OLEH :
F1072161022
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
A. PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN MODEL
PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadai, menginspirasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Istilah pendekatan merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh
karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama – sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Sedangkan metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang
dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah
cara yang digunakan, yang bersifat implementasi. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih
oleh masing – masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.
Sedangkan menurut beberapa ahli yang telah diuraikan terdahulu bahwa strategi pembelajaran
harus mengandung penjelasan arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya,
Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri,
yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
Gerlach dan Ely dalam (Hamzah, 2007:2) menyatakan bahwa teknik pembelajaran
seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat, atau media
yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin
dicapai.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
komputer, kurikulum, dan lain – lain (Joyce dalam Ahmadi, dkk, 2011:8). Selanjutnya Joyce
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Ahmadi, dkk, 2011: 8) mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
Terdapat lima pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar
A. Pendekatan Kompetensi
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan, kompetensi menunjuk
kepada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam
proses belajar”.
individual. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas (master learning) atau belajar sebagai
penguasaan (learning for mastery) adalah suatu falsafah tentang pembelajaran yang mengatakan
bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat semua peserta didik akan dapat belajar dengan
hasil yang baik dari seluruh bahan yang diberikan. Landasan teoritis ketiga bagi perkembangan
Kemandirian dalam belajar ini menurut Wedemeyer (dalam Rusman 2011:353) perlu
diberikan kepada peserta didik supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan
mendisiplinkan dirinya dan dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemampuan sendiri.
1. Apakah memilih program yang kesempatannya untuk berdialog tinggi dan kurang terstruktur
1. Modul, yaitu suatu paket progam yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain
dengan modul.
3. Digital Content berbasis web, yaitu bahan pembelajaran online dalam bentuk pembelajaran
individual yang dapat diakses oleh siswa,baik dalam bentuk tugas pembelajaran mandiri
maupun sumber-sumber belajar lainya yang dikemas dalam bentuk digital content
Kesimpulan
Model pembelajaran mandiri yang diterapkan secara penuh memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk ikut berperan dalam menentukan tujuan,memilih isi pelajaran,dan cara
mempelajarinya.
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta
ddik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari – hari. Dalam pengertian tersebut, termasuk di antaranya keterlibatan fisik,
mental, dan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan”.
pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran berikut :
a. Kemampuan bertanya
e. Kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalaman secara langsung
g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah dikuasai dalam suatu situasi
baru
membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada
laboratorium atau diluar laboratorium. Dalam proses pembelajaran siswa diberi kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau
proses tertentu.
C. Pendekatan Lingkungan
pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan
pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik jika apa yang dipelajari berhubungan dengan
Dalam model pembelajaran ini alam sekitar sebagai fundamental pendidikan dan pengajaran
memberikan dasar emosional, sehingga anak menaruh perhatian yang spontan terhadap segala
sesuatu yang dibebrikan kepadanya asal itu didasarkan atas dan diambil dari alam sekitar.
Mengacu pada konsep pendidikan alam sekitar Tirtarahardja dan Sula (dalam Sagala, 2010:180)
berpendapat bahwa beberapa tahun terakhir telah ditetapkan adanya materi pelajaran muatan
lokal dalam kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan kurikulum muatan lokal
tersebut diharapkan anak semakin dekat dengan alam sekitar dan masyarakat, sehingga
dimungkinkan anak akan lebih menghargai, mencintai dan melestarikan lingkungan alam sekitar
yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam proses
belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering juga disebut pendekatan terpadu (integrated).
Perlunya pendekatan tematik pada pembelajaran yang mempunyai korelasi tinggi ialah
kenyataan bahwa ”Dunia nyata” itu menujukkan adanya keterpaduan dan bahwa peserta didik
ternyata lebih baik bila belajar menghubung – huungkan berbagai faktor yang ada.
Model pembelajaran yang dipakai dalam pendekatan Tematik sama dengan judulnya yaitu
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) model pembelajaran untuk anak
tingkat Sekolah dasar kelas rendah, yaitu kelas 1, 2, dan 3 adalah pembelajaran yang dikemas
dalam bentuk tema-tema (Rusman, 2011: 249). Tema meupakan wadah atau wahana untuk
Berdasarkan paduan KTSP, pengelolaan kegiatan pembelajaran pada kelas awal Sekolah Dasar
dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar pembiasaan dilakukan dengan menggunakan model
mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang
terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap
hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi
F. Pendekatan Konstektual
ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta
kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari
melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga
G. Pendekatan Kontruktivisme
pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
1. Model kontruktivis
Model kontruktivisme yang dikemukankan Piaget memberi arahan pada guru untuk
membangkitkan kemampuan berpikir anak dalam belajar, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
Dengan maksud:
1) adanya pengetahuan fisik diperoleh dengan berbuat pada benda-benda, dan melihat
bagaiman benda-benda itu bereaksi. Misal: untuk mengetahui apakah sebuah bola yang
dibuat dari tanah liat dapat terapung ditanah, anak harus berbuat sesuai pada benda-benda
itu.
2). siswa harus bekerja dengan benda-benda , bahwa inilah satu-satunya cara mereka
belajar logika, matematika kenyataan. Bukan dengan cara belajar kata-kata namun para
4. Menjelaskan.
c. Memperkenalkan kegiatan
Kegiatan-kegiatan itu mungkin menarik bagi siswa tetapi jangan dipaksakan pada
mereka, para siswa hendaknya mempunyai kebebasan untuk mengikuti perhatian mereka
sendiri, oleh karena itu hanya akan dapat berkembang bila siiwa itu terlibat langsung
dalam pembelajaran.
dalam berfikir.
e. Saling berinteraksi
gagasan-gagasan bila para siswa sudah tingkat perkembangan yang tinggi. Tetapi, kerap
kali kata-kata dan istilah teknis merintangi berpikir, oleh karena itu guru hendaknya dapat
Alasanya anak-anak memperoleh pengetahuan dengan cara-cara yang berbeda dari cara
orang dewasa.
H. PENDEKATAN EKSPOSITORI
Suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan
dilatihkan kepada sisswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru
sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
1. Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran ini,
2. Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi
tahap.
4. Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan
balik.
khusus padqa penerapan kepada situasi lebih kompleks dak kehidupan sehari-hari.
I. PENDEKATAN KOOPERATIF
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya
pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus
secara individual menemukan dan menstraformasikan informasi yang kompleks. Menurut Slavin
aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri
dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati dalam Rusman, 2010:203).
terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4 – 5
orang. Belajar Cooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan anggota
dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Terdapat 4 hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni : (1) adanya
peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main dalam kelompok, (3) adanya upaya
belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.
Menurut Lie (dalam Rusman (2011:218) “Pembelajaran Kooperatif model Jigsaw ini
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama ketergantungan
matematika, yaitu:
2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik,
3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu
5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah
didiskusikan
6. Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota kelompok untuk
memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan
baik.
Belajar kooperatif dengan teknik Group Investigation sangat cocok untuk bidang kajian yang
memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, 1995a, dalam Rusman, 2011:221) yang
mengarah pada kegiatan penelitian, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk
kesimpulan).
5. Mempresentasikan laporan.
6. Evaluasi, para sisiwa berbagi informasi terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah
Menurut Slavin (dalam Rusman: 2007) Dalam Student Teams Achievement Division (STAD),
siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis
kelamin dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan sisiwa-siswa didalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bias menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya
semua sisiwa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Secara garis besar tahap-tahap kooperatif tipe STAD
Tahap persiapan
Pada tahap ini, Guru mempersiapkan materi berikut perangkat pengajaran termasuk lembar
kerja peserta didik dan soal quiz serta menentukan metode pembelajaran dan penyajian materi
kelompok terdiri dari 4–6 orang dengan prestasi yang bervariasi, jenis kelamin dan ras yang
berbeda. Guru menjelaskan bahwa tugas utama kelompok adalah membantu anggota untuk
menguasai materi dan mempersiapkan quiz serta setiap anggota hendaknya berusaha untuk
memperoleh nilai yang baik karena prestasi individu akan berpengaruh besar terhadap kelompok.
Sebelum pembelajaran, Guru menginformasikan kepada peserta didik tujuan yang hendak
dicapai dan prasyarat yang harus dimiliki. Penyajian materi dilakukan secara klasikal. Dalam
mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari peserta didik
dalam kelompok.
menekankan kepada peserta didik bahwa belajar adalah memahami makna bukan hafalan
memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari suatu pertanyaan.
Setelah peserta didik memahami permasalahan, selanjutnya beralih pada materi berikutnya.
Dalam tahap ini peserta didik mempelajari materi dan mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan Guru dalam LKS. Dalam kegiatan kelompok peserta didik saling membantu dan
berbagi tugas. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya. Peran Guru
dalam tahap ini sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok
Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, peserta didik diberi tes dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapainya. Hasil tes digunakan
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes sebelumnya (skor
awal) dengan tes akhir. Berdasarkan skor awal, setiap peserta didik memiliki kesempatan yang
sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes
yang diperolehnya.
Metode Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam
pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi bebrapa konsep/topik yang cocok untuk sesi
review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sis sebaliknya berupa kartu jawabnnya)
2. Setiap siswa mendapat kartu dan mimikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu
soal/kartu jawaban).
4. Siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu diberi point.
5. Setelah babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat karu yang berbeda dari
6. Kesimpulan.
Menurut Saco (dalam Rusman, 2011:224), dalam TGT siswa memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.
Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan
Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011:225) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari
lima langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam
b. Games tournament.
c. Penghargaan kelompok.
Model Role Playing disebut juga sosio drama, dalam proses pembelajaran diharapkan para
guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan-perasaan, dengan bermain
peran diharapkan siswa terampil atau menghayati dalam berbagai figur khayalan atau figure
sesungguhnya dalam berbagai situasi, dalam metode ini dapat melibatkan aspek-aspek kognitif
dan aspek afektif atas tokoh yang mereka perankan, role playing termasuk permainan pendidikan
yang dapat dipakai untuk menjelaskan peranan,sikap, tingkah laku dan nilai-nilai dengan tujuan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar
mengajar.
5. Memanggil para siswa yang sudah di tunjuk untuk melakukan skenario yang sudah
dipersiapkan.
7. Setelah selesai di pentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja
untuk membahas.
11. Penutup.
Metode Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa untuk berpikir dan merespons serta
saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian
pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta kepada
para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru
1. Langah 1 – Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan
pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu
tersebut.
berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama
periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau
penyampaian ide bersama jika suatu soal khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru
3. Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Pada akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut
untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah
mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari
pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-
pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Model ini dirancang untuk
menggabungkan insentif motivasional dari penghargaan kelompok dengan program
pembelajaran individual yang cocok dengan tingkatan yang dimiliki oleh siswa.