Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR

“ PENETAPAN JENIS EROSI ”

LAPORAN

OLEH :

IKA APRIDA PRATIWI / 160301095


CHRISTINE LORRAINE MARBUN / 160301096
JESSICA SEREVINA SIMATUPANG / 160301098
RAMSIA DILIANA / 160301104
ESTER SRY REJEKI TAMPUBOLON / 160301120

PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian

tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah

yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat

aliran air melambat seperti sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau

muara sungai. Hal ini berdampak pada mendangkalnya sungai sehingga

mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir pada musim hujan dan

kekeringan pada musim kemarau (Dewi et al., 2012).

Proses erosi terjadi melalui penghancuran, pengangkutan, dan

pengendapan. Di alam terdapat dua penyebab utama yang aktif dalam proses

ini yakni angin dan air. Pada daerah iklim tropik basah seperti Indonesia, air

merupakan penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan angin tidak mempunyai

pengaruh berarti. Erosi adalah proses kerja fisik yang keseluruhan prosesnya

menggunakan energi. Energi ini digunakan untuk menghancurkan agregat tanah

(detachment), memercikkan partikel tanah (splash), menyebabkan gejolak

(turbulence) pada limpasan permukaan, serta menghanyutkan partikel tanah

(Arsyad, 2010).

Mekanisme terjadinya erosi di identifikasikan menjadi tiga tahap yaitu

(i) detachment (penghancuran tanah dari agregat tanah menjadi partikel-partikel

tanah); (ii)transportation (pengangkutan partikel tanah oleh limpasan hujan atau

run off dan (iii) sedimentation (sedimen/pengendapan tanah tererosi); tanah

tererosi akan terendapkan pada cekungan-cekungan atau pada daerah-daerah

bagian bawah (Banuwa, 2008).


Proses erosi yang terjadi di alam tidak hanya terjadi karena adanya faktor

dari hujan dan kepekaan tanah melainkan juga dipengaruhi oleh vegetasi,

kemiringan dan manusia sehingga menurut Utomo (1994), erosi dinyatakan

dalam rumus sebagai berikut:

E = f (i,r,v,t,m)

Dimana : E (erosi) ; i (iklim), r (topografi), v (vegetasi), t (tanah) dan m

(manusia).

Menurut Hardiyatmo (2006), jenis erosi dengan sumber berupa air hujan

dapat dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu : 1) Erosi percikan (splash erosion),

merupakan jenis erosi hasil percikan atau benturan air hujan secara langsung pada

partikel tanah. 2) Erosi lembar (Sheet erosion), terjadi karena terlepasnya tanah

dari lereng dengan tebal lapisannya yang tipis. 3) Erosi alur (rill erosion),

merupakan tipe erosi yang terjadi karena adanya pengikisan tanah oleh aliran air

yang membentuk parit atau saluran kecil, parit tersebut mengalami konsentrasi

aliran air hujan yang akan mengikis tanah. 4) Erosi parit (gully erosion), jenis

erosi yang merupakam kelanjutan dari erosi alur. 5) Erosi sungai/saluran

(Stream/Channel erosion), erosi yang terjadi karena adanya tanggul sungai yang

terkikis dan gerusan sedimen di sepanjang dasar saluran.

Berdasarkan penjabaran diatas, pentingnya mengetahui suatu jenis erosi

pada suatu kawasan sehingga dapat dilakukan tindakan konservasi yang sesuai.

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis erosi yang

terjadi, faktor terjadinya erosi, dan teknik konservasi yang cocok untuk diterapkan

pada suatu kawasan erosi di daerah Pancur Batu, Kabupaten Deli serdang.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada Kamis, 7 Maret 2019 pukul 14.20 WIB

sampai dengan selesai di lokasi daerah Pancur batu dan Desa Kutalimbaru,

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah kertas sebagai bahan penulisan dan

catatan sebagai panduan praktikum serta penentuan jenis erosi.

Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan adalah handphone sebagai

alat dokumentasi yang didukung dengan beberapa aplikasi sepeti open kamera

sebagai kamera dengan data gps dan plantsnap sebagai aplikasi pendeteksi jenis

tumbuhan, alat tulis sebagai alat bantu dalam penulisan catatan.

Prosedur Kerja

1. Ditentukan lokasi pengamatan.

2. Ditentukan waktu pengamatan.

3. Dikumpulkan informasi yang berkaitan dengan lokasi pengamatan.

4. Diamati erosi yang terjadi dan diambil dokumentasinya.

5. Dilakukan analisis hasil observasi.

6. Dibuat hasil dan pembahasan terkait dengan jenis erosi yang terjadi,

faktor penyebab erosi serta teknik konservasi yang sesuai pada

kawasan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

a. Erosi Tebing

b. Erosi Alur

Pada daerah Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera

Utara,terdapat sungai dan setelah diamati, terdapat beberada erosi yang ada di

sekitaran sungai tersebut antara lain, pada tebing (pinggiran sungai) dan kawasan

sekitar sungai.
Pembahasan

Sungai Biribiri yang terletak di daerah Pancur Batu, Kabupaten

Deli Serdang, Sumatera Utara, setelah dilakukan pengamatan dilapangan,

tergolong sungai yang memiliki kondisi yang cukup baik dikarenakan

airnya yang masih jernih dan daerah sekitar sungai yang masih

terdapat banyak rerumputan liar. Sungai ini terletak didaerah perkebunan

kelapa sawit milik masyarakat dan terletak cukup jauh dari jalan raya.

Sungai Biribiri memiliki arus yang tidak cukup deras namun, pada daerah

tebingnya terdapat bukti telah terjadi erosi pada tebing tersebut. Tebing yang

terkena erosi oleh air sungai tersebut tampak berlubang secara horizontal panjang.

Pada sisi lain sungai juga terdapat aliran air diluar jalur aliran sungai yang disebut

erosi alur. Erosi ini tampak membentuk alur berkelok yang cukup panjang namun,

alirannya tidak deras.

Penyebab erosi pada tebing sungai tersebut kemungkinan adalah saat

permukaan air sungai naik dan arus sungai menjadi deras, mengakibatkan arus

sungai mengikis permukaan tebing sehingga membentuk lubang secara

horizontal. Erosi alur yang terjadi disekitar sungai kemungkinan terjadi karena

kemiringan lereng pada daerah tersebut berbeda sehingga saat permukaan air

sungai naik, sebagian dari air sungai tersebut akan keluar dari jalur sungai

sehingga membentuk jalur lain dikarenakan tidak terdapat vegetasi yang tumbuh

di pinggiran sungai tersebut dan bila terjadi secara berulang dapat mengikis tanah

lebih dalam lagi.

Dari pengamatan lapangan yang telah dilakukan, untuk menghindari

akibat dari erosi yang akan semakin buruk, perlu dilakukan konservasi pada
daerah tersebut. Mengatasi erosi yang terjadi pada tebing atau pinggiran sungai

tersebut dapat dilakukan dengan menanami tumbuhan yang dapat menjalar pada

tebing tersebut sehingga, tanaman tersebut dapat menahan arus sungai yang kuat

agar tidak mengikis tebing lebih dalam lagi dan menyebabkan tanah menjadi

turun yang dapat mengakibatkan longsor dan membahayakan orang yang melintas

diatasnya.

Erosi alur yang terjadi di sekitar sungai dapat diatasi dengan penanaman

vegetasi juga misalnya, bunga- bungaan, tanaman-tanaman yang menjalar, atau

pohon-pohon kecil sehingga saat air sungai keluar atau permukaan sungai naik,

air dapat diserap oleh tanah dan tanaman yang ada disekitar sungai.Untuk

mencegah terjadinya erosi yang lebih buruk lagi, sebaiknya segera melakukan

konservasi pada daerah sekitaran sungai tersebut. Namun, jangan sampai merusak

ekosistem sekitar sungai.


KESIMPULAN

Erosi yang terjadi di sekitar Sungai Biribiri daerah Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, menurut pengamatan yang telah

dilakukan dilapangan, terdapat dua jenis erosi yaitu, erosi tebing dan erosi alur.

Erosi tersebut dapat diatasi dengan melakukan konservasi pada daerah sekitar

sungai yaitu, dengan penanaman tanaman yang dapat merambat pada tebing dan

pohon-pohon kecil pada pinggiran sungai.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. IPB Press. Bogor.

Banuwa, I. S. 2008. Pengembangan Alternatif Usaha Tani Berbasis Kopi untuk


Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan di DAS Sekampung
Hulu. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Dewi, A.U., Ni Made, T., Tatiek, K. 2012. Prediksi Erosi dan Perencanaan
Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Saba. Universitas
Udayana. Bali.

Hardiyatmo. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Utomo, Wani Hadi. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. Malang : Penerbit IKIP
Malang.
LAMPIRAN

Akibat erosi tanah menjadi mudah runtuh

Foto Bersama

Anda mungkin juga menyukai