Oleh:
MUHAMMAD SUFI SIDABUTAR
1308260138
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Tren Saat Ini dalam Pengelolaan Demam Tifoid
Latar Belakang
Demam tifoid adalah infeksi sistemik, yang disebabkan Terutama oleh Salmonella
typhi yang hanya ditemukan pada manusia. Ditandai dengan demam terus menerus selama 3-
4 minggu, bradikardia relatif, dengan keterlibatan jaringan limfoid dan gejala konstitusional
yang cukup besar. Di Negara barat, penyakit ini telah dibawa sangat dekat dengan tingkat
pemberantasan di Inggris, ada kira-kira satu kasus per 100.000 penduduk per tahun. Setiap
tahun, di seluruh dunia, setidaknya ada 13-17 juta kasus demam tifoid, mengakibatkan
600.000 kematian. 80% kasus dan kematian ini terjadi di Asia saja. Di selatan Negara Asia
Timur, 5% atau lebih dari jenis bakteri mungkin sudah kebal terhadap beberapa antibiotik.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menekankan perubahan pola, dan peran kuinolon
terutama ciprofloxacin dalam pengelolaan obat resisten demam tifoid, tapi pada saat
bersamaan untuk menunjukkan ciprofloxacin bukanlah obat pilihan dalam semua kasus
demam tifoid.
Pada orang dengan AIDS dan episode pertama bakteremia salmonella, 1 sampai 2
minggu terapi antimikroba intravena diikuti dengan 4 minggu oral terapi kuinolon (misalnya
ciprofloxacin, 500 sampai 750 mg dua kali sehari) harus diberikan dalam upaya untuk
membasmi organisme dan mengurangi resiko bakteremia berulang. Orang yang kambuh
setelah 6 minggu terapi antimikroba harus mendapat terapi supresif jangka panjang dengan
kuinolon atau trimetoprimsulfametoksazol.Agregasi sistein dependent dan mislokalisasi ALS
protein.
Peran Operasi
Kesimpulan