Anda di halaman 1dari 3

- Ideologi Terbuka

1. Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat.


2. Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam masyarakat
sendiri.
3. Hasil musyawarah dan konsensus masyarakat.
4. Bersifat dinamis dan reformis.
5. Ciri khas ideologi terbuka adalah cita-cita dasar yang ingin
diwujudkan masyarakat bukan berasal dar luar masyarakat atau
dipaksakan dari elit penguasa tertentu.
6. Terbuka kepada perubahan-perubahan yang datang dari luar, tetapi
memiliki kebebasan dan integritas untuk menentukan manakah
nilai-nilai dari luar yang mempengaruhi dan mengubah nilai-nilai
dasar yang selama ini sudah ada dan manakah yang tidak boleh
berubah.
- Ideologi Tertutup
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat.
2. Bukan berupa nilai dan cita-cita.
3. Kepercayaan dan kesetiaan ideologis yang kaku.
4. Terdiri atas tuntutan konkret dan operasional yang diajukan secara
mutlak.
Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Ideologi macam
ini memiliki ciri:
a. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
melainkan cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar
untuk mengubah masyarakat.
b. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu
akan dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan
berbagai segi kehidupan masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi
tersebut.
c. Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang
kehidupan. Karena itu, ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat
berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan, sebab kedua
bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk mempengaruhi perilaku
masyarakat.
d. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak
dihormati.
e. Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan
untuk berkorban bagi ideologi tersebut.
f. Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-
tuntutan konkret dan operasional yang keras, mutlak dan total.
Sedangkan ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak
dimutlakkan. Ideologi macam ini memiliki ciri:
a. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat
(falsafah). Jadi, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan
kesepakatan masyarakat.
b. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat
sendiri, ia adalah milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan
dalam kehidupan mereka.
c. Isinya tidak langsung operasional. Sehingga, setiap generasi baru
dapat dan perlu menggali kembali falsafah tersebut dan kembali mencari
implikasinya dalam situasi kekinian mereka.
d. Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab
masyarakat, melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup
bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.
e. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat
yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

1. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik

Warga Indonesia ditempatkan sebagai pelaku atau subjek politik bukan objek politik.
Pancasila dalam pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat
manusia dengan menempatkan kekuasaan tertinggi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat dimana sistem politik indonesia yang sesuai dengan pancasila sebagai paradigma
adalah sistem politik demokrasi.

Sehingga, perlu dikembangkan berdasarkan asar kerakyatan dalam sila IV Pancasila,


kemudian pada asas-asas moral dari pada sila-sila Pancasila. Maka, secara berturut-turut,
sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Moral tersebut menjadi landasan warga dan penyelenggara negara
guna perilaku politik santun dan bermoral.

Sedangkan Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial diartikan bahwa pancasila


bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan
menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dilihat secara
berurutan terbalik:

 Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,


agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
 Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) dalam pengambilan keputusan.
 Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan.
 Dalam pencapaiannya tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang
adil dan beradab.
 Nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan (keadilan
keberadaban) tersebut bersumber pada nilai ketuhanan Yang Maha Esa (YME).

Di era globalisasi informasi dari implementasi perlu direkonstruksi kedalam perwujudan


masyarakat warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik,
agama dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial. Sehingga nilai-
nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah sebagai berikut...
 Nilai toleransi
 Nilai transparansi hukum dan kelembagaan
 Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)
 Bermoral berdasarkan konsensus (fukuyama dalam Astrid: 2003:3)

Anda mungkin juga menyukai