriptif. Sedangkan menurut
kecil dan menengah (UKM) tidak melakukan Neuman (2007, hal. 16), penelitian deskriptif
perencanaan strategis formal sama sekali (Wang menyediakan gambaran detail mengenai suatu
et al., 2007) dalam Weber, Geneste dan Julia situasi, seting sosial, atau hubungan
(2015). Tidak adanya perencanaan strategis didalamnya. Teknik pemilihan informan
formal untuk banyak pemilik usaha kecil telah menggunakan metode non-probability sampling
memicu kekhawatiran bahwa mereka mungkin dengan tipe purposive sampling yaitu digunakan
tidak mencapai kinerja secara maksimal dalam situasi yang dengan kemampuan untuk
sehingga kelangsungan hidup jangka panjang menentukan informan sesuai dengan tujuan
dari bisnis dapat berisiko. yang sudah dipikirkan (Neuman, 2007, hal.
Ukuran terbaik kesuksesan usaha kecil 142).
mungkin adalah menjadi "kepuasan pemangku Dalam penelitian ini, pengambilan data
kepentingan". Pertumbuhan juga biasanya dilakukan dengan cara wawancara semi-
diukur melalui kriteria seperti pertumbuhan terstruktur dimana akan diberikan pertanyaan
penjualan, pangsa pasar, aset, profitabilitas dan terbuka namun ada batasan tema dan alur
karyawan (Dobbs dan Hamilton, 2007). Perlu pembicaraan karena memiliki pedoman
diingat tujuan dari rencana bisnis (Nunn and wawancara yang dijadikan patokan dalam alur
352
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
urutan dan penggunaan kata sehingga walaupun dengan daerah kota yang menjadi tempat
terlihat fleksibel namun tetap terkontrol tumbuh berkembangnya mayoritas mahasiswa.
(Neuman, 2007, hal. 190). Di sisi lain Program Community
Development menjadi sarana untuk
mempraktikkan teori yang sudah di pelajari di
HASIL DAN PEMBAHASAN kelas. Walaupun melalui bisnis mitra (bukan
milik mahasiswa) mahasiswa diberikan
4.1.1 Proses Pembelajaran Mahasiswa dalam tantangan lebih dengan mengembangkan usaha
Program Community Development tapi dengan batasan-batasan. Batasan tersebut
Sebagaimana dicetuskan oleh Kolb dapat berupa resource yang terbatas,
(1984) dalam Baharuddin dan Esa (2008, hal. pengambilan keputusan yang terbatas pula
164) bahwa Experiential Learning Theory karena perlu kompromi dengan mitra, serta
(ELT), yang menjadi dasar model experiential keahlian dalam mendampingi mitra (terkait
learning, menekankan pada model dengan strategi komunikasi).
pembelajaran yang holistik dalam proses Mahasiswa juga mengalami satu hal
belajardimana pengalaman mempunyai peran yang menarik dimana mereka pertama kalinya
sentral dalam proses belajar. Hal yang menjadi berkelompok lintas jurusan bahkan di
temuan penting dalam penelitian ini dimana lingkungan yang baru pula. Hal tersebut yang
mahasiswa merasakan dampak yang cukup dirasa perlu untuk melakukan penyesuaian diri
signifikan dengan mengikuti Program yang cepat dikarenakan Program Community
Community Development. Dampak yang Development memiliki batasan waktu yang
didapatkan oleh mahasiswa tidak terbatas ketika jelas.
membicarakan mengenai tugas-tugas mata b. Tahap observasi refleksi
kuliah. Akan tetapi pengalaman mereka dalam Pengalaman konkrit diatas kemudian
mempraktikkan teori yang sudah dipelajari direfleksikan secara individu. Dalam proses
ketika di perkuliahan. refleksi seseorang akan berusaha memahami apa
Kolb juga menjelaskan mengenai yang terjadi atau apa yang dialaminya.
tahapan belajar dalam model experiential Kesadaran bahwa mereka menghadapi
learning yaitu: lingkungan yang sangat berbeda dengan
a. Tahap pengalaman nyata lingkungan mereka aslinya, mahasiswa pada
Dalam tahap di atas, proses belajar akhirnya mengungkapkan mereka perlu banyak
dimulai dari pengalaman konkrit yang dialami mengobservasi terlebih dahulu lingkungan di
seseorang. Hal ini dimulai dari kegiatan survei desa sebagai lingkungan yang baru untuk
di fase persiapan Program Community beberapa dari mereka.
Development dimana mahasiswa melakukan Mahasiswa mulai untuk melihat terlebih
kunjungan awal sebelum live-in. Ketika dahulu apa saja yang kemudian dirasa menjadi
memasuki masa live-in mahasiswa juga mulai masalah yang akan dipecahkan. Selain itu, hasil
menjalin hubungan dengan mitra dan observasi itu utamanya akan dijadikan bahan
lingkungan. Temuan lapangan mengungkapkan utama bagi mahasiswa untuk merumuskan
bahwa beberapa mahasiswa mengakui pertama perencanaan pengembangan usaha mitra.
kali live-in di desa dan mengembangkan usaha Tidak hanya di area kemitraan, tetapi
di desa. Hal tersebut yang menjadi temuan mahasiswa juga melatih diri mereka untuk bisa
menarik ketika usaha yang dikembangkan di melakukan observasi pada lingkungan yang
desa, memiliki kondisi yang juga berbeda lebih luas untuk mendapatkan gambaran
alternative-alternatif pengembangan usaha atau
353
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
potensial pasar. Satu perencanaan yang yang sudah dibuat. Bahkan di Program
komprehensif merupakan hal yang sangat Community Development, mereka diwajibkan
dituntut di Program Community Development. untuk selalu memberikan evaluasi paruh waktu.
c. Tahap konseptualisasi Walaupun, secara tidak formal mahasiswa
Pada tahap ini, refleksi diatas akan selalu melakukan proses observasi dan
menjadi dasar proses konseptualisasi atau proses konseptualisasi lagi untuk dapat merencanakan
pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari dan membuat alternative solusi lain.
pengalaman yang dialami serta prakiraan Mahasiswa memang dituntut untuk
kemungkinan aplikasinya dalam situasi atau membuat perencanaan yang realistis dalam arti
konteks yang lain (baru). harus pula diimplementasikan dan memiliki
Mahasiswa mulai merancang suatu peta dampak terhadap perkembangan usaha mitra.
masalah yang pada akhirnya mencoba untuk Hal tersebut karena tim pelaksana Program
mencari alternative solusi terhadap masalah Community Development terus melakukan
tersebut. Model kemitraan Program Community pendampingan terhadap proses mahasiswa
Development memberikan gambaran mengenai mengembangkan usaha mitra.
bagaimana mahasiswa melihat kelayakan Pada proses ini juga mahasiswa
pengembangan usaha mitra yang mungkin berkesempatan untuk ikut
sudah berjalan beberapa atau bertahun-tahun mengimplementasikan rencana hingga ke level
lamanya. Beberapa usaha dijalankan teknis. Dan kelompok mahasiswa diberikan
berdasarkan daya nalar normal dari mitra dan keleluasaan untuk membentuk pembagian
bertahan sangat lama sehingga menjadi pekerjaan, yang pada umumnya mereka
tantangan mahasiswa untuk melakukan menyatakan bahwa pembagian kerja dalam
perubahan di level kapasitas pengetahuan, kelompok bersifat lebur. Artinya dalam
perilaku bahkan budaya. implementasi perencanaan akan memungkinkan
Mahasiswa juga menghadapi tantangan mahasiswa belajar melaksanakan tugas yang
lain dimana pengembangan bisnis mitra bukan bidangnya. Hal itu menjadi nilai positif
terbentur oleh batasan-batasan pengambilan terhadap pengembangan wawasan mahasiswa.
keputusan. Mahasiswa tidak bisa leluasa
mengambil keputusan karena pada dasarnya 4.1.2 Dampak Program Community
usaha yang dikembangkan adalah bisnis mitra, Development terhadap Kemampuan
di sisi lain mahasiswa juga tidak dianjurkan Membuat Rencana Bisnis
mengambil resiko yang sebegitu besar terhadap Berdasarkan hasil temuan, dapat
bisnis mitra. Itu memunculkan satu digambarkan bahwa mahasiswa tidak
pertimbangan baru dalam merancang sepenuhnya diarahkan pada peningkatan
perencanaan pengembangan. Melalui observasi kemampuan dalam hal penulisan rencana bisnis.
yang sudah dilakukan sebelumnya, mahasiswa Ini terjadi karena memang adanya perbedaan
mulai menemukan beberapa alternative solusi antara format yang diberikan sebagai tugas
yang dapat dijadikan pilihan untuk Program Community Development dan format
diimplementasikan. Business Project S1 Bisnis Prasetiya Mulya
d. Tahap implementasi maupun Business Plan secara teoritis. Selain itu
Proses implementasi merupakan situasi memang format-format tugas Program
dan konteks yang memungkinkan penerapan Community Development, terlihat tidak
konsep yang sudah dikuasai. Dari hasil didesain sebegitu detil dan lengkap seperti yang
observasi dan merencanakan, mahasiswa dituntut dalam Business Plan atau Laporan
kemudian mulai mengimplementasikan rencana Business Project. Salah satu faktor yang
354
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
mempengaruhi adalah karena adanya perbedaan menyusun konten-konten yang ada dalam
tujuan antara penulisan laporan tugas rencana bisnis.
Community Development dengan Business Rencana bisnis harus mencakup bagian
Plan atau Laporan Business Project. berikut: rencana bisnis yang baik termasuk
Selain itu, mahasiswa juga dianggap bagian dari (1) Judul Halaman, (2) Daftar Isi, (3)
akan memiliki kebingungan ketika perlu Ringkasan Eksekutif, (4) Deskripsi Bisnis, (5)
melakukan penyesuaian mindset dalam Manajemen (6) Analisis Bisnis dan Pasar, (7)
mengembangkan bisnis yang ada di desa dengan Pengembangan Bisnis dan Pasar, (8) Pemasaran
bisnis yang mereka kembangkan di kota. Itu dan Penjualan, (9) Data Keuangan, (10)
dikarenakan mereka perlu melakukan Pengajuan Pendanaan, dan (11) Lampiran
penyesuaian 2 (dua) kali ketika belajar (Nunn and McGuire, 2010, hal. 95).
mengembangkan usaha di kota kemudian Sesuai dengan format penulisan business
mengembangkan proyek Community project yang dikerjakan oleh mahasiswa sebagai
Development dan kembali lagi untuk membuat tugas akhir, terdapat temuan menarik juga
Business Project di semester akhir dengan bisnis dimana adanya tugas-tugas dalam Program
yang marketnya ada di kota kebanyakan. Community Development tidak membantu
Mahasiswa juga kurang diarahkan untuk mahasiswa dari segi kemampuan penulisan
lebih mantap dalam pengambilan kebijakan rencana bisnis. Akan tetapi, mahasiswa justru
dalam arti menyelesaikan masalah. Di beberapa menunjukkan bahwa mereka lebih terbantu
sisi, format yang diberikan Program Community dengan adanya peningkatan wawasan dalam
Development kurang bisa mengarahkan menyusun konten rencana bisnis. Sebagaimana
mahasiswa untuk memiliki beberapa alternatif juga dapat dilihat dalam lampiran 1 dan 2,
solusi untuk kemudian diambil salah satu yang format laporan rencana bisnis awal dan laporan
paling signifikan. kinerja live-in menunjukkan bahwa dapat
Program Community Development pada terlihat keterkaitan.
prosesnya memberikan berbagai macam jenis Walaupun terdapat beberapa bagian
tugas kepada mahasiswa. Tugas diberikan mulai yang tidak di bahas dalam tugas yang diberikan
fase persiapan hingga pendampingan dan di Program Community Development, namun
umumnya secara administratif adalah laporan- secara teknis atau wawasan, mahasiswa mampu
laporan. Dimana laporan tersebut sudah mempersiapkan diri untuk membuat rencana
dibuatkan formatnya oleh tim pelaksana bisnis secara keseluruhan. Mahasiswa banyak
program. Laporan-laporan tersebut yang pada mengembangkan kemampuan teknis, strategis,
dasarnya dibuat untuk dapat memberikan dan juga pengambilan keputusan terhadap bisnis
bantuan kepada mahasiswa untuk bisa mitra. Nunn dan McGuire (2010) menjelaskan
mengembangkan usaha mitra dengan sistematis bahwa di satu sisi, rencana bisnis berguna untuk
dan jelas proses/fase-nya. memandu pemilik bisnis bagaimana
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa mengembangkan dan mengoperasikan bisnis. Di
dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada sisi lain, rencana bisnis berguna untuk menarik
ketidakterkaitan dampak Program Community pemberi pinjaman atau investor untuk
Development dalam kaitannya mengembangkan membiayai start-up atau fase berikutnya dari
kemampuan mahasiswa dalam membuat bisnis (hal. 95).
rencana bisnis. Dengan adanya tugas-tugas Hal tersebut dirasakan oleh informan
tersebut, ada juga temuan bahwa program dapat dimana dengan adanya tugas berupa laporan
memberikan dampak pada peningkatan tersebut membantu mahasiswa untuk bisa
wawasan yang dapat dijadikan bekal untuk mengembangkan pola pikir sistematis dalam
355
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
merencanakan, mengimplementasikan, penjualan, pangsa pasar, aset, profitabilitas dan
memonitor dan mengevaluasi bisnis. Format- karyawan.
format laporan yang diberikan juga membantu
mahasiswa untuk mengarahkan pemahaman SIMPULAN DAN SARAN
mereka dalam membuat konten rencana bisnis.
Mahasiswa melalui pembelajaran Simpulan
praktis, baik secara teknis lapangan maupun
pembuatan laporan sebagai tugas, mampu Program Community Development Universitas
memperkaya pengetahuan mereka dalam Prasetiya Mulya dibentuk sebagai program yang
mengembangkan strategi-strategi identifikasi menawarkan satu nilai lebih dimana mahasiswa
peluang dan masalah, perencanaan, turun ke lapangan, bermitra dengan usaha mikro
pengimplementasian, hingga evaluasi bisnis. untuk kemudian mengambangkan usaha mitra
Format-format yang diberikan oleh tim tersebut. Melalui pembelajaran tersebut,
pelaksana Program Community Development mahasiswa mendapatkan pengalaman yang
juga sudah cukup untuk memberikan gambaran aktual mengenai pengembangan usaha. Proses
mengenai suatu usaha dilihat dari kelayakan dan pembelajaran yang didapat mahasiswa meliputi
resiko-resiko ketidakefekifan atau proses: (1) tahap pengalaman nyata dimana
ketidakefisienan perencanaan. mahasiswa merasakan secara langsung turun ke
O'Regan dan Ghobadian (2006) dalam desa membantu pengembangan usaha mitra
Weber, Geneste dan Julia (2015) menyatakan serta berkelompok dengan anggota yang belum
bahwa tidak adanya perencanaan strategis sama sekali pernah mengenal, (2) tahap
formal untuk banyak pemilik usaha kecil telah observasi refleksi dimana mahasiswa
memicu kekhawatiran bahwa mereka mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap
tidak mencapai kinerja secara maksimal fenomena-fenomena yang berhubungan dengan
sehingga kelangsungan hidup jangka panjang pengembangan usaha mitra baik itu berupa
dari bisnis dapat berisiko (hal. 30). masalah, kebutuhan, peluang dan lain-lain, (3)
Selama live-in, mahasiswa diberikan tahap konseptualisasi dimana mahasiswa mulai
pendampingan oleh dosen pendampingan memikirkan untuk menggabungkan apa yang
lapangan dan juga fasilitator. Mereka juga menjadi masalah, potensi ataupun kebutuhan
diberikan target-target yang diartikulasikan menjadi formulasi rencana pengembangan
sebagai tugas dalam mencoba mengembangkan usaha, dan (4) tahap implementasi dimana
usaha mitra. Upaya tersebut dilakukan Program mahasiswa sudah mulai melaksanakan apa yang
Community Development agar mahasiswa sudah mereka rencanakan sebelumnya.
mampu untuk menentukan sendiri kinerja yang Program Community Development juga
akan mereka tunjukkan dan bagaimana dijalankan dengan tugas-tugas yang menjadi
ukurannya baik target yang bersifat non-bisnis perekat antara praktik lapangan dengan teori.
(hubungan kemitraan, sosial dan psikologis) Berikut juga pada hubungannya dengan
serta bisnis (manajemen operasi, pemasaran, kemampuan mahasiswa dalam membuat
SDM dan keuangan). rencana bisnis. Secara format, masing-masing
Kondisi tersebut dapat dikaitkan dengan memiliki bagian dan susunan tersendiri. Akan
pernyataan yang disebutkan Dobbs dan tetapi ketika membicarakan konten, tugas-tugas
Hamilton (2007) dalam Weber, Genester dan yang diberikan pada Program Community
Julia (2015, hal. 31) pertumbuhan juga biasanya Development khususnya dalam menyusun
diukur melalui kriteria seperti pertumbuhan laporan kinerja usaha, memberikan kontribusi
positif terhadap kesiapan mahasiswa membuat
356
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
rencana bisnis. Hal tersebut dikarenakan, yang berkaitan dengan soft dan hard skill.
pengalaman yang didapat oleh mahasiswa Namun perlu diakui bahwa penelitian ini masih
ketika menghadapi masalah atau peluang yang bersifat parsial ketika hanya membicarakan
secara riil muncul di lapangan, mengasah dampak program terhadap kemampuan
kemampuan teknis, strategi pemecahan mahasiswa dalam membuat rencana bisnis.
masalah, pengambilan keputuasan dan Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan
kemampuan lain yang menunjang mereka dalam satu jenis pendekatan penelitian dan satu jenis
mengisi konten dalam pembuatan rencana teknik pengambilan data.
bisnis. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
lanjutan agar dapat memberikan gambaran
Saran menyeluruh dampak apa saja yang muncul dari
Program Community Development terhadap
Kajian yang dilakukan pada penelitian ini ingin pembelajaran mahasiswa. Perlu juga dilakukan
melihat bagaimana Program Community multi-metode untuk mendapatkan data dan
Development ini memberikan dampak yang informasi yang lebih kaya.
positif kepada mahasiswa dari semua aspek

DAFTAR RUJUKAN Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian


Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2010).
Teori Belajar dan Pembelajaran. Weber, Paull., Geneste, Louis A., dan Connell,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Julia. (2015). Small Business Growth:
Strategic Goals And Owner
Barringer, Bruce R., dan Ireland R. Duane. Preparedness. Journal of Business
(2012). Entrepreneurship: Successfully Strategy, Volume 36, No. 3, 2015.
Launching New Venture (4th ed.). Website:Pertumbuhan Wirausaha Indonesia
London: Pearson Education. Masih Terbatas (2014). Diakses pada 18
April 2016. Web site:
Herdiansyah, Harris. (2010). Metodologi http://economy.okezone.com/read/2014/
Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu 11/21/320/1069038/pertumbuhan-
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. wirausaha-indonesia-masih-terbatas.

Neuman, W Lawrence. (2007). Social Research Kisah Sukses Pendiri Gojek, Nadiem Makariem.
Methode: Qualitative and Quantitative (2015). Diakses pada 18 April 2016.
Approach (2nd ed.). Boston: Pearson Website:
Education. http://www.banguninspirasi.com/2015/0
6/kisah-sukses-pendiri-gojek-
Nunn, Less and McGuire, Brian. (2010). The nadiem.html#ixzz46KLg5n7M.
Importance Of A Good Business Plan.
Journal of Business & Economics
Research, Volume 8, No. 2, Februari 10 Fakultas Bisnis MBA Terbaik di Dunia
2010. Tahun 2014. (2015). Diakses pada 18
April 2016. Websiter:
http://www.hotcourses.co.id/study-

357
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
abroad-info/subject-info/10-fakultas-
bisnis-mba-terbaik-di-dunia-2014/.

358
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako Tentang
Perkuliahan Kewirausahaan Terhadap Minat (Intensi) Berwirausaha

Lina Mahardiana
Abdul Wahid Syafar
Andi Indriani Ibrahim
Universitas Tadulako
Email : Lina.Okey@yahoo.co.id ; abdulwsyafar@yahoo.com ; andi_indriani@ymail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako mengenai perkuliahan kewirausaan yang sudah diikutinya mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap minat (intensi) berwirausaha. Variabel sikap mahasiswa terhadap
kewirausahaan merupakan variabel antara (intervening variable). Sampel yang diambil sebanyak 173
resonden dengan metode purporsive sampling. Untuk menguji hubungan dan pengaruh antar variabel
digunakan metode analisis jalur (path analysis), yang merupakan perluasan analisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya
berdasarkan teori. Pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS 21. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa pengaruh tidak langsung lebih besar dari pada pengaruh langsung. Hal ini
ditunjukkan dengan total pengaruh tidak langsung antara perkuliahan terhadap sikap dan sikap terhadap
minat (sebesar 0,517 atau 51,7%). Nilai ini lebih kecil dari nilai β pengaruh sikap terhadap minat
(intensi), yaitu sebesar 0,668 (66,8%) dan nilai β pengaruh langsung juga sangat kecil (β = 0,187 atau
hanya 18,7%).

Kata Kunci : Kewirausahaan, Minat, Berwirausaha, Mahasiswa FE Universitas Tadulaku

Menurut Hisrich dan Peters (2008:38-41), oleh pemerintah maupun pihak swasta. Salah
pendidikan penting bagi wirausaha. Bukan satu pengajar kreativitas dan kewirausahaan di
hanya gelar yang didapatkannya saja, namun sekolah bisnis terkenal di Dunia yaitu Harvard
pendidikan juga mempunyai peranan yang besar Business School, yang bernama John Kao,
dalam membantu mengatasi masalah-masalah menganggap pendidikan kewirausahaan cukup
dalam bisnis seperti keputusan investasi dan penting, mengingat besarnya pengaruh
sebagainya. Piia and Kaisu (2007) menemukan lingkungan dalam membentuk kepribadian
bahwa pendidikan dan pelatihan mempengaruhi seseorang, termasuk lingkungan pendidikan
persepsi orang terhadap karir kewirausahaan, (Kao and Tan, 2001). Dari institusi pendidikan
dengan menyediakan kesempatan untuk juga telah banyak lahir konsep-konsep
menstimulasikan memulai usaha. Beberapa mengenai bagaimana menjadi wirausahawan
pakar kepribadian mengatakan bahwa secara yang baik.
umum, jiwa dan kepribadian seseorang Pendidikan kewirausahaan secara luas
dipengaruhi oleh. dua hal, yaitu bakat dan merupakan proses dimana para mahasiswa
lingkungan (Mahardiana, 2011:161). menerima informasi dan mendapatkan
Saat ini pendidikan kewirausahaan pengetahuan kewirausahaan dan pemikiran
sudah dimasukkannya dalam kurikulum tentang kewirausahaan dan mengembangkan
perguruan tinggi. Walaupun akhir-akhir ini, kemampuan mereka untuk bertindak dengan
banyak pelatihan-pelatihan yang diadakan baik cara seorang wirausaha. Secara klasik,
359
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kewirausahaan diasosiasikan dengan memulai 1. Menganalisis persepsi mahasiswa
usaha. Banyak pengajaran tentang mengenai kuliah kewirausahaan.
kewirausahaan berkaitan dengan menstimuli 2. Menganalisis sikap mahasiswa terhadap
memulai bisnis baru atau mengekploitasi kewirausahaan.
kesempatan atau peluang-peluang 3. Menganalisis minat wirausaha
mengembangkan bisnis yang sudah ada yang mahasiswa.
disebut sebagai intrapreneurship. 4. Menganalisis pengaruh persepsi
Dari latar belakang tersebut, dapat mahasiswa tentang perkuliahan
dirumuskan suatu permasalahan dalam kewirausahaan serta pengaruhnya
penelitian, yaitu terhadap sikap kewirausahaan dan minat
1. Apakah persepsi mahasiswa mengenai atau itensi kewirausahaan.
perkuliahan kewirausahaan akan Penelitian diharapkan memberikan masukan
berpengaruh secara tidak langsung kepada Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako
terhadap minat (intensi) kewirausahaan untuk materi kewirausahaan khususnya dan di
melalui sikap kewirausahaan pada perguruan tinggi pada umumnya. Disain
mahasiswa Fakultas Ekonomi kurikulum dan metode pengajaran sangat
Universitas Tadulako penting agar perkuliahan kewirausahaan dapat
2. Apakah persepsi mahasiswa mengenai meningkatkan sikap positif terhadap
kuliah kewirausahaan pada Fakultas kewirausahaan dan meningkatkan minat
Ekonomi Universitas Tadulako akan mahasiswa untuk menjadi wirausahawan.
berpengaruh langsung terhadap minat Fishbein dan Ajzen (1975:334) menjelaskan
(intensi) kewirausaan bahwa intensi seseorang terhadap perilaku
Kewirausahaan merupakan mata kuliah ciri dibentuk oleh dua faktor utama yaitu sikap
Universitas yang diberikan kepada semua perilaku tertentu (attitude toward the behavior)
mahasiswa. Evaluasi kegiatan perkuliahan dan norma subjektif (subjective norms). Sikap
kewirausahaan dilaksanakan secara periodik, merupakan evaluasi atau penilaian positif atau
namun belum pernah dilaksanakan berkaitan negatif seseorang terhadap sejumlah
dengan persepsi mahasiswa mengenai apa yang kepercayaan (belief) terhadap objek tertentu.
diharapakan dan apa pengaruhnya terhadap Sementara itu, norma subjektif yaitu sejauh
intensi berwirausaha. Mengingat pentingnya mana keinginan individu memenuhi harapan
analisis pengaruh perkuliahan kewirausahaan dari sejumlah pihak yang dianggap penting
maka penelitian bertujuan sebagai berikut : berkaitan dengan perilaku tertentu. Gambar 1
dapat memperjelas pemahaman tentang intensi
yang telah diuraikan di atas.

Gambar 1Model Teori Reason Action


Sumber: Fishbein and Ajzen (1975:334)
360
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Sikap sehingga tidaklah mengherankan kalau
Dalam studi kepustakaan mengenai pada gilirannya kemudian konsep tersebut
sikap diuraikan bahwa sikap merupakan produk ikut berperan dalam menentukan sikap
dari sosialisasi di mana seseorang bereaksi individu terhadap sesuatu hal.
sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika f. Faktor Emosional, merupakan sikap yang
sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti sementara dan segera berlalu begitu frustasi
bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tersebut telah hilang akan tetapi dapat pula
dipengaruhi oleh lingkungan social dan merupakan sikap yang lebih persisten dan
kesedian untuk bereaksi dari orang tersebut pada bertahan lama.
obyek (Choo dan Wong, 2006). Pada dasarnya Intensi Wirausaha
sikap adalah suatu cara pandang terhadap Perilaku seseorang dapat diprediksi
sesuatu.Sikap memiliki tiga komponen yaitu : 1) melalui pengukuran sikapnya terhadap suatu
Komponen kognisi yang hubungannya dengan objek tertentu. Pendekatan ini dapat dijembatani
beliefs, ide dan kosnep, 2) Komponen Afeksi dengan melihat intensi untuk menampilkan
yang menyangkut kehidupan emosional, dan 3) perilaku tertentu dalam diri seseorang. Intensi
Komponen Konasi yang merupakan secara harfiah bermakna niat. Fishbein dan
kecenderungan bertingkah laku. Ajzen (1975) mendefinisikan intensi atau niat
Sikap social terbentuk dari adanya ini sebagai kemungkinan subjektif (subjective
interaksi sosial yang dialami oleh individu (Piia probability) individu untuk berperilaku tertentu.
and Kaisu, 2007). Interaksi sosial lebih Intensi merupakan dimensi probabilitas lokasi
mengandung arti lebih dari pada sekedar kontak subjektif seseorang yang menghubungkan
sosial dan hubungan antar individu sebagai antara dirinya dengan suatu tindakan tertentu.
anggota kelompok sosial. Dan interkasi sosial, Dengan kata lain, intensi merupakan besarnya
individu beraksi membentuk pola sikap tertentu dimensi probabilitas subjektif seseorang yang
terhadap berbagai objek psikologis yang akan ditampilkan dalam bentuk perilaku
dihadapinya. Diantara berbagai factor yang tertentu. Intensi dipandang sebagai ubahan yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah : paling dekat dari individu untuk melakukan
a. Pengalaman Pribadi; yakni apa yang telah perilaku, maka dengan demikian intensi dapat
kita alami akan ikut membentuk dan dipandang sebagai hal yang khusus dari
mempengaruhi penghayatan kita terhadap keyakinan yang obyeknya selalu individu dan
stimulus sosial. atribusinya selalu perilaku (Fishbein & Ajzen
b. Acuan, yakni dimana pada umumnya, 1975). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
individu cenderung untuk memiliki sikap Perilaku dan Intensi Berwirausaha adalah
yang konformis atau searah dengan sikap Karakteristik Individu, yang mengarah pada
orang yang dianggapnya penting. keinginan yang muncul dari niat yang kuat
c. Pengaruh Kebudayaan; Kepribadian untuk menjadi seorang pengusaha/pebisnis
merupakan pola prilaku yang konsisten (Hartini, 2002:212).
yang menggambarkan sejarah penguat Pendidikan Kewirausahaan
(reinforcement) yang dialami. Melalui pendidikan formal, belajar
d. Media massa, memberikan pesan-pesan kewirausahaan dapat dilakukan melalui Mata
yang sugestif yang mengarahkan opini Kuliah Kewirausahaan yang bisa memberikan
seseorang. pemahaman yang lebih baik tentang proses
e. Lembaga Pendidikan dan Lebaga kewirausahaan, tantangan yang dihadapi para
Agama. Konsep moral dan ajaran agama pendiri usaha baru dan masalah yang harus
sangat menentukan system kepercayaan diatasi agar berhasil. Pengetahuan yang
360
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
diperoleh dari pendidikan formal tersebut terkait Hipotesis
langsung dengan bidang usaha yang dikelola. Berdasarkan permasalahan penelitian,
Semakin banyak seseorang tertarik untuk belajar dan dengan mengacu pada tinjauan teoritis yang
dalam dunia pendidikan akan meningkatkan dikemukan tersebut, maka dapat ditarik
dalam usahanya (Indarti, 2004). Scott, dan hipotesis penelitian berikut ini.
Twomey, (1988) mengatakan bahwa paket 1. Pendidikan kewirausahaan (persepsi
pendidikan kewirausahaan akan membentuk mahasiswa mengenai perkuliahan
siswa untuk mengejar karir kewirausahaan. kewirausahaan) berpengaruh tidak
Meski pendidikan formal bukan syarat untuk langsung terhadap minat (intensi)
memulai usaha baru, pengetahuan yang kewirausahaan melalui sikap mahasiswa
diperoleh dari pendidikan formal memberi dasar pada kewirausahaan.
yang baik apalagi bila pendidikan formal 2. Pendidikan kewirausahaan (persepsi
tersebut terkait dengan bidang usaha yang mahasiswa mengenai perkuliahan
dikelola (Riyanti 2004). kewirausahaan) berpengaruh secara
Tujuan khusus pendidikan langsung terhadap minat/intensi
kewirausahaan di perguruan tinggi antara lain kewirausahaan
adalah meningkatkan pengetahuan mahasiswa,
juga secara lebih luas dapat meningkatkan METODE
keberhasilan wirausaha ataupun kepuasan
dalam karir mereka. Menurut Gerald dan Steve Metode penelitian yang dipergunakan dalam
(2004) secara umum pendidikan kewirausahaan penelitian ini adalah Metode Survei, karena
mencakup tujuan-tujuan sebagai berikut : pada penelitian ini, data yang dipelajari adalah
1. Untuk memperoleh pengetahuan yang data dari sampel yang diambil dari populasi,
terkait dengan kewirausahaan. sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif
2. Untuk memperoleh keterampilan dalam distribusi, dan hubungan-hubungan antar
menggunakan teknik analisis mengenai variable. (Kerlinger dalam Sugiyono, 2001:32).
situasi bisnis dan penyusunan proposal Populasi penelitian ini adalah seluruh
bisnis (business plan). mahasiswa Fakultas \ekonomi Universitas
3. Untuk mengidentifikasi dan merangsang Tadulako yang sampai pada saat penelitian ini
dorongan bakat, dan ketrampilan dilakukan masih terdaftar sebagai mahasiswa
kewirausahaan. aktif dengan karakteristik:
4. Tujuan pendidikan kewirausahaan juga a. Pada saat penelitian ini dilakukan,
untuk memberikan ketrampilan tentang Mahasiswa tersebut sudah mengikuti
bagaimana mengelola risiko, serta perkuliahan kewirausahaan
mengurangi bias untuk mengindari risiko. b. Mahasiswa tersebut belum lulus ujian
5. Untuk mengembangkan empati dan pendadaran
dukungan terhadap aspek-aspek unik dari c. Mahasiswa tersebut tidak dalam keadaan
kewirausahaan. cuti akademik
6. Untuk merevisi sikap terhadap perubahan. Untuk data dengan karakteristik yang
7. Untuk mendorong pendirian usaha baru dan demikian, tidak tersedia secara riil, baik pada
usaha kewirausahaan lainnya. bagian akademik maupun di bagian
8. Untuk merangsang dan mensosialisasikan kemahasiswaan. Sehingga besaran sampel yang
elemen afektif, berupa sikap, nilai-nilai, pola diambil, yang akan dijadikan responden
pikir psikologis dan strategi yang diperlukan mengacu pada pendapat Ferdinand. Menurut
untuk berperan sebagai wirausahawan. Ferdinand (2002), ukuran sampel untuk
361
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pengujian model analisis jalur adalah antara wirausaha, yakni keinginan mahasiswa untuk
100 – 500 sampel atau tergantung pada jumlah menjadi seorang wirausaha sebagai pilihan
parameter yang digunakan dalam seluruh karirnya atau pekerjaannya. Pelaksanaan
variabel laten, yaitu jumlah parameter dikalikan penelitian dilakukan di Fakultas Ekonomi
5 sampai 10. Dengan demikian sampel yang Universitas Tadulako selama 3 (tiga) bulan pada
diambil sebanyak 190 responden. Pengambilan tahun ajaran 2014 – 2015.
sampel didasarkan pada judgement atau Untuk menguji hubungan dan pengaruh
purposive sampling, sampel dipilih dengan antar variabel digunakan metode analisis jalur
adanya beberapa kriteria yang telah dijelaskan (path analysis). Analisis jalur adalah
di atas. penggunaan analisis regresi untuk menaksir
Jenis dan sumber data diperoleh melalui hubungan kausalitas antar variabel (model
data primer, yaitu data yang diperoleh langsung causal) yang telah ditetapkan sebelumnya
melalui daftar pertanyaan/pernyataan yang berdasarkan teori. Oleh karena itu, analisis data
ditujukan kepada mahasiswa di Fakultas yang dilakukan dalam penelitian ini
Ekonomi Universitas Tadulako. Pengumpulan menggunakan metode analisi jalur yang
data dilakukan dengan metode kuisioner. merupakan perluasan dari analisis regresi.
Kuisioner didistribusikan secara langsung Teknis analisis jalur dengan menggunakan
dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat metode analisis regresi, digunakan dalam
pengembalian yang tinggi. Pengumpulan data menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang
dilakukan di sekitar kampus, terutama di area ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap
publik seperti kantin, perpustakaan, tempat diagram jalur dari hubungan kausal antar
parkir dan seketariat bersama himpunan variabel persepsi mahasiswa terhadap
mahasiswa. Teknik ini digunakan agar peneliti pelaksanaan perkuliahan kewirausahaan yang
dapat memperoleh responden dari latar sudah diikutinya (X1 ), dan sikap mahasiswa
belakang demografi yang berbeda-beda. terhadap kewirausaan (X2) yang merupakan
Variabel penelitian terdiri dari tiga variabel endogen dan bisa berubah menjadi
variabel, yakni dua variabel eksogen dan satu eksogen. Variabel endogen adalah intensi
variabel endogen. Variabel eksogen adalah wirausaha, yakni keinginan mahasiswa untuk
persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan menjadi seorang wirausaha sebagai pilihan
perkuliahan kewirausahaan yang sudah karirnya atau pekerjaannya (Y). Untuk lebih
diikutinya, dan sikap mahasiswa terhadap jelasnya dapat digambarkan pada model
kewirausaan. Variabel endogen adalah intensi penelitian berikut ini.

Perkuliahan Minat (Intensi)


kewirausahaan kewirausahaan
(X1) (Y)
Sikap
kewirausahaan
(X2)

Gambar 1. Model Intensi Kewirausahaan


Keterangan
: menunjukkan adanya pengaruh langsung yang dihipotesakan antara dua variabel, variabel
yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.
362
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
: menunjukkan adanya pengaruh tidak langsung yang dihipotesakan antara dua variabel,
variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.

HASIL & PEMBAHASAN Variance Inflation Factor (VIF) sebesar 1,323


(Jauh dibawah 10). Untuk uji
Dari 190 kuisioner yang disebarkan kepada Heteroskedastisitas, menunjukan bahwa pada
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas grafik scatterplot tidak membentuk pola
Tadulako, yang dikembalikan dengan isian tertentu, plot-plot yang ditunjukkan dalam
lengkap sebanyak 173 responden, sedangkan 17 grafik scatterplot cenderung menyebar tidak
responden lainnya (sekitar 9%) cacat, karena beraturan, hal ini mengindikasikan bahwa dalam
tidak lengkap isiannya. Berdasarkan pengolahan model persamaan regresi hasil pengolahan data
data yang dilakukan dengan menggunakan penelitian tidak terjadi ketidaksamaan variance
software SPSS versi 16, maka dapat diketahui dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
bahwa semua variabel penelitian yang diajukan yang lain. Dengan demikian hasil pengolahan
menunjukkan besaran r hitung lebih besar dari data tidak menunjukkan adanya gejala
0,3 (standar korelasi), artinya semua indikator heteroskedastisitas. Sedangkan uji linearitas
variabel yang diteliti adalah valid. Begitu juga bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
dengan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas mempunyai hubungan yang linear secara
menunjukkan bahwa semua nilai cronbach alpha signifikan atau tidak. Dari hasil pengolahan data
dari variabel penelitian lebih besar dari 0,60. dapat diketahui bahwa ada hubungan lenear
Untuk uji asumsi klasik menunjukkan antara variabel perkuliahan kewirausaahn
bahwa hasil pengolahan data dalam penelitian dengan intensi kewirausahaan (nilai linierity sig
ini adalah data normal, karena data (plot) sebesar 0,000 < 0,005 dan nilai deviation from
menyebar di sekitar garis diagonal dan linierity sebesar 0,338 > 0,005) dan variabel
mengikuti arah garis diagonalnya. Hasil uji sikap kewirausahaan terhadap intensi
multikolinearitas menunjukkan bahwa data kewirausahaan (nilai linierity sig sebesar 0,000
penelitian yang diolah tidak terjadi adanya < 0,005 dan nilai deviation from linierity sebesar
korelasi antar variabel independen. Hal ini 0,547 > 0,005).
ditunjukkan dengan nilai coeficient correlation Untuk mengintepretasikan hubungan
antara variabel perkuliahan kewirausahaan dan pengaruh antar variabel dapat dilhat hasil
sikap kewirausahaan pada tingkat -0,494 atau pengolahan data pada analisis regresi yang dapat
sekitar 49,4% (jauh dibawah 95%) dan nilai dijelaskan pada Tabel-Tabel berikut:

Tabel 1. Analisis Perkuliahan Kewirausahaan Terhadap Minat Kewirausahaan


Model B Std error T Sig.
Constanta 1,438 ,304 4,734 ,000
PKU ,187 ,057 3,128 ,002
R = 0,278
Rsquare = 0,247
Sig. = 0,02
Sumber: Pengolahan Data Primer (2015)

Dari hasil analisis regresi dapat mengikuti perkuliahan kewirausahaan


diketahui bahwa persepsi mahasiswa fakultas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ekonomi universitas tadulako yang sudah minat (intensi) kewirausahaan yang merupakan
363
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
keinginan mahasiswa untuk menjadi seorang diperoleh dari pendidikan formal tersebut,
wirausaha dalam tujuan karirnya. Hal ini terkait langsung dengan bidang bisnis yang
ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar dikelola. Semakin banyak seseorang tertarik
0,02 yang lebih kecil dari 0,05. Besarnya untuk belajar pendidikan kewirausahaan, akan
kontribusi pengaruh ini sangat kecil yaitu hanya dapat meningkatkan bisnisnya
sebesar 27,8% (R = 0,278), sedangkan Scott, and Twomey (1988) berpendapat,
selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang paket pendidikan kewirausahaan akan
tidak diikutkan dalam penelitian ini. Hal ini membentuk siswa untuk mengejar karir
berarti melalui pendidikan formal, belajar kewirausahaan dalam pilihan karirnya. Meski
kewirausahaan dapat dilakukan melalui mata pendidikan formal bukan merupakan syarat
kuliah kewirausahaan yang bisa memberi untuk memulai bisnis baru, pengetahuan yang
pemahaman yang lebih baik tentang proses diperoleh dari pendidikan formal memberi dasar
kewirausahaan, tantangan yang dihadapi para yang baik apalagi bila pendidikan formal
pendiri usaha baru dan masalah-masalah yang tersebut terkait dengan bidang bisnis yang
harus diatasi agar mencapai keberhasilan dalam dikelola (Riyanti, 2004).
berusaha (berbisnis). Pengetahuan yang

Tabel 2 Analisis Perkuliahan Kewirausahaan Terhadap Sikap Kewirausahaan


Model B Std error T Sig.
Constanta 2,647 ,434 6,104 ,000
PKU ,494 ,079 6,887 ,000
R = 0,682
Rsquare = 0, 601
Sig. = 0,00
Sumber: Pengolahan Data Primer (2015)

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa diperoleh dari pendidikan serta ajaran-ajaran
perkuliahan kewirausahaan di fakultas ekonomi dalam materi perkuliahan kewirausahaan.
universitas tadulako mempunyai pengaruh Konsep moral dan materi pengajaran sangat
positif dan signifikan terhadap sikap mahasiswa menentukan sistem kepercayaan mahasiswa
yang merupakan bentuk perilaku yang sehingga pada gilirannya konsep kewirausahaan
diakibatkan adanya pemahaman dasar akan ikut berperan dalam menentukan sikap
pengertian dan konsep moral yang diterima mahasiswa terhadap kewirausahaan.
dalam diri individu mahasiswa setelah Hasil perhitungan nilai mean pada item-
mengikuti perkuliahan kewirausahaan. Hal ini item pernyataan dalam kuisioner untuk
ditunjukkan oleh nilai gisnifikansi pada analisis mengukur perkuliahan kewirausahaan cukup
regresi sebesar 0,000. Kontribusi besarnya besar (5,61 pada skala 1 – 7). Hal ini berarti
pengaruh persepsi mahasiswa tentang bahwa rata-rata mahasiswa fakultas ekonomi
pentingnya perkuliahan kewirausahaan dalam universitas tadulako setelah mengikuti
membentuk sikap terhadap kewirausahaan perkuliahan kewirausahaan mendapatkan
sebesar 68,2% (nilai R = 0,682). Pemahaman banyak pengetahuan tentang kewirausahaan.
akan baik atau buruk, garis pemisah antara Disamping itu mereka juga menyatakan setuju
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bahwa perkuliahan kewirausahaan merangsang
keberhasilan ataupun kegagalan dalam dan mensosialisasikan sikap, nilai-nilai, pola
menjalankan bisnis dan lain sebagainya
365
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pikir psikologis dan strategi yang diperlukan
untuk berperan sebagai wirausahawan.

Tabel 3 Analisis Sikap Kewirausahaan Terhadap Minat Kewirausahaan


Model B Std error T Sig.
Constanta 1,348 ,304 4,734 ,000
SIKAP ,668 ,052 11,160 ,000
R = 0,689
Rsquare = 0,605
Sig. = 0,00
Sumber: Pengolahan Data Primer (2015)

Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui lingkungan sosial dan kesediaan untuk beraksi
bahwa terdapat hubungan pengaruh yang positif dari orng tersebut pada objek.
dan signifikan antara variabel sikap mahasiswa Sikap mahasiswa fakultas ekonomi
fakultas ekonomi universitas tadulako terhadap universitas tadulako terhadap pendidikan
kewirausahaan dengan minat (intensi) kewirausahaan cukup tinggi, hal ini ditunjukkan
mahasiswa untuk berwirausaha sebagai pilihan dengan angka mean yang tinggi (5,40 pada skala
karirnya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai pengukuran 1 – 7). Sikap mahasiswa terhadap
signifikansinya sebesar 0,000 (lebih kecil dari kewirausahaan ditenjukkan dengan pernyataan
0,005). Sedangkan kontribusi pengaruhnya ketertarikan mereka untuk menjadi seorang
cukup besar. Hal ini ditunjukkan pada nilai R wirausaha sebagai pilihan karirnya. Mereka
sebesar 0,689. Artinya kontribusi pengaruh merasa mendapat kepuasan yang tinggi apabila
sikap mahasiswa terhadaap kewirausaan mereka memilih memulai usaha/bisnis
terhadap minat (intensi) mahasiswa untuk dibanding mendapat imbalan/gaji dari orang
berwirausaha sebagai pilihan karirnya sebsar lain. Sikap yang demikian ini yang
68,9%, selebihnya (32,1%) dipengaruhi oleh mengindikasikan bahwa mereka mempunyai
variabel lain yang tidak diikut-sertakan dalam keinginan-keinginan untuk membuka/memulai
penelitian ini. Pengaruh sikap mahasiswa usaha/bisnis baru yang pada akhirnya mereka
terhadap minat (intensi) mahasiswa untuk akan mewujudkan keinginannnya untuk
berwirausaha, lebih besar dibandingkan dengan menjadi seorang wirausahawan.
pengaruh perkuliahan kewirausahaan terhadap Proses hubungan dan pengaruh antar ke
minat (intensi) mahasiswa untuk berwirausaha tiga variabel yang diteliti (perkuliahan
sebagai pilihan karirnya. Sikap merupakan kewirausahaan, sikap kewirausahaan dan minat
produk dari sosialisasi dimana seseorang /intensi) terhadap kewirausahaan) dapat dilihat
bereaksi sesuai dengan rangsang yang pada gambar berikut:
diterimanya. Jika sikap mengarah pada objek
tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri
terhadap objek tersebut dipengaruhi oleh

Perkuliahan P3 =0,187 Minat(intention)


Minat (Intensi)
kewirausahaan berwirausaha
kewirausahaan
Sikap 2
P1 =0,494 kewirausahaan
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
P2 =0,668

Gambar 2. Model Hubungan Pengaruh Antar Variabel Penelitian

Dalam gambar dapat dijelaskan bahwa merupakan variabel yang dapat meng-intervensi
perkuliahan kewirausahaan pada fakultas pengaruh variabel independen terhadap variabel
ekonomi universitas tadulako dapat dependen. Formulasi pengaruh antar variabel
berpengaruh secara langsung maupun tidak dapat dilihat pada perhitungan berikut, (Ghozali,
langsung terhadap minat (intensi) 2006).
kewirausahaan. Pengaruh tidak langsung

Pengaruh tidak langsung perkuliahan kewirausahaan ke minat = p1 x p2


(intensi) kewirausahaan melalui sikap kewirausahaan = 0,494 x 0,668 = 0,330
Pengaruh langsung perkuliahan kewirausahaan ke minat = p3
(intensi) kewirausahaan = 0,187
Total pengaruh (korelasi perkuliahan kewirausahaan ke minat = p1 + (p1xp2)
(intensi) kewirausahaan = 0,187 + 0,330 = 0,517

Dari hasil perhitungan dengan mempengaruhi terbentuknya sikap mahasiswa


menggunakan formulasi tersebut di atas dapat terhadap kewirausahaan yang selanjutnya akan
diketahui bahwa total pengaruh (korelasi mempengaruhi minat (intensi) mahasiswa untuk
perkuliahan kewirausahaan ke minat (intensi) menjadi seorang wirausaha dalam pilihan
kewirausahaan (0,517) lebih kecil daripada nilai karirnya. (pengaruh tidak langsung ditunjukkan
p2 (0,668) dan p3 (0,187) lebih kecil dari p1 x dengan nilai p1 x p2 sebesar 0,330 lebih besar
p2 (0,330). Hal ini mengindikasikan bahwa daripada pengaruh langsung yang ditunjukkan
terjadinya pengaruh tidak langsung perkuliahan dengan nilai p3 sebesar 0,187). Semakin baik
kewirausahaan terhadap minat (intensi) perkuliahan kewirausahaan di fakultas ekonomi
kewirausahaan melalui sikap kewirausahaan universitas tadulako, dapat meningkatkan sikap
lebih kuat dari pada pengaruh langsung mahasiswa terhadap kewirausahaan dan pada
perkuliahan kewirausahaan terhadap minat akhirnya dapat meningkatkan pula minat
(intensi) kewirausahaan. Dengan demikian kewirausahaan mahasiswa.
dapat dikatakan bahwa, perkuliahan Bandura (1986) menyatakan bahwa
kewirausahaan di fakultas ekonomi universitas minat (intensi) merupakan suatu kebulatan tekad
tadulako secara tidak langsung dapat untuk melakukan aktivitas tertentu atau
mempengaruhi minat (intensi) mahasiswa untuk menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa
menjadi seorang wirausaha. Persepsi mahasiswa depan. Minat (intensi) menurutnya adalah
fakultas ekonomi universitas tadulako tentang bagian vital dari self regulation individu yang
perkuliahan kewirausahaan dapat dilatarbelakangi oleh motivasi seseorang untuk
2
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
bertindak. Santoso dalam Setyorini (2009) perkuliahan kewirausahaan dapat berpengaruh
beranggapan bahwa minat (intensi) adalah hal- langsung terhadap minatnya (intensi) untuk
hal yang diasumsikan dapat menjelaskan fakor- menjadi seorang wirausaha dalam pilihan
faktor motivasi serta berdampak kuat pada karirnya. Pengaruh tidak langsung pada Persepsi
tingkah laku. Hal ini mengindikasikan seberapa mahasiswa fakultas ekonomi universitas
keras seseoraang berusaha dan seberapa banyak tadulako pada perkuliahan kewirausahaan
usaha yang dilakukan agar perilaku yang terhadap minatnya (intensi) untuk menjadi
diinginkan dapat dilakukan. Dengan mengacu seorang wirausaha dalam pilihan karirnya, jauh
pada pendapat pakar tersebut, terbukti bahwa lebih kuat daripada pengaruh langsungnya.
persepsi mahasiswa fakultas ekonomi
universitas tadulako terhadap pentingnya Saran
perkuliahan kewirausahaan mempunyai
pengaruh dalam membentuk sikap Dengan demikian dapat diajukan saran-saran
kewirausahaan. Selanjutnya sikap yang dapat memperkuat pengaruh perkuliahan
kewirausahaan mempunyai pengaruh terhadap kewirausahaan terhadap minat (intensi)
minat (intensi) mahasiswa untuk menjadi mahasiswa untuk menjadi seorang wirausaha
wirausaha dalam pilihan karirnya. dalam pilihan karirnya, adalah Materi
pembelajaran kewirausahaan lebih
SIMPULAN & SARAN dikembangkan lagi, misalnya menambah materi
untuk kunjungan ke UMKM ataupun usaha
Simpulan kreatif. Dengan pengalaman tersebut diharapkan
dapat lebih meningkatkan pembentukan sikap
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dan minat (intensi) kewirausahaan. Proses
berdasarkan pembahasan dapat ditarik belajar mengajar, yang selama ini dilakukan
kesimpulan : Persepsi mahasiswa fakultas harus dirubah dan dikembangkan, supaya materi
ekonomi universitas tadulako pada perkuliahan perkuliahan dapat meningkatkan pengaruh
kewirausahaan akan berpengaruh terhadap langsung terhadap minat (intensi) yang lebih
pembentukan sikap kewirausaahan yang besar lagi. Memberikan pembiayaan dalam
selanjutnya akan mempengaruhi minatnya rentang pagu tertentu bagi mahasiswa yang
(intensi) untuk menjadi seorang wirausaha dapat membuat bisnis plan yang bagus dan logis,
dalam pilihan karirnya. Persepsi mahasiswa untuk merangsang minat mahasiwa menjadi
fakultas ekonomi universitas tadulako pada seorang wirausahawan.

DAFTAR RUJUKAN Singapore Management Review 28 (2):


47-64.
Bandura, A., 1986. The Social Foundation of
Tought and Action, Englewood Cliffs, Ferdinand, Augusty. 2005. Structural Equation
NJ: Prentice-Hall. Modeling dalam Penelitian Manajemen
Aplikasi Model-Model Rumit dalam
Biro Pusat Statistik, www.bps.go.id. Penelitian untuk Tesis Magister dan
Disertasi Doktor. Badan Penerbit
Choo, S., dan M. Wong, 2006. “Entrepreneurial Universitas Diponegoro: Semarang.
intention: triggers and barriers to new
venture creations in Singapore”.
368
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Fishbein, Martin and Ajzen, Icek, 1975, Mahardiana, Lina. 2011. Pengaruh Karakteristik
Belief,Attitude, Intention and Behavior: Pribadi Wirausahawan, Motivasi dan
An ntroduction to Theory and Research, Komitmen Kerja Terhadap
Addison-Wesley Publishing Company Kepemimpinan dan Keberhasilan Usaha
Inc, Menlo Park, California. kecil (studi Empiris Pada Pengusaha
Kecil Bidang Konstruksi di Sulawesi
Gerald Vinten and Steve Alcock, 2004. Tengah). Disertasi Program
Entrepreneuring in Education. The Pascasarjana Universitas Airlangga.
International Journal of Educdtional Tidak Dipublikasikan.
Management, 2004: 18,2/3, pp 188
Ghozali, Imam. 2005. Model Persamaan Riyanti, Prihatin Dwi. 2004. Factors Influencing
Struktural Konsep dan Aplikasi dengan the Success of Small-Scale
Program AMOS Ver. 16.0. Badan Entrepreneuers in Indonesia Retrieved
Penerbit Universitas Diponegoro: from http:///www.iaccp.org.
Semarang.
Scott, M. dan D. Twomey, 1988. “The long-term
Hartini, 2002, Intensi Wirausaha Pada Siswa supply of entrepreneurs: students`career
SMK. Skripsi. Universitas Wangsa aspirations in relation to
Manggala. Tidak dipublikasikan. entrepreneurship”. Journal of Small
BusinessManagement 26 (4): 5-13.
Hisrich. Robert D, Peters. Michael P, Shepherd.
Dean A, 2008. Entrepreneurship. Setiyorini. 2009. Pengaruh Faktor Personal dan
McGraw-Hill, Inc, New York. Lingkungan terhadap Keinginan
Berwirausaha. Skripsi. Fakultas
Indarti, N., 2004. “Factors affecting Ekonomi. Universitas Sebelas Maret
entrepreneurial intentions among Surakarta.
Indonesian students”.Jurnal Ekonomi
dan Bisnis 19 (1): 57-70. Sugiyono, 2001. Metode Penelitin. Jakarta.
Graha Ilmu.
Kao, R.W.Y and Tan, W.L., 2001
Entrepreneurship and Entreprise Tony Wijaya. 2007. Hubungan Adversity
Development in Asia. Singapore. Intelligence dengan Intensi
Prentice Hall. Berwirausaha (Studi Empiris pada Siswa
SMKN 7 Yogyakarta). Jurnal
Piia Nurmi and Kaisu Paasio, 2007 Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.9,
Interpreneurship in Finnish Universities, No. 2, September 2007: 117-127.
Education and Traning Journal. Vol. 49. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas
No. 1, 2007 pp. 56 – 66. Ekonomi – Universitas Kristen Petra.

369
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Pengalaman Pengajar Terhadap Model Pendidikan Kewirausahaan

Peni Zulandari Suroto


Agus W. Soehadi
Ambara Purusottama
Sekolah Bisnis dan Ekonomi – Universitas Prasetya Mulya
Email : peni.zulandari@pmbs.ac.id; aws@pmbs.ac.id; ambara.purusottama@pmbs.ac.id

Abstrak : Dengan berkembangnya pendidikan kewirausahaan pada pendidikan tinggi, sangat penting
bagi institusi pendidikan untuk memiliki strategi yang jitu dalam pengembangan proses pembelajaran
di institusinya. Universitas Prasetiya Mulya memiliki Konsentrasi Kewirausahaan pada Jurusan
Manajemen-nya, dan untuk meningkatkan efektivitas dalam pembelajarannya, Universitas Prasetiya
Mulya menggunakan model pendidikan kewirausahaan yang dirancang dan diadaptasi dari
Entrepreneurship Education Model (Pretorius, Nieman dan van Vuuren 2005). Dengan rancangan
tersebut, berbagai prestasi dan keberhasilan telah berhasil dicapai. Salah satu luarannya terlihat dalam
penelitian yang dilakukan penulis sebelumnya, yaitu bahwa dengan program pendidikan
kewirausahaan memberikan dampak terhadap terbentuknya karakter kewirausahaan pada mahasiswa.
Merupakan hal yang penting untuk meneliti dampaknya lebih jauh dan bagaimana pengalaman
pengajar sebagai sentral dari model yang dirancang dalam prosesimplementasi belajar mengajar.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap analisis. Pertama, studi literatur dalam mendeskripsikan bagaimana
manajemen Universitas Prasetiya Mulya mengadaptasi model yang dinilai sesuai untuk pendidikan
kewirausahaan di institusinya. Kedua, melakukan diskusi kelompok terfokus pada 8 (delapan) orang
pengajar Konsentrasi Entrepreneurship untuk dapat menganalisis pengalaman mereka terhadap model
dalam proses implementasi belajar mengajar. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan perbaikan dan pengembangan terhadap model pendidikan kewirausahaan, khususnya bagi
manajemen sebagai perancang, dan bagi pendidikan kewirausahaan secara luas.

Kata kunci: Kewirausahaan, Pendidikan, Pembelajaran

Dengan berkembangnya kewirausahaan, Perguruan Tinggi (BAN-PT) mencatat pada


berkembang pula kurikulum berbasiskan situsnya, setidaknya 254 institusi pendidikan
kewirausahaan terutama pada pendidikan tinggi tinggi swasta pada Wilayah III memiliki
Strata-1.Variasi pendidikan kewirausahaan program studi manajemen yang didalamnya
sangat berkembang baik di negara maju terdapat jurusan atau konsentrasi
maupun berkembang (Matlay, 2008). kewirausahaan.
Pendidikan kewirausahaan menjadi kajian yang Dengan banyaknya jumlah tersebut,
sangat penting karena dengan lahirnya para menjadi hal yang penting bagi setiap institusi
wirausahawan (pebisnis) akan menjadi motor pendidikan untuk memiliki keunggulan dalam
penggerak perekonomian negara di era milenial pendidikan kewirausahaannya. Derman dan
ini. Di Indonesia, Badan Akreditasi Nasional Levin (1994) dalam Van Vuuren memotret
370
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
beberapa hal pada pendidikan kewirausahaan tersendiri dari model pendidikannya. Model
dan manajemen, diantaranya terlalu pembelajaran kewirausahaan yang menekankan
menekankan pada alat, konsep dan model peran pengajar sebagai sentral dan
dengan sedikit sekali menekankan pada memperlihatkan bahwa program pendidikan
aktivitas praktek kewirausahaan (Jurie Van kewirausahaan dapat meningkatkan performa
Vuuren, 2000). Padahal tentunya, capaian yang kewirausahaan (entrepreneurial performance)
diinginkan dalam pendidikan kewirausahaan pada siswa dan menyimpulkan bahwa
adalah mencetak mahasiswa yang siap untuk fasilitator (pengajar atau dosen) memegang
menjadi pebisnis. Beberapa faktor yang peranan yang sangat penting. (Jurie Van
mempengaruhi capaian diantaranya: organisasi Vuuren, 2000).
akademik seperti (strategi organisasi, Penelitian ini diadakan untuk melihat
kurikulum, aktivitas belajar mengajar) dan juga bagaimana pengalaman pengajar dalam
para pengajar didalamnya seperti (kualitas, menjalankan peran sentralnya dalan model
kualifikasi, kemampuan, dan efektivitas kelas) pendidikan kewirausahaan.Penelitian ini
(Heck, 2009). Ia juga menambahkan bahwa difokuskan pada life project yang dijalankan
dengan memonitor kemajuan siswa dengan mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya
menghubungkan data antara siswa dan pengajar konsentrasi kewirausahaan pada mata kuliah
merupakan keuntungan yang sangat potensial Business Development di semester 4.
untuk meningkatkan akuntabilitas institusi Diharapkan hasil penelitian ini dapat
pendidikan. berkontribusi secara internal kepada
YayasanPrasetiya Mulya yang terletak manajemen Universitas Prasetiya Mulya atas
Jakarta-Indonesia didirikan sejak tahun 1982 praktek model pendidikan kewirausahaan yang
untuk berkontribusi dalam mencerdaskan dijalankannya, dan secara luas dapat
kehidpan bangsa dengan memfokuskan diri memberikan manfaat bagi institusi pendidikan
pada ilmu ekonomi dan bisnis.Dengan tinggi dalam pengembangan pendidikan
dinamika dan perkembangannya, Prasetiya kewirausahaan.
Mulya membuka konsentrasi kewirausahaan Dari sejarah berdirinya sejak 1982, kurikulum
program Strata-1 di tahun 2005 masih dibawah Universitas Prasetiya Mulya sarat akan warna
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Hingga tahun manajemen dan bisnis, tidak terkecuali pada
2016 Prasetiya Mulya menjadi Universitas, konsentrasi Kewirausahaan yang berada di
kewirausahaan menjadi konsentrasi terbesar bawah Program Studi Manajemen. Kekhasan
dari konsentrasi lainnya. Konsentrasi dari desain kurikulumnya berada pada “mata
kewirausahaan ini berada di dalam Program kuliah jangkar” dan “mata kuliah pendukung”
Studi S1 Manajemen yang memiliki visi: yang ada pada setiap semesternya. Dengan
“Menjadi program studi yang berkontribusi kombinasi ini luaran yang ingin dicapai adalah
secara nyata terhadap kemajuan dan mencetak lulusan sebagai “Educated
kesejahteraan bangsa melalui Entrepreneur”.
penumbuhkembangan modal manusia sebagai
pebisnis maupun profesional perusahaan yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan
manajemen bisnis, karakter entrepreneurial
serta kepekaan sosial yang tinggi”.
Dari praktek belajar mengajar yang
dilakukan oleh Universitas Prasetiya Mulya,
terlihat bahwapengajarmemberikan ruh

371
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Technology Based Product and Services dan
(5) Creative Products and Services. Setiap
kelompok akan menjalankan bisnisnya dalam
bentuk perusahaan yang memiliki struktur dan
menjalankan fungsi manajemen. Struktur yang
dibentuk sesuai dengan konsep sumber daya
manusia, disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan yang baru mulai (start
up).Misalnya, terdapat pemimpin perusahaan,
pemimpin di bidang pemasaran, keuangan,
Gambar 1.Mata Kuliah Jangkar dan
operasi dan sumber daya manusia.Terdapat
Pendukung
juga karyawan yang tidak memiliki jabatan
khusus.
Pendidikan kewirausahaan diajarkan pada
Kelompok bisnis ini akan menjalankan
mahasiswa selama 8 (delapan) semester dengan
bisnisnya selama 15 (lima belas) minggu dan
total 144 SKS (Satuan Kredit Semester). Mata
mempresentasikan baik rencana, pencapaian
kuliah jangkar tersebut diberi nama sesuai
dan hasil pembelajarannya kepada pengajar
dengan tujuan pembelajaran di setiap
(fasilitator). Fasilitator berperan sebagai
semesternya
komisaris perusahaan, yang dapat memberikan
masukan dan arahan kepada pemimpin
perusahaan. Sementara pada mata kuliah
jangkar menekankan pendekatan praktek bisnis,
Gambar 2.Mata Kuliah Jangkar selama 8 mata kuliah lain sebagai pendukung melakukan
Semester pendekatan konsep, teori dan alat bantu (tools)
bagi mahasiswa untuk menjalankan bisnisnya.
Kombinasi beberapa pendekatan membuat
Fokus penelitian ini adalah pada mahasiswa memiliki pengalaman edukasi yang
pengalaman pengajar dalam mata kuliah sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing
Business Development (BusDev) di semester 4 (Keiha, 2002). Mata kuliah pendukung BusDev
pada tahun 2016. BusDev merupakan lanjutan diantaranya mata kuliah Marketing
dari mata kuliah di semester sebelumnya yaitu Management, Information and Technology for
Business Creation (BusCreat). Pada mata Business, Financial Management, Human
kuliah Busdev, mahasiswa telah terbentuk Resources Management, Operational
dalam kelompok-kelompok bisnis, yang telah Management.
terseleksi di mata kuliah Buscreat. Di tahap ini
mahasiswa bukan lagi mencari ide bisnis,
melainkan sudah di tahap menjalankan
bisnisnya sebagai life project. Pada saat
penelitian ini dilakukan, jumlah kelas yang ada
adalah 10 kelas dengan rata-rata 35 orang
mahasiswa tiap kelasnya.
Kelompok-kelompok bisnis pada mata
kuliah BusDev dikategorikan menjadi (1) Food
and Beverages, (2) Apparels and Footwear, (3)
Personal Accessories and Beauty Product, (4) Gambar 3. BusDev sebagai Mata Kuliah
Jangkar
372
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kalah dengan mahasiswanya. Karena itulah
2. 2. Pengajar Kewirausahaan yang diharapkan oleh mahasiswa.
Untuk mencapai visi menanamkan karakter Diperlukan pendidikan berbasiskan
entrepreneurial yang tinggi, Universitas pengalaman sebagai pendidikan informal ke
Prasetiya Mulya melibatkan praktisi bisnis dalam kurikulum pendidikan formal.
sebagai pengajar. Kualifikasi praktisi bisnis Pendidikan informal yang dimaksud adalah
yang dapat mengajar pada mata kuliah BusDev proses yang terus menerus yang dialami oleh
adalah yang bersangkutan aktif dalam seseorang dengan mengakumulasikan
mengelola bisnisnya sendiri, dengan latar pengetahuan, kemampuan, sikap dan temuan
belakang pendidikan Strata-2. Dari temuannya, yang dapat diambil dari lingkungannya baik di
Heck (2009) menyimpulkan bahwa beberapa rumah, di tempat bekerja bahkan ketika
studi memperlihatkan keterkaitan antara bermain. Dengan pengalaman tersebut,
pengajar dengan keberhasilan mahasiswa. pengajar dapat mengisi ruang antara tacit
Diharapkan dengan melibatkan praktisi bisnis knowledge dengan explicit
sebagai pengajar, akan mengantarkan bisnis knowledge.(Coombs, 1985)
mahasiswa dalam sebuah keberhasilan. (Honig, 2004) mencoba memberikan solusi
Pengajar dengan latar belakang praktisi model pendidikan kewirausahaan selain model
bisnis akan disandingkan dengan pengajar pendidikan pembuatan rencana bisnis. Model
berlatar belakang akademis, yang statusnya experiential dengan penggunaan simulasi dapat
adalah sebagai pengajar tetap di Universitas menciptakan pengalaman pada mahasiswa.
Prasetiya Mulya. Kolaborasi antara praktisi dan Model ini memiliki tujuan untuk meningkatkan
akademisi ini yang akan mencetak “Educated kemampuan analitikal dan kepercayaan diri
Entrepreneur” seperti yang diharapkan. serta motivasi mahasiswa. Namun simulasi ini
pada umumnya didesain dengan solusi tertentu,
Kajian mengenai kewirausahaan telah sehingga hanya mengakomodir cara berpikir
menjadi mainstream dikarenakan banyaknya konvergen.
riset di bidang ini dan berkembang pesatnya (Pretorius, et. al, 2005) mengintegrasikan
pendidikan kewirausahaan. Para pengajar dua model dalam pendidikan kewirausahaan
kewirausahaan dapat bernafas lega bahwa yang dapat melihat performa kewirausahaan
wirausahawan (pebisnis) dapat diciptakan, (Entrepreneurial Performance)
bukan dilahirkan (Kuratko, 2005). (Vesper,
1999) melihat pendidikan kewirausahaan pada E for E/P = f[aFxbM(cE/S x dB/S) x (eA +
pendidikan tinggi (universitas) terus fB/P)]
berkembang dengan tambahan-tambahannya.
Diawali dengan kuliah pilihan, berkembang E for E/P adalah pendidikan untuk
menjadi mata kuliah, hingga menjadi sebuah meningkatkan performa kewirausahaan
konsentrasi dan bahkan program utama. Bagi (education for improved entrepreneurial
institusi pendidikan, dibutuhkan pengembangan performance).
kurikulum, sistem penilaian dan kalender F adalah kemampuan fasilitator.
akademik yang tepat. Bagi mahasiswanya M adalah motivasi dari model E/P yaitu E/S
sebagai aktor utama, harus dapat kemampuan kewirausahaan (entrepreneurial
mengaplikasikannya dalam bisnis. Dan para skills) dan B/S kemampuan bisnis (business
pengajarnya, harus berasal dari latar belakang skills), dan
yang beragam dengan kualitas yang baik, sama- B/P adalah pendekatan rencana bisnis (business
sama memiliki inovasi yang tinggi yang tak plan)

373
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
adalah sebuah situasi. Prinsip perpaduan
Disimpulkan bahwa peran dan kemampuan kontinuitas dan interaksi yang terus
fasilitator dalam model ini sangat besar, karena menerus, akan menimbulkan
merupakan fungsi linear untuk meningkatkan pemahaman dan pembelajaran dari
motivasi, kemampuan kewirausahaan dan sebuah situasi.
kemampuan bisnis mahasiswa.Dari kesimpulan
tersebut lalu muncul beberapa pertanyaan
berkaitan dengan fasilitator, Seperti misalnya METODE
apakah individu tanpa pengalaman
berwirausaha dapat menjadi fasilitator? Desain
Bagaimana peran fasilitator sebagai penentu Studi literatur mengenai model pendidikan
tercapainya tujuan pendidikan kewirausahaan? kewirausahaan dilakukan untuk dapat
Dari pendidikan kewirausahaan yang menggambarkan proses mata kuliah BusDev.
dilakukan oleh Universitas Prasetiya Mulya Pengumpulan data kurikulum didapatkan dari
dalam mata kuliah BusDev, terlihat kesamaan pihak administrasi Universitas Prasetiya Mulya.
dengan model yang dikembangkan oleh Untuk menggali temuan dalam
(Pretorius, et. al, 2005) yaitu peran fasilitator pengalaman pengajar pada mata kuliah BudDev
menjadi hal yang sangat penting. di Universitas Prasetiya Mulya dilakukan
Untuk menggali pengalaman pengajar pendekatan secara kualitatif (Creswell, 2007)
yang berperan sebagai fasilitator dalam mata dengan menggunakan teknik diskusi kelompok
kuliah BusDev, digunakan tiga kriteria terfokus (focus group discussion - FGD).
pengalaman dalam (Hutchcinson, 2015), yaitu Beberapa indikator demografi (Gaddam, 2007)
1. Continuity (kontinuitas) atau yaitu pengalaman dan level edukasi menjadi
pengalaman yang berkelanjutan. pertimbangan pemilihan informan. Peserta
Pengalaman masa lalu atau di tempat FGD terdiri dari pengajar tetap dan pengajar
lain dapat mempengaruhi pengalaman praktisi. Pengajar praktisi merupakan individu
masa kini. Dalam konteks fasilitator yang memiliki bisnis dan berpendidikan
BusDev, pengalamannya sebagai minimal Strata-2. Sedangkan pengajar tetap
praktisi bisnis dan sebagai akademisi adalah individu yang profesi tetapnya adalah
akan mempengaruhi pengalaman dalam sebagai pengajar (dosen) di Universitas
menjadi fasilitator. Prasetiya Mulya. Pengalaman peserta dalam
2. Interaction atau interaksi antara kondisi mengajar mata kuliah BusDev bervariasi antara
eksternal dan internal. Kombinasi kedua 2 kali hingga 4 kali mengajar. Hal tersebut
kondisi ini dapat membentuk sebuah dirasa cukup untuk mendapatkan pengalaman
kondisi. Pengertian interaksi ini juga pengajar dalam pendidikan kewirausahaan.
menunjukkan bahwa manusia adalah Pertanyaan inti didasari dari teori
makhluk sosial, dimana melibatkan pengalaman dari (Hutchcinson, 2015) dan
kontak dan komunikasi. Sebagai konstruk dari model pembelajaran
tambahan, dalam konteks pengajaran, kewirausahaan yang dikembangkan oleh
seorang pengajar harus memiliki jiwa (Pretorius, et. al, 2005) seperti terlihat dari
simpatik terhadap individu yang Gambar 4. Alat perekam suara dan gambar
diajarnya agar pesannya dapat diserap (video dan foto) digunakan untuk dokumentasi
dan dimengerti. dan kepentingan analisis data.
3. Situation (situasi). Bahwa interaksi
antara kondisi eksternal dan internal

374
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
melalui analisis konten. Penulis melakukan
analisa dari hasil transkrip dengan cara;
(1) Mencari pernyataan penting dan
mengklasifikasikan jika ada pernyataan
yang sama
(2) Memberikan sub-kode dari pernyataan
penting
(3) Memberikan kode akhir dari beberapa
sub-kode yang dinilai memiliki
kesamaan
(4) Temuan dan kesimpulan
Gambar 4. Konstruk dan model
pembelajaran kewirausahaan (Pretorius,
HASIL & PEMBAHASAN
et.al, 2005)
Dalam pelaksanaan pendidikan kewirausahaan
Dari pengumpulan data mengenai deskripsi
yang dijalankan Universitas Prasetiya Mulya
mata kuliah BusDev, dan analisa konstruk
terdapat beberapa pembelajaran yang dapat
model pembelajaran kewirausahaan dari
diambil dari pengalaman para pengajar. Hal ini
(Pretorius, et.al, 2005) maka mata kuliah
didapat dari kode akhir dari sub-kode
tersebut dapat tergambarkan pada Gambar 5.
pernyataan penting hasil FGD. Hal ini akhirnya
menjadi tantangan bagi institusi pendidikan
tinggi yang memiliki pendidikan
kewirausahaan.
a. Pentingnya sistem koordinasi
Pada pendidikan kewirausahaan yang
mengkombinasikan antara praktek dan teori
memiliki tantangan tersendiri. Dibutuhkan
koordinasi yang baik didasari dengan visi
yang sama antara pengajar mata kuliah
jangkar yang menekankan pada praktek
dengan pengajar mata kuliah pendukung
yang memberikan konsep dan teori dasar.
Gambar 5. Model pendidikan Contoh pernyataan yang menggambarkan
kewirausahaan mata kuliah BusDev tantangan dalam hal koordinasi adalah
(adaptasi dari Pretorius, et.al, 2005) “….ini memang yang sering sekali
dirasakan, jadi idealnya kan ilmu
3.1.Analisis Data management basicnya dia kuat, lalu kalo
Hasil rekaman audio FGDditerjemahkan diimplementasikan dalam busdev itu
kedalam transkripoleh asisten riset, kemudian jembatannya itu ketara, jadi bener bener
dilihat kembali oleh moderator yang juga isu analisis yang ada, atau teori yang ada
sebagai penulis untuk cek ulang hasil FGD. itu tidak, hmm tidak terlalu jauh dengan
(Morgan, 1998) mendeskripsikan dua apa namanya tuh, praktek bisnisnya. Jadi
pendekatan dasar untuk menganalisan data memang bener bener harus diolah, diolah
focus group: (1) ringkasan kualitatif atau sedemikian rupa sehingga hmm,
etnografis dan (2) pengkodean sistematis kewirausahaan sebagai sebuah studi kasus.

375
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Sebagai sebuah kasus bagaimana kita bisa mendapat masukan dan umpan
menggunakan teori-teori management balik.Pernyataan pendukung hal ini:
usaha lain di mata kuliah ini. Nah itu yang, “…beberapa mahasiswa yang cerita cerita
yang saya kira memerlukan koordinasi ke saya ya, hmm, ada masalah di ininya
dengan beberapa mata kuliah lain….” kali ya, di, apa, kemauan mereka ya, jadi
mereka kayak tidak melihat ini sebagai
Kurangnya koordinasi dan saling bisnis mereka. Jadi melihat ini sebagai
memberikan berita baru juga akan bisnis yang bahkan mungkin bisasaya
menghambat perkembangan bisnis simpulkan ini bisnisnya FM yang dia
mahasiswa. Hal ini tercermin dalam jalankan gitu. Jadi apa maunya kita mereka
pernyataan: ikutin. Padahal kan sebenarnya challenge
“…Kemudian yang kedua sebagai FM mata itu kan…”
kuliah jangkar, menurut saya, terutama
saya yang part time ini mungkin perlu lebih “…Saya sebenarnya pertama kali masuk
tau apa, tahapan tahapan mata kuliah disini, busdev saya pikir mereka
pendukungnya, jadi kita bisa hmm, tau oh seharusnya, menurut sepenilaian saya rasa
yang di, misalnya di operation sudah ini dunia bisnis yang terlalu manja. Karna
sampai sini, pelajarannya di minggu ini. orang pasti lulus…”
Yang di finance sudah sampai sini jadi
pada saat kita tanyakan ke hmm apa, Temuan menarik lainnya yang
kepada grup di busdevnya kita sudah tau ya dikategorikan sebagai problematika adalah
mereka seharusnya sudah pelajari itu dan adanya ketidakmaksimalan dalam peran
kemudian kalo misalnya ada yang mereka pekerjaan mahasiswa dalam menjalankan
sama sekali ga tau, ya kita mungkin bisa bisnisnya. Beberapa kasus memperlihatkan
lebih tegor atau misalnya mereka ada hal terjadinya pergantian struktural
yang mereka belum pelajari di mata kuliah “…para C C yang CEO CEO itu ga mau
pendukung itu mungkin kita bisa lebih kerja, jadi mereka nyuruh nyuruh aja. Jadi
maklum. Tapi sebagai FM mata kuliah kayak saya menangkapnya mungkin jangan
jangkar, hmm kita hmm apa, sebaiknya jangan ada nih mahasiswa kita victory
juga tau, yang mereka pelajari apa gitu, di menang di buscreat, abis itu kita suruh
yang lain, jadi kita bisa meminta lebih semua karyawan kerjain. Itu sudah dua
untuk yang mereka sudah dapat mata kelompok yang saya, yang complain ke
kuliah pendukung yang lain dan kemudian saya begitu, yang satunya kelas saya
bisa meminta mereka memperbesar sendiri satunya bukan kelas saya. Nah
implementasikan di busdevnya gitu….” satunya itu memang kelas saya sendiri, dia
bilang enak banget itu pak CEOnya disuruh
b. Problematika mahasiswa dan kelompok kita bikin ini bikin itu bikin ini bikin itu,
bisnis makanya Comfee itu CEOnya ganti, semua
Pengalaman fasilitator di dalam kelas, C nya ganti, jadi CEO, CFO, COO itu ga
mereka menemukan mahasiswa ada lagi semuanya dari pendiri awalnya…”
menganggap remeh mata kuliah ini karena
hanya ingin nilai saja, bukan melihat bisnis c. Tantangan kurikulum teori dan praktek
yang dijalankan adalah bisnisnya Tantangan yang juga dirasa besar adalah
sendiri.Mahasiswa juga dinilai cenderung kombinasi antara praktek dan teori. Jika
tidak memiliki pendirian yang tetap setelah mahasiswa memahami keterkaitannya

376
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
dengan baik, akan sangat bermanfaat bagi bagaimana fightness yang ada. Bagaimana
masa depannya. Hal ini dapat terlihat dalam competitiveness yang ada disitu…”
pernyataan“…Tapi hmm, apa namanya, ya
mesti harus seimbang ya antara teori dan Mahasiswa membutuhkan tantangan.
ini sih harus kuat di teorinya. Kadang Menantang mahasiswa untuk melakukan
kadang, beberapa pertanyaan dasar ya, hal yang lebih adalah peran penting yang
keuangan dan sebagainya itu hmm harus dijalankan oleh fasilitator. Hal ini
semestinya kalo mereka inget sekarang, tau diharapkan akan memperkuat mental
sekarang, ya ada beberapa hal yang sampe mahasiswa sebagai pebisnis Pernyataan
20 tahun ke depan itu nyantol lah. Ini yang pendukung seperti“…Kalo dari sisi
saya kira jangan sampe itu tidak terjadi fasilitator, ya dari dulu kita, saya dan juga
dengan kepikukkan aktivitas entrepreneur, mungkin dosen yang lain selalu
perlu di tekankan…” menempatkan diri sebagai fasilitator,
mereka mungkin lebih jago dari saya dalam
d. Tantangan bagi pengajar bisnis, saya hanya challenge saja,
Pengajar praktisi sangat mengerti bahwa keputusan ada di mereka…”
sebagai pebisnis sangat penting untuk tetap.
Sehingga tantangan bagi para pengajar Tidak dipungkiri ada perbedaan umur
untuk tetap membuat mahasiswa semangat, antara fasilitator dengan mahasiswa.
karena faktor eksternal yang dihadapi Sehingga fasilitator ditantang pula untuk
mahasiswa tidak seberat pada dunia bisnis mencari pendekatan pengajaran yang tepat
nyatanya. sesuai generasi dan perkembangan jaman.
“…Dari mahasiswa, externalities yang ada “…Tapi ya justru harus kembali ke kita
adalah, atau tantangan yang ada adalah gitu, hmm, kita bisa mengajarkan mengenai
bagaimana fightness yang ada. Bagaimana entrepreneurship kepada generasi milenial
competitiveness yang ada disitu. Nah ini ya, yang sebetulnya ya hmm, ada contoh
membangun mereka menjadi eagernessnya contoh lainnya yang ya generasi milenial
naik ga, itu juga menjadi hmm kenapa juga ada yang sukses gitu ya sebagai
mereka menjadi daya juang, dulu daya entrepreneur gitu…”
juang tinggi sekali, karna memang iklim
kompetitifnya, fightnessnya itu memang kita Pengajar merefleksikan kepada dirinya
bangun sedemikian rupa…” sebagai pebisnis atau wirausaha, bahwa ada
“…Nah, sebenarnya kembali ke karakter seorang pebisnis yang seharusnya
mahasiswa, bicara karakter itu yang tidak dimiliki oleh mahasiswa kewirausahaan.
kalah pentingnya adalah behaviour, daya Dan diperlukan dorongan dari luar yang
juang, mental, itu adalah behaviour. sangat kuat untuk membentu karakter
Behaviour itu apa lagi di usia tersebut. Pernyataan pendukung seperti
pertumbuhan, adalah bagaimana dia “…Mungkin terlalu ini ya, terlalu ini ya
merespon externalitiesnya yang ada. Jadi kalo entrepreneurshipnya. Maksud saya
kasus bu Widya tadi yang wirausahanya tahan bantingnya, daya juang….”
jalan ya itu karna externalitiesnya adalah “….Nah, sebenarnya kembali ke
bahwa saya harus hidup dari situ. Dari mahasiswa, bicara karakter itu yang tidak
mahasiswa, externalities yang ada adalah, kalah pentingnya adalah behaviour, daya
atau tantangan yang ada adalah juang, mental, itu adalah behaviour.
Behaviour itu apa lagi di usia

377
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
pertumbuhan, adalah bagaimana dia menghasilkan wirausaha yang berbeda
merespon externalitiesnya yang ada…. dibandingkan dengan wirausaha lainnya
Dari mahasiswa, externalities yang ada yang tidak terpapar dengan konsep.
adalah, atau tantangan yang ada adalah Pernyataan-pernyataan yang mendukung
bagaimana fightness yang ada. Bagaimana seperti berikut:
competitiveness yang ada disitu. Nah ini “…Teori serahkan pada, serahkan pada
membangun mereka menjadi eagernessnya mata kuliah hmm apa namanya,
naik ga, itu juga menjadi hmm kenapa pendukungnya. Jadi kita bisa fokus ke
mereka menjadi daya juang, dulu daya stretching mereka apa namanya bisnisnya
juang tinggi sekali, karna memang iklim mereka itu mau dibawa kemana, mau
kompetitifnya, fightnessnya itu memang kita didevelop sejauh apa, mau sebesar apa,
bangun sedemikian rupa. Nah, kenapa gitu. …………… akhirnya fungsi kita
mereka jadi seperti ini perlu dilihat dari sebagai apa namanya, pengarah
sisi mahasiswanya, bagaimana dia entrepreneur nya…”
merespon externalities yang ada di dalam
diri apa….” “…di kelas busdev pun kan dari awal
sudah disetting ya bahwa kita ini kan
Pendapat lain yang menarik adalah, bahwa adalah semacam komisarisnya, mereka
pengajar belum dapat mendorong adalah dimensinya, kita cuman bertanya. At
terbentuknya karakter kewirausahaan the end semua keputusan ada di tangannya
mahasiswa. Pernyataan management kan, kayak gitu. Bahkan kayak
pendukungnya“…Menurut saya karakter tadi di kelas mereka diskusi di depan, kalo
seorang entrepreneur tidak akan mencuat sudah terlalu lama diskusi saya bilang
tidak akan naik ketika timnya terlalu besar. udah nanti bicarakan aja diluar, ga usah
Ketika timnya terlalu besar, karakter dibahas disini. Karna itu pertanyaan bukan
entrepreneur ga keliatan karna apa, karna untuk dijawab, itu pertanyaan kan untuk,
bias. Satu mengandalkan yang lain, yang untuk kalian diskusikan dan putuskan mau
lain mengandalkan yang lain, akhirnya ngapain, dan putuskannya harus di depan
bias. Itu, karakter tidak akan muncul dari kelas ini juga…”
teori juga ada, tidak akan muncul kalo
pemainnya terlalu besar. Kemudian yang
kedua karakter juga tidak akan muncul kalo “…Iya bayangan saya seperti itu dan di
saya refleksi lagi ke tempat lain, kalo tidak pelibatannya apakah kita hmm ya
ditrigger…” tergantung pelibatan kita, pokoknya
prakteknya kayak apa, atau kita konfrontir
Pengajar mata kuliah kewirausahaan dengan konsep yang ada. Ya ini saya kira
ditantang untuk menjadi fasilitator sebagai menjadi sebuah apa namanya, exercise
sentral yang dapat mengintegrasikan antara buat mereka gitu. Itu yang saya kira
teori dan konsep, dengan lige project membedakan kita dengan entrepreneur,
mahasiswa sebagai praktek kewirausahaan. mohon maaf, yang tidak mendapatkan
Pengajar harus dapat mengasah pelajaran formal…”
kemampuan kewirausahaan mahasiswa
dengan memberikan pertanyaan dan
tantangan. Integrasi antara teori, konsep dan
kemampuan kewirausahaan akan

378
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
SIMPULAN & SARAN
Saran
Simpulan
Dengan selalu berkembangnya ilmu
Untuk memperkaya temuan dan memajukan kewirausahaan, maka tantangan akan terus
pendidikan kewirausahaan, dirasa untuk muncul. Terutama ketika jarak usia antara
menggali lebih luas terutama dari sisi pengajar dengan mahasiswa lebih jauh.
mahasiswa bagaimana pengalamannya dalam Dituntut untuk para pengajar selalu
melakukan life project. Sehingga akan menyesuaikan dengan hal yang kekinian agar
didapatkan temuan baru dan analisa yang lebih dapat menyamakan freskuensi dengan
komprehensif. mahasiswa.
Namun bukan berarti kajian pada Pengajar harus sesabar mungkin untuk
mahasiswa dalam berkelompok tidak menarik. tetap memberikan apresiasi kepada mahasiswa,
Mengupas konflik yang terjadi di kelompok, memberikan arahan dan alternatif solusi
pengambilan keputusan dan lain-lain akan sebagai bentuk usaha pengajar dalam
berkontribusi pada pengembangan desain mempertahankan semangat mahasiswa dalam
kurikulum kewirausahaan. menjalankan bisnisnya.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan Mahasiswa akan merasa tertantang jika
bahwa pengalaman pengajar menjadi hal pengajarnya pun memberikan tantangan untuk
penting untuk dikaji, karena akan didapatkan mereka dapat melakukan hal yang lebih dari
temuan yang dapat memberikan perbaikan pada apa yang telah dilakukan. Tantangan tersebut
model pendidikan kewirausahaan dan dapat menguatkan mental mahasiswa yang juga
memberikan masukan kepada pembuat sebagai pebisnis. Disarankan untuk tetap
kebijakan kurikulum. Sehingga kajian yang menantang mahasiswa dengan tantangan baru
berkala perlu dilakukan agar dapat terbentuk yang terukur dan sekiranya dapat dicapai oleh
evaluasi dan pembaharuan kebijakan. mahasiswa. Dengan tantangan itulah
Penelitian ini menemukan fakta adanya diharapkan mahasiswa akan memberikan hasil
tantangan yang cukup problematis yang yang bisa jadi diluar ekspektasi.
dihadapi oleh universitas dari kasus di Dari jawaban-jawaban peserta FGD, dapat
konsentrasi kewirausahaan Universitas disimpulkan bahwa efektivitas life project
Prasetiya Mulya. Menjadi pembelajaran sangat tergantung pada pemahaman dan
tersendiri akan pentingnya koordinasi antar keterlibatan dosen sebagai fasilitator yang
pengajar mata kuliah yang berlangsung di mengintegrasikan semua elemen model
semester yang sama. Koordinasi yang baik pendidikan kewirausahaan. Baik learning
akan berdampak pada pembelajaran dari life environment (fungsi mata kuliah jangkar dan
project yang maksimal. Tak hanya dari sisi keterkaitan nya dengan mata kuliah
pengajar, bagaimana dinamika kelompok bisns pendukung), motivasi mahasiswa dengan
yang terjadi selama life project juga menjadi pemberian tantangan-tantangan yang
problematika tersendiri. Perlu dicoba untuk ditargetkan serta pemahaman mahasiswa serta
selalu membenahi koordinasi antar pengajar di pengajar di mata kuliah lain terkait keharusan
mata kuliah yang berbeda dan mengkaji dalam implementasi konsep dalam life project.
dinamika kelompok untuk dapat membuat
sistem pembelajaran yang lebih baik.

379
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
DAFTAR RUJUKAN Annual Conference of International
Council of Small Business.
Coombs, P., 1985. The world crisis in
education.. New York: Oxford.
Keiha, A. M. Z. B. H. D., 2002. Teaching
Maori students business issues: an
Creswell, J. W., 2007. Qualitative Inquiry & experiential approach. Education +
reserach Design. Thousand Oaks: Sage Training, pp. Vol. 44 pp138-143.
Publications.

Kuratko, D. F., 2005. The emergence of


Gaddam, S., 2007. A conceptual analysis of entrepreneurship education: development,
factors influencing entrepreneurship trends and challenges. ET&P, pp. pp.
behavior and actions. The Icfaian Journal 577-597.
of Management Research, Volume VI,
pp. 46-63.
Matlay, H., 2008. The Impact of
entrepreneurship education on
Heck, R. H., 2009. Teacher effectivenness and entrepreneurial outcomes. Journal of
student achievement. Journal of Small Business and Enterprise
Educational Administration, pp. Vol. 47 Development, Volume 15, pp. 382-396.
pp227-249.

Morgan, D. L., 1998. Focus group as


Honig, B., 2004. Entrepreneurship education: qualitative research. Newburry Park:
toward a model of contigency-based Sage Publications.
business planning. Academy of
Management Learning & Education,
3(3). Pretorius, M., Nieman, G. & van Vuuren, J.,
2005. Critical evaluationof two models
for entrepreneurial education.
Hutchcinson, D. A., 2015. Coming to International Journal of Education
understand experience, Dewey's theory of Managament, Volume 19, pp. 413-427.
experience and narrative inquiry. Journal
of Thought.
Vesper, K., 1999. Unfinished business
Jurie Van Vuuren, G. N., 2000. (entrepreneurship) of the 20th century.
Entrepreneurship education and training: Coleman White Paper, USASBE National
a model for syllabi/curriculum Conference.
development. Proceedingsof the 44th

380
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Implementasi Pembelajaran Mata Kuliah Kewirausahaan
di Fakultas Teknik Universitas Surabaya (UBAYA)

Rudy Agustriyanto
Esti Dwi Rinawiyanti
Universitas Surabaya
Email: rudy.agustriyanto@staff.ubaya.ac.id

Abstrak: Implementasi pembelajaran mata kuliah Kewirausahaan dan Inovasi di


Fakultas Teknik Universitas Surabaya sejak 2010 sampai dengan sekarang (2016)
mengadopsi sistem yang dikembangkan oleh Yayasan Rumah Perubahan. Namun
demikian setelah berjalannya waktu terasa diperlukannya pembaharuan agar materi
yang diberikan dapat up to date. Masalah yang dihadapi oleh tim pengajar adalah:
kurangnya tenaga pengajar yang berpengalaman praktis, jumlah mahasiswa yang
banyak dan kurangnya kesempatan untuk praktik langsung terhadap materi yang
diberikan. Berbagai permasalahan tersebut memacu tim pengajar untuk berinovasi
dalam implementasi pembelajaran. Artikel ini melaporkan beberapa aspek dalam
proses pembelajaran mata kuliah Kewirausahaan dan Inovasi di Fakultas Teknik
Universitas Surabaya. Selain itu, hasil evaluasi proses pembelajaran mata kuliah ini
untuk Semester Gasal 2015-2016 juga disajikan.

Kata kunci: Kewirausahaan, Inovasi, Proses Pembelajaran

Dalam UU no. 12 tahun 2012 [1], dinyatakan sekitarnya dalam menciptakan usaha sendiri
bahwa tujuan pendidikan tinggi adalah menjadi setelah lulus maupun saat kuliah.
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Implementasi kurikulum pendidikan
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, tinggi seharusnya selalu up to date untuk
sehat, berilmu, cakap, kreatif, terampil, menjamin bahwa mahasiswa tidak hanya
kompeten dan berbudaya untuk kepentingan memiliki pengetahuan tetapi juga menguasai
bangsa. Salah satu tujuan pembelajaran soft skill untuk menghadapi era globalisasi saat
Kewirausahaan adalah meningkatkan ini. Fokus mata kuliah ini adalah menyemaikan
kompetensi mahasiswa baik hardskills bibit kewirausahaan pada generasi muda /
mapupun softskills. Mata Kuliah mahasiswa. Dengan demikian seharusnya
Kewirausahaan merupakan pelajaran yang outcome yang diharapkan adalah semakin
membentuk karakter wirausaha atau minimal banyaknya jumlah wirausahawan yang muncul
menambah pengetahuan mahasiswa mengenai dari lulusan perguruan tinggi.
seluk-beluk bisnis baik dari sisi softskill
maupun hard skill sehingga mahasiswa mampu
memanfaatkan peluang-peluang yang ada di
381
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
METODE Baru
13 Kepemimpinan
Metode yang diadopsi adalah pemaparan 14 Presentasi Tugas
faktual dan obrservasi penulis selama 5 tahun
mengampu mata kuliah ini di Fakultas Teknik Mata kuliah ini berbobot 3 SKS.
Universitas Surabaya. Paparan akan dilakukan Yayasan Rumah Perubahan menyediakan
dalam bidang kurikulum, tim pengasuh, handout, video, dan buku modul mahasiswa
mahasiswa, kuliah tamu, tugas, ujian dan maupun modul untuk instruktur [3] sehingga
inkubator bisnis. Selain itu hasil pengolahan memudahkan penyampaian materi perkuliahan.
kuesioner evaluasi proses pembelajaran mata Berbagai studi kasus, games, quiz telah
kuliah Kewirausahaan dan Inovasi pada tersedia. Disamping itu, tersedia juga Modul
semester gasal 2015-2016 juga dipaparkan Pembelajaran Kewirausahaan dalam bentuk e-
dalam artikel ini. book yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan [4].
Di Universitas Surabaya, mata kuliah
HASIL & PEMBAHASAN Kewirausahaan ada di semua fakultas, namun
dikelola oleh masing-masing fakultas. Upaya
Kurikulum penyeragaman kurikulum di tingkat universitas
Tabel 1 menunjukkan contoh jadwal mata pernah diupayakan namun belum berhasil
kuliah Kewirausahaan pada semester genap diimplementasikan. Di beberapa fakultas ada
2015-2016. Materi yang diberikan adalah yang memberikan bobot 3 SKS, namun di
sesuai dengan modul Rumah Perubahan fakultas yang lain dimungkinkan 2 SKS.
lengkap dengan handoutnya [2].

Tabel 1. Jadwal Mata Kuliah Kewirausahaan Tim Pengasuh


Minggu Materi KP A, B, C Tim pengasuh yang terlibat terdiri dari
1 Spirit Wirausaha 6 orang dosen, dimana 1 orang berjenjang
2 Inovasi pendidikan strata 3 dan 5 orang berjenjang
3 Etika Bisnis strata 2. Ada 2 orang dengan jabatan fungsional
4 Berorientasi pada Lektor Kepala dan 4 orang Lektor. Latar
Tindakan belakang dosen pengajar bervariasi dari Teknik
5 Faktor X Industri, Teknik Kimia dan Teknik
6 Peluang (Mencari Informatika; semuanya dari Fakultas Teknik.
Gagasan Usaha)
7 Kuliah Tamu Mahasiswa
Ujian Tengah Semester Mahasiswa peserta mata kuliah ini
berasal dari program studi yang ada di Fakultas
8 Rencana Bisnis
Teknik: Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik
9 Manajemen
Elektro, Informatika dan Teknik Manufaktur.
Pemasaran
Karena penempatan mata kuliah ini dalam
10 Manajemen
kurikulum di berbagai program studi berbeda-
Keuangan dan
beda, maka mahasiswa bisa berasal dari
Pembiayaan Usaha
semester 4 sampai semester 8.
11 Pengambilan
Jumlah mahasiswa per kelas rata-rata
Resiko
tiap semesternya berkisar antara 70 – 110
12 Memulai Usaha
382
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa Fakultas demikian dari sisi teknologi mahasiswa secara
Teknik Universitas Surabaya berasal dari umum belum bisa mengangkat isyu
keluarga wirausaha (bukan pegawai), bervariasi Technopreneurship dalam produknya. Hal ini
dari pemilik toko, bengkel, rumah makan, tampak dari sebagian besar produk yang
kontraktor dsb. didominasi produk makanan dan minuman.
Tantangan lain yang dihadapi penyelenggara
Kuliah Tamu adalah keluhan pihak kantin kampus dimana
Kuliah tamu dialokasikan minimal produknya menjadi kurang laku karena adanya
sekali dalam tiap semester dengan pembicara Ekspo. Disamping itu, penyelenggara
berganti-ganti. Mulai dari alumni, tokoh menghadapi keluhan kolega sesama dosen
pengusaha yang berhasil, kuliah tamu dari terkait ketidakhadiran mahasiswa dalam
perusahaan (Pertamina dll). Beberapa alumni berbagai acara perkuliahan karena kegiatan
yang diundang dahulunya merupakan peserta ekspo. Kritik yang ada terkait acara ini
mata kuliah ini juga yang kemudian umumnya menyoroti produk yang dijual
berwirausaha. mahasiswa yang tidak terkait dengan bidang
Problem yang dihadapi pada ilmu keteknikan yang digelutinya.
penyelenggaran kuliah tamu ini adalah ketika Salah satu prestasi dalam bidang
ditetapkan jadwal kuliah tamu, tidak semua Technopreneurship yang pernah dicapai tim
mahasiswa bisa hadir. Hanya mahasiswa yang mahasiswa Ubaya yaitu ketika pada tahun 2009
memang pada jam itu kuliah Kewirausahaan mengikuti PolyU Innovation and
yang pasti bisa hadir. Entrepreneurship Student Challenge, suatu
Tidak ada unsur penilaian mahasiswa kompetisi perencanaan bisnis internasional
pada acara kuliah tamu. Acara dimaksudkan yang diselenggarakan oleh The Hongkong
untuk memberikan wawasan praktis dunia Polytechnic University. Dalam final lomba
wirausaha kepada mahasiswa disamping tersebut, tim mahasiswa Ubaya yang
meluaskan jejariang kerjasama institusi dengan mengangkat produk Chloro Cell berhasil
pihak luar. masuk ke lima besar dalam nomor Commercial
Award.
Tugas
Tugas yang diberikan umumnya adalah Ujian
pembuatan Business Plan dan dikerjakan Ujian tertulis yang menguji aspek
berkelompok. Mahasiswa membuat Business kognitif mahasiswa bisa diadakan, baik Ujian
Plan dan menyerahkannya pada dosen dan Tengah Semester maupun Ujian Akhir
kemudian mempresentasikannya di kelas. Semester. Soal bervariasi dari tipe pilihan
Variasi bentuk tugas lainnya yang ganda, soal subyektif sampai studi kasus.
pernah diberikan adalah pembuatan proposal Kombinasi penilaian dari Ujian Tengah
PKM Dikti, laporan kunjungan ke pameran Semester dan Tugas (untuk Nilai Akhir
UKM dan Koperasi di Mall, dll. Semester) sering dipilih karena memasukkan
Salah satu aktivitas yang disukai aspek Psikomotorik dalam unsur penilaian.
mahasiswa adalah tugas Ekspo. Aktivitas ini
ditujukan untuk memberikan kesempatan Inkubator Bisnis
praktik kewirausahaan kepada mahasiswa. Universitas Surabaya belum memiliki
Mahasiswa secara berkelompok mengangkat inkubator bisnis.
suatu produk yang dijualnya pada hari Ekspo
yang diselenggarakan di Fakultas. Namun
383
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Kuesioner Evaluasi Proses Pembelajaran memadai?
Kuliah A. Tidak pernah dibahas dan tidak
Data berikut ini merupakan hasil dikembalikan
perhitungan dan kuesioner yang telah diisikan B. Tidak pernah dibahas, berkas
oleh peserta mata kuliah Kewirausahaan dan dikembalikan
Inovasi pada semester Gasal 2015-2016. Tabel C. Dibahas secara lisan/ diberi
2 menampilkan profil responden. kunci jawaban, berkas hasil
penilaian tidak dikembalikan
Tabel 2. Profil Responden D. Dibahas secara lisan/ diberi
Semester Gasal 2015/2016 kunci jawaban, berkas hasil
Mata Kuliah Kewirausahaan dan penilaian dikembalikan
Inovasi (3 SKS) E. Tidak ada tugas
Σ Kelas Paralel 3 3 Apakah kuis (jika ada) mendapat
Tipe Kelas Kuliah feedback/evaluasi dan koreksi yang
Σ Pengisi Kuesioner 257 memadai?
Σ Angkatan Terbanyak 2013 (sebanyak 161
A. Tidak pernah dibahas dan tidak
responden, 62%)
dikembalikan
Prosentase IPK 2 s.d 3 : 40%
>=3 : 60% B. Tidak pernah dibahas, berkas
dikembalikan
Tabel 3 di bawah ini berisi daftar C. Dibahas secara lisan/ diberi
pertanyaan yang diberikan lepada mahasiswa kunci jawaban, berkas hasil
terkait materi dan ujian. Sedangkan Tabel 4 penilaian tidak dikembalikan
berisi daftar pertanyaan terkait dosen pengasuh. D. Dibahas secara lisan/ diberi
Terdapat 7 pertanyaan untuk materi dan ujian kunci jawaban, berkas hasil
dan 5 pertanyaan untuk dosen pengasuh. penilaian dikembalikan
E. Tidak ada kuis
Tabel 3. Daftar Pertanyaan: Materi dan Ujian 4 Apakah UTS atau pengganti UTS
No Pertanyaan (misal : tugas, project, dll)
mendapat feedback/evaluasi dan
1 Bagaimana dosen menjelaskan
rencana pembelajaran (tujuan mata koreksi yang memadai?
kuliah, struktur materi per tatap A. Tidak pernah dibahas dan tidak
dikembalikan
muka, faktor-faktor sebagai dasar
penilaian/evaluasi, dll) pada mata B. Tidak pernah dibahas, berkas
kuliah ini? dikembalikan
A. Tidak pernah dijelaskan C. Dibahas secara lisan/ diberi
rencananya kunci jawaban, berkas hasil
B. Diterangkan namun kurang bisa penilaian tidak dikembalikan
dipahami D. Dibahas secara lisan/ diberi
C. Diterangkan secara lisan dengan kunci jawaban, berkas hasil
jelas penilaian dikembalikan
D. Diterangkan secara lisan dengan 5 Apakah materi yang didapat dari
jelas dan juga tertulis (papan/ hand-out, modul, diktat kuliah,
kertas/ transparansi/ file/ e-learning) buku referensi, jurnal mengikuti
2 Apakah tugas mendapat perkembangan (up-to-date) ?
feedback/evaluasi dan koreksi yang A. Tidak up-to-date
384
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
B. Kurang up-to-date No Pertanyaan
C. Up-to-date Anda serap dengan jelas selama
D. Sangat up-to-date mengikuti mata kuliah ini?
6 Seberapa besar manfaat dari tugas A. Sangat sedikit (kurang dari 20%)
yang diberikan dosen? B. Kurang lebih 20% - 40%
A. Tidak banyak bermanfaat / C. Banyak (>40% sampai 60%)
menambah beban saja D. Hampir seluruhnya (di atas 60%)
B. Sedikit menambah kemampuan 5 Bagaimana dosen menanggapi
C. Banyak menambah kemampuan saran/keluhan yang disampaikan
D. Sangat banyak menambah mahasiswa?
kemampuan A. Tidak bijaksana
7 Bagaimanakah kesesuaian antara B. Kurang bijaksana
materi kuliah yang diberikan C. Bijaksana
dengan struktur materi yang D. Sangat bijaksana
direncanakan?
A. Tidak sesuai Hasil pengolahan kuesioner ditunjukkan
B. Kurang sesuai pada Tabel 5 dan 6. Hasil pengolahan lebih
C. Sesuai lanjut dari kuesioner tersebut memberikan
D. Sangat sesuai Indeks Materi dan Ujian = 3,71 dan Indeks
Dosen Pengasuh = 3,80 (untuk salah satu dosen
Tabel 4. Daftar Pertanyaan: Dosen Pengasuh pengasuh). Masing-masing dosen akan
No Pertanyaan memiliki nilainya sendiri.
1 Seberapa sering perkuliahan ini
berlangsung tepat waktu baik awal
maupun akhir?
A. Tidak pernah tepat waktu
B. Jarang tepat waktu
C. Sering tepat waktu
D. Selalu tepat waktu Tabel 5. Hasil Pengolahan Kuesioner:
2 Bagaimana minat dan semangat Materi dan Ujian
belajar Anda dengan metode Prosentase
No
pembelajaran yang dijalankan A B C D E
dosen? 1 1,9 5,4 58,4 34,2 0,0
A. Sangat tidak berminat 2 5,4 19,1 20,2 52,1 3,1
B. Kurang berminat 3 14,8 12,1 18,3 36,6 18,3
C. Berminat & semangat 4 5,8 32,3 37,4 24,5 0,0
D. Sangat bergairah & semangat 5 1,2 5,8 70,8 22,2 0,0
3 Bagaimana dosen menyampaikan 6 1,2 7,8 68,1 23,0 0,0
materi? 7 0,0 4,3 73,9 21,8 0,0
A. Tidak menarik (monoton)
B. Kurang menarik (agak Tabel 6. Hasil Pengolahan Kuesioner:
membosankan) Dosen Pengasuh
C. Menarik Prosentase
D. Sangat menarik (interaktif) No
A B C D E
4 Seberapa banyak materi yang bisa 1 0,0 3,9 69,4 26,7 0,0
385
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
2 1,0 18,9 61,2 18,9 0,0  Keep it up
3 1,0 25,7 54,9 18,4 0,0  Gaya ngajarnya diubah
4 1,5 16,0 60,7 21,8 0,0  Bagus
5 0,0 10,2 68,4 21,4 0,0  Well

Selain harus mengisi kesioner pada Faktor-faktor kesulitan belajar yang


skala Liekert, mahasiswa juga diberikan ruang dialami mahasiswa ketika mengikuti mata
untuk meberikan saran secara subyektif untuk kuliah ini ditunjukkan pada Tabel 7.
meningkatkan efektivitas mata kuliah
Kewirausahaan dan Inovasi. Beberapa saran Tabel 7. Faktor Kersulitan Belajar
dan kritik yang terekam pada semester gasal Pertanyaan Jumla Prosentase
2015-2016 antara lain: h
 Tugas jangan terlalu banyak A.Kemampuan 14 5,4
 Kapasitas klsnya dikurangi suapaya tdk Bahasa Inggris
terlalu bising
 Lebih kreatif dalam mengajar B.Kemampuan 24 9,3
 Sudah baik dan bersemanga. diri yang terbatas
 Terimakasih C.Malas membaca 41 16,0
 Penilaian jangan diserahkan ke mahasiswa D.Kesulitan 16 6,2
(kelompok lain) karena bisa jadi tidak fair bekerjasama
karena faktor teman / faktor musuh. dalam tim
Terimakasih. E. Suasana kelas 39 15.2
 Sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan yang kurang
dalam penyampaian materi. Tetap kondusif (terlalu
Bersemangat. padat dll)
 Mungkin perlu ada UAS atau paling tidak
Adapun ringkasan indeks kuesioner dapat
ada kerja lapangannya, serta peringkasan
materi slidenya. dilihat pada Tabel 8.
 Kuliah tamu sebaiknya diadakan sewaktu
jam mata kuliah berlangsung, tidak di jam
yang lain.
 Sebaiknya kelompoknya diacak oleh
Tabel 8. Ringkasan Indeks Kuesioner
pengajar kalo mau semua mendapatkan
Item Penilaian Indeks
kelompok sebab ada anak yang kurang
Materi dan Ujian 3,71
sosialisasi dengan teman disekitarnya
 Tidak ada.
Asisten Mahasiswa 0,00
 Bagus
/ Praktikum/
Tutorial
Dosen Pengasuh 3,96
Sedangkan pernyataan-pernyataan
Skor Keseluruhan 3,84
berikut ini ditujukan kepada salah seorang
dosen pengasuh:
 Lebih ditingkatkan lagi untuk penyampaian
Kuesioner semacam ini juga diberlakukan
untuk semua mata kuliah yang diselenggarakan
materi
 Pertahankan
di Universitas Surabaya dan dilakukan oleh
mahasiswa secara online yang dikelola oleh
386
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Direktorat Penjaminan Mutu dan Audit Internal 5. Latar belakang mahasiswa sebagian besar
Universitas Surabaya. berasal dari keluarga yang berwirausaha.
6. Kuliah Tamu selalu diadakan untuk
SIMPULAN memberikan wawasan dunia kerja dan
wirausaha praktis kepada mahasiswa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa 7. Ujian Tengah Semester diberikan untuk
implementasi pembelajaran mata kuliah menilai aspek kognitif mahasiswa
Kewirausahaan di Fakultas Teknik Universitas 8. Tugas pembuatan Business Plan dan
Surabaya adalah sebagai berikut: presentasinya dinilai untuk nilai akhir
1. Kurikulum dan materi perkuliahan telah semester.
tersedia untuk Fakultas Teknik. 9. Tugas aktivitas Ekspo bisa diberikan
2. Kurikulum tidak seragam di tiap fakultas. bilamana memungkinkan.
3. Dosen pengampu berasal dari Fakultas 10. Belum adanya inkubator bisnis di
Teknik sendiri dan sebagian besar berlatar Universitas Surabaya.
belakang akademisi. 11. Terdapat kuesioner evaluasi proses
4. Umumnya kelas Kewirausahaan adalah pembelajaran di akhir kuliah sebagai bahan
kelas besar dengan jumlah mahasiswa > 70 masukan untuk perbaikan berkelanjutan.

DAFTAR RUJUKAN ___________. 2010. Manual Untuk Instruktur


(Dosen) – Kewirausahaan untuk
Undang Undang No.12 Tahun 2012 Tentang Program Strata 1. Yayasan Rumah
Pendidikan Tinggi. Perubahan.

___________. 2010. Modul Kewirausahaan ___________. 2013. Modul Pembelajaran


Untuk Program Strata 1. Yayasan Kewirausahaan. Direktorat Jenderal
Rumah Perubahan. Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
Ditjen Pendidikan Tinggi, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

387
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Penguatan Pendidikan Kewirausahaan
Melalui Pendekatan Manajemen Proyek

Tri Hendro Sigit Prakosa


STIE YKPN Yogyakarta
Email: prakosa@yahoo.com

Abstrak : Pendidikan kewirausahaan berperan sangat strategis dalam menumbuhkan tingkat


partisipasi kewirausahaan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda (termasuk siswa sekolah
dan mahasiswa) agar jumlah wirausahawan baru terus bertambah. Sebagai bagian dari proses sosial
yang perlu dijalani mahasiswa selama menempuh pendidikan tinggi, pendidikan kewirausahaan ini
berpotensi meningkatkan kreativitas, inovasi serta keberanian menempuh risiko, sekaligus mengasah
kemampuan mahasiswa dalam merencanakan dan mengelola kehidupannya sehari-hari guna mencapai
tujuan tertentu, termasuk tujuan komersial dan sosial (masyarakat). Artikel ini berupaya mengupas
sejauh mana pendekatan manajemen proyek secara efektif diterapkan dalam pendidikan
kewirausahaan yang membutuhkan praktik nyata dalam proses pembelajarannya, sehingga hasilnya
bermanfaat secara ekonomis dan sosial. Tidak hanya berhenti pada tahap penyusunan business plan
semata, pendidikan kewirausahaan juga harus mampu mengubah ide-ide menjadi hal-hal yang praktis
dengan target nyata. Melalui pendekatan proyek, mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan
masalah yang kompleks melalui kerjasama tim meskipun dibatasi waktu dan sumber daya yang
tersedia. Pendekatan manajemen proyek memiliki kelebihan karena menghasilkan pengalaman unik
dalam proses pembelajaran (learning based experience) seperti menyelesaikan masalah-masalah yang
kompleks secara berkelompok, suatu hal yang jarang ditemukan dalam metode pembelajaran
konvensional. Kemampuan bekerja dalam proyek, menyelesaikan masalah, dan memastikan kualitas
hasil yang tinggi bagi proyek tersebut merupakan keterampilan inti yang diperlukan peserta didik atau
mahasiswa dalam meningkatkan kompetensi profesional dan bisnis.

Kata Kunci : kewirausahaan, pendidikan kewirausahaan, manajemen proyek, kompetensi

Telah banyak pengertian atau definisi yang wirausahawan baru terus bertambah. Jumlah
menunjukkan karakter wirausahawan, wirausahawan di Indonesia hanya berkisar
diantaranya adalah inovatif (Bolton W.K., 1,65% dari jumlah penduduk, cukup rendah
1986); menempuh risiko secara moderat dibandingkan dengan negara ASEAN lain
(Lynskey, 2002); selalu waspada (Kirzner, seperti Malaysia (5%), Singapura (7%), dan
1973); bertanggung jawab dan mengambil Thailand (3%). Menurut catatan Kementerian
keputusan (Brockhaus, R.H. and Horwitz, P.S., Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI tahun
1986); ambisius, ingin bebas, percaya diri, dan 2014 yang lalu, hanya terdapat 42 juta pelaku
bertanggung jawab penuh atas dirinya usaha kecil dan menengah di seluruh
(Gorman, G., Hanlon, D., and King, W.,1997); Indonesia. Pertambahan jumlah wirausahawan
ingin berkuasa (Dunkelberg and Cooper, 1982), baru cenderung stagnan meskipun beberapa
dan berorientasi pada nilai-nilai pribadi perguruan tinggi di Indonesia telah
(Timmons, 1978). menjalankan program dan kuliah
Pendidikan kewirausahaan berperan sangat Kewirausahaan.
strategis dalam menumbuhkan tingkat Pendidikan kewirausahaan memiliki
partisipasi kewirausahaan masyarakat karakteristik yang berbeda dari pendidikan
Indonesia, khususnya generasi muda (termasuk bisnis atau ekonomi pada umumnya. Tujuan
siswa sekolah dan mahasiswa) agar jumlah utama pendidikan kewirausahaan adalah
388
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
mendorong kreativitas, inovasi, dan keinginan berbagai perilaku, keterampilan, dan atribut
bekerja sendiri (self-employment) dengan penting bagi setiap individu maupun kelompok
penekanan pada pengembangan atribut dan guna menciptakan, menghadapi, dan
keterampilan pribadi guna mendorong pola menyelaraskan diri dengan perubahan dan
pikir berwirausaha (entrepreneurship mindset), inovasi. Efektivitas pencapaian hasil
peningkatan kesadaran untuk berwirausaha, pembelajaran bagi individu, kelompok, maupun
bahkan menjadikan wirausaha sebagai plihan organisasi dipengaruhi oleh adanya
karir, penyelesaian kegiatan atau proyek nyata, keterbukaan, keterlibatan, serta penerimaan
dan penyediaan pengetahuan serta metode yang semua pelaku pembelajaran terhadap situasi
memadai untuk membangun usaha rintisan kompleks yang penuh dengan ketidakpastian.
(start-up) dan mengembangkan usaha tersebut.
Menurut Johannisson (1997), pendidikan UKURAN KINERJA PENDIDIKAN
kewirausahaan memampukan seseorang untuk KEWIRAUSAHAAN
mencapai ambisi maupun tujuan pribadi secara
lengkap. Melalui pemanfaatan informasi, dan Pendidikan kewirausahaan berlandaskan
seluruh daya yang dimilikinya (termasuk pada perilaku-perilaku tertentu yang harus
kreativitas, jaringan, maupun modal) dalam dipraktikkan dan didukung oleh lingkungan
menjalankan bisnis, seseorang terus berupaya pembelajaran. Beragam keterampilan, perilaku,
untuk membayangkan dan merealisasikan ide- dan atribut yang disematkan dalam kurikulum
idenya guna mencapai visinya. Maka praktik pengajaran kewirausahaan berimplikasi pada
kewirausahaan ini tidak hanya berhenti pada strategi pengajaran tertentu, yang oleh Gibb
tahapan menelurkan ide, namun yang lebih (2006) disebut sebagai pembelajaran kognitif.
penting adalah memprovokasi dan mewujudkan Pembelajaran kognitif lebih menekankan
perubahan setiap saat (Nystrom, 1995). proses dibandingkan hasil akhir, karena melalui
Johannisson et al. (1998) menekankan proses inilah tingkah laku pembelajar akan
kewirausahaan berhubungan sebagai “tindakan dibentuk melalui persepsi dan pemahaman atas
berpikir dan bertindak secara unik atau situasi yang dihadapi saat melakukan
berbeda, yang mengubah atau memindahkan pembelajaran.
sesuatu,” sehingga pembelajaran The Consortium for Entrepreneurship
kewirausahaan tidak hanya berurusan dengan Education yang berpusat di Columbus, Ohio,
analisis angka-angka, namun juga berkaitan AS (www.entre-ed.org) telah menerbitkan
dengan hal-hal intuitif yang menjadikan ide-ide standar kinerja yang diharapkan dari suatu
menjadi kenyataan. pendidikan kewirausahaan, yaitu The National
Mengajarkan materi kewirausahaan kepada Content Standards for Entrepreneurship
generasi muda seharusnya berpijak kepada Education (NCSEE Standards). Pada
situasi yang dialami oleh korporasi. Artinya, prinsipnya, NCSEE Standards ini mengukur
melalui pendekatan korporasi ini, siswa atau kinerja yang berasal dari keterampilan
generasi muda akan berlatih untuk menerima berwirausaha (entrepreneurial skills),
tanggung jawab bagi mereka sendiri, mencoba pengetahuan dasar dan keterampilan yang
untuk mencapai tujuan, mengeksploitasi diperlukan untuk menjadi wirausahawan yang
berbagai peluang yang ada melalui kreativitas berhasil (ready skills), dan aktivitas yang
yang mereka ciptakan, serta belajar dijalankan dalam bisnis (business functions).
menyelesaikan persoalan-persoalan sehari-hari. Tabel berikut meringkas berbagai indikator
Oleh karena itu proses pembelajaran kinerja pendidikan kewirausahaan yang
kewirausahaan diarahkan untuk membangun terdapat dalam NCSEE Standards.

389
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Tabel 1.1. Ringkasan Indikator Kinerja Pendidikan Kewirausahaan

Indikator Sub Indikator Kriteria


Entrepreneurial Proses kewirausahaan Penemuan ide baru (discovery)
skills (entrepreneurial processes) Pengembangan konsep
Pencarian sumber daya
(resourcing)
Aktualisasi
Pemerolehan hasil (harvesting)
Keperilakuan Kepemimpinan
(entrepreneurship Asesmen pribadi
traits/behavior) Pengelolaan pribadi
Ready skills Dasar-dasar bisnis (business Konsep-konsep bisnis
foundations) Aktivitas-aktivitas bisnis
Keterampilan berkomunikasi Dasar-dasar komunikasi
dan interpersonal Komunikasi kepada staf
(communication and Etika dalam komunikasi
interpersonal skills) Hubungan dalam tim kerja
Menangani konflik
Keterampilan digital (digital Dasar-dasar komputer
skills) Pemanfaatan aplikasi komputer
Ekonomi (economics) Konsep-konsep dasar ekonomi
Analisis biaya-laba
Tren/indikator ekonomi
Sistem ekonomi
Konsep-konsep internasional
Literasi keuangan (financial Dasar-dasar keuangan
literacy) Jasa-jasa keuangan
Manajemen keuangan pribadi
Pengembangan profesional Perencanaan karir
(professional development) Keterampilan menemukan
pekerjaan yang sesuai (job-seeking
skills)
Business functions Manajemen keuangan Akuntansi
(financial management) Keuangan
Manajemen uang (money
management)
Manajemen sumber daya Keterampilan mengorganisasi
manusia (human resource Keterampilan memilih staf
management) Pelatihan/pengembangan
390
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Indikator Sub Indikator Kriteria
Motivasi
Asesmen
Manajemen informasi Penyimpanan catatan (record
(information management) keeping)
Teknologi penyimpanan
Pemerolehan informasi
(information acquisition)
Manajemen pemasaran Penciptaan produk/jasa
(marketing management) Manajemen informasi pemasaran
Promosi
Penetapan harga
Keterampilan menjual (selling)
Manajemen operasi Sistem-sistem bisnis
(operations management) Manajemen jaringan
Pembelian/pengadaan
Kegiatan operasional harian
Manajemen risiko (risk Risiko-risiko bisnis
management) Pertimbangan hukum
Manajemen strategik (strategic Keterampilan merencanakan
management) Keterampilan mengendalikan
Sumber: The National Content Standards for Entrepreneurship Education (NCSEE Standards), The
Consortium for Entrepreneurship Education, 2004.

PENDEKATAN MANAJEMEN PROYEK tertentu. Keterampilan yang diperolehnya


berguna untuk mendukung kegiatan sehari-hari,
Menelisik berbagai peluang, menelurkan yang apabila menjadi karyawan menjadikan
ide-ide, dan mengubah ide-ide tersebut menjadi dirinya semakin sadar tentang posisinya di
aktivitas atau produk yang bersifat praktis dan dalam perusahaan sehingga terus berupaya
memiliki ukuran, nilai, atau target tertentu untuk meningkatkan karir.
sesungguhnya menjadi esensi dasar Proyek sebagai sebuah skema atau
pembelajaran kewirausahaan, yang manfaat rangkaian kegiatan yang unik memiliki target
dari pembelajaran ini tidak hanya dinikmati tertentu yang pencapaian hasilnya dilaksanakan
oleh individu, namun juga oleh masyarakat melalui organisasi spesifik yang didesain untuk
secara umum, baik dari sisi ekonomi, sosial, proyek bersangkutan. Suatu proyek diharapkan
maupun kultural. Secara tegas dikemukakan selesai pada anggaran dan tenggat waktu yang
oleh Komisi Eropa (2006) bahwa pembelajaran terbatas, sehingga diperlukan pengelolaan
kewirausahaan bertujuan untuk menjadikan proyek secara terpadu guna memastikan
peserta didik mampu mengubah ide-idenya kualitas hasil proyek tercapai dengan disertai
menjadi kenyataan. Peserta dikembangkan inovasi dalam prosesnya. Oleh karena itulah
menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, berani dibutuhkan seorang manajer proyek yang cakap
mengambil risiko, serta mampu merencanakan yang mampu menggabungkan kompetensi
dan mengelola berbagai kegiatan penting atau individu dengan kelompok, memantau
proyeknya guna mencapai tujuan-tujuan kemajuan yang telah dicapai, serta memberikan
391
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
nasihat kepada klien apabila diperlukan. Jika dianggap lebih mudah diterapkan, dan
terjadi kesalahan atau ketidaksesuaian hasil penilaian akhir sedikit bersifat ambigu. Artinya,
proyek dengan perencanaan awal, maka para pengajar kewirausahaan merasa lebih
manajer proyek beserta timnya bertugas untuk nyaman dan mudah memberikan penilaian
menemukan penyebabnya sekaligus akhir kepada para mahasiswanya dengan
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam menggunakan hasil akhir berupa business plan
proyek tersebut. mereka. Business plan dianggap memberikan
Pendekatan manajemen proyek memiliki hasil lebih jelas dan pasti dibandingkan praktik
kelebihan karena menghasilkan pengalaman langsung yang cenderung memiliki
unik dalam proses pembelajaran (learning ketidakpastian yang besar. Padahal menurut
based experience) seperti menyelesaikan Hjorth et al. (2003), berbeda dengan proses
masalah-masalah yang kompleks secara pengelolaan di perusahaan (proses manajerial)
berkelompok, suatu hal yang jarang ditemukan yang banyak bermain di wilayah pengendalian
dalam metode pembelajaran konvensional. dan standarisasi pada situasi normal,
Kemampuan bekerja dalam proyek, kewirausahaan lebih banyak berhubungan
menyelesaikan masalah, dan memastikan dengan kegiatan aktif dan perubahan pada
kualitas hasil yang tinggi bagi proyek tersebut situasi yang penuh dengan ketidakpastian atau
merupakan keterampilan inti yang diperlukan anomali.
peserta didik atau mahasiswa dalam
meningkatkan kompetensi profesional dan METODE
bisnis.
Pendekatan manajemen proyek dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan
pembelajaran kewirausahaan bukanlah satu- eksperimentasi dengan melibatkan kelas
satunya metode yang terbaik, namun melalui Kewirausahaan dan Komunikasi Bisnis yang
sebuah sistem kerja terencana serta diasuh oleh penulis pada tahun 2012 lalu.
pembentukan sikap profesional yang Dengan sampel berjumlah 77 mahasiswa
mensyaratkan tanggung jawab, kerja sama tercatat aktif pada kedua matakuliah tersebut,
lintas fungsi atau jurusan, kreativitas, dan dibentuklah 10 (sepuluh) kelompok, dengan
pemikiran antisipatif dalam penyelesaian masing-masing kelompok diberi target untuk
pekerjaan atau proyek bersangkutan akan menyelenggarakan berbagai kegiatan
memperdalam pengalaman praktik dan batin edutainment di lingkungan kampus seperti
siswa dibandingkan metode pembelajaran workshop, pameran, seminar, maupun kegiatan-
konvensional. Kemampuan bekerja sama dalam kegiatan lain yang dikemas dalam tema
proyek, menyelesaikan berbagai masalah yang Seturan City Project 2012 (SCP 2012). Nama
dihadapi, dan memastikan hasil dengan kualitas Seturan (di Yogyakarta) dipergunakan untuk
terbaik dari proyek tersebut adalah kompetensi menunjukkan lokasi kampus mahasiswa
dasar profesionalisme yang wajib dimiliki oleh tersebut berada, sedangkan City Project
wirausahawan. menunjukkan kontribusi kegiatan mahasiswa
Namun tidak semua pengelola perguruan bagi masyarakat yang berada di sekitar wilayah
tinggi bersedia mendesain kegiatan tersebut.
pembelajaran kewirausahaannya dengan
pendekatan manajemen proyek. Riset yang Penilaian Kompetensi dan Indikator Kinerja
dilakukan Honig (2004) menemukan, 78 dari
100 perguruan tinggi yang diteliti hanya International Project Management Association
berfokus pada pengajaran business plan karena (IPMA) mendefinisikan kompetensi sebagai

392
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
seperangkat pengetahuan, pendekatan personal, Seturan City Project 2012
keterampilan, dan pengalaman yang dibutuhkan
untuk mencapai keberhasilan pada sebuah Tahap 1: Persiapan. Pada bulan Oktober
posisi tertentu (Bartoška et al., 2012). Hal ini 2012, seluruh peserta dibagi ke dalam 10
terdiri atas kompetensi teknis (technical (sepuluh) kelompok dengan ide kegiatan yang
competence), kontekstual (contextual ditentukan sendiri, yang bentuknya sangat
competence), dan keperilakuan (behavioural bervariasi seperti workshop bisnis properti,
competence). Kompetensi teknis mencakup klinik musik, beauty class, dan lain sebagainya.
penggunaan rumus, aturan, atau ketentuan baku SCP 2012 ini diawali dengan pelatihan
dalam pelaksanaan pekerjaan, kompetensi pembuatan proposal selama 3 (tiga) hari yang
kontekstual meliputi pemahaman atas situasi diikuti oleh seluruh kelompok, selanjutnya
terkini pada saat proyek dijalankan, dan diikuti dengan analisis keuangan dan kelayakan
kompetensi keperilakuan berbentuk penajaman untuk setiap kegiatan yang diusulkan.
keterampilan psikologis, kerjasama tim,
manajemen waktu, manajemen perubahan, Tahap II: Eksplorasi Ide, Kelayakan, dan
serta tindakan yang beretika. Strategi Pendanaan. Setiap kelompok
Menurut Ashleigh et al. (2012), elemen- mempresentasikan ide kegiatan beserta rincian
elemen lain yang perlu dinilai sebagai tolok aktivitas yang diperlukan untuk menjalankan
ukur keberhasilan pelaksanaan proyek adalah kegiatan tersebut. Hal ini lalu diikuti dengan
kemampuan berkomunikasi dan berpikir. analisis target pengunjung acara, dan analisis
Kegagalan penyelesaian proyek lebih banyak biaya-manfaat. Penetapan nama tim, logo, dan
disebabkan oleh faktor manusia yang berasal semboyan yang digunakan juga dilakukan pada
dari kepemimpinan yang buruk, berkorelasi tahap II. Selain itu, pada tahap II ini pengasuh
dengan komunikasi yang buruk. Stevenson and mendatangkan narasumber yang berasal dari
Starkweather (2010) menekankan pada sebuah event organizer setempat guna
kepemimpinan dan kerjasama tim yang memberikan gambaran tentang proses
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan suatu acara. Narasumber ini
proyek. Adapun Patanakul et al. (2007) diharapkan mampu menjadi role model dan
menyebutkan faktor keterampilan interpersonal inspirator bagi seluruh peserta untuk segera
yang mencakup kemampuan menulis, memulai kegiatannya. Seluruh kelompok juga
berkomunikasi dengan orang lain, dan diminta menyiapkan berbagai perangkat yang
kemampuan menghitung lebih berharga dibutuhkan dalam acara, serta mengurus
dibandingkan dengan keterampilan teknis perijinan kepada pengurus STIE YKPN
dalam manajemen proyek. Yogyakarta. Selanjutnya dalam kurun waktu 4
Dari berbagai indikator NCSEE yang (empat) minggu, seluruh kelompok melakukan
ditampilkan pada tabel 1.1, proyek SCP 2012 pencarian dana (funding), baik yang berasal
difokuskan untuk mencapai kinerja pada dari sponsor maupun donatur.
kategori entrepreneurial skills, baik pada
proses kewirausahaan maupun keperilakuan, Tahap III: Pelaksanaan. Para ketua kelompok
serta kategori ready skills yang berasal dari berperan sebagai manajer proyek sehingga
unsur-unsur dasar-dasar bisnis, keterampilan harus memiliki kompetensi tertentu guna
berkomunikasi dan interpersonal, keterampilan mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan
digital, dan ekonomi. proyek-proyek mereka (Caupin et al., 2006).
SCP 2012 dilaksanakan pada tanggal 6-14
Desember 2012 bertempat di lingkungan

393
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kampus STIE YKPN Yogyakarta. Untuk  Pengunjung (audience), baik jumlah yang
meningkatkan citra profesionalitas, seluruh hadir (terlihat dari buku tamu yang
penyelenggara kegiatan saat itu wajib disediakan atau bukti registrasi), maupun
mengenakan pakaian yang professional-liked kritik dan saran yang muncul dari
seperti dasi dan baju lengan panjang bagi pria, pengunjung berkaitan dengan
serta blazer dan rok atau celana panjang bagi penyelenggaraan acara.
perempuan ditambah dengan name tag yang  Sumber pendanaan, baik yang berasal dari
wajib dikenakan selama acara berlangsung. sponsor, donatur, maupun dari penjualan
Seluruh kegiatan diliput dalam bentuk video tiket acara. Khusus untuk dana yang berasal
dan foto-foto yang nantinya disertakan pada dari sponsor atau donatur, penyelenggara
tahap pelaporan. diminta untuk melaporkan jumlah
penerimaan dan alokasi dana sponsor
Tahap IV: Pelaporan. Pada tahap pelaporan (dalam Rp), termasuk apabila terdapat
ini, setiap kelompok diminta menyusun laporan perjanjian khusus dengan sponsor.
pertanggung jawaban berbentuk soft copy  Kendala atau hambatan yang terjadi, serta
kepada dua pihak: (1) pihak sponsor atau solusi atas hambatan/kendala tersebut
donatur sebagai penyandang dana; (2) sehingga kegiatan tetap berjalan dengan
pengasuh kelas Kewirausahaan dan baik.
Komunikasi Bisnis sebagai bahan penentuan  Foto dan video kegiatan.
nilai final. Bentuk kedua macam laporan  Pesan dan kesan dari penyelenggara
tersebut sedikit berbeda, namun secara garis terhadap pelaksanaan SCP 2012, termasuk
besar laporan pertanggung jawaban berisi hal- pengalaman, kejadian menarik, dan
hal berikut: kejadian yang paling menyedihkan selama
 Panitia penyelenggara, lengkap dengan berlangsungnya acara tersebut.
alamat, dan nomor seluler. Proses Mentoring
 Rincian kegiatan yang telah dilaksanakan,
mencakup hari, tanggal, jam, tempat, Menurut Kubberoed and Hagen (2015),
narasumber/pembicara, materi yang mentoring dalam pendidikan kewirausahaan
diberikan, berbagai peralatan pendukung berlangsung berdasarkan empat orientasi
atau fasilitas yang membantu sepenuhnya berikut: modelling, counselling, reflection, dan
keberhasilan penyelenggaraan acara. coaching. Gambar berikut menunjukkan
keempat jenis mentoring ini.

394
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 1.1. Jenis Mentoring pada Pendidikan Kewirausahaan

Secara garis besar, perbedaan masing-masing bersama. Peserta harus berupaya


tipe mentoring adalah sebagai berikut: menjadi pembelajar mandiri (self-
 Modelling: mahasiswa belajar melalui directed learners), sedangkan mentor
contoh-contoh yang diberikan oleh akan memberikan umpan balik secara
praktisi bisnis yang ditunjuk untuk langsung terhadap seluruh tindakan
mendampingi mereka. Praktisi bisnis yang telah dan sedang dilakukan
tersebut juga mendukung dan peserta. Dengan demikian, keberhasilan
memotivasi mahasiswa dalam tipe mentoring ini ditentukan oleh
melaksanakan proyeknya. kesiapan peserta untuk mengubah sikap
 Counselling: pakar bisnis memberikan dan perilakunya dalam program
nasihat langsung kepada para pelaksana kewirausahaan.
proyek, termasuk menjawab berbagai
pertanyaan yang muncul dari mereka. Sejalan dengan orientasi pelaksanaan SCP
Dengan demikian, pengalaman dan 2012, penulis memilih mentoring berbentuk
kompetensi mentor menjadi faktor coaching yang berfokus pada tujuan spesifik
penentu bagi keberhasilan pelaksanaan yang ditetapkan sendiri serta dilaksanakan
proyek. sepenuhnya oleh peserta SCP 2012. Adanya
 Reflection: pengasuh program menjadi coaching dalam pelaksanaan proyek ini
fasilitator dengan mengajukan berbagai sepenuhnya didasari oleh sikap mental bahwa
pertanyaan yang bersifat non-directive tujuan yang ingin dicapai, baik oleh peserta
dan open-ended kepada peserta. Melalui maupun mentor adalah sama dan sejalan.
proses mentoring seperti ini, peserta
diharapkan mampu berpikir kritis
tentang tindakan yang akan mereka HASIL & PEMBAHASAN
lakukan, dan menemukan solusi bagi
permasalahan yang mereka temukan di Kompetensi Pelaksana Proyek
lapangan. Mengacu kepada IPMA Competence Baseline
 Coaching: peserta dan mentor saling Version 3.0, pengamatan langsung telah
bekerjasama untuk mencapai tujuan dilakukan pengasuh kepada para penyelenggara
395
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
kegiatan guna menilai (assessment) pencapaian perbaikan (improvement required). Beberapa
kompetensi teknis, kontekstual, dan tabel berikut menjelaskan penilaian atas
keperilakuan. Hasil pencapaian dikategorikan pencapaian ketiga jenis kompetensi dalam
sebagai memadai (adequate), atau memerlukan standar IPMA.

Tabel 1.2. Pencapaian Kompetensi Teknis Menurut Standar IPMA

No. Kompetensi Pencapaian Rata-Rata


1. 1.01 Keberhasilan pelaksanaan proyek Memadai
2. 1.03 Sasaran dan kebutuhan proyek Memadai
3. 1.04 Risiko dan peluang Memerlukan perbaikan
4. 1.05 Kualitas Memadai
5. 1.06 Organisasi proyek Memerlukan perbaikan
6. 1.07 Tim kerja Memadai
7. 1.08 Resolusi masalah Memadai
8. 1.09 Struktur proyek Memerlukan perbaikan
9. 1.10 Ruang lingkup & kemampuan Memadai
menyampaikan
10. 1.11 Sumber daya Memadai
11. 1.12 Biaya dan pembiayaan Memadai
12. 1.15 Perubahan Memerlukan perbaikan
13. 1.16 Pengendalian dan pelaporan Memadai
14. 1.17 Informasi dan dokumentasi Memadai
15. 1.18 Komunikasi Memerlukan perbaikan
16. 1.19 Saat memulai Memadai
17. 1.20 Penyelesaian Memadai
Sumber: pengamatan langsung

Tabel 1.3. Pencapaian Kompetensi Keperilakuan Menurut Standar IPMA

No. Kompetensi Pencapaian Rata-Rata


1. 2.01 Kepemimpinan Memadai
2. 2.02 Keterlibatan aktif Memadai
3. 2.03 Pengendalian diri Memerlukan perbaikan
4. 2.04 Sikap asertif Memerlukan perbaikan
5. 2.06 Keterbukaan Memadai
6. 2.07 Kreativitas Memadai
7. 2.08 Orientasi pada hasil Memadai
8. 2.09 Efisiensi Memerlukan perbaikan
9. 2.10 Konsultasi Memadai
10. 2.11 Negosiasi Memadai
11. 2.12 Konflik dan krisis Memerlukan perbaikan
396
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
12. 2.13 Reliabilitas Memadai
13. 2.15 Etika Memerlukan perbaikan
Sumber: pengamatan langsung

Tabel 1.4. Pencapaian Kompetensi Kontekstual Menurut Standar IPMA

No. Kompetensi Pencapaian Rata-Rata


1. 3.01 Orientasi terhadap proyek Memadai
2. 3.04 Implementasi proyek Memadai
3. 3.06 Bisnis Memerlukan perbaikan
4. 3.07 Sistem, produk, dan teknologi Memadai
5. 3.08 Manajemen personil Memerlukan perbaikan
6. 3.09 Keuangan Memadai
Sumber: pengamatan langsung

Dari pelaksanaan SCP 2012 terlihat bahwa yang mereka capai dalam kegiatan ini
peserta kegiatan ini memiliki kompetensi dasar merupakan modal sosial besar yang dapat
dalam mengelola proyek mereka, seperti mengubah mereka menjadi wirausahawan
kompetensi teknis (penetapan bentuk dan sejati. Selain itu, pelaksanaan proyek ini turut
tujuan proyek, penyusunan dan penentuan meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan
kegiatan tim, penyelesaian proyek, dan lain beradaptasi, dan kreativitas, selain pengetahuan
sebagainya), serta kompetensi keperilakuan berharga dan keterampilan berwirausaha
(keterampilan memimpin, memotivasi, mahasiswa.
mewujudkan kreativitas dan sebagainya). Membangun dan mengembangkan program
kewirausahaan di perguruan tinggi tidaklah
mudah, terutama jika hal ini terkait dengan
SIMPULAN & SARAN struktur organisasi yang kaku, yang
menyebabkan fakultas maupun jurusan
Simpulan cenderung berjalan sendiri-sendiri. Dampaknya
akan turut pula dirasakan oleh mahasiswa
Pelaksanaan program kewirausahaan berbentuk karena mereka sulit untuk menempuh mata
manajemen proyek yang didukung dengan kuliah lintas disiplin ilmu, sehingga pendekatan
lingkungan pembelajaran yang tepat terbukti program kewirausahaan yang bersifat
mendorong keterlibatan penuh peserta didik interdisipliner sulit terwujud. Program
atau mahasiswa dalam mencapai target proyek kewirausahaan ini juga akan sulit berkembang
mereka. Mahasiswa yang terlibat dalam SCP apabila pembelajaran di kelas hanya
2012 telah berusaha keras untuk mencapai berlangsung dalam bentuk kuliah tradisional,
keberhasilan dalam pelaksanaan proyek mereka yang tidak berkorelasi positif pada peningkatan
secara berkelompok. Keberanian untuk pola pikir bisnis. Pengajaran berbasis
mengambil risiko, bekerja dengan sungguh- pengalaman, yang dalam hal ini dilakukan
sungguh sesuai dengan peran mereka masing- melalui pendekatan manajemen proyek, sangat
masing di dalam kelompoknya, merancang penting diimplementasikan guna meningkatkan
kegiatan dan menghadapi setiap persoalan yang kemampuan dan keterampilan mahasiswa
mereka temukan selama pelaksanaan proyek, dalam berwirausaha. Dosen tidak lagi menjadi
dan bertanggung jawab penuh atas hasil-hasil pusat pembelajaran atau pengetahuan, hanya
397
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
sebagai moderator atau fasilitator, sehingga Saran
metode interaksi dan praktik langsung sangat
diperlukan dalam program ini. Mendatangkan para praktisi bisnis dan
Ketiadaan atau rendahnya insentif yang kerjasama dengan alumni yang terjun ke bisnis
menarik bagi dosen program kewirausahaan dapat menutupi kekurangan sisi praktis para
juga menjadi kendala yang perlu diatasi oleh pengajar kewirausahaan. Selain itu, pelibatan
institusi penyelenggaran program ini. Dalam para praktisi bisnis maupun alumni dalam
banyak kasus, aktivitas dosen lebih banyak penyusunan kurikulum program kewirausahaan
dibatasi hanya di kampus, sehingga mobilitas di sangatlah penting guna meningkatkan kualitas
luar (terutama di bidang bisnis) minim atau pengajaran dan relevansi program dengan dunia
tidak ada sama sekali. Tidak jarang dosen juga bisnis. Para praktisi maupun alumni tidaklah
dilarang melakukan praktik bisnis di luar cukup hanya berperan sebagai “dosen tamu”
pekerjaan utama sebagai pengajar. Padahal, atau juri lomba kewirausahaan semata.
dengan pergerakan dosen yang lebih dinamis, Dibutuhkan upaya terus menerus guna
baik sebagai pengajar atau peneliti di bidang mengumpulkan, mengolah, dan memperbarui
akademis maupun non akademis (bisnis), karya keterampilan serta sikap kewirausahaan guna
penelitian dosen akan lebih beragam dan menghadapi dinamika lingkungan bisnis.
aplikatif.

DAFTAR RUJUKAN Brockhaus, R.H. and Horwitz, P.S. 1986. “The


Psychology of the Entrepreneur.” In:
Ashleigh, M., Ojiako, U., Chipulu, M., and Sexton, D. L./ Smilor, R. W. (Eds.) The
Wang, J. K. 2012. “Critical Learning Art and Science of Entrepreneurship,
Themes in Project Management Cambridge, MA: Ballinger.
Education: Implications for Blended
Learning.” International Journal of Caupin, G., Knoepfel, H., Koch, G.,
Project Management, 30: 153-161. Pannenbacker, K., Perez-Polo, F., and
Diakses di Seabury, C. (eds). 2006. ICB: IPMA
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijproman.2011 Competence Baseline (Version 3.0). The
.05.002 pada 30 Maret 2016. Netherlands: International Project
Management Association, ISBN 0-
Bartoška, Jan, Martin Flégl, and Martina 9553213-0-1.
Jarkovská. 2012. “IPMA Standard
Competence Scope in Project Dunkelberg, W.C and Cooper, A.C. 1982.
Management Education.” International “Entrepreneurial Typoogies”. In K. H.
Education Studies, Vol. 5(6): 169. Vesper, Frontiers of Entrepreneurship
Research. Wellesley, Mass: Babson
Bolton, W. K. 1986. “The University Sector Center for Entrepreneurial Studies.
and Technology Transfer”. In Wayne S.
Brown and Roy Rothwell (Eds.), European Commission. 2006.
Entrepreneurship & Technology: World Entrepreneurship Education in Europe:
Experiences and Policies, Harlow: Fostering Entrepreneurial Mindsets
Longman. through Education and Learning. Final
proceedings, Oslo, 26-27 October.

398
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Kirzner, I. M. 1973. Competition and
Gibbs, R. 2006. “Metaphor Interpretation as Entrepreneurship. Chicago: The
Embodied Simulation.” Mind & University of Chicago Press.
Language, 21: 434-458.
Kubberoed, E., and Hagen, S. V. 2015.
Gorman, G., Hanlon, D., and King, W. 1997. “Mentoring Models in Entrepreneurship
“Some Research Perspectives on Education.” Proceedings of
Entrepreneurship Education, Enterprise EDULEARN15 Conference 6th-8th July,
Education, and Education for Small Barcelona, Spain: 4066; ISBN: 978-84-
Business Management: A Ten Year 606-8243-1.
Literature Review.” International Small
Business Journal, April-June. Lynskey, M. J. and Yonekura, S. 2002.
Entrepreneurship and Organization: The
Hjorth, D., B. Johannisson and C. Steyaert. Role of the Entrepreneur in
2003. “Entrepreneurship as Discourse Organizational Innovation. Oxford,
and Life Style.” in B. Czarniawska and Oxford University Press.
G. Sevón (eds), The Northern Lights:
Organization Theory in Scandinavia, Nyström, Harry. 1995. Creativity and
Malmö/Copenhagen/Oslo: Entrepreneurship in Creative Action in
Liber/Copenhagen Business Organizations. Ivory Tower Visions &
School/Abstract: 91–111. Real World Voices, eds. Ford, Cameron
M.; Gioia, Dennis A., Sage, Thousand
Honig, B. 2004. “Entrepreneurship Education: Oaks, (Calif.): 67.
Toward a Model of Contingency-Based
Busines Planning.” Academy of Patanakul, P., Milosevic, D., & Anderson, T.
Management Learning and Education, 2007. “A Decision Support Model for
Vol. 3(3): 258. Project Management Assignments.” IEEE
Transactions on Engineering
International Project Management Association. Management, Vol. 54(3): 548-567.
ICB-IPMA Competence Baseline, Diakses di
Version 3.0., June 2006. http://dx.doi.org/10.1109/TEM.2007.900
797 pada 25 Maret 2016.
Johannisson, B., H. Landstrom, and J.
Rosenberg. 1998. “University Training Stevenson, D. H., & Starkweather, J. A. 2010.
for Entrepreneurship: An Action Frame “PM Critical Competency Index: IT
of Reference.” European Journal of Exces Prefer Soft Skills.” International
Engineering Education, Vol. 23(4): 477– Journal of Project Management, 28: 663
496. - 671.

Johannisson, Bengt-Mønsted, Mette. 1997. The Consortium for Entrepreneurship


“Contextualizing Entrepreneurial Education. 2004. The National Content
Networking.” International Studies of Standards for Entrepreneurship
Management and Organizations, Vol. Education (NCSEE Standards).
27(3): 113. Columbus, Ohio.

399
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Timmons, J.A. 1978. “Characteristics and role Journal of Small Business, 3.
demand of Entrepreneurship.” American

400
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
SEC USU sebagai Model Pusat Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa
di Perguruan Tinggi

Zurni Zahara
Frida Ramadhini
Imam Bagus Sumantri
Universitas Sumatera Utara
Email: zurni_zahara@yahoo.com

Abstrak : Student Entrepreneurship Center Universitas Sumatera Utara (SEC-USU) yang dibentuk
sejak tahun 2009 merupakan salah satu wadah dan sarana yang dibentuk oleh Universitas Sumatera
Utara untuk mengimplementasikan antara teori perkuliahan dengan praktek nyata di masyarakat di
bidang wirausaha. Program yang dikembangkan di SEC-USU sebagai pusat pengembangan
kewirasuahaan Mahasiswa di Perguruan Tinggi dirancang dengan suasana atmosfir yang sangat kental
dengan kemahasiswaan atau perkuliahan, yaitu dengan memasukkan materi-materi soft skill yang
mendukung kewirausahaan sehingga lulusan USU diharapkan dapat menjadi individu yang berbudi
pekerti, kreatif, inovatif, dan tangguh dalam menghadapi perkembangan zaman khususnya dalam
menciptakan lapangan kerja (berwirausaha). Metode-metode pengembangan kewirausahaan yang
dilakukan SEC USU adalah metode seminar kewirausahaan dengan men-cluster-kan bidang-bidang
ilmu (Tecnopreuner, healthpreneur, Sciencepreneur, Socialpreneur dan Agropreneur), pelatihan
wirausaha (Entrepreneur workshop), Pelatihan Pendekatan Model Bisnis Kanvas, Jelajah Pasar,
Penyampaian Ide Bisnis dengan metode elevator pitch, penseleksian dan pendanaan Bisnis Plan
(Rencana Bisnis) Mahasiswa, dan Monitoring Evaluasi (Monev) dengan metode visitasi lokasi usaha
dan pendampingan bisnis (Coaching) serta Jambore Wirausaha yang dapat menumbuhkan jiwa
intelektual dan kerjasama tim dalam berusaha. Sampai dengan tahun 2015, SEC USU telah melakukan
pembinaan kewirausahaan terhadap 260 Jenis usaha. Jenis Usaha ini dihasilkan dari seleksi sebanyak
956 rencana bisnis yang telah dibuat oleh mahasiswa USU. Mahasiswa binaan SEC-USU tersebut
telah menjadi cikal bakal tumbuhnya wirausaha-wirausaha muda dalam pengembangan usaha berbasis
keilmuan yang menjadi model pusat pengembangan wirausaha di Perguruan Tinggi.

Kata Kunci : SEC-USU, Metode Kewirausahaan, Kewirausahaan

Indonesia Merupakan Negara besar dengan orang, sedangkan tingkat Pengangguran Terbuka
jumlah penduduk mencapai 260 juta jiwa. Jumlah (TPT) Agustus 2015 sebesar 6,18 persen dan
penduduk yang besar tersebut merupakan asset penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana ke
dalam perkembangan dunia usaha dari segi atas hanya sebesar 8,33 persen.
produsen, pemasaran dan konsumen. Namun, saat Program pemerintah dalam pengatasan
ini Indonesia masih mengalami kekurangan pengangguran ini adalah dengan program
dalam perkembangan usaha. Hal ini disebabkan wirausaha dan salah satu juga di lakukan di
oleh masih rendahnya para wirasuaha muda dan Universitas atau Perguruan Tinggi. Perguruan
berbakat yang lahir sehingga meningkatkan tinggi sebagai tempat dilakukannya proses
jumlah pengangguran. Pada tahun 2015, menurut pendidikan seharusnya dapat melahirkan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah wirasuaha-wirasuaha muda yang intelektual.
angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2015 Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean
sebanyak 122,4 juta orang, dan jumlah Penduduk (MEA) di tahun 2015 memberikan kondisi situasi
bekerja pada Agustus 2015 sebanyak 114,8 juta persaingan global yang sangat ketat dalam bidang
401
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
usaha. Oleh karena itu, lulusan perguruan tinggi penekanan studi banding/benchmarking tersebut
baik sarjana dan diploma perlu adanya arahan dan adalah dalam hal pembinaan kewirausahaan pada
didukung untuk dapat berubah menjadi job mahasiswa. Berdasarkan hasil kunjungan tersebut
creator (pencipta lapangan pekerjaan) dan tidak maka berhasil dikembangkan Student Entrepre-
hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job neurship Center (SEC) yang mulai dirintis sejak
seeker). April 2008. Pembentukan unit dan pengangkatan
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan para TIM SEC pada Universitas Sumatera Utara
mahasiswa perguruan tinggi dipercaya akhirnya dilakukan pada tahun 2009 sesuai
merupakan alternatif jalan keluar untuk dengan Keputusan Rektor USU Nomor:
mengurangi tingkat pengangguran, karena para 1196/H5.1.R/SK/KMS/SDM/2009
sarjana diharapkan dapat menjadi irausahawan Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran
muda terdidik yang mampu merintis usahanya dikembangkannya Student Entrepreneurship
sendiri. Jumlah wirausahawan muda di Indonesia Center (SEC) adalah bahwa Universitas Sumatera
yang hanya sekitar 0,18% dari total penduduk Utara (USU) secara nyata ingin mewujudkan
masih tertinggal jauh dibandingkan Negara bahwa lulusan yang dihasilkannya dengan
negara maju seperti Amerika yang mencapai keilmuan yang dimiliki dapat mampu
11,5% maupun Singapura yang memiliki 7,2% berwirausaha, sehingga dapat membuat dirinya
wirausahawan muda dari total penduduknya. mandiri dan membantu membuka lapangan
Padahal secara konsensus, sebuah negara agar pekerjaan pada masyarakat di sekitarnya. USU
bisa maju, idealnya memiliki wirausahawan sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki 13 (tiga
sebanyak 5% dari total penduduknya yang dapat belas) fakultas dengan berbagai disiplin kelimuan
menjadi keunggulan daya saing bangsa. Lebih dan berbagai kompetensi yang dimilikinya sudah
lanjut, menyikapi persaingan dunia bisnis masa tentu ingin menghasilkan lulusan dengan jiwa
kini dan masa depan yang lebih mengandalkan Entrepreneurship, maka SEC sudah mulai
pada knowledge dan intelectual capital, maka mengembangkan kerjasama antara multi disiplin
agar dapat menjadi daya saing bangsa, keilmuan tersebut.
Pengembangan wirausahawan muda perlu
diarahkan pada kelompok orang muda terdidik Wirausaha
(intelektual). Mahasiswa yang adalah calon Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk
lulusan perguruan tinggi perlu didorong dan menciptakan dengan kreatifitas serta inovasi yang
ditumbuhkan niat mereka untuk berwirausaha (I baru, berbeda dan memberikan nilai yang dapat
nterpreneurial intention) (Leli Suharti dan Hani memecahkan persoalan dan menemukan peluang
Sirine, 2011) untuk memperbaiki kehidupan dengan
Universitas Sumatera Utara (USU), memanfaatkan sumber daya dan pengetahuan
dengan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ada sehingga menghasilkan hasil bisnis
dengan visi University for Industry untuk tertentu baik berupa produk maupun jasa yang
mewujudkan lulusan sarjana yang berwawasan bertujuan untuk memberikan kepuasan baru
wirausaha dan memiliki keselarasan dengan dunia kepada konsumen
kerja. Bentuk kesungguhan ini dapat dilihat pada Definisi dan teori kewirausahaan menurut
awal tahun 2008, Pembantu Rektor Bidang beberapa pendapat adalah:
Kemahasiswaan dan Kealumnian dan BKK USU a. Menurut Hisrich & Peter (1998),
telah mengirim 5 (lima) orang staf pengajar yang kewirausahaan merupakan proses
bernaung di Unit Bina Kokurikuler saHIVa (UBK menciptakan sesuatu yang baru dan
saHIVa) USU untuk melakukan studi banding ke mengambil segala risiko dan imbalannya
5 universitas di Malaysia. Secara khusus, sedangkan wirausaha adalah seorang

402
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
innovator yaitu seseorang yang kemampuannya mengelola asset utamanya.
mengembangkan sesuatu yang unik dan Asset utama tersebut dapat berupa posisi
berbeda. pasar, orang-orang yang berkualitas, sistem
b. Salim Siagian (1999) mendefinisikan distribusi, kemampuan teknis (hak paten),
kewirausahaan adalah semangat, perilaku, merk, dan sebagainya (Siswadi Y, 2013).
dan kemampuan untuk memberikan
tanggapan yang positif terhadap peluang Menurut Mun’im (2010) ciri-ciri sikap seorang
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri wirausaha adalah:
dan atau pelayanan yang lebih baik pada a. Memiliki kepribadian yang unggul, yaitu
pelanggan/masyarakat; dengan selalu berdaya pikir positif, mampu
berusaha mencari dan melayani langganan b. merumuskan tentang apa yang dicita-citakan
lebih banyak dan lebih baik, serta (tujuan hidup), dapat serta mampu
menciptakan dan menyediakan produk yang c. menempatkan: waktu pencapaian dan
lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja kesempatan, serta melakukannya
yang lebih efisien, melalui keberanian d. 2. Mengenal diri sendiri, yang berarti dapat
mengambil resiko, kreativitas dan inovasi memilih dan menentukan kegiatan yang
serta kemampuan manajemen. e. sesuai, serasi dengan kemampuan diri
c. Jorillo-Mosi (dalam Mutis, 1995 dalam sendiri, mengetahui kesempatan,
Muladi Wibowo, 2011) mendefinisikan f. kecakapan dan kemampuan diri sendiri,
kewirausahaan sebagai seorang yang mengakui, mengetahui dan menyadari
merasakan adanya peluang, mengejar (Siswadi Y, 2013).
peluang-peluang yang sesuai dengan situasi
dirinya, dan yang percaya bahwa kesuksesan Seorang Wirausahawan mempunyai peran
merupakan suatu hal yang bisa dicapai. untuk mencari kombinasi-kombinasi baru yang
d. Geoffrey G. Meredith et. Al (1992) merupakan gabungan dari lima hal yaitu:
mengatakan bahwa para wirausaha adalah (1). Pengenalan barang dan jasa baru,
orang-orang yang mempunyai kemampuan (2). Metode produksi baru,
melihat dan menilai kesempatan bisnis, (3). Sumber bahan mentah baru,
mengumpulkan sumber-sumber daya yang (4). Pasar baru, dan
dibutuhkan guna mengambil keuntungan (5). Organisasi industri baru.
daripadanya dan mengambil tindakan yang
tepat guna memastikan sukses. Kesuksesan Faktor-faktor sikap (attitudes) yaitu
dari seorang wirausaha selalu tidak autonomy/ authority, economic challenge, self
terpisahkan dari kreativitas dan inovasi. realization, security & workload, terbukti
Inovasi tercipta karena adanya daya berpengaruh secara terhadap niat kewirausahaan
kreativitas yang tinggi. Kreativitas adalah mahasiswa.
kemampuan untuk membawa sesuatu yang
baru ke dalam kehidupan yang merupakan SEC USU
sumber yang penting dari kekuatan SEC-USU yang berdiri sejak 2009 telah
persaingan, karena lingkungan cepat sekali melakukan interaksi yang bersinergis dengan
berubah. pemerintah, perguruan tinggi dan dunia usaha.
e. Edward De Bono (dalam Mutis, 1995 dalam Program kerja yang dilakukan SEC-USU
Muladi Wibowo, 2011), antara lain berdasarkan konsep tridharma perguruan tinggi
mengatakan bahwa salah satu faktor yang yaitu penelitian, pengabdian dan
menentukan suksesnya perusahaan adalah pendidikan/pengajaran. Konsep tridharma

403
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
perguruan tinggi ini yang dimasukkan dalam USU terhadap mahasiswa dilakuka dengan
interaksi dunia usaha dengan pemerintah yang program pemerintah, kerjasama dengan
keduanya sinergis ke SEC-USU sebagai pengusaha/usahawan dan dosen sebagai Pembina.
pelaksana kewirausahaan berbasis tridharma. Mahasiswa sebagai pelaku usaha menerima
SEC-USU memiliki visi dan misi dalam berbagai bentuk konsep-konsep wirausaha dari
pengembangan wirausaha di perguruan tinggi. konsep seminar, workshop, Entrepreneur
Visi SEC-USU adalah Student Entrepreneurship Laboratory, pendampingan (coaching),
Center (SEC) USU bertekad menjadi pusat pendanaan institusi (program pemerintah dalam
pengembangan kewirausahaan mahasiswa yang program mahasiswa wirausaha) dan kerjasama
unggul di Indonesia, siap menghadapi MEA perusahaan (expo, proses inhouse training dan
(Masyarakat Ekonomi Asean). Misi dari SEC- jamboree wirausaha)
USU dalam pengembangan wirasuaha adalah
Menumbuh kembangkan jiwa dan semangat
kewirausahaan di kalangan mahasiswa dan
memberi kontribusi dalam masalah
pengangguran, Memberikan solusi konseptual,
kontekstual, dan praktikal secara profesional,
serta menjadi pusat informasi bisnis mahasiswa
terbaik dan Menyelenggarakan dan memberikan
pelayanan di bidang pelatihan, workshop dan
konsultasi serta coaching bisnis dalam
pengembangan entrepreneurship yang kreatif dan
inovatif serta mampu memenuhi kebutuhan dunia Gambar 2. Program Kerja SEC-USU
bisnis dalam era MEA (Masyarakan Ekonomi
Asean), Mengembangkan start up bisnis METODE
mahasiswa di menjadi UMKM Unggul dan
Memfasilitasi start up bisnis mahasiswa untuk Metode-metode pengembangan yang dilakukan
expo, pameran , perlombaan bisnis sehingga SEC USU sebagai pusat pengembangan
menadi “UKM Naik Kelas”. kewirausahaan mahasiswa adalah metode seminar
kewirausahaan dengan men-cluster-kan bidang-
bidang ilmu (Tecnopreuner, healthpreneur,
Sciencepreneur, Socialpreneur dan Agropreneur),
pelatihan wirausaha (Entrepreneur workshop),
Pelatihan Pendekatan Model Bisnis Kanvas,
Jelajah Pasar, Penyampaian Ide Bisnis dengan
metode elevator pitch atau model bisnis kanvas,
seleksi rencana bisnis dan pendanaan rencana
bisnis (business plan) Mahasiswa, dan
Monitoring Evaluasi (Monev) dengan metode
visitasi lokasi usaha dan pendampingan bisnis
(Coaching). Peningkatkan kerjasama sesama
Gambar 1. Interaksi SEC-USU mahasiswa dilakukan dengan melakukan In
House Training dan Jambore Wirausaha. Kedua
program ini bertujuan untuk menumbuhkan
Pada gambar. 2 dapat dilihat program kerja
dalam pengembangan kewirausahaan di SEC-
404
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
semangat wirausaha, jiwa intelektual dan
kerjasama tim dalam berusaha. Dari seminar ini yang diutamakan
disampaikan kepada para peserta mahasiswa
HASIL & PEMBAHASAN adalah mengenai perubahan pola pikir mahasiswa
Konsep yang dilakukan adalah dengan narumber
Seminar Wirausaha wirausahawan muda, wirausaha mahasiswa dan
Seminar wirausaha ini dilakukan untuk membuat alumni/mahasiswa binaan SEC-USU yang telah
diri mahasiswa menjadi mandiri dan membantu sukses. Perubahan pola pikir ini setelah
membuka pemikiran baru tentang dunia usaha di mengikuti kegiatan seminar wirausaha nantinya
bidang keilmuan. Seminar ini diharapkan dapat menjadikan mahasiswa lebih
mengimplementasikan antara teori dibangku terbuka pemikirannya dalam menciptakan ide-ide
perkuliahan dengan praktek nyata yang dapat bisnis yang sesuai dan dapat bersaing.
dilakukan dengan pengetahuan yang ada. Seminar Menurut Darpujianto (2014), metode
yang dikembangkan SEC dirancang dengan pembelajaran yang paling bisa untuk merubah
suasana Entrepreneurship yang kental yaitu motivasi mahasiswa dalam berwirausaha dan bisa
dengan memasukkan materi-materi softskill dan ditingkatkan melalui:
perubahan mindset mahasiswa. 1. Metode pembelajaran menonton video tokoh
sukses berwirausaha memberikan perubahan
motivasi mahasiswa berwirausaha tertinggi.
2. Metode pembelajaran ceritera tokoh sukses
berwirausaha memberikan perubahan motivasi
mahasiswa berwirausaha tertinggi kedua.
3. Metode pembelajaran Brainstorming
memberikan perubahan motivasi mahasiswa
berwirausaha tertinggi ke tiga.

Workshop Wirausaha
Mahasiswa sebelum memulai suatu usaha
harus diberi pembekalan dalam menjalankan
usaha. Pembekalan yang dilakukan oleh SEC-
Gambar 3. Konsep Seminar Wirausaha
USU adalah melalui Workshop Wirausaha.
Seminar wirausaha yang dilakukan dalam
Workshop yang dilakukan berisikan materi-
kegiatan ini dibedakan menjadi dalam lima
materi yang dapat diimplementasikan nantinya
kelompok wirausaha berdasarkan ilmu
dalam menjalankan usaha sehingga nantinya
pengetahuannya yaitu:
dapat menjadi wirausaha yang memiliki dasar
1. Healthpreneur (Bidang ilmu kedokteran,
manajemen yang baik dan tangguh.
psikologi, farmasi, keperawatan, kedokteran
gigi dan kesehatan masyarakat)
2. Social and Creative Preneur (Bidang ilmu
ekonomi, ilmu social dan ilmu politik, Ilmu
Budaya dan Ilmu Hukum)
3. Sciencepreneur (Bidang Ilmu kimia,
matematika, biologi, Fisika dan Ilmu
Komputer)
4. Technopreneur (Bidang Ilmu Tenik)
5. Agropreneur (Bidang ilmu Pertanian)
405
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Gambar 4. Konsep Workshop Wirausaha

Materi workshop yang berikan kepada peserta


merupakan materi-materi yang terdiri dari:
1. Pasar dan Pemasaran
2. Produksi dan SDM
3. Analisis Resiko Keuangan && SDM
4. Model Bussines Canvas

Jelajah Pasar
Salah satu kegiatan dalam meningkatkan
Gambar 5. Konsep BIC –Bisnis Model Canvas
mental dan potensi diri mahasiswa dalam
menjalankan wirausaha adalah dengan konsep
Monitoring dan Evaluasi (Monev)
jelajah pasar. Jelajah pasar dilakukan setelah
Monitoring dan evaluasi yang dilakukan setelah
mahasiswa mengikuti workshop wirausaha.
financial usaha mahasiswa dilakukan untuk
Dalam jelajah pasar, mahasiswa melakukan
melihat kesiapan lokasi usaha, konsep lapangan
proses ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) dari
secara langsung dan melakukan pendampingan/
proses usaha-usaha yang ada di masyarakat
pembinaan mahasiswa dalam meningkatkan
secara langsung ke pasar-pasar tradisional
produktivitas atau omset usahanya.
maupun pasar modern. Mahasiswa
mempresentasikan hasil jelajah pasarnya kepada
Visitasi (Kunjungan Lokasi)
Pembina wirausahanya. Selain proses tersebut,
Visitasi atau kunjungan lokasi dilakukan untuk
mahasiswa dicoba untuk menjual suatu produk
melihat tanggungjawab mahasiswa dalam
yang diberikan untuk menguji mental dagang dan
menjalankan usahanya. Kunjungan lokasi ini
kreatifitas usaha.
menjadi suatu tolak ukur keberhasilan bagi usaha
mahasiswa dikarenakan dapat langsung dilihat
Big Idea Competition
kelayakan usaha mahasiswa oleh tim Pembina
Workshop yang telah dilakukan selanjutnya
dan dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih
dijabarkan dalam pembuatan rencana bisnis dan
semangat berwirausaha.
ide bisnis yang dapat dilakukan. Konsep
penyampaian ide bisnis ini dilakukan dengan
menggunakan konsep bisnis model kanvas.
Kompetisi ini dilakukan untuk melihat kesiapan
mahasiswa dalam perencanaan usahanya sebelum
dilakukan financial. Luaran dari kompetesi ide
bisnis ini nantinya akan melahirkan wirasuaha
pemula yang memiliki daya saing tinggi.

Gambar 6. Konsep Monev

Pendampingan (Coaching)
Pendampingan atau coaching merupakan
konsep utama dalam memberikan arahan dan
binaan kepada mahasiswa setelah usahanya
berjalan. Secara garis besar mahasiswa menerima
406
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
masukkan dari para Reviewer/Coach nya dalam games (Permainan lapangan). Permainan yang
melakukan pengembangan usahanya. Materi dilakukan oleh mahasiswa dipilih oleh trainer
dalam penyampingan pendampingan ini meliputi terlatih yang bertujuan Membentuk karakter
dari: mahasiswa yang kreatif dan inovasi untuk
1. Pembuatan visi dan misi usaha yang lebih program wirausaha, Meningkatkan minat dan
jelas dan baik percaya diri mahasiswa untuk wirausaha,
2. Pengembangan usaha secara kreatif dan meningkatkan solidaritas antar mahasiswa
inovatif kewirausahaan dan melatih sikap kepemimpinan
3. Pembuatan laporan keuangan yang baik dalam diri tiap mahasiswa baik secara perorangan
4. Optimalisasi sarana dan prasarana maupun kelompok.
5. Pengembangan dan inovasi produk usaha
sehingga lebih baik dan diterima konsumen Entrepreneur Laboratory
6. Legalisasi atau perizinan Entrepreneur Laboratory (E-Lab) merupakan
7. Materi lainnya yang dapat digunakan dalam sarana pengembangan dari Student Entrepreneur
pengembangan usaha Center Universitas Sumatera Utara (SEC-USU)
sebagai tempat mahasiswa binaan melakukan uji
Dari seluruh materi yang telah disampaikan, pemasaran produk dan lokasi promosi produk
mahasiswa peserta monitoring dan evaluasi usaha. Konsep pengembangan pemasaran
(Monev) metode coaching memperoleh banyak mahasiswa binaan SEC-USU dilakukan dengan
masukkan dan ilmu dibidang wirausaha sehingga berbasiskan keilmuan yang dapat dikembangkan
dapat mengembangkan bisnisnya selanjutnya. menjadi produk wirausaha (Knowledge base
Para peserta Monev ini setelah mendapatkan Entrepreneur) atau dari laboratorium ke pasar
pendampingan sehari, selanjutnya mahasiswa (from lab to market). E-Lab SEC-USU
harus mengimplementasikan hasil dikembangkan sebagai Laboratorium Uji
pendampingannya dengan para reviewernya Pemasaran Produk Mahasiswa (Test Market),
sehingga dapat dilihat keseriusan dalam Laboratorium Uji Pemasaran Produk hasil
menjalankan usahanya. Hasil implementasi laboratorium (from lab to market), Tempat
pendampingan dilihat dan ditinjau reviewernya interaksi dan pengembangan sistem pemasaran
dalam beberapa waktu ke depan. produk, dan Tempat sharing informasi produk.

In House Training & Jambore Wirausaha

In House Training SEC-USU dilakukan


sebagai latihan tambahan kepada peserta dengan
permintaan dari para peserta mahasiswa binaan
yang bertujuan untuk menambah pengalaman
mereka dalam berusaha. Materi-materi yang
diberikan dalam pelatihan ini umumnya dalah
pengalaman dari mahasiswa binaan SEC-USU Gambar 7. Konsep E-Lab SEC-USU
yang telah berhasil dalam mengembangkan
bisnisnya.
Jambore wirausaha dilakukan dengan konsep
outbound yang dilakukan dalam berbagai games-

407
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
Nasution (Mahasiswa Farmasi USU) meraih 3
gelar yaitu juara wirausaha muda mandiri
(WMM) 2015 kategori industri, juara nasional
PMW 2015, dan juara 1 pemuda pelopor tingkat
nasional. Produk yang dihasilkan dari mahasiswa
tersebut merupakan produk Knowledge Base
Entrepreneur (KBE) yaitu suplemen diabetes
KOLAGIT. Produk ini telah berhasil membantu
dalam proses pengobatan diabetes dengan omzet
Gambar 8. Konsep Booth E-Lab yang telah mencapai 1 milyar per tahun. Selain
Gita Adinda Nasution, dua orang mahasiswa
USU yang menjadi finalis Wirausaha Muda
SIMPULAN Mandiri (WMM) adalah Siti yang membuat
peternakan hewan percobaan mencit putih dan
Sampai dengan tahun 2015, SEC USU telah Gema Dana yang memproduksi es krim dari
melakukan pembinaan kewirausahaan terhadap Salak yang disebut Zallaza Ice Cream.
260 Jenis usaha. Jenis Usaha ini dihasilkan dari Setelah prestasi Gita Adinda Nasution, pada
seleksi sebanyak 956 rencana bisnis yang telah tahun 2016 mahasiwa binaan SEC-USU
dibuat oleh mahasiswa USU. Jenis usaha-usaha termotivasi untuk lebih baik dalam
yang dijalankan mahasiswa tersebut masih sedikit pengembangan produknya semakin bertambah
yang berasal dari Knowledge Base Entrepreneur dengan meningkatnya antusias dalam melakukan
(KBE), sebahagian besar masih merupakan usaha di E-Lab SEC-USU dan Teras SEC-USU.
industri kreatif, makanan, minuman dan usaha
yang umum di masyarakat.

Gambar 9. Program Mahasiswa Wirausaha


Gambar 8. Grafik Proposal Bisnis
Pada program Wirausaha tingkat nasional Program SEC-USU yang dilakukan sebagai
(WMM) tahun 2011 mahasiswa USU binaan model pusat pengembangan kewirausahaan
SEC-USU berhasil memperoleh gelar juara yaitu Mahasiswa dapat dilihat pada gambar 9. Konsep
Galih Ari Wirawan (Mhs Fak Pertanian/ ini diharapkan kedepannya dapat menjadi
Peternakan USU) Juara II Nasional WMM 2011 konsep dalam pengembangan kewirausahaan
Kategori Industri dan Anggi Hayani Harahap mahasiswa dalam memunculkan cikal bakal
(Mahasiswa FKG USU) Juara Terinovatif WMM wirausaha-wirausaha muda yang berbakat dalam
2011. pengembangan usaha berbasis keilmuan yang
Pada tahun 2015, salah satu mahasiswa
binaan SEC-USU yang bernama Gita Adinda
408
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”
nantinya menjadi model pusat pengembangan
wirausaha di Perguruan Tinggi.

DAFTAR RUJUKAN Lieli Suharti dan Hani Sirine, (2011), “Faktor-


Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat
Badan Pusat Statistik (2015), Agustus 2015: Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar (Studi Terhadap Mahasiswa Universitas
6,18 Persen, diupload tahun 2015. Kristen Satya Wacana, Salatiga)”, Jurnal
https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1196 Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.13, No.
2, September 2011.
Darpujianto, (2014), “Pengaruh pembelajaran
kewirausahaan terhadap motivasi Siswadi Yudi (2013), Analisis Faktor Internal,
berwirausaha pada mahasiswa STIE dan Faktor Eksternal Dan Pembelajaran
STMIK ‘ASIA’ MALANG”, Jurnal JIBEKA Kewirausahaan Yang Mempengaruhi Minat
Volume 8 No 1 Februari 2014 Mahasiswa Dalam Berwirausaha, Jurnal
Manajemen & Bisnis Vol 13 No. 01 April
2013.

409
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

Anda mungkin juga menyukai