DosenPengajar :
PREOPERATIF
DisusunOleh :
Kelompok 1
Elshadai Mongkaren 15061158
Leidy Malingkas 15061220
Klien akan bertemu dengan beberapa anggota tim ksesehatan, antara lain
dokter bedah, perawat anastesi atau ahli anastesi, petugas fisioterapi dan perawat.
Semuanya berperan dalam asuhan keperawatan dan pemulihan klien. Anggota
keluarga dapat memberi dukungan melalui kehadiran mereka disana, tetapi
mereka akan menghadapi stressor yang sama seperti yang dihadapi klien. Perawat
harus berkomunikasi secara efektif dengan klien dan keluarga; hubungan perawat-
klien menjadi dasar asuahan keperawatan yang diberikan. Perawat mengkaji
kesehatan fisik dan emosional klien, mengetahui tingkat resiko pembedahan,
mengoordinasi beberapa pemeriksaan diagnostik, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan yang menggambarkan kebutuhan klien dan keluarga, mempersiapkan
kondisi fisik dan mental klien untuk menghadapi pembedahan, serta
mengomunikasikan informasi yang berkaitan dengan pembedahan kepada tim
bedah.
1. PENGKAJIAN
Misalnya, jika klien datang ketempat pembedahan pada hari yang sama, waktu
yang tersedia mungkin tidak cukup untuk melakukan pemeriksaan fisik yang
kemprehensif. Dalam kasus ini, perawat berfokus pada pengkajian utama seluruh
system tubuh untuk memastikan bahwa tidak ada masalah yang terabaikan.
Walaupun dokter akan melakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh
sebelum menentukan jadwal pembedahan, pengkajian preoperatif seringkali
menunjukkan adanya ketidaknormalan sehingga akan menunda atau membatalkan
pembedahan yang telah dijadwalkan. Namun, biasanya pemeriksaan
memperlihatkan hasil yang normal dan perawat tetap harus waspada terhadap
kemungkinan terjadinya komplikasi pascaoperatif.
a. RIWAYAT KEPERAWATAN
b. RIWAYAT MEDIS
e. RIWAYAT OBAT-OBATAN
Jika klien menggunakan obat yang telah diresepkan atau obat yang dibeli
di luar apotek secara teratur, dokter bedah atau ahli anestesi mungkin akan
menghentikan pemberian obat tersebut sementara sebelum pembedahan atau
mereka akan menyesuaikan dosisnya. Obat tertentu mempunyai implikasi khusus
bagi klien bedah. Obat yang diminum sebelum pembedahan secara otomatis akan
dihentikan saat klien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta klien
untuk menggunakannya kembali.
laring).
Penyakit hati Penyakit hati dapat mengganggu
metabolism dan eliminasi obat-obatan
yang diberikan selama pembedahan dan
mengganggu penyembuhanyang
diberikan selama pembedahan dan
mengganggu penyembuhan luka serta
waktu pembekuan darah karena adanya
perubahan metabolism protein.
Demam Demam menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
pada klien dan mungkin menunjukan
bahwa penyebab utama demam adalah
infeksi.
Penyakit pernapasan kronik (emfisema, Penyakit pernapasan menurunkan usaha
bronkitis, asma) klien untuk melakukan kompensasi
terhadap perubahan asam-basa. Obat-
obatan anestesi dapat menurunkan
fungsi pernapasan, meningkatkan risiko
terjadinya hipoventilasi yang berat.
Kelainan imunologik (leukimia, AIDS, Kelainan imunologik dapat
depresi sumsum tulang, dan meningkatkan risiko infeksi dan
penggunaan obat-obatan kemoterapi). menunda penyembuhan luka setelah
pembedahan.
Penyalahgunaan obat-obatan Orang yang menyalahgunakan obat-
obatan mungkin menderita penyakit
(HIV/hepatitis) dan kesehatan
terganggu sehingga mempengaruhi
penyembuhan.
ALERGI
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang
mungkin diberikan selama fase pembedahan. Apabila klien menderita satu
atau lebih alergi maka ia menerima pita identifikasi alergi yang dipakai pada
pergelangan tangan sebelum menjalani pembedahan. Perawat juga ahrus
memastikan bahwa bagian depan lembar pencatatan klien berisi daftar alergi
yang dideritanya.
KEBIASAAN MEROKOK
Klien perokok memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami
komplikasi paru-paru pascaoperasi daripada klien bukan perokok.
Perokok kronik telah mengalami peningkatan jumlah dan ketebalan
sekresi lendir pada paru-parunya. Anastesi umum meningkatkan iritasi
jalan napas dan merangsang sekresi pulmonal, karena sekresi tersebut
akan dipertahankan akibat penurunan aktivitas siliaris selama anestesi.
Setelah pembedahan , klien perokok mengalami kesulitan yang lebih
besar dalam membersihkan jalan napasnya dari sekresi lendir.
KONSUMSI ALKOHOL DAN PENGGUNAAN SERTA
PENYALAHGUNAAN OBAT
Kebiasaan mengkonsumsi alcohol mempredisposisi klien pada reaksi
yang merugikan terhadap obat anestesi. Klien juga mengalami toleransi-
silang (toleransi obat meluas) terhadap pemakaian obat anestesi sehingga
klien memerlukan dosis anestesi yang lebih tinggi dari normal. Selain itu,
dokter mungkin perlu meningkatkan dosis analgesic pascaoperatif.
Konsumsi alcohol secara berlebihan juga dapat menyebabkan malnutrisi
sehingga penyembuhan luka menjadi lambat. Penggunaan obat-obat
narkotik dan barbiturat yang diresepkan serta penyalahgunaan obat-
obatan jalanan dapat mengganggu kemampuan klien mengontrol nyeri
setelah operasi dan mempengaruhi tingkat serta jumlah pemberian
anestesi selama pembedahan. Penggunaan obat melalui IV dapat
mengganggu sistem vascular dan menyulitkan akses kedalam vena. Klien
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjangkit penyakit seperti
HIV dan hepatitis.
DUKUNGAN KELUARGA
a. Perasaan
Perawat dapat mendeteksi perasaan klien tentang pembedahan dari perilaku
dan perbuatannya. Klien yang merasa takut biasanya sering bertanya, tampak
tidak nyaman dan secara aktif mencari dukungan dari teman dan keluarga.
Dirumah sakit perawat harus memilih waktu diskusi yaitu setelah melengkapi
prosedur kedatangan klien ke rumah sakit atau setelah melengkapi
pemeriksaan diagnostic. Perawat harus menjelaskan bahwa rasa takut dan
khawatir merupakan perasaan yang normal.
b. Konsep Diri
Klien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi yang
alaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri klien dengan cara
meminta klien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dirinya. Konsep diri
yang buruk mengganggu kemampuan beradaptasi dengan stress pembedahan
dan memperburuk rasa bersalah atau ketidaknyamanan.
c. Citra diri
Pembedahan untuk mengangkat bagian tubuh yang mengandung penyakit
sering mengakibatkan perubahan bentuk tubuh atau perubahan fungsi tubuh
yang permanen. Rasa khawatir terhadap kelainan bentuk atau kehilangan
bagian tubuh menyertai rasa takut klien. Perawat mengkaji perubahan citra
tubuh yang klien anggap akan terjadi akibat operasi. Reaksi individu berbeda-
beda bergantung pada konsep diri dan tingkat harga dirinya.
d. Sumber koping
Pengkajian terhadap perasaan dan konsep diri akan membantu perawat
menentukan kemampuan klien dalam mengatasi stress akibat pembedahan.
Perawat harus menanyakan dukungan yang dapat diberikan oleh anggota
keluarga atau teman klien. Anggota keluarga sering menjadi pelatih klien,
menawarkan dukungan yang berharga selama periode pascaoperatif, karena
partisipasi klien dalam perawatan merupakan hal yang vital
BUDAYA
Klien yang berasal dari budaya yang berbeda akan menunjukkan reaksi yang
berbeda tentang pengalaman operasi. Keperawatan dengan menggunakan pendekatan
multicultural membantu memberi kerangka referensi pada perawat untuk melakukan
pendekatan dengan cara menghargai klien dan memberi perawatan yang sesuai
dengan kebutuhan sehingga dapat mempercepat penyembuhan klien.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Toraks dan Paru-Paru. Pengkajian pola pernapasan klien dan ekskursi dada
membantu perawat dalam mengkaji kapasitas ventilasi. Pada periode pascaoperatif,
klien didorong untuk mengambil napas dan batuk. Penurunan fungsi ventilasi dapa
menyebabkan klien berisiko mengalami komplikasi pernapasan. Misalnya, klien yang
menjalani pembedahan abdomen atas akan mengalami kesulitan bernapas dalam
karena nyeri akibat insisi abdomen. Auskultasi bunyi napas akan menunjukkan
apakah klien mengalami kongesti paru atau penyempitan jalan napas. Adanya
atelektasis atau kelembaban pada jalan napas akan memperburuk kondisi klien
selama pembedahan. Kongesti paru yang serius dapat menyebabkan ditundanya
pembedahan. Beberapa obat anestesi dapat menyebabkan spasme otot laring;
sehingga, jika perawat mendengar bunyi mengi saat mengauskultasi jalan napas pada
masa preoperatif, maka klien berisiko mengalami penyempitan jalan napas yang lebih
lanjut selama pembedahan. Perawat harus mengkaji adanya jari tabuh pada kuku jari
tangan klien, yang dapat menunjukkan adanya penyakit paru dan mungkin dapat
menimbulkan kesulitan setelah klien diberikan anestesi.
Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian kapiler, dan warna serta suhu
ekstremitas untuk menentukan status sirkulasi klien. Waktu pengisian kapiler dikaji
dengan cara menekan kuku jari tangan atau kuku jari kaki klien sampai warna kulit
menjadi pucat, kemudian lepaskan tekanan, dan perhatikan lamanya waktu yang
diperlukan untuk kembali pada warna aslinya. Pengisian kapiler normal terjadi
kurang dari 3 detik. Pengisian kapiler lambat jika waktunya lebih dari 3 detik.
Pengkajian bising usus pada fase pascaoperatif berguna sebagai data dasar.
Perawat juga menentukan apakah klien mempunyai gerakan usus yang teratur.
Apabila pembedahan memerlukan manipulasi saluran gastrointestinal atau jika klien
diberikan anestesi umum, maka peristaltic tidak akan kembali normal dan bising
usus akan hilang atau berkurang selama beberapa hari setelah operasi.
FAKTOR RISIKO
Berbagai kondisi dan factor dapat meningkatkan resiko pembedahan
individu. Pengetahuan tentang berbagai factor resiko memungkinkan perawat
untuk menentukan tindakan pencegahan yang penting dalam perencanaan asuhan
keperawatan.
Usia. Klien anak-anak dan lansia memiliki resiko selama pembedahan karna
status fisiologis yang belum matang atau mengalami penurunan. Selama
pembedahan, perawat dan dokter perlu memberi perhatian khusus untuk
mempertahankan suhu tubuh normal bayi. Refleks menggigil pada bayi belum
berkembang dan seringkali terjadi berbagai variasi suhu. Anastesi menambah
resiko pada bayi karena agens anastesi dapat menyebabkan vasodilatasi dan
kehilangan panas.
Selama pembedahan, bayi mengalami kesulitan untuk mempertahankan
volume sirkulasi darah normal. Volume darah total bayi dianggap kurang dari
anak-anak atau orang dewasa. Kehilangan darah walaupun dalam jumlah kecil
dapat menjadi hal yang serius. Penurunan volume sirkulasi menyebabkan bayi
sulit berespon terhadap kebutuhan untuk meningkatkan oksigen selama
pembedahan. Dengan demikian, bayi menjadi sangat rentan mengalami
dehidrasi. Namun jika darah atau cairan diganti terlalu cepat hal itu akan
menimbulkan overhidrasi. Aspek penting lainnya pada perawatan bedah anak
meliputi manajemen jalan nafas, mempertahankan keseimbangan
cairan,mengatasi kejang, mengatasi perubahan suhu, mengidentifikasi dan
mangatasi penurunan kesadaran yang tiba-tiba dan kegawatan anastesi yang
tertunda, mengatasi nyeri dan agitasi, serta tersedianya peralatan dan obat-
obatan kedaruratan yang tepat (Bryant dan Dierdorf, 1992).
SISTEM PULMONAL
Kerangka tulang rusuk Komplikasi akan Ajarkan klien tentang
menjadi kaku dan menurunkan kapasitas teknik batuk, nafas dalam,
ukurannya mengecil. vital dan pemakaian spirometer
secara tepat.
SISTEM NEUROLOGIS
Kehilangan sensorik, Klien kurang berespon Orientasikan klien pada
termasuk menurunnya rasa pada tanda-tanda lingkungan sekelilingnya.
taktil dan toleransi nyeri peringatan awal terjadinya Observasi tanda-tanda
meningkat. komplikasi pembedahan. nyeri secara nonverbal.
Hitung darah Sampel darah vena perifer untuk mengukur sel SDM Ik; 4,7-6,1 juta/mm3
lengkap darah merah (SDM(, sel darah putih (SDP), pr:4,2-5,4 juta/mm3
hemoglobin dan hematokrit. Dapat Hb Ik: 14,7-16,1 gr/dl
memperlihatkan adanya infeksi,volume darah pr: 12-16 gr/dl
yang rendah. Dokter bedah mungkin Ht Ik:42-52%
memprogramkan pemberian transfusi darah. Pr: 37-47%
SDP: dewasa dan anak-
anak kurang dari 2 thn:
5000-10.000/mm3
Elektrolit serum Sampel darah perifer memperlihatkan adanya Natrium (Na) 135-145
ketidak seimbangan cairan dan elektrolit sebelum mEq/L
oprasi. Jumlah kalium perlu di perhatikan. Dapat Kalium (K) 3,5-5,0 mEq/L
diindikasikan penggantian cairan melalui IV Klorida (CI) 100-106
sebelum oprasi. mEq/L
Bikarbonat (HCO3) 24-32
mEq/L
Pemeriksaan Maaaaasa protrombin (prothrombin time, PT) PT kurang dari 2 dtk
koagulasi masa paruh tromboplastin ( partial deviasi dari kontrol
thromboplastin time , PTT), dan hitung trombosit PTT 25-27 dtk
memperlihatkan klien yang berisiko mengalami Trombosit 150.000-
perdarahan dan pembentukan trombus 350.000/mm3
Kreatinin serum Kemampuan darah mengekspresikan kreatinin, Kreatinin 0,6-1,5 mg/100
produk sisa metabolisme, mengakaji fungsi ml
ginjal. Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
adanya gagal ginjal.
Urinalisis Analisis pemerikasaan urine untuk melihat
adanya infeksi saluran kemih, penyakit ginjal dan
diabetes.
4. Diagnosa Keperawatan
Diangnosa menentukan arah perawatan yang akan diberikan pada satu atau
seluruh tahap pembedahan. Diangnosa keperawatan preoperatif memungkinkan
perawat untuk melakukan tindakan pencegahan dan perawatan sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan selam tahap intraoperatif dan pascaoperatif sesuai
dengan kebutuhan klien.
5. PERENCANAAN
6. IMPLEMENTASI
Persetujuan Tindakan
Penjelasan dokter bedah harus disaksikan oleh anggota tim kesehatan yang
memenuhi syarat. Struktur format persetujuan memungkinkan dokter menuliskan
informasi yang berkaitan dengan pembedahan. Tanda tangan klien pada format
persetujuan menunjukkan bahwa klien telah diberikan informasi lengkap tentang
prosedur yang akan dilaksanakan. Perawat sering menjadi saksi saat klien
menandatangani lembar persetujuan dan memeriksa ketepatan tanggal, waktu, dan
tanda tangan yang terdapat dalam dokumen dan semuanya harus ditulis dengan
mengunakan tinta. Klien yang buta huruf dapat memberi persetujuannya dengan
mengunakan tanda asalkan tetap disaksikan dengan benar. Sebagai saksi, perawat
boleh memastikan kembali bahwa klien telah menandatangani lembar persetujuan,
tetapi tidak memastikan bahwa klien telah mendapat informasi yang tepat. Pada
banyak institusi, batas waktu pemberian informasi dicantumkan dalam format
persetujuan.
Penyuluhan Preoperatif
1. PERNAPASAN DIAFRAGMA
LANGKAH RASIONAL
PERNAPASAN DIAFRAGMA
SPIROMETER STIMULATIF
- Cuci tangan
- Mengurangi penyebaran
mikroorganisme
- Instruksikan klien untuk
berada pada posisi semi- - Meningkatkan
fowler atau fowler tinggi keoptimalan ekspansi paru
selama melakukan latihan
BATUK TERKONTROL
pernapasan
- Jelaskan pentingnya
mempertahankan posisi
dudk tegak - Posisi membantu ekskursi
- Demonstrasikan batuk. diafragma dan
Hirup napas dalam dua kali meningkatkan ekspansi
secara perlahan melalui dada
hidung dan hembuskan - Napas dalam
melalui mulut menyebabkan ekspansi
paru secara penuh
MENGGANTI POSISI
sehingga udara bergerak
- Instruksikan klien untuk dibelakang lendir dan
berbaring pada posisi membantu efek batuk
terlentang dibagian kanan - Perubahan posisi dimulai
tempat tidur, pasang kedua dari bagian kanan tempat
pembatas tempat tidur tidur sehingga bila klien
miring kiri tidak
- Minta klien memegang menyebabkan klien
pembatas tempat tidur berguling ke pinggir
bagian kiri dengan tempat tidur
menggunakan tangan
kanannya, tarik kearah kiri,
dan miringkan tubuhnya - Menarik ke arah pembats
kea rah kiri tempat tidur akan
mengurangi besarnya
- Rotasikan kedua
pergelangan kaki
membentuk lingkaran
penuh . instruksikan klien
- Latihan kaki
untuk menggambarkan
mepertahankan mobilitas
lingkaran dengan
sendi dan meningkatkan
menggunakan jempol
aliran balik vena yang
kakinya. Ulangi sebanyak 5
akan mencegah
kali
terbentuknya thrombus.
LATIHAN PREOPERATIF
Pada saat klien sedang berada dibawah pengaruh anastesi umum, ventilasi paru-paru
tidak terjadi secara penuh. Setelah pembedahan volume paru menurun dan klien
membutuhkan usaha yang lebih besar untuk napas. Selama pembedahan, aliran darah
vena ke kaki semakin lambat, statis sirkulasi dapat menyebabkan terjadinya thrombus
atau bekuan darah. Bekuan darah dapat pecah dan terbawah keotak, jantung atau paru-
paru dan berpotensi menimbulkan komplikasih yang fatal.
Batuk dapat membantu mengeluarkan lender yang tertahan pada jalan napas. Batuk
dalam produktif lebih menguntungkan dari dapa membersihkan tenggorok. Nyeri insisi
pada pascaoperatif membuat klien sulit batuk. Klien harus mengantisipasi nyeri dan
memahami pentingnya batuk. Perawat juga mengajarkan agar menekan tempat insisi
untuk meminimalkan nyeri saat batuk. Perawat membimbing klien untuk batuk dan
napas dalam setiap 2 jam pada saat klien terjaga.
Lathan kaki dan menganti posisi akan meningkatan aliran darah ke ekstremitas
sehingga statis berkurang. Kontraksi otot kaki bagian bawah akan meningkatkan aliran
balik vena sehingga mempersulit terbentuknya bekuan darah. Perawat menganjurkan
klien melakukan latihan ini tiap 2 jam sekali saat klien terjaga. Apabila klien nantinya
harus menggunakan stoking elastis atau alat pembetukan komresi maka klien perlu
mendapat penyuluhan tentang tujuan dan asuhan keperawatan yang akan dibutuhkan
setelah pemakaina alat tersebut.
Setelah menjelaskan masing-masing latihan, perawat mendemonstrasikannnya.
Perawat bertindak sebagai pelatih, membimbing klien melakukan setiap latihan.
Misalnya, perawat mengatakan agar klien duduk dengan tepat dan bantu klien
melektakan tangannya pada posisi yang tepat selama bernapas. Kemudian perawat
membiarkan klien melakukan latihan secara mandiri ( sekitar 15 menit ). Perawatn dapat
melakukan tugas-tugasnya yang lain atau minta bantuan asisten untuk melatih klien
sebelum perawat kembali dan melihat klien melakukan setiap latihan secara mandiri.
Perawat memberi umpan balik, menjelaskan pada klien tentang aspek pada setiap latihan
yang telah dilakukan dengan benar dan mejelaskan aspek latihan yang masih perlu
diperbaiki.
Unit tempat klien datang sebelum pembedahan mungkin berbeda dengan unit
pascaoperatif. Keluarga perlu diberitahukan kemana klien akan dipindahkan setelah
pembedahan. Perawat juga menjelaskan tempat keluarga dapat mennggu klien dan
tempat dokter bedah akan bertemu dengan anggota keluarga perlu diperkenalkan pada
lingkungan unit tersebut sebelum operasi dilaksanakan.
KLIEN MENDISKUSIKAN RENCANA PEMANTAUAN DAN TERAPI
PASCAOPERATIF
Klien dan keluarga ingin mengrtahui tentang proses yang akan terjadi setelah
pembedahan. Apabila sebelum pembedahan, klien dan keluarga memahami akan
adanya pemantauan tanda-tanda vital pascaoperatif, kekhawatiran mereka pada saa
perawat melakukan pemeriksaan akan berkurang. Perawat juga dapat menjelaskan
bahwa klien mungkin akan dipasang infus, balutan, atau selang drainase. Perawat
tidak boleh menyiapkan klien dan keluarga secara berlebihan ataupun kurang.
Perawat tidak dapat memperkirakan seluruh terapi pascaoperatif yang akan diterima
klien, karena setiap dokter bedah mempunyai pedoman praktik yang berbeda untuk
setiap jenis operasi. Walaupun perawat sudah mengetahui pilihan yang disukai setiap
dokter bedah, tetapi perawat mudah melakukan kesalahan dalam memberikan
informasi tentang terapi yang mungkin tidak akan dilakukan oleh dokter tersebut.
Kontraindikasi antara penjelasan perawat dan kenyataan yang terjadi pada
pascaoperatif akan menimbulkan kecemasan yang besar.
Salah satu ketakutan terbesar klien beda adalah nyeri. Keluarga juga khawatir
terhadap rasa nyaman klien. Nyeri setelah pembedahan adalah hal yang normal.
Perawat memberi informasih pada klien dan keluarga tentang terapi yang tersedia
untuk menghilangkan nyeri ( Mis.pemberian analgesic,penekanan tempat insis,dan
latihan relaksasi ). Klien perlu mengetahui jadwal pemberian,cara pemberian dan
pengaruh obat-obatan analgesic.
Banyak klien bedah yang sering menghidarkan minuman obat penghilang rasa
nyeri karena takut menjadi bergatunggan pada obat.namun,sebgaian besar dosis obat
dan interval yang dibutuhkan antara waktu pemberiannya tidak cukup besar sehingga
dapat menimbulkan ketergantungan.perawat harus mendorong klien menggunakan
analgesic sesuai kebutuhan. Apabila nyeri tidak terkontrol,klien akan sulit
berpartisipasi dalam terapi pascaoperatif. Klien yang dirawat dirumah sakit, sejak
awal mungkin akan mendapat obat-obatan melalui intravena,bergatung pada sifat
operasi.apabila klien sudah bisa makan, dokter akan menganti analgesic yang
diberikan melalui intravena dengan jenis analgesic oral.
Klien mungkin merasa seperti bagian dari proses penyusunan mesin selama
tahap preoperasi.seringnya kunjungan staf, permerikasaan diagnostik, dan persiapan
fisik sebelum pembedahan telah menghabisakan banyak waktu dank lien hanya
memiliki sedikit kesempatan untuk mereflesikan pembedahan yang akan dijalaninya.
Perawat harus memastikan bahwa klien merasa sebagai seorang individu. Klien dan
keluarga memerlukan waktu untuk mengeksperikan perasaannya tentang
pembedahan. Tikat kecemasan klien mempengaruhi klien banyaknya diskusi. Sambil
memberikan perawatan rutin, perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan
kekhwatirannya. Keluarga mungkin berharap bisa berdiskusi tampa kehadiran klien
sehingga rasa khwatir mereka tidak akan menimbulkan ketakutan bagi klien.
Terbentuknya rasa percaya dan hubungan terapeutik antara perawat dengan klien dan
keluarga memungkinkan terungkapnya perasaan klien dan keluarga tentang
pembedahan.
PERSIAPAN FISIK
Tingkat persiapan fisik preoperative bergantung pada status kesehatan klien,
pembedahannya yang akan dilaksanakan, dan pilihan dokter bedah. Klien mederita
penyakit serius lebih banyak mendapatkan perawatan sportif dalam bentuk obat-
obatan, terapi cairan IV dan memantau daripada klien yang akan menghadapi
prosedur efektif minor. Perawat menjelaskan tujuan dari semua prosedur yang akan
dilaksanakan.
Di masa lalu, rambut disekitar tempat insisi harus dicukur. Rasional tindakan
tersebut dilakukan untuk menghilangkan mikoorganisme yang berada pada rambut.
Namun, penelitian telah menunjukan bahwa mencukur rambut disekitar tempat
pembedahan dapat meningkatkan terjadinya infeksi luka pascaoperasi (Horner,1993).
Mencukur dengan silet dapat menyebabkan teriris atau tergores permukaan kulit
sehingga mikroorganisme mudah berkembang. CDC merekomendasikan untuk tidak
mencukur rambut atau, jika perlu, dilakukan sesaat sebelum pembedahan
(Horner,1993). Menggunakan sesuatu untuk penghilang rambut (depilator) dan
menjepit rambut lebih dipilih dari pada mencukur rambut karena tidak menimbulkan
goresan pada kulit sehingga menurunkan resiko infeksi luka pada pascaoperatif.
Namun, beberapa rumah sakit dan klinik bedah masih mengharuskan pencukuran.
Biasanya tindakan ini merupakan tindakan rutin pembedahan. Apabila perawat akan
melakukan tugas ini, lihat dan ikuti kebijakan institusi dan manual prosedurnya. Cara
lain untuk mengurangi resiko infeksi luka pascaoperatif adalah dengan menjaga agar
klien tetap berada dirumah sakit dalam waktu yang singkat. Beberap peneliti
menunjukan bahwa tetap berada dirumah sakit dalam waktu yang singkat
berhubungan dengan rendahnya angka kejadian infeksi luka (Halsey et al, 1981;
Mores dan Andrews, 1993). Dengan demikian, klien mempunyai peluang lebih kecil
tertular patogen dari rumah sakit.
3. Pencegahan Inkontinensia Usus Dan Urine
Klien mungkin tidak mendapatkan persiapan usus (mis: katartik atau enema)
kecuali jika pembedahan yang akan dilaksanakan melibatkan sistem gastrointestinal.
Manipulasi bagian saluran gatrointestinal selama pembedahan akan menyebabkan
hilangnya gerakan peristaltik selam 24 jam dan kadang-kadang lebih. Enema dan
katartik membersihkan saluran gastrointestinal untuk mencegah inkontinensia
intraoperasi dan konstipasi pascaoperatif.
Usus yang kosong akan mengurangi resiko cedera pada usus dan mencegah
kontaminasi luka bedah jika bagian usus diinsisi atau dibuka. Instruksi dokter bedah
mungkin akan dibaca “berikan enema sampai bersih”. Kalimat ini berarti perawat
harus memberikan enema yang kaluar tidak mengandung materi feses. Namun,
enema yang terlalu sering dalam waktu yang singkat, dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang serius. Sebagian besar lembaga
merekomendasikan batas jumlah enema yang boleh dilakukan oleh perawat hinggah
bersih (biasanya tiga kali).
Perawat harus memberi lingkungan yang nyaman dan tenang untuk klien.
Dokter sering memberi obat hipnotik-sedatif atau antiansitas pada malam hari
sebelum pembedahan. Obat-obatan hipnotik-sedatif (mis: flurazepam [dalmane])
menyebabkan dan mempercepat klien tidur. Obat-obatan antiansietas (mis:
alprazolam [xanax], diazepam [valium]) berkerja pada koterks serebral dan limbik
untuk menghilangkan ansietas.
Keuntungan bedah sehari atau bedah pada hari yang sama adalah klien dapat
tidur dirumah pada malam hari sebelum pembedahan. Klien biasanya lebih cepat
beristirahat dalam lingkungan yang sudah dikenalnya.
Sebelum klien pergi keruang operasi, perawat memeriksa isi rekam medik klien
untuk memastikan adanya hasil laboratorium yang terbaru. Perawat memeriksa
lembar persetujuan tindakan untuk memperoleh informasi yang akurat. Format isian
preoperatif memberi pedoman pada perawat untuk memastikan kelengkapan
intervensi keperawatan yang telah diberikan. Perawat juga memeriksa catatan
keperawatan untuk memastikan bahwa dokumentasi asuhan keperawatan berisi data-
data terbaru. Hal ini sangat penting, terutama jika klien yang dirawat dirumah sakit
mengalami masalah yang tidak diperkirakan sebelumnya pada malam hari sebelum
pembedahan.
8. Pemberian Kebersihan
Selama dan setelah pembedahan, ahli anestesi dan perawat mengkaji kulit dan
membranmukosa untuk menentukan kadar oksigen dan sirkulasi klien. Oleh karena
itu seluruh riasan muka (lipstik, bedak, pemerah muka, dan cat kuku) harus
dihilangkan untuk memperlihatkan warna kulit dan kuku yang normal.
Segala jenis alat prostese mudah hilang atau rusak selama pembedahan
berlangsung. Klien harus melepas semua prostese, termasuk gigi palsu lengkap atau
sebagian, kaki palsu, mata palsu, dan lensa kontak. Alat bantu dengar, bulu mata
palsu, dan kacamata juga harus dilepas. Apabila klien memiliki brace (alat penopang)
atau bidai, perawat meminta dokter untuk menentukan apakah alat-alat tersebut harus
dilepas atau tidak.
Beberapa klien malu melepas gigi palsunya atau alat bantu lain yang
mempengaruhi penampilannya. Oleh karena itu saat klien melepas gigi palsunya, ia
harus diberikan privasi. Gigi palsu harus diletakkan diwadah khusus agar tidak hilang
atau patah, dan kaji adanya gigi klien yang hilang. Gigi yang rusak dapat tercabut saat
selang endotrakea dimasukkan sehingga dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.
Salah satu prosedur khusus adalah pemasangan selang nasogastric (NG) yaitu
selang plastic yang lentur dan lunak, yang dimasukkan melalui nasofaring kedalam
lambung klien. Selang tersebut mempunyai lumen yang berlubang untuk
memungkinkan pembuangan sekresi lambung dan pemasukan larutan kedalam
lambung. Pemasangan selang NG mempunyai beberapa tujuan . untuk klien bedah,
tujuan utama pemasangan selang NG adalah dekompresi lambung untuk mencegah
distensi abdomen. Dokter seringkali menunda pemasangan selang NG sampai klien
berada didalam ruang operasi.
Selang Levin dan salem sump adalah selang yang paling sering digunakan
untuk dekompresi lambung. Selang Levin adalah selang yang memiliki lumen
tunggal dengan lubang berada didekat ujung selang. Selang ini dapat disambungkan
kekantong drainase atau kealat pengisap intermiten untuk mengeluarkan sekresi
lambung.
Selang salem sump adalah jenis selang yang paling disukai untuk dekompresi
lambung. Selang ini mempunyai 2 lumen : satu lumen untuk membuang isi lambung
dan satu lagi untuk ventilasi udara. “Pigtail” (kuncir) biru adalah ventilasi udara yang
berhubungan dengan lumen kedua. Apabila lumen utama selang disambungkan ke
pengisap, ventilasi udara tetap bebas, dan drainase drainase sekresi tetap berlangsung.
Selang ventilasi udara tidak boleh ditutup, disambungkan ke alat pengisap atau
digunakan untuk irigasi.
Salah satu masalah terbesar dalam perawatan klien dengan selang NG adalah
mempertahankan kenyamanan. Selang menimbulkan iritasi konstan pada mukosa
nasal. Perawat harus mengkaji adanya inflamasi dan ekskoriasi pada lubang hidung
dan mukosa. Plester yang digunakan untuk menempelkan selang dapat menjadi kotor.
Perawat mengganti plester tersebut setiap hari untuk mengurangi iritasi. Lubrikasi
yang sering diberikan pada lubang hidung juga meminimalkan terjadi ekskoriasi.
Sumbatan pada salah satu lubang hidung dapat menyebabkan klien bernapas melalui
mulut. Perawatan mulut yang sering ( minimal setiap 2 jam ) membantu
meminimalkan dehidrasi. Segelas air dingin dapat berguna untuk membersihkan
mulut , tetapi klien yang sedang berpuasa tidak boleh menelan airnya. Klien akan
sering mengeluh bahwa tenggorokannya serak. Kantong es yang diletakkan pada
bagian luar tenggorok kadang-kadang dapat membantu. Kumur-kumur dengan jelly
xylocaine topical dan/atau lozenge (tablet isap) boleh digunakan jika dokter
memprogramkannya.
Pada banyak rumah sakit , bagian keperawatan atau petugas dari bagian
transportasi membawa brankar untuk memindakan klien. Petugas tersebut memeriksa
gelang identifikasi klien dan menyesuaikannya dengan kardex klien untuk
memastikan bawah ia membawah orang yang benar keruang operasi. Karna klien
telah menerima obat-obatan preoperative, maka perawat dan petugas trasportasi
membantu klien berpinda dari tempat tidur kebrankar agar klien tidak jatuh. Keluarga
mendapat kesempatan terakhir untuk mengunjungi klien sebelum dipindakan ke
ruang operasi. Perawat mengarakan keluarga untuk menunggu diruang tunggu.
Perawat lebih siap memberi ASKEP pada klien setalah pembedahan jika ruangan
telah disiapkan sebelum klien kembali dari ruang operasi.\
EVALUASI
Petugas dari ruang oprasi memberi divisi keperawatan atau ruang tunggu
pembedahan sehari jika jadwal.
Daftar Pustaka
Potter & Perry. 2006 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Ed 4 Vol 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC